| 91 apt. Leliani Fitri Anggraini, M.Farm CER (Average Cost Effectiveness Ratio) dalam bahasa Indonesia adalah Rasio Efektivitas Biaya (REB) dan ICER (Incremental Cost Effectiveness Ratio) dalam bahasa Indonesia adalah Rasio Inkremental Efektivitas Biaya (RIEB). ACER merupakan hasil perbandingan biaya dan efektivitas dari suatu intervensi kesehatan. Sedangkan ICER merupakan hasil perhitungan rasio selisih biaya dan selisih luaran dari dua intervensi kesehatan yang dinilai. ICER digunakan sebagai hasil akhir dari analisis efektivitas biaya dan analisi utilitas biaya. Analisis efektivitas biaya adalah analisis yang membandingkan intervensi kesehatan baru dan intervensi kesehatan komparator A
92 | dengan tujuan yang sama, dan luaran berupa natural unit sesuai indikator kesehatan. Sedangkan analisis utilitas biaya hampir sama dengan analisis efektivitas biaya hanya saja luarannya dinyatakan sebagai perubahan lama hidup dan kualitas hidup dari suatu intervensi kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Nilai ACER menggambarkan total biaya intervensi kesehatan dibagi dengan luaran klinis yang dipresentasikan sebagai nilai rupiah per luaran klinis yang dicapai (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Rumus ACER adalah : ACER = (Kementerian Kesehatan RI, 2013) Sebagai contoh perhitungan ACER pada penggunaan terapi antidiabetes Jenis Antidiabetes Rata-rata biaya medis langsung Rata-rata penurunan GDS ACER MetforminInsulin Glargine 602.145,09 73,13 mg/dL Rp 8.233,90 MetforminGlimepiride 555.167,49 70,97 mg/dL Rp 7.822,56
| 93 Berdasarkan tabel diatas diketahui Nilai ACER terapi kombinasi metformin-insulin glargine Rp 8.233,90. Sedangkan nilai ACER terapi kombinasi metforminglimepiride Rp 7.822,56 (Anggraini, 2023). Dari nilai ACER tersebut dapat dilihat nilai rupiah pada masing-masing penurunan gula darah sewaktu. Akan tetapi untuk membandingkan terapi kombinasi metformin-insulin glargine memiliki value for money lebih dari terapi kombinasi metformin-glimepiride maka diperlukan perhitungan nilai ICER. Di Indonesia, Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK) tidak menggunakan nilai average cost-effectiveness ratio (ACER) sebagai rujukan, melainkan menggunakan Incremental Cost Effectiveness Rasio (ICER) (Surywati, et al., 2022). ICER menggambarkan perbandingan selisih biaya dan selisih luaran klinis suatu intervensi kesehatan yang dianalisis. Nilai ICER digunakan untuk menentukan apakah suatu intervensi lebih cost effective dibandingkan dengan intervensi lain, dengan cara melihat posisi nilai ICER terhadap ambang batas yang ditetapkan, yaitu berada diatas atau dibawah ambang batas (threshold). Sehingga didapatkan hasil apakah suatu intervensi 1 memiliki value for money lebih terhadap intervensi 2 atau dengan kata lain selisih biaya untuk intervensi baru setara dengan luaran klinis yang diperoleh (Kementerian Kesehatan RI, 2017)
94 | Rumus ICER adalah : ICER = (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Sebagai contoh perhitungan ICER, terhadap 2 jenis antidiabetes yang digunakan : Jenis Antidiabetes Rata-rata biaya medis langsung Rata-rata penurunan GDS ICER MetforminInsulin Glargine 602.145,09 73,13 mg/dL 21.748,89 setiap penurunan Metformin 1 mg/dL - Glimepiride 555.167,49 70,97 mg/dL Terapi kombinasi metformin-insulin glargine sebagai kelompok terapi baru dan metformin-glimepiride sebagai terapi lama (komparator). RIEB dihitung dengan cara membandingkan selisih biaya medis langsung masingmasing kelompok terhadap efektivitas masing-masing kelompok dalam menurunkan gula darah sewaktu (GDS). Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa setiap penambahan biaya sebesar Rp. 21.748,89 dari intervensi 1 yaitu penggunaan jenis antidiabetes kombinasi metformininsulin glargine akan menurunkan 1 mg/dL GDS pasien. (Anggraini, 2023). Artinya biaya yang dibutuhkan untuk Biaya terapi baru - Biaya terapi lama Luaran terapi baru – Luaran terapi lama
| 95 suatu kelompok terapi baru lebih besar daripada biaya kelompok terapi lama. Dan efektivitas yang dihasilkan oleh kelompok terapi baru juga lebih besar daripada efektivitas kelompok terapi lama.
96 | apt. Ari Anggoro, S.Farm ost Minimization Analysis (CMA) dan Cost Effectiveness Analysis (CEA) adalah dua pendekatan yang berbeda dalam menganalisis biaya dalam konteks kebijakan kesehatan atau pengambilan keputusan terkait sumber daya. Analisis Minimalisasi Biaya (Cost Minimization Analysis) merupakan jenis analisis farmakoekonomi yang membandingC
| 97 kan dua atau lebih pilihan terapi untuk menentukan pilihan terapi dengan biaya paling ekonomis dan minimal. CMA dilakukan dengan menjumlahkan semua biaya yang dikeluarkan oleh pasien (Akbar, Ardana and Kuncoro, 2018). Analisis Efektivitas Biaya (Cost Effectiveness Analysis) adalah metode farmakoekonomi yang digunakan untuk mengevaluasi pilihan pengobatan terbaik dalam satu kondisi medis. Metode ini mengubah biaya dan efektivitas dari berbagai terapi menjadi rasio yang disebut Cost Effectiveness Ratio (CER) (Farmakologi and Kedokteran, 2023). Berikut terdapat masing-masing 2 contoh perhitungan terkait Cost Minimization Analysis (CMA) dan Cost Effectiveness Analysis (CEA) yang akan membuat kita semakin mudah untuk memahami kedua pendekatan tersebut. Contoh 1: Cost Minimization Analysis (CMA) Studi Kasus: Perbandingan biaya terapi menggunakan ranitidine dan pantoprazole pada pasien gastritis di salah satu rumah sakit di Indonesia. Data Biaya: Biaya pantoprazole Rp 137.300,- per vial Biaya ranitidin seharga Rp 95.000,- Pembahasan: Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Akbar, Ardana and Kuncoro, 2018) menunjukkan bahwa ratarata biaya per pasien dengan cara menambahkan biaya
98 | pengobatan, perawatan/kamar, dan tindakan, kemudian dibagi dengan jumlah kasus. Hasilnya menunjukkan rata-rata biaya medis per pasien sebesar Rp.5.200.079,- untuk ranitidin, dan Rp.14.256.345,- untuk pantoprazol. Dari data ini, terlihat bahwa biaya pasien yang menggunakan ranitidin lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menggunakan pantoprazol. Pengetahuan tentang perbedaan harga obat juga penting, di mana ranitidin seharga Rp 95.000,- per ampul, sedangkan pantoprazol seharga Rp 137.300,- per vial. Perbedaan ini disebabkan oleh penggunaan ranitidin dalam dosis tunggal dan pantoprazol dalam dosis ganda. Contoh 2: Cost Minimization Analysis (CMA) Studi Kasus: Perbandingan biaya pengobatan heparin dan bivalirudin pada pasien untuk percutaneous coronary interventions (PCI) di China. Data Biaya: Biaya bivalirudin untuk PCI sebesar 2613,59 CNY (Yuan China). Biaya heparin untuk PCI sebesar 484,06 CNY. Pembahasan: Menurut Sun et al. (2021), analisis cost minimization menunjukkan bahwa heparin mungkin merupakan pilihan yang lebih hemat biaya daripada bivalirudin di China, dengan potensi penghematan sebesar 2129,53 Yuan China (CNY) per pasien untuk satu PCI. Meskipun bivalirudin
| 99 tampaknya memiliki risiko penurunan tingkat perdarahan mayor, hasil meta-analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan, efektivitas dan keamanan antara dua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pasien berisiko tinggi untuk PCI. Namun, analisis cost minimization menunjukkan bahwa heparin dapat menjadi pilihan yang lebih hemat biaya daripada bivalirudin untuk pasien yang menjalani PCI di China. Contoh 3: Cost Effectiveness Analysis (CEA) Studi Kasus: Perbandingan efektivitas biaya dari penggunaan obat antivirus Oseltamivir dan Favipiravir pada pasien Covid-19 dengan derajat sedang. Data Biaya dan Efektivitas: Rata-rata biaya total langsung dari terapi Oseltamivir Rp32.794.002,- dengan rata-rata lama hari rawat inap 7,42 hari. Rata-rata biaya total langsung terapi Favipiravir Rp42.504.281,- dengan rata-rata lama hari rawat inap 9,21 hari. Pembahasan: Untuk mengetahui efektivitas dari kedua obat tersebut, maka harus dilakukan perhitungan Cost Effectiveness Ratio (CER) menggunakan rumus:
100 | Perhitungan Cost Effectiveness Ratio (CER) terapi Oseltamivir: Perhitungan Cost Effectiveness Ratio (CER) terapi Favipiravir: Berdasarkan perhitungan CER diatas, nilai CER Oseltamivir adalah Rp 4.419.677,- sedangkan nilai CER Favipiravir adalah Rp 4.615.014,-. Semakin kecil nilai CER, obat tersebut semakin costeffective. Dengan demikian, Antivirus Oseltamivir lebih costeffective atau memiliki biaya yang lebih efektif dibandingkan dengan Favipiravir. Angka-angka CER ini mengindikasikan bahwa setiap peningkatan 1 hari dalam perawatan pasien memerlukan biaya sebesar Rp 4.419.677,- untuk Oseltamivir, dan Rp 4.615.014,- untuk Favipiravir. (Rahmandani et al., 2021). Dalam penelitian menggunakan metode CEA, tabel efektivitas biaya berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkan penarikan kesimpulan mengenai strategi mana yang paling cost-effective (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Tabel 1. Kelompok alternatif Oseltamivir dan Favipiravirberdasarkan efektivitas biaya
| 101 Berdasarkan tabel 1, penggunaan Oseltamivir lebih costeffective dibandingkan dengan Favipiravir untuk pengobatan Covid-19 Derajat sedang. Penggunaan Oseltamivir menunjukkan dominasi atas Favipiravir, karena memiliki efektivitas yang sama namun biaya yang lebih rendah. Biaya harian pengobatan dengan Oseltamivir adalah Rp4.419.677,-/hari. Di sisi lain, penggunaan Favipiravir masuk ke dalam kategori didominasi, sehingga tidak perlu dipertimbangkan sebagai alternatif karena memiliki biaya harian yang lebih tinggi yaitu Rp 4.615.014,- /hari. Meskipun Favipiravir dapat digunakan, namun memerlukan pengeluaran biaya yang lebih besar dibandingkan dengan Oseltamivir. Contoh 2: Cost Effectiveness Analysis (CEA) Studi Kasus: Cost Effectiveness Analysis Cefixime dan Ceftiraxone pada pasien pneumonia.
102 | Data Biaya dan Efektivitas: Rata-rata biaya total langsung dari terapi Cefixime Rp 3.841.466,- dengan rata-rata lama hari rawat inap 7 hari. Rata-rata biaya total langsung terapi Ceftiraxone Rp 4.043.956,- dengan rata-rata lama hari rawat inap 7 hari. Pembahasan: Untuk mengetahui efektivitas dari kedua obat tersebut, maka harus dilakukan perhitungan Cost Effectiveness Ratio (CER) menggunakan rumus: Perhitungan Cost Effectiveness Ratio (CER) terapi Cefixime: Perhitungan Cost Effectiveness Ratio (CER) terapi Ceftiraxone: Berdasarkan hasil perhitungan CER (Cost Effectiveness Ratio) diatas. Pada terapi antibiotik ceftiraxone, didapatkan nilai CER sebesar Rp 577.708 /hari, sedangkan pada terapi antibiotik cefixime didapatkan nilai sebesar Rp 548.780 /hari. Berdasarkan nilai CER yang diperoleh, terlihat bahwa kelompok terapi antibiotik cefixime lebih cost-effective dibandingkan dengan
| 103 kelompok terapi antibiotik ceftriaxone. Semakin rendah nilai CER, semakin cost-effective, karena dengan biaya obat yang lebih rendah dapat memberikan hasil penggunaan yang lebih tinggi. (Farmakologi and Kedokteran, 2023). Dalam penelitian yang menggunakan metode CEA, tabel efektivitas biaya dapat digunakan sebagai alat bantu untuk memudahkan penarikan kesimpulan mengenai strategi mana yang memberikan efektivitas biaya terbaik (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Tabel 2. Kelompok alternatif ceftriakson dan Cefiximee berdasarkan efektivitas biaya. Berdasarkan tabel 2, penggunaan antibiotik cefixime lebih cost-effective dibandingkan dengan ceftriaxone untuk pengobatan pneumonia. Penggunaan cefixime menunjukkan dominasi atas ceftriaxone, karena memiliki efektivitas yang sama namun biaya yang lebih rendah. Biaya harian pengobatan dengan cefixime adalah Rp 548.780,- dengan rata-rata lama
104 | rawat inap 7 hari. Di sisi lain, penggunaan ceftriaxone masuk ke dalam kategori didominasi, sehingga tidak perlu dipertimbangkan sebagai alternatif karena memiliki biaya harian yang lebih tinggi yaitu Rp 577.708,-. Meskipun ceftriaxone dapat digunakan, namun memerlukan pengeluaran biaya yang lebih besar dibandingkan dengan Cefixime. Nilai Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% efektivitas memerlukan biaya sebesar ACER. Semakin rendah nilai ACER, semakin costeffective terapi antibiotik tersebut.
| 105 Muhammad Ihsan ST., MBA ika biaya diperkirakan berdasarkan uang yang dibelanjakan atau dihemat pada tahun-tahun mendatang, diperlukan jenis modifikasi lain, yang disebut penyesuian nilai diskonto. Ada nilai waktu yang dikaitkan dengan uang. Masyarakat (dan dunia usaha) lebih memilih menerima uang saat ini dibandingkan di lain waktu. Oleh karena itu, uang yang diterima hari ini lebih berharga dibandingkan jumlah uang yang sama yang diterima tahun depan. Misalnya, jika saya meminta untuk meminjam IDR 1.000.000 dari Anda hari ini dan meyakinkan Anda bahwa saya J
106 | akan membayar Anda kembali IDR 1.000.000 dalam 3 tahun, Anda tidak akan setuju untuk meminjamkan uang kepada saya kecuali saya membayar Anda lebih dari IDR 1.000.000 dalam 3 tahun, bahkan jika saya dapat menjamin tidak akan ada inflasi dalam 3 tahun ke depan. . Uang yang dijanjikan di masa depan, serupa dengan tabungan layanan kesehatan yang dijanjikan di masa depan, dinilai pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan uang (tabungan) yang diterima saat ini. Modifikasi untuk nilai waktu ini diperkirakan dengan menggunakan tingkat diskonto. Tingkat diskonto mendekati biaya modal dengan memperhitungkan tingkat bunga uang pinjaman. Dari parameter ini, nilai sekarang (PV) dari pengeluaran dan tabungan di masa depan dapat dihitung. Tingkat diskon yang umumnya diterima untuk intervensi layanan kesehatan adalah antara 3% dan 5%, namun disarankan agar perbandingan hasil dilakukan dengan menggunakan perkiraan tinggi dan rendah dari berbagai tingkat diskon. Memvariasikan tingkat diskonto ini merupakan contoh analisis sensitivitas, istilah yang sudah dibahas pada bab sebelumnya. Faktor diskon sama dengan 1/(1 + r)t , dimana r adalah tingkat diskonto dan t adalah jumlah tahun di masa depan dimana biaya atau penghematan terjadi. Misalnya, jika biaya pengobatan kanker untuk 3 tahun ke depan adalah IDR 75.000.000 untuk tahun pertama, IDR 45.000.000 untuk tahun kedua, dan IDR 60.000.000 untuk tahun ketiga, maka diskon harus digunakan untuk menentukan total biaya dalam istilah PV. Jika diasumsikan bahwa pengeluaran terjadi pada setiap awal tahun, maka biaya tahun pertama tidak didiskontokan (lihat Tabel 12.1).
| 107 Tabel 1. Contoh Diskonto : Awal Tahun Biaya tahunan yang dikeluarkan Perkiraan Biaya tanpa Diskon (IDR) Perhitungan (IDR) PV (IDR) Tahun 1 75.000.000 75.000.000/1 75.000.000 Tahun II 45.000.000 45.000.000/1,05 42.857.142 Tahun III 60.000.000 60.000.000/(1,05)2 54.421.768 Total 180.000.000 172.278.910 Hal yang sama juga dapat diterima untuk mengasumsikan bahwa pengeluaran terjadi pada akhir tahun pertama (12 bulan kemudian), dan oleh karena itu, biaya tersebut didiskontokan (lihat Tabel 12.2). Contoh 12.1 membahas tentang penghitungan diskon perkiraan biaya dan perkiraan penghematan selama 3 tahun pengoperasian klinik asma yang baru (menggunakan tingkat diskon 3% dan tidak ada diskon untuk biaya dan penghematan tahun pertama). Tabel 2. Contoh Diskonto : Akhir Tahun Biaya tahunan yang dikeluarkan Perkiraan Biaya tanpa Diskon (IDR) Perhitungan (IDR) PV (IDR) Tahun 1 75.000.000 75.000.000/1,05 71.428.571 Tahun II 45.000.000 45.000.000/(1,05)2 40.816.326
108 | Tahun III 60.000.000 60.000.000/(1,05)3 51.830.255 Total 180.000.000 164.075.152 Berikut contoh biaya pengoperasian klinik asma yang baru Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Total Biaya klinik – Belum Diskonto 200.000.000 150.000.000 150.000.000 500.000.000 Biaya klinik – Diskonto PV = 200.000.000 PV = 145.631.000 PV = 141.389.000 PV = 487.020.000 Pendapatan klinik – Belum diskonto 100.000.000 200.000.000 250.000.000 550.000.000 Pendapatan klinik –diskonto PV = 100.000.000 PV = 194.175.000 PV = 235.649.000 PV = 529.824.000 Laba Bersih – Tidak diskonto (100.000.000) 50.000.000 100.000.000 50.000.000 Laba Bersih – Diskonto PV = (100.000.000) PV = 48.544.000 PV = 94.260.000 PV = 42.804.000 Asumsi: Nilai Penyesuaian 3% setelah tahun pertama, tanda dalam kurung menandakan rugi
| 109 Daftar Pustaka Andayani, T.M., 2013. Farmakoekonomi. Bursa Ilmu, Yogyakarta. Akbar, M., Ardana, M., & Kuncoro, H. (2018). Analisis Minimalisasi Biaya (Cost-Minimization Analysis) Pasien Gastritis Rawat Inap di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences, 7, 14–21. https://doi.org/10.25026/mpc.v7i1.285 Arikian, S.R., Shannon, M.C., and Einarson, T.R. The demand for pharmaco-economic research is on the rise. Medical Marketing and Media 27:60-67, 1992. Adejare A, Amin PD, Earl GL, Gaisford S, Ghazi IM, Li Z, Newman DJ, Saporito MS, Talbert Jand Foote EF. Remington The Science and Practice Of Pharmacy. 23rd Editi. Philadelphia: Elsevier Inc; 2021. 983 p. American Society of Hospital Pharmacists. ASHP statement on pharmaceutical care. Am J Hosp Pharm. 1993; 50:1720–3 Buku Panduan Penilaian Teknologi Kesehatan: Efektivitas Klinis dan Evaluasi Ekonomi, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Komite Penilaian Teknologi Kesehatan, Jakarta 2017.
110 | Bootman, J.L., Townsend, R.J., and McGhan, W.F. Principles of Pharma-coeconomics, 2nd ed. Cincinnati, OH: Harvey Whitney Books Co, 1996. Bloom, B.S. Pharmacoeconomics for managed care pharmacists. Drug Ben. Trends 7(7): 15-38, 1995. ^_ Sif^_hbi``, R. (1998) ‘Cigguhcty \[s_^ jriar[gg_s ][h b_fj ti g[h[a_ tu\_r]ufiscs gir_ _``_]tcv_fy.’, BMJ (Clinical research ed.). ENGLAND, pp. 864–865. Doubilet P., Weinstein, M.C., McNeil, B.J. Use and misuse of the t_rg ‚]ist _``_]tcv_‛ ch g_^c]ch_. N. Ehaf. J. M_^. 314:253-256, 1986. Druggih^,M.F.,O’Brc_h,B.,Sti^^[rt,G.L.,[h^Tirr[h]_,G.W.M_ thodsfor the Economics Evaluation of Health Care Programmes, 1st ed. New York, NY: Oxford University Press, 1997. Druggih^, _t [f (2005) ‘M_tbi^s `ir tb_ E]ihigc] Ev[fu[tcih i` H_[ftb C[r_ Priar[gg_s’, Oxford University Press, Oxford., 3rd Edition. Ersa, C.B., Fitria, N., Almasdy, D., 2023. Kualitas hidup Orang dengan HIV/AIDS di Klinik VCT RSUD Raden Mattaher Jambi. Pharmaceutical and Biomedical Sciences Journal 5, 66–79. Euroqol.org, 2022. EQ-5D-5L [WWW Document]. URL https://euroqol.org/information-and-support/euroqolinstruments/eq-5d-5l/ (accessed 2.29.24).
| 111 Eisenberg JM, Schulman KA, Glick H, Koffer H. Pharmacoeconomics: Economic Evaluation of Pharmaceuticals. In: Strom BL,ed., Pharmacoepidemiology, John Wiley & Sons Ltd., 1994, 469-93 Fitria, N. (2020) Pedoman Pembuatan Review Sistematik di Bidang Ekonomi Kesehatan. Padang: Andalas University Press. Fitria, N. (2023) Analisis Farmakoekonomi Penggunaan Kombinasi Metformin dan Glimepiride: A Costeffectiveness analysis. 1st edn. Padang: Pustakaegaliter. Fitria, N. et al. (2024) ‘Cist-effectiveness of metforminglimepiride combination compared to single metformin us_ ch ^_]r_[scha 2 b jist jr[h^c[f \fii^ afu]is_’, International Journal of Applied Pharmaceutics, 16(1), pp. 53–57. Available at: https://doi.org/10.22159/ijap.2024.v16s1.10. F[rg[eifiac, D. [h^ K_^iet_r[h, F. (2023) ‘Ah[fcscs _`_etc`ct[s biaya penggunaan cefiksim dan ceftriakson pada pasien jh_ugihc[’, (11), jj. 11–14. Available at: https://doi.org/10.20956/mff.SpecialIssue. Fitria, N., Andela, M. and Sy[jutrc, Y.Z. (2022) ‘Ah[fcscs Efektivitas Biaya Penggunaan Metformin- Glimepirid Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Uhcv_rsct[s Ah^[f[s’, jj. 202–207. Available at: https://doi.org/10.25077/jsfk.9.sup.202-207.2022.
112 | Fctrc[, N., v[h Ass_ft, A.D.I. [h^ Pistg[, M.J. (2019) ‘Cisteffectiveness of controlling gestational diabetes g_ffctus: [ syst_g[tc] r_vc_w’, European Journal of Health Economics, 20(3). Available at: https://doi.org/10.1007/s10198-018-1006-y. Fitria, N. (2020a) Pedoman Pembuatan Review Sistematik di Bidang Ekonomi Kesehatan. Padang: Andalas University Press. Fitria, N. (2020b) Pedoman Pembuatan Review Sistemik di Bidang Ekonomi Kesehatan. 1st edn. Edited by I. Anwar. Padang: Andalas University Press. Fitria, N. (2021) Pregnancy Complications; Health Economics of Screening and Prevention. ridderprint. Fitria, N. (2023) Analisis Farmakoekonomi Penggunaan Kombinasi Metformin dan Glimepiride: A Costeffectiveness analysis. 1st edn. Padang: Pustakaegaliter. Fitria, N. et al. (2024) ‘Cist-effectiveness of metforminglimepiride combination compared to single metformin us_ ch ^_]r_[scha 2 b jist jr[h^c[f \fii^ afu]is_’, 16(1). Geisler, B.P. et al. (2009) ‘D_t_rgchcstc] s_hsctcvcty [h[fyscs `ir first-ir^_r Miht_ C[rfi scguf[tcihs: [ t_]bhc][f hit_.’, Value in health : the journal of the International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research, 12(1), pp. 96–97. Available at: https://doi.org/10.1111/j.1524-4733.2008.00411.x. Gov.UK, 2024. Cost utility analysis: health economic studies.
| 113 Husereau, D. et al. (2022) ‘Cihsifc^[t_^ H_[ftb E]ihigc] Evaluation Reporting Standards 2022 (CHEERS 2022) Statement: Updated Reporting Guidance for Health E]ihigc] Ev[fu[tcihs’, Value in Health, 25(1), pp. 3–9. Available at: https://doi.org/10.1016/j.jval.2021.11.1351. Indrawaty, S., 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi. Jakarta: s.n. Kementerian Kesehatan RI, 2017. Buku Panduan Penilaian Teknologi Kesehatan Efektivitas dan Evaluasi Klinis. Jakarta: s.n. Kemenkes RI (2022) Pedoman Umum Penilaian Teknologi Kesehatan Di Indonesia, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. Kementrian Kesehatan RI (2013) Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi. Jakarta: Kemenkes RI. Kementrian Kesehatan Republik Indoensia. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
114 | Kementrian Kesehatan RI, Kemenkes RI and Kemenkes, R.I. (2013) Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: Kemenkes RI. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013 Kemenkes R I, 2016. Pedoman Teknis Analisis Farmakoekonomi di Fasilitas Kesehatan. Kemenkes RI. Kementerian Kesehatan RI, 2017. Buku Panduan Penilaian Teknologi Kesehatan Efektivitas Klinis dan Evaluasi Ekonomi. Komite Penilaian Teknologi Kesehatan, Jakarta. Khoiriyah, S.D., Lestari, K., n.d. Review Artikel: Kajian Farmakoekonomi Yang Mendasari Pemilihan Pengobatan Di Indonesia. Farmaka 16, 134–145. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). 'Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lcgw[tt[h[hih, S. (2014) ‘S_hsctcvcty [h[fyscs `ir b[h^fcha uh]_rt[chty ch [h _]ihigc] _v[fu[tcih.’, Journal of the Medical Association of Thailand = Chotmaihet thangphaet, 97 Suppl 5, pp. S59-64. Michael F. Drummond, Mark J. Sculpher, Karl Claxton, Greg L. Stoddart, G.W.T. (2015) Methods for the Economic Evaluation of Health Care Programmes. 4th edn. New
| 115 York: Oxford University Press. MacKinnon, G.E. Understanding Health Outcomes and Pharmacoeconomics. Burlington, M.A.: Jones & Bartlett Learning, 2011. Marthe R. Gold, Joanna E. Siegel, Louise B. Russell, and Milton C. Weinstein. Cost-Effectiveness in Health and Medicine. 1996. Neumann, P.J., Stone, P.W., Chapman, R.H., Sandberg, E. A., and Bell, C.M. The quality of reporting in published cost-utility analyses, 1976-1997. Ann. Intern. Med. 132: 964-972, 2000 Oemar, M., Janssen, B., 2013. EQ-5D-5L User Guide Basic information on how to use the EQ-5D-5L instrument. EuroQol Group. Plumridge RJ. Pharmacoeconomic Methods and Evaluation, Materi Lokakarya Farmakoekonomi, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2001. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penilaian Teknologi Kesehatan (Health Technology Assessment) dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional, 2017. Purba, F.D., Hunfeld, J.A.M., Iskandarsyah, A., Fitriana, T.S., Sadarjoen, S.S., Ramos-Goñi, J.M., Passchier, J., Busschbach, J.J. V., 2017. The Indonesian EQ-5D-5L Value Set. Pharmaco Economics 35, 1153–1165. https://doi.org/10.1007/s40273-017-0538-9
116 | Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kementrian K_s_b[t[h RI [h^ K_g_he_s RI (2017) ‘Bueu P[h^u[h Penilaian Teknologi Kesehatan Efektivitas Klinis dan Ev[fu[sc Eeihigc’, j. j 1-44. Purwanti, O., Sinuraya, R., Pradipta, I., & Abdulah, R. (2013). Analisis Minimalisasi Biaya Antibiotik Pasien Sepsis Salah Satu Rumah Sakit Kota Bandung. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 2(1), 18–27. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kementrian K_s_b[t[h RI [h^ K_g_he_s RI (2017) ‘Bueu P[h^u[h Penilaian Teknologi Kesehatan Efektivitas Klinis dan Ev[fu[sc Eeihigc’, j. j 1-44. Renee, J.A. (2021) Pharmacoeconomics From Theory to Practice. Second. Edited by J.G.A. Renée. Oxon: CRC Press. Roberts, J.A., Paul, S.K., Akova, M., Bassetti, M., De Waele, J.J., Dimopoulos, G., et al., 2014. DALI: defining antibiotic levels in Therapeutic drug monitoring Chapter | 13 261 intensive care unit patients: are current beta-lactam antibiotic doses sufficient for critically ill patients? Clin. Infect. Dis 58 (8), 10721083. Rahmawati, C., & Nurwahyuni, A. (2017). Analisis Minimalisasi Biaya Obat Antihipertensi antara Kombinasi RamiprilSpironolakton dengan Valsartan pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Pemerintah XY di Jakarta Tahun 2014. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 1(4), 191–200. https://doi.org/10.7454/eki.v1i4.1802
| 117 Raskati, K.L Essentials of Pharmacoeconomics, 2nd ed. Philadephia, P.A.:Lippincott Williams and Wilkins, 2014. Rahmandani, A. et al. (2021) ‘Ah[fcscs E`_etcvct[s Bc[y[ Penggunaan Obat Antivirus Oseltamivir dan Favipiravir pada Pasien Covid-19 Derajat Sedang di Rumah Sakit S_htr[ M_^ce[ Ccs[f[e D_jie’, Majalah Farmasetika, 6(Suppl 1), p. 133. Available at: https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v6i0.36667. Renee, J.A. (2021) Pharmacoeconomics From Theory to Practice. Second. Edited by J.G.A. Renée. Oxon: CRC Press. R[s][tc, K.L., _t [f (2009) ‘Ess_htc[fs i` Pb[rg[]i_]ihigc]s’, Lippincott Williams & Wilkies, Philadelphia. Setiawan, D., 2017. Farmakoekonomi Modeling. UM Purwokerto Press, Purwokerto. Suryawati, S., Nadjib, M., Hidayat, B., 2022. Pedoman Umum Penilaian Teknologi Kesehatan di Indonesia. Lembaga Penerbit Badan KEbijakan Pembangunan Kesehatan. Sub_ry, D. (2024) ‘Ah[fcscs E`_etc`ct[s Bc[y[ P_haauh[[h Antipsikotik Kombinasi Quetiapain+Risperidon pada Pasien Skizofrenia Paranoid di Rumah Sakit Jiwa Prof HB S[[hch P[^[ha’, http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/205217. Sanchez LA. Applied pharmacoeconomics: Evaluation and use of pharmacoeconomic data from literature. Am J HealthSyst Pharm,1999; 56:1630-40
118 | Surywati, S. et al., 2022. Pedoman Umum Penilaian Teknologi Kesehatan di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. Sanchez LA, Lee JT. Applied pharmacoeconomics: Modeling data from internal and external resources. Am J HealthSyst Pharm, 2000; 57:146-58 Sanchez, L.A. Applied Pharmacoeconomics: Evaluation and use of pharmacoeconomics data from the literature. Am. J. Health-Syst. Pharm. 56:1630-1640, 1999. Santi, M. D. S., Dewi, N. W. R. K., & Yasa, G. T. (2022). Peningkatan Pemahaman Siswa Farmasi tentang Peran Farmakoekonomi dalam Pelayanan Kesehatan di SMK Bintang Persada Denpasar. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Wahana Usada, 4(2), 82–88. https://doi.org/10.47859/wuj.v4i2.284 Udin, B., Yusransyah, Y., & Ahmaddhani, S. (2024). Literatur Review : Analisis Minimalisasi Biaya Antibiotik pada Pasien Demam Tifoid di Indonesia. Prosiding STIFA Makassar, 1(1), 52–57. Vogenberg. (2001). Introduction to Applied Pharmacoeconomics. New York: The McGraw-Hill Companies Inc. Venturini F, Johnson KA. Introduction to Pharmaco economic Principles and Application in Pharmacy Practice. California Journal of Health-System Pharmacy, 2002; Jan/Feb: 6-14
| 119 Yisg[r, R., F_\c[h[, D. [h^ Fctrc[, N. (2023) ‘Ev[fu[tcha Economic Outcomes: Single-Use Aspirin vs. AspirinClopidogrel in Ischemic Stroke Patients Based on B[rtb_f Ih^_x S]ir_s’, Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 10(3), p. 293. Available at: https://doi.org/10.25077/jsfk.10.3.293-299.2023.
120 | Tentang Penulis apt. Yimmi Syavardie, SE, SFarm, MM. Selain mengajar sebagai Dosen Tetap di Institut Teknologi dan Bisnis Haji Agus Salim Bukittinggi, penulis juga mengajar di beberapa Perguruan Tinggi yang berada di Bukittinggi, baik bidang Ekonomi di FEBI UIN SSDD dan juga bidang Farmasi di Universitas Moh. Natsir Yarsi. Selain sebagai seorang Akademisi, penulis juga sebagai seorang praktisi di Apotek Gilby Farma, Bukittinggi. Berdasarkan pengalaman penulis tersebut, maka penulis menuangkan ilmu kedalam buku Farmako Ekonomi ini. apt. Mardatillah, M. Farm lahir di Padang pada tanggal 6 Juli 1984. Penulis adalah seorang staf pada Rumah Sakit Universitas Andalas dan dosen praktisi pada beberapa Kampus Farmasi di Padang dan Jakarta. Penulis menamatkan pendidikan Sarjana Farmasi di Universitas Andalas pada tahun 2006 dan langsung melanjutkan studi profesi Apoteker dan mendapatkan ijazah Apoteker pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis memulai karir sebagai Kepala Instalasi Farmasi pada RSU Bersaudara di Muaro Bungo selama 6 tahun sambil menjalani kuliah S2 Farmasi di Universitas Andalas pada tahun 2011. Kemudian dilanjutkan dengan menjadi Kepala Instalasi Farmasi di Semen Padang Hospital pada tahun 2015. Hingga pada tahun 2016
| 121 penulis mulai mengabdi di Rumah Sakit Unand sampai dengan sekarang dengan jabatan tertinggi sebagai Kepala Bidang Kefarmasian. Apt. Cinthya Ratna Yuniar, S.Farm, M.M. Penulis kelahiran Sidoarjo memiliki ketertarikan penulis terhadap ilmu farmasi dimulai pada tahun 2005. Saat penulis mengambil jalur Pendidikan perguruan tinggi jurusan S1 Farmasi dan profesi di Universitas Airlangga. Penulis lulus dan mendapatkan gelar apoteker di tahun 2010, kemudian bekerja sebagai Apoteker Penanggung Jawab Apotek di Surabaya. Tahun 2016 penulis mengambil Pendidikan lanjutan S2 jurusan Manajemen, dan mendirikan apotek milik sendiri di Ponorogo. Sampai saat ini penulis memiliki dua cabang apotek dan klinik. Penulis mulai menggeluti profesi sebagai pengajar di tahun 2018 pada kampus afiliasi AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo. Email Penulis : [email protected]
122 | apt, Serdiani, S.Si, M.Farm, FISQua, Lahir di Kota Padang Sumatera Barat pada tanggal 20 Juli 1970, Kini tercatat sebagai seorang Dosen Farmasi di Universitas Dharma Andalas Padang, Sumatera Barat. Buku Farmakoekonomi ini adalah merupakan buku ke-empat yang saya tulis dan diterbitkan merupakan Book Chapter yang di buat bersama teman dari berbagai daerah di Indonesia, dengan harapan buku ini hendaknya dapat bermanfaat bagi teman-teman pembaca dan menjadikan pengalaman selanjutnya bagi saya untuk dapat berkarya lebih banyak lagi. apt. Ilham Arief, M.Farm., M.M. lahir di Sumedang, pada 13 Maret 1984. Beliau tercatat sebagai lulusan Sarjana Farmasi dan Profesi Apoteker di Institut Teknologi Bandung, kemudian melanjutkan Magister Ilmu Kefarmasian di Universitas Pancasila dengan peminatan Farmasi Rumah Sakit dan Magister Manajemen di Universitas Yarsi dengan konsentrasi Manajemen Rumah Sakit. Selain mengajar sebagai dosen Farmasi (S-1) Klinik dan Komunitas STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, juga pernah memiliki pengalaman praktis kefarmasian di PT Astrazeneneca, PT Kimia Farma Apotek dan RS Gigi dan Mulut Yarsi Jakarta.
| 123 apt, DIAN SUHERY, S.Mn, S.Farm, M.Farm, Lahir di Kota Padang Sumatera Barat pada tanggal 23 Maret 1981, Kini tercatat sebagai seorang ASN di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang, Sumatera Barat. Buku Farmakoekonomi ini adalah merupakan buku kedua yang saya tulis dan diterbitkan merupakan Book Chapter yang di buat bersama teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia, dengan harapan buku ini hendaknya dapat bermanfaat bagi teman-teman pembaca dan menjadikan pengalaman selanjutnya bagi saya untuk dapat berkarya lebih banyak lagi. Chytra Bertdiana Ersa dilahirkan di kota Padang pada tanggal 27 Februari 1985. Saat ini berdomisili di Kota Jambi dan aktif bekerja sebagai Apoteker di Instalasi Farmasi RSUD Raden Mattaher Jambi sejak tahun 2010. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Farmasi dan Apoteker di Universitas Andalas pada tahun 2008, Master di bidang Farmasi dengan Program Studi Farmasi Klinis di Universitas Andalas pada tahun 2023 dengan judul Tesis ‚Ah[fcscs Utcfct[s Bc[y[ Difut_ar[vcr – Efavirenz pada pasien HIV AIDS di Klinik VCT RSUD Raden Mattaher J[g\c‛.
124 | apt. Najmiatul Fitria S.Farm, M.Farm, Ph.D lahir di Padang pada tanggal 30 November 1984. Penulis adalah seorang staf pengajar pada Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang. Penulis menamatkan pendidikan Sarjana Farmasi di Universitas Andalas pada tahun 2006. Selanjutnya melanjutkan penulis studi profesi Apoteker dan mendapatkan ijazah Apoteker pada tahun 2007. Pada tahun 2009 penulis memulai karir sebagai dosen di Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Pada tahun yang sama beliau melanjutkan studi S2 di Universitas Andalas dengan bidang keahlian Farmasi Klinik. Tahun 2015 penulis memulai studi S3 di bidang Farmakoterapi, Farmakoepidemiologi dan Farmakoekonomi di University of Groningen, Belanda. Penulis menyelesaikan Studi S3 pada tanggal 19 April 2021. Saat ini penulis telah memiliki beberapa publikasi yang diterbitkan oleh jurnal bereputasi Internasional. Penulis memiliki nama lengkap apt. Leliani Fitri Anggrini, M.Farm. Lahir di Pangkalan Balai pada tanggal 01 Oktober 1992. Memiliki satu orang anak yaitu Shaula Lituhayu dari apt, Nirwanto, S.Farm. Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri 56 Lubuklinggau, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Lubuklinggau dan SMA Negeri 2 Muara Beliti. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, dimulai dari tingkat Diploma 3 di Akademi Farmasi Jambi, selanjutnya ke tingkat Strata 1 di Sekolah Tinggi
| 125 Ilmu Farmasi Padang, dan mengambil profesi Apoteker di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Penulis merupakan seorang Aparatur Sipil Negara di Pemerintahan Kabupaten Musi Rawas Utara sejak 2019. Pada tahun 2021 penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang strata 2 di Fakultas Farmasi, peminatan farmasi klinis Universitas Andalas Padang. Saat ini penulis bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara. apt. Ari Anggoro, S.Farm, lahir di Sungai Asam pada tanggal 25 Mei 1999. Saya telah menyelesaikan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang (2017-2021) serta saya sangat bersyukur berhasil mendapat predikat Lulusan Terbaik 1 dan meraih gelar profesi apoteker dari Universitas Islam Indonesia (2022-2023). Saat ini, saya bekerja di salah satu Industri Farmasi Sediaan Steril di Indonesia. Saya merasa bangga dapat berkontribusi dalam Penulis Book Chapter tentang Farmakoekonomi yang diterbitkan oleh Penamuda Media. Book Chapter Farmakoekonomi ini yang merupakan karya pertama saya bersama penulis-penulis hebat di Indonesia. Saya berharap karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
126 | Penulis dengan nama Lengkap Muhammad Ihsan ST., MBA menamatkan pendidikan sarjana dari Teknik Informatika ITB dan melanjutkan pendidikan Magister di SBMITB. Penulis sebelum menjadi Dosen merupakan profesional yang berkecimpung di dunia industri telekomunikasi. Berawal karir di bidang Software Engineer, Software Quality Control kemudian berpindah ke bidang Network (Jaringan). Masih belum puas dengan cabang ilmu ini mencoba me-reskill di bidang Marketing dengan mengikuti trainingtraining seperti Marketing for non Marketer. Dilanjutkan perjalanan karir di bagian Partnership and Contract Management. Dan terakhir sebelum berkecimpung penuh di dunia pendidikan menjadi Major Vendor Management di Finance Business Control. Berbagai pendidikan yang dijalani baik pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal membuat penulis semakin merasa banyak ilmu yang penulis harus tambahkan. Dan ibarat sebuah gelas, dengan membaginya dalam bentuk tulisan diharapkan gelas tersebut dapat diisi lagi.
| 127