The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini adalah panduan komprehensif untuk memahami, menerapkan, dan menggali konsep dasar serta teori-teori terkini dalam dunia kepemimpinan. Dalam bab pertama, pembaca diperkenalkan pada pengertian kepemimpinan, termasuk tipe-tipe
kepemimpinan yang berbeda dan konsep dasar yang mendasarinya.
Bab kedua menjelaskan teori-teori kepemimpinan yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun. Ini termasuk Trait Theory yang memusatkan perhatian pada sifat-sifat pemimpin, Behavioral Theory yang mengamati perilaku pemimpin, serta Contingency Theory yang mempertimbangkan situasi sebagai faktor penting dalam kepemimpinan. Bab ini juga mencakup teori-teori modern seperti kepemimpinan transformasional dan kharismatik.
Selanjutnya, dalam bab ketiga, pembaca diajak untuk memahami kepemimpinan dalam konteks Islam. Buku ini menguraikan kriteria pemimpin ideal dalam Islam, tugas dan kewajiban pemimpin dalam Islam, serta ciri-ciri pemimpin Islami.
Bab-bab berikutnya menggali berbagai tipe kepemimpinan, fungsi, dan peran
kepemimpinan, serta strategi dan model-model kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks organisasi. Dalam bab tujuh, pembaca akan memahami pentingnya pengelolaan emosi oleh seorang pemimpin, dan bagaimana pengendalian emosi atau kecerdasan emosional dapat berdampak positif dalam kepemimpinan. Bahkan, buku ini memberikan contoh tokoh dengan kemampuan
kecerdasan emosional yang baik.
Bab delapan membahas manajemen kepemimpinan yang mencakup prinsip-prinsip dasar dan komponen manajemen kepemimpinan yang efektif dalam
sebuah organisasi. Di bab kesembilan, pembaca akan mengetahui faktor-faktor yang dapat menghambat kepemimpinan yang efektif. Buku ini juga mengulas berbagai gaya kepemimpinan dan tugas-tugas yang diemban oleh seorang pemimpin dalam bab sepuluh dan sebelas. Terakhir, buku ini menyoroti permasalahan kepemimpinan di Indonesia, dengan tinjauan sejarah kepemimpinan di negara ini.
"Buku Manajemen Kepemimpinan" adalah sumber daya penting bagi mereka yang ingin memahami dasar-dasar kepemimpinan, menerapkan teori-teori kepemimpinan dalam konteks yang beragam, dan memahami kompleksitas
kepemimpinan di Indonesia. Dengan tinjauan yang komprehensif, buku ini mempersiapkan pembaca untuk menjadi pemimpin yang lebih efektif dan berpengaruh di dunia yang terus berubah.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2023-09-18 02:04:46

Manajemen Kepemimpinan

Buku ini adalah panduan komprehensif untuk memahami, menerapkan, dan menggali konsep dasar serta teori-teori terkini dalam dunia kepemimpinan. Dalam bab pertama, pembaca diperkenalkan pada pengertian kepemimpinan, termasuk tipe-tipe
kepemimpinan yang berbeda dan konsep dasar yang mendasarinya.
Bab kedua menjelaskan teori-teori kepemimpinan yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun. Ini termasuk Trait Theory yang memusatkan perhatian pada sifat-sifat pemimpin, Behavioral Theory yang mengamati perilaku pemimpin, serta Contingency Theory yang mempertimbangkan situasi sebagai faktor penting dalam kepemimpinan. Bab ini juga mencakup teori-teori modern seperti kepemimpinan transformasional dan kharismatik.
Selanjutnya, dalam bab ketiga, pembaca diajak untuk memahami kepemimpinan dalam konteks Islam. Buku ini menguraikan kriteria pemimpin ideal dalam Islam, tugas dan kewajiban pemimpin dalam Islam, serta ciri-ciri pemimpin Islami.
Bab-bab berikutnya menggali berbagai tipe kepemimpinan, fungsi, dan peran
kepemimpinan, serta strategi dan model-model kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks organisasi. Dalam bab tujuh, pembaca akan memahami pentingnya pengelolaan emosi oleh seorang pemimpin, dan bagaimana pengendalian emosi atau kecerdasan emosional dapat berdampak positif dalam kepemimpinan. Bahkan, buku ini memberikan contoh tokoh dengan kemampuan
kecerdasan emosional yang baik.
Bab delapan membahas manajemen kepemimpinan yang mencakup prinsip-prinsip dasar dan komponen manajemen kepemimpinan yang efektif dalam
sebuah organisasi. Di bab kesembilan, pembaca akan mengetahui faktor-faktor yang dapat menghambat kepemimpinan yang efektif. Buku ini juga mengulas berbagai gaya kepemimpinan dan tugas-tugas yang diemban oleh seorang pemimpin dalam bab sepuluh dan sebelas. Terakhir, buku ini menyoroti permasalahan kepemimpinan di Indonesia, dengan tinjauan sejarah kepemimpinan di negara ini.
"Buku Manajemen Kepemimpinan" adalah sumber daya penting bagi mereka yang ingin memahami dasar-dasar kepemimpinan, menerapkan teori-teori kepemimpinan dalam konteks yang beragam, dan memahami kompleksitas
kepemimpinan di Indonesia. Dengan tinjauan yang komprehensif, buku ini mempersiapkan pembaca untuk menjadi pemimpin yang lebih efektif dan berpengaruh di dunia yang terus berubah.

Manajemen Kepemimpinan Copyright© PT Penamudamedia, 2023 Penulis: Al Munip, S.Pd, M.Pd., Anatun Nisa Mun’amah, S.Pd., M.Pd Irda Amalia, S.Pd., Deza Zalia Permata Dewi, S.Pd., M.M., Suci Apriani, S.Pd., Siti Husna Maab, S.Pd., Chabib Abdul Rahim, S.Pd., Rihatmi, S.Pd., Benri Purba, S.S., Walbaitil Makmur, S.Pd., Devi Ferera Kristiana Candrawati, S.Pd., Baiq Siti Maryam, S.E. Editor: Pebi Julianto, M.M. ISBN: 978-623-09-5372-9 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, September 2023 x + 142, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit


v Kata Pengantar ALAM bahagia untuk kita semua, selamat datang dalam buku "Manajemen Kepemimpinan." Kepemimpinan adalah salah satu unsur terpenting dalam dunia bisnis dan organisasi, dan buku ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam tentang peran serta keterampilan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif. Pada saat ini, dunia bisnis dan organisasi berada dalam tantangan yang semakin kompleks dan beragam. Kepemimpinan yang kuat dan berpengetahuan adalah kunci untuk menghadapi tantangan tersebut dengan sukses. Buku ini merangkum berbagai konsep, prinsip, dan praktik terkini dalam manajemen kepemimpinan, dengan tujuan memberikan pemahaman yang kokoh kepada pembaca tentang bagaimana memimpin dengan efektif. Buku ini mencakup berbagai topik, mulai dari teori-teori kepemimpinan yang mendasar hingga strategi praktis untuk mengelola tim dan organisasi. Kami telah menggali pengetahuan dan pengalaman dari berbagai sumber, termasuk pemimpin yang sukses, ahli manajemen, dan penelitian terbaru dalam bidang ini. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini dan kepada Anda, S


vi pembaca setia, yang telah memilih untuk mengembangkan pemahaman Anda tentang kepemimpinan. Semoga buku ini memberikan wawasan yang berharga, inspirasi, dan alat yang berguna untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan Anda. Selamat membaca! Pebi Julianto, M.M. Editor


vii Daftar Isi Kata Pengantar.....................................................................v Daftar Isi................................................................................ vii BAB 1 KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN ........................... 1 A. Pengertian Kepemimpinan..........................................................1 B. Tipe Kepemimpinan .......................................................................3 C. Konsep Dasar Kepemimpinan................................................. 5 BAB 2 TEORI KEPEMIMPINAN..............................................7 A. Trait Theory (Teori Sifat)............................................................. 8 B. Teori Perilaku (Behavioral Theory) ........................................ 9 C. Contingency Theory .....................................................................10 D. Teori kepemimpinan tiga dimensi......................................... 11 E. Teori Kepemimpinan Situasional........................................... 12 F. Teori Atribut Kepemimpinan.................................................... 12 G. Kepemimpinan Kharismatik..................................................... 13


viii H. Kepemimpinan Transformasional........................................ 14 BAB 3 KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM.............................17 A. Kriteria Kepemimpinan Yang Ideal Dalam Islam......... 20 B. Tugas Juga Kewajiban Pemimpin Dalam Islam...........22 C. Ciri-Ciri Pemimpin Islami ..........................................................23 BAB 4 TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN....................................25 A. Kepemimpinan Otoriter dan Demokratis..........................27 B. Kepemimpinan Transaksional, Transformasional....... 29 C. Kepemimpinan Servant .............................................................32 D. Kepemimpinan Situasional ..................................................... 34 E. Kepemimpinan Karismatik ...................................................... 36 F. Kepemimpinan Kolaboratif..................................................... 38 BAB 5 MODAL DAN STRATEGI KEPEMIMPINAN...........42 A. Fungsi dan Peran Kepemimpinan ....................................... 42 B. Model Kepemimpinan................................................................44 C. Strategi Kepemimpinan............................................................ 47 BAB 6 STRATEGI PENDEKATAN DENGAN BAWAHAN 51 A. Pendekatan Gaya Situasional................................................55 B. Pendekatan Gaya Kepemimpinan Tim.............................56 BAB 7 PENGELOLAAN EMOSI PEMIMPIN........................59


ix A. Pengertian Emosi ..........................................................................59 B. Pentingnya Pengendalian Emosi ( emotional Intelligence ) ....................................................................................61 C. Beberapa cara pengendalian emosi dalam islam. ...62 D. Tokoh dengan kemampuan emotional intelligence yang baik. .........................................................................................63 BAB 8 MANAJEMEN KEPEMIMPINAN............................. 66 A. Pengertian Manajemen Kepemimpinan...........................66 B. Prinsip Dasar Manajemen Kepemimpinan....................... 71 C. Komponen Manajemen Kepemimpinan .......................... 73 D. Fungsi Manajemen Kepemimpinan dalam sebuah Organisasi.........................................................................................75 E. Elemen Kunci Manajemen Kepemimpinan yang Efektif ................................................................................................................76 BAB 9 FAKTOR PENGHAMBAT KEPEMIMPINAN.......... 79 A. Faktor Pendukung Kepemimpinan.......................................82 B. Faktor Penghambat Kepemimpinan:.................................85 BAB 10 GAYA KEPEMIMPINAN ..........................................91 A. Konsep Kepemimpinan ..............................................................91 B. Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan.........................................92 BAB 11 TUGAS SEORANG PEMIMPIN .............................. 99


x A. Definisi Pemimpin.........................................................................99 B. Syarat-Syarat Utama Seorang Pemimpin......................101 C. Karakter-Karakter Seorang Pemimpin yang Unggul 102 D. Tugas Seorang Pemimpin ......................................................104 BAB 12 PERMASALAHAN KEPEMIMPINAN DI INDONESIA ............................................................. 108 A. Sejarah terbentuknya bangsa Indonesia .......................108 B. Sejarah Kepemimpinan di Indonesia.................................. 111 C. Permasalahan Kepemimpinan di Indonesia ................. 117 Daftar Pustaka ...................................................................127 Tentang Penulis................................................................ 135


Manajemen Kepemimpinan 1 KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN A. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan unsur yang sangat penting dalam menghadapi gaya dan perilaku seseorang. Hal itu merupakan potensi untuk mampu membuat orang lain yang dipimpin mengikuti apa yang dikehendaki pemimpinnya menjadi realita. Bahkan dalam kapasitas pribadipun, didalam tubuh manusia itu ada kapasitas atau potensi pengendali yang pada intinya memfasilitasi seseorang untuk dapat memimpin dirinya sendiri. Leadership has a range of definitions, but at its simplest it is concerned with the ability to influence others to achieve goals. The process and attributes required to effectively influence others are central to an understanding of leadership and its currency in the context of developing


2 Manajemen Kepemimpinan public health nutrition as a discipline and its place in our daily practice. 1 Kepemimpinan mempunyai berbagai definisi, namun pada definisi yang paling sederhana berkaitan dengan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain mencapai tujuan. Proses yang diperlukan untuk mempengaruhi orang lain secara efektif adalah hal yang penting dalam kepemimpinan. Menurut Tannebaum dalam Nanang Fatah menyebutkan gaya kepemimpinan yang baik merupakan perpaduan yang serasi antara struktur tugas dan kekuatan sosial. Ada tiga kekuatan yang harus pertimbangan yang harus dipertimbangkan yaitu: kekuatan pada pemimpin, kekuatan pada bawahan, dan kekuatan pada situasi.2 Kerjasama antar tiga kekuatan ini selayaknya berjalan secara seimbang dan selaras. Manusia adalah unik dengan berbagai perilaku yang berbeda, begitu halnya seorang pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda pula terhadap anggotanya. Perilaku pemimpin inilah kemudian yang menimbulkan gaya kepemimpinan.3 Pimpinan yang berkualitas adalah pemimpin yang mampu beradaptasi terhadap situasi dan gaya tuntuna organisasi. Keefektifan kepemimpinan dipengaruhi oleh situasi yang terjadi terkait gaya kemempinan yang diterapkan pula. 1 Hughes, Roger, Robert C. Ginnett, and Gordon J. Curphy. "Leadership." Chicago, Irwin (1996). Hal 1 2 Nanang Fattan, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,2008), hal.91 3 Veitzal Rivai, Pemimpin dan kepemimpinan dalam Organisasi ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013 ) hal. 265


Manajemen Kepemimpinan 3 Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain kearah pencapaian tujuan organisasi. Ada aspek penting dalam proses kepimpinan adalah hasil rangkaian komleksi dari interaksi diantara pemimpin orang yang dipimpin dan situasi.4 Kepemimpinan adalah hal yang sangat penting sehingga amat sukar di buat rumusan yang menyeluruh tentang arti kepemimpinan. Oleh karenanya, tida ada satu pun definisi kepemimpinan yang dapat dirumuskan secara kompleks. Sehingga dapat mengabstraksikan perilaku sosial atau perilaku interaktif manusia di dalam suatu organisasi yang memiliki regulasi dan struktur tertentu, serta misi yang menyeluruh.5 Pada dasarnya Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam salah satu organisasi, baik buruknya organisasi sering kali terhantung pada faktor pemimpin. B. Tipe Kepemimpinan Matayyang dalam tulisannya menyebutkan beberapa tipe kepemimpinan diantaranya ada otoritas, peternalistik, kharismatik, demokratis dan militeristis.6 1. Tipe Otoritas (Autocrat) Otokrat berasal dari perkataan "utus" (sendiri) dan "kratos" (kekuasaan) jadi otokrat berarti penguasaan obsolut. 4 Saiful Sagana, Etika dan Moralitas Pendidikan, (Jakarta : Kencana,2013),hal. 148 5 Sudarman Danim, Visi Baru Manajemen Madrasah (Jakarta : Bumi Aksara, 2012 ) hal. 204 6 Mattayang, Besse. "Tipe dan gaya kepemimpinan: suatu tinjauan teoritis." JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting) 2.2 (2019): 45-52. Hal. 46


4 Manajemen Kepemimpinan 2. Tipe Peternalistik merupakan Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi dapat diwarnai oleh harapan para pengikutnya. Harapan secara umumnya terwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layaknya dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Seorang pemimpin yang memiliki sikap peternalistik akan mengutamakan nilai kebersamaan, dan kepentingan bersama. Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat yang adil. 3. Tipe Kharismatik Tipe pemimpin kharismatik ini memiliki daya tarik yang bisa untuk mempengaruhi orang lain. Kharismatik merupakan contoh lemah lembutnya seorang pemimpin. 4. Tipe Laissez Faire merupakan kepemimpinan dengan Gaya santai yang berangkat dari pandangan bahwa organisasi tidak menghadapi masalah yang serius dan kalaupun ada selalu dapat ditemukan penyelesaiannya. Dengan kata lain, pemimpin tipe ini tidak memiliki „m_hm_ i` ]lcmcm‟. 7 Pemimpin tipe ini tidak senang mengambil resiko dan lebih cenderung pada upaya mempertahankan status quo. Tipe ini gemar melimpahkan wewenang kepada bawahannya dan lebih menyenangi situasi bahwa para bawahanlah yang mengambil keputusan dan keberadaannya dalam organisasi lebih bersifat suportif dan Enggan mengenakan sanksi 7 Lelo Sintani, M. M., et al. Dasar Kepemimpinan. Cendikia Mulia Mandiri, 2022. Hal.76


Manajemen Kepemimpinan 5 5. Tipe Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahan. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. 6. Tipe Militeristis Banyak mengunakan sistem perintah, sistem komando dari atasan ke bawahan yang sifatnya keras, sangat otoriter dan menghendaki bawahan agar selalu patuh. C. Konsep Dasar Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggung jawabkan kepada anggotaanggota yang dipimpinya, tetapi juga akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Swt. Pertanggung jawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontalformal sesama manusia, tetapi bersifat vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah Swt di akhirat8 . Allah Swt berfirman yang Artinya: "Dan orang-orang yang memelihara amanah (yang diembankannya)dan janji mereka, dan orangorang yang memelihara sholatnya"(QS. Al Mukminun 8-9) Seorang pemimpin selayaknya memiliki sifat amanah, sebab ia akan diserahi tanggung jawab. Jika pemimpin tidak mempunyai sifat amanah, tentu yang terjadi adalah penyalah gunaan jabatan atau wewenang yang tidak selayaknya. 8 Bashori, Bashori, Mardivta Yolanda, and Sonia Wulandari. "Konsep kepemimpinan abad 21 dalam pengembangan lembaga pendidikan tinggi islam." PRODU: Prokurasi Edukasi Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1.2 (2020). Hal 114


6 Manajemen Kepemimpinan Dimensi pengembangan kepemimpinan meliputi : Tindakan (Altruistic calling), Emotional healing (empati), Wisdom (Bijaksana), Persuasive mapping (solusi), Organizational stewardship (tumbuh), humality (berjiwa sosial), visioner, dan service (melayani).9 Kepemimpinan aka nada perubahan jika ada Tindakan. Seorang pemimpin juga harus memiliki sifat empati terhadap bawahan. Nawaz menyebutkan tentang kepemimpinan bahwa ‚The theories of contingency recommends that no leadership style is precise as a stand-alone as the leadership style used is reliant upon the factors such as the quality, situation of the followers or [ hog\_l i` inb_l p[lc[\f_m. ‚A]]il^cha ni nbcm theory, there is no single right way to lead because the internal and external dimensions of the environment require the leader to adapt to that particular situation. 10 Tidak akan ada gaya kepemimpinan yang berdiri sendiri, artinya keberhasilan seorang pemimpin dipengaruhi oleh Tindakan dan dorongan bawahan. Lingkungan memiliki peran oenting dalam situasi tertentu untuk pengkondisian gaya kepemimoinan. Konsep Dasar Kepemimpinan memiliki cakupan yang sangat luas, tulisan ini hanya sebatas memberikan pengantar diawal pembahasan yang berkaitan dengan Manajemen Kepemimpinan. Pembahasan selanjutnya dapat dibaca pada sub bab berikutnya. Terima kasih. 9 Rifa'i, Muh Khoirul. Kepemimpinan Pendidikan Islam: Konsep Dasar dan Teori Memimpin Lembaga Pendidikan Islam. Garudhawaca, 2023. Hal 90 10 Nawaz, Z. A. K. D. A., and I. Khan. "Leadership theories and styles: A literature review." Leadership 16.1 (2016): 1-7. Hal 2


Manajemen Kepemimpinan 7 TEORI KEPEMIMPINAN EPEMIMPINAN adalah suatu bidang studi serta keterampilan praktis yang mencakup kemampuan m_m_il[ha [n[o mo[no ila[hcm[mc ohnoe ‚g_gcgjch‛ [n[o membimbing orang lain, kelompok atau keseluruhan organisasi. (Chemers, 1997). Komunitas akademis di Amerika mengartikan kepemimpinan sebagai proses pengaruh sosial di mana seseorang dapat melibatkan bantuan dan dukungan di luar upaya untuk menyelesaikan tugas bersama (Chin, 2015). Pada akhir tahun 1940an dan awal tahun 1950an, serangkaian tinjauan kualitatif studi kepemimpinan mendorong para sarjana untuk mengambil pandangan yang sangat berbeda mengenai motivasi yang mendasari kepemimpinan. Meninjau literatur yang ada, Stogdill dan Mann menemukan bahwa meskipun ada beberapa karakteristik umum dalam beberapa penelitian, data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa orang yang menjadi pemimpin dalam suatu situasi tidak selalu menjadi pemimpin dalam situasi lain (Lewin et al., 1993). Selain itu, kepemimpinan tidak lagi digambarkan sebagai sifat pribadi yang bertahan lama, karena pendekatan situasional menunjukkan bahwa individu dapat berfungsi secara efektif dalam beberapa situasi tetapi tidak efektif dalam situasi lain. Fokusnya kemudian beralih dari K


8 Manajemen Kepemimpinan karakteristik pemimpin ke mempelajari perilaku pemimpin yang efektif. Pendekatan ini mendominasi sebagian besar teori dan penelitian kepemimpinan pada dekade-dekade berikutnya. A. Trait Theory (Teori Sifat) Teori kepribadian adalah studi tentang sifat-sifat yang pada awalnya berupaya mengidentifikasi ciri-ciri fisik, kepribadian, dan kemampuan seseorang yang dianggap sebagai pemimpin alami (Kenny & Zaccaro, 1983). Ratusan studi sifat/karakteristik telah dilakukan, namun sifat/ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian sifat tidak menjawab pertanyaan tentang bagaimana sifat berinteraksi satu sama lain sebagai faktor yang mengintegrasikan kepribadian dan perilaku, atau bagaimana situasi menentukan relevansi sifat dan kemampuan yang berbeda untuk kesuksesan seorang pemimpin. Peneliti kepemimpinan mengungkapkan hal-hal berikut: 1. Individu dapat dan memang muncul sebagai pemimpin dalam berbagai situasi dan tugas. 2. Ada hubungan yang signifikan antara kemunculan kepemimpinan dan ciri-ciri individu seperti: Intelijen, Penyesuaian, Ekstraversi, Kesadaran, Keterbukaan untuk merasakan, serta Efikasi diri secara umum (Judge, et al., 2002)


Manajemen Kepemimpinan 9 B. Teori Perilaku (Behavioral Theory) Selama tiga dekade, dimulai pada awal tahun 1950an, penelitian tentang perilaku kepemimpinan terutama berfokus pada beberapa dimensi perilaku. Kebanyakan penelitian tentang perilaku kepemimpinan pada periode ini menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku berorientasi tugas dan berorientasi hubungan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku ini berhubungan dengan kriteria efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan (Lewin et al., 1995). Peneliti lain menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk mempelajari bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika diamati lebih dekat, kesimpulan yang paling konsisten dan mungkin dari teori perilaku ini adalah bahwa pemimpin yang bijaksana akan lebih puas dengan pengikutnya. Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil (Miltenberger, 2004). Sementara itu, model leadership continuum dan Likert's Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh


10 Manajemen Kepemimpinan Michigan University. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi. C. Contingency Theory Teori kontingensi mengasumsikan bahwa nilai-nilai moral (atau sikap) yang berbeda diperlukan dalam situasi yang berbeda untuk seorang pemimpin yang efektif. Model kepemimpinan jalur-tujuan mengkaji bagaimana empat dimensi perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan motivasi pengikut (Hall et al., 1985). Secara umum, pemimpin memotivasi pengikutnya dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang hasil berbagai upaya. Jika pengikut percaya bahwa hasil dapat dicapai melalui usaha keras dan usaha tersebut akan berhasil, maka mereka akan berusaha lebih keras. Aspek situasi seperti sifat pekerjaan, lingkungan kerja, dan sikap para pengikutnya menentukan seberapa sukses kepemimpinan jenis ini dalam meningkatkan kepuasan dan usaha para pengikutnya. Model LPC Fiedler membahas efek moderasi dari tiga variabel situasional pada hubungan antara kepribadian pemimpin (LPC) dan kinerja pengikut. Menurut model ini, pemimpin dengan skor LPC yang tinggi akan berkinerja lebih baik dalam situasi yang kurang positif, sementara pemimpin dengan skor LPC yang lebih rendah akan mendapatkan keuntungan baik dalam situasi yang positif maupun negatif.


Manajemen Kepemimpinan 11 Teori kepemimpinan transformasional menjelaskan bagaimana para pemimpin mengembangkan hubungan transformatif dalam situasi sulit berbeda dengan pengikut yang berbeda. Program Hersey dan Blanchard Plus fokus pada pelanggan. Pengajaran ini berfokus pada praktik manajer dalam menjalankan peran kepemimpinannya dan hubungan dengan manajer seorang pengikut. Model keterlibatan kepemimpinan menggambarkan bagaimana perilaku pemimpin dan proses pengambilan keputusan berhubungan dengan perubahan situasi. Model ini mengkaji berbagai jenis kondisi yang dapat dipenuhi pemimpin dalam menjalankan tugasnya bimbingannya. Fokusnya adalah pada praktik kepemimpinan manusia berubah tergantung situasi. D. Teori kepemimpinan tiga dimensi Teori ini dikemukakan oleh Reddin guru besar Universitas New Brunswick Canada, menurutnya ada tiga dimensi yang dapat dipakai untuk menentukan gaya kepemimpinan yaitu: perhatian pada produksi atau tugas, perhatian pada orang dan dimensi efektivitas (Barrick & Mount., 1991). Gaya kepemimpinan Reddin sama dengan jaringan manajemen yang dimiliki empat gaya dasar kepemimpinan, yaitu Integrated, related, separated, dan dedicated. Eddin menyatakan bahwa keempat gaya tersebut menjadi efektif atau tidak efektif tergantung pada situasi


12 Manajemen Kepemimpinan E. Teori Kepemimpinan Situasional Teori ini merupakan pengembangan dari suatu model Petunjuk ketiga didasarkan pada hubungan antara ketiga elemen tersebut yaitu etos kerja, etika sosial dan kedewasaan. Etos kerja adalah memberikan instruksi dari manajemen kepada bawahan detail yang tepat, apa yang harus dilakukan, kapan dan bagaimana melakukannya dan menganalisisnya secara menyeluruh (Janasz, et al., 2002). Aksi sosial adalah sebuah permintaan transfer dari manajemen melalui komunikasi dua arah yang mencakup mendengarkan dan melibatkan bawahan dalam memecahkan masalah. Tentang kedewasaan, itu benar kemampuan dan kesiapan bawahan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek. Dari ketiganya, tingkat Kematangan bawahan menjadi faktor utama, akibat tekanan tersebut. Tujuan utama teori ini didasarkan pada perilaku para pemimpin dalam hubungannya dibawah. Menurut teori ini, gaya kepemimpinan akan efektif jika diubah dan kematangan anak. F. Teori Atribut Kepemimpinan Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individu individu lain yang menjadi bawahannya (Mondy, et al., 1993).


Manajemen Kepemimpinan 13 Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih diakui oleh banyak orang yaitu: 1. Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya. 2. Teori sumber perhatian dalam kesadaran (Conscious Attentional Resources) bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan). 3. Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu teori yang berfokus pada akal sehat. G. Kepemimpinan Kharismatik Karisma merupakan ciri khas hubungan antara pemimpin dan pengikut. Ciri-cirinya meliputi rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, kelembutan, kemampuan mengekspresikan diri, dan yang terpenting, kepribadian dan visi pemimpin sesuai dengan kebutuhan para pengikutnya. Berbagai konsep gaya kepemimpinan telah dibahas dalam proyek pendidikan ini. Gaya kepemimpinan karismatik menekankan pada identitas pribadi, pembangkitan motivasi pemimpin, dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan dan kepercayaan diri para pengikutnya. Teori karisma lebih menekankan pada identitas pribadi sebagai proses utama pengaruh dan keterlibatan sebagai proses sekunder (Bono & Ilies, 2006).


14 Manajemen Kepemimpinan Konsep konsep diri menekankan pada internalisasi nilainilai, ciri-ciri kepribadian, dan perasaan pemimpin yang mementingkan diri sendiri dan hanya berperan kecil untuk identitas diri. Pada saat yang sama, teori media sosial menjelaskan bahwa perilaku pengikut dipengaruhi oleh pemimpin, mungkin melalui identifikasi. Individu dan pengikut lainnya dipengaruhi oleh media sosial. Di sisi lain, definisi psikoanalitik tentang karisma dengan jelas menunjukkan kepada kita bahwa pengaruh pemimpin berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin. Karisma adalah hal baru. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin karismatik untuk menurunkan karismanya, meskipun hal tersebut sulit dilakukan. Kepemimpinan karismatik mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap pengikut dalam organisasi. H. Kepemimpinan Transformasional Pemimpin transformasional mencoba meningkatkan kesadaran di antara para pengikutnya dengan membimbing mereka menuju cita-cita dan nilai-nilai yang lebih tinggi. Burns dan Bass menggambarkan pemimpin transformasional dalam suatu organisasi serta pemimpin transformasional, karismatik dan transaksional. Pemimpin transformasional membuat karyawannya sadar akan nilai dan pentingnya pekerjaan, meningkatkan tingkat pentingnya dan menjadikan karyawannya memberi nilai tambah bagi organisasi (Bass et al., 1996).


Manajemen Kepemimpinan 15 Hasilnya adalah para pengikut memiliki kepercayaan diri dan rasa hormat terhadap pemimpin dan termotivasi untuk melakukan lebih dari apa yang diharapkan dari mereka. Pengaruh transformasional dicapai melalui karisma, kepemimpinan inspiratif, perhatian individu dan stimulasi intelektual. Temuan Bennis dan Nanus, Tichy dan Devanna mengarah pada diskusi tentang bagaimana pemimpin transformasional mengubah budaya dan strategi organisasi. Biasanya, pemimpin transformasional mendefinisikan sebuah visi, membangun komitmen terhadap visi tersebut, menerapkan strategi untuk mencapai visi tersebut, dan menanamkan nilai-nilai baru. Kajian mengenai kepemimpinan sebenarnya sekitar tahun 1960an dimulai di kalangan ilmuwan perilaku, yang secara khusus mempelajari dan memahami kepemimpinan dalam konteks perilaku kepemimpinan yang dinamis. Keinginan untuk memahami pemerintahan secara organik; j_gcgjch m_\[a[c ‚ij_l[nil g_mch‛, g_ha[\[ce[h [mj_e sosial organisasi; Abaikan tradisi yang tidak ada Lihatlah. Dari sinilah muncul kesadaran bahwa diperlukan pemimpin yang kuat (memiliki pemimpin yang kuat) dan sistem pemerintahan yang kokoh dan kokoh. Jadi aksennya Kepemimpinan selalu tentang perilaku kepemimpinan yang kuat dalam mempengaruhi anggota organisasi. Meskipun saat ini konsep kepemimpinan, dalam banyak penelitian, memiliki muatan sosial yang lebih kuat. Hal ini didasari oleh kuatnya citra sosial organisasi tersebut sehingga dianggap sebagai sistem sosial dan budaya negara. Tata


16 Manajemen Kepemimpinan kelola tidak dipahami secara harfiah, namun sebagai aspek organisasi yang membantu membangun budaya organisasi yang positif. Menurut Willer Lane et al, seperti yang dikutip (Hall, et al., 1985),kepemimpinan memiliki dimensi sosial budaya sebagaimana dijelaskan sebagai berikut. For although leaders deal directly with individuals it is organizations-that is, group tradition, established relationship, and vested interest groups-which are their main concern. Clearly, the problems, dilemas, and inconsistencies of organizations and of society are the problems of the leaders. They constitute the leadership setting. Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa kepemimpinan terkait langsung dengan kebiasaan kelompok, melakukan hubungan, dan perhatian pada kelompok berkepentingan dalam suatu organisasi. Pemimpin hendaknya berupaya untuk membangun sebuah tradisi kelompok (group tradition) melalui hubungan kerja dengan anggota organisasi dengan berupaya memecahkan masalahmasalah dan masyarakat.


Manajemen Kepemimpinan 17 KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM ETIAP orang adalah pemimpin, juga setiap kepemimpinan harus dipertanggungjawabkan. Secara etimologis kepemimpinan mempunyai arti khalifah, imamah, imaroh, yang bermakna kemampuan seseorang dalam memimpin. Sedangkan secara terminologi merupakan kemampuan untuk mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk mewujudkan tujuan bersama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan berarti penting bagi seorang pemimpin, karena mengarah pada perencanaan, pengelolaan, pengaturan, juga pengimplementasian dalam suatu usaha untuk mengubah semua potensi yang ada menjadi nyata. Al-Qur'an juga As-Sunnah sama-sama membahas tentang gagasan imamah atau kepemimpinan Islam, yang mencakup cara memimpin atau dipimpin agar ajaran Islam dipraktikkan guna menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia juga di akhirat sebagai tujuan akhir. Dalam agama Islam, setiap orang diciptakan untuk memerintah sebagai khalifah. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam QS. Al Baqarah/2: 30, yang artinya: S


18 Manajemen Kepemimpinan ‚D[h (cha[nf[b) e_nce[ Tob[hgo \_l`clg[h e_j[^a para g[f[ce[n, ‚Aeo b_h^[e g_hd[^ce[h eb[fc`[b ^c \ogc.‛ M_l_e[ \_le[n[, ‚Aj[e[b Ehae[o b_h^[e g_hd[^ce[h il[ha s[ha merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mo?‛ Dc[ \_l`clg[h, ‚Sohaaob, Aeo g_ha_n[boi apa yang tidak kamu e_n[boc.‛ Ayat di atas menyatakan bahwa umat manusia dipilih oleh Allah SWT untuk dijadikan khalifah, atau sebagai pemimpin yang mempunyai wewenang juga tanggung jawab di muka bumi. Tanggung jawab utama mereka adalah memenuhi peran suci mereka sebagai pembawa rahmat juga memberikan manfaat bagi seisi bumi sesuai dengan kehendak Allah SWT, juga sebagai seorang abdullah (hamba Allah) yang wajib selalu taat dan mengabdikan dirinya kepada Allah SWT. Meskipun ketetapan Allah SWT untuk menjadikan umat manusia memerintah di muka bumi sebagai khalifah menimbulkan pertanyaan dibenak para malaikat, Allah SWT kemudian menjelaskan bahwa Dia mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Terdapat sebutan atau istilah lain yang juga bermakna pemimpin berdasarkan terminologi Al-Qur'an, ialah khalifah, imam, ulil amr juga malik. Istilah khalifah sepertinya sudah sering kita dengar. Khalifah sendiri bermakna seseorang yang telah ditunjuk sebagai seorang pemimpin yang mengemban tugas tertentu di muka bumi. Sebutan bagi seorang pemimpin selanjutnya yaitu Ulil amr. Ulil amr adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuasaan atau hak dalam memerintah juga mengurusi kepentingan umat. Kemudian ada sebutan imam yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita semua yaitu seseorang yang dapat diikuti atau dijadikan panutan pada saat membahas suatu permasalahan atau suatu urusan. istilah


Manajemen Kepemimpinan 19 terakhir yaitu malik yang merujuk pada siapapun yang punya kemampuan pada bidang politik pemerintahan. Pemimpin ideal yang melekat ciri kepemimpinan Islam pada dirinya adalah dambaan setiap umat islam, karena berkembang atau tidaknya suatu organisasi, lembaga, negara serta suatu bangsa ditentukan oleh pemimpinnya. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan rakyat diperlukan pemimpin. Tidak mengherankan jika ada seorang pemimpin yang tidak kompeten, kurang ideal, misalnya cacat mental dan fisik, maka cenderung akan mengundang perdebatan ditengah masyarakat, apakah akan tetap dipertahankan atau malah diberhentikan. Dalam Al-Ahkam Al-Sulthoniyah, Imam Al-Mawardi menyinggung mengenai hukum dan tujuan mempertahankan kepemimpinan. Ia menegaskan, sangat penting bagi masyarakat, negara, juga negara untuk mempertahankan kepemimpinan yang sejalan dengan visi atau pandangan dunia Islam. Selain itu, menurutnya kehadiran Imamah sangat penting karena mempunyai dua tujuan: Pertama, Likhilafati An-Nubuwwah FiHarosati Ad-Din, khususnya sebagai pengganti kewajiban kenabian untuk menegakkan agama. Kedua, Wa Sissati Ad-Dunya, untuk memangku kepemimpinan atau mengendalikan urusan dunia. Agar dapat ditegaskan bahwa tujuan kepemimpinan adalah untuk menumbuhkan rasa aman, adil, bermanfaat, menegakkan [g[l g[’lo` h[bc gohe[l, atau mengajak kebaikan juga mencegah keburukan, mengayomi, mengatur dan memecahkan persoalan yang dialami oleh masyarakat. Para ulama berpendapat bahwa menjaga kepemimpinan (imamah) merupakan suatu kewajiban dalam kehidupan berbangsa juga bernegara. Karena imamah diperlukan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera agar terhindar dari


20 Manajemen Kepemimpinan kehancuran dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sosok pemimpin yang mampu mewakili optimisme masyarakat. A. Kriteria Kepemimpinan Yang Ideal Dalam Islam Banyak sekali pendapat para ulama tentang syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam menunjuk seorang menjadi pemimpin. Al-Mawardi berpendapat bahwa dapat berprilaku adil merupakan sebuah tuntutan umum untuk menjadi seorang pemimpin. Syarat selanjutnya yaitu berilmu, yang memungkinkannya untuk mengamalkan ijtihad dalam permasalahan yang terjadi serta mengesahkan undangundang atau menciptakan hukum. Kemudian sempurna panca indranya, sehingga memperbolehkannya bertindak berdasarkan panca indra yang dimiliki. Mempunyai wawasan yang luas, mampu membimbing rakyatnya juga memperjuangkan kepentingan negaranya. Mempunyai keteguhan juga kemampuan untuk membela negara juga berjihad melawan musuh serta berdarah mulia yaitu berasal dari suku Quraisy karena terdapat keterangan mengenai hal n_lm_\on doa[ \_lf[eo cdg[’. Menurut Imam Syafi'i, untuk menjadi seorang imam atau pemimpin memiliki kesamaan kriteria seperti seorang qadhi (hakim yang bertugas menetapkan persoalan di antara dua pihak yang berselisih), yakni merdeka, laki-laki, mujtahid, sempurna panca indra, berkeadilan juga dewasa. Begitu pula menurut Ibnu Khaldun, seorang pemimpin perlu mempunyai ilmu, keadilan, kemampuan, mempunyai kesehatan jiwa juga


Manajemen Kepemimpinan 21 raga yang baik, yang dapat mempengaruhi pemikiran juga pekerjaan seseorang. Namun syarat berketurunan Quraisy masih diperdebatkan. Ada beberapa kriteria tambahan yang harus dipenuhi karena urgensi seorang pemimpin. Al-Farra mengatakan, calon yang dilantik harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya, merupakan suku Quraisy (hal ini berhubungan dengan konteks kekhalifahan). Kriterianya sama dengan qadhi yaitu orang yang merdeka, telah baligh, berilmu, juga mampu berlaku adil. Memiliki kemampuan dalam berperang, berpolitik, juga tidak mudah terhanyut oleh rasa kasih sayang dalam menegakkan hukum serta mempunyai pengetahuan agama juga ilmu yang lebih. Serta disampaikan pula dalam Surah Al-Ma`idah/5: 51 mengenai kriteria pemimpin tentang larangan untuk memilih pemimpin non muslim. Karena Yahudi juga Nasrani adalah musuh Islam juga umatnya sendiri, maka Allah SWT melarang seluruh umat beriman-Nya untuk mengangkat salah satu dari mereka sebagai pemimpin. Ibnu Jarir mencatat, individu yang menempatkan Nasrani juga Yahudi di atas pemeluk agama dianggap telah berpindah agama ke kedua agama tersebut. Karena tidaklah seseorang mengikat sumpah setia dan membantu seseorang kecuali apabila ia meridhai orang itu dan agamanya. Maka jika ia telah meridhai agama orang tersebut berarti dia memusuhi agamanya sendiri. Allah SWT juga menyuruh umat-Nya baik pemimpin atau yang dipimpin untuk selalu bertindak adil pada segala urusan, perkataan, perbuatan juga perilaku. Keadilan adalah fondasi pemerintahan Islam. Surah An-Nisa/4: 58 merupakan


22 Manajemen Kepemimpinan salah satu dari banyaknya surah dalam Al-Qol’[h s[ha \_lcmc perintah Allah untuk berlaku adil dalam memimpin. Ayat tersebut menyebutkan kriteria lain yang harus dipenuhi seorang pemimpin adalah amanah juga berlaku adil. Dalam ayat tersebut diperintahkan untuk memenuhi amanah terhadap pemiliknya juga menentukan hukum secara adil. Perintah untuk berlaku adil ditujukan kepada seluruh umat manusia. Oleh karena itu amanah juga keadilan harus tetap dijaga tanpa memandang agama, keturunan, juga ras. B. Tugas Juga Kewajiban Pemimpin Dalam Islam Untuk menjamin kesejahteraan masyarakat atau organisasi yang dipimpinnya, seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang harus dipenuhi. Islam menekankan bahwa seorang pemimpin harus menjunjung tinggi prinsipprinsip ini karena memegang posisi kepemimpinan memiliki tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab utama seorang khalifah adalah menegakkan hukum sesuai Al-Qur'an juga Hadits. Ini adalah salah satu tanggung jawabnya yang paling penting. Kemudian, seorang pemimpin berkewajiban untuk banyak beramal sholeh juga sungguh-sungguh beriman serta bertakwa kepada Allah SWT Menjadi pemimpin juga harus mengerti kondisi sosiologis juga antropologis rakyatnya, lalu ia benar-benar mengenal karakter juga watak rakyatnya. Kemudian, hendaknya seorang pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya karena semua tindakan juga keputusannya kelak akan dihisab. Seperti halnya yang diriwayatkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim bahwa


Manajemen Kepemimpinan 23 dari kalangan manapun seorang pemimpin itu berasal, kelak semua tindakannya akan dipertanggungjawabkan juga menerima balasan sesuai dengan apa yang sudah mereka kerjakan. C. Ciri-Ciri Pemimpin Islami Adapun karakteristik dari kepemimpinan islam yaitu memiliki kemampuan juga pengetahuan yang luas dalam mengendalikan lembaga atau organisasinya juga memfungsikan keistimewaannya yang lebih dibanding orang untuk membela agama Allah SWT. Selanjutnya memahami kebiasaan juga bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya. Seperti halnya pada masa para Nabi terdahulu Allah SWT mengutus Nabi juga Rasul-Nya sesuai dengan bahasa kaum yang mereka pahami agar mereka dapat menjelaskan juga menyampaikan penjelasan mengenai agama Allah SWT dengan jelas juga terang. Seorang pemimpin hendaknya berkarisma juga berwibawa dihadapan manusia atau orang lainnya agar lebih mudah baginya untuk mengajak rakyatknya untuk bersemangat dalam mewujudkan tujuan bersama sesuai dengan syariat islam didalamnya. Kemudian seorang pemimpin juga bermuamalah dengan lembut juga kasih sayang terhadap bawahannya, agar orang lain bersimpatik kepadanya dan bermusyawarah dengan para pengikut atau bawahannya serta tidak ragu untuk meminta pendapat juga pengalaman dari mereka. Karena apabila seorang pemimpin yang bersikap keras juga kasar serta anti kritik oleh bawahannya tentu mereka akan menjauhinya. Sedangkan


24 Manajemen Kepemimpinan sebaliknya jika seorang pemimpin mau bermusyawarah dengan bawahannya seperti yang diajarkan dalam Islam tentang sikap musyawarah untuk mencapai tujuan bersama. Menjadi pemimpin hendaknya juga mempunyai kekuasaan juga pengaruh yang kuat, sehingga dapat mengendalikan serta melawan perbuatan buruk, karena seorang pemimpinlah yang akan melakukan pengendalian juga memantau tindakan anggotanya, meluruskan yang keliru, juga mengajak pada kebaikan serta mencengah perbuatan keji. Terakhir, mau menerima nasehat dari siapa saja juga tidak sombong karena Allah SWT sangat membenci orang yang sombong. Nasehat atau perbaikan dari orang lain sangat diperlukan bagi pemimpin sebagai pembelajaran juga evaluasi atas apa yang telah dia kerjakan.


Manajemen Kepemimpinan 25 TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN UKU ini menyajikan sebuah analisis komprehensif mengenai berbagai tipe kepemimpinan yang ada, termasuk kepemimpinan otoriter, transformasional, transaksional, servant, situasional, karismatik, dan lainnya. Buku ini juga menjelaskan cara implementasi tipe-tipe kepemimpinan ini dalam konteks organisasi dan mengevaluasi dampaknya terhadap budaya dan kinerja organisasi. Untuk dapat membantu para pemimpin dan pembaca memahami berbagai pendekatan kepemimpinan dan memilih yang sesuai dengan situasi dan tujuan masing-masing. Kepemimpinan adalah elemen penting dalam pengelolaan organisasi, dan berbagai tipe kepemimpinan memiliki karakteristik dan dampak yang berbeda. Dalam buku ini akan menguraikan dan menganalisis berbagai tipe kepemimpinan yang telah dikaji oleh para peneliti dan praktisi. Dalam bagian ini akan menyajikan ringkasan dari berbagai tipe kepemimpinan yang telah penulis tinjau, termasuk karakteristik utama mereka dan bagaimana tipe-tipe tersebut berbeda satu sama lain. Penulis juga akan memberikan contoh-contoh implementasi B


26 Manajemen Kepemimpinan kepemimpinan dalam konteks organisasi dan dampaknya pada budaya dan kinerja organisasi. Dengan rangkaian bab ini, pembaca akan mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang berbagai tipe kepemimpinan, serta bagaimana menerapkannya dalam berbagai konteks. Selain itu, buku ini juga dapat membahas isu-isu terkini dan tren masa depan dalam kepemimpinan. Kepemimpinan adalah salah satu unsur kunci yang memengaruhi perjalanan suatu organisasi atau masyarakat. Untuk memahami signifikansinya, mari kita lihat sebuah studi kasus konkret. Pada tahun 1960-an, ketika Martin Luther King Jr. memimpin Gerakan Hak Sipil di Amerika Serikat, dia menunjukkan bagaimana kepemimpinan yang kuat dan berlandaskan pada nilai-nilai seperti kesetaraan, keadilan, dan perdamaian, dapat menggerakkan perubahan sosial yang signifikan. Dalam hal ini, kepemimpinan King tidak hanya memengaruhi organisasi (Gerakan Hak Sipil) tetapi juga masyarakat secara luas, menginspirasi jutaan orang untuk berjuang demi hak-hak sipil yang lebih baik. Seiring berjalannya waktu, konsep kepemimpinan telah mengalami perkembangan yang menarik dari perspektif historis. Pada awalnya, kepemimpinan sering dianggap sebagai wewenang dan kontrol yang diterapkan oleh pemimpin atas bawahan. Namun, pandangan ini telah berubah seiring dengan perkembangan pemikiran dan penelitian di bidang ini. Konsep kepemimpinan modern lebih cenderung memandang pemimpin sebagai pendorong perubahan, pengarah visi, dan pemotivasi tim. Ini mencerminkan perkembangan masyarakat dan organisasi yang semakin kompleks, yang membutuhkan pemimpin yang


Manajemen Kepemimpinan 27 mampu beradaptasi dengan perubahan dan memahami dinamika antarindividu dan kelompok. Banyak pendekatan dan teori kepemimpinan yang telah berkembang, menciptakan kerangka kerja yang beragam bagi pemimpin untuk mengembangkan gaya kepemimpinan mereka. Mulai dari teori kepemimpinan transformasional hingga pendekatan kepemimpinan servant, setiap pendekatan ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana pemimpin memengaruhi organisasi dan masyarakat dengan cara yang berbeda. Selanjutnya, kita akan meggali berbagai tipe kepemimpinan ini dengan lebih mendalam dan lebih dalam tentang karakteristik, kelebihan, dan kelemahan masing-masing. Tipe-tipe kepemimpinan memiliki karakteristik yang berbeda dan dampak yang bervariasi dalam konteks organisasi sebagai berikut; A. Kepemimpinan Otoriter dan Demokratis Menurut (Kurt Lewin, 1939): Kurt Lewin, seorang psikolog sosial, membedakan dua tipe kepemimpinan utama. Kepemimpinan otoriter dicirikan oleh kontrol yang kuat oleh pemimpin dengan sedikit partisipasi dari anggota tim. Sebaliknya, kepemimpinan demokratis melibatkan partisipasi anggota tim dalam pengambilan keputusan, menciptakan lingkungan kolaboratif. Kepemimpinan Otoriter adalah salah satu bentuk kepemimpinan yang dicirikan oleh pemimpin yang memiliki kendali dan kekuasaan penuh dalam mengambil keputusan serta memberlakukan kontrol yang ketat terhadap bawahan.


28 Manajemen Kepemimpinan Dalam konteks tertentu, seperti situasi krisis atau ketika diperlukan pengambilan keputusan cepat, kepemimpinan otoriter dapat dinilai sebagai berhasil. Kelebihannya adalah efisiensi dalam pengambilan keputusan yang cepat dan ketegasan dalam menjalankan instruksi. Ini dapat memungkinkan tim untuk mencapai tujuan dengan cepat dan efektif dalam situasi yang memerlukan disiplin yang ketat. Namun, ada beberapa kekurangan yang muncul dalam konteks kepemimpinan otoriter. Salah satunya adalah kurangnya partisipasi anggota tim dalam pengambilan keputusan, yang dapat mengakibatkan perasaan kurangnya kontrol dan rasa memiliki dalam pekerjaan yang mereka lakukan. Hal ini dapat menghambat motivasi bawahan, karena mereka mungkin merasa kurang termotivasi untuk berkontribusi secara maksimal ketika keputusan dan instruksi datang dari atas tanpa perhatian terhadap pandangan atau ide mereka. Selain itu, kurangnya ruang untuk kreativitas dan inovasi dalam kepemimpinan otoriter juga dapat menjadi hambatan, terutama dalam situasi di mana ide-ide baru dan solusi kreatif dibutuhkan. Oleh karena itu, evaluasi keberhasilan dan kegagalan kepemimpinan otoriter harus dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan konteks tertentu, dengan memperhatikan dampaknya terhadap motivasi dan kreativitas anggota tim. Secara singkat Kepemimpinan otoriter melibatkan pemimpin yang mengambil keputusan tunggal dan memberlakukan kontrol yang ketat atas bawahannya. Kelebihannya terletak pada efisiensi dan ketegasan dalam pengambilan keputusan yang cepat. Namun, kelemahannya adalah kurangnya partisipasi anggota tim, yang dapat menghambat kreativitas dan inovasi. Implementasi


Manajemen Kepemimpinan 29 kepemimpinan otoriter terutama efektif dalam situasi-situasi krisis, seperti misalnya dalam tim penyelamatan darurat. B. Kepemimpinan Transaksional, Transformasional James MacGregor Burns, 1978): mengembangkan konsep kepemimpinan transaksional, transformasional Kepemimpinan transaksional berkaitan dengan pertukaran di antara pemimpin dan anggota tim, sedangkan kepemimpinan transformasional bertujuan untuk menginspirasi dan memotivasi orang untuk mencapai potensi terbaik mereka dengan memandang visi yang inspiratif. Kepemimpinan Transaksional adalah salah satu pendekatan kepemimpinan yang menekankan pada pertukaran antara pemimpin dan bawahannya. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin memantau kinerja individu atau tim dan memberikan penghargaan atau hukuman berdasarkan pencapaian target atau kepatuhan terhadap aturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Contoh nyata efektivitas kepemimpinan transaksional dapat ditemukan dalam berbagai organisasi bisnis. Sebagai contoh, dalam lingkungan penjualan, seorang sales manager dapat memberikan insentif berupa bonus atau komisi kepada tim penjualan yang mencapai atau melebihi target penjualan bulanan. Dalam industri manufaktur, pemimpin pabrik dapat memberikan penghargaan atau pengakuan kepada pekerja yang menjaga tingkat produktivitas dan kualitas yang tinggi dalam lini produksi. Dalam sektor pelayanan kesehatan, kepala rumah sakit dapat memberikan penghargaan kepada


30 Manajemen Kepemimpinan staf medis yang mematuhi protokol keamanan pasien dengan baik. Pengukuran kinerja dalam konteks kepemimpinan transaksional dapat dilakukan dengan jelas dan terukur, misalnya dengan menghitung penjualan, tingkat produktivitas, atau kepatuhan terhadap prosedur tertentu. Penghargaan yang diberikan kepada individu atau tim bisa berupa bonus finansial, pengakuan publik, promosi, atau pengembangan karier. Namun, meskipun kepemimpinan transaksional dapat memberikan dorongan yang kuat untuk mencapai target dan mempertahankan disiplin, pendekatan ini mungkin kurang efektif dalam memotivasi kreativitas dan inovasi di dalam tim. Jadi, dapat disimpulkan, kepemimpinan transaksional sebaliknya, berfokus pada pertukaran antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin memberikan penghargaan atau hukuman berdasarkan kinerja bawahan. Kelebihannya adalah pengukuran yang jelas terhadap kinerja dan insentif bagi bawahan/karyawan untuk mencapai tujuan. Namun, kekurangannya adalah kurangnya motivasi intrinsik dan keterlibatannya. Penerapan kepemimpinan transaksional sering ditemukan dalam organisasi bisnis di mana penghargaan dan pengakuan kinerja merupakan faktor utama. Kepemimpinan Transformasional adalah suatu bentuk kepemimpinan yang dikenal karena kemampuannya untuk menginspirasi dan membawa perubahan signifikan dalam organisasi. Pemimpin yang menerapkan kepemimpinan transformasional memiliki visi yang kuat dan mampu mengkomunikasikan visi tersebut kepada anggota tim dengan cara memotivasi. Mereka sering mempromosikan nilai-nilai seperti inovasi, perubahan, dan pengembangan diri.


Manajemen Kepemimpinan 31 Kepemimpinan transformasional dapat memiliki dampak yang kuat pada organisasi. Contoh-contoh kasus sukses dari organisasi yang menerapkan kepemimpinan transformasional meliputi perusahaan teknologi seperti Apple Inc. di bawah kepemimpinan Steve Jobs. Jobs menghadirkan visi inovasi yang mengubah industri teknologi, menciptakan produkproduk yang menginspirasi dan mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi. Perusahaan lain seperti General Electric di bawah kepemimpinan Jack Welch juga berhasil mengalami transformasi besar dengan fokus pada kualitas, efisiensi, dan pertumbuhan. Kepemimpinan transformasional juga memiliki kemampuan untuk mengubah budaya organisasi. Pemimpin transformasional mengajak anggota tim untuk berpartisipasi dalam pembangunan visi bersama dan mempromosikan nilai-nilai positif yang mencerminkan visi tersebut. Ini dapat menciptakan budaya yang terbuka terhadap perubahan, inovasi, dan pengembangan diri. Contohnya, perusahaan seperti Google telah menerapkan kepemimpinan transformasional dengan mempromosikan budaya yang mendukung kreativitas, eksperimen, dan pengembangan inovasi, yang telah memengaruhi banyak organisasi teknologi lainnya. Dengan demikian, kepemimpinan transformasional bukan hanya membantu mencapai tujuan organisasi tetapi juga mengubah cara orang berinteraksi dan bekerja di dalamnya. Secara garis besar, dapat dipahami kepemimpinan transformasional melibatkan pemimpin yang memotivasi dan menginspirasi bawahan mereka dengan visi yang kuat dan idealisme. Kelebihannya adalah mendorong inovasi, kreativitas, dan komitmen yang tinggi dari anggota tim.


32 Manajemen Kepemimpinan Namun, kelemahannya adalah mungkin kurangnya fokus pada tugas dan tanggung jawab yang lebih praktis. Contoh kepemimpinan transformasional dapat dilihat dalam pemimpin seperti Nelson Mandela, yang memimpin perubahan sosial besar di Afrika Selatan. C. Kepemimpinan Servant Biasa dikenal "Servant Leadership," adalah konsep kepemimpinan yang diperkenalkan oleh Robert K. Greenleaf pada tahun 1970 melalui esainya yang berjudul "The Servant as Leader." Konsep ini menekankan bahwa pemimpin yang efektif adalah mereka yang memandang diri mereka sebagai pelayan (servant) terlebih dahulu, dan tujuan utama kepemimpinan adalah melayani kebutuhan dan perkembangan anggota tim atau organisasi. Dalam kepemimpinan servant, pemimpin berusaha untuk membantu orang lain berkembang, merasa dihargai, dan mencapai potensi terbaik mereka. Kepemimpinan servant menempatkan empati, pelayanan, dan pengembangan individu sebagai prinsip utama dalam memandu tim atau organisasi menuju keberhasilan. Konsep ini telah mendapatkan pengakuan luas dalam berbagai konteks organisasi dan telah menjadi dasar bagi banyak pemimpin yang memprioritaskan peran sebagai pelayan terlebih dahulu dalam kepemimpinan mereka. Kepemimpinan Servant adalah sebuah pendekatan kepemimpinan yang berpusat pada konsep pelayanan dan kepedulian terhadap kebutuhan serta kesejahteraan bawahan. Pemimpin yang menerapkan prinsip-prinsip


Manajemen Kepemimpinan 33 kepemimpinan servant menganggap diri mereka sebagai pelayan bagi anggota tim atau organisasi mereka, bukan sebaliknya. Mereka berfokus pada mengembangkan potensi individu, mendengarkan dengan empati, dan memastikan kepuasan serta perkembangan bawahan sebagai prioritas utama. Kepemimpinan Servant mempromosikan budaya kerja yang inklusif, di mana setiap individu merasa dihargai dan diberdayakan. Sebuah studi kasus yang mencerminkan kesuksesan penerapan prinsip-prinsip kepemimpinan servant adalah perusahaan retailer ternama, The Container Store. Pemimpinnya, Kip Tindell, dikenal sebagai seorang pemimpin servant yang sangat berkomitmen untuk kesejahteraan karyawan-karyawannya. Dalam praktiknya, The Container Store memberikan upah yang adil, manfaat kesejahteraan yang baik, dan pelatihan berkelanjutan kepada karyawannya. Pemimpinan servant Kip Tindell memastikan bahwa kebutuhan karyawan terpenuhi dengan baik dan merasa dihargai, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas dan kepuasan pelanggan. Selain itu, kepemimpinan servant juga dapat mempromosikan etika dan tanggung jawab sosial dalam organisasi. Dengan berfokus pada pelayanan dan perhatian terhadap kebutuhan bawahan, pemimpin servant menciptakan lingkungan kerja yang memprioritaskan nilainilai seperti integritas, kerja sama, dan kepedulian terhadap masyarakat. Dalam contoh The Container Store, perusahaan ini secara aktif terlibat dalam berbagai inisiatif sosial dan lingkungan, serta berkomitmen untuk menjadi perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial. Dengan demikian, kepemimpinan servant dapat memengaruhi budaya


34 Manajemen Kepemimpinan organisasi untuk mendorong tindakan yang etis dan tanggung jawab sosial, tidak hanya dalam hubungan dengan karyawan, tetapi juga dalam interaksi dengan komunitas lebih luas. Jadi Kepemimpinan servant menempatkan pelayanan pada pusatnya, dengan pemimpin yang mengutamakan kebutuhan dan kesejahteraan bawahan. Kelebihannya adalah mempromosikan budaya organisasi yang inklusif dan perhatian terhadap individu. Namun, kekurangannya adalah risiko menjadi terlalu memprioritaskan kebahagiaan individu dan mungkin kurangnya fokus pada mencapai tujuan organisasi. Penerapan kepemimpinan servant sering ditemukan dalam organisasi nirlaba dan lembaga sosial. D. Kepemimpinan Situasional Paul Hersey dan Ken Blanchard, 1969: Hersey dan Blanchard mengembangkan teori kepemimpinan situasional yang menekankan gaya kepemimpinan yang efektif bergantung pada situasi. Pemimpin harus menyesuaikan gaya mereka dengan tingkat kesiapan dan kemampuan anggota tim. Kepemimpinan Situasional adalah pendekatan kepemimpinan yang mengakui bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan tunggal yang sesuai untuk setiap situasi. Dalam konteks kepemimpinan situasional, pemimpin harus mampu mengenali kebutuhan dan karakteristik unik dari situasi yang dihadapi, serta menyesuaikan gaya kepemimpinnya sesuai dengan konteks tersebut. Ini berarti pemimpin dapat menjadi lebih instruktif dan terarah saat situasi memerlukan bimbingan yang lebih jelas, atau lebih


Manajemen Kepemimpinan 35 delegatif dan mendukung ketika anggota tim memiliki tingkat keahlian yang tinggi dan dapat mandiri. Contoh konkret dari situasi-situasi yang memerlukan pendekatan kepemimpinan situasional adalah sebagai berikut: ketika sebuah tim baru terbentuk, pemimpin mungkin perlu mengambil peran yang lebih aktif dalam memberikan arahan dan memberikan pemahaman yang jelas tentang tujuan dan tugas yang harus dilakukan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan tim mengembangkan keterampilan serta kepercayaan, pemimpin dapat beralih ke pendekatan yang lebih delegatif, memberikan lebih banyak otonomi kepada anggota tim untuk mengambil keputusan dan mengatur pekerjaan mereka sendiri. Untuk mengatasi tantangan yang mungkin muncul dalam penerapan kepemimpinan situasional, strategi yang efektif melibatkan komunikasi yang baik antara pemimpin dan anggota tim. Pemimpin harus terbuka terhadap umpan balik dan perubahan dalam dinamika tim. Selain itu, pemimpin perlu memiliki keterampilan analisis yang baik untuk mengidentifikasi perubahan dalam situasi dan menyesuaikan pendekatan kepemimpinan sesuai kebutuhan. Hal ini juga mencakup kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan anggota tim serta memberikan dukungan yang tepat. Dengan kesadaran yang kuat terhadap situasi dan kemampuan untuk beradaptasi, kepemimpinan situasional dapat menjadi alat yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai konteks organisasi. Sehingga kepemimpinan situasional dapat disebut bahwa berbagai situasi memerlukan pendekatan kepemimpinan yang berbeda. Pemimpin harus beradaptasi dengan kebutuhan tim dan tugas yang dihadapi. Kelebihannya adalah


36 Manajemen Kepemimpinan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai situasi. Namun, kekurangannya adalah kompleksitas dalam menentukan pendekatan yang tepat. Implementasi kepemimpinan situasional efektif dalam situasi di mana dinamika tim berubah secara teratur. E. Kepemimpinan Karismatik Kepemimpnan ini adalah suatu pendekatan kepemimpinan di mana pemimpin mempengaruhi dan memotivasi anggota tim dengan menggunakan daya tarik pribadi mereka, visi yang kuat, dan kemampuan untuk menginspirasi. Konsep ini pertama kali dijelaskan oleh Max Weber, seorang sosiolog Jerman, pada awal abad ke-20. Max Weber menggambarkan kepemimpinan karismatik sebagai kemampuan pemimpin untuk memimpin berdasarkan daya tarik pribadi dan pengaruh mereka, bukan berdasarkan posisi formal atau otoritas hierarki. Kepemimpinan karismatik seringkali terkait dengan pemimpin yang memiliki sifat-sifat seperti karisma, optimisme, visi yang kuat, dan kemampuan untuk menggerakkan orang untuk mengikuti mereka dengan penuh semangat. Seiring berjalannya waktu, konsep kepemimpinan karismatik telah diperdalam oleh berbagai penelitian dan pandangan dari para ahli kepemimpinan, termasuk James MacGregor Burns, yang pada tahun 1978 mengembangkan pemahaman lebih lanjut tentang kepemimpinan transformasional, yang mencakup elemen kepemimpinan karismatik. Burns menganggap pemimpin transformasional sebagai pemimpin yang dapat menciptakan perubahan positif


Manajemen Kepemimpinan 37 dalam organisasi atau masyarakat dengan menginspirasi dan memotivasi orang lain melalui daya tarik pribadi dan visi mereka. Kepemimpinan karismatik juga telah menjadi subyek penelitian lebih lanjut dalam ilmu psikologi sosial dan ilmu manajemen, menggali karakteristik pemimpin karismatik dan dampak mereka pada pengikut dan organisasi. Kepemimpinan Karismatik adalah salah satu bentuk kepemimpinan yang berfokus pada daya tarik, pengaruh pribadi, dan kekuatan kepribadian seorang pemimpin. Pemimpin karismatik memiliki kemampuan untuk memotivasi dan menginspirasi orang lain dengan cara yang kuat dan emosional. Mereka seringkali memiliki visi yang jelas dan idealisme yang menggerakkan orang-orang untuk mengikuti mereka dengan penuh dedikasi. Studi kasus tentang pemimpin karismatik yang memiliki dampak positif pada organisasi atau masyarakat dapat mencakup contoh seperti Martin Luther King Jr., yang memimpin Gerakan Hak Sipil di Amerika Serikat. King mampu menyatukan ribuan orang di sekitarnya untuk memperjuangkan hak-hak sipil dan kesetaraan dengan pidato-pidatonya yang penuh semangat. Dampak positif yang dihasilkan adalah perubahan sosial yang signifikan. Namun, ada tantangan yang mungkin dihadapi oleh pemimpin karismatik. Salah satunya adalah risiko berkembangnya kultus kepemimpinan di sekitar pemimpin tersebut, yang dapat mengakibatkan pengikut setia yang tidak kritis. Pemimpin karismatik juga mungkin menghadapi kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara idealisme mereka dan tugas-tugas praktis dalam mengelola organisasi.


38 Manajemen Kepemimpinan Cara mengatasi tantangan ini adalah dengan mempromosikan budaya organisasi yang inklusif, berfokus pada kerja tim, dan memfasilitasi komunikasi terbuka. Pemimpin karismatik juga perlu mengembangkan kepemimpinan yang berkelanjutan yang tidak hanya bergantung pada kepribadian mereka sendiri, tetapi juga pada pengembangan pemimpin-pemimpin potensial lainnya dalam organisasi. Secara singkat, kepemimpinan karismatik melibatkan pemimpin yang memiliki daya tarik dan pengaruh yang kuat pada bawahan mereka. Kelebihannya adalah kemampuan untuk menginspirasi dan menggerakkan orang-orang secara emosional. Namun, kekurangannya adalah risiko adanya kultus kepemimpinan dan terlalu bergantung pada satu individu. Studi kasus pemimpin seperti Mahatma Gandhi mengilustrasikan efek kuat dari kepemimpinan karismatik dalam mengubah masyarakat. F. Kepemimpinan Kolaboratif Menurut Pearce dan Conger (2003) menggambarkan kepemimpinan kolaboratif sebagai "proses di mana individuindividu di dalam kelompok bekerja bersama-sama secara aktif dalam mengidentifikasi tujuan bersama, mengembangkan solusi yang memadai untuk mencapai tujuan tersebut, dan berbagi tanggung jawab dalam mencapai kesuksesan bersama." Chrislip dan Larson (1994): Dalam bukunya yang berjudul "Collaborative Leadership: How Citizens and Civic Leaders Can Make a Difference," Chrislip dan Larson


Manajemen Kepemimpinan 39 mendefinisikan kepemimpinan kolaboratif sebagai "proses interaktif di mana individu atau kelompok yang berbeda dengan kepentingan, sumber daya, dan perspektif yang beragam, bekerja bersama-sama untuk mengidentifikasi solusi masalah yang kompleks atau peluang yang signifikan." Kepemimpinan kolaboratif menekankan pada peran setiap anggota tim dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pelaksanaan tugas. Pendekatan ini bertujuan untuk memanfaatkan beragam keterampilan, pengalaman, dan pemikiran individu dalam upaya mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan kolaboratif seringkali ditemukan dalam situasi di mana kerjasama dan koordinasi yang erat antara anggota tim adalah kunci untuk keberhasilan, seperti dalam proyek-proyek tim lintas fungsi atau dalam konteks pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat. Kepemimpinan Kolaboratif, juga dikenal sebagai Shared Leadership, adalah suatu pendekatan kepemimpinan di mana tanggung jawab dan wewenang kepemimpinan tidak hanya terpusat pada satu individu, tetapi dibagi di antara anggota tim atau kelompok kerja. Dalam konteks kepemimpinan kolaboratif, setiap anggota tim memiliki peran dalam pengambilan keputusan, merancang strategi, dan mengawasi pelaksanaan tugas. Hal ini mengimplikasikan adanya kerjasama yang erat dan distribusi tanggung jawab yang adil di antara semua anggota tim. Kepemimpinan kolaboratif membantu memanfaatkan beragam keterampilan, pengalaman, dan pemikiran individu dalam upaya mencapai tujuan bersama. Contoh praktis dari implementasi kepemimpinan kolaboratif dapat ditemukan dalam organisasi-organisasi


40 Manajemen Kepemimpinan yang mengadopsi pendekatan ini untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas. Sebagai contoh, perusahaan teknologi seperti Google mempromosikan budaya di mana setiap anggota tim didorong untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan berkontribusi pada proyekproyek inovatif. Tim pengembangan perangkat lunak yang menciptakan produk baru seringkali mengadopsi pendekatan ini dengan mengintegrasikan masukan dari berbagai departemen, mulai dari pengembangan hingga pemasaran. Kepemimpinan kolaboratif dapat memberikan banyak manfaat, namun ada tantangan khusus yang perlu diatasi dalam memfasilitasi pendekatan ini. Salah satunya adalah potensi konflik peran di antara anggota tim. Ketika tanggung jawab kepemimpinan tidak didefinisikan dengan jelas, mungkin tim akan mengalami kesulitan dalam menentukan siapa yang bertanggung jawab atas tindakan tertentu atau pengambilan keputusan. Diperlukan pemahaman yang kuat tentang komunikasi dan kerjasama agar setiap anggota tim merasa didengar dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses kepemimpinan. Kepemimpinan kolaboratif melibatkan berbagi tanggung jawab kepemimpinan di antara anggota tim. Kelebihannya adalah memanfaatkan beragam keterampilan dan pemikiran dari semua anggota tim. Namun, kekurangannya adalah mungkin adanya konflik peran dan kurangnya kesatuan dalam pengambilan keputusan. Implementasi kepemimpinan kolaboratif efektif dalam tim multidisiplin di mana beragam perspektif diperlukan untuk mencapai tujuan. Dalam setiap tipe kepemimpinan, keputusan untuk menerapkannya harus dipertimbangkan secara cermat sesuai


Click to View FlipBook Version