PARENTING BERBASIS MANJUJAI (Untuk Anak Usia Dini )
PARENTING BERBASIS MANJUJAI (Untuk Anak Usia Dini ) Copyright© PT Penamudamedia, 2024 Penulis: Swandra Rahayu, M.Pd. Herwina, M.Pd. Rahmah, M.Si Editor: Dr. Nini Aryani, M.Pd ISBN: 978-623-8586-34-9 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Mei 2024 viii + 108, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v Alhamdulillahi rabbil’alaamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan buku pedoman ini. Shalawat serta salam semoga tercurah buat Baginda Nabi Muhammad SAW karena jasa beliaulah kita semua dapat merasakan kenikmatan hidup ini serta membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang terang menerang. Pedoman ini dilatar belakangi oleh adanya keinginan penulis untuk memperkenalkan kembali kegiatan manjujai ini kepada masyarakat. Kegiatan manjujai ini merupakan salah satu parenting atau pola pengasuhan yang dapat meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini . Buku pedoman ini untuk dikonsumsi oleh orang tua, Pendidik Anak Usia Dini dan masyarakat sekitar. Dalam penulisan buku pedoman ini, tentu banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh karena itu, saran kritik yang membangun sangat penulis harapkan. penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan buku pedoman ini. Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua orang. Pekanbaru, Maret 2024 Penulis
vi Kata Pengantar ...................................................................... v Daftar Isi ............................................................................. vi Pendahuluan ........................................................................ 1 Bab I. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini ................................. 3 A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)................. 3 B. Karakteristik Anak Usia Dini............................................ 8 C. Perkembangan Anak Usia Dini........................................17 Bab II. Konsep Parenting ...................................................... 39 A. Pengertian Parenting .....................................................39 B. Parenting Style ( Gaya Atau Pola Pengasuhan Orang Tua ).45 C. Manfaat Parenting .........................................................53 Bab III. Konsep Manjujai ...................................................... 58 A. Pengertian Manjujai.......................................................58 B. Manfaat Manjujai..........................................................61 Bab IV. Permainan Manjujai ................................................ 63 A. Pengertian Bermain dan Permainan................................63 B. Manfaat Bermain...........................................................68 C. Permainan Manjujai ......................................................74
vii Bab V. Dendang Manjujai ..................................................... 88 A. Pengertian Dendang ...................................................... 88 B. Jenis-Jenis Dendang ...................................................... 91 C. Dendang Manjujai ......................................................... 94 Penutup. ........................................................................... 101 Daftar Rujukan ................................................................... 103
viii
1 ENDIDIKAN Anak Usia Dini salah satu dari sistem pendidikan nasional (pasal 1 butir 14 UU No 20/ 2003) yang menegaskan bahwa supaya upaya yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan dengan memberikan rangsangan atau stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Sedangkan menurut NAECY Asosiasi pendidikan yang ada di Amerika menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang melayani anak usia 0-8 tahun. Dalam masyarakat Minangkabau terdapat adanya pola menstimulasi anak yang di kenal dengan ‚manjujai‛. Kegiatan manjujai ini bisa dilakukan oleh siapa saja (orang yang lebih besar dari anak) dan dimana saja. P
2 Orang tua dulu menstimulasi perkembangan anak dengan manjujai, berbeda dengan orang tua sekarang yang jarang melakukan manjujai karena di pengaruhi IT (digital) dan minimnya pengetahuan orang tua tentang manjujai. Materi dalam buku pedoman ini akan mampu memberikan wawasan baru tentang manjujai yang dapat meningkatkan perkembangan anak. Berdasarkan hasil penelitian Helmizar (2018) bahwa secara keseluruhan 75% pemberian psikososial manjujai dapat meningkatkan aspek perkembangan motorik, bahasa dan sosial emosional serta meningkatkan kedekatan antara orang tua dengan anak. Pedoman ini dirancang untuk dimanfaatkan oleh orang tua, guru, dan kepala sekolah agar membantu meningkat perkembangan anak serta dengan adanya pedoman ini akan mencegah terjadinya loss generation terhadap budaya manjujai. Perkembangan anak dapat di tingkatkan melalui buku pedoman yang meliputi materi tentang konsep PAUD, konsep manjujai, dan cara-cara manjujai yang sesuai dengan usia anak. Tujuan dari pedoman ini adalah untuk membantu orang tua, guru dan kepala sekolah serta orang dewasa sekitar anak menstimulasi perkembangan anak usia dini secara efektif sehingga anak berkembang dengan optimal.
3 A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Anak usia dini merupakan periode awal yang penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Anak usia dini adalah sekelompok individu yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maunpun psikis (Sujiono, 2009). Anak usia dini memiliki batasan usia tertentu, karakteristik yang unik dan berada pada suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan berikutnya (Suryana, 2013a). Anak usia dini adalah individu yang unik
4 yang memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi. Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk belajar. Pada masa ini, anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak usia dini adalah anak yang berada di masa golden age yang artinya seorang anak memiliki potensi berkembang yang paling baik. Pada usia ini, fisik otak anak berkembang mencapai 90% (Fadillah, 2012). Usia dini hanya datang sekali dan tidak dapat diulang lagi, yang sangat menentukan untuk pengembangan kualitas manusia selanjutnya. Menurut Benyamin S, Bloom dkk dalam (Huliyah, 2016) berdasarkan hasil penelitian, mereka mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Gambar 1. Perkembangan Intelektual Anak Sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa
5 sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dewasa kedua. Anak merupakan aset berharga bagi keluarganya, lingkungan sekitarnya dan bagi bangsa. Anak juga merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang, dan jika ingin melihat suatu bangsa yang maju di masa yang akan datang maka pendidikan anak usia dini sangat perlu diperhatikan. Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda (Mahyuddin Nenny, Yarmis Syukur, 2016). anak usia dini unik dalam potensi yang dimiliki dan pelayanannyapun sungguhsungguh agar setiap potensi dapat menjadi landasan dalam menapaki tahap perkembangan berikutnya (Suryana, 2013b) Pada usia dini di sebut juga dengan masa golden age, yaitu masa peka sekaligus masa kritis terhadap pengaruhpengaruh yang ada di lingkungannya. 50% kemampuan belajar seseorang di tentukan pada usia (0-4) tahun pertamanya yang di sebut juga dengan masa emas (golden age). 30% berkembang pada tahun berikutnya yaitu pada usia (4-8) tahun. 20% sisanya berkembang pada usia (8-18) tahun Idealnnya pendidik baik guru dan orang tua tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
6 Masa peka dan masa kritis dalam usia dini harus di gunakan dengan sebaik–baiknya untuk mengoptimalkan kemampuan anak. Peran orang tua dalam mengembangkan keterampilan anak sangatla besar selain memberi kepercayaan dan kesempatan, orang tua juga diharapkan memberi penguatan lewat pemberian rangsangan kepada anak (Mayar, 2013). Gambar 2. Tahapan Tumbuh Kembang Anak. Pendidikan anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mangasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Menurut National for the Educational of Young Children (NAEYC) dalam (Susanto, 2017) pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang melayani anak usia 0-8 tahun. Asosiasi para pendidik yang berpusat di Amerika tersebut
7 mendefinisikan rentang usia berdasarkan perkembangan hasil penelitian di bidang psikologi perkembangan anak yang terjadi selama 8 tahun pertama kehidupan anak. Menurut Undang-undang tentang Perlindungan terhadap Anak (UU RI Nomor 32 Tahun 2002) Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 28 ayat 1, rentangan anak usia dini adalah 0-6 tahun yang tergambar dalam pernyataan yang berbunyi: pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Sisdiknas, 2003). Sementara itu menurut direktorat pendidikan anak usia dini (PAUD), pengertian anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun, baik yang terlayani maupun yang tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini. Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ‛Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
8 rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut‛. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ‛(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. B. Karakteristik Anak Usia Dini Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakteristik adalah tanda, ciri atau fitur yang bias digunakan sebagai identifikasi. Karakteristik juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang bisa membedakan satu hal dengan lainnya. Setiap individu memiliki keunikannya masing-masing dan bahwa setiap individu berbeda antara
9 satu dengan lainnya. Namun demikian secara umum anak usia dini memiliki karakteristik yang relatif serupa antara satu dengan lainnya. Anak usia dini memiliki karakteristik yang unik karena mereka berada pada proses tumbuh kembang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan berikutnya. Menurut (Suryana, 2013a) anak usia dini mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut: 1. Bersifat Unik Setiap anak berbeda antara satu dengan lainnya dan tidak ada dua anak yang sama persis meskipun mereka kembar identik. Mereka memiliki bawaan, ciri, minat, kesukaan dan latar belakang yang berbeda. Anak memiliki keunikan sendiri, seperti dalam gaya bernyayi, minat, dan latar belakang keluarga. Keunikan dimiliki masing-masing anak sesuai dengan bawaan, minat, kemampuan dan latar belakang budaya serta yang berbeda satu sama lain. 2. Memiliki Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu anak sangat bervariasi, tergantung dengan apa yang menarik perhatiannya, misalnya anak tertarik dengan benda yang menghasilkan bunyi Rasa ingin tahu anak ini sangat baik untuk dikembangkan untuk memberikan pengetahuan yang baru bagi anak dalam mengembangkan kognitifnya. Semakin banyak pengetahuan yang didapat berdasar-
10 kan rasa ingin tahu anak semakin tinggi daya pikir anak. 3. Egosentris. Pada umumnya anak masih bersifat egosentris, anak usia dini melihat dunia dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal ini bisa diamati ketika anak saling berebut mainan dan menangis ketika menginginkan sesuatu namun tidak terpenuhi. 4. Memiliki Konsentrasi Pendek Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Anak selalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lainnya, kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervariasi dan tidak membosankan. 5. Kaya Imajinasi Dan Fantasi Anak memiliki dunia sendiri berbeda dengan orang di atas usianya, mereka tertarik dengan hal-hal yang bersifat imajinatif misalnya anak memakai topi atau sendal ibunya, sehingga mereka kaya dan fantasi. Untuk memperkaya imajinasi dan fantasi anak, maka perlu di berikan pengalaman-pengalaman yang merangsang untuk terus mengembangkan kemampuannya.
11 Anak Usia Dini merupakan anak yang sedang berada dalam proses perkembangan, baik perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan bahasa. Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri dan perkembangan anak bersifat progesif, sistematis dan berkesinambungan. Adapun karakteristik anak tersebut yaitu: 1. Anak Usia Dini Dalam Masa Keemasan (Golden Age) Usia dini sering dikatakan masa golden age atau masa keemasan yang mana pada masa ini merupakan masa yang paling baik untuk belajar karena pada masa ini daya ingat atau kognitif anak berkembang sangat pesat. Jika masa ini terlewati dengan tidak baik maka dapat berpengaruh pada perkembangan tahap selanjutnya. 2. Anak usia dini bersifat Spontan Pada masa ini anak tidak pandai berbohong dan berpura-pura. Mereka akan melakukan apa yang ada dipikirannya tanpa menghiraukan orang-orang sekitar dan belum tau mana yang dapat membahayakan diri mana tidak bahaya. 3. Anak Usia Dini Suka Hal-hal yang Baru Karena rasa ingin tau yang tinggi membuat anak untuk mencoba hal-hal yang baru. Anak usia dini ingin menjelajah berbagai tempat atau mencoba
12 beberapa kegiatan untuk memuaskan rasa ingin tahu tersebut dengan cara mengeksplor benda dan lingkungan sekitar. 4. Anak Usia Dini Bersifat Aktif. Anak usia dini selalu bergerak dan tidak bias diam kecuali sedang tidur, maka sering dikatakan bahwa anak usia dini seperti robot karena tidak kenal capek dan selalu aktif beraktivitas. 5. Anak Usia Dini Bersifat Egosentris Mereka cenderung memandang segala sesuatu dari sudut pandanganya sendiri dan berdasar pada pamahamannya sendiri saja. Mereka juga menganggap semua benda yang diinginkannya adalah miliknya. Pada umumnya anak masih bersifat egosentris, ia melihat dunia dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal itu bisa diamati ketika anak saling berebut makanan atau mainan, menangis ketika menginginkan sesuatu namun tidak dipenuhi oleh orang tuanya. karakteristik ini terkait dengan perkembangan kognitif anak. Menurut Piaget, anak usia dini berada pada tahapan: 1) tahap sensori motorik, 2) tahap praoperasional, 3) tahap operasional konkret.
13 6. Anak Usia Dini Peniru Ulung Anak usia dini merupakan sosok yang ingin mencoba sesuatu yang baru, oleh karena itu, apa yang dilihat mereka akan menirunya. Oleh karena sebagai orang dewasa harus berhati-hati dalam bersikap dihadapan anak. 7. Anak usia Dini suka Bermain Anak usia dini adalah usia bermain yang mana melalui bermain anak menjadi senang dan semangat sehingga anak dapat melakukan apapun tanpa beban. Bermain sudah menjadi kebutuhan alamiah setiap anak yang harus dipenuhi, apabila tidak terpenuhi, maka akan dapat menghambat perkembangan anak. C. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini yaitu memberikan stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Allah, kreatif, inovatif dan mandiri. Dalam hal ini, posisi pendidikan Nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter anak bangsa. Untuk menjadi manusia sempurna harus terpelihara fitrah yang dimiliki seseorang. Fitrah adalah konsep islam tentang anak, dimana anak dipandang sebagai mahluk unik yang berpotensi positif. Atas dasar ini anak dipandang sebagi individu yang baru di mengenal
14 dunia. Ia belum mengetahui hal-hal yang ada didunia ini, oleh karena itu anak perlu dibimbing dari usia dini untuk memahami berbagai fenomena alam dan dapat meakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup bermasyarakat. Menurut (Suryana, Dadan. Rizka, 2019) tujuan pendidikan anak usia dini yaitu untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu sebagai berikut: (1) Membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. (2) Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (Akademik) di sekolah (Hasan, 2009). Sejalan dengan (Sujiono, 2009) tujuan pendidikan anak usia yaitu: 1. untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan dimasa dewasa. 2. untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar di sekolah.
15 3. intervensi dengan memberi rangsangan dan stimulus kepada anak. 4. melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak. Menurut (Suyadi, 2014) tujuan pendidikan anak usia dini sebagai berikut: a. kesiapan anak memasuki pendidikan lebiih lanjut. b. mengurang angka putus sekolah. c. menyelamatkan anak dari kelalaian didikan wanita karir dan ibu berpendidikan rendah. d. meningkatkan mutu pendidikan. e. memperbaiki derajat kesahatan dan gizi anak usia dini. Menurut Susanto.A, 2016 secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari pendidik anak usia dini ialah sebagai berikut: a. mengidentifikasi perkembangan kreativitas fisiologi anak usia dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi terebut dalam perkembangan fisiologis yang bersangkutan b. memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha yang dilakukan untuk pengembangannya.
16 c. Memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. d. Memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini. e. Memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasi bagi pengembangan anak usia dini. f. Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) disekolah. g. Mengintervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga menumbuhkan potensipotensi yang tersembunyi (hidden potency), yaitu dimensi perkembangan anak, yang meliputi Bahasa, intelektual, emosi, sosial, motoric, konsep diri, minat dan bakat. h. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak. Berdasarkan paparan diatas tujuan pendidikan anak usia dini yaitu: (a) menfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. (b)Membentuk penerus bangsa yang berahlak, berbudi pekerti, dan mandiri.(c) membentuk karakter anak. (d) Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi yaitu dimensi
17 perkembangan anak (intelektual, fisik motorik, bahasa, emosi, konsep diri, kreativitas dan bakat anak). (e) kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut. C. Perkembangan Anak Usia Dini 1. Pengertian Perkembangan Perkembangan merupakan perubahan yang terus menerus dialami, tetapi ia menjadi kesatuan. Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa (syamsul 2013). Perkembangan terjadi sejak usia dini hingga dewasa. Perkembangan tidak dapat diukur, tetapi dapat dirasakan. Perkembangan bersifat maju ke depan (progresif), sistematis, dan berkesinambungan. Hal-hal yang berkembang pada setiap individu adalah sama, hanya saja terdapat perbedaan pada kecepatan perkembangan, dan ada perkembangan yang mendahului perkembangan sebelumnya, walaupun sejatinya perkembangan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain terjadi secara beriringan. Contoh: anak A pada usia 1 tahun sudah bisa berjalan tetapi blum ada tumbuh gigi, Adapun anak B pada usia 1 tahun sudah blum bisa berjalan, tetapi giginya sudah
18 banyak yang tumbuh. Cepat dan lambatnya pekembangan yang dialami oleh seseorang pada setiap aspek perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: stimulasi, nutrisi, kesehatan, lingkungan, dan berbagai faktor lainnya. Perkembangan anak usia dini meliputi segala perubahan yang terjadi pada diri anak yang ditinjau dari berbagai aspek, seperti aspek nilai agama dan moral, aspek motorik, aspek kognitif, Bahasa dan social emosional . Perkembangan merupakan keharusan universal yang idealnya berlaku secara otomatis seperti kegiatan belajar keterampilan dalam melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal dan kemampuan atau keterampilan yang harus dikuasai pada periode tertentu. yang mana itu merupakan tugas perkembangan. Beberapa contoh tugas perkembangan adalah belajar mengunyah, belajar menggapai sesuatu, belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat, belajar berbicara, belajar membedakan jenis kelamin, belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan kosep-konsep yang sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak
19 saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik dan buruk. Memahami prinsip perkembangan anak usia dini secara tepat dapat berguna dalam memahami anak, sekaligus sebagai nilai ilmiah yang bersifat praktis seperti: 1) pengetahuan tentang pola perkembangan anak akan membantu untuk mengetahui tugas perkembangan di usianya. 2) pengetahuan tentang hal-hal yang diharapkan dari anak pada usia tertentu memungkinkan disusunnya pedoman dalam bentuk skala perkembangan sosial atau emosional, skala tinggi dan berat badan, dan skala usia mental. 3) pengetahuan bahwa perkembangan yang berhasil membutuhkan bimbingan dan pembinaan. Pengetahuan tentang pola perkembangan memungkinkan orang untuk dapat membimbing proses belajar anak pada waktu yang tepat pada masa peka yang merupakan masa paling tepat untuk berkembangnya kemampuan tertentu. 4) pengetahuan tentang pola normal dalam tahapan perkembangan tertentu akan dapat dipakai sebagai kriteria untuk mengenali secara dini perkembangan anak yang mungkin menyimpang dari pola umum (Nurhasanah, 2019)
20 2. Teori – teori Perkembangan Teori perkembangan anak mengacu pada bagaimana anak berubah dan bertumbuh selama masa kecilnya. Di dalamnya terdapat beragam aspek mulai dari sosial, emosional, hingga kognitif. Menariknya, mengetahui hal-hal ini dapat memprediksi karakter anak hingga dewasa kelak. Dengan memahami perkembangan anak, maka apresiasi terhadap aspek kognitif, emosi, fisik, sosial, dan pendidikan sejak lahir hingga beranjak dewasa. Ada beragam teori terkait hal ini yang digagas oleh sosok berbeda. Tiap teori punya prinsip masingmasing. Beberapa teori yang berhubungan dengan perkembangan adalah: a. Teori yang Berorientasi Biologis (Nativisme). Tokoh utamanya adalah Shopenhauer. Teori ini mengemukakan bahwa anak lahir telah dilengkapi pembawaan bakat alami (kodrat). Dan pembawaan inilah yang menuntukan wujud kepribadian seorang anak. Dengan demikian maka pendidikan bagi anak akan sia-sia, dan tidak perlu dihiraukan. Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan); yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu yang disebut potensi (dasar).
21 Aliran nativisme ini, bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya di tentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya; kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar. b. Teori Lingkungan Dalam kelompok teori lingkunagn termasuk teori belajar dan teori sosialisasi yang bersifat sosiologis. Teori-teori belajar mempunyai sifat yang berlainan. Persamaan yang ada diantara berbagai teori belajar itu ialah bahwa mereka semua memandang belajar
22 sebagai suatu bentuk perubahan dalam di posisi seseorang yang bersifat relatif tetap, sedangkan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh pertumbuhan. Menurut perspektif ini, seluruh perilaku manusia bisa dijelaskan merujuk pada pengaruh lingkungan. Teori ini fokus pada bagaimana interaksi lingkungan berpengaruh pada karakter seseorang. Beda utama dari teori yang lain adalah mengabaikan aspek seperti perasaan atau pikiran.Contoh penggagas teori behavioral ini adalah John B. Watson, B.F. Skinner, dan Ivan Pavlov. Mereka fokus bahwa pengalaman seseorang sepanjang hidupnya yang berperan membentuk sifat ketika dewasa kelak. Menurut teori ini maka perkembangan adalah bertambahnya potensi untuk bertingkah laku. Berjalan harus dipelajari, bergaul dengan oranglain juga harus dipelajari, begitu juga dengan berpikir logis. Ketiga hal ini membutuhkan cara belajar yang berlain-lain. Belajar berjalan adalah cara belajar sensori-motorik, belajar bergaul termasuk belajar sosial dan berpikir logis juga termasuk belajar kognitif. Teori ini beranggapan bahwa sesudah tahun pertama, potensi untuk melakukan tingkah laku yang lebih tinggi tidak tergantung dari pada perubahan
23 spontan dari struktur organisme, melainkan tergantung dari apa yang kita pelajari dengan teknikteknik yang tepat. Jadi bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas lingkungannya tadi. Telah banyak diketahui bahwa misalnya perkembangan bahasa, begitu juga keberhasilan disekolah mempunyai sifat-sifat yang khas lingkungan. c. Teori Kognitif Jean Piaget Piaget memiliki teori kognitif terkait perkembangan anak, fokusnya pada pola pikir seseorang. Ide utama dari Piaget adalah anak berpikir dengan cara berbeda dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, proses berpikir seseorang juga dipertimbangkan sebagai aspek penting yang menentukan cara seseorang memahami dunia. Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, tahapannya dibedakan menjadi: 1) 0 bulan-2 tahun (sensorimotor stage). Pengetahuan anak terbatas pada persepsi sensori dan aktivitas motorik 2) 2-6 tahun (pre-operational stage) Anak belajar menggunakan bahasa namun belum paham logika
24 3) 7-11 tahun (concrete operational stage) Anak mulai paham cara berpikir logis namun belum paham konsep abstrak 4) 12 tahun-dewasa (formal operational stage) Mampu berpikir konsep abstrak, diikuti dengan kemampuan berpikir logis, analisis deduktif, dan perencanaan sistematis. d. Teori Psikodinamika/Psikososial Eric Erikson merupakan penganut teori psikodinamika atau psikosialis dari Freud. Erikson menerima dasar-dasar orientasi umum dari Freud, namun menambahkan dasar dasri orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan psikososial. secara umum, Tahapan perkembangan psikosoial ini menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia. Masing-masing tahap terdiri dari tugas yang khas yang menghadapkan individu pada suatu permasalahan atau krisis bilamana tidak dapat melampaui denagn baik. Semakin individu tersebut mampu melampaui krisis, maka akan semakin sehat perkembangannya. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal pandangan akan pentingnya pengaruh lingkungan, termasuk lingkunagn primer, terhadap perkembangan. Perbedaanya ialah bahwa teori psikodinamika memandang komponen yang
25 bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan perkembangan seseorang. Menurut teori ini, maka komponen yang bersifat sosioafektif, yaitu ketegangan yang ada dalam diri seseorang sebagai penentu dinamikanya. Menurut salah satu teori psikodinamika terkenal, yaitu teori Freud, maka sorang anak dilahirkan dengan dua macam kekuatan biologis, yaitu libido dan nafsu mati. Kekuatan atau energi ini ‚menguasai‛ semua orang atau semua benda yang berarti bagi anak, melalui proses yang oleh Freud disebut kathexis. Kathexis berarti konsentrasi energi psikis terhadap suatu objek atau suatu ide yang spesifik. Teori perkembangan yang berorientasi psikodinamika tidak lagi mengakui pendapat yang dulu dianut secara umum, bahwa perkembangan fungsi seksual baru dimulai bersamaan dengan pertumbuhan organ kelamin pada masa remaja. e. Teori Ilmu Kerohanian Tokoh yang paling utama dalam teori ini adalah Eduard Sparange (1882- 1962). Titik berat pandangannya adalah pada kekhususan psikis indvidu. Sesua dengan pendapat Dilthey (1833-1911) Sparange mengemukakan bahwa gejala psikis seseorang sulit diterangkan dalam halnya menerangkan gejala fisik. Gejala psikis hanya dapat
26 kita ‚mengerti‛ yaitu ketika kita mengerti dari arti yang ada dalam keseluruhannya. Apa yang diartikan ‚mengerti‛ disini bukan merupakan proses rasional saja, melainkan suatu kemampuan untuk dapat merasakan suatu situasi tertentu. Gejala dimengerti dari keseluruhan strukturnya, begitu pula gejala perkembangan dimengerti dengan cara seperti itu. Misalnya pemaksaan seksual adala suatu gejala fisiologis, tetapi remaja memberikan arti dalam keseluuhan struktur psikologisnya. Dalam hal itu sikap dapat merasakan dan simpati terhadap person pasangannya memegang peranan yang penting. Penundaan pemuasan seks hingga sesudah masa remaja, menurut Sparanger, adalah suatu hal yang berarti, baru pada usia dewasa ‚sexus‚ (nafsu seks) dan‛ eros‛ (rasa kasih yang mempunyai hakikat etis) dapat bersatu. Menurut Sparanger pengintegrasian Sexos dan Eros serta berbagai nilai hidup dalam suatu system nilai pribadi bersamaan dengan penemuan diri dan pembentukan suatu rencana hidup yang pribadi adalah inti perkembangan seseorang. f. Teori Interaksionalisme Menurut teori ini, perkembangan jiwa atau perilaku anak banyak ditentukan oleh adanya dialektif dengan lingkungannya. Maksudnya, perkembangan
27 kognitif seorang anak bukan merupakan perkembangan yang wajar melainkan ditentukan interaksi budaya. Pengaruh yang datang dari pengalaman dalam berinteraksi budaya, serta dari penanaman nilai-nilai lewat pendidikan (disebut transmisi sosial) itu diharapkan mencapai suatu stadium yang disebut Ekuilibrasi yakni keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi pada diri anak. Psikolog Albert Bandura mengemukakan teori belajar sosial yang meyakini bahwa anak mendapatkan informasi dan skill baru dengan mengamati perilaku orang sekitarnya. Meski demikian, mengamati ini tak harus selalu secara langsung. Anak yang melihat perilaku orang lain atau tokoh fiksi di buku, film, dan lainnya juga bisa belajar aspek social g. Teori Konvergensi Teori ini penganjur utamanya adalah Williams Stern. ungkapkan bahwa perkembangan jiwa anak libih banyak ditentukan oleh dua faktor yang saling menopang, yakni factor bakat dan factor pengaruh lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan seolaolah memadu, bertemu dalam satu titik. Munawar sholeh (2005: 20-23). h. Teori Rekapitulasi Rekapitulasi berarti ulangan, yang dimaksudkan disini adalah bahwa perkembangan jiwa anak adalah
28 merupakan hasil ulangan dari perkembangan seluruh jenis manusia. Pernyataan terkenal dari teori ini adalah Anogenesa Recapitulatie Philogenesa (perkembangan satu jenis makhluk adalah mengulangi perkembangan seluruhnya). i. Teori Psikoanalisis Teori Psikoanalitis dari Freud menekankan pentingnya pengalaman masa kanak-kanak awal dan motivasi dibawah sadar dalam mempengaruhi perilaku. Freud berpikir bahwa dorongan seks dan instink dan dorongan agresif adalah penentu utama dari perilaku, atau bahwa orang bekerja menurut prinsip kesenangan. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari tiga komponen, yaitu: id, ego dan superego. 1) Id, merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur bilogis, termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan impuls-impuls instinktif yang lebih dasar 2) Ego,merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan instinktif organisme dengan keadaan lingkungan. 3) Superego, adalah aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilainiali tradisional dan
29 cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orangtua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat 3. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini Masa bayi (infancy) adalah periode perkembangan yang terus menerus terjadi dari lahir sampai usia 24 bulan. Masa bayi merupakan waktu ketergantungan yang ekstrem terhadap orang dewasa (Santrock, 2007). Dalam dunia pendidikan anak usia dini (PAUD), perkembangan anak merupakan hal yang harus diperhatikan karena akan mempengaruhi proses perkembangan selanjutnya (Hasnida, 2016). Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian anak karena kepribadian membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Berdasarkan Permendikbud 137 tahun 2014 perkembangan anak usia dini terdiri dari enam aspek yaitu: perkembangan nilai agama dan moral, bahasa, kognitif, fisik motorik, sosial emosional dan seni yaitu sebagai berikut: a. Perkembangan Nilai Agama dan Moral. Menurut Damon dalam (Santrock, 2007) per-
30 kembangan nilai agama dan moral berkaitan dengan aturan dan konsekuensi tentang interkasi yang adil antar sesama. Berdasarkan Permendikbud 137 tahun 2014 perkembangan nilai agama dan moral anak usia 0-2 tahun dapat dilihat dengan mendengarkan berbagai do’a, lagu religi, ucapan baik serta sebutan nama Tuhan. Menirukan gerakan ibadah dan doa, mulai menunjukkan sikap-sikap baik (seperti yang diajarkan agama) terhadap orang yang sedang beribadah, mengucapkan salam dan kata-kata baik, seperti maaf, terima kasih pada situasi yang sesuai. Menurut (Suyadi, 2016) perkembangan nilai agama dan moral pada anak yaitu anak senang mendengarkan musik-musik religi. anak senang mendengarkan senandung do’a, anak dapat meniru sebagian kecil dalam gerakan ibadah dan mengcapkan salam. Menurut (Triharso, 2013) perkembangan nilai agama dan moral anak usia 0-2 tahun dapat di lihat anak mulai senang mendengarkan musik agama, mulai bisa meniru gerakan berdo’a atau gerakan ibadah sesuai dengan agamanya, anak sudah mulai bisa menirukan do’a-do’a pendek sesuai agamanya, mulai memahami kapan mengucapkan salam, terima kasih, dan meminta maaf. Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan nilai agama dan moral anak usia 0-2 tahun dapat dilihat sebagai
31 berikut: 1) Senang mendengarkan lagu-lagu religi 2) Senang mendengarkan musik islami 3) Anak dapat meniru sebagian kecil gerakan ibadah (menampungkan tangan saat berdo’a, gerakangerakan sholat, dan cara-cara berwudu’) 4) Mengucapkan salam 5) Mau meminta maaf dan memberi maaf. b. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini Aspek perkembangan motorik merupakan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, otot, dan otot koordinasi Hurlock dalam (Hasnida, 2016). Gambar 3. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Sumber : https://bobisanjaya.wordpress.com
32 Berdasarkan Permendikbud 137 tahun 2014 perkembangan fisik anak usia 0-2 tahun dapat dilihat dengan anak sudah bisa mengangkat kepala saat ditelungkupkan, Menoleh ke kanan dan ke kiri, Berguling (miring) ke kanan dan ke kiri, Tengkurap dengan dada diangkat dan kedua tangan menopang, Duduk dengan bantuan, Mengangkat kedua kaki saat terlentang, Kepala tegak ketika duduk dengan bantuan, Memegang benda dengan lima jari, Memegang benda kecil atau tipis (misal: potongan buah atau biskuit), Berjalan beberapa langkah tanpa bantuan, Menarik dan mendorong benda yang ringan (kursi kecil). Menurut (Sujiono, 2009) perkembangan fisik anak dapat dilihat dengan anak bisa duduk, merangkak, dapat mengambil objek yang kecil dari dalam tumpukan, dapat mengenggam dan melepas suatu objek. Menurut (Hapsari, 2016) perkembangan fisik anak ditandai dengan anak berguling, menggenggam mainan yang berbunyi, duduk sendiri, mengenngam dengan ibu jari dan jari-jari lainnya, berdiri sendiri dengan baik, berjalan dengan baik. Menurut (Upton, 2012) anak sudah bisa berjalan dengan lancar, mengenggam dan memanipulasi objek-objek kecil, memindahkan objek dari satu tangan ketangan lainnya, dan meraih benda yang dilihatnya. Sejalan dengan (Trainer, 2012) anak sudah
33 bisa tengkurap, merangkak, menggenggam benda, memasukkan benda kedalam mulutnya, berjalan tanpa jatuh, dan memanjat ketempat yang lebih tinggi. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan fisik motorik anak usia 0-2 tahun sebagai berikut: 1) Anak sudah bisa mengangkat kepala saat ditelungkupkan 2) Anak sudah bisa menoleh ke kanan dan ke kiri 3) Anak sudah tengkurap 4) Mengenggam dengan ibu jari dan jarinya 5) Meraih benda yang dilihatnya Memasukkan benda kedalam mulutnya 6) Anak sudah bisa duduk 7) Anak sudah bisa berdiri 8) Anak sudah bisa berjalan c. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Kemampuan kognitif pada anak berkembang seiring dengan pemahamn mereka tentang dunianya yang di dapat dari pengalaman-pengalaman yang sudah terjadi pada anak. Berdasarkan Permendikbud 137 tahun 2014 perkembangan kognitif dapat di lihat dengan anak Mengenali wajah orang terdekat (ibu/ayah), mengenali suara orang terdekat (ibu/ayah), memperhatikan benda yang ada di
34 hadapannya, mengulurkan kedua tangan untuk meminta (misal: digendong, dipangku, dipeluk), berpaling ke arah sumber suara, mencoba mencari benda yang disembunyikan, mengenal beberapa warna dasar (merah, biru dan kuning)menyebut nama sendiri dan orang-orang yang dikenal, memahami milik diri sendiri dan orang lain seperti: milik saya, milik kamu. Menurut (Sujiono, 2009) perkembangan kognitif anak dapat dilihat dengan anak bisa melakukan penyelidikan secara sensorimotor terhadap dominasi llingkungan, dapat mengenal angka, warna dan huruf. Menurut (Hapsari, 2016) perkembangan kognitif anak ditandai dengan anak mulai menghisap puting susu ibu, menguncang-nguncang mainan yang menimbulkan bunyi, merangkak mengambil mainan yang diinginkannya dan bisa menyingkirkan benda-benda yang menghalanginya untuk mencapai benda yang diinginkannya, memahami saat mereka haus anak akan mengambil gelas lalu meminta air pada ibunya. Menurut (Trainer, 2012) perkembangan kognitif anak dapat di lihat dari anak sudah bisa memasukkan jari atau mainan kedalam mulutnya, mencari benda atau mainan yang mengahasilkan bunyi, anak sudah bisa mengenal warna. Menurut (Zaman, Saeful. Helmi, 2009) perkembangan kognitif anak dapat
35 dilihat mata anak dapat mengikuti objek bergerak, anak mulai mengenali perbedaan antara orang satu dengan lainnya, mersepon keberadaan orang asing dengan menangis atau tersenyum, merespon terhadap dan meniru ekspresi muka orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa aspek perkembangan kognitif anak usia 0-2 tahun sebagai berikut: 1) Merespon orang asing dan bunyi-bunyi yang baru di dengar 2) Anak meniru apa yang dilhatnya 3) Dapat menyelesaikan masalah sederhana (menyingkirkan benda yang mengahalanginya saat merangkak atau berjalan) 4) Dapat mengenak bentuk, warna, huruf, dan angka. 5) Dapat menyebutkan nama sendiri dan orangorang yang terdekat (mama, papa) Untuk meningkatkan aspek perkembangan kognitif anak dapat dilakukan dengan manjujai misalnya bermain tarik ulur. d. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Perkembangan sosial emosional melibatkan perubahan dalam hubungan seseorang dengan orang
36 lain, perubahan emosi, dan perubahan dalam kepribadian (Santrock, 2007). Berdasarkan permendikbud 137 tahun 2014 perkembangan anak sosial emosional anak dapat dilihat dengan anak sudah bisa meniru cara menyatakan perasaan (misal, cara memeluk, mencium), menempelkan kepala bila merasa nyaman dalam pelukan (gendongan) atau meronta kalau merasa tidak nyaman, merespon dengan gerakan tangan dan kaki, menatap dan tersenyum, menunjukkan reaksi marah apabila merasa terganggu, seperti permainannya diambil, meng-ekspresikan berbagai reaksi emosi (senang, marah, takut, kecewa), menunjukkan reaksi menerima atau menolak kehadiran orang lain. Menurut (Sujiono, 2009) perkembangan sosial emosional anak dapat dilihat dari anak bereaksi terhadap orang lain, menikmati pada saat bermain dengan teman, mudah menangis dan berteriak, mulai untuk menyatakan kasih sayang. Menurut (Hapsari, 2016) perkembangan sosial emosional anak ditandai dengan anak mulai tersenyum dengan orang sekitar, merasa kecewa dan marah ketika keinginannya tidak terpenuhi, mulai terbangun perasaan sosial dan interaksi antara bayi dan dan pengasuh, dan mulai mengkomunikasikan emosi yang dirasakan. Sejalan dengan (Trainer, 2012) anak menangis apabila merasa
37 tidak nyaman, anak mulai berinteraksi dengan orang lain, anak mulai bermain dengan teman sebaya, meniru prilaku orang sekitar. Berdasarkan beberapa teori di atas dapat di simpulkan bahwa perkembangan sosial emosional anak usia 0-2 tahun yaitu: 1) Menempelkan kepala bila merasa nyaman dalam pelukan atau meronta kalau merasa tidak nyaman 2) Merespon dengan gerakan tangan dan kaki 3) Mulai bereaksi terhadap orang lain 4) Mulai bermain dengan teman sebaya 5) Meniru perilaku orang sekitar Untuk meningkatkan aspek perkembangan social emosional anak dapat di-lakukan dengan manjujai misalnya: mendendangkan anak yang lagi nangis atau mendengkan anak yang mau tidur e. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Berdasarkan permendikbud 137 tahun 2014 perkembangan seni dapat dilihat ketika anak menoleh pada berbagai suara musik atau bunyibunyian dengan irama, menjatuhkan benda untuk didengar suaranya, anak dapat melakukan tepuk tangan dengan irama tertentu, anak mulai tertarik dengan mainan yang mengeluarkan bunyi,
38 menggerakkan tubuh ketika mendengarkan musik, memainkan alat permainan yang mengeluarkan bunyi. Sejalan dengan (Yusuf, Syamsu. Sugandi, 2013) perkembangan seni anak usia 0-2 tahun dapat dilihat dengan anak sudah bisa bertepuk tangan, melakukan gerakan mengikuti irama musik yang didengar, bernyanyi dengan bimbingan. Berdasarkan beberapa teori di atas dapat di simpulkan bahwa perkembangan seni anak usia 0-2 tahun yaitu: 1) Menggerakkan tubuh saat mendengarkan musik 2) Mengikuti lagu yang di dengar 3) Memainkan permainan yang mengeluarkan bunyi 4) Mencoret-coret dengan krayon, pensil warna dll. Untuk meningkatkan aspek perkembangan seni anak dapat dilakukan dengan manjujai misalnya: bermain tapuak ambai-ambai.
39 A. Pengertian Parenting Parenting dalam kamus bahasa Indonesia (2008) adalah pengasuhan yang berarti (cara, perbuatan, dan sebagainya ) mengasuh. Dalam mengasuh terkandung makna menjaga/ merawat/ mendidik/ membimbing/ melatih/ memimpin/ menyelenggarakan. Tujuan pengasuhan adalah untuk mengembangkan kemampuan anak dan di lakukan dengan dilandasi rasa kasih sayang tanpa pamrih. Bila di kaitkan dengan anak usia dini kata parenting memilliki makna pengasuhan, perawatan,
40 penjagaan, pembimbingan, pendidikan yang di berikan oleh orang tua dan siapa saja yang berinteraksi dengan anak secara rutin. Menurut Hastuti (2015) parenting adalah proses menumbuhkembangkan dan mendidik anak sejak pasca kelahiran hingga anak memasuki usia dewasa. Tugas ini umumnya ibu dan ayah yang melakukannya (orangtua biologis dari anak). Menurut (Surbakti, 2012) parenting adalah ‚proses mengasuh anak-anak. mengasuh mengandung makna cara orang tua mencukupi kebutuhan pisiologis dan psikologis anak, cara orang tua membesarkan anak, mendidik dan mengajarkan anak untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, menanamkan nilai-nilai, pola interaksi dan relasi yang patut, dan menyangkut hubungan kekeluargaan‛. Menurut (Roberta, 2007) melakukan tugas parenting berarti menjalankan serangkaian keputusan tentang sosialisasi kepada anak dengan tujuan menjaga kesehatan dan keselamatan fisik, mengembangkan kapasitas tingkah laku untuk menjaga diri dengan pertimbangan ekonomis, pemenuhan kapasitas prilaku untuk memaksimalkan nilai-niai budaya. Menurut (Hsueh, 2013) pengasuhan (parenting) sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi pada anak, yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh orang tua/pengasuh agar anak mampu bertanggungjawab dan memberikan konstribusi sebagai anggota masyarakat
41 termasuk juga apa yang harus dilakukan orang tua/pengasuh ketika anak menangis, marah, merajuk, ketika anak tidak mau makan, dan ketika anak berebutan mainan dengan temannya. Dewasa ini masih banyak orang tua mengasuh atau mendidik anaknya dengan cara meniru konsep mendidik sebelumnya. Menurut (Marjohan, 2010) apabila generasi sebelumnya sukses sebagai orang tua pendidik maka pewarisan naluri mendidik tentu bisa berhasil. Apabila yang di tiru adalah konsep pendidik yang kadaluarsa, konsep mendidik yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, keras, otoriter dan kaku maka akan melahirkan generasi yang karakter nya tidak baik dan prilaku atau sikap nya tidak sesuai yang di harapkan oleh setiap orang tua. Kondisi seperti ini akan tidak dapat di biarkan berlarut-larut karena dapat merusak atau membahayakan generasi bangsa yang akan datang karena itu setiap orang tua harus mampu mengenal konsep parenting. Dengan mengenal konsep parenting yaitu bagaimana menjadi oranng tua yang bijak dan menerapkan konsep mendidik, menstimulasi yang benar dan sesuai dengan perkembangan anak sejak dini, inovasi serta menanamkan nilai-nilai sosial, keimanan dan ketakwaan kepada Allah Maka akan terciptanya generasi tangguh dan generasi yang bisa membangakan orang tua serta berguna bagi bangsa dan negara (Anwar dan H.
42 Arsyad Ahmad, 2009). Definisi- definisi tentang parenting yang telah di kemukakan di atas menunjukkan bahwa konsep pengasuhan mencakup beberapa hal pokok, antara lain: a) pengasuhan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal baik secara fisik, mental, maupun sosial. b) pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang terus menerus antara orang tua dan anak. c) pengasuhan adalah proses sosialisasi. Pengertian yang telah di kemukakan di atas menunjukkan bahwa parenting adalah suatu proses pengasuhan yang mengandung makna mendidik, merawat, mengawasi, dan membimbing anak sehingga anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Agar orang tua dapat melaksanakan pengasuhan dengan baik maka orang. Teknik Parenting yang dikemukakan Grusec ( dalam Bornstein:2002:154) yaitu : 1. Disiplin Banyak kepentingan dalam disiplin telah di kontras antara daya tegas atau teknik hukuman dan penalaran. Baru-baru ini telah difokuskan pada mediator, atau peristiwa yang terjadi sebagai akibat dari teknik pengasuhan dan bahwa, pada gilirannya, berdampak pada tindakan anak-anak. Krevans dan Gibbs (1996 dalam Bornstein:2002), misalnya, mencatat bahwa hubungan antara bentuk penalaran yang mengarahkan anak-anak untuk