43 mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi orang lain dan meningkatkan prososial menanggapi adalah empati anak yang lebih besar. 2. Monitoring atau Pemantauan Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa orang tua menunjukkan pengetahuan tentang kegiatan dan keberadaan anak mereka adalah sukses dalam mempromosikan perilaku anak yang positif. Sekali lagi, Patterson dan rekanrekannya (antara lain) telah menunjukkan hubungan antara kurangnya pengetahuan orang tua dan perilaku antisosial. Agaknya, monitoring memungkinkan orang tua untuk menerapkan penguatan dan hukuman kontinjensi yang tepat serta untuk melindungi anak-anak mereka dari pengaruhpengaruh negatif dari kelompok sebaya yang menyimpang. 3. Reward atau Imbalan Rewarding artinya memberikan sesuatu yang menyenangkan atau ingin anak ketika ia berperilaku dalam cara yang diinginkan, sehingga perilaku diulang dan menjadi kebiasaan. Sebuah hadiah, hanya didefinisikan, adalah sesuatu yang anak Anda ingin. Dalam model ini, mereka dikategorikan sebagai Imbalan dasar dan Imbalan dasar. Imbalan dasar termasuk item yang nyata, kegiatan, atau hak
44 istimewa yang menurut definisi yang diinginkan oleh anak. 4. Rutinitas sehari-hari Goodnow (dalam Bornstein:2002) menekankan pentingnya rutinitas sehari-hari sebagai sumber informasi tentang nilai-nilai. Orang tua yang ingin di masih prinsip membantu orang lain, misalnya, bisa membuat pekerjaan sukarela bagian resmi dari kehidupan keluarga, atau mendaftarkan anak mereka dalam kelompok mana pekerjaan sukarela tersebut adalah bagian dari fungsi kelompok. 5. Prearming Pre-arming adalah semua tentang komunikasi. Ketika anda melihat potensi masalah, duduk dengan anak-anak Anda dan pastikan mereka tahu bagaimana Anda mengharapkan mereka untuk berperilaku dan mengapa. Kemudian menyediakan mereka dengan strategi yang dapat mereka gunakan ketika menghadapi seseorang atau sesuatu yang bertentangan apa yang anda miliki dengan apa yang anda ajarkan kepada mereka. Misalnya, Anda bisa mengatakan anak Anda untuk mematikan komputer jika terjadi sesuatu yang mereka tidak seharusnya lihat. Penerapan Teknik parenting dapat menjadi metode atau cara untuk membantu orang tua dapat mengasuh anaknya lebih baik.
45 B. Parenting Style ( Gaya Atau Pola Pengasuhan Orang Tua ) Parenting Style adalah cara yang digunakan orang tua dalam usaha untuk me-ngontrol dan proses sosialisasi anak (Surbakti, 2012). Pola asuh berkaitan erat dengan hubungan antara orang tua dan anak dalam proses pendidikan anak. Pola asuh ini nantinya akan mempengaruhi perkembangan anak. Secara garis besar ada 3 macam pola asuh, yaitu : otoriter, demokrasi dan laises faire (membiarkan) namun ada yang membagi kepada bermacam-macam pembagian dan istilah (Santrock 2007) penjelasannya sebagai berikut: 1. Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter ini adalah orang tua memiliki sikap cendrung lebih banyak memerintah dan melarang anak untuk mengerjakan sesuatu. Anak tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Anak harus melakukan ini dan itu sesuai perintah orang tua, tanpa memperhatikan keinginan anak. Pola asuh orang tua seperti ini berpengaruh pada perkembangan anak. Menurut Baumrind (dalam Surbakti, 2012) pola asuh otoriter adalah pola asuh yang bersifat mutlak atau absolut. Artinya anda sebagai orang tua, menganut paham kepatuhan mutlak anak-anak anda kepada anda sebagai orang tua mereka. Pola asuh otoriter ini dapat membuat hubungan antara orang tua dengan
46 anak bisa renggang dan berpotensi antagonistik (Bahri Djamarah Syaiful, 2014). Orang tua yang memiliki tipe ini biasanya selalu memberikan perintah pada anak dan anak harus mengikuti meskipun terpaksa. Sejalan dengan apa yang dikatakan Yayangy (2010) orang tua cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anaknya. Orang tua seperti ini tidak bisa diajak kompromi. Selain itu Soetjiningsih (2012) mengemukakan efek pengasuhan orang tua dengan pola asuh ini antara lain anak mengalami inkompetensi sosial, sering merasa tidak bahagia, batinnya tertekan, kemampuan komunikasi lemah dan kemungkinan berperilaku agresif. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pola asuh otoriter mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi di kemudian hari, b. Untuk kemudahan orang tua dalam pengasuhan tanpa memikirkan kebutuhan anak, dan b. c) Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang di tentukan sepihak oleh orang tua.
47 Beberapa dampak dari pola asuh orang tua yang otoriter terhadap anak adalah: 1) Anak selalu takut salah. 2) Sulit mengambil keputusan sendiri. 3) Rentan memiliki masalah mental. 4) Tidak berani mengemukakan pendapat. 5) Cenderung kesulitan mencapai nilai akademik yang memuaskan. 6) Merasa rendah diri dan tidak mandiri. 7) Sering menunjukkan banyak masalah dalam berperilaku, contohnya berbohong. 2. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokrasi adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Dalam pola asuh de-mokratis orang tua lebih mengutamakan rasionalitas dari sesuatu. Kalau orang tua mengatakan salah atau benar maka orang tua memberikan alasan yang masuk akal kepada anak. Menurut Yayangy (2010) orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada pemikiran-pemikiran, bersikap realistik terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan
48 pendekatannya kepada anak begitu hangat sehingga anak bisa mengembangkan kreativitas dan perkembangannya juga dapat berkembang dengan baik. Pola asuh demokratis mengharapkan anak untuk berbagi tanggung jawab dan mampu mengembangkan potensi kepemimpinan yang di milikinya (Bahri Djamarah Syaiful, 2014). Pola asuh demokratis memiliki ciri- ciri sebagai berikut: (a) Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan yang di pengaruhi oleh tindakan-tindakan masa kini, (b) Memprioritaskan kepentingan anak, tapi tidak raguragu mengendalikan anak, dan (c) Membimbing anak kearah kemandirian, menghargai anak yang memiliki emosi dan pikirannya sendiri (Samba, 2010). Pola asuh demokratis sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak di antaranya: Anak lebih percaya diri, ada kemungkinan besar untuk tumbuh menjadi anak yang ramah, rendah hati dan kreatif. Pola asuh demokratis dapat meningkatkan kompetensi sosial, percaya diri, bertanggung jawab, ceria, dapat mengendalikan diri dan bersikap mandiri, berorientasi pada prestasi, mempertahankan hubunga ramah dengan teman sebaya, mampu bekerja sama dengan orang lain dan mampu mengatasi masalah dengan baik (Soetjiningsih, 2012).
49 Dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis merupakan suatu pola asuh yang sifanya memberikan kebebasan kepada anak tapi selalu memantau apa yang dilakukan anak. Jadikan anak sebagai teman sehingga anak akan kepercaya sehingga lebih mudah bagi orang tua memantaunya. Menerapkan pola asuh demokratis memberikan ruang bagi anak dan orang tua untuk lebih banyak berdiskusi satu sama lain. Namun, di sisi lain orang tua juga tetap memberikan batasan yang tegas terhadap anak serta mendorongnya untuk bersikap mandiri. Pengaruh pola asuh otterhadap anak di antaranya: a. Mampu berinteraksi dengan baik. b. Mudah bekerjasama dengan orang lain. c. Cenderung tidak menunjukkan kekerasan. d. Cenderung dapat mencapai keberhasilan dalam bidang akademik. e. Dapat mengendalikan diri dengan baik. f. Memiliki keterampilan sosial yang bagus. g. Memiliki kesehatan mental yang baik. 3. Pola Asuh Laises Faire (Membiarkan) Pola asuh yang membiarkan ini adalah kebalikan dari pola asuh otoriter yaitu orang tua cenderung membebaskan anak melakukan apa yang mereka inginkan tanpa adanya kontrol. Orang tua biasanya
50 memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderunng tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang salah dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Pengaruhnya bagi perkembangan anak adalah: Anak menjadi manja, cende-rung egois, dan kurang memiliki kedisiplinan. Biasanya orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar. Pola asuh permisif memiliki efek negatif terhadap perilaku belajar anak. Anak akan tetap responsif dalam belajar, namun anak akan tampak kurang matang (manja), kurang percaya diri, tidak bisa bekerjasama dengan teman dan mudah menyerah dalam menghadapi permasalahan atau hambatan yang sedang di hadapinya serta tidak jarang perilakunya disekolah akan agresif. banyak berbagai faktor yang dapat mendasari orang tua menerapkan pola asuh ini, salah satunya adalah masalah kesehatan mental, misalnya orang tua yang mengalami depresi, menjadi korban pelecehan/kekerasan, atau pernah diabaikan semasa anak-anak sehingga mereka menerapkan hal yang sama pada anaknya.
51 Sejumlah dampak pola asuh ini terhadap pertumbuhan anak di antaranya: a. Kurang percaya diri. b. Tidak mampu mengatur emosi sendiri. c. Memiliki risiko lebih besar terkena gangguan mental. d. Cenderung merasa rendah diri. e. Lebih impulsif. f. Terlihat tidak bahagia. Setiap jenis pola asuh orang tua menggunakan pendekatan yang berbeda dalam membesarkan anak, tentu saja masing-masing jenis memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya pemaparan di atas. Gaya pengasuhan yang paling banyak direkomendasikan adalah jenis pola asuh Demokratis Pasalnya, anakanak yang memiliki orang tua berwibawa (otoritatif), kemungkinan besar bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan dapat mengungkapkan pendapat serta perasaan mereka secara baik. Penerapan pola asuh orang tua terhadap anak akan berimbas pada perkembangan dan pertumbuhannya Serta bagaimana sang anak bersikap terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, pemilihan pola asuh juga berdampak pada berbagai bidang
52 kehidupan anak di masa sekarang ataupun masa depan, di antaranya: a. Akademik: Pola asuh orang tua dapat berdampak pada pencapaian akademik dan motivasi anak dalam belajar. b. Kesehatan mental: Pola asuh juga bisa memengaruhi kesejahteraan mental anak, di mana anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang cenderung otoriter, permisif, dan acuh (neglectful) berisiko lebih tinggi mengalami gangguan cemas, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya. c. Harga diri: Anak-anak yang dididik dengan pola asuh otoriter cenderung memiliki harga diri lebih kuat daripada anak yang dibesarkan dengan gaya asuh lainnya. d. Hubungan sosial: Jenis pola asuh juga dapat memengaruhi cara anak dalam berinteraksi dengan orang lain. Contohnya, anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif akan cenderung ditindas. Sebaliknya, anak yang mendapatkan pola asuh otoriter berpotensi menindas orang lain. e. Hubungan saat dewasa: Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang tegas dan otoriter lebih mungkin melakukan kekerasan emosional atau
53 cenderung mengekang pasangan ketika menjalani hubungan romantis saat dewasa. C. Manfaat Parenting Kegiatan parenting akan menjadi suatu wadah yang dapat memberikan keuntungan pada semua pihak, baik kepada orang tua, guru maupun pemerintah. Adapun beberapa manfaat dalam melaksanakan parenting menurut (Harahap, 2009) adalah: (1) terjalinnya mitra kerja lintas sektor, misalnya dari pengusaha-pengusaha yang berkaitan dengan produk yang berkaitan dengan kebutuhan tumbuh kembang anak, instansi pemerintah, penerbit buku, dan lain-lain. (2) terpenuhinya kebutuhan hak-hak anak. (3) berkembangnya rasa percaya diri orang tua dalam mendidik anak. (4) terjalinnya hubungan yang harmonis pada masing-masing anggota keluarga sesuai dengan tugasnya masing-masing. (5) terciptanya hubungan antar keluarga di lingkungan masyarakat sekitar lembaga pendidikan, dan (6) terjalinnya mitra kerja antar sesama anggota parenting. Parenting berpengaruh kepada kehidupan anak selanjutnya, maka dari itu diharapkan kepada orang tua memberi pengasuhan yang baik kepada si buah hati, dengan terlebih dahulu mengetahui karakteristik si buah hati sehingga orang tua dapat memberikan pengasuhan yang cocok dan sesuai dengan sibuah hati. Manjujai
54 termasuk salah satu pola asuh yang digunakan dalam masyarakat Minangkabau yang sangat bagus untuk menstimulasi perkembangan anak. Manjujai ini termasuk kepada pola asuh demokrasi. Keluarga berperan dalam mengembangkan pribadi anak. Keluarga bertangggung jawab mempersiapkan anak berinteraski dengan lingkungan masyarakat. Peran keluarga adalah mendidik dan mengajarkan kepada anak tentang nilai-nilai tradisi, prinsip, sosial, keterampilan serta perilau anak dalam segala aspeknya (Marzuki, 2015) Keluarga memiliki peran melindungi dan mendidik anggota keluarganya, penghubung dengan masyarakat, pencakup kebutuhan ekonomi, membina hidup religius, dan pencipta suasana yang aman dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga (Syarbini A, 2016). Menurut Ulfia (2016) Pola dan pelakasanaan peranan keluarga hendaknya sejalan dengan fungi keluarga sebagai berikut: 1. Fungsi Edukasi/pendidikan. Fungsi edukasi/pendidikan merupakan fungsi keluarga sebagai tempat pertama bagi anak menerima pendidikan serta berkaitan dengan pendidikan anak sebagai penentuan pengukuhan landasan yang mendasari pendidikan, perencanaan, perumusan pengarahan dan pengelolaan tujuan pendidikan, serta penyediaan dana dan sarana, pengayaan berbagai wawasan, dan lainnya yang berkaitan dengan upaya
55 pendidikan. Keluarga sebagai tempat pertama dan utama anak belajar berbagai hal teruatama nilainilai, akhlak, keyakian, belajar berbicara, mengenal huruf dan angka, serta bersosialisasi. Anak menirukan tutur kata dan sikap orang tua. Maka seharusnya orang tua dijadikan teladan bagi anak – anaknya (Helmawati, 2015) 2. Fungsi Proteksi Keluarga menjadi tempat perlindungan anak sejak dalam kandungan yang aman, tentram lahir dan batin. Perlindungan yang dimaksud termasuk mental, fisik, dan moral. Sedangkan substansi fungsi proteksi ialah melindungi keluarga dari hal yang berbahaya dan menjauhkan dari api neraka 3. Fungsi Sosialisasi Orang tua sebagai penghubung anak dengan norma dan kehidupan sosial yang meliputi penyaringan, penerangan, dan penafsirannya menjadi bahasa yang mudah difahami anak. Dengan demikian anak akan mampu menyiapkan dirinya sendiri dalam menempakan diri sebagai pribadi yang mantap dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. 4. Fungsi Agama Keluarga berkewajiban mengajarkan agama yang dianut keluarganya kepada seorang anak serta melibatkan anak pada kehidupan religius suatu keluarga. Tujuannya tidak hanya mengenal agama tetapi juga untuk menjadi umat yang taat beragama,
56 yang sadar tentang hidup hanyalah mencarri rida Allah. 5. Fungsi Biologis Fungsi biologis berkaitan erat dengan kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan biologis meliputi kebutuhan sehari-hari berupa sandang, pangan, papan, serta kebutuhan keterlindungan fisik, termasuk kehidupan seksual. 6. Fungsi Ekonomi Fungsi orang tua dalam keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan pembelanjaan dan pencapaian manfaatnya. Keluarga dengan fungsi kebutuhan ekonominya perlu memperhatikan keseimbangan dalam mengelola yang dapat berakibat pada perkembangan dan pembentukan kepribadian anak. 7. Fungsi Afeksi Anak pada saat melakukan komunikasi dengan orang tua dapat merasakan suasana perasaan. Aktivitas mimik gerakan, serta perilaku orang tua menjadi penting dalam melaksanakan pendidikan di keluarga. Orang tua hendaknya memahammi serta turut merasakan perasaan anak serta bagaimana kesan/persepsi anak tentang orang tua dalam memahami dan bergaul dengan anak. 8. Fungsi Rekreasi Fungsi rekreasi dalam suatu keluarga dapat menciptakan rasa aman, nyaman, ceria agar bisa dirasakan tenang dan rasa kedamaian, sehingga memberikan perasaan yang bebas dari tertekan. Hal
57 tersebut menciptakan rasa saling memiliki dan dekat diantara anggota keluarga.
58 A. Pengertian Manjujai Masyarakat Minangkabau mempunyai suatu budaya lokal yang dijadikan untuk menstimulasi perkembangan anak yang dikenal dengan manjujai. Menurut KBBI (2007) Kata manjujai berasal dari jujaian bagian dari alat tenun yang artinya terjalin atau terikat. Manjujai berasal dari bahasa Minangkabau yang sama dengan ma agah yaitu merangsang perkembangan anak. Manjujai berarti membujuk, tersenyum, bersikap sayang sehingga membuat anak tertawa (Nigel, 1981).
59 Manjujai adalah suatu kegiatan yang dapat menstimulasi perkembangan anak melalui nyanyian, dendangan, gerak tubuh, dan penuturan kata-kata yang bermakna. Kegiatan manjujai biasa digunakan oleh masyarakat Minangkabau untuk menidurkan anak dan mendiamkan anak yang sedang nangis atau sedih. Dalam kegiatan ini bisa dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Kegiatan manjujai ini dapat meningkatkan aspek perkembangan anak (Dahrizal, 2018). Manjujai merupakan kegiatan yang dapat merangsang pertumbuhan fisisk motorik, bahasa dan sosial emosional anak. Dengan manjujai anak dapat membantu melatih otot tubuhnya, merangsang alat indranya (penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan,dan pengecapan) dan membantu anak belajar mengenal dirinya sendiri serta lingkungannya. manjujai dengan anak bisa dimulai sejak ia di lahirkan. Tapi tentunya, cara manjujai harus sesuai dengan usia anak (Helmizar, 2018). Dalam kontek budaya Minangkabau dimana keluarga tinggal di rumah gadang sehingga anak menjadi tanggung jawab bersama dan di stimulasi oleh ba-nyak orang yang di sebut dengan kebiasaan manjujai. Pengasuhan anak di dalam masyarakat Minangkabau dahulu utamanya di lakukan oleh perempuan Minangkabau yang di sebut dengan Bundo Kanduang.
60 Menurut ketua umum Bunda Kanduang Sumatra Barat Ibu Puti Reno Raudhah Thaib, manjujai merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang dimiliki di Minangkabau yaitu suatu pola asuh yang digunakan untuk mendidik anak. Bundo Kanduang adalah cerminan perempuan Minangkabau sebagai Ibu sejati yang bertugas mendidik dan mengasuh anak yang tinggal di ‚Rumah Gadang‛ bersama keluarga besar lainnya. Tugas Bundo Kanduang dalam mendidik dan mengasuh anak haruslah berlandaskan dengan nilai dan norma yang ada yaitu di kenal dengan ‚Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah‛. Syara Mangato, Adat mamakai, Alam Takambang Jadi Guru. Dalam mendidik anak perlu di tanamkan akhlak yang mulia yang juga di kenal dengan istilah Raso, Pareso, Malu jo Sopan. Pembentukan karakter anak ini sudah di mulai sejak dini melalui manjujai. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manjujai merupakan suatu pola asuh yang dapat merangsang atau menstimulasi perkembangan anak dan menjalin kedekatan dan kelekatan antara orang tua dan anak sehingga perkembangan anak berkembang dengan efektif dan optimal.
61 B. Manfaat Manjujai Manjujai merupakan suatu tradisi masyarakat Minangkabau untuk menstimulasi anak dan kegiatan manjujai ini di gunakan juga oleh masyarakat Minangkabau untuk menidurkan anak dengan cara mendendangkan lagu-lagu islami dan lagu adat. Menurut ketua umum Bunda Kanduang Sumatra Barat Ibu Puti Reno Raudhah Thaib (2019), manjujai merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang dimiliki di Minangkabau. Fungsi manjujai selain dapat membentuk karakter anak dalam lingkungan keluarga juga dapat menstimulasi beberapa aspek perkembangan anak yaitu aspek perkembangan sosial emosional, perkembangan indra penglihatan dan pendengaran, motorik, dan bahasa. Menurut (Helmizar, 2018) menyatakan bahwa kegiatan manjujai ini lebih muda di terima oleh masyarakat Minangkabau. tradisi yang perlu terus di lestarikan. Manfaat yang lebih besar dari stimulasi manjujai ini dapat meningkatkan kualitas pengasuhan anak menjadi lebih baik karena adanya interaksi yang lebih banyak dengan anak antara orang tua atau pengasuh dengan anak. Sehingga kegiatan manjujai dapat juga membuat perkembangan anak jadi optimal Dari paparan diatas dapat disimpulkan manfaat manjujai yaitu: 1. Meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak
62 2. Menstimulasi aspek-aspek perkembangan anak 3. Membentuk karakter anak 4. Meningkatkan kelekatan antara anak dan orang tua atau orang yang yang manjujai. 5. Dapat membuat anak menjadi tenang dan bahagia. Kegiatan manjujai ini dapat dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja, apabila kegiatan manjujai ini dilakukan dengan penuh kasih sayang dan iklas anak akan merasa senang sehingga dapat menimbulkan kedekatan antara anak dengan orang yang melakukan manjujai (penjujai). . Bentuk-bentuk kegiatan manjujai yaitu: Gerakan tubuh, macam macam suara, Ekspresi wajah, dengan benda yg menarik dan lucu, dengan nyanyian (dendangan). Menurut Dahrizal (2018) atau biasa dipanggil Mak katik ini mengemukakan bahwa dua cara manjujai anak usia dini yaitu dengan permainan dan dendangan.
63 A. Pengertian Bermain dan Permainan Secara bahasa, bermain diartikan sebagai suatu aktivitas yang langsung atau spontan, dimana seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda disekitarnya, dilakukan dengan senang hati (gembira), atas inisiatif sendiri, menggunakan daya khayal, panca indra dan selurih anggota tubuh (latif, mukhtar. Zukhairina, 2013). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat, yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan
64 imajinasi anak (Triharso, 2013). Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan inisiatif sendiri, kegiatan yang menyenangkan dan dilakukan bisa dengan alat dan tanpa alat. Dunia anak usia dini adalah dunia bermain. Oleh karena itu, dalam mendidik atau mengasuh anak dilakukan dengan bermain baik itu sarana maupun prasarana. Bermain adalah salah satu kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dunia anak usia dini adalah dunia bermain. Oleh karena itu, dalam mendidik atau mengasuh anak dilakukan dengan bermain baik itu sarana maupun prasarana. Bermain adalah salah satu kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan kegiatan bermain dapat meningkatkan bakat dan kreativias anak. Kita tidak boleh memaksa anak untuk bermain, bermain harus dilakukan oleh inisiatif anak sendiri dan dilakukan dengan rasa senang, sehingga kegiatan yang menyenangkan bagi anak akan meningkatkan aspek perkembangan anak. Hakikatnya proses belajar untuk anak usia dini dikemas dengan program bermain. Dalam prakteknya, bermain merupakan strategi wajib sesuai dengan salah satu prinsip belajar anak usia dini ‚Learning Through Playing‛ (Yus, 2011). Oleh karenanya, Bermain merupakan
65 kebutuhan pokok dan penting bagi anak dan tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan aspek perkembangan anak. Secara estimologi, bermain diartikan sebagai suatu kegiatan dilakukan dengan menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat yang menghasilkan pengertian, serta memberikan informasi, kesenangan dan mengembangkan imajinasi anak usia dini (Triharso, 2013:1). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, dapat memotivasi diri, dipilih secara bebas dan demi kepuasan diri tanpa mempertimbangkan hasil akhirnya (Hurlock, 2006); (Jackman, 2009); (Susanto, 2016). Sejalan dengan pernyataan tersebut Sujiono (2009) juga mengatakan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang sudah menjadi ciri khas anak dan berbeda dengan kegiatan lainnya yang dilakukan anak seperti belajar dan bekerja yang selalu mencapai suatu hasil akhir. Bagi anak menang kalah dalam suatu permainan bukan menjadi tujuan utama dalam bermain. Bermain juga merupakan melakukan hal yang diinginkan, yang melibatkan perasaan senang maupun tegang, namun dilakukan hanya pada waktu dan tempat tertentu, sambil menyadari bahwa tindakan tersebut berbeda dengan kehidupan biasa (Dwijawiyata, 2013). 29 Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri.
66 Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak (Mutiah, 2010). Aktifitas bermain dan belajar memberikan jalan majemuk pada anak untuk melatih dan belajar berbagai macam keahlian dan konsep yang berbeda. Anak merasa mampu dan sukses jika anak aktif dan mampu melakukan suatu kegiatan yang menantang dan kompleks yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Oleh karena itu pendidik seharusnya memberikan materi yang sesuai, lingkungan belajar yang kondusif, tantangan, dan memberikan masukan pada anak untuk menuntun anak dalam menerapkan teori dan melakukan teori tersebut dalam kegiatan praktek. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah suatu kegiatan dilakukan secara bebas, spontan dan sukarela dalam memotivasi diri yang menimbulkan rasa senang dan kepuasan tersendiri bagi anak yang lebih berorientasi pada sebuah proses tanpa memikirkan hasil akhirnya. Bagi anak usia dini, bermain memiliki beberapa esensi yaitu: 1) motivasi internal, dimana anak-anak melakukan kegiatan bermain atas kemauan diri sendiri dan tanpa paksaan; 2) aktif, yakni ketika anak-anak melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan fungsi fisik dan mental; 3) nonliteral, berarti anak-anak mampu melakukan apa saja sesuai keinginan, terlepas dari realitas
67 seperti berpura-pura memainkan sesuatu; dan 4) tidak memiliki tujuan eksternal yang ditetapkan sebelumnya, merupakan esensi dari bermain bahwa bermain dilakukan atas dasar partisipasi semata (Suyanto 2003). Pengertian Permainan Bermain dan permainan mempunyai arti yang berbeda. Hal ini juga diungkapkan oleh Larsen (2015) mengungkapkan bahwa bermain memang sangat berbeda dengan permainan dan itu lebih dari sekedar sebuah sikap dalam memainkan permainan. Teori Fenomologis Kohnstam (Kartini Kartono, 2007) Permainan merupakan sarana penting untuk mensosialisasikan dalam mengenalkan anak menjadi anggota suatu masyarakat agar anak mengenal dan menghargai masyarakat, sehingga dalam suasana permainan itu tumbuh rasa kerukunan yang berarti bagi pembentukan sosial sebagai manusia budaya. Permainan membutuhkan keterampilan manipulatif dan memperkuat berbagai konsep (Essa, 2014: 265). Konsep ini tidak terlepas dari belajar sambil bermain yang akan membuat anak tertarik untuk belajar. Selanjutnya permainan merupakan kegiatan yang dapat di integrasikan dalam pembelajaran anak usia dini (Kusbudiah, 2014). Permainan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang berlebihan serta membebaskan anak dari perasaan-perasaan yang terpendam disamping itu membuat anak berinteraksi dengan anak lain (sosial
68 emosional) dan mengembangkan kemampuan kognitif anak (Kavramina & Metaforlari, 2016: 376). Melalui permainan anak mendapatkan macam-macam pengalaman yang menyenangkan, sambil menggiatkan usaha belajar dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Semua pengalamannya melalui kegiatan permainan akan memberi dasar yang kokoh kuat bagi pencapaian macammacam keterampilan. Dapat disimpulkan bahwa permainan merupakan alat dan aktivitas anak untuk belajar menjelajahi dunianya untuk memperoleh informasi, kesenangan dan kebagiaan dan dapat mengembangkan imajinasi anak yang menggunakan otot-otot dan energinya, dimana permainan memberikan kesempatan bagi anak untuk mengenal aturan-aturn permainan, mematuhi norma dan larangan dan bertindak jujur. B. Manfaat Bermain bermain adalah dunia anak yaitu dunia yang penuh dengan spontanitas dan menyenangkan. Bermain merupakan sarana belajar bagi anak dan sekaligus menjadi kegiatan pembelajaran untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Manfaat bermain terhadap sensoris motorik anak penting untuk mengembangkan otot-ototnya dan energi yang ada. Aktivitas sensosoris motorik merupakan komponen yang
69 paling besar pada semua usia, namun yang paling dominan pada bayi. Pada bayi sebaiknya mendapatkan stimulasi visual, pendengaran (verbal), sentuhan, dan kinestetik (gerak) (Mutia, 2010). Permainan juga berfungsi untuk mengomtimalkan aspek perkembangan anak, memenuhi kebutuhan emosi anak, mengembangkan kreativitas, dan membantu proses sosialisasi anak (Hasan, 2009). Adapun manfaat bermain adalah sebagai berikut: 1. Merangsang Perkembangan Kognitif Salah satu manfaat bermain adalah merangsang perkembangan otak anak sejak dini untuk membantu anak memahami hal-hal baru yang anak lakukan dan lihat didunia sekitar. Anak dilahirkan memiliki 100 triliun sel otak yang disebut neuron. Selama tahun-tahun pertama kehidupannya, masing-masing neuron ini akan membentuk koneksi dengan neuron lain dengan sangat cepat. Seiring berjalannya waktu, koneksi antar sel saraf ini akan makin kuat dan makin banyak hingga jumlah jaringannya mencapai dua kali lipat. Semakin banyak dan semakin kuat hubungan antar sel saraf otak, perkembangan otak anak akan semakin matang. Terlebih, bila orang tua menstimulasinya dengan melakukan berbagai macam permainan. Karena itu, manfaat bermain dapat membantu
70 merangsang perkembangan otak anak sejak dini. Ini juga dapat membantu anak memahami hal-hal baru dan dunia yang dilihat dengan lebih baik. 2. Meningkatkan Kecerdasan Setiap orang tua pasti ingin anaknya bisa tumbuh menjadi anak yang hebat dan cerdas, salah satu cara membuat anak cerdas adalah dengan sering-sering mengajaknya bermain. Sebuah studi yang dilakukan oleh mahasiswa University of Arkansas menunjukkan bahwa memberikan mainan kepada bayi secara rutin dapat meningkatkan IQ anak diusia 0-6 tahun. Bahkan, sejumlah studi lainnya menyebutkan bahwa manfaat bermain dapat meningkatkan perkembangan kognitif, linguistic dan sosial anak. 3. Mengasah Pemikiran Kreatif Kegiatan bermain juga bermanfaat untuk membuat anak lebih kreatif. Pasalnya, ketika bermain, anak dapat mengembangkan proses berpikirnya serta ide-ide baru sehingga kreativitasnya akan terbentuk. Maka itu, cobalah orang tua memberikan keleluasaan kepada anak untuk bermain dengan imajinasinya sendiri. Contohnya, saat Ibu memberinya plastisin. Anak pasti akan menyalurkan seluruh idenya untuk membuat beragam bentuk dari plastisin tersebut. Ibu juga bisa mengajaknya bermain
71 boneka Coba bebaskan anak untuk memilih tema serta alur cerita yang akan dimainkan. 4. Mengasah Kemampuan Komunikasi dan Berbahasa Bermain dapat membantu melatih kemampuan komunikasi dan bahasa anak, Ini karena saat bermain bersama, orang tua dapat meminta anak menyebutkan benda-benda yang ia mainkan atau benda-benda di sekitarnya, serta menyebutkan warna, anggota tubuh, atau nama-nama anggota keluarga. Misalnya, Ibu bisa menanyakan, ‚Coba tunjuk mana mata adik? Fungsinya mata untuk apa, ya?‛ atau ‚Mana kaki kakak? Gunanya kaki untuk apa, hayo?‛ 5. Melatih Pengendalian Diri Kegiatan bermain ternyata juga mampu melatih pengendalian diri anak. Pengendalian diri itu sendiri merupakan salah satu keterampilan penting untuk kesiapan sekolahnya nanti. Anak-anak dengan pengendalian diri yang baik mampu menunggu giliran, menahan godaan untuk mengambil benda dari temannya, hingga mengendalikan emosi negatif saat bermain. Mampu mengendalikan diri dan mengatur emosi tidak hanya penting untuk keberhasilan akademiknya saja, tapi juga untuk aspek psikososial perkembangan anak. Selama masa prasekolah, anakanak yang menunjukkan kontrol emosi yang lebih baik akan disukai dianggap kompeten secara sosial.
72 6. Meningkatkan Kemampuan Sosial dan Emosional Di rentang usia dini, anak-anak sebetulnya sudah siap bersosialisasi, lebih bersemangat mencoba halhal baru, dan punya rasa ingin tahu yang besar untuk mengeksplorasi lebih banyak tentang dunia yang mereka lihat. Nah, melalui bermainlah anak-anak bisa belajar berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Dengan bermain, anak-anak juga punya kesempatan untuk belajar berinteraksi dan bergaul dengan anak-anak sebayanya. Anak-anak akan banyak belajar bagaimana caranya bergiliran menggunakan mainan, tanggap untuk berbagi, bernegosiasi, menyelesaikan konflik, dan berkomunikasi menggunakan kata-kata yang baik dengan tiga kata ajaib, yaitu ‚maaf‛, ‚tolong‛, dan ‚terima kasih‛. 7. Mempererat Hubungan dengan Orang Sekitar Mengajak anak bermain bersama dapat membentuk dan mempererat ikatan yang lebih kuat dengan anggota keluarga. Untuk itu, apa pun jenis permainan sederhana yang dilakukan anak baik disekolah maupun bisa menjadi momen bonding yang spesial bagi anak dimasa kecilnya. Dengan bermain bersama, intensitas hubungan interpersonal anak dengan keluarga pun meningkat. Begitu pula dengan hubungan si Kecil dengan teman-temannya. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang supel atau tidak malu
73 ketika bertemu dengan orang baru. Interaksi inilah yang dapat memberikan pengalaman positif sekaligus dapat menstimulasi perkembangan otak anak. 8. Mengasah Problem Solving Skill Manfaat bermain untuk anak-anak selanjutnya adalah mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Ketika anak-anak bermain role play atau bermain peran, anak akan berpikir untuk bertindak di dalam permainan ini. Misalnya, ketika anak diberikan dua boneka, ia akan otomatis membuat permainannya hidup dengan menciptakan percakapan antar boneka. Orang tua atau guru bisa mengajarkannya membuat jalan cerita bahwa salah satu boneka yang dimainkan sedang sakit, kemudian boneka lainnya menghibur atau menemani boneka yang sedang sakit tersebut. Selanjutnya, biarkan anak menyampaikan perasaan dan pendapatnya mengenai tokoh yang ia perankan. Selain melatih anak untuk berimajinasi dan memecahkan masalah, cara ini dapat membantu meningkatkan kemampuan empati dan bersosialisasi sekaligus mengajarkannya untuk menanam hal-hal kebaikan. Hal itulah yang dapat melatih keterampilan untuk berperilaku dan melatih diri di masa depan ketika mereka menemukan kejadian yang sama di kehidupannya.
74 9. Melatih Keterampilan Fisik Permainan yang melibatkan aktivitas fisik, seperti bermain bola, petak umpet, lompat tali, berlari, menari, atau ragam permainan tradisional lainnya, dapat membantu anak melatih kemampuan motorik halus dan kasarnya. Selain itu, manfaat bermain juga dipercaya dapat menurunkan risiko stres, depresi, obesitas, dan lesi, sekaligus meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan kepercayaan dirinya. Dengan bermain secara fisik, kemampuan motorik anak serta kesehatan tubuh si Kecil dapat membantu perkembangan anak. C. Permainan Manjujai Usia dini merupakan masa-masa bermain yang mana dengan bermain dapat menstimulasi aspek-aspek perkembangan anak. Adapun beberapa permainan manjujai sebagai berikut: 1. Permainan Alif Ba... Permaianan Alif ba ini sama dengan permainan cilukba, hanya saja kata-kata nya yang dirubah dengan huruf-huruf hijaiyya dengan tujuan sambIl bermain anak bisa mengenal huruf-huruf hijaiyya.
75 Gambar 4. Permainan Alif ba. (Foto: Swandra Rahayu, 2019)
76 2. Permainan Flascard and dortcard Permainan flascard and dortcard ini merupakan sebuah terobosan dalam bidang pendidikan anak usia dini yang menggunakan kartu sebagai alat bantu. Gambar 5. Permainan Flascard dan dortcard (Foto: Swandra Rahayu, 2019)
77 Alat dan Bahan Teknis permainan Aspek yang dikembangkan Gambar yang menarik Angka Huruf Abjad Huruf Hijaiyya Berikan waktu lebih kurang satu jam khusus setiap harinya tanpa diganggu gugat oleh kegiatan lain. Agar sang buah hati berinterkasi degan kegiatannya lebih efektif. Guntingla aneka gambar yang lucu dan menarik mulai dari gambar biantang, bunga, atau gambar menarik lannya. Usahakan gambar itu berubah dan berganti setiap harinya. Buatlah flash card (kartu bergambar) dengan cara menempelkan gambargambar itu pada kertas karton. Tunjukkanla kepada anak satu persatu sejak anak itu bisa melihat sesuatu. Tunjukkan gambar secara cepat (1 gambar perdetik) anak akan senang dengan gambar-gambar yang berubah. Kognitif Fisik motorik Nilai agama dan moral Bahasa Sosial Emosional
78 3. Permainan Tatih Kegiatan ini bisa dilakukan kepada anak ketika anak sudah mulai bisa berdiri dan merambat. Mengapa harus menunggu sebesar itu ?. Hal ini di karenakan dalam permainan menatih ini di butuhkan keseimbangan. Dengan demikian, anak akan mendapatkan stimulasi yang baik untuk belajar berjalan. Sebaiknya kalau permainan tatih ini di paksakan ketika anak belum mempunyai keseimbangan atau kaki anak belum bisa menopang berat badannya sendiri, hal ini akan berakibat kurang baik karena apabila anak terjatuh cukup keras anak akan merasa trauma dan takut. Setelah anak mengerti dengan akan sesuatu misalnya ‚ini gambar apa‛ maka di perkenalkanlah dengan dots card (kartu angka). Kegiatan ini dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan berbagai ekspresi lucu dan menarik.
79 Gambar 6. Permainan tatih (Foto: Swandra Rahayu, 2019)
80 4. Permainan Tarik Ulur Permainan Tarik ulur adalah suatu permainan dengan menggunakan suatu benda yang aman bagi anak, sesuai dengan namanya Tarik ulur jadi system permainannnya setelah di ulurkan atau diletakkan di Alat dan Bahan Teknis permainan Aspek yang dikembangkan Orang tua atau guru (pengasuh) Anak Benda-benda yang bisa dijadikan anak untuk berpegangan saat berdiri Cara pertama Berdirikan anak Pegang kedua tangan anak Ajak anak melangkahkan kakinya satu langkah sambil menyanyikan sebuah lagu. Cara kedua Dudukan anak di tempat yang aman dan nyaman Biarkan anak mencari pegangan untuk berdiri seperti dinding. Biarkan anak berdiri sendiri (selalu mengawasi anak) Biarkan anak berjalan dengan berpegang pada dinding (selalu mengawasi anak). Fisik motorik Kognitif Bahasa
81 dekat anak setelah anak menggapainya ditarik lagi sampai anak itu dapat menggapainya lagi. Permainan ini sangat cocok untuk anak yang baru pandai merangkak, karena dapat memotivasi untuk anak menggapai suatu yang diingin digapainya. Gambar 7. Permainan tarik ulur (Foto: Swandra Rahayu, 2019)
82 Alat dan Bahan Teknis Permainan Aspek yang dikembangkan Benda-benda yang aman dan bersih Anak Letakkan anak ditempat yang bersih, aman dan nyaman Letakkan suatu benda yang menarik di depan anak sehingga anak mengejar benda tersebut. Kalau anak tidak mengejar benda tersebut, letakkan lebih dekat bendanya kepada anak dengan mengatakan (ayoo sayang ambil ini atau dengan memanggil nama anak) sehingga menarik perhatian anak. Setelah anak menggapai benda, ambil benda nya lagi letakkan benda nya lebih jauh dari anak sehingga anak mengejarnya lagi. Kognitif Fisik motoric Sosial emosional Bahasa
83 5. Permainan Menyusun Benda Permainan menyusun benda merupakan suatu permainan dengan menggunakan beberapa alat atau benda yang aman bagi anak lalu benda itu disusun hingga menjadi suatu bentuk atau berurutan dari besar ke kecil dan sebaliknya. Gambar 8. Permainan menyusun benda (Foto: Swandra Rahayu, 2019)
84 6. Permainan Tapuak Ambai-Ambai Tapuak ambai-ambai ‘tepuk ame ame Bilalang ruku-ruku ‘bilalang kupu-kupu Batapuak anak pandai ‘bertepuk anak pintar Di agiah aia susu ‘diberi air susu Aia susu lamak manih ‘air susu enak manis Di agiah ka anaknyo ‘diberi ke anaknya Alat dan Bahan Teknis Permainan Aspek yang dikembangkan Mainan yang dapat disusun oleh nak (seperti mainan donat, lego, puzzle dan lainnya) Anak Orang tua atau guru (pengasuh) menyiapkan alat permainan nya terlebih dahulu lalu di contohkan bagaimana cara memainnkannya kepada anak. Permainan tersebut lalu di kasih sama anak Anak dapat memainkannya secara sendri dan kelompok . Kognitif Fisik motorik Sosial emosional Seni
85 Anak jan manangih ‘anak jangan menangis Batambah cadiaknyo ‘bertambah pintarnya Gambar 9. Permainan Tapuak ambai-ambai (Foto: Swandra Rahayu, 2019)
86 7. Permainan Tos Permaianan tos dapat dilakukan antara dua orang yang mana tangannya disatukan sehingga menimbulkan bunyi yang dapat membuat anak senang. Permainan dapat juga dilakukan disaat anak berhasil melakukan sesuatu dan sebagai aprisiasi keberhasilannya dilakukan tos. Gambar 10. Permainan Tos (Foto: Swandra Rahayu, 2019)
87 Alat dan Bahan Teknis Permainan Aspek yang dikembangkan Anak Orang tua atau guru (pengasuh) Duduk kan anak di dekat kita Panggil nama anak untuk menarik perhatian anak sehingga anak menoleh ke kita Ambil tangan anak Lalu pertemukan tangan anak dengan kita dalam posisi jari tangan keatas. Lakukan beberapa kali sambil berhitung dan bernyayi. Fisik motorik Sosial emosional Bahasa Seni kognitif
88 A. Pengertian Dendang Kesenian tradisi di Indonesia pada umumnya berisikan sastra lisan dalam menyampaikan isi dari cerita. Sastra ini disampaikan menggunakan irama tersendiri yang merupakan ciri khas dari kesenian itu sendiri. Salah satu sastra lisan yaitu dendang. Dendang berarti lagu, berdendang sama dengan bernyanyi (Rustiyanti, 2014). Dendang merupakan sebagai bekal dan pertahanan emosional melalui format musikal (kesantunan ekspresi vokal dengan lirik-lirik) berdasarkan jalinan yang tercipta secara emosional atas rasa kebersamaan dalam tatanan
89 nagari (HS, 2014). Dendang merupakan satu bentuk karya seni di Minangkabau yang di dalamnya mengandung ungkapan perasaan manusia yang akan disampaikan kepada orang lain (Tarmizi, 2010). Sejalan dengan (Rustiyanti, 2015) dendang yaitu menyanyikan pantun dengan irama tenang, gembira, dan sedih. Dendang termasuk lagu pop di Minangkabau. Kata dendang dapat diartikan sebagai nyanyian, yang berarti mengeluarkan suara hati atau menyampaikan apa yang terasa dalam hati kepada seseorang dengan bernyanyi. Hal tersebut dapat berupa gembira, kecewa, rasa kelucuan, rasa cinta, sedih, atau bisa menyinggung orang lain misalnya, dengan kata-kata sindiran dalam bahasa Minangkabau. Berdendang berarti bernyanyi yang tujuannya untuk menghibur hati, baik untuk diri sendiri maupun orang lain serta keinginan orang tua untuk anaknya. Misalnya orang tua mendendangkan anaknya yang ingin tidur. Berikut contoh dendang untuk menidur anak: Lalok la nak lalok la sayang.. tidurla nak tidurla sayang Lolok la nak dalam buuayan.. tidurla nak dalam ayunan Isuokla godang tolong omak nyo kalua sudah besar bantu ibu Mambawok boban nan bowek
90 membawa beban yang berat Lalok la nak lalok la sayang tidurla nak tidurla sayang Isuok la godang jadi anak yang pandai, kalua sudah besar jadila anak yang pintar Dendang tersebut diulang sampai anak tertidur. Dari dendang di atas terkandung makna yaitu, ibu menyuruh anak untuk tidur, kalau anaknya sudah besar nanti bisa bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain, membangun harga diri keluarga, walaupun hidup miskin bisa melawan dunia yang serba modern, berpikir kelompok, nasionalis, berguna di tengah-tengah masyarakat dan dapat menghilangkan rasa sakit yang di derita oleh ibu. Kata-kata dendang diatas tidak baku jadi orang tua atau orang dewasa bisa mengganti kata-katanya sesuai denga isi hatinya. Dendang manjujai dapat diartikan sebagai suatu nyayian yang berisi isi hati orang tua atau penjujaiyang mana dapat menenangkan hati anak dan meningkatkan kelekatan antara anak dengan si penjujai. Dendang termasuk salah satu seni musik tradisional yang berbentuk vokal (suara yang dihasilkan manusia). Dalam berdendang tidak ada aturan khusus seperti sistem notasi barat, tangga nada solmisasi dan sistem accord. meskipun demikian, secara tradisional dendang Minangkabau mempunyai aturan tersendiri, hanya saja tidak dapat di defenisikan secara jelas seperti yang
91 terdapat sistem notasi. Dengan ini pendendang mempunyai cara dan gaya sendiri dalam bedendang (Rustiyanti, 2014). B. Jenis-Jenis Dendang Dendang merupakan salah satu kesenian tradisional di Minangkabau, mediumnya adalah suara manusia. Kadir (1990) mengemukakan bahwa dendang dapat ditinjau dari aspek geografis, daerah asal, instrumen musik pengiring, nuansa dan bentuk garap. Adapun jenis-jenis dendang yaitu sebagai berikut: 1. Ditinjaudari aspek geografis, dendang dibagi dua yaitu dendang darek dan dendang pasisia. Dendang darek (dendang darat) yaitu dendang yang tumbuh dan berkembang di daerah sekitar pedalaman propinsi Sumatera Barat. Dendang pasisia yaitu dendang pasisi (dendang pesisir), yaitu dendang yang berada sekitar pantai barat Sumatera Barat. Perbedaan kedua jenis dendang tersebut dapat dilihat dari aspek sistem nadanya, dendang darek, system nadanya adalah pentatonik, sementara dendang pasisia, sistem nadanya adalah hexatonik dan heptatonik. 2. Ditinjau dari nama daerah sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya dendang, mencakup: (a) Dendang Luhak Tanah Datar, adalah dendang yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Tanah Datar;
92 (b) Dendang Luhak Agam, yaitu dendang yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Agam; (c) Dendang Luhak 50 Kota, yaitu dendang yang yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten 50 Kota. 3. Ditinjau dari alat musik pengiringnya, yaitu: (a) dendang rabab, adalah dendang yang diiringi alat musik gesek rebab; (b) dendang sirompak, 56 yaitu dendang yang diiringi alat musik tiup sirompak; (c) dendang bansi, yaitu dendang yang diiringi alat musik tiup bansi; (d) dendang sampelong, adalah dendang yang diiringi alat musik tiup sampelong; (e) dendang saluang, adalah dendang yang diiringi alat musik tiup saluang. 4. Ditinjau berdasarkan nuansa dan bentuk garap musikalnya, yakni: (a) dendang ratok (dendang ratap) yaitu dendang berbentuk ratapan yang mengisahkan tentang kekurangberuntungan dalam hidup atau kemelaratan; (b) dendang kaba (dendang ceritera) yaitu ceritera disampaikan melalui dendang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi manusia. Berkaitan dengan jenis, asal-usul dan wilayah, bentuk garap tersebut di atas, dendang yang tumbuh dan berkembang di wilayah Pauah Kota Padang disebut Dendang Pauah/ Dendang Saluang/ Dendang Kaba/ Dendang Pasisia/ Dendang Darek/ Saluang Dendang. Sebutan dendang kaba, karena menyajikan kaba atau