Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | i
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah
Penulis: Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
ISBN 978-623-215-170-3
Editor: Nurani Ike Budiatmawati
Penata Letak: @timsenyum
Desain Sampul: @kholidsenyum
Copyright © Pustaka Media Guru, 2019
vi, 142 hlm, 14,8 x 21 cm
Cetakan Pertama, April 2019
Diterbitkan oleh
CV. Cipta Media Edukasi
Grup Penerbit Pustaka MediaGuru (Anggota IKAPI)
Jl. Dharmawangsa 7/14 Surabaya
Website: www.mediaguru.id
Dicetak dan Didistribusikan oleh
Pustaka Media Guru
Hak Cipta Dilindungi Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta, PASAL 72
Prakata
P uji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan berkah kepada kami, para
penulis Antologi Pembelajaran di Kelas dengan judul
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah.
Buku ini merupakan kumpulan cerita tentang proses
pembelajaran yang penulis lakukan di kelas masing‐masing.
Antologi pembelajaran ini terdiri dari 15 naskah cerita dari 15
penulis dengan berbagai latar belakang bidang studi dan
jenjang yang diampu. Dari tiap cerita, para pembaca bisa
mengambil inspirasi dari antologi pembelajaran ini.
Para penulis membuka kesempatan bagi para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dan kesempurnaan naskah ini. Semoga inspirasi di
kelas yang dibagikan oleh para penulis dapat memperbaiki
proses pembelajaran para pembaca di kelas, juga diharapkan
meningkatkan kreativitas proses pembelajaran di kelas bagi
pembaca yang sudah melaksanakannya dengan baik.
Batang, Maret 2019
Penulis
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | iii
Daftar Isi
Prakata ....................................................................................... iii
Daftar Isi ..................................................................................... iv
1. Guru Kreatif, Kelas Atraktif oleh Lilik Fatkhu
Diniyah, S.Pd.I. ............................................................... 1
2. Yuk, Belajar sambil Arisan oleh Diningsih, S.Pd.,
M.Si. .............................................................................. 7
3. Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah oleh Lilik
Retno Willianti, S.Pd., M.Si. ........................................ 13
4. Proyek yang Menyenangkan oleh Sri Widati,
S.Pd., M.Pd. ................................................................. 27
5. S3 Sehat Selamat Sejahtera oleh Aris Adiyanto,
S.Pd., M.M. .................................................................. 31
6. Bereksplanasi dengan Gambar oleh Sri Murni,
S.Pd. ............................................................................ 39
7. Es Mambo Aneka Rasa oleh Shanti Ardhini, S.Pd..... 49
8. Pembelajaran IPS dengan Bermain Kartu oleh
Yayuk Kaniyah, S.Pd. .................................................. 59
9. Pak Hadi Guru yang Menginspirasi oleh Rini
Wijayanti, S.Pd. ............................................................ 71
10. Kebingungan Jadilah Cerpen oleh Wityawati,
S.Pd. ............................................................................ 79
iv | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
11. Hafal Mufrodhat dengan Berdendang oleh
Zumroh, S.Pd.I ............................................................. 91
12. Narrative Text Asyik oleh Dewi Setyaningrum,
S.Pd. ............................................................................ 99
13. Ada Pelangi di Kelas Bu Vivi oleh Vika Oktaviona,
S.Pd. ........................................................................... 109
14. Talking Stick in English Class oleh Maghfiroch,
S.Pd. ............................................................................ 115
15. Guru Kreatif, PPKn Jadi Asyik oleh Endah Winarti,
S.Pd. ........................................................................... 123
Profil Penulis............................................................................ 132
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | v
vi | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Guru Kreatif, Kelas Atraktif
oleh Lilik Fatkhu Diniyah, S.Pd.I.
Kring…. Kring…. Kring…..
Bel tanda masuk kelas berbunyi. Anak‐anak
bergegas masuk kelas masing‐masing. Bu Lilik, guru
IPS pun segera masuk untuk mengajar. Hari ini Bu Lilik
mengajar pada jam keempat atau setelah istirahat karena jam
pertama diisi pelajaran Agama.
“Assalamu’alaikum warohmatullaahi wabarookatuh,” Bu
Lilik membuka pelajaran dengan salam.
“Wa’alaikum salam warohmatullaahi wabarokaatuh,”
jawab anak‐anak serempak.
Tiba‐tiba Wawan merengek, “Bu… capeek, pelajarannya
mulai sebentar lagi ya, jangan sekarang. IPS susah ngapalin.”
“Hmmmm…. Anak saleh tidak mengenal kata capek.
Harus belajar giat. Kalian mau main nggak?” tanya Bu Lilik.
“Mauuuuuuu… ayoo Bu guru main!” anak‐anak pun
serempak menjawab.
“Bu guru akan mengajak kalian belajar sambil bermain.
Kalian tahu permainan monopoli?” tanya Bu Lilik.
“Tahuuuuu……,” jawab mereka kembali.
“Baiklah, sekarang ibu minta anak‐anak duduk tenang
dan tertib perhatikan dengan seksama apa yang akan ibu
sampaikan,” kata Bu Lilik.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 1
Bu Lilik pun memberikan apersepsi dan motivasi kepada
anak‐anak agar siap mengikuti pembelajaran IPS. Bu Lilik juga
menyampaikan materi yang akan dipelajari dan media
pembelajaran yang akan digunakan. Selain itu, Bu Lilik juga
menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu. Para siswa
terlihat semangat mengikuti pelajaran dan penasaran
terhadap permainan yang akan disajikan.
Setelah anak‐anak siap menerima pelajaran, Bu Lilik
segera menyampaikan gambaran materi tentang proklamasi
kemerdekaan. Kemudian Bu Lilik meminta siswa untuk
membaca materi yang terdapat dalam buku paket. Setelah
siswa membaca, Bu Lilik meminta siswa untuk menceritakan
kembali dengan cara diundi berdasarkan nomor absennya.
Dengan diundi maka semua siswa siap untuk maju jika nomor
absennya keluar.
“Bagaimana anak‐anak? Sudah siap untuk bercerita di
depan?” tanya Bu Lilik.
“Deg‐degan, Bu,” kata Rama.
“Siap‐siap semuanya ya?” kata Bu Lilik.
Bu Lilik pun segera mengocok undian yang selalu tersedia
di meja guru. Dengan perlahan‐lahan mengocok, keluarlah
satu kertas lipatan kecil yang bertuliskan nomor absen setiap
siswa.
“Nomor berapa ya? Satu… dua… tiga….” Perlahan Bu
Lilik membuka lipatan kertas kecil, “nomor absen dua…,” Bu
Lilik menghentikan ucapannya.
Faiz pun terperanjat mendengar nomor absennya.
Ternyata Bu Lilik belum selesai bicara. “Dua puluh empat,”
lanjut Bu Lilik.
2 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Akhirnya Faiz, nomor absen dua mengelus dada merasa
lega, meski dia juga sudah siap maju. Khanza, absen nomor 24
segera maju untuk menceritakan tentang peran para tokoh
proklamasi yang telah dibacanya. Bu Lilik pun mengocok
nomor undian sejumlah tokoh proklamasi kemerdekaan.
Dengan demikian, secara langsung siswa dapat menemukan
sendiri peran masing‐masing tokoh dengan membaca.
Dengan menemukan sendiri, siswa akan lebih mudah
memahami dan tertanam dalam benak mereka.
Setelah beberapa siswa sesuai dengan nomor undian
menceritakan kembali tentang peranan tokoh proklamasi
kemerdekaan, kemudian Bu Lilik memberikan penguatan
dengan menjelaskan materi tentang masing‐masing tokoh.
Kegiatan selanjutnya Bu Lilik membagi siswanya menjadi
beberapa kelompok. Siswa diminta untuk berhitung mulai
satu sampai dengan enam. Siswa yang menyebutkan angka
satu akan menjadi kelompok satu, begitu juga dengan angka
seterusnya hingga terbentuk enam kelompok karena jumlah
siswa ada 30 anak.
Setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Kemudian
mereka berdiskuis sesuai arahan Bu Lilik. Masing‐masing
siswa mendapat tugas mendeskripsikan peranan salah satu
tokoh proklamasi dan menjelaskan tentang cara menghargai
jasa tokoh tersebut. Bu Lilik memberikan waktu sebanyak 20
menit untuk didiskusikan dalam kelompoknya. Meski kerja
kelompok, tetapi setiap siswa mendapat tugas satu tokoh
sehingga tidak ada siswa yang tidak aktif.
Setelah 20 menit, Bu Lilik meminta setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi peranan tokoh
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 3
proklamasi dan cara menghargai para tokoh tersebut. Setiap
kelompok yang presentasi mendapat tanggapan dari
kelompok lain. Dengan demikian, penanaman konsep akan
semakin kuat. Mereka juga bisa mengekspesikan ide dan
gagasan mereka bagaimana cara menghargai pahlawan.
Diharapkan dengan mengungkapkan ide‐ide mereka akan
mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari‐hari. Bu Lilik
pun kemudian memberikan kesimpulan tentang materi yang
dipelajari hari ini.
Bu Lilik pun tak lupa memberikan tugas kepada anak‐
anak yaitu membuat tabel perilaku menghargai pahlawan
selama satu minggu. Anak‐anak harus menuliskan setiap
perbuatan mereka yang mencerminkan menghargai tokoh
proklamasi. Siswa yang paling banyak perilakunya akan
menjadi siswa teladan di kelas.
Setelah itu, Bu Lilik mulai menjelaskan tentang tata cara
permainan kartu soal yang dimodifikasi seperti permainan
monopoli.
“Baiklah anak‐anak, saatnya kita mulai permainan
monopoli,” kata Bu Lilik.
“Horeeee…. Asyiiiik!!!” seru anak‐anak.
“Kalian tadi sudah belajar tentang peranan para tokoh
proklamasi kemerdekaan. Kalian juga telah menyampaikan
bagaimana cara menghargai para pahlawan dalam kehidupan
sehari‐hari. Nah… itu semua akan kita buat permainan
berupa kartu soal. Anak‐anak dalam satu kelompok akan ibu
bagi satu papan permainan dan kartu soal, serta 4 bidak dan
satu dadu. Ada yang bertanya sebelum ibu lanjutkan?” tanya
Bu Lilik.
4 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
“Mainnya bagaimana Bu Guru?” tanya Kholis.
“Ok, dengarkan baik‐baik. Setiap kelompok ada ketuanya
sebagai pemegang kunci jawab kartu soal. Empat anak yang
lain bermain dengan meletakkan bidak pada kotak start.
Setelah hom pimpa, yang menang melempar bidak dulu, dan
menempatkan bidak sesuai angka dadu. Ambil kartu soal atau
kerjakan perintah yang terdapat dalam kotak angka yang
sesuai dengan dadu. Bagi pemain yang bisa menjawab kartu
soal maka bisa lanjut bermain dan bagi yang tidak bisa
menajwab harus berhenti melempar dadu. Kalian paham?”
jelas Bu Lilik.
“Paham, Bu…, ayoo cepat main!” pinta anak‐anak.
“Sabar… sebentar, masih ada lagi. Nanti kelompok yang
bisa menjawab soal terbanyak dan selesai duluan, itulah
kelompok yang menang. Bu guru kasih waktu 30 menit untuk
bermain, Siap???” kata Bu Lilik.
“Siap Bu Guru!” seru anak‐anak yang ingin segera
bermain dan ingin menjadi juara.
Anak‐anak mulai bermain kartu soal dengan media yang
sudah dibagikan Bu Lilik. Mereka sangat asyik dan penuh
semangat. Bu Lilik berkeliling mengamati siswa selama
bermain. Setelah 30 menit berlalu, ternyata yang mendapat
nilai terbaik adalah kelompoknya Wawan. Wawan yang
tadinya belum siap mengikuti pelajaran IPS menjadi
semangat. Dia begitu antusias berupaya agar kelompoknya
memahami materi dan memenangkan permainan.
Kring…. Kring… tanda bel ganti pelajaran pun berbunyi.
Tak terasa waktu tiga jam pelajaran begitu cepat berlalu.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 5
“Wah… kok sudah selesai pelajaran IPS. Kan lagi asyik
bermain,” celoteh Wawan.
“Ya Bu…. Mainnya seruuu. Tambah waktu dooong. Kita
amsih mau main lagi,” pinta Rama.
“Kalian nggak usah khawatir, minggu depan akan bu guru
siapkan mainan yang lebih seru lagi. Tapi ingat, anak‐anak
harus lebih rajin membaca karena membaca adalah jendela
dunia. Apalagi pelajaran IPS adalah pelajaran yang sarat
membaca, tanpa membaca kalian tidak akan bisa memahami
pelajaran ini. Bagaimana?” kata Bu Lilik.
“Siap, Bu….” Jawab anak‐anak serentak.
“Kami siap diberi pertanyaan sebelum pelajaran!” seru
Khanza.
“Siiippp… Alhamdulillaah semangat anak‐anak terus
dijaga ya. Bu guru akhiri pelajaran hari ini. Sampai jumpa
minggu depan dengan permainan yang lebih seru lagi.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarookatuh,” Bu Lilik
pun menutup pelajaran.
“Wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh,” jawab
anak‐anak serempak.
Pembelajaran pun selesai. Anak‐anak tampak sangat
merindukan pelajaran IPS. Mereka selalu menanti kejutan‐
kejutan dalam pembelajaran IPS.
6 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Yuk, Belajar sambil Arisan
oleh Diningsih, S.Pd., M.Si.
“W ah Ibu sudah mau masuk kelas ya?” tanya
seorang siswa yang pagi itu sudah berdiri di
teras kelas.
“Iya, kan udah bel masuk,” jawab Ibu Guru dengan
semangat .
“Maaf, saya ijin dulu sebentar ya Bu,” pintanya dengan
tenang.
“Lho mau ke mana? Tidak lama kan?”
Ibu Guru itu berusaha menjawab dengan santai walau
dengan agak heran. Baru mau jam pertama anak ini sudah ijin
tetapi dia merelakan siswanya berlalu. Langkahnya pelan tapi
pasti menuju kelas yang saat itu hening.
“Assalamualikum warrahmatullahi wabarakatuh,” salam
Ibu Guru di keheningan itu.
“Walaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh,” jawab
murid‐muridnya serentak.
Tidak seperti biasanya, pagi itu semua siswa di kelas
kelihatan rapi. Sekilas terlintas di benak, “ada apa ya dengan
mereka?”, mudah‐mudahan karena mereka memang sudah
siap seratus persen untuk belajar Bahasa Inggris bersama ibu
guru mereka. Positif thinking bekerja dengan baik. Setelah
LCD dan laptop dan beberapa power point sudah tersusun
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 7
rapi, dengan niat, dan motivasi positif juga dari ibu guru itu,
yang tak lain adalah aku sendiri.
Aku mulai memecah keheningan dengan bertegur sapa
seperti yang selalu aku lakukan di setiap awal kegiatan belajar
mengajar sebagai apersepsi. Tanya jawab tentang materi
pada pertemuan lalu membuatku tambah yakin kalau siswa‐
siswa sudah siap belajar bersama. Tampaknya separuh lebih
dari mereka masih ingat materi yang sudah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya. Namun, ada yang mengganjal di
pikiranku, ketika terlihat beberapa siswa menunduk sambil
bibirnya bergerak‐gerak seperti sedang berdoa. Padahal pagi
sebelum pelajaran dimulai seperti biasa siswa berdoa
bersama. Perlahan aku dekati salah satu siswa yang mulutnya
sedang komat‐kamit tadi, lalu terjadilah dialog antara kami.
“Cah bagus, apakah waktu untuk berdoa masih kurang?
Sepertinya kamu masih melanjutkan doa, bukan begitu?”
tanyaku kepada salah satu siswa yang sedari tadi komat‐
kamit.
”Nanti setelah jam pelajaran bahasa Inggris ada ulangan,
Bu” jawab anak itu.
“Oh, lha kamu tadi malam tidur awal kan?”
“Semalam saya nonton pertandingan bola, jadi saya
belum belajar sama sekali” jawabnya nampak gusar.
“Lalu?”
“Dari tadi saya menghafalkan materinya Bu.”
“Oooo, Ibu kira tadi kamu berdoa lagi. Bagaimana,
apakah mau dilanjut menghafalkan materi?”
“Tidak Bu, saya minta maaf.”
8 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Saat itu positif feeling bekerja membekukan darah yang
hampir berjalan naik, karena ada kata maaf yang keluar dari
mulut siswa yang terlihat takutan. Dan kini terjawab sudah
pertanyaan yang sejak awal berjalan mondar mandir di
kepala. Tanpa terasa lima menit berlalu.
Aku pun kembali fokus ke slide yang sudah
menampakkan diri dengan kata Bismillahirrahmanirrohim.
Lalu saya tayangkan slide berikutnya yang bergambar
seseorang, yaitu Mr. Bean, yang sedang membaca sebuah
buku. Siswa‐siswa mulai berkonsentrasi setelah aku minta
mereka semua untuk membuat kalimat berdasarkan gambar
itu.
Satu siswa cukup membuat satu kalimat. Semua siswa
kelihatan serius ketika aku mengeluarkan botol kecil bekas
obat yang berisi gulungan‐gulungan kertas kecil berisi nomor
urut presensi siswa.
“Apa itu, Bu?” salah satu siswa bertanya kepadaku.
“Siapa mau dapat arisan? Yang nomornya keluar
langsung maju ya, dengan kalimat yang tidak boleh sama
dengan yang lain” instruksiku keada mereka.
“Siap Bu,” jawab mereka hampir bersamaan.
Mereka kelihatan sibuk dengan kamus masing‐masing.
“Bolehkan Ibu membuka arisan sekarang? Atau ada yang
mau maju secara sukarela dulu sebelum arisan dibuka.”
Para siswa maju nomor satu, nomor dua, nomor tiga, dan
seterusnya. Sebanyak 10 kalimat sudah siap didiskusikan
bersama, padahal botol arisan belum dibuka. Senang rasanya
melihat siswa‐siswa bersemangat . Beberapa siswa kelihatan
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 9
cemas, karena kalimat yang mereka susun sudah ada yang
menggunakan, sedangkan mereka belum maju.
“Untuk aktivitas pertama sudah dulu ya, yang belum
kebagian maju, nanti masih ada sesi lagi,” terangku.
Pembelajaran berlanjut ke penjelasan sedikit tentang
konsep pada pertemuan hari ini yaitu “Caption”. Dengan
menayangkan beberapa gambar , siswa‐siswa mengamatinya
sambil sesekali berdiskusi dengan teman yang duduk di
sebelahnya. Tahapan Scientific Approach berjalan mengalir
dengan sendirinya. Caption adalah tulisan–tulisan yang
menyertai gambar.
Saya meminta siswa untuk bekerja berkelompok. Tiap
kelompok terdiri dari tiga siswa. Pembagian kelompok
dengan metode make a match, yaitu dengan memasangkan
tiga kata yang serumpun dalam bahasa Inggris. Misalnya tiga
nama artis, nama gedung, nama bunga, nama pemain bola,
dan lain sebagainya. Tiap kelompok mendapat satu gambar
untuk dibuatkan caption sesuai dengan gambarnya. Tiba
saatnya pada tahapan mengumpulkan informasi. Siswa‐siswa
berdiskusi dengan fokus pada gambarnya masing‐masing.
Saya berkeliling mengamati kerja mereka. Ada satu kelompok
yang mambuat saya tertarik untuk mendekat. Ternyata salah
satu siswa dari kelompok itu sibuk sendiri sambil bernyani‐
nyanyi kecil, badannya bergerak‐gerak.
“Sudah selesai tugasnya?” Saya bertanya.
“Belum,” jawabnya sambil masih bernyanyi‐nyanyi kecil.
Teman satu kelompoknya tersenyum dan berkata, “dilakban
saja mulutnya Buk.”
“Besuk lagi kamu bawa lakban ya?” pintaku.
10 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
“Ya, yang banyak ya Buk?” sahutnya.
“Lakban untuk apa si?” tanyaku lagi.
“Untuk njilid buku kan Buk?”
“Ya.” jawabku sambil berlalu untuk berpindah ke
kelompok yang lain, memastikan bahwa mereka paham
dengan tugasnya.
Waktu diskusi sudah cukup, kemudian aku meminta salah
satu siswa untuk mengeluarkan gulungan kertas dari dalam
botol. Berdasarkan nomor yang keluar, satu persatu maju
membawa hasil diskusinya dan menjelaskannya kepada
kelompok lain. Kemudian kelompok lain mendapat
kesempatan untuk bertanya dan memberi masukan kepada
kelompok yang tampil.
Pada giliran ketiga, adalah kelompok dari siswa yang tadi
saya dekati, sebut saja dengan Bagus. Itu bukan nama aslinya.
Bagus pun dengan penuh percaya diri menjelaskan hasil
diskusinya. Kalimatnya berbunyi “Teman, ayo tingkatkan
membaca, biar seperti Mr. Bean.”
Kontan siswa satu kelas tertawa dan banyak yang
memberi tanggapan. Ada yang mengatakan “Good”. Ada
yang bilang,“I don’t agree”, ada juga yang mengatakan “That
is you, Bagus.”
Bagus tidak mau kalah, dia mengatakan, “Berarti I can
make you happy.”
Senang melihat siswa‐siswa antusias dalam belajar
walaupun mungkin hanya satu atau dua kalimat yang bisa
mereka ucapkan dalam satu pertemuan. Tapi di sisi listening,
mereka mendengar banyak kalimat yang diucapkan oleh
teman lainnya.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 11
Tahapan mengomunikasikan berjalan dengan baik.
Dengan teknik arisan, semua siswa menjadi mempunyai
motivasi untuk menunaikan tugasnya. Karena mereka ingin
ketika nomornya keluar, mau tidak mau harus tampil. Saya
pun sebagai guru tidak tahu nomor siapa yang akan keluar
dari botol. Akan terasa berbeda dengan kalau guru menunjuk
dengan melihat daftar siswa. Satu hal yang tak kalah penting
untuk kita petik adalah sebagai guru, kita harus menyadari
bahwa untuk menghadapi siswa yang notabene
membutuhkan perhatian lebih, tidak harus dengan kata‐kata
yang keras, yang bisa membuat darah kita naik. Siswa adalah
makhluk yang sedang belajar. Mari perlakukan mereka sesuai
dengan posisinya.
12 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Cerita Keluarga Alkali
dan Alkali Tanah
oleh Lilik Retno Willianti, S.Pd., M.Si.
H ari ini kelas XII.MIPA.1 jam ketiga pelajaran kimia
unsur mengenai golongan alkali dan golongan alkali
tanah, dengan semangat Bu Willi masuk kelas
tersebut.
“Selamat pagi anak‐anakku sayang,” Bu Willi membuka
pelajaran dengan salam semangatnya.
“Selamat pagi Ibu Willi sayang,” jawab anak‐anak
XII.MIPA.1 dengan serempak.
“Apakah ada yang tidak masuk hari ini anak‐anak?” tanya
Bu Willi.
“Masuk semua Bu,” jawab anak‐anak dengan
kompaknya.
Bu Willi pun memberikan apersepsi dan motivasi kepada
anak‐anak agar siap mengikuti pembelajaran Kimia. Bu Willi
juga menyampaikan materi yang akan dipelajari dan media
pembelajaran yang akan digunakan. Selain itu, Bu Willi juga
menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu. Para siswa
terlihat semangat mengikuti pelajaran dan penasaran
terhadap permainan yang akan disajikan.
“Sebelum Ibu mulai pelajaran hari ini, Ibu ingin bertanya
kepada kalian unsur apa saja yang terdapat di alkali?” tanya
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 13
Bu Willi sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh Kelas
XII.MIPA.1.
“Saya Bu ,” jawab Ali dengan mengacungkan jarinya.
“Coba mas Ali,” Bu Willi mempersilahkan Ali untuk
menjawab.
“Hidrogen, Litium, Natrium, Kalium, Rubidium, Cesium,
dan Fransium,” jawab Ali dengan lantang.
“Bagus mas Ali,” Bu Willi memujinya dengan
mengacungkan ibu jarinya.
“Sesuai dengan kesepakatan minggu lalu, kita akan
belajar keluarga alkali dan alkali tanah dengan metode RPOVJ
atau Role Playing Opera Van Java. RPOVJ merupakan metode
Role Playing atau bermain peran yang dipadukan dengan
Opera van Java sejenis lenong yang biasanya sering muncul
diacara televisi salah satu televisi swasta di Indonesia,” Bu
Willi menjelaskan kepada anak‐anak XII.MIPA.1.
Role Playing Opera van Java atau RPOVJ termasuk dalam
bermain yang diarahkan. Untuk itu sebelum siswa bermain
RPOVJ, siswa dikelompokkan terlebih dahulu menjadi
beberapa kelompok yang meliputi materi yang ada di materi
kimia unsur seperti materi golongan alkali dan alkali tanah.
Selanjutnya siswa diajak untuk menggali pengetahuan
awalnya mengenai materi tadi sesuai pembagian
kelompoknya dengan browsing dari internet atau mencari di
buku kimia mengenai materi kimia unsur, segala sesuatu yang
berhubungan dengan materi tersebut dan dituangkan dalam
sebuah naskah skenario. Sebagai contoh siswa mendapatkan
materi golongan alkali yang terdiri dari unsur Hidrogen,
Litium, Natrium, Kalsium, Rubidium, Cesium, dan Fransium
14 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
maka siswa mencari tahu karakteristik masing‐masing unsur
baik sifat fisika, kimia, ciri‐ciri, manfaat, dampak, dan
aplikasinya dalam kehidupan sehari‐hari dari membaca buku
atau browsing dari internet. Kemudian dibuat naskah cerita
yang berkaitan dengan unsur‐unsur tersebut. Setelah naskah
cerita jadi, siswa memainkan RPOVJ‐nya di depan kelas sesuai
dengan peran masing‐masing. Misalnya ada yang menjadi
Hidrogen, Litium, Natrium, Kalsium, Rubidium, Cesium, dan
Fransium. Dalam memainkan RPOVJ, siswa diperbolehkan
membawa properti yang mendukung peran kalian dalam
mengilustrasikan unsur tersebut. Sedangkan siswa yang tidak
bermain peran bertindak sebagai audience yang aktif
mengikuti jalan cerita dengan duduk dan boleh berinteraksi
dengan kelompok yang bermain RPOVJ. Tugas guru
mengamati dan melakukan evaluasi jalannya RPOVJ serta
memberikan catatan‐catatan jika dalam menyampaikan
materi terjadi kesalahan konsep yang nantinya disampaikan
akhir pembelajaran sebagai kesimpulan materi kimia unsur
golongan alkali dan alkali tanah.
“Siapa yang maju hari ini?” tanya Bu Willi. “
“Kami Bu kelompok 3,” jawab Desi.
“Ayo silakan maju,” Bu Willi mempersilakan kelompok 3
untuk bermain RPOVJ atau Role Playing Opera Van Java.
“Selamat pagi teman‐teman.”
Penonton berkata, “Pagiiii.”
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penonton menjawab, “Wa’alaikumsalam warahmatullahi
wabarakatuh.”
“Apa kabar teman‐teman semua?”
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 15
Penonton menjawab, “luar biasa.”
Semua penonton bertepuk tangan.
“Habis olahraga tambah semangat nih ya?”
Penonton menjawab, “ahh nggak. Lemes,
hahahahahaha.”
“Pada pagi hari ini, kami dari kelompok 3 akan
mendemonstrasikan tentang beberapa jenis unsur‐unsur
yang ada di keluarga alkali dan alkali tanah. Mohon
perhatiannya, agar teman‐teman dapat memperhatikan
peragaan yang akan kami peragakan berikut ini.”
“Suatu ketika, ada sebuah keluarga bernama keluarga
Alkali. Mereka sedang bercakap‐cakap. Ingin tahu apa yang
mereka bicarakan? Mari kita lihat ke TKP!”
Lithium masuk dengan wajah kebingungan, dan ia pun
bertanya pada narator. “Ehh ehh,,,lihat adik‐adikku nggak?”
tanya Lithium.
Narator menjawab sambil mengendikkan bahunya,
“nggak tuh. Emang adik‐adikmu ke mana tadi?”
Lithium menjawabnya dengan gumaman, sesekali
menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, “Aku nggak tahu
tadi pada kemana dia. Aduuhhh...ke mana yaa?”
Tiba‐tiba Natrium masuk ke dalam panggung dengan
tergopoh‐gopoh.
“Kak, kak, kak. Kok aku ditinggal sih?” ujar Natrium.
Bukannya menjawab, Lithium malah balik bertanya pada
sang adik.
“Kamu dari mana aja?”
Natrium menjawab pertanyaan kakaknya dengan
cengengesan. Dia menjelaskan pada kakaknya kalau dia habis
16 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
buang air. Lithium pun hanya ber‐‘oh’ ria mendengar jawaban
sang adik yang agak absurd.
Mata Lithium kembali memicingkan matanya, dahinya
berkerut. Baru adik pertamanya yang ketemu, nah yang lain
gimana? Pertanyaan Lithium pun terjawab saat melihat adik
keduanya. Kalium dengan santainya berlenggak‐lenggok bak
model majalah ternama.
“Otaknya mungkin sedikit terbentur,” kata Lithium dalam
hati.
“Kamu dari mana saja?” tanya Lithium dengan nada
dingin, agak takut jawaban adik keduanya ini akan sama
absurdnya dengan Natrium.
“Dari belakang, Kak,” jawab Kalium dengan nada kelewat
santai.
Plak! Lithium tepuk jidat.
“Ayolah.. Mengapa narator harus memberinya peran
sebagai kakak tertua dari orang‐orang absurd ini?” rutuknya
dalam hati.
Sementara Lithium masih berkutat dengan pikirannya
yang kacau itu, Rubidium sang adik ketiga masuk panggung
tanpa permisi. Terlebih lagi, dia langsung ceriwis selebar jidat
Albert Einstein..ups.
“Hayy kakak‐kakak tercintah! Lagi ngrumpi ya? Kok aku
nggak diajak? Jahat ih. Padahal kan aku adik yang paling imut,
manis, juga ngangenin. Ya kan? Ya kan?” ucap Rubidium
narsis dengan suara manja yang agak dibuat‐buat.
“Iyuh..alay!” batin kakak‐kakaknya kompak.
“Kamu dari mana aja sih? Dari tadi kakak cariin?” tanya
Lithium dengan nada setenang mungkin. Dia tidak mungkin
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 17
memberikan contoh buruk pada adik‐adiknya yang absurd ini
dengan berkutat pada pikirannya sendiri. Yang ada malah
runyam.
“Ya habis shooping lah. Kayak nggak tau aku aja, Kak”
jawab Rubidium cuek, mulai asik dengan baju‐baju barunya.
Baru saja Lithium akan bertanya tentang adik keempatnya
yang manja, tiba‐tiba.....
“Kakak! Kenapa sih aku ditinggal? Ngeselin tau!” teriakan
Sesium yang cetar membahana baru saja menjawabnya.
Yah.. Lithium merasa, mereka berempat harus pergi ke
dokter THT karena teriakan ‘merdu’ sang adik.
“Aduhh! Sesium! Suaramu itu cempreng tau! Kupingku
sakit nih!” Rubidium langsung menceramahi sang adik yang
hanya dibalas delikan dan mulut yang dimonyongkan. Oleh
Sesium tentunya.
“By the way, adik terakhir kita divmana?” tanya Lithium
dengan nada sing a song.
“Iya, di mana ya?” Sesium balik bertanya.
“Di manaaa, di mana, di mana? Adikku kau ada di
maanaa?” suara ‘merdu’ Rubidium membuat Lithium harus
menahan diri agar tidak memberikan jitakan mautnya pada
sang adik. Bisa‐bisanya saat mereka sibuk mencari sang adik
terakhir, Rubidium malah bernyanyi.
Lithium yang bingung pun bertanya pada penonton yang
juga sama bingungnya. “Penonton ada yang lihat nggak?”
“Nggaaaaaakkk!!!” seru penonton dengan kompaknya.
Lagian si Lithium aneh‐aneh saja. Orang nggak tahu
malah ditanya. Mungkin virus absurd adik‐adiknya sudah
menjalar ke tubuhnya.
18 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Tiba‐tiba Rubidium bertanya, “kenapa sih adik kita nggak
dianggap?”
Sesium menjawab sang kakak dengan nada sebal, “dia
tuh punya sifat radioaktif, jadi nggak dianggap sama keluarga
kita. Itu tuh,,dia datang.”
Jari telunjuknya dengan angkuh menunjuk ke Fransium
sang adik. Dengan wajah polos tidak berdosa, Fransium
melenggang masuk ke dalam panggung sambil bernyanyi
lagu Ayu Ting‐Ting. Mungkin suatu saat, ia dan Rubidium akan
membuat lagu duet bersama. Fransium yang suaranya bak
angsa putih, dengan Rubidium yang suaranya bak itik yang
belum mandi.
Sesium yang melihatnya hanya mendengus, lalu berkata,
“Dia itu nggak dianggap sama keluarga kita, karena dia itu
punya sifat radioaktif. Sana ihh sana..nggak usah di sini!”
dengan kejamnya, Sesium mendorong sang adik sampai
terjungkal dengan tidak elitnya.
“Kalian jahat, Huhuhu,” isak Fransium yang syok
diperlakukan seperti itu oleh sang kakak.
“Sakit sih sakit, tapi ya nggak usah lebay,” batin narator.
“Kalian‐kalian udah tahu kita belum?” tanya Sesium pada
penonton.
Jawab penonton, “beluummm.”
Sesium berdecak sebal, sebelum akhirnya menunjuk
papan yang tergantung di leher mereka, “lihat disini
doongg...!”
“Kenalin dong dari kakak yang pertama.”
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 19
“Perkenalkan, nama saya Lithium. Nama panggilan Li.
Nomor atom 3, dan ini bisa dibaca sendiri. Hehehe,”
terangnya sambil menunjuk papan nama.
“Halo. Nama saya Natrium. Biasa dipanggil Na. Nomor
atom saya 11. Bisa dilihat sendiri.”
“Halo. Aku anak ketiga dari keluarga alkali. Namaku
Kalium, panggilanku K. Nomor atomku 19.”
“Haloo,”
Penonton menjawab, “Halooo.”
Berikutnya Rubidum berkata, “sahabat Indonesia yang
super. Perkenalkan nama saya Rubidium. Kalian bisa
memanggil saya Rb. Bahasa Inggris‐nya Ar‐bi. Nomor atom
saya 37. Konfigurasi saya [Kr] 5 1. Jari‐jari atom saya 2,44 ,
titik cair saya 389, titik didih saya 688. Yang lain baca sendiri
yaa, Hehe.”
Sesium menyapa, “halo semuanya.”
Penonton menjawab, “haloo”.
“Nama gue Sesium, gue biasa dipanggil Cs. Nomor atom
gue 55. Kelektronegatifan gue 0,7, terus konfigurasi elektron
gue tuh [Xe] 6 1. Sisanya lihat sendiri yaa. Ehh, kita tuh
sebenernya girlband baru lhoo. Belum tahu kan? Ayo, 1 2 3.”
Sesium, Rubidium, Lithium, Kalium, Natrium bergaya ala
cherrybelle.
“Cabi, cabi‐cabi....Hehehe.”
Narator bertanya, “Penontooonn.”
Penonton menjawab, “hooiiii...”
Narator berkata, “ada model dari keluarga alkali tanah
nih,,,kita lihat yukkk!”
Penonton menjawab, “Yukkk!”
20 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Semua unsur masuk satu per satu dengan gaya ala
seorang model. Mereka memperkenalkan diri masing‐masing.
“Hai teman‐teman. Nama saya Berium. Kalian bisa
memanggil saya Be.”
“Hai teman‐teman. Nama saya magnesium, nomor atom
saya 12.”
“Hai teman‐teman. Namaku Ca, nomor atomku 20.”
“Nama saya Stronsium. Nama panggilan saya Sr.”
“Nama saya Ba, nomor atom saya 56”.
Berilium masuk kepanggung.
“Saya mau memperkenalkan diri. Nama saya itu Berilium,
kalian bisa memanggil saya Be. Nomor atom saya 4, dan
konfigurasi elektron saya [He] 2 2. Saya mempunyai jari‐jari
atom 1,11, dan saya memiliki titik cair 1978, dan saya memiliki
titik didih 2970. Saya memiliki keelektronegatifan 1,5 ,tapi
saya tidak memiliki warna nyala.”
Penonton menjawab, “Kasihan...”
Magnesium masuk ke panggung.
“Nama saya Magnesium, biasa dipanggil Mg. Nomor
atom saya 12, konfigurasi elektron saya [Ne] 3 2. Saya
mempunyai jari‐ jari atom 1,60, dan mempunyai titik cair 649,
dan titik didih saya 1090. Keelektronegatifan saya 1,2 dan saya
tidak mempunyai warna nyala.”
Kalsium masuk ke panggung.
“Hai teman‐teman? Namaku kalsium, kalian bisa panggil
aku Ca. Aku punya nomor 20, konfigurasi elektron ku [Ar] 4 2.
Aku punya jari‐jari atom sebanyak 1,97. Titik cairku dalah 839,
sedangkan titik didihku adalah 1484. Aku juga punya
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 21
keelektronegatifan lho, keelektronegatifanku 1. Jika dibakar
aku akan berwarna jingga merah.
Penonton berteriak, “Ayo bakar! Bakarr!”
Semua penonton tertawa.
Kalsium bertanya, “kalian tau nggak warna jingga merah
itu seperti apa?”
Penonton menjawab, “nggakkk...”
Kalsium berkata, “aku juga nggak tau,,,hehe.”
“Aku adalah unsur yang paling banyak ditemukan di
kerak bumi. Bahkan menjadi nomor 5 terbanyak di kerak bumi
dengan konsentrasi 3,4%. Di alam aku bisa membentuk
senyawa CaCO, 4, 4, , CaF, dan sebagainya.
Cowok‐cowok disini ada yang mau jadi cowokku nggak?”
lanjutnya.
Penonton menjawab, “ huaaaaaaaa....”
Kalsium menjelaskan, “ada dua cara untuk
mendapatkanku. Yang pertama yaitu dengan cara elektrolisis,
dan yang kedua yaitu dengan cara reduksi.”
Penonton menjawab, “ ahh angel‐angel kok...”
Kalsium menjelaskan lagi, “yang pertama yaitu
elektrolisis. Kita dapat mereaksikan senyawa 3 dengan
HCl yang kemudian akan membentuk 2. Nah, senyawa
2 itu kita elektrolisiskan agar menghasilkan senyawa Ca,
yaitu aku. Kemudian cara yang kedua yaitu reduksi, yaitu
dengan cara mereduksikan senyawa 2 oleh Na, ataupun
senyawa CaO oleh Al, itu akan menghasilkan aku juga. Gini‐
gini aku juga punya manfaat lhoo....”.
Penonton berteriak, “sombong! Sombong! Hahaha.”
22 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Kalsium melanjutkan lagi penjelasnnya, “manfaat aku
yang pertama obat‐obatan. Contohnya pada bubuk
pengembang kue dan cat. Kemudian, yang kedua sebagai
bahan bangunan, dalam hal ini aku sebagai komponen
semen. Kemudian yang ketiga yaitu sebagai bahan untuk
membuat gips. Ada yang pernah patang tulang nggak?”
Penonton menjawab, “pernahnya patah hatiii....”
Kalsium berkata, “Kalau patah tulang kan biasanya
dikasih gips kan? Nah itu, aku sebagai komponen penyusun
gips itu. Kemudian yang keempat yaitu dalam susu dan ikan
teri. Di dalam susu dan ikan teri aku berfungsi sebagai
penyusun tulang dan gigi. Makanya, rajin‐rajin minum susu
dan makan ikan teri yaa... itulah sedikit tentang aku, udah
kenal sama aku kan. Gantian yang lainnya yaa...”
Stronsium masuk ke panggung. Lalu, Stronsium
memperkenalkan diri. “Perkenalkan nama saya Stromsium
atau Sr. Nomor atom saya 38, konfigurasi elektron saya [Kr]
5 2. Jari‐jari atom saya 2,15, dan titik cair saya adalah 769 dan
titik didih saya 1384. Keelektronegatifan saya 1,0 dan warna
saya merah. Merah merona.”
Kemudian Barium masuk ke panggung. Barium juga
memperkenalkan diri, “Nama saya Ba atau Barium. Saya
mempunyai nomor atom 56. Konfigurasi elektron saya [Xe]
6 2. Jari‐jari atom saya 2,17 , titik cair 725, titik didih saya 1460.
Keelektronegatifan saya 0,9, warna nyala hijau.”
Berilium, Magnesium, Kalsium, Stronsium, dan Barium
masuk ke panggung.
Semua anggota keluarga dari keluarga alkali dan alkali
tanah masuk ke panggung.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 23
Narator berkata, “teman‐teman semua. Sebenarnya dari
keluarga‐keluarga yang kami perkenalkan memiliki sifat
masing‐masing.”
Narrator menjelaskan semuanya satu per satu secara
detil.
Sifat alkali ReSEv HaLAL:
Re – Sangat Reaktif
S – tidak pernah ditemukan dalam bentuk tunggal, selalu
dalam bentuk senyawa
Ev – Elektron valensinya 1
Ha – bereaksi dengan Halogen membentuk garam
L – titik Lebur rendah
A – bereaksi dengan air membentuk basa
L – Lunak
Dan keluarga alkali tanah yaitu :
BRO SL: B –Banyak ditemukan dalam bebatuan dikerak
bumi
R – memiliki sifat yang reaktif
O ‐‐ mudah bereaksi dengan oksigen
SL – oksidasinya Sukar Larut dalam air
“Demikian penampilan dari Kelompok 3 dengan Desi
Setyaningsih sebagai sesium dan radium, Galih Listyani
sebagai kalsium, Ira Fatullusida sebagai Litium, Istikomah
sebagai Kalium, Lusi Rif’atul Muhajiroh sebagai Rubidium dan
Stronsium, Royana sebagai Fransium dan Barium, dan Sherli
Noviyanti sebagai Natrium dan Magnesium. Terima kasih atas
perhatian teman–teman semua. Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,” narator mengakhiri narasinya.
24 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
“Luar biasa, beri tepuk tangan untuk Kelompok 3,” Bu
Willi memberikan aplaus untuk kelompok 3 diikuti seluruh
kelas XII.MIPA.1.
“Bagus sekali anak‐anak terus ditingkatkan ya, suka sekali
dengan bermain peran kalian sangat bagus semoga kalian
yang jadi penonton bisa mengambil manfaat dari materi yang
disampaikan oleh kelompok 3 tadi,” kata Bu Willi.
Bu Willi akhiri pelajaran hari ini. Sampai jumpa minggu
depan dengan materi yang lebih seru lagi.
Selamat siang anak‐anakku sayang,” Bu Willi pun
menutup pelajaran.
“Selamat siang Ibu Willi sayang,” jawab anak‐anak
serempak.
Pembelajaran pun selesai. Anak‐anak tampak sangat
merindukan pelajaran Kimia. Mereka selalu menanti kejutan‐
kejutan dalam pembelajaran Kimia.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 25
26 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Proyek yang Menyenangkan
oleh Sri Widati, S.Pd., M.Pd.
u berhenti sejenak ketika suara lagu Indonesia Raya 3
Stanza terdengar keras dari speaker yang di pasang
di setiap kelas dan halaman sekolah. Kunyanyikan
dan menghayati makna setiap syairnya. Sengaja kuberdiri di
depan pintu kelas 7 dan kulihat beberapa siswa masih duduk
manis serta mengobrol dengan asyiknya. Seketika mereka
berdiri saat menyadari bahwa keberadaan mereka aku
perhatikan. Yah, setiap pagi sebelum pembelajaran salah satu
budaya dan pembiasaan di sekolahku adalah
memperdengarkan lagu kebangsaan diikuti semua siswa,
dengan harapan memupuk dan menumbuhkembangkan rasa
kebangsaan serta nasionalisme.
Hari ini sesuai jadwal aku mengajar kelas 9.4, kelas yang
menurut guru‐guru banyak anak‐anak “luar biasa”. Ada yang
bilang si A suka bolos, si B kalo masuk kelas terlambat, si C
jarang mengerjakan tugas. Seperti teman‐teman guru yang
lain tentunya aku juga punya pemikiran yang sama,
bagaimana pun dan seperti apa pun kondisi mereka, harus
tetap dihadapi dengan penuh kesabaran. Doaku semoga
mereka menjadi orang‐orang hebat di kemudian hari (itu
resep ampuhku ketika emosi mulai menggoda perasaanku).
“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh, selamat
pagi anak‐anak!” sapaku pagi itu dengan senyum ramahku
yang semoga membuat adem perasaan mereka.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 27
“Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, pagi,
Buuuuuuuuuuu!” sahut mereka dengan semangatnya.
“Sehat semua?” kulanjutkan sapaanku.
“Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar!” sahut beberapa
siswa di baris belakang.
Memang mereka termasuk yang “luar biasa”.
Kuperhatikan mereka sudah berganti kaos dan celana
olahraga. Kubiasakan ketika pelajaran seni budaya materi seni
tari siswa harus memakai pakaian praktik. Setelah berdoa
kumulai mengecek kehadiran siswa satu per satu. Ternyata
nama Tegar, Artha, dan Arya tidak menjawab panggilan
presensiku.
“Ada surat pemberitahuan tidak dari ketiga anak ini?”
tanyaku. Ketua kelas memberikan informasi bahwa tadi
ketiganya sudah berangkat.
“Lha, terus mereka kemana?” tanyaku lagi.
“Biasanya sarapan di kantin dulu Bu,” kata Nida.
“Ah, mungkin di UKS Bu, biasa mereka sering alasan
sakit,” sahut Rini.
Biasa kalau ada kejadian seperti itu pasti berlanjut dengan
nasihat panjang lebar agar siswa lain tidak meniru perilaku
ketiga siswaku tadi. Aku sadar betul selain mengajar aku juga
bertanggungjawab mendidik mereka. Kucoba bersabar
sebentar untuk mengurus ketiga anak itu.
Anak‐anak tampaknya sudah antusias untuk praktik
menari. Kuperhatikan semua siswa sudah mempersiapkan
dan membawanya dari rumah.
“Bu, ayo mulai menari dong! Dah gak sabar nih,” rengek
anak‐anak.
“Tarinya seperti apa, Bu?”
Ajakan dan pertanyaan mereka bersahutan tidak sabar.
28 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
“Sabar ya,” jawabku, “yuuukkk kita buat lingkaran besar
dulu!”
Mereka pun segera menempatkan diri membentuk
lingkaran besar.
“Baiklah sekarang tangan ke atas semua!” perintahku
sambil kuangkat kedua tangan ke atas memberi contoh.
“Gerakkan ke kanan dan ke kiri ya!” lanjutku.
“Kita akan berlayar keliling Indonesia ya! Wow. Luar biasa
keindahannya. Tiba‐tiba badai datang, gelombang tinggi, dan
kapal oleng. Penumpang panik mulai berhamburan, ayooooo
cari 5 teman kalian!” perintahku.
Mereka pun berlari mencari teman tanpa melihat dan
memilih siapa temannya, yang penting dapat lima teman.
Setelah itu aku sampaikan bahwa teman yang sudah dipilih
itu menjadi kelompok tarinya.
Pertemuan minggu yang lalu penugasan di rumah untuk
membuat properti tari sederhana berbahan limbah dan
bahan‐bahan yang ada di alam sekitar. Masing‐masing anak
membawa satu properti tari. Sebelumnya ditentukan dulu
jenis propertinya yaitu topi, alat musik, kuda tiruan, pedang,
dan kipas. Hari ini properti dikumpulkan sesuai jenisnya
kemudian diberikan pada masing‐masing kelompok yang
sudah terbentuk. Ternyata mereka kreatif‐kreatif membuat
property topi dari koran bekas, membuat alat musik dari
botol yang diisi batu kerikil, pedang dari kardus, kuda tiruan
dari kardus bekas, dan kipas dari perca kain. Kemudian
proyek selanjutnya mereka mulai mengeksplorasi gerak
secara kelompok menggunakan properti. Kulihat mereka
bersemangat dan gembira.
Tok…tok…tok.
Kudengar pintu diketuk.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 29
“Assalamu’alaikum!” kudengar suara yang bersamaan
dari luar. “Walaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh”
sahutku sambil membukakan pintu.
Kulihat Tegar, Artha, dan Arya tersenyum cengar‐cengir,
“Maaf Bu, kami tadi mencari batang daun pisang di belakang
kelas 7, masalahnya properti kami ketinggalan Bu, kemarin
sudah membuat di rumah Arya,” kata Tegar mencoba
menjelaskan padaku.
Sedangkan Arya dan Artha hanya menunduk takut.
Apakah aku harus marah? Sedangkan kulihat tangan mereka
memegang batang daun pisang yang sudah dibentuk menjadi
kuda tiruan di tangannya.
“Ya sudah, Bu Wid maafkan, lain kali harus ijin ya! Tidak
baik kalau seperti tadi.” lanjutku menasehati mereka.
Mereka pun mengangguk, semoga tanda mengerti akan
ucapanku. Akhirnya mereka masuk ke kelas dan bergabung
dengan temannya yang lain, setelah kujelaskan ke mana
mereka tadi.
Pembelajaran proyek tari menggunakan properti yang
kuberikan bertujuan agar siswa aktif dan kreatif. Kerja
kelompok melatih dan menguatkan pendidikan karakter
mereka akan pentingnya kerjasama, saling menghargai,
toleransi, dan peduli. Ternyata mereka punya tanggung jawab
akan tugas mereka. Tampak kesungguhan masing‐masing
kelompok menyelesaikan tahapan tugas yang kuberikan.
Termasuk ketiga siswaku Tegar, Artha, dan Arya yang
berusaha dan berkreasi membuat properti tari meskipun
sederhana. Ternyata tugas proyekku telah membuat mereka
mendadak menemukan ide kreatif karena kesalahan sendiri
lupa membawa properti.
30 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
S3 Sehat Selamat Sejahtera
oleh Aris Adiyanto, S.Pd., M.M.
B eberapa hari yang lalu datang lima alumni ke
Spensado. Sebutan akrab SMP Negeri 1 Blado. Ada
Winarsih dan Zulfa. Tiga alumni lainnya saya lupa
namanya. Mungkin faktor usia hingga aku lupa namanya.
Siswa yang belum lulus saja kadang lupa. Apalagi alumni,
pikirku membela diri.
Wajah mereka berseri. Berebut menyalami aku. Tanpa
dikomando membentuk formasi setengah lingkaran.
“Sehat Pak?” tanya salah satu dari mereka.
“Alhamdulillah sehat,” jawabku.
“Kami tidak ditanya Pak?”
Sontak aku menanyakan kabar mereka. Mereka
serempak menjawab, “Alhamdulillah.”
Sambil mengusap wajah dengan kedua telapak tangan.
“Sehat” sambil tangan mereka dikepalkan dan dirarik sejajar
dengan bahu. “Sejahtera” sambil seolah mengecek kerapian
pakian. “Aamiin” sambil kembali mengusap wajah dengan
kedua telapak tangan.
Wajah kami makin berbinar. Lalu, kami terlibat
perbincangan sengit. Di luar kelas siswaku adalah sahabatku.
Menjadi guru PPKn bukan hal yang mudah. Materi lebih
mengarah ke regulasi dan perundangan. Siswa SMP sudah
dituntut paham tentang kebijakan publik.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 31
Pilihan sudah ditambatkan. Guru PMP. Guru PKn. Guru
PPKn. Pergantian istilah dan kurikulum bergulir. Tugas utama
guru selalu sama; mengajar, mendidik, dan membimbing.
Menjadi guru yang dirindukan kehadirannya di kelas
selalu diupayakan. Hari pertama masuk kelas selalu
dirindukan. Bertemu pribadi‐pribadi dengan keunikan masing‐
masing menjadi salah satu alasan. Keinginan untuk membuka
wawasan siswa tentang kehidupan menjadi misi tersendiri.
Sesi perkenalan dengan siswa merupakan ritual wajib.
Tidak pernah ditinggalkan. Keasyikan membahas makna
nama otomatis mengalir seperti air. Misi terselubung.
Semoga esok jika siswa sudah berkeluarga dan punya
momongan bisa memberi nama yang baik.
Lanjut ke misi berikutnya. Hakikat tujuan kehidupan.
“Ups, tinggi banget istilahnya,” gumamku dalam hati.
Niat hati ingin mengetahui wawasan siswa tentang
kehidupan. Pertanyaanku cukup sederhana.
“Anak‐anak coba sebutkan apa yang kamu cari dalam
hidup ini.”
“Sukses, Pak.”
“Pinter. Bahagia. Banyak duit. Punya pacar cantik.”
Berondongan jawaban yang sedikit kacau in disambut
geerr oleh siswa lain.
“Makan enak. Rumah. Motor. HP bagus. Sepatu. Tas.”
Masih saja berlanjut.
“Hmmm. Namanya juga siswa SMP. Jika satu persatu
diminta menjawab pasti punya jawaban yang beragam sesuai
dengan apa yang diinginkan saat itu,” pikirku.
32 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
“Baik anak‐anak, coba perhatikan. Pak Guru akan menulis
silakan dibaca. Es tiga jawab mereka kompak. Ya betul S3.
Coba siapa tahu apa itu S3?” tanyaku kepada siswa‐siswaku.
Aku tunggu beberapa saat. Tidak ada satu pun siswa yang
menjawab.
“Baik anak‐anak coba perhatikan. S3 merupakan jenjang
pendidikan tertinggi. Setelah S1 (Sarjana), ada S2 (Magister),
dan S3 (Doktor)” terangku, “selamat ya kamu saat ini sedang
menempuh S2,” ujarku.
“Kok bisa Pak?” tanya salah seorang siswa.
“Iya, benar S2,” ujarku lagi, “S1 yaitu waktu kamu SD. S2
sekarang ini kamu SMP.”
“Geerr”
Sontak siswa merespon ucapanku dengan tertawa lepas.
Ya agar siswa tidak jenuh biasanya aku sisipkan humor.
“Baik anak‐anak kembali ke S3. Maksud saya apapun yang
dicari orang dalam hidup ini tidak terlepas dari tiga hal yang
semuanya diawali dengan huruf S. Yang pertama Sehat. Coba
anak‐anak angkat tangan siapa yang ingin sehat?” tanyaku.
Semua siswa serempak mengangkat tangan.
“Coba anak‐anak, misal kita punya banyak kekayaan
tetapi sakit, apa kita bisa menikmati kekayaan?” lanjutku.
“Tidak Pak,” jawab mereka kompak.
“Maka dari itu mari kita menjaga kesehatan dengan cara
menjaga pola makan yang sehat dan olah raga yang teratur,”
nasihatku kepada mereka.
“Anak‐anak kita masuk S yang kedua yaitu Selamat.”
“Lha kalau masuk surga gimana Pak?” Tanya salah satu
siswaku.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 33
“Termasuk apa? Coba siapa yang tahu?”
Aku melempar pertanyaan dari siswa ke siswa yang lain.
“Selamat akhirat Pak,” jawab salah satu siswa.
“Nah, bagus. Masuk surga berarti kita selamat di akhirat.
Lantas bagaimana agar kita selamat di dunia ini?”
“Salat Pak,” jawab seorang siswa.
“Baik,” kataku.
Jadi kalau kita melaksanakan perintah agama maka kita
akan selamat di akhirat. Maksud Pak Guru agar kita selamat di
dunia ini bagaimana caranya? Kelas hening beberapa saat.
Tiba‐tiba salah satu siswa menjawab.
“Taat aturan Pak.”
“Nah itu jawaban yang bagus. Agar kita selamat di dunia
ini berarti kita harus taat pada aturan atau norma.”
“Masih ingat anak‐anak, ada berapa macam norma?”
tanyaku.
“Ada empat Pak,” jawab anak‐anak.
“Bagus, kalian memang anak pinter. Coba sebutkan!”
“Norma agama, kesopanan, kesusilaan, dan norma
hukum Pak.”
“Ya tepuk tangan buat kita semua.”
Dan kelas pun bergemuruh dengan suara tepuk tangan.
Ini salah satu cara mudah agar kelas selalu semangat.
“Anak‐anak, kita masih punya S yang ketiga. Coba baca
perintahnya.” Kataku sambil sambil menulis kata “Sejahtera.”
“Tahu anak‐anak apa artinya?” tanyaku.
Tidak satu pun siswa yang menjawab. Beberapa siswa
saling pandang. Dari raut wajah mereka aku bisa menangkap
bahwa sebenarnya mereka tahu, tapi ragu untuk menjawab.
34 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Aku mencoba membantu dengan membuat titian
jembatan.
“Coba anak‐anak angkat tangan. Siapa yang tadi pagi
sebelum berangkat sekolah sudah sarapan?” tanyaku.
Sebagian besar dari mereka mengangkat tangan.
“Yang tidak angkat tangan kenapa?”
“Belum sempat Pak,”
“Tergesa‐gesa karena kesiangan.”
“Kesiangan?”
“Iya Pak.”
“Berarti harus bangun lebih pagi agar sempat sarapan.
Berapa kali anak‐anak makan dalam sehari?”
“Tiga kali Pak.”
“Nah itu dia! Jika kita sudah bisa makan tiga kali sehari
sudah memenuhi syarat sejahtera dalam hal makan. Kalau
begitu apa coba sejahtera itu?”
“Cukup makan, Pak.”
“Ya betul, cukup makan. Masih ingat kebutuhan manusia?
Ayo selain makan, kebutuhan pokok manusia apa lagi?”
“Pakaian, tempat tinggal, Pak.”
“Coba anak‐anak perhatikan dengan seksama. Jika kita
sudah cukup makan, punya pakaian yang pantas, dan tempat
tinggal yang layak berati kita sudah sejahtera. Sejahtera yaitu
suatu kondisi di mana sebagian besar kebutuhan manusia
terpenuhi.”
Tampak wajah mereka berseri, sebagian mengangguk‐
angguk sebagai pertanda paham dengan apa yang aku
sampaikan.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 35
“Mari anak‐anak, kita simpulkan tentang S3. Jadi yang
dicari manusia ini sebenarnya bermacam‐macam, tetapi jika
dimaukkan dalam 3 hal yaitu kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan. Bagi yang muslim setiap bertemu sesama
muslim mengucap salam Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh artinya adalah semoga keselamatan dan rahmat
Allah, serta keberkahan‐Nya terlimpah kepada kalian.”
Anak‐anak jika saya masuk kelas dan menanyakan apa
kabar? Maka kalian menjawab : Alkhamdulillah, sehat,
selamat, sejahtera, luar biasa, aamiin. Perhatikan gerakannya
alhamdulillah, kita usapkan telapak tangan pada wajah.
Sehat, kepalkan tangan tarik sejajar dengan bahu. Selamat,
sambil tangan kanan dan kiri letakkan di depan dada sambil
saling tarik. Sejahtera, sambil seolah merapikan pakaian. Luar
biasa, sambil membuat lingkaran besar dengan kedua tangan.
Amin, sambil kembali mengusap wajah dengan telapak
tangan.
Mari kita praktekkan. Apa kabar ? Alhamdulillah, sehat,
selamat, sejahtera, luar biasa, aamiin. Tampak wajah anak –
anak begitu riang. Senyum mengembang dari bibir mereka.
Beberapa siswa menjadi lebih akrab dengan teman sebangku.
Gerakan terakhir membuat lingkaran besar dengan kedua
tangan, sengaja disentuhkan tengan tangan teman sebangku.
Baik anak‐anak mari sekarang kita coba tepuk pramuka.
Anak‐anak bisa tepuk pramuka? Bisa Pak. Satu kali tepuk
pramuka. Prook prook prook prook prook prook prook prook
prook prook prook prook prook! Bagus. Sekarang coba,
setengah tepuk pramuka. Beberapa siswa tampak bengong.
Sementara lainnya tepuk tangan sekenanya. Coba dihitung
36 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
satu kali tepuk pramuka berapa kali tepukan. Anak – anak
menghitung. Tiga belas kali Pak. Baik. Setengah dari 13 ada
berapa? Enam setengah, Pak. Perhatikan caranya. Kita tepuk
tangan 7 kali, hanya saja tepukan ketujuh lebih pelan dari
tepukan pertama sampai keenam. Mari kita praktekkan.
Setengah tepuk pramuka. Prook prook prook prook prook
prook prok. Baik. Seperempat tepuk pramuka ! Beberapa
siswa begong. Sementara lainnya tepuk sekenanya. Coba
dihitung. Seperempat dari 13, ada berapa ? Tiga seperempat
Pak. Coba perhatikan. Kita tepuk tangan 4 kali. Tepukan
keempat tangan kita tempelkan tapi usahakan bunyinya
sepelan mungkin seolah tak berbunyi. Kita praktekkan.
Setengah tepuk pramuka ! Prook prook prook prk.
Satu kali tepuk pramuka ! Prook prook prook prook
prook prook prook prook prook prook prook prook prook.
Setengah tepuk pramuka ! Prook prook prook prook prook
prook prok. Seperempat tepuk pramuka. Prook prook prook
prk.
Teeettt.... teeettt...teettt. Tak terasa dua jam pelajaran
telah berlalu. Alhamdulillah anak‐anak tampak begitu
menikmati, seolah tak ingin ganti jam pelajaran.
Anak‐anak tolong diperhatikan, ini tentang setengah
tepuk pramuka maupun seperempat tepuk pramuka hanya
kita gunakan dalam pelajaran PPKn. Jangan digunakan dalam
kegiatan pramuka. Iya Pak. Baik karena sudah bel akan saya
akhiri. Semoga bermanfaat. Semoga kita bisa ketemu lagi.
Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 37
38 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Bereksplanasi
dengan Gambar
oleh Sri Murni, S.Pd.
P agi ini, aku berangkat ke sekolah dengan perasaan
senang dan semangat yang menggebu‐gebu. Tak
seperti hari biasanya karena jam pertama masuk di
kelas favorit atau kelas pilihan. Boleh dibilang kelas yang
menyenangkan dalam proses kegiatan belajar.
Pukul 07.00 WIB bel berbunyi. “Teeetttt... teeeet...
teeettttt”.Para siswa berhamburan bergegas menuju ke kelas
masing‐masing. Para dewan guru juga bergegas menuju ke
kelas. Aku pun melangkahkan kaki menuju ke kelas VIIIA. Kali
ini aku berjalan memutar ke arah kiri karena ingin
menghampiri anak‐anak kelas VIIIE yang masih terlihat
bergerombol di sebelah sudut WC.
“Anak‐anak ayo segera masuk kelas. Bel sudah berbunyi,"
kataku seraya mengikuti mereka dari belakang.
“Iya Bu. Kami segera masuk kelas," kata Hendrik sambil
cengar‐cengir.
Aku menggiring mereka hingga sampai di depan kelas
mereka. Aku lanjutkan melangkah menuju ke kelas VIIIA.
Sebelum pelajaran dimulai ketua kelas memimpin untuk
berdoa dilanjutkan dengan membaca asmaul husna juga
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 39
membaca surat‐surat pendek. Kemudian dilanjutkan
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
"Indah. kamu dirijennya", kata ketua kelas
mengingatkannya.
"OK. Siap", sahut Indah.
Setelah selesai menyanyikan lagu kebangsaan Indonesian
Raya ketua kelas memimpin memberikan penghormatan
kepada guru.
"Selamat pagi Bu!” sapa anak ‐ anak.
"Selamat pagi anak‐anak. Assalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh", sapaku pada mereka.
"Apa kabar anak – anak. Adakah yang absen hari ini?”
tanyaku.
"Alhamdulillah hari ini masuk semua Bu, " jawab Danil.
"Baiklah anak‐anak. Pada pertemuan kali ini Ibu akan
menyampaikan materi "Teks Eksplanasi."
Kemudian aku menuliskan KD, tujuan pembelajaran yang
akan dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Juga
kusampaikan alur pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pembelajaran teks eksplanasi.
"Anak‐anak siapa di antara kalian yang tahu atau pernah
mendengar kata eksplanasi?" tanyaku dengan penuh
semangat.
"Belum pernah dengar Bu. Baru dengar kali ini," sahut
Damar.
"Bagaimana anak‐anak yang lain?” tanyaku lagi.
"Belum pernah dengar Bu!” ucap mereka hampir
bersamaan.
40 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
"Baiklah anak‐anak. Kali ini Ibu akan menunjukkan
beberapa gambar berkaitan dengan teks eksplanasi." kataku
sambil menunjukkan gambar kepada para siswa.
"Gambar nomor satu ini gambar apa anak‐anak?”tanyaku
"Gambar tentang banjir Bu!” sahut Rindho.
"Gambar banjir melanda perumahan Bu!” jawab Prima.
"Iya betul sekali. Gambar tentang banjir," jawabku.
Kemudian aku ambil gambar nomor dua dan kutunjukkan
kepada mereka.
"Gambar apa ini anak‐anak?” tanyaku.
"Gambar gempa stunami Bu!” jawab mereka hampir
kompak
Kuperlihatkan gambar nomor tiga. Anak‐anak mampu
menjawab dengan benar. Sampai gambar yang terakhir
gambar ke ‐8 mereka mampu menjawab dengan baik dan
benar.
"Tadi kalian sudah Ibu perlihatkan beberapa gambar yang
berkaitan dengan teks eksplanasi. Coba sekarang kalian
simpulkan pengertian tentang teks eksplanasi berdasarkan
gambar yang sudah kalian lihat tadi,” seruku dengan penuh
semangat.
Kulihat mereka sedang berdiskusi dengan teman
sebelahnya. Kondisi kelas mulai ramai. Di sana‐sini terdengar
diskusi dengan suara agak keras. Alhamdulillah akhirnya ada
yang berani angkat bicara.
"Bu saya mau menjawab," kata Dilla sambil
mengacungkan jarinya.
"Silakan!” sahutku.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 41
"Berdasarkan beberapa gambar yang saya lihat tadi
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan teks
eksplanasi adalah teks yang menjelaskan tentang proses
terjadinya suatu fenomena alam," jawabnya.
"Bu Guru saya mau menjawab!" sela Erik.
"Silakan Erik! " sahutku.
"Teks eksplanasi adalah teks yang yang menjelaskan
tentang proses terjadinya atau terbentuknya suatu fenomena
alam atau sosia,l" jawab Erik dengan wajah yang berapi‐ api.
"Tepuk tangan anak ‐ anak untuk Dila dan Erik. Ternyata
kalian sudah mampu menyimpulkan pengertian teks
eksplanasi," pujiku pada mereka.
Tahap selanjutnya aku membentuk kelompok. Tiap
kelompok terdiri atas empat siswa. Setelah terbentuk
kelompok kemudian aku memberikan contoh teks eksplanasi
kepada semua kelompok. Anak‐anak kusuruh untuk
membaca dan mencermati strukturnya. Mereka berdiskusi
untuk menemukan strukturnya.
Kemudian aku bertanya kepada mereka tentang struktur
yang membangun teks eksplanasi.
"Berdasarkan contoh naskah teks eksplanasi yang sudah
kalian baca coba tentukan strukturnya! “ tanyaku.
"Mohon izin Bu kelompok kami akan menjawab!" seru
kelompok delapan.
"Silakan jawab! " jawabku sembari memberi semangat.
"Iya Bu. Berdasarkan contoh naskah teks eksplanasi yang
kami baca strukturnya yang pertama pada paragraf ke‐1
adalah identifikasi fenomena", jawab kelompok delapan.
42 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk