tulisan yang ada pada lembaran mufrodhat. Bu Zum
mengulanginya sampai tiga kali.
“Nah, setelah kalian mendengarkan nadhoman tadi,
sekarang menirukan seperti Bu Zum, apakah kalian bisa?”
tanya bu Zum.
“Bisa Bu, mudah!” jawab anak‐anak. Kemudian Bu Zum
kembali me‐nadhom‐kan satu persatu mufrodhat, anak‐anak
menirukannya. Hal itu dilakukan sampai tiga kali supaya anak‐
anak lancar menghapal dengan lafal yang jelas dan benar.
“Setelah kalian bersama‐sama menirukan nadhoman Bu
Zum, sekarang kalian berlatih nadhoman bersama‐sama
tanpa menirukan Bu Zum, sanggup tidak?” tanya Bu Zum.
“Sanggup Bu, tapi nanti dinilai Bu, kelompok yang paling
kompak dan benar nilainya serratus!” cletuk Nizar.
“Pasti dong, kalian kan anak‐anak Bu Zum yang pintar,
pasti nilainya bagus‐bagus,” Bu Zum memberi semangat.
Anak‐anak bertepuk tangan sambal berucap “asyiiiiiik”.
anak‐anak serempak menyambutnya.
Anak‐anak mulai menadhomkan mufrodhat dengan hati‐
hati sambil saksama melihat lembaran tulisan mufrodhat.
Setelah selesai sekali, Bu Zum meminta untuk diulangi sekali
lagi. Anak‐anak pun semakin bersemangat. Setelah selesai Bu
Zum memberi tepuk tangan, peserta didik kembali ikut
bertepuk lebih keras.
“Nah, sekarang Bu Zum tanya, ada gak ya kelompok yang
sudah siap untuk melafalkan nadhoman mufrodhat ini?”
tanya Bu Zum.
“Kelompok saya sudah Bu,” sahut Indy.
“Kelompok Sadewa sudah siap Bu,” sahut Farist.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 93
“O ya, bagus sekali.”
“Bagaimana dengan kelompok Puntadewa, Harjuna,
Nakula, apakah sudah siap juga?”
“Sudah siap dong Bu,” jawab mereka.
“Ya, baiklah anak‐ anak, sekarang kita akan berdendang
ria, ada yang mau?” tanya Bu Zum.
“Mau Bu, mau.nanti sambil berjoged,” jawab anak‐anak.
“Kalian akan berdendang ria menadhomkan dan
menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, nanti akan Bu
Zum nilai, setuju?”
“Wah, sangat setuju Bu, tapi caranya bagaimana Bu?”
tanya Arin.
“Mari perhatikan cara permainan berdendang ria!” ajak
Bu Zum sambil tersenyum, sementara peserta didik sudah
tidak sabar ingin tahu cara permainannya.
Bu Zum menjelaskan cara bermainnya.
“Begini anak‐ anakku, dalam permainan berdendang ria
ini, kelompok yang benar menerjemahkan nadhom dari
mufrodat yang dinyanyikan oleh lawan kelompok, maka akan
mendapat nilai seratus untuk setiap kata atau terjemahan
mufrodhat.”
“Dalam permaianan ini, ada sebelas kosakata yang harus
dinadhomkan dan diterjemahkan, maka masing‐masing
kelompok akan berhak memperoleh nilai tertingginya yaitu
nilai seratusnya ada sebelas, jadi jumlahnya nilai yaitu seribu
seratus.”
Bu Zum melanjutkan lagi detil caranya untuk setiap
kelompok agar tidak ribut di akhirnya. “Begini anak‐anak,
94 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
karena di sini ada lima kelompok, maka supaya adil bu Zum
membuat urutan permainan.”
Bu Zum membuat urutan permainan yaitu pertama
kelompok Puntadewa menadhomkan mufrodhatnya,
sedangkan Kelompok Werkudara menadhomkan
terjemahannya. Urutan kedua Kelompok Werkudara
menadhomkan mufrodhatnya dan kelompok Harjuna
menadhomkan terjemahannya. Urutan yang ketiga kelompok
Harjuna menadhomkan mufrodhatnya, sedangkan kelompok
Nakula menadhomkan terjemahannya. Urutan keempat
kelompok Nakula menadhomkan mufrodhatnya dan
terjemahannya dinadhomkan kelompok Sadewa. Urutan
kelima atau terakhir Kelompok Sadewa menadhomkan
mufrodhatnya kemudian terjemahannya dinadhomkan
kelompok Puntadewa.
Anak‐anak terdiam sejenak kemudian salah satu siswa
bernama Lana mengacungkan jari, “Bu Zum, nanti yang
menjawab terjemahannya setiap kelompok boleh satu orang
tidak?”
“Pertanyaan yang bagus, Mas Lana,” puji Bu Zum kepada
Lana. Kemudian Bu Zum menjawab, “ya harus kompak
anggota kelompok itu, kurang bagus jika hanya satu orang
yang menjawab terjemahannya.”
“Berarti kelompok yang dinilai pertama adalah kelompok
Werkudara ya Bu?” tanya Indy.
“Betul sekali Mbak Indy, kemudian disusul kelompok,
Harjuna, Nakula, Sadewa, dan Puntadewa,” jawab Bu Zum.
Aisy berbisik‐bisik dengan Galih, bahwa Aisy nanti akan
membantu kelompoknya Galih karena Aisy teman karibnya
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 95
Galih, namun keduanya beda kelompok. Sementara Azmi
yang mendengar bisikannya Aisy segera melaporkan kepada
Bu Zum. “Bu, nanti kelompok Nakula akan dibantu oleh Aisy,
boleh tidak?”
Bu Zum menjawab, “tidak boleh, itu namanya curang,
tidak sportif, ayo kita belajar jujur, sportif, yang menang tidak
boleh merendahkan yang kalah, dan yang kalah tidak boleh
marah. Harus menerima kekalahan dengan ikhlas, berlapang
dada.”
Untuk mengantisipasi supaya tidak ada yang kecewa, Bu
Zum menjelaskan bahwa setiap permainan itu pasti ada yang
kalah dan ada yang menang. Dalam permainan ini nanti
setelah selesai kelompok yang menang tak boleh sombong,
dan kelompok yang kalah tak boleh malu atau menangis
apalagi bertengkar.
Anak‐anak sudah tidak sabar ingin segera memulai
permainan berdendang ria. Nadhom mufrodhat harus
dilafalkan dengan jelas dan benar, demikian juga
terjemahanya. “Baiklah kita akan memulai permainan ini,
semua kelompok yang bermain harus berdiri dan yang belum
main tetap duduk manis, kemudian untuk menambah
semangat pagi, ayo tepuk tangan untuk kita semua!”
Tepuk tangan anak‐anak sungguh meriah. Anak‐anak
sangat antusias dalam permainan ini, ingin mendapat nilai
paling tinggi. Permainan pun dimulai dari urutan pertama
kelompok Puntadewa dengan kelompok Werkudoro sampai
urutan kelima Sadewa dengan kelompok Puntadewa. Dalam
permainan tersebut tercipta suasana yang rukun, kerja sama,
bahkan kelompok yang belum atau yang sudah main ikut
96 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
menyemangati kelompok yang sedang bermain. Anak‐anak
geregetan terasa ingin ikut menjawabnya.
Setelah selesai permainan berdendang ria, semua anak
bertepuk tangan. Anak‐anak gembira. Anak‐anak tetap asyik
meski jam pelajaran bahasa Arab telah selesai. Apalagi setlah
diketahui hasil akhirnya, masing‐masing kelompok
memperoleh nilai maksimal yaitu seribu seratus. Anak‐anak
bersemangat ingin tetap belajar dengan cara permainan
seperti itu. Dari permainan berdendang ria ini bisa menjadi
salah satu cara menghapal, melafal mufrodhat sekaligus
terjemahanya ke dalam bahasa Indonesia, bahkan menuliskan
pula mufrodhat dalam bentuk huruf hijaiah dengan lebih
mudah.
.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 97
98 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Narrative Text Asyik
oleh Dewi Setyaningrum, S.Pd.
H ari itu, Rabu, tanggal 10 Februari.
Tet tet tet! Bel tanda masuk jam pelajaran
pertama berbunyi dengan nyaring. Hiruk pikuk siswa
Espero berlarian ke arah yang pasti, yaitu menuju ruang kelas
mereka masing‐masing.
Seorang Ibu Guru berseragam putih hitam menenteng
map mika hijau muda dan melangkahkan kaki dengan mantap
menuju kelas VIIIE yang bersebelahan dengan toilet siswa
laki‐laki. Uhh.. aroma amonia samar tercium melalui udara
yang menyelinap masuk melalui lubang hidungnya yang
minimalis.
“Assalamu’alaikum,” sapanya dengan senyuman yang
manis didepan pintu kelas.
“Wa’alaikumussalam,” serentak para siswa membalas
salamnya dengan penuh semangat.
“Good morning, everybody! How are you today?” guru itu
melanjutkan sapaannya. Ya, dia adalah Bu Dewi, guru Bahasa
Inggris kelas VIII.
“Good morning, Ma’am! I’m fine, and you?” demikianlah
mereka biasa saling menyapa, mengawali kegiatan belajar
mengajar di kelas. Sedikit demi sedikit Bu Dewi membiasakan
kepada para siswanya untuk berkomunikasi menggunakan
Bahasa Inggris.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 99
Kemudian, seperti kebiasaan mereka sehari‐hari,
melafalkan bacaan Asma’ul Khusna. Dilanjutkan dengan
menyanyikan lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” bersama‐
sama.
Memasuki kegiatan awal, Bu Dewi bertanya kepada para
siswa, “Pastinya kalian pernah mendengar kisah tentang
Malin Kundang. Benar bukan?”
“Iya tau dong Bu. Itu cerita rakyat yang sudah terkenal
seantero jagat Bu,” kata Winda, siswa cerdas yang cenderung
ceplas‐ceplos.
“Oke deh, nah sekarang ibu tanya lagi, apakah kalian tau
siapa saja tokohnya, kapan dan dimana terjadinya?” guru itu
bertanya kembali.
“Malin Kundang tentunya tokohnya Bu,” jawab Dennis
dengan percaya diri.
“Oke, trus kapan dan di mana terjadinya?” tanya Ibu Guru
lagi.
“Di Sumatra Bu,” jawab Etika dengan sigapnya.
“Eh tapi terjadinya kapan tuh?” tanya Nanda yang konyol
sambil garuk‐garuk kepala.
“Hayo... kapan ya? Adakah yang tau jawabannya?” tanya
Bu Dewi sambil senyum‐senyum menawarkan kepada
siswanya untuk menjawab pertanyaan Nanda.
“Pada jaman dahulu....,” jawab Della dengan santai
sambil bersenandung menirukan lagu pengiring serial anak‐
anak di sebuah televisi swasta.
“Ya Della betul sekali, give applause for all of you!” seru
Bu Dewi kepada semua siswa.
100 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Prok prok prok! Riuh tepuk tangan mereka menggema di
seluruh penjuru kelas.
Karena cerita Malin Kundang sudah dikenal siswa, maka
mereka dengan antusias menjawab dengan benar.
Kemudian Ibu Guru itu kembali bertanya, “Apakah cerita
tersebut dapat menghibur kalian?”
Sinta menjawab, “ya!”
Pertanyaan demi pertanyaan dari Bu Dewi membuat
siswa mulai termotivasi. Selanjutnya beliau menjelaskan
tentang cakupan materi yang akan dipelajari. Bu Dewi
kemudian menulis beberapa kalimat yang didalamnya
menggunakan kata kerja simple past tense yang
digarisbawahi, contohnya ‘went, slept, dan did’. Kemudian
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Tiba‐tiba ada salah seorang siswa, yaitu Uci yang
bertanya, “Apa arti kata yang digaris bawahi itu Bu?”.
Guru tersebut tidak langsung menjawab pertanyaannya,
melainkan justru memberi kesempatan kepada siswa lain
untuk mencoba menjawabnya.
“Ayo siapa yang tau, boleh mencoba menjawab!”
katanya.
“’Went’ itu bentuk lampau dari ‘go’ yang artinya pergi,
bukan begitu Bu?” jawab Danu dengan sigap.
“Betul! Terima kasih Danu sudah menjawab dengan
benar,” tambahnya.
Beberapa siswa masih sIbu membuka kamus untuk
mencari arti kata yang lainnya.
Sang guru kembali bertanya, “Siapa yang tahu, jenis kata
kerjanya?” Jawaban siswa bervariasi, kemudian guru
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 101
meminta siswa untuk membuka catatan pada pertemuan
sebelumnya tentang simple past tense.
Memasuki kegiatan inti, guru tersebut membagikan
sebuah contoh narrative text berjudul Cinderella, yang sudah
digarisbawahi verb 2 nya.
“Silakan kalian amati teks berikut dengan seksama!”
pintanya.
Siswa mulai termotivasi dengan mengamati cerita
tersebut. Lalu dia memerintahkan untuk mereka membentuk
kelompok seperti biasanya.
Selanjutnya sang Ibu Guru memberikan dua lembar kerja
pada setiap kelompok. Pada lembar kerja pertama, siswa
diminta merubah kata kerja dari simple present tense menjadi
simple past tense dan menemukan Generic Structure ditiap‐
tiap paragraf pada sebuah narrative text berjudul The Hen
with the Silver Eggs.
Tugas tersebut membutuhkan bantuan kamus Bahasa
Inggris, tetapi beberapa siswa ada yang tidak membawanya.
“Boleh pinjam kamus Bu?” tanya Riky sambil berjalan
mendekati tempat bu Dewi berdiri.
“Tentu saja, silakan ambil di meja saya!” jawab Bu Dewi.
Bu Dewi sendiri menyediakan stok kamus di meja
kerjanya, sehingga siapa saja siswa yang membutuhkan dapat
meminjamnya.
Diskusi kelompok berjalan cepat karena kerjasama antar
kelompok menggunakan menejemen waktu yang baik.
Kelompok yang paling cepat selesai, diberi kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
102 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Pada lembar kerja kedua, guru bertanya, “Apakah kalian
bisa membuat sebuah narrative text sendiri?”
“Ah susah Bu,” ternyata para siswa menjawab masih
kesulitan membuat sendiri. Kemudian Ibu Guru tersebut
memberi enam buah gambar berseri dengan judul The Little
Red Riding Hood untuk diamati siswa.
“Kalau menggunakan gambar berseri bagaimana, anak‐
anak?” seru Bu Dewi sambil menunjukkan media
pembelajaran tersebut di tangan kanannya.
“Wah bagus banget Bu. Mudheng ni kayaknya sama
gambar ini,” sahut Marsya yang duduk didepan sambil
memperhatikan media itu dengan seksama.
Gambar berseri tersebut terdiri atas lima gambar yang
saling berurutan, siswa ditugaskan untuk membuat masing‐
masing tiga kalimat yang berbeda untuk tiap potongan
gambar. Sehingga diharapkan tiap kelompok dapat
menghasilkan 15 kalimat. Pembuatan kalimat harus
menggunakan simple past tense.
“Yuk kita mulai diskusinya ya. Ingat menejemen waktu
ya,” kata Bu Dewi sambil membagikan gambar berseri
tersebut ke masing‐masing kelompok.
“Insyaallah Bu,” jawab para siswa hampir kompak.
Tahap diskusi adalah tahap yang paling penting, karena
kreativitas siswa sangat dibutuhkan untuk membuat kalimat
sendiri sesuai gambar yang disediakan. Penggunaan kamus
Bahasa Inggris dan kerja sama antar anggota kelompok
sangat dibutuhkan. Kerja kelompok sangat bervariasi, dari
lambat sampai cepat. Kelompok tercepat, mendapat
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 103
kesempatan untuk kembali mempresentasikan hasil
diskusinya.
“Ini Bu, punya kelompok Lion,” seorang siswa cantik
bernama Syafira mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya.
“Wah, bagus Nak!” respon Bu Dewi sambil
mengacungkan jempol kanannya.
Hasilnya sangat bagus, siswa dapat mengerjakan tugas
yang awalnya sulit dikerjakan, pada kali ini dapat dikerjakan
dengan sangat baik. Siswa‐siswa yang biasanya tidak peduli
dengan proses pembelajaran, pada pembelajaran kali ini
sangat bersemangat dan antusias dalam membuat kalimat.
Dan yang paling utama adalah hasil karya yang dibuat benar‐
benar buatan siswa sendiri.
“Ayo kelompok Lion silakan presentasi!” pinta Bu Dewi.
Lalu Syafira dan kawan‐kawannya maju kedepan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
Prok prok prok! Pada akhir pembelajaran, guru
memberikan reward berupa pujian serta memberikan
penugasan untuk pertemuan selanjutnya yaitu memperlajari
tentang conjunction dan temporal conjunction sehubungan
dengan kegiatan tahap selanjutnya.
Pertemuan selanjutnya pada hari kamis, keesokan harinya
yaitu melanjutkan kegiatan pembelajaran sebelumnya. Bu
Dewi mengecek tugas yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya, yaitu mempelajari conjunction dan temporal
conjunction. Sang guru memulai pembelajaran dengan
menuliskan beberapa contoh conjunction dan temporal
conjunction di papan tulis, contohnya ‘Once upon a time, then,
finally’.
104 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Ketika Ibu Guru itu bertanya, “Apa maksud dari kata
tersebut, adakah yang bisa menjelaskan?”
“Pada jaman dahulu,” ada beberapa anak yanga
mencoba menjawab.
“Lalu... kemudian...,” jawab mereka bersahutan.
“Good!” puji Bu Dewi terhadap antusiasme mereka.
Kemudian Bu guru bertanya lagi, “Adakah yang bisa
menambahkan lagi contohnya?”
“Saya Bu!” seorang siswa bernama Alvina mengacungkan
telunjuk kanannya
“Sini Vin, tulis di papan tulis ya nak,” kata Bu Dewi diiringi
dengan langkah kaki Alvina kesana dan menambahkan kata
‘One day’.
Tepuk tangan diberikan oleh guru dan teman‐teman
sekelas untuk memberi penghargaan pada siswa tersebut.
Selanjutnya, guru membagikan hasil kerja kelompok pada
pertemuan sebelumnya dibagikan.
“Hari ibu bagikan hasil pekerjaan pertemuan sebelumnya
ya nak,” kata Bu Dewi.
“Ini sudah dikoreksi ya Bu?” tanya Farah pelan.
“Sudah Nak,” jawab Bu Dewi.
Lalu Ibu Guru itu memberi perintah untuk menyalin hasil
pekerjaan tersebut di buku tugas bahasa Inggris masing‐
masing. Tugas berikutnya adalah menyusun 15 kalimat yang
sudah mereka buat menjadi sebuah narrative text yang baik.
Karena 15 kalimat tersebut masih berdiri sendiri‐sendiri, maka
untuk mengurutkan menjadi sebuah narrative text yang baik
harus ditambahkan conjunction dan temporal conjunction
sesuai maknanya.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 105
“Silakan merapat ke kelompoknya, lalu salinlah
kelimabelas kalimat yang kalian kerjakan kemarin ke dalam
kertas hvs warna yang akan saya bagikan!” perintah Bu Dewi
kepada mereka sambil membagikan HVSwarna warni.
“Trimakasih Bu,” kata para siswa setiap mendapat
lembaran HVS.
“Kalo sudah, kemabalilah ke tempat duduk masing‐
masing, lalu susunlah kelimabelas kalimat yang sudah kalian
salin itu menjadi sebuah narrative text yang runtut,” jelas Bu
Dewi kepada seluruh sisa.
“Oke Bu Dew!” jawab Ria dengan senang hati.
“Menggunakan conjunction dan temporal conjunction ya
bu,” tanya Ainul.
“Iya betul!” jawab Bu Dewi singkat.
Siswa dapat menggunakan contoh yang sudah ditulis di
papan tulis atau menemukan kosa kata sendiri menggunakan
kamus.
“ Bu, punya saya sudah jadi,” seorang siswa bernama
Fadila berhasil menyelesaikan tugas lebih dahulu dibanding
teman‐temannya yang lain.
Berkat kerja kerasnya, siswa tersebut mendapat
penghargaan berupa tepuk tangan dari teman‐teman
sekelasnya. Guru terus memberi motivasi kepada siswa lain
yang belum selesai. Beberapa saat kemudian lembar demi
lembar pekerjaan siswa terkumpul dengan lancar di meja
guru.
“Baiklah nak, Bu Dewi ingin menunjukkan hasil karya
Fadila yang luarbiasa,” puji Bu Dewi kepada Fadila sambil
106 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
tangannya menunjukkan coretan indahnya di depan teman‐
teman Fadila.
Semua pekerjaan menjadi beragam dikarenakan mereka
mengerjakan dengan pengembangan kalimat sendiri,
sehingga sangat memuaskan hasilnya.
Di akhir pembelajaran Bu Dewi dan siswa merefleksi
kegiatan pada pertemuan tersebut dan mengambil
kesimpulan dari hal tersebut. Semua pekerjaan yang
bersumber dari sebuah media gambar berseri yang sama tapi
bisa menghasilkan karya yang beranekaragam tentunya
menandakan bahwa tingkat kreatifitas siswa berhasil
dikembangkan melalui proses yang tepat.
“Wassalamu’alaikum, thank you and see you next time!”
salam dari Bu Dewi mengakhiri pembelajaran bahasa Inggris
hari itu.
“Wa’alaikumussalam, see you!” para siswa membalas
salam dari guru mereka.
Bu Dewi kembali melangkahkan kaki menggapai asa ke
kelas selanjutnya. Sejuta impian akan terpampang nyata
dengan usaha keras yang takkan berkhianat kepada hasil.
Semangat!!!
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 107
108 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Ada Pelangi di Kelas Bu Vivi
oleh Vika Oktaviona, S.Pd.
B u Vivi mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Mata
pelajaran yang satu ini banyak yang suka karena
perkembangan jaman. Apalagi anak‐anak jaman
sekarang yang menyebut generasi mereka dengan sebutan
kids zaman now, Bahasa Inggris bukanlah hal yang asing lagi
bagi mereka. Perkembangan jaman memang telah menuntun
mereka untuk lebih melek lagi tentang tuntutan jaman.
Dari sekian banyak siswaku, ada beberapa yang memang
lama dalam menerima materi. Hal itulah yang membuat Bu
Vivi tergerak untuk sedikit menciptakan alam yang berbeda di
kelas.
Pagi itu, Kelas 8A akan mempelajari sebuah teks yang
menceritakan pengalaman yang dialami oleh seseorang. Teks
yang digunakan adalah sebuah teks jenis recount.
“Good morning, amazing students! How are you?” Bu Vivi
menyapa anak‐anak.
“Good morning, Ma’am!” antusias mereka menjawabnya.
Setelah mengabsen siswa, Bu Vivi menuliskan sesuatu di
papan. Di sana beliau menuliskan sebuah tujuan
pembelajaran hari itu.
“Ma’am, ada kata ‘count’ dalam tulisan itu. Apakah
artinya sama dengan menghitung?” tanya Tyas.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 109
“Exactly. Ya, adakah yang tahu arti kata ‘re’?” tanya Bu
Vivi.
“Re itu kembali, Ma’am. Seperti pada kata reboisasi, itu
artinya penanaman kembali, atau menanam lagi, bener ndak
Ma’am?” Tyas menyambung kembali.
“You’re right, Tyas. Jadi, recount boleh kita artikan
menghitung kembali, atau tepatnya, mengingat kembali. Apa
yang diingat? Anyone knows?” tanya Bu Vivi sambil menatap
berkeliling.
“Kejadian, Ma’am, hehehe, kalau tidak salah sih,” Rani
Mencetuskan jawabannya.
“Good! That’s the answer,” kata Bu Vivi sambil
mengangkat jempol ke arah Rani.
Pembelajaran teks berjenis recount memerlukan
pengetahuan dasar berupa pola kalimat dalam The Simple
Past Tense. Pola kalimat ini digunakan untuk mengungkapkan
kejadian yang telah berlalu yang waktunya jelas.
Bu Vivi memeparkan beberapa kalimat yang sudah
terangkai dalam pola kalimat tersebut di papan tulis.
“Well, my amazing students, pay attention to the writing
on the board! They are all in The Simple Past Tense,” Bu Vivi
memaparkan sebuah paragraph teks recount.
“Ma’am, itu kata kerjanya bagaimana? Belum paham
saya,” Devi dan Avriel masih mengernyitkan dahi mereka.
“Hmm, that’s a good question! Yuk Bu Vivi jelaskan” Bu
Vivi bersemangat.
Setelah Bu Vivi menjelaskan tentang pola kalimat
tersebut, kini saatnya Bu Vivi mengeluarkan jurus ampuhnya.
110 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
“Amazing students, I have something special today! Look
what I’ve got to you!” Bu Vivi mengeluarkan beberapa kertas
berwarna warni.
“This is what we are going to study. I called it ‘Rainbow
on the Ground’ ” Bu Vivi menyebut Smart Card nya dengan
istilah ‘Rainbow on The Ground’.
“Yuk, kita lihat pola kalimatnya dulu!” kata Bu Vivi
sembari menuliskan kembali beberapa kalimat dalam teks
recount nya. Di papan tertulis: I drank a glass of milk this
morning.
Kemudian Bu Vivi memberikan keterangan di bawah
setiap kedudukan kata tersebut dalam kalimat.
Kata ‘I’ menduduki posisi subyek kalimat
Kata ‘drank’ berfungsi sebagai kata kerja (V2)
Kata ‘a glass of milk’ berkedudukan sebagai obyek
kalimat
Kata ‘this morning’ berkedudukan sebagai kata
keterangan waktu
Setelah menjelaskan kedudukan masing‐masing kata
dalam kalimat tersebut, Bu Vivi menuliskannya dalam kertas
berwarna.
Kata ‘I’ ditulis dalam kertas warna MERAH
Kata ‘drank’ ditulis dalam kertas warna KUNING
Kata ‘a glass of milk’ ditulis dalam kertas warna HIJAU
Kata ‘this morning’ ditulis dalam kertas warna BIRU
Kemudian Bu Vivi meminta empat siswa untuk
menempelkannya pada papan tulis dengan urutan kartu
berwarna MERAH, KUNING, HIJAU, BIRU.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 111
“Do you remember this song? Merah, kuning, hijau, di
langit yang biru,” tanya Bu Vivi kepada siswanya sambil
menyanyikan lirik lagu ‘Pelangi ‐ Pelangi’.
“Yes, Ma’am!” mereka pun menirukan baris lagu
tersebut.
“Well. Here I have four boxes. Each box consists of some
words with their function in the sentence. Remember this
clue: Merah for the subject, Kuning for the verb, Hijau for the
object, and Biru for the adverb. Well, now please make a
group of four. And your task is, construct a sentence in the
simple past tense form using these cards. Let’s start by
counting one to eight!” Bu Vivi mengawal pembentukan
kelompok dalam kelasnya.
Setelah kelompok terbentuk, Bu Vivi mempersilakan satu
persatu kelompok untuk maju mengambil masing‐masing
satu kartu sesuai peran anggota kelompok. Setelah semua
anggota kelompok maju mengambil kartu, Bu Vivi meminta
mereka maju perkelompok. Masing‐masing anggota
kelompok berdiri berjajar sesuai dengan urutan warna dalam
lagu Pelangi. Satu persatu mengucapkan tulisan pada kartu
kata mereka dengan nyaring. Maka terbentuklah sebuah
kalimat.
Ramai kala itu, ada dealpan kelompok yang maju
bergantian membentuk kalimat dengan kartu kata dari Bu
Vivi. Kartu kata yang berbeda warna dengan tulisan yang
sudah disiapkan oleh Bu Vivi.
“Nah, bagaimana, sudah paham kan, kedudukan masing‐
masing kata dalam kalimat? Yang terpenting di sini adalah
kalian sudak kenal dengan beberapa kata kerja dalam bentuk
112 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
lampau. Well, now let’s move to the other activity. Still with
your group, please construct a simple past tense sentence by
writing each word on your colored paper!” kata Bu Vivi
melanjutkan kegiatan hari itu, memperkenalkan konsep
dalam teks recount, dengan memberikan pengetahuan dan
keterampilan tentang kalimat dalam The Simple Past Tense.
“Ma’am, what about the colored papers?” tanya Risma.
“Ups! Yes, I have prepared them all. Four colored papers
for each group. Umar, please help me distributing the papers
to each group!” Bu Vivi meminta Umar untuk membagikan
kertas‐kertas tersebt kepada masing‐masing kelompok.
“Yes, Ma’am!” Umar langsung bangkit dan
membagikannya kepada masing‐masing kelompok.
“Well, everyone in your group have to write one word
according to the color of the paper. Remember! Each color
presents one position, right?” Bu Vivi mengingatkan kembali.
“Okay, Ma’am!” mereka antusias menjawab perintah dari
Bu Vivi.
“One minute. Is it enough for you to find a word?” Bu Vivi
bertanya sembari tersenyum.
“No, Ma’am! Two minutes, please!” anak‐anak merajuk.
“Hmmm, for the amazing students, okay!” Bu Vivi
kembali tersenyum sambil memberikan jempolnya kepada
anak‐anak.
Masing‐masing kelompok sIbu mengkonstruk kalimat
verbal dalam pola The Simple Past Tense. Ada beberapa dari
mereka yang sIbu membuka‐buka kamusnya. Ada yang
langsung menuliskannya dalam kertas yang sudah mereka
dpatkan.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 113
“Time left: 1 minute” Bu Vivi mengingatkan waktu kepada
anak‐anak.
“For those who have finished, please come forward!” Bu
Vivi member isyarat.
“Ma’am, we have finished!” kelompok Maulida telah
selesai pertama kali.
“Good, keep your papers. You will perform the first
turn!” Bu Vivi melanjutkan mendaftar kelompok yang telah
selesai dan membuat urutan kelompok yang akan
mempresentasikan kalimat mereka.
Lalu satu persatu kelompok maju mempresentasikan
kalimat yang mereka konstruk. Semua kalimat verbal dalam
pola The Simple Past Tense. Waktu selesai pelajaran kurang
sepuluh menit Bu Vivi gunakan untuk refleksi kegiatan hari
itu.
“Bagaimana, kalian sudah paham tentang pola kalimat
ini?” Bu Vivi bertanya pada siswa‐siswanya.
“Sudah Bu, ternyata tidak sulit ya, hehehe,” kata Umar.
“Ya. Mengapa jadi mudah?” tanya Bu Vivi.
“Ada Pelangi, Ma’am,” anak‐anak kompak menjawabnya.
“Hmm, well. Remember the pattern and the verbs you
have learned today. And I will be here for the next meeting
asking for the verbs you have leraned today.”
Bu Vivi kemudian mengakhiri kegiatan pada hari itu
dengan memberikan tugas terstruktur tentang kata kerja
dalam bentuk lampau.
Bu Vivi berhasil dengan kartu kata pelanginya hari itu.
Para siswa dengan mudah dapat menyusun kalimat dengan
benar berbantuan kartu‐kartu tersebut. Ada pelangi yang
indah di kelas Bu Vivi seindah senyum bahagia siswa kelas 8A
kala itu.
114 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Talking Stick in English Class
oleh Maghfiroch, S.Pd.
P agi yang cerah di hari pertama Bu Fifi mengajar anak‐
anak kelas VII.7 membuat dia bertambah semangat
untuk segera masuk kelas.
Tingtung . . . Tingtung . . . Tingtung . . .
Mendengar bel berbunyi, membuat semua murid masuk
ke kelas masing‐masing. Begitu juga dengan semua guru dan
staff TU, mereka segera bergegas ke halaman depan sekolah
untuk mengikuti apel pagi. Setelah apel selesai, Bu Fifi pun
segera menuju ruang guru untuk mengambil buku. Sebelum
masuk kelas seperti biasa kami berdiri sejenak untuk
mendengarkan lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan
melalui pengeras suara. Ini sudah menjadi kebiasaan di
sekolah kami. Setelah selesai dikumandangkan lagu Indonesia
Raya tiga stanza, saya pun segera menuju kelas.
“Assalaamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh,”
sapa Bu Fifi untuk mengawali pertemuan dengan anak‐anak
Kelas VII.7.
“Waalaikumsalam warohmatullaahi wabarokaatuh”,
jawab anak‐anak dengan serempak.
“Good morning, students,” sapa Bu Fifi untuk mengecek
apakah mereka sudah tahu tentang pelajaran bahasa Inggris.
“Good morning,” jawab seorang anak laki‐laki yang
duduk di meja pojok belakang sebelah kanan.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 115
Bu Fifi pun bingung mengapa hanya satu anak yang bisa
menjawab sapaan darinya. Melihat ekspresi dari anak‐anak
yang cukup tegang pada saat Bu Fifi masuk kelas
membuatnya bertanya kepada anak‐anak.
“Mengapa hanya satu anak yang menjawab sapaan
saya?”
“Tidak tahu mau jawab apa, Bu,” jawab salah satu anak
yang duduk di bangku paling depan.
“Malu bu, saya ga bisa Bahasa Inggris,” jawab salah satu
anak yang berada tepat di depan Bu Fifi.
Bu Fifi pun tersenyum, lalu dia berusaha untuk membuat
suasana tidak tegang dan menakutkan karena tidak semua
mereka bisa menjawab sapaannnya.
“Kalian sudah pernah belajar Bahasa Inggris di SD?” tanya
Bu Fifi.
“Belum, Bu,” jawab sebagian besar anak‐anak di kelas itu.
“Cuma di kelas 1, Bu, setelah itu tidak ada lagi pelajaran
Bahasa Inggris,” jawab satu anak yang tadi menjawab sapaan
Bu Fifi dalam bahasa Inggris.
Bu Fifi pun mengerti memang di SD sudah tidak ada
pelajaran Bahasa Inggris, jadi mereka merasa sangat
canggung untuk menjawab ungkapan sapaan tadi dalam
Bahasa Inggris. Sebelum pelajaran dimulai, Bu Fifi pun mulai
memperkenalkan diri dengan anak‐anak karena ini adalah
pertemuan pertama kali dengan anak‐anak kelas VII.7
dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa.
Setelah perkenalan selesai, Bu Fifi mengawali pelajaran
dengan menyampaikan materi apa saja yang akan dipelajari
selama 1 semester. Setelah selesai penyampaian materi, Bu
116 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Fifi pun mulai pelajaran dengan bab pertama. Sebelumnya Bu
Fifi memberikan apersepsi dan motivasi kepada anak‐anak
terkait dengan bab yang akan dipelajari.
“Sekarang untuk pertemuan pertama ini kita akan belajar
tentang Greeting and Leave taking”, kata Bu Fifi sambil
menulis judul Bab 1 di papan tulis.
Setelah melihat ekspresi wajah anak‐anak yang bingung
dengan judul yang dituliskan di papan tulis, Bu Fifi menngerti
bahwa mereka tidak mengetahui arti dari kata‐kata tersebut.
“Mengapa wajah kalian seperti itu?” tanya Bu Fifi.
“Itu artinya apa bu?” tanya Hadi.
“Oh ya bagus pertanyaannya,” jawab Bu Fifi.
“Ada yang mau membantu memberikan jawaban dari
pertanyaan Hadi?” tanya Bu Fifi.
Namun tak satupun anak yang mau menjawab
pertanyaan tersebut.
“Selamat pagi, selamat siang, apa kabar, itu semua
ungkapan apa ya?” tanya Bu Fifi kepada anak‐anak.
“Menyapa bu,” jawab Surya.
“Yup, you are right, kamu benar,” jawab Bu Fifi.
“Kalau selamat tinggal, sampai jumpa, ungkapan apa
itu?” tanya Bu Fifi.
“Berpisah, Bu”, jawab Surya.
Surya memang sudah mengenal pelajaran Bahasa Inggris
sebelumnya, jadi dia lebih sering menjawab pertanyaan dari
Bu Fifi dari pada teman‐temannya.
“Hari ini kita akan belajar tentang ungkapan sapaan dan
berpisah,” kata Bu Fifi.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 117
Bu Fifi pun menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada pertemuan itu. Wajah mereka pun sudah mulai
bisa santai tidak tegang seperti awal Bu Fifi masuk ke dalam
kelas.
“Open your textbook, buka buku paket kalian bab
pertama, kita akan mulai pelajaran,” perintah Bu Fifi.
Anak‐anak pun membuka buku paket mereka. Bu Fifi
membacakan kalimat yang ada di buku tersebut satu per satu
dengan ditirukan anak‐anak. Setelah itu Bu Fifi meminta salah
satu murid untuk mempraktikkan dialog yang ada di buku
dengannya.
“Surya, come on practice this dialogue with me, ayo
praktikan dialog ini dengan saya,” ajak Bu Fifi.
“Ok Bu,” jawab Surya.
Anak‐anak yang lain mendengarkan dan mengamati.
Beberapa anak ada yang terlihat takut kalau ditunjuk
untuk mempraktikkan, ini terlihat dari ekspresi wajah mereka.
Untuk membuat suasana lebih santai akhirnya Bu Fifi
mengajak mereka untuk bernyanyi.
“Kalian ingin bernyanyi tentang sapaan tidak?” tanya Bu
Fifi.
“Iya mau, Bu” jawab anak‐anak serempak.
Bu fifi pun menyanyikan sebuah lagu tentang sapaan.
Anak‐anak mendengarkan kemudian ikut menirukan dan
bernyanyi bersama tentang sapaan. Mereka pun mulai
merasa santai dan senang untuk mempelajari ungkapan
sapaan dalam Bahasa Inggris. Setelah selesai bernyanyi, Bu
Fifi meminta anak‐anak untuk berdialog tentang sapaan yang
ada di buku paket.
118 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Anak‐anak mulai mempraktikkan dialog yang ada dalam
buku. Namun, tidak semua anak mau mempraktikan
berulang‐ulang mereka cenderung hanya sekali
mempraktikannya. Akhirnya Bu Fifi mencoba hal lain untuk
membuat pelajaran ini lebih menarik anak‐anak dan membuat
mereka lebih menikmati pembelajaran.
“Anak‐anak ingin bermain tidak?” tanya Bu Fifi.
“Mau, ayo Bu,” sahut Fikran.
“Ok, kita akan bermain talking stick,” jawab Bu Fifi.
“Apa itu, Bu? tanya Tania.
“Sambil mengambil stick drumband yang dibawa, Bu Fifi
mulai menjelaskan kepada anak‐anak.
“Talking Stick di sini maksudnya bagi anak yang
memegang tongkat ini maka dia harus mengucapakan
sebuah ungkapan sapaan yang nantinya teman semejanya
harus merespon ungkapan tersebut.
“Wah asyik, ayo Bu mulai,” sahut Hanif.
“Eh sebentar terus cara bermainnya bagaimana Bu?”
tanya Surya.
“Ok, nanti tongkat ini akan bergerak berpindah tangan
dari satu anak ke anak yang lain sambil kita menyanyikan lagu
tentang ungkapan sapaan, tongkat itu akan berhenti kalau
lagunya sudah selesai dinyanyikan,” kata Bu Fifi.
“Wah asyik,” sahut Tania.
“Ah Bu takut pegang tongkatnya, aku takut ga bisa
mengucapkannnya Bu,” kata Desi.
“Jangan takut, di sini kita bermain sambil belajar, belajar
sambil bermain jadi tidak boleh ada yang takut, kita harus
tetap saling menghargai teman kita, jangan menertawakan
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 119
teman kalian yang belum bisa mengucapkan kalimat dalam
Bahasa Inggris dengan baik setuju?” kata Bu Fifi.
“Iya bu setuju,” jawab mereka serempak.
“Baiklah sekarang kita mulai,” ajak Bu Fifi.
“Baik, Bu,” jawab anak‐anak.
Bu Fifi pun mulai bernyanyi bersama anak‐anak sambil
memberikan tongkat tersebut kepada anak yang berada di
pojok depan. Mereka sangat antusias sekali. Lagu pun
berhenti ketika tongkat tersebut dipegang Naura.
“Good morning, Salwa,” sapa Tania dengan semangat
kepada Salwa.
“Good morning, Tania,” balas Salwa.
Tongkat pun lanjut bergerak sambil bernyanyi bersama,
ketika lagu akan selesai dinyanyikan, ada anak yang kelihatan
panik dan takut jika tongkat itu berhenti di tangannya.
“Aduh, aku,” kata Hadi.
“Come on Hadi speak up,” kata Bu Fifi.
“Hmm...Hmm…hmm…,” gumam Hadi.
“Ayo ngomong Hadi,” sahut Bu Fifi.
“How…are… you?” kata Hadi terbata‐bata dengan
ekspresi wajah yang ragu.
“I am fine,” jawab Aim.
Suara tepuk tangan pun terdengar dari teman‐teman
Hadi. Hadi memang anak yang cukup lucu di kelas itu.
Bu Fifi pun merasa lega karena Hadi mau dan bisa
mengucapkan unkapan sapaan dalam Bahasa Inggris
meskipun dengan ucapan terbata‐bata. Anak‐anak mulai
merasakan asyiknya menjalankan tongkat tersebut dan
merasa deg‐degan ketika lagu yang dinyanyikan mulai akan
120 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
habis namun semua itu justru menambah semangat mereka
waktu itu. Tak terasa 2 jam pelajaran pun berakhir.
Tingtung…tingtung…tingtung…
“Well students, time is up, waktu sudah habis,” kata Bu
Fifi.
“Huft, lanjut lagi saja, masih seru Bu, belum semua anak
dapat tongkatnya,” kata Hanif.
“Besok kita lanjut lagi kalau ada bahasa Inggris,” sahut
Bu Fifi.
“Besok dilanjut ya Bu,” kata Tania.
“Of course, tentu saja, besok kita lanjut lagi dan akan ada
game lagi yang lebih seru untuk pembelajaran selanjutnya.”
jawab Bu Fifi.
“Ok, siap Bu,” jawab anak‐anak serempak.
“Asyik ya ternyata bahasa Inggris itu tidak menakutkan,”
kata Alfin.
“Kapan ada bahasa Inggris lagi?,” tanya Neviana.
“Senin ada bahasa Inggris lagi,” jawab Naura.
“Alright, baiklah. See you on Monday,” kata Bu Fifi.
“Wasssalaamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh.
“See you,” jawab anak‐anak.
Pembelajaran pun selesai, anak‐anak kelihatan merasa
senang dengan pelajaran bahasa Inggris, ekspresi takut dan
tegang sudah tidak nampak lagi di wajah mereka. Justru
mereka berharap kapan pelajaran bahasa Inggris lagi.
Dengan hal sederhana namun kreatif yang dilakukan guru
bisa membuat proses pembelajaran menjadi menarik bagi
anak‐anak.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 121
122 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Guru Kreatif, PPKn Jadi Asyik
oleh Endah Winarti, S.Pd.
J arum jam menunjukkan pukul 07.00 tepat. Tidak
berselang suara bel jam pertama berbunyi, “Tet…Tet”.
Saatnya jam pertama dimulai. Begitu mendengar suara
bel anak‐anak eSpero (sebutan SMP Negeri 2 Subah)
bergegas masuk ke kelas masing‐masing. Bu Endah guru
PPKn pun segera menuju Kelas IXE.
“Assalamuallaikum warahmatullahi wabarakatuh,” Bu
Endah membuka pelajaran dengan salam.
“Waalaikum salam warahmatullahi wabarookatuh,”
jawab anak‐anak dengan suara lantang.
“Selamat Pagi anak‐anak,” sapa Bu Endah.
“Selamat pagi, Bu,” jawab mereka.
“Mari kita awali pembelajaran hari ini dengan mengucap
basmallah bersama‐sama.”
“Bismillahirrahmanirrahim,” jawab anak‐anak dengan
serempak.
Pagi itu anak‐anak kelihatan masih segar bugar tapi
terpancar raut kemalasan untuk mengikuti pembelajaran
PPKn.
“Males bikin mumet nih pelajarannya,” celetuk Saiful
dengan lugasnya.
Bu Endah pun menyahut, “hari ini kita akan belajar sambil
bermain ya anak‐anak.”
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 123
“Setujuuuuuu Bu,” sahut anak‐anak 9E, maklum kelas
mbontot Butuh kesabaran, batinku dalam hati.
Zulfan pun sangat penasaran, “yuk mulai Bu,
permainannya!”
Teman yang lain pun serempak menyahut, “ayo Bu,
keburu kepo nih!”
“Ibu hari ini akan melakukan permainan berpasangan,”
kata Bu Endah.
“Asyik Bu, cie..cie…Cari pasangan,” jawab Arif.
“Okelah. Berjodoh ya, Bu,” jawab si Febri. “
“Betul anak‐anak, berjodoh mencari pasangan jawaban
tapi bukan pasangan sehidup semati,” jawab Bu Guru.
Anak‐anak pun langsung bersorak..
“Oke sip Bu,” Seluruh siswa 9 E menjawab dengan
kompak.
“Nah sekarang dengarkan, Ibu akan memulai
pembelajaran. Seperti biasa sebagai kegiatan pendahuluan
Ibu mulai mengecek kerapian, kebersihan dan kesiapan siswa
sebelum mengikuti pembelajaran.”
“Bu, saya sudah rapi,” sahut Fauzi disusul teman lainnya,
“Ya, bagus, Kelas 9 wajib memberi contoh untuk adik‐
adik kelasmu,” jawab Bu Endah.
“Mari kita tepuk PPKn!” pinta Bu Endah.
Anak‐anak pun bergegas berdiri di sela meja dan kursi
mereka dengan sikap siap.
“Ibu minta tolong coba Cholis untuk memimpin teman‐
teman,” jawab Cholis.
“Siap Bu Guru!” langsung saja Cholis maju ke depan kelas
untuk memimpin.
124 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
“Tepuk PPKn!” seru Cholis, “Prokk..Prokk..
Prokk…Prokk.”
Teman‐teman pun dengan serentak disertai gerakan
berucap
“Saya pikir,” ucap murid‐murid sambil menunjuk kening
mereka.
“Saya rasa.” Sambil menempelkan tangan ke dada.
“Saya coba.” Sambil menunjuk gerakan memutar kedua
tangan di depan dada mereka sebagai tanda melakukan
aktivitas.
“Saya bisa, yes!” Sambil mengepalkan tangan ke atas.
“Dengarkan anak‐anak Bu Guru hari ini akan mengajak
kalian bermain sambil belajar yaitu bermain untuk mencari
pasangan jawaban. Bu Guru membawa kertas HVS dipotong
kecil di dalamnya ada pertanyaan dan jawaban secara
terpisah. Lihat Nak!” pinta Bu Guru.
“Iya Buk,” jawab anak‐anak.
Bu Endah menjelaskan bahwa kertas HVS kuning sebagai
kartu pertanyaan dan kertas HVS pink sebagai kartu jawaban.
Intinya kartu pertanyaan dan kartu jawaban dibuat warna
yang berbeda agar mudah membedakan. Setiap peserta didik
mendapatkan masing‐masing satu kartu.
Bu Guru meminta kepada anak‐anak untuk membuka
buku paket halaman 37 sampai dengan halaman 58.
“Berarti materi hari ini Pelaksanaan Otonomi Daerah ya
Bu?” celetik Agil.
“Betul sekali.”
“Coba anak‐anak, kalian baca materi tersebut selama 15
menit!
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 125
Setelah 15 menit berlalu anak‐anak membaca, Bu Guru
meminta Cholis untuk membantu membagikan kartu
pertanyaan dan kartu jawaban.
”Coba Cholis, Bu Endah dibantu!”
“Siap Bu!” jawab Cholis. Akhirnya Cholis maju untuk
membantu membagikan kartu yang dibawa Bu Guru.
Cholis akhirnya membagikan kartu pertanyaan kepada
siswa putri dan Bu Endah membagikan kartu jawaban untuk
siswa putra.
“Bagaimana Bu, kartu pertanyaan sudah saya bagikan
semua,” tanya Cholis.
“Bagus, silakan kamu duduk!” jawab Bu Endah.
Bu Endah berkata, “anak‐anak semua sudah mendapat
kartu pertanyaan dan kartu jawaban semua ya”.
“Iya sudah semua Bu,” jawab anak‐anak.
“Nah setelah menerima kartu semua silakan kamu buka
kartu tersebut dan kamu baca,” pinta Bu Guru.
Bu Endah menyuruh semua siswa untuk mencari
pasangan jawaban dari kartu yang mereka pegang.
“Silahkan anak‐anak cari pasangan jawabannya 5 menit.”
Kelas pun mendadak hiruk‐pikuk karena saling mencari
pasangan jawabannya.
Bu Guru berpesan, “ingat siapa yang mendapat pasangan
jawaban langsung tunjukkan ke Bu Guru dan kalau benar
mendapat skor nilai sedangkan kalau salah mendapat
sanksi.”
Sahut Febri, “sanksinya apa Bu?”
Sahut anak‐anak yang lain, “nyanyi Bu.”
126 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
“Mengepel Bu. Lari keliling lapangan basket Espero saja
Bu,” sahut Saiful.
“Hukumannya nyanyi lagu nasional atau lagu daerah
atau lagu dolanan sambil berjoged saja,” jawab Bu Guru.
“Iya setuju Bu, sambil berjoged,” sahut Saiful.
Anak‐anak pun semakin bersemangat dalam menemukan
jawabannya dan berusaha agar jawabannya benar biar tidak
kena sanksi.
Waktu 5 menit pun berakhir semua siswa sudah
menemukan pasangan masing‐masing. Satu persatu hasil
pecarian pasangan jawaban dibacakan kedepan kelas. Anak‐
anak pun terdiam. Mereka bergumam dan berkata dengan
suara lirih, “Semoga pasangan jawabanku tidak salah,
Aamiin.”
“Ayo, pasangan berikutnya maju!” pinta Bu Guru.
“Saya dulu Bu, saya dulu Bu.”
Anak‐anak berebut untuk maju menyampaikan jawannya.
Tidak berselang lama Agil dan Nia maju.
”Berikutnya!”
Saiful dan Nur Hayati pun maju menyampaikan
jawabannya, ternyata jawabannya salah.
Sontak anak‐anak yang lain pun berkata, “ayo nyanyi
dong, lagu dolanan atau lagu daerah lho sambil berjoged.”
Akhirnya dengan sportif mereka berdua bernyanyi sambil
berjoged
“Gundul‐ gundul pacul cul…Kembelengan. Nyunggi‐
nyunggi wakul wul..Kembelengan. Wakul nglimpang segane
dadi sak latar. Wakul glimpang segane dadi sak latar.”
Tepuk tangan anak‐anak untuk
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 127
Satu demi satu pasangan jawaban menyampaikan
jawabannya sampai dengan pasangan yang terakhir. Bu Guru
memberikan apresiasi yang luar biasa kepada kelas 9E,
ternyata walaupun kelas paling ujung, tetapi tetap semangat
dan luar biasa dalam pembelajaran kali ini.
“Asyik Bu bikin ketagihan dan tidak ngantuk justru
membuat bersemangat dalam pembelajaran PPKn,” sahut
Agil.
Bu Guru menyampaikan, “silakan anak‐anak kembali ke
tempat duduk semula!”
“Nah pada kegiatan berikutnya setelah
mempresentasikan pasangan pertanyaan dan jawaban, Bu
Guru akan membagi kelas dibagi menjadi 6 kelompok di mana
setiap kelompok terdiri dari 4‐5 peserta didik.”
Bu Endah meminta siswa‐siswanya berhitung untuk
menentukan anggota kelompok masing‐masing. Selanjutnya
Bu Guru menyiapkan kertas buffalo, lem, gunting, spidol,
kartu pertanyaan dan kartu jawaban.
“Coba ketua kelompok maju untuk mengambil alat dan
bahan.”
Akhirnya ketua kelompok pun maju
“Dengarkan baik‐baik! Masing‐masing kelompok
berdiskusi untuk menempelkan kartu pertanyaan dan kartu
jawaban dengan tepat. Bu Endah yakin kalau tadi semua
siswa memperhatikan pada presentasi tahap awal, semua
kelompok dapat menempelkan kartu pertanyaan dan
jawaban dengan benar, tepat, dan cepat.”
“Bu, Kelompok 3 sudah, coba Ibu cek!” pinta ketua
kelompok 3.
128 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
“Bagus sudah betul, Nak. Lanjut ditempel dengan lem
yang rapi dan dihias ya!” pinta Bu Endah.
“Yuk, lanjut kelompok berapa lagi?” tanya Bu Endah.
“Kelompok saya Bu… Kelompok saya Bu…”
Para ketua kelompok berebut untuk maju.
“Sabar Ibu bergantian ya mengeceknya.”
Setelah semua dicek ternyata dengan semangat
membara anak‐anak mampu menyelesaikan tugas dengan
baik.
“Wah, ternyata kamu semua luar biasa anak‐anak, Ibu
salut!” puji Bu Endah.
“Bu Guru dapat menilai kemampuan anak 9E dalam
bekerja sama, berinteraksi dan berpikir cepat ternyata tidak
kalah dengan kelas lain.”
Setelah semua kegiatan tempel menempel kartu
pasangan dan kartu jawaban selesai, tiba saatnya untuk
mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya.
“Dengarkan anak‐anak, nanti salah satu kelompok maju
untuk mempresentasikan, kelompok lain yang tidak
mendapat kesempatan mempresentasikan dapat
memperhatikan dan mencocokkan jawaban dari hasil
presentasi kelompok yang maju, dengan cara memberi tanda
cek pada hasil pekerjaan kelompok masing‐masing,” jelas Bu
Endah.
“Biar adil Bu Guru memberi kesempatan kepada ketua
kelompok untuk maju melakukan pingsut. Bagi kelompok
yang menang mereka berhak maju untuk mempresentasikan
hasil pekerjaannya. Silakan ketua maju!” pinta Bu Guru
“Siap Bu,” jawab masing‐masing ketua kelompok.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 129
Satu persatu ketua kelompok maju. Cholis memimpin
pingsut. Akhirnya kelompok 3 mendapat kesempatan untuk
menyampaikan hasil diskusi Make and Match ( Membuat
Pasangan). Kelompok lain pun mencocokkan jawabannya.
Dari hasil presentasi jawaban tidak ada satu kelompok pun
yang menjawab salah. Bu Endah kemudian menyimpulkan
pembelajaran pertemuan hari ini dan menyampaikan rencana
pertemuan berikutnya.
“Thet…Thet…Thet…”
Tanda bel ganti pelajaran berbunyi. Tidak terasa waktu
pelajaran begitu cepat berlalu.
“Kok cepat ya pelajaran PPKn hari ini,” celetuk Winda.
“Buk, pelajaran PPKn minggu depan seperti ini, belajar
sambil bermain lagi ya?” inta Astra.
“Tidak usah khawatir, Insya Allah pertemuan minggu
depan kita ajak kalian shopping (shopping jawaban) tetapi Ibu
berharap kalian harus rajin belajar dan rajin membaca karena
tanpa rajin membaca kalian akan susah mempelajari mata
pelajaran PPKn karena banyak hafalannya. Bagaimana?”
pesan Bu Endah.
“Siap Bu!” jawab anak‐anak.
“Bu saya kok kepo sih, memangnya minggu depan
beneran kita diajak shopping? Berarti harus bawa uang
banyak dong?” tanya Dinno.
“Kalian tidak perlu bawa banyak uang, tetapi cukup rajin
membaca dan belajar ya, Nak. Itulah modalnya.”
“Siap Bu!” jawab anak‐anak.
Anak‐anak terdiam dan terlihat penasaran.
130 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
“Ditunggu penasarannya minggu depan ya, Nak,” kata
Bu Guru, “tetap semangat, sampai ketemu pertemuan
berikutnya.”
“Wassalamuallaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
“Waallaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.”
Pembelajan PPKn pun selesai. Anak‐anak keliatan
penasaran dan merindukan pertemuan berikutnya. Dengan
penerapan berbagai model pembelajaran semoga anak‐anak
tidak bosan dengan pembelajaran PPKn yang syarat dengan
hafalan.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 131
Profil Penulis
Perempuan bernama lengkap
Diningsih, S.Pd, M.Si. ini lahir di Batang
pada 15 Januari 1971. Ia alumnus S1 dari
Universitas Akhmad Dahlan Yogyakarta
jurusan Pend. Bahasa Inggris tahun 1995,
S2 dari Unisbank Semarang jurusan SDM
tahun 2013. Saat ini ia aktif mengajar
sebagai guru di SMA N 1 Bawang.
Penulis ini pernah menulis artikel pendidikan yang
dimuat di kolom koran Jawa Pos ( 2017, 2018 ). Bersama
beberapa penulis lain, ia telah menyelesaikan satu buku
bersama berjudul Literasi Guru ( 2018 ). Penulis bisa dihubungi
melalui email [email protected] atau dengan nomor WA
081391792571.
Perempuan bernama lengkap Lilik
Retno Willianti, S.Pd., M.Si. ini lahir di
Kendal pada 23 Desember 1976. Ia
alumnus UNNES Semarang jurusan
pendidikan kimia untuk strata 1 dan
alumnus UNISBANK Semarang jurusan
MSDM untuk strata 2 nya. Kini ia
mengabdi sebagai guru di SMA N 1
Bawang, Batang.
132 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Selain mengajar, dia aktif di beberapa organisasi. Saat ini
dia aktif di MGMP kimia seksi bidang Litbang dan Evaluasi
MGMP Kimia Batang dan pengurus Dewan Paroki bidang
Pewartaan. Selain itu, dia sedang getol belajar menulis. Buku
antologinya yang sudah terbit adalah Guru Unik, Riang,
Inovatif dan Hidup (2018), Beberapa tulisannya juga pernah
dimuat media massa serta jurnal ilmiah.
Prestasi yang pernah dia raih adalah Pemenang I Lomba
Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Batang pada 2012. Buku
antologi ini merupakan karya keduanya. Ia bisa dihubungi di
[email protected]
Perempuan bernama lengkap
Yayuk Kaniyah, S.Pd. ini lahir di
Batang pada tanggal 20 Mei 1970. Ia
Alumnus Unnes Jurusan S1 PGSD. Dia
memulai pendidikan di SDN Sidomulyo
01 tahun 1982, kemudian melanjutkan
ke SMP Limpung tahun 1985. Tahun
1988 Ia lulus SPGN Tegal dan tahun 2006‐2009 menempuh
pendidikan di UNNES jurusan S1 PGSD.
Pengalaman pekerjaan penulis diawali menjadi seorang
guru honorer di SDN Babadan 01 sejak 1 Agustus 1988 ‐
Agustus 2003. Kemudian pengarang diangkat menjadi Guru
Bantu selama 4 bulan di SDN Sidomulyo 02. Tanggal 1 Januari
2004 menjadi Guru PNS di SDN Kalisalak 02 Kecamatan
Limpung, Kabupaten Batang sampai sekarang. Di sela‐sela
kesibukannya mengajar ia juga aktif sebagai pengurus KKG.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 133
Karya tulis yang dibuat pernah dimuat di media Jurnal
ROPOBLIKA. Adapun buku yang pernah diterbitkan
Mediaguru berjudul Berdendang Belajar Asyik dan Mudah.
Prestasi yang pernah diraih di bidang non‐akademik, pada
tahun 2006 pengarang memperoleh beasiswa Sarjana di
UNNES lulus tahun 2009. Sedangkan Prestasi dibidang
akademik, pengarang pernah terpilih sebagai Guru Inovatif
Jenjang SD tingkat Kabupaten Batang tahun 2017. Apabila
ingin kontak dengan penulis bisa lewat e‐mail :
[email protected] atau wa. 082324144262. Buku ini
merupakan karya kedua dari pengarang.
Zumroh, S.Pd.I. lahir di Batang pada
15 Agustus 1978. Ibu dari tiga anak ini
merupakan alumnus IAIN Salatiga yang
lulus pada tahun 2002. Saat ini penulis
bertugas sebagai guru di sekolah
tingkat dasar, tepatnya di Madrasah
Ibtidaiyah Salafiyah Sidorejo,
Kecamatan Warungasem, Kabupaten
Batang.
Sejak kecil penulis menyukai dunia puisi. Penulis telah
memiliki sebuah karya yaitu buku kumpulan puisi yang
berjudul Bahasa yang Indah. Penulis juga sering diberi tugas
untuk melatih siswa dalam seni membaca puisi baik untuk
pentas maupun lomba. Kini penulis ikut tergerak untuk
menulis kembali sebagai bentuk kepedulian dan dukungan
terhadap gerakan literasi, apalagi di lingkungan Pendidikan
134 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
tingkat dasar masih minimnya minat guru menulis. Pembaca
dapat menghubunginya melalui alamat email
[email protected] dan kontak WA 085742721701.
Perempuan bernama lengkap Sri
Murni, S.Pd. ini lahir di Batang pada 02 Juli
1970. Ia alumnus UMS (Universitas
Muhammadiah Surakarta) Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
tahun 1996. Ia memiliki hobi membaca dan
menulis puisi sejak duduk di bangku
Sekolah Dasar. Saat ini ia aktif mengajar sebagai guru di SMP
Negeri 2 Subah, Batang.
Selain mengajar ia aktif sebagai pengurus di MGMP
Bahasa Indonesia kabupaten Batang. Ia pernah menulis
sebuah buku kumpulan puisi yang berjudul Ada Getar yang
terbit pada Januari 2019. Buku antologi ini merupakan karya
yang kedua. Penulis dapat dihubungi melalui E‐mail
[email protected] dan WA 085727798855.
Perempuan bernama lengkap
Maghfiroch, S.Pd. ini lahir di
Pekalongan pada 21 Maret 1983. Ia
alumnus Universitas Tidar Magelang
jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Dia mengawali karier sebagai guru
honorer di SD Negeri Kandang Panjang
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 135
2 dan SMP Salafiyah, Kota Pekalongan selama 3 tahun.
Selanjutnya dia mengikuti tes CPNS umum dan
ditempatkan di SD Negeri 06 Kedungwuni, Kabupaten
Pekalongan pada tahun 2009. Setelah mengajar di sana
selama 3 tahun, kini dia mengajar di SMP Negeri 1 Wiradesa,
Kabupaten Pekalongan.
Dia bisa dihubungi pada alamat email
[email protected] dan WA 085642610603. Buku Ini
merupakan karya perdana penulis.
Endah Winarti, S.Pd. putri sulung dari
tiga bersaudara, lahir di Batang, 20 Maret
1977. Bersekolah di SD Negeri Sengon 01,
SMP Negeri 1 Tulis, dan SMA Negeri
Batang. Penulis menyelesaikan studi S1
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan di IKIP Semarang lulus
tahun 1999.
Penulis menjadi guru PPKn di SMP Negeri 2 Subah sejak
tahun 2000 sampai sekarang. Penulis aktif menjadi anggota
organisasi PGRI cabang Batang. Beberapa tulisan artikel
ilmiah pernah dimuat di Jurnal Edu Indonesia. Buku
Pembelajaran Inovatif untuk PPKn merupakan karya perdana
penulis. Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca,
khususnya para guru PPKn. Penulis bisa dihubungi melalui
WhatsApp 085865504641, alamat email :
[email protected]
136 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Penulis bernama lengkap Wityawati,
S.Pd., lahir di Batang, 22 Januari 1976. Ia
adalah anak tunggal dari sebuah keluarga
sederhana. Ia menyelesaikan S‐1 di
Universitas Negeri Semarang dan lulus
pada tahun 2000. Kini ia mengabdikan
dirinya di SMP Negeri 2 Subah.
Ia mengawali pengabdian mengajar pertama kali setelah
lulus di SMP Islam Subhanah Subah selama 1 tahun,
dilanjutkan di MTs Negeri Subah sampai tahun 2003, dan
diangkat menjadi Guru Bantu di SMP Darma Catur sampai
Januari 2008. Selanjutnya diangkat menjadi pegawai negeri di
SMP Negeri 1 Gringsing Batang, dan mutasi ke SMP Negeri 2
Subah pada Juni 2009. Disela‐sela tugasnya mengajar ia juga
aktif dalam kegiatan kepramukaan di sekolah dan sebagai
pengurus Bina Muda Penggalang Putri di Kwaran Subah
Batang.
Karya Tulis Ilmiah yang pernah ditulis berupa PTK. Dia
juga pernah memuat tulisannya pada jurnal Edukasia yang
terbit di Semarang Edisi 2 bulan Agustus 2018. Email penulis
[email protected], dan WA. 085226969309.
Perempuan bernama lengkap Sri
Widati, S.Pd., M.Pd. ini lahir di Surakarta
pada 16 Juni 1973. Hobi menari
mengantarkannya kuliah di jurusan Seni Tari
IKIP Negeri Semarang dan melanjutkan
studi Pasca Sarjana Unnes jurusan
Pendidikan Seni.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 137
Mengawali karir di SMP Negeri 2 Tirto selama 5 tahun dan
kini ia mengabdi sebagai guru di SMP Negeri 1 Wiradesa Kab.
Pekalongan. Pengarang aktif sebagai pengurus MGMP Sen
Budaya Kab. Pekalongan sejak tahun 2005.
Penulis pernah menulis beberapa artikel hasil PTK di
Jurnal Dinamika, Jurnal Didaktikum, dan Jurnal UMK. Alamat
email penulis yang dapat dihubungi [email protected]
dan WA 085226910910. Buku ini merupakan tulisan perdana
penulis.
Perempuan bernama Vika Oktaviona,
S.Pd. ini lahir di Batang pada 4 Oktober
1979. Ia menikah dengan seorang
wirausaha dan telah dikaruniai tiga orang
anak. Ia alumnus Universitas Sebelas
Maret Tahun 2003 Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni Program Bahasa Inggris.
Saat ini penulis menjalankan tugas
sebagai guru Bahasa Inggris pada SMPN 1 Tersono.
Sejak kecil sudah senang membaca puisi hingga berkali‐
kali menjadi juara mewakili sekolahnya. Seni baca puisi cukup
diminatinya waktu kecil. Sering menulis puisi kala itu, namun
hanya dipajang di Mading Sekolah. Gerakan literasi yang saat
ini tengah dikumandangkan, membuatnya tergerak untuk
menulis kembali sebagai kepedulian dan dukungannya
terhadap gerakan literasi. Pembaca dapat menghubunginya
melalui alamat email [email protected] dan kontak
WA 085786414470.
138 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Lelaki bernama lengkap Aris
Adiyanto, S.Pd., M.M. ini lahir di
Sukoharjo pada 5 Juli 1967. Ia alumnus
UNS Solo Program D3 PMP & KN
angkatan 1986. Tahun 1998 suami dari
Koriah ini berkesempatan menempuh
PGSM strata 1 Jurusan PPKn FKIP UNS
Solo. Ayah dari Muhammad Abyan Rizqo dan Inas Iffat Rizqi
ini tahun 2008 menempuh S2 di UNISBANK Semarang jurusan
MSDM. Lelaki yang punya hobi membaca dan olah raga bulu
tangkis ini mengajar di SMP Negeri 1 Blado Batang
mengampu mata pelajaran PPKn.
Selain mengajar, anak dari pasangan Kusnosumarto dan
Sartini ini aktif mengikuti kegiatan olah raga bulu tangkis di
GOR Blado. Saat ini ia menjabat sebagai sekretaris MGMP
PPKn Rayon Batang. Selain itu, lelaki yang semasa muda suka
nongkrong di warung angkringan ini sedang aktif sebagai
koordinator Event Organizer Literasi Batang.
Selain itu, lelaki yang suka minum madu dan jahe ini suka
menulis makalah sejak kuliah D3. Lulus D3 tahun 1989 ia
mencoba menulis buku paket PMP untuk SMA. Di sela‐sela
mengajar ia sudah tiga kali mengirimkan naskah artikel dalam
rangka mengikuti lomba tingkat nasional.
Prestasi yang pernah ia raih adalah pemenang ketiga
lomba menulis PTK yang diselenggarakan PGRI Blado tahun
2016. Tahun 2017 ia meraih juara ketiga lomba bulu tangkis
yang diselenggarakan oleh desa Blado. Buku ini merupakan
karyanya yang kedua. Ia bisa dihubungi di
[email protected] dan wa 083328913933.
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 139
Lilik Fatkhu Diniyah, lahir di Magelang
10 September 1981. Ia merampungkan
pendidikan dasar hingga SMA di
Magelang. Kemudian melanjutkan S1 di
Universitas Muhammadiyah Magelang dan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Islam. Mengawali karir sebagai guru sejak
tahun 1999 di sebuah madrasah. Selian itu,
ia juga mengajar sebuah taman pendidikan
Alquran.
Lilik mengawali petualangannya dengan mengikuti
berbagai kompetisi. Berbagai kejuaraan telah diraihnya.
Diantaranya juara 1 Guru Teladan Tingkat Provinsi Jawa
Tengah tahun 2006. Juara III lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat
Provinsi Jawa Tengah tahun 2008. Juara 2 lomba Anugrah
Konstitusi Tingkat Nasional tahun 2011 dan juara 1 lomba Guru
Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2012.
Ada pun penghargaan yang pernah ia peroleh di
antaranya penghargaan Satya Lencana Pendidikan bagi Guru
Berprestasi dan Berdedikasi Luar Biasa dari presiden RI Susilo
Bambang Yudhoyono tahun 2012. Selain itu, juga pernah
mendapatkan penghargaan Apresiasi Pendidikan Islam dari
Menteri Agama Surya Dharma Ali tahun 2012 atas prestasi dan
jasanya dalam memajukan pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan.
Karya yang telah ia buat berupa buku di antaranya
berjudul Sejuta Cerita Satya lencana dan Cara Asyik Belajar
Konstitusi yang diterbitkan pula oleh MediaGuru.
140 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk
Pengarang bernama Rini Wijayanti,
lahir di Srandakan, sebuah kecamatan
dalam wilayah Kabupaten Bantul,
Yogyakarta. Menamatkan pendidikan
SD hingga SMP masih dalam lingkup
Kecamatan Srandakan. SMAN 1 Pati
menjadi pilihan jenjang pendidikan
selanjutnya. Pada tahun 2003 lulus dari UNY dan mengajar
di Batang sampai saat ini.
Buku ini merupakan karya pertama pengarang dalam
menulis cerita pendek. Buku yang pernah terbit
sebelumnya berupa buku kumpulan puisi. Pengarang dapat
ditemui pada alamat posel [email protected].
Cerita Keluarga Alkali dan Alkali Tanah | 141
142 | Lilik Fatkhu Diniyah, dkk