daratan sepanjang 300 m. Pantai Lampon Dusun Ringinsari, Desa Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi,
merupakan salah satu daerah terdampak tsunami pada tahun 1994. Menurut Bapak Agus Mulyono, tokoh
masyarakat setempat, tsunami terjadi pada malam Jum’at Pon kurang lebih pukul 01.00 WIB. Kejadian
tsunami pada waktu itu telah merenggut 42 korban jiwa, 41 orang warga lokal dan 1 orang pemancing
dari daerah lain. Pemerintah setempat telah melakukan relokasi pemukiman dan wargan dari lokasi
terdampak menuju sebelah timur sejauh 1 km dari lokasi kejadian tsunami tersebut, kemudian
pemukiman hasil relokasi ini disebut sebagai Kampung Baru. Saat ini Kampung Baru merupakan
kampung yang terdiri dari 5 deret pemukiman yang berjarak kurang lebih 500 m dari garis pantai.
Kejadian bencana kedua adalah banjir pada tahun 2003, 2004, 2005, 2008, 2010, dan 2011. Dari enam
kejadian tersebut, skala terbesar dialami pada tahun 2005. Banjir ini terjadi disepanjang sungai gangga.
Pada saat itu hujan turun selama 4 hari berturut-turut dan secara bersamaan terjadi gelombang pasang
laut, atau warga lokal menyebut dengan lampek. Di wilayah Pesanggaran, 2 dusun yaitu Dusun Ringin
Agung dan Ringin Mulyo merupakan wilayah terparah, dengan tinggi genangan hampir 1 m. Kejadian ini
tidak memakan korban jiwa, tetapi kerugian harta benda diperkirakan sangat besar.
2. KAJIAN RISIKO BENCANA
Penilaian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh
terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat ancaman, tingkat kerugian dan
kapasitas daerah (Perka BNPB No. 2 Th. 2012). Kajian risiko yang dilakukan di Desa Pesanggaran
melalui beberapa tahapan sebgai berikut.
Gambar 2.1 Tahapan kajian risiko bencana (sumber: BNPB, 2014)
4
Dari tahapan yang digambarkan di atas, maka berikut ini dipaparkan capain pada masing-
masing tahapan hingga sampai pada tahap indeks risiko di Desa Pesanggaran.
A. Penilaian Ancaman/Hazard (H)
Ancaman didefinisikan sebagai suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
Identifikasi ancaman dilakukan dengan cara, pertama mengidentifikasi kejadian bencana yang menimpa
Desa Pesanggaran selama kurun 20 tahun terakhir, kedua membuat garis waktu dengan melakukan
identifikasi skala dampak, dampak negatif, dampak positif, dan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana
(PRB) yang saat itu dilakukan. Ketiga, dengan menghitung persentase kecenderungan kejadian
menggunakan rumus sebagai berikut.
Berikut hasil identifikasi ancaman.
Tabel 2.1 Kejadian dan Potensi Bencana Desa Pesanggaran
No Jenis Bencana Pernah Potensi
1 Gempabumi v
2 Tsunami V
3 Banjir V V
4 Tanah Longsor
5 Letusan Gunungapi
6 Gelombang Ekstrim Dan Abrasi
7 Cuaca Ekstrim
8 Kekeringan
9 Kebakaran Hutan Dan Lahan
10 Kebakaran Gedung Dan Pemukiman
11 Epidemi Dan Wabah Penyakit
12 Gagal Teknologi
13 Konflik Sosial
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Dari tabel tersebut terdapat 4 potensi ancaman, dan dua diantaranya pernah melanda Desa
Pesanggaran yaitu; tsunami, gempabumi, banjir, gelombang ekstrim dan abrasi,. Serta 2 ancaman yang
sifatnya masih mungkin/berpotensi terjadi yaitu kebakaran gedung dan permukiman, dan wabah penyakit.
Dari identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan penyekalaan dengan kriteria.
5
Tabel 2.2 Skala Dampak dan Kriterianya
Skala Dampak Kriteria
3
Bencana yang menimbulkan dampak pada ke 3 komponen kerentanan
(Tinggi) secara bersamaan atau bencana yang menimbulkan dampak
kerusakan minimal pada 30% luas desa.
2
(Sedang) Bencana yang menimbulkan dampak pada 2 (dua) dari 3 (tiga)
komponen kerentanan secara bersamaan
1
(Rendah) Bencana yang menimbulkan dampak pada salah 1 (satu) dari 2 (dua)
komponen kerentanan (yaitu komponen lingkungan atau komponen
fisik-ekonomi)
(Sumber: BNPB, 2014)
Berikut adalah identifikasi skala dampak bencana berdasarkan kejadian dan potensi bencana di
Desa Pesanggaran.
Tabel 2.3 Jenis Bencana dan Skala Dampaknya
No Jenis Bencana Skala Dampak
1 Tsunami 3
2 Banjir 2
3 Gempabumi 1
4 Gelombang Ekstrim Dan Abrasi 1
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Keterangan:
Skala 3 = Tinggi
Skala 2 = Sedang
Skala 1 = Rendah
Selanjutnya, dari identifikasi skala dampak, dibuatlah garis waktu bencana untuk 20 tahun
terakhir dengan skala dampak bencana tinggi (3) dan sedang (2) yang pernah terjadi di desa
Pesanggaran serta rekapitulasi dampak negatif, dampak positif dan kegiatan PRB yang dilakukan
sebagai berikut.
1994 2003 2004,2005 2008 2010, 2011
Skala 3
Skala 2
Gambar 2.2. Garis Waktu Bencana 20 Tahun Terakhir Berskala Tinggi (3)
dan Sedang (2) (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
6
Selama 20 tahun terakhir, setidaknya telah terjadi bencana tsunami pada tahun 1994 dengan
tingkat skala tinggi, dan empat kali banjir melanda wilayah Desa Pesanggaran terutama di Dusun Ringin
Agun dan Ringin Mulyo dengan skala dampak sedang. Berikut adalah rekapitulasi dampak negatif,
dampak positif, dan tindakan PRB yang dilakukan saat bencana tersebut melanda.
Tabel 2.4 Rekapitulasi Dampak Negatif, Dampak Positif, dan Tindakan PRB
BENCANA TAHUN SKALA DAMPAK NEGATIF DAMPAK POSITIF TINDAKAN PRB
TSUNAMI 1994 3 Munculnya kegiatan Pendirian Posko
90% Rumah warga dan ekonomi alternatif selain Tanggap Darurat
BANJIR Fasilitas Umum di sebagai nelayan
sebagian dusun Ringinsari Relokasi mengobati Relokasi Warga
trauma warga Pasca Tanggap
41 Korban Jiwa Darurat
Relokasi meningkatkan
2003, 2004, 2 Gangguan psikologis PHBS warga Sosialisasi
2005, 2008, masyarakat penyadaran
dan 2010, 99% Alat penangkap ikan Masyarakat lebih masyarakat untuk
2011 rusak / hilang tanggap terhadap pengelolaan
Kerugian sektor ekonomi ancaman banjir lingkungan sungai
akibat gagal panen Melakukan
sudetan sejaih 100
Menimbulkan wabah m dengan lebar 3
penyakit seperti DBD dan m.
disentri
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Setelah identifikasi skala dampak selesai, langkah selanjutnya adalah menilai persentase
kecenderungan kejadian dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga menghasilkan tabel
sebagai berikut.
Tabel 2.5 Kecenderungan Potensi Bencana 20 Tahun Terakhir
Skala Dampak Bencana %Potensi Kejadian Kecenderungan
Kejadian
3 Tsunami
2 Banjir 5% Tinggi
1
1 Gempabumi 30% Tinggi/Meningkat
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
0% Rendah
0% Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Keterangan: : < 15%
Menurun : 15% - 30%
Tetap : >30%
Meningkat
Catatan: khusus untuk ancaman tsunami harus diberi tingkat kecenderungan tinggi,
memperhatikan fenomena yang terjadi pada skala nasional dalam 20 tahun terakhir.
7
Berdasarkan hasil pemetaan diketahui bahwa bencana tsunami yang berpotensi di Desa
Pesanggaran diperkirakan akan memberi dampak maksimal pada area Desa seluas 892 Ha atau
sebesar 33,17% % dari total luas Desa, dampak tersebut masuk dalam kategori tinggi. Sementara banjir
diperkirakan akan memberi dampak masksimal pada area seluas 34,88 Ha atau 1,3% dari luas Desa,
dampak ini masuk dalam skala rendah. Sementara kejadian gempabumi dan abrasi belum diketahui
area yang terpapar dikarenakan belum pernah terjadi hingga mengancam kehidupan dan penghidupan.
Langkah Berikutnya adalah penentuan indeks bahaya/ancaman (H) dengan melakukan
tabulasi silang (cross tab) antara kecenderungan kejadian dengan area terpapar.
GEMPABUMI BANJIR
ABRASI
TSUNAMI
Gambar 2.3 Indeks Bahaya (H) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Dari gambar 2.3 dapat disimpulkan bahwa ancaman tsunami memiliki tingkat bahaya tinggi dan
banjir memiliki tingkat bahaya sedang, dan lainnya pada tingkat bahaya rendah.
B. Identifikasi Tingkat Kerentanan/Vulnerability (V)
Kerentanan/Kerawanan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka
waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Tahapan dalam menentukan indeks
kerentanan adalah dengan cara; pertama mengidentifikasi kelompok rentan yang ada di Desa
8
Pesanggaran sebagai acuan untuk persentase kelompok rentan di area terpapar bencana, kedua
menghitung persentase penduduk terpapar dengan rumus:
Ketiga, menghitung persentase kelompok rentan terpapar denga rumus:
Dengan berpedoman pada rentang skala sebagai berikut.
Rendah : < 15%
Sedang : 15% - 30%
Tinggi : >30%
Keempat, adalah melakukan tabulasi silang (cross tab) antara persentase penduduk terpapar dengan
persentase kelompok rentan terpapar. Berikut ini adalah hasil kajian kerentanan di Desa Pesanggaran.
Tabel 2.6 Kelompok Rentan Desa Pesanggaran
Anak-Anak Lansia Difabel Ibu Hamil Jumlah
(0-5 tahun) (>65 tahun) (cacat) (rataan per tahun)
1037 744 37 117 1.035
(Sumber: Profil Desa dan Data Puskesmas Pesanggaran, 2014)
Setelah data kelompok rentan terkumpul, selanjutnya ialah mengidentifikasi untuk masing-masing
ancaman yang dikaji. Tabel 2.7 menunjukkan hasil rekapitulasi kerentanan untuk ancaman tsunami.
Sedangkan tabel 2.8 menunjukkan hasil rekapitulasi kerentanan untuk ancaman banjir.
9
Tabel 2.7 Rekapitulasi Kerentanan Ancaman Tsunami
BENCANA : Tsunami
% KEJADIAN :5%
DAMPAK MAKSIMAL : Skala 3
KAWASAN AREA PDDK PDDK FASILTAS TERPAPAR LINGKUNGAN TERPAPAR
TERPAPAR TERPAPAR RENTAN
JENIS JML JENIS JMLH/LUAS
Gedung TK 1 8 Ha
Tambak 10 Ha
Gedung SD 1
Sawah 60 Ha
Masjid 3 pasang-surut 0,5 Ha
Pura 1 Hutan
Mangrove
Kuburan
Gereja 1 Bantaran Sungai 2,6 km
Gangga
Pos Marinir 7 unit Bantaran Sungai 3 km
1 Baru
Balai 1
Pertemuan 2
TPI 2
Gedung TPQ
(Madrasah)
Gardu Listrik
Ringin Sari 892 Ha 1.303 260 Jembatan 1
Perahu Nelayan 50
Jalan aspal 3km
Tiang listrik 50
Pos kamling 1
2
Alat
pemakaman 1
Lapangan 4
tembak
Sumur bor
Hellypad 1
Rumah warga 282
Sirine 1
Gudang ikan 2
Gudang lobster 2
Gudang tambak 4
Persentase 33,17 % 10,39 % 25,12 %
TINGKAT Tinggi Rendah Sedang
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa wialayah desa yang terpapar tsunami pada skala tinggi
(33,17%), penduduk terpapar 1.303 atau 8,96% (skala rendah) dari total penduduk desa, dan penduduk
rentan terpapar sebesar 260 atau 25,12 % (sedang) dari penduduk rentan desa.
10
Tabel 2.7 Rekapitulasi Kerentanan Ancaman Banjir
BENCANA : Banjir
% KEJADIAN : 20 %
DAMPAK MAKSIMAL : Skala 2
KAWASAN AREA PDDK PDDK FASILTAS LINGKUNGAN TERPAPAR
TERPAPAR TERPAPAR RENTAN TERPAPAR
JENIS JMLH/LUAS
JENIS JMLH
Masjid 1 Sawah 4 Ha
Ringin 1% 146 61 Musholla 4 Ladang/Tegalan 5 Ha
Agung Gereja 1
Wihara 1
Ringin Masjid 1 Sawah 1 Ha
Mulyo
0,3% 43 18 Musholla 1 Ladang/Tegalan 1 Ha
TOTAL
TINGKAT 1,3 % 2,4% Gedung SD 1
Rendah Rendah
1,2%
Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa wialayah desa yang terpapar banjir pada skala rendah
(1,3%), penduduk terpapar 189 atau 2,4% (skala randah) dari total penduduk desa, dan penduduk rentan
terpapar sebesar 79 atau 1,2 % (rendah) dari penduduk rentan desa.
Selanjutnya adalah tabulasi silang antara penduduk terpapar dengan penduduk rentan untuk
mengahsilkan indeks penduduk terpapar.
Banjir
Gempabumi
Abrasi
Tsunami
Gambar 2.4 Indeks Penduduk Terpapar Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
11
Berdasarkan tabulasi terlihat bahwa penduduk terpapar pada ancaman tsunami dan penduduk
terpapar pada ancaman banjir pada tingkat rendah. Selanjutnya adalah tabulasi silang antara skala
dampak dengan indeks penduduk terpapar untuk mengetahui indeks tingkat kerentanan pada masing-
masing ancaman.
Gempabumi Banjir Tsunami
Abrasi
Gambar 2.5 Indeks Kerentanan (V) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Matriks tersebut memperlihatkan bahwa wilayah Desa Pesanggaran yang terancam tsunami
memiliki tingkat kerentanan yang sedang, sementara banjir, gempabumi dan abrasi pada tingkat
kerentanan rendah.
C. Identifikasi Tingkat Kapasitas/Capacity (C)
Kapasitas/Kemampuan adalah sumberdaya, pengetahuan, ketrampilan, dan kekuatan yang
dimiliki sesorang atau sekelompok orang yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan
mempersiapkan diri, mencegah, dan menanggulangi dampak buruk, atau dengan cepat memulihkan diri
dari bencana. Tahapan untuk menentukan indeks tingkat kapasitas dilakukan dengan cara; pertama,
menentukan indeks ketangguhan desa berdasarkan pada indikator desa tangguh menurut perka BNPB
No. 1 tahun 2012. Kedua, menentukan indeks kesiapsiagaan desa melalui beberapa indikator
kesiapsiagaan, dalam hal ini digunakan indikator kesiapsiagaan yang dikembangkan oleh LIPI pada
tahun 2010. Ketiga, melakukan tabulasi silang antara indeks ketangguhan desa dengan indeks
kesiapsiagaan untuk menentukan indeks kapasitas (C).
12
Perhitungan persentase ketangguhan dan keseiapsiagaan menggunakan rumus (Ʃ Jawaban Ya
: Ʃ indikator) x 45%. Dan mengacu pada tingkat skala:
Rendah : < 15%
Sedang : 15% - 30%
Tinggi : >30%
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi dan penghitungan indeks ketangguhan desa berdasar pada
Perka BNPB No. 1 tahun 2012 dan indeks kesiapsiagaan desa menurut indikator LIPI.
Tabel 2.7 Rekapitulasi Indikator Capaian dan Perhitungan Indeks Ketangguhan Desa Pesanggaran
(Perka BNPB Nomor 1 Tahun 2012)
Kategori No. Indikator Capaian
0
Legislasi 1 Kebijakan/ Perdes tentang Penanggulangan Bencana/ Pengurangan Risiko
Bencana 0
Perencanaan 2 Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), Rencana Aksi Komunitas 0
1
(RAK), dan/atau Rencana Kontinjensi (Renkon) 0
2
Kelembagaan 3 Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) 0
1
4 Relawan Penanggulangan Bencana 0
1
5 Kerjasama dengan pihak lain (di luar desa dan wilayah sekitarnya) 1
0
Pendanaan 6 Dana Tanggap Darurat 0
0
7 Dana untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 1
1
Pengembangan 8 Pelatihan untuk pemerintah desa
Kapasitas 1
9 Pelatihan untuk tim relawan 0
10 Pelatihan untuk warga desa 0
0
11 Pelibatan/ partisipasi warga dalam tim relawan desa 9
12 Pelibatan perempuan dalam tim relawan
Penyelenggaraan 13 Peta dan kajian risiko
Penanggulangan 14 Peta dan jalur evakuasi serta tempat pengungsian
Bencana 15 Sistem Peringatan Dini
16 Pelaksanaan mitigasi struktural (pembangunan fisik)untuk mengurangi
risiko bencana
17 Pola ketahanan ekonomi untuk mengurangi kerentanan masyarakat
18 Perlindungan kesehatan kepada kelompok rentan (ibu hamil, ibu menyusui,
lansia, anak-anak, penyandang cacat)
19 Pengelolaan sumberdaya alam untuk pengurangan risiko
20 Perlindungan aset produktif untuk masyarakat
Total nilai
Kategori Desa Tangguh:
Desa Tangguh Utama =51-60
Desa Tangguh Madya = 36-50
Desa Tangguh Pratama = 20-35
Desa Belum Tangguh = <20
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Tabel 2.8 Rekapitulasi Indikator Capaian dan Perhitungan Indeks Kesiapsiagaan Desa
13
No. Indikator Kesiapsiagaan Tsunami Banjir
Ya Tidak Ya Tidak
A. PENGETAHUAN
Pemerintah Desa telah memberikan sosialisasi atau pelatihan kepada warga tentang:
1. Sejarah dan dampak bencana V V
2. Tipe, sumber dan skala bencana VV
3. Tingkat kerentanan masyarakat terhadap V V
bencana
B. KEBIJAKAN DAN PANDUAN
Pemerintah Desa telah membuat dan menetapkan:
4. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) V V
5. Rencana Aksi Desa VV
6. Rencana Tanggap Darurat VV
7. Alokasi dana kesiapsiagaan VV
C. RENCANA TANGGAP DARURAT
Pemerintah Desa telah memiliki:
8. Organisasi Tanggap Darurat VV
9. Prosedur tetap operasi tanggap darurat V V
10. Peta bahaya VV
11. Peta evakuasi dan rambu-rambu evakuasi V V
12. Logistik dan perlatan tanggap darurat V V
13. Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan V V
Tempat Evakuasi Akhir (TEA)
14. Gladi atau latihan secara reguler VV
D. SISTEM PERINGATAN BENCANA
15. Adanya pengakuan terhadap sistem VV
peringatan bencana lokal dan tradisional
16. Memiliki teknologi sistem peringatan bencana V V
17. Memiliki prosedur tetap pelaksanaan V V
peringatan bencana
18. Melakukan uji coba peralatan peringatan V V
secara berkala
E. MOBILISASI SUMBERDAYA
19. Adanya kesepakatan antar instansi tingkat V V
desa untuk memobilisasi sumberdaya
20. Adanya komando dan prosedur tetap sistem V V
komando tanggap darurat
21. Adanya relawan terlatih V V
22. Tersedia dana siap pakai tingkat desa untuk V V
tanggap darurat
Indeks kesiapsiagaan 6/22 x 45% 7/22 x 45%
=12,27 % =14,3%
Tingkat kesiapsiagaan Rendah Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa indeks ketangguhan desa Pesanggaran
belum mencapai tingkat pratama, artinya Desa Pesanggaran belum mencapai derajat desa tangguh
bencana. Sementara itu indeks kesiapsiagaan untuk ancaman tsunami maupun ancaman banjir pada
tingkat rendah. Sedang untuk ancaman gempabumi dan abrasi juga rendah karena belum ada tindakan
sama sekali. Selanjutnya dari indeks ketangguhan dan kesiapsiagaan dilakukan tabulasi silang untuk
mengetahui indeks tingkat kapasitas.
14
Banjir
Tsunami
Gempabumi
Abrasi
Gambar 2.6 Indeks Tingkat Kapasitas (C) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB
Pesanggaran, 2014)
Hasil tabulasi silang tersebut menunjukkan bahwa tingkat kapsitas kedua masyarakat untuk
menghadapi ancaman tsunami maupun ancaman banjir masih pada skala rendah.
D. Penilian Risiko/Risk (R)
Risiko bencana didefinisikan sebagai potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya
rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Seluruh
tahapan penentuan indeks yang telah dilakukan di atas, pada dasarnya bermuara pada penentuan indeks
risiko. Akan tetapi sebelum mengarah langsung pada penentuan indeks risiko, perlu penentuan terlebih
dahulu indeks eksposure, yang merupakan hasil tabulasi silang antara tingkat kerentanan dan tingkat
kapsitas untuk masing-masing ancaman bencana. Berikut ini adalah gambar indeks eksposure.
15
Banjir Tsunami
Gempabumi
Abrasi
Gambar 2.7 Indeks Tingkat Eksposure Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Berdasarkan matrisk tersebut memperlihatkan bahwa tingkat eksposuer untuk kedua ancaman
pada posisi yang berbeda, yaitu eksposure tinggi untuk ancaman tsunami, dan eksposure sedang untuk
ancaman banjir, gempabumi, dan abrasi. Dari matrisk tersebut selanjutnya ditentukan indeks risiko
melalui tabulasi silang antara tingkat ancaman/bahaya dengan tingkat eksposur seperti dalam matriks di
bawah ini.
16
Gempabumi Banjir
Abrasi
Tsunami
Gambar 2.8 Indeks Tingkat Risiko (R) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa untuk risiko ancaman tsunami berada pada tingkat
tinggi, sedangkan untuk risiko ancaman banjir berskala sedang, gempabumi dan abrasi pada skala
rendah.
17
PETA RISIKO TSUNAMI DESA PESANGGARAN
Ket. (TSUNAMI) 18
MERAH = ANCAMAN TINGGI
KUNING= ANCAMAN SEDANG
PUTIH = ANCAMAN RINGAN
PERKIRAAN TINGGI GELOMBANG
= 11 mdpl
INUNDASI WILAYAH DARATAN
MERAH = 525 m
Ket. (TSUNAMI) 19
MERAH = ANCAMAN TINGGI
KUNING= ANCAMAN SEDANG
PUTIH = ANCAMAN RINGAN
PERKIRAAN TINGGI GELOMBANG
= 11 mdpl
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
KECAMATAN PESANGGARAN
KANTOR KEPALA DESA PESANGGARAN
Jl. Soeprapto No. 74, Banyuwangi Kode Pos. 68488
KEPUTUSAN KEPALA DESA PESANGGARAN
NOMOR: 188/18/kep/429.515.01/2014
TENTANG
RENCANA PENAGGULANGAN BENCANA DESA PESANGGARAN
UNTUK PENGURANGAN RISIKO BENCANA TAHUN 2014-2019
Menimbang :
1. Bahwa ancaman bencana yang mengancam kehidupan dan penghidupan
masyarakat desa Pesanggaran harus diantisipasi dengan rencana yang matang
untuk pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana.
2. Bahwa inisiasi Pengurangan Risiko Bencana di tingkat desa harus disusun dengan
dan untuk mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana
berbasis komunitas;
3. Bahwa aspirasi masyarakat desa Pesanggaran untuk menyelenggarakan program
aksi bersama untuk Penanggulangan Bencana berbasis komunitas telah sedemikian
besar, yang mendorong lahirnya inisiasi rencana penanggulangan bencana tahun
2014 - 2019.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
4. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana Nomor 01 Tahun 2012
tentang Pedoman Desa Tangguh
6. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 10 Tahun 2012 Tentang
Penanggulangan Bencana;
KEPALA DESA PESANGGARAN
Memutuskan :
Menetapkan: PERATURAN KEPALA DESA PESANGGARAN
TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DESA PESANGGARAN
UNTUK PENGURANGAN RISIKO BENCANA TAHUN 2014 – 2019
Pasal 1
Mengesahkan Rencana Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran
Untuk Pengurangan Risiko Bencana Tahun 2014-2019 atau untuk selanjutnya disebut
dengan RPB Desa 2014-2019
Pasal 2
Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran
untuk Pengurangan Risiko Bencana Tahun 2014-2019 sebagaimana terlampir, merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Desa ini
Pasal 3
Masyarakat dan swasta wajib untuk turut serta berpartisipasi dalam mensukseskan seluruh
kegiatan dalam Rencana Penanggulangan Bencana ini.
Pasal 4
Peraturan Kepala Desa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Desa Pesanggaran
Pada tanggal 3 Desember 2014
Kepala Desa Pesanggaran
SULIONO
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di pesisir selatan Propinsi Jawa Timur
yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana. Kabupaten Banyuwangi memiliki skor
kerawanan 67, masuk pada kelas kerawanan tinggi dan menduduki kerawanan peringkat 163 level
nasional. Ancaman bencana yang paling tinggi di kabupaten Banyuwangi adalah ancaman gempabumi
berpotensi tsunami. Perolehan skor 38 menempatkan Banyuwangi sebagai daerah rawan gempabumi
berpotensi tsunami rangking 9 nasional. Hal ini bukanlah hal yang aneh lagi mengingat pada tahun 1994
tsunami pernah menerjang pesisir selatan Kabupaten Banyuwangi. Tidak hanya ancaman gempabumi
berpotensi tsunami, Banyuwangi juga memiliki ancaman gempabumi, erupsi gunung api, kekeringan,
angin topan, banjir dan tanahlongsor (Data Informasi Bencana Indonesia, 2011).
Kompleksitas ancaman bencana yang berada di Kabupaten Banyuwangi memerlukan
perencanaan penanggulangan yang matang, agar penanggulangan bencana berjalan secara terarah,
terpadu dan berkesinambungan. Pengalaman penanggulangan bencana selama ini belum didasarkan
pada langkah-langkah sistematis dan terencana. Belum tersusunnya Rencana Penanggulangan tingkat
kabupaten menjadikan upaya penanggulangan bencana tumpang tindih, bahkan penanggulangan
bencana di level terendah (desa) belum menjadi prioritas program pengurangan risiko bencana daerah.
Hal ini bertentangan dengan pasal 35 dan 36 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 yang
mengamanatkan agar setiap daerah dalam upaya penanggulangan bencana mempunyai perencanaan
penanggulangan bencana.
Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran merupakan salah satu wilayah desa di pesisir
selatan Kabupaten Banyuwangi yang perlu diprioritaskan dalam rencana penangulangan bencana daerah.
Sejarah kejadian bencana menyebutkan bahwa daerah ini merupakan salah satu desa terdampak tsunami
tahun 1994. Sebanyak 43 jiwa meninggal dan ratusan rumah rusak parah, serta dampak kerugian fisik
maupun non material lainnya yang cukup besar. Ancaman gempabumi berpotensi tsunami yang tinggi,
jumlah penduduk terpapar saat ini yang mencapai kurang lebih seribu jiwa, dan dengan kapasitas
masyarakat yang rendah menempatkan Desa Pesanggaran sebagai desa yang berisiko tinggi terhadap
ancaman bencana. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dan
Rencana Aksi Komunitas sebagai upaya pengurangan risiko bencana di Desa Pesanggaran Kecamatan
Pesanggaran.
2
B. Gambaran Umum Desa
Desa Pesanggaran merupakan desa di wilayah selatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur
dengan topografi berlembah sebagai bentukan Pegunungan Tumpang Pitu di sebelah barat daya.
Sementara di wilayah selatan merupakan wilayah yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia.
Desa Pesanggaran merupakan bagian dari Daerah aliran Sungai (DAS) Sungai Baru disebelah timur dan
DAS Sungai Gangga di sebelah barat. Melihat kondisi geografis tersebut, maka potensi ekonomi yang
berkembang di Desa Pesanggaran ialah pertanian dan perikanan. Selain potensi alam, di Desa
Pesanggaran menyimpan potensi wisata yang cukup besar, kawasan Pantai Lampon dengan pasir putih
kecoklatannya menyimpan sisi estetis bagi para pelancong, terlebih lagi keragaman budaya masyarakat
khas pesisir pantai masih dipertahankan hingga saat ini. Perayaan 1 Muharram (suroan) yang merupakan
pengejawantahan rasa syukur kepada Tuhan YME selalu diselenggaran tiap tahunnya di pesisir Lampon.
Melimpahnya potensi alam selalu diimbangi dengan potensi ancaman bencana, begitu juga yang
terjadi di Desa Pesanggaran. Tsunami yang terjadi tahun 1994 dan banjir pada tahun 2003, 2004, 2005,
2008, 2010, dan 2011 merupakan bukti bahwa ancaman itu dapat terjadi setiap saat. Selain itu,
gelombang ekstrim dan abrasi mengancam masyarakat pesisir tiap tahunnya. Secara nyata banjir empat
kali dalam 10 tahun terakhir telah menghancurkan pertanian masyarakat bantaran sungai Gangga
(terutama petak 56), dan tsunami 1994 juga secara nyata telah melumpuhkan wisata Lampon hingga saat
ini. Dapat dibayangkan betapa besar potensi ekonomi masyarakat hilang dalam rentang 20 tahun terakhir
dan tentu saja masih mungkin berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Sehingga sangat penting untuk
dilakukan pengkajian risiko bencana sebagai langkah dasar untuk dapat melakukan kegiatan
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) berikutnya. Berikut adalah rincian gambaran wilayah Desa
Pesanggaran.
1. Administrasi Wilayah
Desa Pesanggaran memiliki luas + 26,827 km2 / 2.682,7 Ha dengan batas geografis 114º 4’ -
114º7’ BT dan 8º 33’ - 8º 37’ LS, batas administrasi sebelah utara adalah Desa Sumbermulo, sebelah
timur adalah Desa Siliragung, sebelah barat adalah Desa Sumberagung, dan sebelah selatan adalah
Samudra Hindia. Jarak tempuh Desa Pesanggaran dari Kecamatan adalah 5 Km dengan waktu tempuh
20 menit, dari Kabupaten adalah 65 Km dengan waktu tempuh 2 jam , dari Ibu kota Propinsi adalah 380
Km, dari Ibu kota Negara adalah 1.100 Km. Desa Pesanggaran memiliki 4 Dusun yang terdiri dari:
- Dusun Krajan : 21 RT 6 RW
- Dusun Ringinsari : 38 RT 10 RW
- Dusun Ringinagung : 35 RT 8 RW
- Dusun Ringinmulyo : 19 RT 5 RW
3
2. Kondisi Geografis Wilayah
Ketinggain rata-rata wilayah Desa Pesanggaran berada pada kisaran 25 meter dpl, dengan
topografi dataran tanpa perbukitan. Desa Pesanggaran memiliki tanah yang cukup subur dengan tekstur
halus berpasir berwarna hitam dan kemerahan. Sementara itu BMKG mencatat curah hujan rata-rata di
Desa Pesanggaran ialah 1.900-2.700 mm, dengan suhu rata-rata 31 0C.
3. Penggunaan Lahan (Landuse) dan Komoditi
Penggunaan lahan (landuse) di Desa Pesanggaran meliputi:
- Sawah irigasi ½ tehnis : 408 Ha
- Sawah tadah hujan : 308 Ha
- Ladang/tegal : 556 Ha
- Permukiman : 246 Ha
- Tanah Lapang : 4 Ha
- Perkantoran : 0,5 Ha
- Tanah kas desa : 25 Ha
- Hutan produksi : 857 Ha
- Lainnya : 278,2 Ha
Total : 2.682,7 Ha
Sementara itu komoditi pertanian di Desa Pesanggaran yang menjadi andalan masyarakat ialah padi,
jagung dan tanaman palawija. Sedangkan aneka buah-buahan yang dibudidayakan ialah jeruk, pisang,
melon, semangka, dan buah naga. Adapaun komoditi untuk sektr peternakan banyak dijumpai peternakan
ayam, kambing, dan sapi.
4. Kependudukan
Berikut ini adalah profil kependudukan Desa Pesanggaran:
Penduduk Total : 12.537 Jiwa
- Laki-laki : 6.163 Jiwa
- Perempuan : 6.374 Jiwa
Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 4.196 KK
Penduduk menurut usia : 4.838 Jiwa
0-7 tahun
4
7-18 tahun : 2.185 Jiwa
18-56 tahun : 4.370 Jiwa
>56 tahun : 744 Jiwa
Keadaan sosial menurut agama: : 8.552 Jiwa
- Islam : 2.435 Jiwa
- Hindhu : 1.388 Jiwa
- Kristen : 144 Jiwa
- Budha : 18 Jiwa
- Katholik
Keadaan penduduk menurut pendidikan
- Belum sekolah : 331 Jiwa
- Tidak tamat sekolah : 214 Jiwa
- Tamat SD/MI : 2.968 Jiwa
- Tamat SLTP : 873 Jiwa
- Tamat SLTA : 2.420 Jiwa
- Tamat Perguruan Tinggi : 256 Jiwa
- Tidak sekolah : 320 Jiwa
Penduduk menurut mata pencaharian
- Petani : 3.379 Orang
- Buruh : 1.193 Orang
- Pegawai negeri : 136 Orang
- TNI/POLRI : 82 Orang
- Dokter : 4 Orang
- Mantri kesehatan : 10 Orang
- Bidan desa : 6 Orang
- Tukang batu : 45 Orang
- Tukang kayu : 72 Orang
- Tukang jahit : 21 Orang
- Tukang ojek : 16 Orang
- Lain-lain : 511 Orang
5
5. Sejarah Bencana
Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, Desa Pesanggaran mengalami beberapa kejadian
bencana besar, dengan skala kerugian cukup tinggi. Pertama adalah kejadian tsunami pada tahun 1994.
Dari kajian Sunarto dan Marfai (2012) Universitas Gadjah Mada, tsunami tersebut menghantam pesisir
Pantai Lampon dengan ketinggian gelombang diperkirakan setinggi 11 m dengan jarak jangkau ke arah
daratan sepanjang 300 m. Pantai Lampon Dusun Ringinsari, Desa Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi,
merupakan salah satu daerah terdampak tsunami pada tahun 1994. Menurut Bapak Agus Mulyono, tokoh
masyarakat setempat, tsunami terjadi pada malam Jum’at Pon kurang lebih pukul 01.00 WIB. Kejadian
tsunami pada waktu itu telah merenggut 42 korban jiwa, 41 orang warga lokal dan 1 orang pemancing dari
daerah lain. Pemerintah setempat telah melakukan relokasi pemukiman dan wargan dari lokasi terdampak
menuju sebelah timur sejauh 1 km dari lokasi kejadian tsunami tersebut, kemudian pemukiman hasil
relokasi ini disebut sebagai Kampung Baru. Saat ini Kampung Baru merupakan kampung yang terdiri dari
5 deret pemukiman yang berjarak kurang lebih 500 m dari garis pantai. Kejadian bencana kedua adalah
banjir pada tahun 2003, 2004, 2005, 2008, 2010, dan 2011. Dari enam kejadian tersebut, skala terbesar
dialami pada tahun 2005. Banjir ini terjadi disepanjang sungai gangga. Pada saat itu hujan turun selama 4
hari berturut-turut dan secara bersamaan terjadi gelombang pasang laut, atau warga lokal menyebut
dengan lampek. Di wilayah Pesanggaran, 2 dusun yaitu Dusun Ringin Agung dan Ringin Mulyo
merupakan wilayah terparah, dengan tinggi genangan hampir 1 m. Kejadian ini tidak memakan korban
jiwa, tetapi kerugian harta benda diperkirakan sangat besar.
C. Tujuan
Penyusunan dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Desa Pesangggaran ini antara lain
sebagai bagian dari perencanaan pembangunan desa secara terpadu dan terkoordinasi dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang ada, sehingga dapat menurunkan resiko bencana di
Desa Pesanggaran secara signifikan. Dokumen yang berisi pengenalan dan pengkajian ancaman
bencana, pemahaman tentang kerentanan masyarakat, analisis dampak bencana, identifikasi pilihan
tindakan pengurangan risiko bencana, penentuan mekanisme kesiapsiagaan dan pengggulangan dampak
bencana dan penentuan alokasi tugas kewenangan dan sumberdaya yang tersedia ini mengarah pada
program prioritas penanggulangan bencana yang harus segera ditangani oleh seluruh pemangku
kepentingan di Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi.
D. Landasan Hukum
Dalam penyusunan RPB Desa Pesanggaran, landasan hukum yang digunakan adalah :
1. Landasan Idiil
6
Dasar Negara RI, yaitu pancasila
2. Landasan konstitusional
Undang-undang dasar Negara RI, yaitu Undang-undang dasar 1945.
3. Landasan operasional
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah junctis Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah;
e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana;
h. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
i. Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana Nomor 01 Tahun 2012 tentang
Pedoman Desa Tangguh;
E. Pengertian
Beberapa istilah yang dipakai dalam Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Desa
Pesanggaran adalah sebagai berikut:
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat, dan rehabilitasi.
3. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan
pihak yang terancam bencana.
7
4. Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
5. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang.
6. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
7. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan
kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
8. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
9. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik ataumasyarakat
sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi
atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana.
10. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat
pada wilayah pascabencana.
8
BAB II
PENILAIAN RISIKO BENCANA
Penilaian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh
terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis tingkat ancaman, tingkat kerugian dan
kapasitas daerah (Perka BNPB No. 2 Th. 2012). Kajian risiko yang dilakukan di Desa Pesanggaran
melalui beberapa tahapan sebgai berikut.
Gambar 2.1 Tahapan kajian risiko bencana (sumber: BNPB, 2014)
Dari tahapan yang digambarkan di atas, maka berikut ini dipaparkan capain pada masing-masing
tahapan hingga sampai pada tahap indeks risiko di Desa Pesanggaran.
A. Penilaian Ancaman/Hazard (H)
Ancaman didefinisikan sebagai suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
Identifikasi ancaman dilakukan dengan cara, pertama mengidentifikasi kejadian bencana yang menimpa
Desa Pesanggaran selama kurun 20 tahun terakhir, kedua membuat garis waktu dengan melakukan
identifikasi skala dampak, dampak negatif, dampak positif, dan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana
9
(PRB) yang saat itu dilakukan. Ketiga, dengan menghitung persentase kecenderungan kejadian
menggunakan rumus sebagai berikut.
Berikut hasil identifikasi ancaman.
Tabel 2.1 Kejadian dan Potensi Bencana Desa Pesanggaran
No Jenis Bencana Pernah Potensi
1 Gempabumi v
2 Tsunami V
3 Banjir V V
4 Tanah Longsor
5 Letusan Gunungapi
6 Gelombang Ekstrim Dan Abrasi
7 Cuaca Ekstrim
8 Kekeringan
9 Kebakaran Hutan Dan Lahan
10 Kebakaran Gedung Dan Pemukiman
11 Epidemi Dan Wabah Penyakit
12 Gagal Teknologi
13 Konflik Sosial
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Dari tabel tersebut terdapat 4 potensi ancaman, dan dua diantaranya pernah melanda Desa
Pesanggaran yaitu; tsunami, gempabumi, banjir, gelombang ekstrim dan abrasi,. Serta 2 ancaman yang
sifatnya masih mungkin/berpotensi terjadi yaitu kebakaran gedung dan permukiman, dan wabah penyakit.
Dari identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan penyekalaan dengan kriteria.
Tabel 2.2 Skala Dampak dan Kriterianya
Skala Dampak Kriteria
3
Bencana yang menimbulkan dampak pada ke 3 komponen kerentanan
(Tinggi) secara bersamaan atau bencana yang menimbulkan dampak
kerusakan minimal pada 30% luas desa.
2
(Sedang) Bencana yang menimbulkan dampak pada 2 (dua) dari 3 (tiga)
komponen kerentanan secara bersamaan
1
(Rendah) Bencana yang menimbulkan dampak pada salah 1 (satu) dari 2 (dua)
komponen kerentanan (yaitu komponen lingkungan atau komponen
fisik-ekonomi)
(Sumber: BNPB, 2014)
Berikut adalah identifikasi skala dampak bencana berdasarkan kejadian dan potensi bencana di
Desa Pesanggaran.
10
Tabel 2.3 Jenis Bencana dan Skala Dampaknya
No Jenis Bencana Skala Dampak
1 Tsunami 3
2 Banjir 2
3 Gempabumi 1
4 Gelombang Ekstrim Dan Abrasi 1
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Keterangan:
Skala 3 = Tinggi
Skala 2 = Sedang
Skala 1 = Rendah
Selanjutnya, dari identifikasi skala dampak, dibuatlah garis waktu bencana untuk 20 tahun
terakhir dengan skala dampak bencana tinggi (3) dan sedang (2) yang pernah terjadi di desa
Pesanggaran serta rekapitulasi dampak negatif, dampak positif dan kegiatan PRB yang dilakukan sebagai
berikut.
1994 2003 2004,2005 2008 2010, 2011
Skala 3 Skala 2
Gambar 2.2. Garis Waktu Bencana 20 Tahun Terakhir Berskala Tinggi (3)
dan Sedang (2) (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Selama 20 tahun terakhir, setidaknya telah terjadi bencana tsunami pada tahun 1994 dengan
tingkat skala tinggi, dan empat kali banjir melanda wilayah Desa Pesanggaran terutama di Dusun Ringin
Agun dan Ringin Mulyo dengan skala dampak sedang. Berikut adalah rekapitulasi dampak negatif,
dampak positif, dan tindakan PRB yang dilakukan saat bencana tersebut melanda.
11
Tabel 2.4 Rekapitulasi Dampak Negatif, Dampak Positif, dan Tindakan PRB
BENCANA TAHUN SKALA DAMPAK NEGATIF DAMPAK POSITIF TINDAKAN PRB
TSUNAMI 1994 3 Munculnya kegiatan Pendirian Posko
90% Rumah warga dan ekonomi alternatif selain Tanggap Darurat
BANJIR Fasilitas Umum di sebagai nelayan
sebagian dusun Ringinsari Relokasi mengobati Relokasi Warga
trauma warga Pasca Tanggap
41 Korban Jiwa Darurat
Relokasi meningkatkan
2003, 2004, 2 Gangguan psikologis PHBS warga Sosialisasi
2005, 2008, masyarakat penyadaran
dan 2010, 99% Alat penangkap ikan Masyarakat lebih masyarakat untuk
2011 rusak / hilang tanggap terhadap pengelolaan
Kerugian sektor ekonomi ancaman banjir lingkungan sungai
akibat gagal panen Melakukan
sudetan sejaih 100
Menimbulkan wabah m dengan lebar 3
penyakit seperti DBD dan m.
disentri
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Setelah identifikasi skala dampak selesai, langkah selanjutnya adalah menilai persentase
kecenderungan kejadian dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga menghasilkan tabel
sebagai berikut.
Tabel 2.5 Kecenderungan Potensi Bencana 20 Tahun Terakhir
Skala Dampak Bencana %Potensi Kejadian Kecenderungan
Kejadian
3 Tsunami
2 Banjir 5% Tinggi
1
1 Gempabumi 30% Tinggi/Meningkat
Gelombang Ekstrim dan Abrasi
0% Rendah
0% Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Keterangan: : < 15%
Menurun : 15% - 30%
Tetap : >30%
Meningkat
Catatan: khusus untuk ancaman tsunami harus diberi tingkat kecenderungan tinggi,
memperhatikan fenomena yang terjadi pada skala nasional dalam 20 tahun terakhir.
Berdasarkan hasil pemetaan diketahui bahwa bencana tsunami yang berpotensi di Desa
Pesanggaran diperkirakan akan memberi dampak maksimal pada area Desa seluas 892 Ha atau
12
sebesar 33,17% % dari total luas Desa, dampak tersebut masuk dalam kategori tinggi. Sementara banjir
diperkirakan akan memberi dampak masksimal pada area seluas 34,88 Ha atau 1,3% dari luas Desa,
dampak ini masuk dalam skala rendah. Sementara kejadian gempabumi dan abrasi belum diketahui area
yang terpapar dikarenakan belum pernah terjadi hingga mengancam kehidupan dan penghidupan.
Langkah Berikutnya adalah penentuan indeks bahaya/ancaman (H) dengan melakukan tabulasi
silang (cross tab) antara kecenderungan kejadian dengan area terpapar.
GEMPABUMI BANJIR
ABRASI
TSUNAMI
Gambar 2.3 Indeks Bahaya (H) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Dari gambar 2.3 dapat disimpulkan bahwa ancaman tsunami memiliki tingkat bahaya tinggi dan
banjir memiliki tingkat bahaya sedang, dan lainnya pada tingkat bahaya rendah.
B. Identifikasi Tingkat Kerentanan/Vulnerability (V)
Kerentanan/Kerawanan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka
waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Tahapan dalam menentukan indeks
kerentanan adalah dengan cara; pertama mengidentifikasi kelompok rentan yang ada di Desa
Pesanggaran sebagai acuan untuk persentase kelompok rentan di area terpapar bencana, kedua
menghitung persentase penduduk terpapar dengan rumus:
13
Ketiga, menghitung persentase kelompok rentan terpapar denga rumus:
Dengan berpedoman pada rentang skala sebagai berikut.
Rendah : < 15%
Sedang : 15% - 30%
Tinggi : >30%
Keempat, adalah melakukan tabulasi silang (cross tab) antara persentase penduduk terpapar dengan
persentase kelompok rentan terpapar. Berikut ini adalah hasil kajian kerentanan di Desa Pesanggaran.
Tabel 2.6 Kelompok Rentan Desa Pesanggaran
Anak-Anak Lansia Difabel Ibu Hamil Jumlah
(0-5 tahun) (>65 tahun) (cacat) (rataan per tahun)
1037 744 37 117 1.035
(Sumber: Profil Desa dan Data Puskesmas Pesanggaran, 2014)
Setelah data kelompok rentan terkumpul, selanjutnya ialah mengidentifikasi untuk masing-masing
ancaman yang dikaji. Tabel 2.7 menunjukkan hasil rekapitulasi kerentanan untuk ancaman tsunami.
Sedangkan tabel 2.8 menunjukkan hasil rekapitulasi kerentanan untuk ancaman banjir.
14
Tabel 2.7 Rekapitulasi Kerentanan Ancaman Tsunami
BENCANA : Tsunami
% KEJADIAN :5%
DAMPAK MAKSIMAL : Skala 3
KAWASAN AREA PDDK PDDK FASILTAS TERPAPAR LINGKUNGAN TERPAPAR
TERPAPAR TERPAPAR RENTAN
JENIS JML JENIS JMLH/LUAS
Gedung TK 1 8 Ha
Tambak 10 Ha
Gedung SD 1
Sawah 60 Ha
Masjid 3 pasang-surut 0,5 Ha
Pura 1 Hutan
Mangrove
Kuburan
Gereja 1 Bantaran Sungai 2,6 km
Gangga
Pos Marinir 7 unit Bantaran Sungai 3 km
1 Baru
Balai 1
Pertemuan 2
TPI 2
Gedung TPQ
(Madrasah)
Gardu Listrik
Ringin Sari 892 Ha 1.303 260 Jembatan 1
Perahu Nelayan 50
Jalan aspal 3km
Tiang listrik 50
Pos kamling 1
2
Alat
pemakaman 1
Lapangan 4
tembak
Sumur bor
Hellypad 1
Rumah warga 282
Sirine 1
Gudang ikan 2
Gudang lobster 2
Gudang tambak 4
Persentase 33,17 % 10,39 % 25,12 %
TINGKAT Tinggi Rendah Sedang
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa wialayah desa yang terpapar tsunami pada skala tinggi
(33,17%), penduduk terpapar 1.303 atau 8,96% (skala rendah) dari total penduduk desa, dan penduduk
rentan terpapar sebesar 114 atau 1,80 % (rendah) dari penduduk rentan desa.
15
Tabel 2.7 Rekapitulasi Kerentanan Ancaman Banjir
BENCANA : Banjir
% KEJADIAN : 20 %
DAMPAK MAKSIMAL : Skala 2
KAWASAN AREA PDDK PDDK FASILTAS LINGKUNGAN TERPAPAR
TERPAPAR TERPAPAR RENTAN TERPAPAR
JENIS JMLH JENIS JMLH/LUAS
Sawah 4 Ha
Masjid 1
Ringin 1% 146 61 Musholla 4 Ladang/Tegalan 5 Ha
Agung Gereja 1
Wihara 1
Ringin Masjid 1 Sawah 1 Ha
Mulyo
0,3% 43 18 Musholla 1 Ladang/Tegalan 1 Ha
TOTAL
TINGKAT 1,3 % 2,4% Gedung SD 1
Rendah Rendah
1,2%
Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa wialayah desa yang terpapar banjir pada skala rendah
(1,3%), penduduk terpapar 189 atau 2,4% (skala randah) dari total penduduk desa, dan penduduk rentan
terpapar sebesar 79 atau 1,2 % (rendah) dari penduduk rentan desa.
Selanjutnya adalah tabulasi silang antara penduduk terpapar dengan penduduk rentan untuk
mengahsilkan indeks penduduk terpapar.
Banjir
Gempabumi
Abrasi
Tsunami
Gambar 2.4 Indeks Penduduk Terpapar Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
16
Berdasarkan tabulasi terlihat bahwa penduduk terpapar pada ancaman tsunami dan penduduk
terpapar pada ancaman banjir pada tingkat rendah. Selanjutnya adalah tabulasi silang antara skala
dampak dengan indeks penduduk terpapar untuk mengetahui indeks tingkat kerentanan pada masing-
masing ancaman.
Gempabumi Banjir Tsunami
Abrasi
Gambar 2.5 Indeks Kerentanan (V) Desa Pesanggaran (Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran,
2014)
Matriks tersebut memperlihatkan bahwa wilayah Desa Pesanggaran yang terancam tsunami
memiliki tingkat kerentanan yang sedang, sementara banjir, gempabumi dan abrasi pada tingkat
kerentanan rendah.
C. Identifikasi Tingkat Kapasitas/Capacity (C)
Kapasitas/Kemampuan adalah sumberdaya, pengetahuan, ketrampilan, dan kekuatan yang
dimiliki sesorang atau sekelompok orang yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan
mempersiapkan diri, mencegah, dan menanggulangi dampak buruk, atau dengan cepat memulihkan diri
dari bencana. Tahapan untuk menentukan indeks tingkat kapasitas dilakukan dengan cara; pertama,
menentukan indeks ketangguhan desa berdasarkan pada indikator desa tangguh menurut perka BNPB
No. 1 tahun 2012. Kedua, menentukan indeks kesiapsiagaan desa melalui beberapa indikator
kesiapsiagaan, dalam hal ini digunakan indikator kesiapsiagaan yang dikembangkan oleh LIPI pada tahun
17
2010. Ketiga, melakukan tabulasi silang antara indeks ketangguhan desa dengan indeks kesiapsiagaan
untuk menentukan indeks kapasitas (C).
Perhitungan persentase ketangguhan dan keseiapsiagaan menggunakan rumus (Ʃ Jawaban Ya
: Ʃ indikator) x 45%. Dan mengacu pada tingkat skala:
Rendah : < 15%
Sedang : 15% - 30%
Tinggi : >30%
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi dan penghitungan indeks ketangguhan desa berdasar pada
Perka BNPB No. 1 tahun 2012 dan indeks kesiapsiagaan desa menurut indikator LIPI.
Tabel 2.7 Rekapitulasi Indikator Capaian dan Perhitungan Indeks Ketangguhan Desa Pesanggaran
(Perka BNPB Nomor 1 Tahun 2012)
Kategori No. Indikator Capaian
0
Legislasi 1 Kebijakan/ Perdes tentang Penanggulangan Bencana/ Pengurangan Risiko
0
Bencana
0
Perencanaan 2 Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), Rencana Aksi Komunitas 1
0
(RAK), dan/atau Rencana Kontinjensi (Renkon) 2
0
Kelembagaan 3 Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) 1
0
4 Relawan Penanggulangan Bencana 1
1
5 Kerjasama dengan pihak lain (di luar desa dan wilayah sekitarnya) 0
0
Pendanaan 6 Dana Tanggap Darurat 0
1
7 Dana untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 1
Pengembangan 8 Pelatihan untuk pemerintah desa 1
Kapasitas 0
9 Pelatihan untuk tim relawan
0
10 Pelatihan untuk warga desa 0
9
11 Pelibatan/ partisipasi warga dalam tim relawan desa
12 Pelibatan perempuan dalam tim relawan
Penyelenggaraan 13 Peta dan kajian risiko
Penanggulangan
14 Peta dan jalur evakuasi serta tempat pengungsian
Bencana
15 Sistem Peringatan Dini
16 Pelaksanaan mitigasi struktural (pembangunan fisik)untuk mengurangi
risiko bencana
17 Pola ketahanan ekonomi untuk mengurangi kerentanan masyarakat
18 Perlindungan kesehatan kepada kelompok rentan (ibu hamil, ibu menyusui,
lansia, anak-anak, penyandang cacat)
19 Pengelolaan sumberdaya alam untuk pengurangan risiko
20 Perlindungan aset produktif untuk masyarakat
Total nilai
Kategori Desa Tangguh:
Desa Tangguh Utama =51-60
Desa Tangguh Madya = 36-50
Desa Tangguh Pratama = 20-35
Desa Belum Tangguh = <20
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)
18
Tabel 2.8 Rekapitulasi Indikator Capaian dan Perhitungan Indeks Kesiapsiagaan Desa
No. Indikator Kesiapsiagaan Tsunami Banjir
Ya Tidak Ya Tidak
A. PENGETAHUAN
Pemerintah Desa telah memberikan sosialisasi atau pelatihan kepada warga tentang:
1. Sejarah dan dampak bencana V V
2. Tipe, sumber dan skala bencana VV
3. Tingkat kerentanan masyarakat terhadap V V
bencana
B. KEBIJAKAN DAN PANDUAN
Pemerintah Desa telah membuat dan menetapkan:
4. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) V V
5. Rencana Aksi Desa VV
6. Rencana Tanggap Darurat VV
7. Alokasi dana kesiapsiagaan VV
C. RENCANA TANGGAP DARURAT
Pemerintah Desa telah memiliki:
8. Organisasi Tanggap Darurat VV
9. Prosedur tetap operasi tanggap darurat V V
10. Peta bahaya VV
11. Peta evakuasi dan rambu-rambu evakuasi V V
12. Logistik dan perlatan tanggap darurat V V
13. Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan V V
Tempat Evakuasi Akhir (TEA)
14. Gladi atau latihan secara reguler VV
D. SISTEM PERINGATAN BENCANA
15. Adanya pengakuan terhadap sistem VV
peringatan bencana lokal dan tradisional
16. Memiliki teknologi sistem peringatan bencana V V
17. Memiliki prosedur tetap pelaksanaan V V
peringatan bencana
18. Melakukan uji coba peralatan peringatan V V
secara berkala
E. MOBILISASI SUMBERDAYA
19. Adanya kesepakatan antar instansi tingkat V V
desa untuk memobilisasi sumberdaya
20. Adanya komando dan prosedur tetap sistem V V
komando tanggap darurat
21. Adanya relawan terlatih V V
22. Tersedia dana siap pakai tingkat desa untuk V V
tanggap darurat
Indeks kesiapsiagaan 6/22 x 45% 7/22 x 45%
=12,27 % =14,3%
Tingkat kesiapsiagaan Rendah Rendah
(Sumber: Analisis Forum PRB Pesanggaran, 2014)