The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Profesi Keguruan.<br>Dosen: Fina Tri Wahyuni, M.Pd.<br>Kelas: A6TMR 2020.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by kowi, 2023-06-27 00:59:24

E-Book Profesi Keguruan A6TMR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Profesi Keguruan.<br>Dosen: Fina Tri Wahyuni, M.Pd.<br>Kelas: A6TMR 2020.

ii KATA PENGANTAR Alhamdulillah wa syukurillah, segala puji hanya bagi Allah SWT. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW. Berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulisan E-book dengan judul “Profesi Keguruan” dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat. E-book disusun menjadi salah satu buku berbasis digital sebagai buku elektronik pendamping mata kuliah Profesi Keguruan. Susunan E-book ini terdiri atas sembilan bab yakni: dasar, fungsi, tujuan pendidikan nasional dan tugas, hak, serta kewajiban tenaga pendidik; pekerjaan guru sebagai sebuah profesi; alur pengembangan profesi guru; karir guru dan program pelatihan guru; penilaian kinerja guru; perlindungan dan penghargaan atas guru; etika profesi guru; peran guru dalam pembelajaran; dan kompetensi guru. Pembahasan dalam E-book Profesi Keguruan berasal dari berbagai sumber yaitu dari buku cetak, karya ilmiah, serta buku-buku online yang tercantum dalam daftar pustaka. Semua itu tidak lepas dari dorongan, bantuan, dan masukan dari berbagai pihak baik secara perorangan maupun kelembagaan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan E-book ini, khususnya kepada Ibu Fina Tri Wahyuni, M.Pd (Dosen Pengampu Mata Kuliah Profesi Keguruan) dan seluruh mahasiswa kelas A6TMR. Sebagai penutup, meski penulis telah berusaha seoptimal mungkin dalam menyajikan E-book dalam bentuk yang cukup efisien ini, namun pepatah bijak mengingatkan kita bahwa tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif akan kami terima dengan tangan terbuka dalam perbaikan mutu E-book ini di masa mendatang. Kudus, 23 Juni 2023 Penulis


iii DAFTAR ISI COVER ....................................................................................................................i KATA PENGANTAR .............................................................................................ii DAFTAR ISI ............................................................................................................iii BAB I DASAR, FUNGSI, TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN TUGAS, HAK, SERTA KEWAJIBAN TENAGA PENDIDIK A. Dasar Pendidikan Nasional .....................................................................2 B. Fungsi Pendidikan Nasional ....................................................................5 C. Tujuan Pendidikan Nasional ....................................................................6 D. Tugas Tenaga Pendidik ............................................................................8 E. Hak Tenaga Pendidik ...............................................................................10 F. Kewajiban Tenaga Pendidik.....................................................................13 BAB II PEKERJAAN GURU SEBAGAI SEBUAH PROFESI A. Makna Guru ...........................................................................................16 B. Tugas Guru Sebagai Profesi ...................................................................17 C. Peran Guru Dalam Pembelajaran ...........................................................18 D. Profesionalisme Guru..............................................................................21 BAB III ALUR PENGEMBANGAN PROFESI DAN GURU A. Pengertian Pengembangan Profesi Guru.................................................25 B. Pengembangan Profesi Guru ..................................................................27 C. Alur Pengembangan Profesi dan Karir Guru .........................................40 BAB IV KARIR GURU DAN PROGRAM PELATIHAN GURU A. Karir Guru ..............................................................................................43 B. Program Pelatihan Guru .........................................................................46 BAB V PENILAIAN KINERJA GURU A. Pengertian Penilaian Kinerja Guru .........................................................57 B. Dasar Hukum Penilaian Kinerja Guru ...................................................58 C. Syarat-Syarat Penilaian Kineja Guru .....................................................58 D. Fungsi Penilaian Kinerja Guru ...............................................................59 E. Prinsip Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru ..........................................60 F. Perangkat Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru .....................................61


iv G. Prosedur Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru .......................................65 H. Penilaian Kinerja Guru dan Sanksi ........................................................81 I. Tugas dan Tanggung Jawab Pihak-Pihak dalam Pelaksanaan PKG ........................................................................................................85 BAB VI PERLINDUNGAN DAN PENGHARGAAN ATAS GURU A. Perlindungan Hak atas Guru...................................................................90 B. Jenis-Jenis Uapaya Perlindungan Hukum Bagi Guru.............................97 C. Asan Pelaksanaan ...................................................................................101 D. Penghargaan dan Kesejahteraan .............................................................102 E. Tunjangan Guru ......................................................................................114 BAB VII ETIKA PROFESI GURU A. Etika Profesi ………………………….………….. ................................121 B. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Etika Profesi .............................................124 C. Prinsip Etika Profesi................................................................................127 D. Kode Etik ...............................................................................................129 E. Contoh Pelanggaran Kode Etik ..............................................................131 F. Implementasi Etika Profesi ....................................................................133 BAB VIII PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN A. Peran Guru Dalam Pembelajaran ...........................................................136 B. Masalah-masalah Internal dan Eksternal Belajar ...................................137 C. Pengolahan Sumber Belajar ...................................................................140 BAB IX KOMPETENSI GURU A. Pengertian Kompetensi Guru .................................................................144 B. Jenis-Jenis Kompetensi Guru .................................................................145 DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................161 TENTANG PENULIS .............................................................................................166


5


2 DASAR, FUNGSI, TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN TUGAS, HAK, SERTA KEWAJIBAN TENAGA PENDIDIK A. Dasar Pendidikan Nasional Pendidikan nasional diselenggarakan berdasarkan Pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dasar merupakan landasan tempat berpijak atau sandaran atas dilakukannya suatu perbuatan. Dengan demikian, yang dijadikan landasan atau sandaran suatu perbuatan itu sudah ada dan mempunyai kekuatan hukum. Oleh karena itu, tidaklah dapat dibenarkan pertanggung jawabannya suatu tindakan atau usaha yang berpijak pada landasan yang dicari-cari alasannya untuk kepentingan diri maupun golongan. Dasar pendidikan adalah suatu landasan yang dijadikan pegangan dalam menyelenggarakan pendidikan. Pada hal pendidikan, dasar pendidikan adalah dasar pelaksanaannya yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Bagi bangsa Indonesia, telah terdapat dasar hukumnya bagi pelaksanaan pendidikan yaitu pendidikan umum, pendidikan agama, baik negeri maupun swasta, dan baik yang formal maupun yang non-formal. Adapun dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia menurut Undang-Undang dan para ahli dapat diklasifikasikan menjadi: dasar ideal, dasar konstitusional, dasar operasional, dan dasar sosial budaya. 1. Dasar Ideal Pendidikan Nasional adalah Pancasila Pancasila adalah dasar negara. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara adalah hasil kesepakatan bersama para negarawan bangsa Indonesia pada waktu itu terbentuknya negara kita sebagai negara Republik Indonesia pada tahun 1945. Oleh karena itu, segala usaha bagi warga negara Indonesia juga harus berdasarkan kepada Pancasila. Terlebih lagi di bidang pendidikan yang merupakan usaha untuk membentuk warga negara yang berjiwa Pancasila yakni meliputi: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa


3 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab 3) Persatuan Indonesia 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 2. Dasar Konstitusional Pendidikan Nasional adalah UUD 1945 UUD 1945 adalah dasar negara Republik Indonesia sebagai sumber hukum bagi segala aktivitas bagi warga negaranya, terutama di bidang pendidikan. Karena UUD 1945 sebagai sumber hukum, maka sumbersumber hukum lain tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat dapat dilihat bahwa pemerintah: a. Memajukan kesejahteraan umum b. Mencerdaskan kehidupan bangsa c. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Sebagaimana juga yang termaktub dalam UUD 1945 BAB XIII Pasal 31 ayat 1 dan 3 yang berbunyi: a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya pada UUD 1945 BAB XIII Pasal 32 ayat 1 yang berbunyi: “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. 3. Dasar Operasional Salah satu dasar operasional dari pendidikan nasional adalah Keputusan Presiden No.145 tahun 1965, tentang nama dan rumusan induk sistem pendidikan nasional menerangkan bahwa: “Pancasila adalah moral dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dasar atau asas


4 pendidikan nasional sebagai landasan bagi semua pelaksanaan pendidikan nasional adalah Pancasila”. 4. Dasar Sosial Budaya Pendidikan merupakan proses dan merupakan alat untuk mewariskan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda. Oleh karena itu, pendidikan nasional merupakan proses dan alat mewariskan kebudayaan. Manusia di Indonesia telah terbina oleh tata nilai sosial budayanya sendiri dan sebagai pewaris juga penerus tata nilai tersebut. Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal menurut Kemendikbudristek (2022) telah dirumuskan antara lain sebagai berikut: 1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1950 dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1954 Bab III tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran, pada Pasal 4 yang berbunyi: “Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, dan kebudayaan bangsa Indonesia”. 2) Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: “Dasar pendidikan adalah falsafah negara Pancasila”. 3) Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983, dan GBHN 1988 Bab IV bagian pendidikan yang berbunyi: “Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila”. 4) TAP MPR Nomor II/MPR/1978 Pasal 4 menyatakan: “Pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara bagi setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah dan dilaksanakan secara bulat dan utuh”. 5) TAP MPR Nomor IV/MPR/1983 dalam GBHN pada Bab II tentang landasan pembangunan nasional menyatakan: “Pokok pikiran bahwa hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan


5 seluruh rakyat Indonesia”. Maka landasan pelaksanaan pembangunan nasional adalah Pancasila dan UUD 1945. 6) TAP MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian pendidikan yang berbunyi: “Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”. 7) Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. 8) Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Dengan demikian, sudah jelas bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. B. Fungsi Pendidikan Nasional Kemendikbudristek menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan potensi pelajar dengan karakter Pancasila agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, berilmu, bernalar kritis, berkebhinnekaan, bergotong royong, dan kreatif. Fungsi pendidikan nasional adalah memberikan suatu pengajaran dengan ilmu pengetahuan untuk membentuk karakter bangsa yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mencetak karakter, kreativitas, dan kecerdasan anak sejak dini. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah diatur di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Di dalam Undang-Undang tersebut memuat segala hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan pendidikan nasional di Indonesia yakni meliputi pengertian pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan, jenisjenis pendidikan, jenjang pendidikan, standar pendidikan, dan lain-lain.


6 Dengan demikian, arah pendidikan di Indonesia sudah ditentukan sedemikian rupa. Mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, fungsi pendidikan nasional yaitu pada Pasal 3 yang menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Untuk mewujudkan masyarakat dengan budaya bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka pendidikan nasional harus berfungsi sebagai pengembangan pribadi, pengembangan warga negara, dan pengembangan bangsa. Fungsi pendidikan menurut I Wayan Cong Sujana (2019) adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Dari fungsi yang diuraikan tersebut menunjukan bahwa pendidikan nasional di Indonesia lebih mengedepankan akan pembangunan sikap, karakater, dan transformasi nilai-nilai filosofis negara Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa nasionalisme serta mampu bersaing di kancah internasional. C. Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan, sebagai arah yang akan dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan. Kemendikbudristek (2022) menyatakan tujuan dari Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk masyarakat yang religius, menjunjung kebhinnekaan, demokratis dan bermartabat, memajukan peradaban, serta mensejahterakan umat manusia lahir dan batin. Rumusan tujuan pendidikan nasional sejak era orde lama hingga sekarang berbeda-beda, menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan pembangunan dan perkembangan masyarakat Indonesia.


7 Menurut Suhendi Syam dkk, dalam bukunya pada (2021) rumusan tujuan pendidikan nasional Indonesia dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Surat Keputusan Menteri P dan K nomor 104 Bhg. 0 tanggal 1 Maret 1946. Rumusan tujuan pendidikan nasional Indonesia berbunyi, “Warga negara yang sejati, bersedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara dan masyarakat”. 2. UU No. 4/1950 Tujuan pendidikan nasional termaktub dalam Bab 11 Pasal 3 yang berbunyi, “Membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”. 3. Surat Keputusan Presiden RI No. 145/1965 Tujuan pendidikan nasional, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta, dari pendidikan pra sekolah sampai pendidikan tinggi supaya melahirkan warga negara sosialis yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur, baik spiritual maupun material dan yang berjiwa Pancasila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Peri kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Kebangsaan, (4) Kerakyatan, (5) Keadilan sosial. 4. Ketetapan MPRS No. 2/1960 Tujuan pendidikan menurut Ketetapan MPRS No. 2 Tahun 1960 adalah “Untuk membentuk manusia yang memiliki jiwa Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945”. 5. Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan Di Bab 1 Pasal 3 dinyatakan tujuan pendidikan nasional yaitu “Manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945”. 6. UU No. 2/1989 Pasal 4


8 Pada pasal 4 dirumuskan tujuan pendidikan nasional yaitu “Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesejahteraan jasmani rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. 7. UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada pasal 3 dirumuskan tujuan pendidikan nasional yaitu, “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”. D. Tugas Tenaga Pendidik Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 menjelaskan bahwa (1) Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. (2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Secara khusus tugas dan fungsi tenaga pendidik (guru dan dosen) didasarkan pada Undang-Undang No. 14 Tahun 2007, yaitu sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 171 pendidik mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Guru sebagai pendidik profesional yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta


9 didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 2. Dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuwan mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat pada jenjang pendidikan tinggi. 3. Konselor sebagai pendidik profesional memberikan pelayanan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 4. Pamong belajar sebagai pendidik profesional mendidik, membimbing, mengajar, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik, mengembangkan model program pembelajaran, alat pembelajaran, dan pengelolaan pembelajaran pada jalur pendidikan non formal. 5. Widyaiswara sebagai pendidik profesional mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik pada program pendidikan dan pelatihan pra jabatan dan/atau dalam jabatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah. 6. Tutor sebagai pendidik profesional memberikan bantuan belajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran jarak jauh dan/atau pembelajaran tatap muka pada satuan pendidikan jalur formal dan non formal. 7. Instruktur sebagai pendidik profesional memberikan pelatihan kepada peserta didik pada kursus dan/atau pelatihan. 8. Fasilitator sebagai pendidik profesional melatih dan menilai pada lembaga pendidikan dan pelatihan. 9. Pamong pendidikan anak usia dini sebagai pendidik profesional mengasuh, membimbing, melatih, menilai perkembangan anak usia dini pada kelompok bermain, penitipan anak, dan bentuk lain sejenis pada jalur pendidikan non formal. Menurut Suteja dan Akhmad Affandi (2016) menyatakan bahwa pendidik kaitannya dengan proses mendidik anak didik adalah bertugas untuk: 1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.


10 2) Membentuk kepribadian anak didik yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara kita Pancasila. 3) Menyiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik sesuai UndangUndang Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No II Tahun 1983. 4) Sebagai perantara dalam belajar. 5) Pendidik sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke dalam ke arah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak didik sekehendaknya. 6) Pendidik sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. 7) Pendidik sebagai penegak disiplin. 8) Pendidik sebagai administrator dan manajer. 9) Pendidik sebagai suatu profesi. 10) Pendidik sebagai perencanaan kurikulum. 11) Pendidik sebagai pemimpin. 12) Pendidik sebagai sponsor kegiatan anak-anak. E. Hak Tenaga Pendidik Dalam menjalankan tugas dan profesinya, guru (pendidik) memiliki hak dan kewajiban yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Hak guru berarti segala sesuatu yang harus didapatkan olehnya setelah ia melaksanakan kewajiban sebagai pendidik. Menurut Heri Susanto (2020), seorang pendidik memiliki beberapa hak, dimana hak seorang pendidik ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pada pasal 14, yakni sebagai berikut: 1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. 2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. 3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. 4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. 5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.


11 6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan dan atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundangundangan. 7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas. 8. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi. 9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan. 10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi. 11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Di atas merupakan hak-hak yang dimiliki oleh seorang guru yang telah diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 2005. Berikut ini penjabaran lagi mengenai hak-hak seorang pendidik yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, sebagai berikut: 1) Mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik bagi guru yang telah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV. 2) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. 3) Mendapat tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan subsidi tunjangan fungsional bagi guru yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik yang telah diberi satu nomor registrasi guru oleh departemen memenuhi beban kerja sebagai guru. b. Mengajar sebagai guru mata pelajaran dan/atau guru kelas pada satuan pendidikan yang sesuai dengan peruntukan sertifikat pendidik yang dimilikinya. c. Terdaftar pada departemen sebagai guru tetap. d. Berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun dan tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan tempat bertugas. 4) Mendapat maslahat tambahan dalam bentuk sebagai berikut:


12 a. Tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa atau penghargaan bagi guru. b. Kemudahan memperoleh pendidikan bagi putra dan/atau putri guru, pelayanan kesehatan atau bentuk kesejahteraan lain. 5) Mendapat penghargaan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat prestasi kerja luar biasa baiknya, kenaikan jabatan, uang atau barang, piagam atau bentuk penghargaan lain. 6) Mendapat tambahan angka kredit setara untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi satu kali bagi guru yang bertugas di daerah khusus. 7) Mendapatkan penghargaan bagi guru yang gugur dalam melaksanakan tugas pendidikan. 8) Mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja dalam bentuk kenaikan pangkat atau kenaikan jenjang jabatan fungsional. 9) Memberikan penilaian hasil belajar dan menentukan kelulusan kepada peserta didik. 10) Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang terkait dengan prestasi akademik dan atau prestasi non akademik. 11) Memberikan sanksi kepada peserta didik yang melanggar aturan. 12) Mendapat perlindungan dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa aman dan jaminan keselamatan. 13) Mendapatkan perlindungan hukum dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil. 14) Mendapatkan perlindungan profesi terhadap beberapa hal berikut: a. Pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Pemberian imbalan yang tidak wajar. c. Pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi. d. Pembatasan atau pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas. 15) Mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dari satuan pendidikan dan penyelenggara satuan pendidikan terhadap beberapa hal


13 sebagai berikut: a. Risiko gangguan keamanan kerja. b. Kecelakaan kerja. c. Kebakaran pada saat kerja. d. Bencana alam. e. Kesehatan lingkungan kerja atau risiko lain. 16) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan atas kekayaan intelektual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 17) Memperoleh akses memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran. 18) Berserikat dalam organisasi profesi guru. 19) Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan. 20) Kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensinya, serta untuk memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya berhak memperoleh cuti studi. Itulah beberapa hak yang diperoleh guru dalam menjalankan profesinya, sudah sangat lengkap yang meliputi hak perlindungan, hak hidup sejahtera, hak kebebasan intelektual, hak perlindungan karir, hak berpendapat, hak berserikat, dan hak pengembangan karir. Hak-hak tersebut selayaknya dapat menjadikan rasa aman bagi guru dalam menjalankan profesinya dan dapat berkontribusi maksimal dalam memajukan pendidikan nasional di Indonesia. F. Kewajiban Tenaga Pendidik Heri Susanto (2020) mengungkapkan bahwa kewajiban guru (pendidik) adalah sesuatu yang harus patut dilaksanakan oleh guru dalam menjalankan profesinya. Berikut ini adalah beberapa kewajiban dari seorang pendidik yang tertuang dalam UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 20 mengenai kewajiban guru dan dosen: 1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 2. Mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.


14 3. Bertindak objektif dan tidak berdiskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika. 5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.


15 g PEKERJAAN GURU SEBAGAI SEBUAH PROFESI


16 A. Makna Guru Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak hanya di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushalla, di rumah, dan sebagainya. Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Guru adalah orang yang berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid baik secara individual maupun secara kelompok/klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah, sebagai tenaga pendidik dikuatkan oleh UU SPN no. 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 2 yang berbunyi: "Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, dan pelatihan kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi". Selanjutnya dalam ayat 3 berbunyi: "Pendidik yang mengajar dalam satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar di satuan pendidikan tinggi disebut dosen." Dalam mewujudkan fungsi, peran dan kedudukan tersebut guru perlu memiliki klasifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Guru yang profesional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Makna Guru atau pendidik tidak hanya memiliki kualifikasi keguruan secara formal tetapi, harus memiliki kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan siswa paham, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Makna guru sebagai profesi adalah seseorang yang mempunyai kedudukan dan menguasai keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.


17 B. Tugas Guru sebagai Profesi Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata profesi berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Sardiman (2009: 133) berpendapat, secara umum profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam kegiatan yang bermanfaat. Menurut Uno (2008:15), Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru melalui pendidikan dan latihan khusus serta tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan profesi guru merupakan sebuah jabatan yang profesional, yang memiliki tugas pokok dalam proses pembelajaran. Uraian tugas pokok tersebut mencakup keseluruhan unsur proses pendidikan dan peserta didik. Tugas pokok itu hanya dapat dilaksanakan secara profesional bila persyaratan profesional yang ditetapkan terpenuhi. Adapun tugas guru sebagai profesi adalah sebagai berikut: 1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinya sehingga tumbuh dan berkembang dengan total dan sempurna. 2. Membantu anak belajar sehingga kemampuan intelektualnya tumbuh dengan menguasai berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, nilai, dan sikap. 3. Menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan menggunakan pendekatan dan metodologi yang penuh dengan kreativitas sehingga kreativitas peserta didik tumbuh dan berkembang. 4. Menanamkan berbagai nilai-nilai dalam diri peserta didik sehingga melekat dan tumbuh menjadi satu dengan perilaku peserta didik setiap hari. 5. Membangun watak dan kepribadian peserta didik menjadi orang yang memiliki watak dan kepribadian tertentu yang diperlukan oleh masyarakat luas. 6. Mengajar peserta didik bagaimana berhubungan dengan orang lain.


18 7. Mengembangkan peserta didik menjadi orang yang berakhlak mulia. C. Peran Guru dalam Pembelajaran Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efekif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat optimal. Peran-peran guru dalam proses pembelajaran antara lain: 1. Guru Sebagai Demonstrator Sebagai seorang guru harus memperhatikan bahwa dirinya sendiri adalah sebagai pelajar. Ciri dari seorang pelajar adalah selalu mengupdate pengetahuan dengan cara belajar. Ketika kita sering belajar dan menggali informasi terbaru dari berbagai sumber maka akan mengupdate pengetahuan kita. Karena hal tersebut merupakan bekal dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu menyampaikan pembelajaran sesuai dengan zaman peserta didik sekarang. Tugas guru itu harus mampu memunculkan ide-ide baru dalam merumuskan/menyampaikan ilmu pengetahuan supaya seorang peserta didik bisa termotivasi untuk senantiasa belajar dan semangat dalam melaksanakan pembelajaran. Karena ketika guru sudah bisa memainkan perannya sebagai pendidik, maka seorang guru akan lebih mudah dalam menjalankan proses pembelajaran. 2. Guru Sebagai Korektor Yang dimaksud guru sebagai korektor yaitu seorang guru harus mampu membedakan antara nilai yang baik dan nilai yang buruk/kurang baik. Sehigga kedua nilai tersebut harus benar-benar


19 dipahami terlebih dalam kehidupan masyarakat. Seorang peserta didik pasti sudah menerapkan bahkan sudah terpengaruh kedua nilai tersebut kedalam kehidupan sehari-hari terlebih sebelum peserta didik masuk ke dalam dunia pendidikan/sekolah. Karena kultur/budaya masyarakat yang berbeda-beda itu membuat guru harus bisa memilah antara nilai yang baik yang harus dipertahankan dan nilai yang buruk/kurang baik harus disingkirkan dari kepribadian peserta didik tersebut. Ketika seorang guru membiarakan hal yang tidak menerapakan kedua nilai tersebut berarti seorang guru mengabaikan perannya sebagai seorang korektor. Guru sebagai korektor itu sangat penting karena seorang guru itu orang yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan peserta didik baik dalam sekolah maupun luar sekolah. 3. Guru Sebagai Inspirator Guru sebagai inspirator adalah guru harus dapat memberikan inspirasi dalam kemajuan belajar seorang peserta didik. Persoalan belajar adalah masalah utama peserta didik, sehingga seorang guru harus dapat memberikan petunjuk mengenai bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk yang dimaksud bukan hanya sekedar menghafal teori-teori tapi bisa juga dari pengalaman yang pernah dialami seorang peserta didik. Bahkan ketika peserta didik memiliki masalah yang harus dihadapi dan harus diselesaikan itu merupakan petunjuk dalam proses belajar mengajar. 4. Guru Sebagai Organisator Guru sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari seorang guru dalam bidang pendidikan. Sisi lain dari peranan yang dimiliki seorang guru adalah seperti kegiatan pengelolaan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya. Semuanya harus terorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri seorang peserta didik. 5. Guru Sebagai Motivator


20 Seorang guru harus dapat mendorong peserta didik untuk semangat belajar. Dalam mendorong peserta didik kita harus memberikan motivasi, salah satu motivasi bisa dari apa yang melatarbelakangi peserta didik itu menjadi malas belajar sehingga bisa mempengaruhi hasil prestasinya di sekolah. Dari contoh tersebut menuntut seorang guru harus memberikan motivasi karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara peserta didik tidak malas belajar dan sebagainya. 6. Guru Sebagai Inisiator Seorang guru harus dapat mencetus ide-ide untuk meningkatkan kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran karena itu merupakan perannya sebagai inisiator. Seperti di era zaman sekarang dimana teknologinya berkembang pesat dalam bidang pendidikan dan pengajaran, maka sebagai seorang guru juga harus mengikuti perkembangan teknologi tersebut dalam melaksanakan pembelajaran dengan memperbarui media-media yang digunakan saat melaksanakan pembelajaran. 7. Guru Sebagai Fasilitator Seorang guru sebagai fasilitator harus menyediakan fasilitas yang memungkinkan untuk kemudahan dalam kegiatan belajar mengajar. Karena ketika seorang guru tidak menyediakan fasilitas sebagaimana mestinya maka peserta didik akan malas dalam belajar, begitu pun sebaliknya jika seorang guru menyediakan fasilitas sebagaimana mestinya maka akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. 8. Guru Sebagai Pembimbing Peranan guru sebagai pembimbing tidak kalah penting dari peranperan guru lainnya. Kehadiran guru di sekolah adalah sebagai pembimbing harus menuntun dan membimbing peserta didik menuju kedewasaan menuju manusia yang berilmu dan berakhlak. Karena ketika seorang peserta didik belum mampu menghadapi perkembangan dirinya maka peserta didik membutuhkan bantuan seorang guru dalam


21 menuju proses pendewasaannya. Sehingga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat peserta didik belum mampu berdiri sendiri. 9. Guru Sebagai Pengelola Kelas Dalam pengelolaan kelas seorang guru harus dapat mengelola dengan baik supaya dapat menunjang jalanya pembelajaran dikelas. Sebaliknya jika kelas tidak dikelola dengan baik maka akan menghambat kegiatan pembelajaran sehingga akan menganggu fokus dari seorang peserta didik. Jadi maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalam kelas. 10. Guru Sebagai Mediator Sebagai mediator seorang guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang pendidikan dalam berbagai hal seperti media yang digunakan dan sebagainya. Karena media berfungsi sebagai alat komunikasi dalam mengefektifkan proses interaksi edukatif keterampilan dalam menggunakan media sesuai dengan tujuan pembelajaran. D. Profesionalisme Guru Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis dan intensif (Kusnandar, 2010). Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang tidak dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu keahlian dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang


22 mensyaratkan kompetensi tertentu yang secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis dan intensif. Sementara itu yang dimaksud profesionalisme adalah kondisi arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Profesionalisme guru merupakan sebuah kondisi arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pengajaran dan yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Profesionalisme guru adalah suatu tingkat penampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru yang didukung dengan keterampilan dan kode etik. Suatu pekerjaan professional memerlukan persyaratan khusus, yaitu: a. Menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. c. Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai. d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya. e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. Selain pernyataan di atas, usman menambahkan yaitu: 1) Memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. 2) Memiliki klien/objek layanan yang tetap seperti dokter dengan pasiennya dan guru dengan muridnya. 3) Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat. Profesionalisme guru mempunyai makna penting, yaitu: a. Profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan masyarakat umum. b. Profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini dianggap oleh sebagian besar masyarakat rendah.


23 c. Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang memungkingkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya.


24


25 ALUR PENGEMBANGAN PROFESI GURU A. Pengertian Pengembangan Profesi Guru Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengembangan bisa diartikan dengan proses atau perbuatan mengembangkan. Sedangkan menurut UU no 18 tahun 2002, Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profesi bisa diartikan dengan bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian keterampilan, kejuruan, tertentu. Selain istilah profesi kita mengenal istilah profesional, profesionalisme, dan profesionalisasi. Ketiga istilah tersebut memiliki definisi masing-masing. Sudarwan Danim (2011:103) membedakan ketiga istilah tersebut sebagai berikut : Profesional merujuk pada dua hal yaitu orang yang menyandang suatu profesi dan kinerja dalam melakukan pekerjaan yang sesuai denga profesinya. Profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu. Sedangkan profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Keguruan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa diartikan perihal yang menyangkut pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, Profesi keguruan adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengaiar, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.


26 Joan Dean mengemukakan bahwa, pengembangan profesionalitas guru (professional development teacher) dimaknai sebagai a process Where by teacher become more professional, yakni suatu proses yang dilakukan untuk menjadikan guru dapat tampil secara lebih profesional. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa, pengembangan profesi guru didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan taraf atau derajat profesi seorang guru yang menyangkut kemampuan guru, baik penguasaan materi ajar atau penguasaan metodologi pengajaran, serta sikap keprofesionalan guru menyangkut motivasi dan komitmen guru dalam menjalankan tugas sebagai guru. Pengembangan dan peningkatan profesi guru juga dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Sedangkan pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Keduanya disesuaikan dengan jabatan fungsional masing-masing. Urgensi dari program pengembangan guru sendiri didasarkan bahwa tidak semua guru dan tenaga kependidikan yang dihasilkan telah memenuhi kriteria guru profesional. Agar guru dapat memberikan kontribusinya secara maksimal bagi pencapaian tujuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, maka harus ada upaya pengembangan profesi guru yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan (terus-menerus) yang dilakukan atas prakarsa pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi guru, dan guru secara pribadi. Pemerintah idealnya berperan aktif dalam upaya pengembangan profesi guru seperti dalam UU Nomor 14 tahun 2005 bahwasanya pemerintah berkewajiban untuk memberikan dana dalam rangka membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru agar terbentuk guru yang profesional dan mumpuni dari segi kompetensi. Secara pribadi, seorang guru seharusnya memposisikan diri sebagai guru pembelajar. Dimana ia akan selalu berusaha mengupgrade kapasitas dirinya dengan proses belajar mandiri sehingga pengetahuan dan skill yang dimiliki semakin terasah dan


27 memenuhi kriteria sebagai guru yang profesional. Secara umum, kegiatan pengembangan profesi guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu belajar siswa yang selanjutnya meningkatkan mutu pendidikan. Dalam upaya peningkatan kompetensi guru, Upaya untuk memajukan pendidikan yang berasal dari pemerintah daerah maupun pusat, masyarakat, atau kepala sekolah bila tidak didukung oleh komitmen dari diri seorang guru maka kegiatan pengembangan profesi guru kurang membawa hasil secara optimal. Sikap seorang guru yang professional harus mampu menunjukkan adanya kesadaran akan tujuan; berorientasi pada efisiensi dan efektivitas, menunjukkan sikap objektif; terbuka untuk perbaikan dan inovasi. Karena sejatinya profesi Guru dituntut untuk mengusahakan terjadinya perubahan tingkah laku tertentu dalam diri siswa menuju perubahan yang diinginkan. Maka kemampuan seperti ini, menuntut adanya pendidikan dan latihan professional yang dilengkapi dengan pengalaman. B. Pengembangan Profesi Guru 1. Strategi Pengembangan Profesi Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi adalah siasat untuk mencapai suatu maksud dan tujuan. Dalam Pengembangan profesionalisme guru selalu mendapatkan perhatian secara global, karena guru berperan penting dalam mencerdaskan bangsa dan sebagai sentral pendidikan karakter. Tugas mulia yang diemban seorang guru tersebut menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda sebagai penerus yang mampu bersaing namun juga unggul dari segi karakter. Mengembangkan profesi guru bukan sesuatu yang mudah, maka diperlukan strategi yang tepat dalam upaya menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan profesi guru. Situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga pendidik untuk dapat mengembangkan diri sendiri ke arah profesionalisme guru. Dalam jurnal ekonomi dan pendidikan yang ditulis


28 Mustofa dijelaskan beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi pengembangan profesi guru, yaitu : a. Strategi Perubahan Paradigma Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokrasi agar menjadi mampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi yang berorientasi pelayanan, bukan dilayani. b. Strategi Debirokratisasi Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan birokrasi yang dapat menghambat pada pengembangan diri guru. Strategi tersebut memerlukan metode operasional agar dapat dilaksanakan, strategi perubahan paradigma dapat dilakukan melalui pembinaan guna menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi dalam konteks pelayanan masyarakat, sementara strategi debirokratisasi dapat dilakukan dengan cara mengurangi dan menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat menjadi hambatan bagi pengembangan diri guru serta menyulitkan pelayanan bagi masyarakat. Untuk melakukan profesionalisasi ada 3 pengembangan yang ditawarkan oleh R.D. Lansbury (Pahrudin, 2015) yang dapat dijadikan sebagai kerangka dalam merumuskan strategi pengembangan yakni : 1) Pendekatan karakteristik, berupaya memunculkan karakter yang melekat dalam suatu profesi, sehingga profesi itu benar-benar dijalankan sesuai dengan tuntunan profesional. 2) Pendekatan institusional, pendekatan yang lebih memandang profesionalitas sebagai suatu proses konstitusional atau perkembangan asosial. 3) Pendekatan logistik, merupakan upaya profesionalisasi yang menekankan pada adanya pengakuan suatu profesi oleh negara. Dari pendekatan diatas dapat dirumuskan strategi dalam pengembangan profesionalitas kedalam 3 level yaitu : pertama, upaya-upaya profesionalisasi yang dilakukan oleh guru secara pribadi agar mereka dapat meningkatkan kualitas keprofesionalan, dengan atau tanpa bantuan pihak lain. Dengan kata lain dapat dikatakan sebagai pelatihan mandiri. Kedua, pengembangan yang


29 dilakukan oleh manajemen lembaga melalui berbagai kebijakan manajerialyang dilakukan. Kedua level ini dapat dikategorikan dalam strategi mikro pengembangan profesional guru, Sedangkan level ketiga, adalah upaya pengembangan pada level makro yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat luas dalam kerangka manajemen pendidikan nasional. 2. Prinsip Pengembangan Profesi Guru Sudarwan Danim (2011 : 92) menyebutkan ada dua prinsip pengembangan profesi guru yaitu prinsip umum dan khusus. Prinsip umum pengembangan profesi guru adalah sebagai berikut : a. demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia , nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. b. Suatu kesatuan yang sistematis dengan sistem yang terbuka dan multimakna. c. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat. d. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran. Proses khusus atau operasional pengembangan profesi guru meliputi hal-hal sebagai berikut : a. ilmiah, dimana keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, b. Relevan, dimana rumusnya berorientasi pada tugas pokok dan fungsi guru sebagai pendidik profesional. c. Sistematis, dimana setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. d. Konsisten, dimana adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antar kompetensi dan indikator. e. Aktual dan kontekstual yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti perkembangan IPTEK.


30 f. Fleksibel, dimana rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. g. Demokratis, dimana setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui proses pembinaan dan pengembangan keprofesionalitasnya. h. Objektif, dimana setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya yang mengacu pada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dan kompetensi profesinya. i. Komprehensif, dimana setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan. j. Memandirikan, dimana setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya. k. Profesional, dimana pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas. l. Bertahap, dimana pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara bertahap agar guru benar-benar mencapai puncak profesionalitas. m. Berjenjang, dimana pengembangan profesi guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi. n. Berkelanjutan, dimana pengembangan profesi guru dilaksanakan secara berkelanjutan karena perkembangan ilmu pengetahuan , teknologi dan seni serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru. o. Accountable, dimana pengembangan profesi guru dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik. p. Efektif, dimana pelaksanaan pengembangan profesi guru harus mampu memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak terkait.


31 q. Efisien, dimana pelaksanaan pengembangan profesi guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumber daya seminimal mungkin untuk hasil yang optimal. 3. Jenis-jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa lepas dari kegiatan pengemban profesi guru itu sendiri. Secara inisiatif pengembangan keprofesian guru idealnya banyak berasal dari prakarsa lembaga. Atas dasar ini, diasumsikan munculnya proses pembiasaan, yang kemudian guru dapat tumbuh dengan sendirinya. Tentu saja, semua itu juga berawal dari prakarsa guru secara individual. Menurut Sudarwan Danim (2011 : 94) apabila dilihat dari sis prakarsa lembaga, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir termasuk juga kependidikan pada umumnya dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (Diklat) maupun bukan Diklat, antara lain : a. Pendidikan Dan Pelatihan 1) In-House Training (IHT) Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi bisa juga secara internal dengan cara dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki guru lain. Program ini diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya. 2) Program Magang Program magang merupakan pelatihan yang dilaksanakan di dunia kerja atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru. Program magang ini diperuntukkan bagi guru dan dapat dilakukan selama periode tertentu misalnya, magang di sekolah. Program magang ini dipilih dengan alasan bahwa ketrampilan tertentu yang memerlukan pengalaman nyata.


32 3) Kemitraan Sekolah Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah yang baik dan sekolah yang kurang baik, antara sekolah negeri atau sekolah swasta. Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa agar terjadi transfer nilai-nilai kebaikan dari beberapa keunikan dan kelebihan yang dimiliki mitra kepada mitra lain. Misalnya dalam bidang manajemen sekolah. 4) Belajar Jarak Jauh Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan Internet dan sejenisnya. Pelatihan jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau provinsi. 5) Pelatihan Berjenjang Dan Khusus Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut, dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Sedangkan pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau Disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu. 6) Kursus Singkat Di Perguruan Tinggi Atau Lembaga Pendidikan Lainnya Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan seperti kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan , melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. 7) Pembinaan Internal Oleh Sekolah


33 Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, dan diskusi dengan rekan sejawat. 8) Pendidikan Lanjut Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik dalam maupun luar negeri bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi. b. Non Pendidikan Dan Pelatihan 1) Diskusi Masalah Pendidikan Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik diskusi disesuaikan dengan masalah yang dialami sekolah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah maupun masalah masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya. 2) Seminar Pengikutsertaan guru dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian guru. Kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. 3) Workshop Kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan kariernya. Workshop dapat dilakukan, misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisa kurikulum, pengembangan silabus, serta penulisan rencana pembelajaran.


34 4) Penelitian Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen, ataupun jenis lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran. 5) Penulisan Buku / Bahan Ajar Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran, ataupun buku dalam bidang pendidikan. 6) Pembuatan Media Pembelajaran Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran. 7) Pembuatan Karya Teknologi / Karya Seni Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya yang bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat. Selain kegiatan-kegiatan pengembangan profesi yang dikemukakan Sudarman Darwin, terdapat berbagai model pengembangan profesi guru yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : Menurut Richard dan Lockhart (Sobri, 2016) terdapat beberapa pengembangan profesional guru, meliputi: 1) keikutsertaan dalam konferensi 2) Workshop dan seminar 3) Kelompok membaca (reading group) 4) Prngamatan kolega (peer observation) 5) Penulisan jurnal atau catatan harian guru(writing theaching diaries/ journal) 6) Kerja proyek (project work) 7) Penelitian tindakan kelas (classroom actions research) 8) Portofolio mengajar (teaching portofolio) 9) Mentoring (mentoring) Sedangkan menurut Kennedy (Sobri, 2016) menyatakan ada sembilan model pengembangan profesionalisme guru, yaitu:


35 1) training model 2) Award-bearing model 3) Deficit model 4) Cascade model 5) Standards-based model 6) Coaching/mentoring model 7) Community of practice model 8) Action research model 9) Transdormative model Masing-masing mempunyai karakteristik yang disesuaikan dengan kebutuhan guru. Berbagai model profesionalisme guru yang dikemukakan oleh para ahli ternyata memiliki banyak persamaan Ahmad Yusuf Sobri menjelaskan dalam jumalnya pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016 beberapa implementasi modelmodel profesionalisme gura sehingga memungkinkan guru dapat memilih model tersebut sesuai dengan kebutuhannya masing-musing yaitu: 1. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru Program peningkatan kualifikasi dimulai dengan penetapan standar minimum kualifikasi guru. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 42 ayat (1) dijelaskan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut pendidik harus memiliki kompetensi minimum. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat (1) menjelaskan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetens sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi


36 oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. Program ini ditujukan bagi guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal sarjana untuk mengikuti pendidikan sarjana hahkan magister pendidikan keguruan dalam bentuk tugas belajar. Namun saat ini, sangat jarang guru berkualifikasi di bawah sarjana. 2. Program Penyetaraan Dan Sertifikasi Program penyetaraan diberikan kepada guru yang latar belakang pendidikannya tidak sesuai dengan tugas mengajarnya atau bukan dari program pendidikan keguruan. Sedangkan program sertifikasi ditujukan kepada guru yang telah memenuhi syarat (misalnya, minimal telah mengajar lima tahun, lulus UKG) agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan juga memperoleh kesejahteraan. 3. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Program pelatihan ini diberikan kepada guru agar tercapai kompetensi yang diinginkan sehingga materi pelatihan mengacu kepada bahan-bahan yang menunjang kompetensi yang akan dicapai. 4. Program Supervisi Pendidikan Program ini ditujukan untuk memberikan bantuan kepada guru dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelas dan juga persoalan yang terkait dengan pendidikan secara umum 5. Program Pemberdayaan KKG Dan MGMP KKG adalah wadah kegiatan profesional guru, biasanya untuk guru SD (guru kelas), sedangkan MGMP untuk guru SMP dan SMA sesuai dengan bidang studi masing-masing guru. Dengan adanya wadah ini, guru dapat saling memberi masukan tentang materi pembelajaran yang diajarkan dan dapat mencari alternatif pemecahan


37 terhadap persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi di dalam kelas 6. Simposium Guru Simposium merupakan media guru untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman tentang proses pembelajaran dan ajang untuk kompetis ajang kreativitas diantara guru 7. Program Pelatihan Tradisional Lainnya Program pelatihan yang ditujukan kepada guru dengan hanya membahas persoalan aktual dan penting sehingga guru tidak ketinggalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya pembelajaran kontektual, Kurikulum 2013, blended learning, dan penelitian tindakan kelas 8. Membaca Dan Menulis Jurnal Atau Karya Ilmiah Salah satu kelemahan guru adalah kurangnya. membaca dan menulis karya ilmiah sehingga karir guru sedikit terhambat karena mereka kekurangan karya ilmiah. Untuk itu gugus sekolah perlu memprogram pelatihan penulisan karya ilmiah bagi guru sehingga mereka produktif dalam berkarya, serta perlu adanya pendampingan dari pihak kepala sekolah dan pengawas pendidikan. 9. Berpartisipasi Dalam Pertemuan Ilmiah Pertemuan ilmiah ditujukan kepada guru untuk memberikan pengetahuan mutakhir tentang pendidikan dan pembelajaran Pemberian informasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan aspek kompetensi dan profesional guru dalam proses pembelajaran. 10. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian ini sangat dianjurkan kepada guru supaya guru dapat merefleksikan program pembelajaran yang telah dilaksanakan di dalam kelasnya sehingga guru selalu dapat memperbaiki performansi mengajarnya. Namun, karena tugas mengajar yang banyak menyebabkan guru jarang melakukan PTK selain juga disebabkan kemauan dan kemampuan mereka menulis karya ilmiah. 11. Magang


38 Kegiatan ini biasanya ditujukan kepada guru pemula. Magang dilakukan di dalam kelas dengan bimbingan guru senior sesuai dengan bidang studinya. Kegiatan magang biasanya meliputi: pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas dengan tujuan agar guru pemula tersebut dapat mengikuti jejak guru senior yang profesional. 12. Mengikuti Berita Aktual Dari Media Pemberitaan Pengetahuan dan pemahaman guru tidak terpacu dengan materi pembelajaran di buku, tetapi juga perlu pengetahuan yang lebih laas melalui media cetak dan elektronik, dan bahkan guru diharapkan dapat mengikuti pemberitaan melalui internet. Guru profesional akan selalu mengikuti perkembangan pengetahuan dari berbagai sumber media yang tersedia. 13. Berpartisipasi Dan Aktif Dalam Organisasi Profesi Organisasi profesi memberikan keuntungan yang besar kepada guru (PGRI) untuk mengembangkan profesionalitasnya dengan membangun sesama komunitas pembelajaran 14. Kerjasama Dengan Teman Sejawat Kerjasama yang erat diantara sejawat guru dapat memberikan peluang pengembangan profesionalnya melalui kegiatan ilmiah dan kegiatan lainnya sehingga profesionalisme guru meningkat 15. Pengembangan Guru Yang Dipandu Secara Individual Program ini bertujuan agar guru dapat menilai kebutuhan belajar mereka sendiri, mampu belajar aktif serta mengarahkan diri mereka sendiri Oleh karena itu, kepala sekolah dan pengawas sekolah seyogyanya memotivasi guru saat menyeleksi tujuan belajar berdasarkan penilaian personal kebutuhan mereka. 16. Observasi dan Penilaian Kegiatan ini ditujukan kepada guru agar mereka dapat mengamati dan menilai program pembelajaran yang dilakukan sehingga guru memiliki data yang akurat tentang pembelajarannya


39 untuk kemudian mereka dapa melakukan refleksi dan analisis terhadap peningkatan proses pembelajaran di kelasnya. 17. Pemberian Penghargaan Agar guru giat menjalankan profesinya, maka diperlukan penghargaan terhadap prestasi yang telah ditorehkan, dan bahkan penghargaan pertu juga diberikan kepada guru tidak tetap sehingga tidak perbedaan perlakukan diantara guru 18. Modelsa Kepala sekolah dan pengawas sekolah seharusnya mengatasi defisit atau kekurangan dalam kinerja guru yang dikarenakan kelemahan guru secara individual dalam menjalankan tugas profesinya. Untuk itu, pemimpin sekolah perlu menerapkan manajemen kinerja terhadap guru sehingga apabila guru mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya dapat dibantu oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah secara individual. 19. Cascade Atau Desiminast Karena keterbatasan sumber daya yang diperoleh di sekolah, guru secara individual akan dikirim untuk mengikuti pelatihan. Setelah selesai mengikuti pelatihan, guru tersebut akan menyebarkan informasi kepada rekan-rekannya agar mereka juga memperoleh pengetahuan yang sama. 20. Model Berbasis Standar Model pengembangan ini menitikberatkan kepada standarstandar yang harus dipenuhi dalam mengadakan pengembangan profesional guru Model pengembangan ini kurang diminati karena lebih menitikberatkan pada standar-standar yang harus dipenuhi bukan kepada kompetensi apa yang harus dimiliki guru sehingga pengelolaan program pengembangan profesional guru bersifat seragam tidak berdasarkan kebutuhan. 21. Model Mentoring Model pengembangan ini melibatkan dua- guru (guru pemula dan berpengalaman) dan mengandung unsur konseling dan


40 profesional Guru yang berpengalaman memberikan pelatihan kepada guru pemula agar guru pemula dapat meningkatkan profesionalnya Ada pula yang menyatakan model ini adalah model supervisi klinis kepada guru pemula. C. Alur Pengembangan Profesi dan Karir Guru Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidikan dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi profesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, dan/atau olahraga. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 32 ayat (2) bahwa pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogic, kepribadian, social, dan professional. Sementara itu pada ayat (4) disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan karir guru meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Adapun pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut digambarkan sebagai berikut : Pengembangan Guru Pengembangan Profesi Pengembangan Karir 1. Penugasan 2. Kenaikan Pangkat 3. Promosi 1. K. Pedagogik 2. K. Kepribadian 3. K. Profesional 4. K. Sosial 1. K. Kekepalasekolahan 2. K. Kepengawasan 3. K. lain 4. Persyaratan lain


41 Dalam Undang-Undang RI No. 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, dijelaskan bahwa pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru. Sebagaimana penjelasan Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 tahun 2005 tentang Guru, mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogic, kepribadian, social, dan professional. Pembinaan dan pengembangan guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional. Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi. Program ini berfokus pada 4 kompetensi di atas namun demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi beragam sifatnya. Kebutuhan yang dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu pemahaman tentang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang teori-teori terkini. Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan non pemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru Pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Pembinaan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan pangkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang luar biasa.


42


43 KARIR GURU DAN PROGRAM PELATIHAN GURU A. Karir Guru Pengembangan karir merupakan upaya dari seseorang untuk mencapai rencana karir yang telah disusun. Pengembangan karir pada hakekatnya merupakan usaha pribadi seorang pegawai, jika pegawai tersebut tidak ingin karimya berkembang maka pengembangan karirnya tidak akan terlaksana. Pengembangan karir sangat penting, karena dapat meningkatkan kesadaran tugas dan pekerjaan, memfasilitasi pemanfaatan potensi diri karyawan, membantu karyawan dalam mengembangkan strategi pengembangan, dan pengembangan karir juga dapat meningkatkan loyalitas karyawan dalam pekerjaannya. Pengembangan karir mengacu pada proses pengembangan keyakinan dan nilai-nilai, keterampilan dan bakat, minat, karakteristik kepribadian, dan pengetahuan seumur hidup tentang dunia kerja. Maka dengan pengertian tersebut, pengembangan karir tidak hanya mencakup rentang usia kerja produktif seseorang, tetapi lebih luas yaitu sepanjang hayat seseorang. Pengembangan karir ini meliputi pengembangan keyakinan dan nilai seseorang mengenai dunia kerja, yaitu orang tersebut harus meyakini “kebenaran” dari apa yang dilakukannya (bekerja) untuk hidupnya dan menerapkan nilai-nilai yang mendorong kemajuan hidupnya, misalnya: ketekunan, keuletan, kejujuran, pantang menyerah dan hemat. Penyesuaian minat dan bakat dengan pekerjaan yang digelutinya juga merupakan upaya pengembangan karir yang sedikit banyak mempengaruhi kualitas dan kuantitas pekerja seseorang. Keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan dunia kerja juga perlu ditingkatkan agar karir mereka dapat berkembang. Guru merupakan profesi yang harus terus dikembangkan. Pengembangan profesi guru merupakan upaya untuk mencapai proses pembelajaran yang berkualitas. Tugas utama seorang guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mendidik mengajar, mengajar, melatih, mengevaluasi dan


44 mengevaluasi peserta didik dengan jalur pendidikan formal. Tugas pokok tersebut efektif apabila guru memiliki kemampuan keterampilan, keterampilan, atau tingkat profesionalisme tertentu yang tercermin dalam keterampilan untuk memenuhi standar kualitas dan etika tertentu. Secara formal, guru profesional harus memenuhi latar belakang akademik minimal s-1/d-IV dan menjadi pendidik bersertifikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru yang memenuhi standar profesi tersebut dapat menjalankan fungsi utamanya secara efektif dan efisien untuk mencapai proses pendidikan dan pembelajaran yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Menjadi warga negara yang taat, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Syarat pengembangan karir seorang guru adalah harus menjadi guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kecakapan dalam hidup dengan paparan sebagai berikut: 1. Keterampilan kesadaran diri, meliputi, memiliki kesadaran sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sadar akan keberadaannya dan menyadari potensinya. 2. Keterampilan berpikir, meliputi; kemampuan menggali informasi, terampil dalam mengolah informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. 3. Terampil dalam bersosialisasi (social skill), antara lain: terampil berkomunikasi secara lisan dan secara tertulis, dan kooperatif. 4. Terampil secara akademik (academic skill), antara lain, terampil dalam mengidentifikasi variabel, terampil merumuskan hipotesis, dan terampil dalam melaksanakan suatu penelitian. 5. Terampil dalam Pelatihan Vokasi (Vocational Skills). meliputi; memiliki keahlian khusus di bidang pekerjaan, misalnya spesialis komputer, spesialis akuntansi dan lain- lain. Ada dua prinsip dasar pengembangan karir guru yang perlu dikerahui yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Berikut ini adalah pedoman atau prinsip umum untuk pengembanga karir guru


45 1. Demokrasi dan kesetaraan, artinya pengembangan karir guru harus dilakukan atas dasar penghormatan terhadap hak asasi manusia, nilainilai agama dan budaya serta kemajemukan masyarakat. 2. Dilakukan secara sistematis dengan sistem terbuka dan kritis 3. Proses yang dicapai dengan membina dan memberdayakan pendidik berlangsung seumur hidup. 4. Memberi keteladanan dan menstimulus guru untuk mengembangkan inovasi dan kreativitas guru dalam proses pembelajaran Sedangkan prinsip khusus (operasional) pengembangan karir guru adalah sebagai berikut: 1. Memiliki sikap ilmiah, artinya kompetensi dan semua materi dan kegiatan yang terkandung dalam kompetensi dan indikator harus valid dan dapat dibuktikan secara ilmiah. 2. Relevan, yaitu indikator yang menunjukkan tugas pokok dan fungsi guru. 3. Sistematis, yang berarti bahwa setiap komponen keterampilan harus terhubung secara fungsional. 4. Konsistensi, artinya terdapat hubungan yang konsisten antara kapasitas dan indikator. 5. Kontekstual dan Aktual, yaitu pengembangan kompetensi dan indikator yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 6. Fleksibel, artinya kata-kata kompetensi dan indicator dapat berubah tergantung pada kondisi dan kebutuhan. 7. Demokrasi berarti bahwa semua guru memiliki hak yang sama dalam pengembangan profesionalnya. 8. Obyektif, yaitu agar setiap guru dipromosikan dan dilatih secara profesional dan bekerja untuk menggunakan tolok ukur profesional mereka dalam penilaian 9. Inklusif, artinya setiap guru menerima pengembangan profesional untuk meningkatkan keterampilannya. 10. Mandiri, artinya guru diberi wewenang secara konsisten untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan profesional.


46 11. Profesional, yaitu pengembangan keprofesian dan karir guru dilaksanakan dengan menitikberatkan pada profesionalisme dan nilainilai. 12. Bertahap, yaitu proses pengembangan profesional atau karir guru dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan aspek-aspek yang berbeda. dengan 13. Jenjang pendidikan yaitu pengembangan profesional dan karir guru berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkat kompetensi yang tertera dalam standar kompetensi yang dikembangkan. 14. Keberlanjutan, yaitu pengembangan profesi dan karir guru berlangsung secara berkelanjutan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan satuan pengajaran. 15. Bertanggung jawab berarti pelaksanaan pengembangan profesional dan profesional guru harus dilakukan secara transparan kepada pemangku kepentingan. 16. Efektivitas, yaitu pengembangan profesional dan karir guru dapat memberikan informasi yang menjadi dasar keputusan. 17. Efesien, yaitu kinerja pengembangan profesional atau karir guru harus didasarkan pada berbagai aspek yang dipertimbangkan dengan penggunaan sumber daya yang minimal untuk mencapai hasil yang maksimal. B. Program Pelatihan Guru 1. Pengertian Pelatihan Guru Pelatihan didefinisikan sebagai upaya yang digunakan untuk memberikan guru baru atau guru lama mengenai ketrampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan. Pendapat lain menyatakan bahwa pelatihan adalah suatu proses secara sistematis mengubah tingkah laku guru untuk mencapai tujuan organisasi. Latihan itu sendiri merupakan suatu usaha meningkatkan pengetahuan dan keahlian seorang guru untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Pelatihan ialah proses peningkatan kemampuan yang bertujuan untuk mengembangkan kecakapan, pengetahuan dan sikap kerja seseorang


Click to View FlipBook Version