BAB 8
ORGANIZATION LEARNING TINJAUAN
ORGANISASI PERTANIAN DI ERA
GLOBALISASI
Oleh:
Nugrahini Susantinah Wisnujati
Universitas Airlangga
[email protected]
A. Pendahuluan
Keberhasilan organisasi dalam menghadapi persaingan global
ditentukan oleh kondisi organisasi, apakah organisasi tersebut
memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam mengantisipasi
persaingan global tersebut, karena persaingan global adalah kondisi
dimana tidak terdapat hambatan apapun, setiap Negara dapat
melakukan eksport, import produk tanpa ada hambatan tarif atau
kuota.
Era persaingan global ditandai dengan ketidakpastian,
perubahan yang sangat cepat dan sulit diramalkan, liberalisasi
ekonomi, dan kerumitan global. Organisasi yang tidak cepat tanggap
pada perubahan tersebut, akan tertinggal, baik ditinggalkan oleh
anggotanya, dan akhirnya mati, oleh sebab itu organisasi sangat perlu
untuk melaksanakan organization learning,organisasi harus bersifat
sangat adaptif dan responsif terhadap lingkungan eksternalnya serta
memiliki lingkungan internal organisasi yang kuat.
Sektor pertanian merupakan soko guru perekonomian di
Indonesia, dinyatakan oleh (Sadono, 2008), hal ini karena sektor
pertanian mampu menyerap tenaga kerja, menjadi sumber pangan
bagi penduduk Indonesia, menilik hal tersebut maka tentunya sektor
pertanian adalah sektor penting dan layak untuk dipertahankan,
ironisnya sektor pertanian relatif kurang mendapat perhatian dari
144
Bab 8 Organization Learning Tinjauan Organisasi Pertanian ... 145
pemerintah Indonesia, kecenderungan terjadi konversi besar-besaran
lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, hal ini di dorong oleh
kurangnya kebijakan pada perlindungan dan pelestarian lahan untuk
kepentingan pertanian, perlindungan petani pada saat harga jatuh
disaat panen raya, kurangnya dukungan subsidi pupuk dan input
lainnya, serta eksistensi organisasi petani yang tidak kuat, sehingga
sering dipermainkan oleh tengkulak, yang membeli produk pertanian
dengan harga yang murah.
Salah satu bentuk organisasi pertanian di Indonesia adalah
kelompok tani, menurut (Nuryanti and Swastika, 2016) kelompok tani
adalah organisasi, kumpulan dari beberapa petani, yang diharapkan
dapat menyelesaikan masalah pertanian dan menerapkan teknologi
pertanian moderen, karena produktivitas pertanian meningkat
karena sumbangan teknologi atau penggunaan mesin pertanian
yang canggih kelompok tani berfungsi untuk menyelesaikan masalah
dalam kelompok, karena biasanya kelompok tani dibentuk karena
memiliki keperluan yang sama dalam berusaha tani, pasar yang sama
dan memilih komoditas yang akan ditanam, menurut (Astuti, 2014)
kelompok tani memiliki ciri-ciri yaitu:
1. Anggota kelompok tani saling mengenal, hubungan terjalin akrab
dan saling percaya antara sesama anggota
2. Memiliki kepentingan yang sama 3. terdapat kesamaan budaya,
pemukiman, hamparan usaha berdekatan, jenis usaha, status
ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi relatif
sama.
3. Terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab diantara sesama
anggota
4. Memiliki kawasan usaha tani bersama
5. Dalam kelompok terdapat kader tani yang memiliki dedikasi
untuk menggerakkan petani dan kepemimpinannya diterima
oleh sesama petani lainnya,
6. Terdapat kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh
sebagian besar anggota kelompok.
146 Bab 7 Evaluating Knowledge Management
7. Terdapat dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat
setempat untuk menunjang program yang telah ditentukan.
Kelompok tani yang tumbuh secara alami karena kedekatan
budaya, pemukiman dan seperti uraian sebelumnya tersebut,
akan menjadi kelompok yang kuat, tetapi pembentukan kelompok
sering karena dibentuk karena adanya proyek pemerintah, sehingga
pembentukan terlalu cepat prosesnya atau tidak alami, menurut
(Nuryanti and Swastika, 2016).
Era globalisasi menjadi tantangan bagi Indonesia khususnya
pada sektor pertanian, bagaimana organisasi pertanian dalam
mengantisipasi era globalisasi, dilihat dari kemampuan organisasinya
Dilema pentingnya sektor pertanian di Indonesia ditinjau
dari kapasitas organisasi pertanian, dalam menghadapi tantangan
globalisasi ekonomi dunia perlu dikaji, maka pada bab ini mengkaji
bagaimana kemampuan organisasi learning pada organisasi pertanian
Indonesia dalam menghadapi globalisasi ekonomi dunia.
B. Organization Learning
Organisasi dapat dipandang sebagai makhluk hidup (organism)
yang keberadaannya sangat ditentukan oleh kemauan dan
kemampuannya untuk bertahan (survive) dalam menghadapi
persaingan dengan para pesaingnya, pada penelitian yang
dilaksanakan oleh (Nuryanti and Swastika, 2016) sesungguhnya
semua organisasi senantiasa belajar, baik disadari atau tidak,
dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya sehingga
organization learning bukanlah suatu hal yang baru, artinya organisasi
sudah selayaknya bekerja untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, tetapi harus belajar dan berinovasi (Seely et al., 2014).
Karena organisasi harus senantiasa belajar, maka muncul
istilah learning organization, terdapat beberapa pengertian learning
organization, salah satunya ialah kemampuan organisasi untuk
merespon dan mengantisipasi tantangan dari luar organisasi yang
berdampak pada pencapaian tujuan organisasi, hal ini ditandai dengan
Bab 8 Organization Learning Tinjauan Organisasi Pertanian ... 147
semua anggota organisasi terus meningkatkan kemampuannya
untuk mencapai kinerja yang diharapkan, serta selalu menerima
pemikiran baru dan menumbuh kembangkan inovasi baru. Menurut
(Hajric, 316AD) Belajar adalah menciptakan pengetahuan baru dan
meningkatkan kualitas diri.
Garvin (1993) mendefinisikan organization learning sebagai
pengorganisasian kreativitas, kecakapan, dan terjadi transfer ilmu
pengetahuan, agar mampu memperbaiki perilaku semua karyawan
dalam organisasi.
Organization learning juga dapat di definisikan sebagai kebebasan
aspirasi pada anggota organisasi secara individu dan kelompok, dimana
anggota organisasi belajar bersama secara berkelanjutan atau belajar
sepanjang hayat, hal ini dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Quaye et al., 2015), yang meneliti bagaimana pembelanjaran di
organisasi, hasilnya menunjukkan konsep pembelajaran mendorong
individu atau karyawan diberdayakan dalam tim untuk meningkatkan
keinginan dan kemampuan, menciptakan dan mengeksplorasi apa
yang mereka ingin untuk memahami dan mengelola organisasi.
Karyawan biasanya berada pada posisi yang lemah dibandingkan
pimpinan, menjadi kebiasaan keputusan berasal dari pimpinan, maka
dampaknya pada karyawan muncul sikap apatis, tidak berpartisipasi
secara aktif, tetapi apabila ada kesempatan bagi karyawan untuk
mengaktualisasikan keinginan maka karyawan merasa dihargai dan
suka rela untuk belajar.
Perusahaan yang diteliti telah menerapkan strategi, yakni Boston
Counsalting Group (BCG) Matriks, konsekuensinya perusahaan
memperhatikan perencanaan dan pembelajaran organisasi karena
sangat diperlukan, keputusan secara bottom-top lebih diterapkan,
dibandingkan top-down, hal ini untuk mengantisipasi realitas
pasar, menerapkan manajemen partisipatif seperti kontrol sistem
manajemen, singkatnya, perlunya mengadopsi pendekatan akar
rumput yang melibatkan semua fenomena praktik. Model organization
learning menawarkan manfaat yang sangat besar bagi organisasi
pembelajaran.
148 Bab 7 Evaluating Knowledge Management
Organization learning menurut Simatupang (1995) ialah organisasi
yang sangat adaptif dan responsif terhadap lingkungan eksternal dan
internal organisasi. Kekuatan internal berkenaan dengan kekuatan
kerja tim yang solid, produktif, profesional, dan berkualitas tinggi.
Sedangkan perilaku adaptif dan responsif harus ada pada
karyawan yang memiliki kompetensi, motivasi, wawasan, dan inovasi
tinggi. Lingkungan eksternal organisasi bersifat langsung (mikro) dan
tidak langsung (makro). Lingkungan eksternal mikro terdiri atas para
pesaing (competitors), penyalur (suppliers), pelanggan (customers),
lembaga-lembaga keuangan (financial institutions), pemerintah
(government), organisasi pekerja (labour unions), media, dan
kepentingan kelompok khusus (specialinterest groups). Lingkungan
eksternal makro meliputi teknologi, ekonomi, politik, dan sosial.
C. Organisasi Pertanian
Pada artikel yang dimuat oleh (FAO, 2013) yakni pada
saat FAO mendorong masyarakat dilingkungan hutan untuk
melestarikan hutan, yang merupakan sumber daya yakni hutan, maka
masyarakat sekitar harus memiliki keterampilan kewirausahaan dan
manajemen keuangan untuk mengelola hutan, hal ini menunjukkan
bahwa organisasi masyarakat disekitar hutan perlu untuk belajar
menyelesaikan masalah bagaimana melestarikan hutan.
Salah satu faktor penting dalam organization learning adalah
Sumber daya manusia, karena menurut (Sunarta, 2010) pada
saat menghadapi persaingan bisnis, meningkatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
aset organisasi yang tidak tergantikan. Kecanggihan dan kemajuan
teknologi menjadi tidak berarti jika tidak ada unsur manusia di
dalamnya. Perencanaan SDM merupakan upaya memproyeksikan
berapa jumlah karyawan yang dibutuhkan saat ini dan masa datang.
Semua organisasi harus menentukan masa depannya dengan
berbagai rencana yang relevan dengan tuntutan jaman.
Bab 8 Organization Learning Tinjauan Organisasi Pertanian ... 149
(Darmawan, 2013) menyatakan bahwa Sumber daya manusia
merupakan salah satu sumber daya yang paling menentukan sukses
tidaknya suatu organisasi. Sumber daya manusia merupakan faktor
produksi yang memiliki pengaruh dominan terhadap faktor produksi
yang lain seperti mesin, modal, material, dan metode. Berhasil
tidaknya suatu organisasi ditentukan oleh unsur manusia yang
melakukan pekerjaan.
Lingkungan luar organisasi berkembang sangat pesat karena
munculnya Teknologi Informasi (TI). Dunia menjadi tanpa batas.
Organisasi yang menguasai informasi akan menang dalam persaingan,
Teknologi informasi membantu manajemen untuk mempercepat
pengolahan data, proses komunikasi, penetapan keputusan yang
disepakati serta penentuan strategi perusahaan (Hidajat, 2003)
dengan demikian, persyaratan memenangkan persaingan global
adalah penguasaan TI, tidak kalah pentingnya kualitas SDM, karena
semakin berkualitas SDM mengoperasikan dan mengembangkan TI,
semakin tinggi daya saing organisasinya.
FAO menunjukkan kondisi Sumber Daya Manusia Indonesia,
diukur dari nilai tambah petani (value added) per pekerja yang dihitung
dalam dolar Amerika, petani pada sektor pertanian dapat dilihat pada
gambar, nilai tambah (Value added per worker) adalah kemampuan
petani dalam memberikan nilai tambah produk pertanian per pekerja
yang dihitung dalam dolar Amerika.
Nilai tambah petani pada sektor pertanian Indonesia, paling
rendah dibandingkan dengan negara lain di ASEAN seperti Thailand
dan Vietnam, hal ini menunjukkan bahwa petani Indonesia dalam
mengelola produk pertanian masih kalah dengan negara lain di
ASEAN, pengelolaan dari mulai menanam, memberikan pupuk,
dan pada saat panen. Vietnam adalah negara yang memiliki nilai
tambah petani paling tinggi dibandingkan dengan negara Indonesia
dan Thailand.
150 Bab 7 Evaluating Knowledge Management
AGRICULTURE VALUE ADDED
PER WORKER (US$) 2010
15,000,000 _PRICE ASEAN
INDONESIA THAILAND VIETNAM
10,000,000
5,000,000
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
YEAR
Gambar 8.1: Nilai Tambah Tenaga Kerja Sektor Pertanian di
ASEAN (Agriculture Food organization (FAO))
Gambaran yang diberikan dari nilai tambah tenaga kerja
pertanian (petani) Indonesia masih dipertanyakan, bagaimana dengan
kemampuan dari petani Indonesia di bandingkan dengan petani di
negara ASEAN lainnya, padahal Indonesia telah meratifikasi menjadi
anggota pasar bebas ASEAN, tetapi kondisi pertanian di wilayah Jawa
Timur pada penelitian (Wisnujati et al., 2019) menunjukan terjadi
penyempitan lahan, berkurangnya sumbangan sektor pertanian pada
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Sidoarjo,
disisi lain Indonesia sangat tergantung pada negara Thailand dan
Vietnam, karena kedua negara tersebut adalah negara asal import
produk pangan Indonesia, dengan alasan masyarakat Indonesia
mengkonsumsi beras paling tinggi dibandingakan kedua negara
tersebut (Wisnujati Nugrahini, 2018).
D. Tantangan Eksistensi Organisasi Pertanian Era Liberalisasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Liberalisasi pasar pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
memberikan dampak pada organisasi pertanian di Indonesia, hal
ini karena konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadikan
Bab 8 Organization Learning Tinjauan Organisasi Pertanian ... 151
negara anggota Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) termasuk
Indonesia menjadi basis produksi (Koesriwulandari, 2017)
Organisasi yang efektif sangat penting untuk pembangunan
berkelanjutan dan khususnya ketahanan pangan dan pertanian salah
satu cara yakni dengan bergabung dalam organisasi produsen, menurut
(Rocchigiani and Herbel, 2012) petani kecil dapat meningkatkan
akses mereka ke pasar, penggunaan teknologi dan sumber daya dan
mengatasi kendala mereka hadapi sebagai produsen individu skala
kecil, upaya ini pada gilirannya, akan membantu berkontribusi pada
ketahanan pangan yang lebih besar, dari hasil penelitian kelompok
tani tanaman pangan di kota Padang tahun 2014, menunjukkan
kelompok tani.
Departemen Pertanian tahun 1997 dalam Hariadi 2011,
menguraikan fungsi kelompok tani sebagai berikut:
a. Kelompok tani sebagai kelas belajar-mengajar atau unit belajar,
artinya kelompok tani merupakan tempat untu petani belajar
mengajar bagi yang bertujuan meningatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta tumbuhnya kemandirian dalam
berusaha tani, kemandirian akan meningkatkan produktivitas
usaha tani, pada gilirannya pendapatan akan bertambah serta
lebih sejahtera.
b. Kelompok tani sebagai wahana kerjasama. Kelompok tani dapat
melaksanakan kerjasama antar sesama petani dalam kelompok
tani dan antara kelompok serta pihak lain, melalui kerjasama
usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi
ancaman, tantangan, dan hambatan
c. Kelompok tani sebagai unit produksi, karena usaha tani yang
diusahakan oleh masing-masing anggota kelompok tani, secara
keseluruhan dianalisis sebagai satu kesatuan usaha yang dapat
dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi
kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Pada pelaksanaan learning organization akan berkembang apabila
terdapat knowledge management”, dimana hasil inovasi penelitian
152 Bab 7 Evaluating Knowledge Management
yang telah dihasilkan harus dikelola dengan baik, pada kelompok
tani Indonesia, kegiatan penelitian masih sangat minim dilaksanakan,
dari 30 kelompok yang disurvey 87% telah melaksanakan pertemuan
rutin, adapun pada pertemuan rutin membahas beragam tema,
seperti saluran irigasi, penyusunan RDKK (Rencana Definitif
Kerja Kelompok), serta pemberantasan hama, tetapi mengundang
narasumber yang dapat digunakan untuk meningkatkan knowledge
management saja masih sangat kurang, hanya 37% dari populasi 30
kelompok tani saja yang melaksanakan kegiatan. (Astuti, 2014)
Efektivitas organisasi tergantung pada banyak faktor, Menurut
(Stevens, 2004) pembangunan di Afrika Selatan, didorong oleh
kelompok tani yang efektif, karena menjadi kendaraan dalam bekerja
secara kolektif menuju perubahan pertanian dan dapat membantu
pemberdayaan petani.
Pada era globaliasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
bagaimana kelompok tani mampu meningkatkan produksinya,
karena konsep MEA adalah menjadi pusat produksi, harapannya
bergabungnya produksi negara ASEAN, seperti Thailand dan
Vietnam, Laos, Philipina, Indonesia akan menjadi basis produksi
pertanian, tetapi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wisnujati
Nugrahini, 2018) kecenderungan produksi beras Indonesia semakin
menurun, dan penelitian (Koesriwulandari, 2017) di wilayah
Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur, pemerintahnya masih belum banyak
mempersiapkan sosialisasi pada petani tentang liberalisasi di lingkup
ASEAN, kalau terjadi sosialisasi dan peningkatan pengetahuan
masih sekitar pertanian on farm, sehingga kelompok tani masih
melaksanakan program-program perbaikan yang terus-menerus yang
berkaitan dengan usaha taninya. Padahal peran pemerintah sangat
penting untuk mempersiapkan kelompok tani dalam mengantisipasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Semenjak adanya otonomi daerah yang memberikan Pemerintah
Daerah untuk mengatur wilayahnya, maka terdapat wilayah Kota/
Kabupaten yang menyebabkan penyuluh pertanian tidak memiliki
lembaga tersendiri yaitu Balai Penyuluh Pertanian (BPP), atau
Bab 8 Organization Learning Tinjauan Organisasi Pertanian ... 153
penyuluh masuk pada dinas yang ada di wilayah Kota/Kabupaten
maka kinerja penyuluh tidak fokus memfasilitasi kelompok tani
secara optimal, hal ini karena adanya otonomi daerah yang bisa
merubah kebijakan sesuai dengan kebutuhan di wilayah Kota/
kabupaten, padahal hasil penelitian (Wahyuni, 2019) menunjukkan
BPP mampu memfasilitasi penyuluh dengan baik.
Dari uraian tersebut di atas, maka upaya organization learning
menjadi tanggung jawab pemerintah agar sektor pertanian dapat
bersaing pada era liberalisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Daftar Pustaka
Astuti, N. B. (2014). Analisis Konvergensi Fungsi Fungsi Kelompok Tani
Tanaman Pangan Perkotaan Dalam Pembangunan di Pertanian di
Kota Padang, pp. 1–44.
Darmawan, D. (2013) Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Surabaya
Pena Semesta.
FAO (2013). Training Manual for Bookkeeping, Financial & Management.
Hajric, E. (316AD) Knowledge Management, System And Practices.
Hidajat, U. B. (2003) ‘Peranan Teknologi Informasi Untuk
Mempercepat Pelayanan Kepada Pelanggan Dalam Rangka
Meningkatkan Daya Saing Perusahaan’, Jurnal Manajemen
Teknologi, 2, pp. 30–37. Available at: http://journal.sbm.itb.ac.id/
index.php/mantek/article/view/20.
Koesriwulandari, W. N. . (2017) ‘RJOAS, 10(70), October 2017’,
10(October), pp. 140–149.
Nuryanti, S. and Swastika, D. K. S. (2016) ‘Peran Kelompok Tani
dalam Penerapan Teknologi Pertanian’, Forum penelitian Agro
Ekonomi, 29(2), p. 115. doi: 10.21082/fae.v29n2.2011.115-128.
Quaye, I. et al. (2015) ‘The Applicability of the Learning School Model
of Strategy Formulation (Strategy Formulation as an Emergent
Process)’, Open Journal of Business and Management, 03(02), pp.
135–154. doi: 10.4236/ojbm.2015.32014.
154 Bab 7 Evaluating Knowledge Management
Rocchigiani, M. and Herbel, D. (2012) ‘Organization analysis and
development: Learning module 4’, pp. 1–183. Available at: http://
www.fao.org/docs/eims/upload/314528/FAO_CD_LM4.pdf.
Sadono, D. (2008) ‘Pemberdayaan Petani: Paradigma Baru Penyuluhan
Pertanian di Indonesia’, Jurnal Penyuluhan, 4(1). doi: 10.25015/
penyuluhan.v4i1.2170.
Seely, J. et al. (2014).Learning, and Innovation Organizational Learning
and Toward a Unified View of Working, Learning, and Innovation.
2(1), pp. 40–57.
Stevens, J. B. (2004) ‘Sustainable agriculture development through
effective farmer groups’, South African Journal of Agricultural
Extension, 33(1), pp. 40-51–51.
Sunarta (2010) ‘Perencanaan Sumber Daya Manusia (Kunci
Keberhasilan Organisasi)’, Informasi. doi: 10.21831/informasi.
v2i2.6197.
Wahyuni, S. (2019) ‘Penyuluhan Komoditi Pangan (Studi Kasus
di Kabupaten Tanah Datar) Role Of Agricultural Extension
Center (BPP) in Extention of Food Commodities (Case Study
In Tanah Datar District) Pendahuluan Pertumbuhan penduduk
semakin meningkatkan kebutuhan panga’, AGRISEP Vol.18
No.2September2019Hal:235–248, 18(2), pp. 235–248. doi:
10.31186/jagrisep.18.2.235-248.
Wisnujati, N. S. et al. (2019), The Economic Performance of Indonesian
Rice in The Integration of The Asean Economic Community (Mea)
Free Market, in. doi: 10.2991/iccd-19.2019.104.
Wisnujati Nugrahini, et al (2018) ‘RJOAS, 7(79), July 2018’, 7(July
2018), pp. 5–13.
BAB 9
KNOWLEDGE CONTINUITY
MANAGEMENT (KCM)
Oleh:
Theresia Marditama
Universitas Kebangsaan
[email protected]
A. Knowledge Management (KM)
Manajemen Pengetahuan atau knowledge management (KM)
apakah itu? Knowledge management memerlukan relasi yang baik
antar manusia karena hal ini berhubungan dengan studi tentang
manusia.
Dalam era industri yang berkembang pesat dan tak menentu
ini atau yang lebih kita kenal dengan istilah era disruptif dimana
banyak terjadi perubahan akibat perkembangan teknologi. Apa
yang harus dilakukan sektor industri agar dapat bertahan hidup?
Bagaimana mempertahankan keberlanjutan eksistensi usahanya?
Banyak pertanyaan–pertanyaan yang harus dijawab dalam benak
kita.
Krisis global membuat persaingan semakin sengit dan untuk
menghadapinya dengan menggunakan senjata yang ampuh yaitu
knowledge (pengetahuan). Dengan menguasai berbagai macam
pengetahuan, maka kita dapat melakukan berbagai hal inovasi.
Lahirnya inovasi itu sendiri hanya berasal dari pengetahuan yang
mendalam, sehingga pada suatu perusahaan posisi knowledge menjadi
sangat penting. Bagaimana caranya agar perusahaan konsisten dalam
melakukan inovasi? Sudah tentu harus memiliki sumber daya yang
memiliki knowledge yang baik (Ali and Warne, 2011).
Namun pengetahuan yang bagaimana yang dibutuhkan
oleh perusahaan? Pengetahuan yang dimiliki dan dipahami oleh
155
156 Bab 9 Knowledge Continuity Management
seluruh karyawan dalam perusahaan tersebut artinya pengetahuan
tersebut tidak hanya dimiliki oleh segelintir orang tertentu saja.
Kondisi seperti ini akan membuat perusahaan mudah rapuh. Yang
dikhawatirkan dalam jangka panjang tidak ada transfer ilmu kepada
sesama karyawan di dalam perusahaan tersebut. Maka dari itu
dibutuhkan knowledge management yang baik yang secara otomatis
akan membangun daya saing yang kuat dan baik pula.
Knowledge management bukanlah tujuan akhir dari suatu
perusahaan melainkan merupakan suatu metode agar perusahaan
selalu memiliki energi baru untuk melakukan kreativitas dan inovasi
dalam waktu yang cepat dan tepat. Sehingga perusahaan akan
dapat mempertahankan daya hidupnya. Knowledge management
merupakan sistem yang dibuat untuk menciptakan, menggolongkan,
menyebarkan dan mendokumentasikan rekam jejak informasi yang
relevan kepada semua individu dalam organisasi tersebut sehingga
mudah digunakan oleh siapa pun dan kapan pun sesuai dengan
kompetensi dan kapasitasnya juga untuk meningkatkan daya saing
dalam organisasi. Dengan knowledge management, aktivitas kegiatan
organisasi dalam pengelolaan pengetahuan sebagai aset perusahaan
yang mana dengan berbagai metode strateginya dapat tersampaikan
pengetahuan tersebut kepada orang yang tepat, dengan waktu yang
cepat sehingga individu dalam organisasi dapat saling berinteraksi,
berbagi pengetahuan dan mampu mengaplikasikannya dalam
aktivitas pekerjaan sehari–hari demi meningkatnya kinerja organisasi.
Knowledge management dalam organisasi merupakan suatu sistem di
dalam perusahaan yang saling terkait dengan sistem yang lainnya.
Knowledge management yang baik adalah yang mampu menyediakan
mekanisme ruang kritikan dari pengguna mengenai kredibilitas suatu
knowledge (Wulantika, 2017).
Bagaimana agar knowledge management yang telah
diimplementasikan pada suatu perusahaan agar tetap dapat berjalan
konsisten? Kondisi bisnis dengan ketidakpastiannya mendorong
karyawan harus selalu mengimplementasikan berbagai informasi yang
Bab 9 Knowledge Continuity Management 157
diterima sehingga selalu terjadi proses pembelajaran dan harapannya
selalu memunculkan terjadinya inovasi di dalam perusahaan.
Pelaksanaan knowledge management dalam suatu organisasi akan
melibatkan tiga komponen yaitu:
1. Manusia. Penerapannya akan berhasil apabila didukung oleh
ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten. Sehingga
kompetensi manusia yang ada dalam organisasi merupakan
hal pertama yang harus dikembangkan. Kemudian langkah
selanjutnya adalah memastikan bahwa individu dalam organisasi
mengetahui dan memahami dengan jelas peran, fungsi, dan
tanggung jawabnya masing-masing dalam mengelola knowledge
serta mampu menjalankan proses knowledge management
itu sendiri (mempelajari, meningkatkan, atau mengalirkan
pengetahuan).
2. Proses. Dengan proses dan tahapan yang jelas akan dapat
mempermudah inovasi/penciptaan pengetahuan dan
mempermudah transfer pengetahuan. Oleh karena itu perlu
dibuat mekanisme proses transfer dan aliran pengetahuan
yang tepat dengan cara mengidentifikasi dan memetakan
pengetahuan serta melakukan analisa jejaring sosial yang terkait.
3. Teknologi. Kemajuan teknologi zaman sekarang, sudah tentu
akan membantu proses kolaborasi dan komunikasi yang terjadi
dalam proses knowledge management diantaranya dengan
mengumpulkan, menyimpan, dan mempermudah menggunakan
informasi. Oleh karena itu diperlukan membangun sarana
pendukung proses kolaborasi yang berbasis teknologi misalnya
seperti basis data penyimpanan (database), server, portal
(website), atau perangkat teknologi informasi lainnya.
Ketiga elemen tersebut di atas saling melengkapi dan terkait
satu dengan yang lainnya untuk membentuk proses knowledge
management di dalam suatu organisasi.
Knowledge management dapat menjadi salah satu alternatif
jawaban perusahaan untuk mempertahankan eksistensi bisnis.
158 Bab 9 Knowledge Continuity Management
Dilakukan dengan cara menggunakan knowledge management
sebagai alat untuk berinovasi.
Empat pilar proses untuk membangun knowledge management
dalam suatu organisasi adalah:
1. Proses penciptaan pengetahuan.
Merupakan proses awal saat pengetahuan baru saja diciptakan
melalui proses inovasi.
2. Proses transfer pengetahuan.
Tahap kedua berupa menyamakan tingkat pengetahuan dengan
melalui proses transfer pengetahuan.
3. Proses penggunaan pengetahuan.
Pengetahuan yang ada di perusahaan digunakan dalam aktivitas
perkerjaan sehari-hari.
4. Proses penyimpanan pengetahuan.
Merupakan tahap akhir berupa penyimpanan pengetahuan
masa lalu dan masa sekarang untuk digunakan penciptaan
pengetahuan di masa yang akan datang.
Enam tahapan proses untuk membangun knowledge management
dalam suatu organisasi adalah:
1. Identifikasi.
Tahap awal yang sangat penting. Dimana perusahaan harus
melakukan identifikasi secara menyeluruh pada knowledge
management yang dimiliki. Hasil identifikasi ini untuk menentukan
bidang mana yang selanjutnya akan dikelola.
2. Akuisisi.
Tahap kedua dengan melakukan identifikasi keadaan lingkungan
internal maupun eksternal perusahaan yang berguna untuk
melakukan pengembangan knowledge di perusahaan. Tahap
kedua ini disebut juga sebagai analisa pasar yaitu bagaimana dapat
melihat peluang yang ada secara kreatif dan mengidentifikasi
tingkat persaingan pasar.
Bab 9 Knowledge Continuity Management 159
3. Pengembangan.
Merupakan tahap membangun dan mengelola knowledge yang
telah diidentifikasi perusahaan baik secara internal maupun
eksternal berupa menciptakan produk baru, menerapkan proses
kegiatan yang efisien dan memberikan solusi atas permasalahan
yang ada di perusahaan.
4. Pendistribusian.
Tahapan dalam mengelola dan memanfaatkan knowledge
yang telah dibangun secara efektif dan merata pada seluruh
lini perusahaan sehingga knowledge berkembang untuk
meningkatkan kinerja organisasi maupun perusahaan.
5. Pemanfaatan.
Merupakan tahapan untuk menjaga keefektifan penggunaan
knowledge agar kondisi perusahaan tetap stabil dan tercapainya
target perusahaan. Pada tahapan ini dapat dimonitor kemajuan
maupun kemunduran perusahaan sehingga dapat dilakukan
analisa dan perbaikan terhadap metode yang salah dalam
penggunaannya.
6. Penyimpanan.
Merupakan tahapan akhir yaitu untuk memastikan bahwa
knowledge yang dimiliki perusahaan tetap ada dan tidak hilang
sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan proses secara
efektif dalam organisasi maupun perusahaan. Pada tahapan
ini dapat dilakukan berbagai macam inovasi untuk memenuhi
kebutuhan publik.
B. Inovasi dan Kreativitas
Inovasi sebuah kata yang vital dalam perusahaan agar aktivitas
operasional perusahaan dapat bertahan hidup. Sehingga inovasi
merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Inovasi dapat terlaksana
dengan munculnya kreativitas dari karyawannya yang dirancang
dari analisis kritis terhadap suatu keadaan yang mengarah pada
160 Bab 9 Knowledge Continuity Management
penciptaan hal-hal baru dari keadaan sebelumnya (Saulais and
Ermine, 2012).
1. Dengan inovasi, perusahaan dapat benar-benar menciptakan
produk baru atau melengkapi dari produk lama. Konsumen
semakin pintar, sehingga konsumen mengkonsumsi produk tidak
hanya karena membutuhkan dari fungsinya saja perusahaan
tidak akan mampu bertahan lama dan bersaing tanpa adanya
inovasi.
2. Pelanggan selalu memiliki keinginan yang berubah–ubah dan
tidak pernah puas pada satu produk tertentu.
3. Pelanggan akan mudah berpaling ke produk lain yang lebih
memberikan jawaban kepuasan atas keinginan pelanggan
(Ananta, Djalali and Farid, 2014).
Namun juga mencari nilai tambah (addeed values) bila pada produk
yang dikonsumsi, konsumen dapat menemukan layanan purna jual
yang memuaskan. Kondisi suatu produk dapat memahami keinginan
konsumen, maka posisi produk tersebut akan kuat di persaingan
pasar global (JANNAH, 2014). Positioning yang kuat pada sebuah
produk akan berpengaruh signifikan pada keberlanjutan suatu
produk dengan meraih kepuasan dan loyalitas dari konsumennya.
Konsep inovasi adalah:
Inovasi terdiri dari dua aspek yaitu:
1. Pengembangan ide produk.
Dalam pengembangan ide produk dibutuhkan dukungan secara
struktural maupun logistik.
2. Penciptaan pengetahuan atau kreativitas.
Disebut juga sebagai modal intelektual perusahaan yang mampu
menghasilkan pengetahuan baru yang berasal dari sumber daya
manusianya.
Pemahaman yang baik dari sumber daya manusia terhadap modal
intelektual perusahaan dan lingkungannya maka akan melahirkan
pengetahuan baru (Saulais and Ermine, 2012).
Bab 9 Knowledge Continuity Management 161
Konsep kreativitas adalah:
Faktor–faktor yang mempengaruhi kreativitas dan inovasi
adalah:
1. Memberikan ruang aspirasi yang cukup kepada karyawan.
2. Mengadakan program kegiatan yang sarat dengan ide–ide baru.
3. Jadikan inovasi merupakan keharusan yang selalu dioptimalkan
melalui diadakannya program kegiatan dengan berorientasi pada
kepuasan pelanggan (Diwanti et al., 2020).
C. Inovasi Berbasis Teknologi dan Informasi
Inovasi berbasis ilmu pengetahuan dilakukan untuk menstimulasi
munculnya kreativitas. Namun pada era technology age and information
age dimana terdapat perubahan paradigma bahwa basis kerja tidak
hanya berbasis pengetahuan (knowledge work) saja (Adzima and
Sjahruddin, 2019).
Persaingan yang sangat ketat di dunia kerja, membuat seluruh
karyawan dan pelaku bisnis harus berfikir keras bagaimana caranya
untuk tetap bertahan dan bersaing.
Pelaku bisnis yang memulai bisnisnya dengan berbasis inovasi
teknologi atau disebut juga technopreneurship. Berasal dari
gabungan kata “technology” dan “entrepreneurship” (Depositario,
Aquino and Feliciano, 2011). Pendapat lainnya menyebutkan
bahwa technopreneurship adalah proses dalam sebuah organisasi
yang mengutamakan inovasi dan secara terus menerus menemukan
problem utama organisasi, memecahkan permasalahannya, dan
mengimplementasikan cara-cara pemecahan masalah dalam rangka
meningkatkan daya saing di pasar global (Okorie et al., 2014).
Technopreneurship merupakan gabungan aktivitas antara
penggunaan teknologi canggih dan konsep kewirausahaan.
Konsep technopreneurship adalah:
1. Berbasis pada pengembangan dari kewirausahaan dengan
inovasi pada bidang teknologi.
162 Bab 9 Knowledge Continuity Management
2. Pengembangan aplikasi high technology tidak hanya pada aplikasi
pengetahuan dan kerja orang (human work) namun juga pada
penerapan sistem akuntansi, teknik pemasaran secara online
maupun offline.
Technopreneurship adalah suatu karakter individu dengan
semangat membangun suatu usaha melalui integrasi dalam
kompetensi penerapan kemajuan teknologi. Pentingnya
technopreneurship sekarang ini dikarenakan kaitannya antara ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ketika suatu negara memutuskan
untuk menggunakan pendekatan peningkatan kemajuan teknologi
sebagai pendorong peningkatan produksi tingkat nasional bahkan
telah dilakukan oleh banyak negara sebagai strategi competitive
advantage, maka technopreneurship adalah program yang merupakan
bagian integral dari peningkatan budaya (culture) kewirausahaan.
Pada technopreneurship sangat perlu untuk mengkolaborasikan
antara budaya dan konsepsi, yaitu berupa budaya untuk selalu
inovasi, kreativitas, jiwa kewirausahaan, serta konsep inkubator
bisnis, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, knowledge
management dan learning organization, yang didukung oleh kapabilitas
wirausahanya itu sendiri, koneksitas yang konsisten dan hubungan
kolaboratif yang baik (Mopangga, 2015).
Kegiatan industri saat ini didorong oleh kondisi persaingan secara
global dan kecepatan adaptasi terhadap suatu keadaan maupun
permintaan pasar yang tidak pasti juga cepat berubah-ubah. Kondisi
seperti ini hanya dapat diatasi oleh kemajuan yang sangat radikal
dalam kemajuan teknologi manufaktur.
Pendekatan yang tepat dalam menghadapi situasi seperti ini
adalah industri 4.0. Industri 4.0 menggunakan cara pendekatan
yang menjanjikan antara integrasi bisnis, proses manufaktur maupun
seluruh komponen dalam rantai pasokan (supply chain) .
Industri 4.0 merupakan inisiatif dan inspiratif pertama yang
diperkenalkan oleh negara Jerman pada tahun 2011, pada saat
diadakannya Hannover Messe Fair yaitu ajang berskala internasional
Bab 9 Knowledge Continuity Management 163
dalam bidang industri dan otomasi. Inisiatif strategis yang pertama
kali diperkenalkan berupa transformasi industri manufaktur melalui
digitalisasi dan eksploitasi potensi teknologi terbaru. Sistem produksi
pada industri 4.0 cenderung lebih fleksibel sehingga produk dapat
disesuaikan secara khusus.
Konsep industri berbasis kemajuan teknologi pun diterapkan di
Amerika Utara dengan konsep internet industri pada perusahaan
General Electric pada akhir tahun 2012. Inspirasi ini dipandang
sebagai integrasi yang sangat kuat antara fisik dan dunia digital
yang mana menggabungkan antara analitik Big Data dengan Internet
of Things. Transformasi manufaktur yang dilakukan harus didukung
olah program inovasi (Rojko, 2017).
Industri 4.0 menjadikan internet sebagai penopang utama
dalam berjalannya proses industri. Semua objek dalam proses
industri dilengkapi oleh perangkat teknologi lengkap dengan alat
sensornya sehingga mampu berkomunikasi sendiri menggunakan
sistem teknologi informasi (Prasetyo and Sutopo, 2017).
Sistem Pemikiran Global
Manajemen Ilmiah, Manajemen Klasik & Perilaku Manajemen
SainsTerintegrasi
Gambar 9.1: Perkembangan Keilmuan Teknik Industri pada
Revolusi Industri (Prasetyo and Sutopo, 2017)
164 Bab 9 Knowledge Continuity Management
D. Knowledge Continuity Management (KCM)
Kontinuitas Pengetahuan atau dikenal dengan istilah continuity
knowledge (KC) di era transformasi pengetahuan merupakan hal
penting perusahaan dalam upaya menjaga kesinambungan dari
inovasi.
Faktor–faktor yang mempengaruhi continuity knowledge adalah:
1. Tenaga kerja di era informasi seperti sekarang ini memiliki
kecenderungan seringnya berpindah pekerjaan, mutasi bahkan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dikarenakan perampingan
perusahaan.
2. Tingginya turn over (perputaran) karyawan merupakan tantangan
tersendiri bagi perusahaan.
3. Knowledge yang bersifat individual akan mengikuti keluar juga
bersama dengan individu karyawan tersebut atau disebut juga
knowledge walkout.
4. Perusahaan harus merekrut dan melatih karyawan baru,
tingginya beban kerja pada karyawan yang masih ada, kehilangan
relasi bisnis mengikuti perginya karyawan lama, dan lain–lain.
5. Memberikan pelatihan tambahan pada karyawan baru, akan
memakan waktu dan biaya pelatihan yang tidak sedikit sehingga
berdampak pada kinerja organisasi yang melambat.
Salah satu cara atau strategi untuk mengurangi dampak dari
hal tersebut adalah dengan menerapkan continuity knowledge (KC).
Continuity knowledge (KC) berfokus pada transfer pengetahuan
saat kritis yaitu pada saat seorang karyawan meninggalkan posisi
mereka untuk berpindah kerja kepada karyawan yang menggantikan
posisinya. Sedangkan knowledge management (KM) menitikberatkan
pada bagaimana perusahaan dapat mengamankan berbagai
pengetahuan berharga diantara karyawannya.
Perilaku knowledge management akan berpengaruh pada seorang
karyawan begitu bergabung dalam suatu organisasi, ia akan belajar
bagaimana berperilaku secara formal maupun sosialisasi informal.
Bab 9 Knowledge Continuity Management 165
Karyawan yang bekerja dalam suatu organisasi dengan budaya
mempromosikan nilai-nilai yang mengedepankan kepercayaan dan
kolaborasi akan menunjukan suatu keinginan yang besar untuk saling
berbagi wawasan, ilmu, dan keahlian satu sama lainnya, dibandingkan
dengan karyawan yang berkerja dalam suatu organisasi dengan sistem
nilai yang hanya menekankan pada tujuan dan kompetisi individu
semata. Peran knowledge management akan mendorong hal positif
pada continuity knowledge mengingat keadaan unik di Indonesia,
bilamana karyawan yang berpotensi pergi meninggalkan perannya,
maka masuknya karyawan baru akan mendapatkan kesulitan. Akan
sulit dipastikan bahwa karyawan yang pergi akan meneruskan
tongkat estafet kepada penggantinya. Sehingga aktivitas knowledge
management dipandang sebagai bagian dari semua orang (Biron and
Hanuka, 2015).
Hubungan interpersonal dalam suatu organisasi merupakan
hal yang sangat penting, dikarenakan mempengaruhi harmonisasi
organisasi dalam konteks kerjasama tim. Suatu kondisi organisasi
yang harmonis akan dapat tercapai apabila setiap individu yang
terlibat selalu berusaha meningkatkan kualitas diri dan memberikan
kontribusi yang berkualitas dalam upaya meningkatkan sinergi
organisasi.
Kualitas kerjasama individu dalam suatu organisasi akan
menentukan keberhasilan tim dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, karena:
1. Kerjasama satu tim akan memberikan dampak yang besar
daripada hasil individual.
2. Anggota dalam suatu tim akan lebih termotivasi dalam kelompok
daripada secara individual.
3. Tim dengan anggota terdiri dari lintas fungsional akan lebih
mampu menghadapi persaingan global dalam memecahkan
masalah yang lebih rumit.
4. Kualitas keterampilan tim yang terdiri dari beberapa individu
lintas fungsional akan lebih baik apabila hubungan interpersonal
166 Bab 9 Knowledge Continuity Management
tim terjalin harmonis dan saling menunjang (Pujadi and Tumar,
2016).
Modal intelektual perusahaan bertujuan untuk menemukan
evolusi dan menjelaskan kombinasi paling inovatif dari penemuan
terbarunya sesuai dengan konteks perusahaan.
Teori evolusi Darwin yang dipengaruhi pandangan Aristoteles
dan berdasarkan observasi. Dua kata kunci dalam teori Darwin yaitu:
seleksi alam (natural selection) dan adaptasi (adaptation). Darwin
menyadari bahwa adaptasi akan berkembang terus seiring dengan
berjalannya waktu sehingga Darwin perlu untuk menjelaskan
mekanisme teori evolusi. Kata “seleksi alam” sebagai mekanisme
perubahan evolusioner adalah sebagai berikut:
1. Anggota dari suatu populasi memiliki sifat yang bervariasi dimana
akan melewati proses dari seleksi alam (contoh kondisi keadaan
faktor lingkungan yang tidak cukup menunjang).
2. Anggota dari suatu populasi yang mampu bertahan hidup dengan
cara beradaptasi akan mampu melakukan reproduksi dengan
cara membawa sifat unggulnya yang berbeda dari individu lain.
3. Seiring dengan berjalannya waktu, proporsi sifat yang
menguntungkan dengan kondisi mampu beradaptasi akan
semakin meningkat dalam populasi tersebut dan yang tidak
memiliki sifat mampu beradaptasi maka akan musnah.
Seleksi alam merupakan proses yang akan terus berlangsung
dikarenakan faktor lingkungan yang statis. Kepunahan dipastikan
akan dapat terjadi apabila proses adaptasi tidak sejalan dengan
perubahan lingkungan (Taufik, 2019).
Pendekatan ini juga memungkinkan agar perusahaan terbuka
pada pengetahuan baru dan mampu beradaptasi yang disesuikan
dengan budaya lingkungan. Pada perusahaan investigasi dapat
dilakukan pada organisasi di masa lalu dengan menunjukan faktor–
faktor mana saja yang dapat memicu proses inovasi.
Bab 9 Knowledge Continuity Management 167
Dalam konteks teori evolusi bahwa perkembangan keberhasilan
manajemen suatu perusahaan tidak lepas dari peran perilaku sumber
daya manusia yang memegang peranan sangat penting. Hubungan
manusia dengan organisasi menggunakan istilah perilaku administrasi,
meskipun dalam perkembangan zaman, ilmu ini berkembang menjadi
perilaku organisasi. Hal ini karena, pada dasarnya organisasi meliputi
aktivitas kerjasama antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk
mencapai visi perusahaan dengan menggunakan teknologi, struktur
dan proses. Perilaku organisasi terkait unsur-unsurnya seperti
nampak dalam gambar di bawah ini.
Gambar 9.2 : Diagram Perilaku Organisasi (Pujadi and Tumar,
2016)
Penggunaan pengetahuan tidak akan menghilangkan
pengetahuan tersebut. Semakin sering digunakan pengetahuan
itu akan semakin berkembang secara luas yang pada akhirnya
pengetahuan itu tidak akan bergantung kepada orang tertentu
(continuous learning).
Perpindahan pengetahuan tidak akan menghilangkan
pengetahuan itu sendiri bila dilakukan transfer pengetahuan kepada
seseorang. Dengan proses transfer pengetahuan yang baik maka
keberlanjutan manajemen pengetahuan (knowledge continuity
168 Bab 9 Knowledge Continuity Management
management) akan tetap ada dan terjaga dengan baik untuk
digunakan di masa yang akan datang (Pujadi and Tumar, 2016).
Daftar Pustaka
Adzima, F. and Sjahruddin, H. (2019) ‘Pengaruh Knowledge
Management Terhadap Kinerja Pengawai’, Jurnal organisasi dan
manajemen, 1 (1), pp. 58–56. doi: 10.5281/zenodo.3459964.
Ali, I. and Warne, L. (2011) ‘Knowledge Management and Social
Learning’, Knowledge Management, 3(3). doi: 10.4018/
9781599049335.ch202.
Ananta, R. K. E., Djalali, A. and Farid, M. (2014) ‘Minat
Wirausaha,Konsep Diri dan Kreativitas’, jurnal psikologi
Tabularassa, 9(april), pp. 48–57.
Biron, M. and Hanuka, H. (2015) ‘Comparing normative influences
as determinants of knowledge continuity’, International Journal
of Information Management. Elsevier Ltd, 35(6), pp. 655–661.
doi: 10.1016/j.ijinfomgt.2015.07.006.
Depositario, D. P. T., Aquino, N. A. and Feliciano, K. C. (2011)
‘Entrepreneurial Skill Development Needs of Potential Agri-
based Technopreneurs’, Journal of International Society for
Southeast Asian Agricultural Sciences. doi: 10.5296/jsr.v3i2.2648.
Diwanti, D. P. et al. (2020) ‘Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Pengaruh Program Kegiatan I-Createdi (Kemandirian-Kreativitas
Dan Inovasi) Terhadap’, 7(1), pp. 176–190.
JANNAH, M. (2014) ‘Strategi Inovasi Produk Dalam Mencapai
Keunggulan Kompetitif’, Islami Conomic: Jurnal Ekonomi Islam,
5(1), pp. 1–15. doi: 10.32678/ijei.v5i1.20.
Mopangga, H. (2015) ‘Trikonomika.’, Trikonomika, 14(1), pp. 13–
24. Available at: http://www.journal.unpas.ac.id/index.php/
trikonomika/article/view/587.
Okorie, N. N. et al. (2014) ‘Technopreneurship: an Urgent Need in the
Material World for Sustainability in Nigeria’, European Scientific
Journal, ESJ, 10(30), pp. 59–73.
Prasetyo, H. and Sutopo, W. (2017) ‘Perkembangan Keilmuan Teknik
Industri Menuju Era’, Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017,
Bab 9 Knowledge Continuity Management 169
pp. 488–496. Available at: https://idec.ft.uns.ac.id/wp-content/
uploads/2017/11/Prosiding2017_ID069.pdf.
Pujadi, T. and Tumar, T. (2016) ‘Knowledge Management Di Instansi
Pemerintah’, ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian), p. 57. doi:
10.29313/ethos.v0i0.1686.
Rojko, A. (2017) ‘Industry 4.0 concept: Background and overview’,
International Journal of Interactive Mobile Technologies, 11(5), pp.
77–90. doi: 10.3991/ijim.v11i5.7072.
Saulais, P. and Ermine, J. L. (2012) ‘Creativity and knowledge
management’, VINE. doi: 10.1108/03055721211267521.
Taufik, L. M. (2019) ‘Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini, Dan Nanti’,
Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), p. 98. doi: 10.23887/jfi.v2i3.22150.
Wulantika, L. (2017) ‘Knowledge Management Dalam Meningkatkan
Kreasi dan Inovasi Perusahaan’, Majalah Ilmiah UNIKOM, 10(2),
pp. 263–270.
BIODATA PENULIS
Dr Novalien.C. Lewaherilla.SE.MM.
Menyelesaikan Sarjananya di Fakultas Ekonomi
Universitas Pattimura. Kemudian melanjutkan
Studi Program Magister di Universitas
Brawijaya, dan menyelesaikan Program
Doktoralnya pada tahun 2018.
Penulis yang berdarah Ambon ini adalah dosen
tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas
Pattimura Ambon, sejak tahun 1999. Bidang
keilmuwannya yakni Manajemen, khusus
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Selain Manajemen Sumber Daya Manusia, penulis juga terlibat dalam
Mata Kuliah dan Kajian–Kajian Kewirausahaan, Pengelolaan Bisnis
dan Metodologi Penelitian Bisnis. Email: novalewaherilla@yahoo.
com
Ardhariksa Zukhruf Kurniullah, M.Med.Kom.
Penulis yang akrab dipanggil Ardhan ini
merupakan akademisi sekaligus praktisi
di bidang teknologi komunikasi dan
entrepreneurship. Penulis menyelesaikan studi
Sarjana dan Magister Media Studies dan
Komunikasi di Universitas Airlangga dan saat
ini merupakan kandidat double degree Doktor pada bidang Business,
Teknologi dan Komunikasi sekaligus memiliki sertifikasi kompetensi
internasional Academy of Finance and Management Australia &
European Collage for Liberal Studies di bidang valuasi bisnis, operations
dan startup.
170
Biodata Penulis 171
Saat ini penulis menjadi Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana Jakarta. Selain itu juga merupakan CEO
startup PT. Azzukhruf Intermedia Siberkom dan Executive Chairman
AZ Company Group. Kecintaannya pada bidang komunikasi, khususnya
advertising, technology evangelist dan bisnis ini telah mengukir prestasi
baik nasional maupun internasional, diantaranya yaitu menjadi finalis
World Digital Marketing Association, di Brazil 2011 dan Global Startup
Awards 2017. Penulis juga aktif menjadi speaker maupun narasumber
ahli baik tingkat nasional maupun internasional. Minatnya dalam
bidang research dan komunikasi bisnis membuatnya tergabung
pada IAMCR (International Association of Media and Communiation
Research). Email: [email protected]
Dr. I Wayan Edi Arsawan, SE., MM.
Penulis kelahiran Tabanan Bali ini adalah dosen
tetap (faculty member) pada program studi
Manajemen Bisnis Internasional, Jurusan
Administrasi Bisnis di Politeknik Negeri Bali,
Kampus Bukit Jimbaran sejak tahun 2006.
Penggemar potografi landscape dan pelatih
taekwondo ini menyelesaikan pendidikan
Magister Manajemen dan Program Doktor Ilmu Manajemen
konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia di Universitas
Udayana Bali. Selain sebagai dosen, penulis juga sebagai peneliti
dan trainer bidang human resources, organizational behavior dan
manajemen strategik untuk perusahaan dalam dan luar negeri.Email:
[email protected].
172 Biodata Penulis
Dr. Nur Agus Salim, M.Pd.
Penulis kelahiran Samboja (Kutai Kartanegaara)
ini adalah dosen tetap (faculty member) program
studi PGSD (business creation) di Universitas
Widya Gama Mahakam Samarinda sejak tahun
2013.
Penulis menyelesaikan program Doktor pada
Program Studi Manajemen Pendidikan di
Universitas Mulawarman–Samarinda tahun
2017. Penulis sudah menulis beberapa buku
diantaranya Pendidikan Karakter: Teori dan Praktik, Pengantar
Pendidikan: Konsep dan Sistem Pendidikan Dasar dan Pendidikan
di Era Revolusi 4.0. Email: [email protected].
Nurul Hikmah, S.Pd, M.Pd.
Lahir di Samarinda pada tanggal 27 November
1991 dari pasangan seorang ayah H. M. Helmi,
S.Sos, M.Si dan ibu Hj. Dra. Nursiah Nur. Penulis
mulai menempuh pendidikan di SDN 005
Samarinda Ulu (lulus tahun 2003), melanjutkan
di SMPN 5 Samarinda (lulus tahun 2006),
kemudian melanjutkan di SMAN 5 Samarinda
(lulus tahun 2009). Selanjutnya Tahun 2013,
lulusan S1 (3 tahun 8 bulan) jurusan FKIP prodi
PGSD di UNMUL. Pada bulan April tahun 2014 penulis melepaskan
masa lajang atau menikah dan saat ini telah dikarunia seorang
anak perempuan. Tahun 2016 penulis lulus S2 (2 tahun) jurusan
FKIP prodi Manajemen Pendidikan Konsentrasi PGSD di UNMUL.
Kemudian pada tahun 2016 sampai sekarang (tahun 2018) mengajar
di Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda Prodi PGSD. Tahun
2017 sampai sekarang (tahun 2018) masih dalam studi Program
Doktor (S3) jurusan FKIP prodi Manajemen Pendidikan di UNMUL.
Biodata Penulis 173
Dr. Abdurohim, SE, MM.
Penulis kelahiran Cirebon ini adalah praktisi di
dunia perbankan selama 30 tahun pada PT.
Bank Papua, dengan jabatan terakhir Vive
President. Keahlian Audit, Perencanaan Strategis,
Pemasaran, Human Capital, penyusunan BPP &
SOP dan menjadi dosen tetap (faculty member)
program studi Sarjana Manajemen (management creation) serta
Magister Manajemen (Magister Management) di Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Portnumbay, Jayapura, sejak tahun 2017.
Menyelesaikan pendidikan formal Sarjana di Sekolah Tinngi Ilmu
Ekonmi YPKP Bandung 1989 dan Magister Manajemen (MM) di
Universitas Hasanudin (2003). Program Doktoral pada Universitas
Cendrawasih, Papua tahun 2017. Email: [email protected]
Puji Harto, SE, M.Si, Ph.D, Akt.
Penulis kelahiran Demak ini adalah dosen tetap
(faculty member) pada Departemen Akuntansi,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Diponegoro, Semarang sejak tahun 2001.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal
Sarjana di Universitas Diponegoro tahun 1998,
Magister Sains Ilmu Akuntansi di Universitas
Gajahmada (UGM) tahun 2001, serta menyelesaikan program Doktor
di School of Management, University Sains Malaysia (USM) tahun
2012. Saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Akuntan (PPAk) di FEB UNDIP. Email: pujiharto@lecturer.
undip.ac.id
174 Biodata Penulis
Dr.Ir. Nugrahini Susantinah Wisnujati M.Si.
Penulis lahir di Bau Bau Buton Sulawesi
Tenggara, merupakan anak ke dua (2) dari enam
(6) bersaudara, dari Ayah R. Wisnoe Soesanto
SH seorang, dan ibu Rr.Soerjati, ibu rumah
tangga. Ayah seorang dosen Fakultas Hukum
Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya yang
memberikan wawasan bahwa pencarian (Research) harus selalu
dilakukan, karena ilmu selalu mengalami perubahan, hal ini
mengilhami penulis untuk selalu melakukan kanjian ilmu.
Pendidikan penulis di SDN Gubeng Jaya II Surabaya lulus pada
tahun 1974, Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh di SMPN
I Surabaya lulus pada tahun 1977, Sekolah Menengah Atas (SMA)
ditempuh di SMAN Empat (4) lulus pada tahun 1981, selanjutnya
penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian Universitas
Jember (UNEJ) lulus pada tahun 1986, Pascasarjana ditempuh di
Universitas Airlangga Prodi Ilmu Manajemen lulus pada tahun 1999,
dan menempuh program Doktor di Universitas Brawijaya Fakultas
Pertanian Prodi Ilmu Pertanian, Minat Ekonomi Pertanian, lulus pada
tahun 2019.
Pekerjaan utama penulis adalah dosen di Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya Fakultas Pertanian, beralamat di Jalan Dukuh kupang XXV
Surabaya, mulai bekerja dari tahun 1992 sampai dengan sekarang,
selain sebagai dosen juga menjabat sebagai ketua Program studi
Magister Manajemen Agribisnis (S2), Jabatan akademik Lektor
Kepala dan pangkat Golongan adalah Pembina Utama Muda/IV-c.
Buku yang sudah diterbitkan pada tahun 2017, judul Kebijakan
Pembangunan Pertanian dalam Menghadapi Liberalisasi
Perdagangan ASEAN Economic Community (AEC) dengan ISBN No:
9786024171018, Buku ke dua (2) judul Pembangunan Pertanian
di Era Pasar Bebas Masyarakat ASEAN (MEA) dengan ISBN:
9766024171407, buku ke tiga adalah petunjuk Praktikum dengan
Judul Petunjuk Praktikum Penyuluhan dan Pemberdayaan dengan
ISBN no. 9786237354017. Email: [email protected]
Biodata Penulis 175
Theresia Marditama, M.M.
Penulis yang menetap di kota Bandung ini
merupakan dosen tetap pada program studi
Manajemen Universitas Kebangsaan Republik
Indonesia di kota Bandung.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal
Diploma III jurusan Akuntansi di PAAP
Universitas Padjadjaran Bandung, melanjutkan
sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas
Nurtanio konsentrasi Pemasaran kemudian
menyelesaikan Magister Manajemen konsentrasi Bisnis di Universitas
Widyatama Bandung.
Pengalaman 20 tahun penulis sebagai karyawan sekaligus pelaku
bisnis di sektor industri pendidikan, menjadikan penulis ingin
berbagi pengalamannya melalui buku-buku hasil karyanya. Email:
[email protected]
Buku ini mengulas tentang ilmu mengelola suatu organisasi, perangkat-
perangkatnya, perencanaan dan strategi, mengevaluasi, dan keberlanjutan
pengelolaan. Buku ini ditujukan sebagai rujukan knowledge management bagi
mahasiswa dan pengajar, sekaligus sebagai inspirasi pembelajaran bagi pelaku
organisasi di Indonesia.
Buku ini tersusun oleh bagian sebagai berikut:
Bab 1 : Introduction
Bab 2 : Knowledge Management Models
Bab 3 : Knowledge Sharing Dalam Organisasi
Bab 4 : Organizational Culture
Bab 5 : Knowledge Management Tools
Bab 6 : Perencanaan dan Strategi
Bab 7 : Evaluating Knowledge Management
Bab 8 : Organizational Learning Tinjauan Organisasi Pertanian di Era
Globalisasi
Bab 9 : Knowledge Continuity Management (KCM)