The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Knowladge Management adalah buku yang membahas tentang Manajemen Pengetahuan didalam Organisasi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by wisnujatinugrahini, 2021-08-09 11:01:29

Knowladge Management

Knowladge Management adalah buku yang membahas tentang Manajemen Pengetahuan didalam Organisasi

94 Bab 5 Knowledge Management Tools

untuk mengumpulkan intelijen bisnis dari blog dengan secara
otomatis mengumpulkan dan menganalisis konten blog dan jaringan
interaksi blogger. Melalui sistem yang dikembangkan menggunakan
kerangka kerja, ada dua studi kasus dengan satu kasus berfokus pada
produk konsumen dan yang lainnya pada perusahaan.

Studi kasus menunjukkan bagaimana menggunakan kerangka
kerja dan teknik yang tepat untuk secara efektif mengumpulkan,
mengekstrak, dan menganalisis blog yang terkait dengan topik yang
diminati, mengungkapkan pola baru dalam interaksi dan komunitas
blogger, dan menjawab pertanyaan intelijen bisnis yang penting
dalam domain. Kerangka kerja ini cukup umum dan dapat diterapkan
pada topik apa pun yang menarik, organisasi, dan produk. Penelitian
akademik masa depan dan aplikasi bisnis terkait dengan topik yang
dibahas dalam dua kasus juga dapat dibangun menggunakan temuan
penelitian ini.

2. Internet

(Adhikara, 2010) menjelaskan dalam jurnal Comtech tentang
internet yaitu sebuah media komunikasi yang sederhana, terjangkau,
dan mudah dibuat. Kemudian Zabaedah dalam jurnal (Kip, 2015)
menjelaskan Internet merupakan sistem global yang saling terhubung
pada jaringan komputer dengan menggunakan standar Internet
Protocol Suite (TCP/IP) yang dapat melayani pengguna diseluruh
dunia. Jaringan internet ini dapat melayani segala keperluan
penggunanya termasuk dunia pendidikan, yang terhubung dari
teknologi jaringan elektronik nirkabel dan optik.

(Hikmah, 2020) menjelaskan dalam jurnal bahtera bahwa
dengan internet dapat dengan mudah dan update untuk memperoleh
informasi, baik dalam daerah maupun luar daerah. Kemudian internet
juga bisa difungsikan untuk chatting, mengirim email dan browsing.
Agar mahasiswa terbiasa dengan internet, dosen dapat memberikan
soal latihan yang dicari referensinya melalui internet sehingga
mahasiswa bisa untuk mengakses internet.

Bab 5 Knowledge Management Tools 95

(Ray, 2018) menjelaskan dalam jurnal Computer and Information
Sciences tentang internet of things yaitu platform di mana setiap hari
perangkat menjadi lebih pintar, setiap hari pemrosesan menjadi
cerdas, dan setiap hari komunikasi menjadi informatif. Sementara
internet of things masih mencari bentuknya sendiri, pengaruhnya
sudah terlihat dalam membuat langkah luar biasa sebagai media
solusi universal untuk skenario yang terhubung. Studi spesifik
arsitektur selalu membuka konformasi bidang terkait. Kurangnya
pengetahuan arsitektur secara keseluruhan saat ini menolak para
peneliti untuk melewati lingkup pendekatan sentris internet of things.
Literatur ini mensurvei arsitektur berorientasi internet of things
yang cukup mampu untuk meningkatkan pemahaman tentang alat,
teknologi, dan metodologi terkait untuk memfasilitasi kebutuhan
pengembang. Secara langsung atau tidak langsung, arsitektur yang
disajikan mengusulkan untuk memecahkan masalah kehidupan nyata
dengan membangun dan menyebarkan gagasan internet of things
yang kuat. Selanjutnya, tantangan penelitian telah diselidiki untuk
memasukkan kekosongan di dalam tren arsitektur saat ini untuk
memotivasi akademisi dan industri terlibat dalam mencari jalan
keluar yang mungkin untuk mendapatkan kekuatan yang tepat dari
internet of things. Kontribusi utama dari makalah survei ini adalah
bahwa makalah ini merangkum keadaan terkini arsitektur internet
of things dalam berbagai domain secara sistematis.

(Li, Xu and Zhao, 2015) menjelaskan dalam jurnal information
systems frontiers tentang beberapa tahun terakhir, Internet of Things
(IoT) telah menarik perhatian penelitian yang signifikan. IoT dianggap
sebagai bagian dari internet di masa depan dan akan terdiri dari
miliaran komunikasi cerdas ‘hal’. Masa depan internet akan terdiri dari
perangkat yang terhubung secara heterogen yang selanjutnya akan
memperluas perbatasan dunia dengan entitas fisik dan komponen
virtual. Internet of Things (IoT) akan memberdayakan hal-hal yang
terhubung dengan kemampuan baru. Dalam survei ini, definisi,
arsitektur, teknologi fundamental, dan aplikasi IoT ditinjau secara
sistematis. Pertama, berbagai definisi IoT diperkenalkan; kedua,

96 Bab 5 Knowledge Management Tools

teknik yang muncul untuk penerapan IoT dibahas; ketiga, beberapa
masalah terbuka terkait dengan aplikasi IoT dieksplorasi; Akhirnya,
tantangan utama yang perlu ditangani oleh komunitas penelitian
dan solusi potensial yang sesuai diselidiki.

(Manyika et al., 2015) menjelaskan dalam jurnal McKinsey global
institute tentang memadukan ranah fisik dan digital, Internet of Things
(IoT) sangat memperluas jangkauan teknologi informasi. Berbagai
kemungkinan yang muncul dari kemampuan untuk memantau
dan mengendalikan hal-hal di dunia fisik secara elektronik telah
mengilhami gelombang inovasi dan antusiasme. Perubahan besar
yang dapat dilakukan IoT pada bagaimana perusahaan mengelola
aset fisik, bagaimana konsumen memperhatikan kesehatan dan
kebugaran mereka, dan bagaimana kota beroperasi juga telah
mengilhami visi masa depan yang sangat berbeda, serta banyak
hype. McKinsey telah terlibat dalam Internet of Things selama
bertahun-tahun dan kami telah melihat seberapa cepat kemajuan
dalam teknologi dan pengetahuan telah melampaui harapan kami—
namun betapa sulitnya untuk mendapatkan manfaat terbesar dari
implementasi IoT, yang membutuhkan penciptaan sangat sistem yang
kompleks dan teknologi koordinasi, investasi, dan bakat melintasi
ruang dan waktu.

3. E-mail

(Gnupg and Squirellmail, no date) menjelaskan dalam jurnal
jupiter bahwa saat ini banyak orang yang sudah menggunakan email
sebagai media komunikasi, dan email banyak sekali kegunaan yang
dihasilkannya. Electronic Mail atau email yaitu perangkat lunak sistem
korespondensi antara satu komputer dengan komputer lain dengan
menggunakan sistem jaringan komputer atau internet.

(Chang, Rizal and Amin, 2013) menjelaskan dalam jurnal
internet research tentang tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengembangkan model teoritis efektivitas iklan email dan untuk
menyelidiki perbedaan antara email berbasis izin dan spamming.
Dengan memeriksa berbagai jenis email (mis. Email berbasis izin
dan spam), penelitian ini menguji secara empiris hubungan teoritis

Bab 5 Knowledge Management Tools 97

antara nilai iklan email, persepsi instrusiveness, dan kecenderungan
perilaku-perilaku terhadap iklan email. Desain/metodologi/
pendekatan: Survei dilakukan dengan menggunakan 221 responden
dari Taiwan. Dua skenario dirancang untuk penelitian ini. Kuesioner
dibagi sama rata menjadi dua set, dengan bagian pertama berisi
skenario yang menggambarkan email berbasis izin, dan setengah
lainnya berisi skenario yang menggambarkan email spam. Setiap
responden hanya menerima satu set survei. Temuan: Hasil dari survei
terhadap 221 pengguna Internet di Taiwan menunjukkan bahwa
nilai-nilai dan sikap terhadap, dan campur tangan yang dirasakan,
iklan email secara signifikan mempengaruhi disposisi perilaku
konsumen terhadap iklan email. Hasilnya menunjukkan bahwa email
berbasis izin lebih efektif dibandingkan dengan iklan email spam.
Untuk email yang diminta, konsumen merasa kurang intrusif jika
iklan email menawarkan insentif keuangan kepada mereka. Batasan/
implikasi penelitian: Penulis mengakui empat keterbatasan dalam
penelitian ini. Namun keterbatasan ini memberikan arahan lebih
lanjut untuk studi masa depan dalam disiplin. Diskusi mengenai
batasan-batasan ini disediakan. Implikasi praktis: Yang penting,
penelitian ini menghasilkan implikasi teoritis dan manajerial yang
signifikan. Prihatin dengan konteks periklanan email, karya penulis
memberikan dukungan teoritis untuk kedua konstruksi nilai-nilai
periklanan dan gangguan yang dirasakan sebagai penting. Prihatin
dengan pengiklan, studi ini memberikan implikasi penting untuk
perencanaan yang lebih baik dari strategi bauran pemasaran
menggunakan email. Orisinalitas/nilai: Studi ini memberikan
wawasan teoretis baru tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan konsumen terhadap iklan email dengan memasukkan
intrusivitas yang dirasakan sebagai mediator dalam hubungan antara
nilai iklan dan disposisi perilaku-perilaku. Dengan membandingkan
secara empiris berbagai jenis iklan email dari email berbasis izin dan
spam, penelitian ini juga menawarkan pemahaman yang lebih baik
dan memperluas literatur terkini tentang penelitian iklan email.

98 Bab 5 Knowledge Management Tools

(Geiger and Parlamis, 2014) menjelaskan dalam jurnal icomputers
in human behavior tentang email telah sangat mempengaruhi cara
berkomunikasi secara pribadi dan profesional dan, bagi banyak orang,
negosiasi email telah menjadi pengalaman sehari-hari yang umum.
Sementara banyak penelitian telah menyelidiki negosiasi email dengan
mengandalkan dan mendiskusikan karakteristik media, makalah ini
berfokus pada sikap pengguna terhadap media dan masing-masing
pengaruhnya terhadap negosiasi email. Secara khusus, diselidiki
dimensi mana yang membentuk sikap negosiator terhadap email,
yaitu afinitas email mereka, dan bagaimana sikap ini, pada gilirannya,
mempengaruhi hasil negosiasi. Dalam pengembangan skala, ada tiga
aspek afinitas email secara teoritis dipertimbangkan, dieksplorasi
secara empiris dan divalidasi: preferensi email, kenyamanan email
dan kejelasan email. Studi negosiasi kami berisi latihan negosiasi
email kuasi-eksperimental di mana subjek dipasangkan sesuai
dengan afinitas email mereka. Kenyamanan email muncul sebagai
prediktor signifikan dari keuntungan individu, keuntungan bersama,
dan dimensi berbeda dari nilai subjektif.

(Alsmadi and Alhami, 2015) menjelaskan dalam jurnal computer
and information sciences tentang pengguna informasi sangat
bergantung pada sistem email sebagai salah satu sumber utama
komunikasi. Pentingnya dan penggunaannya terus tumbuh meskipun
ada evolusi aplikasi seluler, jejaring sosial, dll. Email digunakan pada
tingkat pribadi dan profesional. Mereka dapat dianggap sebagai
dokumen resmi dalam komunikasi antar pengguna. Penambangan dan
analisis data Email dapat dilakukan untuk beberapa tujuan seperti:
Deteksi dan klasifikasi spam, klasifikasi subjek, dll. Dalam tulisan
ini, satu set besar email pribadi digunakan untuk keperluan folder
dan klasifikasi subjek. Algoritma dikembangkan untuk melakukan
pengelompokan dan klasifikasi untuk koleksi teks besar ini. Klasifikasi
berdasarkan NGram terbukti menjadi yang terbaik untuk koleksi teks
besar seperti itu terutama karena teksnya adalah Bi-bahasa (mis.
Dengan konten Bahasa Inggris dan Arab).

Bab 5 Knowledge Management Tools 99

4. Web Server

Menurut Fathansyah dalam jurnal (Prayitno, 2015) menjelaskan
bahwa arti dari web server yaitu “Server Web (Web Server) merujuk
pada perangkat keras (server) dan perangkat lunak yang menyediakan
layanan akses kepada pengguna melalui protokol komunikasi HTTP
ataupun variannya (seperti FTP dan HTTPS) atas berkas-berkas yang
terdapat pada suatu URL ke pemakai.

(De Vries, Van Dijk and Bonvin, 2010) menjelaskan dalam
jurnal nature protocols tentang komputasi docking adalah prediksi
atau pemodelan struktur tiga dimensi dari kompleks biomolekul,
mulai dari struktur molekul individu dalam bentuk bebas dan tidak
terikat. HADDOC K adalah program docking yang populer yang
mengambil pendekatan data driven untuk docking, dengan dukungan
untuk berbagai data eksperimental. Di sini disajikan protokol server
web HADDOC K, memfasilitasi pemodelan kompleks biomolekul
untuk komunitas luas. Antarmuka web utama adalah user-friendly,
hanya membutuhkan struktur komponen individu dan daftar
residu yang berinteraksi sebagai input. Antarmuka web tambahan
memungkinkan pengguna yang lebih maju untuk mengeksploitasi
seluruh data eksperimental yang didukung oleh HADDOC K dan
untuk menyesuaikan proses docking. Server HADDOC K memiliki
akses ke sumber daya cluster khusus dan infrastruktur GRID
e-NMR. Oleh karena itu, menjalankan docking yang khas hanya
membutuhkan beberapa menit untuk persiapan dan beberapa jam
untuk menyelesaikannya.

(Choi and Chan, 2015) menjelaskan dalam jurnal bioinformatics
tentang server web untuk memprediksi efek fungsional dari
penggantian asam amino tunggal atau multipel, insersi dan
penghapusan menggunakan alat prediksi PROVEAN. Server
menyediakan analisis cepat varian protein dari organisme apa
pun, dan juga mendukung analisis throughput tinggi untuk varian
manusia dan tikus di tingkat genomik dan protein. Ketersediaan dan
implementasi: Server web tersedia secara bebas dan terbuka untuk
semua pengguna tanpa persyaratan masuk di http://provean.jcvi.org.

100 Bab 5 Knowledge Management Tools

(Potter et al., 2018) menjelaskan dalam jurnal nucleic acids
research bahwa web HMMER [http://www.ebi.ac.uk/Tools/hmmer]
adalah layanan gratis yang menyediakan pencarian cepat terhadap
basis data urutan yang banyak digunakan dan perpustakaan profil
tersembunyi Markov model (HMM) menggunakan perangkat lunak
web server HMMER suite (http://hmmer.org). Hasil pencarian
berurutan dapat diringkas dalam beberapa cara, memungkinkan
pengguna untuk melihat dan memfilter hit signifikan berdasarkan
arsitektur domain atau taksonomi. Untuk penggunaan skala besar,
disediakan aplikasi antarmuka program (API) yang telah diperluas
cakupannya, sehingga semua presentasi hasil tersedia melalui
HTML dan API. Selain itu, telah refactored perpustakaan visualisasi
JavaScript untuk menyediakan komponen mandiri untuk representasi
hasil yang berbeda. Ini menggunakan API yang disebutkan di atas
dan dapat diintegrasikan ke situs web pihak ketiga. Kisaran basis
data yang dapat ditelusuri telah diperluas, menambahkan empat
rangkaian data urutan (12 total) dan satu profil perpustakaan HMM
(total 6). Untuk membantu pengguna menjelajahi konteks biologis
hasil mereka, dan untuk menemukan sumber daya data baru, hasil
pencarian sekarang dilengkapi dengan referensi silang ke database
EMBL-EBI lainnya.

5. Chat rooms

(Kasih, 2016) menjelaskan dalam CESS (Journal Of Computer
Engineering, System And Science) bahwa aplikasi chat room ini yaitu
sebuah sarana yang digunakan untuk melaksanakan percakapan
secara LAN dengan lebih mudah dan lebih cepat dibanding
menggunakan email. Dikarenakan saat ini pendaftaran email tidak
mudah dan membutuhkan waktu yang cukup. Pada aplikasi yang
penulis buat ini berperan sebagai media dalam chating room pada
sebuah kampus, instansi, kantor dan juga lainya, sistem chating room
ini dibuat dengan menggunakan pemrograman adobe dremweaver
dan chating room ini dibuat ditujukan sebagai media komunikasi
via LAN yang berkelompok dengan room–room dan setiap room
terdiri dari IP adress yang sama, chating room yang peneliti rancang

Bab 5 Knowledge Management Tools 101

mempunyai kelebihan akses yang cepat karena sistem server yang
digunakan menggunakan java scrip dan jalur jaringan yang digunakan
yaitu jalur LAN.

(Çubukçu and Kutlu, 2013) menjelaskan dalam jurnal procedia-
social and behavioral sciences tentang sepanjang dekade terakhir,
seiring dengan perkembangan menakjubkan dalam teknologi
komputer, genre baru diciptakan ke dalam leksikon kami: Computer
Mediated Communication (CMC). Genre baru ini tidak hanya
menciptakan bahasa sendiri di ruang obrolan sinkron tetapi juga
mempengaruhi perubahan dalam konsepsi orang dan sikap dalam
banyak hal. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mencari sikap terhadap gender di chat room. Penelitian ini juga
bertujuan untuk mencerahkan dampak gender pada pilihan bahasa
orang saat mengobrol. Hasil telah mengungkapkan bahwa, CMC
juga memberlakukan beberapa pembatasan pada sikap komunikatif
peserta dalam beberapa cara yang mirip dengan komunikasi FtF (Tatap
Muka) dan juga ketika strategi pengambilan giliran dipertimbangkan.

(Jenks, 2014) menjelaskan dalam jurnal in the publication social
interaction in second language chat rooms tentang memeriksa interaksi
sosial di ruang obrolan berbasis suara bahasa kedua. Bagaimana
penutur bahasa Inggris sebagai bahasa tambahan mengelola
percakapan dan interaksi mereka di ruang obrolan? Christopher
Jenks menganalisis secara menyeluruh efek interaksi teknologi,
dan mengeksplorasi secara rinci implikasi sosial dan linguistik
dari komunikasi di ruang obrolan bahasa kedua. Memberikan
tampilan yang unik tentang bagaimana pembicaraan bahasa kedua
diorganisasikan dalam pengaturan online, buku ini adalah bacaan
penting bagi mahasiswa dan sarjana pascasarjana dalam komunikasi
yang dimediasi komputer, interaksi sosial, TESOL dan linguistik
terapan. Ini berfokus pada ruang obrolan berbasis suara daripada
yang berbasis teks, menambah dan memperkaya badan penelitian
yang ada pada buku teks bahasa kedua dalam studi komunikasi yang
dimediasi komputer. Ini berisi beberapa transkrip dan angka untuk
menggambarkan diskusi.

102 Bab 5 Knowledge Management Tools

(Brega et al., 2014) menjelaskan dalam prosiding IEEE/ACS
international conference on computer systems and applications, AICCSA
tentang memperbaiki cara orang yang benar-benar atau sebagian
tuli berkomunikasi dengan dunia adalah tugas yang menantang bagi
masyarakat kita. Salah satu cara untuk meningkatkan komunikasi
mereka adalah dengan belajar bahasa isyarat, yang merupakan bahasa
visual berdasarkan bentuk tangan, orientasi, dan gerakan tangan,
lengan, atau tubuh, dan ekspresi wajah. Makalah ini bertujuan untuk
menyajikan lingkungan realitas virtual 3D untuk memungkinkan
pengguna tuna rungu berkomunikasi satu sama lain secara real-
time, sinkron, dan instan melalui ruang obrolan online dan untuk
membantu proses belajar-mengajar Bahasa Isyarat Brasil (LIBRAS).
Avatar tiga dimensi dikembangkan yang dapat menerjemahkan
kata atau kalimat dari bahasa Portugis ke LIBRAS. Itu dilakukan dua
percobaan untuk mengevaluasi komunikasi melalui ruang obrolan: (1)
dengan riwayat obrolan diaktifkan (terlihat) dan (2) dengan riwayat
obrolan dinonaktifkan (tidak terlihat). Evaluasi ini melibatkan 30
pengguna akhir, yang menegaskan bahwa lingkungan virtual seperti
yang dikembangkan di sini efektif untuk jarak kelas.

6. Telephone

(Unklab and Paoki, 2011) dalam jurnal ilmiah unklab menjelaskan
bahwa Telepon adalah alat komunikasi yang umum terutama bagi
seorang sekretaris yang banyak berkomunikasi dengan orang lain.
Telepon adalah sarana komunikasi yang paling cepat karena melalui
telepon, sekretaris dapat memperoleh bermacam-macam informasi
dan mudah berkomunikasi dengan atasan, bawahan, maupun
kliennya.

(Katz, 2015) dalam buku international encyclopedia of the social &
behavioral sciences: second edition tentang mengeksplorasi dampak
jangkauan telepon yang luas terhadap masyarakat, demokrasi, dan
geografi sejak didirikan pada tahun 1876 hingga saat ini. Telepon
telah memfasilitasi munculnya berbagai pekerjaan dan industri mulai
dari sekretaris dan teknisi hingga penjualan dan industri pemasaran
jarak jauh. Telepon juga telah mempengaruhi penyebaran geografis,

Bab 5 Knowledge Management Tools 103

memungkinkan orang untuk secara fisik mengisolasi diri mereka
sendiri sementara selalu menjadi panggilan telepon dari kontak
manusia. Telepon dan telepon seluler juga telah merevolusi cara
orang bersosialisasi dalam mengatur panggung untuk era kontak
potensial yang berkelanjutan.

(Lavender et al., 2013) dalam publikasi cochrane database of
systematic reviews international encyclopedia of the social & behavioral
sciences: second edition tentang latar belakang: Komunikasi telepon
semakin diterima sebagai bentuk dukungan yang bermanfaat
dalam perawatan kesehatan. Ada beberapa bukti bahwa dukungan
telepon mungkin bermanfaat di bidang perawatan bersalin tertentu
seperti untuk mendukung menyusui dan bagi wanita yang berisiko
depresi. Ada sejumlah besar intervensi berbasis telepon yang saat ini
digunakan dalam perawatan kehamilan. Oleh karena itu tepat waktu
untuk memeriksa intervensi mana yang mungkin bermanfaat, yang
tidak efektif, dan yang mungkin berbahaya. Tujuan: Untuk menilai
efek dukungan telepon selama kehamilan dan enam minggu pertama
pasca kelahiran, dibandingkan dengan perawatan rutin, pada hasil
ibu dan bayi. Metode pencarian: Kami mencari Register Percobaan
Grup Kehamilan dan Persalinan Cochrane (23 Januari 2013) dan
daftar referensi dari semua studi yang diambil. Kriteria seleksi:
Kami memasukkan uji coba terkontrol secara acak, membandingkan
dukungan telepon dengan perawatan rutin atau dengan intervensi
suportif lain yang ditujukan untuk wanita hamil dan wanita dalam
enam minggu pertama pasca kelahiran. Pengumpulan dan analisis
data: Tiga penulis review menilai studi yang diidentifikasi secara
independen oleh strategi pencarian, melakukan ekstraksi data dan
menilai risiko bias. Data dimasukkan oleh satu penulis ulasan dan
diperiksa oleh yang kedua. Bila perlu, kami menghubungi penulis
uji coba untuk informasi lebih lanjut tentang metode atau hasil.
Hasil utama: Kami telah memasukkan data dari 27 percobaan
acak yang melibatkan 12.256 wanita. Semua uji coba memeriksa
dukungan telepon versus perawatan biasa (tidak ada dukungan
telepon tambahan). Dengan tidak mengidentifikasi uji coba apa pun

104 Bab 5 Knowledge Management Tools

yang membandingkan berbagai mode dukungan telepon (misalnya,
pengiriman pesan teks versus panggilan satu-ke-satu). Semua kecuali
satu dari percobaan dilakukan dalam pengaturan sumber daya tinggi.
Sebagian besar penelitian memeriksa dukungan yang diberikan
melalui percakapan telepon antara perempuan dan profesional
kesehatan meskipun sejumlah kecil percobaan termasuk dukungan
telepon dari teman sebaya. Dalam dua percobaan, perempuan
menerima pesan teks otomatis. Banyak intervensi yang bertujuan
untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu dan mengumpulkan
data tentang hasil perilaku seperti berhenti merokok dan kambuh
(tujuh percobaan) atau kelanjutan menyusui (tujuh percobaan). Studi
lain meneliti intervensi dukungan yang ditujukan pada wanita berisiko
tinggi depresi pascanatal (dua percobaan) atau kelahiran prematur
(dua percobaan); intervensi lainnya dirancang untuk menawarkan
dukungan dan saran yang lebih umum bagi perempuan. Untuk
sebagian besar hasil yang kami tentukan sebelumnya, beberapa
penelitian berkontribusi data, dan banyak hasil yang dijelaskan dalam
ulasan didasarkan pada temuan dari hanya satu atau dua studi.
Secara keseluruhan, hasilnya tidak konsisten dan tidak meyakinkan
meskipun ada beberapa bukti bahwa dukungan telepon mungkin
merupakan intervensi yang menjanjikan. Hasil menunjukkan bahwa
dukungan telepon dapat meningkatkan kepuasan keseluruhan
wanita dengan perawatan mereka selama kehamilan dan periode
postnatal, meskipun hasil untuk kedua periode tersebut berasal dari
hanya dua studi. Tidak ada bukti konsisten yang menegaskan bahwa
dukungan telepon mengurangi kecemasan ibu selama kehamilan
atau setelah kelahiran bayi, meskipun hasil pada hasil kecemasan
tidak mudah untuk ditafsirkan karena data dikumpulkan pada titik
waktu yang berbeda menggunakan berbagai alat pengukuran.
Ada bukti dari dua percobaan bahwa wanita yang berisiko tinggi
mengalami depresi yang menerima dukungan memiliki skor depresi
rata-rata yang lebih rendah pada periode postnatal, meskipun tidak
ada bukti yang jelas bahwa wanita yang menerima dukungan lebih
kecil kemungkinannya untuk memiliki diagnosis depresi. Hasil dari
uji coba yang menawarkan dukungan telepon menyusui juga tidak

Bab 5 Knowledge Management Tools 105

konsisten, meskipun bukti menunjukkan bahwa dukungan telepon
dapat meningkatkan durasi menyusui. Tidak ada bukti kuat bahwa
wanita yang menerima dukungan telepon cenderung merokok pada
akhir kehamilan atau selama periode pascanatal. Untuk hasil bayi,
seperti kelahiran prematur dan berat bayi lahir, secara keseluruhan,
ada sedikit bukti. Di mana bukti tersedia, tidak ada perbedaan yang
jelas antara kelompok. Hasil dari dua percobaan menunjukkan
bahwa bayi yang ibunya menerima dukungan mungkin lebih kecil
kemungkinannya telah dirawat di unit perawatan intensif neonatal
(NICU), meskipun tidak mudah untuk memahami mekanisme
yang mendukung temuan ini. Kesimpulan penulis: Meskipun ada
beberapa temuan yang menggembirakan, tidak ada cukup bukti
untuk merekomendasikan dukungan telepon rutin bagi wanita
yang mengakses layanan bersalin, karena bukti dari uji coba yang
disertakan tidak kuat atau konsisten. Meskipun manfaat ditemukan
dalam hal penurunan skor depresi, durasi menyusui dan peningkatan
kepuasan secara keseluruhan, uji coba saat ini tidak memberikan
bukti yang cukup kuat untuk menjamin investasi dalam sumber daya.

(Gentry et al., 2013) dalam publikasi cochrane database of
systematic reviews tentang latar belakang: Ini adalah satu dari tiga
ulasan Cochrane yang meneliti peran telepon dalam layanan HIV/
AIDS. Intervensi telepon, yang disampaikan baik melalui telepon
rumah maupun ponsel, dapat berguna dalam pengelolaan orang
yang hidup dengan HIV (ODHA) dalam banyak situasi. Intervensi
yang disampaikan melalui telepon berpotensi mengurangi biaya,
menghemat waktu, dan memfasilitasi lebih banyak dukungan
untuk ODHA. Tujuan: Untuk menilai keefektifan suara darat dan
telepon seluler yang disampaikan intervensi untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas pada orang dengan infeksi HIV. Metode
pencarian: Kami mencari Cochrane Central. Daftar Uji Coba
Terkontrol, MEDLINE, PubMed Central, EMBASE, PsycINFO, Web
Ilmu Pengetahuan ISI, Indeks Kumulatif untuk Keperawatan &
Kesehatan Sekutu, Perpustakaan Kesehatan Global, Perpustakaan
Kesehatan Global, dan Uji Coba Terkontrol Terkini dari 1980 hingga

106 Bab 5 Knowledge Management Tools

Juni 2011. Kami mencari sumber literatur abu-abu berikut: Disertasi
Abstrak Internasional, Pusat Pertanian Biosains, database langsung
Global Global Health, Sistem Informasi tentang Grey Literature
Europe, database Konsorsium Informasi Manajemen Layanan
Kesehatan, Google Cendekia, Konferensi tentang Retrovirus dan
Infeksi Oportunistik, International AIDS Society, Sistem Informasi
Global Pendidikan AIDS dan daftar referensi artikel. Kriteria seleksi:
Uji coba terkontrol acak (RCT), uji kuasi acak terkontrol, dikontrol
sebelum dan sesudah penelitian, dan studi seri waktu terputus yang
membandingkan keefektifan intervensi yang disampaikan melalui
telepon untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas pada orang
dengan infeksi HIV dibandingkan dengan intervensi orang atau
perawatan biasa, terlepas dari karakteristik demografis dan dalam
semua pengaturan. Intervensi telepon seluler dan darat dimasukkan,
tetapi intervensi olah pesan telepon seluler tidak termasuk.
Pengumpulan dan analisis data: Dua pengulas secara independen
mencari, menyaring, menilai kualitas studi, dan mengekstraksi data.
Hasil primer adalah perubahan dalam perilaku, serapan layanan
kesehatan atau hasil klinis. Hasil sekunder adalah kesesuaian cara
komunikasi, dan apakah faktor-faktor yang mendasari perubahan
diubah. Meta-analisis, masing-masing dari tiga studi, dilakukan untuk
kepatuhan pengobatan dan gejala depresi. Sintesis naratif disajikan
untuk semua hasil lain karena heterogenitas studi. Hasil utama: Dari
14.717 kutipan, 11 RCT memenuhi kriteria inklusi (1381 peserta).
Enam penelitian membahas hasil yang berkaitan dengan kepatuhan
pengobatan, dan ada beberapa bukti dari dua penelitian bahwa
intervensi telepon dapat meningkatkan kepatuhan. Sebuah meta-
analisis dari tiga studi yang memiliki data yang cukup menunjukkan
tidak ada manfaat yang signifikan (SMD 0,49, 95% CI -1,12-
2,11). Ada beberapa bukti dari penelitian tentang zat muda yang
menyalahgunakan orang HIV-positif tentang kemanjuran intervensi
telepon untuk mengurangi perilaku seksual berisiko, sementara uji
coba orang yang lebih tua tidak menemukan manfaat. Tiga RCT
membahas hasil virologi, dan sangat sedikit bukti bahwa intervensi
telepon meningkatkan hasil virologi. Lima RCT membahas hasil yang

Bab 5 Knowledge Management Tools 107

berkaitan dengan gejala depresi dan kejiwaan, dan menunjukkan
beberapa bukti bahwa intervensi telepon dapat bermanfaat. Tiga
dari studi ini yang berfokus pada gejala depresi dikombinasikan
dalam meta-analisis, yang tidak menunjukkan manfaat yang
signifikan (SMD 0,02, 95% CI -0,18 hingga 0,21 95% CI). Kesimpulan
penulis: Intervensi suara telepon mungkin memiliki peran dalam
meningkatkan kepatuhan pengobatan, mengurangi perilaku seksual
berisiko, dan mengurangi gejala depresi dan kejiwaan, tetapi bukti
saat ini jarang, dan penelitian lebih lanjut diperlukan.

Daftar Pustaka

Adhikara, C. T. (2010) ‘Analisis Sebaran Pemanfaatan Internet Blog/
Weblog Untuk Kategori Bisnis Dan Ekonomi Di Dunia Maya
Indonesia Cooky Tri Adhikara Pendahuluan Tinjauan Pustaka
Perkembangan Blog’, CornTech, 1(2), pp. 1188–1196.

Alsmadi, I. and Alhami, I. (2015) ‘Clustering and classification of
email contents’, Journal of King Saud University - Computer and
Information Sciences. doi: 10.1016/j.jksuci.2014.03.014.

Brega, J. R. F. et al. (2014) ‘A virtual reality environment to support
chat rooms for hearing impaired and to teach Brazilian Sign
Language (LIBRAS)’, in Proceedings of IEEE/ACS International
Conference on Computer Systems and Applications, AICCSA. doi:
10.1109/AICCSA.2014.7073231.

Chang, H. H., Rizal, H. and Amin, H. (2013) ‘The determinants of
consumer behavior towards email advertisement’, Internet
Research. doi: 10.1108/10662241311331754.

Chau, M. and Xu, J. (2012) ‘Business intelligence in Blogs:
Understanding consumer interactions and communities’,
MIS Quarterly: Management Information Systems. doi:
10.2307/41703504.

Choi, Y. and Chan, A. P. (2015) ‘PROVEAN web server: A tool to
predict the functional effect of amino acid substitutions and
indels’, Bioinformatics. doi: 10.1093/bioinformatics/btv195.

Çubukçu, H. and Kutlu, Ö. (2013) ‘Computer Mediated
Communication: An Observation on Gender in Chat Rooms’,

108 Bab 5 Knowledge Management Tools

Procedia - Social and Behavioral Sciences. doi: 10.1016/j.
sbspro.2013.01.116.

Deng, L. and Yuen, A. H. K. (2011) ‘Towards a framework for
educational affordances of blogs’, Computers and Education. doi:
10.1016/j.compedu.2010.09.005.

Geiger, I. and Parlamis, J. (2014) ‘Is there more to email negotiation
than email? the role of email affinity’, Computers in Human
Behavior. doi: 10.1016/j.chb.2013.11.016.

Gentry, S. et al. (2013) ‘Telephone delivered interventions for reducing
morbidity and mortality in people with HIV infection’, Cochrane
Database of Systematic Reviews. doi: 10.1002/14651858.
CD009189.pub2.

Gnupg, E. and Squirellmail, D. (no date) ‘KEAMANAN E-MAIL
MENGGUNAKAN METODE’, pp. 13–22.

Halic, O. et al. (2010) ‘To blog or not to blog: Student perceptions of
blog effectiveness for learning in a college-level course’, Internet
and Higher Education. doi: 10.1016/j.iheduc.2010.04.001.

Jenks, C. J. (2014) Social interaction in second language chat
rooms, Social Interaction in Second Language Chat Rooms. doi:
10.1080/15295036.2018.1516044.

Kasih, F., 2016. PERANCANGAN CHATING ROOM BERBASIS
NETWORK. CESS (Journal Of Computer Engineering, System And
Science), 1(2), pp. 39-43.

Katz, J. E. (2015) ‘Telephone’, in International Encyclopedia of the Social
& Behavioral Sciences: Second Edition. doi: 10.1016/B978-0-08-
097086-8.95037-2.

Kip, J. (2015) ‘JURNAL KIP - Vol. IV. No. 2, Juli 2015 – Oktober 2015’,
IV(2), pp. 927–932.

Lavender, T. et al. (2013) ‘Telephone support for women during
pregnancy and the first six weeks postpartum’, Cochrane
Database of Systematic Reviews. doi: 10.1002/14651858.
CD009338.pub2.

Li, S., Xu, L. Da and Zhao, S. (2015) ‘The internet of things: a survey’,
Information Systems Frontiers. doi: 10.1007/s10796-014-9492-
7.

Bab 5 Knowledge Management Tools 109

Manyika, J. et al. (2015) ‘The Internet of Things: Mapping the value
beyond the hype’, McKinsey Global Institute.

Paoki, R., 2011. Teknik Komunikasi Yang Efektif Dan Efisien Via
Telepon. Jurnal Ilmiah Unklab, 15(2), pp. 102-112.

Potter, S. C. et al. (2018) ‘HMMER web server: 2018 update’, Nucleic
Acids Research. doi: 10.1093/nar/gky448.

Ray, P. P. (2018) ‘A survey on Internet of Things architectures’, Journal
of King Saud University - Computer and Information Sciences. doi:
10.1016/j.jksuci.2016.10.003.

Sulistiyowati, E. (2011) ‘Peran Blog Sebagai Media Pembelajaran Di
Madrasah Ibtidaiyah’, Al-Bidayah, 3(2), pp. 223–236.

Unklab, J. I. and Paoki, R. (2011) ‘Teknik komunikasi yang efektif dan
efisien via telepon’, 15(2), pp. 102–112.

De Vries, S. J., Van Dijk, M. and Bonvin, A. M. J. J. (2010) ‘The
HADDOCK web server for data-driven biomolecular docking’,
Nature Protocols. doi: 10.1038/nprot.2010.32.

BAB 6
PERENCANAAN DAN STRATEGI

Oleh:
Abdurohim
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Portnumbay, Jayapura
[email protected]

A. Pendahuluan
Dalam persaingan yang semakin global, maka perusahaan harus

mempersiapkan dengan matang untuk penyusunan perencanaan
maupun strategi bisnisnya mengingat batas negara sudah tidak
jelas, apalagi dengan datangnya zaman Revolusi Industri 4.0 maka
setiap perusahaan manca negara bisa langsung masuk dengan
mudahnya ke suatu negara baik yang berbentuk fisik maupun
finansial, sehingga mempengaruhi pasar yang dipergunakan untuk
menjual barang yang produksi maupun harganya. Begitu cepatnya
perubahan yang terjadi di suatu negara berimbas ke megara lain
sehingga berdampak langsung terhadap perolehan laba maupun
aset yang dimiliki perusahaan, bila suatu perusahaan tidak siap,
dalam menghadapi perubahan yang terjadi, maka akan mengalami
kebangkrutan usaha. Misalnya saat terjadi wabah pandemi covid19,
banyak perusahaan yang tidak memperkirakan sebelumnya, banyak
yang menganggap pandemi ini seperti penyakit biasa lainnya bisa
diatasi dengan segera, namun Covid19 ini tergolong penyakit baru
dan belum ada vaksinnya sehingga memporak-porandakan tatanan
perekonomian serta ketahanan suatu negara yang berakibat pada
penurunan aktivitas ekonominya, seperti situasi perekonomian
Indonesia dimana fluktuasi kurs dolar terhadap rupiah sampai
menembus enam belas ribu rupiah, Indeks harga saham gabungan
(IHSG) yang turun sekali dari sekitar enam ribuan anjlok menjadi
sekitar tiga ribuan.

110

Bab 6 Perencanaan dan Strategi 111

Bagi perusahaan yang menetapkan perencanaan dan strategi
bisnisnya secara fleksibel, maka mampu melakukan perubahan
secara cepat dan menyesuaikan target-targetnya dengan situasi
lingkungan ekstern yang dihadapi, sehingga tidak melakukan
perumahan pegawai/PHK, hanya melakukan kebijakan Work From
Home (WFH) dan bisnisnya tetap sustainable terlihat dari capaian
kinerja pada triwulan I-2020 seperti terjadi pada perusahaan Bank
BRI, Bank Mandiri, Bank BCA, Bank Jabar Banten (BJBR) dan
Telkom. Mengapa perusahaan-perusahaan tersebut dalam situasi
sulit mampu mengelola permasalahan menjadi suatu potensi bisnis,
karena mereka menyusun perencanaan dan strateginya pada awal
penyusunan dilakukan secara fleksibel dan terpadu, sehingga ketika
terjadi suatu guncangan bisnis maka guncangan bisnis tersebut
mampu diimplementasikan kedalam penyesuaian target bisnis baru,
kemudian mereka menetapkan langkah-langkah strategis bisnis
baru yang sesuai dengan perencanaan yang dilakukan perubahan.
Perusahaan sangat penting untuk memperhatikan perencanaan dan
strategi dalam menghadapi globalisasi karena tidak ada satupun
perusahaan atau negara bertahan dengan paradigma lama (Surjani,
2003)

Suatu persaingan bisnis maupun peperangan yang dilakukan oleh
suatu perusahaan atau negara tujuannya adalah untuk memperoleh
keuntungan atau kemenangan, sehingga dengan kemenangan akan
bisa menjamin kelangsungan bisnis atau suatu bangsa di masa yang
akan datang. Apalah artinya bila mendirikan perusahaan ataupun
negara tidak memperoleh kemenangan ataupun keunggulan yang
diimpikan, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam visinya. Dalam
mendirikan perusahaan ataupun negara tidak sedikit pengorbanan
serta daya yang dikeluarkan, namun bila perusahaan atau negara
yang didirikan atau dijalankan tidak berhasil mencapai visi yang
diinginkannya, berarti ada suatu kesalahan dalam perencanaan
maupun pengelolaannya, misalnya data serta informasi yang
diperoleh untuk menyusun suatu perencanaan kurang lengkap,
seperti data pesaing atau yang disebut sebagai ancaman tidak

112 Bab 6 Perencanaan dan Strategi

menggambarkan kondisi sebenarnya, sehingga ketika dilakukan
evaluasi antara sumber daya yang digunakan tidak sebanding dengan
yang dihasilkan dan bisa juga disebabkan oleh penerapan strategi
yang tidak tepat karena strategi yang diterapkan sudah usang atau
ketinggalan zaman dibandingkan dengan pesaing maupun negara
tetangga sehingga dalam meraih target meleset dari apa yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Banyak perusahaan atau negara pada saat didirikan langsung
tumbuh dengan performance yang bagus meninggalkan para
pesaingnya, namun pada waktu tertentu perusahaan/negara tersebut
mengalami kemunduran yang terus menerus dan pada akhirnya
perusahaan/negara tersebut bangkrut seperti perusahaan sepatu
Kasogi, mobil Timor, Kodak, Nokia dan sebagainya.

Dalam perkembangannya suatu perusahaan dalam menjalankan
aktivitas kegiatannya perlu dikelola dengan baik, dengan selalu
memperhatikan faktor lingkungan eksternal maupun internal,
karena lingkungan ini yang berpengaruh besar terhadap perubahan
perusahaan bisa mengalami peningkatan atau penurunan.
Perusahaan yang dikelola akan mengalami berbagai perubahan atau
dikenal sebagai suatu siklus hidup mulai dari lahir, kemudian tumbuh,
dan bila tidak dikelola dengan baik akan mengalami penurunan dan
selanjutnya bila tidak bisa ditangani dengan baik maka perusahaan
tersebut mengalami kematian (Jones, 2007).

Gambar 6.1 Siklus pertumbuhan perusahaan (Jones, 2007)

Bab 6 Perencanaan dan Strategi 113

Karena itu perlu memahami perkembangan suatu organisasi
secara lebih cermat dengan demikian akan mampu mengelola
perusahaan dalam mencapai visinya. Banyak pemimpin organisasi
yang diserahi tanggung jawab untuk memajukan organisasinya
bukannya terus berkembang namun mengalami suatu kemunduran
yang parah sehingga perusahaan merugi akhirnya ditutup.

Perencanaan merupakan landasan dasarnya para manajemen
untuk berpijak, sekaligus untuk mengimprovisasi kemampuan
leadership yang dimilikinya, juga mampu menawarkan suatu inovasi
yang berbeda setiap tahun sehingga menjadikan suatu perusahaan
terus bertumbuh dan unggul dibandingkan dengan yang lainnya.

Suatu unit atau organisasi berjalan dengan baik bila didukung
dengan dasar perencanaan yang baik. Untuk memperoleh
perencanaan yang baik diperlukan adanya suatu penilaian, evaluasi
dan pengambilan keputusan yang meliputi strategi yang jelas dan
dapat diikuti oleh seluruh elemen organisasi.

Perencanaan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang
selanjutnya menetapkan langkah-langkahnya, karena itu seorang
manajemen ataupun perencana dalam menetapkan perencanaannya
disarankan menggunakan teori baru, karena tujuan dalam melakukan
perencanaan adalah tercapainya suatu tujuan yang ditetapkan. Dan
untuk bisa diwujudkan dalam suatu capaiannya, maka dilakukan juga
pelaksanaan implementasinya yaitu melalui suatu penerapan strategi
yang sesuai dengan zamannya.

Perencanaan merupakan peta menuju kesuksesan dalam
melakukan implementasi tujuan, dan selanjutnya aktivitas
kegiatan perusahaan maupun negara ditentukan oleh kemampuan
pemimpinnya dalam menerjemahkan program perencanaan dengan
strategi yang juga telah ditetapkan.

Perencanaan merupakan dasar dalam menyusun strategi, karena
tidak mungkin strategi dilakukan terlebih dahulu baru dilaksanakan
perencanaan (Heracleous, 1998).

114 Bab 6 Perencanaan dan Strategi

Perencanaan tidak akan bisa terimplementasi dengan baik bila
tidak diimbangi dengan adanya penetapan strategi, karena strategi
merupakan kunci utama dalam pelaksanaan perencanaan yang
telah ditetapkan. Strategi digunakan oleh manajemen dalam rangka
memajukan organisasi guna mencapai tujuan yang diharapkan,
dengan memotivasi anggotanya, mengomunikasikan target yang
akan dicapai, sehingga setiap individu mampu berkontribusi secara
optimal (Hamel and Prahalad, 2005)

Strategi merupakan suatu pendekatan secara menyeluruh yang
meliputi ide, perencanaan serta implementasi. Sangatlah penting
untuk menerapkan strategi didalam mencapai tujuan, karena
bagaimanapun strategi memegang peran penting untuk dilakukan,
tanpa adanya strategi yang baik dan terstruktur berakibat fatal dalam
meraih apa yang telah ditetapkan.

Berdasarkan kajian dari para ahli manajemen bahwa strategi
merupakan penyelesaian masalah, karena itu strategi didefinisikan
dari berbagai multidimensi dan selalu beradaptasi dengan perubahan
lingkungan (Narsa, 2014)

Strategi sangat membantu dalam meningkatkan organisasi dalam
mencapai tujuan, melalui strategi yang baik perusahaan akan mampu
memperoleh laba yang optimal, demikian juga bagi negara akan
mencapai tujuan yang telah dipilihnya. Strategi memadukan pilihan
yang tepat antara kemampuan di dalam meramu pilihan yang terbaik
dari yang ada, yaitu memadukan antara kemampuan yang di belakang
dengan yang di depan, sehingga terjadi kolaborasi yang unggul dalam
memenangi suatu persaingan (Rumelt and Macmillan, 1980). Strategi
merupakan kata yang ringkas namun mengandung banyak arti dan
sangat relevan dan bermanfaat bagi para manajer dan pengambilan
keputusan dalam rangka menjamin terpenuhinya tujuan perusahaan
selama 1 tahun atau lebih (Nickols, 2016).

Hubungan antara perencanaan dengan strategi sangat erat
dan tidak terpisahkan, karena perencanaan akan terealisasi dengan
baik maka perlu pengawalan dalam realisasinya melalui penggunaan

Bab 6 Perencanaan dan Strategi 115

strategi yang tepat, di bawah ini digambarkan bagaimana hubungan
perencanaan dengan strategi sehingga

Gambar 6.2. Hubungan Sinergi Perencanaan & Strategi (Sumber
dari berbagai jurnal, diolah 2020)

B. Penyusunan Perencanaan dan Strategi yang tepat.

Perusahaan atau negara saat awal tahun sudah dilengkapi dengan
suatu rencana strategis yang disusun, dimana rencana strategis
ada yang sifatnya jangka panjang yaitu 3-5 tahun dalam bentuk
Coprporate Plan, atau yang dipergunakan oleh Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah seperti dikenal RPJMN atau RPJMD.
sedangkan untuk rencana jangka pendek 1 tahun dituangkan dalam
Rencana Bisnis (RBB) untuk suatu perusahaan, sedangkan untuk
pemerintahan meliputi pengengeluaran kurang dari satu tahun
baik pemerintah Pusat maupun Daerah (APBN/APBD). Begitu
pentingnya untuk suatu perusahaan atau negara dalam menyusun
suatu perencanaan tersebut, karena perencanaan tersebut sangat
penting dalam rangka untuk memperoleh tujuan, yang dirancang
dalam jangka panjang maupun jangka pendek (Rusniati and Haq,
2014).

Keberhasilan suatu perusahaan bisnis dan negara dimulai
dari penetapan perencanaan dan strategi yang tepat, hal ini yang
akan mampu memandu pengelola membawa perusahaan ataupun
kepala negara dalam mencapai visi yang ditetapkan. Karena itu
dalam penetapan perencanaan pada bisnis atau suatu negara
dilakukan secara terus menerus tanpa jeda, hal ini tidak terlepas
dari perencanaan merupakan suatu kegiatan yang dituangkan dalam
suatu bentuk platform yang berasal dari history sebelumnya, sehingga
penyusunan rencana pada tahun berjalan memiliki fundamental yang

116 Bab 6 Perencanaan dan Strategi

kuat serta pertumbuhan capaiannya terukur, apa yang direncanakan
untuk dipenuhi, serta adanya fokus dalam menyelesaikan program
yang ditetapkan (Abraham, 2009).

Dalam penyusunan perencanaan perusahaan maupun
pemerintahan, data dikumpulkan mulai dari triwulan II sampai
dilakukan penyusunan pada triwulan III tahun sebelum ditetapkanya
perencanaan maupun strategi yang akan digunakan. Dengan
melakukan kegiatan pengumpulan data makro dan mikro ekonomi,
hasil monitoring dan evaluasi perencanaan dan strategi pada
tahun berjalan maupun tiga tahun sebelumnya, serta kebijakan
perencanaan dan strategi jangka panjang yang telah ditetapkan,
maka disusun target-target yang ingin dicapai oleh masing-masing
unit serta visioner para pemimpin tertingginya dalam memutuskan
perencanaan dan strategi yang akan dilaksanakan oleh perusahaan.

Persyaratan visioner dari para pemimpin tertinggi ini sangat
menentukan suatu perencanaan serta strategi ditetapkan atau
tidak. Karena itu perlunya komitmen para pemimpin tertinggi di
dalam membawa langkah selanjutnya. Seorang pemimpin memiliki
kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya, mampu mewakili
tujuan organisasi maupun kelompoknya serta berani mengambil
risiko yang terjadi (Sri Wiranti, 2009).

Dalam perencanaan bisnis yang disusun sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan bisnis (Supriyanto, 2012) meliputi:
a. Program yang akan dilakukan oleh unit-unit yang langsung

berhadapan dengan pelanggan serta unit pendukung.
b. Sumber daya yang diperlukan dalam mendukung perencanaan

bisnis guna memperoleh target yang ditetapkan.
c. Target utama yang perlu dicapai serta potensi yang ada baik

yang dimiliki dari intern maupun ekstern.

Dengan data yang dikumpulkan dan dilakukan pengolahan
maka dilakukan penyusunan perencanaan bisnis untuk kepentingan
perusahaan serta ketentuan dari instansi yang mengawasi unit bisnis
tersebut, terdiri dari:

Bab 6 Perencanaan dan Strategi 117

d. Ringkasan Esksekutif Perusahaan/Bank atau yang disebut inti
sari dari seluruh perencanaan bisnis yang berisi penjelasan
secara umum baik secara kuantitaif maupun kualitatif;

e. Visi dan Misi Perusahaan, yang telah ditetap dipergunakan dalam
mengawal akselerasi implementasi perencanaan dan strategi
sehingga bagi pengelola perusahaan untuk melaksanakan
kegiatan yang dilakukan tidak menyimpang dari target yang
telah ditetapkan.

f. Arah kebijakan Perusahaan/Bank, bagian ini menjelaskan
kebijakan yang akan ditempuh oleh perusahaan/bank untuk
jangka pendek selama 1 tahun kedepan, maupun jangka panjang
yang telah ditetapkan selama lima tahunan.

g. Langkah-langkah strategis yang akan ditempuh oleh
Perusahaan/Bank, langkah strategis ini perlu diungkapkan dalam
perencanaan sehingga pengurus beserta pengelola lainnya dalam
melaksanakan kegiatan fokus pada arah yang strategis untuk
dilaksanakan, dengan demikian berdampak pada perubahan
arah perusahaan/bank dalam berupaya mengkapitalisasi aset
serta laba usaha yang diinginkan.

h. Indikator keuangan utama perusahaan/bank, pencantuman
angka-angka ini digunakan sebagai alat ukur capaian rencana
yang ditetapkan dengan realisasi yang dicapai, sehingga dapat
diukur baik untuk monitoring dan evaluasi serta penilaian Key
Performance Indikator (KPI) bagi pengelola perusahaan

i. Capaian yang perlu direalisasi oleh manajemen meliputi
tujuan lebih dari satu tahun maupun lebih dengan tujuan akhir
perusahaan yaitu merealisasikan visi dan misi.

Perencanaan bisnis yang baik adalah mampu diterjemahkan
oleh manajemen dan diikuti semua pengelola perusahaan, karena
tidak jarang perencanaan bisnis disusun dengan target yang tinggi
serta menggunakan bahasa yang tinggi serta berbelit belit sehingga
pengelola lain yang memiliki tugas untuk eksekusi susah untuk
menerjemahkannya, serta perencanaan bisnis harus diuraikan
secara spesifik (terukur), realistis dalam penentuan targetnya,

118 Bab 6 Perencanaan dan Strategi

dengan demikian para pengelola perusahaan lain yang melaksanakan
implementasi dapat dengan mudah melaksanakannya.

Dalam tahap eksekusi perencanaan yang ditetapkan juga
dipengaruhi oleh keberhasilan implementasinya yaitu pemilihan
strategi yang tepat juga, karena tanpa adanya penetapan strategi
yang baik maka perencanaan yang sudah ditetapkan akan
memperoleh hasil yang jauh dari harapan perencanaan yang telah
dibuat. Karena itu strategi sangatlah penting dalam memberikan
kontribusi kesuksesan capaian perencanaan. Pengaruh strategi
sangat besar mempengaruhi kinerja perusahaan dalam mencapai
target yang ditetapkan dalam perencanaan dan juga kesuksesan
capaian target perencanaan banyak dipengaruhi oleh lingkungan
intern dan ekstern (Mada et al., 2009).

Strategi yang sering kita dengar dikalangan militer, sedangkan
untuk kalangan perusahaan atau pemerintahan jarang terdengar,
padahal baik perusahaan maupun pemerintahan serta militer
dalam mengeksekusi program atau perang sama-sama menerapkan
strategi, dimana strategi itu sendiri merupakan suatu seni untuk
menggunakan semua daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Strategi adalah tindakan yang baik dari keterampilan berpikir kritis
dalam tindakan (Belton, 2017) dengan tindakan yang terukur oleh
manajemen memperhatikan sumber daya yang ada menjadi lebih baik
serta menguasai pasar yang dimasukinya karena itu para pemimpin
terus melakukan suatu analisa yang tajam terhadap lingkungan
disekitarnya yang meliputi pendatang baru, produk substitusi,
pelanggan, pemasok dan kompetitor yang sejenis.

Karena itu, strategi sangat penting dalam melakukan pengawalan
perencanaan yang telah ditetapkan, kedua aktivitas dalam suatu
perusahaan sangat berpengaruh besar dalam membawa perusahaan
lebih unggul dari para pesaingnya serta mampu melewati para
pesaing potensialnya. Perencanaan dan strategi yang buruk akan
berakibat fatal untuk kelangsungan usaha perusahaan. Banyak pihak
yang tidak fokus terhadap aktivitas perencanaan dan strategi yang
dipilih, hal ini terjadi karena perusahaan yang didirikan hanya melihat

Bab 6 Perencanaan dan Strategi 119

keuntungan jangka pendek, ataupun perusahaan tersebut didirikan
hanya sekedar untuk kepentingan sesaat yang disebabkan oleh
pemberian fasilitas, dan ketika terjadinya gejolak yang sebelumnya
tidak diperkirakan maka berdampak pada kelangsungan usaha.
Karena itu seorang pemimpin selalu meninjau strategi kompetitifnya
dengan membandingkan keadaan diluar lingkungan perusahaan
dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi (Porter, 1997).

Perusahaan yang baik apalagi sahamnya sudah diperdagangkan
di pasar modal, maka akan terus menjaga aktivitas kegiatannya
untuk menjamin kelangsungan masa depan perusahaan dengan
mengombinasikan antara penetapan perencanaan dan memilih
strategi yang tepat, karena strategi sangat penting untuk mengawal
capaian target yang ditetapkan dalam perencanaan. Untuk
pemilihan strategi perusahaan kadang banyak dipengaruhi oleh
gaya kepemimpinan dimana seseorang diserahi tanggung jawab.
Gaya kepemimpinan ini mampu mempengaruhi karyawan yang
bekerja di dalamnya, karena kepemimpinan yang baik selain mampu
menerjemahkan perencanaan yang telah ditetapkan juga mampu
berkomunikasi dengan bahasa yang baik, pembagian tugas juga yang
seimbang sehingga menimbulkan motivasi untuk melaksanakan
kegiatan yang telah ditetapkan (Rotinsulu and Hartono, 2015).

Kepemimpinan yang baik akan selalu mengarahkan bawahannya
untuk fokus kepada target yang telah ditetapkan, untuk dilaksanakan
secara optimal maka para bawahan akan terdorong mencapai
suatu tujuan dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki.
Banyak perusahaan melakukan penggantian yang dipaksakan tanpa
memperhatikan kemampuan sebagai pemimpin, hanya didasari pada
kedekatan dengan pemilik, sehingga berakibat fatal untuk memimpin
suatu perusahaan, karena kepemimpinan bukan saja dilandasi oleh
suatu fisik, namun kecerdasan juga diperlukan. Kadang terjadi
kesalahpahaman dalam melakukan kepemimpinan maka timbul
keresahan dilingkungan perusahaan tersebut akibat dari pemaksaan
kehendak dalam menetapkan strategi yang ditetapkan bahkan
berbeda jauh dengan program yang telah dibuat sehingga berakibat

120 Bab 6 Perencanaan dan Strategi

fatal capaian realisasinya sebagaimana ditetapkan sebelumnya,
akibatnya kalaupun memperoleh keuntungan tidak optimal.

Kepemimpinan merupakan proses didalam melaksanakan
aktivitas dimana didalamnya akan bersentuhan dengan pihak
didalam organisasi maupun diluar organisasi namun manajemen
mampu mempengaruhi pihak-pihak yang terlibat guna mencapai
program-program dibuat bersama (Syarifudin, 2004).

Adanya kemampuan kepemimpinan yang mampu menerjemahkan
perencanaan yang telah dietapkan, serta mampu mengomunikasikan
dengan para bawahannya pilihan-pilihan strategi yang akan dilakukan,
sehingga para karyawan akan melaksanakan aktivitas kegiatan
dengan motivasi yang tinggi, karena didalam pelaksanaannya tidak
merasa terbebani namun didasarkan pada kinerja perusahaan yang
menjadi tujuan utama.

C. Perencanaan dan strategi yang mudah dipahami oleh semua
pihak.
Banyak pihak yang menyatakan tanpa rencana bisnis mungkin

perusahaan bisa berjalan, namun permasalahannya dalam
menjalankan bisnis untuk jangka waktu pendek atau jangka panjang,
kalau untuk jangka panjang maka kebutuhan perencanaan dan
penetapan strategi sangat dibutuhkan, mengingat banyak sumber
daya yang telah diperoleh seperti human capital, aset yang tersebar
dimana-mana maka sangat disayangkan jika tiba-tiba perusahaan
tidak bisa menjalankan aktivitasnya alias bangkrut, karena itu untuk
perusahaan yang didirikan untuk jangka panjang maka penyusunan
perencanan dan strategi perlu dipenuhi keberadaannya. Untuk itu
diperlukan penyajian perencanaan dan strategi disusun sesuai dengan
kondisi perusahaan baik pihak yang terlibat maupun sumber daya
yang dimiliki, untuk penyusun perencanaan dan strategi beberapa
hal penting yang perlu diperhatikan, seperti:

Bab 6 Perencanaan dan Strategi 121

1. Menyusun perencanaan dan strategi dengan bahasa yang mudah
dipahami

Menyusun rencana dan strategi perlu di buatkan ringkasan
eksekutifnya yang memuat intisari dari semua perencanaan dan
strategi yang telah dipaparkan pada.

2. Fleksibel dalam menyusun perencanaan dan strategi

Gunanya bila terjadi suatu hambatan bisa dibuatkan solusinya,
sehingga tidak sampai terjadi hal yang merugikan.

3. Memiliki tim ahli yang mampu melakukan anlisa setiap saat

Dalam suatu perusahaan sudah memiliki unit yang merencanakan
dan juga yang memonitoring dan evaluasi, namun dalam hal yang
berkaitan dengan kondisi ekstern memerlukan ahli yang mampu
menyusun langkah-langkah perbaikan, dengan demikian apabila
ditangani dengan baik maka perencanaan dan strategi yang telah
dibuat masih dalam koridor yang tidak melenceng dari tujuan.

4. Perencanaan dan strategi bisa diimplementasikan pada tahun
berikutnya

Perencanaan dan strategi yang ditetapkan bisa dipenuhi dalam
satu sirkulasi, namun ada juga memerlukan lebih dari satu
periode misalnya dustu perusahaan bank akan meluncurkan
produk baru dibidang digital, semuanya sudah ready namun izin
dari regulator belum diperoleh, dengan demikian perencanaan
pada tahun berjalan tidak bisa dilakukan dan dilaksanakan
pada tahun berikutnya maka perlu dilakukan penyesuaian-
penyesuaian perencanaan dan strategi untuk tahun berikutnya.

Sebelum penetapan perencanaan dan strategi final, maka pihak
yang diberikan tanggungjawab menyusun perencanaan tersebut,
melakukan sosialisasi dalam rangka menghimpun masukan,
tujuannya adalah agar semua pihak yang akan melakukan eksekusi
memahami arah dan tujuan atas perencanaan dan strategi disusun,
karena tanpa mengundang para pihak maka pada saat ditetapkan dan
diimplementasi akan terjadi penolakan dari berbagai pihak dengan
berbagai alasan yang bermacam-macam, apalagi para pejabat yang

122 Bab 6 Perencanaan dan Strategi

memiliki kewenangan mendapatkan perencanaan dan strategi yang
tinggi dari tahun sebelumnya, maka akan menggalang opini negatif
terhadap perencanaan dan strategi yang dipilih, akhirnya terjadi
konflik yang berkepanjangan, serta melupakan tujuan awal dalam
penetapan perencanaan dan strategi yang dipilih.

D. Pemimpin visioner untuk mengawal perencanaan dan strategi
yang sudah ditetapkan.
Sebenarnya apa yang dibutuhkan dalam merealisasi perencanaan

dan strategi untuk membuat perusahaan mampu bersaing melewati
perusahaan lainnya. Karena ketika perencanaan dan strategi telah
ditetapkan melalui proses dari keinginan dan gagasan dari pemimpin
atas dan disinkronisasikan dengan pendapat dari bawah untuk
mengukur kemampuan dan kondisi yang ada maka perencanaan dan
strategi sebenarnya sudah tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan
atau bahkan diperdebatkan, namun dalam suatu organisasi banyak
kepentingan dan intrik terjadi, karena itu pasti akan terjadi kendala
yang akan dihadapi baik itu besar, menengah bahkan kecil pada
saat pelaksanaan implementasinya. Dalam suatu organisasi banyak
keragaman yang dimiliki oleh pihak yang terlibat dan masing-masing
memiliki prilaku yang berbeda, nampak dari tingkah lakunya ada
yang sabar tapi ada yang memiliki perangai sering marah semuanya
tergantung dari kepribadian serta kejiwaan yang dimilikinya oleh
masing-masing individu dalam berinteraksi, dan bila tidak dikelola
dengan baik maka akan terjadi benturan kepentingan yang hebat
(Robbins et al., 2016).

Karena itu di dalam melakukan eksekusi perencanaan dan
strategi yang telah dituangkan diperlukan adanya keputusan bersama
antara pemimpin pada level atas seperti Komisaris, Direksi, Pemimpin
Divisi, Pemimpin Cabang sampai kepada pemimpin unit memiliki
kemampuan visioner, tanpa adanya hal demikian maka diperkirakan
capaian target yang ditangkan dalam perencanaan tidak akan
terpenuhi seluruhnya.

Bab 6 Perencanaan dan Strategi 123

Keberhasilan melakukan implementasi perencanaan dan strategi
adalah bahwa perencanaan dan strategi yang telah ditetapkan dapat
terpenuhi oleh kinerja para pengelola organisasi karena itu dalam
menetapkan perencanaan dan strategi terlebih dahulu melakukan
analisa mendalam disesuaikan dengan kebutuhan organisasi
jangan sampai diluar jangkauannya, karena akan menyebabkan
ketidakmampuan di dalam melaksanakan eksekusi, selanjutnya
untuk mencapai kesuksesan dalam implementasi adalah dengan
melakukan penjabaran yang lebih jelas serta simpel atas perencanaan
dan strategi yang ditetapkan.

Untuk mensukseskan implementasi perencanaan dan strategi
tersebut diperlukan adanya pemimpin yang visioner dalam mengawal
implementasi perencanaan dan penerapan strategi yang dipilih
sehingga terjadi kombinasi yang bagus antara program-program
yang dituangkan dalam perencanaan dengan eksekusinya. Seorang
pemimpin dalam melaksanakan aktivitas pengelolaan organisasi, maka
perlu fokus pada perbaikan efisiensi kerja dengan terus memperoleh
dan mengolah data, untuk mendapatkan perolehan informasi secara
utuh, serta memperbaiki daya saing serta meningkatkan keunggulan
kompetitif dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang ideal bagi
organisasinya (Kunci et al., 2009).

Kepemimpinan yang visioner adalah persyaratan mutlak dalam
mengeksploitasi capaian target yang telah ditetapkan menjadi
suatu kenyataan, karena kecenderungannya bila rencana yang telah
ditetapkan dalam perencanaan kemudian dilakukan ekusi terjadi beda
penafsiran dari berbagai pihak sehingga terjadi suatu penundaan.
Hambatan bisa terjadi di level pemimpin bawah, midle maupun
top, hal ini diakibatkan kurangnya sosialisasi atas perencanaan
dan strategi yang telah ditetapkan, ataupun adanya tarik menarik
kepentingan dari segelintir pemimpin.

Seorang pemimpin visioner tentunya akan mampu
menerjemahkan program-program yang telah disusun sebelumnya,
tanpa memperhatikan ego pribadi, tapi untuk kepentingan yang
lebih besar yaitu capaian visi dan misi perusahaan yang telah diserahi

124 Bab 6 Perencanaan dan Strategi

untuk mengelola perusahaan dengan baik sehingga capaiannya
sesuai dengan target yang ditetapkan, bahkan visi dan misinya bisa
direalisasikan.

Kepemimpinan (leadership) berkaitan dengan mempengaruhi
prilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan organisasi ataupun
kelompoknya, melalui kekuasaan yang dimilikinya, bisa melalui
keahlian (expert power), formal (legitimate power), berasal dari
referensi orang lain (referent power), dari hasil penghargaan (reward
power) serta paksaan (corcion power) sehingga berpengaruh terhadap
mengelola organisasi yang menjadi tanggung jawabnya (Yudiaatmaja,
2013)

Sebagai pemimpin visioner tentunya untuk mencapai target
yang telah dibebankan tersebut, akan melakukan instruksi yang
jelas kepada para pengikutnya, sehingga para pengikutnya pun
bisa mencapai target kinerja maupun prilaku pegawai yang sesuai
dengan koridor untuk mewujudkannya dalam melakukan eksekusi
perencanaan maupun strategi yang dipilih, serta bisa memecahkan
problem guna bersaing dengan perusahaan lain di pasar yang tersedia,
sehingga mampu mengungguli disegala bidang untuk mengalahkan
perusahaan yang terlebih dahulu menguasai pasar.

Seorang pemimpin visioner selain memiliki keahlian dan
kompetensi yang tinggi dibandingkan dengan pemimpin lainnya,
karena mereka harus mampu mempengaruhi pegawai lain untuk
bisa bekerja lebih baik lagi, serta mampu memberikan solusi terbaik
bila para pegawai membutuhkan solusi dalam menjalankan aktivitas
menemukan kendala yang dihadapi. Seorang pemimpin visioner
sebagai penentu utama arah organisasi mau dibawa kemana, baik
pertumbuhan dan kesuksesannya, karena itu kepemimpinan visioner
bersifat transformatif dan didasarkan pada kekuatan insiprasi, dengan
memegang teguh terhadap komitmen nilai-nilai serta memegang visi
yang jelas serta terus memegang pengehormatan kepada sesama
insan dan memiliki tindakan berani, inovatif (Dwivedi, 2006)

Bab 6 Perencanaan dan Strategi 125

Karena itu dalam melaksanakan eksekusi perencanaan
dibutuhkan pilihan strategi:

1. Proses strategi suatu kativitas penetapan pilihan strategi dengan
berlandaskan pada perencanaan yang dipilih.

2. Proses memilih orang suatu pemilihan strategi yang disandingkan
dengan kemampuan orang yang tersedia jangan sampai
strateginya bagus tapi tidak tersedia orang yang kompeten.

3. Proses implementasi kegiatan suatu aktivitas pelaksanaan
kegiatan untuk mengeksekusi program-program yang terpilih.

Dengan ketiga proses ini seorang pemimpin visioner akan
mampu menggapai apa yang telah ditetapkan. Namun yang perlu
diwaspadai adalah mengenai kesiapan dari proses pemilihan orang
karena proses ini sangat kruisial.

Ketika pemimpin visioner telah memiliki peta kekuatan eksternal
maupun internal maka dilakukan kegiatan implementasi yang akan
terjadi reaksi dari internal maupun eksternal, maka gejolak tersebut
perlu diatasi dengan segera bila gangguan itu membahayakan maka
dilakukan pemadaman dengan cara-cara elegan tidak perlu secara
membabi buta, bahkan kalau perlu pihak tersebut dimintai kerjasama
bahkan dijadikan pemimpin namun diperlukan persyaratan yang
memadai jangan sampai hanya menunjuk tapi tidak bisa bekerja.

Dalam kepemimpinan, dalam merealisasikan program di
perusahaannya menampilkan gaya berbeda terhadap pengelolaan
pengikutnya sebagai berikut:

1. Pemimpin demokratis merupakan gaya kemimpinan yang
berorientasi pada tanggung jawab yang akan didelegasikan juga
ke para pemimpin dibawahnya.

2. Pemimpin visioner adalah pemimpin merancang sesuatu untuk
masa depan bahkan belum terpikirkan oleh yang lain.

3. Kepemimpinan multi kutural gaya ini diterapkan untuk
perusahaan multi nasional.

126 Bab 6 Perencanaan dan Strategi

4. Gaya pemimpin strategi yang menekankan untuk strategi
ditandai dengan semua ambil peran.

5. Memimpin sambil mengajar yaitu pemimpin yang melakukan
pengajaran langsung kepada para bawahanya.

6. Pemimpin fasilator fokus pada hasil, tidak ambil pusing dengan
peningkatan skil anak buahnya.

7. Berpusat pada tim beroreientasi pada kemampuan tim, butuh
visi yang jelas.

Perusahaan terus melakukan perubahan sesuai dengan yang
terjadi pada lingkungan, karena itu pemimpin terus melakukan
perubahan secara sistematik sesuai dengan perencanaan dan strategi
yang dietapkan, inilah tugas dari seorang pemimpin yang visioner.

Lingkungan terus berubah setiap waktu, contoh yang saat
ini Indonesia maupun dunia sedang menghadapi wabah epidemi
Covid19, yang membuyarkan program-program yang disusun
dalam perencanaan pada awal tahun sebelu dilaksanakannya
kegiatan operasional, sebagai pemimpin visioner dalam menghadapi
permasalahan ini tidak pernah ragu dan gamang, tapi melakukan
suatu tindakan yang harus dilakukan dengan mengumpulkan para
pemimpin midlenya untuk terus menerus melakukan monitoring
dan evaluasi atas capaian target yang sudah ditetapkan dalam
perencanaan, kemudian melakukan tindakan rapat terbatas
dengan seluruh manajemen tingkat atas dan manajemen midlenya
membahas kelangsungan bisnis perusahaan, untuk dunia perbankan
revisi perencanaan dan strategi dilakukan hanya satu kali dalam
setahun, dan diberikan kesempatan paling lambat bulan Juni tahun
berjalan. Pilihan sebagai pemimpin visioner adalah terus berdasarkan
perencanaan dan strategi yang telah diputuskan atau melakukan
perubahan mendasar dengan mengubah penjualan, pendapatan,
biaya, serta target-target lainnya. Karena itu sebagai pemimpin
visioner terus melakukan perubahan yang disesuaikan dengan
kemampuan intern, jangan sampai keberanian tidak berdasarkan
kemampuan intern, maka terjadi suatu malapetaka yang sangat
mengkhawatirkan bagi kelangsungan usaha di masa datang.

Bab 6 Perencanaan dan Strategi 127

Daftar Pustaka

Abraham, T. K. (2009) ‘Strategic planning’, in An Integrated Approach to
New Food Product Development. doi: 10.4324/9781351244435-
7.

Belton, P. (2017) Competitive Strategy:Techniques forAnalyzing Industries
and Competitors, Competitive Strategy: Techniques for Analyzing
Industries and Competitors. doi: 10.4324/9781912281060.

Dwivedi, R. S. (2006) ‘Visionary Leadership: A Survey of Literature and
Case Study of Dr A. P. J. Abdul Kalam at Drdl’, Vision: The Journal
of Business Perspective. doi: 10.1177/097226290601000302.

Hamel, G. and Prahalad, C. K. (2005) ‘Strategic intent’, Harvard
Business Review. doi: 10.1057/978-1-349-94848-2_398-1.

Heracleous, L. (1998) ‘Strategic thinking or strategic planning?’, Long
Range Planning. doi: 10.1016/S0024-6301(98)80015-0.

Jones, G. R. (2007) ‘Organizational theory, design, and change: text
and cases’, Organisation theory design and change.

Kunci, K. et al. (2009) ‘Langkah-Langkah Perencanaan Strategis’,
Jurnal Sistem Informasi (JSI).

Mada, U. G. et al. (2009) ‘Pengertian Strategi’, Binus Business Review.

Narsa, I. M. (2014) ‘What Is Strategy?’, Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia. doi: 10.21831/jpai.v6i1.1788.

Nickols, F. (2016) ‘Strategy, Strategic Management, Strategic
Planning, Strategic Thinking’, Nickols.

Porter, M. E. (1997) ‘Competitive strategy’, Measuring Business
Excellence. doi: 10.1108/eb025476.

Robbins, S. P. et al. (2016) Organisational behaviour: Global and
Southern African Perspectives, Organisational behaviour: Global
and Southern African Perspectives.

Rotinsulu, J. and Hartono, W. (2015) ‘Pengaruh Gaya Kepemimpinan,
Komunikasi Dan Pembagian Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Pada PT. Prima Inti Citra Rasa Manado’, Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi.

Rumelt, R. and Macmillan, I. C. (1980) ‘Corporate strategy’, Journal
of Business Strategy. doi: 10.1108/eb038900.

128 Bab 6 Perencanaan dan Strategi

Rusniati and Haq, A. (2014) ‘Perencanaan Strategis dalam Perspektif
Organisasi’, Intekna.

Sri Wiranti, T. S. (2009) ‘Model Kepemimpinan Dalam Organisasi’,
Jurnal STIE Semarang.

Supriyanto, - (2012) ‘Business Plan Sebagai Langkah Awal Memulai
Usaha’, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. doi: 10.21831/jep.
v6i1.590.

Surjani, R. (2003) ‘Manajemen strategi dalam menghadapi era
globalisasi’, Unitas.

Syarifudin, E. (2004) ‘Teori Kepemimpinan’, Alqalam. doi: 10.32678/
alqalam.v21i102.1644.

Yudiaatmaja, F. (2013) ‘Kepemimpinan: Konsep; Teori dan
Karakternya’, Media Komunikasi.

BAB 7
EVALUATING KNOWLEDGE MANAGEMENT

Oleh:
Puji Harto
Universitas Diponegoro
[email protected]

A. Pendahuluan

Knowledge management merupakan upaya untuk menghasilkan
dan menyebarkan pengetahuan di dalam organisasi dalam rangka
membangun penciptaan nilai perusahaan. Penciptaan value bagi
perusahaan menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan
keunggulan kompetitif perusahaan (Porter, 1985).

Pada era revolusi industri 4.0, peran pengetahuan sebagai
intangible asset menjadi salah satu resource yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Pengetahuan sebagai informasi yang diolah menjadi
sesuatu yang memiliki nilai tambah akan meningkatkan kapabilitas
organisasi dalam mencapai posisi kompetitif di tengah persaingan
yang sangat dinamis. Evolusi sistem knowledge management telah
mengalami perkembangan yang pesat di abad 21 dibandingkan era
sebelumnya seperti terlihat pada Gambar 7.1.

Abad 16-17 Abad 18-19 Abad 20 Abad 21

Age of reason Industrial Information Digitized
Society and Knowledge

Knowledge Society
Society

• Sientific • Knowledge • Knowledge • Digitalization
penetration production becomes the of everyday
of nature permeates all dominant life and value
areas of life production creation
factor

129

130 Bab 7 Evaluating Knowledge Management

• Development • Industrial • Emergence • Cognitive,

of “Scientific Revolution of Computer, social,

Method”: separation of Internet, collaborative

systematic- knowledge Artificial and

methodical (planning/ design) Intelligence, networked

appropriation and execution Algorithms systems,

of new (knowledge for routines Augmented

knowledge embedded in • Dominance Intelligence

• Interaction machine) of • Digital

between • Professionalization professional penetration

scholars and of knowledge experts and of

crfatmen, producers their cientific professions

emergence of (engineers, methods and

“knowledge doctors) education

institution”

(universities)

Knowledge Knowledge Knowledge Knowledge
1.0 2.0 3.0 4.0

Gambar 7.1 Evolusi perkembangan knowledge management.
Sumber: (North & Kumta, 2018)

Era knowledge 4.0 disebut juga sebagai era masyarakat
pengetahuan digital. Dalam perspektif bisnis, peran teknologi digital
secara cepat telah menimbulkan disrupsi pada berbagai sektor bisnis.
Penggunaan teknologi telah terdifusi pada proses bisnis dan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan. Muncul berbagai istilah seperti
big data, artificial intelligence, cloud computing, robotic, dan internet
of things. Dari aspek sosial, maka knowledge management sekarang
berfokus pada pengembangan knowledge yang melibatkan interaksi
antar individu dan pengembangan relasi sosial yang didukung dengan
pemakaian teknologi digital (Kaschig, Maier, & Sandow, 2016).
Transformasi digital kemudian berkembang menuju pada tren yang
disebut era baru Society 5.0.

B. Implementasi Knowledge Management dan Peningkatan Kinerja
Organisasi

Secara umum langkah-langkah dalam implementasi knowledge
management dapat digambarkan dalam suatu siklus sebagai berikut.

Bab 7 Evaluating Knowledge Management 131

Pada tahap awal, pemahaman terhadap visi, misi dan strategi
organisasi menjadi penting untuk kemudian diturunkan ke dalam
strategi perencanaan dan pengembangan sistem knowledge
management. Hal ini menjadikan model pengembangan sistem
knowledge management akan selalu mendukung tujuan dan sasaran
organisasi.

Langkah selanjutnya adalah mulai mengembangkan sistem
knowledge management yang meliputi penciptaan knowledge,
diseminasi knowledge baik yang bersifat tacit maupun yang eksplisit
dan knowledge flow dalam setiap unit di dalam organisasi. Sejalan
dengan hal tersebut, maka perlu dibentuk tim yang bertugas untuk
merencanakan dan mengimplementasikan sistem yang sudah
dirancang. Anggota tim bersifat lintas fungsi dan departemen
untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai
berbagai aspek organisasi dalam kaitannya dengan penerapan sistem
knowledge management. Penetapan tugas dan tanggung jawab
masing-masing anggota tim tidak kalah pentingnya agar menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas mereka dan meminimalkan potensi
konflik.

(7) (1)
Umpan Visi, Misi, &

balik Strategi
Perusahaan
(6)
Evaluasi & (2)
Audit KM Kembangkan

sistem KM

(5) (3)

Implementa Susun tim
si sistem KM KM

(4)

Analisis
infrastruktur yg

ada

Gambar 7.2. Siklus penerapan sistem knowledge management

132 Bab 7 Evaluating Knowledge Management

Tahap berikutnya melakukan analisis terhadap infrastruktur
yang ada. Pemetaan terhadap sarana dan prasarana pendukung
dilaksanakan untuk memahami daya dukung organisasi dan gap
kebutuhan dalam melaksanakan sistem knowledge management. Hasil
pemetaan menjadi dasar untuk menentukan skala prioritas investasi
bagi pengembangan sarana dan prasarana kedepannya.

Tahap implementasi sistem knowledge management yang sudah
dirancang merupakan inti dari siklus pengembangan sistem. Pada
tahap ini dukungan penuh dari manajemen puncak sangat diperlukan
untuk menjamin manajemen perubahan organisasi akibat penerapan
sistem baru. Risiko yang dihadapi utamanya adalah penolakan dari
sekelompok anggota organisasi yang enggan untuk berubah. Oleh
karena itu, aspek psikologis dan sosial juga perlu dikelola dengan baik
disamping aspek teknis dari perubahan sistem akibat implementasi
sistem yang baru.

Implementasi knowledge management merupakan satu proses
yang berkelanjutan sehingga memerlukan perbaikan secara
berkesinambungan juga. Disinilah pentingnya langkah evaluasi
terhadap knowledge management. Evaluasi bisa dilakukan dalam
setiap tahap pada siklus pengembangan knowledge management.
Sebagai tindak lanjut dari evaluasi maka terdapat umpan balik untuk
lebih meningkatkan kualitas pelaksanaan knowledge management.

Semakin pentingnya peran knowledge management di tengah
berkembangnya teknologi digital perlu diarahkan untuk memberikan
manfaat bagi organisasi. Sistem knowledge management menjadi
faktor keberhasilan kunci dalam meningkatkan efektivitas organisasi,
setidaknya dilihat dari aspek peningkatan kinerja dan keunggulan
kompetitif perusahaan. Gambar 7.3 di bawah ini menunjukkan
model relasi knowledge management terhadap efektivitas organisasi
(Holsapple, Hsiao, & Oh, 2016).

Berdasarkan Gambar 7.3, efektivitas organisasi dipengaruhi
oleh beberapa parameter pelaksanaan knowledge management
sebagai faktor kunci keberhasilan. Pengaruh tersebut ternyata juga

Bab 7 Evaluating Knowledge Management 133

bergantung pada contingent factors seperti sumber daya yang dimiliki
oleh organisasi (pengetahuan, SDM, Material, finansial), disamping
juga kondisi lingkungan (sosial ekonomi, pasar, regulasi, trend terkini)
dan juga prinsip-prinsip yang tertuang dalam visi, misi dan core value
perusahaan itu sendiri. Dengan adanya faktor-faktor kontingensi
tersebut, maka pelaksanaan knowledge management antar organisasi
bisa saja bervariasi tingkat efektivitasnya dalam meningkatkan kinerja
dan keunggulan kompetitif. Atas dasar tersebut, maka diperlukan
evaluasi terhadap knowledge management agar tercipta keberhasilan
dalam pemanfaatan knowledge management.

Gambar 7.3. Knowledge Management dan Efektivitas Organisasi
Sumber: (Holsapple, Hsiao, & Oh, 2016)

Evaluasi terhadap keberhasilan suatu knowledge management,
dapat dilakukan dengan cara pemberian nilai terhadap data atau
hasil yang diperoleh melalui pengukuran tertentu. Itulah sebabnya
model pengukuran penting untuk dibuat agar manfaat serta kinerja
knowledge management dapat diketahui.

134 Bab 7 Evaluating Knowledge Management

C. Model Evaluasi Knowledge Management

Evaluasi merupakan salah satu aspek yang penting bagi
organisasi dalam proses pengembangan knowledge management.
Adopsi dan penerapan knowledge management dapat menimbulkan
risiko pencapaian tujuan yang kurang efektif bagi organisasi jika
tidak mampu dikelola secara optimal. Ditengah arus informasi yang
mengalir deras akibat kemajuan teknologi, maka arus informasi yang
tidak terkontrol dan terkelola dengan baik malah menimbulkan
dampak yang kontraproduktif dan bisa menimbulkan risiko kegagalan.

Penerapan knowledge management merupakan kebutuhan
perusahaan untuk berkembang pada era teknologi digital. Meskipun
demikian, risiko penerapan yang terjadi cukup signifikan. Menurut
kajian beberapa peneliti, tingkat kegagalan dari proyek implementasi
knowledge management berikisar antara 50%-70% (Akhavan, Jafari,
& Fathian, 2005). Menurut (Lucier & Torsiliera, 1997), terdapat
indikasi bahwa 84% organisasi yang telah mengadopsi knowledge
management tidak mendapatkan outcome yang optimal terhadap
pencapaian tujuan organisasi.

Melihat pada temuan tersebut maka perlu adanya strategi
implementasi dalam menghadapi risiko kegagalan. Artikel ini fokus
pada evaluasi sebagai salah satu tahap siklus penerapan knowledge
management (gambar 7.2). Evaluasi yang dilakukan dapat menilai
apakah tahapan dalam siklus penerapan knowledge management
sudah sesuai dengan tujuan organisasi. Kualitas penerapan
sistem knowledge management yang baik akan mendukung pada
sustainabilitas oraginsasi yang lebih baik dalam jangka panjang.

Mengacu pada model hubungan knowledge management
dengan efektivitas organisasi (gambar 7.3), maka evaluasi terhadap
knowledge management dapat dilakukan pada dua sisi. Sisi pertama
adalah melakukan evaluasi pada setiap tahap aktivitas knowledge
management itu sendiri. Hal ini merupakan evaluasi terhadap proses
pengembangan knowledge management (process-based evaluation).
Sisi kedua adalah melakukan evaluasi dari sisi dampak terhadap
kinerja organisasi (output-based evaluation). Terdapat beberapa

Bab 7 Evaluating Knowledge Management 135

model evaluasi yang bisa dipakai dalam menentukan efektivitas
penerapan knowledge management system.

Gambar 7.4. Framework Knowledge Management Activities (Probst,
1998)

Pengembangan building block sistem knowledge management
tidak bisa dilakukan secara terpisah karena adanya interdependensi
antar komponen knowledge management. Dengan demikian, building
block dari knowledge management akan memberikan kerangka
kerja dalam membantu evaluasi pada setiap elemen knowledge
management dengan lebih sistematis. Didalam melakukan evaluasi
terhadap proses implementasi sistem knowledge management, bisa
dilakukan audit terhadap knowledge management.

Terdapat beberapa tools yang bisa dipakai untuk melakukan
pengukuran sekaligus menilai efektivitas pelaksanaan knowledge
management. Beberapa diantaranya adalah model Balanced Scorecard
(BSC) (Kaplan & Norton, 1992), Model (Sveiby, 1997) serta model
Multidimensional Knowledge Measurement System (North, Romhardt,
& Probst, 2000). Kehandalan dari masing-masing alat pengukuran
bersifat relatif tergantung pada kontek dan kompleksitas di lapangan.
Justru satu prinsip yang perlu diperhatikan adalah upaya untuk
membuat indikator pengukuran menjadi simpel tapi tetap dapat

136 Bab 7 Evaluating Knowledge Management

memotret value creation yang dapat dihasilkan sistem knowledge
management tersebut.

Model pengukuran kinerja Balanced Scorecard dari Kaplan dan
Norton memetakan kinerja dalam empat perspektif yang saling
berimbang yaitu perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,
perspektif proses bisnis internal, perspektif pelanggan dan perspektif
keuangan. Hal ini mengkoreksi model penilaian kinerja perusahaan
selama ini yang hanya mengandalkan pada perspektif keuangan.
Dalam konteks knowledge management, maka evaluasi penerapan
knowledge management sebagai aset tidak berwujud perlu mendapat
penilaian secara berimbang, seperti terlihat pada Gambar 7.5.

Gambar 7.5. Evaluasi kinerja knowledge management
menggunakan BSC (Zavodska, Sramova, & Aho, 2017)
Pertanyaan mendasar yang muncul ketika melakukan evaluasi
kinerja pada keempat perspektif adalah pada perspektif pelanggan
bagaimana pelanggan melihat kita. Kemudian pada perspektif internal
apa yang harus kita lakukan dengan optimal. Pada perspektif inovasi
dan pembelajaran adalah dapatkahkita terus untuk melakukan
perbaikan dan menciptakan value. Dari perspektif finansial adalah
seberapa bagus kita dimata investor. Lebih lanjut, (Kaplan & Norton,
1996) membuat strategy maps sebagai alat yang berguna untuk
melakukan visualisasi konektivitas knowledge management dengan
tujuan organisasi.

Bab 7 Evaluating Knowledge Management 137

D. Knowledge Management Audit

Istilah audit terhadap knowledge management menunjukkan
satu tahapan untuk menilai efektivitas peningkatan knowledge
management. Hal ini dilakukan dengan melakukan tracing terhadap
sumber dan penggunaan pengetahuan didalam organisasi.

Sebuah knowledge management audit dapat diartikan sebagai
proses audit terhadap penciptaan, perolehan, distribusi, sharing
dan penggunaan knowledge management dalam suatu organisasi
(Wang & Xiao, 2009). Audit juga dilakukan terhadap aspek strategi,
kepemimpinan, budaya pembelajaran, kolaborasi, team work, serta
aspek infrastruktur teknologi yang inherent pada berbagai tahap
siklus penerapan knowledge management (Chong & Lee, 2005).

Tujuan umum dari dilakukannya audit adalah untuk memperoleh
tingkat keyakinan yang memadai (assurance) terhadap proses
penciptaan pengetahuan, diseminasi, pengukuran dan penggunaan
informasi yang sistematis dalam mendukung pencapaian tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.

Tahapan awal dalam menganalisis implementasi sistem knowledge
management organisasi adalah pemahaman tentang karakteristik
organisasi tersebut. Rumusan visi, misi, dan strategi yang kemudian
diturunkan kedalam proses bisnis menjadi tahapan awal dalam
memahami karakteristik organisasi. Secara umum, tahap-tahap
dalam melakukan audit terhadap knowledge management adalah
sebagai berikut (Medina Nogueira, et al., 2017):

1. Persiapan audit

2. Menentukan proses dalam organisasi dan memilih proses yang
menjadi fokus audit

3. Melakukan representasi dari proses yang akan diaudit

4. Mendokumentasikan knowledge inventory

5. Melakukan continous monitoring dan re-audit

6. Membuat pelaporan

138 Bab 7 Evaluating Knowledge Management
Proses assesment yang dilakukan melingkupi aktivitas sebagai

berikut: menciptakan proses yang responsif terhadap strategi dan
prioritas perusahaan; penilaian terhadap anggota organisasi yang
melaksanakan program dan kegiatan yang menjadi business proses
perusahaan secara fokus dan benar; menciptakan kultur yang
menjadikan knowledge management sebagai bagian penting dari
nilai-nilai dan prinsip seluruh anggota perusahaan.

Pada aspek metodologi, tidak ada satu model tunggal yang bisa
menjelaskan bagaimana audit terhadap knowledge management perlu
dilakukan. Salah satu pendekatan yang bisa dilihat berasal dari (Wang
& Xiao, 2009) seperti digambarkan pada ilustrasi dibawah ini.

Gambar 7.6. Alur proses knowledge management audit
Sumber : (Wang & Xiao, 2009)

Bab 7 Evaluating Knowledge Management 139

Berdasarkan gambar di atas, secara umum terdapat empat
tahapan dalam melakukan audit terhadap knowledge management:
tahap persiapan, tahap analisis, tahap implementasi dan tahap
kesimpulan. Penjelasan masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan audit

Beberapa hal yang harus dipersiapkan pada tahap ini diantaranya
adalah pembentukan tim audit. Tim audit mestinya memiliki
kapabilitas dan pengalaman melakukan tugas dibidang ini.
Segera setelah tim terbentuk maka disusunlah rencana dan
program audit. Hal ini disesuaikan dengan tujuan yang sudah
dirumuskan bagi dilakukannya audit.

b. Tahap analisis

Pada tahap ini perlu dilakukan pengenalan terhadap aspek
lingkungan dimana knowledge management ini diterapkan.
Ini dilakukan dengan mengenal lebih lanjut organisasi dan
karakteristiknya. Langkah selanjutnya melakukan identifikasi
dan analisis awal terhadap beberapa aspek dari knowledge
management seperti aset pengetahuan, kompetensi dan kinerja
pengetahuan yang ada. Hal ini memerlukan langkah pengamatan,
interview dengan personel kunci dan dokumentasi ke dalam
kertas kerja pemeriksaan.

c. Tahap implementasi

Tahapan ini melibatkan serangkaian pengujian dan pemeriksaan
secara lebih mendalam pada aspek compliance dan capability
dari properti knowledge management. Assesment terhadap
kebutuhan pengetahuan yang diikuti dengan arus pengetahuan
dan inventory terhadap pengetahuan mengikuti rangkaian yang
terstruktur dan sistematis. Begitu pemetaan dilakukan maka
dilakukan gap analisis melalui serangkaian uji secara substantif.

d. Tahap kesimpulan

Hasil pada tahap ini adalah disusunnya laporan audit yang
merangkum serangkaian prosedur audit yang telah dilakukan.
Satu hal yang menarik adalah berbeda dengan audit

140 Bab 7 Evaluating Knowledge Management

konvensional, maka perlu dilakukannya re-audit dalam rangka
mengupdate status perkembangan knowledge. Jadi auditnya
bersifat berkelanjutan (continous audit).

Sejalan dengan tahapan audit di atas, (Mohapatra, Agrawal, &
Satpathy, 2016) memperkenalkan tahapan-tahapan audit di atas ke
dalam sepuluh langkah seperti terlihat pada Gambar 7.7

Berdasarkan gambar 7.7, pada tiga tahapan pertama merupakan
upaya untuk mengenal organisasi dengan lebih mendalam dalam
upaya memetakan langkah teknis pengujian selanjutnya. Langkah-
langkah awal berupa pemahaman terhadap visi, misi, tujuan dan
sasaran organisasi merupakan upaya untuk memperoleh gambaran
informasi strategis perusahaan yang kemudian diterjemahkan ke
dalam proses organisasi. Pemetaan terhadap seluruh proses bisnis
organisasi kemudian dikerucutkan kedalam identifikasi proses inti
(core process) dan assesment terhadap pengelolaan konten dan arus
pengetahuan didalam proses inti tersebut.

Bab 7 Evaluating Knowledge Management 141

Gambar 7.7. Tahapan knowledge management audit (Mohapatra,
Agrawal, & Satpathy, 2016)

Tahapan selanjutnya (tahap empat dan lima) melibatkan interaksi
dengan personil kunci yang terlibat dalam pengelolaan knowledge
management. Interaksi secara intensif dengan personil tersebut dalam
bentuk wawancara dan diskusi akan memberikan informasi lanjutan
mengenai kejelasan apa dan siapa yang terlibat pada aktivitas core
process.

Tiga tahapan berikutnya (tahap enam sampai delapan) masuk
dalam tataran teknis pemetaan arus knowledge management serta
perolehan dan analisis terhadap knowledge aset dan inventory.
Adanya temuan di lapangan yang berimplikasi pada gap analisis dan
pemecahannya menjadi bahan feedback bagi peningkatan kualitas
sistem knowledge management.

Dua tahapan terakhir terkait dengan pelaporan audit merupakan
rekomendasi dan saran perbaikan bagi manajemen agar strategi
pengembangan knowledge management pada fase berikutnya.
Kegiatan re-audit juga dilakukan merupakan upaya perbaikan secara

142 Bab 7 Evaluating Knowledge Management

berkelanjutan sebagai update dan peningkatan kinerja dari knowledge
aset dan investory dan knowledge mapping (Lauer & Tanniru, 2001).

E. Penutup
Peran evaluasi knowledge management menjadi satu tahapan

yang penting untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas
sistem knowledge management organisasi. Hasil umpan balik dari
evaluasi yang dilakukan akan mengisi celah gap yang muncul dalam
implementasi knowledge management. Langkah-langkah audit
terhadap knowledge management merupakan realisasi dari proses
evaluasi dan ini perlu dilakukan secara berkesinambungan sebagai
bentuk continous improvement terhadap pengembangan knowledge
management.

Daftar Pustaka

Akhavan, P., Jafari, M., & Fathian, M. (2005). Exploring the Failure
Factors of Implementing Knowledge Management. SSRN.
Available at https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_
id=2188273

Chong, D., & Lee, W. (2005). Re-thinking Knowledge Audit: its
Values and Limitations in the Evaluation of Organizational and
Cultural Assets. Building a Knowledge Society: Linking Government,
Business, Academia and the Community.

Holsapple, C., Hsiao, S., & Oh, J. (2016). Parameters of Knowledge
Management Successes and Failures of Knowledge Management
edited by Jay Liebowitz. Elsevier.

Kaplan, R., & Norton, D. (1992). The Balance Scorecard-Measures
that Drive Performance. Harvard Business Review, 71-79.

Kaplan, R., & Norton, D. (1996). Using the Balanced Scorecard as a
Strategic Management System. Harvard Business Review, 75-85.

Kaschig, A., Maier, R., & Sandow, A. (2016). The Effects of
Collecting and Connecting Activities on Knowledge Creation in
Organizations. Journal of Strategic Information Systems, 243-258.

Bab 7 Evaluating Knowledge Management 143

Lauer, T., & Tanniru, M. (2001). Knowledge Management Audit-a
Methodology and Case Study. Australian Journal of Information
System, 23-41.

Lucier, C., & Torsiliera, J. (1997). Why Knowledge Programs Fail.
Strategy and Business, 14-28.

Medina Nogueira, Y. E., Nogueira Rivera, D., Medina León, A., Medina
Nogueira, D., El Assafiri Ojeda, Y., & Castillo Zuñiga, V. J. (2017).
Methodology for Knowledge Management Audit. Global Journal
of Engineering Science and Research Management, 1-9.

Mohapatra, S., Agrawal, A., & Satpathy, A. (2016). Designing
Knowledge Management-Enables Business Strategis: A Top-Down
Approach. Springer International.

North, K., & Kumta, G. (2018). Knowledge Management; Value Creation
Through Organization Learning. Mumbai: Springer International.

North, K., Romhardt, K., & Probst, G. (2000). Wissensgemeinschaften-
Keimzellen lebendigen Wissensmanagements. IO Management,
52.

Porter, M. (1985). Competitive Advantage: Creating and Sustaining
Superior Performance. New York: The Free Press.

Probst, G. J. (1998). Practical Knowledge Management: a Model that
Works. Prism, 17-29.

Sveiby, K. (1997). The New Organizational Wealth: Managing and
Measuring Knowledge Based Assets. Berret-Koehler Publishing.

Wang, j., & Xiao, J. (2009). Knowledge Management Audit Framework
and Methodology Based on Process. Journal of Technology
Management in China, 239-249.

Zavodska, A., Sramova, V., & Aho, A. M. (2017). Validation Tools in
Research to Increase the Potential of its Commercial Application.
Dalam L. Uden, W. Lu, & I.-H. Ting, Knowledge Management in
Organizations 12th International Conference, KMO 2017 Beijing
China (hal. 190-199). Springer International.


Click to View FlipBook Version