The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

buku bealajar di negeri kanguru

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by junymona, 2022-04-20 10:40:09

Belajar di Negeri Kanguru

buku bealajar di negeri kanguru

Percayalah,
Bahwa Tuhan telah merencanakan
setiap pertemuan-pertemuan hebat sejak jauh-jauh hari.
Dengan maksud yang kini belum kita mengerti,
dengan maksud yang masih harus kita cari dan pahami.
Termasuk pertemuan Anda dengan buku ini. Hari ini.

Selamat Berkelana!
GERAKAN MENULIS BUKU INDONESIA

i

Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau
huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau
huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Pasal 114 Setiap Orang yang
mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja
dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil
pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang
dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pasal 115 Setiap
Orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya
melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman,
Pendistribusian, atau Komunikasi atas Potret sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 untuk kepentingan reklame atau periklanan untuk Penggunaan Secara
Komersial baik.

ii

BELAJAR
DI NEGERI
KANGURU

RUSTANTININGSIH

iii

BELAJAR DI NEGERI KANGURU
Copyright © Rustantiningsih

Penulis: Rustantiningsih
Editor: Istiqomatuttaqiyyah
Penata Letak: Nafi Abdillah
Penata Sampul: Yurdi Andani

Cetakan Pertama, Juni 2019
x + 120 hal; 14,8 x 21 cm
ISBN:

CV OASE GROUP
Jalan Kartika, Gang Sejahtera 1 No. 3, Jebres,
Surakarta, Indonesia

Dicetak oleh
Percetakan CV Oase Group
Isi di luar tanggung jawab percetakan

Katalog Dalam Terbitan
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
All Right Reserved
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

iv

Untuk:

Sunya
Citta
Raja
Elang

Melbourne, tak bertanggal
saat kerinduan senantiasa datang

bersama angin

v

Terima Kasih kepada:

Australia Award Indonesia (AAI)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang

Rekan-rekan Guru dan Kepala Sekolah
Keluargaku di Karanganyar dan Boyolali

Semua pihak yang telah menginspirasi

vi

PENGANTAR

Melakukan hal biasa menjadi luar biasa, demikianlah yang

dilakukan Rustantiningsih penulis buku sederhana mengenai
perjalanan dinasnya ke Australia. Belajar Di Negeri Kanguru,
sebuah judul yang praktis mewakili kebersahajaan hidup yang
tertuang di kisah-kisahnya selama berada di Australia.

Bukan hal yang mudah untuk mengabadikan pengalaman
dalam bentuk buku. Karenanya, gagasan sederhana yang terkemas
menarik ini dapat dijadikan warisan berharga kelak di kemudian
hari.

Momentum dan peristiwa apapun yang terjadi dalam
perjalanan hidup seseorang dapat dikisahkan dalam bentuk
tekstual sebagai kenangan bahwa seseorang pernah menjadi
bagian terpenting dalam proses kehidupan nan panjang dan
terkadang berliku penuh duri.

vii

Mari kita belajar menuliskan pengalaman kehidupan seperti
yang sudah dilakukan penulis. Kelak, anak-anak kita dan generasi
muda akan membaca apa yang pernah kita lakukan dan perbuat.

Semoga bermanfaat.
Trie Elang Sutajaya
(Penulis Buku)

viii

DAFTAR ISI

Pengantar │vii
Daftar Isi │ix
Kesempatan Itu Datang Kedua Kali │3
Jangan Takut Berbahasa Inggris │7
Selamat Tinggal Tanah Airku │11
Transaksi di Melbourne │15
Naik Trem Menjelajah Melbourne │19
Tantangan Pertama │23
Imigrasi di Melbourne │27
Koala Oh Koala │31

ix

Lambaian di Balik Pagar Besi │35
Suara Tanpa Kata │39
Parade Pinguin │43
Semangat Patriotik │49
Belajar dan Berkarya │53
Berkelana di Luar Angkasa │57
Mencari Surat Izin Mengajar │63
Upacara Hari Pahlawan di Australia │69
Rindu Keluarga │75
Ethek Ethek Ethek di Melbourne │79
Seperti di Film Misteri │83
Mengajar Bahasa Indonesia │89
Belajar Naik Kuda │95
Kabar Gembira dari Anakku │101
Blangkon Wasiat │107
Aku Kembali Padamu │111
Foto Aktivitas │114
Biodata Penulis │117

x

Rustantiningsih │1

Tuhan
Engkau tulis yang indah bagiku

Engkau kirim aku
tuk mengarungi lautan biru

aku tahu
aku sedang diproses

untuk lebih maju
(elang)

2 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

KESEMPATAN ITU DATANG
KEDUA KALI

Astungkara Hyang Widi untuk kedua kalinya saya mendapat

penghargaan keluar negeri dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Kalau dulu saya mendapat penghargaan studi banding

ke Perancis selama 1 minggu, kali ini saya mendapat kesempatan
untuk studi singkat di negeri Kanguru selama 3 minggu tepatnya di
Universitas Melbourne. Universitas ternama dan dan tertua kedua
di Australia. Saya sangat berterima kasih kepada keluarga dan para

guru yang sudah mendukung sepenuhnya untuk mengikuti
Australia Award. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada,

Kepala Sekolah, Ka UPTD Pendidikan Semarang Barat, dan Kepala
Dinas Kota Semarang yang sudah memberikan izin untuk
menjalankan tugas di Australia.

Rustantiningsih │3

Berbagai persiapan sudah saya laksanakan jauh hari, sebab
bulan Mei 2016 saya sudah mendapat surat untuk pergi ke Australia
namun karena ada perubahan pengelolaan dana perjalanan ke luar
negeri, program tersebut ditunda. Sebenarnya saya sempat kecewa,
namun saya kembalikan lagi pada perjalanan hidup. Pada Juni tahun
2015 saya sudah mendapat penghargaan dan kesempatan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan studi banding ke
Perancis, andaikan kesempatan ini gagal tidak menjadi persoalan
yang berarti.

Penghargaan studi singkat di Australia diberikan kepada para
guru yang sudah berprestasi. Di Indonesia ada kurang lebih 3200
guru yang berprestasi. Namun tidak semuanya mendapat
kesempatan ini. Karena harus melalui beberapa tahapan seperti
menulis best practices dalam bahasa Inggris, tes melalui telepon
berbicara dengan bahasa Inggris, dan persyaratan administrasi
lainnya yang cukup banyak.

Ketika ada surat dari kementerian yang kedua bahwa saya
terpilih menjadi peserta studi singkat di Universitas Melbourne saya
kembali menyiapkan segala adminitrasi mulai dari surat-surat
pengurusan visa, perjanjian dengan Australia Award, surat izin
dinas, surat keterangan dokter, rekening bank, dan paspor.
Beruntung saya sudah memiliki paspor baik paspor biru dan hijau.

Semua persyaratan untuk ke Australia dikirim lewat email dan
komunikasi peserta dengan panitia Australia Award dalam hal ini
Bu Shintya selalu menggunakan email. Oleh karena itu saya harus
selalu aktif membuka email. Email tersebut sering dikirim sore hari
maka tak jarang saya membuka email sepulang sekolah dan segera
menindaklanjuti email tersebut hingga malam atau keesokan
harinya. Segala keperluan selama keberangkatan hingga pulang dari
Australia dibiayai oleh Australia Award. Mulai dari tiket domestik,
tiket menuju Australia, Visa, keperluan hidup selama belajar di
Negeri Kanguru, dan jadwal kegiatan sudah disiapkan oleh Australia
Award.

Kabar keberangkatan ke Australia membuat saya senang dan
sedih. Senang karena mendapat kesempatan belajar di negeri
Kanguru yang tidak pernah saya bayangkan. Sedih karena harus

4 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

berpisah untuk sementara waktu dengan keluarga tercinta dan
siswa-siswaku yang spesial selama 25 hari.

Khusus untuk para siswa dan orang tua siswa, saya sengaja
tidak memberi tahu kabar ini. Rencananya saya akan memberi
kabar kalau semua persiapan sudah lengkap dan keberangkatan ke
Australia sudah pasti. Namun untuk keluarga tercinta, saya
langsung memberitahu dan menyiapkan mental mereka khususnya
untuk anak-anakku tercinta Rara, Citta, dan Raja.

Untuk studi singkat di Australia memang perlu persiapan yang
lebih matang karena saya bertugas di cukup lama. Persiapan yang
utama adalah menata kondisi kelas, atas bimbingan dan arahan dari
Kepala sekolah semuanya bisa dikondisikan dengan baik. Untuk
mengasah kemampuan bahasa Inggris saya banyak belajar dari Rara
anakku yang pertama. Saya sering berkomunikasi di rumah dengan
Rara menggunakan bahasa Inggris. Di samping itu hampir setiap
hari saya juga belajar berkomunikasi dengan siswa menggunakan
bahasa Inggris.

Persiapan lainnya saya juga menyiapkan beberapa tarian khas
daerah beserta perlengkapannya. Menurut jadwal kegiatan studi
pada minggu terakhir saya mendapat kesempatan untuk mengajar
di SD. Materi yang disampaikan boleh tentang tarian tradisional,
pakaian adat, atau permainan tradisional. Saya memilih mengajar
tari tradisional.

Belum selesai menyiapkan segala keperluan untuk ke Australia
saya mendapat tugas untuk mengikuti kegiatan seleksi kepala
sekolah. Sebenarnya saya ragu untuk mengikuti kegiatan ini, namun
berkat dukungan keluarga, kepala sekolah, pengawas dan ka UPTD
saya berusaha untuk mengikuti semuanya dengan optimal. Kegiatan
itu mulai tanggal 13-14 Oktober 2016 harus mengikuti seleksi calon
kepala sekolah di tingkat kecamatan. Tanggal 15-18 Oktober
menyiapan berkas persyaratan calon kepala sekolah. Tanggal 24-26
Oktober 2016 mengikuti seleksi calon kepala sekolah di tingkat
kota. Di sela-sela kegiatan tersebut saya menyiapkan semua
perlengkapan, mental, dan materi untuk berangkat ke Australia.
Akhirnya tanggal 26 Oktober 2016 malam pukul 21.00 semua sudah
siap. Saya tidur nyenyak menanti esok tiba untuk berangkat ke
Jakarta menuju Australia.

Rustantiningsih │5

Tuhan
hari ini terasa panjang

aku bingung
harus sedih

atau
senang
ketika aku harus berjuang
di negeri orang
Tuhan
aku yakin pancaran sinar sucimu
kan beri terang kepadaku
(elang)

6 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

JANGAN TAKUT
BERBAHASA INGGRIS

Kamis, 27 Oktober 2016

Pukul 03.00 saya sudah bangun pagi, seperti biasa aktivitas

rutin harian dimulai dengan senam yoga, menyiapkan sarapan pagi,
mandi, dan sembahyang. Namun pagi ini ada yang beda, saya

bersiap bukan untuk mengajar di sekolah namun harus berangkat
ke Jakarta untuk selanjutnya menuju Australia.

Saat-saat yang paling berat adalah berpamitan dengan
keluarga. Sejak bangun tidur sudah saya siapkan mental untuk tidak
menitikkan air mata kalau nanti berpamitan dengan keluarga. Saya
berusaha untuk tegar tetap senyum dan menunjukkan rasa bahagia.
Namun saat mencium anak saya yang paling bungsu tetap saja saya

kepingin nangis tetapi rasa itu saya tahan sekuat-kuatnya.

Rustantiningsih │7

Sampai di bandara masih pagi, saya ikut penerbangan
maskapai Garuda pukul 07.40 dengan nomor penerbangan GA 233
tujuan Jakarta. Beruntung dari Jawa Tengah ada tiga teman yang
berangkat ke Australia saya, Pak Kartono dari Demak, dan Bu Niken
dari Boyolali. Sampai di Bandara saya hanya bertemu dengan Pak
Kartono sedangkan Bu Niken ternyata berangkat dari Bandara Adi
Sumarmo.

Penerbangan menuju Jakarta tepat waktu, sehingga tiba di
Jakarta sesuai jadwal penerbangan. Dari Bandara saya menuju Hotel
Atlet Century naik taksi. Sampai di Century baru pukul 09.30
peserta belum bisa chek in. Saya duduk-duduk di lobi dan satu per
satu peserta dari berbagai daerah di Indonesia berdatangan.
Pertemuan ini sekaligus sebagai ajang berkenalan dan reuni,
bertemu teman lama waktu lomba LKG, Inobel, Gupres, dan masih
banyak lagi.

Waktu chek in pun tiba, saya mendapat kamar 504 bersama Bu
Niken yang dari Boyolali. Siang ini peserta memang merasa benar-
benar dimanjakan oleh kementerian di tempatkan di hotel
berbintang dengan menu makanan yang luar biasa dan jamuan yang
istimewa. Pukul 13.00 peserta berkumpul di kementerian gedung D
lantai 11.

Acara siang ini pelepasan kegiatan Australia Award,
perkenalan, dan pengarahan dari kementerian dan Australia Award.
Sambil menunggu acara dimulai peserta berswafoto ria dan yang
paling membanggakan foto-foto pemenang berbagai lomba dipajang
di kementerian, termasuk foto saya. Belum usai melihat foto-foto
acara pun dimulai.

Acara dibuka oleh Ibu Elvira, dilanjutkan sambutan dari AAI
(Australia Award Indonesia) oleh Mr. Daniel menggunakan
bahasa Indonesia. Special sambutan berikutnya dari Mrs. Sarah dari
AAI dengan menggunakan bahasa Inggris. Saya paham apa yang
dibicarakan Mrs. Sarah namun untuk mengungkapkan-nya agak
kesulitan. Intinya peserta AAI belajar di Melbourne untuk
memperoleh pendidikan yang bermanfaat, untuk memajukan
pembelajaran di Indonesia, dan sebaliknya pendidikan di Australia
juga bisa mengenal dan belajar budaya Indonesia. Sambutan
berikutnya dari Ibu Popy Dewi Puspitawati selaku Direktur

8 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Kemdikbud sekaligus melepas
dengan memberikan tas secara simbolik kepada perwakilan
peserta.

Acara yang paling mengesankan pada kegiatan ini ketika para
peserta wajib memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa
Inggris. Beragam kemampuan bahasa Inggrisnya peserta AAI, ada
yang lancar sekali bahasa Inggrisnya, ada yang lumayan, ada yang
tidak begitu bisa tapi berani berbicara dalam bahasa Inggris, ada
yang tidak percaya diri sehingga menggunakan bahasa Indonesia.

Kalau membaca jadwal kegiatan akan dilaksanakan selama 3
(tiga) Minggu. Saya berharap bisa mengikuti semua kegiatan dengan
mudah, lancar, dan mantap. Kegiatan yang paling menantang adalah
ketika harus tinggal bersama orang tua angkat di homestay selama 4
hari 1 orang dengan 1 keluarga angkat. Saya sendiri tidak lancar
berbahasa Inggris namun senang dengan kegiatan ini, bahkan saya
ingin bahasa Inggris saya bisa terasah di Negeri Kanguru tersebut.

Dalam pengarahan ini dijelaskan perlunya kemandirian saat di
luar negeri, tidak takut berbicara dalam bahasa Inggris, dan selalu
aktif dalam kegiatan apa pun. Kegiatan pengarahan dan pelepasan
peserta ini berakhir pukul 17.00. Saya dengan beberapa teman tidak
segera kembali ke hotel tetapi ke Plaza Senayan untuk mencari
keperluan yang vital tetapi belum kami miliki di antaranya steker
yang khusus digunakan di Australia serta gembok tas yang harus
ada untuk pengamanan.

Malam ini pukul 19.00 saya kembali ke hotel untuk mengemas
segala perlengkapan dengan rapi, supaya esok pagi sudah siap
berangkat untuk mengikuti penerbangan menuju Sydney. Usai
sudah kegiatan hari ini, saya rebahkan tubuh yang sudah lelah
untuk memejamkan mata, menidurkan hati, dan pikiran supaya
esok pagi bisa menjalankan dharma kembali.

Rustantiningsih │9

malam panjang begitu kelam
mata tidak juga terpejam
kutinggalkan tanah airku
untuk beberapa waktu
menuju negeri kanguru
aku berburu ilmu
(elang)

10 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

SELAMAT TINGGAL TANAH
AIRKU

Jumat, 28 Oktober 2016

Udara pagi ini terasa dingin di Hotel Century, sejak sore

gerimis membasahi kota Jakarta. Hari ini tidak ada kegiatan yang
berarti di pagi hari, selain turun ke resto untuk menikmati makan

pagi dan ngobrol dengan teman-teman seputar persiapan untuk
berangkat ke Australia.

Rencana hari ini pukul 14.00 bertolak ke Bandara Soekarno
Hatta. Untuk makan pagi sengaja saya menikmati lontong sayur

khas Indonesia yang mungkin tidak akan dapat ditemukan di
Autralia. Namun saya juga menikmati sarapan pagi ala luar negeri

seperti yogurt dan sereal.

Rustantiningsih │11

Sambil menunggu waktu kosong saya mulai menulis cerita
pengalaman. Pengalamanku di Negeri Kanguru mulai dari persiapan
sampai pemberangkatan ke Benua Australia. Bagi saya Benua
Australia merupakan benua ketiga yang sangat berarti dalam
perjalanan hidupku karena aku pernah hidup dan tinggal di sana.
Pertama Benua Asia tempat kelahiranku, kedua Eropa saat saya
mendapat penghargaan ke Perancis, dan ketiga Benua Australia.

Setelah makan siang saya dan kawan-kawan harus chek out
dari hotel. Sebuah bus sudah menjemput kami untuk berangkat
menuju bandara. Walapun pesawat ke Sydney lepas landas pukul
20.00 tetapi kami sudah harus menuju bandara supaya tidak
terjebak macet. Di jalan bus tidak bisa berjalan cepat karena arus
lalu lintas cukup padat. Sampai akhirnya kami sampai di bandara.

Sambil menunggu waktu boarding saya dan kawan-kawan
tidak lewatkan kesempatan ini untuk mengambil dokumentasi.
Segala perlengkapan dokumen seperti tiket, paspor, visa harus
sudah siap di tangan. Walaupun waktu tunggu cukup lama tetapi
tidak terasa karena kami isi dengan berbagai aktivitas seperti
belajar bahasa Inggris dengan sesama teman, sharing tentang
kebiasaan-kebiasaan masyarakat Australia, bagaimana menyikapi
hidup di sana terutama dalam kebutuhan sehari-hari.

Perjalanan panjang akan saya lakukan malam ini. Saya
bayangkan kondisi Australia sebagai negara maju, dengan
penduduk yang berpendidikan tinggi serta kesejahteraan yang
tinggi. Semua fasilitas canggih dan serba praktis.

Menjelang pukul 20.00 semua penumpang masuk ke dalam
pesawat Qantas. Penerbangan menuju Sydney kurang lebih 7 jam.
Paling lama pesawat mengarungi Samudera Hindia. Menikmati
perjalanan malam hari di pesawat menuju Australia kuawali dengan
berdoa ke Hyang Maha Agung agar tiada aral yang melintang.
Selamat tinggal tanah airku, untuk beberapa waktu, aku pasti akan
kembali kepadamu.

12 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

Rustantiningsih │13

malam telah larut
gelap baru saja datang
suara gagak bersautan

menyambut malam
menidurkan semua insan
di melbourne aku terlelap
malam ini....dalam sunyi....

(elang)

14 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

TRANSAKSI DI MELBOURNE

Sabtu, 29 Oktober 2016

Cuaca di Sydney cerah secerah wajahku ketika menginjakkan dan

menghirup udara Benua Australia. Berbagai pengecekan boarding
pass, isi tas sudah saya lalui dengan lancar dan aman. Saya merasa
deg-degan saat di imigrasi, karena kalau data, atau barang bawaan
tidak sesuai aturan urusan bisa panjang. Beruntung saya langsung
disilakan masuk ke pintu 6 (enam) dan ini pintu tanpa pemeriksaan

atau sudah lolos pengecekan, sedangkan beberapa kawan harus
melalui pengecekan yang unik yaitu menggunakan anjing pelacak
sebagai detectornya. Semua peserta AAI tidak ada yang bermasalah

sehingga semua bisa langsung melanjutkan perjalanan untuk
boarding dan transit.

Rustantiningsih │15

Saat menunggu di ruang transit, saya bisa berjalan-jalan
melihat-lihat toko yang menyediakan cendera mata, makanan, dan
keperluan lainnya. Kami bisa foto-foto di miniatur pesawat yang
bertuliskan Qantas Spirit Of Australians. Beberapa cendera mata dan
makanan cukup menarik hati, ada uang-uangan dolar Australia,
dendeng kanguru, dendeng buaya, dendeng burung unta, bahkan
sampai kulit kuola.

Akhirnya pukul 10.30 waktu Sydney saya melanjutkan
perjalanan dengan pesawat Qantas lagi menuju Melbourne. Lama
penerbangan kurang lebih 1 jam 30 menit. Tiba di Bandara
Melbourne kami dijemput oleh Mrs. Bonnie Hermawan beliau
sebagai pelaksana dari program AAI yang memandu kami selama 25
hari. Perjalanan kami lanjutkan dengan naik shuttle bus menuju
apartemen Quest.

Kali ini saya satu ruangan dengan Bu Dian dari Kalimantan
Timur sebagai juara 1 Lomba Kreativitas Guru tahun 2015. Saya
mendapat kamar nomor 401, begitu masuk kami berdua tidak
henti-hentinya mengagumi fasilitas apartemen yang luar biasa, ada
dua kamar, satu dapur, dan satu ruang tamu yang cukup rapi,
bersih, dan nyaman. Belum habis-habisnya merasakan kekaguman
yang luar biasa ini kami harus segera turun untuk makan siang dan
mendapat pengarahan dari Mrs. Bonnie.

Makan siang dengan nasi lemak dan jus jeruk khas Indonesia di
sebuah taman dekat Universitas Melbourne terasa nikmat sekali.
Tibalah kami untuk mendengarkan pengarahan dari Mrs. Bonnie.
Jadwal kegiatan selama 21 hari sudah kami terima dan mendapat
pengarahan yang cukup jelas. Hari ini saya juga mendapatkan kartu
asuransi, kartu Myki untuk naik transportasi selama di Melbourne,
dan peta Melbourne.

Pengarahan sore ini ditutup dengan jalan bersama naik trem
(kereta listrik) dengan menggunakan kartu Myki, kami langsung
praktik menggunakan kartu tersebut supaya selama di Melbourne
tidak bingung. Pengalaman yang bermakna sekali hari ini.

Saya pun mendapat kesempatan untuk melihat teman yang
praktik menarik debit ATM BRI dalam bentuk dolar. Belajar sore ini
tidak hanya itu saja tetapi kami juga praktik menyeberang jalan,

16 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

belanja di mini market, dengan rute yang cukup jauh dan kami
harus berjalan kaki. Di Australia memang harus terbiasa jalan kaki
cepat.

Bagi yang tidak biasa jalan kaki, memang terasa sekali
capeknya. Banyak kawan yang napasnya tersengal-sengal dan
kakinya terasa pegal-pegal. Bagi saya cukup menyenangkan,
menyehatkan, dapat melihat berbagai jalan, bangunan yang unik,
dan kehidupan masyarakat Melbourne.

Rustantiningsih │17

sang bayu menyapaku
di negeri kanguru
dengan kekuatan
kencang
tak terkalahkan

tirta suci menyambutku
dengan percikan air hujan

yang menyejukkan
terima kasih Tuhan
melalui kekuatanmu
Engkau jaga keselamatanku

(elang)

18 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

NAIK TREM MENJELAJAH
MELBOURNE

Minggu, 30 Oktober 2016

Saya sengaja bangun siang karena hari ini memang free, kami tidak

ada kegiatan wajib. Hari ini saya gunakan untuk memasak makanan
ala Australia, seperti scrab, sandwich, platters, dan sejenisnya.
Sarapan pagi ini terasa nikmat dengan makanan ala Australia.

Bukan berarti tidak suka ala Indonesia namun saya lakukan untuk
melatih diri supaya saat homestay saya tidak canggung lagi.

Agenda saya hari ini dengan beberapa kawan mau menikmati
naik trem gratis keliling Melbourne. Kami siap dengan membawa
peta perjalanan. Walau pertama agak bingung akhirnya kami bisa

mengikuti trem dan arah perjalanannya.

Rustantiningsih │19

Kesempatan yang tidak saya lewatkan belanja di Queen
Victoria Market (pasar tradisional yang cukup terkenal di
Melbourne). Sebelum sampai Queen Victoria Market kami singgah
di Flagstaff Gardens. Sebuah taman yang luas dengan hamparan
rumput hijau dan pepohonan rindang. Banyak orang yang duduk-
duduk santai sambil menikmati cahaya matahari di musim semi.

Saya duduk-duduk di hamparan rumput hijau ambil menikmati
makan siang yang dibawa dari apartemen, rasanya enak sekali
walau hanya sepotong sandwich dan sebotol air putih. Perjalanan
kami lanjutkan menuju Queen Victoria Market dengan panduan
peta, kami pun sampai ke tempat tujuan. Berbagai keperluan
logistik kami beli, tak lupa juga beberapa cendera mata.

Belanja hari ini untuk kebutuhan makan seminggu, semoga
cukup. Memang masak sendiri lebih murah dibandingkan dengan
membeli. Hidup di negeri orang memang harus pandai mengatur
uang. Pulang belanja bawaan kami cukup lumayan banyak. Namun
saya merasa puas.

Saya bersama kawan-kawan pulang dengan berjalan kaki
kurang lebih 4 km. Dengan berbekal peta ternyata kami mudah
melakukan perjalanan. Queen Victoria yang saya anggap jauh
ternyata sebenarnya dekat.

Cuaca berubah mendadak, mendung bergulung-gulung di atas
langit Melbourne. Langkah kaki kami percepat. Kami berjalan
setengah berlari. Titik-titik hujan mulai mengenai tubuh, saya tidak
lagi berjalan cepat tetapi benar-benar berlari untung sudah dekat
apartemen. Akhirnya hujan benar-benar turun begitu kami masuk
apartemen, astungkara.

Cuaca di Melbourne untuk bulan ini memang mudah berubah
kadang cerah namun mendadak bisa turun hujan. Sejak sore tadi
memang angin terus bertiup kencang hingga akhirnya hujan
mengguyur. Menjelang pukul 20.00 saya keluar apartemen untuk
menikmati jamuan makan malam dari Mrs. Bonnie, ternyata udara
terasa menusuk tulang.

Angin terus bertiup kencang, dan akhirnya mengantarkan kami
kembali menuju apartemen untuk istirahat malam. Sebelum tidur
tak lupa berkomunikasi dengan keluarga melalui media sosial (Line,
WA, maupun BBM). Media tersebut sangat membantu komunikasi
karena di setiap sela-sela waktu saya bisa melihat anak-anak dan
suami serta keluarga.

20 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

Rustantiningsih │21

ku lihat langit di atas di Melbourne
hijau biru dan putih

ku tapaki jalan-jalan tanpa batas
kurangkai cerita yang tak kunjung tuntas

di Melbourne tak pernah lelah
kakiku mengukir sejarah
(elang)

22 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

TANTANGAN PERTAMA

Senin, 31 Oktober 2016

Pertama kali saya menginjakkan kaki di Universitas

Melbourne. Udara dingin pagi ini mencapai suhu 8 derajat celcius,
dan bagi saya yang biasa hidup di daerah tropis terasa sangat
dingin. Berbagai rasa menyelimuti hatiku bahkan tidak bisa
diungkapkan dengan kata-kata.
Saya tidak pernah membayangkan bisa belajar di Universitas

Melbourne, kenyataannya sekarang bisa duduk di bangku kuliah ini.
Kami disambut dengan sangat ramah oleh Mr. Rob yang ternyata

pandai berbahasa Indonesia. Suasana kampus yang nyaman, bersih,
dan terlihat beberapa mahasiswa sibuk dengan kegiatan masing-

masing ada yang membaca di taman, berdiskusi di luar, dan masih
banyak lagi tak salah jika kampus ini dijadikan napas pendidikan
bagi Australia. Pantaslah jika Universitas Melboune sebagai
perguruan tinggi tertua kedua dan termasuk sepuluh besar
perguruan tinggi terbaik di dunia.

Rustantiningsih │23

Kegiatan pertama saya mendapat materi orientasi. Diawali
dengan semua peserta menuliskan pertanyaan pada kertas post it
tentang hal yang ingin diketahui dari studi singkat ini. Beberapa
peserta membacakan pertanyaan dilanjutkan dengan perkenalan
semua peserta dengan Mrs. Lisa sebagai dosen utama dan Mrs. Novi
sebagai translator.

Tiga hal utama dalam belajar menurut Mrs. Lisa, pertama
melihat pola dosen atau guru yang menyajikan materi. Kedua
belajar dengan teman, saling tukar pengalaman, dan berdiskusi.
Ketiga belajar dengan mengamati guru, sekolah, kunjungan ke
tempat-tempat lain.

Pembelajaran yang menarik berikutnya eksplorasi
pengetahuan tentang Australia menggunakan peta. Pada peta
tersebut peserta secara kelompok menggambar tempat-tempat
terkenal yang diketahui tentang Australia kemudian melaporkan.

Pengalaman yang sangat berharga ketika saya diajak ke
National Australia Bank (NAB) untuk mengurus rekening bank
dan ATM. Kami benar-benar melihat pelayanan bank yang cukup
canggih. Pegawai bank di Melbourne tidak berdandan modis seperti
bank di Indonesia. Saya belajar mengaktifkan ATM dan menarik
ATM. Kami diberi fasilitas akomodasi untuk keperluan biaya hidup
selama di Australia sebesar 1.804 dolar Australia atau kalau di kurs
kan sekitar Rp18.000.000,00.

Kemudian saya kembali lagi ke kampus setelah mengurus NAB.
Materi kali ini tentang proyek award objektivitas pembelajaran.
Kami menuliskan objek pembelajaran yang kita inginkan.
Dilanjutkan materi tentang sejarah Australia, persamaan dan
kerjasama dengan Indonesia. Proses pembelajaran lain yang
menarik adalah ketika kami mendapat kartu pos kemudian kami
menuliskan pengalaman di Australia dan kartu itu nantinya akan
dikirimkan ke sekolah masing-masing, supaya dibaca guru dan
siswa.

Berkaitan dengan media sosial saya mendapat tugas
mengunggah foto dan status di facebook tentang perasaan dan apa
yang di dapat di Australia. Dengan terlebih dahulu add ke
@australianembassy, @asiaeducation, dan @unimelb. Saya merasa

24 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

senang karena baru saja up date status yang like dan komentar
sudah banyak sekali.

Pembelajaran yang tak kan mungkin saya lupakan hari ini
adalah mendapat tugas kelompok mencari tempat tertentu sesuai
perintah, mencari hal yang tidak ada di Indonesia, swafoto, mencari
tempat bersejarah, mencari hal-hal yang di Indonesia ada, dan
mencari benda yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Dalam
kegiatan ini memang benar-benar semua keterampilan kami
dieksplor. Kami banyak belajar seperti menjaga kekompakan
kelompok, bersikap yang bijak jika menemui kendala atau
perbedaan persepsi, disiplin waktu, berani bertanya, teliti, dan
masih banyak lagi. Perjalanan kami hanya berbekal peta.

Kelompok saya termasuk kelompok yang cukup kompak. Ke
mana kaki melangkah selalu bersama dan berdiskusi. Tak peduli
hujan mengguyur kami. Semua permasalahan dapat dipecahkan
bersama. Walaupun kami sempat agak putus asa ketika mencari
poster Aussie Peter Drew, akhirnya ketemu juga. Dengan kegiatan ini
saya banyak belajar dari kehidupan masyarakat Australia yang
cukup terbuka dan ternyata mempunyai rasa empati yang sangat
tinggi. Saya temukan dua pengalaman tentang rasa empati. Rasa
empati tersebut menumbuhkan kepedulian sosial yang tinggi juga.

Pertama ketika kelompok kami bertanya kepada ibu-ibu
setengah baya tentang tempat pemberhentian bus di sekitar rumah
sakit di jalan Farady. Ibu ini mengatakan tidak tahu. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan, belum berapa jauh kami berjalan ibu
tersebut berlari tergopoh-gopoh dan berbicara dengan tulus
memberitahu tempat yang kami maksud. Kedua ketika naik trem
kami sedang berdiskusi tentang arah jalan rupanya didengarkan
oleh seorang pemuda. Setelah kami turun perjalanan kami lanjutkan
dengan berjalan kaki. Ketika sudah jauh kami melangkah tiba-tiba
ada mobil berhenti dan menawarkan diri mengantar kami serta
menunjukkan arah yang kami maksud. Ternyata pemuda tadi
adalah orang yang tadi mendengarkan diskusi kami. Bahkan untuk
mengejar kami, pemuda itu rela berbelok arah dari tujuan semula,
luar biasa.

Rustantiningsih │25

ku langkahkan kaki
menuju saksi sejati
karenamu sejarah
karena engkau tak pernah marah
menyimpan jutaan cerita
untukmu Australia

(elang)

26 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

IMIGRASI DI MELBOURNE

Selasa, 1 November 2016

Saya sengaja berangkat pagi menuju kampus Universitas

Melbourne bersama Bu Dian. Kami menyusuri jalan sekitar
apartemen hingga kampus. Tujuan utamanya untuk ke ATM NAB
mengambil uang. Udara dingin pagi ini terasa sejuk menyiram tubuh

kami.
Setelah mengambil uang saya manfaatkan waktu sambil
menunggu jam kuliah untuk foto-foto di sekitar kampus. Ada hal
yang menarik di sudut kampus, sepasang burung merpati
menempati sarang di sudut koridor kampus. Sepertinya seekor
induk merpati sedang mengerami telurnya dan seekor merpati
jantan berulang kali terbang keluar lalu kembali ke sarang
kemudian ke luar lagi dan kembali ke sarang lagi begitu terus
ternyata sedang mengirim makanan untuk induk merpati. Luar
biasa pagi ini saya mendapatkan pelajaran tentang kasih sayang

keluarga dari sepasang merpati.

Rustantiningsih │27

Waktu kuliah pun tiba, kali ini dosen utamanya Dr. Julie
Hamston Konsultan Pendidikan dan Senior Fellow H, Melbourne
Graduate School of Education (MGSE), University Melbourne. Materi
utama hari ini Sistem Pendidikan di Australia. Kegiatan kuliah hari
ini diawali dengan refleksi dari Mrs. Lisa berkaitan dengan
rangkaian kegiatan pembelajaran kemarin. Kemudian masuk ke
materi inti dengan kegiatan semua peserta menuliskan apa yang
diketahui tentang sistem pendidikan di Australia, apa yang ingin
diketahui, dan bagaimana cara mendapatkan pengetahuan itu. Lalu
setiap kelompok melaporkan hasilnya.

Kegiatan kedua setiap kelompok mengamati foto-foto kegiatan
di sekolah yang berada di Australia. Setiap orang memilih satu foto,
menuliskan foto tentang apa, apa yang dipikirkan tentang foto
tersebut, dan apa hubungannya dengan pembelajaran. Kemudian
setiap kelompok mempresentasikan hasilnya. Kebetulan saya yang
harus presentasi. Saya memilih gambar guru sedang mengajar
dengan beberapa anak tunjuk jari, dan beberapa anak
memperhatikan. Menurut pendapat saya gambar tersebut tentang
guru yang mengajar secara demokratis. Siswa diberi kebebasan
bertanya, menjawab, dan berpendapat sehingga terjadi
multiinteraksi.

Kemudian kami mendapat tugas membaca, menuliskan
perbedaan, dan persamaan sistem pendidikan di Indonesia dan
Australia. Hal yang paling menarik dari diskusi ini kemunculan
beberapa dosen yang muncul tiba-tiba dari pintu belakang secara
bergantian dan memberi penguatan terkait materi yang
disampaikan dosen utama. Baru kali ini saya belajar dengan sistem
pengajaran tim teaching yang bagus dalam berkolaborasi.

Kegiatan terakhir sore ini kami melakukan pengamatan di
Museum Imigrasi. Saya belajar banyak hal tentang sejarah
penduduk Australia dan masyarakat imigran. Di museum ini saya
juga bisa menyaksikan film sejarah kedatangan para imigran ke
Australia hingga sekarang ini. Ternyata imigrasi di Australia sudah
terjadi sejak tahun 1788. Saya juga bisa menyaksikan gambar
sejarah imigran, beragam benda-benda kuno yang dibawa imigran,
proses pembuatan paspor, peninggalan para nenek moyang yang
sampai saat ini masih abadi di Museum Imigrasi Australia.

28 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

Rustantiningsih │29

koala
oh lala
ke mana kamu

sedih
perih
kapan engkau kembali
(elang)

30 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

KOALA OH KOALA

Rabu, 2 November 2016

Masih seperti kemarin udara pagi ini dingin, tetapi saya sudah

bisa menyesuaikan diri. Langit Melbourne hari ini cerah, matahari
pagi tersenyum menyapa kami. Sejuknya udara Melbourne

memulihkan kembali energi kami. Saya berjalan kaki menuju
kampus kurang lebih 700 m dari apartemen.

Seperti biasa saya dan kawan-kawan disambut dengan moning
tea. Saya nikmati segelas susu supaya energi hari ini bertambah.
Tampak di kelas Mrs. Juli, Miss Novi, Mrs. Bonnie, dan Mrs. Lisa
menyiapkan pembelajaran. Mereka berdiskusi sebentar sementara

kami berbincang-bincang dengan dalam kelompok.

Rustantiningsih │31

Kuliah pagi ini dibuka oleh Mrs. Lisa dengan refleksi hari
kemarin. Kali ini setiap kelompok mendapatkan satu kertas besar
yang sudah ditempel di dinding. Kemudian setiap anggota wajib
menuliskan kata atau kalimat tentang pengalaman dua hari ini
belajar di Melbourne. Saya menuliskan best experiens, pengalaman
yang luar biasa saya dapatkan dua hari ini, belajar berinteraksi
dalam bahasa Inggris, belajar mengenal dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan, budaya, makanan, dan belajar di kampus
dengan metode yang sangat menarik. Para dosen yang mengisi
kuliah selalu menggunakan metode dan strategi yang bervariasi.

Kegiatan berikutnya saya menambahkan hal-hal yang sudah
diketahui tentang pendidikan di Australia pada kolom yang kemarin
sudah dibuat dan sudah diisi. Pada kegiatan ini saya mengisi peta
pikiran. Tentang tantangan generasi muda mendatang akan hidup di
dunia seperti apa. Banyak yang sudah kami pikirkan dan kami
diskusikan seperti berkurangnya sumber daya alam, hidup dengan
jaringan internet, individualistis, gaya hidup yang tinggi, semua
serba instan, berpikir kritis, dunia digital, kompetitif, dan
sebagainya.

Saya juga mendiskusikan tentang pembelajaran abad 21. Kami
juga mendiskusikan tentang program yang dapat kami lakukan
untuk murid-murid kita di abad 21 utamanya berkaitan dengan
persaingan global. Menurut Mrs. Lisa murid kita adalah murid abad
21, jadi gurunya juga harus guru abad 21. Guru adalah kunci dari
keberhasilan siswa dalam belajar. Standar guru di Australia juga
kami diskusikan. Standar guru di Australia sangat tinggi. Sehingga
guru harus benar-benar profesional. Di Australia peminat profesi
guru cukup tinggi.

Tugas selanjutnya dari kampus semua peserta AAI berkunjung
ke Melbourne Zoo. Kami berkunjung ke kebun binatang tersebut
tidak sekadar berkunjung tetapi ada banyak tugas yang harus kami
selesaikan. Tugas-tugas tersebut cukup menarik di antaranya
merancang wawancara mengenai hewan yang hampir punah,
mengidentitasi 5 flora dan fauna yang ditemukan di dari kebun
binatang yang berasal dari Indonesia, buat sketsa dan labeli 3
contoh, menguji teman dengan membuat kuis benar salah,
merancang membuat kurungan, menulis puisi hewan yang hampir

32 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

punah disertai ilustrai gambar, wawancara dengan staf kebun
binatang, membuat daftar fiture hewan hampir punah, buat daftar
A-Z hewan hampir punah, menyebutkan 5 hal penting
pertimbangan dalam mengatasi konservasi, cari tahu hewan
Australia yang mulai punah dan lihat berapa banyak yang dapat
ditemukan di kebun binatang, bekerja sama dengan teman
mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan anda dengan orangutan,
mengidentifikasi 5 rencana melestarikan Harimau Sumatra.

Kebun binatang di Australia sangat luas. Untuk mengelilingi
mungkin tidak cukup satu hari. Keanekaragaman hewannya juga
banyak. Hanya sayang tiap-tiap jenis hewan dan tumbuhan tidak
diberi nama dan keterangan yang lengkap sehingga pengunjung
kurang tahu informasi tentang asal hewan. Namun saya tetap
senang dengan kunjungan ini menambah wawasan dan
pengetahuan tentang flora dan fauna.

Hewan yang paling menarik adalah koala. Koala mempunyai
kebiasaan tidur. Sehari semalam tidurnya kurang lebih 20 jam.
Uniknya dalam sehari mampu makan kurang lebih 1 kg daun
eucalyptus. Ketika kami datang koala tidur di atas pohon. Kami lihat
ada tiga koala yang sedang tidur. Keberadaan koala memang sudah
jarang salah satu penyebab kepunahannya adalah penggunaan tisu.
Tisu sering digunakan di kamar mandi dan WC, karena bahan
pembuat tisu dari pohon-pohon yang sering dihuni koala maka
ketika pepohonan itu ditebang untuk dibuat tisu dapat mengancam
habitat koala.

Sekembalinya dari kebun binatang saya naik trem lagi seperti
ketika berangkat tadi. Kali ini kami turun agak jauh dari apartemen
sehingga jarak yang harus kami tempuh untuk pulang cukup jauh.
Sepertinya kami sudah mulai biasa berjalan kaki, kami tidak
mengeluh, tetap semangat untuk melanjutkan perjalanan esok hari.

Rustantiningsih │33

tangan kecil
melambai di antara pagar sekolah

menyambut ramah
dengan tawa

yang tak pernah lelah
gedung nan megah
fasilitas nan mewah

bukan itu yang ku mau
di sekolahku

aku ingin keramahan
menghampiri siswa-siswaku

setiap waktu
(elang)

34 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

LAMBAIAN DI
BALIK PAGAR BESI

Kamis, 3 November 2016

Refleksi pagi ini dimulai dengan menunjukkan hasil swafoto

bersama hewan di kebun binatang kemarin. Saya menunjukkan
hasil swafoto bersama hewan sejenis kadal, kadal tersebut mencium

kening saya, kata Mrs. Lisa fantastik. Kemudian kami disuruh
menilai kebun binatang tersebut dengan angka, saya memberi

angka 8.
Hari ini dosen yang mengajar kami Mrs. Susan dan Mrs. Megan.
Pertanyaan pertama yang harus kami jawab adalah mengapa kami

mau menjadi guru? Beragam alasan kami menjadi guru di
antaranya: memajukan pendidikan, sebagai investasi abadi bagi
guru maupun siswa, melihat perkembangan siswa, dan sebagainya.

Rustantiningsih │35

Aktivitas berikutnya kami harus memikirkan bagaimana cara
menilai siswa bahwa siswa itu sudah bisa menyerap pengajaran
kita. Banyak jawaban yang kami dapat seperti dengan tes,
performance, proyek kelas, dan masih banyak lagi. Kemudian kami
harus berpikir tentang klinis, ada yang menjawab rumah sakit,
kesehatan, bersih, dan sebagainya. Ternyata rangkaian kegiatan ini
mengarahkan kami dalam mempelajari pengajaran klinis.

Pengajaran klinis adalah pengajaran individu yang memberi
ruang kepada semua siswa untuk belajar sesuai dengan
kemampuannya. Pengajaran ini diawali dengan diagnosis guru.
Berdasarkan data dari guru sebelumnya, data pengamatan guru,
didukung bukti dan teori maka guru dapat mengambil keputusan
untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang tepat kepada
setiap individu.

Guru yang melakukan pembelajaran klinis hendaknya sabar
dalam melakukan tugasnya. Ibaratnya kue lapis guru harus
membuat lapis demi lapis mulai dari lapisan paling bawah. Jika
permasalahan tiap lapisan diurai dengan baik maka akan terbentuk
lapisan yang kuat untuk menuju lapisan berikutnya.

Pembelajaran klinis ini terus berlangsung sepanjang waktu
tidak berawal dan berakhir karena akan berputar terus sesuai
kemampuan siswa. Penilaian ini mengarahkan siswa untuk dapat
mengukur dirinya tentang apa yang sudah diketahui, apa yang akan
diketahui, apa yang sudah berhasil dan kurang berhasil, serta
bagaimana untuk memperolehnya jika belum berhasil.

Kegiatan selanjutnya mengamati hasil karya siswa SMA
menulis surat dalam bahasa Indonesia. Surat tersebut berisi tentang
pengalamannya berkemah. Dalam kegiatan ini saya ditugasi untuk
menilai kekurangan dari hasil pekerjaan siswa tersebut kemudian
menuliskan kemampuan yang sudah dimiliki siswa, dilanjutkan cara
mengajar yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kekurangannya.

Aktivitas selanjutnya yang saya nanti-nantikan adalah
mengunjungi sekolah SD di Melbourne. Kami berkunjung ke Thomas
Mitchell Primary School, sekolah yang cukup bagus. Sekolah ini
mempunyai fasilitas yang lengkap dengan jumlah siswa 800 anak,
54 guru, dan semua siswanya berasal dari 70 negara.

36 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU

Pengajaran di sekolah ini moving class. Para siswa belajar dari
pukul 09.00-15.30. Siswa-siswa yang lucu dan cerdas membuat
kami senang. Pengajaran yang menyenangkan terlihat di wajah-
wajah mereka yang selalu ceria. Kami berkeliling mengitari area
sekolah dengan dipandu oleh dua siswa setiap kelompoknya.

Semua pertanyaan kami dijawab oleh guru dengan ramah dan
terbuka. Di akhir kunjungan antara guru yang berkunjung
dihadapkan dengan siswa yang tadi memandu kami. Kami saling
bertanya jawab. Ketika guru bertanya siswa yang menjawab, dan
sebaliknya siswa yang bertanya guru yang menjawab.

Di Australia anak-anak sangat dihargai, dijaga kebebasannya.
Mereka tidak boleh di foto sembarangan tanpa seizin orang tua.
Walaupun demikian siswa-siswa tersebut tetap ceria, ramah, dan
bersikap sopan dengan semua orang.

Tak terasa kunjungan kami harus berakhir. Kami berpamitan
para guru mendapat kenang-kenangan berupa buku bacaan,
sedangkan sekolah kami beri vandel. Lambaian tangan siswa yang
tulus, senyuman guru yang ramah, sekolah yang nyaman, tak akan
saya lupakan.

Rustantiningsih │37

Panas terasa menyengat
Mengeringkan tenggorokan

Menuju malam
Dalam kesunyian
Tiba-tiba kudengar
Suara tanpa kata

Menderu
Bersautan mengitari Melbourne

Memeluk malam
Dalam keheningan

(elang)

38 │ BELAJAR DI NEGERI KANGURU


Click to View FlipBook Version