The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by smpn2kalikajar, 2022-10-11 22:48:29

POTONGAN KISAH PENANTIAN

POTONGAN KISAH PENANTIAN

Keywords: POTONGAN KISAH PENANTIAN

Eros Rosidah
Ayah adalah semangatku, energi hidupku. Kau
bimbing aku setiap waktu. Kau papah aku dengan
nasehatmu. Kata-katamu titah bagiku. Perilakumu
tuntunan untukku. Kasihmu menenteramkan jiwaku.
Cintamu menyejukkan kalbuku.
Ayah, mengapa begitu cepat kau pergi? Batinku
terasa hampa di sini. Hidupku seakan tak bernyawa lagi.
Hanya doa yang bisa kupanjatkan, di antara puing-puing
kenangan. Kenangan indah kau berikan, untukku anakmu
tersayang.
Purwakarta, 19 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 41

Eros Rosidah

Kau bawa aku jauh berlabuh
Dalam hamparan kasih sayang
Hiasi bulir-bulir rindu
Seakan diri berada di surga

Apa lagi kurasa
Jiwa meronta dahaga cinta
Batin selalu dimanja
Manja olehmu belahan jiwa

Kini terasa sepi
Hari-hari seakan tiada arti
Kutunggu kau kembali
Karena kau takkan terganti

Waktu berlalu terasa hampa
Dirimu tetap tak dapat kuraba
Beginikah rasanya cinta
Atau hanya fatamorgana

Purwakarta, 19 Januari 2022

42 |

Eros Rosidah
Saat kuingat senyum manismu
Ingin rasanya aku memelukmu
Melampiaskan rasa di hatiku
Namun ‘ku tahu itu mustahil bagiku
Tatapan matamu membuatku luluh
Kata cintamu memenuhi kalbuku
Dirimu menjadi canduku
Wajahmu memenuhi ruang rinduku
Kau pergi begitu lama
Rinduku kian meronta
Dadaku bertambah sesak
Rindu dirimu tak pernah beranjak
Purwakarta, 19 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 43

Eros Rosidah
Dulu, kau manjakan aku, kau lindungi aku. Tak
pernah kau biarkan aku kecewa. Tak pernah kau biarkan
air mata ini jatuh. Netra hitammu membuat hatiku teduh.
Dulu, kau curahkan cintamu untukku. Kau bilang
hatimu hanya untukku. Hidupmu hanya ingin bersamaku.
Matimu pun sesurga denganku.
Namun, kau pergi tinggalkanku. Tak satu kata
pun terucap dari bibirmu. Hingga kehampaan menerpa
kalbu. Ke manakah cintamu untukku? Kedaluwarsakah
cintamu?
Purwakarta, 19 Januari 2022

44 |

Eros Rosidah
Ketika kau hadir dalam hidupku, hari-hariku
terasa indah. Hilang resahku, musnahkan gelisahku. Kau
jadikan hariku penuh makna.
Sorot matamu penuh arti. Cintamu seolah
membelenggu diri ini. Namun, ‘ku selalu menghindari
karena ‘ku tak ingin ada yang tersakiti.
Kini setelah engkau pergi, baru aku sadari. Kau
sangatlah berarti. Tak dapat kupungkiri, dirimu selalu di
hati. Cintamu selalu di sini, walau kau telah pergi.
Sakit hati kurasa, bila mengenang saat kita
bersama. Rinduku menyesak di dada. Namun, untuk apa
ini semua? Untuk apa lagi aku berkata? Kini kau telah
tiada, pergi untuk selamanya.
Purwakarta, 19 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 45

Penulis bernama Eros Rosidah, berdomisili di
Purwakarta, Jawa Barat, memiliki dua orang putra dan
satu orang putri, alumni STIE YPKP. Untuk mengenal
lebih jauh, follow akun facebook Eros Rosidah.

46 |

Herli Yustika
Embusan angin malam menerpaku
Anganku sempat terhenti sejenak
Namun semangatku tetap membara
Yakin bahwa kita akan terus bersama
Seiring waktu kulewati bersamamu
Akankah bisa bertahan?
Mimpi indah yang kita harapkan
Pahit manis yang kita rasakan
Di antara dua pilihan
Tetapkan yang terbaik
Niatkan untuk selalu bersama
Terjalin dalam ikatan suci
Serumpun Sebalai, 20 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 47

Herli Yustika

Setetes embun di pagi hari
Aromanya membungkus rerumputan
Membentuk butiran bening di setiap helai daun
Terbitkan rasa rindu di jiwa
Sekian lama kupendam rasa
Hanya ada kamu dalam hatiku
Tapi apalah daya
Dirimu bukanlah untukku
Tak bisa kulupakan dirimu
Tak bisa kugapai dirimu
Impian untuk bersamamu
Sirna ditelan oleh waktu
Selawang segantang, 20 Januari 2022

48 |

Herli Yustika

Kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hati
Akankah kebahagiaan telah hadir menyapaku
Kugantungkan harapanku kepadamu
Kuberikan semuanya untukmu
Kamu selalu ada di dekatku
Tapi perhatianku menguap seakan tak berbekas
Apakah kamu tak pernah memikirkan aku?
Sesungguhnya kau tahu perasaan yang tersimpan di hatiku
Begitu lelah kurasakan
Sakit mendera karena harapan tak bersambut
Nestapa membalut kalbu
Terlalu berharap yang tak pasti
Serumpun Sebalai, 20 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 49

Herli Yustika

Di setiap embusan napasku
Di setiap aliran darahku
Cintaku kepada dirimu
Takkan pernah berakhir
Apakah kau tahu
Apabila berada di dekatmu
Detak jantungku tak pernah mengikuti irama lagi
Denyut nadi pun mulai tak beraturan
Ada kamu dalam aliran darahku
Napasmu selalu mengikuti detak jantungku
Derai tawamu mengisi ruang kosong di jantungku
Berharap untuk selamanya
Serumpun Sebalai, 20 Januari 2022

50 |

Herli Yustika
Merpati putih
Terbang bebas di cakrawala
Leluasa kepakkan sayapnya
Mengarungi langit biru
Merpati putih
Melanglang buana menuju tanah harapan
Membawa misi mulia
Jalinan kisah asmara dua anak manusia
Merpati putih
Pemersatu janji insan dimabuk asmara
Insan yang sedang merajut kasih
Berjasa dalam ikatan sakral
Serumpun Sebalai, 20 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 51

Herli Yustika, lahir di kota Lampur, 06
September 1985. Seorang ibu dengan empat orang anak
laki-laki dan satu perempuan, lulusan S1 PGSD
Universitas Terbuka. Saat ini, penulis menjadi guru di
UPTD SD Negeri 8 Sungai Selan, Kabupaten Bangka
Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Partisipasi
dalam karya antologi di antaranya: The Secrets (2021),
Kilau Jingga di Langit Senja (2021), Kaleidoskop Sederet
Peristiwa Serangkai Makna (2021). Ia berharap, dalam
setiap usaha yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh,
pasti akan membuahkan hasil yang baik. Kontak yang bisa
dihubungi melalui FB: Lilie.

52 |

Hst
Aku mencintaimu
Kini terucap pada hampa
Keindahannya akan hilang bersama masa
Tangisku tertahan tersimpan menyesakkan
Indahnya kebersamaan masih jelas berputar
Namun aku hanya berteman dengan kenangan
Harusnya kurekam segala kejadian
Agar rasa sesal tak setangguh karang
Aku mencintaimu
Kekuatannya tak lagi sembuhkan luka
Kata ikhlas hanya hadir di mulut saja
Menolak singgah pada hati yang kecewa
Malang, 10 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 53

Hst
Kemeriahan itu perlahan berlalu
Suara nyaring menawan pun kini sendu
Alunan suara merdu hilang bersama waktu
Kau hanya terdiam membisu, Ibu
Halus wajahmu tak seindah dulu
Menatap kosong terpaku pilu
Saat ini kau tertunduk sayu, Ibu
Ekspresi datar penuh haru
Kami tak sepandai engkau memahami kami
Kami tak segesit engkau merawat kami
Air mata gelisahmu tak tergantikan
Bahkah dengan ribuan doa yang terucap
Malang, 8 Januari 2022

54 |

Hst
Pernahkah kau amati warna senja?
Pernahkah kau rasakan ketenangan warnanya?
Aku mencintai suasana senja dalam diam
Selalu tak akan tergantikan
Seperti senja yang kusuka, aku mencintaimu
Aku kagumi segala warna sikapmu
Aku cintai segala ketenanganmu
Seperti senja, aku mencintaimu dalam diamku
Kusembunyikan segala kagumku
Kusimpan rahasia ini bahkan pada bayu
Mencintaimu adalah dosa yang terindah
Membuatku tak akan bisa untuk menyapa
Malang, 8 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 55

Hst

Pagi ini ‘ku terlambat menyapamu lagi
Engkau menghilang sebelum kulepaskan pelukan mimpi
Hadirmu setelah aku menghilang dalam kesibukan hari
Aku memulai hariku tanpa melihatmu kembali

Ayah, dalam diam kau selalu waspada
Indramu tak menjangkau di mana kami berada
Namun kau akan sigap ketika kami terluka
Itulah cinta yang tak mampu kauucapkan

Kini ketika kau renta
Rasa cemas tersurat di wajah tersenyummu
Kau coba sembunyikan khawatirmu
Kau tahu segalanya tak lagi sama

Beri kami kesempatan membalas cintamu, Ayah
Cinta besar yang lama kau simpan
Izinkan kami menjaga segalanya, Ayah
Masa depan yang selalu ingin kau pandang

Malang, 8 Januari 2022

56 |

Hst

Waktuku mencintaimu harusnya kuberi tanggal kadaluarsa
Antara kita seharusnya jangan ada cerita
Tipuan yang kusadari dan kubiarkan saja
Ada cinta namun tak ada bahagia
Sejak awal bertemu hingga kita terpisah
Harusnya kuhapus saja kenangan kita
Ingatan yang hanya timbulkan rasa berdosa

Segala romansamu kini kembali terlihat
Album indah ini tak seharusnya terbuka
Inisialmu pun tak pernah lekang
Tetap bergema tak tergantikan
Enggan pula kuhentikan kerinduan mengenang
Ingatan haram yang kuputar berulang-ulang

Malang, 8 Januari 2022

Catatan:
Watashi saitei ( 私 最 低 ) berasal dari bahasa Jepang,
artinya: aku yang terburuk.

Potongan Kisah dalam Penantian | 57

Hst adalah nama pena dari Hesti Maiyanti.
Penulis lahir di Probolinggo pada tahun 80-an. Menulis
puisi adalah hiburan yang berharga bagi penulis di sela-
sela kegiatannya sebagai pengajar dan ibu dari dua orang
anak.

58 |

Kiki Rahman
Kupandang sinar bulan menghilang diselimuti
kabut malam. Rindu padamu tiada terbilang. Di mana ku
duduk, di situ dirimu selalu terkenang dan terbayang.
Bumi kupijak, langit kujunjung. Rindu di hati
kian menggunung. Teringat dirimu hati terguncang.
Sampai kapan rasa ini mampu kubendung, seakan rindu
tiada berujung.
Telah kucoba untuk melupakanmu. Semakin kuat
hadirmu di ingatan. Aku tak berdaya dengan semua ini. Di
dalam bimbang, aku menanggung rindu.
Bandung, 06 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 59

Kiki Rahman
Hai, kau gadis berkerudung jingga. Semenjak
pertama kita bertemu, kau tersenyum manis menyambut
hadirnya diriku.
Hai, kau gadis berkerudung jingga. Sejak pertama
kali kita bertemu, aku merasakan ada getaran aneh
mengusik hatiku.
Hai, kau gadis berkerudung jingga. Siang malam
dirimu selalu terbayang. Canda dan tawamu selalu
terngiang di telingaku.
Hai, gadis berkerudung jingga. Apakah ini yang
dinamakan cinta? Aku tak tahu. Yang kutahu, kau adalah
pujaan hatiku.
Bandung, 10 Januari 2022

60 |

Kiki Rahman
Kekasihku, rinduku tercecer di antara deburan
ombak dan buih. Kucoba berdiri kokoh bagaikan batu
karang, menikmati sejuta rasa yang menusuk jiwa.
Kekasihku, kau pergi tanpa berita, menghilang
begitu saja. Entah ke mana, tak tahu rimba. Meninggalkan
goresan luka terdalam pada diriku yang malang ini.
Kekasihku, sampai hati dirimu meninggalkan
diriku, berkawankan tangis dan air mata. Hancur sudah
hati ini, mengenang kisah yang telah usai.
Kekasihku, biarlah Tuhan yang tahu isi hatiku
saat ini. Kupanjatkan doa untuk dirimu di sana. Semoga
kau bahagia. Biarlah, kuabadikan rasa cintaku padamu
dalam mahligai hati yang merindu.
Bandung, 07 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 61

Kiki Rahman

Kisah seorang pengemis kecil
Berbaju kumal bertubuh dekil
Wajah kusam berbalutkan daki
Bertahan hidup di terik mentari

Raut mukanya penuh nestapa
Tatapan mata mengandung asa
Sekeping receh menjadi tujuan
Dari uluran tangan si dermawan

Ada memandang penuh iba
Ada memandang penuh benci
Bentakan dan hinaan kerap dirasa
Sudah menjadi hidangan sehari-hari

Pengemis kecil bernasib malang
Hidupmu keras bagaikan karang
Diterjang badai juga gelombang
Berdiri kokoh tidak bergeming

Bandung,13 Januari 2022

62 |

Kiki Rahman

Liukan tubuhmu sangat memukau
Begitu anggun penuh pesona
Sungguh indah gerak tubuhmu
Membuat mata selalu terpana

Jemarimu lentik lemah gemulai
Meliuk indah ikuti irama lagu
Hentakan kakimu begitu lincah mematri
Sungguh elok bila dipandang memaku

Alunan dendang mendayu-dayu
Dendang bertajuk bersuka ria
Menambah indah gerakan tubuhmu
Diiringi kibasan selendang sutra

Penari Zapin sebutan dirimu
Insan seni budaya melayu
Menjaga warisan leluhur dahulu
Abadi sampai ke anak cucu

Bandung, 03 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 63

Penulis bernama Riski Rahmananda, lahir dan
dibesarkan di kota Bukit Tinggi, Provinsi Sumatera Barat.
Lahir pada tanggal 07 Mei 1996, ia hobi membaca dan
menulis, bercita-cita bisa menjadi seorang penulis
terkenal. Moto hidup penulis adalah keluarga merupakan
harta yang tidak ternilai. Penulis dapat dihubungi melalui
akun facebook: Riski Rahmananda.

64 |

Riana Manullang

Tanpa-Mu, apa jadinya aku
Seumpama kapal terhempas ombak
Gagal berlabuh ke tepian danau
Terombang-ambing karena besarnya riak

Tanpa-Mu, apa jadinya aku
Seumpama kayu lapuk diterpa angin
Tumbang ke tanah menjadi debu
Seketika sirna tinggal kenangan

Tanpa-Mu, apa jadinya aku
Seumpama domba hilang tersesat
Hendak ke kandang tidak tahu
Hidup menderita mati sekarat

Lebih baik hidup di dalam-Mu
Jiwaku tenang ragaku senang
Sampai kelak berakhir napasku
Aku setia hingga Engkau datang

Medan, 20 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 65

Riana Manullang
Besar kasih-Mu melampaui akal sehatku
Membuat kehabisan kata dan lidahku kelu
Cinta kasih-Mu tidak terbatas oleh waktu
Selamanya tulus sampai berakhir napasku
Engkau tempat sandaran hidupku
Menenangkan penat dan lelah jiwaku
Membuatku tenang bila di dalam-Mu
Bagai kapal berlayar tanpa ombak menghalau
Engkau menuntun setiap langkahku
Aku terjatuh, Engkau mengulurkan tangan-Mu
Penuh kelembutan berkata padaku
Anak-Ku, mari
Aku Bapamu
Medan, 20 Januari 2022

66 |

Riana Manullang
Hatiku damai, jiwaku tenang saat berada di dalam-Mu
Aku tidak khawatir akan hidup juga masa depanku
Niscaya pasti tercukupi segala sesuatu akan kebutuhanku
Yakin ada sukacita yang akan datang menyapaku
Aku yakin itu terjadi karena berkat-Mu melimpah selalu
Kehidupan yang kujalani terasa indah bila bersama-Mu
Esok dan selamanya, aku ingin tetap di dalam-Mu
Pada saat susah maupun senang, tetap setia kepada-Mu
Aku ingin itu terjadi sampai kelak berakhir napasku
Dengan penuh iman dan kepercayaan, aku berharap
kepada-Mu
Aku kelak terpanggil menjadi penghuni surga-Mu
Menikmati hidup kekal bahagia bersama-Mu
Untuk selamanya seperti janji firman-Mu
Medan, 20 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 67

Riana Manullang
Pagi, hadirmu dinanti selayaknya mempelai pria
menepati janji. Kau setia menyapa insan yang berdiam di
bumi. Hadirmu ciptakan sejuta harapan di setiap kalbu
manusia. Inginkan kebaikan dan kebahagiaan yang akan
datang menyapa.
Kau awal tercipta sebuah coretan menjadi kisah.
Tersimpan menjadi kenangan ataupun menjadi sejarah.
Sesuatu yang tidak mungkin terulang kembali. Kuingin
kisahku terukir indah bagai mentari di senja hari.
Temani aku menyongsong gelap yang akan
datang menyambutku. Kau adalah semangatku, maka
kuyakin padamu. Bila semua tidak sejalan seperti yang
aku mau, kuharap esok kau hadir membawa perubahan
baru. Pagi, sepenuh hati aku menyapamu.
Medan, 20 Januari 2022

68 |

Riana Manullang
Diam tidak mengeluarkan suara
Diam tidak memberi tanggapan
Lebih banyak menilai daripada berbicara
Sebuah cerminan dari kedewasaan
Diam bukan berarti tidak peduli
Diam bukan berarti bodoh
Cara terbaik menenangkan hati
Mendapat solusi dan tidak ceroboh
Cobalah berusaha untuk diam
Diam itu sikap yang sangat bijak
Mana kala diammu sudah diinjak
Buka suaramu agar mereka diam
Medan, 20 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 69

Riana Manullang, lahir pada tanggal 13 Juli
1986, bertempat tinggal di Medan. Seorang ibu rumah
tangga memiliki dua orang anak, berkeinginan bisa
bermanfaat bagi sesama dengan tulisan sederhana. Slice
of life dan refleksi kehidupan yang biasa ditulis di akun
facebook-nya. Penulis bisa dihubungi melalui akun
facebook: Riana Manullang.

70 |

Rima Umi Jihad
Tak terasa sudah hari Sabtu. Tibalah waktu
malam minggu. Aku di sini cuma ditemani bintang yang
menyinari. Entah, apa yang aku pikirkan.
Bulan kelabu saat malam minggu. Hujan gerimis
turun perlahan. Malam gelap mulai selimuti bumi.
Menyedihkan, aku hanya berteman sepi.
Hatiku sangat kosong serta merasa kesepian tanpa
dirimu. Mendadak aku teringat akan kenangan
bersamamu. Bayangmu tiba-tiba tampak di hadapanku.
Dinginnya malam minggu, sedingin hatiku yang
merindukanmu.
Saudi Arabia, 9 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 71

Rima Umi Jihad
Dalam malam aku menanti
Risau kini berteman sepi
Adakah yang masih peduli
Bingung aku dalam sendiri
Wahai malam berteman angin
Adakah secercah harapan
Adakah secuil kebahagiaan
Bersama ke dalam hening
Ingin berlari dari sepi
Ingin bersembunyi dari hening
Aku masih dalam kesendirian
Menanti sebuah jawab darimu
Saudi Arabia, 21 desember 2021

72 |

Rima Umi Jihad
Dulu, aku pernah jatuh cinta padamu, tapi itu dulu.
Sekarang, rasanya itu tak mungkin. Aku sadar, siapalah
aku ini. Hanya seorang wanita desa. Kita sangatlah jauh
berbeda, bagaikan bumi dan langit.
Kini, di antara kita sudah berakhir. Kita tak akan
lagi saling merindu. Walau berat rasanya, tapi aku harus
terima semua ini. Aku tak ingin belarut-larut dalam
sebuah hubungan yang tak seimbang. Biarlah semua
menjadi kenangan.
Semua ini menjadi dilema bagiku. Antara mundur
atau maju, sulit untuk dilanjutkan, tapi aku bertekad lebih
baik mundur daripada tersakiti. Semua akan kujadikan
sebuah pelajaran buat diriku sendiri.
Saudi Arabia, 19 desember 2021

Potongan Kisah dalam Penantian | 73

Rima Umi Jihad
Merenda sebuah tali kasih, kusimpul menjadi hati.
Hanya desir angin yang kurasa dan tak pernah kulihat
angin itu. Rembulan tak menyisakan senyum.
Membayangkan wajahmu adalah siksa. Sakit itu
pun datang tanpa permisi. Kau tak akan mengerti segala
lukaku. Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Hanya doaku yang bergetar malam ini. Engkau
telah menjadi racun bagi darahku apabila aku dalam
kangen dan sepi. Bersama malam, kudekap lirih arti
kerinduan.
Saudi Arabia, 8 Januari 2022

74 |

Rima Umi Jihad

Di pagi yang dingin
Kutatap fotomu dengan penuh rasa kagum
Karena tak pernah kujumpa
Cinta seperti yang kau beri

Kau memang bukan yang pertama
Namun kau ikhlas menerima
Meski kelam suratan takdir
Tak menghalangi tumbuhnya cinta

Dari balik tirai malam
Kau buka tirai jarak dan waktu
Dengan senyum tulusmu
Hingga menutup luka yang lama

Kau memang bukan yang pertama

Yang tak pernah kuduga

Kau terima sebagian hati yang telah terluka

Namun binar matamu membangun

kesetiaanku

Saudi Arabia, 9 Februari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 75

Rima Umi Jihad
Berjalan denganmu membuat aku merasa nyaman.
Selama ada kamu di sisiku, aku bisa hadapi semuanya.
Banyak yang bilang, waktu akan mengikis rasa. Namun
bagiku, justru bertambah semua rasa itu.
Rasa nyamanku takkan pernah redup. Kita
berjalan sudah sekian lama. Ada saatnya kita naik, kadang
kita turun sejenak. Itu hal yang wajar dalam suatu
hubungan.
Selama nyaman ini terus ada di hatiku, aku tak
peduli dengan cinta sejati. Entah kenapa bisa seperti itu.
Bagiku, kaulah segalanya tempatku merasakan hidup.
Saudi Arabia, 9 Januari 2022

76 |

Penulis Rima Umi Jihad adalah seorang ibu
rumah tangga yang bekerja jadi TKI di negara timur
tengah. Sebagai single mom, saya harus bekerja keras
demi masa depan anak-anak dan saya sendiri. Di waktu
senggang, saya gunakan untuk menulis puisi-puisi ini
untuk menghilangkan jenuh dan bosan. Kalian bisa buka
IG saya: rumiyati885.
Facebook RIMA UMI JIHAD.

Potongan Kisah dalam Penantian | 77

Rini Astuti
Kau bentuk cintaku dalam segala hal
Kau matahari saat gulita
Hadirmu cahaya hidupku
Mutiara satu-satunya penerus keluarga
Setiap napas cinta terselip doa
Sukses langkah hidupmu memberi arti
Hanya doa terucap dariku
Nurani membelai raga mutiara hati
Cintaku bukan cinta fatamorgana
Bukan cinta sesaat semata
Cinta ‘tuk hidup selama hayat
Arungi sisa hidup bersama
Bangka Tengah, 15 Januari 2022

78 |

Rini Astuti

Pucuk-pucuk daun berkilau, bermandi gerimis.
Cahaya mentari menerobos manis, berlomba tak mau
kalah siapa termanis. Ujung daun tempat berebut embun
dan gerimis.

Sekian detik, menit, hingga jam berlalu. Aku
puaskan tatapan mata, menikmati sajian pagi. Merasakan
suasana lomba tergarang dan termanis. Merasakan
berdirinya bulu-bulu halus sekujur tubuh.

Terasa indah meresapi jiwa suasana pagi, meski
belaian suhu terlalu ekstrim di kulit. Membelai terlalu
dalam menyelubungi tiap rongga anugerah ciptaan-Nya.
Tiap indra seakan menikmati skenario pagi.

Selamat pagi sang pemberi kehangatan. Penebar
senyuman pagi penyemangat hari. Semoga hariku
sehangat senyummu pagi ini, ‘tuk menggapai asa tampak
menari di hadapan.

Bangka Tengah, 16 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 79

Rini Astuti
Gerimis senja berirama terasa syahdu. Hati terasa
makin gundah tak menentu. Ada apa gerangan tertutup
irama gerimis? Hingga hati kian gundah gulana
menanggung rindu.
Terbayang wajah tampan bertabir senyuman.
Kian lebar senyum mengembang, kian gundah rasa di hati.
Rasa kian rindu sampai ke ubun-ubun menanti pujaan hati.
Pujaan hati serasa lenyap dari lamunan
Makin jauh lamunan terasa makin syahdu.
Terselip rasa perih, menusuk sampai ke tulang. Menanti
pujaan menyapa rindu. Namun, penantian lenyap bersama
gerimis menghilang.
Bangka Tengah, 17 Januari 2022

80 |

Rini Astuti
Gemetar tangan keriput meraih tasbih. Seberkas
senyum pasrah ikhlas tersungging semringah. Raga kian
renta dimakan waktu dan usia. Tak mau kalah mengejar
pahala.
Tangan keriput termakan usia. Tangan penuh
kasih tiada henti membelai lembut. Melahirkan generasi-
generasi perkasa. Memberikan rasa nyaman serta senyum
lembut.
Tangan keriput, tangan ibuku. Perempuan hebat
sepanjang sejarahku. Senyum tegar, tatapan lembut
meruntuhkan dunia. Untaian doa, tasbih nyanyian setiap
waktu.
Bangka Tengah, 18 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 81

Rini Astuti
Berdiri terpaku memandang langit. Langit kelam
bertaburkan bintang, menatapku mengejek. Kelam tanpa
seberkas sinar … hati gundah gelisah serasa berakar ke
seluruh jiwa.
Anganku ingin seperti bayu. Bertiup ke mana pun
suka tanpa batas. Tak kenal benteng menghadang raga.
Tak kenal lelah hantaman godam.
Tapi, aku hanyalah burung kecil, mencoba
mengepak sayap lemah. Terbang tak tentu arah, ke mana
suka. Mencari peraduan damai terakhir.
Bangka Tengah, 19 Januari 2022

82 |

Penulis bernama Rini Astuti, lahir di Bangka, 28
Oktober 1968. Ia adalah alumni S1 Pendidikan Ekonomi
Universitas Terbuka, gemar membaca, menulis, dan
bertanam. Ia mulai belajar menulis tahun 2021. Beberapa
karya sudah dibukukan dalam antologi cerpen. Saat ini,
penulis mencoba untuk menghasilkan tulisan dalam
bentuk puisi. Dunia literasi adalah salah satu media yang
ia pilih untuk berbagi bahagia dan rasa.

Potongan Kisah dalam Penantian | 83

Sri Budiati
Mendung membingkai cakrawala
Mentari pagi seakan lenyap ditelan bumi
Kini warna jingga telah berganti
Hatiku terasa gundah gulana
Tertatih-tatih diri ini
Mencoba langkahkan kaki
Menata serpihan hati yang terluka
Menyatukan puing-puing yang tersisa
Bangkit dari keterpurukan
Tinggalkan jejak-jejak masa lalu
Tak ingin luka ini terlalu lama singgah di kalbu
Berharap mendung berganti cerah
Bangka Tengah, 18 Januari 2022

84 |

Sri Budiati

Mentari pagi telah hadir kembali
Pancarkan seberkas cahaya
Tebarkan kehangatan di seluruh nadiku
Hadirkan sebuah kedamaian
Hamparan awan seputih kapas
Menyejukkan netraku
Tatapan mataku seakan tak ingin lepas
Hilangkan rasa dahaga di kalbu
Tanpa kusadari
Senyuman tipis membingkai di bibir ini
Perasaan bahagia membuncah di dada
Nikmati anugerah karya Illahi
Selawang Segantang, 18 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 85

Sri Budiati
Deburan ombak di samudera
Mengusik kenyamanan relung hati
Debaran jantungku tak sesuai irama
Ada senandung cinta yang bersemi
Terselip aroma kebahagiaan di kalbu
Janjikan kebahagiaan hakiki
Menggugah rindu dan cinta
Tersemat abadi di relung hati
Adakah kau rasakan yang sama
Apakah debaran jantungmu mengalun indah
Seindah yang kurasakan saat ini
Jantungku dipenuhi nyanyian cinta
Serumpun Sebalai, 18 Januari 2022

86 |

Sri Budiati

Di keheningan malam
Tampak bulan menggantung
Tebarkan pesonanya
Lenyapkan rasa yang mendera

Pancaran sinar rembulan
Hadirkan getaran rindu
Salahkah rasa ini hadir di kalbu?
Salahkah getaran cinta ini tersemat di sanubari?

Ingin rasanya
Mengikis rasa ini
Sedikit demi sedikit
Namun, aku tak sanggup untuk memulainya

Kusadari
Rasa ini hadir pada saat yang salah
Aku berharap
Waktu akan ada untuk rasa ini

Serumpun Sebalai, 19 Januari 2022

Potongan Kisah dalam Penantian | 87

Sri Budiati
Dinginnya angin malam
Terasa menusuk ke seluruh nadi
Selimuti tubuh ringkih ini
Semakin menambah luka hati
Butiran bening perlahan mengalir
Membasahi kedua pipiku
Ada penyesalan masih tersisa
Mengingat masa yang tak akan terulang kembali
Ingin membalut luka menjadi bahagia
Membalur sedih membuai kasih
Namun, aku tak mampu
Kini aku hanya penyesalan mengiringi jejak kaki
Selawang Segantang, 20 Januari 2022

88 |

Penulis bernama Sri Budiati, seorang ibu dari
dua orang anak, lahir di Lampur (Bangka) pada tanggal 9
April 1970. Ia mengenyam pendidikan di SPG PEMDA
SUNGAILIAT dan Lulusan S1 PGSD Universitas
Terbuka di Pangkalpinang. Saat ini, penulis mengabdikan
diri di UPTD SD Negeri 8 Sungaiselan, Kabupaten
Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Jangan takut untuk meraih mimpimu. Insya Allah,
dengan diiringi usaha dan doa, kita akan bisa
mewujudkannya. Partisipasi dalam karya antologi di
antaranya: Menembus Harapan (2020), The Secrets
(2021), Kilau Jingga di Langit Senja. Komunikasi dapat
melalui FB: Sri Budiati, Instagram: sri-b-syarial.

Potongan Kisah dalam Penantian | 89

Sri Umiyati Soekamso

Tangis pertama itu melengking di sini, di Januari
suatu hari. Ketika itu, tangis bahagia pecah dari seorang
ibu. Ibu, anakmu perempuan! Air mata menetes jua. Tatap
sayunya menerawang, mengapa harus perempuan? Tanya
itu bergulung-gulung di dada, embuskan dititip awan.

Thok ... thok ... sepatu dokter terdengar mendekat.
Dokter berkata, “Perempuan, Mas.”

Lelaki itu menatap sang istri yang lelah. Ya,
perempuan, Sayang. Kau memang perempuan, Nak. Putri
sulung yang sempurna. Kau akan menjawab mimpi
ayahmu, Nak. Anak sulung Ibu terlahir perempuan.

Bayi itu kini menjelang senja. Tak tahu, sudahkah
ia menjawab mimpi sang ayah. Ayah bunda telah tiada.
Kepada siapa harus bertanya? Harap setinggi bintang
memang tak haram. Allah pun ijabah setiap doa hamba-
Nya, tetapi Allah ciptakan sulung itu perempuan.
Mengapa? Salahkah harap sang ayah?

Karanganyar, 10 Januari 2022

90 |


Click to View FlipBook Version