The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

BAHAN PEMBELAJARAN KPI SMESTER 4

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Admin Fai, 2021-03-14 06:08:45

STUDI AGAMA-AGAMA

BAHAN PEMBELAJARAN KPI SMESTER 4

Keywords: studiislam,islam

Drs. Dahrun Sajadi, MA

E-BOOK
STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS AGAMA ISLAM UIA

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Drs. Dahrun Sajadi, MA



STUDI AGAMA-AGAMA
(Materi Kuliah)



Untuk Mahasiswa S1



Fakultas Agama Islam
Universitas Islam As-Syafi‘iyah

Jakarta

1438H/2017M

1

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

MUTIARA KALAM



ْ ْ‫قُ ْم‬
ْ ‫َه ْمْيَ ْسخَ ِىي‬
ْ ٌَْ ‫انَّ ِذ ْي ٍَْيَ ْعهَ ًُ ْى‬
ٌَْ ‫َوانَّ ِذ ْي ٍَْلاَْيَ ْعهَ ًُ ْى‬

ْ )2ْ:92/‫ْ(انقزآٌْسىرةْانشيز‬



Katakanlah:
Samakah antara
mereka yang berpengetahuan
dan mereka yang tanpa pengetahuan?
(QS al-Zumar/29: 9)

2

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

KATA PENGANTAR

ْ‫ِب ْس ِىّْل َّلْاِْان َّز ْح ًَ ٍِْان َّز ِحي ِى‬

Puja dan puji adalah milik Allah, Yang Mencipta dan menguasai alam semesta,
manusia dan makhluq lainnya, yang di langit dan di bumi dengan keniscayaan sistem
aturan dan keseimangannya. Kepada-Nya-lah Kami menghamba, memohon ampunan dan
pertolongan. Dialah tempat bergantung dan belindung seluruh yang ada selain Dia.

Kami bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah, hanya Dia satu-
satunya, tak ada sekutu bagi-Nya; dan Kami bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah Rasul-Nya yang terakhir, penyambung Rasul-rasul sebelumnya, dan tiada lagi
nabi/rasul sesudahnya. Beliaulah pembawa ‗aqidah dan syari‘ah yang benar dan berlaku
secara universal hingga hari qiyamat.

Dengan segala puja dan puji, berkat pertolongan Allah, buku ini dapat disajikan tepat
pada waktunya. Buku ini pada mulanya diperuntukkan kepada mahasiswa peserta kuliah
Perbandingan Agama dan/atau Sejarah Agama-agama di Fakultas Ushuluddin, yang
kemudian berubah menjadi Fakultas Agama islam, Universitas Islam As-Syafi‘iyah
Jakarta.

Tujuan buku ini adalah membantu mahasiswa dalam rangka memperoleh
pengetahuan dan wawasan mengenai beberapa agama yang dianut manusia di dunia, asal-
usul kemunculannya, tokoh pembawanya, pokok-pokok keyakinan dan amalan yang
diajarkannya, kitab-kitab pedomannya, serta demografi para penganutnya dan
perkembangannya hingga hari in.

Mengingat berbagai keterbatasan, penyusun membuka peluang bagi siapa pun untuk
memberikan kritik dan saran yang dapat membawa perbaikan dan kebaikan. Semoga buku
ini membawa manfaat bagi penulis dan pembacanya, semoga kita bertambah pengetahuan
dan wawasan, dan semoga Allah SWT senantiasa menuntun kita di jalan-Nya dengan
hidayah dan taufiq-Nya. A m i n.

Jakarta, Rabi‘ al-Akhir 1438 H / Januari 2017 M.

Penyusun,

Drs. Dahrun Sajadi, MA

3

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

ISI BUKU

Halaman

JUDUL: STUDI AGAMA-AGAMA 1
MUTIARA KALAM 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4

BAB I, PENDAHULUAN 7
A. Dasar Pemikiran 7
B. Masalah 7
C. Tujuan 7

BAB II, PROBLEMATIKA STUDI AGAMA 8
A. Latar Belakang 8
B. Problem Studi Agama 9
C. Metodologi dan Pendekatan 9

BAB III, STUDI ISLAM DAN AGAMA, LINGKUP, SASARAN, URGENSI DAN 14
SIGNIFIKANSI 14
A. Islam dan Agama 15
B. Ruang lingkup Islam dan Agama 16
C. Sasaran Penelitian Agama 17
D. Urgensi dan Signifikansi Studi Agama–Agama
20
BAB IV, AGAMA HINDU 20
A. Asal-usul Agama Hindu dan Pembawanya 21
C. Bangsa Dravida di India 22
D. Bangsa Arya 22
E. Agama Lembah Sungai Indus 22
F. Konsep Kepercayaan dan Ketuhanan dalam Agama Hindu 24
G. Kesimpulan
25
BAB V, AGAMA BUDDHA 25
A. Umum 26
B. Kehidupan Buddha 26
C. Biografi Siddharta Gautama 27
D. Konsep Ketuhanan Buddha 28
E. Moral Buddha 28
F. Kamma dalam Budhha 30
G. Ciri-ciri Agama Buddha 31
H. Hari Raya Agama Buddha
33
BAB VI, AGAMA MAJUSI 33
A. Pendahuluan 33
B. Pengertian dan Asal Usul Majusi

4

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

D. Sejarah Majusi 33
C. Kitab Pedoman Majusi 34

BAB VII, AGAMA YAHUDI 36
A. Abstrak 36
B. Etimologi 36
C. Hakikat Yahudi 36
D. Asal-Usul dan Sejarah Yahudi 37
E. Pokok Ajaran Yahudi 38
F. Kepercayaan Yahudi 38
G. Konsep Ketuhanan dalam Yahudi 39
H. Nabi-Nabi dalam Yahudi 40
I. Kitab dan Teks Utama Sumber Ajaran Yahudi 41
J. Ritual dan Hari-hari Keagamaan 42
K. Adat dan Undang-Undang dalam Yahudi 43
L. Golongan-golongan Yahudi 43
M. Penyimpangan-Penyimpangan Kaum Yahudi 44

BAB VIII, AGAMA KRIATEN 45
A. Abstrak 45
B. Sejarah agama Kristen 45
C. Perpecahan (Reformasi Protestan dan Kontra Reformasi) 48
D. Konsep Ketuhanan dalam Kristen 48
E. Pergerakan 49
F. Liturgi 50
G. Sakramen 50
H. Simbol Kristen 50
I. Baptisan 51
J. Cabang-cabang utama (Denominasi) KRISTEN 51
L. Kristen Katolik 51
1. Riwayat Penggunaan Kata ―Katolik‖ Dalam Gereja 52
2. Sejarah singkat gereja Katolik Roma 52
3. Sakramen dalam Katolik 53
4. Katolik di Indonesia 53
5. Ibadah dalam Kristen Katolik 53
6. Simbol-simbol dalam Kristen Katolik 55
7. Sumber Pokok Ajaran Katolik 56
8. Pokok Ajaran Agama Katolik 56
9. Sistem Kepercayaan Agama Katolik 57
10. Sistem Etika Agam Katolik 59
M. Kristen Protestan 60
1. Asal Usul Kristen Protestan 60
2. Pendiri Kristen Protestan 61
3. Kegiatan Kontra Reformasi 64

5

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

4. Sistem Ketuhanan dalam Kristen Protestan 65
5. Kitab Suci dalam Kristen Protestan 67
6. Madzhab/Sekte dalam Kristen Protestan 68
7. Doktrin/Ajaran Kristen Protestan 70
8. Praktek Keagamaan dalam Kristen Protetan 71
9. Tempat-Tempat Suci Gereja 74
10. Perbedaan antara Katolik dan Kristen Protestan 74
1. Gereja Modern 77
12. Kesimpulan 78
BAB IX, AGAMA KONGHUCU 79
A. Abstrak 79
B. Kehidupan awal/Sejarah Kong Hu Cu 79
C. Kronologi tahun 79
D. Peninggalannya 80
E. Gelar anumerta 81
E. Konsep Ketuhanan Agama Khonghucu 82
F. Nabi Agama Konghucu 83
G. Kitab Suci Agama Konghucu 83
H. Ajaran Pokok Agama Konghucu 89
I. Konsep Ketuhanan Agama Konghucu 91
J. Ibadah dalam agama konghucu 91
K. Prosesi Peribadatan Umat Konghucu 93
L. Tempat Ibadah & Rohaniwan Agama Konghucu 96
M. Arti dan Tujuan Ritual Peribadatan Umat Konghucu 97
N. Penyebaran Agama Konghucu 97
O. Perbandingan Antara Kitab Agama Khonghucu dan Buddha 98
P. Kesimpulan 98

BAB X, T A O I S M E 99
A. Latar belakang munculnya Taoisme 99
B. Pokok-pokok ajaran Taoisme 100
C. Perkembangan Ajaran Taoisme 101
D. Penutup 102

BAB XI, AGAMA SHINTO 103
A. Abstrak 103

B. Pengertian Shinto ( 神道 ) 103
C. Sumber Penulisan 105
D. Asal-Usul dan Perkembangan Agama Shinto 106
E. Kepercayaan agama Shinto 107
F. Peribadatan agama Shinto 108
G. Kitab Suci Agama Shinto 109
H. Ajaran Agama Shinto 110
I. Doktrin Yang Dikembangkan 111

6

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

J. Madzhab/Sekte 113
K. Ritual Keagamaan Agama Shinto 114
L. Kuil Tempat Ritual Shinto 116
M. Kesimpulan 116

BAB XII, AGAMA ISLAM 118
A. Etimologi Islam 118
B. Aqidah dan Iman 118
C. Amalan Wajib 122
D. Syari‘ah dan Fiqh 123
E. Agama dan Negara 129
F. Kehidupan keluarga 129
G. Ulama, Syeikh dan Imam 129
H. Adab dan Makanan 130
I. Jihad dan Peraturan Perang 130
J. Sejarah 131
1. Masa pra Islam 131
2. Masa awal Islam 131
3. As-Sabiqun al-Awwalun 132
4. Al-Khulafa‘ al-Rasyidun 132
5. Masa Sesudah Al-Khulafa‘ al-Rasyidun 133
6. Zaman Gemilang (750–1258) 134
7. Perpecahan, Perang Salib, Serangan Mongol 135
8. Penaklukan Baru (1030–1918) 136
9. Zaman Modern (1918– Kini) 137
K. Demografi Dunia Islam 137
L. Kebudayaan Islam 138
M. Perbandingan konsep Tuhan antar agama 142
144
BIODATA PENYUSUN 146-155
DAFTAR PUSTAKA

֍֍֍

7

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

Seiring perkebangan zaman, banyak kajian penelitian ilmiah mengenai berbagai
permasalahan studi agama. Menetapkan makna agama tidak kalah sulitnya dengan kajian
ilmiah lainnya. Banyak tulisan tentang bidang ini karena manusia sangat memperhatikan
masalah ini, yang pada dasarnya bersifat kontroversial. Seringkali tulisan agama dipandang
sebagai respon manusia terhadap kekuatan alam yang besar dan tidak dapat dikontrol.

Ketika kegiatan penelitian terhadap agama mulai digalakkan sekitar tahun 1970-an,
banyak yang mempertanyakan, ‗‘agama kok diteliti?‘‘ Bagi mereka, agama sudah pasti benar,
sedangkan penelitian dipahami sebagai ketidakpercayaan terhadap kebenaran itu. Pemahaman
semacam ini dapat dimengerti karena pengertian tentang agama dan penelitian itu memang
masih demikian di masyarakat umum. Barangkali, pengertian semacam itu masih berlangsung
hingga saat ini di sebagian masyarakat.

Meskipun seseorang dapat memahami agama secara umum, tapi masih ada pertanyaan
tentang apa yang menjadi obyek penelitiannya dan metodologi pengkajiannya. Karena itu,
buku ini akan mengemukakan kajian metodologi studi agama-agama, kususnya tiga agama
samawi, yaitu Islam, Yahudi dan Nasrani; ditambah perluasan pengetahuan mengenai agama-
agama besar yang lain di masyarakat dunia.

B. Masalah

Rumusan masalah tentang studi agama-agama secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Studi agama?
2. Pendekatan apa yang dipakai dalam studi agama?
3. Metodedologi apa yang digunakan para ahli dalam studi agama?
7. Apa tujuan dari mempelajari Studi Ilmiah terhadap Agama?
8. Apa urgensi mempelajari Sejarah Agama-agama?
9. Pokok-pokok apa saja yang terdapat dalam kandungan Agama-agama dunia?

C. Tujuan

Tujuan pokok dari studi agama-agama adalah untuk mengetahui:
1. Jenis-jenis pendekatan dalam Studi Ilmiah terhadap Agama.
2. Sejarah dari masing-masing Agama.
3. Hal-hal pokok yang terkadung dalam Agama-agama dunia.

Ф ÐŠ Ф

8

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB II
PROBLEMATIKA STUDI AGAMA

A. Latar Belakang

Para pemerhati agama pada umumnya memiliki pertanyaan yang sama tentang studi
agama: apakah agama bisa diteliti? Bukankah agama adalah kebenaran yang absolut? Kalau
agama bersifat absolut sementara ilmu bersifat relatif, bisakah yang relatif mendekati yang
absolut? Dengan begitu, bukankah sia-sia orang meneliti agama?

Sebenarnya problem yang dihadapi oleh para pengkaji agama sudah lama dirasakan, baik
itu di dunia Barat yang liberal maupun (apalagi) di dunia Timur yang cenderung menganggap
agama sebagai yang tidak boleh diusik, baku dan sakral (taqdis al-afkar al-diniyyah). Tapi
problem tersebut, paling tidak dapat dicairkan jika persoalan agama itu sendiri bisa dijelaskan
melalui konsep dan obyek kajiannya. Dalam studi agama dikenal obyek dan pendekatan.
Secara garis besar ada dua obyek kajian agama, yaitu agama sebagai doktrin dan ajaran yang
tertuang dalam teks kitab suci; dan agama sebagai fenomena sosial yang termanifestasi dalam
perilaku umat beragama. Sedangkan pendekatan agama secara garis besar juga dapat
digolongkan dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan
pendekatan filsafat (philosophical approach). Jika pendekatan ilmiah bersifat fisik, teramati
dan terukur, maka pendekatan filsafat bersifat metafisik, tak terukur secara empiris.
Pendekatan filsafat terhadap agama bisaa digunakan oleh para filosof dan para mutakallimin,
yang bersifat idealistik-spekulatif.

Dalam konteks ini Middleton menegaskan, bahwa penelitian ―agama‖ (research on
religion) berbeda dengan penelitian ―keagamaan‖ (religious research). Reseach on religion
menekankan pada materi agama yang memiliki tiga elemen pokok (ritus, mitos dan magic),
sedangkan religious research lebih menekankan pada agama sebagai sistem (religious system)
atau yang terkait dengan institusi dan fenomena sosial (Muzhar, 1998:35). Sebenarnya,
menurut Muzhar (1998:37), penelitian agama yang sasarannya adalah ―agama sebagai
doktrin‖, pintu pengembangan metodologinya sudah pernah dilakukan oleh ulama terdahulu,
misalnya ilmu Ushul Fiqh dan ilmu Mushthalah Hadits. Sementara penelitian agama yang
sasarannya ―agama sebagai fenomena sosial‖, metodenya sudah tersedia sebagaimana yang
telah dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial selama ini.

Abdullah (1989:xiii-xv) membagi subject matter penelitian agama dalam tiga kategori.
Pertama, agama sebagai doktrin yang sudah diyakini sebagai kebenaran yang hakiki; Kedua,
agama sebagai fenomena keberagamaan; Ketiga, agama sebagai yang direspon oleh
masyarakat. Kategori pertama mempersoalkan substansi ajaran, dengan segala refleksi
pemikirannya, kategori kedua meninjau agama dalam kehidupan sosial dan dinamika sejarah,
kategori ketiga berusaha mengetahui corak masyarakat terhadap simbol dan ajaran.

Agama memang tidak terlalu mudah untuk dikaji. Pelbagai pendekatan yang digunakan
dalam studi agama seringkali tumpang tindih, tidak mudah untuk dibedakan antara dimensi

9

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

doktrinal-teologis dengan yang kultural-historis. Oleh sebab itu menurut Abdullah (2000:8)
perlu pendekatan lain, yaitu kritis-filosofis. Pendekatan ini diharapkan mampu menjernihkan
dan menengahi keruwetan antara yang doktrinal-teologis dengan kultural-historis.

B. Problem Studi Agama

Terdapat problema dalam studi agama-agama dengan latar belakang konflik antara
pendekatan teologis yang normatif, subyektif (fideistic-subjectivism) dan cenderung
menganggap paling benar sendiri (truth claim) di satu sisi, dengan sejarah agama yang bersifat
ilmiah dan obyektif (scientific-objectivism) di sisi lain. Mengutip Charles J. Adam, Martin
mengungkapkan adanya kesulitan mengenai hubungan langsung antara studi Islam dengan
studi sejarah agama-agama. Hal ini karena dua alasan. Pertama, karena para sejarawan agama-
agama tidak cukup memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan pengetahuan tentang
masyarakat Islam dan tradisi agama mereka; Kedua, tema besar yang mendominasi horison
para sejarawan agama-agama dalam beberapa dekade terakhir ini belum menyoroti
pengalaman Islam atau problem yang ada dalam keilmuan Islam.

C. Metodologi dan Pendekatan

1. Fenomenologi abad XX ingin mendudukkan pengalaman keagamaan manusia sebagai
respon atas realitas terdalam. Agama tidak dipandang sebagai satu tahapan dalam sejarah
evolusi, melainkan lebih merupakan aspek hakiki dari kehidupan manusia. Pendekatan
fenomenologi dalam studi agama berusaha menangguhkan dan menjauhkan diri dari
penilaian tentang nilai dan kebenaran data agama (epoche). Obyek ditangkap esensinya
(eidetic-vision) yang berada di belakang fenomena keagamaan. Studi fenomenologi lebih
patuh pada studi teologi dari pada studi yang lebih tua yang ada pada Algemeine Reli-
gionsgeschichte karena pentingnya penangguhan penilaian (epoche). Jika para sarjana abad
XIX melahirkan cara-cara mengukur agama dan budaya dengan menghindari sesuatu yang
superna-tural, fenomenologi abad XX ingin mendudukkan pengalaman keagamaan manusia
sebagai respon atas realitas terdalam. Agama tidak dipandang sebagai satu tahapan dalam
sejarah evolusi, tapi lebih sebagai aspek hakiki dan kehidupan manusia. Banyak
fenomenolog yang memilih pluralisme metodologi yang mengombinasikan pendekatan
dalam studi sejarah, bahasa dan ilmu-ilmu sosial agar dapat menyinari fenomena
keagamaan dalam penelitian. Fenomenologi agama juga sangat membutuhkan pendekatan
terbuka dan empatik untuk memahami fenomena keagamaan. Fenomenologi berusaha
menangkap semua obyek yang berada di balik fenomena. Penelitian fenomenologi agama
mengasumsikan, bahwa manifestasi empirik dari fenomena keagamaan menyembunyikan
realitas ―numenus‖ terdalam atau realitas suci yang hanya dapat ditangkap esensinya.
Fenomenologi juga membutuhkan pendekatan empati dan terbuka bagi memahami
fenomena keagamaan.

2. Pendekatan Geisteswissenschaften dari Wilhelm Dilthey (1833-1911), yaitu studi budaya
manusia yang secara historis melibatkan bentuk-bentuk ekspresi artistik, intelektual, sosial,
ekonomi, agama dan politik. Komponen metodologis terpenting dalam historiografi Dilthey
adalah das Verstehen, suatu istilah teknis yang berarti pemahaman tentang gagasan, intensi

11

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

dan perasaan orang melalui manifestasi-manifestasi empirik dalam kebudayaan. Metode
verstehen juga mengandaikan bahwa manusia dalam masyarakat dan lingkungan sejarahnya
mengalami kehidupan sebagai bermakna yang diungkapkan dalam pola-pola yang dapat
dilihat, dapat dianalisis dan dipahami.
3. Pendekatan lain dalam studi agama adalah ―personalis‖ atau ―dialogis‖ yang ditawarkan
oleh W.C. Smith. Pendekatan ini berupaya mengajak umat beragama untuk terlibat dialog
dalam rangka mencapai pemahaman yang lebih baik atas dasar kemanusiaan. Di samping
pendekatan-pendekatan tadi masih ada beberapa pendekatan lain, misalnya pendekatan
strukturalis tentang mitos oleh Levi-Strauss, simbol budaya oleh Clifford Geertz dan
interpretasi aspek ritual oleh Victor Turner yang mengilhami para sejarawan agama.

Sebagai obyek kajian ilmiah, studi agama sangat menarik bagi para sarjana dari pelbagai
disiplin ilmu, terutama di Barat. Sedemikian kompleksnya pendekatan yang digunakan dalam
studi agama (terutama Islam), sehingga semakin menambah maraknya minat kajian. Apa yang
mendorong para ilmuwan Barat tertarik dengan studi Islam? Seperti pengakuan Lewis, ada
dua motif utama orang Eropa dalam mengkaji Islam:

1. Untuk belajar lebih banyak warisan klasik yang terpelihara dalam terjemahan dan
komentar berbahasa Arab.

2. Membantu polemik Kristen terpelajar dalam melawan Islam. Bahkan dengan munculnya
renaissance, muncul alasan baru untuk mengkaji Islam, yaitu adanya rasa ingin tahu
tentang budaya-budaya asing.

Betapa kompleksitasnya studi Islam – sebagaimana juga studi agama-agama lainnya —
sehingga perlu pendekatan yang memadai dan komprehensif, karena Islam tidak murni
fenomena tempat dan ruang tertentu, melainkan – seperti yang disinggung dalam tulisan
Martin (1985:10)— Islam merupakan fenomena yang dapat dijumpai di berbagai belahan
dunia: Timur Tengah, Asia Tenggara, Cina, Uni Soviet dan seterusnya. Charles J. Adam
menggolongkan lapangan studi Islam dalam 11 aspek atau subdivisi:

1. Pra-Islam; 2. Studi mengenai Nabi (Muhammad); 3. Studi al-Qur‘an;
4. Studi Hadis; 5. Studi kalam; 6. Studi hukum Islam; 7. Studi falsafah;
8. Studi tasawuf; 9. Studi sekte Islam, khususnya Syi‘ah; 10. Peribadatan/kebaktian;
11. Studi agama populer.

Baik studi tentang peribadatan (worship), kebaktian (devotionallife) dan studi agama

populer (popular religion) menurut Charles J. Adam merupakan elemen-elemen yang harus
dipertimbangkan, bahkan diprioritaskan.1

Terdapat dua arus pemikiran yang berlawanan dalam studi agama. Di satu sisi,
pendekatan yang digunakan berorientasi teologis yang cenderung normatif dan subyektif,
sementara pada sisi yang lain ada yang menggunakan pendekatan historis, yang mencoba
melihat persoalan dari aspek kesejarahan dan menggunakan analisis ilmiah terhadap agama
lain dan membutuhkan jarak bagi peneliti yang cenderung obyektif. Dari kedua pendekatan
tersebut kemudian Martin memberikan pilihan kombinasi. Diharapkan dengan pendekatan

1Binder, ed., 1976, h. 84.

11

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

kombinasi ini akan melengkapi pendekatan studi agama dan Islam secara komprehensif.
Demikianlah pemikiran Martin mengenai Islam dan studi agama yang cukup detail dalam
memaparkan pelbagai masa-lahnya. Martin dalam konteks ini lebih dari sekadar seorang editor
yang mengantarkan tulisan dari sebuah buku yang berjudul Appro-aches to Islam in Religious
Studies, melainkan juga memberikan analisis-nya mengenai Islam dan problem studi agama.

Sarjana Muslim kini banyak yang mengambil metodologi para orientalis dalam studi
agama-agama dengan menempatkan Islam sebagai objek kajian dan penelitian yang sejajar
dengan semua agama yang ada. Prof. Jacques Waardenburg menyatakan: ―Saya ingin
menunjuk dua problem mendasar bagi perkembangan studi agama-agama di dunia Islam.
Problem pertama adalah adagium bahwa Islam adalah agama final dan benar.‖ Prof. Wilfred
Cantwell Smith, pendiri Islamic Studies di Mc Gill University menyatakan : ―Pernyataan
tentang suatu agama tidaklah valid kecuali benar-benar diakui oleh pemeluk agama tersebut‖.2

Perubahan metodologi studi agama-agama di perguruan tinggi dengan memasukan
metode orientalis sudah dilakukan sejak 1973 di Ciumbuluit Bandung, Departemen Agama RI
memutuskan: buku ― Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya‖ (IDBA) karya Prof. Dr. Harun
Nasution direkomendasikan sebagai buku wajib rujukan mata kuliah Pengantar Agama Islam –
mata kuliah komponen Institut yang wajib diambil oleh setiap mahasiswa IAIN. Tokoh utama
dalam hal ini adalah Prof. Dr. Harun Nasution. Karena ada instruksi dari pemerintah (Depag)
yang menjadi penaung dan penanggung jawab IAIN – IAIN, maka materi dalam buku Harun
Nasution itu pun dijadikan bahan kuliah dan bahan ujian untuk perguruan swasta yang
menginduk kepada Departemen Agama.

Pada tanggal 3 Desember 1975, mantan Guru Besar di McGill University Prof. HM.
Rasjidi, yang juga Menteri Agama pertama, sudah menulis laporan rahasia kepada Menteri
Agama dan beberapa eselon tertinggi di Depag. Dalam bukunya, Koreksi terhadap Dr. Harun
Nasution tentang ‗Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya‘, Prof. Rasjidi menceritakan isi
suratnya:

―Laporan Rahasia tersebut berisi kritik terhadap buku Sdr. Harun Nasution yang berjudul
Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Saya menjelaskan kritik saya fasal-demi fasal dan
menunjukkan bahwa gambaran Dr. Harun tentang Islam itu sangat berbahaya, dan saya
mengharapkan agar Kementrian Agama mengambil tindakan terhadap buku tersebut, yang
oleh Kementrian Agama dan Direktorat Perguruan Tinggi dijadikan sebagai buku wajib di
seluruh IAIN di Indonesia‖.3

Selama satu tahun lebih surat Prof. Rasjidi tidak diperhatikan. Rasjidi akhirnya
mengambil jalan lain untuk mengingatkan Depag, IAIN, dan umat Islam Indonesia pada
umumnya. Setelah nasehatnya tidak diperhatikan, ia menerbitkan kritiknya terhadap buku
Harun. Maka, tahun 1977, lahirlah buku Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tersebut.
Nasehat Prof. Rasjidi sangat penting direnungkan saat ini, mengingat buku IBDA karya Harun

2Lihat artikel Dr. Anis Malik Thoha, ―Religionswisenschaft, antara Objektivitas dan Subjektivitas Praktisinya‖,
Majalah Islamia edisi 8/2006.

3HM. Rasjidi, Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang ‗Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya‘, Jakarta:
Bulan Bintang, 1977, h. 1.

12

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Nasution itu memang penuh dengan berbagai kesalahan fatal, baik secara ilmiah maupun
kebenaran Islam. Misalnya, tentang hadist Nabi Muhammad saw, Harun menulis: ―Berlain
halnya dengan Al Qur‘an, hadist tidak dikenal dicatat tidak dihafal di zaman Nabi… Karena
hadist tidak dihafal dan tidak dicatat sejak semula, tidaklah dapat diketahui dengan pasti mana
hadist yang betul-betul berasal dari Nabi dan mana hadist yang dibuat-buat… tidak ada
kesepakatan kata antara umat Islam tentang keorisinalan semua hadist dari Nabi‖.4

Sekilas saja mencermati kata-kata tersebut, jelas sangat keliru, sebab banyak sahabat yang
sejak awal sudah mencatat dan menghafal hadist Nabi saw. Juga, tidak benar, bahwa umat
Islam tidak pernah bersepakat tentang otentisitas hadist Nabi. Kata-kata Harun itu jelas hanya
upaya meragu-ragukan hadist Nabi sebagai pedoman kaum Muslim setelah Al Qur‘an. Prof.
Musthafa Azhami, dalam disertasinya di Cambridge, berjudul ―Studies in Early Hadits
Literature‖ membuktikan proses pencatatan hadist sejak zaman Nabi, di samping proses
hafalannya. Kesalahan yang sangat fatal dari buku IDBA karya Harun adalah dalam
menjelaskan tentang agama-agama. Di sini, Harun menempatkan Islam sebagai agama yang
posisinya sama dengan agama-agama lain, sebagai evolving religion (agama yang berevolusi).
Padahal, Islam satu-satunya agama wahyu, yang berbeda dengan agama-agama lain, yang
merupakan agama sejarah dan agama budaya (historical dan cultural religion). Harun
menyebut agama-agama monoteis – yang dia istilahkan juga sebagai ‗agama tauhid‘ – ada
empat, yaitu Islam, Yahudi, Kristen dan Hindu. Ketiga agama pertama, kata Harun,
merupakan satu rumpun. Agama Hindu tidak termasuk dalam rumpun ini. tapi, Harun
menambahkan, bahwa kemurnian tauhid hanya dipelihara oleh Islam dan Yahudi. Kemurniaan
tauhid agama Kristen dengan adanya paham Trinitas, sudah tidak terpelihara lagi.5

Apakah benar agama Yahudi merupakan agama dengan tauhid murni sebagaimana Islam?
Jelas pendapat Harun itu sangat tidak benar. Kalau agama Yahudi Ahlul Kitab? Kesimpulan
Harun itu jelas sangat mengada-ada. Sejak lama Prof. HM Rasjidi sudah memberikan kritik
keras, bahwa: Uraian Dr. Harun Nasution yang terselubung uraian ilmiyah sesungguhnya
mengandung bahaya bagi generasi Islam yang ingin dipudarkan keimanannya‖.6 Tapi, kritik-
kritik tajam Prof. Rasjidi seperti itu tidak digubris oleh petinggi Depag dan IAIN, sehingga
selama 32 tahun, buku IDBA dijadikan buku wajib dalam mata kuliah pengantar Studi Islam
di perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia. Padahal, kesalahannya begitu jelas dan
fatal. Malah, bukannya bersikap kritis, banyak ilmuwan yang memuji-muji Harun Nasution
secara tidak proporsional.7

Kini, metode kajian agama yang berbasis pada epistemology relativisme kebenaran
dikembangkan di berbagai kampus Islam. Sadar atau tidak. Sebagai contoh sebuah buku
berjudul ―Ilmu Studi Agama‖ untuk mahasiswa Fakultas Ushuluddin di UIN Bandung, ditulis:
―Setiap agama sudah pasti memiliki dan mengajarkan kebenaran. Keyakinan tentang yang
benar itu didasarkan kepada Tuhan sebagai satu-satunya sumber‖. (hal. 17) … ‖Keyakinan

4Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1986, Jld.1, h.29.
5Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1986, Jld. 1, h. 15-22.
6HM Rasjidi, op.cit, h. 24.
7Lihat, Abdul H.im (ed), Teologi Islam Rasional, (Ciputat Press, 2005, h. xvi-xvii.

13

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

bahwa agama sendiri yang paling benar karena berasal dari Tuhan, sedangkan agama lain
hanyalah konstruksi manusia, merupakan contoh penggunaan standar ganda itu. Dalam
sejarah, standar ganda ini bisaanya dipakai untuk menghakimi agama lain, dalam derajat
keabsahan teologis di bawah agamanya sendiri. Melalui standar ganda inilah, terjadi perang
dan klaim-klaim kebenaran dari satu agama atas agama lain.‖ (hal. 24)… Agama adalah
seperangkat doktrin, kepercayaan, atau sekumpulan norma dan ajaran Tuhan yang bersifat
universal dan mutlak kebenarannya. Adapun keberagamaan, adalah penyikapan atau
pemahaman para penganut agama terhadap doktrin, kepercayaan, atau ajaran-ajaran Tuhan itu,
yang tentu saja menjadi relative, dan sudah pasti kebenarannya menjadi bernilai relative.
(hal.20).8

Tantangan yang serius dari metode studi agama gaya orientalis, misalnya ditandai dengan
program studi agama-agama untuk tingkat doctor (Ph.D) di Yogyakarta (Inter-Religious
International Ph.D Program), yang merupakan hasil kerjasama UGM, UIN Sunan Kalijaga dan
Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Ketiga kampus itu bekerjasama membentuk satu
konsorsium yang diberi nama ―Indonesian Concortium for Religious Studies‖ (ICRS –
Yogya). Program yang dipimpin oleh Prof. Dr. Bernard Adeney – Risakotta ini selain
bertujuan untuk mempelajari lebih mendalam tentang keberagamaan agama di Indonesia, jug
bertujuan untuk member pencerahan bagi masyarakat Indonesia agar tidak terjebak dalam
fanatisme sempit (Kompas, 7 Oktober 2006). Menurut Prof. Bernard, ICRS Yogya merupakan
konsorsium pertama yang mengabungkan universitas-universitas dengan semangat saling
percaya untuk belajar satu sama lain tentan keberagaman agama di Indonesia. ―Program doctor
ini akan mengkaji semua agama-agama di Indonesia melalui dialog dan pendekatan ilmu
sosial sekuler, studi agama perspektif Islam, dan tradisi ilmu teologi Kristen. Agama-agama
lain juga diteliti melalui pendekatan masing-masing yang diperkaya dengan dialog lintas
agama, ujarnya. Program doctoral studi lintas agama ICRS ini menawarkan tiga areas kajian,
yaitu: (1) Cultural and Historical Studies of Religion (2) Religion, Social Theory and
Contemporary Issues, dan (3) Comparative Interpretation of Sacred Texts. Disebutkan dalam
brosur program ini, dalam kajian agama-agama versi ICRS Yogya, misalnya mahasiswa akan
diajak untuk mendengarkan paparan tentang berbagai sejarah agama di Indonesia ditinjau dari
berbagai perspektif dan diajar oleh para dosen dari berbagai disiplin dan berbagai agama.
Sebagai contoh, para mahasiswa akan mendengarkan sejarah agama-agama di Indonesia dari
agama Budha, Hindu, Islam, Kristen, juga dari kaum yang aspirasinya terabaikan (forgotten
voices) seperti ―indigenous Indonesian religions (agama suku)‖ dan kelompok-kelomok
terlarang (forbidden groups). Diantara dosen tamu yang dicadangkan member kuliah adalah
Prof. Dr. Nasr H. Abu Zaid (Utrecht, ISIM), Prof. Dr. Abdullah A. An Na‘im, dan Dr. Khaled
M Abou El Fadl (UCLA).9

8Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Studi Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2005, h. 17, 20, 24.
9Adian Husaini, M.A. (Kandidat Doctor ISTACS IIUM Malaysia, Dosen Pasca Sarjana Pusat Studi Timur
Tengah dan Islam Universitas Indonesia), kertas kerja, ttp., tpn., tth., (t.d).

14

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB III
STUDI ISLAM DAN AGAMA, LINGKUP, SASARAN, URGENSI

DAN SIGNIFIKANSI

A. Islam dan Agama

Ada dua hal yang mendasar yang penting untuk dipahami dalam studi Islam adalah
definisi tentang Islam dan agama. Menurut M. Quraish Shihab sangat sulit untuk bisa
merumuskan definisi tentang agama, apalagi di dunia ini kita menemukan kenyataan bahwa
agama amat beragam. Persoalan yang menjadi topik pembicaraan apakah mau tak mau harus
muncul, ‖Apakah agama yang masih relefan dengan kehidupan masa kini ? Sebelum
menjawab terlebih dahulu dijawab: Apakah manusia dapat melepaskan diri dari
agama?10Islam harus dilihat dari perspektif sejarah sebagai sesuatu yang selalu berubah,
berkembang, dan selalu terus berkembang dari generasi ke generasi dalam merespon realitas
dan makna kehidupan ini. Sedangkan konsep agama meliputi dua aspek, yaitu pengalaman
dalam dan perilaku luar manusia. Pengalaman dalam dan perilaku luar manusia itu saling
terkait. Perilaku luar manusia secara umum merupakan manifestasi dari pengalaman
dalamnya, walaupun hal ini tidak berlaku mutlak.11

Wilfred Cantwell Smith, sebagaimana dikutip Adams dalam mendefinisikan agama Islam,
berpendapat bahwa dalam agama terdapat aspek eksternal keagamaan, sosial dan historis
agama yang dapat diobservasi dalam masyarakat. Dengan pemahaman konseptual seperti ini,
tujuan studi agama adalah untuk memahami pengalaman pribadi dan perilaku nyata seseorang.
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir tapi, kebutuhan manusia
terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Said Agil Husin Al-
Munawar berpendapat, bahwa golongan beragama berpegang kepada doktrin mutlak wahyu
Tuhan yang dijadikan sebagai landasan pertimbangan dalam cara berpikir, segala ucapan dan
tindakan dari sudut sosiologi akan dipandang terpuji jika mempertanggungjawabkan
kebebasan berpikir dan menghilangkan rasa takut dan bimbang dalam menghadap kehidupan,
dan menghilangkan rasa kebencian dan permusuhan dalam masyarakat.12

Secara etimologis, Studi Agama Islam merupakan terjemahan dari bahasa Arab: Dirasah
Islamiyah. Di Barat disebut Islamic Studies, yang secara harfiyah adalah kajian tentang hal-hal
yang berkaitan dengan keislaman, sedangkan secara terminologis adalah kajian secara
sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memakai dan menganalisis secara mendalam hal-hal
yang berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam maupun realitas
pelaksanaannya dalam kehidupan Islam. Sumber ajaran yang mengambil berbagai aspek ialah
Al-Qur'an dan Hadits. Kedua sumber ini sebagai pijakan dan pegangan dalam mengakses

10 M. Quraish Shihab, Wawasan Al Quran, (Bandung: Mizan 1997), h. 375.
11Pendekatan Dalam Studi Islam (Studi atas Pemikiran Charles J. Adams), google.com 10 Agustus 2011.
12 Said Agil Husin, Fiqih Hubungan Antar Agama, (Jakarta : Ciputat Press, 2003). h.18.

15

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

wacana pemikiran dan membumikan praktik penghambaan kepada Tuhan, baik bersifat
teologis maupun humanistis.Islam secara harfiyah berasal dari bahasa Arab yang mengandung
arti selamat, sentosa dan damai. Arti pokok Islam adalah ketundukan, keselamatan dan
kedamaian.13

Pengertian agama yang diangkat dari apa yang dipraktikkan oleh kaum penganutnya perlu
disikapi dengan kritis dan hati-hati. Berkenaan dengan ini Taufik Abdullah misalnya telah
mengkritik pendapat Durkheim tentang agama. Taufik Abdullah dalam hal ini mengatakan,
barangkali saya tidak perlu bertolak dari sini, pertama ia (Durkheim) sampai pada kesimpulan
tersebut karena ia hanya meneliti agama melalui tulisan-tulisan para pengembara misionaris
dan kehidupan keagamaan di suku-suku Aborigin di Australia yang diyakininya paling murni.
Sedangkan penelitian saya adalah pada agama yang bersifat universal. Kedua, Durkheim
terlalu sekuler bagi selera saya. Demikian Taufik Abdullah menilai. Durkheim misalnya
mengatakan, bahwa makin modern suatu masyarakat maka makin berfungsi solidaritas yang
organik. Dalam suasana ini agama telah kehilangan relevansinya, karena telah digantikan
moralitas ilmiah.14

Selanjutnya karena demikian banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan ahli,
Harun Nasution mengatakan bahwa dapat diberi definisi tentang agama sebagai berikut :

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.

2. Pengakuan terhadapa adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan manusia.

4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.

5. Pengakuan adanya kewajiban-kewajiban diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.

6. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut
terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam al;am sekitar manusia.

8. Ajaran yang diwahyukan kepada manusia melalui seorang Rasul.

B. Ruang lingkup Islam dan Agama

Ruang lingkup Islam yang merupakan produk sejarah misalnya tentang fiqh/mazhab,
tasawuf/sufi, filsafat/kalam, seni/arsitektur Islam, budaya/tradisi Islam. Dewasa ini terlihat
semakin tumbuh dan maraknya kesadaran dikalangan kaum muslim untuk lebih patuh
kepada ketentuan-ketentuan hukum Islam. Gejala ini untuk konteks Indonesia misalnya,
terlihat pada kebangkitan Jilbab, busana muslim, tuntunan pencantuman label halal-haram
pada makanan, penerapan sistem ekonomi dan perbankan Islam dan sebagainya. Bangunan

13Manshur, Faiz, (www Google.com 10 Agustus 2011.
14 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, h.12.

16

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

pengetahuan kita pada wilayah Islam tersebut adalah produk sejarah yang dapat dijadikan
sasaran penelitian.15

C. Sasaran Penelitian Agama

Suprayogo mengemukakan ‖bahwa objek sasaran penelitian agama adalah ajaran dan
keberagaman. Ajaran adalah teks (tulisan atau lisan), yang menggambarkan doktrin teologis,
simbol, norma, dan etika yang harus dipahami, diyakini, disosialisasikan, diamalkan,
dilembagakan dalam kehidupan. Ajaran ini bisa berupa teks AlQur‘an, Hadits, pemikiran para
ulama. Sedangkan keberagamaan adalah fenomena sosial yang diakibatkan oleh agama.
Fenomena ini bisa berupa struktur sosial, pranata sosial, dan prilaku sosial‖.16

Studi Islam meliputi dua hal, yaitu aspek sasaran keagamaan dan aspek sasaran keilmuan
berikut:

1. Aspek sasaran keagamaan. IAIN maupun perguruan tinggi agama sebagai lembaga
keagamaan, menuntut para pengelola dan civitas akademiknya untuk lebih menonjolkan
sikap pemihakan, idealitas, bahkan seringkali diwarnai pembelaan yang bercorak apologis.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi dalam menyiapkan generasi penerus.
Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi.17

2. Aspek sasaran keilmuan. Studi keilmuan memerlukan pendekatan yang kritis, analitis,
metodologis, empiris dan histories. Karena itu, konteks ilmu harus mencerminkan
ketidakberpihakan pada satu agama, tapi lebih mengarah pada kajian yang bersifat obyektif.
Dengan demikian, studi Islam sebagai aspek sasaran keilmuan membutuhkan berbagai
pendekatan.

Di kalangan para ahli masih terdapat perdebatan disekitar permasalahan apakah studi
Islam (agama) dapat dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan
karakteristiknya antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda. Pada dataran normativitas studi
Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi keagamaan yang bersifat memihak, Romantis
dan apologis, sehingga kadar muatan analisis, kritis, metodologis, historis, empiris terutama
dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang
begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para peneliti tertentu yang masih sangat
terbatas.18

Bagi umat Islam, mempelajari Islam mungkin untuk memantapkan keimanan dan
mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non muslim hanya sekedar diskursus ilmiah,
bahkan mungkin mencari kelemahan umat Islam dengan demikian tujuan sasaran studi Islam
adalah sebagai berikut:

15 Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 214.
16 Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), h. 20.
17 Said Agil Husin, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 15.
18 Amin Abdullah Dalam Abudin Nata, Studi Agama Normalitas atau Historitas, (Yogyakarta Pustaka Pelajar,
1999), h. 150.

17

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

1. Untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat
melaksanakan dan mengamalkan secara benar, serta menjadikannya sebagai pegangan dan
pedoman hidup. Memahami dan mengkaji Islam direfleksikan dalam konteks
pemaknaan yang sebenarnya bahwa Islam adalah agama yang mengarahkan pada
pemeluknya sebagai hamba yang berdimensi teologis, humanis, dan keselamatan di dunia
dan akhirat. Dengan studi Islam, diharapkan tujuan di atas dapat di tercapai.

2. Dalam memahami agama, Abuddin Nata menjelaskan bahwa pendekatan teologis normativ
lebih menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari keyakinan bahwa wujud
empirik dari suatu keagamaan diyakini suatu yang benar dibandingkan dengan yang
lainnya. Islam adalah nama suatu agama yang berasal dari Allah, SWT. Nama Islam
demikian itu memiliki perbedaan yang luar bisaa dengan nama agama lainnya. Kata Islam
tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari
suatu negri. Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri.19

D. Urgensi dan Signifikansi Studi Agama–Agama

Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleransi kepada pemeluk agama lain
adalah mutlak untuk dijalankan (Pluralitas). Tapi bukan berarti beranggapan bahwa semua
agama adalah sama (pluralisme), artinya tidak menganggap bahwa Tuhan yang Kami sembah
adalah Tuhan yang kalian sembah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menentang paham
pluralisme dalam agama Islam. Tapi, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian
disebarkan oleh kalangan Muslim itu sendiri. Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama
adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing. Tapi solusi paham
pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan konflik dan sekaligus menghilangkan
perbedaan dan identitas agama-agama yang ada.20 Durkheim tertarik kepada unsur-unsur
solidaritas masyarakat. Dia mencari prinsip yang mempertalikan anggota masyarakat. Email
Durkhim menyatakan agama mempunyai fungsi, agama bukan ilusi, tapi merupakan fakta
sosial yang dapat diidentifikasi dan mempunyai kepentingan sosial. Bagi Emile Durkhim,
agama memainkan peranan yang fungsional, karena agama adalah prinsip solidaritas
masyarakat.21

Dalam pandangan Amin Abdullah, agama pada saat ini tidak dapat didekati dan difahami
hanya lewat pendekatan teologis-normativ semata-mata, sebab ada pergeseran paradigma dari
pemahaman yang berkisar pada doktrin ke arah entitas sosiologis, dari diskursus esensi ke arah
eksistensi.22 Saat ini telah muncul apa yang disebut dengan istilah analitis kritis, yaitu suatu
usaha manusia untuk memperoleh pemahaman penghayatan imannya atau penghayatan
agamanya, suatu penafsiran atas sumber-sumber aslinya dan tradisinya dalam konteks
permasalahan masa kini., yaitu teologi yang bergerak antara dua kutub teks dan situasi, masa

19Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, h. 65.
20 Pluralisme Agama ( www. Google.com) diakses , 11 Agustus 2014.
21 Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 31.
22Abdullah, M Amin, (www. Google.com, diakses 11 Agustus 2014).

18

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

lampau dan masa kini. Hal demikian mesti ada dalam setiap agama meskipun dalam bentuk
dan fungsinya yang berbeda-beda.23

Dapatlah disimpulkan bahwa pengakuan tentang pluralismenya berada pada tataran
sosial, yakni bahwa secara sosiologis kita memiliki keimanan dan keyakinan masing-masing.
Persoalan kebenaran adalah persoalan dalam wilayah masing-masing agama sehingga
diperoleh pemahaman yang komprehensif tentang esensi beragama dan keberagaman dalam
masyarakat plural. Anwar Harjono menegaskan, Islam telah memasuki arena komunikasi
antara berbagai bangsa yang mempunyai kepercayaan, kebangsaan, dan kebudayaan yang
berbeda- beda dengan pemikiran terbuka tanpa perasaan curiga, Anwar Harjono
mengembangkan pendapatnya bahwa Islam tidak menyemai permusuhan daam berbagai
bangsa, dan Islam mengembangkan persaudaraan dan persamaan diantara manusia berbagai
bangsa.24

Senada dengan pendapat di atas Mukti Ali menjelaskan bahwa ada beberapa pemikiran
diajukan orang untuk mencapai kerukunan dalam kehidupan beragama.
1. Sinkretisme, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama.
2. Reconception, yaitu menyelami dan meninjau kembali agama sendiri dalam konfrontasi

dengan agama-agama lain.
3. Sintesis, yaitu menciptakan suatu agama baru yang elemen-elemennya diambilkan dari

pelbagai agama, supaya dengan demikian tiap-tiap pemeluk agama merasa bahwa sebagian
dari ajaran agamanya telah terambil dalam agama sintesis (campuran) itu.
4. PengganThian, yaitu mengakui bahwa agamanya sendiri itulah yang benar, sedang agama-
agama lain adalah salah; dan berusaha supaya orang-orang yang lain agama masuk dalam
agamanya.
5. Agree in disagreement (setuju dalam perbedaan), yaitu percaya bahwa agama yang dipeluk
itulah agama yang paling baik, dan mempersilahkan orang lain untuk mempercayai bahwa
agama yang dipeluknya adalah agama yang paling baik. Diyakini bahwa antara satu agama
dan agama lainnya, selain terdapat perbedaan, juga terdapat persamaan.

Koentjcoroningrat mengatakan, dikategorikan dalam bentuk wujud kebudayaan sebagai
kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, yaitu wujud
ideal dari kebudayaan yang sifatnya abstrak, yang loksainya dalam alam pikir ‖manusia warga
masyarakat‖.25 Taufik Abdullah mengatakan, bahwa sejak mula kelahiran manusia sudah
menghadirkan baku bantah. Bahkan baku bantah itu antara Tuhan Pencipta dengan iblis,
karena itu tidak mengherankan jika kita hasil budidaya manusia sendiri yang dinamakan ilmu
pengetahuan menimbulkan baku bantah., tentulah hal ini terjadi antara manusia dengan
manusia (sekurang-kurangnya sama-sama menggeluti ilmu pengetahuan.26 Muhammad Abduh
dalam Muhammad al-Bahiy dalam kritikannya mengatakan ‖ apakah tidak terbetik di hati kita
untuk kembali kepada pegangan kaum salaf yang benar, kita tinggalkan segala bid‘ah dari

23Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, h. 31.
24Anwar Harjono, Pemikiran Berwawasan Iman, Islam ( Jakarta, Gema Insani Press, 1995), h.38.
25 Abdurrahman Wahid, Muslim Di Tegah Pegumulan, ( Jakarta: Lappenas, tth), h.56
26Taufik Abbdullah, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Tiara Wacana , tth), h. 97.

19

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

orang–orang setelah mereka, sebab itu akan mematikan kita bersama mereka. Syekh
Muhammad Abduh telah menggoyahkan fanatisme suatu mazhab untuk kembali kepada
sumber agama Islam semula yakni Al-Qur‘an dan Hadits.27 Sementara itu, Alwi Shihab
menunjukkan dua komitmen penting yang harus dipegang oleh dialog, yaitu sikap toleransi
dan sikap pluralisme. Toleransi adalah upaya untuk menahan diri agar potensi konflik dapat
ditekan. Adapun yang dimaksud dengan pluralisme adalah:

1. Tidak semata mengakui kenyataan adanya kemajemukan, tapi harus ada keterlibatan aktif
seluruh komponen masyarakat terhadap kenyataan kemajemukan tersebut.

2. Harus dibedakan dengan kosmopolitanisme. Dalam kosmopolitanisme terdapat aneka
ragam agama, ras, bangsa secara berdampingan di suatu lokasi, tapi minim interaksi positif
antar penduduk, khususnya di bidang agama.

3. Tidak dapat disamakan dengan relativisme. Dalam relativisme agama, doktrin agama apa
pun harus dinyatakan benar, atau ―semua agama adalah sama‖. Dalam paham pluralisme
terdapat unsur relativisme, yakni unsur tidak mengklaim kebenaran tunggal (monopoli) atas
suatu kebenaran.

4. Pluralisme agama bukanlah sinkretisme, yakni menciptakan suatu agama baru dengan
memadukan unsur tertentu atau sebagian komponen ajaran dari beberapa agama untuk
dijadikan bagian integral dari agama baru tersebut.

Dari berbagai pandangan tentang pluralisme di atas penulis dapat mengklasifikasi ada tiga
model pluralisme.

1. Pandangan pluralisme yang masih menyisakan adanya absolutisme agama. Pandangan ini
dikemukakan Prof. Dr. H.M. Rasjidi dan M. Natsir.

2. Pandangan pluralisme liberal. Ini dikemukakan oleh Djohan Effendi, Nurcholish Madjid,
Abdurrahman Wahid.

3. Pandangan pluralisme yang menempati posisi antara absolutisme agama dan pluralisme
liberal. Pandangan ini masih memegang adanya hal-hal yang bersifat absolut yang tidak
dapat dipertemukan atau disamakan, tapi juga mengakui bahwa pluralisme itu tidak hanya
sekedar ada tapi juga harus diwujudkan dalam keterlibatan aktif dalam memahami
perbedaan dan persamaan. Ada sikap terbuka, menerima perbedaan, dan menghormati
kemajemukan agama, tapi ada loyalitas komitmen terhadap agama masing-masing.

Azzumardi Azra berkata, dalam agama mana pun konsepsi manusia tidaklah bersumber
dari pengetahuan, tapi dari kepercayaan pada suatu otoritas mutlak yang berbeda dari satu
agama dengan agama lainnya. Agama juga merupakan suatu realitas sosial, ia hidup dan
termanifestasikan di dalam masyarakat, di sini doktrin agama yang merupakan konsepsi
tentang realitas harus berhadapan dengan kenyataan adanya, dan bahkan keharusan atau
sunnatullah perubahan sosial dan keberagaman dalam masyarakat plural.28

27Muhammad Al Bahiy, Pemikiran Islam Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas , tth), h.88.
28 Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia, h. 11.

21

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB IV
AGAMA HINDU

A. Asal-usul Agama Hindu dan Pembawanya

Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma सनातनधर्"म Kebenaran Abadi", dan
Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak
benua India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang
merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara
tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan
hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan
Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa. Dalam bahasa Persia, kata Hindu
berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta).

Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah
dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama
sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend Avesta
(Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu
merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya
baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para brahmana.
Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul semuanya
masih mengenal sebagai ajaran Weda.

Mengenai penamaan Negara India, Gustav Le Bon berkata: ―Orang-orang Barat
berpendapat bahwa nama Sungai Indus telah dipinjamkan kepada negara yang mengandung
berbagai rahasia yang terletak di sebelah belakangnya. Alasan ini tidak diterimanya bulat-bulat
sebab nama India itu harus diambil dari nama Tuhan Indra.‖ Peradaban India telah
berlangsung lama. Negara india telah menghasilkan beberapa Filosof agung sebelum Socrates
dilahirkan. Di Negara India ini sudah tersebar tanda-tanda ilmu pengetahuan dan bangunan-
bangunan yang megah pada suatu masa dahulu ketika Kepulauan Inggris masih dalam keadaan
terbelakang. India adalah negara yang penuh dengan keajaiban dan pertentangan, hingga boleh
diyakini sebagai sebuah Negara yang mengandung negara-negara. India adalah salah satu
pusat peradaban kuno di dunia.

Dalam hal ini, India menandingi Mesir, Cina, Assyria, dan Bailonia. Tapi, peradaban
India yang mendahului zaman Arya hanya baru dapat diketahui dan ditemukan dengan
pengungkapan-pengungkapan baru dalam tingkatan kemajuan yang pernah dicapai oleh India
dalam bidang arsitektur, pertanian, dan kemasyarakatan sejak masa 300 tahun SM, yaitu 1500
tahun sebelum kedatangan bangsa Arya. Antara 2000 dan 1000 tahun SM masuklah ke India
dari sebelah utara kaum Arya, yang memisahkan diri dari kaum sebangsanya di Iran dan yang
memasuki India melalui jurang-jurang di pegunungan Hindu-Kush. Bangsa Arya itu serumpun
dengan bangsa Jerman, Yunani dan Romawi dan bangsa-bangsa lainnya di Eropa dan Asia.

21

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Mereka tergolong dalam apa yang kita sebut rumpun-bangsa Indo-German. Hinduisme dapat
disamakan dengan rimba raja yang penuh dengan pohon-pohonan, tanam-tanaman, tumbuh-
tumbuhan dan kembang-kembangan, pendeknya suatu serba ragam yang sulit sekali. Karena
Hinduisme memperlihatkan berbagai bentuk dan bermacam-macam gejala-gejala agama.
Suatu penyampuradukkan dari pada tokoh-tokoh dewa, bentuk-bentuk kultur, sel-sel agama
dan mazhab-mazhab agama berdasarkan filsafat.

Lebih tepatlah jika Hinduisme dinamakan suatu system sosial yang diperkuat oleh cita-
cita keagamaan dan dengan demikian lalu mempunyai tendensi keagamaan. Hal ini nyata
sekali pada diri Gandi yang jelas bersimpati terhadap agama Kristen, tapi tetap tinggal Hindu
karena pertaniannya dengan bangsanya dan bubungan batinnya dengan kebudayaan agama
sukunya. Bangsa Arya yang turun ke lembah Indus kira-kira 1500 tahun SM yang memberi
corak pada kebudayaan India. Bangsa Arya ini satu suku dengan bangsa Iran yang bernabikan
Zarathustra.

Di dalam tulisan-tulisan Hinduistis yang tertua, unsur-unsur Arya-lah yang sangat besar
pengaruhnya. Hal itu tidak mengherankan karena tulisan-tulisan itu berasal dari zaman bangsa
Arya memasuki India dengan kemenangan-kemenangan, jadi pengaruh Drawida tentunya
belum begitu besar. Agama bangsa Arya kita kenal dari kitab-kitabnya yang mengenai
agamanya, yakni kitab-kitab Weda (Weda artinya tahu). Karena itu masa yang tertua dari
agama Hindu disebut masa Weda. Maulana Mohamed Abdul Salam al-Ramburi juga berkata:
―Umat India mudah menerima apa saja pemikiran dan kepercayaan yang ditemuinya.

Agama Hindu lebih merupakan suatu cara hidup dari merupakan kumpulan kepercayaan.
Sejarahnya menerangkan mengenai isi kandungannya yang meliputi berbagai kepercayaan,
hal-hal yang harus dilakukan, dan yang boleh dilakukan. Agama ini tidak mempunyai
kepercayaan yang membawanya turun hingga kepada penyembahan batu dan pohon-pohon,
dan membawanya naik pula kepada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan halus.
Seandainya Agama Hindu tidak mempunyai pendiri yang pasti maka begitu pula halnya
dengan Weda. Kitab suci ini yang mengandung kepercayaan-kepercayaan, adat-istiadat, dan
hukum-hukum juga tidak mempunyai pencipta yang pasti. Para penganut agama Hindu
mempercayai bahwa kitab ini adalah suatu kitab yang ada sejak dahulu yang tidak mempunyai
tanggal permulaan.

C. Bangsa Dravida di India

Penduduk India yang asli pada waktu bangsa Arya menyerbu ke India terutama masuk
bangsa Dravida. Bangsa ini ialah penduduk asli yang diketemukan menduduki kota Harappa di
Punjab dan di sebelah utara kota Karachi pada tahun 3000-2000 SM. Mula-mula mereka
tinggal tersebar di seluruh negeri, tapi lama kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan
memerintah negerinya sendiri, karena mereka sebelah utara hidup sebagai orang taklukkan dan
bekerja pada bangsa yang merebut negeri itu. Mereka adalah bangsa yang berkulit hitam dan
berhidung pipih, berperawakan kecil dengan rambut keriting. Bangsa Dravida mempunyai
peradaban tinggi waktu itu, ternyata di daerah Punjab dan lereng sungai gangga terdapat
daerah yang subur yang sudah dikerjakan oleh bangsa Dravida.

22

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

D. Bangsa Arya

Bangsa Arya ialah suatu bangsa yang masuk ke India kira-kira pada tahun 2000-1000 SM,
dari sebelah utara. Mereka ialah kaum yang memisahkan diri dari bangsanya di Iran dan
memasuki India melalui jurang-jurang di Pegunungan Hindu Kush. Bangsa Arya itu serumpun
dengan bangsa Jerman, Yunani, Romawi, dan bangsa-bangsa lainnya di Eropa dan di Asia.
Mereka tergolong apa yang disebut rumpun bangsa Indo-German. Setelah datang di India
mereka menetap di daratan sungai Sindhu yang pada zaman itu masih subur jadi di daerah itu
mereka telah menjumpai suatu peradaban tua. Di dalam beberapa hal mereka berbeda dengan
bangsa Dravida. Mereka berkulit putih dan berbadan tegak, bentuk hidungnya melengkung
sedikit. Kemudian mereka telah jauh memasuki India sampai di tepi Sungai Gangga dan
sampai di sebelah selatan. Dan disitu mereka makin bercampur dengan bangsa Dravida dan
dengan demikian terwujudlah kemudian suatu kesatuan.

E. Agama Lembah Sungai Indus

Penduduk asli Lembah sungai Indus adalah bangsa Dravida yang berkulit hitam. Di
sekitar sungai itu terdapat dua pusat kebudayaan yaitu Mohenjo Daro dan Harappa. Mereka
sudah menetap di sana dengan mata pencaharian bercocok tanam dengan memanfaatkan aliran
sungai dan kesuburan tanah di sekitarnya. Menurut teori kehidupan bangsa Dravida mulai
berubah sejak tahun 2000-an SM karena adanya pendatang baru, bangsa Arya. Sebagian Arya
ada yang bercampur dengan Dravida yang kemudian disebut bangsa Hindu. Karena itu,
kebudayaannya disebut kebudayaan Hindu.

1. Letak Geografis Sungai Indus

a. Di sebelah Utara berbatasan dengan China yang dibatasi Gunung Himalaya
b. Selatan berbatasan dengan Srilanka yang dibatasi oleh Samudera Indonesia
c. Barat berbatasan dengan Pakistan
d. Timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh

2. Peradaban sungai Indus (2500 SM)

a. Kebudayaan kuno India ditemukan di kota tertua India yaitu daerah Mohenjodaro dan
Harappa.

b. Penduduk Mohenjodaro & Harappa adalah bangsa Dravida
c. Saluran air bagus
d. Terdapat hubungan dagang antara Mohenjodaro dan Harappa dengan Sumeria.
e. Perencanaan yang sudah maju
f. Rumah-rumah terbuat dari batu-bata
g. Mohenjodaro dan Harappa merupakan kota tua yang dibangun berdasarkan:
h. Jalan raya lurus dan lebar

F. Konsep Kepercayaan dan Ketuhanan dalam Agama Hindu

Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda
dan Agama Hindu Dharma Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme,

23

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui. Agama Hindu identik dengan panca
sradha. Orang yang ingin memeluk agama Hindu diwajibkan menyakini lima konsep ajaran
utama (panca sradha) yaitu:

1. Percaya Tentang Brahman

Tujuannya menyadari Brahman dalam keabsolutan-Nya, atau teramat gaib
(transcendent), sukar dipahami, di luar pengertian dan pengalaman manusia bisaa, keadaan,
ketika mencapai keadaan akhir diri. Kebenaran yang abadi, tanpa batas waktu, bentuk, dan
ruang. Kebenaran itu berada di luar perkiraan pikiran, di luar perasaan yang alami, di luar
aksi atau pergerakan vritti (gelombang pikiran). Kebenaran ini kemudian memberikan
perspektif yang benar. Pengalaman yang mendalam ini harus dialami sementara ada di
dalam tubuh fisik. Seseorang kembali dan kembali lagi ke dalam jasmani hanya untuk
menyadari Brahman. Tiada lagi yang lain. Tapi, Brahman harus menjadi sebuah
pengalaman yang benar-benar dialami.

2. Percaya Tentang Atman

Atma yang sesungguhnya adalah Atman yang mutlak yang bukan golongan metafisik
yang abstrak, melainkan atman rohani yang asli. Atman adalah yang hidup dan bukan
obyek. Ini adalah pengalaman ketika atman adalah subyek yang maha tahu pada saat yang
bersamaan obyek yang diketahui. Atman hanya terbuka untuk atman. Atman bukan
kenyataan yang obyektif, bukan pula sesuatu yang berupa subyektif murni. Hubungan
subyek-obyek hanya mempunyai arti dalam dunia obyek-obyek atau dalam lingkungan
pengetahuan dalam arti luas, atman adalah cahaya-cahaya dan melalui hal ini sajalah ada
cahaya di alam semesta. Dia adalah cahaya abadi. Dia adalah yang tiada hidup atau mati,
yang tanpa gerak atau perubahan, yang masih bertahan ketika yang lainnya sudah berakhir.
"Dia adalah yang melihat dan bukan obyek yang dilihat. Apapun yang berupa obyek, dia
adalah yang termasuk bukan atman. Atman adalah kesadaran-saksi yang abadi".

3. Percaya Tentang Karmaphala

Karmaphala adalah sebuah hukum yang berlangsung lewat sebuah proses perbuatan
(karma) yang perlahan sudah bisa dibuktikan kebenarannya walaupun masih ada orang
yang berpandangan negatif terhadap akan pembukThian itu. Karmaphala dapat diartikan
sebagai hasil dari perbuatan yang pernah dilakukan. Hukum Karma atau Karmaphala itu
berlaku universal dan menyeluruh di alam semesta ini.

4. Percaya Tentang Punarbhawa (reinkarnasi)

Reinkarnasi sama artinya dengan Punarbawa atau Samsara. Punarbawa adalah suatu
kepercayaan tentang kelahiran yang berulang atau suatu proses kelahiran yang disebut
penitisan, reincarnasi atau samsara. Kalau ada kelahiran berulang berarti ada kematian yang
berulang atau hidup yang berulang. Didalam Bhagawad Gita Krisna mengatakan: Wahai
Arjuna, Kamu dan Aku telah lahir berulang sebelum ini. Melalui Atman sebagai percikan
Brahman, makluk dapat menikmati kehidupan. Karena adanya Atman maka ada kehidupan
didunia ini dan Atman dalam proses menghidupkan akan berpindah pindah dan berulang

24

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

ulang dengan menggunakan badan yang berbeda beda melalui Reinkarnasi
(punarbawa/samsara) yaitu penjelmaan kembali sebagai makluk hidup.

5. Percaya Tentang Moksha

Moksha adalah Kebebasan Paripurna, Keselamatan atau Pembebasan adalah tujuan
terakhir dari empat pilar yang menyangga struktur kehidupan. Tiga pliar lainnya adalah,
Dharma atau Kebajikan, Artha atau Kekayaan dan Kama atau Keinginan. Lazimnya,
moksha diartikan sebagai "kebebasan dari siklus kehidupan dan kelahiran". Penjelasan
tentang Moksha terdapat dalam sloka Bhagawadgita XVII. 54: …, yang artinya: ―Setelah
manunggal dengan Brahman dan tenang dalam jiwa la bebas dari duka cita dan keinginan.
Memandang semua makhluk berhakti kepada Ku‖; dan Bhagawadgita XI. 54, …, yang
artinya: ―Tapi dengan bhakti tunggal kepada Ku, Oh Arjuna, Aku dapat dikenal, sungguh
dilihat dan dimasuki ke dalam‖. Moskha adalah menunggalnya Atman dengan Brahman.
Atman kembali menjadi essensinya yaitu energi penciptaan yang kembali pada sumber dari
energi tersebut yaitu Tuhan.

Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja
banyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).
Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang seperti buaya, gajah
serta menyembah pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut
dimaksudkansebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa
kesejahteraan dan perdamaian.

G. Kesimpulan

Secara historis, agama Hindu merupakan agama yang berasal dari Negara India. Agama
Hindu juga merupakan salah satu agama yang tertua di dunia. Agama Hindu dilihat dari
sejaraah mulanya, agama ini merupakan hasil persatuan antara keprcayaan atau agama-agama
yang berada di India. Bangsa Dravida merupakan bangsa yang berasal dari dalam India, tapi
setelah datangnya bangsa Arya yang telah merebut kekuasaan bangsa Dravida pada waktu itu.
Bangsa Dravida pun menghindari dari kecaman bangsa Arya, sehingga bangsa Dravida pergi
menuju pebatin bahkan bertempat di dataran tinggi India. Interaksi antara keduanya juga salah
satu dari asal-mulanya agama Hindu. Persatuan yang mendesak bangsa Dravida membuat
mereka bercampur dengan bangsa Arya dan melahirkan kepercayaan yang hingga sekarang
ada di dunia, yakni agama Hindu.

25

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB V
AGAMA BUDDHA

D. Umum

Agama Buddha lahir di negara India, wilayah Nepal sekarang, sebagai reaksi terhadap
agama Brahmanisme. Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari
lahirnya Buddha Siddharta Gautama. Ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di
dunia. Agama Buddha berkembang dengan unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-
unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam
proses perkembangannya, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia dan
telah menjadi agama mayoritas di beberapa negara Asia seperti Thailand, Singapura,
Kamboja, Myanmar dan Taiwan.

Ajaran Buddha menyebar sampai ke negara Tiongkok pada tahun 399 Masehi, dibawa
oleh seorang Ghiksu bernama Fa Hsien. Masyarakat Tiongkok mendapat pengaruhnya dari
Tibet disesuaikan dengan tuntutan dan nilai lokal. Setiap aliran Buddha berpegang kepada
Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang
Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan
ajarannya dalam 3 buku yaitu : Sutta Pitaka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Pitaka
(peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Pitaka (ajaran hukum metafisika
dan psikologi).

Kini agama Buddha telah berkembang menjadi tiga aliran utama, iaitu dalam Bahasa
Sanskrit Sthaviravada, Mahayana dan Vajrayana. Di dalam aliran Theravāda, matlamat utama
ialah pencapaian tahap luhur nirvana, yang dicapai melalui ―Lapan Jalan Mulia‖ atau juga
dikenali sebagai ―Jalan Kesederhanaan‖. Aliran Theravāda merupakan aliran yang paling
diikuti di Sri Lanka dan Asia Tenggara.

Aliran Mahāyāna, yang termasuk tradisi Tanah Tulen Zen Buddhisme Nichiren Shingon
dan Thiantai (Tendai) banyak dijumpai di bahagian Asia Timur. Bertentangan dengan nirvana,
Mahayana mengilhamkan pencapaian kebuddhaan melalui laluan Boddhisattva, satu tahap di
mana seseorang itu terus berada di kitaran kelahiran semula untuk membantu manusia lain
mencapai kesedaran.

Aliran Vajrayāna, sebuah ajaran yang berunsurkan siddha India mungkin boleh dilihat
sebagai satu aliran baru atau sebahagian dari aliran Mahāyāna. Buddhisme Tibet, yang masih
mengekalkan ajaran Vajrayāna abad ke-lapan India, masih dipraktiskan di kawasan sekitar
Himalaya, Mongolia dan Kalmykia. Buddhisme Tibet mengilhamkan pencapaian kebuddhaan
atau badan pelangi.

Agama Buddha mempunyai lebih kurang 488 – 535 juta penganut di seluruh dunia.
Agama Buddha dikenali sebagai salah satu agama yang paling utama di dunia. Seorang
Buddha ialah seorang yang mendapati alam semesta yang benar melalui pelajarannya yang

26

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

bertahun-tahun, penyiasatan dengan pengamalan agama pada masanya dan pertapaan.
Penemuannya dikenali sebagai Bodhi atau ―Pemahaman‖. Sesiapa yang menghidari kejahilan
dan mengenali alam semesta nyata yang sebenar dikenali sebagai Buddha.

Śākyamuni dikatakan sebagai pengasas Buddha. Terdapat banyak penganut Buddha
setelah Śākyamuni. Secara keseluruhan, tujuan seorang menganut agama Buddha adalah untuk
melewati segala kesengsaraan dalam kehidupan. Untuk mencapainya, penganut Buddha harus
menyucikan dan melatih diri dengan mengikut ―Lapan Jalan Mulia‖ atau ―Jalan
Kesederhanaan‖ supaya memahami kenyataan yang sebenarnya, lalu mencapai kebebasan dari
segala kesengsaraan, iaitu nirodha atau nirvāna (Pāli nibbāna).

E. Kehidupan Buddha

Teks-teks klasik Buddha (yang diterima sebagai teks-teks benar) dan biografi klasik
Buddha menyatakan beliau belajar dengan guru Vedik, seperti Alara Kalama dan Uddaka
Ramaputta, mempelajari meditasi dan falsafah kuno, terutama konsep ―ketiadaan,
kekosongan‖ dan ―apa yang tidak terlihat‖. Buddha tergerak dengan sifat asal mula kejadian
manusia. Beliau bermeditasi sendirian untuk satu tempo yang panjang, dengan pelbagai
kaedah termasuk mengelakkan diri dari terlibat dalam keseronokan dunia, dalam sifat
kesengsaraan dan kaedah-kaedah untuk mengatasi kesengsaraan. Beliau terkenal dengan posisi
duduknya iaitu duduk di bawah pokok Ficus Religiosa, yang sekarang dikenali sebagai pokok
Bodhi di bandar Bodh Gaya di kawasan dataran Gangetic di Asia Tenggara. Beliau mencapai
kesedaran, menemui apa yang para penganut Buddha gelar sebagai ―Jalan Kesederhanaan‖,
suatu praktis rohani untuk menamatkan kesengsaraan (dukkha) dari kelahiran semula di alam
Saṃsāra. Sebagai seorang manusia yang tersedar (Skt. Samyaksaṃbuddha), beliau telah
menarik pengikut dan mengasaskan Sangha (aturan monastik). Akhirnya, sebagai seorang
Buddha, beliau menghabiskan hayat yang seterusnya dengan mengajar Dharma yang
ditemuinya dan meninggal dunia di Kushinagar, India pada umur 80 tahun.

F. Biografi Siddharta Gautama

Ratu Maha Maya telah melahirkan anak puteranya, Siddharta Gautama (623 M pada saat
ratu berdiri memegang dahan pohon sal.

1. Semasa melahirkan, ratu tidak mengalami kesakitan atau kesulitan. Baru saja dilahirkan,
sang anak telah berjalan sebanyak 7 langkah, dan setiap langkah itu telah mengembangkan
sekuntum bunga teratai. Matanya melihat ke 4 arah dari sekelilingnya dan berkata: ―Ini
merupakan kelahiran saya yang terakhir di dunia ini. Saya dilahirkan supaya menjadi
Buddha. Sayalah orang yang paling mulia dan akan membawa ilmu dan ajaran untuk
menyelamatkan semua insan di dunia ini‖. Setelah kata-kata itu, 2 jenis air turun dari langit
untuk memandikannya. Dewa-dewi pun tiba mengelu-elukan kelahirannya. Sang anak tidur
di sebelah ibundanya. Tiba-tiba sehelai baju jatuh dari langit ke atas badannya. Seketika itu,
segala yang buruk di atas dunia ini berubah menjadi bagus. Raja merasa amat gembira tapi
risau pula lantaran hal-hal pelik tersebut. Datanglah seorang zahid meramalkan bahawa

27

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Siddharta Gautama bukan orang bisaa. Ia calon seorang raja yang berkaliber atau
penyelamat dunia yang mulia.

2. Pada hari ketujuh dari kelahirannya, ibundanya Ratu Maha Maya meninggal dunia.
Siddharta diasuh oleh adik kembar Ratu Maha Maya. Siddharta hidup dalam istana dan
diberi pendidikan yang terbaik. Semasa usia 7 hingga 12 tahun, Siddharta telah
mempelajari dan menguasai ilmu-ilmu yang diajarkannya. Ia juga telah mahir dalam ilmu
pertahanan (kanuragan/bela diri). Raja berencana mengawinkan Siddharta dengan Puteri
Yasodhara, agar tidak berkonsentrasi mengarah menjadi Buddha. Tapi usaha Raja tersia-
sia. Pada suatu ketika Siddharta minta izin untuk berjalan-jalan di luar istana. Dilihatnyalah
segala keadaan yang amat memilukan hatinya. Orang sakit, mayat, orang miskin yang
hidup sengsara, dan juga pengemis yang bertahan lapar.

3. Menjadi Zahid. Pada usia 20 tahun, Siddharta telah meninggalkan kehidupan di istana dan
juga anak isterinya, bertekad untuk menjadi seorang zahid/sami.

4. Mengusir kekuatan jahat Raja syaitan yang hendak mencelakakannya.

5. Menjadi Buddha setelah berhasil mengusir Raja Syaitan. Pada usia 35 tahun, Ia berhasil
mencapai Makrifat, dan menukar gelarannya menjadi Gautama Buddha.

6. Untuk penyebaran ajarannya, Buddha memulai perjalanannya ke pelbagai tempat. Buddha
mengajar dengan penuh kesabaran dan menjawab segala persoalan orang banyak dengan
bersungguh-sungguh. Pada suatu hari, semasa Buddha sedang bertapa, pengikut Raja
mendatangi Buddha dan memberitahukan bahawa ayahnya ingin melihat anaknya buat kali
terakhir. Buddha pun kembali ke istana. Maharaja yang sudah berumur 93 tahun sedang
berbaring, lalu mengulurkan tangannya dan berkata bahawa dia tidak menyesali kepergian
Siddharta, kerana sekarang Siddharta telah menjadi Buddha yang dihormati oleh setiap
manusia. Setelah kata-kata itu, sang Raja mangkat. Buddha melihat ayahnya dengan tenang
tanpa menangis.

7. Pada usia 80 tahun Buddha wafat pada bulan 2 hari ke-15, di tengah malam bulan purnama.

Kesemua ajaran Buddha mengenai soal hidup mati dan kebenaran-kebenaran mulia telah
dicatat. Kini, agama Buddha telah menjadi salah satu dari agama besar di dunia.

D. Konsep Ketuhanan Buddha

Dalam agama Buddha, Tuhan adalah pencipta alam semesta. Tujuan akhir dari hidup
manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan. Ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang
Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak.

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka,
Udana VIII: 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha.
Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang Akatang
Asamkhatang, yang artinya ―Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak

28

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Diciptakan dan Yang Mutlak‖. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang
tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan
dalam bentuk apa pun. Tapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata)
maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran
kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan
(anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati ketika roh manusia tidak perlu lahir
kembali. Hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan
contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai
pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.

E. Moral Buddha

Agama Buddha menjunjung tinggi nilai-nilai moral, yang dikenal dengan ―Pancasila
Buddha‖. Lima nilai moral untuk umat awam adalah:

1. Panatipata Veramani Sikkhapadam Samadiyami (Aku bertekad akan melatih diri
menghindari pembunuhan makhluk hidup).

2. Adinnadana Veramani Sikkhapadam Samadiyami (Aku bertekad akan melatih diri
menghindari pencurian/mengambil barang yang tidak diberikan).

3. Kamesu Micchacara Veramani Sikhapadam (Aku bertekad akan melatih diri menghindari
melakukan perbuatan asusila).

4. Musavada Veramani Sikkhapadam Samadiyami (Aku bertekad akan melatih diri
menghidari melakukan perkataan dusta).

5. Surameraya Majjapamadatthana Veramani Sikkhapadam Samadiyami (Aku bertekad akan
melatih diri menghindari makanan atau minuman yang dapat menyebabkan lemahnya
kesadaran).

F. Kamma dalam Budhha

Selain nilai-nilai moral di atas, agama Buddha juga amat menjunjung tinggi karma
sebagai sesuatu yang berpegang pada prinsip sebab akibat. Kamma (bahasa Pali) atau Karma
(bahasa Sanskerta) berarti perbuatan atau aksi. Guru Buddha dalam Nibbedhika Sutta;
Anguttara Nikaya 6.63 menjelaskan:

‖Para bhikkhu, cetana (kehendak)-lah yang kunyatakan sebagai kamma. Setelah berkehendak,
orang melakukan suatu tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran.‖ Jadi, kamma berarti semua
jenis kehendak (cetana), perbuatan yang baik maupun buruk/jahat, yang dilakukan oleh
jasmani (kaya), perkataan (vaci) dan pikiran (mano), yang baik (kusala) maupun yang jahat
(akusala). Kamma atau sering disebut sebagai Hukum Kamma merupakan salah satu hukum
alam yang berkerja berdasarkan prinsip sebab akibat.

1. Buddha Mahayana

Lotus Sutra merupakan rujukan sampingan penganut Buddha aliran Buddha Mahayana.
Tokoh Kuan Yin yang bermakna ―maha mendengar‖ atau nama Sansekertanya

29

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Avalokitesvara, merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai telah titis beberapa kali dalam
alam manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat
keibuan seperti penyayang dan lemah lembut. Menurut sejarahnya Avalokitesvara adalah
seorang lelaki murid Buddha, tapi setelah pengaruh Buddha masuk ke Tiongkok, profil ini
perlahan-lahan berubah menjadi sosok feminin dan dihubungkan dengan legenda yang ada
di Tiongkok sebagai seorang dewi. Penyembahan kepada Amitabha Buddha (Amitayus)
merupakan salah satu aliran utama Buddha Mahayana. Sorga Barat merupakan tempat
tujuan umat Buddha aliran Sukhavati setelah mereka meninggal dunia dengan berkat
kebaktian mereka terhadap Buddha Amitabha dimana mereka tidak perlu lagi mengalami
proses reinkarnasi dan dari sana menolong semua makhluk hidup yang masih menderita di
bumi. Mereka mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk menunggu saat
Buddha Amitabha memberikan khotbah Dhamma dan Buddha Amitabha akan memimpin
mereka ke tahap mencapai ‗Buddhi‘ (tahap kesempurnaan dimana kejahilan, kebencian dan
ketamakan tidak ada lagi). Ia merupakan pemahaman Buddha yang paling disukai oleh
orang Tionghoa.

2. Buddha Theravada

Aliran Theravada adalah aliran yang memiliki sekolah Buddha tertua yang tinggal
sampai saat ini, dan untuk berapa abad mendominasi Asia Tenggara dan wilayah Asia
Tenggara (sebagian dari Tiongkok bagian barat daya, Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia,
Indonesia, Thailan, Vietnam, Singapura dan Australia.

Secara Gramatika, Theravada berasal dari bahasa Pali yang terdiri dari dua kata yaitu
thera dan vada. Thera berarti sesepuh, khususnya sesepuh terdahulu, dan vada berarti
perkataan atau ajaran. Jadi Theravada berarti Ajaran Para Sesepuh. Istilah Theravada
muncul sebagai salah satu aliran agama Buddha dalam Dipavamsa, catatan awal sejarah Sri
Langka pada abad ke-4 Masehi. Istilah ini juga tercatat dalam Mahavamsa, sebuah catatan
sejarah penting yang berasal dari abad ke-5. Di yakini Theravada merupakan wujud lain
dari salah satu aliran agama Buddha terdahulu yaitu Sthaviravada, bahasa Sanskerta: Ajaran
Para Sesepuh), sebuah aliran agama Buddha awal yang terbentuk pada Sidang Agung
Sangha ke-2 (443 SM). Dan juga merupakan wujud dari aliran Vibhajjavada yang berarti
ajaran analisis (Doctrine of Analysis) atau agama akal budi (Religion of Reason).

Kitab Suci yang dipergunakan dalam agama Buddha Theravada adalah Kitab Suci
Tipitaka yang dikenal sebagai Kanon Pali (Pali Canon). Kitab suci Agama Buddha yang
paling tua, yang diketahui hingga sekarang, tertulis dalam Bahasa Pali, yang terbagi dalam
tiga kelompok besar (yang disebut sebagai ―pitaka‖ atau ―keranjang‖) yaitu: Vinaya Pitaka,
Sutta Pitaka, dan Abhidhamma Pitaka. Karena terdiri dari tiga kelompok tersebut, maka
Kitab Suci Agama Buddha dinamakan Tipitaka (Pali).

Ajaran dasar dikenal sebagai Empat Kebenaran Arya, meliputi: Dukkha Ariya Sacca
(Kebenaran Arya tentang Dukkha), Dukkha Samudaya Ariya Sacca (Kebenaran Ariya
tentang Asal Mula Dukkha), Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang
Terhentinya Dukkha), Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Jalan yang
Menuju Terhentinya Dukkha). Secara umum sama dengan aliran agama Buddha lainnya,

31

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Theravada mengajarkan mengenai pembebasan akan dukkha (penderitaan) yang ditempuh
dengan menjalankan ―sila‖ (kemoralan), samadhi (konsentrasi) dan panna (kebijaksanaan).
Agama Buddha Theravada hanya mengakui Buddha Gotama sebagai Buddha sejarah yang
hidup pada masa sekarang. Meskipun demikian Theravada mengakui pernah ada dan akan
muncul Buddha-Buddha lainnya. Dalam Theravada terdapat 2 jalan yang dapat ditempuh
untuk mencapai pencerahan sempurna yaitu jalan arahat (Arahatship) dan Jalan
Kebuddhaan (Buddhahood).

G. Ciri-ciri Agama Buddha

1. Buddha merupakan manusia, bukan dewa

Siddhartha Gautama boleh menjadi Buddha, segalanya bergantung pada usaha dan
kesungguhan sendiri. Buddha adalah manusia bisaa. Setiap lapisan masyarakat diyakini
sama rata dalam mata Buddha. Buddha tidak mengakui kemunculan dewa yang membentuk
dunia. Buddha menganggap ―dewa‖ sebagai sesuatu yang diimaginasikan oleh manusia
untuk menjadikan satu kepercayaan bahawa dunia ini dicipta oleh dewa.

2. Agama Buddha mengabaikan atau merendahkan agama lain

Agama Buddha mengakui semua jenis agama di dunia, dan membedakan semua agama
dengan kefahamannya maqsing-masing, bukan dibedakan dengan ciri atau sifatnya yang
baik atau buruk.

3. Warna Bendera Buddha.

Jenis warna telah digunakan untuk membentuk bendera Buddha. Ada enam jenis

warna yang merupakan warna kecahayaan yang terpancar dari badan Buddha semasa beliau

―cheng dao‖.

a. Biru Tua = Bhakti / Pengabdian;

b. Kuning Emas = Kebijaksanaan;

c. Merah Tua = Kasih Sayang;

d. Putih = Suci;

e. Jingga = Giat

f. Campuran 5 warna – Kombinasi 5 sifat .

4. Bunga Teratai Lambang Agama Buddha.

Dikatakan, semasa Buddha-Siddhartha Gautama dilahirkan, beliau telah berjalan
sebanyak 7 langkah ke hadapan dan tiap-tiap langkah itu telah mengembangkan sekuntum
bunga teratai. Karena itu, bunga teratai diperkenalkan sebagai lambang kelahiran Buddha. 29

5. Perayaan Hari Wesak.

Perayaan Hari Wesak merupakan satu perayaan yang paling penting dalam agama
Buddha. Ia dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan. Hari ini merupakan hari

31

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

peringatan kepada 3 peristiwa yang penting mengenai Buddha, iaitu kelahiran Buddha,
penjadian Buddha dan kemangkatan Buddha. Pada Hari ini, penganut-penganut agama
Buddha akan mengunjungi kuil Buddha untuk pemberian penghormatan kepada Buddha
dan juga pembacaan kitab-kitab. Pada hari ini juga, penganut-penganut agama Buddha akan
melepaskan burung merpati, memberi makanan kepada orang miskin dan juga kepada sami-
sami. Pada malam pula, perarakan kereta berhias akan diadakan Pemandian Buddha,
Pembacaan Kitab, Kereta Berhias.

6. Larangan dalam Agama Budhha

Ada lima larangan dalam agama Buddha, yaitu:

a. Membunuh = mengancam nyawa orang lain;
b. Mencuri =
c. Berzina = mengancam harta benda orang lain;
d. Berbohong =
e. Minum arak = mengancam kesucian orang lain;

mengancam reputasi orang lain;
mengancam rasionalitas sendiri dan keselamatan orang lain.30

7. Pepatah Agama Buddha

a. Baik seseorang itu berilmu daripada mempunyai kekayaan.
b. Setiap satu kelahiran mesti diikuti dengan kematian.
c. Seseorang sepatutnya takut akan kelahiran daripada kematian, kerana tiada kelahiran

tanpa kematian .
d. Kebencian terhadap orang lain adalah suatu kesengsaraan pada diri sendiri.
e. Air yang tenang tidak dapat melahirkan seorang pengemudi yang baik.
f. Kesihatan merupakan kakayaan sebenar kepada manusia. Tiada kesihatan, maka

tiadanya kekayaan. Oleh itu, menjaga kesihatan lebih penting dari menjaga kekayaan.
g. Seseorang yang berilmu akan mendapat kegembiraan dari sekelilingnya, manakala

seseorang yang tidak berpengetahuan akan mengharapkan kegembiraannya dari orang
lain.
h. Seseorang yang menginginkan dan mengejarkan sesuatu yang salah akan berasa tersiksa
dan menderita.

H. Hari Raya Agama Buddha

Terdapat empat hari raya besar dalam Agama Buddha. Tapi satu-satunya yang dikenal
luas masyarakat adalah Hari Raya Trisuci Waisak.

1. Waisak

Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa.
Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian
Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai
Nibbana/Nirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha

30Dalam agama Taoism juga mempunyai 5 larangan ini yang diperkenalkan oleh Tai Shang Lao Jun..

32

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak
di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali ―Wesakha‖, yang pada gilirannya juga
terkait dengan ―Waishakha‖ dari bahasa Sanskerta.

2. Kathina

Hari raya Kathina merupakan upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah
menjalani Vassa. Jadi setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki masa Kathina
atau bulan Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah
Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara,
dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha.

3. Asadha

Kebaktian untuk memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja.
Hari raya Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna memperingati
kejadian yang menyangkut kehidupan Sang Buddha dan Ajarannya, yaitu untuk pertama
kali Sang Buddha membabarkan Dharmanya pada 5 pertapa (Panca Vagiya). Kelima
pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji, dan sesudah
mendengarkan khotbah Dharma, mereka mencapai arahat, dan terbentuklah Arya Sangha
(Persaudaraan Para Bhikkhu Suci).

4. Magha Puja

Hari Besar Magha Puja memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Agama
Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha dihadapan 1.250 Arahat yang
kesemuanya arahat tersebut ditasbihkan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu), yang
kehadirannya itu tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lain terlebih
dahulu, Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha. Tempat ibadah
agama Buddha disebut Vihara.

Ф ÐŠ Ф

33

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB VI
AGAMA MAJUSI

C. Pendahuluan

Dalam Al-Qur‘an, terdapat satu ayat yang menyebutkan nama Majusi sebagai salah satu
agama dari golongan selain orang –orang yang beriman. Allah SWT berfirman :

ٌَّْ ِ‫)ىْ َصْ َوانَّ ِذي ٍَْأَ ْش َز ُكىاْإ‬7‫ ُج‬1ًَ (‫ِّإل َّلٌَّاَْْايَنَّْف ِذيِصٍَ ُْمآَْ َبَي ْيُُ َُى ُها ْْىَْوَيا ْنَّى ِذَويْاَْنٍ ِقْ َيبَهبَيدُ ِتوْاإِْ ٌََّوْاّنل َّلاَْ َّصب َعبِ َهئِيً ٍَُْْك َوِّماْنَُّْ َش َْيصبٍء َْر َشي ِهْيَوذٌاْْن‬

{Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin,
orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi
Keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala
sesuatu. (QS Al-Hajj/22: 17)}. 31

D. Pengertian dan Asal Usul Majusi

1. Majusi adalah agama persia kuno. Dalam bahasa persia kuno tersebut, pendeta mereka
disebut Magu, berubah menjadi Majus, ajarannya disebut Majusiyyah, dan penganutnya
Majusi. Agama ini terkadang disebut Mazdaisme, artinya penganutnya menyembahTtuhan
(Ahura) Mazda. Terkadang pula disebut Zoroasterianisme atau Zoroaster, karena diajarkan
oleh Zarathustra.

2. Majusi adalah suatu agama atau kepercayaan yang mengagungkan api sebagai sesembahan
atau Tuhan. Mereka disebut orang-orang Majus dari Timur yang datang menyembah bayi
Kristus di malam natal (sering disimbolkan dengan empat raja datang membawa
persembahan berupa emas, dupa, dan minyak mur).

3. Majusi atau Zoroastrianisme adalah sebuah agama purba yang diasaskan oleh Zarathustra.
Ia juga bukan saja sebuah agama, tapi sebuah falsafah kehidupan, sama seperti Taoisme
dari China. Sebelum kelahiran nabi Muhammad, agama ini merupakan agama yang utama
di Timur Tengah dan Asia Tengah, tapi kini penganutnya adalah minoritas dan kebanyakan
mereka bertumpu di India.

D. Sejarah Majusi

Agama Majusi lahir di Negara Persia dahulu kala, dianut oleh bangsa Persia dan
umumnya bangsa Arya Persia. Agama Majusi mengajarkan kepercayaan adanya dua Tuhan
yang maha kuasa, yaitu tuhan Cahaya dan Tuhan Gelap. Tuhan Cahaya dikenal dengan nama
―Ahuramazda‖, yaitu Tuhan kebaikan dan Tuhan Gelap mereka namai ―Ahriman‖, yaitu
Tuhan kejahatan.32 Menurut mereka segala kenikmatan yang ada di dunia ini adalah

32Agus Hakim, Perbandingan Agama, Bandung: Diponegoro, 2004, Cet. XI., H.. 21.

34

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

merupakan rahmat dari tuhan kebaikan (Tuhan Cahaya) dan kepadanyalah mereka
menyembah dan beribadah. Sementara segala malapetaka dan kejahatan menurut mereka
berasal dari Tuhan Kejahatan (Tuhan Gelap). Mereka melambangkan ―Api‖ sebagai
penjelmaan dari Tuhan Cahaya dan ―Api‖ itu mereka nyalakan di kuil-kuil tempat peribadatan
mereka.33

Dalam The Miracle 15 in 1 Syaamil Al-Qur‘an disebutkan, Majusi adalah sebutan dalam
Islam bagi penganut yang mengikuti agama Zoroaster (Zarathustra) dari Persia, Iran.
Zarathustra merombak agama Indo-Eropa. Dewa-dewa diubah statusnya menjadi malaikat.
Tuhan diyakini sebagai esa (satu), yakni Ahura Mazda. Diilustrasikan, dalam perang Kosmos,
Ahura Mazda selalu bertarung dengan penguasa kegelapan yang bernama Ahriman.
Belakangan Ahriman diadopsi orang-orang Ibrani sebagai setan, Iblis, Azazil, atau Lucifer.
Pada awal kemunculan Islam, Majusi merupakan satu ajaran yang tersebar di tengah
masyarakat Persia. Ajaran ini bahkan menjadi agama resmi Dinasti Sassanian sejak
pertengahan abad ke-3 SM.

C. Kitab Pedoman Majusi

Zoroaster memiliki kitab suci yang mereka namai ―Avesta‖, sebuah kitab suci yang

disusun dengan bahasa Persia kuno (bahasa Pahlawy) yang halus, yang sekarang hampir tidak

bisa dikenal. Sebagian besar kitab tersebut hilang, sebagian yang lain telah diterjemahkan ke

bahasa Persia modern yang bisaa dibaca oleh orang-orang Zoroaster ketika beribadah. Kitab

Avesta terdiri dari 22 kitab dan dibagi menjadi 5 bagian:

1. Kitab Yusna

Kitab ini berisi nyanyian-nyanyian atau puji-pujian (hymne) yang digunakan dalam acara
pembaptisan pemeluk agam Majusi. Fasal 1-27 (pengantar), berisi tentang minuman suci
bernama Hooma, diminumkan pada orang yang dibaptis, diiringi puji-pujian dari Avesta.
Fasal 28-54 berisi tentang wahyu yang diturunkan kepada Zoroaster, dan fasal 55-72 berisi
tentang Apera Yasno, yakni pujian bagi Ahuras, kodrat Ghaib yang berpihak pada Ahura
Mazda.

2. Kitab Vispered ( Kodrat-kodrat terkemuka)

Kodrat-odrat ghaib paling terkemuka, dan itu semua tunduk pada kodrat Tunggal yang
maha bijaksana, (Ahura Mazda), nyanyian permohonan dan keterangan tentang kebaktian.

3. Vendidad ( hukum menentang kodrat jahat)

Berisi hukum-hukum agama dan tentangt kejadian alam semesta dan manusia. HUkum-
hukum bertolak dari inti ajaran yang utama yaitu perang terhadap kodrat-kodrat jahat,
da;lam rangka kebaktian terhadap Ahursa Mazda.

33Ibid.

35

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

4. Yasht (kisah-kisah Zoroaster)

Tentang akhir alam semesta dan hari Pembalasan, dan kisah-kisah keagamaan lain.

5. Kitab Khorda Avesta

Avesta kecil yang berisi nyanyian agama untuk amalan sehari-hari orang awam. Ada
lagi kitab Zend Avesta, yaitu kitab yang menafsirkan kitab Avesta, seperti orang Yahudi
mempunyai kitab Talmud, yang merupakan kitab Tafsir dari Taurat.

Menurut al-Thabathabai, majusi dikenal sebagai orang-orang yang beriman kepada
Zardasyt dan kitab suci avesta. Tapi tentang sejarah dan masa munculnya tidak jelas,
seolah-olah beritanya terputus. Beliau menyatakan bahwa orang majusi kehilangan
kitabnya pada saat kekuasaan Alexander yang agung. Satu hal yang dapat diterima dari
majusi adalah mereka mengakui adanya dua kodrat yaitu kodrat kebaikan dan kodrat
kejahatan, yazdan dan ahriman atau cahaya dan kegelapan.

As-Syahrastani juga menjelaskan keterangan keyakinan dualisme tersebut dikalangan
majusi. Sementara itu, ar-Razi menerangkan bahwa orang-orang majusi pengikut
mutanabbi‘ (orang yang mengklaim kenabian), bukan nabi yang sebenarnya.Muhammad
Rasyid Ridha menyebutkan mayoritas pendapat para Ulama memendang orang-orang
majusi sebagai ahli kitab dalam kewajiban membayar jizyah (pajak) saja. Ia
mengungkapkan bahwa sebutan musyrik tidak digunakan bagi majusi.

Ф DS Ф

36

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB VII
AGAMA YAHUDI

A. Abstrak

Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama, etnisitas, atau suku bangsa.
Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama Yahudi. Berdasarkan etnis,
kata ini merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber (yang disebut ―Ibrani‖)
atau Yakub (yang juga bernama ―Israel‖) anak Ishak anak Abraham (Ibrahim) dan Sara, atau
keturunan Suku Yehuda, yang berasal dari Yehuda anak Yakub. Etnis Yahudi juga termasuk
Yahudi yang tidak beragama Yahudi tapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi.

B. Etimologi

Kata ―Yahudi‖ diambil menurut salah satu marga dari dua belas leluhur Suku Israel yang
paling banyak keturunannya, yakni Suku Yehuda. Yehuda ini adalah salah satu dari 12 putera
Yakub, seseorang yang hidup sekitar abad 18 SM dan bergelar Israel. Seluruh turunan dari 12
putera Yakub (Israel) itu dikenal dengan sebutan Bangsa Israel (keturunan langsung Israel)
yang kemudian berkembang menjadi besar dinamakan menjadi Suku Israel. Setelah berabad-
abad turunan Yahudi berkembang menjadi bagian yang dominan dan mayoritas dari Bangsa
Israel, sehingga sebutan Yahudi tidak hanya mengacu kepada orang-orang dari turunan
Yahuda, tapi mengacu kepada segenap turunan dari Israel (Yakub). Pada awalnya bangsa
Yahudi hanya terdiri dari satu kelompok keluarga di antara banyak kelompok keluarga yang
hidup di tanah Kan‘an pada abad 18 SM. Ketika terjadi bencana kelaparan di Kan‘an, mereka
pergi mencari makan ke Neasir, yang memiliki persediaan makanan yang cukup berkat peran
serta Yusuf. Karena kedudukan Yusuf yang tinggi di Dinasti Hyksos, Mesir, seluruh anggota
keluarga Yakub diterima dengan baik di Mesir dan bahkan diberi lahan pertanian di bagian
timur laut Mesir. Pada akhirnya keseluruh Bangsa Israel, tanpa memandang warga negara
atau tanah airnya, disebut juga sebagai orang-orang Yahudi dan begitu pula semua pemeluk
agamanya disebut dengan nama yang sama pula.

C. Hakikat Yahudi

Kitab pegangan kaum Yahudi menuturkan, Tuhan telah membuat perjanjian dengan
Abraham bahwa dia dan cucu-cicitnya akan diberi rahmat apabila mereka selalu beriman
kepada-Nya. Perjanjian ini diulangi oleh Ishak dan Yakub. Karena Ishak dan Yakub yang
menurunkan Yahudi, maka mereka meyakini bahwa merekalah bangsa yang terpilih. Penganut
Yahudi dipilih untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab khusus, seperti
mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan beriman kepada Tuhan. Sebagai balasannya,
mereka akan menerima cinta serta perlindungan Tuhan. Tuhan kemudian menganugerahkan
mereka Sepuluh Perintah-Nya melalui pemimpin mereka, Musa. Pusat masyarakat serta
keagamaan yang utama dalam agama Yahudi disebut Sinagoga, dan mereka yang pakar dalam

37

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

hal-hal keagamaan disebut Rabbi. Yahudi memiliki beberapa nama yang berbeda tapi
mengandung satu kata yang mengacu kepada Israel:

1. Yahudi, nama ini diambil dari seorang anak Ya‘qub, yaitu Yehuda.
2. Ibrani, bermakna pengembara atau orang yang mengembara di sekitar sungai Eufrat.
3. Israel, yakni keturunan dari Ya‘qub. Sedang kata Israel itu sendiri bermakna hamba Tuhan.
4. Zionisme, nisbah ke gunung Zion. Saat ini Yahudi dan Zionisme dua kata yang tidak dapat

dipisahkan karena peranan politik keduanya dalam mendirikan negara Israel Raya yang
meliputi perbatasan teritorial sungai Eufrat (Iraq) hingga sungai Nil (Mesir).

D. Asal-Usul dan Sejarah Yahudi

Kata Yahudi diambil dari salah satu marga dalam dua belas leluhur Suku Israel yang
paling banyak keturunannya, yakni Yahuda. Tapi di kemudian hari keseluruh Bangsa Israel,
tanpa memandang warga negara atau tanah airnya, disebut juga sebagai Yahudi, begitupula
dengan keseluruh penganut ajarannya. Agama/bangsa yahudi diperoleh dari Ibrahim a.s.,
melalui jalur keturunan anaknya Ishak. Agama Yahudi adalah agama yang dibangsakan
kepada bangsa Yahudi yang menjadi penganut kepada agama ini. Menurut alur Al-Kitab asal
usul bangsa Yahudi adalah keturunan salah satu cabang ras Semitik kuno yang berbahasa
Ibrani (kejadian 10:1, 21-32; 1), (tawarikh 1:17-28, 34; 2:1,2). Hampir 4000 tahun yang lalu,
Ibrahim nenek moyang mereka beremigrasi dari kota besar Ur Kasdim yang sangat makmur di
Sumeria ke negeri Kana‘an. Darinya garis keturunan orang Yahudi dimulai dengan Ishak
putranya dan Yakub cucunya, yang namanya diubah menjadi Israel (kejadian 32:27-29). Nabi
Ya‘kub menikah dengan dua orang sepupunya (dari sebelah ibu), yaitu Liah dan Rahil,
kemudian menikah lagi dengan Zilfah, jariah Liah, dan Bilhah, jariah Rahil. Dari keempat
isterinya, ia mendapatkan 12 putra, yang menjadi pendiri 12 suku, di antaranya ialah:

1. Dari Lea/Liah melahirkan: Ruben/Raubin, Simeon/Syam‘un, Lewi/Lawi (dari
keturunannya lahir Nabi Musa), Yehuda/Yahuza (dari namanya diambil nama ‗Yahudi‘),
Isakhar/Yassakir, dan Zebulon/Zabulun.

2. Dari Rahel/Rahil melahirkan: Yusuf dan Benyamin.
3. Dari Zilpa/Zilfah melahirkan: Gad/Jad dan Asyer/Asyir.
4. Dari Bilha/Bilhah melahirkan Dan dan Naftali.

Dari salah satu anak Yakub dari istri Lea/Liah yang bernama Yehuda/Yahuza, itulah istilah
Yahudi dinisbahkan.

Di antara garis keturunan tersebut, untuk bangsa Yahudi, Musa as mendapat tempat yang
sangat istimewa meskipun Isa juga diutus untuk bangsa Israel. Musa diyakini memenuhi
peranan penting sebagai perantara perjanjian Taurat yang Allah berikan kepada Israel, selain
sebagai nabi, hakim, pemimpin dan sejarawan (Keluaran 2:1-3:22).

Agama Yahudi percaya pada keesaan Tuhan secara absolut (monoteis) dan menganggap
Allah turun tangan dalam sejarah manusia, khususnya berkenaan dengan orang Yahudi.
Ibadat bangsa Yahudi menyangkut beberapa perayaan tahunan dan berbagai kebisaaan, yaitu

38

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

doa berdasarkan kitab Ulangan 6:4, yang merupakan bagian terpenting ibadah sinagoge:
―Dengarlah, Hai bangsa Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa―.

Pada mulanya Nabi Musa as mengajarkan tentang ada dan Esa-Nya Allah. Tapi ajaran
murni ini akhirnya berubah karena sifat ―exclusive nasionalistic‖ penganutnya. Perubahan
tersebut dapat dilihat dari sumber prinsipil Syahadat mereka ―Schema Yisrael, Adonai
alaheynu Adonai achud‖ Ulangan: yang didalam pelaksanaannya rasa kebangsaan diatas
segalanya sehingga keesaan Allah sendiri menjadi kabur. Ajarannya disebut ―Yudaisme‖
karena bersifat ke-bangsa-an dan khusus untuk bangsa Yahudi atau Bani Israil, yaitu ajaran
yang berasal dari agama yang diturunkan Allah untuk bani Israil dengan perantaraan utusan-
Nya yaitu Musa as Kitab sucinya dinamakan Thaurat (wasiat lama) yang aslinya tidak
ditemukan lagi sekarang.

E. Pokok Ajaran Yahudi

Kitab suci pedoman Yahudi yang sebenarnya adalah Taurat. Di dalamnya terdapat
sepuluh wasiat, yaitu:

2. Janganlah kamu menyembah selain Allah
3. Janganlah kamu menyembah berhala
4. Janganlah menyebut nama Allah dengan bermain-main (bersenda gurau)
5. Hendaklah memuliakan hari sabtu sebagai hari Tuhan
6. Hendaklah memuliakan ayah dan ibu
7. Janganlah membunuh sesama manusia
8. Janganlah berzina
9. Janganlah mencuri
10. Janganlah bersaksi palsu
11. Jangan mengingini istri dan hak orang lain

F. Kepercayaan Yahudi

Kaum Yahudi mengimani wujudnya Tuhan yang Maha Esa (YHWH), pencipta dunia
yang menyelamatkan Bani Israil dari penindasan di Mesir, menurunkan undang-undang
YHWH (Torah) kepada mereka dan memilih mereka sebagai cahaya kepada manusia sejagat.

Penganut Yahudi percaya YHWH telah membuat perjanjian dengan Nabi Ibrahim bahawa
beliau dan cucu-cicitnya akan diberi berkat sekiranya mereka kekal beriman kepada YHWH.
Perjanjian ini kemudian diulangi oleh nabi-nabi Ishak dan Yakub, kakek dan ayah mereka.
Mereka berkeyakinan banhwa merekalah bangsa pilihan (Chosen One). Penganut Yahudi
dipilih untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab khas, seperti mewujudkan masyarakat
yang adil dan saksama dan berkhidmat kepada Tuhan. Sebagai balasan mereka akan menerima
kecintaan serta perlindungan YHWH. YHWH menganugerahkan mereka sepuluh perintah
melalui ketua mereka Nabi Musa.

Ajaran Yudaisme tidak menyebut adanya hari kiamat, akhirat, siksaan pada hari akhirat
dan pembalasan dalam bentuk pahala. Mereka tidak membicarakan keselamatan pribadi
penganut-penganut ajaran mereka. Kepada mereka selalu diindoktrinasikan adanya kejayaan

39

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

yang abadi di palestina sebagai negara yang dijanjikan Tuhan bagi minoritas Yahudi, satu-
satunya umat yang mewarisi bumi Tuhan (Palestina) sebagai umat yang terpilih.

G. Konsep Ketuhanan dalam Yahudi

Yahudi adalah salah satu agama yang mengklaim dirinya Monotheisme, yaitu mengakui
hanya satu Tuhan Yang disembah. Tapi mereka tergolong kaum musyabbihah, yaitu kaum
yang menyerupakan Allah dengan makhluk. Dalam Taurat pada Kitab Kejadian Pasal I:
―Allah berkata:‖ Kami telah membuat manusia berdasarkan bentuk Kami, seperti serupaan
dari Kami‖. Apa yang bisa terjadi pada manusia, bisa pula terjadi pada Allah. Bahkan dalam
keyakinan orang-orang Yahudi, Allah bisa mengalami kelelahan dan kecapaian sehingga harus
beristirahat. Disebut dalam Taurat pada Kitab Kejadian Pasal II: ―Allah menyelesaikan
pekerjaan yang Dia kerjakan pada hari yang ke-7, kemudian Dia beristirahat di hari ke-7 dari
seluruh pekerjaan yang Dia ker jakan‖. Bahkan tidak hanya meyakini keserupaan Allah
dengan makhluk, mereka pun mensifati Allah ta‘ala dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi
Allah, seperti: kikir, miskin, bisa diperdaya dan lain-lain. Sebagaimana diberitakan oleh Allah

ta‘ala:ْ ‫( وقبنج ْانيهىد ْيذ ْالله ْيغهىنت‬Orang-orang Yahudi berkata: Tangan Allah

terbelenggu (yakni kikir). (QS Al-Maidah/5: 64).

Ibnu ‗Abbas berkata:

ْ‫ ْحعبنً ْالله ْعًب‬,ِ‫ ْبخيم ْأيسك ْيب ْعُذ‬:ٌ‫لا ْيعُىٌ ْبذنك ْأٌ ْيذ ْالله ْيىثقت ْونكٍ ْيقىنى‬
‫يقىنىٌْعهىاْكبيزا‬

{Mereka tidak memaksudkan dengan kata mereka itu bahwa tangan Allah terikat, tapi mereka
akan mengatakan:” Kikir, menahan apa yang ada di sisi-Nya. Maha tinggi Allah dari apa
yang mereka katakan dengan ketinggian yang besar}.

Demikian pula tafsir dari ‗Ikrimah, Qotadah, As-Sudi, Mujahid, Adh-Dhohhak dan lain-
lainnya. Maka Allah pun membantah ucapan mereka:

‫غهجْأيذيهىْوْنعُىاْبًبْقبنىاْبمْيذاِْيبسىطخبٌْيُفقْكيفْيشبء‬

{Tangan mereka itu sebenarnya yang terbelenggu, dan mereka dilaknat atas apa yang mereka
telah katakan. Bahkan kedua tangan-Nya terbentang, Dia menafkahkan sebagaimana yang
Dia kehendaki. (QS Al-Maidah/5: 64).

Ibnu Jarir Ath-Thobari berkata: ―Ayat ini dan ayat setelahnya turun berkenaan dengan
sebagian orang Yahudi yang ada pada zaman Nabi. Mereka mengatakan demikian karena
Allah memerintakan manusia untuk berinfaq. Lalu muncullah anggapan jelek orang-orang
Yahudi yang kikir, bahwa Allah itu miskin, butuh kepada harta manusia. Ini adalah alasan
untuk menolak berinfaq, dan lebih jauh lagi alasan untuk menolak masuk ke dalam Islam.
Begitulah orang-orang Yahudi yang tidak hanya menyamakan Allah dengan makhluk, tapi
juga mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak, bahkan menghina Allah ta‘ala.

Tapi pada saat yang sama, mereka mengaku sebagai kekasih Allah. Al-Qur‘an

menyebutkan: ِ‫{ وقبنجْانيهىدْوانُصبريَْحٍْأبُبءْاللهْوأحببؤ‬Orang-orang Yahudi

41

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

dan Nashrani berkata: Kami adalah anak-anak Allah dam kekasih-kekasih-Nya. (QS Al-
Maidah/5: 18)}.

Berlebihan lagi mereka menyakini bahwa mereka tercipta dari unsur-unsur Allah
sedangkan manusia selain mereka berasal dari tanah setan atau tanah najis. Karena itu mereka
menganggap dirinya bangsa pilihan yang layak memimpin dunia, sedangkan bangsa lain
diyakini sebagai ras budak yang harus mengabdi kepada mereka.

Dalam kondisi demikian, mereka yakin bakal masuk surga. Allah berfirman:

‫وقبنىاْنٍْيذخمْانجُتْإلاْيٍْكبٌْهىداْأوَْصبري‬

{mereka berkata: Tidak akan pernah bisa masuk surga kecuali orang-orang yang beragama
Yahudi pada Nashrani. (QS Al-Baqoroh/2: 111). Maka Allah pun membantah mereka dengan
firman-Nya:

ٍ‫حهكْأيبَيهىْقمْهبحىاْبزهبَكىْإٌْكُخىْصبدقي‬

{Itulah angan-angan kosong mereka. Katakanlah: Datangkanlah bukti ucapan kalian kalau
memang kalian benar. (QS Al-Baqoroh/2: 111). Dalam ayat yang lain Allah menyatakan:

ْ‫قمْإٌْكبَجْنكىْانذارْالآخزةْعُذْاللهْخبنصتْيٍْدوٌْانُبصْفخًُىاْانًىثْإٌْكُخى‬
.ٍ‫صبدقيٍْونٍْيخًُىِْأبذاْبًبْقذيجْأيذيهىْواللهْعهيىْببنظبنًي‬

{Katakanlah: Jika khusus hanya untuk kalian saja negeri Akhirat yang ada di sisi Allah,
bukan untuk manusia yang lain, maka inginkanlah kematian bila kalian memang orang-orang
yang benar! Mereka sekali-kali tidak akan pernah menginginkan kematian itu selama-
lamanya karena kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat, dan Allah Maha
Mengetahui terhadap orang-orang yang berbuatan zhalim. (QS Al-Baqoroh/2: 94 – 95)}.

Kaum Yahudi juga meyakini bahwa Allah memiliki anak, yaitu Uzair (Ezra). Uzair adalah
seorang sholih yang hafal kitab Taurat, kemudian Allah mematikannya selama 100
tahun. Ketika diaktifkan kembali setelah kematiannya itu, kitab Taurat telah hancur karena
serbuan dari Bukhtunshir. Maka Ezra membawa bukti akan keberadaan dirinya dengan
menampilkan hafalan Tauratnya, lalu mereka meyakini Uzair sebagai anak Allah, dan mereka
pun menyembahnya. Uzair datang kepada mereka membawa Taurat dalam bentuk kitab maka
ia diyakini sebagai Rosul utusan Allah, sedangkan Uzair datang membawa Taurat dengan
tanpa kitab, yaitu hanya dengan hafalannya, maka Uzair lebih tinggi kedudukannya daripada
Musa. Ketika itulah orang-orang Yahudi mengkultuskannya dengan anggapan, kalau Musa
bukan nabi.

H. Nabi-Nabi dalam Yahudi

Setiap bangsa yang beragama pasti mempunyai nabi yang mereka unggulkan, tak
terkecuali orang Yahudi. Adapun nabi-nabi mereka adalah:

1. Nabi Habakuk; nabi dalam Alkitab dan Tanakh yang diyakini sebagai pengawal di Bait suci
Salomo

2. Nabi Hagai; seorang nabi yang hidup pada masa sejarah Yahudi yang pelayanannya
dimulai setelah kepulangan dari pembuangan di Babel

41

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

3. Nabi Hosea; nabi yang menubuatkan kehancuran tapi dibalik pesan kehancurannya terdapat
janji pemulihan.

4. Nabi Maleakhi; nabi dalam Alkitab dan Tanakh yang merupakan nabi terakhir
5. Nabi Mikha; nabi yang terdapat dalam kitab suci Ibrani (Perjanjian Lama)
6. Nabi Obaja; nabi yang menulis kitab paling ringkas dalam Perjanjian Lama
7. Nabi Yoel, Zakharia, Yehezkiel, Zaefanya; merupakan nabi-nabi yang berasal dari

keturunan Imam34

I. Kitab dan Teks Utama Sumber Ajaran Yahudi

Sumber ajaran Yahudi disebutkan sbb:

1. Perjanjian Lama (Torah). Perjanjian Lama ini dikenal dengan Lima Kitab Musa. Perjanjian
Lama berisi tiga puluh sembilan kitab. Dinamakan dengan Perjanjian Lama karena pada
masa Kristen nama ini untuk membedakan dengan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama ini
adalah sumber tertulis Yahudi. Mereka pun memiliki beberapa sumber lisan, seperti:
Talmud dan Protokolat. Bagian isi Perjanjian Lama.

a. Lima Kitab Musa bisaa dikenal dengan Peutantech. Menurut beberapa sekte Yahudi
kitab ini adalah Torah yang original.

b. Kitab Sejarah, berisi tentang sejarah Yahudi atau orang Israel baik secara bangsa
maupun kerajaan.

c. Kitab Pujian, berisi doa-doa dan pujian.
d. Kitab Para Nabi, berisi tentang kisah dan cerita para nabi dari bangsa Israel.

Pada awalnya Torah ini masih dalam keadaan berserakan selama berabad-abad. Atas
usaha 70 Rabbi Yahudi dalam masa seratus tahun mereka mengumpulkannya menjadi satu
kitab. Lembaran-lembaran itu dikumpulkan dari pemeluk ajaran Yahudi yang tidak
mengerti bahasa Ibrani, Bahasa ibu agama Yahudi. Hasil dari pengumpulan Torah itu
membuat beberapa sekte Yahudi ada yang pro dan kontra. Akibatnya Torah (Perjanjian
Lama) memiliki dua versi. Torah versi Ibrani mencakup 39 kitab. Sedangkan Torah versi
Samiri hanya mengakui Lima Kitab Musa saja (Peutantech).

2. Talmud, dalam bahasa Ibrani bermakna pelajaran. Yakni pelajaran agama Yahudi yang
diajarkan oleh para Rabbi kepada bangsa Israel. Talmud mengajarkan tentang sopan santun
keyahudian, penafsiran Torah, keyakinan, pengetahuan, serta adat dan budaya khusus bagi
penganut Yahudi. Para Rabbi telah menjabarkan dan melengkapi Talmud ini. Atas usaha
mereka Talmud telah terbukukan. Dikatakan, Talmud hanya ada tiga di seluruh dunia dan
hanya orang tertentu yang dapat melihat serta mempelajarinya.

3. Protokolat, berisi rencana-rencana Yahudi yang dibuat oleh sekelompok bangsawan Israel.
Terdiri dari 24 protokolat. Inti protokolat ini adalah rencana Yahudi dan pengaruhnya ke
seluruh dunia sekaligus wujud ide mendirikan kerajaan Sulaiman (Israel sekarang) yang
membentang dari sungai Eufrat hingga sungai Nil. Sejumlah ilmuwan Muslim meragukan
kebenaran isi protokolat ini. Abdul Wahab Al-Masiriy misalnya, dia memberikan alasan

42

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

penolakan kebenaran Protokolat tersebut. Jika Protokolat ini adalah dokumen rahasia
yahudi kenapa menggunakan bahasa Rusia, bukan memakai bahasa Ibrani. Sebagaimana
diketahui, bahasa Ibrani adalah bahasa khusus bagi ajaran Yahudi dan tidak banyak non-
Yahudi yang memahami bahasa tersebut. Alasan lain untuk meragukan kebenaran
Protokolat ini adalah banyak di dalamnya penggunaan istilah-istilah dari non-Yahudi yang
sangat sulit dipahami bagi Yahudi itu sendiri.

4. Kaballah, dari bahasa Ibrani yang bermakna tradisi. Kaballah ini mengajarkan tentang
permulaan terciptanya alam dan keakhirannya, juga membahas masalah ruh, perdukunan,
dan sihir.

J. Ritual dan Hari-hari Keagamaan

1. Ritual dan upacara agama

a. Sembahyang dan doa: Mereka melakukan sembahyang sehari tiga kali secara
berjamaah dengan menghadap kiblat mereka, baitul muqaddas. Mereka juga mendirikan
sinagog-sinagog sebagai pusat mengajarkan agama.

b. Puasa: Mereka diwajibkan puasa pada hari kesepuluh pada setiap bulan ketujuh serta
melakukan puasa-puasa khusus, setiap ada musibah atau bencana yang menimpa Bani
Israil.

c. Qurban: Penyembelihan binatang pada mazbah (tempat penyembelihan yang tirdiri dari
dua belas Thiang). Adapun macam-macam kurban adalah:
1). Korban pengampunan dari dosa dan kesalahan
2). Korban kebaktian sebagai tanda rasa syukur
3). Korban penyucian setelah terkena najis
4). Korban hasil ternak
5). Memberikan sepersepuluh dari hasil pertanian.

d. Berkhitan: Mengkhitankan anak laki-laki pada hari kedelapan setelah kelahiran dan
bagi orang yang hendak masuk agama israil.

e. Upacara paskah
f. Hari peringatan ke luar dari negeri mesir.
g. Pantekosta (upacara hari ke lima puluh)
h. Perayaan hari kelima puluh setelah hari paskah atau dapat dibilang sebagai hari

sesudahtujuh kali jum‘at atau tujuh minggu.
i. Pencucian: Dalam agama israil waktu ketujuh, yaitu:

1). Hari sabtu, semua pekerjaan diliburkan, diadakan perhimpunan suci.
2). Bulan ketujuh, diadakan hari pengampunan besar.
3). Tahun ketujuh, piutang tidak boleh ditagih, tanah tidak boleh digarap.

j. Pesta purim, yang diadakan tanggal 14 dan 15 bulan Adar (Maret), sebagai tanda
bersyukur pulang kembali dari pembuangan Babilon

k. Pemulihan Baitilmuqaddas, pada tanggal 25 kislef (Desember)

43

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

l. Pemulihan dan pembersihan Bait oleh Yudas orang Mokkabi pada tahun 165 SM,
setelah dirusak dan dikotori oleh orang-orang Assiria

m. Pengangkatan Herudus menjadi raja muda bangsa Yahudi di Palestina serta
memperbesar dan memperluas bangunan baitulmuqaddas

2. Hari-hari keagamaan

Peribadahan mereka dilakukan terutama pada hari sabtu mulai terbit fajar sampai
terbenam matahari. Segala pekerjaan tangan seperti menyalakan lampu, memadamkan api
dan lain-lainnya terlarang pada hari tersebut. Pelanggaran terhadap ketentuan di atas
diberikan ancaman keras. Mereka dianjurkan berjamaah dan minimal 10 orang dan
dilakukan tiga kali sehari. Sebelum shalat mereka bersuci dan mengambil wudhu. Di dalam
shalat mereka diharuskan memakai penutup kepala. Puasa mereka dilakukan pada hari-hari
tertentu, seperti ―Yom Kippur‖ selama 24 jam, tanggal 10 bulan Tishri dan setiap hari senin
dan Kamis. Di dalam kitab Imamat orang Lewi Thaurat/10: 9,11, minuman yang
memabukkan terlarang untuk setiap penganut ajaran Yudaisme.

Hari Sabtu merupakan hari utama yang dipanggil hari Sabbat. Antara waktu senja
Jumaat sehingga senja hari Sabtu mereka akan menyalakan lilin dan memberkati wain serta
roti Khallah untuk disantap. Di samping Sabat, hari besar yang lain termasuk Rosh
Hashanah (Tahun Baru) dan Yom Kippur (Hari Penerimaan Tobat). Keluarga merupakan
unit yang utama dalam agama ini dan penganutnya yang setia akan melakukan sembahyang
3 waktu setiap hari iaitu shakharit (subuh), Minkha (zohor) dan Ma‘ariv (maghrib). Hari
tersebut adalah dilarang bekerja dan terdapat pelbagai larangan lain yang perlu diikuti
untuk menghormati hari Sabbat. Antara perayaan Yahudi ialah Rash Hashanah (Tahun
Baru) dan Yom Kippur (Hari Kifarah Dosa). Perayaan-perayaan lain dalam agama Yahudi
ialah Pesakh (Hari Pembebasan Bani Israel dari Mesir), Shavuot (Hari Nuzul Taurat).
Perayaan kecil pula ialah Hanukkah (Pesta Cahaya) dan Purim iaitu hari memperingati
pahlawan-pahlawan Yahudi.

K. Adat dan Undang-Undang dalam Yahudi

Kebanyakan penganut Yahudi mengikuti Undang-undang pemakanan yang termaktub di
dalam Torah yang melarang campuran susu dengan daging atau makanan yang berasaskan
keduanya. Daging babi, keldai, kuda, arnab dan makanan laut bercengkerang seperti udang,
ketam, kerang dan sotong juga adalah terlarang dalam agama Yahudi. Makanan yang
disediakan menurut undang-undang tersebut serta daging yang disembelih oleh pihak Rabbi
dipanggil Kosher. Budak-budak lelaki juga dikhatankan (sewaktu umur 8 hari) selaras dengan
perjanjian Nabi Ibrahim dengan YHVH. Dan apabila seorang budak lelaki mencapai umur
kematangan iaitu 13 tahun, dia akan dirayakan kerana menjadi ahli masyarakat Yahudi dalam
upacara yang dinamakan Bar Mitzvah.

L. Golongan-golongan Yahudi

Dari sinilah bangsa Yahudi terpecah menjadi beberapa golongan, diantaranya:

44

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

1. Rabbani; suatu golongan yang terdiri dari guru-guru, juru khutbah para pendidik. Mereka
percaya pada kitab taurat dan talmut.

2. Qurra‘; golongan yang hanya mempercayai pada kitab talmut.
3. Farisi; golongan yang sering menafsirkan taurat menurut filsafat akal dan semaunya sendiri.
4. Samurah; golongan ini mempunyai kitab taurat sendiri yang tidak sama dengan taurat yang

ada dan tidak percaya pada talmut.
5. Saduki; golongan yang terdiri dari iamam-imam yang merasa terhormat dan tidak mau

bergabung dengan kalangan umum.
6. Syalha; golongan kecil yang mengutamakan jiwa ibadah dalam menafsirkan taurat.

M. Penyimpangan-Penyimpangan Kaum Yahudi

Penganut agama Yahudi hari ini mempercayai empat rukun yang telah dipindah serta
disesatkan, diantaranya:
1. Orang Yahudi menganggap mereka adalah bangsa pilihan Allah. Bangsa-bangsa lain

dianggap binatang-binatang yang dijadikan rupa manusia yang boleh mereka perlakukan
apa saja termasuk membunuhnya.
2. Orang Yahudi berhasrat mendirikan Haikal Sulaiman, kuil yang mereka dakwa pernah
didirikan oleh nabi Sulaiman dan tapak kuil itu adalah Masjidil Aqsho.
3. Orang Yahudi mau mendirikan Negara besar dunia yang berpusat di Israil dan seluruh
dunia akan tunduk kepadanya.
4. Orang Yahudi sedang menunggu Al-Masih, pemimpin Yahudi penakluk dunia.

Ф ÐŠ Ф

45

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB VIII
AGAMA KRIATEN

A. Abstrak

Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara,
wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru. Agama ini meyakini Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Mesias yang diramalkan dalam Perjanjian Lama, Juruselamat bagi
seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Pengikutnya beribadah di Gereja dan
―kitab suci‖ mereka adalah Alkitab. Murid-murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil
Kristen di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11).

Kekristenan adalah keadaan orang yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam
bahasa Yunani Hypostatis) Tuhan atau Trhitunggal. Trhitunggal dipertegas pertama kali pada
Konsili Nicea Pertama (325) yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I. Pemeluk
agama Kristen mengimani bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat, dan
memegang ajaran yang disampaikan Yesus Kristus. Dalam kepercayaan Kristen, Yesus
Kristus adalah pendiri jemaat (Gereja) dan kepemimpinan gereja yang abadi (Injil Matius).
Umat Kristen juga percaya bahwa kedatangan kedua Yesus sebagai Raja dan Hakim akan
dunia ini. Sebagaimana agama Yahudi, mereka menjunjung ajaran moral yang tertulis dalam
Sepuluh Perintah Tuhan. Kata Kristen sendiri memiliki arti ―pengikut Kristus atau ―pengikut
Yesus‖.

B. Sejarah agama Kristen

Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai tokoh utama agama ini.
Yesus lahir di kota Betlehem yang terletak di Palestina sekitar tahun 4 -8 SM, pada masa
kekuasaan Herodes Agung. Yesus lahir dari rahim seorang wanita perawan, Maria, yang
dikandung oleh Roh Kudus. Ia dibesarkan di Nazaret secara adat Yahudi. Sejak usia tiga puluh
tahun, selama tiga tahun Yesus berkhotbah dan berbuat mukjizat pada banyak orang, bersama
keduabelas muridnya. Yesus yang semakin populer dibenci oleh para pemimpin orang Yahudi,
yang kemudian berkomplot untuk penyaliban Yesus. Yesus disalib pada usia 33 tahun dan
―Kebangkitan Yesus‖ dari kubur pada hari yang ketiga setelah kematiannya. Setelah
kebangkitannya, Yesus masih tinggal di dunia selama empat puluh hari, sebelum kemudian
―Kenaikan Yesus‖ ke ―Surga‖.

1. Gereja Perdana

Setelah naiknya Yesus Kristus ke surga, rasul-rasul mulai menyebarkan ajaran Yesus,
dan sebagai hasilnya, jemaat pertama Kristen, sejumlah sekitar tiga ribu orang, dibaptis.
Tapi, pada masa-masa awal berdirinya, agama Kristen cenderung diyakini sebagai ancaman
hingga terus-menerus dikejar dan dianiaya oleh pemerintah Romawi saat itu. Banyak

46

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

pendiri gereja mula-mula yang menjadi korban kekejaman kekaisaran Romawi dengan
menjadi ―Martir‖, yaitu rela disiksa maupun dihukum mati demi mempertahankan imannya,
salah satu contohnya adalah Ignatius dari Antiokhia yang dihukum mati dengan dijadikan
makanan singa.

2. Masa kegelapan

Telah terjadi masa kegelapan (192-284), mulai dari Kaisar Commodus hingga Kaisar
DiokleThianus. Pada masa inilah orang kehilangan kepercayaan terhadap konsep balas jasa
langsung yang dianut di Paganisme, sehingga agama Kristen pun semakin diminati. Pada
tahun 313, Kaisar Konstantinus I melegalkan agama Kristen dan bahkan minta untuk
dipermandikan, dan 80 tahun setelahnya, Kaisar Theodosius melarang segala bentuk
paganisme dan menetapkan agama Kristen sebagai agama negara. Tapi Gereja juga mulai
terpecah-pecah dengan munculnya berbagai aliran ajaran sesat). Salah satu upaya untuk
menekan bid‘ah adalah dengan diadakannya Konsili Nicea I pada tahun 325 M. Konsili
Nicea mencetuskan pengakuan iman umat Kristen keseluruhan pertama kali, sebagai tanda
persatuan Kristen universal yang dibedakan dari umat-umat Kristen yang bid‘ah. Salah satu
contohnya adalah bid‘ah ―Arianisme‖, yang merupakan salah satu krisis bid‘ah terbesar
saat itu yang menjadi alasan utama diadakannya Konsili Nicea yang pertama.

3. Kristen Pada Zaman Nabi Muhammad SAW

Pada zaman Nabi Muhammad Rasul Allah SAW ada golongan yang beragama
Nashrani. Menurut Imam Ibnul Qayyim al-Jauzi dalam Hidayatu Al-Hayara fi Ajwibati Al-
Yahud wa An-Nashara, umat Nasrani pada masa Rasul Allah SAW sudah tersebar di
sebagian belahan dunia. Di Syam, hampir semua penduduknya adalah Nasrani. Adapun di
Maghrib, Mesir, Habasyah, Naubah, Jazirah, Maushil, Najran, dan lain-lain, meski tidak
semuanya, tapi mayoritas penduduknya adalah Nasrani. Terhadap mereka, Rasul Allah
SAW senantiasa melakukan Dakwah, seperti yang pernah beliau lakukan kepada Raja
Najasyi, seorang Raja Nashrani yang tinggal di Ethiopia. Rasul Allah SAW pun mengirimi
surat kepada Najasyi untuk bertauhid kepada Allah SWT. Berikut adalah pesan surat
tersebut:

―Dari Muhammad utusan Allah untuk An-Najasyi, penguasa Abyssinia (Ethiopia). Salam
bagimu, sesungguhnya aku bersyukur kepada Allah yang tidak ada Tuhan kecuali Dia,
Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang
Maha Memelihara, dan aku bersaksi bahwa Isa putra Maryam adalah ruh dari Allah yang
diciptakan dengan kalimat Nya yang disampaikan Nya kepada Maryam yang terpilih, baik
dan terpelihara. Maka ia hamil kemudian diciptakan Isa dengan tiupan ruh dari-Nya
sebagaimana diciptakan Adam dari tanah dengan tangan Nya. Sesungguhnya aku
mengajakmu ke jalan Allah. Dan aku telah sampaikan dan menasihatimu maka terimalah
nasihatku. Dan salam bagi yang mengikuti petunjuk.‖

Ketika Rasul Allah SAW menulis surat kepada Raja Najasyi untuk menjadi seorang
muslim, maka Raja Najasyi mengambil surat itu, beliau lalu meletakkan ke wajahnya dan
turun dari singgasana. Beliau masuk Islam melalui Ja‘far bin Abi Tholib radiyallahu ‗anhu.

47

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Tapi Rasul Allah SAW juga pernah melakukan perperangan terhadap kaum Nashrani.
Hal ini bermula ketika salah satu surat beliau telah dibawa oleh Harits bin Umair r.a. yang
akan diberikan kepada Raja Bushra yang Nashrani. Ketika sampai di Mu‘tah, maka
Syarahbil Ghassani yang ketika itu menjadi salah seorang hakim kaisar telah membunuh
utusan Rasul Allah SAW. Membunuh utusan, menurut aturan siapa saja, adalah suatu
kesalahan besar. Rasul Allah SAW sangat marah atas kejadian itu. Maka Rasul Allah SAW
menyiapkan pasukan sebanyak tiga ribu orang. Zaid bin Haritsah ra. dipilih menjadi
pemimpin pasukan tersebut. Rasul Allah SAW bersabda, ―Jika ia mati syahid dalam
peperangan, maka Ja‘far bin Abi Thalib ra. menggantinya sebagai pemimpin pasukan. Jika
ia juga mati syahid, maka penlimpin pasukan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah ra.
Jika ia juga mati syahid, maka terserah kaum muslim untuk memilih siapa pemimpinnya‖.
Allahua‘lam.

4. Sejarah Kristen di Indonesia

Sejarah agama Kristen di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 zona waktu: Sebelum

kolonialisme Belanda, Saat kolonialisme Belanda, Setelah kolonialisme Belanda.

a. Sebelum Kolonialisme Belanda

Agama Katolik masuk pertama ke Indonesia pada bagian pertama abad ke-7 di

Sumatra Utara. Kota Barus yang dahulu disebut sebagai negeri Bancluur/Fansur dan saat

ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman

umat Katolik tertua di Indonesia.

b. Pada Masa Kolonialisme Belanda

Kristen Katolik masuk kedua di Indonesia bersama bangsa Portugis, dan diikuti
bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma tiba di tahun 1534, di
kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus
Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan
Maluku pada tahun 1546-1547. Tapi ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605,
Belanda mengusir para Misionaris Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari
aliran Calvinist Dutch Reformed Church), dengan ajaran Calvinisme dan Lutheran.

Perkembangan Kristen di Indonesia saat itu cukup lambat, karena ajaran Kalvinisme
memerlukan pemahaman Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab berbahasa
Indonesia belum ada. Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda saat itu merupakan
perusahaan sekuler dan tidak cukup religius. Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam
pada tahun 1799, orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak
memaksa, mulai memanfaatkan perizinan Belanda untuk mulai menyebarkan agama di
antara orang Batak di Sumatera tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari aliran
Rhenish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah.

48

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

c. Setelah kolonialisme Belanda

Pada abad ke-20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Kristen dan Katolik
mulai berkembang pesat. Pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan kekuasaan Presiden
Soekarno kepada Presiden Soeharto, saat itu, Komunisme (dan Atheisme) merupakan
hal yang dilarang oleh pemerintah, di saat itulah, gereja dari berbagai aliran mengalami
pertumbuhan jemaat yang pesat. Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak
misionaris dari Amerika menyebarkan aliran Evangelican dan Pantekosta. Aliran yang
sering disebut ―Karismatik‖ ini merupakan aliran yang diyakini ―modern‖ karena
menggabungkan antara Kristen tradisional dengan pola pikir modern pada zaman ini.

C. Perpecahan (Reformasi Protestan dan Kontra Reformasi)

Telah terjadi penyalahgunaan ajaran Gereja, diawali dengan penjualan surat ―Indulgensi‖
oleh gereja kepada masyarakat. Praktik ini jelas bertentangan dengan ajaran iman Gereja
Katolik. Martin Luther, seorang Rahib, memutuskan untuk melakukan pembaharuan melalui
pemberontakan terhadap Gereja Katolik dengan menempelkan 95 Dalil Luther di pintu Gereja
Kastil di Wittenberg, Jerman, 31 Oktober 1517, dan membangun gereja baru.

Ignatius Loyola, pendiri ordo Yesuit dalam Gereja Katolik, juga berusaha melakukan
pembaharuan dari dalam. Dia memberikan pendidikan teologi Kristen yang ketat kepada para
klerus, terutama dalam kepatuhan penuh pada otoritas dan ajaran Gereja, agar praktik korup
dalam Gereja berkurang dan tidak menjadi-jadi.

Terjadilah Konsili Trente, yang diadakan sebagai reaksi dari reformasi Martin Luther,
yang diyakini oleh Gereja Katolik sebagai tindakan memperparah kondisi kekristenan. Dalam
Konsili Trente, ajaran iman Gereja Katolik dipertegas (termasuk penegasan kanon Alkitab
Katolik) demi menekan dan mengurangi berbagai macam penyalahgunaan yang sewenang-
wenang dalam tubuh Gereja. Ketika Martin Luther menerjemahkan Kitab Suci menjadi bahasa
Jerman, pengikut-pengikutnya mulai memiliki pandangan yang berbeda-beda akan Kitab Suci
tersebut, lalu terjadilah pertentangan penafsiran antara umat satu dengan yang lain, salah satu
kasusnya adalah pertentangan antara denominasi Protestan reformed-nya Zwingli dan
denominasi anabaptis, reformed-nya Calvinis dengan Arminian, dan masih banyak lagi. Inilah
yang membuat agama Kristen Protestan sekarang banyak terbagi-bagi lagi menjadi
denominasi-denominasi lagi.

D. Konsep Ketuhanan dalam Kristen

Agama Nashrani atau Kristen adalah salah satu agama yang mengaku monotheisme, tapi
dalam kenyataannya polytheisme, yaitu Trinitas atau Trhitunggal.

1. Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara
bersamaan. Mereka juga yakin bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki
kesempurnaan yang sama, bahkan diyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut bersama-
sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi.

49


Click to View FlipBook Version