The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

BAHAN PEMBELAJARAN KPI SMESTER 4

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Admin Fai, 2021-03-14 06:08:45

STUDI AGAMA-AGAMA

BAHAN PEMBELAJARAN KPI SMESTER 4

Keywords: studiislam,islam

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB X
TAOISME

A. Latar belakang munculnya Taoisme

Taoisme berasal dari seorang ahli pikir Tiongkok yang terkenal dengan nama ―Lao tzu‖
(guru tua) yang diperkirakan lahir pada tahun 600 SM atau 640 SM. Beberapa sarjana
menyatakan, beliau hidup tiga abad setelah tahun tersebut, sedangkan sarjana lainnya ragu-
ragu apakah tokoh tersebut pernah benar ada. Diduga, Lao tzu hidup 50 tahun lebih dulu dari
pada Kun Fu Tse yang diperkirakan tahun 551 SM.

Lao tze dengan tekunnya mempelajari buku-buku kuno, lalu membentuk pendapatnya
sendiri tentang agama dan filsafat yang pada masa kemudian sangat menarik perhatian orang-
orang yang mempelajarinya. Pada umur 90 tahun dia meninggalkan pekerjaannya sebagai
pegawai arsip kerajaan untuk melakukan pengembaraan ke seluruh negara, guna menghindari
tindakan raja yang ia anggap kejam. Dia membeli kereta kecil yang ditarik sapi hitam untuk
menuju ke daerah Chu, tapi ketika melintasi perbatasan, penjaga perbatasan yang barnama Yin
Hse menegurnya : ―Tuan menyukai hidup sebagai pertapa, tapi tidak pernah menulis ajaran-
ajaran tuan. Sekarang tuan mau meninggalkan daerah ini, pelajaran tuan akan dilupakan orang.
Karena itu saya tidak mengijinkan tuan menyeberang sehingga tuan menulis pokok-pokok
ajaran tuan‖.

Lao Tse tertahan diperbatasan tersebut untuk menulis ajarannya dalam 5000 kata yang
terbagi 81 syair pendek, yang disebut : ―Tao Te King‖. Lao Tse menyerahkan tulisannya
kepada Yin Hse dengan menyatakan, ―inilah yang harus saya ajarkan, sekarang izinkanlah
saya meninggalkan tempat ini‖. Setelah kejadian tersebut baik La Tse maupun Yin Hse tidak
muncul-muncul lagi seolah-olah mereka tak pernah hidup, tapi bukunya ―Tao Te King‖ tetap
dipelajari orang. Menurut dugaan beberapa ahli sejarah, Lao Tse pernah ditemui oleh Kun Fu
Tse dan mengadakan perdebatan tentang ajaran-ajarannya yang sangat antusias baginya.
Menurut pendapat Prof James Legge dalam muqoddimah terjemahan buku ―Tao Te King‖,
kedua orang tersebut (Kun Fu Tse dan Lao Tse) bertemu lebih dari satu kali dan diduga bahwa
nama ―Lao Tse‖ adalah timbul dari style bahasa Kun fu Tse supaya dikenal oleh pengikut-
pengikutnya sebagai ―guru tua‖. Mereka adalah ahli pikir timur yang bertemu muka dengan
pandangan pikiran yang berbeda.

Menurut pernyataan Kun Fu Tse sendiri yang disampaikan kepada murid-muridnya
tentang pertemuan dengan Lao Tse itu adalah menunjukkan bahwa pertemuan antara keduanya
menimbulkan kemarahan atau pertentangan, karena Kun fu Tse telah mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan berat untuk memancing jawaban-jawaban dari Lao Tse sehubungan
dengan ajaran-ajarannya. Dialog antara keduanya antara lain adalah sebagai berikut:
28. Lao Tse bertanya, apa hal-hal yang menarik perhatiannya?

111

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

29. Kun Fu Tse menjawab, yang menarik perhatian dirinya ialah sejarah nenek moyang,
terutama yang tertulis dalarn kitab ―Shu King‖ (riwayat).

30. Lao Tse menyela: ―bahwa orang-orang yang kamu percakapkan itu telah lama meninggal
dan tulang-tulangnya telah menjadi abu didalam kuburan‖.

31. Kun Fu Tse mengatakan bahwa : Manusia itu menurut watak aslinya adalah baik dan
pengetahuannya dapat menjaganya untuk selalu baik‖.

32. Lao Tse: ―tapi mengapa kamu mempelajari orang-orang kuno (nenek moyang)‖?.
33. Kun: ―pengetahuan yang baru harus berdasarkan pengetahuan kuno (lama)‖.
34. Lao Tse: ―Buanglah sikap ramah tamahmu dan lemparkanlah jubahmu yang indah itu.

Orang yang bijaksana tidaklah memamerkan kekayaannya kepada mereka yang tidak tau
dan ia tidak akan dapat mempelajari keadilan dan orang-orang kuno‖.
35. Kun Fu Tse: ―Saya tau bagaimana burung terbang, bagaimana ikan berenang, bagaimana
binatang lari, dan bagaimana yang lari itu bisa juga tertangkap, ikan yang berenang itu
bisa juga terkail, burung terbang bisa juga tertembak. Tapi ada ular naga yang besar dan
saya tidak dapat menceritakan bagaimana ia menaiki angin dan dapat mengendarai awan‖.
―Saya telah bertemu dan berbicara dengan Lao Tse dan hanya dapat membandingkan dia
dengan ular naga itu‖. Lalu ia tidak berkata apapun lagi kepadanya dan berlalulah ia.

Demikianlah salah satu contoh dialog antara dua orang filsuf tersebut, yang ajaran-
ajarannya dikemudian hari besar pengaruhnya terhadap kebudayaan bangsa Tiongkok, bahkan
terhadap way of life bangsa tersebut sampai sekarang.

B. Pokok-pokok ajaran Taoisme

Ajaran-ajaran Taoisme tercantum dalam kitabnya yang terkenal dengan nama ―Tao Te‘
King‖ yang terdiri dari 25 halaman yang kemudian diberi komentar oleh pelbagai ahli filsafat
sehingga menjadi kitab yang sangat tebal. Kitab tersebut menyimpan suatu pengertian yang
ajaib (misterius) yaitu yang tersirat dalam kata ―TAO‖. Kata ini menyulitkan banyak sarjana
untuk mengartikannya. Ada yang mengartikan ―TAO‖ dengan. ― Jalan‖ atau ―Cara‖ atau
―Akal‖ dan ―Keutamaan‖ bahkan ada juga yang memberi arti sebagai ―Kata-kata suci‖ dan
sebagainya.

Taoisme merupakan ajaran falsafah yang bercorak ketimuran, terlihat dalam ajaran
tersebut pandangan hidup yang lebih menitikberatkan kepada moral individual dan sosial,
sebab ternyata di dalam ajaran tersebut terdapat pandangan prinsipil bahwa manusia harus
berbuat sesuai dengan sifat atau watak-watak yang dimiliki, yaitu: ―Tao adalah sesuatu yang
maha halus dan bilamana sesuatu itu dapat ditangkap pengertiannya maka ia bukanlah Tao
yang sebenar-benarnya‖.

Dengan gambaran sifat-sifat Tao yang demikian rumitnya itu maka manusia hanya akan
dapat menagkapnya melalui semedi (tafakur) atau pandangan dalam, sehingga ia tak dapat
diuraikan dalam untaian dan lukisan kata-kata. Untuk lebih memudahkan memahami
pengertian sifat-sifat Tao maka Tao diberi sifat sebagai berikut :

1. Tao bersifat Transendent, juga Immanent, artinya benda dalam alam kita.

111

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

2. Tao diartikan sebagai ―Jalannya Universum‖ (jagad raya) yakni merupakan norma-norma,
irama dan kekuatan pengatur alam ini. Karena itu Tao dengan pengertian ini dapat
disamakan dengan ―elan vitale‖ (kekutan dasar), dunia. alam raya (universum) harus
mengikuti jalannya yang telah ditetapkan supaya mendapatkan keseimbangan dan
kestabilan.

3. Tao berarti sebagai suatu cara agar orang mengatur hidupnya sejalan dengan yang
diperbuatnya oleh alam (universum).

Konsep Taoisme tentang hidup manusia yang paling baik adalah sikap hidup yang
tinggi nilainya yaitu sikap diam yang kreatif atau disebut ―Wuwei‖.. Dengan sikap inilah
manusia akan dapat menciptakan suatu kreasi (ciptaan) murni, sebab kreasi yang murni
hanyalah timbul dari pribadi yang bebas dari segala bentuk tekanan. Hanya dengan Wuwei
manusia dapat mencapainya. Untuk tujuan itu Taoiesme menganjurkan agar supaya jiwa
kita dibebaskan dari segala tekanan sehingga dengan demikian manusia akan dapat
memperoleh ketenangan dalam hati nuraninya sendiri. Karena itulah ―WUWEI‖ dapat
dipandang sebagai unsur kehidupan yang berada diatas segala tekanan.

Ajaran Taoisme lainnya adalah konsepsinya mengenai kenisbian semua nilai dan
sebagai imbalan dari asas ini adalah adanya persamaan dari hal yang bertentangan. Dalam
hal ini Taoisme berkaitan dengan simbolisme Cina tradisional tentang yang dan yin yang
digambarkan bahwa kutub-kutub ini menunjukkan segala pertentangan yang mendasar
dalam hidup ini : baik-jahat, aktif-pasif, positif-negatif, terang-gelap, musim panas-musim
dingin, pria-wanita, dan sebagainya. Tapi walaupun asas-asasnya berada dalam ketegangan
asas-asas itu tidak bertentangan secara mutlak. Asas-asas itu saling melengkapi dan saling
mengimbangi satu dengan lainnya. Tiap-tiapnya memasuki ayah yang lain dan
menempatkan dirinya di titik pusat dari wilayah lawannya itu. Pada akhirnya keduanya itu
menyatu dalam sebuah lingkaran yang saling melingkupi sebagai suatu perlambang dari
kesatuan terakhir dari Tao. Karena selalu berputar dan bertukar tempat hal-hal yang
berlawanan hanya merupakan suatu tahap dari suatu roda yang sedang berputar.

C. Perkembangan Ajaran Taoisme

Kelanjutan ajaran Taoisme terletak di tangan murid-murid Lao Tse, di antaranya bernama
Chung Tse‘. Filosof Lao Tse meninggalkan sebuah kitab kecil ―Tao Te‘ King‖ yang berisi
5000 perkataan Tionghoa yang kemudian dikomentari oleh Chuang Tse menjadi 52 buah buku
tebal (yang masih ada tinggal 33 buku saja). Buku Chuang Tse menjadi terkenal dinegeri
Tiongkok dan banyak dikagumi. Tapi tulisan-tulisan Chuang Tse‘ tersebut tidak
mengambarkan ajaran Lao Tse yang murni, karena dipenuhi dengan pandangannya sendiri
yang tak tentu sejalan dengan ajaran gurunya. Setelah Chuang Tse meninggal, banyak penulis
yang melanjutkan ajaran Taoisme. Setelah Taoisme dipandang sebagai agama, faham ini
mengalami kemerosotan karena di masukkannya magic takhayul, pendewaan terhadap
kekuatan alam. Bahkan Lao Tse sendiri diperdewakan orang.

Ketka Budhisme masuk Tiongkok, Taoisme meminjam darinya faham ―reinkarnasi‖
(penitisan roh kembali), sehingga Lao Tse diyakini sebagai titisan dewa Budha. Setelah itu

112

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

didirikanlah banyak kuil di seluruh Tiongkok diciptakan juga upacara-upacara dan kurban-
kurban dan sebagainya untuk memuja Lao Tse dan roh-roh halus. Terjadilah percampuran
antara Taoisme dan Budhisme.

Bertambah sulit lagi dibedakan setelah Kunfusianisme bercampur dengan kedua faham
tersebut. Pendapat Prof. James Legge ahli purbakala Cina (ahli sinologi) mengatakan babwa
lebih dari 1000 tahun, ―3 agama‖ telah terbentuk di Tiongkok yaitu Kunfusianisme, Taoisme
dan Budhisme; bahkan menurut Prof. H. C Bleeker, Taoisme menjadi agama berhala
sebagaimana agama Hindu atau agama nasrari. Persekutuan tersebut timbul pada masa dinasti
Han (221 Masehi) yang didalamnya terdapat pemujaan terhadap orang-orang suci Taoisme
dan dewa-dewa, disertai kurban-kurban dan upacara suci.

D. Penutup

Tampaklah bahwa agama rakyat merupakan sistem kepercayaan dan peribadatan yang
benar-benar hidup di kalangan rakyat Jepang dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan mereka seperti yang terlihat dalam kegiatan-kegiatan keluarga, rukun tetangga dan
hari-hari libur nasional Jepang. Dalam kehidupan masyarakat Jepang modern yang termuat
dalam laporan hasil penelitian yang diberi judul Nihonjin-no-kokuminsei (sifat nasional
Jepang), maka pemujaan terhadap arwah nenek moyang menempati kedudukan utama (77%,
di antaranya 2.254 orang yang tersebar di seluruh negeri Jepang).

ф Њ ф

113

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB XI
AGAMA SHINTO

A. Abstrak

Agama asli Jepang adalah Shinto. Ia memiliki sifat yang cukup unik. Proses terbentuknya,
bentuk-bentuk upacara keagamaannya maupun ajaran-ajarannya memperlihatkan
perkembangan yang sangat ruwet. Banyak istilah-istilah dalam agama Shinto yang sukar dialih
bahasakan dengan tepat ke dalam bahasa lainnya. Kata-kata Shinto sendiri sebenarnya berasal
dari bahasa China yang berarti ―jalan para dewa‖, ―pemujaan para dewa‖, ―pengajaran para
dewa‖, atau ―agama para dewa‖. Dan nama Shinto itu sendiri baru dipergunakan untuk
pertama kalinya untuk menyebut agama asli bangsa Jepang itu ketika agama Buddha dan
agama konfusius (Tiongkok) sudah memasuki Jepang pada abad keenam masehi.Dari masa
Restorasi Meiji hingga akhir Perang Dunia II, Shinto adalah agama resmi di Jepang.

B. Pengertian Shinto ( 神道 )

Shintō, secara harfiah bermakna ―jalan/jalur dewa‖). Agama Shinto melibatkan
penyembahan Kami, yang bisa diterjemahkan sebagai dewa, roh alam, atau sekedar kehadiran
spiritual. Sebagian Kami berasal dari daerah setempat dan bisa diyakini sebagai roh yang
mewakili daerah tersebut, tapi Kami lainnya mewakili benda-benda dan proses alami utama,
misalnya Amaterasu, sang dewi matahari. Shinto mulai dikenal pada periode Yayoi (300 SM).
Ada juga yang mengatakan sekitar 500 SM yang awalnya dari proses ―campuran amorf
penyembahan alam, kultus kesuburan, teknik ramalan, pemujaan pahlawan, dan perdukunan‖.

Shinto adalah kata majemuk dari ―Shin‖ dan ―To‖. Arti kata ―Shin‖ adalah ―roh‖ dan
―To‖ adalah ―jalan‖. Jadi ―Shinto‖ mempunyai arti ―jalannya roh‖, baik roh-roh orang yang
telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata ―To‖ berdekatan dengan kata ―Tao‖
dalam taoisme yang berarti ―jalannya Dewa‖ atau ―jalannya bumi dan langit‖. Sedang kata
―Shin‖ atau ―Shen‖ identik dengan kata ―Yin‖ dalam taoisme yang berarti gelap, basah,
negatif dan sebagainya ; lawan dari kata ―Yang‖. Kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi
faham dari Tiongkok. Sedangkan Shintoisme adalah faham yang khusus dianut bangsa Jepang.
Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek
moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus
menaati ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahnya.

Shinto adalah agama asli di Jepang pada masa lampau, dan kini dilakukan banyak
modifikasi terutama karena pengaruh ajaran Buddha dan Konghucu. Shinto kini lebih banyak
diperingati dalam kerangka ritual dan festival-festival keagamaan. Tempat pemujaan Shinto
disebut ―Shrines‖ (Tempat Suci) sedangkan untuk agama Buddha disebut ―Temple‖ (Kuil).
Shinto sudah dipuja dan dikenal oleh orang Jepang lama sebelum kedatangan ajaran Buddha

114

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

yang masuk melalui China dan Korea pada abad ke-enam. Sekarang ―Tempat Suci
Shinto‖ banyak ditemukan dalam Kuil Buddha, sebuah integrasi yang luar bisaa, hingga
banyak terdapat dewa-dewi Shinto yang masuk sebagai dewa-dewi Agama Buddha dan
sebaliknya.

Di Indonesia pun terjadi penyatuan ajaran Konghucu, Tao dan Buddha dalam satu
kesatuan seperti di dalam kelenteng-kelenteng Konghucu. Para dewa-dewi Shinto disebut
―Kami‖, juga terdapat dalam Gohonzon. Adapun beberapa dewa-dewi, mahkluk gaib, roh-roh,
setan yang dipuja dalam Shinto antara lain: Naga (mahkluk berupa ular), Dosojin, Ebisu (salah
satu dewa keberuntungan Jepang), Dewa Hachiman, Henge, Kappa, Kitsune, Oinari (Roh
Srigala), Shishi (Singa), Su-ling (Empat Binatang Pelindung), Tanuki (Sejenis Dewa Anjing),
dan Tengu. Pada intinya konsep Shinto adalah pemujaan kepada para dewa, jiwa para leluhur,
jiwa para binatang, para dewa pelindung keluarga, dan jiwa alam (5 unsur).

Kamus Shinto Populer menjabarkan bahwa ‗Kami‘ bisa mengacu kepada keagungan,
kekeramatan, spiritual, dan keajaiban dari sifat atau energi dari suatu tempat, dan benda,
mahkluk gaib dari mitologi lokal maupun kerajaan, roh-roh dari alam dan tempat, para
pahlawan yang dipuja, leluhur, penguasa, dan negarawan‖. Di Jepang, sebuah teori bernama
‗Honji-Suijaku‘ diciptakan untuk menjelaskan hubungan antara Kami dari Shinto dan para
buddha dan bodhisattva dari Buddhisme. Istilah tersebut memiliki arti ―inti hakekat mendasar
dan perwujudan penjelmaan‖ dan didasarkan pada ajaran Tendai bahwa Buddha dalam sejarah
dari separuh bagian awal Saddharma Pundarika Sutra adalah perwujudan penjelmaan dari
Buddha Abadi dari separuh bagian akhir Saddharma Pundarika Sutra. Teori ‗Honji-Suijaku‘
mengatakan; bahwa sesungguhnya Kami dari Shinto adalah perwujudan sementara dari para
Buddha dan Bodhisattva.

Nichiren pemilik teori tersebut mungkin telah merasa bahwa Kami Shinto adalah
termasuk para dewa lokal yang tidak sepenting para dewa Vedic yang lebih berkuasa dan telah
diuniversalkan melalui Buddhisme. Dalam Tindakan-tindakan Penganut Saddharma Pundarika
Sutra, sebuah tulisan dari Nichiren, Kami Shinto diperbandingkan dengan para dewa Vedic,
dan kedua-duanya baik Kami maupun para dewa dikatakan sebagai pelayan dan pelindung
dari penganut Saddharma Pundarika Sutra: ―Meski saya sendiri mungkin tidaklah penting,
saya menyebarkan Saddharma Pundarika Sutra dan oleh sebab itu saya adalah utusan dari
Buddha Sakyamuni. Dewi Matahari dan Bodhisattva Agung Hachiman, yang tidak penting,
diperlakukan dengan penuh rasa hormat di negeri ini, tapi mereka hanyalah dewa-dewi kecil
dibanding dengan Brahma, Shakra, para dewa matahari dan bulan, dan ke-Empat Raja
Langit… Karena saya adalah utusan dari Buddha Sakyamuni, raja segala ajaran. Dewi
Matahari dan Bodhisattva Agung Hachiman seharusnya membungkukkan kepala mereka di
hadapan saya, menyatukan telapak tangan mereka, dan merebahkan diri mereka. Utusan dari
Saddharma Pundarika Sutra dijaga oleh Brahma dan Shakra di kedua sisinya, dan para dewa
matahari dan bulan menerangi jalan di depan dan dibelakangnya‖.

Layaknya suatu kepercayaan yang berakar dari Animisme, umumnya tidak memiliki
ajaran khusus yang harus dipelajari, demikian juga halnya dengan agama Shinto. Agama ini
sama sekali tidak memiliki buku khusus ataupun kitab suci yang harus dipelajari sehingga

115

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

pelajaran ataupun ceramah agama dan sejenisnya tentu saja tidak ada. Selain itu Shinto juga
tidak mengenal istilah nabi yang berfungsi sebagai ―founding father‖ karena dari awal agama
ini muncul secara alami di masyarakat. Jadi rangkuman awal tentang agama Shinto bisa ditulis
sebagai berikut :

1. Tidak mengenal ajaran apapun,
2. Tidak mengenal kitab suci,
3. Tidak mengenal nabi, tokoh agama, pemimpin dan penyebar agama,
4. Tidak mengenal kiblat atau arah sembahyang,
5. Tidak mengenal lambang sebagai identitas agama.

Sebagian orang mungkin memakai Torii atau pintu gerbang sebagai icon Shinto. Icon
tentu saja tidak sama dengan simbol dan di samping itu bangunan Torii ini juga dipakai pada
beberapa kuil Buddha di Jepang. Sedangkan khusus tentang ajaran Shinto yang menyebutkan
Kaisar sebagai Dewa Matahari sepertinya mulai muncul dan populer pada masa Periode Meiji
(1868-1912) yang pada saat itu menjadikan Shinto sebagai agama resmi negara dan Kaisar
sebagai ―Living God‖ atau dewa yang hidup di dunia.

Hubungan antara Buddha dan Shinto di Jepang cukup unik. Mereka seakan berbagi peran
dan tugas. Untuk upacara yang bersifat ―keduniawian‖ seperti peresmian gedung dan
perusahaan baru, berdoa untuk lulus ujian, pernikahan dll kebanyakan orang akan
menggunakan ritual Shinto sedangkan untuk upacara yang bersifat ―akhirat‖atau ―Nirvana‖
mereka akan menggunakan ritual agama Buddha. Jadi apakah berarti antara Sinto dan Buddha
adalah dua agama yang saling berhubungan dan bekerja sama di Jepang? Tentu saja tidak.
Shinto dan Buddha adalah dua agama yang jelas berbeda, tapi bagi masyarakat umum, ritual
kedua agama ini dilakukan nyaris tanpa dibedakan sama sekali atau dilakukan dengan
bergantian.

Upacara ritual dengan mengorbankan binatang sepertinya adalah umum ditemukan pada
kepercayaan masyarakat lama. Sebagian kecil wilayah di Indonesia mungkin mengenal tradisi
menanam kepala kerbau sebagai ritual untuk pembangunan atau peresmian banguanan baru..
Tapi pada kepercayaan semacam ini sama sekali tidak dikenal dalam tradisi Shinto. Hal ini
tentu saja cukup menarik karena bisa dikatakan sangat bertolak belakang dengan tradisi
animisme umumnya.

Sebagai kesimpulan kecil, Shinto bukanlah suatu agama tapi hanyalah suatu budaya atau
kebisaaan saja. Kriteria umum agama adalah memiliki nabi sebagai penerima wahyu serta
memiliki kitab suci yang memuat ajaran ataupun petunjuk lengkap dari kepercayaan tersebut.
Shinto tidak memenuhi syarat untuk disebut agama. Hal ini juga sepertinya sudah disadari
oleh orang Jepang.

C. Sumber Penulisan

1. Sumber luar (asing) yang banyak ditemukan pada sejumlah buku atau site seperti
wikipedia misalnya, menjelaskan dengan cukup detail tentang agama ini.

116

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

2. Ajaran Shinto menurut versi negara terutama saat agama ini ditetapkan sebagai agama
resmi zaman Meiji dahulu. Doktrin dan ajaran mulai ditulis yang sepertinya lebih
difokuskan pada ajaran kesetiaan pada negara dan kaisar.

3. Sumber dari lembaga pendidikan seperti Encyclopedia Shinto.
4. Sumber dari masyarakat itu sendiri.

D. Asal-Usul dan Perkembangan Agama Shinto

Agama Shinto timbul sekitar 2500 – 3000 tahun yang lalu di Jepang. Agama ini memiliki
13 sekte dengan pendirinya masing-masing. Penganutnya sekitar 30 juta orang, dominan
terbesar di Jepang. Sebagian besar juga adalah penganut agama Buddha. Ada dua pemisahan
utama. Pertama adalah tiga belas sekte-sekte kuno, hampir sama semuanya. Kedua adalah apa
yang dikenal sebagai Shinto Negara, dan merupakan sinthesa kemudian yang menemukan
ekspresi tertinggi pada pemujaan pada Kaisar dan kesetiaan pada Negara dan keluarga. Shinto
(dari bahasa Cina Shen dan Tao, yang berarti ―Jalan dari Jiwa-jiwa‖) disebut Kami-no-michi
dalam bahasa Jepang, Kami adalah banyak Dewa atau jiwa alam.

Agama ini timbul pada zaman prasejarah dan siapa pembawanya tak dapat dikenal dengan
pasti. Penyebarannya ialah di Asia dan yang terbanyak ialah di Jepang. Agama shinto di
Jepang itu tumbuh, hidup dan berkembang dalam lingkungan penduduk, bukan datang dari
luar. Nama asli agama tersebut adalah Kami no Michi yang bermakna jalan dewa. Pada saat
Jepang berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok, maka nama asli itu terdesak oleh nama
baru, yaitu Shin-To. Nama baru itu perubahan bunyi dari Tien-Tao, yang bermakna jalan
langit. Perubahan bunyi iitu serupa halnya dengan aliran Chan, sebuah sekte agama Budha
mazhab Mahayana di Tiongkok menjadi aliran Zen sewaktu berkembang di Jepang.

Agama shinto ini berpangkal pada mithos bahwa bumi Jepang itu ciptaan dewata yag
pertama-tama dan bahwa Jimmu Tenno, kaisar Jepang yang pertama itu adalah turunan
langsung dari Amaterasu Omi Kami, yakni Dewi Matahari dalam perkawinannya dengan
Touki Iomi, yakni Dewa Bulan. Sekalian upacara dan kebaktian terpusat seluruhnya pada
pokok keyakinan tersebut.

Sejarah perkembangan agama Shinto di Jepang dapat dibagi beberapa tahapan masa
sebagai berikut:

1. Masa perkembangannya dengan pengaruh yang mutlak sepenuhnya di Jepang, yaitu dari
tahun 660 sebelum masehi sampai tahun 552 masehi.

2. Masa agama Budha dan ajaran Konghuchu dan ajaran Tao masuk ke Jepang, yaitu dari
tahun 552 M sanpai tahun 800 M yang dalam masa dua setengah abad itu agama sintho
beroleh saingan berat. Pada tahun 645 M Kaisar Kotoku merestui agama Budha dan
menyampingkan Kami no Michi.

3. Masa sinkronisasi secara berangsur-angsur antara agama Shinto dengan tiga ajaran agama
lainnya, yaitu dari tahun 800M sampai tahun 1700M. Yang dalam masa sembilan abad itu
pada akhirnya lahir Ryobu-Shinto (Shinto-Panduan). Dibangun oleh Kobo-Daishi (774-
835) dan Kitabake Chikafuza (1293-1354M) dan Ichijo Kanoyoshi (1465-1500M) dan
lainnya.

117

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara faham
serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme dipandang
oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang telah
berabad-abad hidup di Jepang, bahkan faham ini timbul dari mitos-mitos yang berhubungan
dengan terjadinya negara Jepang. Latar belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama-
sama dengan latar belakang historis tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang.

Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Buddha ke Jepang yang dimaksudkan
untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang, penyebarannya adalah di asia dan terbanyak
di Jepang, kira kira pada abad 6 masehi agama budha masuk ke Jepang dari tiongkok dengan
melalui korea. Satu abad kemudian agama Buddha telah berkembangan dengan pesat bahkan
mendesak agama shinto. Tapi karena agama shinto mengajarkan penganutnya untuk memuja
dan berbakti kepada raja, maka raja pun berusaha untuk melindunginya, sehingga pada tahun
1396 agama Shinto ditetapkan sebagai agama Negara, dengan 10 sekte dan 21 juta
pemeluknya. Sejak saat itu paham Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik
religius bagi Jepang. Taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula
berbakti kepada negara dan politik Negara.

Kemudian agama Shinto bercampur dengan agama Buddha dan Konghucu yang masuk ke
Jepang langsung dari tanah asalnya kira kira pada abad pertengahan ke-7 M. Pengaruh lain
agama Buddha tampak pada hal-hal seperti anggapan bahwa dewa-dewa Shintoisme
merupakan Awatara Buddha (penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa), Dainichi Nyorai
(cahaya besar) merupakan figur yang disamakan dengan Waicana (salah satu dari dewa-dewa
penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal im berlangsung sampai abad ketujuh belas
masehi.

Ahirnya ketiga agama itu bergandengan bersama sampai sekarang. Tujuan utama bagi
pemeluk agama Shinto adalah kebahagiaan dalam kehidupan dunia. Mereka menganggap
bahwa orang yang sudah mati dapat membantu mereka dalam menjalankan hidup ini. Dari
abad keabad, kultus (kebaktian) terhadap roh nenek moyang selalu berubah bentuknya tapi
sifat kultus yang khas masih tetap sama. Orang jepang tidak mengenal aliran yang datang ke
mereka karena itu agama budha dan lainnya yang datang di Jepang dapat berkembang dengan
baik.

E. Kepercayaan agama Shinto

Dalam agama Shinto yang merupakan perpaduan antara paham serba jiwa (animisme)
dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam mempercayai bahwasanya semua benda baik
yang hidup maupun yang mati diyakini memiliki ruh atau spirit, bahkan kadang-kadang
diyakini pula berkemampuan untuk bicara. Semua ruh atau spirit itu diyakini memiliki daya
kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka (penganut Shinto), daya-daya
kekuasaan tersebut mereka puja dan disebut dengan ―Kami‖. Istilah ―Kami‖ dalam agama
Shinto dapat diartikan dengan ―di atas‖ atau ―unggul‖, sehingga apabila dimaksudkan untuk
menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata ―Kami‖ dapat dialih bahasakan (diartikan)
dengan ―Dewa‖ (Tuhan, God dan sebagainya).

118

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya tidak terbatas, bahkan senantiasa bertambah.
Hal ini diungkapkan dalam istilah ―Yao-Yarozuno Kami‖ yang berarti ―delapan miliun dewa‖.
Menurut agama Shinto kepercayaan terhadap berbilangnya dewa tersebut justru diyakini
mempunyai pengertian yang positif. Sebuah angka yang besar berarti menunjukkan bahwa
para dewa itu memiliki sifat yang agung, maha sempurna, maha suci dan maha murah. Oleh
sebab itu angka-angka seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10, 50, 100, 500 dan seterusnya diyakini
sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa jumlah para dewa itu tidak terbatas.
Bilangan itu juga menunjukkan sifat kebesaran dan keagungan ―Kami‖. Pengikut-pengikut
agama Shinto mempunyai semboyan yang berbunyi ―Kami negara – no – mishi‖ yang artinya :
tetap mencari jalan dewa. Kepercayaan kepada ―Kami‖ dari benda-benda dan seseorang,
keluarga, suku, raja-raja sampai kepada ―Kami‖ alam raya menimbulkan kepercayaan kepada
dewa-dewa. Orang Jepang (Shinto) mengakui adanya dewa bumi dan dewa langit (dewa
surgawi) dan dewa yang tertinggi adalah Dewi Matahari (Ameterasu OmiKami) yang
dikaitkan dengan pemberi kamakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang
pertanian.

Ada tiga hal yang terdapat dalam konsepsi kedewaan agama Shinto, yaitu :
1. Dewa-dewa yang pada umumnya merupakan personifikasi dari gejala-gejala alam itu

diyakini dapat mendengar, melihat dan sebagainya sehingga harus dipuja secara langsung.
2. Dewa-dewa tersebut dapat terjadi (penjelmaan) dari roh manusia yang sudah meninggal.
3. Dewa-dewa tersebut diyakini mempunyai spirit (mitama) yang beremanasi dan berdiam di

tempat-tempat suci di bumi dan mempengaruhi kehidupan manusia.

F. Peribadatan agama Shinto

Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya adalah baik dan bersih. Adapun
jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan merupakan keadaan negatif yang harus
dihilangkan melalui upacara pensucian (Harae). Karena itu agama Shinto sering dikatakan
sebagai agama yang dimulai dengan dengan pensucian dan diakhiri dengan pensucian.
Upacara pensucian (Harae) senantiasa dilakukan mendahului pelaksanaan upacara-upacara
yang lain dalam agama Shinto. Ritus-ritus yang dilakukan dalam agama Shinto terutama
adalah untuk memuja dewi Matahari (Ameterasu Omi Kami) yang dikaitkan dengan
kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian (beras), yang
dilakukan rakyat Jepang pada Bulan Juli dan Agustus di atas gunung Fujiyama.

1. Matsuri

Matsuri menurut pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk
Kami. Sedangkan menurut pengertian sekular, Matsuri berarti festival, perayaan atau hari
libur perayaan. Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada umumnya di jinja
atau kuil, walaupun ada juga di gereja. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan di
musim gugur disebut Kunchi. Sebagian besar matsuri dimaksudkan untuk mendoakan
keberhasilan tangkapan ikan dan panen (beras, gandum, kacang, jawawut, jagung dan lain-
lain), kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit, keselamatan

119

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih. Matsuri juga diadakan untuk merayakan
tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau Doa bagi seorang tokoh terkenal yang
telah meninggal dunia.

Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai
dengan tujuannya. Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa ditemui prosesi atau
arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang semuanya merupakan nama-nama
kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak
kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis pelaksana ritual), Tekomai (laki-laki berpakaian
wanita), Hayashi (musik khas matsuri), penari, peserta dan penonton yang berdandan dan
berpakaian bagus, dan pasar kaget beraneka macam makanan dan permainan.

2. Penyembahan Dewa-Dewi

Dewi matahari Shinto disebut Tensho Daijin yang juga dikenal dengan Amaterasu Omi
Kami. Amaterasu adalah Ratu dari seluruh ―Kami‖, ia adalah anak dari Izanagi dan Izanami
(Dewa Pencipta dari mitologi Jepang). Keluarga Kekaisaran Jepang mengatakan bahwa
mereka adalah keturunan langsung dari garis keturunan Dewi Amaterasu. Karena itu para
Kaisar Jepang diyakini sebagai keturunan para dewa. Kamus Istilah dan Konsep Buddhis
menyertakan informasi berikut berkaitan dengannya: ―Dewi Matahari yang terdapat dalam
mitologi Jepang, belakangan diadopsi menjadi seorang dewa pelindung dalam Buddhisme.
Menurut catatan sejarah tertua, Kojiki (Catatan tentang Hal-hal Kuno) dan Nihon Shoki
(Sejarah Negeri Jepang), ia adalah pemimpin mahkluk gaib dan juga leluhur dari keluarga
kerajaan. Dalam banyak tulisannya, Nichiren Daishonin memandang Tensho Daijin sebagai
personifikasi dari perbuatan-perbuatan yang melindungi kemakmuran orang-orang yang
memiliki hati percaya dalam Hukum Sejati‖.

G. Kitab Suci Agama Shinto

Dalam agama Shinto ada dua kitab suci yang tertua, tapi disusun sepuluh abad
sepeninggal jimmi temmo (660 SM), kaisar Jepang yang pertama; dan dua buah lagi disusun
pada masa yang lebih belakangan, keempat empat kitab tiu adalah sebagi berikut :

1. Kojiki, bermakna: catatan peristiwa purbakala, disusun pada tahun 712 masehi, sesudah
kekaisaran Jepang berkedudukan di Nara, ibukota yang dibangun pada tahun 710 masehi
menuruti model ibukota Changan di Tiongkok. Kitab tersebut menguraikan tentang alam
kayangan tempat kehidupan para dewa dan dewi sampai kepada Amaterasu Omi Kami
(Dewi Matahari ) dan Tsukiyomi (Dewa Bulan ) diangkat menguasai langit dan puteranya
Jimmu Tenno diangkat menguasai ―tanah yang subur ‖(Jepang ) di bumi, lalu di susuli
silsilah keturunan Kaisar Jepang itu beserta riwayat hidup satu persatunya.

2. Nihonji, bermakna: riwayat Jepang, disusun pada tahun 720 masehi oleh penulis yang
sama, dibantu oleh seorang pangeran di istana.

3. Yeghisiki bermakan: berbagai lembaga pada masa Yengi. Kitab ini disusun pada abad
kesepuluh masehi terdiri atas 50 bab. Sepuluh bab pertama berisi ulasan kisah-kisah yang
bersifat kultus, disusuli peristiwa selanjutnya sampai abad kesepuluh masehi. Inti isinya

111

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

adalah 25 norito yakni do‘a-do‘a pujaan yang sangat panjang pada berbagai upacara
keagamaan.

4. Manyosiu, bermakan: himpunan sepuluh ribu daun, berisi bunga rampai, terdiri atas 4496
buah sajak, disusun antara abad kelima dan abad kedelapan masehi.

H. Ajaran Agama Shinto

Agama pribumi orang Jepang ini berdasar kepercayaan bahwa keluarga raja adalah
keturunana dewi matahari amaterasu omi Kami kemudian diserap di dalamnya banyak ajaran
dan praktek keagmaan Buddha. Hakekat ajaran Shinto adalah gagasan bahwa ―Kami‖
mewujud pada setiap saat dan dalam segala hal, karenanya memberikan perhatian setiap saat
betapapun kecil dan remehnya akan membuka kesadaran ke arah kebenaran. Dalam penjelasan
lain juga di jelaskan bahwa shintoisme berasal dari Jepang dan berarti ―jalan para dewa‖ nama
ini di tetapkan pada abad keenam untuk membedakan dari budhisme dan konfusianisme yang
saat itu merupakan agama agama pendatang. Perkataan Shinto sendiri berasal dari bahasa
tionghoa ―shen‖ yang artinya ―roh‖, tao artinya jalannya dunia, bumi dan langit, jadi Shinto
berarti perjalanan roh yang baik. Agama ini mengandung 2 unsur kepercayaan yaitu:
1. Menyembah alam (nature worship).
2. Menyembah roh nenek moyang.

Menurut agama ini orang diwajibkan menyembah roh yang mereka sebut ―Kami‖. Istilah
―Kami‖ dalam agama Shinto dapat diartikan dengan ―di atas‖ atau ―unggul‖, sehingga apabila
dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata ―Kami‖ dapat dialih
bahasakan (diartikan) dengan ―Dewa‖ (Tuhan, God dan sebagainya). Jadi bagi bangsa Jepang
kata ―Kami‖ tersebut berarti suatu objek pemujaan yang berbeda pengertiannya dengan
pengertian objek-objek pemujaan yang ada dalam agama lain.

Ada tiga hal yang terdapat dalam konsepsi kedewaan agama Shinto, yaitu:

1. Kami/dewa, yang pada umumnya merupakan personifikasi dari gejala-gejala alam,
diyakini dapat mendengar, melihat dan sebagainya, sehingga harus dipuja secara langsung.

2. Kami/dewa tersebut dapat terjadi (penjelmaan) dari roh manusia yang sudah meninggal.
3. Kami/dewa tersebut diyakini mempunyai spirit (mitama) yang beremanasi dan berdiam di

tempat-tempat suci di bumi dan mempengaruhi kehidupan manusia.
4. Selain berasal dari orang yang telah meninggal, Kami/dewa ada juga yang berasal dari

benda alam. Kami yang berasal dari orang yang telah meninggal, misalnya:

a. Kami dari para leluhur tiap tiap suku (bisaanya Kami ini dipunyai oleh anggota dari tiap
tiap suku tersebut),

b. Kami dari para pahlawan,
c. Kami dari nenek moyang tiap keluarganya sendiri (bisaanya diyakini sebagai pelindung

rumah tangga).

Sedangkan Kami Kami yang lain yang berasal dari benda benda alam dan kekuatan alam
misalnya :

a. ―Kami‖ dari matahari; b. ―Kami‖ dari petir; c. ―Kami‖ dari bulan; d. ―Kami‖

111

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

kilat; e. ―Kami‖ sungai; f. ―Kami‖ gunung; g. ―Kami‖ pohon, dan
sebagainya.

Demikian pula jumlah dewa dewa yang mereka hormati banyak sekali, kira kira lebih dari
800 dewa, yang terpenting adalah Amterasu Omi Kami (Dewi Matahari) yang merupakan
pelindung dewa dan juga pertanian. Kuil Shinto di Jepang banyak sekali terhhitung lebih dari
200.000 buah kuil, bahkan ada juga yang menyebutkan terdapat lebih dari 80 juta. Terdapat
pula uraian bahwa:

1. Dalam agama Shinto yang merupakan perpaduan antara faham serba jiwa (animisme)
dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam, mempercayai bahwasanya semua benda baik
yang hidup maupun yang mati, diyakini memiliki ruh atau spirit, bahkan diyakini
berkemampuan bicara.

2. Pengikut-pengikut agama Shinto mempunyai semboyan yang berbunyi ―Kami negara – no
– mishi‖ yang artinya : tetap mencari jalan dewa. Kepercayaan kepada ―Kami‖ dari benda-
benda dan seseorang, keluarga, suku, raja-raja sampai kepada ―Kami‖ alam raya
menimbulkan kepercayaan kepada dewa-dewa. Orang Jepang (Shinto) mengakui adanya
dewa bumi dan dewa langit (dewa surgawi) dan dewa yang tertinggi adalah Dewi Matahari
(Ameterasu OmiKami) yang dikaitkan dengan pemberi kamakmuran dan kesejahteraan
serta kemajuan dalam bidang pertanian.

3. Mereka mempercayai kekuatan gaib yang mencelakakan, yakni hantu roh jahat yang
disebut Aragami, yang berarti roh yang ganas dan jahat. Jadi ada Kami vs Aragami (Dewi
melawan roh jahat).

4. Hubungan antara manusia dengan Tuhan; Tuhan menurut ajaran agama Shinto, hidup di
laut, udara, sawah, sungai, dll. Atau dengan kata lain, hidup tidak jauh dari kehidupan
manusia. Jadi, konsep Tuhan di atas atau dilangit dan manusia di bumi, tidak ada dalam
ajaran Shinto.

5. Konsep sorga, neraka, dan alam akhirat dalam agama Shinto hampir tidak dibahas sama
sekali. Ritual dan tatacara pemakaman di Jepang sepenuhnya dilakukan dengan tatacara
agama Budha dan kristen. Kuburan dan tempat makam juga umumnya berada di bawah
organisasi kedua agama tersebut.

I. Doktrin Yang Dikembangkan

1. Tidak Mengenal Ajaran Lain Apapun

Shinto adalah agama kuno yang merupakan campuran dari animisme dan dinamisme
yaitu suatu kepercayaan primitif yang percaya pada kekuatan benda, alam atau spirit.
Pengakuan, kekaguman, ketakutan, dan juga kerinduan pada Spirit atau ―Kekuatan Besar‖
yang disebut dengan nama Kami atau Kamisama itu diwujudkan dalam bentuk tarian,
upacara, dan festival. Agama ini tidak memiliki buku khusus ataupun kitab suci yang harus
dipelajari. Shinto juga tidak mengenal istilah nabi yang berfungsi sebagai ―Founding
Father‖ karena dari awal agama ini muncul secara alami di masyarakat.

112

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

2. Tidak Mengenal Ritual Mengorbankan Binatang

3. Pemujaan pada Alam

Pohon besar misalnya, tidak boleh sembarangan ditebang karena dipercaya ada Kami
yang berdiam di dalamnya. Kebanyakan penduduk jaman dulu taat dan tidak merusak
tempat alam atau bahkan terkadang berjalan tanpa melewati hutan, gunung, bahkan pulau
tertentu, karena dipercaya ada Kami yang bersemayam di tempat tersebut. Pada saat makan,
mereka hormat terhadap makanan khususnya beras. Hal ini menyebabkan kebanyakan
orang Jepang anti menyisakan nasi walau sebutir, karena diyakini tidak menghormati roh
yang hidup di dalamnya. Dengan konsep kepercayaan tersebut, mereka cukup sukses
menjaga kelestarian alamnya. Tempat yang bisa dihuni di Jepang saat ini hanya 30% dari
luas dataran yang ada, selebihnya 70% masih berupa gunung dan bukit. Sepertinya hal ini
tidak terlepas dari konsep Shinto sebagai pemuja alam. Kuil shinto juga umumnya selalu
dipenuhi dengan sejumlah pohon besar yang sudah berumur ratusan tahun.

4. Konsep Tuhan dalam ajaran Shinto

Tuhan dalam bahasa Jepang disebut Kami atau Kamisama. Kamisama ini bersemayam
atau hidup di berbagai ruang dan tempat, baik benda mati maupun benda hidup. Pohon,
hutan, alam, sungai, batu besar, bunga, dan sebagainya, wajib dihormati. Penamaan Tuhan
dalam kepercayaan Shinto sangat sederhana yaitu kata Kami ditambah kata benda.
Misalnya, Tuhan yang berdiam di gunung akan menjadi Kami no Yama (Tuhan Gunung),
kemudian Kami no Kawa (Tuhan Sungai), Kami no Hana (Tuhan Bunga). Dewa/Tuhan
tertingginya adalah Dewa Matahari (Ameterasu OmiKami) yang semuanya harus dihormati
dan dirayakan dengan perayaan tertentu. Inti konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto
sangat sederhana, yaitu ‖semua benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada
hakikatnya memiliki roh, spirit atu kekuatan, jadi wajib dihormati‖.

Konsep ini memiliki pengaruh langsung didalam kehidupan masyarakat Jepang.
Misalnya seperti seni Ikebana atau merangkai bunga, dilandasi konsep Shinto tentang Spirit
atau Tuhan yang bersemayam pada bunga harus dihormati. Pengakuan, kekaguman,
ketakutan dan juga kerinduan pada Spirit atau ―Kekuatan Besar‖ yang disebut dengan nama
Kami atau Kami Sama itu diwujudkan dalam bentuk tarian, upacara dan festival budaya.
Ajarannya umumnya lebih banyak membahas tentang etika dan perbaikan prilaku bukan
dogma atau doktrin, jadi sepertinya lebih dekat ke arah ajaran Buddha atau Confucianisme.
Shinto memuja dan menyembah hewan, orang-orang suci, roh nenek moyang, para dewa,
dan dewa tereinggi (Amaterasu Omi Kami).

5. Hubungan antara Manusia dengan Tuhan (Dewa)

Hubungan antara Kami dengan manusia menurut konsep Shinto juga cukup unik
kaerna polanya cenderung tidak bersifat Vertikal, tapi lebih banyak bersifat horizontal.
Kami hidup dan berada dibawah gunung, hutan, laut, atau di tengah perkampungan
penduduk yang ditandai dengan berdirinya kuil penjaga desa.

113

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

6. Konsep Dosa

Salah satu tokoh Shinto Shimogamo Shrine mengatakan bahwa, Shinto tidak
mengajarkan adanya perbuatan dosa. Jika melakukan perbuatan tertentu yang menciptakan
dosa seseorang harus mau dibersihkan semata-mata untuk ketenangan pikiran sendiri dan
nasib baik, dan bukan karena dosa yang salah dalam dan dari dirinya sendiri. Perbuatan
jahat dan salah disebut ―Kegare‖. Jepang Modern terus menempatkan penekanan pada
pentingnya ―aisatsu‖ atau ritual frasa dan salam. Sebelum makan, orang harus
mengucapkan ―itadakimasu‖,. ―Saya akan dengan rendah hati menerima‖, dalam rangka
untuk menunjukkan rasa syukur dari makanan pada khususnya dan umumnya kepada
semua makhluk hidup yang kehilangan nyawa mereka untuk membuat makanan. Kegagalan
untuk menunjukkan rasa hormat yang tepat adalah tanda kebanggaan (kesombongan) dan
kurangnya kepedulian terhadap orang lain.

7. Konsep Surga dan Neraka (Kehidupan Akhirat)

Shinto sepertinya memiliki tradisi yang sedikit unik. Konsep surga dan neraka hampir
tidak disentuh sama sekali dalam kepercayaan Shinto. Hal ini bisa dilihat dari hampir tidak
ditemukannya ritual upacara kematian. Ritual dan tata cara pemakaman di Jepang
sepenuhnya dilakukan dengan tata cara agama Budha dan sisanya ritual agama Kristen.
Kuburan dan tempat makam juga umumnya berada di bawah organisasi kedua agama
tersebut. Sepertinya ritual Shinto lebih difokuskan pada kehidupan duniawi (sekarang)
terutama yang berhubungan dengan alam khususnya keselarasan antara manusia dengan
alam sekitarnya.

J. Madzhab/Sekte

Secara umum Shinto bisa dikelompokkan menjadi 4 bagian atau kelompok. Yang masing
masing mempunyai keunikannya tersendiri.

1. Imperial Shinto (Kyūchū Shinto atau Koshitsu Shinto) Shinto kelompok ini sangat
eksklusif, hanya memiliki 5 buah atau beberapa kuil saja di seluruh negeri. Nama kuil
bisaanya berakhir dengan nama Jingu, misalnya Heinan Jingu, Meiji Jingu, Ise Jingu dll.
Kuil Shinto kelompok ini selain berfungsi sebagai tempat untuk memuja Kami juga
berfungsi sebagai tempat memuja leluhur khususnya keluarga kerajaan. Salah satu dari kuil
ini dibangun khusus untuk menghormati dewa Matahari.

2. Folk Shinto (Minzoku Shinto), yaitu kepercayaan Shinto yang meliputi cerita tua, legenda,
hikayat dan cerita sejarah. Kuil Kibitsu Jinja yang terletak di daerah Okayama, Jepang
tengah, adalah salah satu contoh menarik karena dibangun untuk menghormati tokoh utama
dalam cerita rakyat yaitu Momo Taro. Shinto kelompok ini juga mendapat pengaruh kuat
dari agama Buddha, Konfucu, Tao dan ajaran penduduk local seperti Shamanism, praktek
penyembuhan dll. Kuil kelompok ini bisaanya dikaitkan denga sejarah pendiriannya.
Misalnya ada kuil yang penuh dengan ornament dan pernak-pernik kucing atau binatang
dan benda lainya karena sejarah pendiriannya yang memang berkaitan dengan binatang
tersebut.
114

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

3. Sect Shinto (Kyoha atau Shuha Shinto). Shinto kelompok ini muncul di abad ke -19 dan
kini memiliki 13 sekte, di antaranya Tenrikyo dan Kenkokyo, yang cukup banyak
pengikutnya. Sect Shinto ini cukup unik karena memiliki ajaran, doktrin, pemimpin atau
pendiri yang diyakini sebagai nabi dan yang terpenting mengaku penganut monotheisme.

4. Shrine Shinto (Jinja Shinto). Diperkirakan saat ini memiliki 80 ribu kuil di seluruh negeri
dan semuanya tergabung dalam satu organisasi besar yaitu Association of Shinto Shrines.

K. Ritual Keagamaan Agama Shinto

Mengenai tata cara sembahyang atau doa dalam kuil Shinto sangat sederhana yaitu:

1. Melemparakan sekeping uang logam sebagai sumbangan di depan altar, mencakupkan
kedua tangan di dada dan selesai. Jadi semua proses berdoa yang dilakukan dengan berdiri
ini tidak lebih dari sepuluh detik. Doa dilakukan tidak mengenal hari atau jam khusus jadi
bebas dilakukan kapan saja.

Tata cara doa di kuil Shinto dan Buddha sangatlah mirip. Yang sedikit berbeda adalah
di kuil Buddha tangan dicakupkan ke depan dada dengan pelan, hening dan tanpa suara,
sedangkan di kuil Shinto sebaliknya yaitu mencakupkan tangan dengan keras sehingga
menghasilkan suara sebanyak dua kali (mirip tepuk tangan). Tata cara berdoa ini tidak
bersifat mengikat. Berdoa tepat di depan altar utama, dari halaman kuil, dari luar pintu
gerbang, dilakukan tidak dengan mencakupkan tangan tapi membungkukkan badan atau
bahkan tidak berdoa sama sekali bukanlah masalah.

2. Ada beberapa proses ritual atau ibadah yang bertujuan untuk mensucikan diri mereka.
Agama Shinto sangat mementingkan ritus-ritus dan memberikan nilai sangat tinggi
terhadap ritus yang sangat mistis. Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya
adalah baik dan bersih. Adapun jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan merupakan
keadaan negatif yang harus dihilangkan melalui upacara pensucian (Harae). Ritus-ritus
yang dilakukan dalam agama Shinto terutama adalah untuk memuja dewi Matahari
(Ameterasu OmiKami) yang dikaitkan dengan kemakmuran dan kesejahteraan serta
kemajuan dalam bidang pertanian (beras), yang dilakukan rakyat Jepang pada Bulan Juli
dan Agustus di atas gunung Fujiyama.

3. Ada beberpa perayaan yang biasanya di peringati oleh pemeluk agama Shinto dan perayaan
itu diadakan untuk tujuan tujuan yang berkenaan dengan pusaka leluhur, pengudusan,
pengusiran roh jahat atau pertanian. Puncak perayaan diadakan pada tahun baru, saat
menanam padi di musim semi dan pada saat panen pada musim gugur. Musim semi dan
musim gugur adalah saat untuk menghormati leluhur dan mengunjungi makamnya. Selama
perayaan Kami sering diarak melewati jalan di tempat pemujaan yang bisa diangkat-bawa
untuk membuat setiap orang yakin bahwa Kami sedang mengunjungi masyarakat untuk
memberikan perlindungan.[7] Di antara jenis upacara keagamaan tersebut diberi nama
matsuri. Matsuri berasal dari kata matsuru (menyembah, memuja) yang berarti pemujaan
terhadap Kami (Dewa) atau ritual yang terkait.

115

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

4. Dalam teologi agama Shinto dikenal empat unsur dalam matsuri:

a. Penyucian (harai); b. Persembahan; c. Pembacaan doa (norito); d. Pesta
makan.

Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi Jepang adalah ritual yang
dilakukan di depan Amano Iwato. Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih tersisa
seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada Jinja atau kuil untuk
didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan
doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang
tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal dari matsuri. Pada saat ini, Ise Jingū
merupakan salah satu contoh kuil agama Shinto yang masih menyelenggarakan matsuri
dalam bentuk pembacaan doa yang eksklusif bagi kalangan terbatas dan peserta umum
tidak dibolehkan ikut serta.

5. Kebanyakan festival dilaksanakan pada musim panas sekitar bulan Juli dan Agustus dan
jatuh pada hari minggu sesuai kalender masehi. Matsuri Terbesar Gion Matsuri (Yasaka-
Jinja, Kyoto, bulan Juli) Tenjinmatsuri (Osaka Temmangu, Osaka, 24-25 Juli) Kanda
Matsuri (Kanda Myōjin, Tokyo, bulan Mei).

a. Gion Matsuri, adalah tradisi dari sekitar 1.100 tahun yang lalu. Pada tahun 869 konon
terjadi wabah penyakit menular yang mengganas di seluruh Jepang, sehingga perlu
diadakan upacara yang disebut Goryō-e untuk menenangkan arwah orang yang
meninggal karena wabah penyakit menular. Pendeta Shintō bernama Urabe Hiramaro
membuat 66 pedang dengan mata dua (hoko) untuk persembahan kepada penjaga dari
penyakit menular yang disebut dewa Gozutennō. Jumlah Hoko dibuat sesuai jumlah
negara kecil (kuni) yang terdapat di Jepang saat itu. Upacara ini kemudian dikenal
sebagai Gion Goryō-e, yang kemudian penyebutannya disingkat menjadi Gion-e. Sejak
tahun 970 upacara terus diselenggarakan setiap tahun hingga menjadi Gion Matsuri
seperti sekarang.

b. Tenjin Matsuri, Perayaannya dimulai pada tanggal 1 Juni tahun 951. Pada saat itu,
perayaan dibuka dengan ritual menghanyutkan Kamihoko (pedang dengan mata dua) di
sungai Ōkawa. Lokasi perayaan ditentukan berdasarkan tempat tersangkutnya Kamihoko
yang dihanyutkan air sungai. Penghanyutan Kamihoko merupakan asal-usul ritual
Hokonagashi yang dilakukan sampai sekarang. Puncak perayaan berupa prosesi perahu
berasal dari ritual Hokonagashi yang menentukan lokasi perayaan di tengah sungai.

6. Tempat-Tempat Suci Kuil Shinto (神社 Jinja) adalah struktur permanen dari kayu yang

dibangun untuk pemujaan berdasarkan kepercayaan Shinto. Pada zaman kuno, walaupun
tidak didirikan bangunan, tempat pemujaan Shinto tetap disebut jinja (kuil Shinto).
Kekuatan alam yang ditakuti seperti gunung (gunung berapi), air terjun, batu karang, dan
hutan, merupakan objek pemujaan. Kuil Shinto berbentuk bangunan dari bangunan
pemujaan yang dibuat permanen setelah didiami para Kami yang pindah dari goshintai
(objek pemujaan). Kuil Shinto tidak memiliki aula untuk beribadat, dan bukan tempat untuk

116

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

mendengarkan ceramah atau menyebarluaskan agama. Pada zaman sekarang, kuil Shinto
dipakai untuk upacara pernikahan tradisional Jepang.

a. Asal-Usul Kuil Shinto, konon bermula dari altar (himorogi) yang dibangun sementara
untuk keperluan pemujaan di Iwakura (tempat pemujaan alam) atau tempat tinggal para
Kami yang dijadikan tempat terlarang dimasuki orang, yaitu Shintaisan (gunung tempat
tinggal para Kami), misalnya: Kuil Ōmiwa, Kuil IsonoKami, Munakata Taisha.
Sebagian dari kuil Shinto sama sekali tidak memiliki bangunan, misalnya Kuil Hirō di
Kumano Nachi Taisha. Setelah dibuatkan bangunan permanen, para Kami sehari-harinya
dipercaya selalu ada di dalam kuil Shinto.

b. Pendeta (Guji) dalam Agama Shinto disebut kannushi (shinshoku). Istilah
kannushi sudah dikenal sejak dulu untuk orang yang menjalankan ritual di kuil. Di
antara tugas kannushi adalah mengelola kuil dan melaksanakan berbagai upacara. Miko
adalah sebutan untuk wanita asisten kannushi dalam melaksanakan upacara atau
pekerjaan administrasi kuil. Istilah miko dulunya dipakai untuk wanita yang memiliki
kekuatan magis untuk menerima ramalan (takusen) dalam keadaan raga dirasuki Kami
(Kamigakari). Adapun Gūji adalah Kepala Pendeta, tugasnya memimpin upacara,
mengelola manajemen keuangan kuil, dan bertanggung jawab atas keseluruhan urusan
kuil.

L. Kuil Tempat Ritual Shinto

Kuil Shinto sangat banyak, lebih dari 100.000 di Jepang. Dalam kuil tidak ada
citra/patung yang dipuja, tapi diyakini bahwa Kami sendiri ada di sana. Makanan segar, air,
dupa dll, dipersembahkan setiap hari di altar. Ada kepercayaan batin mengenai kesucian dari
seluruh alam semesta, dan bahwa manusia dapat selaras dengan kesucian ini. Tekanan
diberikan pada kebenaran dan penyucian agar manusia dapat menghilangkan ―debu‖ yang
menyembunyikan kesuciannya yang melekat pada dirinya dan dengan demikian dapat
menerima bimbingan dan karunia dari Kami.

M. Kesimpulan

Agama Shinto didirikan mulai sekitar 2,500 – 3000 tahun yang lalu di Jepang. Agama ini
sudah timbul pada zaman prasejarah dan siapa pembawanya tak dapat dikenal dengan pasti.
Agama shinto di Jepang tumbuh, hidup dan berkembang dalam lingkungan penduduk, bukan
datang dari luar. Nama asli agama tersebut ialah Kami no Michi, yang bermakna jalan dewa.
Shinto (dari bahasa Cina Shen dan Tao, berarti ―jalan dari jiwa-jiwa‖), dalam bahasa Jepang
menjadi Kami-no-Michi, Kami adalah banyak Dewa atau jiwa alam. Dari uraian di atas
tampak bahwa:

1. Shinto adalah Agama rakyat yang merupakan sistem kepercayaan dan peribadatan yang
benar-benar hidup di kalangan rakyat Jepang dan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan mereka. Dalam kehidupan masyarakat Jepang modern yang termuat dalam
laporan hasil penelitian yang diberi judul Nihonjin-no-kokuminsei (sifat nasional Jepang),
pemujaan terhadap arwah nenek moyang menempati kedudukan utama.

117

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

2. Terdapat keprcayaan terhadap dewa-dewa, dan ada banyak sekali dewa yang di percayai
oleh penganut agama Shinto, tapi yang paling popular adalah dewi matahari (Amaterasu
Omi Kami). Penganut Shinto sangat patuh terhadap raja mereka yakni Tenno, dikarenakan
mereka percaya bahwa Tenno adalah keturunan dewa dan wajib dipatuhi. Ada upacara
pembersihan diri dengan memuja dewa matahari dan mengaraknya mengelilingi
masyarakat sebagai tanda bahwa Amaterasu Omi Kami telah datang melindungi mereka.

3. Ada beberapa kitab suci yang dipercaya oleh penganut Shinto:

a. Kojiki, berisi catatan peristiwa purbakala.
b. Nihonji, berisi riwayat Jepang.
c. Yengisiki, berisi berbagai lembaga pada masa Yengi.
d. Manyosiu, berisi himpunan sepuluh ribu daun.

5. Agama shinto timbul pada zaman Prasejarah tanpa diketahui pasti siapa pembawanya.
Nama asli agama itu ialah Kami no Michi yang bermakna jalan dewa. Pada saat Jepang
berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok maka nama asli itu terdesak nama baru, yaitu
Shin-To. Nama baru itu perubahan bunyi dari Thien-Tao, yang bermakna jalan langit.

6. Konsep Tuhan dalam Shinto sangat sederhana, yaitu: ― Semua benda memiliki roh, spirit
atau kekuatan, maka wajib dihormati‖. Manusia bukan mahluk kuat dan di luar mereka ada
kekuatan superior yang mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Pengakuan,
kekaguman, ketakutan dan kerinduan pada Spirit atau ―Kekuatan Besar‖ yang disebut Kami
atau KamiSama, itu diwujudkan dalam bentuk tarian, upacara dan festival budaya.

7. Terdapat aliran-aliran dalam agama Shinto, yaitu: Imperial Shinto (Kyūchū Shinto atau
Koshitsu Shinto), Folk Shinto (Minzoku Shinto), Sect Shinto (Kyoha atau Shuha Shinto),
Shrine Shinto (Jinja Shinto).

8. Doktrin-Doktrin yang dikembangkan dalam agama shinto adalah:
a. Tidak mengenal ajaran lain apapun dan dari mana pun.
b. Tidak mengenal ritual mengorbankan binatang.
c. Shinto adalah Pemuja Alam.

d. Tata cara sembahyang atau doa dalam kuil Shinto sangat sederhana yaitu melemparakan
sekeping uang logam sebagai sumbangan di depan altar, mencakupkan kedua tangan di
dada dan selesai.

e. Beberapa perayaan diperingati oleh pemeluk agama Shinto untuk tujuan berkenaan
dengan pusaka leluhur, pengudusan, pertanian, dan pengusiran roh jahat. Puncak
perayaan diadakan pada tahun baru.

f. Matsuri adalah jenis ritual dalam agama Shinto yang dipersembahkan untuk Kami,
berupa festival atau perayaan di hari libur. Matsuri diadakan di banyak tempat dan pada
umumnya diselenggarakan di jinja atau kuil.

Ф ÐŠ Ф

118

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BAB XII
AGAMA ISLAM

A. Etimologi Islam

Islam berasal dari kata dalam bahasa Arab ―Aslama‖, yang bermakna ―berserah diri atau
tunduk (kepada Allah, Tuhan semesta alam)‖. Penganut Islam (Muslim/Muslimat) harus
melakukan penyerahan diri dan penundukan diri kepada Allah, dengan menyembah-Nya,
menurut perintah-Nya, mengikuti petunjuknya dan menaati aturannya, dan tidak boleh
berpaling kepada yang lain.

Dalam sebagian Ayat al-Quran, kualitas Islam sebagai kepercayaan batin ditegaskan:
―Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk memberi panduan kepadanya niscaya Dia
melapangkan dadanya kepada Islam‖. Ayat lain menghubungkan islām dan din (lazimnya
diterjemahkan sebagai ―agama‖ atau ―cara hidup‖): ―Hari ini Aku telah sempurnakan bagi
kamu agamamu (dīn) dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku telah ridha
Islam itu menjadi agama kamu‖.

Islam yang berarti ―berserah diri kepada Tuhan‖ (‫الله‬, Allāh), adalah Agama yang

mengimani hanya ada satu yang berhak disembah, yaitu Allah. Islam merupakan agama
terbesar kedua di dunia (dengan jamlah pengaqnut kira-kira 1.7 milyar) setelah agama Kristen.
Penganut Islam disebut ―muslim‖ bagi individu pria dan ―muslimah‖ bagi individu wanita,
yang berarti ―seorang yang tunduk kepada Allah, Tuhan semeste alam‖. Islam mengajarkan
bahwa Allah menurunkan Firman-Nya melalui Malaikat Jibril kepada manusia pilihan-Nya,
yakni nabi dan rasul-Nya; dan umat Islam meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi
Muhammad adalah Rasul Allah terakhir yang diutus-Nya ke dunia.

B. Aqidah dan Iman

Iman ialah membenarkan dengan hati, menyatakan dengan lisan, dan mempraktikkan
dengan anggota badan. Para ulama menetapkan setiap Muslim mestilah percaya kepada enam
perkara asas dalam Islam yang dikenal sebagai Rukun Iman, yaitu percaya: mengenai Allah,
Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Kiamat, serta Qada dan Qadar yang
baik maupun yang buruk dari Allah. Umat Islam percaya bahawa Wahyu Allah al-Qur‘an
merupakan pesan-pesan terakhir-Nya melalui perutusan Jibril kepada Nabi Muhammad SAW
untuk manusia. Nabi Muhammad SAW merupakan Nabi Allah terakhir dan kitab al-Qur‘an
merupakan wahyu yang diterimanya. Muslim percaya bahawa para nabi merupakan manusia
dan bukan tuhan/dewa, meskipun mereka mampu menunjukkan mukjizat untuk membuktikan
kenabian mereka. Nabi-nabi diyakini menjadi yang paling menghampiri sempurna dari semua
manusia. Al-Qur‘an menerangkan nama-nama berbagai tokoh yang diyakini Nabi dalam
Islam, termasuk Nabi Adam a.s., Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s. dan Nabi
Isa a.s. Teologi Islam mengatakan bahawa semua pesuruh Allah sejak Nabi Adam a.s.

119

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

memberi perutusan yang sama – Islam – penundukkan diri kepada Allah. Islam diuraikan
dalam al-Qur‘an sebagai ―sifat primordial bagaimana Allah mencipta manusia‖, dan Al-
Qur‘an menyatakan bahawa nama Muslim telah diberikan oleh Nabi Ibrahim a.s.

1. Percaya pada Allah

Percaya kepada Allah mengandung arti percaya mengenai:

36. Wujud/Ada-Nya, Ke-Esa-an-Nya,

37. Ke-Kuasa-an-Nya, Kalam/Firman-Nya,

38. Af‘al/Perbuatan-Nya, Ke-Maha-Benar-an-Nya,

39. Ke-Maha-Mulia-an-Nya, Ke-Maha-Bijaksana-an-Nya,

40. Ke-Maha Tahu-an-Nya, Ke-Maha Besar-an-Nya

41. Ke-Maha-Tinggi-an-Nya Ke-Maha-Suci-an-Nya

42. Ke-Maha-Adil-an-Nya, Janji-Nya dan ancaman-Nya,

43. Ke-Maha-Tepatan Janji-Nya, Pahala dan siksaan-Nya,

44. Dan lain-lainnya yang disebut oleh-Nya di dalam firman/kitab-Nya dan oleh

Rasul-Nya di dalam sabda/hadisnya.

Kepercayaan kepada Allah juga merupakan rukun pertama dari Rukun Islam, yakni
persaksian bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Allah itu di luar
pemahaman manusia.Umat Islam tidak perlu membayangkan Allah seperti apa, tapi harus
memuja, memuji, dan mengabdi dengan taat kepada-Nya. Hidup adalah untuk mengabdi
kepada-Nya.

Konsep Islam mengenai Tuhan ialah Tauhid (Keesaan Allah, Tuhan semesta alam).

Tauhid dituangkan dalam Syahadat (pengakuan), yaitu bersaksi: ‫لا ٕاله ٕالا الله محمد رسول الله‬

(Tiada yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwa nabi Muhammad SAW adalah
utusan Allah). Konsep tauhid ini dituangkan dengan jelas dan sederhana di dalam al-
Qur‘an pada Surah Al-Ikhlas yang terjemahannya adalah:

)4( ‫) َومَ ْم ٍَ ُك ْن َل ُه ُن ُف ًوا أَ َح ٌد‬3( ‫) مَ ْم ًَ ِِْل َومَ ْم ًُو ََْل‬9( ‫) اَّخلُل ام خص َم ُد‬9( ‫كُ ْل ُى َو اَّخلُل أَ َح ٌد‬

{Katakanlah! Dia-lah Allah (Tuhan); Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu; Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan;
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (QS al-Ikhlash/112:1-4)}.

Nama ―Allah‖ tidak memiliki bentuk jamak dan tidak diasosiasikan dengan jenis
kelamin tertentu. Dalam Islam sebagaimana disampaikan dalam al-Qur‘an dikatakan:

‫فَا ِط ُر ام خس َما َوا ِت َوا ْْ َل ْر ِض َج َؼ َل مَُُ ْك ِم ْن أَهْ ُف ِسُُ ْك َأ ْز َوا ًجا َو ِم َن ا ْْ َلهْ َؼا ِم أَ ْز َوا ًجا ًَ ْذ َر ُؤ ُُكْ ِفِ ِو مَُْ َس ََ ِكثْ ِِ ِل ََ ْش ٌء َو ُى َو‬
)99( ‫ام خس ِمَ ُع امْ َب ِصيُر‬

{(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-
Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS al-Syura/42:11)}.

121

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Allah adalah Nama Tuhan (ilah) dan satu-satunya Tuhan sebagaimana perkenalan-Nya
al-Quran: )94( ‫َأ ََن فَا ْغ ُب ْد ِِن َوأَ ِك ِم ام خص ََل َة ِِ ِل ْن ِري‬ ‫ا‬s‫ّا خل‬el‫َه‬a‫ا َل‬iّ n‫ َلا‬A‫ل‬kُ‫ّخل‬uَ‫ا‬,
kepada manusia melalui ‫ََن‬m‫ َأ‬a‫ن‬kِِa‫ّاهخ‬
{Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)

sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. (QS Tha Ha/20:14)}.

Pemakaian kata Allah secara linguistik mengindikasikan kesatuan. Umat Islam percaya
bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah sama dengan Tuhan umat Yahudi dan Nasrani,
dalam hal ini adalah Tuhan Ibrahim. Tapi, Islam menolak ajaran Kristen menyangkut
paham Trinitas di mana hal ini diyakini Politeisme. Al-Qur‘an menyerukan:

‫َر ُسو ُل اَّخلِل َوََ ِك َم ُت ُو‬ ‫َم ْر ََ َي‬ ‫اْب ُن‬ ‫امْ َم ِسَ ُح ِػُ ََس‬ ‫َُّاهخ) َوماا‬9َ ْْ‫ق‬7‫ خا‬9ٌ‫ََأََلمُْيهَلاَأَوَىَْىَاٌل َّلا َلَُهالْم َمِكَماتَْاِرََِِ َفيباَمَول ُاخرستوََم ْغٌاٌوَُواوِامنِْ ُِتوِفَفَوبََمِِٓدماًنُ ِنِِوُُافْكِاََِْْوَّلخَْللِلرا ِ َتَوُلُضرومَُُوسوَنِاِ َفِلػَىََوََِلِلاَّختالََِلُلّخلِوَلمُو ِنوّااَخل ًَاََ َلَامْلََ( ٌَح‬
‫ُس ْب َحاهَ ُو َأ ْن ٍَ ُكو َن‬ ‫َوا ِح ٌد‬ ‫ّا َل ٌه‬ ‫ََ ْي ًرا مَُُ ْك ّاهخ َما اَّخلُل‬

{Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agama dan janganlah kamu

mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putra

Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang

disampaikannya kepada Maryam dan (dengan tiupan ) roh dari-Nya. Maka berimanlah

kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan janganlah kamu mengatakan, “Tuhan itu

tiga”, berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagi kamu. Sesungguhnya Allah Tuhan

yang Maha Esa. Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi

adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (QS An-Nisa‘/4:171)}.

Dalam Islam, visualisasi atau penggambaran Tuhan tidak dapat dibenarkan, hal ini
dilarang karena dapat berujung pada pemberhalaan dan justru penghinaan, karena Tuhan
tidak serupa dengan apapun (Surah Asy-Syu‘ara‘). Sebagai gantinya, Islam
menggambarkan Tuhan dalam 99 nama/gelar/julukan Tuhan (Asma Allah) yang
menggambarkan sifat ketuhanan-Nya sebagaimana terdapat pada Al Qur‘an.

2. Malaikat Allah

Kepercayaan kepada malaikat merupakan satu lagi asas keimanan Islam. Kata bahasa
Arab untuk malaikat (malak) bermakna ―utusan‖, seperti yang setara dengannya dalam
Ibrani (malakh) dan Greek (angelos). Menurut Al-Qur‘an, malaikat tidak memiliki Tekad
bebas, dan menyembah Allah dengan kepatuhan sempurna. Tugas malaikat termasuk
menyampaikan wahyu dari Allah, mengagungkan Allah, mencatat setiap perbuatan
manusia, dan mengambil jiwa manusia di akhir hayatnya. Mereka juga difikirkan untuk
menjadi perantara bagi pihak manusia. Al-Qur‘an menghuraikan malaikat sebagai ―utusan
dengan kepak—dua, atau tiga, atau empat (pasang): Dia [Allah] menambahkan Makhluk
mengikut kemauanNya…‖.

3. Kitab-Kitab Allah

Muslim mempercayai bahawa terdapat beberapa kitab suci yang diturunkan Allah
kepada nabi-nabinya, dengan Al-Quran sebagai kitab terakhir. Mereka juga mempercayai
kandungan kitab-kitab sebelum al-Quran, Taurat dan Injil, telah Tahrif—sama ada dari segi

121

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

tafsiran, teks, atau keduanya. Muslim menganggap al-Qur‘an sebagai kata sebenar Allah; ia
adalah pusat Teks keagamaan Islam yang diturunkan dalam bahasa Arab. Muslim percaya
bahawa ayat Al-Qur‘an telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW oleh Allah
melalui malaikat Jibrail pada banyak peristiwa antara 610 dan kewafatan baginda pada 8
Jun 632. Al-Qur‘an dilaporkan telah ditulis oleh Sahabat Nabi semasa baginda masih hidup,
tapi cara utama penyampaian ialah melalui lisan. Ia telah disusun pada zaman Khalifah
pertama Abu Bakar as-Siddiq, dan telah dipiawaikan di bawah pentadbiran khalifah ketiga
Utsman bin Affan. Al-Qur‘an dibahagikan kepada 114 Surah Quran, atau bab, yang apabila
digabungkan, mengandungi 6,236 Ayat al-Quran. Surah lebih awal secara kronologinya,
diturunkan di Makkah, menekankan topik etika dan kerohanian. Surah Madaniyyah
berikutnya kebanyakannya membincangkan isu sosial dan moral yang berkaitan dengan
masyarakat Muslim. Al-Qur‘an lebih menekankan panduan moral berbanding ajaran
undang-undang, dan diyakini ―buku sumber prinsip dan nilai Islam‖. Pakar undang-undang
Muslim merujuk Hadits, atau rekod bertulis kehidupan Nabi Muhammad SAW, sebagai
tambahan kepada al-Qur‘an dan untuk membantu menafsirkannya. Sains ulasan dan takwil
al-Qur‘an dikenali sebagai Tafsir. Perkataan Qur‟an bermakna ―pengucapan‖. Apabila
Muslim bertutur secara abstrak mengenai al-Qur‘an, mereka lazimnya memaksudkan kitab
suci yang dibaca dalam bahasa Arab berbanding karya bercetak atau sebarang
terjemahannya. Bagi Muslim, al-Qur‘an hanya sempurna seperti diturunkan dalam bahasa
Arab asli; terjemahan adalah semestinya kurang tepat atas sebab perbedaan bahasa,
kesilapan dari penterjemah, dan kemustahilan mengekalkan gaya asal yang diilhamkan.
Terjemahan oleh itu hanya diyakini sebagai ulasan terhadap al-Qur‘an, atau ―tafsiran
maksudnya‖, bukan seperti al-Qur‘an itu sendiri.

4. Nabi dan Rasul Allah

Muslim mengakui para nabi ( Bahasa Arab: ‫ )َبي‬dan rasul ( ‫ )رسىل‬sebagai manusia

yang dipilih Tuhan untuk menjadi utusan-Nya. Menurut Qur‘an, semua nabi merupakan
manusia dan bukan tuhan, walaupun mereka mendapat Mukjizat yang membuktikan
kenabian mereka. Teologi Islam menyatakan semua Rasul menyampaikan pesanan Islam—
penyerahan kepada kehendak Tuhan. Al-Qur‘an menyebut nama beberapa orang yang
diyakini nabi, termasuk Nabi Adam a.s., Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s.
dan Nabi Isa a.s. Muslim juga percaya bahawa Allah menghantar Nabi Muhammad SAW
(Penutup segala Nabi) untuk menyebarkan pesanan ketuhanan ke seluruh alam (untuk
menyimpulkan dan memuktamadkan kata Tuhan), sedangkan rasul-rasul sebelum baginda
dihantar kepada puak atau kaum tertentu saja. Perbedan antara nabi dan rasul ialah
seseorang nabi menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri, sedangkan rasul
menerima wahyu dari Allah SWT guna disampaikan kepada segenap umatnya. Dalam
Islam, contoh ―normatif‖ kehidupan Nabi Muhammad SAW dipanggil Sunnah (harfiahnya
―kebisaaan‖). Contoh ini dipelihara dalam tradisi yang dikenali sebagai Hadits (―laporan‖),
iaitu rekod kata, perbuatan, dan perwatakan peribadi baginda. Muslim digalakkan untuk
mencontohi perbuatan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan harian mereka, dan sunnah
dilihat sebagai penting kepada panduan tafsiran al-Qur‘an.

122

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

5. Kebangkitan dan Pengadilan Allah di Akhirat

Kepercayaan pada ―Hari Kebangkitan‖, Hari Kiamat (juga dikenali sebagai yawm ad-
dīn, ―Hari Pengadilan‖ dan as-sā`a, ―Saat Terakhir‖) juga penting pada Muslim. Mereka
percaya bahawa masa Qiyāmah telah ditentukan oleh Allah tapi tidak diketahui oleh
manusia. Ujian dan Kesengsaraan yang mendahului dan semasa Kiamat diuraikan dalam
al-Qur‘an dan Hadits, dan juga dalam komentar dari Ulama. Al-Qur‘an menekankan
Kebangkitan yang mati, suatu pemecahan dari kefahaman Arab pra-Islam tentang kematian.
Ia menyatakan bahawa kebangkitan akan diikuti oleh perhimpunan manusia, dan
pengadilan mereka oleh Allah. Al-Qur‘an menyenaraikan beberapa dosa yang boleh
membawa seseorang ke neraka, seperti kufur, Riba dan ketidakjujuran. Muslim melihat
syurga (Jannah) sebagai tempat keriangan dan kebahagiaan, dengan rujukan al-Qur‘an
menghuraikan sifatnya dan keseronokan fizikal yang akan datang. Terdapat juga rujukan
kepada ridwān (kegembiraan dan senang hati). Tradisi mistik dalam Islam meletakkan
keseronokan kesyurgaan ini dalam konteks kesedaran yang amat terhadap Allah.

6. Ketentuan dan Ketetapan (Takdir) dari Allah

Selaras dengan kepercayaan Islam dalam Takdir, atau ketentuan tuhan (Qada dan
qadar), Allah mempunyai pengetahuan dan kawalan penuh ke atas semua yang berlaku. Ini
dijelaskan dalam ayat al-Qur‘an seperti ―Katakan: ‗Tidak sekali-kali akan menimpa Kami
sesuatu pun melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi Kami. Dialah Pelindung
Kami‘…‖. Bagi Muslim, segala di dunia yang berlaku, baik atau jahat, telah ditentukan dan
tiada apa yang boleh berlaku kecuali atas izin Allah. Menurut ahli teologi Muslim,
walaupun peristiwa telah ditentukan, manusia memiliki tekad bebas dan dia boleh memilih
antara betul atau salah, dan demikian bertanggungjawab atas perbuatannya. Menurut tradisi
Islam, semua yang telah ditakdirkan oleh Allah ditulis dalam al-Luh al-Mahfūz, ―Batu
Suratan Terpelihara‖.

C. Amalan Wajib

‫ا‬Amalan Wajib dalam Islam tercakup dalam Rukun Islam( Bahasa Arab: ‫) ركان اَلٍن‬. Ada

lima amalan wajib dalam Islam Sunah, dan lima konsep asas penerimaan agama bagi Islam
Syi‘ah.

1. Rukun Islam bagi Muslim Sunnah

a. Syahadah (‫)انشهبدة‬, iaitu pernyataan asas ajaran Islam:

‫اشيد ان لا اله الا الله اشيد ان محمدا رسول الله‬

(Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahawa Muhammad
adalah pesuruh Allah). Perjanjian ini adalah asas untuk semua kepercayaan dan amalan
lain dalam Islam. Muslim harus mengulangi syahadah ini dalam shalat, dan bukan-
Muslim yang ingin memeluk Islam diperlukan untuk mengucap kalimah ini.

123

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

b. Shalat (‫)صلاة‬, atau amalan sembahyang, wajib dilakukan lima kali sehari. Setiap shalat

perlu menghadap Kaabah di Makkah. Di kebanyakan negara Muslim, peringatan yang
dipanggil Azan dan Iqamat disiarkan secara umum dari masjid tempatan pada masa yang
sesuai.

c. Zakat (‫)سكبة‬, atau Sedekah. Amalan pemberian ini wajib untuk semua Muslim yang

mampu, berdasarkan pada kekayaan yang dikumpul. Bahagian yang ditetapkan
digunakan untuk membantu yang miskin dan yang memerlukan, dan juga untuk
membantu menyebarkan Islam.

d. Ibadat puasa (‫)صىو‬, iaitu berpuasa pada bulan Ramadan. Muslim tidak boleh makan

atau minum dari subuh hingga senja pada bulan ini, dan harus berwaspada dari dosa lain.

e. Haji (‫)حج‬, iaitu ziarah semasa Takwim Hijrah Zulhijjah ke bandar Makkah al-

Mukarramah. Setiap Muslim yang mampu (dari segi badan dan harta) wajib menunaikan
haji sekurang-kurangnya sekali seumur hidupnya.

2. Rukun Islam Bagi Muslim Syi‘ah

a. Tauhid, Tuhan itu satu dan unik.
b. Keadilan, konsep kebenaran moral berasaskan etika, keadilan dan kesaksamaan, bersama

dengan hukuman jika melanggarnya.
c. Hari Kiamat, penilaian terakhir Tuhan terhadap manusia.
d. Kenabian, cara Tuhan menghantar utusan, atau Nabi, untuk membimbing manusia.
e. Imamah, institusi yang mewarisi institusi kenabian.

Lima rukun asas dalam Syi‘ah ini diikuti oleh sepuluh rukun subsidiari: 1. Shalat; 2.
Zakat; 3. Ibadat puasa; 4.Haji; 5. Jihad; 6. Amar makruf nahi mungkar; 7. Khums; 8.
Tawalla; 9. Tabarra; 10. …

D. Syari‘ah dan Fiqh

1. Syariah Islam

Syariah Islam adalah kumpulan aturan yang berdasarkan pada Quran, hadits Nabi,
pendapat ulama salaf, dan hasil ijtihad ahli agama atau ulama fiqih. Syariah Islam memberi
tuntunan cara berhubungan antara manusia dengan Allah, dengan individu, dan dengan
masyarakat dan alam. Syariah juga memberi tuntunan atas apa yang boleh dikerjakan
(halal) dan apa yang tidak boleh dilakukan (haram). Hal terpenting dari syariah Islam
adalah rukun Islam yang lima.

Hukum-hukum yang terkandung dalam syariah Islam terbagi menjadi tiga bagian
utama yaitu aqidah, tahdzib dan amaliyah. Hukum aqidah: yaitu hukum-hukum yang terkait
dengan dzat Allah dan sifat-sifatnya dan iman pada-Nya. Ini disebut dengan ilahiyah. Dari
hukum ini terkait hukum-hukum yang lain yang berkaitan dengan para Rasul dan beriman
pada mereka; dengan kitab-kitab suci yang diturunkan pada mereka yang dikenal dengan

124

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

nubuwwah (kenabian). Dari hukum akidah ini terkait juga perkara ghaib yaitu yang dikenal
dengan samaiyat (berdasarkan pendengaran). Hukum-hukum akidah ini terkumpul dalam
satu bidang ilmu yang disebut Ilmu Tauhid atau Ilmu Kalam. Hukum Tahdzib (penyucian
diri): yaitu hukum yang mendorong untuk melakukan nilai-nilai utama dengan menjauhkan
diri dari nilai dan perilaku yang hina. Karena itu, terdapat juga hukum-hukum yang terkait
dengan perilaku dan nilai keburukan yang wajib dijauhi seperti dusta, khianat, menyalahi
janji, dan lain-lain. Hukum tahdzib ini disebut Ilmu Akhlak atau Ilmu Tasawuf. Hukum
Amaliyah: yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan perilaku atau perbuatan manusia.
Hukum-hukum ini masuk dalam kategori Ilmu Fiqih Islam. Sumber Syariat Islam ada 5
(lima), yaitu Al-Quran, hadits Nabi, ijmak, qiyas (analogi) dan ijtihad.

a. Al-Quran

Al-Quran merupakan sumber pertama dan utama dari syariah. Quran menjelaskan
dasar-dasar syariah seperti aqidah, ibadah, dan muamalah baik secara rinci (tafshil)
maupun global (ijmal). Quran menurut ulama syariah bersifat pasti ketetapannya. Akan
tetap dalam soal dalil Quran dalam kaitannya dengan hukum maka ia adakalanya bersifat
pasti (qath‘i) adakalanya bersifat dzanni (tidak pasti). Dalil Quran bersifat pasti dalam
situasi di mana kata atau teks dalam ayat Quran hanya mengandung satu makna dan
pemahaman. Dalil Quran bersifat dzanni apabila teks dalam Quran mengandung lebih
dari satu makna.

b. Al-Hadits (As-Sunnah)

Hadits adalah sumber kedua dalam syariah Islam. Ulama hadits (muhaddits) telah
mengumpulkan hadits-hadits Nabi yang tersusun dalam sejumlah kitab hadis seperti
Sahih Bukhari, Sahih Muslim dan kitab hadits yang lain seperti Muwatta‘ Malik, Sunan
Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, dan lain-lain. Dari segi sanad (perawi hadits), hadits
terbagi menjadi tiga bagian menurut madzhab Hanafi yaitu hadits mutawatir, masyhur,
dan ahad. Sedangkan menurut jumhur (mayoritas) ulama, hadits terbagi menjadi dua
yaitu mutawatir dan ahad.

c. Ijmak (Kesepakatan Ulama Sahabat Nabi SAW)

Ijmak adalah sumber ketiga dari syariah Islam. Ijmak adalah kesepakatan mayoritas

ulama mujtahid atas suatu masalah hukum berdasarkan pada dalil Quran dan hadits yang

berkenaan denga suatu hukum.

d. Qiyas (Analogi)

Qiyas merupakan sumber keempat syariah Islam. Qiyas adalah menganalogikan

suatu perkara, yang tidak disebut secara tersurat dalam Quran, hadits dan Ijmak, dengan

perkara lain yang status hukumnya jelas tersebut dalam Quran, hadits atau ijmak karena

adanya persamaan dalam sebab hukumnya.

125

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

e. Ijtihad

Ijtihad adalah sumber kelima syariah Islam. Ijtihad adalah usaha yang dilakukan
seorang ulama atau beberapa ulama untuk menghasilkan hukum atas suatu masalah
tertentu yang tidak pernah disebut atau dibahas dalam Quran, hadits, ijmak. Seperti
masalah-masalah baru. Ulama mensyaratkan sejumlah syarat pada mereka yang berhak
menjadi mujtahid karena tidak semua orang memiliki kompetensi dan kapabilitas untuk
melakukan ijtihad.

2. Fiqih Islam

Fiqih Islam adalah bidang keilmuan syariah amaliyah yang bersumber dari dalil-dalil
utama yakni Quran, hadits, ijmak ulama ahli fiqih, analogi (qiyas) atas perkara yang sudah
dimaklumi, tradisi yang dominan, istihsan dan dalil-dalil lain serta sumber-sumber fiqih
Islam. Secara literal kata ‗fiqih‘ berarti faham. Dalam hukum-hukum syariah amaliyah
inilah terdapat perintah dari Allah dam Rasul-Nya atas segala sesuatu yang berkaitan
dengan manusia dan perilaku mereka. Fiqih Islam terbagi menjadi empat kategori, yaitu:

a. Fikih Ibadah: yaitu Hukum-hukum yang mengatur hubungan individu dengan
Tuhannya seperti shalat, zakat, puasa, haji, jihad, dan lain-lain.

b. Fikih Muamalat: yaitu hukum yang mengatur hubungan antar-individu seperti hukum
yang terkait dengan transaksi bisnis seperti jual beli, sewa, hutang
piutang, pesanan, hibah, titipan, tanggungan, dan transaksi bisnis
lain.

c.Fikih Politik Syariah: yaitu hukum yang mengatur hubungan negara dengan individu atau
dengan negara lain. Contohnya seperti hukum yang mengatur baitul
mal dan cara penggunaannya yang sesuai syariah bersandarkan pada
hukum yang membahas tentang keputusan, dan hukum yang
menjelaskan tentang pelanggaran dan sanksi baik berupa hudud atau
takzir.

d. Fikih Keluarga: kategori ini mencakup hukum-hukum yang mengatur perkawinan,
talak, hak-ahak anak, waris, wasiat dan lain-lain yang masuk dalam
kategori ahwal as-syakhsiyah (keadaan individu).

3. Madzhab Utama Fiqih

Madzhab fikih ada yang bersifat individu ada juga yang bersifat kolektif. Madzhab
fiqih individu adalah pendapat dan perkataan seorang ulama mujtahid saja dan dia tidak
memiliki pengikut atau murid yang mencatat dan menyebarkannya. Sedangkan madzhab
fikih kolektif adalah pendapat dan perkataan sejumlah mujtahid atau ahli fiqih yang
menjadi tempat sandaran pandangan para murid dan pengikutnya. Para murid kemudian
mengatribusikan pandangan mereka pada pendiri madzhab. Mereka juga telah mencatat,
membukukan dan menyebarkan pandangan madzhab sehingga hal ini membantu eksisnya
madzhab tersebut sampai sekarang. Madzhab fikih yang palng terkenal dan eksis sampai
saat ini ada empat yang berdasarkan kronologi sejarah adalah madzhab Hanafi, madzhab

126

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Maliki, madzhab Syafi‘i dan madzhab Hanbali. Keempat madzhab ini disebut madzhab ahli
sunnah sebagai kebalikan dari madzhab Syiah yaitu madzhab Ja‘fariyah, madzhab Zaidiyah
dan madzhab Ibadiyah.

Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa
sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah
menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah
menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang
harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam.
Allah ta‘ala berfirman:

ً‫خما كَا َن ُم َح خم ٌد أَ َِ َأ َح ٍد ِّمن ِّر َجاِمُُ ْك َومَ ِكن خر ُسو َل اَّخلِل َو ََا ََ َت امنخ ِب ُِّي َن َوكَا َن اَّخلُل ِب ُ ِّك ََ ْش ٍء ػَ ِويم‬

{Muhammad itu bukanlah seorang ayah dari salah seorang lelaki diantara kalian, tapi dia
adalah utusan Allah dan penutup para Nabi. (QS Al Ahzab/33: 40)}.
Allah ta‘ala juga berfirman:

{Pada hari ini Aku telah sempur‫ ًا‬n‫ًن‬a‫ ِد‬k‫َم‬a‫َل‬nَ‫س‬bْ a‫ل ّا‬g‫ ا‬i‫ُُ ُك‬kَ‫م‬a‫ت‬lُiaُn‫ ِض‬a‫و َر‬gَ a‫ت‬mِِ ‫م‬aَ ‫ِه ْؼ‬ka‫ُُ ْك‬liَْ َa‫ػَو‬n,‫ ُت‬d‫م‬aْ ‫َم‬nْ‫و َأت‬Aَ k‫ُ ْك‬uَُ‫ًن‬t‫ِد‬el‫ْك‬aُُhَ‫م‬ ‫امْ ََ ْو َم َأَْكَوْ ُت‬

cukupkan

nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS Al

Maa‘idah/5: 3)}.

hAallnayhaljauhgaIsblearmfi.rm(QaSn:A‫م‬lُ i‫َ َل‬I‫س‬mْ ‫ ّا‬r‫ال‬a‫ل‬nِ‫ّّل‬/َ3‫ ا‬:‫ َد‬1‫ ِغن‬9)‫اَ ِّل;ٍ} َن‬d‫خن‬a‫ّا‬n{fSiremsuanng-gNuyhanpyualaa:gama yang benar di sisi Allah

{Dan barang siapa yang ‫ِم َن امْ َخا ِِ ِسٍ َن‬ ‫اْلٓ ِخ َرِة‬ ‫َو ُى َو ِِف‬ ‫فَوَن ًُ ْلبَ َل ِمنْ ُو‬ ‫ًا‬a‫ن‬kً‫ِد‬an‫ َل ِم‬pَ‫س‬eْ r‫ ّا‬n‫ال‬a‫ر‬hَ ‫غَ ْي‬dِ‫ؽ‬itَ‫ت‬eْ‫ًَب‬ri‫ن‬m‫ َم‬a‫َو‬

mencari agama selain Islam maka tidak

darinya dan di akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang yang merugi. (QS Ali

‗Imran/3: 85)}.

Allah ta‘ala mewajibkan kepada seluruh umat manusia untuk beragama demi Allah

dengan memeluk agama ini. Allah berfirman kepada Rasul Allah shallallahu „alaihi wa

sallam:

‫َوًُ ِمَ ُت‬ ‫ُُ ْي ِِـي‬ ‫ُى َو‬ ‫ّالاخ‬ ‫ّامَـ َو‬ ‫لا‬ ‫َواْ َل ْر ِض‬ ‫ِأََُُِّيَّّالِلامَونخَار ُ ُسسوِّلا ِِهِّنامنخَِر ُِّسبواُْلُل ِّماَِّّّيلِلا خِّاِلمَ َُُْي ْكًُ ْؤََِِمجَُنؼ ًاِِاَّّخِلِِلل َيوََ ِكَل َُهما ِتُمِوْْ َُولاتخِبامُؼ خوسُه َممَا ََؼوواخُُِْكت‬ ‫كُ ْل ََي‬
‫ََ ْتتَ ُدو َن‬ ‫فَب ٓ ِمنُو ْا‬

{Katakanlah: Wahai umat manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah bagi kalian

semua, Dialah Dzat yang memiliki kekuasaan langit dan bumi, tidak ada sesembahan yang

haq selain Dia, Dia lah yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kalian

kepada Allah dan Rasul-Nya seorang Nabi yang ummi (buta huruf) yang telah beriman

kepada Allah serta kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaya kalian mendapatkan

hidayah. (QS Al A‘raaf: 158)}.

Di dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari jalur Abu
Hurairah radhiallahu „anhu dari Rasul Allah shallallahu „alaihi wa sallam. Beliau bersabda
yang artinya, “Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangannya. Tidaklah ada seorang
manusia dari umat ini yang mendengar kenabianku, baik yang beragama Yahudi maupun

127

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Nasrani lantas dia meninggal dalam keadaan tidak mau beriman dengan ajaran yang aku
bawa melainkan dia pasti termasuk salah seorang penghuni neraka”.

Hakikat beriman kepada Nabi adalah dengan cara membenarkan apa yang beliau bawa
dengan disertai sikap menerima dan patuh, bukan sekedar pembenaran saja. Oleh sebab
itulah maka Abu Thalib tidak bisa diyakini sebagai orang yang beriman terhadap Rasul
shallallahu „alaihi wa sallam walaupun dia membenarkan ajaran yang beliau bawa, bahkan
dia berani bersaksi bahwasanya Islam adalah agama yang terbaik.

Agama Islam untuk Seluruh Manusia ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan

yang diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini lebih

istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena Islam adalah ajaran yang bisa

diterapkan di setiap masa, di setiap tempat dan di masyarakat manapun. Allah ta‘ala

berfirman kepada Rasul Allah shallallahu „alaihi wa sallam:

{Dan Kami telah menurunkan ‫ِم َن ا ْم ِكتَا ِب َو ُميَ َْ ِمن ًا‬ ‫بَْي َن ًَ َدًْ ِو‬ ‫ِِمْ َح ِّق ُم َص ِّدك ًا ِمّ َما‬ ‫ب‬pَ e‫ا‬mَ‫ ِكت‬b‫ْم‬e‫ ا‬n‫َم‬arَْ َ‫ّام‬k‫ا‬iَ‫ن‬tْ‫زم‬aَ bَْ‫وأ‬-َ

kepadamu Al Kitab dengan benar sebagai

kitab yang terdahulu serta batu ujian atasnya. (QS Al Maa‘idah/5: 48)}.

Maksud dari pernyataan Agama Islam itu cocok diterapkan di setiap masa, tempat dan
masyarakat adalah dengan berpegang teguh dengannya tidak akan pernah bertentangan
dengan kebaikan umat tersebut di masa kapan pun dan di tempat manapun. Bahkan dengan
Islamlah keadaan umat itu akan menjadi baik. Tapi bukanlah yang dimaksud dengan
pernyataan Islam itu cocok bagi setiap masa, tempat dan masyarakat adalah Islam tunduk
kepada kemauan setiap masa, tempat dan masyarakat, sebagaimana yang diinginkan oleh
sebagian orang. Agama Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama yang telah
mendapatkan jaminan pertolongan dan kemenangan dari Allah ta‟ala bagi siapa saja yang
berpegang teguh dengannya dengan sebenar-benarnya. Allah ta‟ala berfirman:

‫ُى َو ا خِ ِلي أَ ْر َس َل َر ُسو َل ُه ِِمْيُ َدى َو ِدٍ ِن امْ َح ِّق ِم َُ ْظيِ َرُه ػَ ََل اَِّلٍ ِن َُ ِكّ ِو َومَ ْو َن ِرَه امْ ُم ْْ ِش ُنو َن‬

{Dia lah Zat yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa Petunjuk dan Agama yang
benar untuk dimenangkan di atas seluruh agama-agama yang ada, meskipun orang-orang
musyrik tidak menyukainya. (QS Ash Shaff/61: 9)}. Allah ta‘ala berfirman:

َ‫َومَ َُ َم ِكّ َ خ‬ ‫كَ ْب ِويِ ْم‬ ‫ِمن‬ ‫ا خِ ِلٍ َن‬ ‫مَََك ا ْستَ ْخوَ َف‬ ‫ِِف ا ْْ َل ْر ِض‬ ‫مََُ ْستَ ْخ ِو َفَخّنُم‬ ‫َوََ ِعوُوا ام خصاِم َحا ِت‬ ‫أٓ َمنُوا ِمنُُ ْك‬ ‫ا خِ ِلٍ َن‬ ‫َوػَ َد اَّخلُل‬
َِ ََِ ‫بَ ْؼ َد‬ ‫نَ َف َر‬ ‫َو َمن‬ ‫َشُْئ ًا‬ ِِ ‫ٌُ ْْ ِش ُنو َن‬ ‫ًَ ْؼ ُب ُدوهَِِن َلا‬ ‫َخ ْوِفيِ ْم أَ ْمن ًا‬ ‫َومَ َُ َب ِّدهَخّنُم ِّمن بَ ْؼ ِد‬ ‫ا ْرتَ ََض مَيُ ْم‬ ‫ا خِ ِلي‬ ‫مَيُ ْم ِدٍََّنُ ُم‬
.‫فَبُ ْومَ ِئ َم ُُ ُه امْفَا ِس ُلو َن‬
{Allah benar-benar telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman serta beramal

salih diantara kalian untuk menjadikan mereka berkuasa di atas muka bumi sebagaimana

orang-orang sebelum mereka telah dijadikan berkuasa di atasnya. Dan Allah pasti akan

meneguhkan bagi mereka agama mereka, sebuah agama yang telah diridhai-Nya untuk

mereka peluk. Dan Allah pasti akan menggantikan rasa takut yang sebelumnya

menghinggapi mereka dengan rasa tenteram, mereka menyembah-Ku dan tidak

mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Dan barangsiapa yang ingkar sesudah itu,

maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS An Nuur/24: 55)}.

128

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Agama Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan syariat/hukum.
Islam adalah ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah maupun syariat-syariat
yang diajarkannya:

a. Islam memerintahkan untuk menauhidkan Allah ta‘ala dan melarang kesyirikan.
b. Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.
c. Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
d. Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.
e. Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.
f. Islam memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan melarang perbuatan

durhaka kepada mereka.
g. Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang terputus)

dengan sanak famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan silaturahim.
h. Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang bersikap

buruk kepada mereka.59

Secara umum dapat dikatakan bahwasanya Islam memerintahkan semua akhlak yang
mulia dan melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam
amal salih dan melarang segala amal yang jelek. Allah ta‘ala berfirman:

{S‫ َن‬e‫و‬s‫ر‬uُ ‫نخ‬n‫َذ‬gَ‫ت‬g‫ْك‬uُُh‫َؼوخ‬nَ‫م‬y‫ْك‬aُُ‫ظ‬Aُ ‫ِؼ‬lًَla‫ ِي‬h‫َب ْغ‬mْ‫َوام‬em‫كَ ِر‬er‫ن‬i‫ُم‬nْ‫وام‬tَah‫اء‬k‫ش‬aَ n‫َف ْح‬bْ‫ام‬e‫ن‬rِ b‫ َغ‬ua‫ى‬t‫ّنَى‬aٍَْ‫و‬dَ i‫ب‬l,ََ ‫ر‬iْh‫مْ ُل‬s‫ا‬a‫ي‬nَِda‫اء‬nَ‫ّاًت‬m‫ َو‬e‫ِن‬m‫سا‬bَ e‫ْح‬r‫ّا‬i‫ل‬k‫وا‬aَ n‫د ِل‬nْ a‫مْ َؼ‬fِkِ a‫ر‬hُ ‫َبِ ُم‬kً e‫لَل‬pَّّa‫ا‬d‫خن‬a‫ّا‬

sanak kerabat. Dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan mungkar, serta
tindakan melanggar batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian mau mengambil
pelajaran. (QS An Nahl/16: 90)}.

Syariah (secara harfiah: ―jalan menuju ke tempat berair‖) merupakan hukum Islam yang
dibentuk oleh kesarjanaan tradisi Islam. Dalam Islam, Syariah ialah penyataan kehendak
ketuhanan, dan ―membentuk satu sistem kewajiban terhadap seorang Muslim oleh sebab
kepercayaan agamanya‖.

Hukum Islam meliputi semua aspek kehidupan, dari hal negara, seperti pentadbiran dan
Diplomasi, kepada isu kehidupan seharian. Al-Qur‘an menakrifkan Hudud sebagai hukuman
untuk lima jenayah khusus: berzina, tuduhan zina, meminum arak, mencuri dan merompak.
Al-Qur‘an dan Sunnah juga mengandungi hukum Faraid, Perkawinan menurut Islam, dan
Qisas, serta peraturan untuk Puasa, Sadaqah dan Shalat. Bagaimanapun, Wajib dan Haram ini
mungkin agak umum, jadi tahap amalannya berbeda-beda. Para Ulama telah membentuk
sistem hukum berasaskan peraturan-peraturan ini dan tafsiran mereka.

Fiqh, atau ―perundangan‖, ditaksirkan sebagai pengetahuan peraturan amali agama. Cara
yang digunakan pakar hukum Islam untuk memperoleh hukum dikenali sebagai Usul al-fiqh
(―teori hukum‖, atau ―prinsip fiqh‖). Menurut teori hukum Islam, undang-undang Islam
mempunyai empat sumber asas, iaitu mengikut keutamaan: Al-Qur‘an, Sunnah, kesepakatan

59Diterjemahkan dari Syarh Ushul Iman, hal. 5-8, Penerbit Darul Qasim, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih
Al ‗Utsaimin rahimaullah, diterjemahkan oleh: Abu Muslih Ari Wahyudi Artikel Agama Islam.

129

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

ulama Muslim Ijma), dan pemikiran beranalogi (Qiyas). Untuk pakar hukum Islam awal, teori
kurang penting berbanding aplikasi pragmatik hukum ini. Pada abad ke-9, Muhammad bin
Idris al-Syafii memberikan asas teori perundangan Islam dengan mengekodkan prinsip fiqh
(termasuk empat sumber asas) dalam bukunya ar-Risālah.

E. Agama dan negara

Hukum Islam tidak membedakan ―hal masjid‖ dan ―hal negara‖; fungsi Ulama sebenarnya
adalah sebagai tokoh perundangan dan ahli teologi. Secara amalinya, pemerintah Islam kerap
kali melangkaui bidang kuasa Mahkamah Syariah dengan mewujudkan sistem selari
―mahkamah pengaduan‖, yang mana dikuasai mereka. Apabila dunia Islam mula bertembung
dengan idea sekular Barat, masyarakat Muslim bergerak balas dengan cara berbeda. Turki
telah diperintah sebagai negara sekular sejak reformasi Mustafa Kemal Atatürk. Manakala
Revolusi Iran menggantikan rejim agak sekular dengan Republik Islam yang diketuai oleh
Ruhollah Khomeini.

F. Kehidupan keluarga

Unit asas dalam masyarakat Islam adalah Keluarga, dan Islam mentakrifkan kewajiban
dan hak ahli keluarga. Ayah dilihat bertanggungjawab secara kewangan untuk keluarganya,
dan wajib untuk memenuhi keperluan mereka. Pembahagian Faraid ditentukan dalam al-
Qur‘an, yang menyatakan bahawa kebanyakannya adalah untuk keluarga terdekat, manakala
sebahagian diasingkan untuk pembayaran hutang dan wasiat. Bahagian wanita dalam
pewarisan lazimnya separuh dari lelaki yang sama taraf. Perkawinan menurut Islam
merupakan Akad nikah sivil yang terdiri dari tawaran dan penerimaan antara dua pihak yang
layak dengan kehadiran dua saksi. Pengantin lelaki diperlukan untuk membayar Mas kawin
kepada pengantin perempuan, seperti yang disyaratkan dalam kontrak.

Seorang lelaki boleh mempunyai hingga empat isteri jika si suami percaya dia boleh
melayani mereka dengan adil, manakala seorang perempuan hanya boleh mempunyai satu
suami. Di kebanyakan negara Muslim, proses penceraian dalam Islam dikenali sebagai Talak,
yang lazimnya dilakukan suami dengan menyebut kata ―cerai‖. Wanita dikehendaki memakai
Tudung dan menurut Aurat, tapi para sarjana tidak sependapat sama ada terdapat dalil Qur‘an
terhadap amalan tradisional Islam seperti Niqab dan Burqa.

Bermula pada abad ke-20, reformis sosial Islam bertelagah terhadap amalan ini dan
amalan lain seperti Poligami dalam Islam, dengan kejayaan berbeda. Pada masa sama, banyak
wanita Islam mencoba menyelaraskan tradisi dan kemodenan dengan menggabungkan
kehidupan aktif dengan kesederhanaan luaran. Sebagian kumpulan Islamisme seperti Taliban
pula mencoba untuk meneruskan peraturan tradisional seperti yang digunakan kepada wanita.

G. Ulama, Syeikh dan Imam

Terdapat banyak istilah dalam Islam untuk merujuk kepada mereka yang pakar dalam
hukum Islam. Lazimnya para sarjana ini terpelajar dalam beberapa bidang Pengajian Islam.
Secara umumnya, istilah ulama digunakan untuk merujuk kepada mereka yang telah
menyempurnakan latihan dan pengajian sains Islam beberapa tahun, seperti Mufti, Qadi, Faqih

131

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

atau Muhaddith. Sebagian Muslims turut menganggap Mullah, Imam dan — Mawlawi
(gelaran Islam) yang Cuma mencapai tahap terendah kesarjanaan Islam sebagai ulama;
manakala yang lain menganggap mereka perlu mencapai taraf lebih tinggi. Ada juga Muslim
yang mengamalkan Ijtihad di mana mereka tidak menerima kewibawaan ulama.

H. Adab dan Makanan

Banyak amalan jatuh dalam kategori adab, atau etika Islam. Ini termasuk menegur sapa
yang lain dengan ―Assalamualaikum ― (―selamat sejahtera atas kamu‖), menyebut Bismillah
(―dengan Asmaul Husna‖) sebelum makan, dan menggunakan hanya tangan kanan untuk
makan dan minum. Amalan Kebersihan dalam Islam secara besarnya dibahagikan kepada
kategori kesihatan dan kebersihan peribadi. Khatan bagi lelaki diamalkan secara meluas.
Pengebumian Islam termasuk Shalat jenazah serta memandikan dan mengkafankan mayat, dan
kemudian ditanam dalam kubur. Muslim mempunyai batasan dalam pemakanan mereka.
Makanan haram termasuklah produk khinzir, darah, Bangkai dan Arak. Semua daging harus
diperoleh dari haiwan yang disembelih dengan nama Allah oleh seorang Muslim, atau Ahli
Kitab, dengan pengecualian haiwan buruan dan haiwan laut. Makanan yang dibenarkan untuk
Muslim dikenali sebagai makanan Halal.

I. Jihad dan Peraturan Perang

Jihad bermakna ―berusaha atau berjuang‖ (pada jalan Allah) dan diyakini ―Rukun Islam
keenam ― oleh minoritas Muslim Sunnah. Dalam makna yang lebih luas, jihad secara
klasiknya ditafsirkan sebagai ―berusaha sedaya upaya menggunakan kuasa, ikthiar atau
kebolehan diri dalam melawan benda yang tidak dibenarkan.‖ Bergantung pada jenis benda
yang menjadi lawan, sama ada seorang musuh nyata, syaitan, atau suatu aspek dalam diri
sendiri, beberapa kategori berlainan jihad dapat diertikan. Jihad juga merujuk kepada berusaha
untuk memiliki kesempurnaan keagamaan dan moral. Tapi jihad apabila digunakan tanpa
sebarang penerang difahami merujuk kepada aspek ketenteraan. Sebagian pihak berkuasa
Muslim, terutamanya di kalangan Syi‘ah dan Kesufian, membedakan antara ―jihad lebih
besar‖, yang berkaitan dengan kesempurnaan rohaniah diri, dan ―jihad kecil‖, ditakrifkan
sebagai Peperangan.

Di dalam Fiqh, jihad lazimnya diyakini bermakna penggunaan ketenteraan terhadap
penempur bukan-Muslim dalam Qital atau Qital Ummah. Tujuan terakhirnya diperdebatkan,
sebagian mendakwa ia Cuma sebagai pertahanan dan pencegahan, manakala yang lain
mendakwa matlamatnya ialah menyejagatkan Islam. Jihad merupakan satu-satunya bentuk
peperangan yang dibenarkan dalam Islam dan mungkin diisytiharkan terhadap orang murtad,
pemberontak, perompak, kumpulan ganas, dan ketua atau negeri yang menindas Muslim atau
menghalang dakwah. Kebanyakan Muslim kini mentafsirkan jihad sebagai hanya suatu bentuk
pertahanan perang: jihad luaran termasuk berjuang untuk membuat masyarakat Islam
mematuhi norma keadilan Islam. Dalam kebanyakan keadaan dan untuk kebanyakan Muslim,
jihad merupakan tugas kolektif (Fardu Kifayah): pelaksanaannya oleh sebahagian masyarakat
mengecualikan yang lain. Hanya untuk orang yang diberi kuasa, terutamanya raja (Imam),
jihad menjadi tugas individu. Untuk penduduk lain, ini hanya berlaku dalam kes Pengerahan.

131

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Untuk kebanyakan Syiah Imam Dua Belas, jihad serangan hanya boleh diisytiharkan oleh
Imamah (doktrin Syiah)masyarakat Muslim, dan oleh itu digantung sejak keghaiban
Muhammad al-Mahdi pada 868 M.

J. Sejarah

10. Masa pra Islam

Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan perlintasan
perdagangan dalam Jalan Sutera yang menghubungkan antara Indo Eropa dengan kawasan
Asia di timur. Kebanyakan orang Bangsa Arab merupakan penyembah berhala dan ada
sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi. Mekkah adalah
tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena di sana terdapat berhala-berhala
agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah Ka‘bah. Masyarakat ini disebut
pula Jahiliyah, artinya bodoh, bukan dalam hal intelegensia tapi dalam pemikiran moral.
Warga Quraisy adalah masyarakat yang suka berpuisi, dan menjadikan puisi sebagai salah
satu hiburan di saat berkumpul di tempat-tempat banyak.

11. Masa awal Islam

Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang
terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira‘, Arab Saudi. Muhammad dilahirkan
di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 masehi). Ia dilahirkan di
tengah-tengah suku Quraish pada zaman Jahiliyah, dalam kehidupan suku-suku padang
pasir yang suka berperang dan menyembah Berhala. Muhammad dilahirkan dalam keadaan
yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia masih berada di dalam kandungan. Pada
saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah meninggal dunia. Sepeninggalan ibunya,
Muhammad dibesarkan oleh kakeknya Abdul Muthalib dan dilanjutkan oleh pamannya
yaitu Abu Talib. Muhammad kemudian menikah dengan seorang janda bernama Siti
Khadijah dan menjalani kehidupan secara sederhana.

Muhammad bin Abdillah dari Makkah (570 – 632) pada mulanya adalah seorang
peniaga yang kemudian menjadi pemimpin agama, politik dan ketenteraan. Baginda dilihat
sebagai utusan terakhir Tuhan, dan bukan pencipta Islam. Muslim mempercayai bahawa
baginda merupakan pemulih kepercayaan monoteistik asal Nabi Adam, Ibrahim, Musa, Isa
dan lain-lain. Baginda dilihat sebagai Nabi terakhir dan terhebat—manusia yang paling
sempurna, dan pemilik semua sifat unggul. Baginda dilaporkan menerima wahyu dari Allah
selama 23 tahun kehidupan terakhirnya, bermula pada usia 40 tahun. Kandungan wahyu ini,
dikenali sebagai al-Qur‘an, telah dihafal dan direkodkan oleh Sahabat Nabi baginda.

Semasa zaman ini, Nabi Muhammad SAW berdakwah kepada orang Makkah al-
Mukarramah, merayu mereka untuk meninggalkan politeisme. Walaupun sebagiannya
memeluk Islam, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya telah ditindas oleh pihak
berkuasa Makkah. Setelah 13 tahun berdakwah, baginda dan orang Muslim Hijrah ke
bandar Madinah al-Munawwarah (dahulu dikenali sebagai Yathrib) pada 622. Di sana,
dengan mualaf Madinah (Ansar Islam) dan pendatang Makkah (Muhajirin), Nabi
Muhammad SAW mendirikan Teokrasi dan politiknya. Beberapa pertempuran terjadi

132

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

dengan Musyrikin Makkah dan orang Yahudi Madinah yang menentang Muslim diusir.
Pada masa yang sama, laluan perdagangan Makkah disekat sambil Nabi Muhammad SAW
membawa puak-puak padang pasir di sekeliling Madinah masuk ke pihaknya. Pada 629
baginda telah Pembukaan Kota Mekah dengan hampir tanpa pertumpahan darah, dan pada
masa kewafatannya pada 632 telah menguasai seluruh Semenanjung Arab.

12. As-Sabiqun al-Awwalun

Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan
Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam
secara tertutup kepada para sahabatnya. Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara
sembunyi-sembunyi, ia akhirnya menyampaikan ajaran Islam secara terbuka kepada
seluruh penduduk Mekkah, yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya
menentangnya. Pada tahun 622 Masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke
Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah, peristiwa itu menjadi dasar acuan permulaan
perhhitungan Kalender Islam. Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang
Anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan Muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah),
sehingga umat Islam semakin menguat. Dalam setiap peperangan yang dilakukan melawan
orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan. Dalam fase awal ini, tak
terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah. Keunggulan diplomasi nabi
Muhammad pada saat Perjanjian Hudaibiyah, menyebabkan umat Islam memasuki fase
yang sangat menentukan. Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh
kemudian berbalik memeluk Islam, sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat
Islam tidak terjadi pertumpahan darah. Ketika Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah
Arab telah memeluk agama Islam.

13. Al-Khulafa‘ al-Rasyidun

Al-Khulafa‘ al-Rasyidun memilki arti pemimpin yang diberi petunjuk, diawali dengan
kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan dan Ali bin Abu Thalib. Pada masa ini umat Islam mencapai kestabilan politik
dan ekonomi. Abu Bakar memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat Islam dan mengatasi
pemberontakan beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah meninggalnya Muhammad.
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin
balatentara dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan Islam, terutama ke
Syam, Mesir dan Irak. Dengan takluknya negeri-negeri tersebut, banyak harta rampasan
perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh umat Islam.

Dengan kewafatan Nabi Muhammad SAW pada 632, perselisihan faham tercetus
terhadap siapa yang akan mewarisi baginda sebagai ketua umat Muslim. Umar Al-Khattab,
Sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal, mencadangkan Abu Bakar as-Siddiq, yang
merupakan rakan dan sahabat karib Nabi Muhammad SAW Orang lain menambah
sokongan mereka dan Abu Bakar telah dilantik sebagai Khalifah pertama. Pilihan ini
bagaimanapun dipertikaikan oleh sebagian sahabat Nabi Muhammad SAW yang
beranggapan bahawa Ali bin Abi Talib, sepupu dan menantunya, sepatutnya dilantik

133

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

sebagai pewarisnya. Tugas segera Abu Bakar as-Siddiq ialah untuk membela kekalahan
baru-baru ini kepada Empayer Byzantine (atau Empayer Rom Timur, walaupun beliau
terpaksa menghentikan pemberontakan sekelompok puak Arab dalam episod yang dikenali
sebagai Perang Riddah, yakni memerangi kaum yang murtad. Setelah itu Abu Bakr tidak
berumur lebih panjang dan wafat pada tahun 634M.

Dengan kewafatan Abu Bakr, kepemimpinan Islam dilanjutkan dan ditandai dengan
pelantikan Umar al-Khattab sebagai khalifah, diikuti oleh Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Talib. Keempat-empat khalifah ini dikenali sebagai al-khulafā‟ ar-rāshidūn (―Khulafa
al-Rasyidin‖). Di bawah mereka, wilayah pemerintahan Muslim berkembang jauh ke
wilayah Empayer Parsi dan Empayer Byzantine. Setelah sepuluh tahun memimpin umat
Islam, Saidina Umar wafat terbunuh pada 644M. Pemilihan Utsman sebagai pewaris
khilafah menghadapi penentangan yang meningkat. Pada 656M, Saidina Utsman juga
dibunuh, dan Saidina Ali memegang jabatan khalifah. Setelah melawan pembangkang
dalam (―Fitnah Pertama‖), Ali pula telah dibunuh oleh Khawarij pada 661M.

14. Masa Sesudah Al-Khulafa‘ al-Rasyidun

Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari tangan ke
tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut ―khalifah‖, atau kadang-kadang disebut
―amirul mukminin‖, ―sultan‖, dan sebagainya. Pada periode ini khalifah tidak lagi
ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam, melainkan secara turun-
temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga banyak yang menyamakannya
dengan Kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, hingga
Kesultanan Utsmaniyah yang kesemuanya diwariskan berdasarkan keturunan.

Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu kekuatan
politik yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu. Timbulnya tempat-tempat
pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa Arab di berbagai wilayah
dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas kebudayaan Islam yang agung. Banyak
ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan dari berbagai negeri-negeri Islam, terutamanya
pada Zaman emas Islam sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi.

Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan kekhalifahan
yang sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya berbagai otoritas-otoritas
kekuasaan terpisah yang berbentuk ―kesultanan‖; misalnya Kesultanan Safawi, Dinasti
Seljuk, Kekaisaran Mughal, Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka, yang
telah menjadi kesultanan-kesultanan yang memiliki kekuasaan yang kuat dan terkenal di
dunia. Meskipun memiliki kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut secara
nominal masih menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari kekhalifahan Islam.

Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan
penjajah Eropa. Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang secara nominal
diyakini sebagai kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang setelah Perang Dunia I.
Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad V. Karena diyakini

134

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha atau
kemal attaturk, sistem kerajaan dirombak dan diganti menjadi republik.

Menengok ke belakang sejenak, terdapat contoh seni bangunan terbaik hasil
penaklukan Islam yang masih kekal, ialah Masjid Uqbah (di Tunisia) yang dibina pada 670
oleh pemimpin Umayyah Uqbah ibn Nafi dan diyakini sebagai moyang dan model semua
masjid di barat dunia Islam Sementara elit Arab-Muslim bertempur dalam penaklukan,
sebagian Muslim zahid mula mempersoalkan kewarakan dan menurut kemauan dalam
kehidupan duniawi, menekankan kepada kemiskinan, rendah diri dan pengelakan dosa
sebagai jalan menolak kemauan badan. Muslim soleh yang zahid seperti Hasan al-Basri ini
kemudian membangkitkan gerakan yang akan berkembang menjadi Kesufian.

Bagi aristokrasi Umayyah, Islam dilihat sebagai agama untuk Arab saja; ekonomi
Empayer Umayyah berdasarkan pada anggapan bahawa mayoritas bukan-Muslim (Zimmi)
perlu membayar cukai kepada Arab Muslim minoritas. Seorang bukan-Arab yang mau
memeluk Islam perlu terlebih dahulu menjadi pelanggan suku Arab. Malah setelah
pemelukan, Muslim baru ini (Mawali) tidak mencapai kesamaan sosial dan ekonomi
dengan Arab. Karena itu, sekelompok keturunan dari saudara bapa Nabi Muhammad SAW,
Abbas bin Abdul Muttalib menghimpun mawali yang tidak puas hati, Arab miskin, dan
sebahagian Syi‘ah untuk melawan Umayyah dan menggulingkan mereka dengan bantuan
dari propagandis dan pemimpin mereka iaitu Abu Muslim, membentuk Kerajaan Bani
Abbasiyyah pada 750.

15. Zaman Gemilang (750–1258)

Di bawah Abbasiyyah, tamadun Islam berkembang pesat pada Zaman Kegemilangan
Islam, dengan ibu kotanya di bandar kosmopolitan Baghdad. Enam kitab hadis utama telah
disusun dan empat Mazhab Sunah moden telah diasaskan. Hukum Islam telah maju dengan
hebat oleh usaha imam awal abad ke-9 Muhammad bin Idris al-Syafii; beliau mengekodkan
cara untuk memastikan kebolehpercayaan hadis, satu topik yang telah menjadi fokus
pertikaian di kalangan sarjana Islam. Ahli falsafah Ibnu Sina dan Al-Farabi mencoba untuk
menggabungkan prinsip Greek ke dalam teologi Islam, manakala yang lain seperti ahli
teologi abad ke-11 Abu Hamid Al-Ghazali menentangnya dan akhirnya berjaya. Sufisme
dan Syiah pula mengalami perubahan besar pada abad ke-9. Kesufian menjadi gerakan
mantap yang telah bergerak ke arah kebatinan dan menjauhi rumpun zahidnya, manakala
Syiah berpecah berpunca dari ketidaksetujuan atas pewarisan Imam.

Penyebaran penguasaan Islam menyebabkan permusuhan di kalangan penulis
KrisThian Zaman Pertengahan yang melihat Islam sebagai musuh berdasarkan bilangan
besar pemeluk baru Muslim. Penentangan ini mengakibatkan perjanjian polemik yang
menggambarkan Islam sebagai agama Anti-Al-Masih dan Muslim sebagai penuh bernafsu
dan submanusia. Pada Zaman Pertengahan juga, sebilangan kecil ahli falsafah Arab seperti
pemuisi Al-Ma‘arri mengambil pendekatan kritikal kepada Islam, dan ahli falsafah Yahudi
Maimonides membedakan pandangan Islam mengenai moral dengan pandangan Yahudi
yang beliau sendiri huraikan.

135

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Rumah sakit umum didirikan pada masa ini (dipanggil hospital) Bimaristan, dan
diyakini ―hospital pertama‖ dari segi makna moden perkataan itu dan mengeluarkan
diploma perubatan pertama untuk perlesenan Doktor. Guinness World Records mengiktiraf
Universiti Al-Karaouine yang diasaskan pada 859M sebagai universiti memberi Ijazah
tertua di dunia. Asal usul Kedoktoran juga bermula dari ijazat attadris wa „l-ifttd (―lesen
mengajar dan memberikan pendapat hukum‖) di Madrasah yang mengajar Syariah. Institusi
pertama untuk Penyakit mental juga diasaskan di dunia Muslim. Ketika ini, piawai teknik
Uji kaji dan PengkuantiThian diperkenalkan kepada proses saintifik untuk membedakan
teori-teori bersaing di samping tradisi petikan. Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham diyakini
sebagai bapa Kaedah saintifik moden dan sering dipanggil ―ahli sains sebenar pertama‖.
Institusi perundangan yang diperkenalkan Islam termasuklah Undang-undang amanah dan
Wakaf (Faraidh).

16. Perpecahan, Perang Salib, Serangan Mongol

Pada lewat abad ke-9, khilafah Abbasiyyah mula retak apabila beberapa wilayah
mendapat autonomi lebih. Di sepanjang Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia Tengah,
Amiriah terbentuk apabila wilayah berpecah. Empayer Arab monolitik memberi laluan
kepada Dunia Islam yang lebih homogen di mana Khilafah Fatimiyyah Syiah malah
menandingi kekuasaan keagamaan khilafah. Pada 836, khalifah Al-Mu‘tasim memindahkan
Ibu negara khilafah dari Baghdad ke bandar baru Samarra, sehinggalah 892 apabila ia
dikembalikan semula ke Baghdad oleh Al-Mu‘tamid. Pada 1055 Wangsa Seljuk telah
mengatasi Abbasiyyah sebagai kuasa tentera, walaupun mereka terus menghormati kuasa
khalifah pada namanya. Semasa zaman ini pengembangan dunia Islam diteruskan, melalui
kedua-dua penaklukan dan Dakwah secara aman walaupun kedua-dua rangkaian
perdagangan Islam dan Muslim berkembang ke sub-Sahara Afrika Barat, Asia Tengah,
Volga Bulgaria dan Kepulauan Melayu.

Reconquista telah dilancarkan terhadap Taifa Muslim di Semenanjung Iberia, dan
Islam di Itali Muslim telah dirampas oleh Norman. Bermula abad ke-11, pakatan kerajaan
KrisThian Eropah dikerahkan bagi melancarkan siri peperangan yang dikenali sebagai
Perang Salib, dengan matlamat mengundurkan tentera Muslim dari Empayer Byzantine,
terutamanya Tanah Suci, dan mendirikan Negeri Salibi. Pada mulanya berjaya, perolehan
wilayah ini telah dibalikkan oleh pemimpin Muslim yang berikutnya seperti Salahuddin al-
Ayyubi; yang menawan semula Baitulmuqaddis semasa Perang Salib Kedua.

Di timur, Empayer Mongol mengakhiri dinasti Abbasiyyah di Kejatuhan Baghdad,
dalam satu siri serangan menakluki tanah Muslim. Sementara itu di Mesir, tentera-hamba
Mamluk mengambil alih kuasa dalam kebangkitan pada 1250 dan dalam pakatan dengan
Angkatan Kencana menghentikan tentera Mongol pada Perang Ain Jalut. Dalam abad yang
berikutnya Kekhanan Mongol memeluk Islam dan penyerapan keagamaan dan kebudayaan
ini menandakan zaman baru sintesis Mongol-Islam yang membentuk penyebaran lanjut
Islam di tengah Asia, timur Eropah dan Subbenua India. Kekhanan Krimea merupakan
antara kuasa terkuat di Eropah Timur hingga akhir abad ke-17.

136

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

17. Penaklukan Baru (1030–1918)

Pada abad ke-13 dan ke-14 Empayer Utsmaniyyah (dinamakan bersempena Utsman I
muncul dari kalangan “amiriah Ghazi‖ ini dan bertapak kukuh setelah satu siri penaklukan
yang termasuk Balkan, sebahagian Greece dan barat Anatolia. Pada 1453 di bawah
Muhammad al-Fatih mereka mengepung Constantinople, ibu kota Byzantium, Kejatuhan
Constantinople sejurus setelah itu, tidak mampu melawan bilangan tentera Utsmaniyyah
yang lebih besar dan sedikit sebanyak, teknologi Meriam. Setelah Mesir Mamluk jatuh
kepada mereka pada 1517, Empayer Utsmaniyyah turut melancarkan Perang Utsmaniyyah
di Eropah yang menjangkau hingga ke Pengepungan Vienna pada 1529. Menjelang abad
ke-18, meskipun terdapat mencobaan pemodenan, Empayer Utsmaniyyah telah mula rasa
diancam oleh kelebihan ketenteraan dan ekonomi Eropah.

Sementara itu bermula pada abad ke-13, Sufisme mengalami perubahan, secara
besarnya berawal dari usaha Abu Hamid Al-Ghazali untuk mengesahkan dan menyusun
semula gerakan tersebut. Beliau mengembangkan model golongan Sufi—satu komunitas
guru dan pelajar rohaniah. Satu lagi perkara penting pada Kesufian ialah penghasilan
Masnawi, satu koleksi puisi mistik oleh pemuisi Bahasa Parsi Jalaluddin Muhammad Rumi.
Masnawi mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pemikiran keagamaan Sufi; bagi
kebanyakan Sufi ia kitab kedua terpenting, setelah al-Qur‘an. Dari abad ke-14 hingga ke-16
bahagian timur dunia Islam mengalami satu lagi zaman kegemilangan di bawah Wangsa
Timuriyah. Pada awal abad ke-16, Wangsa Safawiyah menguasai Parsi dan menetapkan
Islam Syiah sebagai agama rasmi di sana, dan meskipun terdapat halangan berkala, kekal
berkuasa selama dua abad sehinggalah awal abad ke-18.

Setelah penjajahan Parsi dan penjarahan Baghdad oleh Mongol pada 1258, Delhi
menjadi pusat kebudayaan terpenting Muslim timur. Banyak wangsa Islam memerintah
pelbagai bahagian subbenua India bermula dari abad ke-12. Yang utama termasuk
Kesultanan Delhi (1206-1526) dan Empayer Mughal (1526-1857). Empayer-empayer ini
membantu penyebaran Islam di Asia Selatan. Pada abad ke-18 gerakan Wahabi mula
bertapak di Arab Saudi. Diasaskan oleh pendakwah Muhamad Abdul Wahab, Wahabi
merupakan ideologi fundamentalis yang mengutuk amalan seperti Sufisme dan
penghormatan kepada wali sebagai tidak Islamik.

Menjelang pertengahan abad ke-19 Empayer British secara rasminya mengakhiri
dinasti Mughal, dan pada akhir abad ke-19 menggulingkan Kerajaan Mysore yang
diperintah Muslim. Pada abad ke-19, kebangkitan nasionalisme telah mengakibatkan
Greece mengisytiharkan dan memenangi kemerdekaan pada 1829, dengan beberapa negeri
Balkan ikut serta setelah Utsmaniyyah mengalami kekalahan dalam Perang Rusia-Turki
(1877–1878). Pada masa ini, banyak Muslim berpindah, kebanyakannya dari India dan
Indonesia ke Caribbean secara tidak langsung menyebarkan agama mereka di tempat-
tempat baru. Era Utsmaniyyah berakhir di hujung Perang Dunia Pertama dan Khilafah
dimansuhkan pada 1924.

137

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

18. Zaman Modern (1918– Kini)

Pada awal abad ke-20, kebanyakan dunia Muslim di luar Empayer Utsmaniyyah telah
diserap ke dalam empayer Eropah bukan Islam. Setelah kekalahan Perang Dunia Pertama,
saki-baki empayer ini telah dibahagikan sebagai Negeri naungan atau Lingkungan pengaruh
Eropah. Sejak itu kebanyakan masyarakat Muslim jajahan Eropah ini telah merdeka, dan
isu baru seperti kekayaan minyak dan hubungan dengan Israel telah mendapat keutamaan.

Abad ke-20 memperlihatkan dunia Islam makin terdedah kepada pengaruh kebudayaan
luar. Sebagai gerak balas, banyak gerakan ―pemulih‖ Islam dimulakan. Kumpulan seperti
Ikhwanul Muslimun di Mesir dan Jamaat-e-Islami di Pakistan menyokong alternatif
totalistik dan teokratik kepada ideologi politik sekular. Kadangkala dipanggil Islamisme,
mereka melihat nilai kebudayaan Barat sebagai ancaman, dan menggalakkan Islam sebagai
penyelesaian komprehensif kepada persoalan harian umum dan peribadi. Di negara seperti
Iran, gerakan revolusi menggantikan rejim Sekularisme dengan negeri Islam, manakala
kumpulan transnasional seperti Al-Qaeda Osama bin Laden terlibat dengan Pengganasan
untuk mencapai matlamat mereka. Berbeda pula dengan Gerakan liberalisme dalam Islam
yang mencoba untuk menyelaraskan tradisi keagamaan dengan norma moden pemerintahan
sekular dan Hak asasi manusia. Penyokongnya mengatakan bahawa terdapat berbagai cara
untuk membaca teks suci Islam, dan menekankan perlunya meninggalkan ruang untuk
―pemikiran bebas pada perkara keagamaan‖.

Kritikan terhadap Islam masa kini termasuk tuduhan bahawa Islam tidak bertoleransi
terhadap kritikan dan Syariat Islam terlalu keras pada Murtad dalam Islam. Pengkritik
seperti Ibn Warraq mempersoalkan kemoralan al-Qur‘an, mengatakan bahawa
kandungannya mewajarkan penganiayaan terhadap wanita dan menggalakkan komen
Antisemitisme oleh ahli teologi Muslim. Ada juga penulis yang mengkritik Islam (dan
agama lain) sebagai seksis, tiada toleransi dan suka berperang. Dakwaan seumpama itu
dipertikaikan oleh penulis Muslim seperti Fazlur Rahman, Syed Ameer Ali, Ahmed Deedat
dan Yusuf Estes. Yang lain seperti Daniel Pipes dan Martin Kramer lebih memfokuskan
pada kritikan penyebaran Fundamentalisme Islam, satu bahaya yang mereka rasakan telah
diabaikan. William Montgomery Watt dan Norman Daniel bagaimanapun menyangkal
banyak kritikan sebagai produk mitos dan polemik lama. Kebangkitan Islamofobia,
menurut Carl W. Ernst, telah menyumbangkan kepada pandangan negatif mengenai Islam
dan Muslim di Barat.

K. DemografiDunia Islam

Kajian demografi menyeluruh terhadap 232 negara dan wilayah pada 2009 melaporkan
bahawa 23% penduduk dunia atau 1.57 bilion orang merupakan Muslim. Sekitar 80–90%
angka ini merupakan Ahli Sunah Waljamaah dan 10–20% adalah Syiah, dengan minoritas
kecil tergolong dalam mazhab lain. Kira-kira 50 negara Islam mengikut negara, dan sekitar
20% dari semua Muslim seluruh dunia merupakan Arab. Antara 1900 dan 1970 komunitas
Muslim sejagat berkembang dari 200 juta kepada 551 juta; antara 1970 dan 2009 populasi
Muslim berkembang lebih tiga kali menjadi 1.57 bilion. Mayoritas Muslim tinggal di Asia dan

138

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Afrika. Sekitar 62% Muslim menetap di Asia, dengan lebih 683 juta penganut di Indonesia,
Pakistan, India dan Bangladesh. Di Timur Tengah, negara bukan Arab seperti Turki dan Iran
adalah negara mayoritas Muslim terbesar; di Afrika, Mesir dan Nigeria memiliki masyarakat
Muslim tebanyak. Kebanyakan anggaran menyatakan yang Republik Rakyat China memiliki
antara 20 hingga 30 juta Muslim (1.5% hingga 2% penduduk). Bagaimanapun, data dari
International Population Center San Diego State University menunjukkan bahawa China
memiliki 65.3 juta Muslim. Islam ialah agama kedua terbesar setelah KrisThian di banyak
negara Eropah, dan sedang menghampiri status tersebut di Benua Amerika, dengan antara 2.45
juta dan kira-kira 7 juta Muslim di Amerika Syarikat.

Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 miliar umat Muslim yang
tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut sekitar 18% hidup di negara-negara Bangsa
Arab, 20% di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatan yakni Pakistan, India dan
Bangladesh. Populasi Muslim terbesar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia.
Populasi Muslim juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat
Tiongkok, Amerika Serikat, Eropa, Asia Tengah dan Rusia. Pertumbuhan Muslim sendiri
diyakini mencapai 2,9% per tahun, sementara pertumbuhan penduduk dunia hanya mencapai
2,3%. Besaran ini menjadikan Islam sebagai agama dengan pertumbuhan pemeluk yang
tergolong cepat di dunia. Beberapa pendapat menghubungkan pertumbuhan ini dengan
tingginya angka kelahiran di banyak negara Islam (enam dari sepuluh negara di dunia dengan
angka kelahiran tertinggi di dunia adalah negara dengan mayoritas Muslim. Tapi belum lama
ini, sebuah studi demografi telah menyatakan bahwa angka kelahiran negara Muslim menurun
hingga ke tingkat negara Barat.

L. KebudayaanIslam

1. Tahun Hijriyah

Permulaan rasmi era Muslim yang dipilih ialah Hijrah pada 622 M, yang merupakan

titik perubahan penting dalam nasib Nabi Muhammad SAW Penetapan tahun ini sebagai

tahun 1 H atau 1 AH (Anno Hegirae) dalam kalendar Islam dilaporkan dibuat oleh Umar

Al-Khattab. Ia merupakan Takwim qamari, dengan 19 tahun lazim 354 hari dan 11 tahun

lompat 355 hari dalam kitaran 30 tahun. Tarikh Islam tidak boleh ditukarkan kepada tarikh

Masihi secara mudah dengan menambah 622 tahun: peruntukan harus dibuat untuk fakta

bahawa setiap abad Hijri sejajar dengan hanya 97 tahun dalam kalendar KrisThian.

Perayaan Islam jatuh pada tarikh tetap dalam takwim qamari, yang bermakna mereka

terjadi pada musim berlainan pada tahun berlainan dalam Kalendar Gregory. Perayaan

‫غَد امفطر‬Islam yang terpenting ialah Hari Raya Aidilfitri (B. Arab :) pada 1 Syawal, yang

‫غَد‬menandakan berakhirnya bulan berpuasa Ramadan, dan Hari Raya Aidiladha (B. Arab :

‫ )اْ ٔلضحى‬pada 10 Zulhijah, serentak dengan haji ke Makkah. Hari dalam takwim Islam

bermula pada waktu maghrib.

139

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

2. Islam dan Agama Lain

Masjid Al-Aqsa di Al Haram Al-Sharif, Baitulmuqaddis, sebuah tapak suci bagi Islam
dan Agama Yahudi. Qubbat As-Sakhrah, juga di Al Haram Al Sharif. Muslim percaya Nabi
Muhammad SAW Isra dan Mi‘raj dari sini. Menurut doktrin Islam, Islam merupakan
agama asal manusia, diakui oleh Nabi Adam a.s.. Pada suatu ketika, perpecahan berlaku,
dan Allah mula mengutuskan nabi-nabi untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada manusia.
Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nevi‘im dan Nabi Isa a.s., kesemuanya diakui sebagai
Nabi, tapi Islam percaya pesanan mereka dan teks Taurat dan Kitab Bible telah Tahrif oleh
Orang Yahudi dan KrisThian. Begitu juga, setiap kanak-kanak dilahirkan Muslim, tapi
telah dibawa memeluk agama lain oleh ibu bapa mereka yang tidak Islam.

Hukum Islam membahagikan bukan-Muslim kepada beberapa kategori, bergantung
pada hubungan mereka dengan negeri Islam. KrisThian dan Yahudi yang hidup di bawah
pemerintahan Islam dikenali sebagai Zimmi (―orang yang dilindungi‖). Menurut aturan ini,
keselamatan peribadi dan harta zimmi dijamin dengan syarat mereka membayar ufti
(Jizyah) kepada kerajaan Islam. Status ini turut diberikan kepada orang Majusi dan
kadangkala orang Hindu, tapi bukan kepada Ateisme atau Agnostisisme. Mereka yang
hidup di tanah bukan-Muslim (dar al-harb) dikenali sebagai harbi, dan sebaik memasuki
pakatan dengan negeri Muslim dikenali sebagai ahl al-ahd. Mereka yang menerima
jaminan keselamatan semasa tinggal buat sementara waktu di tanah Muslim dikenali
sebagai ahl al-amān. Kedudukan mereka adalah sama seperti zimmi kecuali mereka tidak
perlu membayar jizyah. Orang yang bersetuju gencatan senjata (ahl al-hudna) adalah yang
tinggal di luar wilayah Muslim dan bersetuju untuk menahan diri dari menyerang Muslim.
Murtad dalam Islam ditegah, dan boleh dihukum bunuh.

Gerakan Alevi, Yazidi, Duruzi, Ahmadiyyah, Bábisme, Bahá‘í dan Barghawata sama
ada berpunca dari Islam atau berkongsi sebagian kepercayaan dengan Islam. Sebagian
menganggap diri mereka berbeda manakala yang lain menganggap masih bermazhab Islam
walaupun berkontroversi dalam sebagian kepercayaan mereka dengan Muslim aliran utama.
Sikhisme, diasaskan oleh Guru Nanak pada lewat abad ke-15 di Rantau Punjab,
mengandungi aspek kedua-dua Islam dan Hinduisme.

3. Aspek Kebahasaan

Islam berasal dari kata Arab “aslama-yuslimu-islaman” yang secara kebahasaan
berarti ―menyelamatkan‖, misal teks ―assalamu alaikum‖ yang berarti ―semoga
keselamatan menyertai kalian semuanya‖. Islam atau Islaman adalah masdar (Kata benda)
sebagai bahasa penunjuk dari fi‟il (Kata kerja), yaitu ―aslama‖ bermakna telah selamat
(Kala lampau) dan ―yuslimu‖ bermakna ―menyelamatkan‖ (past continous tense). Kata
triliteral semitik ‗S-L-M‘ menurunkan beberapa istilah terpenting dalam pemahaman
mengenai keislaman, yaitu Islam dan Muslim. Kesemuanya berakar dari kata Salam yang
berarti kedamaian. Kata Islam lebih spesifik lagi didapat dari Bahasa Arab Aslama, yang
bermakna ―untuk menerima, menyerah atau tunduk‖ dan dalam pengertian yang lebih jauh
kepada Tuhan.

141

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

4. Aspek Kemanusiaan

Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penyerahan diri kepada Tuhan,
dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya,
dan menghindari Politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari Al-Qur‘an.
Dalam beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: ―Barangsiapa yang
Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan
dadanya untuk (memeluk agama) Islam…‖ Ayat lain menghubungkan Islām dan Din
(Istilah Arab), (lazimnya diterjemahkan sebagai ―agama‖): ―…Pada hari ini telah Ku-
sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu‖. Tapi masih ada yang lain yang menggambarkan
Islam itu sebagai perbuatan kembali kepada Tuhan-lebih dari hanya penyataan pengesahan
keimanan.

5. Kepercayaan

a. Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah Syahadat (―dua kalimat
persaksian‖), yaitu ―asyhadu an-laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan
rasuulullaah‖ – yang berarti ―Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya
bersaksi bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah‖. Esensinya adalah prinsip Tauhid
dan pengakuan terhadap kenabian Muhammad. Adapun bila seseorang meyakini dan
kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, ia dapat diyakini telah menjadi
seorang muslim dalam status sebagai Mualaf (orang yang baru masuk Islam dari
kepercayaan lamanya).

b. Percaya bahwa Allah mengutus Muhammad sebagai Penutup Para Nabi setelah
diutusnya Isa al-Masih 6 abad sebelumnya.

c. Percaya bahwa Al-Qur‘an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad)
sebagai sumber hukum dan peraturan hidup yang fundamental. Mereka tidak
menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai penerus dan
pembaharu kepercayaan monoteistik yang diturunkan kepada Ibrahim, Musa, Isa, dan
Para nabi dan rasul dalam Islam oleh Tuhan yang sama. Islam menegaskan bahwa
agama Yahudi dan Kristen belakangan setelah kepergian para nabinya telah
membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks
dalam kitab suci, memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.

d. Meyakini Al-Qur‘an yang disampaikan oleh Allah kepada Muhammad. Melalui
perantara Malaikat Jibril adalah sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (Surah
Al-Baqarah/2:2). Di dalam al-Qur‘an Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan
Al-Quran hingga akhir zaman. Al-Qur‘an adalah kitab suci ummat Islam yang
diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara
harfiah Qur‘an berarti bacaan. Tapi walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab,
ummat Islam merujuk Al-Qur‘an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di dalamnya,
bukan pada bentuk fisiknya sebagai hasil cetakan.

141

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

e. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur‘an disampaikan kepada Muhammad melalui
malaikat Jibril. Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap antara tahun 610 hingga
hingga wafatnya dia 632 M. Walau Al-Qur‘an lebih banyak ditransfer melalui hafalan,
tapi sebagai tambahan banyak pengikut Islam pada masa itu yang menuliskannya pada
tulang, batu-batu dan dedaunan.

f. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur‘an yang ada saat ini persis sama dengan yang
disampaikan kepada Muhammad, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang
kemudian menghapalkan dan menulis isi Al Qur‘an tersebut. Secara umum para ulama
menyepakati bahwa versi Al-Qur‘an yang ada saat ini pertama kali dikompilasi pada
masa Khalifah Utsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang berkisar antara 650 hingga
656 M. Utsman bin Affan kemudian mengirimkan duplikat dari versi kompilasi ini ke
seluruh penjuru kekuasaan Islam pada masa itu dan memerintahkan agar semua versi
selain itu dimusnahkan untuk keseragaman. Al-Qur‘an memiliki 114 surah , dan
sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan tergantung cara menghhitung). Hampir semua
Muslim menghafal setidaknya beberapa bagian dari keseluruhan Al-Qur‘an, mereka
yang menghafal keseluruhan Al-Qur‘an dikenal sebagai Hafiz (jamak:huffaz).
Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang jarang, dipercayai bahwa saat ini terdapat jutaan
penghapal Al-Qur‘an diseluruh dunia. Di Indonesia ada lomba Musabaqah Tilawatil
Qur‘an yaitu lomba membaca Al-Qur‘an dengan tartil atau baik dan benar. Yang
membacakan disebut Qari (pria) atau Qariah (wanita).

g. Muslim juga percaya bahwa Al-Qur‘an hanya Bahasa arab. Hasil terjemahan dari Al-
Qur‘an ke berbagai bahasa tidak merupakan Al-Qur‘an itu sendiri. Karena itu
terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai komentar terhadap Al-Qur‘an ataupun
bentuk usaha untuk mencari makna Al-Qur‘an, tapi bukan Al-Qur‘an itu sendiri.

h. Beriman dan meyakini kebenaran kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum
al-Qur‘an (Zabur, Taurat, Injil dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan
rasul terdahulu sebelum Muhammad. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur‘an,
seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada
kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur‘an adalah satu-satunya kitab
Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

i. Meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa

Adam adalah satu agama yang sama dengan Tauhid (satu Tuhan yang sama), dengan
demikian tentu saja Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif (murni) yang
menjadikannya seorang Muslim. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama
Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam
al-Qur‘an, penganut Yahudi dan Kristen sering direferensikan sebagai Ahli Kitab atau
orang-orang yang diberi kitab.

j. Meyakini Muhammad (570-632M) adalah Nabi terakhir dalam ajaran Islam di mana
mengakui kenabiannya merupakan salah satu syarat untuk dapat disebut sebagai seorang
Muslim. Dalam Islam Muhammad tidak diposisikan sebagai seorang pembawa ajaran
baru, melainkan merupakan penutup dari rangkaian nabi-nabi yang diturunkan

142

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

sebelumnya. Muhammad dalam pandangan Islam adalah seorang manusia bisaa, tapi
setiap perkataan dan perilaku dalam kehidupannya dipercayai merupakan bentuk ideal
dari seorang muslim. Karena itu dalam Islam dikenal istilah Hadits yakni kumpulan
perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan Muhammad. Kata hadits itu
sendiri adalah bukan kata infinitif. Hadits adalah teks utama (sumber hukum) kedua
Islam setelah Al Qur‘an. Saat umat Islam menyebut atau menuliskan nama Nabi
Muhammad, mereka bisaanya menambahkan ucapan penghormatan Selawat (semoga
Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya), sering disingkat SAW, setelah
namanya.

M. Perbandingan konsep Tuhan antar agama

Beberapa sarjana barat menyatakan bahwa Muhammad juga menggunakan istilah Allah
dalam berkomunikasi dengan pagan Arab dan Yahudi atau Nasrani untuk menegakkan dasar
umum dalam memahami nama Tuhan, sebuah klaim Gerhard Böwering menyatakan keraguan.

1. Tuhan dalam Islam vs Tuhan dalam Arab pra-Islam

Ketika membandingkan Politeisme Arab pra-Islam, Tuhan dalam Islam tidak memiliki
teman dan sekutu maupun pertalian antara Tuhan dengan Jin.Arab pagan pra-Islam bermula
dengan adanya berhala yang dibawa ke tanah Arab oleh Amr bin Luhay. Mereka lalu
mencampur-adukkan antara Monoteisme yang dibawa Ibrahim dan Paganisme. Mereka
percaya takdir yang kabur, kuat, dan tidak dapat ditawar-tawar melebihi apa yang manusia
tidak dapat kendalikan. Paham ini diganti dengan gagasan Islam Tuhan Yang Maha
Pemurah tapi Maha Kuasa.

2. Tuhan dalam Islam vs Tuhan dalam Yahudi

Menurut Francis Edwards Peters, Al-Qur‘an menuntut Muslim untuk beriman, dan
sejarawan menyetujui bahwa Muhammad dan pengikutnya menyembah Tuhan yang sama
dengan Tuhan Yahudi. Allah adalah Tuhan Pencipta yang sama yang mengadakan
perjanjian dengan Ibrahim. Peters menyatakan bahwa al-Quran menggambarkan Allah
lebih kuat dan luas dari Yahweh, dan sebagai Tuhan alam semesta, tidak seperti Yahweh
yang hanya lebih dekat pada orang-orang Israel. Menurut Encyclopedia Britannica (lihat
juga bagian di bawah untuk perbandingan kasih Tuhan dalam Islam dan Kristen). Tuhan,
dikatakan dalam al-Quran, ―mencintai yang berbuat baik,‖ dan dua bagian dalam al-Quran
mengekspresikan sebuah kasih yang saling mengerti antara Tuhan dan manusia, tapi
Yudeo-Kristen mengajarkan ―cintai Tuhan dengan segenap hatimu‖ tidak dirumuskan
dalam Islam. Tekanan ini lebih pada kebebasan kehendak Tuhan, sehingga setiap orang
harus berserah diri. Yang paling utama, ―menyerahkan diri kepada Allah‖ (Islam)
merupakan agama itu sendiri.

3. Tuhan dalam Islam vs Tuhan dalam Kristen

Islam dengan tegas menolak kepercayaan Kristen bahwa Tuhan itu tiga pribadi dalam
satu hakekat (lihat Trhitunggal). Dalam konsepsi Islam tentang Tuhan, tidak ada kesetaraan

143

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

antara Tuhan dan ciptaan. Kehadiran Tuhan dipercaya ada di manapun, dan tidak

menjelma sebagai siapapun atau apapun. Kristen Barat merasa Islam sebagai agama kafir
selama Perang Salib pertama dan Perang Salib kedua. Muhammad dipandang sebagai setan
atau tuhan palsu yang disembah bersama Apollyon dan Termangant dalam trinitas yang
tidak suci. Pandangan tradisional Kristen adalah bahwa Tuhan Muhammad sama dengan
Tuhannya Yesus. Ludovico Marracci (1734), penerima pengakuan dosa Paus Innosensius
XI, menyatakan: Muhammad dan pengikutnya yang menganggap ortodoks, telah dan
melanjutkan untuk memiliki gagasan Tuhan yang asli dan logis dan sifat-sifat-Nya (selalu
mengecualikan dan menolak Trituggal), muncul sangat jelas dari Qur‘an itu sendiri dan
seluruh kepercayaan akan Tuhan Muhammad, sehingga akan membutuhkan banyak waktu
untuk menyangkal yang beranggapan Tuhan Muhammad berbeda dengan Tuhan sejati.
Banyak pesan-pesan dalam Perjanjian Lama mengacu pada kasih Tuhan. Tema sentral
dalam Perjanjian Baru adalah kasih Tuhan dalam perantaraan Yesus. Dalam Islam, kasih
Tuhan muncul dalam seluruh tanda-tanda dan penciptaan Bumi di mana manusia dapat
hidup dalam kehidupan yang layak.

‫ِف َرا ًشا‬ ‫ا ْْ َل ْر َض‬ ‫)ا خِ ِلي َج َؼ َل مَُُ ُك‬99( ‫مَ َؼوخُُ ْك تَتخ ُلو َن‬ ‫َََيوام َأخُُّسيَ َاما َءامنِخبانَ ُا ًءس َواَأْْ ْغَزُب َُلد ِوما َنَبرخامُُ ُكخساَمخِاِلِء َيما ًء ََوَفَبلََُُْخْكَر ََجوا خِِب ِلِوٍ َِمن َنِماْمنثخ َمكََ ْبراِوُُِ ْكت‬
.‫تَ ْؼوَ ُمو َن‬ ‫ََ ْت َؼوُوا َِّخلِل َأهْ َدا ًدا َوَأهْ ُُ ْت‬ ‫ِر ْزكًا مَُُ ْك فَ ََل‬

{Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang

sebelummu, agar kamu bertakwa ◘ Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan

bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia

menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,60 Padahal kamu mengetahui ◘ (QS

al-Baqarah/2:21-22)}.

Pujian umat Muslim kepada Tuhan yang paling umum adalah ‗Yang Maha Pengasih,
Maha Penyayang‘. Dua lainnya dari Asma‘ul husna Tuhan ‗Maha Kasih sayang‘ (wadud)
dan ‗Maha Pemberi‘ (wahhāb). William Montgomery Watt berpegang bahwa Kristen
memiliki lebih banyak tekanan dalam aturan tingkah laku Tuhan sebagai penggembala yang
pergi mencari domba-domba yang hilang dan menyelamatkannya. Di sisi lain, Islam
menolak sebagian doa bagi siapapun yang telah kafir. Dalam Islam, Watt mengatakan,
Tuhan menyediakan nikmat bagi setiap golongan untuk mencapai kehidupan kekal (contoh:
kehidupan di Surga) dengan mengirim utusan atau nabi untuk mereka. Islam juga
mengembangkan doktrin perantaraan Muhammad pada Hari Kiamat yang akan menerima
mereka dengan baik, meskipun yang berbuat dosa akan diadili atas dosa-dosa mereka baik
di bumi maupun di neraka.

Ф ÐŠ Ф

60Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan
sebagainya.

144

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

BIODATA PENYUSUN

Nama : Drs. Dahrun Sajadi, MA
Tmpat & Tgl. Lhir : Banyumas, 15 Okt. 1962
Alamat : Jl. Al-Baidho, RT 002/RW 06 No.76, Lubang Buaya, Jakarta Timur,
13810.
Tlp. : 082213042332, 081311217933
E-mail : [email protected]

Pendidikan

1. Lulus Madrasah Ibtida‘iyyah, Banyumas, 1974.
2. Lulus Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) & Madrasah Tsanawiyyah (MTs.),

Banyumas, 1979.
3. Lulus Madrasah Aliyah (MA), Banyumas, 1982.
4. Lulus Sarjana Muda (Bacaloreat), Ushuluddin, Jakarta, 1986.
5. Lulus Sarjana Lengkap (S1), Ilmu Dakwah, Jakarta, 1991.

6. Lulus Program Penataran Bahasa Arab dan Kebudayaan Islam (ْ‫دورةْانهغتْانعزبيتْوانثقبفت‬
‫ )الإسلاييت‬Kerjasama Universitas Islam Madinah dan Universitas Islam Bandung, 1993.

7. Lulus Program Pasca Sarjana (S2), Ilmu Dakwah, 2006.

Pengalaman

1. Pesuruh, Tata Usaha, Bendahara Sekolah, Jakarta, 1982-1983.
2. Guru Madrasah Tsanawiyyah, Jakarta, 1983 – 1991.
3. Dosen Tetap Fakultas Agama Islam Universitas Islam As-Syafi‘iyyah, Jakarta, 1992 s/d

sekarang).
4. Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam – Perguruan Tinggi Dakwah Islam (STAI-PTDI),

Jakarta, 1994 – sekarang;
5. Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al-‗Aqidah, Jakarta, 1993 – 1998
6. Dosen mata khuliah Agama Islam di Akademi Ilmu Statistik / Sekolah Tinggi Ilmu

Statistik (AIS/STIS) Jakarta, 1993 –- 1995.
7. Dosen mata kuliah Agama Islam pada Akademi Perawat Kelas Jauh Universitas

Padjadjaran Bandung di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bekasi, 2000 – 2002.
8. Dosen mata kuliah Agama Islam di Sekolah Tinggi Menejemen Informatika dan

Komputer (STMIK) Mercusuar, Bekasi, Jawa Barat, 2005 s/d 2009.
9. Staf Pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyyah (STIT ) – INSIDA, Jakarta, 2009/2010 –

2011.
10. Mengasuh/membimbing pengajian dan kajian ke-Islam-an di masjid-masjid dan

perumahan di Jakarta, 1983 s/d sekarang.

145

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Profesi

Orientasi ilmu, telah menuntun dan mengantarkan penulis kepada profesi guru, dosen,
penceramah, serta pengasuh pengajian dan pembahasan ilmu-ilmu ke-Islaman-an, terutama
pemahaman nash-nash al-Qur‘an dan al-Hadits secara tekstual dan kontekstual. Orientasi
ilmu juga telah memenuhi hati dan pikiran penulis untuk terus menggapai tingkatan
pendidikan dan ilmu yang lebih tinggi, demi peningkatan ‗ibadah lillah dan khilafah fi al-
ardh.◘

Karaya Pena

1. Jihad Fi Sabilillah, Makna dan Kedudukannya dalam Islam.
2. Jurnalistik Dakwah.
3. Kajian al-Qur‘an dan Sains
4. Kajian Ayat Dakwah dan Tarbiyah.
5. Kajian Dasar Pemikiran Islam
6. Kajian Fiqh Ibadah.
7. Kajian Hadits Dakwah dan Tarbiyah.
8. Kajian Peradaban Islam.
9. Kajian Singkat ‗Aqidah Islam.
10. Kajian ‗Ulum al-Hadits.
11. Kisah-Kisah Mengandung Hikmah.
12. Kuliah Tauhid, Kajian Rukun Iman.
13. Mau‘izhah Hasanah, Materi Dakwah.
14. Membangun Kepribadian dengan Idola Muhammad Rasul Allah.
15. Mengetuk Pintu-Pintu Keutamaan dari Kitab dan Hikmah.
16. Pengantar Studi al-Qur‘an.
17. Pengantar Studi Dakwah.
18. Pengantar Studi Hadits .
19. Sejarah Awal Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah.
20. Studi Agama-Agama.

◘- ÐâŠâ -◘

146

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Sachedina, Abdulaziz, The Just Ruler in Shi‟ite Islam: The Comprehensive
Authority of the Jurist in Imamite Jurisprudence, Oxford University Press US, (1998).

Abdul Halim (ed), Teologi Islam Rasional, (Jakarta: Ciputat Press, 2005).
Abdullah, M Amin, (www. Google.com, diakses 11 Agustus 2014).

Abdurrahman Wahid, Muslim Di Tegah Pegumulan, (Jakarta: Lappenas, tth.).

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada Cet-VIII, 2003).
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999).

Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Studi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2005).

Adian Husaini, M.A., (Kandidat Doctor ISTACS IIUM Malaysia, Dosen Pasca Sarjana Pusat
Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia), (tth), ―Kertas Kerja‖, ttp., tpn.,
(t.d).

Adil, Hajjah Amina; Shaykh Nazim Adil Al-Haqqani, Shaykh Muhammad Hisham Kabbani,
Muhammad: The Messenger of Islam, Islamic Supreme Council of America, (2002).

Agus Hakim, Perbandingan Agama, Bandung: Diponegoro, 2004, Cet. XI.

Ahmad Husnan, Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim, Surakarta: Al Husna, Cet. I, Muharram
1425H/Mei 2005 M.

Ahmadi, Abu, Perbandingan Agama, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.

Ahmed, Akbar, Islam Today: A Short Introduction to the Muslim World (2.00 ed.). I. B.
Tauris, (1999).

Albert Hourani; Malise Ruthven, A History of the Arab Peoples. Belknap Press; Revised
edition, (2003).

Al-Bukhari, Shahih Bukhari, CD Maktabah Syamilah, (ttp., tpn., tth.).

Al-Darmisi, Tafsir Ad-Darmisi, CD Maktabah Syamilah, (ttp., tpn., tth.).

147

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Alexander, T. D., & Rosner, B. S, ed. (2001). ―Prayer‖. New Dictionary of Biblical Theology.
Downers Grove, IL: Intervarsity Press.

Al-Jaziy, Tafsir Al-Jaziy, CD Maktabah Syamilah, (ttp., tpn., tth.).

Allameh Tabatabaei; R. Campbell (translator), Islamic teachings: An Overview and a Glance
at the Life of the Holy Prophet of Islam. Green Gold. Istimewa:
Sumber_buku/0922817006, (2002).

Allameh Tabatabaei; Seyyed Hossein Nasr (translator), Shi‟ite Islam. Suny press. Istimewa:
Sumber_buku/0873952723, (1979).

Al-Qaththan, Syaikh Manna‘ Khalil. Mahabits fi „Ulum Al-Qur‟an (Pengantar Studi Ilmu Al-
Qur‟an), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006).

Al-Qattan,Tafsir al-Qattan , CD Al-Maktabah Al-Syamilah, (ttp.: Pustaka Ridwana, 2008).

Al-Razi,Fakhrudin, Mafatihul Ghoib, CD Al-Maktabah Al-Syamilah, (ttp.: Pustaka Ridwana,
2008).

Al-Thabariy, Abu Ja`far, Jami‟ Al-Bayan Fii Ta`wil al-quran, juz 18, CD Al-Maktabah Al-
Syamilah, (ttp.: Pustaka Ridwana, 2008).

Amin Abdullah Dalam Abudin Nata, Studi Agama Normalitas atau Historitas, (Yogyakarta
Pustaka Pelajar, 1999).

Anis Malik Thoha, Dr., ―Religionswisenschaft, antara Objektivitas dan Subjektivitas
Praktisinya‖, Majalah Islamia edisi 8/2006.

Annemarie Schimmel,The Tao of Islam: A Sourcebook on Gender Relationships in Islamic,
(ttp., SUNY Press, tth.).

Anwar Harjono, Pemikiran Berwawasan Iman Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1995).

Arifin, Muhammad, H., Prof., M Ed., 1986, Mengguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar,
Jakarta: GT. Press.

Arthur Stanley Tritton, The Caliphs and their Non-Muslim Subjects: A Critical Study of the
Covenant of Umar, (London: Frank Cass Publisher, 1970).

Assegaf, Abd. Rachman, Studi Islam Kontekstual, Elaborasi Paradigma Barun Muslim
Kaffah, (Yogyakarta: Gama Media, 2005).

148

STUDI AGAMA-AGAMA Drs. Dahrun Sajadi, MA UIA Jakarta

Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1999).

Benjamin Walker, Foundations of Islam: The Making of a World Faith, (ttp., Peter Owen
Publishers, 1998).

Bentley, David, The 99 Beautiful Names for God for All the People of the Book, (ttp., tpn.,
September 1999).

Bernard Lewis, Cultures in Conflict: Chris Thians, Muslims, and Jews in the Age of
Discovery, (ttp., Oxford University Press, 1996).

Bernard Lewis, Islam and the West, (ttp., Oxford University Press,1994).

Bernard Lewis, Islam in History: Ideas, People, and Events in the Middle East. Open Court,
(ttp., tpn., 1993, 2001).

Bernard Lewis, The Arabs in History, (ttp., Oxford University Press, 1993, 2002).

Bernard Lewis, The Crisis of Islam: Holy War and Unholy Terror, (New York: Random
House, Inc., 2004).

Bernard Lewis, The Jews of Islam, (ttp., Routledge & Kegan Paul, 1984).

Bernard Lewis, What Went Wrong?: The Clash Between Islam and Modernity in the Middle
East (Reprint ed.), (ttp., Harper Perennial, 2003).

Bleeker, C. J., Pertemuan Agama-Agama Dunia, Jakarta: Sumur Bandung, 1963.

Brockopp, Jonathan E., Islamic Ethics of Life: abortion, war and euthanasia, (ttp., University
of South Carolina press, 2003).

Caesar E. Farah, Islam: Beliefs and Observances (5th ed.), (ttp., Barron‘s Educational Series,
1994).

Caesar E. Farah, Islam: Beliefs and Observances (5th ed., 7th ed.), (ttp., Barron‘s Educational
Series, 1994, 2003).

Carl Ernst, Following Muhammad: Rethinking Islam in the Contemporary World, (ttp.,
University of North Carolina Press, 2004).

Cohen-Mor, Dalya, A Matter of Fate: The Concept of Fate in the Arab World as Reflected in
Modern Arabic Literature, (ttp., Oxford University Press, 2001).

149


Click to View FlipBook Version