1 ORIENTALISME DAN SEJARAH LAHIRNYA Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah; Orientalisme dan Studi Al-Qur’an Dosen pengampu; Dr. Abdul Karim, S. S., M. A. Disusun Oleh: Ahmad Wilda Rizaqunnafi’ (2130110110) dan Farik Iqbal Maulana (2130110120) I. PENDAHULUAN Agama Islam memiliki dua sumber dasar ajaran yaitu Al-Qur’an dan as-sunnah. AlQur’an dan as-sunnah sendiri tidak hanya berisi dogma-dogma agama, ia juga memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dari yang bersifat teologis, hingga kepada yang sifatnya sosial. Islam memiliki peradaban, dan peradaban islam telah berkembang melalui cendekiawan dan ilmuan-ilmuan islam. Hal tersebut membuktikan bahwa islam mengalami kemajuan dan membawa islam sampai kepada masa keemasanya (golden ages) lewat karya-karya berupa tradisi, pemikiran, dan karya arsitektur dari para cendekia islam yang hingga pada masa sekarang masih bisa dinikmati dan disaksikan. hal ini membuktikan bahwa agama islam telah menciptakan etos kerja yang begitu luar biasa bagi para penganutnya. Peradaban islam yang telah berkembang cukup pesat dan mengalami masa keemasannya, di lain sisi, barat masih berada pada era kegelapan (dark ages) yang dimana peradaban barat belum semaju perkembangan yang ada di timur (islam) dan hal inilah yang kemudian membuat kecemburuan bagi kelompok barat. Hingga sampai kepada barat yang lambat laun telah berupaya meningkatkan kemajuannya mulai dari keilmuan, sains, dan teknologi. Dari hal demikian, barat mulai tertarik untuk mengkaji dan meneliti peradaban yang ada timur. Yang kemudian mereka orang-orang barat (eropa, inggris, dan Negara-negara yang ada di barat) mendapati julukan sebagai orientalis (The Orientalism). Mereka (para orientalis) ternyata tidak sekadar ingin mengkaji dan melakukan penelitian dengan teknologi yang telah mereka miliki. Lebih dari itu, mereka ternyata ingin menjatuhkan agama islam. Upaya mereka ternyata telah mendapat perhatian yang cukup serius dari para ilmuan, terlebih para ilmuan muslim. Kita sebagai akademisi islam mestilah melawan doktrin-doktrin, argumen, dan usaha yang telah dilakukan oleh orang-orang barat untuk menjatuhkan islam. Yaitu lewat kajian-kajian ilmiah yang dapat mematahkan tuduhan mereka. Maka dari itu, kami mencoba melakukan penelitian tentang bagaimana perkembangan dan seejarah lahirnya Orientalis. Setidaknya dalam penelitian ini, kami merumuskan bahwa secara sederhana terdapat tiga masa perkembangan, yaitu;
2 A. Bagaimana latar belakang lahirnya orientalis.? B. Bagaimana periode perkembangan orientalis.? Untuk lebih lanjut, mengenai rumusan-rumusan yang kami jadikan pembahasan akan kami jelaskan pada pembahasan berikut ini. Sesuai dan sejauh yang telah kami lakukan mengenai tema di atas. II. PEMBAHASAN A. Latar belakang lahirnya orientalis Adalah hal yang maklum, bahwasanya Timur dan Barat telah berhasil menjalin kontak diantara keduanya selama ribuan tahun silam. Baik itu kontak permusuhan ataupun kontak yang dilandasi oleh perbenturan kepentingan. Dan itulah yang menjadi pertanda akan adanya jalinan kontak di antara keduanya. Sekitar tahun 600-330 SM telah terjadi hubungan perebutan kekuasaan antara Grik Tua dengan dinasti Achaemendis dari Imperium Parsi sejak masa pemerintahan Cyrus the Great (550-530 SM). Berdasarkan alasan tersebut, yang kemudian menjadi dorongan dari masing-masing pihak untuk saling mengenal satu sama lain. Hubungan antara Timur dan Barat ini pada akhirnya meninggalkan sebuah karya yang ditulis oleh Xenophon (431-378 SM) yang berjudul Anabasis yang didalamnya mengisahkan 10.000 pasukan Grik yang terkepung di daerah Parsi.1 Selanjutnya, ketika dua bangsa yaitu Romawi dan Yunani telah berhasil menaklukan serta melakukan invasi di Kota Mesir, Aleksander menguasai Kota Aleksandria. Kota ini dibangun oleh Aleksander Agung. Dimasa tersebut para penduduk kota Aleksander yang ditahlukkan diwajibkan berperadaban Yunani, yang kemudian dikenal dengan sebutan hellenisme. 2 Setelah Agama Islam Muncul dan berhasil membawa pengaruhnya, Islam telah berhasil mendirikan kerajaan di Andalusia (Spanyol) pada awal abad ke-8 masehi, peradaban islam telah berhasil, dan menjadikannya sebagai penerang dunia akibat pengaruh peradaban dan keilmuan yang tinggi telah dimiliki oleh islam. Peradaban Islam di Andalusia mencapai kemajuan tertinggi dunia, kemudian mengalami kemunduran dan setelah itu menjadi kerajaan Granada. Meski kota tersebut telah mengalami kemunduran, 1 Yoesoef Syu'eb, Orientalisme dan Islam, h. 18.lihat M.Qadari Ahdal, Hiwarat Ma'a Urubiyyin Ghairu Muslimin diterjemahkan dengan judul Studi Wawancara dengan Sepuluh Tokoh Orientalis; Meneliti Persepsi Pakar Barat Tentang Islam (Surabaya: Pustaka Progresif,1996), h. v. 2 M.Qadari Ahdal, Hiwarat Ma'a Urubiyyin Ghairu Muslimin diterjemahkan dengan judul Studi Wawancara dengan Sepuluh Tokoh Orientalis; Meneliti Persepsi Pakar Barat Tentang Islam, h. v.
3 kota itu dahulunya pernah dijadikan Barat sebagai pusat peradaban dunia yang kemudian dihancurkan oleh Kristen Eropa pada tahun 1492 M.3 Perlu diketahui juga bahwasannya Islam yang mengalami perkembangan peradaban yang sangat gemilang telah berhasil menciptakan Perguruan Tinggi Islam di dua belahan dunia yaitu Barat dan Timur. Sejarah telah mencatat, terdapat empat Perguruan Tinggi yang telah dibangun oleh Islam. Antara lain, Perguruan Tinggi tertua Islam di bagian Timur berada di Baghdad (Irak) dan di Kairo (Mesir). Adapun Perguruan Tinggi yang dibangun Islam di belahan dunia bagian Barat adalah Fes (Maroko) dan Kordova (Andalusia). Keempat perguruan tinggi yang dimaksud adalah Nizamiyah, AlAzhar, Cordova, dan Kairawan. Keempat peruruan inilah yang kemudian menjadi magnet yang menarik bagi Barat untuk meneliti terkait apa yang ada di dunia Timur (Islam).4 Lebih lanjut, pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685- 705) yang pada masa itu berkedudukan di Damaskus menginstruksikan kepada mereka yang memiliki hubungan diantaranya, untuk merubah penggunaan bahasa pada arsip-arsip pemerintahan yang pada sebelumnya menggunakan bahasa setempat (Pahlevi, Grik, Kpti dan latin) menjadi menggunakan bahasa Arab. Maka, berawal dari hal tersebut kemudian bahasa Arab ini menjadi lingua prance yang kemudian digunakan sebagai bahasa dalam urusan diplomatik, dagang, surat menyurat resmi, dunia kesustraan dan kebudayaan, dunia ilmiah dan filsafat. 5 Oleh karena itu, sejarah mencatat bahwa pada masa-masa damai sering terjadi perutusan diplomatik kaisar-kaisar Bizantium ke Bangdad ibu kota Daulah Abbasiyah sekitar tahun (750-1258) di belahan Timur. Demikian pula raja-raja Eropa, mengirimkan perutusannya ke Cordova, ibu kota Daulat Bani Umaiyyah (756-1031) di belahan Barat. Tidak heran, jika tiap-tiap perutusan itu senantiasa membawa berita-berita yang menakjubkan, yang disaksikan oleh ibukotaibukota dunia Islam itu.6 Selain adanya faktor politik yang mewarnai hubungan diantara keduanya, ternyata juga terdapat faktor ekonomi yang juga turut menjadi suatu alasan jalinan tersebut. Untuk hal itulah mengapa para Penguasa Barat memiliki kepentingan menjalin hubungan dengan Timur dengan dalih damai. Pasalnya pada masa itu, Barat menyadari bahwa jalur-jalur 3 Dr. M.Qadari Ahdal, Hiwarat Ma'a Urubiyyin Ghairu Muslimin diterjemahkan dengan judul Studi Wawancara dengan Sepuluh Tokoh Orientalis; Meneliti Persepsi Pakar Barat Tentang Islam (Surabaya: Pustaka Progresif, 1996), h. v. 4 Yoesoef Syu'eb, Orientalisme dan Islam , h. 37. 5 Yoesoef Syu'eb, Orientalisme dan Islam, h. 22. 6 Yoesoef Syu'eb, Orientalisme dan Islam , h. 23.
4 perdangangan telah dikuasai oleh Timur (Islam) baik itu melalui jalur darat, maupun jalur perdagangan lintas laut.Secara sederhana, orientalisme dapat diartikan sebagai Transfer pemikiran di luar Eropa. Jadi seorang orientalis adalah manusia yang telah melakukan berbagai penelitian tentang urusan timur sastra, bahasa, antropologi, sosiologi, psikologi bahkan agama gunakan paradigma Eurosentrisme untuk menarik kesimpulan yang terdistorsi oleh objek penelitian masing-masing. Tidak diketahui pasti kapan dan siapa orang Eropa itu Yang pertama menjelajahi Timur. Orientalis memulai Orientalisme dengan mempelajari bahasa Arab dan agama Islam. Kemudian setelah perluasan penjajahan barat di timur mereka mempelajari semua agama timur secara lebih mendalam, Adat istiadat, peradaban, ilmu pengetahuan, bahasa dan dll. Dan yang terpenting selama ini adalah agama Islam, Peradaban Islam dan Arab. Itu karena didorong kepentingan politik, agama dan lain-lain. Alasan ini juga jelas bahwa Islam muncul dari semua tradisi keagamaan di dunia sebagai satu-satunya nama bawaan. Kata “Islami” ditemukan dalam Al-Qur’an itu sendiri. Dan umat Islam tegas gunakan istilah ini untuk mengidentifikasi sistem kepercayaan Anda. Berbeda dengan komunitas agama lainnya. Ketertarikan Barat terhadap Islam sudah terlihat sejak awal gerakan studi Islam sejak abad ke-12. Pada saat itu beberapa biksu Barat datang ke Andalusia selama masa kejayaan Timur. Dia belajar di sekolah lokal, menerjemahkan Alquran dan buku-buku lainnya buku bahasa Arab untuk bahasa mereka di berbagai bidang ilmu pengetahuan lainya. Jadi kondisinya berlangsung selama beberapa abad ada ketidakseimbangan antara Timur dan Barat. Seperti ini jelas merupakan fungsi dari perubahan pola sejarah. Selama periode kejayaan politik dan militer dari abad ke-9 hingga ke-1916. Islam menguasai dunia baik di timur maupun timur bergeser ke arah barat kemudian proses kekuasaan bergeser ke barat, dan sekarang sudah selesai di abad ke-20 ini, tampaknya poros kekuasaan mulai menghilang kembali ke timur. Perlawanan terus berlanjut sepanjang sejarah evolusi agama-agama ini. baik berdasarkan wahyu Tuhan digunakan oleh para pengikutnya sebagai alat konflik dan konflik yang panjang dan belum terselesaikan. Seolah keduanya diciptakan menjadi satu kesatuan yang selalu bertentangan.7 Apa yang harus dikatakan misalnya, Alquran berdiri di atas Yesus, meski dengan sopan, di atas bertentangan dan sepenuhnya merusak iman Kristen penting bagi Yesus. Dalam penyerangan terhadap Al7 Said, Edward W. 1996. Orietalism diterjemahkan oleh Asep Hikmah dengan Judul Orientalisme. Cet. III. Bandung: Pustaka.
5 Qur’an apa yang mereka (Kristen) pikir apa yang Al-Qur’an sendiri lakukan untuk dunia Tuhan. Pembalasan dendam itu berlanjut sampai sekarang. Itu membantu menyoroti kepahitan gambar yang tersisa tradisi Kristen yang paling penting dari Islam. Kedatangan Islam terjadi mengecewakan orang Kristen karena Islam adalah agama bagi mereka “Pendatang” yang ingin mengganti status agama yang sudah ada. Di dalam selain itu, Islam juga diyakini menguasai mereka waktu yang lama kemarahannya memperburuk konflik di antara mereka. B. Periode Perkembangan Orientalis Periode perkembangan orientalis yaitu dimana para ilmuan barat yang mempelajari budaya , sejarah, Bahasa dan agama ketimuran dalam mencari dan menafsirkan pengetahuan timur. Dalam rentang waktu antara abad pertengahan sampai abad ini, Orientalis dapat dibagi tiga periode: a. Masa Sebelum Meletusnya Perang Salib atau Masa Keemasan Dunia Islam Diyakini bahwa pada abad pertengahan pandangan Eropa tentang Islam bersumber dari gagasan tulisan dan teologi. Oleh karena itu, peran mitologis, teologis, dan misionaris berperan dalam perkembangan wacana keislaman resmi bagi gereja. Secara mitologis, Muslim adalah orang Arab (Saracen) yang merupakan keturunan Ibrahim (Abraham) melalui budaknya Hagar (Hagar) dan putranya Ismail. 8 Pada masa keemasan dunia Islam, negara-negara Islam, khususnya Bagdad dan Andalusia (Spanyol), menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan. Orang Eropa dari Andalusia menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi dan adat Arab dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah memberitahu kita bahwa di antara raja-raja Spanyol nonMuslim ada yang hanya tahu huruf Arab (mis. Peter I (w11 0, raja Aragon), kemudian Raja Alfonso IV mencetak uang dalam huruf Arab. Ini seperti di Sisilia Raja Ronger Normandia I menjadikan istananya tempat para filsuf, dokter, dan pakar ilmu Islam lainnya, situasi yang berlanjut hingga Ronger II. Sementara jubah kerajaan dikenakan dalam pakaian Arab dan gereja dihiasi dengan ukiran Arab, bahkan wanita Kristen Sisilia pun meniru wanita Muslim dalam berpakaian. Peradaban Islam tidak hanya mempengaruhi orang Eropa di bawah kekuasaan Islam, tetapi juga orang Eropa di luar kawasan. Banyak siswa dari Prancis, Inggris, Jerman, dan Italia datang ke perguruan tinggi dan universitas di Andalusia dan Sisilia. Di antara mereka adalah para pemimpin 8 John L. Esposito, at. all, The Ocxford Ensyclopedia of the Modern Islamic World diterjemahkan dengan oleh Eva Y.N dkk dengan judul Ensilopedi Oxford Dunia Islam Modern Jilid III (Bandung: Mizan, 2001), h. 1-2. Lihat juga Dr. Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat, Menepis Tudingan Meluruskan Kesalahpahaman. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 59
6 Kristen seperti Gerbert d'Aurillac, yang belajar di Andalusia, dan Adelard of Bath (1107-1135), yang belajar di Andalusia dan Sisilia. Gerbert d'Aurillac kemudian menjadi Paus Roma dari tahun 999 hingga 1003 sebagai Sylverster II. Adapun Adelard, sekembalinya ke Inggris ia diangkat sebagai tutor Pangeran Henry, yang kemudian menjadi raja. Ia menjadi salah satu penerjemah buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin. 9 Dalam suasana inilah Orientalisme lahir di Barat. Bahasa Arab dipandang sebagai bahasa yang harus dipelajari di bidang sains dan filsafat. Kelas bahasa Arab ditambahkan ke dalam kurikulum di beberapa universitas Eropa, seperti Bologna (Italia) pada tahun 1076, Chartres (Prancis) pada tahun 1117, Oxford (Inggris) pada tahun 1167 dan Paris pada tahun 1170. Dan muncullah generasi penerjemah pertama, Constantine. Africanus (w. 1087) dan Gerardo de Cremonio (w. 1187). Tujuan Orientalisme pada waktu itu adalah untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan dan filsafat dari dunia Islam ke Eropa. Tujuan ini meningkatkan minat mereka untuk belajar bahasa Arab di universitas tertentu. Masa sebelum Perang Salib dan Zaman Keemasan umat Islam ada argumen bahwa pada abad ini pandangan Eropa abad pertengahan tentang Muslim dipengaruhi oleh alkitab sakral dan teologis. b. Masa Perang Salib sampai Masa Pencerahan di Eropa Perang Salib antara Muslim Timur dan Kristen Barat, yang dimulai antara tahun 1096 dan 1291 M, membawa kekalahan bagi Barat. Tapi itu tidak berarti umat Islam tidak menderita karena perang salib, banyak pengikut terbaik negara itu mati di medan perang. Sebagian besar harta dan kekayaan negara berupa sarana dan prasarana juga ikut musnah. Kemiskinan, kerusakan moral, dan ketidaktahuan adalah hasil dari perhatian para pemimpin untuk melindungi kekuasaan dari serangan tentara salib. Oleh karena itu, umat Islam tidak menerima apa-apa selain kehancuran dari Perang Salib. Di sisi lain, meskipun umat Kristiani dinyatakan kalah, kontak Muslim-Kristen ini sangat berperan dalam lahirnya renaisans peradaban dan ilmu pengetahuan di Eropa setelah bangsa Eropa tenggelam ke dalam lautan kegelapan. 10 9 Dewan Redaksi, Inseklopedi Islam, Inseklopedi Islam Jilid IV (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), h. 55. Bandingkan dengan Affaf Sabra, al-Mustasyriqn: Musykilt alHa«rah (al-Qhirah: Dr al-Nahah al-Arabiyah, 1975), h. 56. 10 Harun Nasution, Islam Rasional; Gagasan dan Pemikiran (Cet. II; Bandung: Mizan, 1995), h. 302.
7 Selama periode awal perang salib, di bawah Peter the Great (c. 109 -1156 M), kepala biara Cluny di Prancis pada abad ke-12, pembelajaran Islam untuk pekerjaan misionaris, lembaga terpenting hingga saat ini, dibentuk pengajaran Kristen. 11 Pada tahun 1142 Peter sebagai kepala lembaga mengadakan perjalanan ke Spanyol untuk mengunjungi biara-biara Clunic. Pada saat inilah beliau memutuskan untuk melakukan sebuah proyek besar untuk melibatkan beberapa penerjemah dan sarjana, untuk memulai studi sistematis tentang Islam. Melalui upaya Peter, korpus atau kumpulan manuskrip Cluny yang terkenal menjadi standar pengetahuan ilmiah tentang Islam di Barat. Pada masa ini banyak teks Islam yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, antara lain Alquran, Hadits, Biografi Nabi (Sirah), dan teks opologi Apologi Alkindi, yang berisi dialog antara umat Kristen dan Muslim pada masa Islam. khalifah al-Makmun (813-833). Karya Al-Kindi sangat populer di kalangan sarjana Kristen pada Abad Pertengahan karena memberikan model untuk membahas Islam. Fokus dari serangan-serangan ini terutama adalah Alquran, Nabi Muhammad, dan penyebaran agama melalui penaklukan (jihad). Ketiga tema inilah yang menjadi fokus utama kajian Islam abad pertengahan oleh para sarjana Kristen. 12 Kumpulan karya Peripatetik (aliran filsafat) karya Muslim Ibnu Sina (wafat 1037) muncul dan tersebar di Eropa pada akhir abad ke-12. Karena semakin banyak karya filosofis dan ilmiah yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin, sarjana Eropa pada Abad Pertengahan akhir melihat dunia Islam modern sebagai peradaban ilmiah dan filosofis, sangat kontras dengan pandangan meremehkan Muhammad dan popularitas praktik keagamaan Islam, berkat keberhasilan militer dan diplomasi Ayyubiyah melawan Perang Salib Salah al-Din (1138-1193). Perang salib pencerahan eropa mengalami ketegangan dari tahun 1096 hingga 1291, meskipun orang kristen kalah Namun, umat Islam mengalami masa penindasan yang hebat. Karena anak-anak muslim terbaik mati di medan perang dan harta negara menderita kehancuran dan kemiskinan pada umat islam karena umat islam terlalu fokus pada perang salib. c. Munculnya Masa Pencerahan di Eropa sampai Sekarang 11 John L. Esposito, at. all, The Ocxford Ensyclopedia of the Modern Islamic World diterjemahkan dengan oleh Eva Y.N dkk dengan judul Ensilopedi Oxford Dunia Islam Modern Jilid III (Bandung: Mizan, 2001), h. 2. Lihat juga Dr.Moh. Natsir Mahmud, MA.,Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat (sebuah Studi Evaluatif), (Semarang: Dimas, 1997), h. 17 12 Affaf Sabrah, al-Mustasyriqn: Musykilt al-Ha«rah (al-Qhirah: Dr al-Nahah alArabiyah, 1975). h. 51.
8 Pencerahan Eropa hingga hari ini (revaluasi Islam dengan perkembangan intelektual yang wajar). Ketegangan Islam di Timur dan orang-orang Kristen Eropa menghilang dari Eropa sebelum masa Pencerahan. Waktu pencerahan adalah penerbitan karya pada tanggal 9 yang positif. Setelah Pencerahan datang era kolonialisme. Awal abad ke-20 Orang Barat datang ke timur untuk berdagang dan bersosialisasi Kerabat kembali dengan tujuan menaklukkan orang-orang di Timur. Ketika Napoleon datang ke Mesir pada tahun 1789 untuk membawa para Orientalis bersamanya Pelajari tentang adat istiadat, politik, ekonomi, dan pertanian masyarakat setempat. Ketegangan antara Kristen dan Muslim yang muncul dari tulisan-tulisan negatif para Orientalis tentang Islam dan Muslim mulai mereda di Eropa setelah Pencerahan, diwarnai oleh keinginan untuk mencari kebenaran. Sikap positif ini muncul karena perubahan agama, politik, dan intelektual yang mendalam yang terjadi selama Reformasi di abad ke-16. 13 Pada masa pencerahan ini kekuatan rasio mulai meningkat, dimana sebuah tulisan yang dibutuhkan adalah objektif, bukan mengada-ada. Barulah muncul karya-karya mengenai Islam yang mencoba bersifat positif, misalnya tulisan Voltaire (1684- 1778) dan Thomas Carlyle (1896-1947). Semua tulisan tentang Islam tidak mengandung serangan dan fitnah, tetapi menghormati nabi Muhammad dan Al-quran serta ajarannya. Setelah Zaman Pencerahan datanglah era kolonialisme. Artinya orang barat datang ke dunia Islam untuk berdagang dan kemudian menaklukkan negara-negara timur. Oleh karena itu perlu mengenal masyarakat timur lebih dekat, termasuk agama dan budayanya, karena dengan begitu hubungan akan berjalan dengan baik dan lebih mudah untuk mengontrol mereka. Saat itu, muncul karya-karya yang mencoba memberikan citra Islam yang sebenarnya. Misalnya tulisan Marsden, Affles, Wilken, Keyser, Snounk Hurgrunje, Vollenhoven dan lain-lain muncul tentang agama dan adat istiadat Indonesia. Bahkan ketika Napoleon datang ke Mesir pada tahun 1789, ia membawa beberapa orientalis untuk mempelajari adat istiadat, ekonomi, dan pertanian Mesir. Orientalis itu adalah Langles (ahli bahasa Arab), Villteau (mempelajari musik Arab) dan Marcel (sejarah Mesir). Pada masa ini, tulisan-tulisan orientalis berusaha mengkaji Islam subjektif mungkin untuk mengetahui dan memahami dunia Islam lebih dalam. 14 13 Lihat John L. Esposito, at. all, The Ocxford Ensyclopedia of the Modern Islamic World diterjemahkan dengan oleh Eva Y.N dkk dengan judul Ensilopedi Oxford Dunia Islam Modern Jilid III (Bandung: Mizan, 2001), h. 3. 14 Lihat Dewan Redaksi, Inseklopedi Islam, Inseklopedi Islam Jilid IV (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), h. 55. Bandingkan dengan Affaf Sabra, al-Mustasyriqn: Musykilt al-Ha«rah (al-Qhirah: Dr al-Nahah al-Arabiyah,
9 Namun, awal abad ke-20 juga ditandai dengan munculnya kaum orientalis yang mencoba menulis tentang dunia Islam secara ilmiah dan objektif. Di antara mereka adalah Sir Hamilton A.R. Gibb, Louis Massingnon, W.C. Smith dan Frithjof Schuon. Sir Hamilton A. R. Gibb sangat fasih berbahasa Arab dan dapat mengajar dalam bahasa Arab, sehingga diangkat menjadi anggota al-Majma' al-'Ilm al-'Arabi (Lembaga Ilmu Pengetahuan Arab) dan al-Majma' al-Lughah di Damaskus. al-Arabiyah (Arab Institute) di Kairo, Mesir. Gibb menulis buku-buku tentang Islam dari perspektif yang berbeda, lebih dari 20 secara keseluruhan, sehingga para Orientalis lainnya menganggapnya sebagai Imam Islam mereka. Kemudian Louis Wassington, dia juga anggota al-Majma' al-Ilm al-'Arabi dan al-Majma' al-Lughaw. Dia adalah dosen filsafat Islam di Universitas Kairo. Sama seperti Gibb, Louis Massingnon juga mahir berbahasa Arab dan menjadi anggota al-Majma' al-Ilm al-'Arabiy serta al-Majma' al-Lughawi. Ia pernah menjadi dosen filsafat Islam di Universitas Cairo. Ia mengatakan bahwa berkat adanya tasawuf, Islam menjadi agama internasional yang pengiktunya ada diseluruh dunia.15 W.C Smith memiliki pengetahuan yang mendalam tentang Islam. Dia adalah pendiri Institute of Islamic Studies di McGill University di Montreal, Kanada. Dia mengatakan bahwa Tuhan ingin menyampaikan pesan kepada orang-orang. Untuk ini, Tuhan mengirim utusan dan salah satunya adalah Nabi Muhammad. Frithof Schuon menulis buku "Memahami Islam" yang diterima dengan baik di dunia Muslim. Misalnya, Sayid Hussein an-Nashr (spesialis sejarah dan filsafat) menyebut buku ini sebagai buku terbaik tentang Islam sebagai agama dan persyaratan hidup. Meskipun demikian, tidak semua pendapat yang ditulis oleh para orientalis modern tentang Islam dapat diterima oleh rasa keagamaan umat Islam, meskipun secara rasional pendapat tersebut benar. Beberapa di antara mereka tidak luput dari kesalahan dalam memberikan interpretasi terhadap ajaran-ajaran Islam, di samping juga banyak yang benar. Kegiatan para orientalis meliputi: (1) menyelenggarakan kongres-kongres reguler sejak Paris (1873) dan silih berganti di kota-kota lain di dunia. Kongres awalnya disebut Kongres Orientalits. Sejak 1870 dan berganti nama menjadi Kongres Internasional Asia 1975), h. 57. Lihat juga Hassan Hanafi, Muqaddimah fi 'Ilm al-Istighrab diterjemahkan oleh M. Najib Bukhori dengan judul Oksidentalisme; Sikap kita terhadap Tradisi Barat (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 27. 15 Dewan Redaksi, Inseklopedi Islam, Inseklopedi Islam Jilid IV (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), h. 55. Bandingkan dengan Affaf Sabra, al-Mustasyriqn: Musykilt alHa«rah (al-Qhirah: Dr al-Nahah al-Arabiyah, 1975), h. 57. Lihat juga Hassan Hanafi, Muqaddimah fi 'Ilm al-Istighrab diterjemahkan oleh M. Najib Bukhori dengan judul Oksidentalisme; Sikap kita terhadap Tradisi Barat (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 27
10 dan Afrika Utara; (2) mendirikan institut studi oriental, antara lain Ecole des Langues Orientalis Vivantes (1975) di Perancis, Schooll of Oriental and African Studies, University of London, (1917) di Inggris, Institute of Oosters (1971) University of the University. Leiden dan Institut Voor het Moderne Nabije Oosten (1956) di Universitas Amsterdam; (3) mendirikan organisasi ketimuran seperti Societe Asiatique (1822) di Paris, American Oriental Society (18 2) di Amerika Serikat, Royal Asiatic Society di Inggris, dan Oosters Genootschap di Belanda (1929) di Leiden; dan ( ) penerbitan berkala, antara lain Journal Asiatique (1822) di Paris, Journal of the Royal Asian Society (1899) di London, Journal of American Oriental Society (18 9) di Amerika Serikat, Revue du Monde Musulman (1907) di Perancis, Der Islam-Zeustschrift fur Gesehichte und Kultur des islamiscen (1919) di Jerman, Muslim World (1917) di Amerika Serikat dan Bulletin of the School of Oriental and African (1917) di London. Majalah-majalah ini sebagian besar bagus sejauh ini. Inilah perkembangan orientalis yang dapat penulis tunjukan, mulai dari kajiankajian ilmiah privat para sarjana Barat hingga bentuk-bentuk institusional dan struktural. Pada tahap perkembangan tersebut, kajian Islam yang dilakukan oleh orientalis bervariasi sesuai dengan fluktuasi situasi yang dialami Barat mengenai Islam. Oleh karena itu, meskipun telah diakui bahwa karya-karya orientalis turut memperkaya khazanah peradaban Islam, dan dalam karya-karya ilmiah berupa penelitian Islam dan berwawasan metodologis, kita tetap harus berhati-hati dan kritis ketika membaca dan mengkaji karya-karya orientalis. Sebab, tidak ada yang bisa menjamin obyektivitas para orientalis ini, meski karya mereka dianggap ilmiah. III. PENUTUP Orientalis secara dewasa ini adalah dipahami sebagai para ilmuan Barat yang melakukan penelitian di Timur meliputi penelitian budaya, tradisi, lingkungan, dan agama. Yang dimana
11 dapat diketahui bahwa Barat melakukan hal demikian adalah adanya motif permusuhan dan adanya kepentingan mendasar dari Barat, entah itu kepentingan ekonomi, politik, ataupun kepentingan untuk menghancurkan Timur (Islam). Barat juga melakukan penelitian-penelitian tersebut demi bisa menjalin kontak dengan Timur. Rasanya penelitian yang telah dilakukan barat pada mulanya kurang objektif, justru mereka melakukan penelitiannya secara subjektif yang tidak lain adalah dengan dalih adanya kepentingan pribadi yaitu barat sendiri seperti yang telah kami jelaskan diatas. Secara sederhana terdapat tiga fase dalam perkembangan orientalis yaitu; Pertama; sebelum terjadinya perang salib. Yang dimana fase pada masa ini Barat masih berada dalam masa kegelapan (dark ages), sedangkan Timur telah mengalami masa kejayaan dan masa keemasannya (golden ages) yang ditandai dengan berkembangnya peradaban Islam berupa pemikiran, keilmuan, budaya, dan keagaman yang telah berhasil maju akibat usaha dari para cendekia muslim pada masa itu. Tidak heran jika Barat merasakan kecemburuan akan hal ini. Pada masa ini juga, para peneliti barat melakukan penelitian secara subjektif yaitu dengan berupaya menghancurkan Timur dengan menyerang agama yang mereka lakukan dengan cara memalsukan riwayat baik dari al-Qur’an atupun riwayat as-sunnah (hadist). Kedua; saat terjadinyaperang salib. Pada fase ini, Barat dan Timur mengalami gejolak perang diantara keduanya. Nah, dimasa ini juga barat kemudian mulai melakukan pergerakan dari kemunduran yang lambat laun menuju kekemajuan yang berupa upaya untuk membangun keilmuan dan teknologi. Disini juga, Barat terindikasi berusaha mencuri literatur dari Timur untuk kemudian dibawa ke Barat seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya. Ketiga; setelah terjadinya perang salib hingga sekarang. Para ilmuan barat akhirnya terdorong oleh sifat kolonialisme yang atas dasar hal tersebut kemudian mereka melakukan penelitian di Timur dilakukan secara objektif dan kompeten. Hal ini tiak lain adalah bentuk mereka untuk melakukan pendekatan kepada Timur untuk kemudian agar mereka dapat menjalin hubungan damai dengan Timur atas dasar adanya kepentingan Barat baik itu didasari kepentingan politik maupun kepentingan ekonomi yang sedang dibangun oleh barat dengan cara pendekatan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Akkase, Muhammad Bahar. Orientalis dan Orientalisme dalam perspektif sejarah jurnal Ilmu Budaya, vol. 4. No. 1. Juni 2016,
12 Ahdal, M.Qadari, Hiwarat Ma'a Urubiyyin Ghairu Muslimin diterjemahkan dengan judul Studi Wawancara dengan Sepuluh Tokoh Orientalis; Meneliti Persepsi Pakar Barat Tentang Islam. Surabaya: Pustaka Progresif, 1996. Idri, ‘Perspektif Orientalis tentang Hadis Nabi’, dalam Jurnal at-Tahrir, 11.1 (2011), h. 199-216. Dapat diakses DOI: 10.21154/al-tahrir.v11i1.32. Dewan Redaksi Inseklopedi Islam, Inseklopedi Islam Jilid IV. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999. Esposito, John L., at. all, The Oxford Ensyclopedia of the Modern Islamic World diterjemahkan dengan oleh Eva Y.N dkk dengan judul Ensilopedi Oxford Dunia Islam Modern Jilid III. Bandung: Mizan, 2001. Haqan, Arina. Orintalisme dan Islam dalam pergultan sejarah, Jurnal, Mutawatir, Vol. 1 No. 2 2011. Hanafi, Hassan, Muqaddimah fi 'Ilm al-Istighrab diterjemahkan oleh M. Najib Bukhori dengan judul Oksidentalisme; Sikap kita terhadap Tradisi Barat Jakarta: Paramadina, 2000. Mahmud, Moh. Natsir,.Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat (sebuah Studi Evaluatif), Semarang: Dimas, 1997. Said, Edward W. 1996. Orietalism diterjemahkan oleh Asep Hikmah dengan Judul Orientalisme. Cet. III. Bandung: Pustaka. Nasution, Harun, Islam Rasional; Gagasan dan Pemikiran Cet. II; Bandung: Mizan, Nailil Huda dan Ade Pahrudin, ‘Orientasi Kajian Hadis Kontemporer Indonesia (Studi Artikel E-jurnal dalam portal Moraref 2015-2017)’, dalam Jurnal Refleksi 17.2 (2018). Dapat di akses http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/refleksi/article/view/10204. 1995. Sabrah, Affaf, al-Mustasyriqun: Musykilat al-Hadharah. al-Qahira: Dar al-Nahdhah al-Arabiyah, 1975. Sou'yb,Yoesoef, Orientalisme dan Islam. Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1990. Shihab, Alwi. 1999. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama.
13 Cet. IV. Bandung: Mizan ORIENTALIS DAN GERAKAN KRISTENISASI Disusun Oleh Kelompok 3: 1. Mustamir (2130110100) 2. Tri Hartono (2130110124) 3. Siti Rofiah Darojah (2130110131) PENDAHULUAN Orientalisme adalah studi tentang dunia Timur oleh para ilmuwan Barat yang berkonsentrasi pada aspirasi teritorial mereka dan yang secara historis tertarik untuk menyelidiki hal-hal berbau oriental. Sejarah kajian orientalis cukup rumit. Orientalisme memiliki banyak motif, termasuk motif religius. Barat (Kristen di satu sisi) melihat Islam sebagai agama yang sejak awal bertentangan dengan prinsip-prinsip Kristen. Misalnya, misi Islam adalah untuk memperbaiki agama, yang tidak diragukan lagi banyak meningkatkan agama. Untuk melindungi umat Kristen, Barat perlu menanggapi kritik terhadap Islam ini. Selain itu, sangat menarik untuk meneliti bagaimana agama Islam berhasil menaklukkan gagasan metafisika Yunani. Memahami Islam akan membantu misionaris memutuskan bagaimana mendekati Muslim dalam misi mereka.16 Tujuan utama dari organisasi misionaris yang didirikan oleh Orientalis adalah untuk mengubah umat Islam menjadi Kristen. Jika tujuan ini tidak tercapai, umat Islam setidaknya akan terasing dari keimanannya dan bahkan mungkin terpaksa menjadi ateis dan materialis jika perlu. Selain itu, mereka menyebabkan kaum muda Muslim kehilangan kebanggaan mereka terhadap Islam, menjadi skeptis terhadap agama, dan menyerang akar keimanan. Para orientalis juga berpendapat bahwa metodologi agama mereka saat ini benar-benar unggul. Salah satu ilustrasinya 16 H. Muhammad Bahar, “Orientalis dan Orientalisme dalam perspektif sejarah dalam” 4, Jurnal Ilmu Budaya, 2016, hal 48-19.
14 adalah Teori Hermeneutika yang sangat diagungkan oleh para intelektual dan akademisi di bangsa kita. PEMBAHASAN Orient, yang berarti timur, dari situlah nama "orientalisme" berasal. Orientalisme, di sisi lain, adalah studi tentang negara-negara timur dan merujuk pada orang Barat yang menyelidiki peradaban timur. seseorang yang melakukan penelitian tentang mata pelajaran timur seperti bahasa, sejarah, sosiologi, dan agama sambil mengadopsi perspektif miring pada subjek yang sedang dipertimbangkan, yaitu Islam. Pada awal sejarah, konflik agama dan ideologi antara bangsa Barat, khususnya Yahudi dan Nasrani (Kristen), dengan bangsa Timur, yaitu Muslim, menjadi pendorong bangkitnya Orientalisme. Oleh karena itu, Barat sangat ingin mengakui dan mengkaji ajaran Islam. Setelah itu, merupakan langkah awal dalam studi Benua Timur dan penjajakan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan Islam. Mereka mempelajari ajaran Islam dan mencari kelemahan umat Islam. Mereka mencoba menggunakan gerakan Kristenisasi untuk mengkristenkan umat Islam guna membangkitkan kepedulian terhadap keimanan mereka di hati umat Islam. Munculnya ide-ide Kristenisasi di kalangan Orientalis, ide-ide di kalangan Orientalis yang ikut serta dalam gerakan Kristenisasi, ide-ide yang konon melahirkan orientalis, pengaruh gerakan Kristenisasi di kalangan Orientalis, dan reaksi umat Islam terhadap Kristenisasi di kalangan Orientalis semuanya akan bermasalah. Review dalam pembahasan di bawah ini. Karena latar belakang sejarahnya yang luas dan kompleks, Barat tertarik untuk memahami Timur dan Islam. Setidaknya dua motif utama dapat dibedakan:
15 Pertama, motivasi mental. Sebaliknya, Barat yang menganut Kristen memandang Islam sebagai agama yang selalu bertentangan dengan prinsip-prinsip Kristiani. Islam sering mengusulkan untuk memperbaiki doktrin Kristen sebagai bagian dari upayanya untuk melengkapi agama-agama masa lalu. Akibatnya, Islam dipandang sebagai "menabur angin", yang mengarah pada permusuhan terhadap agama Kristen. Bahkan, permusuhan ini sudah ada bahkan sebelum kedatangan Islam. Menurut Thomas Right, penulis Early Christianity in Arabia, konflik antara Islam dan Kristen dimulai ketika tentara Kristen yang dipimpin oleh Abrahah mengepung Ka'bah dua bulan sebelum kelahiran Nabi. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa Barat tertarik mempelajari Timur dan Islam karena ingin memahami sejarah yang kompleks dan perbedaan filosofis yang membentuk interaksi mereka. Jika pasukan Abrahah memenangkan konflik, mungkin Jazirah Arab sekarang akan diperintah oleh orang-orang Kristen dan Ka'bah akan memikul salib. Dalam hal ini Muhammad mungkin akan mati sebagai seorang imam. Jika tuduhan Thomas Right itu benar, itu menunjukkan bahwa umat Kristen berperang melawan warisan agama Nabi Ibrahim lama setelah mereka menyerang Ka'bah, simbol penting sejarah agama Ibrahim, dan bukan melawan Islam. diajarkan oleh nabi. Oleh karena itu, orientalisme memiliki motivasi keagamaan yang terkait dengan agama Kristen dan tugas mempromosikan agama. Kajian tentang Timur dan Islam di Barat dilatarbelakangi oleh motif-motif keagamaan, khususnya yang terkait dengan Kristen dan dakwah Kristen, yang menyebabkan orientalisme dalam konteks ini. Motivasi politik adalah alasan kedua untuk penelitian orientalis. Barat memandang Islam sebagai peradaban yang secara historis menyebar dengan cepat dan mendominasi dunia. Islam dianggap oleh Barat, sebuah peradaban yang baru muncul dari Abad Pertengahan, sebagai bahaya langsung terhadap otoritas politik dan agama mereka. Barat menyadari bahwa Islam adalah peradaban dengan latar belakang ilmu pengetahuan dan tradisi yang kaya, selain istananya yang megah, tentara yang tangguh, dan struktur yang sangat besar. Untuk pertumbuhan mereka sendiri dan untuk menaklukkan pengaruh Islam, mereka merasa perlu untuk memahami dan menguasai warisan ilmu ini. Oleh karena itu, motivasi kajian orientalis ini bersifat politis dan berkaitan dengan kolonialisme. Tradisi kajian Islam yang secara ilmiah disebut sebagai “Orientalisme” sebenarnya dibangun atas pemikiran dan pengalaman orang-orang Barat yang dimotivasi dan dijiwai oleh tujuan dakwah. Tetapi dorongan ini seringkali ditutupi oleh intelektualisme dan komitmen terhadap
16 keunggulan akademis. Akibatnya, tidak mengherankan jika kaum orientalis telah memantapkan diri sebagai bidang studi yang sah dan dianggap memiliki disiplin dan pendekatan keilmuan yang “berbeda”. Meskipun orientalis menyatakan bahwa metodologi mereka ilmiah, penyelidikan mereka biasanya miring jika perspektif dan tujuan mereka dipengaruhi oleh asal-usul teologis, politik, dan pandangan dunia serta nilai-nilai peradaban Barat. Hal ini menunjukkan bahwa ada nilai-nilai yang mempengaruhi interpretasi dan pemahaman dalam ilmu pengetahuan.17 Oleh karena itu, melihat orientalis modern sebagai objektif dan ilmiah hanya secara dangkal akurat. Studi yang dilakukan di dunia akademis dan sains bertentangan dengan hal ini. Nenek moyang mereka masih berdampak pada bagaimana mereka memandang Nabi, Al-Qur'an, dan Islam sebagai agama. Pengalaman manusia Barat juga berpengaruh pada para orientalis sebelumnya. Sangat penting untuk dipahami bahwa studi agama dan peradaban dari luar, khususnya Islam, memiliki bias sementara tidak memihak dan intelektual. Penulis buku English Speaking Orientalists, A.L. Tibawi, menarik kesimpulan bahwa orientalis polemik pada awalnya mencemooh dan salah merepresentasikan Islam dengan niat negatif. Namun, mereka mulai mengambil sikap tidak memihak, setelah motivasi misionaris menjadi jelas. Pendekatan mereka menggabungkan aspek-aspek bermasalah Islam dengan penggunaan data yang kredibel, semuanya dipahami dari sudut pandang Kristen. Pendekatan pertama telah dibatalkan, tetapi pendekatan kedua telah melemah atau menerima "baju baru". Namun, yang tidak biasa adalah ketika para orientalis secara terang-terangan mendorong dan bahkan mendorong perubahan dalam Islam.18 Kajian orientalis bersifat parsial, artinya seringkali mengabaikan bidang kajian lain ketika memusatkan perhatian pada satu bidang tertentu. Misalnya, para orientalis yang berpengetahuan fikih mungkin menawarkan kritik yang tidak terkait dengan kalam atau kritik filsafat yang tidak terkait dengan akidah. Mereka dapat mempelajari Al-Qur'an tanpa memperhitungkan ilmu tafsir, dan orientalis sering menggunakan metodologi Alkitab saat mempelajari Al-Qur'an. Mereka juga dapat mempelajari politik Islam dari sudut pandang sistem politik Barat yang sekuler. Selain itu, dalam kajian orientalis, bidang keilmuan Islam lebih sering dieksplorasi melalui kacamata pandangan hidup Barat ketimbang Islam. 17 Dr. Afaf, al-Mustasyriqun wa Musykilat al-Hadrah, ) Cairo: Dar al-Nahdah al- ‘Arabiyyah, 1980), hal 33-34. 18 Tibawi, “A Critique of Their Approach to Islam and Arab Nationalism”, dalam The Islamic Quarterly, London 1964, vol. VIII, no. 1-2, hal 41.
17 Terlepas dari kenyataan bahwa orientalisme telah menjadi subjek banyak penelitian, baru-baru ini ia memperoleh makna yang lebih penting dalam evolusi pemikiran. Hal ini karena beberapa intelektual Muslim tertentu mulai mengadopsi kerangka, cara pandang, dan kritik orientalis terhadap Islam. Mereka tampaknya percaya bahwa dengan melakukan ini, mereka dapat "mereformasi", "memperbaharui", atau "meliberalisasikan" filsafat Islam dengan lebih cepat. Ideide yang lahir dari “adopsi” ini dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat awam atau ulama “tradisional” karena belum pernah hadir dalam dunia intelektual Islam. Namun, dalam praktiknya, kebaruan ini seringkali tidak memiliki komponen tajdid (pembaharuan) karena terputus dari landasan awalnya (disclosure) dan bahkan sering bertentangan dengannya. Mereka mungkin telah kehilangan kemampuan untuk mengkritik orientalis dan Barat karena mereka tidak secara penuh, kreatif, dan apresiatif menelaah kekayaan intelektual Islam. Sikap orang-orang Barat terhadap negara-negara non-Barat dikenal dengan sebutan Orientalisme. Orientalis sering melihat negara-negara Timur Tengah dan Asia melalui prisma prasangka dan rasial. Mereka dianggap sebagai negara berkembang yang acuh tak acuh terhadap sejarah dan budaya mereka. Alhasil, Barat "membantu" terciptanya kajian budaya, sejarah, agama, dan gagasan kebangsaan di Timur. Asumsi, teknik dan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar adalah Barat. Penting untuk digarisbawahi bahwa studi ini tidak semata-mata bersifat ilmiah dan juga digunakan dalam imperialisme Barat di negara-negara Timur dan upaya misionaris Kristen.19 Muhammad Arkoun kemudian mengungkapkan pemikiran ini sebagai berikut: Alquran adalah wahyu dari Tuhan, tetapi dituturkan oleh Muhammad dalam bahasa manusia sehari-hari. Nasr Hamid Abu Zayd, seorang cendekiawan Muslim liberal yang diusir dari Mesir, memiliki pandangan yang sama dan mengatakan bahwa Alquran adalah produk budaya Arab (muntaj thaqafi) karena diturunkan dalam konteks sejarah Arab. Gagasan ini menyiratkan bahwa AlQur'an bukanlah firman suci Allah dan tidak perlu dipuja atau dijunjung tinggi. Akibatnya, umat Islam tidak dituntut untuk terlalu fanatik dalam ketaatannya terhadap Alquran karena hanya dianggap sebagai kata-kata tertulis orang biasa. Penting untuk dicatat bahwa banyak sarjana tradisional tidak setuju dengan aliran pemikiran ini karena mereka percaya bahwa Al-Qur'an adalah firman Tuhan yang suci dan lengkap. Aliran pemikiran ini telah menyebabkan ketidaksepakatan di kalangan umat Islam. Namun, harus diakui bahwa selain memahami dan menafsirkan Islam, orientalis telah memberikan kontribusi 19 Edward Said, Orientalism, (New York: Vintage, 1979), hal 1-5.
18 signifikan pada sejumlah ranah keilmuan lainnya, termasuk kompilasi hadis, leksikon, kamus, dan ensiklopedia. Muslim dapat menuai keuntungan dari kontribusi mereka. Oleh karena itu, umat Islam harus mengadopsi mentalitas yang masuk akal daripada hanya terlalu menghargai atau sama sekali mengabaikan mereka. Umat Islam harus mendekati studi literatur orientalis dengan pola pikir kritis. Ini membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan Islam yang sebanding dengan tingkat pemahaman mereka. Muslim yang berpengetahuan luas dapat membuat penilaian yang terinformasi tentang karya-karya orientalis, memanfaatkan kontribusi mereka yang tidak memihak, dan pada saat yang sama menjunjung tinggi keakuratan ajaran Islam. A. Munculnya Ide Kristenisasi di Kalangan Orientalis Ketika Portugis tiba di Malaka pada abad ke-16 dengan tema 3G (Emas, Kemuliaan, Injil), agama Kristen resmi dimulai di Indonesia. Schrieke berpendapat bahwa setelah mencapai India pada tahun 1498 dan menguasai wilayah tersebut, Portugis segera memulai misi suci. Menurut Ricklefs, Portugis tinggal di India pada 1503 setelah menaklukkan Goa di pantai barat dan menjadikannya basis permanen di bawah Albuquerque. Raja Portugal kemudian memerintahkan Diogo Lopes de Sequeira untuk mencari Malaka pada tahun 1509, namun pelayaran ini tidak berhasil karena Sultan Mahmud Syah menolak kedatangan Portugis dan terjadi pertempuran antara keduanya.20 Albuquerque berhasil merebut Malaka pada tahun 1511–1512 dan mengubahnya menjadi pangkalan di mana kerajaan maritim Portugis dapat menguasai Benua Asia. Selain itu, Portugis memupuk hubungan politik dan komersial dengan para sultan Ternate sambil memupuk penginjilan. Gereja pertama didirikan di wilayah Maluku pada tahun 1512, tanda dari semangat penginjilan ini. Untuk menyebarkan iman, banyak pendeta melakukan perjalanan ke Nusantara pada tahun 1534. Karena perang dingin dengan penjajah Eropa lainnya yang ingin menguasai koloni, kekuatan Portugis secara bertahap mulai menurun. Setelah pertemuan mereka dengan Belanda, Portugis akhirnya kalah.21 Kristenisasi dapat dilihat sebagai pekerjaan penting yang direncanakan dan dilaksanakan secara metodis dengan tujuan jangka panjang untuk mengubah susunan agama penduduk Indonesia. Proses kristenisasi melibatkan beberapa fasilitas dan program yang menangani 20 Ricklefs, M. C, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), hal 53. 21 Bernard H, M. Vlekke, Nusantara:Sejarah Indonesia, (Jakarta: KPG, 2010), hal 98.
19 berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, pendidikan, masalah sosial, dan budaya. Tujuan utama Kristenisasi adalah menyebarkan keyakinannya akan kebenaran mutlak Kekristenan. Pemikiran dan gagasan yang dapat dibagikan kepada masyarakat diperlukan untuk melakukan upaya kristenisasi ini.22 Dorongan kristenisasi, menurut umat Kristiani, dituntut oleh iman mereka dan merupakan konsep vital yang harus dijunjung tinggi. Kitab Markus menyatakan dalam ayat 16:15, "Pergilah ke seluruh dunia dan beritakan Injil kepada semua ciptaan." Ketua Asosiasi Agen Yahudi, Samuel Zwemmer, mengklaim bahwa proses Kristenisasi dilakukan melalui pembentukan dan penghancuran. Dengan menasihati para pemuda muslim untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi Kristen, dilakukan proses pembinaan. Ulamaulama baru kemudian menjelma menjadi ahli-ahli agama. Misalnya, organisasi misionaris Belanda Zending mengembangkan lembaga pendidikan, seperti sekolah umum, yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan Kristiani. Lulusan dari lembaga-lembaga ini kemudian naik ke posisi kekuasaan dalam masyarakat adat. 23 Lembaga-lembaga ini didirikan dengan maksud mempengaruhi dan mentransformasikan aqidah (keyakinan) penduduk setempat.24 Karel Steenbrink mengklaim bahwa kemitraan ini menandai dimulainya gerakan Kristenisasi. Berbagai pelosok Indonesia ikut serta dalam proses kristenisasi ini, terutama daerah-daerah pedalaman yang menjadi titik distribusi utama ajaran Kristen. Hal ini disebabkan suku-suku asli yang menganut Animisme dan Dinamisme merupakan mayoritas penduduk di pedalaman Indonesia.25 Dewan Dakwah, sebuah kelompok yang berdedikasi untuk menjaga kelangsungan iman umat, tidak akan tinggal diam dan acuh tak acuh terhadap masalah ini karena Kristenisasi semakin cepat. Dewan Dakwah didirikan sebagai respon terhadap hal tersebut dalam upaya memerangi dan menolak kristenisasi. Dewan Dakwah saat ini memiliki hierarki terstruktur baik di tingkat federal maupun lokal.26 22 Mukhsin Jamil, Agama Agama Baru di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal 58. 23 Marwati Djoned Peosponegoro, Sejarah Nasional Indonesia Jilid 5, (Jakarta: Balai Pustaka,2008), hal 8. 24 Hasan Abdul Rauf Muhammad, Orientalisme dan Misionarisme (Menikung pola Pikir Umat Islam), (Bandung: Remaja Rosdakarya),2007,hal 118. 25 Narasumber Romly Qomaruddi oleh Nurhasanah, Jakarta, 27 juli 2017. 26 Micbach Malim, Strategi & Aktivitas Dakwah,(Jakarta: Sinar Media Abadi,2008), hal 21.
20 Bagian dari cabang Dewan Dakwah inti adalah Dewan Dakwah wilayah Pandeglang. Ada individu-individu yang signifikan dalam konteks ini, seperti Wahid As'ari dan Soleh As'ad. Untuk mengutus H. Himyar Abbas ke Desa Wanasalam di Lebak, mereka berperan sebagai perantara. Hal ini diharapkan dapat menjadi jalan untuk menghentikan upaya kristenisasi yang terjadi di Desa Wanasalam, Lebak. Pada tahun 1985, H. Himyar Abbas, seorang da'i yang berasal dari wilayah Kananga Menes Pandeglang, diberi tugas untuk melakukan praktik pengiriman da'i. Da'i H. Himyar Abbas yang tergabung dalam Dewan Dakwah dan Rabithah Alam Islami, yang diutus atas restu Kementerian Agama. Tanggung jawab H. Himyar Abbas adalah menjaga aqidah umat Islam. Selain itu, H. Himyar Abbas membangun sejumlah fasilitas umum, antara lain majlis ta'lim, masjid, mushola, dan sekolah. Ia juga aktif dalam pengembangan pendidikan, ekonomi, dan masyarakat.27 Samuel Zwiimer, seorang Yahudi dan direktur misi Kristen, menyatakan pada Konferensi Misionaris di kota Quds pada tahun 1935 bahwa misi utama agama Kristen bukanlah menganiaya umat Islam untuk mengubah mereka menjadi Kristen, melainkan untuk mendorong seorang Muslim. keluar dari Islam sehingga menjadi orang yang jauh dari Islam dan jauh dari akhlak. Islam melemahkan semangat para pemuda, yang menjadi terdorong oleh nafsu. 28 Selain itu, mereka menjalankan program khusus untuk mendiskreditkan Islam. Mereka memiliki berbagai tujuan, termasuk motivasi pribadi selain motivasi agama, politik, ilmiah, ekonomi, dan perdagangan. Dan untuk alasan itu, sangat penting untuk mulai menyelidiki berbagai studi terkait Islam serta melakukan studi tentang Timur.29 Islam tidak pernah mencapai puncak kemegahan seperti Eropa. Di bidang sains, ia mencapai salah satu puncak kebesarannya. Para cendekiawan Muslim memperoleh ilmu ini setelah ia terbangun. Setelah pertempuran tentara salib, mereka bersekolah di Andalusia, salah satu Kepulauan Laut Putih. Antara Islam dan Barat, terjadi perang yang sangat merusak yang dikenal sebagai Perang Salib. Delapan gelombang pertempuran antara Islam dan Barat terjadi antara tahun 1096 dan 1270 M, atau sekitar dua abad. Negara-negara adidaya Barat mengalami disintegrasi dan tidak mampu menduduki wilayah-wilayah Islam yang krusial. Karena itu, dunia Barat (Kristen dan Yahudi), khususnya Amerika, membenci bisnis besar dan bersumpah untuk memberantas Islam dan umatnya (dunia Islam). Akibatnya, mereka mulai 27Narasumber Wahid Sahari oleh Nurhasanah, Cikaliung Pandeglang 15 juli 2017. 28 Abu Ziyad dan Eko Haryanto. Kristenisasi di Indonesia.Tim Media Dakwah.Islamic House.com, 2011. 29 Hendrik E.Niemeijer, Batavia Masyarakat Kolonial Abad XVII, (Jakarta : Masuf Jakarta, 2012), hal 239.
21 meneliti bahasa Arab dan Islam. Mereka mengeksploitasi apapun dari hasil karya seniman Muslim. Dengan berpegang pada konsep-konsep utama, terutama gerakan Kristenisasi dan tujuan-tujuan lain yang dapat melemahkan umat Islam dan meruntuhkan nilai-nilai Islam, studi ekonomi, politik, budaya, dan topik lainnya lahir dan berkembang dari studi Islam.30 Di antaranya, gerakan Kristenisasi di kalangan orientalis ini berdampak besar.31: a. Membongkar dan mengikis persatuan dan kekuatan ummat Islam. b. Menjajah dunia Islam melalui dukungan imperialisme dan kolonialisme serta kesalahpahaman tentang apa itu jihad. c. Menjauhkan umat Islam dari agama selanjutnya dan menjauhkan mereka dari ajaran Islam. d. Mencegah dunia barat menerima Islam Ada beberapa taktik yang digunakan oleh gerakan Kristenisasi yang harus dihindari:32 I. Pelayanan Kesehatan: Misionaris menggunakan pelayanan kesehatan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Kristen. Dokter-dokter dan tenaga medis diarahkan untuk mengubah pria dan wanita Muslim menjadi Kristen dan mempengaruhi mereka secara emosional dan mental. II. Pendidikan: Misionaris mendirikan sekolah-sekolah dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi yang mengajarkan agama Kristen bukan agama anak didik. Pertukaran pelajar dan mahasiswa juga dilakukan untuk mempengaruhi pelajar Islam agar lebih cenderung mencintai budaya Barat dan menjauh dari agama Islam. III. Sosial: Kristenisasi melibatkan pendirian panti asuhan anak yatim, panti jompo, asrama mahasiswa, dan klub remaja. Mereka juga menggunakan organisasi seperti Gerakan Pramuka, PMR/PMI, dan Paskibra untuk mencapai tujuan mereka. Jambore internasional menjadi salah satu cara yang efektif untuk menjauhkan pelajar Islam dari agama mereka. 30 Qasim Assamurai. “Bukti-Bukti Kebohongan Orientalis”. Jakata:Gema Insani Press, 1996. 31 Awi Muhammad Marlan, Mewaspadai Pemurtadan, (Jakarta: Kompak, 2006), hal 22. 32 Adian Husaini, Kristenisasi Indonesia (Tinjauan Historis & Teologis), (Jakarta: DDII ,2008), hal 8.
22 IV. Perkawinan Beda Agama dan Hamilisasi: Misionaris mendorong perkawinan beda agama dan melakukan gerakan hamilisasi untuk mempengaruhi umat Muslim agar masuk ke dalam ajaran agama Kristen. Mereka juga mengingatkan agar umat Muslim tidak tergoda dalam hubungan pacaran yang dapat berujung pada perzinaan. V. Keturunan: Misionaris mendorong pengikut gereja untuk memperbanyak keturunan sementara menggalakkan program keluarga berencana di kalangan umat Islam. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi perubahan demografi agama. Gerakan Kristenisasi memiliki banyak dampak yang merugikan dan telah berlangsung selama hampir satu abad. Karena itu kita harus melindungi diri kita sendiri dan umat Islam lainnya dari risiko yang ditimbulkan oleh kampanye Kristenisasi ini. B. Reaksi Muslim Orientalis terhadap Kristenisasi Menurut Abu Deedet, tujuan dari kampanye Kristenisasi orientalis adalah pertama-tama mengasingkan umat Islam dari agama mereka sebelum mencoba untuk mengubah mereka (AlBaqarah: 109–120). Upaya yang mereka lakukan termasuk pemalsuan Alquran, khususnya dengan mengarang surat dan publikasi yang berisi pelesetan Alquran dan Hadits, pendeta yang mengaku pernah melakukan perjalanan haji, dan orang murtad yang merupakan ulama terkenal. menyediakan perawatan medis, mengeluarkan biaya yang signifikan, dan membuat tawaran pekerjaan bergantung pada konversi ke agama Kristen. Selama ini, pekerjaan dilakukan di bidang pendidikan, seperti memberikan ceramah tentang Islam di universitas dan institut tertentu. Selain itu, pada tahun 1950M, para orientalis yang banyak melakukan kesalahan dan kekeliruan merilis Ensiklopedia Islam dalam beberapa bahasa.33 Ibrahim Khalil Ahmad mengklaim bahwa gerakan kristenisasi semakin aktif, khususnya di Indonesia, berkat pendidikan yang menitikberatkan pada ilmu-ilmu keislaman dan lainnya serta dari berbagai peradaban timur. Ini akan menyiratkan secara halus bahwa Islam adalah agama primitif. Dan dapat menyebabkan umat Islam mempertanyakan ajarannya. 34 Dalam proyek kerjasama seperti Ensiklopedi Islam, menurut A. Hanafi, kesalahan mereka jauh lebih kentara. 33 Abu Ziyad dan Eko Haryanto, Kristenisasi di Indonesia, Tim Media Dakwah Islamic House.com, 2011. 34 Ahmad Ibrahim Khalil. Siasat, Misi Kristen dan Orientalis.Jakarta:Gema Insani Press, 2008, hal 51.
23 terutama mereka yang memiliki landasan agama yang kuat. Namun, kesimpulan penyelidikan mereka tampak sewenang-wenang dan jauh dari kebenaran mendasar karena Islam adalah fokus studi mereka, agama yang tidak diakui secara universal. Namun demikian, kekurangan mereka dapat diabaikan dan dipahami karena hal ini.35 Penutup Orientalisme, atau orang Barat yang mempelajari peradaban Timur, adalah studi tentang negara-negara timur. seseorang yang melakukan penelitian tentang mata pelajaran timur seperti bahasa, sejarah, sosiologi, dan agama sambil mengadopsi perspektif miring pada subjek yang sedang dipertimbangkan, yaitu Islam. Mereka menyelidiki kelemahan Muslim sambil mempelajari doktrin Islam. Mereka berusaha untuk mengkristenkan umat Islam dengan menggunakan gerakan Kristenisasi agar kekhawatiran terhadap keyakinan mereka dapat berkembang di hati umat Islam. Mereka memiliki inisiatif untuk mendiskreditkan Islam. Mereka memiliki berbagai tujuan, termasuk motivasi pribadi selain motivasi agama, politik, ilmiah, ekonomi, dan perdagangan. Dan untuk alasan itu, sangat penting untuk mulai menyelidiki berbagai studi terkait Islam serta melakukan studi tentang Timur. Ilmu-ilmu keislaman berkembang sebagian besar berkat ide-ide atau gerakan-gerakan yang dihasilkan oleh para orientalis ini. Orientalis dan ide-ide mereka, di sisi lain, berpotensi memicu perbedaan pendapat di kalangan umat Islam dan meragukan otoritas moral ajaran Islam. 35Anwar Syarifuddin, Kajian Orientalis terhadap Alquran dan Hadits, 2011, hal 26.
24 Daftar Pustaka As-samurai, Qasim.1996, “Bukti-Bukti Kebohongan Orientalis”Jakata:Gema Insani Press. Afaf, 1980. al-Mustasyriqun wa Mushkilat al-Hadarah, (Cairo: Dar al-NahÌah al-‘Arabiyyah). Adian Husaini,2008. Kristenisasi Indonesia (Tinjauan Historis & Teologis), (Jakarta: DDII). Awi Muhammad Marlan,2006. Mewaspadai Pemurtadan, (Jakarta:Kompak). Bernard H, M. Vlekke, Nusantara:Sejarah Indonesia, (Jakarta: KPG, 2010). Hasan Abdul Rauf Muhammad,2007. Orientalisme dan Misionarisme (Menikung pola Pikir Umat Islam), (Bandung: Remaja Rosdakarya). Hendrik E.Niemeijer, Batavia Masyarakat Kolonial Abad XVII, (Jakarta : Masuf Jakarta, 2012). Ibrahim Khali Ahmad l.2008, Siasat, Misi Kristen dan Orientalis.Jakarta:Gema Insani Press. Muhammad Bahar H. 2016 “Orientalis dan Orientalisme dalam perspektif sejarah dalam” 4, Jurnal Ilmu Budaya. Marwati Djoned Peosponegoro,2008 Sejarah Nasional Indonesia Jilid 5, (Jakarta: Balai Pustaka). Micbach Malim,Shibghah 2008. Dakwah Warna, Strategi & Aktivitas Dakwah, (Jakarta: Sinar Media Abadi). Mukhsin Jamil, 2008. Agama Agama Baru di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,). Ricklefs, M. C, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011). Romly Qomaruddin,diwancarai oleh Nurhasanah, Rekaman Handphone, Jakarta, 27 juli 2017. Syarifuddin, Anwar. 2011, Kajian Orientalis terhadap Alquran dan Hadits, 26. Said, Edward, 1979. Orientalism, (New York: Vintage). Tibawi, 1964. “A Critique of Their Approach to Islam and Arab Nationalism”, dalam The Islamic Quarterly, London, vol. VIII, no. 1-2. Wahid Sahari, 2017. diwawancarai oleh Nurhasanah, Rekaman Handphone, Cikaliung Pandeglang Ziyad Abu, Haryanto Eko.2011, Kristenisasi di Indonesia.Tim Media Dakwah.Islamic House.com.
25 Motivasi Orientalis Mengkaji Islam Khoirur Rizki, Nafis Azifatul, Ani Musnadatul Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus, Abstrak Pengkajian Barat terhadap dunia Timur telah berlangsung selama bertahun-tahun. Dimulai dengan ketertarikan akan sejarah, agama dan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Kekaguman itu akhirnya sirna pasca terjadinya perang Salib antara Barat dan Timur. Barat beranggapan ingin menghancurkan Islam dengan memunculkan berbagai macam karya penerjemahan dari teks Arab ke bahasa Latin dan memasukkan doktrin-doktrin yang menyimpang dari ajaran Islam. Kekalahan Kristen dalam Perang Salib mengakibatkan munculnya perspektif negatif dari para pengkaji Barat terhadap dunia Timur. Dilanjutkan masa pencerahan Eropa dengan keinginan para orientalis untuk menguak kebenaran mengenai Islam. Hal ini didasari oleh beberapa motif tertentu seperti agama, ilmiah dan politik. Orang Barat pada masa ini tidak ingin disebut sebagai orientalis tetapi pengkaji Barat karena kata orientalis terkesan menimbulkan kesan negatif. Perlawanan Barat bukan dengan kekuatan melainkan dengan tulisan dari karyanya yang akan mempengaruhi pemikiran dari umat Islam. Kata kunci : Orientalis, Perang Salib, Pemikiran, Pengkaji Barat I. PENDAHULUAN Agama Islam memiliki perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat tinggi dan banyak diakui oleh para sejarawan dan cendekiawan di seluruh dunia. Perkembangan tersebut dapat disaksikan dari berbagai macam peninggalan yang telah ditinggalkan ketika perluasan Islam berlangsung dari , baik dari bangunan maupun ilmu pengetahuan yang saat ini masih digunakan dan lain sebagainya. Ketika Islam mulai menyebar ke seluruh penjuru di luar Arab, hal tersebut telah mempengaruhi pola pemikiran para tokoh Muslim tentang dunia luar. Mereka mulai mengkaji berbagai ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan seperti kedokteran, filsafat, astronomi dan matematika36 serta bertukar pikir mengenai kebudayaan dan peradaban luar yang masa itu masih dalam suasana baik dan damai37. Berkat dukungan dari pemerintah, banyak sarana yang 36 Harun Nasution, Islam Rasional; Gagasan dan Pemikiran (Cet. II; Bandung: Mizan, 1995), h. 39-40. 37 Abu Su’ud, Islamologi, Sejarah, Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 200
26 dibangun guna memberikan kemudahan atas ilmu pengetahuan tersebut seperti pembangunan berbagai yayasan, sekolah, kampus dan perpustakaan. Kemajuan Islam telah menjadi daya tarik Barat tentang dunia ketimuran. Daya tarik tersebut muncul karena adanya rasa kagum terhadap dunia Islam, selain itu Barat juga ingin mengetahui dan mempelajari ajaran Islam serta ilmu yang tengah berkembang pada masa itu, beberapa tokoh yang mengkaji sejarah Islam diantaranya Philip K. Hitti dan Snouck Hurgronje38. Kekaguman tersebut tidak berlangsung lama akibat adanya perang Salib yang terjadi antara Barat dan Timur. Perang Salib tersebut membawa Barat dari keterpurukan di masa kegelapan (dark age) pada abad ke 6 sampai 8 M ke masa pencerahan. Sebaliknya dunia Islam mengalami kemunduran, menurut Ibnu Khaldun salah satu hal yang menyebabkan kemunduran Islam adalah terjadinya perselisihan dan konflik antar umat Islam39 . Walaupun Islam telah mengalami kemunduran hakikatnya peradaban Islam masih menjadi sorotan Barat untuk menguak sisi dibalik Islam sehingga memunculkan para orientalis (orang Barat yang belajar dunia Timur). Dari penelitian yang dilakukan, bangsa Barat telah memunculkan banyak karya baik dalam aspek sejarah, ekonomi, sastra, politik, bahasa dan agama40. Sama halnya semasa perluasan Islam berlangsung di luar Arab, karya orientalis juga mengubah pola pikir umat Islam saat ini41 karena dianggap lebih menarik dari karya dunia Timur yang cenderung baku dan tidak rasional 42 . Menurut Barat, banyak pandangan Islam yang menyimpang dari kepercayaan yang mereka yakini, sehingga mereka berasumsi ingin menghancurkan ajaran Islam yang dapat mengancam ajaran mereka. Setelah melihat dan meneliti mengenai sosio-kultural Islam, Barat beranggapan bahwa antar umat Muslim saling bergandengan untuk membangun kekuatan Islam maka dari itu, Barat tidak bisa menyamai kedudukan Islam dalam melawannya. Orientalis berfikir bahwa menyerang pemahaman pemikiran mereka akan dapat membuat keimanan di hati setiap Muslim goyah dan ragu-ragu sehingga Islam akan mengalami kemerosotan pemeluknya. Pada awalnya Barat mengunjungi Islam adalah agar mereka dapat mempelajari beberapa hal yang tidak ada saat kemunduran Barat terjadi. Tetapi seiring berkembangnya 38 Fajriudin, Historiografi Islam; Konsepsi dan Asas Epistemologi Ilmu Sejarah Dalam Islam, (Cet. I, Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), h.114-117 39 Tsalats Ghulam Khabbussila, Faktor Kemunduran Islam Menurut Ibnu Khaldun, https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6661293/faktor-kemunduran-islam-menurut-ibnu-khaldun diakses pada tanggal 2 Juli pada pukul 19.01 40 Yoesoef Sou'yb, Orientalisme dan Islam (Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 3 41 Maryam Jamilah, Islam and Orientalism diterjemahkan oleh Machnun Husein dengan judul Islam dan Orientalism (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 17. 42 Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama (Cet. IV; Bandung: Mizan, 1999), h.289
27 waktu ke waktu tujuan tersebut berubah menjadi ambisi ingin memurtadkan kaum muslimin karena kecemburuan dan sikap iri hati Barat terhadap Islam. Hal inilah yang menjadi kajian penting dalam beberapa masalah yang ada. Pasalnya banyak masyarakat awam yang langsung mempercayai tulisan dari karya orientalis padahal bangsa Barat hanya mengetahui setitik pengetahuan mengenai Islam. Untuk itu, sebagai pembaca khususnya masyarakat awam Muslim II. PEMBAHASAN Mengungkap Perbedaan Oriental, Orientalis dan Orientalisme Pemaknaan Oriens, Orientalis dan Orientalisme memiliki persamaan asal kata yakni berasal dari bahasa Latin “oriens” yang dapat diartikan sebagai terbitnya matahari atau belahan dunia Timur. Dalam bahasa Inggris sendiri agak melenceng dari bahasa Latin yakni “orient” yang bermakna timur 43. Oriental sendiri dimaknai sebagai daerah di luar Eropa, orientalis merupakan orang Barat yang mengkaji dunia ketimuran, sedangkan orientalisme adalah kajian mengenai dunia Timur44. Berdasarkan analisis yang dikaji salah satunya Edward said mengatakan bahwa yang dimaksud orientalis adalah perubahan gaya pemikiran mengenai dunia Timur bukan pada latar belakang pengkajinya45. Tetapi kebanyakan orang memberikan makna bahwa orientalis identik dengan orang dunia Barat. Terdapat beberapa pendapat mengenai lahirnya orientalisme; Pertama, karena Barat menolak adanya agama Islam, kedua, guna mengetahui kemampuan dan kekuatan Islam, ketiga, guna mengetahui hubungan TauratInjil (pendapat ahli teologi), keempat, mengembangkan penjajahan Eropa atas negara-negara di wilayah Arab46 Motivasi Orientalis Mengkaji Islam Islam hadir ke Spanyol dan Prancis Selatan dan membuat golongan Kristen untuk melenyapkan kesewenangan dan penyusupan Islam di Eropa. Saat kekaisaran Cherlemagne yang terjadi di tahun 800 M yang dinobatkan kepada Paus Roma agar menjaga kekuatan Muslim. secara geografis peta kekuasaan telah dibagi menjadi empat yaitui: Kekhalifahan Abassiyah dan Byzantium Ortodoks Timur di Timur, Kekhalifaan Umayyah di Cordoba dan 43 Ahmad Bunyan Wahid, Orientalisme Dalam Hukum Islam; Kajian Hukum Islam Dalam Tradisi Barat, (Cet.I, Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama, 2018), h. 1 44 Idri, Hadis dan Orientalis; Perspektif Ulama Hadis dan orientalis Tentang Hadis Nabi , (Cet.I, Depok; Prenadamedia Group, 2017), h. 1 45 Idri, Studi Hadis, (Cet.II, Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h. 306 46 Qasim As-Samurai, Bukti-Bukti Kebohongan Orientalis, (Cet.I; Jakarta: Gema Insani Press, 1983), h. 32
28 Kerajaan Katolik Roma di Latin Barat47. Akibat permusuhan satu dan yang lain, kerajaan kristen telah menhalami kemunduran terlebih saat agama dan pihak gereja tidak mendukung gerakan ilmu pengetahuan, hal ini menjadi masa kegelapan dunia eroda dan barat atau yang dikenal dengan masa dark age yang mana hal ini terjadi pada abad ke 6 hingga 8 M. Setelah mempunyai kepercayaan dan kekuatan serta kecakapan daya fikir manusia akhirnya di Barat muncul masa pencerahan dibagian ilmu pengetahuan di abad pertengahan khususnya yang dimulai di tahun 1000-an. Kesadaran ini didoreong olleh pengharapan yang keras terhadap semua bidang yang berhubunhan dengan politik, filsafat, sosial, budaya, dan keagamaan. Pengharapan itu telah menjadikan dan menunjukan pemahaman diri dan aksi orang-orang Barat48. Kebudayaan Timur dianggap mempunyai hal yang istiimewa, dengan telah terjadinya Kemajuan Barat di berbagai bidang, membuat bangsa Barat untuk mengkaji kebudayaan Timur secara ilmiah agar dapat mengenal ledih dalam mengenai bangsa Timur dan Islam, mulai dari hal yang berhubungan dengan teks. Pendapat dari Dr. Hamid Fahmy Zarkasy bahwa Barat meneliti Timur dan Islam dikarenakan dorongan keagamaan dan politik49. Lebih rincinya ada beberapa dorongan yang mrmbuat para oriantalis meneliti dinia islam diantaranya: a. Motivasi Keagamaan Berdirinya Universitas Cordoba meruapakan bentuk perkembangan Islam yang terjadi si Spanyol Perkembangan Islam di Spanyol, hal ini membuat para pendeta dan rahib untuk mencari pengetahuan disini. Pendeta awal yang menekuni dunia ketimuran dan Islam ialah “Adelard of Bath” berkebangsaan Inggris, dan menujtut ilmu di kota Tur, Prancis setelah itu ke Andalus. Ia dilantik menjadi penasehat Raja Hendri setelah kembali ke Inggris. Kemudian ada pendeta Pierrele Aenere (1092-1156) ia telah menguasai bahasa Arab dan bahkan ia mencoba untuk menerjemahkan Al-Qur'an ke bahasa Latin. Ia mempunyai Tujuan agar mengetahui bagaimana Islam mengangkat ajaran-ajaran agama Kristen di segala urusan bangsa Islam, selain itu mereka punya kemauan untuk membalas dendam atas kesuksesan umat Islam dalam mengendalikan beberapa wilayah Eropa50 . Motivasi ini tercipta karena untuk aktifitas 47 Olaf Schumann, Agama dan Dialog Antar Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1996) Cet.I, h. 53 48 Abu Su’ud, Islamologi, Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 200 49 Fajriudin, Historiografi Islam: Konsepsi dan Asas Epistemologi Ilmu Sejarah Dalam Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), h.114 50 Siyasi Salim al-Hajj, Al-Zhahirah al-Isytisyraqiyah wa Atsruha fi al-Dirasat al-Islamiyah, Jilid II (Cet. I. Malta, Markaz Dirasatal-‘Alam al-Islamy, 1993) h.45-46
29 menyiarkan dimana para orientalis berupaya mencitrakan sikap negatif terhadap Islam dengan cara mencatat apapun yang menjadi ajaran-ajaran umat Islam51 . b. Motivasi Imperialisme dan Politik Penyabab yang menjadi kan Motivasi ini muncil ialah karena didunia Barat terjadi perkembangan dan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka ingin memnfaatakan kekayaan sumber daya alam seperti minyak dan gas bumi di Dunia Timur dan umumnya dinaTimur Tengah. Perlahan-lahan Negara Eropa (Barat) seprti Inggris,Italia, Jerman dan Prancis telah menguasai wilayah Timur tengah mereka berhasil mrngambil alih dan menjajahnya, pada masa ini penelitian orientalis berkaitan dengan adahya tujuan melumpuhkan aktifitas berfikirnya para ulama dan para pakar Islam dalam menahan penjajah Barat, hal ini membuat mereka menceritakan hal hal negatif mengenai islam. Mereka akan dioenjara dan digantung sampai diasingkan apabila melakukan pengobaran semangat perjuangan diSetiap kajian dan tulisan dan mencoba memojokkan penjajah. c. Motivasi Ilmiah Penyebab yang menjadikan Motivasi ini muncul ialah karena rasa keingintahuan bangasa Barat mengenai dunia Timur dan ajaran Islam melalui cara yang runtut dan metodologis. Mrreka yang mengkaji islam dengan motivasi ini biasanya dilakukan oleh orientalisme yang dari Jerman. Orientalis Jerman dalam mengkaji bangsa Timur lebih condong meneliti kebudayaan, adat istiadat dan bahasa, wakaupun peneliti lain berkesimpulan bahwa orientalisme Jerman mengkaji Islam karena tujuan irusan keagamaan, hal sama yang dilakukan oleh para orientalis Barat lainnya, akar pemyebab pertama kali bangsa Jerman berurusan dengan dunia Timur ialah melalui perang Salib. Said berargumen bahwa kemampuan penelitian akademik yang dikerjakan oleh orientalis dalam bentuk menelaah di berbagai ketimuran dalam asoek Antropologi, Sosiologi, Sejarah, Filologi, Agama, dan lainnya bisa dilihat diberbagai karya yang diciptakan seperti mentahqiq kitab “Mu’jam al-Mufarras li alFadzil al-Hadis” golongan meringkas hadis-hadis Nabi dalam indeks dengan metodologi ilmiah. Di tahun 1120-1291 M pandangan Barat terhadap Islam menjadi baik dan lebih positif. William dan Malmesbury yang merupakan akademisi Barat telah memberikan pendapat bahwa Islam adalah agama yang mempercayai satu tuhan dan yang mempercayai Muhammad sebagai Rasul, bukan Tuhan. Peter Venerabilis kiga beranggapan serupa terhadap Islam dan ia telah membentuk regu untuk menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Latin. 51 Nasir Mahmud, Orientalisme, Alquran di Mata Barat, Sebuah Studi Evaluatif (Cet. I; Semarang: Dina Utama Semarang), h. 56
30 Metode Kajian Orientalis Terhadap Islam a) Pendekatan Filologi dan Teks Pendekatan ini sering digunakan orientalis dalam mengkaji Al-Quran dan sunah, dan juga digunakan oleh peneliti Barat saat mempelajari Bibel, oleh sebab itu, sebagian pengarang Islam yang meneliti lebih dalam mengenai kajian orientalis berpendapat bahwa cara ini muncul dikarenakan pengarang Barat merasa tidak puas akan ketidakmampuan menyinggung sejarah kebenaran Bibel. Dalam karya Jeffery “Materials for the History of the Text of the Qur’an” menekankan bahwa Al-Quran belum usai, dengan itu perlu menciptakan Al-Quran dengan lebih tanggap. karya Luxenberg “Die syroaramaische Lesart des Koran”, beranggapan bahwa agar bisa memahami Al-Quran secara keseluruhan maka harus didekati dan dibaca menggunakan bahasa SyroAramaik yang katanya merupakan bahasa yang digunakan pada zaman itu52 . Sebenarnya, Pada masa khalifah Abu Bakar telah menggunakan pendekatan ini saat membukukan Al-Quran yaitu dengan diawali mengelompokkan semua ayat-ayat yang tertulis diberbagai bentuk yang berceceran, lalu menelaah kemurnian dan kebenarannya, dimaksud kan dengan hafalan sahabat yang hafidz, agar setelah nya ditulis menggunakan Rasm Utsmani (dialek Qurays). Pada saat yang sama teks-teks yang ditulis di berbagai versi itu dibakar. b) Pendekatan Historical Criticism (Kritik Sejarah) Pendekatan ini merupakan upsya untuk menelaah asal muasal dan perkembangan ide dalam ruang keagamaan melewatu masa perkembangan sejarahnya dan menguji anyahan spirit yang dialami oleh agama semasa periode itu 53 . Pendekatan ini mempunyai tujuan untuk memilah dan memisahkan antara sejarah dan legenda, fiksi dan fakta, mitos dan realitas 54 . Richard Bell mempunyai pendapat bahwa terdapat pengaruh Kristen dalam Al-Quran, yaitu adanya ayat yang menolak penyaliban Yesus Kristus, padahal dalam Al-Quran, Isa as itu tidak disalib tapi diangkat oleh Allah ke atas langit. Versi ini sesuai dengan ajaran salah satu sekte Kristen di Syiria. Pandapat tadi tidak sama dengan ajaran umat Islam yang memehami bahwa Al-Quran itu diturunkan oleh Allah kepada Rasul Muhammad saw melewati malaikat Jibril, dimana inti AlQuran itu terlahir diluar dari ruang sejarah, dan bukan akibat dari belajarnya Nabi Muhammad dari kitab suci sebelumnya. pendekatan ini banyak digunakan pada tulisan sarjana Barat tentang Islam diabad ke-19 M, hingga saat inipun pendekatan itu masih tetap digunakan, 52 Syamsuddin Arif, Orientalisme dan Diabolisme Pemikiran, (cet. I; Jakarta: Gema Insani, 2008), h.17 53 Nasir Mahmud, Op.cit., h. 21 54 Ibid., h. 56
31 walaupun tingkat easliannya berhambah baik. Kekurangan dari pendekatan ini adalah saat sumber dan bahan pijakan tidak cukup maka kesimpulan yang diciptakan dari pembaca mengenai sumber-sumber itu menjadi invalid. akhirnya menyebabkan anggapan yang salah. Terlebih karaktee dari pendekatan ini condong melihat sisi luar dari sejarah yang dikaji55 . sarjana Barat beranggapan bahwa Nabi Muhammad saw belajar dari kitab sebelumnya yang didasari akan kebenaran bahwa Al-Quran sering mengisahkan tentang kisah-kisah dan sejarah umat terdahulu, dengan adanya kebenaran ini para sarjana Barat membenarkan anggapannya. Implikasi Kajian Orientalis Ada tiga fase dalam Periodesasi sejarah Barat (Eropa) yaitu zaman kuno mencakup peradaban Yunani dan romawi, zaman pertengahan mencakup zaman Kristen awal dan masa pencerahan, dan zaman modern mencakup lzaman Yunani, Romawi, dan Pencerahan. 56 Peradapan dikatakan telah mencapai puncak bila telah melewati proses panjang, melewati suatu proses peralihan, peminjaman, dan penyesuaian di antara kehidupan sebelumnya, apaabila sebuah kebudayaan muncul dengan konsepnya sendiri tanpa mempunyai inti pada kebudayaan sebelumnya maka hal ini menjadi mustahil. Hal ini bisa dijadikan sebagai jalan untuk menciptakan pembicaraan yang berlandaskan pada kejelasan dan sama mengerti sama lain. Pada abad ke7 M yang mana pada Peradaban Islam tersebut telah mendapati kemajuan dan ujung kematangannya pada abad ke-12 M dengan pencapaian pada pendudukan ilmu pengetahuan yang telah dirancang sesuai pemikiran dan fondasi keIslaman. Dibidang kedokteran, farmasi, matematika, fisika, kimia, dll. Adalah karya karyanya yang bisa dijadikan sebagai bukti bahwa ilmuan Islam telah mencapai pencapaian itu. Setelah melewati perncampuran antar dua kebudayaan antara Budaya Islam dan Barat, Peradaban Barat perlahan bangkit dan berkembang. Hal ini terjadi karena perang salib dan perkembangan Islam yang berada diSpanyol juga di Italia. Pendeta kristen dan ilmuan Barat merasa cemburu akan kemajuan ini, mereka lalu mempunyai keinginan untuk menerjemahkan dan belajar mengenai Islam dan bahaasa Arab. Pada abad ke-12 dan 13 M meruapan masa kebangkitan bagi bangsa Barat mereka berjuang mencocokkan antara Greco-Arabic Latin, penelitian ini dimulai di Spanyol. 57 Terlahirnya kerajaan Turki Usmani telah membuat hubungan yang hangat diantara Barat dan Islam, hal ini berujung dengan dikenal sebagai masa abad romantimisme. Semua itu terjadi akibat kepintatan Raja Turki Usmani yang lembut 55 John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, Jilid IV (Cet. I; Bandung: Mizan, 2001), h. 212 56 Muhammad Fauzan Januri, dkk, Dialog Pemikiran Timur dan Barat, (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 35 57 Ibid, h. 33
32 terhadap Barat, yang padahal dahulunya pandangan Barat terhadap Islam sungguh buruk, yaitu dituding sebagai “agama pedang” yaitu akibat dari Perang Salib, dibalik asumsi dan perasaan buruk tersebut muncul rasa penasaran dan keingintahuan Barat kepada Islam dan dunia ke Timuran secara lebih kritis. Berawal dari kebenaran sejarah dan penggabungan dua kebudayaan Barat dan Islam, maka potensi dialog antara keduanya dapat diintensifkan. Sayyed Hossein Nasr telah memaparkan bahwa ada dua bentuk dialog yaitu: pertama, dialog di antara sisa kebudayaan tradisional. Dialog ini mencakup fatwa-fatwa kegamaan, seperti halnya Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Yahudi. Ini terjadi dengan baik karena setiap agama mempunyai pandangan yang serasi mengenai kejujuran, walaupun disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda. Dasar dialog harus diciptakan dengan berdaarkan kejujuran dan saling mengerti diantara keduanya. Kedua, Dialog kebudayaan Barat dan non-Barat. Dialog ini mrnjalani gangguan yang mengakibatkan bangunan dan pendaoatan diantara kebudayaan yang kurang merata dan tidank imbang, dengan adaya rasa keunggulan dari satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Berdasarkan perkembangan yang telah dicapai oleh peradaban Barat saat ini diberbagai bidang menjadikan tingkah itu lahir terhadap kebudayaan dunia ketiga pada dasarnya, dunia ketiga itu difikirkan sebagai dunia Islam. Dialog ini bisa terjadi apabila hak istimewa bisa dinafikan, yang mana dimasing-masing kebudayaan mengadakan acara sendiri dan berdialog dengan kebudayaan yang lain. Kesepakatan dialog itu bisa bermula dari dugaan bahwa manusia berawal dari satu silsilah, dan kehidupan ini bukan milik suatu kelompok tertentu, tapi kehidupan ini harus diberikan untuk generasi berikutnya. Golongan yang berusaha mendekati kebudayaan dan sekua yang berhubungan dengan Barat dengan lebih dalam dinamakan gerakan Oksidentalisme. Jika dilihat dari sisi epistimologis, mereka berupaya menyudahi hegemoni orientalisme dan menjadikan hubungan Timur dari yang mulanya hanya bahan yang diteliti menjadi yang meneliti. Gerakan iki bisa menjadi sebuah bidang ilmu pengetahuan yang bisa dilatih pada yayasan Universitas dengan melahirkan peneliti yang menekuni dan menelaah kebudayaan menggunakan cara pandang nya sendiri dan meneliti kebudayaan lainnya dengan cara yang lebih lurus. Sama halnya amatan orientalisme yang telah berorganisaai dan tersusun dengan rapi. Dalam mencapai bidikan itu membutuhkan keserriusan metede dan pemahaman yang matang mengenai Islam dan khazanah klasik keislaman yang sarat akan sumber informasi yang bisa dicocokkan dimasa sekarang. Akhirnyaa mengkaji Barat tidak harus selalu memakai informasi Barat mengenai Islam, namun membeda-bedakan kepada desus-desus yang diluaskan melewati ide orientalismenya yang sudah meluas sebelumnya dan sudah bersistem dengan maksimal. Edward W. Said, juga telah
33 menungkapkan sebenarnya sebelum berdiskusi dengan bangsa Barat, mula-mula kita harus tahu betul mengenai kepelikan Barat (Eropa dan Amerika) yang menjadi bangsa dengan semua peristiwa, kepentingan, tekanan, dan sejarah permasalahan didalamnya. Pemahaman yang pasif dan disiplin kepada bangsa Barat tidak bisa mencetuskan jalan diskusi, namun mampu memunculkan rasa pertahanan terhadap Barat.58 Tanggapan atau Pertanyaan: Penanya 1: Adakah etika-etika Agama Kristen yang dipublikasikan oleh Umat Islam? Jawab: Ya, ada etika-etika agama Kristen yang juga dipublikasikan atau diperhatikan oleh umat Islam. Meskipun Kristen dan Islam adalah dua agama yang berbeda, terdapat beberapa nilai dan prinsip etika yang saling terkait antara keduanya. Beberapa contoh etika Kristen yang juga diterima atau diapresiasi oleh umat Islam antara lain: a) Keadilan: Baik Kristen maupun Islam menekankan pentingnya keadilan dalam hubungan manusia. Keadilan memerlukan perlakuan yang adil terhadap semua orang, tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang lainnya. b) Belas kasihan: Etika belas kasihan ditekankan dalam kedua agama. Menunjukkan kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama manusia adalah nilai penting dalam Islam dan Kristen. c) Kejujuran: Baik Kristen maupun Islam mengajarkan pentingnya kejujuran dalam semua aspek kehidupan. Menjaga integritas dan kejujuran adalah nilai yang dihargai oleh kedua agama. d) Kerja keras: Etika kerja keras dan usaha maksimal juga dihormati oleh kedua agama. Mengusahakan yang terbaik dalam pekerjaan dan menghargai hasil kerja adalah nilai-nilai yang diapresiasi dalam Islam dan Kristen. e) Kebaikan terhadap sesama: Baik Kristen maupun Islam mengajarkan pentingnya melakukan kebaikan kepada sesama manusia. Mengasihi dan membantu orang lain, terutama yang membutuhkan, adalah prinsip yang dihargai oleh kedua agama. Meskipun ada persamaan dalam beberapa nilai etika antara Kristen dan Islam, kedua agama juga memiliki perbedaan dan fokus yang unik dalam etika mereka. Oleh karena itu, penting untuk menghormati perbedaan antara kedua agama dan memahami konteks di mana etika-etika ini dikembangkan. Penanya 2: Apa sisi positif dan negatif dari kajian Islam yang dilakukan oleh Orientalis? Jawab: Sisi Positif. 58 Muhammad Fauzan Januri, dkk, Dialog Pemikiran Timur dan Barat, op.cit., h. 39
34 1. Penyebaran Pengetahuan: Kajian orientalis telah menyebarkan pengetahuan tentang agama Islam ke dunia Barat dan memperluas pemahaman mereka tentang sejarah, ajaran, dan budaya Muslim. Hal ini membantu memecahkan stereotip dan meningkatkan dialog antara agamaagama. 2. Studi Bahasa dan Al-Qur'an: Orientalis telah berkontribusi dalam studi bahasa Arab dan memahami teks-teks Al-Qur'an. Mereka mengembangkan metode linguistik dan kritik teks yang berguna bagi para sarjana Muslim dalam menafsirkan Al-Qur'an. 3. Pemahaman Budaya dan Sosial: Orientalis telah memberikan wawasan yang berharga tentang budaya, sejarah, dan masyarakat Muslim. Studi mereka tentang literatur, seni, arsitektur, dan ilmu pengetahuan Muslim telah memberikan pemahaman yang lebih luas tentang kontribusi besar yang dibuat oleh peradaban Muslim. Sisi Negatif: 1) Bias dan Stereotip: Beberapa orientalis telah bersikap bias dan mempopulerkan stereotip negatif tentang Islam dan umat Muslim. Mereka sering kali melihat Islam dari perspektif Barat dan menggunakan standar yang berbeda dalam menilai agama ini. Hal ini dapat menghasilkan pemahaman yang dangkal atau bahkan salah tentang Islam. 2) Kolonialisme Intelektual: Beberapa orientalis pada masa kolonialisme menggunakan kajian mereka untuk mendukung agenda politik dan kolonial Barat. Mereka menganalisis Islam dengan tujuan membenarkan dominasi politik dan penindasan terhadap negara-negara Muslim. Hal ini telah menciptakan keraguan dan ketidakpercayaan terhadap hasil penelitian mereka di kalangan beberapa cendekiawan Muslim. 3) Kekurangan Pemahaman Kontekstual: Beberapa orientalis mungkin memiliki kekurangan dalam memahami konteks sosial, budaya, dan teologis Islam. Mereka terkadang gagal memahami nuansa lokal, keberagaman interpretasi, dan kompleksitas dalam pemahaman Islam yang sebenarnya. Penting untuk mengakui bahwa tidak semua orientalis memiliki pendekatan yang sama atau bertujuan negatif. Banyak orientalis telah memberikan kontribusi berharga dalam memperdalam pemahaman kita tentang Islam. Namun, penting bagi kita untuk melihat kajian mereka secara kritis, memperhatikan bias yang mungkin ada, dan menggabungkannya dengan perspektif dan penelitian yang dilakukan oleh sarjana Muslim. Penanya 3: Pada zaman dahulu Islam merupakan Kiblat dari segala hal (dalam hal ilmu dll). Namun pada zaman sekarang yang menjadi Kiblat adalah bangsa Barat. Apakah hal ini menjadi salah satu tanda kemunduran Islam?
35 Jawab: Islam, pada puncak kejayaannya, memiliki peradaban yang berkembang pesat dalam ilmu pengetahuan, seni, arsitektur, dan sejumlah bidang lainnya. Peradaban Muslim abad pertengahan, seperti peradaban Abbasiyah, Umayyah, dan Andalusia, memiliki sumbangan besar bagi perkembangan pengetahuan umat manusia. Namun, seiring berjalannya waktu, pusat kekuatan global telah berpindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan politik, revolusi industri, penjajahan kolonial, perkembangan ilmiah, dan kemajuan teknologi. Bangsa Barat, terutama setelah Revolusi Industri dan era kolonial, memiliki keunggulan dalam hal teknologi, ekonomi, dan kekuatan politik yang memengaruhi posisinya sebagai pusat dunia. Penting untuk diingat bahwa agama Islam sendiri tidak terbatas pada satu tempat atau kelompok masyarakat. Islam adalah agama global yang dianut oleh lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia, dan umat Muslim berkontribusi dalam berbagai bidang di berbagai belahan dunia. Tidak tepat untuk menyimpulkan bahwa perubahan pusat kekuatan dunia secara otomatis menandakan kemunduran Islam. Agama Islam, seperti agama lainnya, mengalami tantangan dan kesempatan yang berbeda dalam berbagai periode sejarah. Penting bagi umat Muslim untuk terus berupaya memperdalam pengetahuan, mengembangkan ilmu pengetahuan, menghargai keberagaman, dan berkontribusi positif dalam masyarakat mereka. Tanggapan dan Tambahan Dosen Pengampu: Pada masa dahulu, awalnya orientalis mengkaji Timur hanya ingin mengetahui selukbeluk dunia Islam tetapi seiring dengan meletusnya perang Salib mulai muncul keinginan untuk menghancurkan Islam karena rasa kecemburuan dan sikap iri hati atas kemajuan Islam. Guna mewujudkan keinginan para orientalis, mereka mulai menghasilkan berbagai karya untuk menggangu pemikiran umat Muslim mengenai Al-Quran dan Nabi Muhammad. Di masa sekarang ini, orientalis sudah tidak ada lagi, mereka merasa enggan disebut sebagai orientalis mereka lebih senang dipanggil dengan pengkaji Barat. Hasil karya mereka pun mulai berkesan positif dan tulisan Barat yang terkesan negatif telah dibantah oleh para sarjanawan Muslim. Sekarang ini, hal yang dapat dilakukan pembaca adalah bagaimana caranya untuk mengambil sisi positif dari pemikiran orientalis tersebut yang bergantung pada subjektivitas dari pembaca itu sendiri. III. KESIMPULAN Ketidakpahaman orientalis terhadap ajaran dan konteks dalam Islam membuat penulisan sejarah yang ditulis mereka cenderung kurang menyeluruh dari berbagai aspek. Terdapat berbagai motif kenapa Barat ingin mempelajari kebudayaan dan sejarah dunia Timur. Secara
36 khusus terdapat beberapa motivasi yang membuat orientalis tertarik untuk mengkaji dan mendalami dunia Islam: 1. Motivasi keagamaan Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana Islam mengadopsi etika-etika agama Kristen dalam kehidupan sehari-hari umat Islam, disamping itu adanya keinginan balas dendam atas keberhasilan Islam menguasai sebagian wilayah Eropa serta berusaha menggambarkan image negatif terhadap Islam dengan menulis hal-hal yang mendistorsi ajaran-ajaran Islam. 2. Motivasi imperialisme-politik Bertujuan untuk memandulkan vitalitas berfikir ulama dan para pakar Islam dalam membendung imperialisme Barat, sehingga sedikit banyaknya tulisan-tulisan mereka mendekripsikan hal-hal yang negatif tentang Islam. 3. Motivasi ilmiah. Dilakukan oleh orientalis Jerman yang cenderung mengkaji secara obyektif mulai dari kebudayaan, adat-istiadat sampai dengan kebahasaan. Metode kajian orientalisme dapat dilakukan dengan dua pendekatan yakni pendekatan filologi dan teks serta pendekatan historical criticism (kritik sejarah). Metode kajian orientalisme sangat menarik untuk diadopsi dalam kajian keislaman, utamanya merekontruksi kajian-kajian teks dan kitab-kitab klasik untuk diformulasi dalam bentuk kajian kekinian, sehingga dapat sesuai dengan perkembangan zaman.
37 DAFTAR PUSTAKA Arif, Syamsuddin. 2008. Orientalisme dan Diabolisme Pemikiran. Cet. I; Jakarta: Gema Insani Assamurai, Qasim. 1983. Bukti-Bukti Kebohongan Orientalis. Cet.I; Jakarta: Gema Insani Press Esposito, John L. 2001. Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, Jilid IV, Cet. I; Bandung: Mizan Fajriudin. 2018. Historiografi Islam: Konsepsi dan Asas Epistemologi Ilmu Sejarah Dalam Islam. Jakarta: Prenadamedia Group Husain, Adian. 2006. Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi. Cet. I; Jakarta: Gema Insani Idri. 2013. Studi Hadis. Cet.II, Jakarta: Prenadamedia Group Idri. 2017. Hadis dan Orientalis; Perspektif Ulama Hadis dan orientalis Tentang Hadis Nabi . Cet.I, Depok; Prenadamedia Group Jamilah, Maryam. 1997. Islam and Orientalism diterjemahkan oleh Machnun Husein dengan judul Islam dan Orientalism. Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Januri, Muhammad Fauzan, dkk. 2011. Dialog Pemikiran Timur dan Barat. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia Mahmud, Nasir. Orientalisme, Alquran di Mata Barat, Sebuah Studi Evaluatif . Semarang: Dina Utama Semarang. Nasution, Harun. 1995. Islam Rasional; Gagasan dan Pemikiran. Cet. II.;Bandung: Mizan Said, Edward W. 1996. Orientalisme diterjemahkan oleh Asep Hikmat dengan judul Orientalism. Cet. III; Bandung: Pustaka Salim al-Hajj, Siyasi. 1993. al-Zhahirah al Isytisyraqiyah wa Atsruha fi adDirasat alIslamiyah. Jilid II, Cet. I. Malta, Markaz Dirasat al-‘Alam alIslamy Schumann, Olaf. 1996. Agama dan Dialog Antar Peradaban. Cet. I; Paramadina, Jakarta Shihab, Alwi. 1999. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Cet. IV; Bandung: Mizan
38 Sou'yb, Yoesoef. 1990. Orientalisme dan Islam, Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang Su’ud, Abu. 2003. Islamologi, Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia. Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta Thahir, Lukman S. 2003. Studi Islam Interdisipliner. Cet. I; Yogyakarta: Qirtas Tsalats Ghulam Khabbussila, Faktor Kemunduran Islam Menurut Ibnu Khaldun, https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6661293/faktor-kemunduran-islammenurut-ibnu-khaldun Wahid, Ahmad Bunyan. 2018. Orientalisme Dalam Hukum Islam; Kajian Hukum Islam Dalam Tradisi Barat. Cet.I, Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama “PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP NABI MUHAMMAD SAW” Disusun Oleh : Ulfiya Putri Nilnal Muna (2130110113) Nurul Izza Amalia (2130110127) Nisa Noor Jannah (2130110128) IAIN KUDUS PENDAHULUAN Sebagai wahyu dari Allah, Al-Qur'an mudah ditemukan, diingat dan dibaca oleh manusia, serta muncul dan menyebar dalam bentuk aslinya tanpa perubahan apapun. Juga sebagai dokumen kemanusiaan, digunakan sebagai pedoman dan mercusuar bagi kehidupan manusia. Al-Qur'an seperti kitab suci umat Islam, dan baik Taurat maupun Alkitab menunjukkan bahwa akan ada seorang nabi akhir zaman bernama "Ahmad". Nama Ahmed atau Muhammad dijelaskan dalam Al-Qur'an sebagai nabi terakhir atau terakhir dari semua kanon kerajaan surga. Bahkan nama ini sebenarnya terungkap dalam Taurat atau Perjanjian Lama serta Alkitab atau Perjanjian Baru. Umat Kristiani menyebut kedua kitab ini sebagai “Bible” atau “Alkitab” karena menurut Hasbullah Bakri, nubuatan Nabi Muhammad terkandung baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Bahkan Mr Sultan Maarif Harahap mengklaim bahwa nubuatan Injil benar-benar terpenuhi dengan kedatangan Muhammad SAW. Seperti yang dijanjikan Nabi Musa di antara saudara-saudara mereka.
39 Artinya nama Muhammad atau Ahmad tercantum dalam kitab suci agama-agama besar dunia. Hal ini terlihat dari banyaknya pemuka agama yang membahas masalah seorang nabi akhir zaman. Bahkan salah seorang pendeta Kristen Bakhir mengetahui tentang kenabian Muhammad. yang memiliki berbagai kualitas terkait dalam kitab sucinya. Nabi Muhammad S.A.W. Sejak lahir hingga diutus sebagai utusan, dia menjadi sasaran banyak pujian dan hinaan dari orang-orang Quraisy. Adapun memuji Nabi Muhammad sebagai "Al-Amin", yang bisa dipercaya sambil menghina Nabi Muhammad SAW. dianggap penyihir, orang gila, pembohong dan seterusnya. PEMBAHASAN Sosok Kepribadian Rasulullah saw. Rasulullah saw. terlihat seperti manusia pada umumnya, namun yang menjadi perbedaannya ialah, beliau merupakan seorang utusan Allah swt. Yang diberi wahyu berupa alQuran, sedangkan kita tidak. Al-Quran merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. wajib ditaati oleh seluruh umatnya, karena al-Quran merupakan rahmatan lil’aalamiin untuk seluruh alam semesta yang keasliannya terjaga, dan shohih likulli zaman. Nabi Muhammad merupakan manusia yang sempurna dan tidak ada bandingannya. K. S. Ramakrishna Rao mendukung jika nabi Muhammad saw. ialah manusia yang Agung, Mulia dan sempurna. Ia juga percaya bahwa Rasulullah adalah sosok yang indah, nabi, pejuang, pelindung yatim piatu, pedagang, negarawan, orator besar, pembaharu, budak pelindung, pembela hak-hak perempuan, pemuka agama, hakim. Rasulullah selalu menjadi pahlawan pada setiap peran.59 Bahkan, Abbas Mahmod Akkad berpendapat, Rasulullah Melampaui segala kejeniusan dan standar praktek, menjadikannya seorang nabi besar, pahlawan besar dan manusia hebat.60 Kemuliaan orang hebat yang dipersiapkan oleh Tuhan, dan hidupnya tanpa cela sejak lahir sampai wafatnya, baik sebagai Anak, Remaja, Suami, Ayah maupun Kakek. Muhammad saw. merupakan pemimpin yang adil nan bijaksana yang selalu peduli dengan segala persoalan manusia dan menawarkan titik terang yang positif. Kemanusiaan Muhammad yang dermawan serta baik dapat menghilangkan semua rintangan bagi manusia. Beliau membuka pintu untuk memmecahkan masalah penderitaan manusia dan sosial. Beliau memerintahkan untuk 59 Mohammad Sondan A., Rasul Juga Manusia (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2009), hal. 10. 60 Mahmud Abbas Aqqad, Keagungan Muhammad saw. (Solo: Pustaka Mantiq, 1990), hal. 24.
40 setiap penguasa, wajib meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan serta pendapat para rakyat serta melaksanakan tugas dan amanahnya semaksimal mungkin. Karena tugas paling utama seorang kepala negara adalah memimpin serta mengurus kesejahteraan Rakyat yang dipimpinnya. Oleh karenanya, beliau juga memperingatkan agar tidak menunjuk pemimpin yang lemah, yang gagal menjalankan tanggung jawab ini dengan benar, tutur Khalid Muhammad Khalid.61 Muhammad saw. juga merupakan pemimpin yang tiada tara karena kepemimpinannya menjadi panutan serta teladan untuk rakyatnya, baik itu Kepemimpinan Keluarga, Agama, Militer, dan masih banyak lagi. Saeed Hawa menekankan Bahwa Rasulullah saw. sebagai pemimpin politik dan militer umat islam. Beliau memimpin tim menuju kemenangan demi kemenangan. Kemampuan umat islam untuk membebaskan negeri lain tidak terlepas dari keteladanan dan ketaan mereka kepada Rasulullah saw.62 Rasulullah saw. merupakan teladan bagi umat manusia, karena beliau adalah manusia sempurna, ideal, serta suri taudalan bagi manusia khususnya umat islam. Beliau juga Nabi dan Rasul yang sangat agung serta mulia dari para nabi terdahulu yang telah diutus Allah swt. Faktanya, beliau merupakan puncak kemenangan Intelektual dan Rasional serta Moralitas dari segi ibadah yang mulia.63 Tidak ada Nabi serta Rasul yang se-lengkap dan se-sempurna Nabi Muhammad saw. didalam diri Beliau terdapat keteladanan dari segala aspek kehidupan manusia, yang bisa ditiru. Karena beliau adalah suri tauladan yang baik.64 Bentuk Pandangan Orientalis terhadap Nabi Muhammad saw. Menurut Pandangan seorang Orientalis Kristen yang tidak menyukai Nabi saw., Nicetas (842 - 912) menyatakan bahwa Nabi saw. benar-benar akan menghancurkan Kristen dengan bantuan dari Syetan. Ajaran agama Islam yang menyangkut Monoteisme dan Moralitas hanya sebagai alibi yang digunakan untuk menghidupkan Agama Syetan Kembali. Rasulullah saw. adalah seorang yang mengaku sebagai nabi, alias Nabi palsu, serta pelaku dosa yang dapat menyesatkan Manusia dengan menjanjikan manusia dengan kehidupan yang instan dan merapas 61 Muhammad Khalid Khalid, Nabi Muhammad juga Manusia (Jakarta: Mushaf, 2008), hal. 149. 62 Said Hawa, Ar-Rasul Muhammad Saw. (Solo: Pustaka Mantiq, 1991), hal. 256. 63 Syarif Manshur, “Memetakkan Tuduhan Orientalis Terhadap Nabi Muhammad saw.” (Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2014), hal. 42. 64 Syarif Manshur, “Memetakkan Tuduhan Orientalis Terhadap Nabi Muhammad saw.” (Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2014), hal. 42 - 43.
41 paksa kitab suci, mengandalkan tindak kekerasan untuk menundukkan lawannya dalam menerima ajarannya dan memanjakan manusia dengan perbuatan buruk.65 Tuduhan Nicetas merupakan wujud kebenciannya kepada Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. yang mana, Islam berkembang dengan begitu pesat sehingga tak dapat dibendung. Oleh karena itu, Nabi saw. dianggap Syetan serta Nabi Palsu yang membawa malapetaka, dosa, serta mengajarkan hal buruk yang sesat kepada umat manusia dan dibantu oleh Syetan untuk mengelabuhi seluruh Umat Manusia. Pandangan tersebut, dikuatkan lagi oleh seorang Orientalis Kristen yang Bernama Peter (1094 - 1156), bahwa Nabi saw. tidak memenuhi persyaratan seorang Nabi karena tidak menunjukkan ramalan yang tepat dan tidak menunjukkan adanya kemukjizatan yang ada pada dirinya sendiri. Kitab pedomannya adalah karya “Diabolical Muhammad” yang bermakna, Muhammad dipengaruhi oleh Syetan, sebab Muhammad sudah mempengaruhi Umatnya dengan Ajaran-ajaran yang Sesat.66 Pandangan bahwa Nabi saw. adalah seorang Pendusta juga diungkapkan oleh Philip K. Hitti serta John Calvin, dan pandangan mereka dikuatkan juga oleh kaum Orientalis yang lain, seperti Hotenger, Hieves, Brued, Beiblender, Nicolai serta Doukuz. Islam sudah seperti ulah tangan Syetan juga Al-Quran mulai awal hingga Akhir adalah Kepalsuan belaka. 67 Itu membuktikan bahwa mereka tidak mempercayai jika Nabi Muhammad saw. adalah seorang Nabi dan Rasul yang Sangat agung serta Suri Tauladan bagi seluruh Umat Manusia didunia, bahkan mereka telah menganggap Nabi saw. adalah seorang pendusta ulung dan seorang Nabi Palsu yang menyebarkan Kepalsuan kepada seluruh Umat. Bahkan, Dictionnaire Larousse telah mengatakan Nabi saw. tetap akan menjadi seorang tukang Sihir yang dipenuhi keburukan akhlaq, seorang bandit perampok Unta, seorang cardinal yang tak sampai menempati tempat duduk Paus, kemudian menciptakan agama baru untuk balas Dendam terhadap kawannya.68 Nabi Muhammad saw. merupakan Seorang Nabi Akhir Zaman dan Seorang Rasul Penutup atas Rasul-rasul terdahulu. Al-Quran diturunkan kepadanya sebagai petunjuk dan pedomanbagi Umat Islam, dan juga sebagai Penjelas dan Pembeda antara yang haq dan yang bathil. Kalamullah, adalah Al-Quran yang bukan karangan Nabi, meskipun kaum orientalis tak mempercayai hal tersebut, tapi akal juga hati mereka trkatup untuk mengetahui keshahihan AlQuran yang mana adalah Wahyu Alllah swt. Mengenai hal tersebut, Muhammad Shahib 65 Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hal. 57. 66 Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hal. 61. 67 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal. 106- 107. 68 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1989), hal. 53.
42 menganggap hampir semua Kaum Orientalis sama dalam anggapan bahwa Al-Quran merupakan ciptaan Nabi saw.69 Segenap Kaum Orientalis Mempercayai Bahwa Bibel bukanlah imitasi, melainkan adalah wahyu dari Tuhan, tapi Al-Quran adalah ciptaan Nabi saw. Pernyataan Goldziher, Margelot dan yang lainnya adalah al-Quran merupakan Ucapan Nabi saw. sendiri serta sering di gantii sesuai dengan kondisi lingkungan serta kondisi dakwahnya. 70 Begitupun dengan Carlyle yang mengatakan bahwa Nabi saw. tidaklah legenda, bukanlah tukang sihir kecil mengerikan, Bukanlah Pengumbar Hawa Nafsu yang amat memalukan, melainkan adalah seorang lelaki yang amat memiliki keyakinan diri serta wawasan, meskipun ia sebagai pengarang ulung kitab Suci AlQuran yang tak lain adalah coretan berantakan dan sangat membosankan, sangat acak – acakan, kasar, pengulangan yang tiada berakhir, simpang siur, semrawut, singkatnya adalah suatu kebodohan yang tak dapat dibela.71 Pandangan Orientalis tersebut, semakin diperkuat dengan pernyataan Seorang Orientalis Asal Inggris, George Sale (1697 – 1736) Muhammad saw. tak lain adalah Pengarang ulung dari Al-Quran sendiri, dalam menyusunnya orang – orang ikut membantu. Ini merupakan problem yang tak perlu diragukan lagi dan semua orang telah menyepakatinya, karena taka da protes maupun usulan dari segenap sahabat – sahabatnya.72 Segenap Kaum Orientalis sangat berusaha dalam meyakinkan jika Al-Quran merupakan Karangan Muhammad saw. belaka, mereka benar – benar melakukan effort yang sangat amat tinggi. Akan tetapi, usaha – usaha para orientalis akan berakhir sia – sia, karena tidak pernah terbukti apa yang mereka nyatakan atau tuduhkan yaitu, nabi Muhammad saw. adalah pengarang kitab Suci Al-Quran. Dalam kaitannya, Mahmoud Hamdi Zaqzouq menegaskan jika sikap para kaum pagan kota Makkah terhadap Al-Quran tersebut, diikuti sejumlah Orientalis yang amat Tendensius kepada Agama Islam, yang sangat keukeuh menyatakan al-Quran itu tidaklah wahyu Allah, namun hanyalah karangan Muhammad saw. belaka.73 Kristen, Yahudi juga Islam merupakan Agama Sawami. Ketiga Agama tersebut, memiliki kitab Sucinya masing – masing yang diturunkan Tuhan kepada masing – masing agama. Kaum 69 Ahmad Muhammad Jamal, Membuka Tabir Upaya Orientalis dalam Memalsukan Islam (Bandung: Diponegoro, 1991), hal. 64. 70 Ahmad Muhammad Jamal, Membuka Tabir Upaya Orientalis dalam Memalsukan Islam (Bandung: Diponegoro, 1991), hal. 80. 71 Edward W. Said, Orientalisme (Bandung: Pustaka, 1985), hal. 201. 72 Ahmad Abdul Hamid Ghurab, Menyingkap Tabir Orientalisme (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1992), hal. 69. 73 Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab Tanggapan Atas Tuduhan dan Kesalahpahaman (Tangerang: Lentera Hati, 2008), hal. 14.
43 Yahudi memiliki Kitab Taurat yang diwahyukan kepada Nabi Musa as. Sedangkan kaum Nabi Isa as., Yakni yang beragama Kristen, diturunkan Kitab Injil melalui Nabi Isa as. Dan Nabi Muhammad saw. adalah yang diberikan wahyu Tuhan Berupa kitab Suci Al-Quran untuk menjadi pedoman serta petunjuk bagi Umat Islam. Kitab suci al-Quran sebagai penyempurna kitab – kitab suci terdahulu, tentunya didalamnya terdapat hal – hal yang membicarakan tentang kitab sebelumnya, yakni Taurat dan Injil. Dan pastilah membicarakan tentang kaumnya Nabi Musa as., kaum Yahudi juga Kaumnya Nabi Isa as., Kaum Kristen. Berangkat dari sinilah, kaum orientalis banyak yang menganggap bahwa Muhammad saw. adalah penyadur, penjiplak, pencuri isi dari kitab – kitab suci mereka. Padahal, al-Quran adalah penyempurna kitab suci mereka. Hal ini sama halnya dengan apa yang dinyatakan oleh William Muir jika Agama Yahudi ataupun Kristen yang telah memberikan bibit ilmu pengetahuan terhadap Nabi Muhammad saw., kemudian di karanglah al-Quran, yang mana al-Quran bukanlah Kalam Tuhan tapi hanya karangan Nabi Muhammad saw. belaka.74 Pandangan William Muir tersebut, semakin dikuatkan oleh pernyataan Richard Bell, bilamana al-Quran itu dari tradisi adat istiadat Kaum Yahudi juga Kristen, namun, pengaruh Yahudi juga Kristen belum terlalu menjadi ketika perode awal kenabian Nabi Muhammad saw., namun, hal itu terjadi ketika masa akhir periode Makkah serta awal Madinah, bahkan bukti bahwa terciptanya manusia dari tanah merupakan sumber dari Kitab Bibel.75 Begitupun Nicholas (1401 – 1464) adalah seorang Orientalis asal Jerman yang mengatakan jika ajaran agama Nabi Muhammad saw. semuanya berasal dari ajaran Agama Kristen, ini berarti Agama Islam serta umat islam bisa kembali kepada ajaran yang suci yaitu ajaran Agama Kristen. Al-Quran yang ditulis dan dikarang oleh Muhammad saw. memiliki banyak sekali nilai – nilai keagamaan yang baik juga benar, hal ini terjadi karena Muhammad saw. telah terpengaruh dengan ajaran Agama Kristen maupun Yahudi. Mereka menganggap Muhammad saw. mendapatkan Sebagian besar dari kebenaran yang terkandung dalam ajaran Agama Kriten, tapi kesesatan tersebut berakar dari 3 aspek, yakni (1) Kelirunya Informasi yang telah diperoleh dari pihak sekte Nestorian, juga dari Kelompok Agama Yahudi, (2) Usaha Muhammad saw. menyesuaikan beberapa Informasi yang telah didapatnya itu dengan lingkungan masyarakat Arab yang masih Primitif dan yang tidak mengenal Tuhan sama sekali, (3) Ketimpangan Nabi Muhammad saw. memalsukan Ajaran yang aseli yang didapatkannya hanyalah untuk memenuhi urusan pribadi dan kepentingan poliitk.76 74 Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat (Semarang: Dina Utama, n.d.), hal. 97. 75 Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat (Semarang: Dina Utama, n.d.), hal. 98 - 99. 76 Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hal. 67 - 68.
44 Macdonald beranggapan, baginya Al-Quran itu bersumber dari Perjanjian Lama yang dicetuskan melalui trancemedium. Nabi Muhammad saw. telah mengangkat derajat wahyu didalam taraf Kalam Tuhan sebagai pinjaman tentang Logos dari doktrin ajaran Kristen. Maknanya, al-Quran hakikatnya adalah bersumber dari Perjanjian Lama yang diolah melalui cara yang mistik, bahkan Agama Islam merupakan semacam Bid’ah agama Kristen yang telah di olah melalui Patologis. Al-Quran yang tak memperhatikan beberapa kronologi waktu serta kelemahannya, al-Quran sangat ingin menyamai karya sejarah, sebagaimana Bibel yang amat sangat memperhatikan aspek Kronologi sebuah peristiwa.77 Disisi lain, Alfred Geom mengatakan jika Nabi Muhammad saw. awalnya mempelajari dan menekuni Kitab Taurat, juga Injil. Buktinya adalah ibu Isa as. Yakni Maryam merupakan Maryam yang sama dengan saudara perempuan Harun yang Bernama Maryan didalam kitab Suci Al-Quran.78 Hal ini ditegaskan kembali oleh Abraham I. Katsch jika Muhammad saw. memang benar– benar meniru dari Kitab Suci Agama Yahudi karena beliau sendiri tak pernah menyatakan bahwa beliau akan mendirikan sebuah agama baru, yakni Agama islam. Beliau tak bermaksud membatalkan Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tapi dengan semangat serta mengangkatnya kedalam bentuk kitab suci yang tertuang dalam kitab Suci Al-Quran, hal ini karena Al-Quran tidak berasal dari Tradisi Agama Kristen namun berasal dari Tradisi Agama yahudi. 79 Begitupun dengan Guillaume yang mengatakan jika Al-Quran berasal dari ajaran Agama Yahudi, bukannya dari Agama Kristen yang mana sebagai sumber Al-Quran, sebab agama Kristen sendiri bersumber dari Ajaran Agama Yahudi, baik itu tentang ajarannya, ritusnya, doktrinnya, serta tradisi keagamaan yang lain. Oleh karenanya, Agama Kristen adalah pewaris langsung dari Agama Yahudi, meliputi Ajaran Monoteisme, tugas malaikat, surga dan Neraka, hari kebangkitan dan keadilan, yang tertuang dan dapat ditemukan juga dalam al-Quran yang tak lain adalah bersumber dari Perjanjian Lama.80 Muhammad saw. tinggal 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Di kota Mekkah, terlihat Nabi Muhammad. tidak pernah mempelajari agama Kristen, meskipun ia berhubungan dengan Waraqah bin Nauwal, paman Khadijah, istri Nabi. Selama di kota Madinah, Nabi Muhammad saw. tidak pernah mempelajari agama Yahudi, meskipun beliau banyak berhubungan dengan orang Yahudi. Dia bahkan membuat perjanjian antara Yahudi dan Muslim untuk menjaga 77 Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat (Semarang: Dina Utama, n.d.), hal. 98. 78 Hasan Abdul Rauf M. El-Badaiy dan Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan Missionarisme (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 52. 79 Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat (Semarang: Dina Utama, n.d.), hal. 99. 80 Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat (Semarang: Dina Utama, n.d.), hal. 100.
45 perdamaian di Madinah, meskipun orang Yahudi melanggar perjanjian tersebut hingga Nabi mengusir orang Yahudi Dari kota Madinah. Wajar jika orang Yahudi memiliki dendam terhadap Nabi Muhammad. Karena, beliau membawa panji-panji Islam. Begitu juga dengan Nabi Muhammad. mengirim surat kepada rajaraja Kristen baik di Arab maupun di luar Arab, sebagian menerima kehadiran Islam dan sebagian lagi menolaknya. Sehingga hal ini membuat khawatir baik para pemimpin Kristen maupun Yahudi, sehingga sama-sama menghalangi kehadiran Islam. Selain itu, ajaran Nabi Muhammad dapat Memperbaiki berbagai kesalahan, dan perubahan kitab suci mereka yang sudah menyimpang dari ajaran Nabi Musa As. serta ajaran nabi Isa Al-Masih As. Dengan berbagai kritik terhadap ajaran Nabi Muhammad. terhadap agama Kristen, semakin banyak orang Kristen yang marah terhadap nabi Muhammad. Selain itu, ketakutan akan berkembangnya Islam yang begitu cepat menyebar ke daerah-daerah yang diduduki umat Kristen bahkan mendominasi Islam di Spanyol sebagai pusat peradaban Islam dan daerah-daerah lainnya. Hal ini menyebabkan peperangan antara Kristen dan Islam, sehingga kedua agama tersebut tidak rukun dan selalu berkonflik satu sama lain karena saling curiga. Apalagi dengan perang salib yang menimbulkan permusuhan, kebencian dan dendam terhadap Islam karena dunia Kristen barat selalu saja kalah. Dalam hal ini, Moh. Nasir Mahmoud mengatakan bahwa akibat Perang Salib, negaranegara Barat memiliki persepsi negatif terhadap Islam. Persepsi negatif ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu (1) kurangnya informasi tentang Islam yang mereka akses, dan (2) penggunaan citra negatif Islam untuk mengorbankan moral tentara salib menghadapi tentara Muslim. 81 Demikian pula, Hugh Goddard menekankan bahwa pandangan yang sangat negatif tentang Islam ini dipicu oleh gerakan Kristen yang disebut Gerakan Martir Spanyol, yang bertujuan untuk mengakhiri dunia dalam Islam. 82 Pernyataan Eulogius dan Paulus Alvarus menunjukkan bahwa Muhammad adalah Antikristus.83 Mengacu pada Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Anti-Kristen yang percaya Yesus Kristus atau Isa Masih. Dalam catatan sejarah, Nabi Muhammad SAW. Permusuhan terhadap agama Kristen tidak pernah diajarkan, bahkan harus saling menghormati dan melindungi. Namun, justru dari perspektif kekristenan mereka selalu memusuhi Islam, 81 Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat (Semarang: Dina Utama, n.d.), hal. 42. 82 Hugh Goddard, Sejarah Perjumpaan Islam dan Kristen Titik Temu dan Titik Seteru Dua Komunitas Agama Terbesar di Dunia (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013), hal. 158. 83 Moh. Natsir Mahmud, Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat (Semarang: Dina Utama, n.d.), hal. 41.
46 menyebarkan fitnah, dan menodai citra Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad. dalam setiap aspek. Dalam konteks ini, Alwi Shihab menegaskan bahwa Islam dianggap sebagai musuh utama yang mengancam eksistensi Susunan Kristen. Fakta sejarah ini melahirkan citra Islam di dunia Kristen Barat sebagai agama pedang yang melembagakan kekerasan. Gambar ini telah lama disebut-sebut oleh orang Kristen.84 Seorang Orientalis asal Perancis, Rene Descartes (1597 – 1650), ia menyatakan risalah yang dibawa nabi Muhammad saw. itu sesuai dengan zaman yang tak sanggup ditandingi oleh seluruh bangsa Arab, baik dari segi Qurannya maupun Kefasihannya. Bahkan, tercatat oleh sejarah, belum pernah ada seorang laki-laki yang sangat fasih lidahnya, lihai logikanya, dan lebih mulia akhlaqnya. Hal ini menjadi bukti bahwa apa yang dinikmati Nabi Muhammad saw. adalah sifat-sifat terpuji dan memberikan kepantasan padanya selaku Nabi pada akhir zaman, oleh karenanya, agamanya dianut oleh lebih dari ratusan juta umat manusia didunia ini.85 Muhammad saw. adalah seorang manusia yang Hebat nan Agung, adalah pernyataan dari Seorang Orientalis asal Perancis yang Bernama Francois Voltaier (1694 – 1778). Jadi, sungguh sangat keliru bagi mereka yang beranggapan Muhammad adalah Dajjal, sama juga seperti manusia yang tak mengakui jika Muhammad saw. adalah seorang Nabi, mereka sungguh dalam kesesatan.86 Lebih dari itu, Nabi Muhammad adalah seorang manusia yang sangat menakjubkan serta keindahan akhlaqnya yang selalu mendorong manusia untuk menghormati serta mengaguminya. Suatu hal yang sangat luar biasa, beliau berdiri sendiri menyeru ummatnya untuk menyembah Allah swt. Beliau Menanggung segala resiko demi terlaksananya dakwahnya bertahun – tahun lamanya di tengah masyarakat musyrik, yang mana mereka malah berjuang mati – matian untuk melawan dakwah dan ide – ide nabi saw. Sungguh, Sang Nabi sangat Patut untuk mendapatkan pujian dan penghargaan atas kegigihannya menyebarkan dakwah. Sungguh, sifat mulia serta keluhuran telah menghiasi insan mulia ini. Semua itu sudah lebih dari cukup untuk dapat menumpas berbagai kritik yang diutarakan orang – orang padanya, hingga yang tersisa hanya kekaguman kepada Nabi serta Penghargaan terhadap kepribadian beliau yang cemerlang.87 Seorang orientalis Perancis Lainnya, yaitu Cadadovic (1805 – 1887), menyatakan Muhammad saw. sejak berumur 25 hingga 40 tahun, banyak berpikir, bawaannya tentram, tenang. Beliau adalah seorang manusia yang berpikiran jauh, bertaqwa, serta berbudi Luhur. Setelah 84 Alwi Shihab, Membedah Islam di Barat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hal. 44. 85 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal.134. 86 Raghib as-Sirjani, Pengakuan Tokoh Nonmuslim Dunia tentang Islam (Bandung: Sygma Publishing, 2010), hal. 254. 87 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal. 116 - 117.
47 mencapai fase dewasa, semua kelihaian akalnya digunakan untuk memikirkan inti dari Ketuhanan, meneliti banyak soal keagamaan, dan sejak saat itulah beliau mengasingkan diri di gua Hira yang lumayan tak jauh dari arah kota Makkah.88 Orientalis asal Perancis, Monsieur Siffter de Sasie juga menyatakan, jika Muhammad saw. merupakan Seorang Filosof besar dan seorang pemikir handal. Oleh karena itu, agama yang dibawanya berhak dan layak untuk tetap eksis dan tiada berubah. Muhammad saw. sejak kecil sangat terkenal karena kejujurannya, amanatnya, setianya, serta rendah hati yang dimilikinya. Juga terkenal sebagai orang yang fasih dalam berbicara, pendapatnya mudah dicerna serta semangat beliau untuk berdakwah sangat membara.89 Nabi Muhammad saw. bukanlah seorang yang tamak, rakus, tak membanggakan diri sendiri, tak fanatic, dan tiada terdorong atau tidak terpengaruhi oleh beberapa kepentingan, tapi, ia adalah seorang pemaaf, seorang penyayang dan seorang yang memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi. Beliau sangat luhur, murah senyum kepada siapapun, menyenangkan hati, hidup beliau sederhana, termasuk membersihkan kamar sendiri, menjahit sandalnya, menisik bajunya, memerah susu kambingnya seorang diri, diemperan masjid beliau tidur, setelah bangun tidur membukakan pintu karena ngeongan seekor kucing yang akan keluar, mengusap kucuran keringat kudanya dengan mantelnya, berbagi sedekah, menjauhkan diri dari setiap penampilan yang sifatnya duniawi, serta melarang seluruh umatnya menggelarinya sayyid, adalah pernyataan dari Orientalis Perancis yang Bernama Monsieur Amiel Durminkhim (1757 – 1857).90 Berdasarkan beberapa tanda yang terdapat pada sifat Nabi yang terpuji, serta keluhurannya dalam berakhlaq, Pater Alexander Dumas (1803 – 1870) menyatakan Nabi Muhammad saw. merupakan Mukjizat yang berasal dari Timur.91 Sedangkan, menurut De Slane Mac Gokein (1810 – 1879), Nabi Muhammad saw. ialah Sebaik-baiknya manusia yang mengemban Syariat. Beliau telah berdiri dengan gagah dihadapan para pemukaQuraisy, hingga beliau berhasil menyempurnakan apa yang menjadi tujuannya, hingga mengakhiri semua perjalanan. Beliau dan Syariat yang diembannya berhasil Tumbuh subur, hingga wanginya seberbak serta semarak sebutannya. Jadi, tak mungkin kita mengeruhkan apalagi memfitnah beliau. Bahkan, secara 88 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal. 130. 89 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal.135. 90 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal. 145 - 146. 91 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal. 145 - 126.
48 gambling ia menyatakan tidak ada Nabi yang sama seperti Muhammad saw. dan dari semua syariat yang dibawa para nabi, tidak ada yang sama seperti Syariat Nabi Muhammad saw.92 Anggapan lainnya datang dari Orientalis asal Perancis yang Bernama Dr. Wile (1818 – 1889) yang mengemukakan bahwa Muhammad saw. Sangat Pantas dan Layak untuk mendapatkan keagungan serta Penghargaan kita sebagai seorang manusia reformis agung. Tak hanya itu, beliau juga sangat patut untuk diberi gelar Nabi, kita tak usah capek – capek mendengarkan ocehan beberapa orang yang bermaksud jahat dan pendapat orang disekitar lumayan extream. Muhammad saw. merupakan seseorang yang beda agama serta pribadinya. Barangsiapa menyerang Muhammad saw., maka sangat jelas orang tersebut tak dapat mengerti serta sangat melecehkan jasa – jasanya.93 Begitupun dengan Lateis (1847 – 1909) yang merupakan seorang Orientalis asal Perancis yang mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah seseorang yang terkenal dengan kejujurannya, hingga beliau digelari sebutan al-Amin. Muhammad saw. besar sekali perhatiannya pada agamanya sampai hembus nafas terkahir, dan beliau tak meninggal dunia? melainkan setelah membina beberapa dasar Agama serta membangun negara.94 Henry De Castries (1850 – 1927) seorang Orientalis asal Perancis yang mengatakan Muhammad saw. merupakan insan yang sempurna, sebelum disahkan sebagai Nabi, sejak Awal Kehidupannya, Beliau telah dikenal sebagai manusia yang jujur, tulus serta utuh keimanannya. Setelah mengemban tugas sebagai nabi, kepribadian beliau tak berubah sedikitpun, keimanannya tetap utuh tanpa celah dan juga sangat jernih. Kemenangan yang beliau raih merupakan hasil dari tulusnya iman nabi Muhammad saw. Kesucian dan keluhuran Nabi Muhammad saw. tak akan ternodai apalagi hilang hanya karena fitnah atau membusukkan karakter nabi, semua itu tak berarti apapun. Meski berkali – kali pun, fitnah atau cemooh an orang – orang yang membenci Nabi, tak akan mempan, karena dalam diri Nabi memang taka da aib satupun.95 Monsieur Amiel Parnamcam (1857 – 1924) seorang Orientalis asal Prancis yang mengatakan, Muhammad saw. tumbuh dan berkembang dalam lingkungan kemandirian, beliau berusaha keras untuk mencukupi kehidupannya dengan hasil keringatnya sendiri. Nabi Muhammad saw. tak memiliki kekayaan yang cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari – 92 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal. 134 - 135. 93 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal. 134 - 136. 94 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal. 134 - 118. 95 as-Sirjani, Pengakuan Tokoh Nonmuslim Dunia tentang Islam (Bandung: Sygma Publishing, 2010), hal. 216.
49 harinya, kekayaan yang beliau miliki satu – satunya ialah kejujuran, keikhlasan, dapat dipercaya dan kebersihan hati beliau. Itulah kekayaan yang sangat mulia dan sangat agung.96 Alfonso Athien Dinet (1861 – 1929) seorang Orientalis asal Perancis yang mengatakan, Muhammad saw. merupakan Nabinya umat islam dan beliau adalah satu-satunya yang dapat bekerja dengan tanpa keajaiban materi, semata hanya mengandalkan wajar dan benarnya risalah yang beliau sampaikan, dan keunggulan Al-Quran berketuhanan esa. Agama Islam membuktikan sejak dari awal pertama bahwa Nabi merupakan Agama yang Paripurna dan sesuai dengan tempat dan zaman manapun, dan Ajarannya sangat sesuai dengan akal karena islam memang agama Fitrah.97 Edwar Gibbon (1737 – 1794), merupakan Orientalis yang ahli dalam Bidang Filsafat, asal Inggris, mengatakan Jika Aqidah yang diyakini Muhammad saw. ialah haq dan penuh akan Toleransi. Untuk era sekarang maupun pada era masa depan, Aqidah yang akan melintas logika akal dan pikiran manusia. Oleh karenanya, taka da pilihan bagi kita melainkan mengakui dan menganut apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. yakni menyeru kebenaran Aqidah.98 Seorang Orientalis asal Inggris yang berkelahiran di Fife Skotlandia, William Montgomery Watt (1909 – 2006) menyatakan bahwa, diantara para tokoh besar Dunia pun, taka da satu orangpun yang begitu sangat banyak dicela seperti Nabi Muhammad saw. meskipun beliau menarik dan mendapatkan gelar kehormatan serta kepercayaannya, serta beberapa sifat yang melekat pada prbadi nabi, seperti keteguhan hati yang tak memihak siapapun, keberaniannya, ketegasannya, daya Tarik belua serta rasa simpati beliau.99 Karen Armstrong, seorang orientalis Inggris dan ahli di bidang agama, menunjukkan bahwa Muhammad adalah sosok kompleks yang menolak kategori dangkal yang digerakkan oleh ideologi, terkadang melakukan hal-hal yang sulit atau tidak mungkin diterima, tetapi memiliki kejeniusan yang luar biasa. Orang-orang dalam mendirikan tradisi agama dan budaya tidak didasarkan pada pedang tetapi pada Islam. 100 Muhammad menjadi contoh dasar penyerahan total kepada Tuhan, dan Muslim berusaha menyesuaikan kehidupan sosial dan spiritual mereka dengan standar ini. Muhammad tidak pernah dipuja sebagai sosok ilahi, tetapi ia dianggap sebagai manusia yang sempurna. Penyerahannya kepada Tuhan begitu sempurna 96 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal. 118. 97 Asy-Syaikh Khalil Yasien, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat (Jakarta: Gema Insani Press, 1989), hal. 139 - 140. 98 Michael H. Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1985), hal. 171. 99 William. Montgomery Watt, Muhammad Nabi dan Negarawan (Depok: Mushaf, 2006), hal. 318. 100 Karen Armstrong, Muhammad Prophet for Our time (Bandung: Mizan, 2013), hal. 232.