Kanwil DJPb
Provinsi Lampung
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena perkenan-Nya, Kajian Fiskal
Regional (KFR) Tahun 2021 Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung dapat
diselesaikan tepat waktu. Kajian Fiskal Regional (KFR) disusun secara periodik oleh
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Lampung
untuk memotret kebijakan fiskal di Provinsi Lampung
dan dampaknya terhadap perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat. Kajian ini terus
disempurnakan untuk meningkatkan
kebermanfaatannya bagi stakeholder agar dapat
menjadi salah satu masukan dalam menyusun
kebijakan ekonomi di Provinsi Lampung. Kecepatan
informasi diperlukan dalam penyusunan kebijakan,
selain kelengkapan dan akurasi data. Merespon hal
tersebut, pada edisi KFR Tahun 2021 ini, KFR
didahului dengan edisi preliminary yang berisi data
dan informasi fiskal daerah yang telah tersedia agar
dapat segera digunakan oleh policymaker.
Sementara KFR Final akan mengakomodir beberapa
informasi tambahan yang belum tersedia pada edisi
preliminary. Selain itu, mendukung peran Kanwil
DJPb Provinsi Lampung sebagai Regional Chief
Economist, komposisi dan analisis KFR disesuaikan
dan dipertajam pada analisis tematik yang pada edisi
ini membahas peran fiskal dalam peningkatan
kualitas SDM.
Perekonomian Provinsi Lampung di tahun 2021
menunjukkan tren positif yang mengindikasikan
pemulihan ekonomi berjalan sesuai yang diharapkan.
Perekonomian Lampung tumbuh 2.79% (c-to-c)
dengan sumber utama pertumbuhan dari sisi
pengeluaran adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) yang menyumbang 1.29% pertumbuhan.
Sementara dari sisi lapangan usaha, Sektor
i
Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil –Motor berkontribusi paling tinggi
dengan0.97%.Pertumbuhan juga didukung tingkat inflasi yang terkendali, daya beli
masyarakat semakin baik seiring pulihnya mobilitas masyarakat dan stimulus berupa
bantuan sosial dan stimulus fiskal untuk dunia usaha berhasil mendorong geliat
perekonomian di Provinsi Lampung. Hal ini juga berdampak pada perbaikan
kesejahteraan masyarakat yang tercermin pada turunnya angka kemiskinan dan Nilai
Tukar Petani yang terus naik sepanjang tahun 2021.
Kebijakan fiskal pemerintah melalui APBN dan APBD menjadi salah satu stimulus yang
menggerakkan perekonomian di masa pemulihan ekonomi. APBN bekerja keras untuk
meningkatkan permintaan agregat melalui belanja barang, modal, pegawai, dan bantuan
sosial. Di tahun 2021, realisasi belanja pemerintah dalam APBN mencapai 99,32%,
tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Begitu juga dengan realisasi APBD yang mencapai
90,1%, lebih tinggi daripada persentase realisasi belanja tahun sebelumnya.
Analisis tematik menggunakan analisis regresi data panel untuk mengkaji peran fiskal
terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat yang diproksi melalui Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Hasil regresi menunjukkan peran strategis belanja
pemerintah untuk fungsi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang signifikan
mempengaruhi capaian IPM di level Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Dukungan
anggaran yang besar terutama untuk fungsi pendidikan dan kesehatan perlu terus
dioptimalkan untuk mengakselerasi capaian IPM Provinsi Lampung agar segera
mencapai status IPM tinggi.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi pada penyusunan KFR baik dalam penyediaan data, koordinasi, dan
sinergi sehingga kajian ini dapat selesai tepat waktu. Kami menyadari bahwa hasil kajian
ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan pada edisi berikutnya.
Akhirnya kami berharap kajian ini dapat bermaafaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, 14 Februari 2022
Kepala Kantor Wilayah,
Mohammad Dody Fachrudin
ii
Kata Pengantar .................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................... iii
Daftar Tabel ......................................................................................... vii
Daftar Gambar ..................................................................................... x
Daftar Grafik ........................................................................................ xi
Daftar Lampiran ................................................................................... xiii
Ringkasan Eksekutif ............................................................................ xiv
Dashboard Makro-Fiskal Regional ....................................................... xix
BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH .. 1
1.1. Pendahuluan ............................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah.............................. 1
1.3. Tantangan Daerah....................................................................... 4
4
1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah................................................ 5
1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan........................................ 6
1.3.3. Tantangan Geografis Wilayah ............................................ 8
1.3.4. Tantangan Daerah Sebagai Dampak Covid-19 ...................
BAB II ANALISIS EKONOMI REGIONAL ........................................... 9
2.1. Analisis Indikator Makro Ekonomi ............................................. 9
2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto......................................... 9
2.1.2. Suku Bunga......................................................................... 13
2.1.3. Infalsi................................................................................... 14
2.1.4. Nilai Tukar ........................................................................... 15
2.2. Analisis Indikator Kesejahteraan ............................................... 16
2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM).................................. 16
2.2.2. Tingkat Kemiskinan ............................................................. 16
2.2.3. Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) ....................................... 18
2.2.4. Kondisi Ketenagarkerjaan dan Tingkat Pengangguran ........ 19
2.2.5. Nilai Tukar Petani (NTP)...................................................... 20
2.2.6. Nilai Tukar Nelayan (NTN) .................................................. 21
2.3. Reviu Capaian Kinerja Makro Kesra Regional .......................... 22
iii
BAB III ANALISIS FISKAL REGIONAL .............................................. 24
3.1. Pelaksanaan APBN Tingkat Provinsi......................................... 24
3.1.1. Pendapatan Negara ............................................................ 25
3.1.2. Belanja Negara.................................................................... 27
3.1.3. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) ...................... 31
3.1.4. Surplus/Defisit APBN........................................................... 32
3.1.5. Pengelolaan BLU Pusat ...................................................... 33
3.1.6. Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat ............................ 34
3.1.7. Isu Strategis Pelaksanaan APBN di Daerah ........................ 37
3.2. Pelaksanaan APBD Tingkat Provinsi (Konsolidasi Pemda) ..... 37
3.2.1. Pendapatan Daerah ............................................................ 38
3.2.2. Belanja Daerah.................................................................... 41
3.2.3. Suruplus/Defisit APBD......................................................... 44
3.2.4. Pembiayaan Daerah............................................................ 44
3.2.5. Perkembangan BLU Daerah................................................ 45
3.2.6. Isu Strategis Pelaksanaan APBD ........................................ 45
3.3. Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian...................................... 46
3.3.1. Pendapatan Konsolidasian .................................................. 47
3.3.2. Belanja Konsolidasian ......................................................... 48
3.3.3. Suruplus/Defisit .................................................................. 48
3.3.4. Pembiayaan Konsolidasi ..................................................... 49
3.3.5. Kontribusi Pengeluaran Pemerintah dalam Perekonomian.. 50
BAB IV ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSIAL
REGIONAL ............................................................................. 51
4.1. Pendahuluan ............................................................................... 51
4.2. Sektor Unggulan Daerah ............................................................ 53
4.2.1. Profil Sektor Unggulan Daerah Berdasarkan Lapangan
Usaha ................................................................................. 56
4.2.2. Kontribusi Sektor Unggulan Daerah Terhadap
Ketenagakerjaan................................................................. 56
4.2.3. Kontribusi Sektor Unggulan Daerah Terhadap Pendapatan
Negara dan Daerah............................................................. 57
4.2.4. Dukungan Alokasi Anggaran APBN dan APBD ................... 58
4.2.5. Tantangan Fiskal Pada Sektor Unggulan Daerah................ 58
iv
4.2.6. Dukungan Kebijakan dan Stimulus Fiskal yang Diperlukan . 59
4.3. Sektor Potensial Daerah ............................................................. 59
4.3.1. Profil Sektor Potensial Daerah Berdasarkan Lapangan
Usaha ................................................................................. 60
4.3.2. Kontribusi Sektor Potensial Daerah Terhadap
Ketenagakerjaan................................................................. 61
4.3.3. Kontribusi Sektor Potensial Daerah Terhadap Pendapatan
Negara dan Daerah............................................................. 62
4.3.4. Dukungan Alokasi Anggaran APBN dan APBD ................... 63
4.3.5. Tantangan Fiskal Pada Sektor Potensial Daerah ................ 63
4.3.6. Dukungan Kebijakan dan Stimulus Fiskal yang
Diperlukan........................................................................... 64
BAB V ANALISIS HARMONISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT
DAN PEMERINTAH DAERAH................................................. 65
5.1. Pendahuluan ............................................................................... 65
5.2. Harmonisasi Belanja K/L dengan DAK Fisik, DAK Nonfisik,
dan Dana Desa ............................................................................ 65
5.2.1. Harmonisasi Belanja K/L dengan DAK Fisik ........................ 65
5.2.2. Harmonisasi Belanja K/L dengan DAK Nonfisik................... 69
5.2.3. Harmonisasi Belanja K/L dengan Dana Desa...................... 70
5.3. Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah Berbasis Prioritas
Nasional Pada RPJMN/D............................................................. 73
5.3.1. Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah pada PN 1 ................... 73
5.3.2. Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah pada PN 2 ................... 75
5.3.3. Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah pada PN 3 ................... 76
5.3.4. Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah pada PN 5 ................... 77
5.3.5. Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah pada PN 6 ................... 78
5.3.6. Harmonisasi Belanja Pusat-Daerah pada PN 7 ................... 78
BAB VI ANALISIS TEMATIK .............................................................. 80
6.1. Pendahuluan ............................................................................... 80
6.1.1. Latar Belakang .................................................................... 80
6.1.2. Tujuan dan Ruang Lingkup ................................................. 82
6.1.3. Metode Analisis ................................................................... 82
6.2. Perkembangan IPM dan Belanja Pemerintah ............................ 83
v
6.2.1. Indeks Pembangunan Manusia ........................................... 83
6.2.2. Belanja Pemerintah untuk Meningkatkan IPM ..................... 84
6.2.3. Belanja Pusat Menurut Fungsi Pendidikan, Kesehatan,
dan Ekonomi ....................................................................... 85
6.2.4. Belanja Daerah Menurut Fungsi Pendidikan, Kesehatan,
dan Ekonomi ....................................................................... 86
6.3. Analisis dan Pembahasan .......................................................... 86
6.4. Simpulan dan Rekomendasi ...................................................... 93
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................... 95
7.1. Kesimpulan.................................................................................. 95
7.2. Rekomendasi............................................................................... 99
LAMPIRAN
vi
Tabel 1.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Jangka
Menengah Provinsi Lampung 2019-2024 ………….…
Tabel 1.2. Indikator Makroekonomi dan Kesejahteraan Provinsi 1
Lampung 2019-2024 ……………………………………
Tabel 1.3. Sasaran Makro Ekonomi RKPD Provinsi Lampung 2
2021 ………………………………………………………
Tabel 1.4. Tantangan Ekonomi Provinsi Lampung 2021 ………... 3
Tabel 1.5. Tantangan Sosial Kependudukan Provinsi Lampung 4
2020 ………………………………………………………
Tabel 1.6. Tantangan Geografi Wilayah dan Lingkungan Hidup 5
Provinsi Lampung 2021 ………………………………...
Tabel 2.1. Distribusi PDRB Pengeluaran ADHB 2019-2021 ..….. 8
Tabel 2.2. Laju pertumbuhan dan Distribusi persentase PDRB 10
triwulan berdasar Lapangan Usaha ADHB 2019-2021
Tabel 2.3. Suku Bunga Kredit Menurut Kelompok Bank Tahun 12
2021 ………………………………………………………
Tabel 2.4. IPM Lampung 2019-2021 ……………………………… 14
Tabel 2.5. Target dan Realisasi Indikator Makro Ekonomi 16
Lampung 2021 ………………………………………….
Tabel 3.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Lampung 22
(Miliar rupiah) ……………………………………………
Tabel 3.2. Perkembangan Penerimaan Perpajakan (Miliar 24
rupiah) ……………………………………………………
Tabel 3.3. Tax Ratio Terhadap PDRB (Triliun rupiah) …………… 25
Tabel 3.4. Perkembangan PNBP (Miliar rupiah) ………………… 26
Tabel 3.5. Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Per Jenis 27
Belanja (Miliar rupiah) …………………………………..
Tabel 3.6. Perkembangan Belanja Terbesar 15 K/L (Miliar 28
rupiah) ……………………………………………………
Tabel 3.7. Perkembangan Belanja Berdasarkan Fungsi (Miliar 29
rupiah) ……………………………………………………
Tabel 3.8. Perkembangan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 30
(Miliar rupiah) ……………………………………………
Tabel 3.9. Surplus/Defisit APBN (Miliar rupiah) ………………….. 31
32
vii
Tabel 3.10. Perkembangan Pagu Satker BLU (Miliar rupiah) ……. 33
Tabel 3.11. Perkembangan Aset Satker BLU (Miliar rupiah) …….. 34
Tabel 3.12. Penerusan Pinjaman per 31 Desember 2021 (Miliar 35
Tabel 3.13. rupiah) …………………………………………………… 35
Tabel 3.14. Perkembangan Penyaluran KUR (dalam rupiah) ……. 36
Tabel 3.15. Perkembangan Penyaluran dan Kreditur KUR (dalam 37
Tabel 3.16. rupiah) …………………………………………………… 38
Tabel 3.17. Perkembangan Penyaluran Kredit Ultra Mikro (UMi) 39
Tabel 3.18. (dalam rupiah) …………………………………………... 40
Tabel 3.19. Profil APBD Lingkup Provinsi Lampung Berdasarkan
Klasifikasi Ekonomi TA 2019-2021 (Miliar rupiah) ….. 42
Tabel 3.20. Kontribusi Komponen Pendapatan terhadap 43
Tabel 3.21. Pendapatan APBD TA 2019-2021 (Miliar rupiah) …… 44
Tabel 3.22. Perbandingan Rasio Kemandirian Daerah TA 2021 45
Tabel 3.23. pada Prov/Kab/Kota di Lampung ……………………… 45
Tabel 3.24. Kontribusi Komponen Belanja Lingkup Provinsi 46
Tabel 3.25. Lampung Terhadap Belanja APBD TA 2019-2021 50
Tabel 4.1. (Miliar rupiah) …………………………………………… 54
Tabel 4.2. Realisasi Belanja APBD Provinsi Lampung
Berdasarkan Fungsi Tahun 2019-2021 (Miliar rupiah) 55
Rasio Surplus/Defisit APBD Terhadap Pendapatan
dan Dana Transfer Tahun 2019-2021 …………………
Tren Realisasi Pembiayaan APBD Lingkup Provinsi
Lampung Tahun 2019-2020 (Miliar Rupiah) ………….
Daftar BLUD di Lampung (Miliar rupiah) …..………….
Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat
Wilayah Provinsi Lampung 2019 -2021 (Miliar rupiah)
Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB Lampung
2019 – 2021 (Miliar rupiah) …………………………….
Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) …………..
Perbandingan Distribusi Persentase PDRB Provinsi
Lampung Dan PDB Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Berlaku (Persen) ..……………….………
viii
Tabel 4.3. Penduduk 15+ Yang Bekerja Menurut 57
Kabupaten/Kota dan Lapangan Usahadi Provinsi
Tabel 4.4. Lampung, 2014 ……………….………………………… 61
Penduduk 15+ Yang Bekerja Menurut
Tabel 5.1. Kabupaten/Kota Dan Lapangan Usaha Di Provinsi 65
Lampung, 2014 …..……………………………………..
Tabel 5.2. Realisasi Capaian Output K/L dan DAK Fisik 69
Lampung 2021 ………………………………………….. 70
Tabel 5.3. Realisasi Capaian Output K/L dan DAK Non Fisik 73
Tabel 5.4. Lampung 2021 ………………………………………….. 74
Tabel 5.5. Realisasi Capaian Output Dana Desa Lampung 2021 75
Tabel 5.6. Prioritas Nasional dan Provinsi Lampung tahun 2021 76
Tabel 5.7. Tabel DIPA K/L pada Prioritas Nasional 1 …………… 77
Tabel 5.8. Tabel DIPA K/L pada Prioritas Nasional 2 …………… 78
Tabel 5.9. Tabel DIPA K/L pada Prioritas Nasional 3 …………… 79
Tabel 5.10. Tabel DIPA K/L pada Prioritas Nasional 5 …………… 87
Tabel 6.1. Tabel DIPA K/L pada Prioritas Nasional 6 …………… 91
Tabel 6.2. Tabel DIPA K/L pada Prioritas Nasional 7 ……………
Tabel 6.3. Hasil Estimasi …………………………………………… 92
Cross Sectional Fixed Effect …………………………...
Persentase Desa Menurut Jarak ke Fasilitas
Pendidikan di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung,
2019 ………………………………………………………
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Peta Keunggulan Usaha Provinsi Lampung .........................… 54
x
Grafik 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Lampung dan Nasional 2017- 9
2021 ……………………………………………………….. 10
Grafik 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera 2021 (c-o-c) ….……. 13
Grafik 2.3. PDRB Perkapita Lampung dan Nasional 2017-2021 …. 13
Grafik 2.4. Tingkat Suku Bunga BI 2019-2021 …………………….. 15
Grafik 2.5. Inflasi Lampung 2019-2021 (y-o-y) …………………….. 15
Grafik 2.6. Nilai Tukar Tahun 2021 …………………………………. 17
Grafik 2.7. Tingkat Kemiskinan Lampung dan Nasional 2019-2021 18
Grafik 2.8. Gini Ratio Lampung dan Nasional 2018-2021 ………… 16
Grafik 2.9. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran
Terbuka 2019-2021 ………………………………………. 19
Grafik 2.10. Nilai Tukar Petani Lampung dan Nasional 2019-2021 ..
Grafik 2.11. Nilai Tukar Nelayan 2019-2021 dan Januari-Desember 21
2021 ……………………………………………..………… 25
Grafik 3.1. Penerimaan Negara (miliar Rupiah) ……………………. 27
Grafik 3.2. Perkembangan Penerimaan Hibah (Miliar rupiah) ……. 27
Grafik 3.3. Perkembangan Belanja Negara (Triliun rupiah) ………. 28
Grafik 3.4. Perkembangan Belanja Negara (Triliun rupiah) ……….
Grafik 3.5. Realisasi PAD Per Prov/Kab/Kota Lingkup Provinsi 40
Lampung Tahun 2021 (Miliar rupiah) ……………………
Grafik 3.6. Rasio PAD terhadap PDRB ADHB Lampung TA 2019- 41
2021 ……………………………………..…………………
Grafik 3.7. Perbandingan Komposisi Belanja Konsolidasian 48
Provinsi Lampung 2019 -2021 (Miliar rupiah) …………..
Grafik 3.8. Surplus/Defisit Pemerintah Konsolidasian 2019 – 2021 49
(Miliar rupiah) ……………………………………………..
Grafik 3.9. Komposisi Surplus/Defisit Pemerintah Pusat dan 49
Pemerintah Daerah 2019 – 2021 (Milyar rupiah) ………
Grafik 3.10. Komposisi Penerimaan Pembiayaan Konsolidasian 50
2019 - 2021 (Milyar rupiah) ………………………………
Grafik 4.1. Penduduk usia kerja 15+ yang bekerja menurut 53
Kabupaten/Kota dan Lapangan Kerja Utama ………….
Grafik 6.1. Perbandingan IPM Nasional, Lampung dan Target IPM 83
pada RPJMD Lampung, 2017-2021 ……………………
xi
Grafik 6.2. (a) Usia Harapan Hidup; (b) Harapan Lama Sekolah 84
Grafik 6.3. dan Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) ………………… 84
Grafik 6.4. Pengeluaran Perkapita Disesuaikan (Ribuan Rupiah) .. 85
Grafik 6.5. Proporsi Belanja Pemerintah Pusat Fungsi Pendidikan, 85
Grafik 6.6. Kesehatan, dan Ekonomi, 2016-2021 …………………. 86
Grafik 6.7. Tren Alokasi dan Realisasi Belanja APBN Fungsi 87
Grafik 6.8. Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi, 2016-2021 …… 93
Proporsi Belanja Pemerintah Daerah Fungsi
Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi, 2016-2021 ……
Tren Alokasi dan Realisasi Belanja APBD Fungsi
Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi, 2016-2021 ……
Persentase Desa Yang Sulit Mengakses (a)
Puskesmas (b) Rumah Sakit, 2019 ……………………..
xii
Lampiran 1 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2
Data
Hasil Pengolahan Data denga E-Views
xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pembangunan Provinsi Lampung di tahun 2021 diarahkan untuk mendukung
pemulihan ekonomi dan sosial masyarakat di masa pandemi. Capaian indikator
makro yang membaik menjadi modal penting di tengah kondisi ketidakpastian
serta kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat sebagai upaya pengendalian
penyebaran Covid-19.
Arah kebijakan perekonomian Provinsi Lampung di tahun 2021 adalah meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia dan pembangunan infrastruktur dalam rangka pemulihan
ekonomi dan sosial masyarakat menuju Lampung Berjaya. Indikator makro ekonomi
yang ingin dicapai di 2021 menyesuaikan dinamika perekonomian diataranya
pertumbuhan ekonomi berada dikisaran 2,5-3,5%, inflasi terkendali pada rentang 2-4%
serta tingkat pengangguran terbuka 4 hingga 4,5%.
Letak strategis sebagai jalur utama Pulau Jawa dan Sumatera dan semakin baiknya
konektivitas wilayah menjadi faktor pendukung Provinsi Lampung yang perlu
dioptimalkan dalam pemulihan ekonomi. Rampungnya bendungan yang merupakan
Proyek Strategis Nasional penting dalam peningkatan produktivitas pertanian sebagai
sektor basis perekonomian Lampung. Namun, kebijakan pembatasan kegiatan
masyarakat menjadi tantangan dalam mempercepat roda perekonomian selain juga
meningkatnya pengangguran di masa pandemi. Upaya mewujudkan Lampung Ramah
Investasi diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru di Provinsi Lampung.
Pemerintah daerah juga terus berupaya agar sektor industri pengolahan dan pariwisata
yang terdampak besar oleh pandemi dapat mulai berjalan normal di tahun 2021.
Capaian indikator makro ekonomi dan kesejahteraan menunjukkan tren positif
mengindikasikan program pemulihan ekonomi berjalan baik di tahun 2021.
Perekonomian kembali ke tren pertumbuhan positif setelah diterpa badai pandemi di
2020. Ekonomi Provinsi Lampung tumbuh 2.79% (c-to-c), sedikit lebih rendah dari
pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 3.69%. Dari sisi lapangan usaha, sector
Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Motor menyumbang pertumbuhan
tertinggi dengan 0.97%. Adapun dari sisi pengeluaran, Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) berkontribusi paling tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung di tahun
2021 dengan kontribusi sebesar 1.29%, lebih tinggi daripada kontribusi Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga sebesar 1.01%.
xiv
Tingkat inflasi yang terkendali mendukung menguatnya daya beli masyarakat.
Akselerasi vaksin menjadi pendorong mobilitas masyarakat juga berdampak pada mulai
pulihnya permintaan. Angka kemiskinan Lampung menurun lebih cepat dari penurunan
angka nasional menjadi indikasi program pemerintah dalam mempertahankan daya beli
masyarakat sekaligus jaring pengaman sosial dimasa
pandemi berhasil. Tingkat pengangguran terbuka sebesar 4,69% dan berada dibawah
angka pengangguran nasional. Nilai Tukar Petani (NTP) kembali diatas 100 dan terus
menunjukkan peningkatan mengindikasikan kesejahteraan petani yang semakin baik.
Sepanjang tahun 2021, NTP Provinsi Lampung berhasil naik hampir 10 poin yaitu dari
96.56 di Januari 2021 menjadi 106.29 pada Desember 2021.
Tren positif pertumbuhan ekonomi Lampung tidak terlepas dari kinerja fiskal yang
baik untuk menstimulus perekonomian di tahun 2021.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Provinsi Lampung Tahun
2021 berhasil mencatatkan rekor tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Penerimaan Negara
tumbuh 14,16% didorong stimulus fiskal yang berhasil meningkatkan geliat ekonomi
masyarakat. Pajak Perdagangan Internasional berhasil tumbuh tinggi mencapai
322,58% (y-o-y) terutama disumbang oleh bea ekspor dari produk Crude Palm Oil
(CPO). Sementara realisasi belanja APBN mencapai 31,55 triliun atau 99,32% dari pagu.
Serapan belanja pemerintah pusat diantaranya untuk mendukung Program Pemulihan
Ekonomi dan penyelenggaran vaksin Covid-19.
Belanja pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Lampung
tahun 2021 terealisasi Rp27,93 triliun atau 90,1% dari pagu. Pendapatan Asli Daerah
tahun ini berhasil tumbuh 7,40% (y-on-y) setelah terkontraksi di tahun 2020 karena geliat
ekonomi yang menunjukkan pemulihan.
Realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
juga mencatatkan kinerja yang baik. Di Tahun 2021, KUR tersalur Rp8,46 triliun kepada
242.833 debitur untuk membantu akses permodalan usaha bagi pelaku UMKM. Hasil ini
menempatkan Lampung pada peringkat 8 Nasional penyaluran KUR tertinggi, dan
peringkat 3 di regional Sumatera. Skema subsidi bunga KUR yang diberikan pemerintah
turut membantu perekonomian masyarakat pulih dari kondisi pandemi.
Hasil analisis regresi menunjukkan belanja pemerintah untuk fungsi pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap capaian IPM di
xv
Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Lampung. Diantara ketiga fungsi tersebut,
belanja untuk fungsi pendidikan memiliki elastisitas paling tinggi.
Belanja pemerintah untuk fungsi pendidikan dan kesehatan berbanding lurus dengan
capaian IPM Provinsi Lampung. Artinya peningkatan belanja pada kedua fungsi tersebut
di tahun sebelumnya secara nyata meningkatkan IPM pada tahun ini. Naiknya belanja
pendidikan 1% akan meningkatkan IPM sebesar 0.007%. Belanja untuk fungsi
pendidikan diantaranya digunakan untuk membiayai program Wajib Belajar 12 tahun,
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), beasiswa dan bantuan pendidikan kepada siswa
tidak mampu dan siswa berprestasi, dan kegiatan lainnya yang secara langsung
berdampak pada peningkatan Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah
yang membentuk dimensi pengetahun pada perhitungan IPM. Begitu juga dengan
belanja urusan kesehatan yang dialokasikan untuk revitalisasi puskesmas/posyandu,
program Jaminan Kesehatan bagi masyarakat serta program edukasi dan promosi
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan program lainnya secara nyata meningkatkan Usia
Harapan Hidup Masyarakat yang berkontribusi pada naiknya indeks kesehatan
masyarakat. Kenaikan 1% belanja kesehatan di tahun lalu, meningkatkan 0.0066% IPM
tahun ini.
Hasil regresi juga menunjukkan belanja pemerintah pada fungsi ekonomi justru
berkorelasi negatif dengan capaian IPM di Kabupaten/Kota. Artinya, ketika pemerintah
menaikkan belanja untuk urusan ekonomi pada tahun sebelumnya, IPM tahun ini justru
menurun. Hal tersebut diantaranya karena belanja untuk urusan ekonomi digunakan
untuk membiayai berbagai program/kegiatan termasuk pembayaran
gaji/tunjangan/perjalanan dinas dan lainnya yang tidak secara langsung diterima oleh
masyarakat. Untuk itu, pemerintah perlu mengoptimalkan belanja pada fungsi ekonomi
diantaranya dengan memberikan dukungan anggaran yang lebih besar pada sektor
pertanian sebagai sektor unggulan, membuat program pemberdayaan masyarakat,
menggunakan anggaran untuk pendirian BUMDes, dan pemberdayaan Ibu Rumah
Tangga untuk membuka usaha dan membantu perekonomian keluarga.
Data juga menunjukkan, disparitas capaian IPM antar Kabupaten/Kota perlu menjadi
perhatian untuk mengakselerasi pertumbuhan IPM Provinsi Lampung. Dari 15
Kabupaten/Kota, baru 4 Kabupaten/Kota yang mencapai status IPM tinggi, yaitu Bandar
Lampung, Metro, Pringsewu dan Lampung Tengah. Akses pada fasilitas kesehatan yaitu
Puskesmas dan Rumah Sakit masih sulit dijangkau oleh masyarakat terutama di
Kabupaten Tulang Bawang, Pesisir Barat, dan Lampung Barat. Begitupula dengan
xvi
akses terhadap fasilitas pendidikan, di Kabupaten Pesisir Barat, Mesuji, Tulang Bawang,
Way Kanan, dan Lampung Barat terutama sekolah SMP dan SMA yang masih sulit
dijangkau oleh masyarakat di desa.
Rekomendasi
Hampir seluruh indikator kesejahteraan masyarakat Lampung di tahun 2021 telah
tercapai sesuai dengan target, kecuali Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT
Lampung pada September 2021 sebesar 4.69% dan tercatat lebih rendah dari TPT
nasional, namun masih belum mencapai target 4-4.5%. Selain itu, kantong kemiskinan
adalah pedesaan. Untuk mengatasi pengangguran, pemerintah daerah perlu terus
mengupayakan masuknya investasi ke Provinsi Lampung diantaranya dengan
meneruskan program Lampung Ramah Investasi berupa mempermudah perijinan dan
pemberian insentif bagi pelaku usaha. Selain itu pemerintah daerah dapat aktif
mengikuti/menyelenggarakan kegiatan untuk mempromosikan investasi di Lampung.
Untuk mengatasi kemiskinan terutama di pedesaan, pemerintah daerah dapat
mengoptimalkan penggunaan Dana Desa untuk pembangunan BUMDes dan program
pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Pemerintah Daerah juga dapat membuat
program satu desa percontohan pada setiap kecamatan yang mengembangkan
ekonomi berdasarkan potensi unggulan desa tersebut. Dengan program ini diharapkan
desa percontohan akan menjadi benchmark bagi desa lainnya dan setiap tahunnya desa
yang menjadi percontohan akan semakin banyak. Selain itu, ketimpangan anatara desa
dan kota juga dapat dikurangi dengan pemerataan pembangunan infrastruktur di desa
agar desa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Inflasi Lampung di tahun 2021 berhasil dikendalikan sesuai rentang target yang
ditetapkan yaitu 2-4%, namun masih lebih tinggi dari rata-rata inflasi nasional. Agar
inflasi dapat ditekan lebih rendah, pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya dapat
menambah stok barang/buffer stock terutama pada festive season disaat permintaan
masyarakat meningkat.
Disparitas capaian IPM pada level Kabupaten/Kota menjadi pekerjaan rumah yang perlu
segera diatasi. Anggaran untuk sektor pendidikan dan kesehatan perlu lebih
dioptimalkan untuk mendukung percepatan capaian IPM dengan cara meningkatkan
akses masyarakat desa terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan. Di bidang
pendidikan, anggaran dapat digunakan untuk memperluas program Paket A/B/C untuk
masyarakat desa yang jauh dari sekolah terutama di Kabupaten Pesisir Barat, Mesuji,
xvii
Tulang Bawang, Way Kanan, dan Lampung Barat. Pihak Sekolah dapat bekerjasama
dengan aparatur desa untuk mengeduksi orang tua tentang pentingnya anak
melanjutkan sekolah. Anggaran juga perlu dioptimalkan untuk menambah jumlah
sekolah SMP dan SMA di Kabupaten Pesisir Barat, Mesuji, Tulang Bawang, Way Kanan
dan Lampung Barat.
Selanjutnya pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan juga perlu menambah fasilitas
kesehatan di desa serta terus meningkatkan upaya penyehatan lingkungan serta
mempromosikan gerakan masyarakat hidup sehat agar taraf kesehatan masyarakat
semakin baik. Fasilitas kesehatan berupa Puskesmas Rawat Inap dan Rumah Sakit juga
perlu ditambah di Kabupaten Tulang Bawang, Pesisir Barat, dan Lampung Barat.
Pemerintah Daerah dapat menggunakan alokasi Belanja pada fungsi ekonomi untuk
program pemberdayaan masyarakat desa melalui pendirian BUMDes dan perluasan
kesempatan usaha bagi Ibu Rumah Tangga yang dapat meningkatan pendapatan
masyarakat yang pada akhirnya meningkatkan pengeluaran perkapita sebagai indikator
IPM. Pemerintah Daerah juga diharapkan menambah dukungan anggaran untuk sektor
pertanian yang merupakan sektor unggulan Provinsi Lampung. Pemerintah Daerah juga
perlu terus mengakselerasi implementasi Program Kartu Petani Berjaya (KPB) mulai dari
percepatan registrasi petani, sosialisasi program, hingga meningkatkan jumlah petani
yang bertransaksi dan mengakses KPB secara aktif melalui aplikasi KPB. Dengan
demikian diharapkan semakin banyak petani yang menerima manfaat sehingga sektor
pertanian di Provinsi Lampung dapat meningkat produktivitasnya dan tumbuh positif
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung.
xviii
BAB I
SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH
1.1. PENDAHULUAN
Efektifitas kebijakan fiskal sebagai alat untuk mencapai sasaran pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah.
Kebijakan fiskal diharapkan mampu meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator
ekonomi makro dan kesejahteraan di daerah. Oleh karena itu, kebijakan fiskal yang
efektif dapat terlihat dari perbaikan indikator makro ekonomi dan kesejahteraan.
Hal pertama yang menjadi dasar dalam perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan
efisien adalah daerah harus memetakan terlebih dahulu tantangan-tantangan yang
dihadapi baik dari sisi ekonomi, sosial-kependudukan, serta tantangan wilayahnya,
sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui program prioritas dapat secara langsung
menjawab tantangan daerah yang dihadapi. Kondisi pendemi juga merupakan suatu
tantangan yang perlu diantisipasi dalam perumusan kebijakan fiskal pemerintah.
1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Visi pembangunan daerah 2019-2024 menentukan arah pembangunan daerah atau
kondisi yang akan dicapai selama lima tahun. Visi yang dicantumkan dalam RPJMD
merupakan visi pembangunan Kepala dan Wakil Kepala daerah terpilih 2019-2024, yaitu
“Rakyat Lampung Berjaya”. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam misi, tujuan dan
sasaran pembangunan daerah.
Tabel 1.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Lampung 2019-2024
Tujuan Sasaran
Misi 1: Menciptakan kehidupan yang religius (agamis), berbudaya, aman, dan damai
1 Terwujudnya masyarakat 1 Meningkatnya kuerukunan antar umat beragama dan
yang berbudaya luhur dan keamanan daerah
kondusif (Lampung merawat
Indonesia) 2 Meningkatnya kualitas demokrasi masyarakat
2 Pelestarian warisan budaya 1 Meningkatnya pelestarian Budaya
Misi 2: Mewujudkan Good Governance untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pelayanan
publik
3 Mewujudkan tata kelola 1 Meningkatnya kualitas implementasi reformasi birokrasi
pemerintahan yang baik 2 Meningkatnya akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja
3 Meningkatnya kualitas layanan kepada masyarakat
Misi 3: Meningkatkan kualitas SDM, mengembangkan upaya perlindungan anak, pemberdayaan
perempuan, dan penyandang disabilitas
1
4 Meningkatkan kualitas 1 Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat lampung
sumber daya manusia (Lampung Sehat)
2 Meningkatnya aksesbilitas dan kulitas pendidikan menengah
Meningkatnya pengarusutamaan gender, perlindungan anak
3 dan kemandirian disabilitas
4 Meningkatnya penyerapan tenaga kerja
Misi 4: Mengembangkan infrastruktur guna meningkatkan efisiensi produksi dan konektivitas
wilayah
5 Meningkatnya kuantitas dan 1 Meningkatnya konektivitas antar wilayah
kualitas prasarana, sarana, 2 Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi (Lampung
dan utilitas dasar Terang)
3 Meningkatnya kapasitas jaringan sumber daya air
4 Meningkatnya akses masyarakat terhadap perumahan dan
kawasan pemukiman yang layak, sehat, dan aman
Misi 5: Membangun kekuatan ekonomi masyarakat berbasis pertanian dan wilayah pedesaan
yang seimbang dengan wilayah perkotaan
6 Meningkatnya perekonomian 1 Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian
daerah berbasis pertanian 2 meningkatnya pertumbuhan sektor industri dan perdagangan
3 Menjaga stabilitas harga
4 Menurunnya kemiskinan
5 Mengurangi ketimpangan antar wilayah
6 menurunnya ketimpangan pendapatan dalam masyarakat
Misi 6: Mewujudkan pembangunan daerah yang berkelanjutan untuk kesejahteraan bersama
7 Mewujudkan keseimbangan 1 Peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
lingkungan dan keberlanjutan 2 Meningkatnya ketangguhan terhadap bencana
pembangunan
Sumber: RPJMD Provinsi Lampung 2019-2024
Keberhasilan tujuan dan sasaran pembangunan tersebut dinilai dari target dan capaian
indikator yang telah ditetapkan. Target tersebut ditetapkan untuk dapat dicapai dan
dievaluasi setiap tahunnya.
Tabel 1.2 Indikator Makroekonomi dan Kesejahteraan Provinsi Lampung 2019-2024
Indikator dalam RPJMD 2020 2021 Target 2023 2024
2022
Pertumbuhan ekonomi (%) 5.4-5.7 5.5-5.8 5.7-6.0 5.8-6.1
Pertumbuhan PDRB sektor pertanian (%) 1.63 2.3 5.6-5.9 3.09 3.19
Pertumbuhan PDRB sektor industri pengolahan (%) 6.23 2.92 6.29 6.33
Pertumbuhan PDRB sektor perdagangan (%) 7.26 6.26 6.28 9.87
Laju Inflasi (%) 8.2 9.08 10.73
Angka Kemiskinan 3.0-3.5 3.0-3.5 3.0-3.5
IPM 11.1 3.0-3.5 3.0-3.5 9.66
Angka Harapan Hidup (tahun) 10.62 10.14 9.18
Harapan Lama Sekolah (tahun) 70.23 70.86 71.49 72.11 72.72
Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 72.1 72.19 72.29 72.39 72.48
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%) 12.71 12.78 12.85 12.92
12.64 7.9 8
7.8 3.76 3.66 8.1 8.2
3.57 3.48
3.85
2
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 0.21 0.20 0.20 0.20 71.1
Indeks Williamson 45.54 48.2 50.8 53.41 0.19
PDRB Perkapita (juta) 56
Sumber: RPJMD Provinsi Lampung 2019-2024
1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran RPJMD, memuat
rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana
kerja dan pendanaan untuk satu tahun, mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah.
Sejalan dengan RPJMD 2019-2024, arah kebijakan perekonomian Provinsi Lampung
tahun 2021 yaitu meningkatkan kualitas SDM dan pembangunan infrastruktur
dalam rangka pemulihan ekonomi dan social masyarakat menuju Lampung
Berjaya dengan prioritas daerah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas SDM
2. Pembanguann infrastruktur
3. Peningkatan investasi dan nilai tambah produk unggulan
4. Reformasi birokrasi.
5. Kehidupaan yang religious, aman, berbudaya dan inovatif.
6. Pembangunan berkelanjutan dan mitigasi bencana.
Guna menjaga kesinambungan pembangunan daerah, pemerintah Provinsi Lampung
telah menetapkan arah sasaran makro tahun 2021 yang tercantum pada target RKPD
2021. Selanjutnya, mencemati kondisi ekonomi dan perkembangan capaian indicator
makroekonomi dan kesejahteraan masyarakat pada tahun berjalan, dilakukan
penyeseuain terhadap sasaran makro ekonomi yang tercermin dalam Perubahan RKPD
2021.
Tabel 1.3 Sasaran Makro Ekonomi RKPD Provinsi Lampung 2021
Indikator Makro RKPD 2021 Perubahan RKPD 2021
2.5 – 3.5
Pertumbuhan ekonomi (%) 4.7 - 5.7 2–4
41 – 43
Inflasi (%) 3.0 ± 1 4 – 4.5
PDRB per Kapita ADHB (juta) 44 - 45 12.4 – 12.76
69.69 – 70
TPT (%) 6.3 0.310 – 0.334
101 – 102
Tingkat Kemiskinan (%) 11 – 12.1
12.62
IPM 70.68 70.69 – 74.245
Indeks Gini 0.32 – 0.33
Nilai Tukar Petani (NTP) -
Pertumbuhan PAD (%) -
Pemantapan Jalan Provinsi -
Sumber: Perubahan RKPD Provinsi Lampung 2021
3
1.3. TANTANGAN DAERAH
1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah
Provinsi Lampung sebagai gerbang pulau Sumatera mempunyai potensi besar untuk
berkembang. Pembangunan infrastruktur seperti jalan tol Sumatera yang telah rampung
juga menjadi nilai tambah untuk meningkatkan investasi dan perekonomian di Lampung.
Kinerja investasi yang tumbuh cukup kuat diproyeksikan tumbuh sebesar 9,43 persen
pada tahun 2021, didukung oleh upaya mewujudkan Lampung Ramah Investasi.
Peningkatan pelayanan perijinan terus dilakukan dalam rangka menyederhanakan dan
meningkatkan keterbukaan proses perijinan melalui penerapan sistem perijinan online.
Adanya satgas monitoring dan kemudahan berusaha, Pemetaan Peluang Investasi di
Provinsi Lampung, serta terbentuknya FOILA (Forum Investasi Lampung) berkelanjutan
diharapkan dapat ikut menembus perekonomian Lampung dari sisi investasi. Selain itu,
pertumbuhan investasi Lampung dapat kembali meningkat dengan prasyarat masuknya
investasi PMA dan PMDN yang bernilai besar, seperti pengembang kawasan
terintegrasi pariwisata Bakauheni, pembangunan beberapa kawasan khusus dan
kawasan industri lainnya. Berakhirnya beberapa proyek infrastruktur Program Strategis
Nasional di Provinsi Lampung juga merupakan tantangan tersendiri karena berdampak
pada perlambatan investasi dan kinerja sektor konstruksi.Dari sisi angkatan kerja,
tingkat pendidikan angkatan kerja di Provinsi lampung relative rendah. Lebih dari 40%
angkatan kerja berpendidikan SD ke bawah.
Tabel 1.4 Tantangan Ekonomi Provinsi Lampung 2021
Bidang Permasalahan/Tantangan
Infrastruktur
Kondisi infrastruktur jalan dan jembatan belum optimal mendukung peningkatan
mobilitas barang/jasa dan orang dalam mendukung perekonomian, padahal
Lampung merupakan wilayah perlintasan antarprovinsi dan antarpulau
Pertanian Kualitas infrastruktur dan prasarana terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandara
kelautan belum memadai untuk kegiatan ekonomi dalam skala yang lebih besar.
Ketersediaan listrik yang belum memadai memerlukan investasi dan pemanfaatan
energi alternatif.
Kesenjangan pertumbuhan wilayah timur dengan barat sehingga diperlukan
infrastruktur penghubung yang memenuhi persyaratan untuk menghubungkan
jalan lintas nasional
Beroperasinya Jalan Tol Lintas Sumatera membutuhkan penanganan exit tol yang
terkoneksi dengan pusat pertumbuhan ekonomi daerah agar dapat mengungkit
perekonomian wilayah sekitarnya.
Irigasi sebagai pendukung sektor pertanian: luas baku jaringan irigasi kewenangan
Provinsi seluas 21.045 Ha, mengalami kerusakan 10%. Juga terjadi krisis
cadangan air bersih pada bendungan Batutegi, Way Rarem, dan Way Jepara
karena catchment area yang rusak.
dan Kontribusi dan produktivitas sektor pertanian sebagai sektor utama dalam
perekonomian masih relatif rendah dan cenderung menurun. Perlu dukungan
perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur irigasi dan penataan kawasan/lahan
pertanian berkelanjutan sebagai kendali terhadap alih fungsi lahan pertanian.
Potensi kekayaan laut dan perikanan darat belum dimanfaatkan secara optimal
4
Koperasi dan Minimnya jumlah koperasi yang aktif
UMKM
Belum tersedianya jaringan bisnis yang handal untuk pemasaran produk UMKM
Industri kecil dan menengah memiliki keterbatasan dalam hal daya saing produk
dan pemasaran
Pariwisata Pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata belum optimal
Pengelolaan objek dan daya tarik wisata (ODTW) belum didukung sarana dan
prasarana yang baik
Ekonomi kreatif belum berkembang
Ekonomi Komoditas ekspor berbasis SDA sehingga harga tergantung harga pasar global
Untuk meningkatkan kapasitas produksi dibutuhkan peningkatan investasi yang
mampu memberi nilai tambah dan menyerap tenaga kerja
Pertumbuhan sektor industr1 skala besar masih relatif stagnan
Sumber: RKPD Provinsi Lampung 2021
1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2020, jumlah penduduk Provinsi Lampung
berjumlah 9,01 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,68 persen per tahun. Saat
ini Provinsi Lampung masih dalam masa bonus demografi dimana penduduk usia
produktif (15-64 tahun) mencapai 70,31 persen. Mayoritas penduduk di Provinsi
Lampung adalah generasi Z (lahir tahun 1997-2012) dan generasi milenial (lahir tahun
1981-1996) yaitu 27,80 persen dan 26,54 persen dari total populasi. Sekitar 7 tahun lagi,
generasi Z akan berada pada kelompok penduduk usia produktif. Kondisi ini merupakan
peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah Provinsi Lampung agar penduduk
produktif dapat didayagunakan untuk pembangunan daerah.
Luas wilayah Provinsi Lampung sebesar 34,62 ribu km2 dengan kepadatan penduduk
260 jiwa/km2. Sebaran penduduk terbanyak di Kabupaten Lampung Tengah yaitu 1,46
juta jiwa atau sekitar 16,21 persen dari total penduduk Lampung dan penduduk paling
sedikit di Pesisir Barat sebesar 162,70 ribu jiwa atau 1,81 persen. Mayoritas penduduk
Lampung bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mencapai 43.03
persen dan sektor perdagangan besar dan eceran 19,36 persen.
Dari sisi pendidikan, rata-rata lama sekolah di Provinsi Lampung terus meningkat dan di
tahun 2021 mencapai 8.08 tahun dan harapan lama sekolah 12,73 tahun.Angka melek
huruf telah mencapai 97.24% di 2020. Penduduk usia 7-24 tahun yang masih sekolah
adalah 70.90 persen dan tidak sekolah lagi sebesar 28.87 persen.
Tabel 1.5 Tantangan Sosial Kependudukan Provinsi Lampung 2020
Bidang Permasalahan/Tantangan
Pendidikan
Tingkat IPM masih lebih rendah di tingkat regional Sumatera dan
Kesehatan Nasional
Kualitas dan kuantitas terhadap akses dan mutu layanan pendidikan
masih perlu ditingkatkan
Aksesibilitas pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas dan belum
meratanya ketersediaan tenaga kesehatan
5
Sosial Presentase penduduk miskin masih lebih tinggi dibanding nasional
Belum terintegrasinya penanganan penduduk miskin
Pemanfaatan data Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next
Generation (SIKS-NG) penduduk miskin yang belum optimal
Kesenjangan social Antara desa dan kota dan antar individu
Masih tingginya gangguan kemanan dan kriminalitas
Hukum, ketertiban, dan Potensi konflik tanah antar masyarakat/perusahaan/pemerintah
keamanan masyarakat Pemilu 2021 memerlukan dukungan kamtibmas yang kondusif
Pemberdayaan masyarakat Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan
Kemampuan masyarakat desa dalam mengakses kesempatan berusaha
relatif rendah
Kelembagaan dan kualitas aparatur desa belum optimal
Sumber: RKPD Provinsi Lampung 2021
Kepadatan penduduk di Provinsi Lampung tahun 2020 sebanyak 260 jiwa per km2
dengan Kota Bandar Lampung sebagai kota terpadat. Kabupaten dengan jumlah
penduduk terbanyak adalah Kabupaten Lampung Tengah (1,46 juta penduduk) dan
paling sedikit 162,70 ribu jiwa di Kabupaten Pesisir Barat. Menurut hasil Sensus
Penduduk 2020 juga diperoleh data 11,05 persen atau sekitar 995,73 ribu penduduk
berdomisili tidak sesuai Kartu Keluarga. Jumlah ini mengindikasikan banyaknya
penduduk yang bermigrasi dari wilayah tempat tinggal sebelumnya.
Provinsi lampung adalah daerah multikultural. Sejak kolonialisme Belanda mengirim
orang dari luar Lampung, lingkungan sosial masyarakat Lampung berada dalam
dinamika pluralisme. Arus perpindahan secara besar-besaran dari berbagai daerah di
Indonesia ke Provinsi Lampung juga terus berlanjut. Masyarakat Lampung terbuka
terhadap orang luar. Provinsi Lampung menerima warga baru, baik yang berawal
sebagai tamu berangsur menetap, maupun yang secara sengaja berpindah untuk
mencari penghidupan baru. Selain itu, falsafah hidup orang Lampung yaitu Nengah-
Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis) dan Sakai-
Sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya)
menjadi modal yang baik untuk memajukan pembangunan daerah Lampung.
1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah
Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada 103040’ sampai 105050’ BT dan 3045’
sampai 6045’ LS. Provinsi Lampung meliputi areal daratan seluas 35.288,35 km²
(Lampung dalam angka, BPS, 2013) termasuk 188 pulau disekitarnya. Provinsi
Lampung juga memiliki wilayah lautan sepanjang 12 mil laut dari garis pantai kearah laut
lepas dengan luas perairan diperkirakan lebih kurang 24.820 km2 dan panjang garis
pantai lebih kurang 1.105 km (atlas Sumber daya Pesisir Lampung, 1999). Hal ini
menjadi pendukung dalam pengembangan sektor pariwisata alam dan bahari di Provinsi
6
Lampung. Selain itu kekayaan maritim juga memungkinkan pengembangan sektor
perikanan dan kelautan dengan sumber daya melimpah.
Sebagian besar lahan di Provinsi Lampung merupakan kawasan hutan yang luasnya
mencapai 1.004.735 ha (28,47%) dari luas daratan Provinsi Lampung. Selain itu,
Provinsi Lampung juga merupakan daerah perkebunan (20,92%); tegalan/ladang
(20,50%); daerah pertanian, dan perumahan. Kondisi ini menjadikan Lampung memiliki
potensi besar dalam pengembangan sektor pertanian dalam arti luas.
Secara geografis, Provinsi Lampung mempunyai posisi yang strategis yaitu di ujung
selatan Pulau Sumatera, sehingga menjadi pintu gerbang Pulau Sumatera dari arah
Pulau Jawa. Transportasi darat dan laut dari pulau Sumatera ke pulau Jawa dan arah
sebaliknya melalui Provinsi Lampung. Posisi yang relatif dekat dengan ibukota negara
juga menjadi nilai positif Provinsi Lampung sebagai jalur perdagangan antar pulau.
Namun demikian, masih terdapat daerah tertinggal di Lampung, yaitu Kabupaten Pesisir
Barat. Selain itu juga beberapa daerah di Provinsi Lampung merupakan daerah rawan
bencana sehingga diperlukan strategi dan kebijakan pembangunan wilayah yang
antisipatif bencana. Daerah rawan bencana di Provinsi Lampung, yaitu:
1. Bencana tanah longsor tersebar di Lampung Utara, Tanggamus, Lampung Barat,
Pesawaran, Pesisir Barat, dan Lampung Selatan.
2. Kebakaran hutan tersebar di Mesuji, Way Kanan, Lampung Barat, Tanggamus,
Lampung Selatan, dan lampung Timur
3. Tsunami dan gelombang pasang berpotensi di wilayah pesisir Lampung Barat,
Tanggamus, Lampung Selatan, Pesisir Barat, Lmapung Timur, Pesawaran, dan
Bandar Lampung
4. Banjir tersebar di Pesawaran, Mesuji, Tulang Bawang, Lampung Timur, Pringsewu,
Tanggamus, Lampung Barat, Lampung Utara, Pesisir Barat, Lampung Selatan, dan
bandar Lampung
5. Gempa bumi di Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan, Pesawaran, dan
Bandar Lampung.
6. Letusan gunung api Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan
7. Puting beliung tersebar di Lampung Tengah, Way Kanan, Pringsewu, Pesawaran,
dan Bandar Lampung.
7
Tabel 1.6 Tantangan Geografi Wilayah dan Lingkungan Hidup Provinsi Lampung 2021
Bidang Permasalahan/Tantangan
Lingkungan hidup Separuh luasan kawasan hutan dalam kondisi rusak
Optimalisasi pemanfaatan hutan untuk destinasi wisata dan pendidikan
Penanggulangan
bencana Kualitas dan mitigasi bencana dan perubahan iklim belum optimal
Sumber: RKPD Provinsi Lampung 2021
1.3.4. Tantangan Daerah yang Terdampak oleh Pandemi Covid-19
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung pada 26 Januari 2022, jumlah kasus positif
Covid-19 di Provinsi Lampung berjumlah 49.761 orang, sembuh 45.542 orang,
meninggal 3.825 orang dan probable 369 orang. Kasus terbanyak si Kota Bandar
Lampung dan terendah di Kabupaten Tulang Bawang. Seluruh Kabupaten/Kota saat ini
masuk dalam zona kuning dengan tingkat risiko rendah.
Tahun 2021 adalah tahun pemulihan dampak Covid-19 sehingga belanja daerah juga
harus difokuskan untuk penanganan dampak Covid-19 untuk penanganan kesehatan,
penanaganan dampak ekonomi, dan jaring pengaman social serta pemulihan sektor
industri dan pariwisata yang merupakan sektor ekonomi yang paling terkena dampak.
Permintaan di sektor industri masih terdampak karena kebijakan pembatasan selama
pandemi dan belum pulihnya daya beli masyarakat. Sementara sektor pariwisata
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi Provinsi Lampung, operasionalnya
sangat bergantung pada kondisi pandemi dan kebijakan pemerintah dalam
meresponnya. Pandemi Covid-19 juga berdampak pada sektor-sektor Ekonomi,
sehingga perlu upaya pemulihan terutama sektor UMKM, IKM, Pedagang Kecil
Menengah dan sektor informal lainnya. Dampak pandemi pada naiknya angka
pengangguran juga menjadi tantangan tersendiri.
Pada tahun 2021 prospek investasi diharapkan membaik sejalan dengan pemulihan
aktivitas usaha serta ditopang oleh upaya Pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi
melalui RUU Cipta Karya dan Perpajakan. Perbaikan investasi tersebut didorong oleh
berlanjutnya investasi yang sempat tertunda akibat Covid-19.
Kondisi ketidakpastian juga masih membayangi di tahun 2021 akibat penyebaran Covid
19. Penyebaran varian baru dan pembatasan kegiatan masyarakat saat kasus
penyebaran Covid cukup tinggi juga perlu diantisipasi karena akan mempengaruhi
mobilitas masyarakat dan geliat perekonomian daerah.
8
BAB II
ANALISIS EKONOMI REGIONAL
2.1. ANALISIS INDIKATOR MAKRO EKONOMI
2.1.1. Produk Domistik Regional Bruto
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
b. Perekonomian Lampung mengalami peningkatan pada tahun 2021 dan secara
kumulatif tumbuh sebesar 2,79 persen, menguat dibanding tahun 2020 (c-to-c)
yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 1,67 persen. Meski masih dibawah
pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 3.69 persen, namun pertumbuhan positif
mengindikasikan pemulihan ekonomi Lampung berjalan cukup baik di tahun 2021.
Ekonomi Provinsi Lampung triwulan IV-2021 dibanding periode yang sama tahun
2020 (y-o-y) tumbuh sebesar 5,15 persen, menguat dibanding triwulan III (y-o-y)
yang tumbuh sebesar 3,00 persen. Sementara ekonomi Provinsi Lampung triwulan
IV-2021 dibandingkan triwulan III-2021 (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar 6,37
persen. Dengan share 2.19 persen dari PDB Indonesia Lampung menyumbang
0.08% pertumbuhan ekonomi nasional.
Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Lampung dan Nasional 2017-2021
Sumber : BPS Provinsi Lampung
Sumber utama pertumbuhan ekonomi Lampung di tahun 2021 (c-to-c) dari sisi
lapangan usaha adalah Sektor Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Motor
sebesar 0.97 persen, disusul industri pengolahan 0.84 persen dan konstruksi 0.68
persen. Adapun dari sisi pengeluaran, sumber utama pertumbuhan adalah PMTB
sebesar 1.29 persen dan konsumsi rumah tangga 1.01 persen.
Sementara itu di tingkat regional Sumatera, seluruh Provinsi sampai dengan triwulan
IV 2021 mengalami pertumbuhan yang positif yang ditopang oleh perbaikan kinerja
hampir diseluruh lapangan usaha. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga naik
9
sehingga mendorong daya beli, serta mobilitas masyarakat sejalan dengan meredanya
pandemi Covid-19, selain itu progran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai
stimulus.Namun pertumbuhan ekonomi Lampung tercatta dibawah rata-rata Sumatera.
Grafik 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera 2021 (c-o-c)
Sumber : BPS
1) PDRB Pengeluaran
Perekonomian Provinsi Lampung berdasarkan besaran Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2021 mencapai Rp 371.90 triliun
sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp.247 triliun.
Tabel 2.1 Distribusi PDRB Pengeluaran ADHB 2019-2021
Komponen 2019 2020 2021
RT 61,78 62,49 61,84
LNPRT 1,73 1,7 1,71
Pemerintah 8,2 8,17 7,91
PMTB 33,48 32,95 33,78
Perubahan Inventori 0,11 0,56 0,22
NET Ekspor -5,3 -5,88 -5,47
PDRB 100 100
100,00
Sumber : BPS Lampung
Distribusi PDRB Provinsi Lampung berdasarkan pengeluaran relatif tidak berubah
dalam 3 tahun terakhr. Konsumsi rumah tangga masih mendominasi dengan porsi
diatas 60 persen. Dan disusul PMTB dengan 33.78 persen. Untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Lampung, pemerintah perlu membuat kebijakan fiskal yang
dapat mendukung daya beli masyarakat agar konsumsi tetap stabil di masa pandemi
diantaranya dengan peningkatan bantuan sosial kepada masyarakat yang lebih tepat
sasaran dan meningkatkan bantuan modal usaha bagi masyarakat serta menjaga
stabilitas pasokan dan harga barang.
PMTB merupakan komponen yang menyumbang pertumbuhan ekonomi di tahun 2021,
porsinya terhadap pembentukan PDRB Lampung juga sedikit meningkat tahun ini.
Pertumbuhan sektor ini terutama didorong oleh meningkatnya output sektor bangunan.
10
Beberapa kegiatan konstruksi yang dikerjakan : lanjutan proyek Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) yang merupakan proyek strategis nasional; pembangunan awal
Bakauheni Harbour City; Program Bedah Rumah; perbaikan dan pembangunan jalan
beton dan irigasi; dan pembangunan infrastruktur desa mendorong PMTB tumbuh
tinggi di tahun 2021.
Belanja pemerintah baik melalui APBN dan APBD terus dioptimalkan untuk
menstimulus perekonomian. realisasi belanja pegawai APBN tumbuh 0,98% (y-on-y).
realisasi belanja barang dan jasa APBD tumbuh 18,10% (y-on-y). Pertumbuhan
realisasi belanja modal APBN mencapai 107,54% (y-on-y). Untuk realisasi belanja
modal APBD tumbuh 15,57% (y-on-y). Bahkan realisasi belanja bantuan sosial APBD
tumbuh 178,00% (y-on-y) yang merupakan kebijakan jarring pengaman sosial bagi
masyarakat miskin/tidak mampu.
Komponen ekspor Lampung masih lebih rendah dibanding impor. Kinerja ekspor
semakin baik dimana nilai ekspor luar negeri Provinsi Lampung pada triwulan IV-2021
mencapai 1.413,46 juta US$. Pemerintah perlu mendorong peningkatan ekspor
beberapa komoditas unggulan Lampung. Upaya mempromosikan kebijakan insentif
ekspor perlu dilakukan lebih massif karena berdasarkan data Kanwwil DJBC
Sumbagbar, banyak masyarakat yang belum memanfaatkan insentif teresbut, terutama
usaha kecil yang berpotensi ekspor. Pemda dapat meningkatkan pembinaan UMKM
yang berpotensi ekspor agar nilai ekspor Lampung semakin baik. Dukungan kebijakan
seperti mempermudah perizinan ekspor dan kerjasama dengan Negara tujuan ekspor
juga perlu ditingkatkan untuk menjajaki ekspansi ekspor komoditas Lampung.
atau turun 0,93% (q-to-q) dan naik 33,97% (y-on-y)
2) PDRB Persektor Lapangan Usaha
Lapangan usaha Pertanian, kehutanan, dan perikanan di lampung merupakan
penyumbang PDRB terbesar di Lampung sebesar 28.39 persen. Lapangan usaha
Industri Pengolahan sebesar 19,65 persen, berikutnya lapangan usaha Perdagangan
Besar dan reparasi kendaraan mencapai 11,70 persen. Sektor perdagangan besar dan
reparasi kendaraan mengalami pertumbuhan tertinggi diantaranya Masih
diberlakukannya diskon Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mobil sebesar
100% hingga akhir Desember 2021 (Berdasarkan PMK No.120/PMK.010/2021).
Kebijakan ini terbukti berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Lmapung.
Sektor pertanian sebagai sektor dominan sekaligus menjadi sektor unggulan di
Provinsi Lampung. Lebih dari 2 juta penduduk Lampung bekerja pada sektor ini
dengan komoditas hasil produksi menjadi andalan di tingkat nasional seperti padi,
11
jagung, dan kopi. Perhatian Pemerintah Daerah untuk sektor ini sangat besar dimana
salah satu misi dalam RPJMD 2019-2024 adalah membangun kekuatan ekonomi
masyarakat berbasis pertanian dengan program strategis diantaranya meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah ekonomi untuk komoditas tanaman pangan,
perkebunan, perikanan, peternakan dan hutan. Salah satu program unggulan adalah
Kartu Petani Berjaya (KPB).
Tabel 2.2 Laju pertumbuhan dan Distribusi persentase PDRB triwulan berdasar
Lapangan Usaha ADHB 2019-2021
Sumber : BPS Lampung
Pemda perlu meningkatkan dukungan anggaran untuk bidang pertanian karena pagu
urusan pertanian untuk pemda di lingkup Provinsi Lampung setara 1,86 persen total
pagu APBD 2021.Tren pertumbuhan sektor pertanian justru menurun salam 3 tahun
terakhir. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat bergantung pada
musim/kondisi alam. Pemerintah baik pusat maupun daerah perlu berfokus pada
ketersediaan stok untuk produk pertanian, agar harga tidak turun drastis di saat panen
raya ataupun kekurangan saat belum datang musim panen. Dukungan anggaran dapat
diberikan melalui peningkatan subsidi pupuk yang diberikan tepat waktu, penyuluhan
pertanian untuk manajemen masa tanam dan bantuan bibit kepada masyarakat.
Pemda juga perlu mengakselerasi program KPB agar lebih banyak petani yang dapat
memanfaatkan program tersebut.
12
3) PDRB Per Kapita
Grafik 2.3 PDRB Perkapita Lampung dan Nasional 2017-2021
100 37 51.9 39.72 56 42.23 59.1 41.62 56.9
0 2018 2019 2020 2021
2017
Lampung Nasional
Sumber : BPS Lampung
Pada kurun 2017-2019, pendapatan perkapita Lampung rata-rata naik Rp2 juta per
tahun. Hal ini sejalan dengan perekonomian Lampung yang tumbuh dikisaran 5 persen
pada periode tersebut. Pendapatan perkapita Lampung 2020 tercatat sebesar Rp41,62
juta rupiah atau turun Rp0,61 juta dibanding tahun lalu. Angka ini juga lebih rendah
dibanding target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp43,83 juta-Rp45,54 juta.
Dibandingkan dengan rata-rata nasional, pendapatan per kapita Lampung juga masih
jauh lebih rendah. Namun tren pendapatan perkapita Lampung tetap sejalan dengan
pendapatan perkapita nasional.
2.1.2. Suku Bunga
Bank Indonesia mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar
3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility
sebesar 4,25%. Selama 2021, pada tahun 2021 Bank Indonesia menurunkan suku
bunga 1 (satu) kali, yaitu di awal tahun 2021, terndah sejak 2019.
Grafik 2.4 Tingkat Suku Bunga BI 2019-2021
Sumber : Bank Indonesia
Suku bunga yang ditetapkan memiliki nilai terendah sepanjang sejarah perekonomian
Indonesia, hal tersebut karena imbas dari pandemi Covid-19. Hal ini berdasarkan
perkiraan inflasi yang tetap rendah dan agar stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga.
Bank Indonesia mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung upaya perbaikan ekonomi.
13
Tabel 2.3 Suku Bunga Kredit Menurut Kelompok Bank Tahun 2021
Sumber : Bank Indonesia
Kondisi perekonomian nasional yang masih lesu seiring terjadinya pandemi Covid-19
membuat perbankan menurunkan suku bunga pinjamannya agar lebih terjangkau oleh
masyarakat. rerata suku bunga pinjaman untuk modal kerja bank umum sebesar
8,72% per tahun pada November 2021, turun 43 basis points (bps) dari posisi
Desember 2020 di level 9,15%. Suku bunga kredit modal kerja kelompok bank asing
dan bank campuran mencatat penurunan terbesar, yakni sebesar 89 bps menjadi
5,87% pada November 2021, diikuti kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD)
yang turun 48 bps menjadi 9,74%. Kemudian suku bunga pinjaman untuk modal kerja
kelompok bak swasta nasional juga turun 44 bps menjadi 9,26%, serta kelompok Bank
Persero (Bank BUMN) turun 33 bps menjadi 8,44%. Posisi kredit modal kerja
perbankan mencapai Rp 1,48 kuadriliun pada November 2021. Nilai tersebut hanya
tumbuh 2,59% dibanding posisi akhir 2021. Industri pengolahan merupakan sektor
yang mendapat kucuran terbesar, yakni mencapai Rp 240,79 triliun atau 16,23% dari
total kredit modal kerja.
2.1.3. Inflasi
Sepanjang tahun 2021 inflasi tertinggi di Lampung pada bulan Juni 2021 dan terendah
bulan Agustus 2021. Inflasi Provinsi Lampung tercatat sebesar 2,19% (yoy), atau lebih
tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar 1,87% (yoy) dan
1,91% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi didorong oleh naiknya harga komoditas
dunia, faktor cuaca dan penyesuaian tarif cukai rokok ditengah terbatasnya permintaan
masyarakat akibat pandemi Covid-19, serta peningkatan tekanan harga pada sub
kelompok makanan. Pemerintah perlu memastikan ketersediaan stok pada festive
season dan kondisi cuaca yang kurang baik agar harga barang tetap terkendali.
14
Grafik 2.5 Inflasi Lampung 2019-2021 (y-o-y)
Sumber : BPS Provinsi Lampung
2.1.4. Nilai Tukar
Grafik 2.6 Nilai Tukar Tahun 2021
Sumber : Bank Indonesia
Kurs Rupiah terhadap dolar AS di tahun 2021 berada di kisaran Rp.14.065-
Rp.14.270/dolar. Nilai kurs yang relative stabil serta mulai membaiknya kondisi
perekonomian dunia dan pembatasan di beberapa Negara tujuan ekspor yang juga
semakin berkurang, membuat ekspor Lampung di tahun 2021 meningkat hingga
US$1.692, 39 juta dibanding tahun lalu, menjadi US$4.837,14 juta. Ekspor tertinggi
terjadi pada bulan Oktober 2021 disaat Rupiah terdepepresiasi dengan nilai ekspor
US$599.1 juta. Ekspor Lampung di tahun 2021 didominasi dari sector industri
pengolahan sebesar 73.15%. Sementara sector pertanian berkontribusi sebesar 10%.
Pemerintah daerah perlu terus mendorong ekspor produk pertanian sebagai salah satu
unggulan Provinsi Lmapung dengan meningkatkan kerjasama dengan Negara tujuan
ekspor untuk perluasan pasar dan memberikan pelatihan kepada petani agar hasil
pertanian berstandar ekspor.
Impor Lampung tahun 2021 mencapai US$2.217.03 juta meningkat dari tahun 2020
yang sebesar US$1.343,74 juta. Secara kumulatif, neraca perdagangan Lampung
15
2021 mengalami surplus US$2.620,11 juta, naik dibanding surplus 2020 yaitu
US$1.801.01 juta.
2.2. ANALISIS INDIKATOR KESEJAHTERAAN
2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM Lampung tahun 2021 adalah sebesar 69,90 atau tumbuh 0,30 persen (meningkat
0,21 poin) dibandingkan capaian tahun 2020. Peningkatan IPM 2021 didukung oleh
peningkatan pada semua komponen penyusunnya. Hal ini berbeda dengan kondisi
sebelumnya. Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 telah menyebabkan perlambatan
pertumbuhan IPM yang disebabkan oleh penurunan pengeluaran per kapita yang
disesuaikan. Pada tahun 2021, pengeluaran per kapita naik 0,56 persen dibanding
tahun 2020.
Tabel 2.4 IPM Lampung 2019-2021
Sumber : BPS Lampung
2.2.2. Tingkat Kemiskinan
Pada bulan September 2021, jumlah penduduk miskin di Lampung mencapai 1,01 juta
orang (11,67 persen), turun sebesar 76,9 ribu orang dibandingkan dengan kondisi
Maret 2021 yang sebesar 1,08 juta orang (12,62 persen). Maskipun garis kemiskinan
naik 4.49% menjadi Rp.492.620, angka kemiskinan Lampung September 2021
menurun dibandingkan Maret 2021, dari 12,62% menjadi 11,67%.Penurunan angka
kemiskinan Lampung bahkan lebih besar dari penurunan angka nasional.
Penduduk miskin terkonsentrasi di perdesaan dengan tingkat kemiskinan 13,18%.
Cukup jauh terpaut dengan kemiskinan di perkotaan yang hanya 8,5%. Setara dengan
236,48 ribu jiwa di perkotaan dan 770,54 ribu jiwa di perdesaan. Penurunan Maret
2021 – September 2021 terjadi di perkotaan 0,79 poin, sementara di perdesaan turun
16
1,00 poin. Persentase penduduk miskin di perkotaan pada September 2021 sebesar
8,50 persen atau turun 0,79 poin dibandingkan Maret 2021 yang sebesar 9,29 persen.
Faktor-yang mempengaruhi turunnya kemiskinan Lampung antara lain pertumbuhan
konsumsi rumah tangga yang bertumbuh sejalan dengan ekonomi yang bertumbuh
sebesar 3,03 persen, laju inflasi umum yang relative rendah -0,14 persen, kenaikan
angka NTP 5,55 poin, tingkat pengangguran terbuka yang lebih rendah, serta adanya
440,5 ribu penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19.
Grafik 2.7 Tingkat Kemiskinan Lampung dan Nasional 2019-2021
16 14.27 13.96 13.83 14.22 14.18 13.18
14
12.62 12.76 12.62
12 12.3 12.34 11.67
10 9.41 9.22 10.08 10.19 10.14 9.71 Kota
8 Desa
8.6 9.02 9.59 9.29 Lampung
6 8.92 8.5 Nasional
4
2
0
Mar Sep Mar Sep Mar Sep
2019 2020 2021
Sumber : BPS Dan BPS Provinsi Lampung
Persoalan kemiskinan juga mencakup indeks kedalaman kemiskinan yang memberi
indikasi jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P1)
dan indeks keparahan kemiskinan (P2) yang mengindikasikan ketimpangan
pengeluaran di antara peenduduk miskin juga perlu diperhatikan. P1 turun dari 2.110
pada September 2020 menjadi 1.849. Disaat yang sama P2 juga berhasil turun dari
0.570 menjadi 0.384. Penurunan indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan jika
rata-rata jarak kedalaman/kesenjangan kemampuan konsumsi penduduk miskin
semakin mendekati garis kemiskinan. Sementara penurunan indeks keparahan
kemiskinan mencerminkan terdapat variasi pengeluaran konsumsi antar penduduk
miskin yang semakin merata dengan perubahan yang cukup besar.
Dalam hal mengatasi tingkat kemiskinan, pemerintah juga melakukan beragam cara.
Misalnya pada kabupaten Pesawaran, pemerintah daerah pada tahun 2021 melalui
Baznas Kabupaten Pesawaran telah meluncurkan program unggulan, diantaranya
yaitu Bantuan “Berkat (Bedah Rumah Layak Sehat), bantuan Benar (Benah Rumah)
sebesar Rp 7.000.000 x 20 rumah, bantuan biaya pendidikan untuk siswa tidak mampu
dan berprestasi, serta bantuan Berkah (Beras Sedekah) untuk 144 desa dan 4 desa
persiapan. Pemerintah juga menerapkan aplikasi berbasis web dengan nama
Simnangkis (Sistem Informasi Penanggulangan Kemiskinan) guna melakukan
17
monitoring, evaluasi, dan pelaporan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Lampung.
Dengan aplikasi tersebut, diharapkan kualitas database kemiskinan menjadi lebih baik
dan tepat sasaran.
Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah kesenjangan antara perkotaan dan
pedesaan dimana pedesaan menjadi kantong utama kemiskinan. Untuk mengatasi
kesenjangan, pemerintah baik pusat maupun daerah harus bersinergi untuk
membangun infrastruktur di pedesaan agar desa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, Dana Desa dapat lebih dioptimalkan untuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat desa seperti mendirikan BUMDes, mendirikan UMKM kreatif berbasis
keunggulan desa serta mendirikan desa wisata di desa potensial. Pemda dapat
mencanangkan satu desa percontohan di setiap kecamatan untuk diberdayakan setiap
tahunnya sehingga menjadi benchmark desa lainnya pada tahun berikutnya. Desa
percontohan dibuat berdasarkan potensi unggulan di desa tersebut.
2.2.3. Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)
Angka ketimpangan/gini ratio Lampung pada September 2021 sebesar 0.314, menurun
disbanding September 2020 sebesar 0.32. Ketimpangan di perkotaan lebih tinggi dari
pedesaan, pada tahun 2019 semester 1 dan 2 di perkotaan tercatat 0.35, sedangkan di
pedesaan 0.29. Pada tahun 2021 di perkotaan stabil diangka 0.34 dibanding tahun
2020. Di perdesaan mengalami penurunan dari 0.30 menjadi 0.29. Beberapa
penyebab ketimpangan di Provinsi Lampung antara lain perbedaan sumber daya alam
yang ada pada masing-masing kabupeten, perbedaan kondisi demografis, kurangnya
mobilitas barang dan jasa pada daerah-daerah tertentu, terkonsentrasinya kegiatan
perekonomian di kota besar, misalnya Bandar Lampung, dan adanya ketimpangan
alokasi dana pembangunan.
Grafik 2.8 Gini Ratio Lampung dan Nasional 2018-2021
0.45
0.4 0.382 0.38 0.381 0.385 0.384 0.381
0.35 0.329 0.331 0.327 0.32 0.323 0.314
0.3 0.349 0.342
0.294 0.345 0.342 0.346
0.25 0.346 0.298 0.295 0.288 0.288
0.2 Sep-19
0.15
0.1 0.299
0.05
0
Mar-19 Mar-20 Sep-20 Mar-21 Sep-21
Kota Lampung Desa Lampung Kota+Desa Nasional Kota+Desa Lampung
Sumber : BPS (diolah)
18
2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Jumlah angkatan kerja di Lampung pada Agustus 2021 sebanyak 4,49 juta orang, naik
5,3 ribu orang dari Agustus 2020. Tingkat pengangguran terbuka Agustus 2021
sebesar 4,69 persen, naik 0,02 persen poin dibandingkan Agustus 2020. Lapangan
pekerjaan yang mengalami penurunan persentase terbesar adalah pertanian (1,73%
poin). Sedangkan lapangan usaha yang mengalami peningkatan persentase penduduk
yang bekerja terbesar yaitu di lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan
minum naik sebesar 0,6% poin. Sebanyak 3,06 juta orang (71,31%) penduduk bekerja
di kegiatan informal, persentasenya turun sebesar 0,95% poin dibanding Agustus
2020. Persentase pekerja penuh naik sebesar 2,96 persen poin, sementara persentase
pekerja paruh waktu turun sebesar 0,11 poin dibandingkan Agustus 2020.
Grafik 2.9 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka 2019-2021
Sumber : BPS Lampung
Tingginya tingkat pengangguran di Provinsi Lampung salah satunya disebabkan oleh
wabah pandemi. Banyak perusahaan yang gulung tikar, pemodalan UMKM yang tak
memadai, dan rendahnya tingkat konsumsi masyarakat menjadikan para pelaku usaha
memangkas banyak jumlah pegawai yang menjadikan sedikitnya lapangan pekerjaan
yang tersedia. Pemerintah Provinsi Lampung mengerahkan beragam cara untuk
mengatasi masalah ini, salah satunya dengan mengadakan Job Fair yang diikuti oleh
beberapa perusahaan. Pemerintah Provinsi Lampung juga turut berpartisipasi dalam
usaha peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, peningkatan dan perluasan
tenaga kerja, peningkatan hubungan industrial, dan sebagainya. Disnaketrans Provinsi
Lampung juga mengembangkan Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang dimaksudkan guna
mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pengembangan daerah.
Pemerintah Daerah perlu mengoptimalkan anggarannya untuk memberikan dukungan
19
permodalan ke lebih banyak pelaku UMKM serta terus mengupayakan Provinsi
Lampung yang ramah investasi dengan mempermudah perijinan, memberikan insentif
pajak serta aktif mempromosikan Lampung pada event yang menghadirkan investor
agar lebih banyak perusahaan dibangun di Provinsi Lampung.
2.2.5. Nilai Tukar Petani (NTP)
NTP Provinsi Lampung menunjukkan tren peningkatan sepanjang 2021. NTP deficit di
awal 2021 kemudian perlahan meningkat hingga 9,78 poin menjadi 106,29 pada
Desember 2021. Subsektor Padi & Palawija mencatatkan NTP terendah dibawah 100,
sedangkan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat selalu mencatatkan NTP tertinggi
sepanjang 2021.
Grafik 2.10 Nilai Tukar Petani Lampung dan Nasional 2019-2021
Sumber : BPS Lampung
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan para petani, Pemerintah Provinsi Lampung
telah melaksanakan kewenangannya berdasar Pasal 21 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani di mana Pemerintah dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan subsidi benih
atau bibit tanaman, bibit atau bakalan ternak, pupuk, dan/atau alat mesin pertanian
sesuai dengan kebutuhan. Pemerintah Provinsi Lampung juga membentuk sebuah
progam berupa Kartu Petani Berjaya yang mampu menghubungkan segala
kepentingan pertanian dalam pemanfaatan teknologi informasi. Program ini memuat
kebutuhan petani dan dukungan yang dapat diberikan kepda petani berkaitan dengan
kebutuhan sarana dan prasarana pertanian seperti benih, pupuk, pembiayaan dan
kelembagaaan. Pemerintah Provinsi Lampung juga turut mengupayakan para petani
agar memiliki kemudahan dalam akses permodalan melalui KUR, dukungan asuransi
usaha maupun asuransi lainnya, fasilitas sosial program pemerintah ataupun swasta
(beasiswa anak petani dan bantuan sosial lainnya), informasi dan laporan keuangan
20
usaha, dan akses terkait kepastian ketersediaan pupuk, benih, obat-obatan baik yang
digunkan pada tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan, baik subsidi
maupun non subsidi.
Perkembangan Pelaksanaan Implementasi KPB sampai dengan tanggal 20 Desember
2021 adalah jumlah petani terdaftar di Aplikasi KPB: 1.046.047 orang, Petani
teregistrasi aktif: 217.620 orang. Koperasi yang telah terintegrasi 16 koperasi dan 12
UMKM. Jumlah Petani bertransaksi: 109.072 orang, dan Transaksi penebusan pupuk:
Rp 24.771.095.320,- Realisasi penyaluran KUR melalui Program KPB melalui bank
BNI kepada 9.493 Debitur sebesar Rp 221.446.590.000,-, Bank Mandiri 249 debitur
sebesar Rp. 22.494.000.000, Bank Lampung kepada 2.172 debitur Rp 63.352.800.000.
Implementasi KPB perlu terus diakselerasi agar seluruh petani dapat merasakan
manfaat program unggulan ini.
2.2.6. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
Grafik 2.11 Nilai Tukar Nelayan 2019-2021 dan Januari-Desember 2021
Sumber : BPS Lampung
Nilai tukar nelayan pada tahun 2021 menunjukkan pertumbuhan yang meningkat, dari
tahun 2020 yang sebesar 102,96 menjadi sebesar 109,56 pada tahun 2021. Angka ini
juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan Nilai Tukar Nelayan pada skala nasional
yang tercatat senilai 106,79, meskipun nilainya mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan tahun 2019. Hal yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi
Lampung guna meningkatkan kesejahteraan nelayan yakni dengan cara mewujudkan
integrasi nelayan dan keluarga nelayan dalam pengembangan industri pengolahan
perikanan, asuransi nelayan dan jaminan sosial bagi nelayan lansia, beasiswa bagi
anak-anak nelayan berprestasi dan SPBU nelayan di TPI dan pertambakan.
Pemerintah Provinsi Lampung juga turut menggiatkan restocking ikan-ikan endemik di
sungai-sungai dan embung seperti jelabat, baung, dan belida.
21
2.3. REVIU CAPAIAN KINERJA MAKRO KESRA REGIONAL
Untuk mengukur efektivitas kebijakan fiskal, dapat dilakukan diantaranya dengan
membandingkan antara target dengan capaian berbagai indikator ekonomi maupun
kesejahteraan masyarakat. Indikator yang mencapai targetp bahkan melebihi
mengindikasikan efektivitas berbagai kebijakan pemerintah termasuk kebijakan fiskal.
Sebaliknya indikator yang belum tercapai perlu diidentifikasi dan menjadi bahan untuk
melakukan perbaikan di masa yang akan datang, tentu saja dengan
mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhinya. Berdasarkan Kebijakan
Umum Perubahan APBD (KUPA) 2021 Pemerintah Provinsi menetapkan perubahan
Indikator Makro sebagai acuan kinerja fiskal Gubernur pada tahun 2021 untuk menjaga
kesinambungan pembangunan daerah.
Tabel 2.5 Target dan Realisasi Indikator Makro Ekonomi Lampung 2021
Sasaran Target Realisasi Target 2022 Hasil
Makro Kesra 2021 2021 4.3 – 5.3 Reviu
2.79% 3.0+-1%
Pertumbuhan Ekonomi 2.5% - 3.5% 45-48 Realisasi masih dalam
2.19% 10.14-11.5 rentang target
Laju Inflasi 2% - 4% 4-4.5
69.9 0.32-0.33 Realisasi masih dalam
IPM 69.69 - 70 105 rentang target
12.67%
Persentase Penduduk 12.4% - Realisasi masih dalam
Miskin 12.76% 4.69% rentang target
Tingkat Pengangguran 4% - 4.5% 0.314 Realisasi masih dalam
rentang target
Indeks Gini 0.310 - 0.334 106.29
Melebihi target maksimal
NTP 101 - 102 yang ditetapkan
Realisasi masih dalam
rentang target
Realisasi melebihi target
yang ditetapkan
Sumber : BPS Lampung (diolah)
Berdasarkan hasil reviu atas target dan realisasi indikator makroekonomi dan
kesejahteraan Provinsi Lampung, sebagian besar indikator di tahun 2021 tercapai
sesuai rentang target yang ditetapkan. Target di tahun 2021 disesuaikan dengan
kondisi ekonomi global, nasional dan juga daerah yang masih terimbas Covid-19 dan
kembali disesuaikan berdasarkan hasil yang dicapai pada triwulan I-2021. Berdasarkan
hasil tersebut, maka penetapan target di 2022 sudah proved reasonable.
Dari semua indikator, hanya tingkat pengangguran terbuka yang masih cukup tinggi
karena masih terdampak usaha yang masih lesu selama masa pemulihan ekonomi.
Untuk itu pemerintah daerah perlu berfokus pada perluasan lapangan pekerjaan
dengan mengptimalkan anggaran dan program yang dapat meningkatkan investasi
diantaranya dengan semakin mempermudah perijinan usaha dan memberikan insentif
bagi pengusaha yang membuka usahanya di Lampung. Bantuan permodalan bagi
lulusan sekolah/ universitas yang ingin membuka usaha juga perlu ditingkatkan karena
akses mereka terhadap permodalan cukup terbatas. Biasanya perbankan
22
mensyaratkan usaha sudah berdiri minimal 6 bulan untuk memperoleh pinjaman modal
dari bank. Berikut ikhtisar kinerja makroekonomi tahun 2021 di Provinsi Lampung:
1. Pertumbuhan Ekonomi Lampung tahun 2021 sebesar 2.79%, lebih rendah
dibanding pertumbuhan nasional sebesar 3.69%, namun demikian masih dalam
batas target yang telah ditetapkan. Dibanding tahun 2020 perekonomian Lampung
mulai tumbuh setelah pada tahun 2020 terkontraksi 1,67% karena pandemi Covid-
19.
2. Inflasi pada bulan Desember 2021 mencapai 2.19 lebih tinggi dibanding inflasi
nasional sebesar 1.87, namun demikian masih dalam batas target yang ditetapkan
dalam KUPA 2021 sebesar 2-4%. inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan,
minuman, dan tembakau.
3. Pendapatan Perkapita, sampai dengan saat buku ini disusun belum ada release
dari BPS terkait pendapatan per kapita tahun 2021, sehingga data diatas masih
memakai realisasi tahun 2020.
4. Tingkat pengangguran di Lampung pada akhir tahun 2021 mencapai 4.69% lebih
rendah dari nasional sebesar 6.49%. Lapangan pekerjaan yang mengalami
penurunan persentase terbesar adalah pertanian (1,73% poin). Sedangkan
lapangan usaha yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja
terbesar yaitu di lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum naik
sebesar 0,6% poin.
5. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Lampung sebesar 12.67%, masih dalam
batas target, namun demikian masih lebih tinggi dari kemiskinan nasional sebesar
9.71%. Kantong utama pengangguran dalah pedesaan.
6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2021 mengalami peningkatan
dibanding tahun sebelumnya namun masih dibawah capaian nasional. Pemda
perlu mengakselerasi capaian IPM agar mencapai status tinggi seperti nasional.
7. Indeks Gini pada Provinsi Lampung lebih rendah daripada nasional yaitu 0.314
sedangkan nasional 0.384 dan masih dalam batas target yang ditetapkan.
8. Nilai Tukar Petani Provinsi Lampung melebihi target yang ditetapkan pada KUPA
2021 yaitu sebesar 106.29 namun demikian masih dibawah nasional yaitu sebesar
108.34. Kedepannya target perlu ditingkatkan untuk segera mengejar ketertinggaln
dari rata-rata nasional.
23
BAB III
ANALISIS FISKAL REGIONAL
3.1. PELAKSANAAN APBN TINGKAT PROVINSI
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lingkup Provinsi Lampung
tahun 2021 mencatat defisit sebesar Rp21,86 triliun atau naik sebesar 0,10%
dibandingkan tahun 2020. Penerimaan negara tumbuh sebesar 14,16%. Penerimaan
perpajakan masih menjadi sumber pendapatan yang dominan dengan kontribusi
sebesar 88,42% atau sebesar Rp8,57 triliun dari total penerimaan sebesar Rp9,69
triliun,tumbuh 22,25%. Sementara penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
menyumbang 10,80% atau sebesar Rp1,05 triliun, tumbuh 13,42% disbanding tahun
sebelumnya. Penerimaan hibah menyumbang 0,78% atau sebesar Rp75,64 miliar turun
86,42% dari penerimaan hibah tahun 2020. Kenaikan defisit periode tahun 2021
disebabkan terjadinya kenaikan pada belanja negara baik pada belanja pemerintah
pusat maupun pada transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) dibandingkan tahun
2020, meskipun sisi penerimaan terjadi kenaikan.
Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Lampung
(Miliar rupiah)
2019 2020 2021
i-Account (Miliar Rupiah) PAGU REALISASI % PAGU REALISASI % PAGU REALISASI % % Growth
REALISASI REALISASI REALISASI 2020-2021
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 10,790.26 9,288.95 86.09% 7,755.98 8,490.24 109.47% 8,855.78 9,692.14 109.44% 14.16%
Penerimaan Perpajakan 10,071.11 8,213.99 81.56% 7,046.80 7,009.98 99.48% 8,120.89 8,569.36 105.52% 22.25%
Penerimaan Negara Bukan Pajak 136.22% 130.18% 1,047.15 142.49% 13.42%
Hibah 719.15 979.62 - 709.18 923.24 734.90 -86.42%
- 95.33 - 557.03 - - 75.64 -
BELANJA NEGARA 34,469.99 33,191.36 96.29% 31,013.83 30,327.06 97.79% 31,764.66 31,549.84 99.32% 4.03%
BELANJA PEMERINTAH PUSAT (BPP) 11,594.70 10,936.48 94.32% 9,584.97 9,110.53 95.05% 10,631.36 10,177.40 95.73% 11.71%
Belanja Pegawai 3,704.07 3,626.49 97.91% 3,723.09 3,669.75 98.57% 3,719.02 3,742.08 100.62% 1.97%
Belanja Barang 4,796.62 4,389.87 91.52% 4,015.44 3,686.62 91.81% 3,346.85 3,149.51 94.10% -14.57%
Belanja Modal 3,076.14 2,902.25 94.35% 1,825.61 1,733.72 94.97% 3,539.21 3,259.54 92.10% 88.01%
Belanja Bantuan Sosial 17.88 17.87 99.94% 20.83 20.43 98.08% 26.28 26.27 99.98% 28.57%
Belanja Hibah - - - - - - - -
Belanja Lain-Lain - - - - - - - - - -
Belanja Pembayaran Bunga Utang - - - - - - - - - -
Belanja Subsidi - - - - - - - - - -
- -
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (TKDD) 22,875.29 22,254.88 97.29% 21,428.87 21,216.53 99.01% 21,133.30 21,372.44 101.13% 0.73%
TRANSFER KE DAERAH 20,448.18 19,830.66 96.98% 19,001.13 18,790.21 98.89% 18,692.14 18,932.15 101.28% 0.76%
Dana Perimbangan 20,245.00 19,627.48 96.95% 18,529.40 18,318.48 98.86% 18,415.75 18,655.76 101.30% 1.84%
Dana Transfer Umum 14,070.70 13,961.74 99.23% 12,821.93 12,743.51 99.39% 12,490.16 12,911.22 103.37% 1.32%
Dana Bagi Hasil 82.85% 99.91% 188.71% 52.73%
Dana Alokasi Umum 635.23 526.28 100.00% 586.99 586.46 99.36% 474.65 895.71 100.00% -1.16%
Dana Transfer Khusus 13,435.46 13,435.46 91.76% 12,234.94 12,157.06 97.68% 12,015.51 12,015.51 96.94% 3.04%
Dana Alokasi Khusus Fisik 6,174.30 5,665.73 86.98% 5,707.47 5,574.97 93.47% 5,925.59 5,744.54 93.65% 13.83%
Dana Alokasi Khusus Nonfisik 2,020.67 1,757.52 94.09% 1,559.37 1,457.57 99.26% 1,771.66 1,659.16 98.35% -0.78%
Dana Insentif Daerah 4,153.63 3,908.22 100.00% 4,148.10 4,117.40 100.00% 4,153.92 4,085.38 100.00% -41.41%
Dana Insentif Daerah 100.00% 100.00% 100.00% -41.41%
Dana Otsus dan DIY 203.18 203.18 - 471.73 471.73 276.39 276.39 -
Dana Otonomi Khusus 203.18 203.18 - 471.73 471.73 - 276.39 276.39 - -
Dana Tambahan Otonomi Khusus Tambahan - - - -
Dana Keistimewaan DIY - - - - - - - - - -
- - - - - - - -
- - - - - -
- - - - - -
DANA DESA 2,427.11 2,424.22 99.88% 2,427.74 2,426.32 99.94% 2,441.16 2,440.29 99.96% 0.58%
Dana Desa 2,427.11 2,424.22 99.88% 2,427.74 2,426.32 99.94% 2,441.16 2,440.29 99.96% 0.58%
SURPLUS/DEFISIT (23,679.73) (23,902.41) 100.94% (23,257.85) (21,836.82) 93.89% (22,908.88) (21,857.70) 95.41% 0.10%
PEMBIAYAAN -
Penerimaan Pembiayaan - - - - - - - - - -
Pengeluaran Pembiayaan - - - - - - - - - -
- - - - - - - - -
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) (23,679.73) (23,902.41) 100.94% (23,257.85) (21,836.82) 93.89% (22,908.88) (21,857.70) 95.41% 0.10%
Sumber Kanwil Pajak Bengkulu Lampung ,Kanwil Bea Cukai Sumatera Bagian Barat dan OMSPAN (data diolah)
24
Realisasi belanja negara mencapai sebesar Rp31,55 triliun atau 99,32% dari total
alokasi pagu sebesar Rp31,76 triliun, lebih tinggi 4,03% dibandingkan dengan tahun
2020, dengan rincian realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp10,18 triliun atau
95,73% dari alokasi pagu sebesar Rp10,61 triliun, tumbuh sebesar 11,71% sementara
realisasi penyaluran dana transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) sebesar Rp21,37
triliun atau 101,13% dari alokasi pagu sebesar Rp21,13 triliun, tumbuh sebesar 0.73%
dari tahun 2020.
3.1.1. Pendapatan Negara Grafik 3.1 Penerimaan Negara (miliar Rupiah)
Realisasi penerimaan negara tahun 2021 di Grafik 3.1. Perkembangan Penerimaan Negara
Provinsi Lampung melampau target yaitu (Milyar rupiah)
mencapai sebesar Rp9,69 triliun atau
108,59% dari target penerimaan sebesar
Rp8,86 triliun diluar hibah, tumbuh sebesar
21,22% dibandingkan dengan tahun 2020.
Peningkatan penerimaan negara terjadi
pada penerimaan perpajakan maupun
pada PNBP, sedangkan penerimaan hibah
mengalami penurunan. Penerimaan Sumber : OMSPAN data diolah
perpajakan masih mendominasi terhadap
kontribusi penerimaan negara yaitu 88,42% atau sebesar Rp8,57 triliun dari
total penerimaan sebesar Rp9,69 triliun, sementara penerimaan negara bukan
pajak (PNBP) menyumbang sebesar 10,80% atau sebesar Rp1,05 triliun,
dan penerimaan hibah menyumbang sebesar 0,78% atau sebesar Rp75,64
miliar.
3.1T.1a.b1el 3P.2e. nPderakpemabtaanngPanePrpenaejarimkaann Perpajakan (Miliar rupiah)
Total penerimaan perpajakan tahun 2021 di Provinsi Lampung tumbuh sebesar 22,55%
Jenis Pajak TA 2019 TA 2020 TA 2021 dibandingkan tahun 2020,
PPh 3,422.99 2,953.68 2,827.74
PPN 3,278.59 3,159.15 3,251.52 dengan penerimaan
PBB 122.27 139.78 151.43
Cukai 0.16 0.28 0.09 perpajakan mencapai
Pajak Lainnya 89.26 97.74 138.10
Pajak Perdagangan Internasional 1,300.88 659.64 2,200.48 sebesar Rp8,57 tirliun atau
105,52% dari target
penerimaan pajak sebesar
Jumlah Total 8,213.99 7,009.98 8,569.36 Rp8,12 triliun. Kenaikan
Sumber : OMSPAN data diolah penerimaan pajak terjadi
hampir pada semua komponen kecuali pada pajak penghasilan (PPh) yang mengalami
25