The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Antologi Cerita Anak_ Sang Inspirasi (1)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by perpustakaansman3kuala, 2023-05-05 00:35:07

Antologi Cerita Anak_ Sang Inspirasi (1)

Antologi Cerita Anak_ Sang Inspirasi (1)

Asosiasi Guru Belajar


2 | Asosiasi Guru Belajar Sang Inspirasi (Antologi Cerita Anak) Copyright © CV Jejak, 2020 Penulis: Asosiasi Guru Belajar ISBN: 978-623-247-860-2 ISBN: 978-623-247-861-9 (PDF) Editor: Evi Trinovita, S.Pd. Panitia Cerita Pendek Rugi Astutik (Ketua), Sri Lestari (Pembimbing), Evi Trinovita, S.Pd. (Editor), Anggira Devia, ACA (Ilustrator), Gary Sanjaya putra, S.Pd (Sekretaris), Mohammad Isa Fifta Usi, S.Pd., Gr. (Creator e-book) Ilustrator Alpin Tandi, Desi Rosmawati, Fatimah Az-Zahrah, Gitashandria Sarisha, Hening Saraswati, Jeremy Randolph, Kirana Saraswati, Padma Danti Umayi, Rahmita Razzak, Rizki Putra Solihin, Savira Oktari, & Siti Nurhayati. Penyunting dan Penata Letak: Tim CV Jejak Desain Sampul: Freepik Penerbit: CV Jejak, anggota IKAPI Redaksi: Jln. Bojong genteng Nomor 18, Kec. Bojong genteng Kab. Sukabumi, Jawa Barat 43353 Web : www.jejakpublisher.com E-mail : publisherjejak@gmail.com Facebook : Jejak Publisher Twitter : @JejakPublisher WhatsApp : +6281774845134 Cetakan Pertama, Januari 2021 125 halaman; 14 x 20 cm Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit maupun penulis


Sang Inspirasi | 3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan buku antologi cerita anak. Penulis telah berusaha maksimal untuk menyuguhkan karya terbaik. Antologi cerita anak kedua ini adalah kumpulan cerita yang sederhana tetapi memiliki nilai moral dan pesan untuk anak-anak yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita ini ditulis oleh anggota Asosiasi Guru Belajar yaitu para guru seIndonesia. Semoga antologi cerita anak ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan menginspirasi bagi Pembaca. Jakarta, 14 Desember 2020 Rugi Astutik


4 | Asosiasi Guru Belajar Daftar Isi Kata Pengantar ................................................3 Daftar Isi ........................................................4 1. Nina Si Kelinci Karya : Dies Aiga Ervinna S. .......................6 2. Kurik Kebanggaan Pak Tino Karya: Deswati, M.Pd ............................... 13 3. Indahnya Berbagi Karya: Elfi Roza ...................................... 20 4. Persahabatan Musang dan Kucing Karya: Erlis Nurul Qamari......................... 26 5. Persahabatan Rusa Dan Kijang Karya: Fenny Setiati ................................. 32 6. Bedo dan Bedi Karya: Halipah......................................... 39 7. Si Kupi Bidadari, Tersesat Karya: Hamidah Rumallah ......................... 46 8. Persahabatan Lala dan Upi Karya : Jazilatul Ula................................. 53 9. Moci Si Beruk Buruk Rupa Karya: Kanti Warih Ade Indriani................ 60


Sang Inspirasi | 5 10.Tuan Ronald Kesayangan Obit Karya: Mega Adyna Movitaria.....................68 11.Si Hitam Karya: Nunuk Moengil...............................75 12.Si Manis Yang Malang Karya: Rema Yanti....................................82 13.Persahabatan Tikus dan Tupai Karya : Rahmat ........................................90 14.Bens, Siempus, dan Shankara Karya: Siti Khusnul Khotimah....................96 15.Cicak dan Kelima Anaknya Karya: Siti Masitoh ................................. 103 16.Persahabatan Belalang Karya : Sucipta....................................... 110 17.Hari Si Penyelemat Karya: Syafitri Liyani.............................. 116


6 | Asosiasi Guru Belajar Nina Si Kelinci Karya : Dies Aiga Ervinna S.


Sang Inspirasi | 7 i suatu padang rumput bernama padang Pelangi, hiduplah kawanan kelinci. Salah satunya bernama Nina. Nina, seekor kelinci kecil, senang bermain dengan temantemannya di padang tersebut. Banyak tanaman dan rumput yang berwarna warni tumbuh subur di sana. Kupu-kupu berterbangan menambah keindahan membuat Nina dan teman-temannya ingin bermain lebih lama. Sore menjelang malam, ibu Nina menghampiri agar segera pulang. “Ayo pulang, Nina! Hari mulai malam!” panggil ibu. “Iya, Bu.” Jawab Nina. Nina mendekati ibunya dengan memasang muka cemberut seraya berkata, “Kenapa sih ibu selalu memanggilku untuk pulang? Aku bisa pulang sendiri. Emangnya aku anak kecil?” tanya Nina kesal. “Maafkan ibu, Nina. Ibu hanya khawatir karena takut terjadi apa-apa dengan Nina.” Jawab ibu. “Ibu kebiasaan deh. Lagipula enggak terjadi apa-apa kan?” kata Nina meninggalkan ibunya di belakang. D


8 | Asosiasi Guru Belajar Sepanjang perjalanan, Nina dan ibu tidak berbicara sepatah kata pun. Sesampainya di rumah, ayah sudah menunggu. Ibu segera menyiapkan makan malam. Saat makan malam bersama, suasana begitu hening. Ayah menyadari ada yang hal yang tidak seperti biasanya dan mulai membuka topik pembicaraan. “Ehem. Bagaimana bermainmu tadi, Nina? Apakah menyenangkan?” tanya ayah. Nina menatap ayah sambil berkata, “Tadi sangat menyenangkan. Sampai ibu datang dan menyuruh pulang. Kenapa sih setiap aku main harus selalu dijemput? Tidak seperti temantemanku yang bisa pulang sendiri. Ibu enggak sayang dengan aku, ya? Aku ga diizinin main sepuasnya!” “Bukan tidak boleh, Nina. Ibu dan ayah khawatir kalau terjadi apa-apa denganmu. Apalagi sekarang sedang musim hujan,” kata ayah. “Ibu dan ayah sama saja. Aku sudah selesai makan. Aku mau tidur,” kata Nina agak kesal dan langsung menuju tempat tidur. Ibu dan ayah


Sang Inspirasi | 9 hanya menghela napas. Ibu menatap Nina dari kejauhan dengan sedih. Keesokan harinya, Nina pergi bermain dengan teman-teman dan pamit kepada ibu. “Hati – hati ya, Nina. Hari ini tampaknya akan turun hujan,” kata ibu. Akan tetapi, Nina tidak menjawab dan langsung pergi. Nina senang sekali bisa bermain dengan teman-temannya. Mereka berlompatan riang gembira di Padang Pelangi. Cuaca seperti hendak turun hujan. Nina teringat pesan ibu tetapi tidak menghiraukannya. Hingga muncul seekor kupukupu yang cantik menarik perhatian Nina. Nina mendekati kupu-kupu tersebut dan ingin menangkapnya. Kupu-kupu itu terbang semakin jauh. Namun, Nina tanpa sadar mengejar kupukupu tersebut hingga masuk ke dalam hutan semak yang jauh dari Padang Pelangi. Kupukupu itu hilang dari pandangan. Nina pun tersadar dan merasa bahwa dirinya tersesat. “Aku ada di mana?” tanya Nina dalam hati mulai cemas.


10 | Asosiasi Guru Belajar Ia berputar-putar mencari jalan keluar tetapi tak menemukannya. Hingga ia melihat sebuah cahaya seperti jalan keluar. “Ini pasti jalan keluar ke Padang Pelangi. Tuh kan aku bisa pulang sendiri.” Gumam Nina agak menyombongkan dirinya. Nina menghampiri cahaya tersebut. Bukan jalan keluar menuju Padang Pelangi yang ia tuju melainkan jalan menuju sungai yang deras. Nina terkejut dan hampir terpeleset terbawa arus sungai. Tiba-tiba turun hujan lebat diiringi petir yang menyambar. “Tolong! Aku takut! Siapa pun tolong aku!” teriak Nina yang ketakutan dan menggigil kedinginan. Nina kembali masuk ke hutan semak mencari jalan keluar yang lain, tetapi tak menemukan. Ia mulai menangis. Ia teringat pesan ibunya tadi pagi ketika hendak bermain. Ia sedih karena sudah marah kepada ibu dan ayahnya. “Ibu, ayah… Maafkan aku… Aku berjanji akan menuruti kata-kata ibu dan ayah. Aku mau


Sang Inspirasi | 11 pulang. Aku takut. Hu hu hu …” kata Nina sambil menangis dan menutup kepala agar tidak kehujanan.Nina yang kelehahan mulai tak sanggup melanjutkan perjalanan hingga mendengar ada suara yang memanggilnya dari kejauhan. “Nina… Nina… Di mana kamu, Nina?” “Ibu? Ayah? Apakah aku bermimpi?” tanya Nina pelan. “Nina… Nina… Di mana kamu, Nak?” “Ibu? Ayah? Itu seperti suara ibu dan ayah. Aku tidak mungkin mimpi.” Nina kemudian bangun dan berteriak. “Ibu! Ayah! Aku di sini!” Kemudian ia melihat ibu dan ayahnya datang menjemput. Ibu langsung memeluk Nina dengan erat dan menangis. “Nina, kamu tidak apa – apa?” tanya ibu. “Aku tidak apa-apa. Maafkan aku. Aku sudah salah dengan ibu dan ayah. Aku takut. Hu hu hu.” Kata Nina sambil menangis dipelukan ibu. “Tidak apa-apa. Ibu dan ayah tidak akan marah karena Nina adalah kesayangan ibu dan ayah. Kita pulang ya.” Kata ibu. “Iya, ibu.” Kata


12 | Asosiasi Guru Belajar Nina. Mereka pun pulang. Nina menyadari bahwa kekhawatiran ibu dan ayah adalah karena mereka sangat menyanyanginya.


Sang Inspirasi | 13 Kurik Kebanggaan Pak Tino Karya: Deswati, M.Pd


14 | Asosiasi Guru Belajar urik mengepak-ngepakan sayapnya sambil melantukan suara merdunya tanda bahagianya pagi itu, “Kukuruyuuuuuuuk ”. Setiap pagi pak Tino menjemur Kurik di halaman rumahnya. Tubuhnya tinggi, bulunya hitam bercampur kuning dan sedikit merah. Bulunya terlihat mengkilat, karena pak Tino rajin memandikan dan menjemurnya. Tidak seluruh tubuh Kurik ditutupi bulu. Jengger dan pialnya mulai tumbuh. Kurik si ayam Bangkok. Pak Tino memperkenalkan Kurik ke gelanggang laga ayam di kampungnya. Hampir setiap sore Kurik dibawa pak Tino. Kurik selalu membalas sapaan ayam-ayam yang lain ketika sudah sampai di gelanggang dengan suara merdu “Kukuruyuuuk ”. Itulah yang membanggakan pak Tino. Malam itu sebelum tidur. Kurik bersama keluarga di kandangnya bercerita. “Aku, sore tadi dibawa pak Tino ke gelanggang. Disana K


Sang Inspirasi | 15 banyak sekali temanku yang gagah dan berani”, cerita Kurik dengan keluarganya. Ayam betina Ibu Kurik bertanya padanya, “Apakah kamu sudah pernah disuruh berlaga oleh pak Tino?”. “Belum bu. Aku menonton saja”, jawab Kurik. Ibu Kurik khawatir dengan anaknya. Malam itu ibu kurik tak bisa tidur. Ia selalu memikirkan anaknya. Kurik jatuh pingsan di Arena gelanggang. Pak Tino membawanya pulang. Tubuh Kurik menggigil kedinginan. Ibu kurik memeluknya, dan mengusap keningnya. Dia berdoa, semoga Pak Tino tidak lagi membawanya. “Kukuruyuuuuuuk ,”. Hari sudah pagi. Kurik bernyanyi. Dan Ibu Kurik terbangun, “Oh, ternyata aku bermimpi”. Sore itu pak Tino, mendaftarkan Kurik untuk berlaga di gelanggang ayam di kampungnya. Pak Tino berkata pada ayam jagonya, “Kurik, kamu besok berlaga ya?! Bapak sudah daftarkan kamu di gelanggang”. Kurik menyahut, “Kukuruyuuuuuuuk ”. Pak Tino senang mendengar sahutan ayamnya itu. Lalu ia


16 | Asosiasi Guru Belajar melanjutkan perkataannya, “Besok kamu harus tampak gagah menghadapi lawanmu”. Kurik menyahut lagi, “Kukuruyuuuu uk”. Hati Pak Tino semakin senang. Dia berharap Kuriknya mendapat juara di Arena laga nanti. Malam itu Kurik menghampiri Ibunya. Ia menceritakan bahwa lusa sore ia akan dibawa pak Tino lagi. Kurik memulai ceritanya. “Ibu, aku besok dibawa Pak Tino ke gelanggang, tapi kali ini aku di suruh bertanding, Bu”. Ibu Kurik terdiam. Ia teringat akan mimpinya kemarin dan bertanya dalam hati, “Ya Tuhan, jangan-jangan mimpiku jadi kenyataan?”. “Kukuruyuuuuuk ”, Kurik memanggil ibunya. Dalam hatinya pun bertanya, “Mengapa Ibuku terdiam mendengar cerita Kuya?”. Ibu Kurik memulai perkataannya “Koteeek-koteeeek, sebenarnya ibu sangat takut, Kurik. Ibu khawatir kamu akan celaka nanti di arena laga karena tidak jago menghadapi lawanmu itu”. “Iya, Bu. Aku sebenarnya juga takut, Bu. Tapi bagaimana lagi? Pak Tino menyuruhku untuk berlaga. Jika aku


Sang Inspirasi | 17 menolaknya, nanti aku akan dijual ke pasar. Lalu aku akan disembelih. Aku tak mau berpisah dengan Ibu. Kukuruyuuuuuk ”. Adik Kurik mendengar pembicaraan Ibunya dengan kakaknya. Adik kurik belum begitu lancar berbicara, ia menyahuti perkataan Kurik. “kuruyuuk-kuruyuuuk , kakak takut ya?”, kata Adik Kurik. “Tidak adikku sayang. Kakak hanya nervous saja, karena Ibu kurang setuju dengan rencana pak Tino ini”, jawab Kurik. Demikian percakapan keluarga ayam malam itu. Pagi sekali Pak Tino sudah mengeluarkan ayam jagonya dari kandangnya. Ia memandikan Kurik dan menjemurnya. Setelah itu Kurik diberi makan spesial, jagung super. Berbeda dengan makanan keluarganya. Pak Tino berkata pada ayam jagonya, “Makan yang banyak ya! Biar kamu nanti sore berlaga dengan gagah. Tenagamu menjadi kuat untuk berlaga”. “Kukuruyuuuuuk ”, Kurik menjawab perkataan pak Tino.


18 | Asosiasi Guru Belajar Sore itu pak Tino bertanya pada Kurik, “Hello , ayam jago. Apa kamu sudah siap berlaga?”. “Kukuruyuuu uuk”, jawab Kurik dengan lantang dan gagah. Hati Pak Tino bahagia. Pak Tino dan Kurik pun berangkat menuju gelanggang. Sesampainya di gelanggang, Kurik langsung dihadapkan pada lawannya. Kurik ternyata dapat undian pertama. Pluit berbunyi, tanda laga dimulai Pak Tino melepaskan Kurik, dan mulailah dua ekor ayam jago berlaga di Arena gelanggang itu. Kurik mematuk dan mencakar ayam jago lawannya. Pertandingan berlangsung 5 menit, dan akhirnya Kurik menang. Ia berhasil menumbangkan lawannya. Pak Tino bersorak gembira dan berkata “Horeeeeeeee, kamu memang kebanggaanku Kurik”. “Kukuruyuuuuuuuuuk ”, Kurik menjawab sambil mengepakan sayapnya. Para penonton memandang Kurik sambil tersenyum. Malam harinya Kurik bercerita kepada ibunya, “Ibu, aku menang melawan ayam jago di


Sang Inspirasi | 19 gelanggang. Tapi Bu, aku juga kasihan melihat lawanku itu. Aku mencakar dan mematuknya, Ia tersungkur dan tak bergerak lagi, Bu. Aku jadi pemenangnya, Bu”. “Iya, Nak. Pasti ibunya menangis melihat keadaan anaknya. Kasihan sekali ya, Nak? Semoga tidak terjadi padamu hal seperti itu. Ayo, kita istirahat. Kamu lelah setelah berlaga tadi sore”, kata ibu Kurik. Kurik pun menjawab, “Kukuruyuu uuuk”. Mereka pun lalu tidur dengan nyenyak.


20 | Asosiasi Guru Belajar Indahnya Berbagi Karya: Elfi Roza


Sang Inspirasi | 21 lin adalah seekor kelinci yang cantik. Kulitnya putih dan bersih. Elin mempunyai sifat yang rendah hati. Elin selalu disukai oleh teman-temannya karena sifatnya yang selalu rendah hati. Ia selalu menolong teman yang mengalami kesusahan. Elin adalah kelinci yang pintar. Bu guru pun sayang kepada Elin karena ia selalu menjadi yang pertama menyelesaikan tugas dengan baik. Tak hanya itu, ia juga membantu teman-teman apabila ada yang kesulitan dalam mengerjakan tugas. Berbanding terbalik dengan si Mera, seekor burung merak yang cantik dan molek. Semua yang melihatnya akan mengaguminya karena kemolekannya. Bulu ekor yang panjang berwarna-warni sehingga tidak ada yang menandingi keindahan bulu ekornya. Ditambah lagi Mera adalah anak orang kaya. Kelebihannya itulah yang membuat si Mera menjadi sombong. Ia ingin semua teman yang ada di kelasnya mengikuti apa yang ia katakan. Mera sering E


22 | Asosiasi Guru Belajar menyuruh teman-teman untuk membawakan tasnya ke dalam kelas bak seorang putri raja. Sekedar minta dibelikan kue di kantin, bahkan tak tanggung-tanggung sampai ia juga menyuruh temannya untuk membuatkan tugas sekolah dengan berdalih akan mentraktir temannya di kantin. Sebut saja teman itu si Koko tupai. Pada suatu pagi Elin melihat Mera duduk sendiri tidak seperti biasanya, tiba-tiba Mera menyapa Elin. “Lin!”, sapa Mera tiba-tiba. Pada waktu itu ada si Koko juga, dalam hati Koko, Mera akan menyuruh Elin pula. “Aku ada perlu”, kata Mera. “Ada apa? Ada yang bisa aku bantu?”, tanya Elin. Mera tersenyum, “Tak lama lagi adalah hari ulang tahunku. Aku akan merayakannya dengan pesta yang sangat meriaaah. Bisakah kamu membantuku untuk mengundang teman-teman ke pestaku?”, ujar Mera dengan lagak angkuhnya itu. Melihat lagak Mera yang sombong itu, sebenarnya Elin enggan untuk menolongnya.


Sang Inspirasi | 23 Tapi Elin ingin menyadarkan Mera. Elin mengangguk angguk, sambil berkata, “Kapan dan di mana acara ulang tahunmu?”, tanya Elin. “Minggu depan, di halaman rumahku. Aku ingin pesta ulang tahunku ini meriah dan ramai. Aku ingin mengundang semua teman-teman di sekolah ini”, jawab Mera. “Baik, aku akan membantumu. Kamu siapkan saja undangannya, biar aku bantu membagikan ke teman-teman”, ujar Elin menyanggupi. Mera pun mengucapkan terima kasih sebelum meninggalkan Elin dan Koko. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Mera sangat senang di hari ulang tahunnya. Mera mengenakan pakaian yang paling bagus. Dia terlihat sangat cantik sekali dengan baju itu bak seorang putri raja. Elin mendekati Mera, sambil mengucapkan selamat kepada Mera. “Selamat ulang tahun ya, Mer. Kamu cantik sekali”, kata Elin sambil tersenyum. “Terima kasih, Lin”, ujar Mera pada Elin. “Bagaimana kalau kita mulai saja


24 | Asosiasi Guru Belajar acaranya?, tanya Elin pelan. “Loh? Kan belum semuanya datang. Sepertinya baru separuh yang datang”, jawab Mera. Mera pun berdiri menyambut tamu seperti seorang putri. Sangat mengesankan sekali. Pada saat acara dimulai, Mera melihat ke semua temannya. Tampak beberapa teman yang sering ia lihat di sekolah, tetapi ada juga beberapa teman yang tidak yang ia kenal. “Sebagian teman-teman sekolah kita, sebagian lagi anak panti asuhan”, ujar Elin tanpa dimintai penjelasan. “Kamu apa-apaan, Lin? Aku menyuruh kamu untuk mengundang temanteman sekolah. Bukan anak-anak panti asuhan yang kumal-kumal ini”, jawab Mera dengan nada tinggi. Ia terlihat marah sekali kepada Elin. Elin tersenyum sambil berkata, ”Mer, aku minta maaf sebelumnya. Aku sengaja mengundang teman-teman panti asuhan ini, karena aku ingin kamu juga berbagi dengan mereka. Mereka juga teman kita yang tak seberuntung kamu. Kamu memiliki semuanya.


Sang Inspirasi | 25 Orangtua, harta, kemewahan. Apa yang kamu inginkan semua bisa terpenuhi, tidak seperti mereka yang tak memiliki orangtua, tinggal di panti yang biasa dengan keterbatasan. Apa salahnya kamu berbagi sedikit kepada mereka”, ujar Elin kepada Mera. Mera tertunduk malu mendengar nasehat yang disampaikan Elin kepadanya. Mera menyadari betapa selama ini ia sudah terlalu sombong dengan kemewahan yang ada padanya tanpa memikirkan orang yang di sekelilingnya. “Terima kasih, Lin. Kamu memang sahabat yang baik. Kamu sudah mengingatkan aku untuk selalu berbagi kepada yang lain”. Kemudian mereka berpelukan dan Elin sangat bahagia sekali karena Mera sudah sadar akan kekhilafannya.


26 | Asosiasi Guru Belajar Persahabatan Musang dan Kucing Karya: Erlis Nurul Qamari


Sang Inspirasi | 27 uatu sore, seekor kucing berlari terburuburu untuk segera pulang ke rumah. Seperti biasanya setelah mendengar suara deru sepeda motor Pak Jono, si Miming juga akan segera pulang ke rumah untuk makan sore. “Wah, enak nih. Pak Jono sudah pulang dan ini adalah waktu ku makan. Hmmm, Pasti Pak Jono akan membawakanku makanan seperti biasa”, gumamnya. Ketika sampai di halaman rumah Pak Jono, betapa si Miming terkejut. Ia sampai mengucekngucek mata meyakinkan apakah yang ia lihat benar atau tidak. Tapi ternyata benar. Ia tidak bermimpi. Sebenarnya apa sih yang dilihat si Miming ? Miming melihat Pak Jono menurunkan sebuah kandang besi dari sepeda motornya. Kandang itu terlihat tidak terlalu besar . “Apakah itu untukku ?”, gumamnya. “Wah ..apa itu? Mengapa ada hewan kecil disitu?”. Si Miming terus memperhatikan Pak Jono S


28 | Asosiasi Guru Belajar menurunkan kandang besi itu dan membawanya masuk ke ruangan belakang rumah Pak Jono. . Miming segera mengikuti Pak Jono. Didengarnya ada suara teriakan kecil seperti suara hewan yang kelaparan. “Aku tidak suka dia”, sungutnya. Dengan cekatan Pak Jono menurunkan kandang itu dan mengeluarkan seekor hewan kecil sebesar telapak tangan Pak Jono. Pak Jono mengusap-usap punggung hewan kecil itu dan membawanya ke ruang keluarga. Kedengarannya makhluk kecil itu terus berteriak. Pak Jono harus menggunakan kain untuk memegang nya. “Eh ayah, apa itu? Oohh lucu sekali”, teriak anak bungsu Pak Jono saat melihatnya. Dia berusaha memegangnya, tapi tidak jadi karena takut akan dicakarnya. “Wah, kukunya juga Panjang, seperti aku”, gumam si Miming. “Oh, dia menangis terus, mungkin dia lapar”, kata Pak Jono yang segera mengambil dot kucing. “Aku tahu. Karena aku dulu waktu kecil juga disusukan dengan dot kecil itu oleh Pak


Sang Inspirasi | 29 Jono. Tapi aku tidak suka. Aku lebih suka menjilat susu dari mug susu”, ingatan si Miming kembali ke masa dia kecil dulu. “Hmm... rakus sekali hewan itu”. Dilihatnya hewan itu minum susu dari dot dengan lahapnya. Setelah kekenyangan, hewan itu kelihatan mengantuk dan Pak Jono segera meletakkannya di kandang dengan alas kain yang nyaman. “Dia sudah tidur”, Miming bergumam. “Sebenarnya hewan apa sih itu? Aku jarang melihatnya di sekitar sini”, si Miming kembali bertanya-tanya. Malam harinya setelah si Miming kenyang, Miming pun segera berbaring dan kemudian tertidur. Tiba tiba ia dikejutkan dengan suara teriakan hewan itu lagi, “Uh! Jadi pusing kepalaku mendengar suara teriakannya. Apakah dia lapar lagi?”. Kulihat Pak Jono terbangun dan tergesa-gesa ke kandang hewan itu untuk memberinya susu. “Wah! Seperti bayi kecil saja, ya!”, senyum si Miming. Miming pun segera


30 | Asosiasi Guru Belajar melanjutkan tidurnya setelah hewan kecil itu juga tertidur. Keesokannya paginya, keluarga Pak Jono terlihat bangun lebih awal. Mereka sibuk dengan hewan kecil itu. “Aku jadi tidak diperhatikan gara gara dia”, sungut si Miming. Setelah Miming sarapan, terlihat keluarga Pak Jono bermain bersama hewan kecil itu. Ia mendengarkan obrolan keluarga Pak Jono. Rupanya hewan itu adalah si anak Musang. Anak Pak Jono memanggilnya si Capo. “Huh! Aku tidak suka dengan si Capo. Dia sainganku di rumah ini! Aku akan memusuhinya”, dendam si Miming. Beberapa bulan berlalu, si Miming tetap tidak mau menyapa si Capo. Si Capo terlihat lebih gendut dan dia sudah jarang menangis lagi sekarang. Anak Pak Jono lebih sering bermain bersama si Capo. Keluarga Pak Jono sangat menyayangi si Capo. Selalu minum susu setiap hari dan diberi makan istimewa. Makanan yang disediakan untuk si Capo adalah daging ayam.


Sang Inspirasi | 31 Sementara itu, si Miming hanya diberi makan ikan asin. Kadang-kadang saja diberi makan ikan goreng segar. “Uh! Aku semakin benci dengan si Capo. Apakah aku pergi saja dari rumah?”, ucap si Miming dengan nada sedih. Siang itu, si Miming masih tidur-tiduran di kursi empuk Pak Jono. Tiba-tiba anak Pak Jono mendekatkan si Capo dengan si Miming. Miming pun berusaha menghindar. “Kalian harus berteman ya, Miming!”, ujar anak Pak Jono. “Kasihan si Capo. Ia tidak memiliki teman di rumah ini. Aku yakin kalian bisa jadi sahabat yang baik. Ya kan, Capo? Miming?”, sambungnya lagi sambil menatap si Miming. Ego si Miming perlahan menghilang, “Baiklah, akan kucoba bersahabat denganmu Capo”. “Ayo kita bermain gulat, Miming?!”, sahut Capo kegirangan. Sejak saat itulah, kami menjadi sahabat karib yang tidak terpisahkan.


32 | Asosiasi Guru Belajar Persahabatan Rusa Dan Kijang Karya: Fenny Setiati


Sang Inspirasi | 33 ijang dan Rusa telah menjadi sahabat sejak dulu. Hampir semua binatang mengetahui hal itu. Dan tak sedikit juga yang iri pada persahabatan Kijang dan Rusa. Keduanya saling mendukung dan saling menolong satu sama lain. Jika disitu ada Kijang, maka Rusa pun ada disitu. Begitupun sebalik nya. Kijang dan Rusa tidak pernah bertengkar. Mereka selalu baik-baik saja. Hal itu justru membuat beberapa binatang ingin memisahkan mereka. Suatu hari, Kijang dan Rusa mendengar kalau akan ada perlombaan yang akan dilaksanakan di dekat bukit. “Hey, Kijang! Rusa! Kemarilah!”, kata Burung Nuri yang hinggap di atas dahan pohon. Kijang dan Rusa segera menghampiri Burung Nuri tersebut. “Ada apa?”, tanya Rusa. “Aku ingin memberitahu kalian kalau besok akan ada perlombaan.”. “Perlombaan apa?”, kali ini Kijang yang bertanya. “Perlombaan siapa yang memiliki tanduk paling K


34 | Asosiasi Guru Belajar indah! Perlombaan itu diadakan besok di bukit”, kata Burung Nuri yang terbiasa menyampaikan berita-berita kepada binatang lainnya, “Pemenangnya akan mendapat hadiah!”. “Wah! Benarkah?”, tanya Rusa yang tertarik dan juga penasaran dengan hadiah atas perlombaan itu. “Benar, Rusa. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa membuktikannya sendiri!”, kata Burung Nuri sebelum akhirnya burung itu pergi. “Kijang, aku ingin mengikuti lomba itu”, kata Rusa. “Ya sudah. kamu ikutan saja. Aku yakin kamu akan menjadi juara nya”, ucap Kijang. Sebagai sahabat yang baik, sudah pasti Kijang akan mendukung Rusa. “Kamu juga harus ikut ya, Kijang”, kata Rusa. “Kalau aku ikut lomba itu, sudah pasti aku tidak akan menang”, kata Kijang. “Ayolah, Kijang, kamu ini pesimis sekali. Kalau semua binatang memiliki sifat pesimis sepertimu, pasti tidak akan ada binatang yang berani mencoba hal-hal baru”, kata Rusa yang berusaha membujuk Kijang. “Kita kan sahabat, masa aku ikut


Sang Inspirasi | 35 perlombaan, sedangkan kamu hanya menontonku saja?” Walau dikatakan sahabat yang tidak pernah bertengkar, Kijang dan Rusa memiliki sifat yang bertolak belakang. Kijang yang selalu pesimis dan tidak percaya diri sementara Rusa yang selalu percaya diri mengikuti perlombaan dimanapun. “Kijang, kamu mau kan ikut perlombaan itu bersamaku?”, tanya Rusa saat Kijang yang diam saja. Kijang berpikir sebentar sebelum akhirnya ia menyetujui ajakan Rusa untuk mengikuti perlombaan tersebut. Walau sebetulnya ia yakin kalau dirinya tidak akan menang, tapi demi membuat Rusa senang, Kijang menyetujui untuk mengikuti perlombaan tersebut. Keesokan harinya, kedua sahabat itu ke bukit tempat dimana diadakan lomba. Sudah banyak binatang-bintang yang ada disana. Kijang dan Rusa daftar menjadi peserta. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Kijang kemarin kalau Rusa lah yang akan menjadi


36 | Asosiasi Guru Belajar juara. Kijang melihat Rusa dengan bangga saat sahabat nya itu menerima hadiah. Lalu entah darimana datang nya, Harimau jahat menghampiri Kijang yang sedang melihat Rusa memenangkan perlombaan. “Hey, Kijang”, sapa si Harimau. “Sedang apa kamu disini?”. “Aku ikut perlombaan dengan sahabatku, Rusa.”. “Lalu?”. “Rusa memenangkan perlombaan. Sahabatku itu menang perlombaan ini”, jawab Kijang bangga. “Kamu ikut senang?”, tanya Harimau. “Iya. Aku ikut senang. Karena dia sahabatku”. Harimau itu menyeringai jahat. “Tahukah kamu, Kijang? Sahabatmu itu sengaja menyuruhmu mengikuti perlombaan ini. Dia ingin kau dipermalukan secara tidak langsung dalam lomba ini. Kau lihat lah sekitar, mereka semua memiliki tanduk-tanduk yang bagus dan indah. Tidak sepertimu”. Kijang tidak mengerti maksud ucapan Harimau. “Apa maksudmu, Harimau?”. “Aku pernah mendengar kalau Rusa membicarakanmu. Rusa bilang tandukmu tidak


Sang Inspirasi | 37 sebagus tanduk miliknya. Dan pastinya ia sengaja menyuruhmu mengikuti perlombaan ini karena ia tahu kau akan kalah”. Kijang terdiam mendengar perkataan Harimau. “Tidak, Kijang. Jangan dengarkan kata-kata Harimau jahat itu. Aku tidak pernah membicarakanmu. Apalagi menjelek-jelekkan tandukmu”, ucap Rusa yang kini berada tak jauh dari Kijang. “Kau lebih percaya aku atau sahabat jahat mu ini, Kijang?”, tanya Harimau pada Kijang. Ia yakin Kijang pasti akan mempercayai kata-katanya. Tetapi, ternyata jawaban Kijang mengejutkan Harimau, “Aku lebih percaya pada sahabatku”. “A-apa, maksudmu? Kau tidak percaya kata-kataku? Kau tidak percaya kalau Rusa ini jahat?!”. “Aku dan Rusa sudah bersahabat sejak dulu. Dia tidak mungkin membicarakanku dan menjelek-jelekkanku. Aku percaya padanya. Dia sahabat yang baik. Jadi kau jangan pernah mencoba merusak persahabatan kami”.


38 | Asosiasi Guru Belajar Harimau jahat itu pergi dengan perasaan kesal. Ia gagal membuat Kijang dan Rusa bertengkar. Padahal, ia ingin sekali persahabatan Kijang dan Rusa berakhir. Tapi ternyata Kijang terlalu percaya dengan persahabatan mereka. “Kijang, terima kasih karena tidak termakan omongan Harimau jahat itu”, kata Rusa. “Aku tidak akan pernah termakan omongan nya. Semua binatang disini tau kalau Harimau itu jahat. Jadi tidak ada alasan untuk aku mempercayainya”.


Sang Inspirasi | 39 Bedo dan Bedi Karya: Halipah Design by: Freepik


40 | Asosiasi Guru Belajar entari pagi baru saja menunjukkan wajahnya dari balik gunung. Alam pedesaan yang tadinya gelap sekarang sudah tampak keindahannya. Cahaya matahari menerangi seluruh alam. Hamparan sawah yang sudah dipanen meninggalkan tumpukan jerami di sana-sini. Menunggu untuk dibakar ataupun dimanfaatkan untuk membuat jamur. Seorang kakek tampak berjalan keluar dari gerbang desa. Kakek tua tidak sendiri, sepasang bebek menyertainya. Bebek petelur yang selalu menemani kakek di gubuknya. Bebek itu hampir setiap hari memberinya telur. Telur itu untuk dimakan bersama istrinya. Kadang-kadang telur itu dijual untuk membeli keperluan yang lain seperti beras, gula ataupun garam. Kakek sangat menyayangi kedua bebeknya. Dengan tekun dipelihara dan dirawat dengan kasih sayang. Kedua bebek itu diberi nama Bedo dan Bedi. Walaupun kakek hanya mempunyai dua ekor bebek tetapi saat musim panen tiba M


Sang Inspirasi | 41 kakek selalu rajin menggiring ke sawah-sawah yang habis panen. Kesempatan itu dipakai oleh Bedo dan Bedi untuk mencari makanan kesukaannya. Cacing yang besar dan hewan serangga lainnya. Setelah itu tentu saja Bedo dan Bedi berenang di sungai kecil yang jernih. Sungai yang terletak di samping kanan sawah milik penduduk. Bebek itu selain berenang untuk membersihkan bulu-bulunya juga bermain dengan bebek-bebek lain yang jumlahnya lebih banyak. Sementara bebeknya asyik bermain di air, kakek duduk di pinggir sungai sambil memperhatikan pemandangan di sekitarnya. Kwek..kwek..kwek...ramai terdengar suara bebek-bebek yang sedang bersenda gurau di atas air. Bedo dan Bedi bergabung dengan bebek yang lain. Mereka sudah akrab. Kakek juga tidak kuatir bebeknya akan tertukar. Bedo dan Bedi sudah diberi tanda di salah satu kakinya dengan sobekan kain kecil berwarna merah.


42 | Asosiasi Guru Belajar “Kwek..kwek..Bedo, ayo kita pulang,” ajak Bedi sambil berenang ke tepi. Memisahkan diri dari rombongan bebek yang banyak. Bedo pun perlahan mengikutinya dan segera naik ke atas. Kedua bebek menghampiri kakek yang ternyata tertidur . “Kasihan Kakek ,” kata Bedi sambil memandang kakek yang terduduk di bawah pohon. “Kenapa, Kakek dan nenek tidak ikut anaknya saja di kota, “ Bedo menimpali. “Kakek dan nenek lebih suka di sini. Udaranya segar dan masih banyak pohon. Lagipula kalo kakek dan nenek pergi, kita sama siapa?” tanya Bedi. “Kita pasti dijual. Bisa juga kita dijual ke pemilik bebek yang lebih banyak. Kwek..kwe..kwek..,” sahut Bedo. “Aku tidak mau rame-rame. Pusing...semuanya harus bareng-bareng. Di kandang juga sempit.” Bedi membayangkan masa depannya.


Sang Inspirasi | 43 “Kalau aku , kasihan sama kakek dan nenek. Aku ingin tetap bersama dengan mereka. Kakek dan nenek baik. kadang telur kita juga diberikan ke tetangganya yang membutuhkan, “ kata Bedo sambil mengepakkan kedua sayapnya agar cepat kering. Perlahan kakek terbangun. Memandang kedua bebek peliharaannya dengan tersenyum. Bersyukur kedua bebeknya masih ada . Bedo dan Bedi merasa senang. Kakek berdiri, perlahan mengajak Bedo dan Bedi pulang . matahari sudah semakin tinggi. Langit merah sudah berganti biru cerah. Di jalan kakek berpapasan dengan beberapa temannya. Menyapa sebentar dan meneruskan perjalanan ke tujuan masingmasing. Bedo dan Bedi berjalan di depan kakek. Akhirnya mereka sampai di rumah. Bedo dan Bedi masuk ke kandang yang luas. Kakek menghampiri nenek yang sedang memasak di dapur. Keesokan harinya Bedo dan Bedi bingung. Hari sudah siang namun kakek belum muncul di


44 | Asosiasi Guru Belajar depan kandang mereka . biasanya sebelum jam enam kakek sudah mengeluarkan mereka. “Bedo,kakek kemana yaa..koq belum kesini?” tanya Bedi. “Sabar, sebentar lagi..khan harus sabar,” sahut Bedo. “Apa kakek sakit yaa..,” kata Bedi perlahan “Huush! Doa itu yang baik. siapa tahu kakek kesiangan,” tegur Bedo. “Ayo kita kasih telur dulu ke kakek dan nenek. Setelah itu kita panggil kakek,” Ajak Bedi. “Oke, kakak. Yuuk kita kasih telor yang besar.” Bedo dan Bedi bersiap-siap ambil ancangancang untuk mengeluarkan telur. Tidak lama kemudian, keluarlah dua telur warna biru. Kwek...kwek..kwek..terdengar suara Bedo dan Bedi memanggil kakek. Berkali-kali Bedo dan Bedi memanggil kakek, tetapi Kakek belum juga muncul. Rasa kuatir menghampiri Bedo dan Bedi. Keduanya terlihat sedih. Sambil


Sang Inspirasi | 45 memandang telurnya Bedo dan Bedi berharap kakek dan nenek selalu sehat. Setengah jam kemudian, nenek muncul di depan kandang. Membawa makanan dan meletakkannya di depan Bedo dan Bedi. “Kakek sedang masuk angin. Jadi tidak ajak kalian ke sawah. sekarang makan yaa,” kata nenek sambil mengambil telur. “ Terima kasih, Bedo dan Bedi,” kata Nenek Kwek..kwe..kwek..Sebelum makan, Bedo dan Bedi berdoa untuk kesembuhan kakek. Kwek..kwek..kwek.


46 | Asosiasi Guru Belajar Si Kupi Bidadari, Tersesat K arya: Hamidah Rumallah Design by: Freepik


Sang Inspirasi | 47 i hutan Bantimurung Bulusaraung terdapat sebuah kerajaan kupu-kupu yang dipimpin oleh seorang raja arif dan bijaksana bernama Raja Kupa Troides yang didampingi oleh Ratu Kupi Troides. Mereka mempunyai seorang puteri yang bernama Kupi Bidadari. Ia memiliki sifat yang ramah, tidak sombong dan mau berteman dengan siapa saja. Sebenarnya ia adalah anak yang penurut kepada kedua orang tuanya akan tetapi ia sangat ingin melihat dunia luar kerajaan yang suasananya pasti berbeda dengan istana, seperti yang diceritakan oleh teman-temannya ketika mereka bermain di telaga Kassi Kebo. Disuatu pagi yang cerah si Kupi Bidadari pamit kepada ibundanya untuk bermain dengan teman-temannya. “Ibunda, aku mau bermain dengan temantemanku, boleh yah?!” pinta si Kupi Bidadari. “Pamit dulu pada ayahandamu, anandaku sayang”. Elak Ratu Kupi Troides. D


48 | Asosiasi Guru Belajar “Eggh sama ibunda saja, nanti ibunda bilang sama ayahanda. Teman-temanku sudah menungguku” rengeknya. “Baiklah, tapi ingat jangan jauh-jauh mainnya dan cepat pulang yah!” kata Ratu Kupi Troides. Sambil terbang dengan riangnya si Kupi Bidadari berteriak “Dekat kok ibunda. Hanya di Gua Mimpi “ Si Kupi Bidadari sangat senang bermain bersama teman-temannya. Ia bercanda, tertawa, sambil menikmati sari pati bunga yang bermekaran. Ia terbang kesana kemari dari satu bunga ke bunga lainnya. Hingga ia baru sadar ternyata sudah sangat jauh dari temantemannya. “heehaaa.. aku dimana? tempat apa ini bau sekali dan... hoek.. hoek.. hoek.....kenapa ada asap?” Si Kupi Bidadari terbatuk-batuk karena asap api dari sampah plastik yang dibakar. “hngehngehngeheh... teman-teman kalian dimana? ibunda... ayahanda... aku takut. Aku


Sang Inspirasi | 49 mau pulang!” Sambil menangis, Si Kupi Bidadari terus terbang berputar-putar melihat sekeliling berharap bisa melihat temannya. Tapi tiba-tiba ia merasa sangat pusing karena pengaruh asap. Ia pun tak sadarkan diri. Ditempat lain teman-temannya terus memanggil Si Kupi Bidadari dengan perasaan cemas dan takut. “Si Kupi Bidadari, di mana kamu? Jangan sembunyi dong! Ini sudah mau turun hujan. Ayo kita pulang. Pasti sang Raja dan Ratu menunggumu. Ayo dong, jangan bercanda! Kami takut dan mencemaskanmu!” teriak mereka sambil menangis ketakutan. Teman-teman Si Kupi Bidadari saling bertanya jawab, “Bagaimana ini? Kita sudah jauh tapi belum menemukan Si Kupi Bidadari. Raja pasti sangat marah kepada kita“. Si Kupu, teman yang paling dekat dengan si Kupi Bidadari menyela, “Pokoknya kita tidak akan pulang bila si Kupi Bidadari belum kita temukan! Bukan karena raja marah, tetapi pasti


Click to View FlipBook Version