50 | Asosiasi Guru Belajar Si Kupi Bidadari sangat ketakutan. Apalagi baru kali ini ia main jauh dari istana. “Bau apa ini? hoek.. hoek.. hoek.. “. Temanteman si Kupi Bidadari mencium bau asap yang menyengat hingga membuat mereka terbatukbatuk. Tiba-tiba Si Kupu berteriak, “heei temanteman! Itu, Si Kupi Bidadari di balik sampah plastik. Ayo kita tolong, sepertinya ia pingsan”. Mereka lalu menggotong Si Kupi Bidadari masuk ke dalam gua. Sesampainya, hujan turun dengan derasnya. Bersamaan dengan redanya hujan, Si Kupi Bidadari membuka matanya perlahan-lahan. Ia berusaha bangkit dan bertanya, “di mana ini?” Si Kupi berseru, “Syukurlah puteri engkau sudah sadar, ayo kita pulang pasti raja dan ratu sangat mencemaskanmu “. “Aku takut. Pasti ayahanda sangat marah karena aku tidak pamit padanya dan ibunda pasti sangat sedih”. Teman-temannya menimpalinya dengan kata-kata yang menenangkan, “Tidak kok puteri, mereka sangat menyayangimu. Ayo kita
Sang Inspirasi | 51 pulang jangan membuat mereka semakin sedih dan cemas“. Sementara itu di istana, Ratu Kupi Troides dengan perasaan cemas terus melihat keluar jendela berharap Si Kupi Bidadari segera pulang, “di mana kamu nak? Ibunda sangat mencemaskanmu. Sebentar lagi akan turun hujan kamu pasti sangat ketakutan”. Tiba-tiba Raja Kupa Troides muncul di belakang Ratu, “Ada apa ibunda? Mengapa engkau kelihatan sangat cemas?”. Maka sambil menangis Ratu Kupi Troides menceritakan apa yang sedang terjadi pada puteri kesayangan mereka. Raja Kupa Troides kemudian menghela nafas berat, tetapi ia tidak boleh panik. Sang raja bahkan menenangkan sang ratu agar tenang dan berdoa untuk keselamatan sang puteri. Dikejauhan, nampak sang puteri diantar oleh teman-temannya. Mereka diliputi perasaan bersalah dan takut. Sesampainya di depan Raja dan Ratu, Si Kupi Bidadari bersimpuh sambil
52 | Asosiasi Guru Belajar menangis, “Ayahanda Raja, ampuni puteri karena tidak minta izin terlebih dahulu padamu. Ibunda Ratu, maafkan puteri karena lalai pada pesanmu. Puteri tidak akan mengulanginya lagi”. Ia pun menceritakan semua kejadian yang telah dialaminya. Sambil tersenyum haru, raja dan ratu merangkul sang putri dan berbisik, “Syukurlah engkau selamat. Jangan lagi mengulangi perbuatanmu. Di luar tidak aman puteri kesayanganku”.
Sang Inspirasi | 53 Persahabatan Lala dan Upi Karya : Jazilatul Ula
54 | Asosiasi Guru Belajar i sebuah taman sekolah nan asri di desa, tempat kamu bisa melihat indahnya warna warni bunga kertas yang tertimpa sinar matahari pagi, menetaplah segerombolan lebah di batang pohon rambutan yang menjulang tinggi di pojok taman tersebut. Lala si lebah bersama kawanannya senang sekali mengitari rerimbunan bunga yang selalu mekar sepanjang hari pada musim itu. Mereka menghisap nektar bungabunga guna menghasilkan madu nantinya. Lala begitu bahagia di sana, seakan taman itu menjadi singgasana khusus untuk kawanannya saja. Hingga pada suatu hari, Lala merasa risih saat hinggap pada sekuntum bunga yang dedaunannya berlubang di sana sini. "Duhai bunga cantik, siapa gerangan yang melukaimu, tega sekali dia!" Celoteh Lala seorang diri sambil terus menghisap nektar bunga yang dihinggapinya. "Hei… hewan terbang, mengapa kamu berujar seperti itu? Aku juga berhak mendapatkan makanan dari tanaman D
Sang Inspirasi | 55 ini!" Pekik seekor hewan dari balik dedaunan yang berlubang-lubang itu. Sontak Lala kaget mendengar ada hewan lain yang juga sedang mencari makan seperti dirinya. Buru-buru Lala terbang untuk memastikan hewan apakah yang ada di balik bunga itu. Lala menyapa dengan hati-hati, khawatir perkataannya menyinggung perasaan hewan yang juga butuh makan seperti dirinya itu. "Hai… hewan melata, Aku minta maaf jika perkataanku tadi menyinggung perasaanmu," ujar Lala sambil memperkenalkan diri sebagai hewan baru penghuni taman itu. "Baiklah, kali ini aku memaafkanmu" tukas hewan melata tersebut yang ternyata adalah seekor ulat berwarna hijau. "Nah, bagaimana kalau kita berteman saja karena kita sama-sama mendapatkan makanan dari rerimbunan tanaman di sini," ujar Lili sambil mengeluarkan suara dengungan khas seekor lebah madu. "Nyam-nyam, Aku setuju denganmu hewan terbang, asal kamu tidak
56 | Asosiasi Guru Belajar mengambil jatah makananku di sini!" Seru si ulat sambil terus mengunyah dedaunan yang dirambatinya. "Oke, mulai sekarang kita berteman. Namaku Lala si lebah, sarangku ada di atas pohon rambutan yang menjulang tinggi itu. Aku dan keluargaku baru beberapa hari pindah ke taman ini, karena tergiur oleh semerbak wangi rerimbunan bunga di sini," jelas Lala sambil terus menghisap nektar bunga yang ada. "Kreeet, kreeet, kreeet… Aku Upi si ulat hijau. Sejak kecil aku tinggal di rerimbunan tanaman ini. Aku juga tergiur dengan lezatnya tanaman di sini. Kamu lihat sendiri, hampir semua dedaunan di sini berlubang karena kunikmati bersama kawananku," celoteh Upi sambil terus menggerogoti bagian tanaman yang dirambatinya. Hampir setiap hari mereka saling sapa ketika sama-sama mencari makan. Si Lala sengaja terbang menghisapi nektar bunga yang dekat dengan keberadaan Si Upi, begitupun Si
Sang Inspirasi | 57 Upi yang berusaha menggerogoti dedaunan dari tanaman di dekat pohon rambutan tempat tinggal Si Lala. Meskipun sama-sama sibuk dengan sumber makanannya masing-masing, mereka tetap bisa menjalin persahabatan dengan sapaan khas masing-masing. Sampai tibalah waktu Si Lala kehilangan sosok Si Upi. Dikelilinginya setiap bagian rerimbunan bunga itu namun tak ditemuinya ulat yang telah menjadi sahabatnya itu. Lala merasa rindu dengan sahabat melatanya itu. Hingga pada suatu pagi, Lala dikejutkan oleh sapaan dari seekor hewan terbang yang baru hari itu dijumpainya, namun sepertinya Lala tidak asing dengan cara khas hewan itu mengutarakan sapa. "Hei Lala, senang berjumpa denganmu lagi. Aku Upi, si ulat hijau yang sekarang sudah menjadi kupu-kupu!" seru Upi ketika bisa berjumpa sahabat kesayangannya lagi. "Hah, benarkah kamu, Upi? Kenapa kamu sekarang punya sayap? Apa kamu ingin
58 | Asosiasi Guru Belajar mengambil jatah makananku?" Pekik Lala belum percaya kalau sahabatnya yang dulu melata sekarang bisa terbang seperti dirinya. "Janganlah berburuk sangka wahai sahabatku. Aku sekarang telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Dari dulu aku memang ingin terbang sepertimu. Tapi tenang, aku tak akan mengambil jatah makananmu. Taman ini terlalu luas jika kita hanya bingung beradu. Selain menghisap nektar bunga, Upi juga bisa menghisap buah busuk maupun getah pohon yang ada di sini," terang si ulat hijau yang telah menjadi kupu-kupu bersayap polkadot coklat itu. "Baiklah, Aku percaya padamu. Sebagai pelepas rindu, mari kita terbang bersamaan untuk menghisap nektar bunga di taman yang luas ini. Ingat, kita menghisap nektar bunga tanpa beradu tenaga. Namun, ketika belum sebegitu jauh mereka terbang. Datanglah sesosok anak manusia yang berusaha menangkap Upi dengan tangannya. Melihat sahabatnya dalam bahaya, Lala berusaha
Sang Inspirasi | 59 menolong Upi dengan cara mendengung di sekitar kepala anak manusia itu. Sontak, anak manusia itu lari ketakutan melihat lebah mendekatinya. Sehingga Upi si kupu bisa selamat dari bahaya. "Terima kasih sahabat kesayangan. Aku berhutang budi padamu." Gumam si kupu sambil terbang bahagia bersama sahabatnya si lebah.
60 | Asosiasi Guru Belajar Moci Si Beruk Buruk Rupa Karya: Kanti Warih Ade Indriani
Sang Inspirasi | 61 i sebuah rumah pohon, di dalam hutan yang lebat, tinggal seekor beruk bernama Moci dan ibunya. Moci adalah beruk kecil yang mempunyai paras buruk rupa. Badannya hitam dan wajahnya jelek. Tetapi Moci berhati baik dan suka menolong, Saking jeleknya wajah Moci, hewan-hewan lain suka mengejek dan menghina Moci. Bahkan anak-anak hewan di hutan itu tidak mau mengajak Moci bermain. Akhirnya Moci bermain sendirian di hutan. untuk menghibur diri. Moci bernyanyi dan menari sambil memetik bunga. Suara Moci sangat merdu, serta tariannya indah gemulai. Saat Moci bernyanyi dan menari, kupu-kupu datang beterbangan, ikut menari di sekitar Moci. Bunga-bunga bergoyang-goyang menikmati suara merdu Moci. Suatu hari, Singa si raja hutan mengumpulkan semua hewan. D
62 | Asosiasi Guru Belajar “Ada apa ya, kok kita disuruh berkumpul sama baginda raja?”, tanya Ibu kelinci berbisikbisik. “Tidak tahu…”, jawab Pak Kijang. “Iih…jadi penasaran aku…”, sahut Bu Kucing. “Dengarkan saja…. sebentar lagi pengumumannya”, hewan-hewan ribut saling berkomentar. Kemudian, sang Raja Hutan dengan gagah berdiri di atas singgasananya dan berseru, “Wahai rakyatku… tahukah kalian maksudku mengundang kalian berkumpul di sini?”, tanya raja hutan. Serempak hewan-hewan itu menjawab, “Tidak Yang Mulia…” Kemudian gajah maju dan bertanya “Sekiranya ada apakah gerangan Raja mengumpulkan kita semua di sini?” Kemudian Raja Hutan tersenyum dan berbicara, “Bulan depan adalah ulang tahunku,
Sang Inspirasi | 63 aku ingin mengadakan lomba yang boleh diikuti semua anak-anak di hutan ini” “Lomba apakah itu baginda raja?” tanya musang penasaran. “Lomba menyanyi dan menari. Aku sendiri yang akan menilai lomba ini.” Kata sang raja. “Hadiah bagi pemenangnya, aku akan menjadikan dia anak angkatku dan mendapatkan kedudukan yang terhormat di kerajaan hutan ini.” Semua hewan gembira mendengar pengumuman itu. Dan pertemuan pun bubar. Sepulang dari pertemuan itu, semua hewan di hutan melatih anak-anak mereka dengan keras. Mereka semua ingin anak mereka menjadi anak angkat raja dan mendapat kedudukan terhormat di kerajaan hutan. “Lihatlah, tarian anakku sangat indah…begitupun suaranya. Pasti dia yang akan memenangkan lomba ini” kata koala memamerkan anaknya.
64 | Asosiasi Guru Belajar “Eh… jangan sombong, kalau kau melihat anakku, pasti kau iri, anakku lebih hebat dari anakmu” sambung ibu kelinci. “Kalian diamlah! Anakku lah yang akan menang. Lihatlah, dia cantik dan lincah, suaranya juga sangaaaat merdu”, ibu Kijang tidak mau kalah. Beberapa hari kemudian, Ketika waktu pendaftaran tiba, hewan-hewan berdatangan ke kerajaan untuk mendaftarkan anaknya. Moci dan ibunya juga datang mendaftar. “Hey… lihatlah… Moci si jelek juga daftar lomba. Iiih… Apa dia tidak sadar dengan rupanya yang jelek itu?”, kata kerbau keras-keras. Hewan lain menoleh ke arah Moci dan ibunya. Mereka semua tertawa mengejek. “Mana mau baginda raja mengangkat anak, kalau rupanya seperti itu.” “Aku yakin, suaranya pasti sejelek orangnya ya…hahaha!”, ibu Beruang juga ikut mengejek.
Sang Inspirasi | 65 Tentu saja Moci malu dan menundukkan kepalanya. “Ibu, kita pulang saja…”, kata Moci berbisik. Tetapi ibu Moci, membesarkan hatinya, “Sudahlah Moci. Anak ibu yang cantik, tak perlu dengarkan kata-kata orang. Percaya diri saja. Kamu pasti bisa memenangkan lomba. Ibu yakin sekali padamu. Sekarang kamu berlatih saja yang tekun. Tunjukkan pada mereka kamu yang terhebat.” Hari perlombaan telah tiba, kerajaan ramai karena semua berkumpul disana. Ada yang mengantar anaknya untuk mengikuti lomba, ada juga yang hanya datang untuk menonton. Perlombaan dimulai. Satu persatu peserta maju bernyanyi dan menari, bertepuk tangan ketika peserta selesai tampil. Raja manggutmanggut melihat kemampuan para peserta. Akhirnya giliran nama Moci dipanggil. Moci naik ke panggung dengan pelan-pelan. Semua hewan menyoraki mengejek, “Huuuu……
66 | Asosiasi Guru Belajar jelek sekali dia ya”. “Iya. Kenapa dia ikut lomba?”. “Memalukan….” Raja mengangkat tangannya menyuruh mereka diam. “Diamlah kalian semua, mari kita lihat penampilan Moci ini. Silahkan mulai, nak!”. Moci pun bernyanyi, semua hewan terdiam ketika mendengar suara Moci yang merdu. Bahkan, Kupu-kupu berdatangan saat Moci menari. Dan angin seolah-olah berhenti bertiup. Tanpa sadar Raja hutan sampai berdiri dari tempat duduknya. Tepuk tangan bergemuruh ketika Moci selesai. Raja langsung turun dari singgasananya dan memeluk moci. “Aku umumkan sekarang juaranya! Moci si beruk!”, seru Raja lantang. “Mulai hari ini, aku angkat Moci menjadi anak angkatku. Kalian semua harus menghormatinya. Bagi kalian semua, dengarkan!”, seru Baginda. “Jangan suka menghina orang lain karena wajahnya. Sesungguhnya, setiap orang punya
Sang Inspirasi | 67 kelebihan dan kekurangan masing-masing!”, ucap Raja. Akhirnya semua warga hutan sadar dan tidak lagi menghina Moci. Mereka sekarang saling menghormati dan hidup rukun di hutan itu. Moci sekarang mendapat banyak teman. Dia dan ibunya hidup bahagia dan terhormat di kerajaan. Itulah berkah dari kesabaran mereka selama ini.
68 | Asosiasi Guru Belajar Tuan Ronald Kesayangan Obit Karya: Mega Adyna Movitaria
Sang Inspirasi | 69 i sudut kota yang sunyi, di sebuah tempat penampungan anjing liar. Seekor anjing seperti serigala mengendap-endap keluar dari tempat itu. Anjing berbulu kuning dan putih, memiliki kalung yang bertuliskan sebuah nama yaitu Obit. “Untung aku bisa kabur dari penampungan itu!”. Ucap Obit dalam hati. “Kalau lama-lama aku di sana, bisa-bisa aku mati kelaparan!, tapi aku harus ke mana?” Ucapnya kemudian. “Yang penting aku akan berlari menjauh dari tempat ini. Jangan sampai aku tertangkap lagi. Aku bukan anjing liar, aku punya majikan yang baik kepadaku”. Ucap Obit mantap “Kriiuuuuk!. Aduuuh ... perutku lapar. Dari kemarin aku belum makan”. Ucap Obit sembari memegang perutnya yang lapar. Obit terus berjalan kearah keramaian. Berharap akan mendapat sedikit pengganjal perutnya yang lapar. D
70 | Asosiasi Guru Belajar “Tuan, bolehkah aku meminta sedikit nasi?”. Ucap Obit. Namun yang dipanggilnya tuan tidak menggubrisnya, malah mengusirnya. “Aku lapar! Tolong beri aku nasi!”. Ucap Obit mengiba. Ketika Obit terus berusaha mencari makanan, tiba-tiba seseorang menjatuhkan sepotong daging. Obit langsung berlari mendekati orang itu. Obit segera duduk di dekat potongan daging itu, namun tidak berani mengambilnya. Karena dari dulu tuannya mengajarkan untuk meminta izin terlebih sebelum mengambil yang bukan haknya. Ketika Obit menengadahkan kepalanya, tiba-tiba dia terkejut. “Tuan Ronald? Benarkah ini tuan?. Aku Obit tuan. Aku Obit, anjing kesayangan Tuan!”. Gonggong Obit. Seperti mengerti akan sesuatu, orang yang dikatakan tuan oleh Obit itu melihat Obit. Ia begitu bahagia, dia menemukan tuannya
Sang Inspirasi | 71 kembali. Obit menjilati Tuan Ronald. Obit memperlihatkan kalung di lehernya, mengatakan bahwa dia Obit, anjing kesayangan Tuan Ronald. Akhirnya Obit kembali bertemu dengan tuannya, dan kembali ke rumah tuannya yang dulu. Rumah yang memberikan kenyamanan yang luar biasa bagi Obit. Hari-hari Obit begitu bahagia. Dia berjanji akan menjaga tuannya dengan baik. Dan tidak akan jauh-jauh dari rumah tuannya. Suatu hari, terjadi kepanikan di rumah Tuan Ronald. Semua orang berlarian, Obit hanya bisa melihat orang-orang mondar-mandir, dan membawa Tuan Ronald naik ke sebuah mobil berwarna putih. Mobil itu berjalan menjauhi rumah tuan Ronald. Obit berusaha mengejar mobil itu, namun dia kelelahan, dan mobil itu menghilang. Obit kembali ke rumah Tuan Ronald. “Kenapa semua orang menangis? Ada apa dengan Tuan Ronald?. Aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?” tanya Obit lagi.
72 | Asosiasi Guru Belajar Namun tak seorang pun menjawab pertanyaannya. “Ah, mereka mana mengerti dengan bahasaku, yang mengerti bahasaku hanya tuanku saja” ucap Obit tersenyum, menyadari kebodohannya. Obit berjalan menyusuri ruan di kamar tuannya. Satu yang Obit selalu ingat, tuannya selalu meminum sesuatu jika sudah memegang dadanya. “Aku akan cari tau apa yang diminum Tuan Ronald!”. Ucap Obit penasaran. Sesampai di kamar Tuan Ronald, Obit mencari-cari sesuatu di laci lemari Tuan Ronald. Tapi dia tidak menemukan apa-apa. “Obit, kamu harus berpikir cerdas. Kamu pasti dapatkan sesuatu di sini!” Ucap Obit meyakinkan dirinya. Ketika sedang asyik mencari sesuatu di kamar Tuan Ronald, seseorang membuka pintu kamar tuan Ronald. Itu Sila, anak perempuan tunggal Tuan Ronald yang berumur 23 tahun.
Sang Inspirasi | 73 Obit mendekati Sila, berharap Sila mau bercerita kepadanya, ke mana Tuan Ronald dibawa oleh orang-orang baju putih tadi. “Obit, aku sedih. Ayah kena serangan jantung mendadak. Aku takut ayah kenapakenapa?”. Ucap Sila Obit terkejut mendengar cerita Sila. “Tuan Ronald kena serangan jantung?”. Ucap Obit terkejut. Sila tidak mengerti kenapa Obit menggonggong seperti itu. “Tenang Obit. Kita semua bersedih. Yang bisa kita lakukan hanya mendoakan ayah supaya beliau cepat kembali ke rumah ini!”. Ucap Sila menenangkan Obit. Obit mulai diam. “Ya Tuhan, aku berharap Tuan Ronald segera sembuh dan kembali ke rumah ini lagi’. Ucap Obit sendu. Sudah satu minggu Tuan Ronald di rumah sakit. Namun tiba-tiba … “Kenapa semua menangis? Ada apa dengan Tuan Ronald?”.
74 | Asosiasi Guru Belajar Teriak Obit, namun bagi yang mendengar hanya terdengar seperti gonggongan saja. “Tuan, Tuan Ronald, kenapa diam saja. Dan kenapa Tuan Ronal diletakkan di peti itu? Tidak, Tuan Ronald tidak mungkin meninggal!?”. Isak Obit menangis. Semua yang datang di rumah itu melihat seekor anjing menggonggong pilu. Ketika menjelang sore, Tuan Ronald dibawa ke pemakaman. Obit mengikuti ke mana orangorang membawa peti Tuan Ronald itu. “Mereka menguburkan tuanku! biarkan aku ikut dengan tuanku. Hanya dia yang bisa mengerti aku!”. Isak Obit sambil menggali tanah pemakaman. Semua memandang iba pada Obit. Sila segera menenangkan Obit. Ketika pemakaman selesai, semua orang pergi. “Tuan, aku berjanji akan datang setiap hari menemanimu dan akan menjaga Sila. Seperti engkau menjaga aku dulu”. Janji Obit dalam hati.
Sang Inspirasi | 75 Si Hitam Karya: Nunuk Moengil
76 | Asosiasi Guru Belajar uasana senyap malam itu menambah dinginnya udara. Di sebuah ruangan terdengar ada suara lembut. Setelah dicari, ternyata itu adalah suara sekelompok kucing yang dipelihara oleh keluarga yang berkecukupan. Mereka merasa nyaman karena terjamin kehidupannya. Makanannya pun pilihan. Terdapat 4 ekor kucing termasuk si induk. Warnanya bagus-bagus, belang [ibunya] ke 3 anaknya kuning, putih, dan hitam. Pagi telah datang. Udara begitu segar dan sejuk. Suasana semakin hangat karena semua melakukan kegiatan sesuai tugasnya masingmasing. Keluarga kecil ini juga mulai bangun satu persatu begitu bangun. Mereka sangat pintar. Tanpa disuruh si induk mereka sudah langsung mandi sendiri-sendiri. Lucu sekali cara mandinya. Cukup dengan mengusap bulu dengan lidahnya mereka sudah dikatakan membersihkan badan, siapa yang mau meniru mereka? Hahaha . Dengan lincahnya mereka berlarian kesana S
Sang Inspirasi | 77 kemari, tapi ada juga yang hanya berjalan pelan sambil lihat suasana sekitar rumah. Setibanya mereka di taman belakang rumah. Wow! Ternyata di halaman belakang tuan rumah banyak memelihara hewan yang lain. Ada ayam, kelinci, bebek, dan burung yang ada di dalam sangkarnya, sangat menyenangkan. Tak terasa ternyata sudah pukul 08.00 WIB si keluarga kucing merengek ingin sekali sarapan. Tapi mereka tak perlu repot karena makanan sudah pasti tersedia dan tinggal melahapnya saja. Benar memang tidak menunggu begitu lama makanan itu tersedia juga. Heeeeemm.... nikmat sekali kelihatannya. Mereka saling berbagi, tidak ada yang ingin menguasai satu sama lain. Indahnya berbagi untuk mereka yang saling pengertian. Selesai sarapan mereka pamit pada sang induk untuk bermain. Sang induk mengijinkan namun tidak boleh terlalu jauh dan mereka berjanji tidak akan bermain jauh. Seperti biasanya kesukaan mereka pasti bermain kejar-
78 | Asosiasi Guru Belajar kejaran. Mereka berlarian melewati si ayam yang juga lagi asyik mencari makan di sekitar halaman. Tanpa sengaja si Hitam menyenggol anak ayam. Dikejarlah si Hitam oleh induk ayam. Agar terhindar dari kejaran si induk ayam, si Hitam lari tunggang langgang tanpa menoleh kanan kiri. Si Hitam tidak tahu kalau disitu ada kubangan kecil yang akan dibuat menanam pohon mangga dan masuklah si Hitam ke dalam kubangan itu. Si Hitam mengeong minta pertolongan. Dengan susah payah dia ingin keluar dari kubangan itu. Untung saja kubangan itu belum begitu dalam, dengan usahanya yang tidak pernah kenal putus asa, si Hitam bisa keluar dari kubangan itu dengan usahanya sendiri. Si Putih dan si Kuning lega hatinya melihat si Hitam bisa keluar dari kubangan itu walau tubuhnya penuh dengan tanah. Sambil berjalan pelan mereka mencari induknya. Induk mereka kaget melihat tubuh si Hitam sampai belepotan seperti itu. Akhirnya si Putih dan si Kuning menceritakan kejadian yang
Sang Inspirasi | 79 sebenarnya secara rinci. Si induk tidak marah dengan kejadian itu karena tidak ada yang harus disalahkan karena mereka sedang bermain. Dipanggillah si Hitam untuk mendekat ke induknya. Dengan perlahan diusapkan lidah si induk ke tubuh si Hitam dengan penuh kelembutan. Betapa bahagianya kalau dalam keluarga saling mendukung dan penuh kasih sayang. Ternyata si Hitam memang anak kesayangan si induk karena si Hitam tidak pernah nakal dan tidak pernah rewel. Sambil melepas lelah karena berlarian tadi, si Hitam melirik ke tempat makan mereka. Hey! Baru saja bermain masak sudah lapar lagi. Sepertinya itu yang dirasakan si Hitam. Bagaimana cara untuk mengalihkan perhatian ke tempat makan ya? pikir si Hitam. Dengan tenang dia berjalan pelan ke arah si Kuning dan si Putih yang sibuk bermain bola. Kemudian mereka disibukkan lagi dengan sebuah permainan. Begitu asyiknya mereka bermain bola. Ada teman lain yang memperhatikan mereka dari
80 | Asosiasi Guru Belajar sangkarnya yang digantung pada salah satu gantungan yang ada di atap teras belakang rumah. Ternyata dia si Cantik burung nuri peliharaan sang tuan rumah. “Hai, si Cantik inginkah kamu main disini? Sayang sekali kamu tidak bisa turun dan bermain bersama kami ya?!”, kata si Hitam. “Tidak apalah sebab meskipun dirimu berada di sangkar tapi kamu tetap kelihatan cantik, indah, dan suaramu sangat merdu sekali”. Begitu dirinya merasa disanjung oleh si Hitam dengan serta merta si Cantik nuri memamerkan kelebihannya yaitu mengeluarkan suara yang memang indah. Si hitam mendengarkan suara si nuri dengan senang sekali, meskipun mereka tidak pernah bermain bersama namun tetap bersahabat. Tidak terasa begitu asyiknya mereka bermain dengan riang dan gembira, hari sudah sore lalu si Hitam mengajak si Kuning dan si Putih ke dalam rumah. Si hitam tahu kewajibannya setelah bermain pasti langsung membersihkan diri. Induknya sangat bangga
Sang Inspirasi | 81 dengan anaknya yang sudah bisa mandiri. Bahagia itu sederhana bila kita selalu bersyukur.
82 | Asosiasi Guru Belajar Si Manis Yang Malang Karya: Rema Yanti
Sang Inspirasi | 83 “Aku adalah anak dari ibu yang cantik dan ayah yang tampan. Mereka membesarkanku dengan penuh kasih dan sayang. Kami mempunyai dua saudara. Aku adalah anak tertua dan kedua adikku bernama Chibu dan Chece sweet.”, cerita Miming kepada dua sahabatnya, Siabu dan Manis. “Cantik?”, celetuk Siabu sambil senyumsenyum. “Ya, cantik sekali”, Miming menegaskan sambil merasa bangga. Lanjutnya, “Warna bulu ibuku kehitaman, kekuningan dan bercampur putih. Ibuku berasal dari luar negeri (Anggora). Namanya Bubu”. “Hahaha , lucu sekali nama ibumu, Ming”, kata Siabu sambil menutup mulutnya menahan tawa. Ketika sedang asyik bercakap-cakap, ibu Miming keluar dan menemui mereka yang berada di teras rumah. “Hayo!!! Kalian membicarakan apa? Ibu dengar dari tadi sepertinya kalian asyik
84 | Asosiasi Guru Belajar sekali. Ada yang lucu ya?”, sambil melihat satu persatu ke mereka. “Mmmm, ini Bu. Mereka menertawai nama Ibu!”, jawab Miming sambil melirik temannya Siabu. “Menertawai nama ibu? Memangnya kenapa? Nama Ibu mempunyai arti loh sayang.”, jelas Ibu kepada teman-teman Miming. “Maaf tante, aku tidak bermaksud menertawai”, jawab Siabu sambil menunduk malu merasa bersalah. Tapi namanya unik seperti nama alat untuk menangkap ikan”, bela Siabu. “Iya, tidak apa, yang penting kalian samasama rukun”, jawab ibu Miming sambil membelai kepala Siabu yang agak kotor. “Baik, tante. Maafkan Abu ya? Abu janji tidak akan mengulanginya lagi. Miming, aku minta maaf, ya?”, Siabu mendekati miming dan merangkulnya. “Sama-sama. Bukankah kita harus saling memaafkan dan tidak boleh berkelahi, juga
Sang Inspirasi | 85 bermusuhan? Hehe”, ucap Miming sambil membalas pelukan Siabu. “Syukurlah kalau kalian mengerti arti persahabatan. Kalian harus saling menyayangi”, timpal ibu Miming yang asyik menyaksikan mereka bermaafan. Lanjutnya, “Kalau begitu tante masuk dulu, tapi kalian jangan pulang dulu!” “Memangnya kenapa tante?”, tanya Siabu penasaran. “Ada yang akan tante berikan kepada kalian” “Asyik!!! Pasti makanan”, teriak Manis. “Tante kalo membuat kue pasti enak”, lanjutnya dengan raut muka yang berharap. “Ibuku lagi membuat kue dan katanya ini spesial untuk kita”, Miming menerangkan. “Alhamdulillah, kebetulan perutku lapar sekali dari tadi belum makan”, balas Manis. “Belum makan?, Miming dan Siabu serentak meninggi.
86 | Asosiasi Guru Belajar Siabu pun bertanya, “Sudah siang begini, mengapa kamu belum makan?”. Tiba-tiba wajah Manis berubah pucat, bibirnya lemas tak sepatah katapun bisa ia ucapkan. “Manis…”, panggil Miming sambil mendekatinya. “Ibuku sakit, ayahku kakinya patah. Kemarin ayahku ditabrak motor”, jawab Manis dengan nada pelan, matanya mulai berkaca-kaca. Miming dan Siabu pun terdiam. Mereka seolah-olah ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh sahabatnya itu. “Manis jangan sedih ya?!”, ucap Miming sambil mendekati dan memeluk tubuhnya yang mungil. Masih ada aku dan Siabu yang siap membantumu dan menemanimu. “Ya Manis. Kita selalu bersahabat dan saling membantu baik itu suka maupun duka”, jawab Siabu menegaskan ucapan Miming. Mereka pun saling merangkul satu sama lain.
Sang Inspirasi | 87 “Terima kasih. Kalian adalah sahabatsahabatku yang sangat baik. Bisa mendengra ceritaku pun aku sudah sangat bahagia”, ucap Manis sambil tersenyum. “Sama-sama Manis, kita akan selalu bersama-sama”, jawab Miming dan Siabu bersamaan sambil tersenyum. “Kami janji, kami akan selalu menjadi sahabat yang baik. Tidak akan meninggalkanmu dan akan selalu bersamamu.”, tambah Siabu. Sekali lagi senyum Manis mengembang tanda senang dan terharu. Miming pun mengalihkan percakapan, “Lihat apa yang Ibuku bawa?”, ucap Miming. Siabu dan Manis pun menoleh dan melihat ibu Miming yang sedang membawa sesuatu di tangannya. “Loh, kok kalian pada sedih? Ada apa lagi?”, tanya Ibu keheranan sambil meletakkan makanan di atas meja. Miming pun menceritakan semua kesedihan yang dialami Manis dan keluarganya.
88 | Asosiasi Guru Belajar “Manis, sini sayang”, Ibu Miming pun merangkul sambil bertanya, “Sayang, kamu jangan sedih. Coba liat di sampingmu ada siapa?”. Manis yang tadi melangkah ragu menuju Ibu Miming pun menjawab, “Miming dan abu, tante”. “Mereka sahabat-sahabatmu, bukan? Tanya ibu Miming “Ya.”, jawab Manis mantap. “Mereka bisa membantumu sayang”, ibu Miming membelai kepala manis yang tertunduk dalam. “Kita harus saling membantu dan menolong. Apa lagi yang mengalami musibah itu sahabat kita. Bukannya begitu Ming?”, tanya Ibu kepada Miming. “Iya, Bu. Kami sudah mengatakan hal yang sama kepada Manis”, jawab Miming. “Bagus, itu baru namanya anak Ibu!”, sambil mengacungkan jempolnya kepada Miming.
Sang Inspirasi | 89 “Siap, Bu!”. Miming menjawab dengan lantang sambil hormat kepada ibunya. Miming berharap Manis bisa tersenyum dengan tingkahnya ini. “Kalau begitu, ini ada sedikit makanan untuk ayah dan ibu Manis. Sampaikan salam tante juga semoga ibu dan ayahmu lekas sembuh ya manis”. “Baik tante, terima kasih banyak”, jawab Manis sambil mengambil bungkusan dari tangan ibu Miming.
90 | Asosiasi Guru Belajar Persahabatan Tikus dan Tupai Karya : Rahmat Design by: Freepik
Sang Inspirasi | 91 agi itu disebuah rumah yang berada dekat dengan hutan, tinggalah keluarga tikus dan tupai yang sudah lama bersahabat. Mentari bersinar disambut kicauan burnngburung yang saling bersahutan. Tampak sibuk sang tupai yang telah hilir mudik mengumpulkan makanan, tak lama kemudian ada sang ular datang lalu berkata “Hey tupai apa yang kau lakukan, hilir mudik membawa makanan serakah betul kau tupai!”. Tupai pun menjawab “Hey ular pithon apakah kau tidak tahu sebentar lagi musim kemarau? kita harus mempersiapkan cadangan makanan untuk melewati musim itu”. Ular menertawakan tupai sambil berkata, “Dasar tupai bodoh harus cape-cape menyiapkan cadangan makanan, kalau makanan habis ya kau dan sahabatmu tikus jelek yang akan kumakan”. Tupai pun sudah cukup banyak mengumpulkan cadangan makanan, sang tikus menghampiri tupai sahabatnya itu dan berkata “Tupai apakah cadangan makanan yang kau kumpulkan masih kurang? jangan khawatir dirumah majikanku P
92 | Asosiasi Guru Belajar banyak sekali cadangan makanan”, sang tupai menjawab “Ih serem, majikanmu sadis aku masih ingat betul ketika majikanmu menembakku, untung hanya mengenai ekorku”. Tikus dan tupai pun melanjutkan mengumpulkan cadangan makanan. Hari berganti hari, mimggu berganti minggu hingga datanglah musim kemarau. Sungai dan danau mulai mengering, rumput dan tumbuhan hijau berganti warna menjadi kecoklatan. Masa-masa sulit telah datang, sang ular tampak kelelahan mencari makanan sampai tiba lah ditempat si tikus dan tupai. Terlihat sang tupai sedang tidur diranting pohon, sang ular sangat bahagia sehingga dia berencana untuk memakan tupai itu. Sambil mendekati sang tupai, sang ular merencanakan sesuatu dan berkata dalam hatinya “Tak mungkin tupai itu bisa langsung ku tangkap, sebaiknya aku berpura-pura membagikan air ini agar tupai mendekat setelah itu pasti udah kutangkap”. “Tupai, tupai apakah
Sang Inspirasi | 93 kau mendengarku? Hem apakah dia tertidur? atau langsung kutangkap saja”. Kemudian sang tikus mengagetkan sang ular yang sedang merencanakan niat jahatnya “Hey ular apa yang kau lakukan?” Kenapa kau mengendap-ngendap mengintip tupai?” Sang ular menjawab “A a aku, hah diamlah kau tikus jangan mengganggu urusanku, pergi ! pergi ! atau kau mau kumakan juga? sang tikus mundur terperanjat dan berkata, “Aku tahu pasti kau kelaparan, bukankah waktu itu sudah kami ingatkan untuk mengumpulkan cadangan makanan? tapi kau malah menertawakan tupai.” “Sudah-sudah aku lapar sekali, pergilah! atau kau akan kumakam juga?” dengan kesalnya ular menjawab sang tikus. Tikus lalu membangunkan sang tupai yang sedang tidur “Tupai, tupai bangunlah! cepatlah berlari”. Sang ular marah dan mengejar tikus sambil berkata “Karena kau usil maka kau yang akan kumakan duluan tikus jelek”. Sang tupai terbangun dan melihat ular sedang mengejar tikus “Waw apa
94 | Asosiasi Guru Belajar yang terjadi kenapa ular mengejar tikus sahabatku? Aku harus segera menolongnya”. Sang tupai pun dengan gesit meloncati rantingranting untuk mengejar mereka. Tikus dan ular masuk ke sebuah gudang yang gelap tempat menyimpan peralatan pertanian. Tupai memutar ide agar tikus bisa selamat dari kejaran ular, sampai sang tupai teringat sesuatu “Oh iya di sana ada gergaji pemotong kayu yang cukup besar, aku ada ide,” sang tupai dengan sekuat tenaga berlari dan melompati ranting-ranting hingga sampai digudang itu. Terlihat sang tikus sangat ketakutan hingga sang tupai menghampiri dan berkata “tikus diamlah, apakah kau ingat tempat gergaji berada?” “Aku ingat gergaji itu tepat di belakang ular pithon itu” jawab tikus.”Baik kita akan bersembunyi tepat ditengah belakang gergaji itu, ingat persis ditengah gergaji itu” kata tupai. Sang ular yang kesal mencari tikus dengan penuh emosi “Tikus dimana kau? Jangan bersembunyi!” Tupai menyuruh tikus untuk menjawab si ular,
Sang Inspirasi | 95 namun tikus menolak “Kalau aku menjawab maka kita akan ketahuan”, tenanglah justru itu rencanaku jawab tupai “Ingat ketika dia melilitmu maka dia akan melilit gergaji itu sementara nanti kau kutarik supaya tidak ikut terlilit, kau hanya cukut berkata rasakanlah gigitanku ini”. Seperti yang direncanakan tupai, ular itu mulai melilit tikus yang berada dibalik gergaji namun dengan sigap tupai menarik tikus itu dan menggantikannya dengan bonggol jagung rencanapun dimulai sang tikus berkata “Rasakanlah gigitanku.” tampak ular kesakitan dan menambah lilitan dengan kekuatan yang lebih besar yang mengakibatkan ular itu mati karena melilit gergaji. Nah teman-teman kita jangan sampai seperti ular ya, yang tidak mau diberitahu dan mengandalkan emosi. Ingat emosi hanya akan mencelakakan diri sendiri. Contohlah persahabatan tupai dan tikus yang saling membantu dan selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi sesuatu dengan persiapan.
96 | Asosiasi Guru Belajar Bens, Siempus, dan Shankara Karya: S iti Khusnul K hotimah
Sang Inspirasi | 97 ens berlari sekuat tenaga dari teras menuju ruang tengah sebuah rumah. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB. “Wah, saatnya Shankara mandi nih, Aku harus ada di samping Shankara untuk menemaninya”, gumam Bens dalam hati. Dilihatnya Shankara sudah bersiap untuk mandi. Shankara sudah tidak memakai sehelai baju. Dipandanginya seorang perempuan paruh baya mulai mengoleskan sabun ke sekujur tubuh Shankara yang kuning langsat. Dengan hati-hati perempuan paruh baya itu memandikan Shankara dan memasukkan tubuh mungil itu ke sebuah bak mandi. Tubuh mungil itu bergerak lincah di dalam bak mandi, seakan-akan mau berenang. Pyak…pyak…pyak… Bunyi air dalam bak air terkena hentakan tangan dan kaki kecil bayi lucu itu. Bens mendengarkan dengan seksama senandung riang perempuan tersebut kepada Shankara sambil hilir mudik di sekitar bak mandi. Tawa kecil dari bayi mungil itu B
98 | Asosiasi Guru Belajar kadang terdengar sangat menggemaskan. “Segar sekali tubuh Shankara yang berendam di dalam bak mandi itu, seandainya aku seorang manusia, mungkin aku bisa mandi bersama Shankara”, gumam Bens. Selang beberapa saat tubuh mungil itu sudah dibalut dengan kain handuk bermotif kulit harimau berwarna putih coklat yang lembut. Perempuan paruh baya itu mengusap badan yang basah itu dengan handuk. “Seandainya aku berkumpul dengan keluargaku, mungkin aku bisa merasakan kehangatan dimandikan sama ibuku kali ya?”, ujar Bens dalam hati. Bens adalah nama seekor anjing jantan yang lucu dan berbulu lebat. Bulunya yang halus berwarna kecoklatan bersembur putih menambah kelucuan hewan yang biasa menggonggong ini. Tak terasa satu bulan lamanya Bens sudah menjadi sahabat Shankara. Bens menjadi bagian dari anggota keluarga yang baru ditumpanginya ini. Sebelum bertemu dengan keluarga baru ini, Bens menjadi milik seseorang sahabat dari
Sang Inspirasi | 99 bapaknya Shankara yang bernama ibu Indah Indi. Suatu ketika bapak Shankara bermain ke rumah ibu Indah Indi yang semula menjadi keluarga Bens. Saat itu bapak Shankara melihat ada beberapa ekor anjing di rumah temannya itu. Mata bapak Shankara tertuju pada seekor anjing yang lucu yang berjenis pudel. Siapa lagi kalau bukan Bens. Ibu Indah Indi pun tanggap akan tatapan dan perlakuan bapak Shankara kepada Bens. Saat itu Shankara masih berada di perut ibunya dan belum terlahir ke dunia. Shankara adalah bayi laki-laki lucu yang lahir hari Selasa, 22 Januari 2020. Setelah sebulan hadir di dunia, ibu Indah Indi memberikan seekor anjing kepada keluarga bapak Andre sebagai hadiah atas kelahiran Shankara. Sebelum Bens menjadi bagian dari keluarga Shankara, ada seekor kucing yang tinggal di keluarga tersebut. Kucing itu bernama Siempus. Pada awalnya Siempus tidak suka melihat kehadiran Bens di tengah keluarga Shankara. “Aku harus menyingkirkan Bens dari