The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by waroengdakwah, 2022-01-21 21:42:18

SYARAH LUMATUL ITIQAD by Ibnu Qudamah

SYARAH LUMATUL ITIQAD by Ibnu Qudamah

fililaf,i,nah 9 erulao ?n ahn,

Hadid:4). g@w+iu;,u&F

"Dia mengetahui apa yang ada di depan mereka dan apa yang di
belakang mereka." (Al-Baqarah: 255).

Allah d*i mengetahui apa yang terjadi dan apa yang akan
terjadi, Dia mengetahui segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu pun

yang samar bagi Allah,

{ @ s:ae{5 e:Ji o'.i;, ,4t;?z-{ai't't-$

"sesungguhnya Allah, tidak ada sesuatu pun di bumi dan di langit
yang samar bagiNya." (Ali Imran: 5).

Allah d6 mengetahui hal itu sejak azali,kemudian Dia menulis
segala sesuatu di Lauhil Mahfuzh, Allah $6 selalu mengetahui untuk
selama-lamanya, ilmuNya tk tidak terpisah dari DzatNya, karena
ilmu adalah sifat azaliyah sekaligus abadiyah bagi Allah d6, ilmuNya
di segala tempat. Allah tllr di langit bersemayam di atas ArasyNya,
sekalipun demikian tidak ada sesuatu pun yang samar bagiNya,
baik makhlukNya, bumiNya dan langitNya, tidak masa lalu dan
masa datang. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan aPa yang
3\an.terjadi, di mana ia terjadi dan bagaimana ia terjadi. Tidak ada
sesuatu pun yang luput dari ilmuNya,

FSi' ";;'lio.$qiAt a i" \wr; U;-{ ifi*y

'voigi;;,i,,,;SYr#;,f**,l;;ffi

sebesar semut hitam pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan
tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan
tersebut dalam kitab yang nyata (lnuhul Mahfuzh)." (Saba': 3).

Allah membedakan antara Dzat dengan IlmuNya, di mana

DzatNya di langit di atas Arasy, adapun ilmuNya, maka ia di segala
tempat, tidak ada satu tempat pun yang luput dari ilmu Allah dg.

O lii Vit\ril,t j; (Sebuah urusan tidak menyibukkanNya

dari urusan yang lain)

Satu perbuatan tidak menyibukkanNya dari perbuatan lain-

'6Je#.tad.-.6/.:L

T ilal,anal,Ieru,lamzhn,

nya, menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan,
memuliakan, menghinakan, memiskinkan dan mengayakan, Allah
de mengatur urusan makhluk-makhlukNya, satu Perbuatan tidak
membuatNya sibuk dari perbuatan lainnya. Lain halnya dengan
makhluk, jika dia sibuk dengan suatu pekerjaan, maka dia tidak
akan bisa mengerjakan perbuatan lainnya. Adapun Allah ffi, maka
tidak mungkin disibukkan oleh sebuah perbuatan dari perbuatan
lainnya. Hal itu karena kesempurnaan kodratNya Stridan kesem-
purnaan ilmuNya.

O,,1+ ttuanaagung)

Yakni Mahaagung kedudukanNya,,p\jl f (dari tandingan).

Tidak ada satu pun dari makhlukNyaya gmenandingiNya.

.,ri.jt; (Dan sekutu); adalah jamak dari .1!i, yang berarti tan-
dingan. Allah tlts tidak mempunyai sekutu, tandingan dan saingan,
Allah $c tidak menyerupai apa pun,

{ @ i$i'€\ ;r r::,,, -#,frb

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa denganNya dan Dia Maha
mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syura: L1.).

O ,i:rjr; lr;'jjrt t' 6';i (Mahasuci dari istri dan anak-anak)

Karena Allah $a tidak memerlukan makhlukNya, Dia tidak
memerlukan istri dan anak-anak. Lain halnya dengan makhluk,
karena kelemahannya, maka dia memerlukan orang yang mem-
bantunya. Tetapi tidak dengan Allah ds, Dia Mahakaya dari makh-
lukNya, Dia tidak memerlukan istri dan tidak pula anak, karena
anak adalah bagian dari bapak dan Allah.98 tidak mempunyai
sekutu, tandingan dan saingan, Dia Mahakaya dari makhlukNya,
di samping itu, Dia tidak memPunyai tandingan dari makhlukNya,
Allah juga tidak mempunyai anak.

Allah ffi tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak seorang
pun yang serupa denganNya. Ini Allah tetapkan dalam ayat-ayat
yang berjumlah banyak. Dia menyucikan DiriNya dari anak, untuk
membantah orang-orang yang menyifatiNya bahwa Dia mempu-

nyai anak, seperti orang-orang Nasrani yang berkata, "Isa al-Masih
adalah putra Allah." Dan orang-orang Yahudi yang berkata, "Uzair

ffi

T ilzdi,nah9erulip?nahru

adalah anak Allah." Orang-orang jahiliyah berkata, "Malaikat ada-
lah anak perempuan Allah." Allah J*; suci dari istri,

{Wrt,#*',fi'Siriiy
"Mana mungkin Allah mempunyai anak sementara Dia tidak mem-
punyai istri." (Al-An'am: 101).

Allah Mahasuci dari hal ini, karena ia hanya layak untuk

makhluk. Merekalah yang memerlukan pemikahan, memerlukan
anak-anak dan keturunan. Adapun A1lah 3f;3, maka Dia Mahakaya
dari makhlukNya dan makhlukNya yang memerlukanNya,

SiAi',U3 @ r;y$'& i;A @ tai; :p;i Gi tj"' b
i; i;i,*;@ rlj *f).v' J@'1 3\# r, 5*r,

;'!r":7g; ,qi,i'iiG*:;rf&ri?ct@i L4'1otl'i@3;\':'ig'-tr'iii;i ;\,F) *-A

G) \:; oryi

{@''#

"DAn mereka berkata, 'Tuhan yang Maha Pemurah mengambil
(mempunyai) anak.' Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu

perlara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan

itu dan bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh, karena mereka me-
ngatakan bahwa Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak

layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.

Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada
Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorflng hamba. Sesungguhnya Allah
telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hi-
tungan yang teliti. Dan tiap-tiap merekn akan datang kepada Allah pada
Hari Kiamat dengan sendiri-sendiri." (Maryam: 88-95).

Semuanya adalah hamba-hamba bagi Allah, tidak seorang
pun dari mereka yang menjadi anak bagi Allah SS seperti yang
diucapkan oleh orang-orang kafir dan orang-orang yang tersesat
dari kalangan orang-orang Nasrani, Yahudi dan orang-orang

musyrikin.

.',r!,K^Gqrdo---o-g.6Ffd,*

I'milad,analv erulao m,ahr.,

O'1;5* i;;i (HukumNya berlaku atas semua hamba)

Maksudnya qadha' dan qadarNya. Yang dimaksud dengan

hukum di sini adalah hukum qadari (ketetapan-ketetapan takdir).
Ia berlaku atas seluruh hambaNya, tidak ada seorang pun dari
mereka yang bisa melepaskan diri dari qadha' dan qadar Allah,

tidak Mukmin, tidak pula kafir, tidak ya g hidup dan tidak pula

yang mati. Qadha' dan qadar Allah tll$ berlaku atas seluruh makh-
luk, tidak seorang pun yang bisa keluar darinya atau menolaknya,
hukum-hukumNya yang bersitat qadariyah (ketetapan takdir) ber-

laku atas seluruh makhlukNya &, tidak ada yang bisa menghindar

darinya.

O #U i*.:t '# i (ridat mungkin diserupakan oleh akal

dengan berpikir)

Yakni akal tidak mampu membayangkanNya dengan pemi-

kiran, dan jiwa tidak kuasa membayangkan dengan penggambarary
karena Allah d6 tidak mempunyai misal dan tidak memiliki kese-
rupaan. Tidak seorang pun mengetahui DzatNya kecuali Allah $c
sendiri. Tidak boleh bagi siapa pun membayangkan Allah tltF, bahwa
Dia adalah begini dan begini atau menyamakanNya dengan ini dan
ini. Ini tidak boleh dan memang tidak mungkin, karena makhluk

tidak bisa meliputi Allah itE.

O (i-j.n$ J4\"ndok aila sesuatu pun yang serupa de'

nganNya."

Ayat ini menafikan permisalan dari Allah d6, tidak seorang

pun yang semisal denganNya, tidak seorang Pun yang menyeru-
paiNya dan tidak seorang pun mlenandingiNya d6, karena Allah
{ :-;lebih agung dari segala sesuatu. .r5 ,frb "Tidnk ada sesuatu
pun yang serupa denganNya. " Ayat ini mengandung penafian yang

menyeluruh, karena konteks kalimatnya adalah nakirah dalam

konteks kalimat negatif, maka ia menunjukkan keumuman. Tidak

seorang pun dari makhluk yang menyerupai Allah tH karena ke-

agungan, kebesaran, kekayaan dan kodratNya, tidak satu pun

makhlukN y a y artg menyerupaiNya.

Dan Firman Allah dW, 4 i$i'#i;)$ "Dan Dia Maha men-

dengar lagi Maha melihat," yak'ni, Ali5h t ,et yifati DiriNya dengan

l',K{,tc.ldWoJhr/v6H1I<-

?nulndinal,9enuhr,Tllatan,

pendengaran dan Penglihatan, dan sebelumnya Dia menafikan
persamaan DiriNya dengan makhlukNya. Ini menunjukkan bahwa
menetapkan sifat-sifat Allah tidak menuniukkan penyeruPaan se-
perti yang diklaim oleh orang-orang sesat. Allah menafikan Penye-
rupaan dari DirNya dan menetapkan pendengaran dan penglihatan.
Hal ini menunjukkan bahwa menetapkan sifat-sifat Allah tidak
mesti berarti penyeruPaan, sekalipun sifat-sifat tersebuU pende-
ngaran, penglihatan, kalam (berbicara), kodrat, wajah dan dua
tangan juga dimitiki oleh makhluk, namun itu khusus dan sesuai
dengan makhluk. Adapun sifat-sifat Allah ffi, maka ia adalah yang
layak dengan keagunganNya dan tidak menyerupai sifat-sifat
makhluk, sekalipun nama dan maknanya sama, namun dari sisi
hakikat dan bentuknya adalah berbeda dan berjauhan.

O ru.ir eu.r$r d (enan mempunyai nama-nama yang baik)

Ini menetapkan nama-nama Allah tltF sebagaimana yang Dia
tetapkan untuk DiriNya,

{ 61Li t?:'i\ 6iy

"Dan Allah mempunyai Asma-ul Husnn (nnma-nama yang bagus)."
(Al-A'raf:180).

{ G) 6!,rt |Uri';? * t n;{'^y

"Allah, tidak ada tuhan yang haq selain Dia. Din mempunyai nama-

nama yangbagus.' (Thaha: 8).

Allah UIF;";ilburkun bahwa DiriNya mempunyai nama-

nama danbahwa seluruhnya adalah husna (bagus), semPurna, tidak
tersusupi kekurangan sedikit pun.

O,Jrlr et!.flte (Dan sifat-sifat yang tinggi)
Sifat-sifat Allah tlt$ seperti rahmat (sayang), ilmu (berilmu),
kodrat (kuasa), iradah (berkehendak), mendengar dan melihat,
semua ini disebut dengan sifat.

Adapun as-Sami' (Maha mendengar), al-Bashr (Maha melihat)
dan al-Khablr (Maha mengenal), maka ia adalah nama-nama Allah,
dan semua nama Altah diambil sifat darirlya. Sifat kodrat (kuasa)
diambil dari nama al-Qadir (Mahakuasa), sifat mendengar (as-Sam'u)

.',!r.KM6d-o--.zv4vdEr,l

TfuAadirnalv 9erulir, mahrv

diambil dari as-sami ' (Maha Mendengar), sifat melihat (al-Bashar)
diambil dar! al-Bashir (Maha Melihat), sifat ilmu diambil dari al-
Alim (Maha Mengetahui) dan sifat hikmah diambil dari al-Hakim

(Mahabijaksana).
Demikianlah setiap nama dari nama-nama Allah mengandung

sifat dari sifat-sifatNya. Atlah memPunyai Asma'ul Husna yang
dengannya Dia menamakan DiriNya atau RasulNya menamakan-
Nya dengannya. Dia juga memPunyai sifat-sifat yang tinggi lagi
luhur yang tidak serupa dengan aPa Pun'

O Firman Allah,

lt-t -,ftr!'r.l/tr_.1

4zz-z

Yl ":l!!

" Allah yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arasy. Ke-

punyaanNya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua
yang di antara keduanya dnn semua yang di bawah tanah. Dan jikn kamu

mengeraslan ucapanmu, malu xsungguhnya Dia mengetahui rahasia dan

bahkan) yang lebih tersembunyi. Dia-lah Allah, tidak ada tuhan Qang
berhak disembah) melainlan Dia, Dia memiliki Asma'ul Husna (nama-

nama yang baik)." (Thaha: 5-7).

Ayat-ayat ini adalah dari awal surat Thaha, sebagaimana Allah

tJtS berfirman,

{ @,9t r*5 .i:'ii JL ilS*b

"YAng diturunkan dari Allah yang menciptalan bumi dan langit-

langit yang tinggi." (Thaha: 4), yakni al-Qur'an diturunkan dari sisi

Allah $[i, dan ia adalah FirmanNya,

1 tfi|tj;Ite'i;li}-"Tuhan yang Maha Pemurah, yang berse-

mayair di atas Arasy." Ini adalah satu dari tujuh ayat di mana di
dalamnya Allah tl[; menetapkan bersemayamNya di atas Arasy
adalah hakiki sesuai dengan keagunganNya W, yaitu tinggi (uluw)

di atas Arasy. Arasy adalah satu makhluk dari makhluk-makhluk

Allah ult5.

ffifH'rcAq?v;I

1l'liladi,nalv?enulaoflllrtan,

6i:;\bermakna bersemayam, naik dan tinggi. Allah iH berse-
mayam di atasnya akan tetapi semua makna tersebut layak dengan
keagunganNya W tidak seperti bersemayamnya makhluk atau ke-
tinggian makhluk atau naiknya makhluk di atas makhluk.

]ika makhluk naik di atas sesuatu, maka dia memerlukan ke-
padh sesuatu yang mengangkatnya agar dia tidakiatuh. Sedangkan

Allah €, maka Dia tidak memerlukan makhluk, termasuk Arasy,

tidak memerlukan langit, sebaliknya Arasy dan langit bergantung
kepada Allah {S*. Dia-lah yang memegangnya dan yang mencipta-
kannya. Ia memerlukan Allah dlts dan Allah tidak memerlukarmya.
Bersemayamnya Allah di atas Arasy tidak serupa dengan berse-
mayamnya makhluk di atas makhluk, sekalipun dari sisi makna
bahasa tidak berbeda, namun dari sisi cara dan bentuknya serta
hakikat tidaklah sama.

< t;:-;l,#ii| ifif|"Tuhan yang Maha Pemurah, yang ber-

semayatn di atas Arasy." Ini adalah berita dari Allah 06 dalam ayat
yang tujuh yang semuanya dengan kalimat yang serupa/

$"eir,ei$,,y

"Dia Bersemayam di atas Arasy." Yaifu dalam surat al-A'raf:54,
Yunus: 3, ar-Ra'd: 2, al-Furqan: 59, as-Sajdah: 4 dan al-Hadid: 57,
dan Firman Allah tlts dalam Thaha,

4t;=:i',#iJ;'.F.lib

"Tuhtn yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arasy."
(Thaha:5).

4*frio.Y,'d\,"KepunyaanNya-lahsemuayangadadilangit,"
yakni; apa yang ada di langit yang tujuh mencakup para malaikat
dan para makhluk serta lainnya.

{ *.5'h AV;\, " S emu a y ang di butni, " mencakup seluruh makh-

luk, semuanya adalah milik Allah, meliputi manusia dan hewan,
jin dan manusia, hewan-hewan, burung-burung dan lainnya. Semua
yang berjalan di muka bumi dan merayap di atasnya serta apa pun
yang ada di bumi adalah milik Allah tllS. Dia bertindak terhadap-
nya dan mengaturnya serta memberikan rizki kepadanya.

'trl#.6dJhdr

milalinah9"rulir'mnha,

4 l:#U5> "SerurT yang di antara keduany a"' Di antara langit
dan btimi, me'ncakup makhluk-makhluk di mana hanya Dia yang
mengetahuinya, semuanya adalah milik Allah tk'

{ $riiilS$"Dan semua yang ili bawah tAnah." Apa yang

ada di'dalam tafiah dan di permukaannya, mencakup seluruh

makhluk, barang-barang tambang dan orang-orang mati, semuanya

adalah milik Allah dan Dia-lah Penciptanya.

(@.-FrA\?*xE;aY-*4j F

"Dan jila kamu mengeraslun ucapanmu, maka sesungguhnya Dia

mengetahui rahasia dan (bahkan) yang lebih tersembunyi." (Thaha: 7).

Ilmu Allah mencakup apa yang diucapkan dengan keras dan
apa yang disamarkan, Dia mendengar aPa yang dikeraskan dan
apa yang disamarkan.

1j*>"DAnyang lebih tersembunyi." Yakni, yang lebih ter-

sembuhyi d-ari yang samar, tidak ada sesuatu pun yang luput dari

ilmuNya #.

(liiltiifflii} "Allah, tidak ada hrhan yang haq selain Dia."

yakni,'tidak ada s6sembahan yang berhak untuk disembah selain
Allah.

1#tC,V('i) "Dia mempunyai natna'nama yang bagus."

lni meiupakan pen6tapan terhadap nama A1lah dts dan bahwa ia

adalah husnn (bagus), semuanya sangat baik, semPurul dan bersih
dari aib dan kekurangan.

l r*W 83"!S> " IlmuN y a menc akup s eg al a s e su Attt ;' Yakni,

apa yahg telah terjadi di masa lalu dan aPa yang akan terjadi masa
datang dan segala sesuatu yang tidak ada yang mengetahuinya
setain Allah Sr. Segala sesuatu masuk ke dalam ilmu Allah d*, tidak
ada sesuatu yang keluar dari ilmuNya.

O g*t ,$ * (Dia menundukkan seluruh makhluk)

Yakni Allah menundukkannya di bawah kekuasaanNya dhi,
semua makhluk tanpa kecuali, mencakup orang-orang lcaya, oranS-
orang miskin, para raja, orang-orang rendahan, Para malaikat,
para Rasul , para Nabi dan seluruh makhluk; semuanya ttrnduk di

.ffibawah kekuasaan Allah, pengaturanNya dan penataanNya #, tidak

mildinahgeruhs,mahru

seorang pun keluar dari hal ini.

Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang yang menya-
takan bahwa ada wali-wali dan quthub-quthub yang mampu ber-
tindak sendiri di alam semesta ini seperti yang diucapkan oleh
orang-orang ingkar dari kalangan orang-orang sufi.

O;'y (Sebagai bentuk keperkasaan), yakni, kekuatan,l*L2

(dan ketetapan hukum). Yakni, segala sesuatu di bawah ketetapan
Allah $s, Allah ults menundukkannya dengan tindakan dan penga-
turanNya, tidak ada sesuatu pun yarrg membelot dari keketapan
Allah de.

O q4i ir;i rd ,9 eiS (Dan Dia meliputi segala sesuatu

dengan rahmat dan ilmu).
Yakni, rahmatNya mencakup segala sesuatu, Allah cltr ber-

firman,

4.;6Kai6G,3y

"Dan rahmatKu mencakup segala sesuatu." (Al-A'raf: 156).

Ilmu Allah juga mencakup segala sesuatu sebagaimana telah
berlalu,

4.Wve$'6,(.ls-b

"Dia mengetahui apa yang ada di depan mereka dan apa yang ada
di belaknng mereka." (Thaha: 1L0).

{|r$i o1i *t'i7;i o6'&y

"Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi.l' (Ali Imran:

2e).

Tidak ada sesuatu pun yang samar dari ilmu Allah dE. Ilmu-
nya mencakup segala perkara. Lain halnya dengan ilmu makhluk,
dia mengetahui sesuatu namun tidak mengetahui banyak perkara.
Sedangkan Allah ffi mengetahui segala sesuatu, tidak ada sesuatu
pun yang samar bagi Al1ah, segala sesuatu, tanpa kecuali, diketahui
oleh Allah tB. RahmatNya juga meliputi segala sesuatu, termasuk
orang-orang kafir. Rahmat Allah mencakup mereka, dalam arti
bahwa Allah ults memberikan rizki, keselamatan dan apa yang me-

.-,!f,K4Gqrdo---o.gthfFrl.*

TlblraAinah9erulaoYfbhn,

reka butuhkan kepada mereka. Ini adalah rahmat Allah ffi sampai

hewan-hewan pun hidup dengan rahmat Allah d6, AUah memberi-

kan rizkiNya kepadanya, memberikan keselamatan dan menyem-
buhkarurya dari berbagai macam penyakit. Allah menundukkan-
nya sehingga ia bisa mengasihi anak-anaknya sekalipun ia tidak
mengharapkan apa pun dari anak-anaknya, menyayangi anak-

anaknya sebagai sebuah rahmat dari Allah d6. Irri termasuk rahmat
Allah yang mencakup segala sesuatu, termasuk orang-orang kafir,
orang-orang Mukmin dan hewan-hewan. Namun semua ini adalah
di dunia,lain halnya di akhirat, rahmat Allah dtF di sana khusus
untuk orang-orang Mukmin semata, adapun orang-orang kafir,
maka mereka tidak mendapatkan rahmat sedikit pun dari Allah di

sana.

O 4+fi'XY{fi>"Dia mengetahui apa yang ada di depan

rtereka."

yang Yakni, mengetahui apa yang ateplaahyabnegralaklua,n$d.aWtanqg\,"dt-a,fni$a$pa
ada dibelakang mereka," yakni,

4Q -n""dan ilmu mereka tidakmeliputiNya," yakni, ilmu para hamba

tidak bisa meliputi Allah. Mereka tidak mengetahui Tuhan mereka

Sr; dalam arti mereka tidak mengetahui DzatNya, nama-namaNya,

sifat-sifatNya dan segala urusan Allah, semua itu tidak diketahui

oleh manusia kecuali sebatas apa yang Allah beritahukan kepada

mereka agar mereka mengetahuiNya dan menyembahNya semata,

tiada sekutu bagiNya. Para hamba tidak memiliki ilmu kecuali

apa yang Allah ajarkan kepada mereka, termasuk para malaikat,

sehingga mereka berkata,

$\i*ui;-rI --t S 6(:4y
"Mahasuci Engknu, kami tidak mempunyai ilmu kecuali apa yang

telah Engkau ajarkan kepada kami." (Al-Baqarah: 32).

O ...',i l&i \;*y (Yang disifati dengan apa yang Dia

tetapkan untuk DiriNya ...)

Yakni, Allah rjtF disifati dengan sifat-sifat yang Dia menyifati

DiriNya dengannya di dalam kitabNya, yaitu al-Qur'an, dan A1lah

juga disifati dengan sifat-sifat yang RasulNya ffi menyifatiNya

'tr?#"Grd--.6d,

€ffipfl{-mild,tue@€ffip

dengannya di dalam Sunnahnya. Nama-nama dan sifat-sifat adalah
tauqifiyah (hanya berdasarkan yang disebutkan al-Qur'an dan as-
Sunnah). Kita tidak patut membuat nama untuk Allah, padahal
Allah tidak menetapkannya untuk DiriNya dan RasulNya tidak
menetapkannya untukNya. Kita juga tidak berhak membuat sifat
yang Allah tidak menyifati DiriNya dengannya dan Rasulullah ffi
juga tidak menyifati Allah dengannya.

Inilah makna, "Yang disifati dengan apa yang Dia tetapkan
untuk DiriNya dan apa yang ditetapkan oleh NabiNya yang agung

ffi." Karena tiada yang lebih mengetahui Allah ffi daripada Allah
dan tiada yang lebih mengetahui Allah setelah Allah daripada
Rasulullah M. Kita hanya mengikuti dan meneladani, kita tidak
membuat apa pun dari diri kita dengan berpijak kepada akal dan
pikiran kita serta perasaan baik kita, semua ini tidak patut dilaku-

kan terkait dengan hak Allah ds.

.'r.!tM*ald-sT.-s/.q6lFrPL<

?tlooo,ti,oa' * ?llaaa/u, dyat, & thfu*

ili€rl &-ttt tf ilr-X t)filp4dtt ffi

AyaiMrtt--eaonyVearrtimdaandHanadMMitesen,lernataedpittlascapSSnlictiataat nt I

b $,tt]t )* j,;vL-*biart * &* J1 ,aayf)lit €.;rVqv, it, m

9is ,4#it66,dd,,flful.\*xlx;ii,,rr irL6;i)itr #i ,;drL;9Lt!t,: 1l\

"t,.1$t3,$t3,,!l.ealilllt:rtt43499\\ nu,n-eAriJ,t \I/

\ll
043,t*.;s. Grist'tii ,G;s iqL*i q\ U j#1ui T
'bS.-'lll ,j"PVq.\,#V ,rb *W Jr4r3,*.li Jt'+
I
:LV;r4*#ty,V eWint;'t :;$#t,f I

Semua apa yang tertera di dalam al-Qur'an dan tercantum I
secara shahih dari Nabi S dari sifat-sifat Dzat Yang Maha ffl
Pengasih wajib diimani dan menyambutnya dengan berse- | I I
rah diri dan menerima, tidak menyikapinya dengan peno- | I I

lakary menakwilkary menyerupakary dan memisalkanny". I I I
Apa yang musykil darinya wajib ditetapkan secara lafazhl I I I
tanpa mengungkit-ungkit maknanya, kita mengembalikan I I I

ilmunya kepada pengucapnya dan menyerahkan tanggung lll
iawabnya kepada penukilnya dalam rangka mengikuti ialan {
orang-orang yang mendalam ilmunya yang disanjung oleh
I
Allah dalam kitabNya yang mulia dengan FinnanNya,l

I

I l(oreksi pentingl: Syaikh Muhammad bin IbrahimAlu asy-Syaikh memberikan

komentar tentang ucapan penulis, rrWajib diimani secara latazh,t beliau ber-

kata, rrUcapan penulis Lum'ah ini termasuk kalimat yang mengandung kritik
dalam akidah ini, ada beberapa kalimat yang menuai kritik dari beberapa
kalangan terhadap penulis, karena tidak samar bagi kita bahwa madzhab

?n2r,orirna, 6( ?/l2r.dafla.v s4yat, & thd,AU

Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat
Allah yang tercantum di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah dari sisi lafazh dan
maknanya, meyakini bahwa nama-nama dan sifat-sifat tersebut adalah hakiki,
bukan majazi, bahwa ia mempunyai makna-makna hakiki yang sesuai dengan
keagungan dan kebesaran Allah. Dalil-dalil yang menetapkan hal ini lebih
banyak untuk bisa dihitung. Makna nama-nama ini jelas dan diketahui dari
al-Qur'an sama dengan yang lainnya, tidak ada kesamaran, tidak ada ketidak-
jelasan dan tidak ada kerancuan. Para sahabat telah menerima al-Qur'an

dari Rasulullah #, mereka juga menukil hadits-hadits dari beliau, mereka

tidak pernah merasa musykil terhadap sebagian makna ayat-ayat dan hadits.
hadits tersebut, karena ia jelas dan tegas. Demikian pula generasi sesudah
mereka yang hidup di abad yang utama. Sebagaimana diriwayatkan dari Imam
Malik manakala dia ditanya tentang,

(@r-,,-t ;$i&'r4ib

'Allah yang Maha Pengasih bmemayatn di atasArasy.'([haha: 5), maka Imam
Malik menjawab, 'Bersemayam maknanya diketahui, tapi caranya tidak di-
ketahui, mengimaninya wajib dan bertanya tentangnya adalah bid'ah.rr Hal
yang sama diriwayatkan dari Rabi'ah, guru Imam Malik dan Ummu Salamah
secara marfu ' dan mauquf.tl
Adapun hakikat sifat dan identitas aslinya maka tidak ada yang mengetahui.
nya selain Allah, karena pembicaraan tentang sifat adalah cabang dari pem-
bicaraan tentang pemiliknya sebagaimana tidak diketahui bagaimana hakikat
Dzat Allah kecuali oleh Dia maka demikian pula sifat-sifatNya, inilah makna
ucapan Imam Malik, rrCaranya tidak diketahui.rl
Adapun apa yang disebutkan oleh penulis Lum'ah maka ia sejalan dengan
madzhab al-Mufawwidhah, madzhab paling buruk dan paling busuk, padahal
penulis adalah imam di bidang asSunnah, beliau adalah orang paling jauh dari
madzhab rusak ini dan selainnya dari kalangan ahli bid'ah. Wallahu a'lam'
Shalawat dan salam kepada Muhammad dan para sahabatnya.'r Dinukil dari
Maktab al-lfta', no. 328, pada28/7/1385 H dinukil dari Fatawa wa Rasa'il
Syaikh Muhammad bin lbrahim, dikumpulkan dan disusun oleh Muhammad
bin Abdurrahman bin Qasim. Saya berkata, Siapa yang menelaah buku-buku
karya Ibnu Qudamah maka dia akan memastikan bahwa dia sangat jauh dari
madzhab al-Mufawwidhah dan ahli tahilil,lebih-lebih bukunya yang bernama
Dzamm at-Ta'wil yang berisi bantahan terhadap ahli takwil dan ahli tafwid.h
yang mengikuti jalan mereka. Dalam buku tersebut Ibnu Qudamah menetap
kan madzhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang menetapkan nama-nama dan
sifat-sifat Allah yang tercantum di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah dari sisi
lafazh dan makna. Maka apa yang diucapkan oleh Ibnu Qudamah di sini,
l'Wajib beriman kepadanya secara lafazh.tt termasuk ucapan global yang
mutasyabih yang ditafsirkan secara jelas, nyata dan gamblang di buku-buku-
nya yang lain, maka yang mutasyabih dari ucapannya harus dikembalikan

kepada yang muhkaae; Semua yang terucap olehnya yang mengandung ke

mungkinan dan kemungkinan wajib dikembalikan kepada ucapannya yang
muhkam (pasti) di buku-bukunya yang lain. Wallahu. a'larn-

Tllzu,rino * ?llzuta$zn s(yat, * thdito

4' $ * ii !9'*,91;,'oJA ;$ a 6j*git|
"DAn orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, 'Kami
beiman kepadanya, semuanya datang dai sisi Tuhan kami'."

(Ali Imran: 7). *f ,#$-::-t) f;Bt it e jui

Dan Allah berfirman mencela orang-orang yang mencari-

cari takwil bagi ayat-ayat mutasyabih,

.ry'\ffi #ri=.s:',rtg:'(,1#U+,kA'";fi ftb

{'{,i{1 ,{b$'{J,-tfi

"Adapun orang-otang yang di dalam hatinya terdapat kecon-
ilongan kepada kebatilan maka mereka mengikuti sebagian

ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan men-
cai-cai takwilnya. Dan (padahal) tidak ada yang mengetahui
takuilnya kecuali Allah." (Ali Imran: 7).

f-!,p,3irlrW,i frgy,t,$r3qi\wuiVi wEJtty{to|,i,*ftb1t.wrtjdjtfr)+4,t
Allah menetapkan bahwa mencari-cari takwil merupakan
tandas ketersesatan, dan Dia menyandingkannya dengan
sikap mencari-cari fitnah dalam celaan, kemudian Dia meng-
halangi mereka dari apa yang mereka harapkan, memutus-
kan keinginan mereka dari apa yang mereka cari dengan

FirmanNya,

{',.ei f1 /L_r.!6,iJ_6>

"DAn tidak ada yang mengetahui takzailnya kecuali Allah."
(Ali Imran: 7).

6##.Grd--.hd,

m2n rirr.o &'ln2raL?Lrv e4yat, &9Ladau

( svr* almh)

O Pembaglan DaIII-daIll Tentang Stfat Allah dan llletode

Illanusla dl Dalamnya

Dalil-dalil al-Qur'an dan as-Sunnah yang hadir menetapkan
sifat-sifat A1lah, terbagi menjadi dua: ]elas lagi nyata dan musykil
lagi samar.

Yang pertama adalah apa yang lafazh dan maknanya jelas,
bagian ini harus diimani secara lafazh dan ditetapkan maknanya
secara benar, tanpa menolak dan menakwilkan, tanpa tasybih daurt
tamtsil. Hal itu karena syara'menetapkannya, maka ia wajib diimani,
disikapi dengan penerimaan dan penyerahan diri.

Adapun yang kedua maka ia adalah apa yang belum jelas
maknanya, karena adanya keglobalan dalam kandungan makna-
nya, atau karena keterbatasan pemahaman pembacanya. Untuk
bagian yang kedua ini wajib ditetapkan lafazlnya karena syara'
hadir menetapkannya dan menahan diri dalam memaknainya de-
ngan tidak mengungkit-ungkitnya, karena ia masih musykil, tidak
mungkin menetapkan hukum atasnya, maka kita mengembalikan-
nya kepada Allah dan RasulNya.

Metode yang ditempuh orang terbagi menjadi dua kelompok
terkait dengan bagian yangmusykil iru

Kelompok pertama; Kelompok yang mengikuti jalan orang-
orang yang ilmunya mendalam (ar-Rnsikhuna fi al-llmi), orang-orang
yang beriman kepada yang muhknm dan yang mutasyabih. Mereka
berkata, "Semuanyt datang dari sisiTuhanknmi." Mereka tidak mem-
bahas secara mendalam apa yang mereka tidak mungkin menjang-
kaunya dan mengetahuinya. Hal itu karena mereka menghormati
Allah dan RasulNya serta bersikap sopan di hadapan dalil-dalil
syar'i, mereka inilah yang disanjung oleh Allah dalam FirmanNya,

*{gs G|F - *,fr't't'$v l$ a'oi='Iity

'tre#,thd.-.661,

cmonztiow * ?ltzutaplaa, e4yat, & 9(adito

"Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berlata, 'Knmi beriman

kepadanya, semuanya datang dari sisiTuhankami'." (Ali Imran: 7).

Kelompok kedua: Kelompok yang mengikuti jalan orang-orang
yang menyimpang, orang-orang yang mengikuti yang mutasyabih
untuk mencari-cari fitnah dan menghalang-halangi manusia dari
Agama mereka dan dari manhaias-Salaf ash-Shalih. Mereka ber-
upaya menakwilkan yang mutasyabih ini dengan aPa yang mereka
inginkan dan bukan apa yang diinginkan oleh Allah dan RasulNya.
Mereka mempertentangkan dalil-daliI al-Qur'an dan as-Sunnah,
mereka berusaha menggugat petunjuknya dengan penolakan dan

pembatalan untuk menanamkan keragu-raguan di hati kaum

Muslimin terhadap petunjuknya, mengaburkan hidayahnya dari
mereka. Mereka inilah orang-orang yang Allah cela dalam Firman-

Nya,

&t6 :ry-.;6 1;i!r ;;q'4ri4 (, 5;;3 U +,k A r-if tE h

{,.6i1,,i,*,#_

"Adapun orang-ornng yang di dnlam hatinya terdnpat lcecondongan
ktpada tcebatilan mala merekn mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat
untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari talattilnya. Dan (padahal)
tidak ada yang mengetahui talcrttilnya kecuali Allah." (Ali Imran: 7).

O Penfelasan lentan$ Dalll-dalll darl Slsl Kefelasan dan

Kesamaran

Kejelasan dan kesamaran dalam dalil-dalil Syar'i adalah masa-
lah yang relatif, berbeda di antara manusia satu sama lain menurut
pemahaman dan ilmu mereka. Terkadang suatu dalil samar bagi
seseorang, namun jelas bagi orang lain. Maka pada saat terjadi
ketidakjelasan, wajib mengikuti aPa yang dikatakan di atas, yaitu
menahan diri dengan tidak menetapkan maknanya secara gegabah,
sekalipun dari sisi realita, dalil-dalil syar'i itu sendiri tidak terdapat
-segala puji bagi Allah- yang musykil di mana tidak seorang ma-
nusia pun yang mengetahui maknanya terkait dengan aPa yang

penting dalam perkara agama dan dunia mereka. Hal itu karena
Altah ults telah menyatakan bahwa al-Qur'an itu adalah cahaya

yang nyata, penjelas bagi manusia, pembeda antara yang haq de-

Tllzotano & m2rataflz.v e4,Vt, * 9ladi,to

ngan yang batil. Allah menurunkannya sebagai Penjelas bagi segala
sesuaiu, ttidayah dan rahmat. Lri artinya, tidak boleh ada dalil-dalil

yang musykii dari sisi kenyataan yang sebenarnya, di mana tidak
mungkin bagi seorang umat pun untuk memahaminya'

O Mahna: Penolahan, fakrdl, Tasybth (penyerupaan), Tamtsll

(pcrmlsalan) dan Contoh Bagl lllaslng-maslng
Penolakan berarti pengingkaran dan pendustaan, misalnya

seseorang berkata, "Allah tidak mempunyai tangan, tidak secara
hakiki dan tidak pula secara maiazi." Ini adalah kekufuran karena
itu berarti mendustakan Allah dan RasulNya.

Takwil berarti tafsir. Maksudnya di sini adalah menafsirkan
dalil-datil tentang sifat dengan makna yang tidak diinginkan oleh
Atlah dan RasulNya, menyelisihi penafsiran para sahabat dan

tabi'in.

Hukum takwil terbagi menjadi tiga macam bagian:
Pertama: Takwil yang berasal dari iitihad dan niat yang mulia,
di mana jika ia keliru lalu dijelaskan kebenaran kepadanya, maka
dia meninggalkan takwilnya (yang salah), maka ini dimaafkan,
karena itu merupakan usaha maksimalnya, Allah elt5berfirman,

4(,;;l3$yr7..i{i'i-&r{y

" Allah tidak membebani suatu i iwa kecuali sebatas kemampuannya. "
(Al-Baqarah: 286).

Kedua: Takwil yang berasal dari hawa nafsu dan fanatisme,
sekalipun ia mempunyai sisi kemungkinan dari segi bahasa, maka
ini merupakan kefasikan dan bukan kekufuran, kecuali jika penak-
wilan bersangkutan mengandung kekurangan dan aib bagi Allah,
dalam kondisi ini ia menjadi kekufuran.

Ketiga: Takwil yang berasal dari hawa nafsu dan fanatisme,
dan sama sekali tidak mempunyai sisi kemungkinan dari segi
bahasa, maka ini merupakan kekufuran, karena hakikat takwil ini
adalah pendustaan, di mana ia memang tidak bersandar kepada

aPa Pun.

Tasybih (penyerupaan) adalah menetapkan sesuatu yang

.'rf,vfBi.r

?nozerina, *'lftztutaTlan e*p & thdito

serupa dengan Allah dalam hak-hak dan sifat-sifat yang menjadi
kekhususanNya. Ini merupakan kekufuran karena ia termasuk
syirik kepada Allah dan mengandung kekurangan bagiNya, di

mana pelakunya menyamakan Allah dengan selain Allah.

Tamtsil (permisalan) adalah menetapkan sesuatu yang se-

misal dengan Allah dalam hak-hak dan sifat-sifat yang menjadi

kekhususan bagi Allah. lri juga merupakan kekufuran, karena ia

merupakan syirik kepada Allah dan pendustaan terhadap Firman

Allah ult$,

{:b-*'#Ab
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa denganNya. " (Asy-Syura: L1.).

Ia mengandr.g kekurangan bagi Allah, karena dia telah me-
nyamakan Allah yang sempurrur dengan makhluk yang kurang.

Perbedaan antara tamtsil dengan tasybih, yang pertama berarti
menyamakan dalam segala sisi, sedangkan yang kedua tidak demi-
kian adanya.

***

ffi

Tltou,tiow * ?lloaa$u e{,Vt, * 9ladito

(t**h .urro)

O i;i$t c) rVuj3i {S"-r" apa yang tertera di dalam al-Qut'an)

Ini adalah penjelasan bagi kalimat sebelumnya. Apa yang
tertera di dalam al-Qur'an a1-Karim dan apa yang diriwayatkan
secara shahih dari Nabi ffi terkait dengan berita tentang Rabbnya
$E wajib diimani dan diterima, maka kita menetapkannya sebagai-
mana Allah dan Rasulullah Si menetapkannya, kita tidak boleh
turut campur tangan melalui akal kita, pemikiran kita, dan per-
tanyaan-pertanyaan kita dalam hal itu. Karena perkara ini adalah
tauqifiyah, di mana kita tidak berhak untuk turut serta di dalamnya.
Kewajiban kita hanyalah menerima, beriman, dan tunduk; inilah

keadaan seorang hamba yang baik.

Di samping itu, tidak ada perbedaan antara aPa yang Allah
rJl$ tetapkan untuk DiriNya di dalam al-Qur'an dengan aPa yar.g
ditetapkan oleh Rasulullah M di dalam Sunnahnya. Nama-nama
dan sifat-sifat Allah yang tertera secara shahih di dalam Sunnah
Rasulullah M, wajib diimani sebagaimana yang tertera di dalam
al-Qur'an juga wajib diimani. Lain halnya dengan orang-orang
yang secara umtun tidak berhujjah kepada sunnah atau tidak ber-
hujjah kepada hadits-hadTts ahad, khususnya dari kalangan orang-
orang sesat, dan ini adalah metode sesat. Maka apa yang diriwayat-
kan secara shahih dari Rasulullah ffi, baik melalui jalan mutawatir
atau ahad, terkait dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah, wajib
diimani dan diterima, berdasarkan Firman Allah clt$,

4ffiefr6b3-riSitipvc,b

"Apa-apa yang dibawa oleh Rasul kepadamu, maka ambillah dan

apa-apa yang dia larang, maka jauhilah." (Al-Hasyr:7).

Dan juga berdasarkan Firman Allah tit5,

{ @ 6i.:E,J$,r@ -G;il & ;F-u, b

"Dia tidak berbicara dari hawa nafsu, ucapannya itu tiada lain ke-

?nzrv/tirrw & m"irta$arv s4yat, & thd,iiw

cuali wahyu yang diwahyuknn kepadanya. " (An-Najm: 3-4).

Semua yang diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah M di
dalam masalah ini, yaitu Asma' wa Shifat wajib diimani, dipercayai,
dan menetapkan nama dan sifat bagi Allah, sebagaimana di dalam
al-Qur'an. Tidak ada perbedaan di antara keduanya, siapa yang
membedakan di antara keduanya, maka dia termasuk golongan
orang-orang sesat yang mendustakan Rasulullah M, danbarang-
siapa mendustakan Rasulullah ffi, maka dia kafir.

O b!t: #\#: (Menyambuhrya dengan berserah diri dan

menerima)

Yakni: Menyambutnya, maksudnya adalah menerimanya,
yaitu dengan meriwayatkannya, menyampaikannya, dan mene-
rimanya tanpa menyanggah, karena ia datang dari sisi Allah atau
dari sisi Rasulullah M. Kewajiban kita dalam hal ini adalah mene-
rima dan tunduk, bukan membantah dan ikut furut campur dengan
pikiran dan akal kita, seperti yang dilakukan oleh orang-orang

sesat.

O t|\i ,-e$r 9j; Oidat menyikapinya dengan penolakan)

Yakni: Tidak menyikapi nama-nama dan sifat-sifat yang
datang dari A1lah di dalam KitabNya dan apa yang diriwayatkan
secara shahih dari Rasulullah M di dalam Sunnahnya dengan pe-

nolakan dan penentangary seperti orang-oran g yangberkata, "Kami
tidak menerima sururah sebagai hujjah, kami tidak menerima hadits
ahad sebagai hujjah." Ini adalah sikap penolakan terhadap apa yang
datang dari Allah dan apa yang datang dari RasulNya Si, beriman
kepada sebagian kitab dan kafir kepada sebagian yang lain. Kita
memohon keselamatan kepada Allah darinya.

Sebagian dari mereka tidak menolak apa yar.g tercantum di
dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, akan tetapi menolak maknanya
melalui takwil dan tafsir yang menyimpang.

Ini adalah penolakan terhadap makna, yang tidak berbeda
dengan penolakan terhadap lafazh. Mereka berada di antara dua
perkara: Menolak dan mencampakkan nash, atau menerima nash
secara lahir namun menakwilkannya dan membelokkannya dari
maknanya yang shahih kepada makna yartg sejalan dengan hawa

?ltzu,rina, * ?llz*$a* a4r7"t, * 9hdau

nafsu dan pikiran mereka, atau sejalan dengan kaidah-kaidah
manthiq dan ilmu kalam yang mereka anut, yang mereka namakan

dengan aqliyat (logika). Mereka menundukkan nash-nash kepada
akaiatau istilah-istilah bikinan manusia. Ini pada hakikatnya ber-
tentangan dengan iman kepada aPayang dibawa oleh Allah dan

RasulNya.

Yang wajib adalah, hendaknya kita beriman kepada aPa yang
datang dari Allah dan RasulNya secaralaf.azh dan makna. Kita
harushenerima lafazlnya dan menerima maknanya. Kita tidak

patut ikut campur melalui takwil atau tahrif atau tafsir yang me-

nylmpang dari maknanya, seperti yang dilakukan oleh orang-orang
sesat dari kalangan ahli takwil dan al-Mu'aththilah.

O;.i1tt(Takwil)
Ini adalah madzhab sebagian orang, dan tasybih adalah

madzhab sebagian yang lain, yang menetapkan lafaz};t dan makna
namun menyamakan Allah dengan makhlukNya. Mereka adalah
al-musyabbihah yang menyamakan Allah dengan makhlukNya, me-
nyamakan sifat-sifatNya dengan sifat-sifat makhluk, nama-nama
Allah dengan nama-nama makhluk, mereka adalah oranS-orang
yangberlebih-lebihan dalam menetapkan. Sementara kelompok
yang pertama yaitu ahli ta'thilbeilebih-lebihan dalam menafikan
dan menyucikan Allah, keduanya keluar dari kebenaran. Kebe-
naran adalah apa yang dipegang oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah,
yaitu menetapkan aPa yang Allah tJl,S tetapkan untuk DiriNya dan

Rasulullah # tetapkan untuk Allah i:1l5 tanpa tahrif danta'thil, tanpa

takyif, tasybih dan tamtsil. Inilah ya^Sbenar yang dipegang oleh
ahlul haq. sedangkan siapa yang menyelisihinya dari kalangan ahli
ta'thil atau ta'wil atau tasybih atau tamtsil, maka pendapat-pendapat
mereka adalah batil lagi sesat.

O .t!! b SJ\ u; (APa yang musykil darinya ...)

Kalimat ini tidak bisa diterima dari penulis. Seolah-olah

penulis membagi nash-nash sifat menjadi dua bagian: Bagian yang

kita ketahui makna dan tafsirnya, kita mengimani bagian ini dan

mengimani makna dan tafsirnya, dan bagian kedua adalah bagian
di mana kita tidak memahami maknanya, bagian ini kita pasrahkan

'trg#,^ld*,66!-

Tnpn&bna, &'//lpn taflan, dyat &thti*r,

kepada Allah dg. Ini keliru, karena seluruh nash-nash yang ber-
kaitan dengan Asma' wa Shifat diketahui maknanya. Tidak satu
pun darinya yang termasuk ke dalam musytabih atau mutasyabih.
Dalil-dalil dalam masalah Asma' wa Shifat ini bukan bagian dari

mutasyabih dan tidak masuk ke dalam mutasyabih, sebagaimana hal
tersebut ditetapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, di mana
beliau mengatakan bahwa beliau tidak menemukan di antara per-
kataan-perkataan salaf dan para ulama yang kapabel di bidang ini,
yang menunjukkan bahwa Asma' wa Shifat atau sebagian darinya
termasuk mutasyabih, di mana hanya Allah yang mengetahuinya.
Semua dalil-dalil Asma' wa Shifat termasuk bagian yangmuhkam, di
mana maknanya diketahui, ditafsirkan dan dijelaskan. Tidak ada
sesuatu pun darinya yang termasuk mutasyabih yang tidak diketa-
hui maknanya, sebagaimana yang dikatakan oleh penulis di sini.

Allah 3Eft hanya mengabarkan bahwa Dia menurunkan al-
Qur'an, sebagian darinya adalah ayat-ayat muhkamat sedangkan
yang lainnya adalah mutasyabihat,lalu apa makna muhkamaf dan

mutasyabihat? Para ulama menyatakan bahwa muhkam adalah yang
maknanya jelas di mana tafsimya tidak bergantung kepada lainnya.

Adapun mutasyabih adalah bagian di mana tafsir dan keterangan
tentang maknanya memerlukan kepada yang lain. Memang ada
dalil-dalil yang musykil, namun di saat ia dikembalikan kepada

dalil-dalil yang lain yang menjelaskannya, maka titik musykil ter

sebut akan hilang dan kebenaran menjadi jelas.

Para ulama menyatakan bahwa hal ini seperti dalil umum
dengan dalil khusus, muthla4 dengan muqayyad, nasikh dengan

mansukh, mujmal dengan mubayyan.Inilah makna muhkam dan mu-

tasyabih.Ini ada di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, jika ada dalil-
dalil atau nash-nash yang musykil, maka kita mengembalikannya
kepada dalil-dalil lainnya. Firman Allah ulls saling menafsirkan,
sabda Nabi M saling menjelaskan, dan inilah yang dimaksud de-
ngan muhkam dengan mutasyabih. Al-Muhkamat induk dari segala

sesuatu, dan { €-i$'( '45}. "oyot-ayat lainnya mutasyabihat", yakni

maknanya musykil jika ia sendiri, akan tetapi jika ia dikembalikan
kepada nash-nash yang muhkam, maka nash-nash yang muhkam irrj
akan menjelaskan dan menerangkannya.

'6Je#.thd.-.661,

7n2n ^inu, 6( fnprrotaflaa, efig, & thd*u

Orang-orang yang berilmu mendalam mengembalikan yang
mutasyabih kepada yang muhkam. Mereka menafsirkan sebagian
Firman Allah dengan sebagian yang lainnya, menafsirkan sabda
Rasulullah ffi dengan sabda lainnya, atau menafsirkan Firman Allah
dengan Sunnah Rasulullah ffi atau sebaliknya, sabda Rasulullah ffi
dengan Firman Allah. Karena semuanya datang dari sisi Allah,

oleh karena itu mereka berkata , 4V *'U '3.rgib "Kami beriman

kepadanya, semuanya datang dari iisi Tuhan kami."'yakni beriman
kepada yang muhkam dan yang mutasyabih.

Sedangkan orang-orang yang menyimpang, semoga Allah
melindungi kita semua darinya, maka mereka mengambil yang
mutasyabih dan berdalil dengannya namun mereka meninggalkan
yang muhkam dan tidak mengembalikan yang mutasyabih kepada
yang muhkam, demi tujuan buruk, yaitu 4 ir:$ i67j$ "mencari-cari
fitnah," yakni memfitnah manusia dari Agama mereka. Mereka
berkata, "Ini adalah Firman Allah dan ini adalah sabda Rasulullah
ffi." Dengan itu mereka memfitnah bagi orang-orang dari agama
mereka. Manakala mereka hadir membawa ayat atau hadits yang
mutasyabih, mereka akan berkata, "Ini adalah Firman Allah dan
sabda Rasulullah M, apayang akan kalian katakan?" Mereka mena-
namkan kerancuan pada masyarakat, seolah-olah mereka berdalil
kepada Firman Allah dan sabda Rasulullah ffi. Akibatnya mereka
akan memfitnah manusia dari Agama mereka.

Sebagai contoh, sebagian orang yang tidak berilmu mencari
hadits-hadits mutasyabih kemudian mengeluarkannya kepada
masyarakat, lalu mereka berkata, "Kami berdalit kepada hadits."
Tujuan mereka adalah untuk membuktikan bahwa diri mereka di
atas kebenaran, padahal hadits-hadits tersebut bukanlah hadits-
hadits yang samar bagi para ahli ilmu, mereka telah menafsirkan-
nya dan menjelaskan maksudnya, akan tetapi orang-orang yang
tidak berilmu tersebut memenggal hadits dari syarah para ulama,

4I$i 5 .11titl iU'ri,E'wy

"Mereka memutuskan apa yang diperintahkan oleh Allah untuk
disambung. " (Al-Baq ar ah 27).

Ini adalah jalan hidup para pengusung kesesatan di setiap

,hd-.ih61,

'6U91.&i'

?ltsutnw & ?llr rta?lan olrrot, &g&diL'

masa dan tempat, memisahkan sebagian Firman Allah dltS dari se-
bagian yang lain, memenggal sebagian sabda Nabi iw, dali seba-

gian yang liin, lalu mereka berani berkata, "Kami berdalil kepada
Firman Allah eit6 dan sabda Rasulullah s."

Kami katakan, Tidak, kalian tidak berdalil dengan Firman
Allah elts dan sabda Rasulullah #6. Seandainya kalian benar-benar

berdalil dengan Firman Allah dan sabda Rasulullah s, niscaya

kalian akan mengembalikan mutasyabilr kepada muhkam. Kalau
kalian mengambil sebagian dan membuang sebagian yang lain-
nya, maka hal itu bukan berdalil dengan Firman Allah dan sabda

Rasulullah i#.

}4. - ry-* &(' {,i'fi ;6;i'^r';ii 66#U +,k c t-ifitE

"Adapun orang-orang yang lutinya condang lnpado lcesestan, makn

mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbullan
fitnah dan mencari-cari taktilnyA." (Ali Imran: 7).

Ini adalah metode oranS-orang yang menyimpang, selalu dan
selamanya. Semoga Allah memberikan keselamatan kepada kita.

Itlasam-masam Tahwll:

Pertama, takwil bermakna menafsirkan dan menielaskan
makna. Inilah istilah yangdigunakan oleh para ulama terdahulu,

seperti Ibnu Jarir dan lainnya. Mereka menamakan tafsir dengan
takwil. Dengan makna ini, orang-orang yang mendalam ilmunya

diindukkan kepada lafzhul lalatnh dalam Firman Allah, {,'L"U #-Vb
il)" D an tidak m en ge t ahui talaoilny a, " yakni taf simya, $ )di a i'fui(;'ii

"lcecuali Allah dan orang-orang yang mendnlam ilmunya. " Yakni, orang-

orang yang ilmunya mendalam mengetahui hal itu, lain halnya
dengan orang-orang yang dangkal ilmunya, mereka ini tidak me-

ngetahui makna muhlum dNtmutasyabih.Danini cara baca sebagian

al:ili qira'ahyang tidak berhenti pad-a lafzhul lalalah, |i:-io$
(2 i Ai'il-lii"Dan tidak ada yang mengetahui talatsil"n:"yi,a$yk"ei"c"Uuali Al.lah
dan orang-orang yang mendalam ilmunya. " Allah ffi mengetahui apa

yang Dia turunkan, demikian pula orang-orang yang mendalam

i}1nrr,yu mengetahuinya dari ilmu yang Allah tlts ajarkan kepada

mereka. Hal itu karena para ulama adalah pewaris para Nabi.

Adapun orang-orang yang ilmunya rendah dari kalangan orang-

tr?#,,tard;hai"--

?nil2 ina, &'ln2rp,laflan, sfiyat, &9lati*t,

orang yang baru belajar atau baru mencari, maka mereka tidak
mencapai tingkatan tersebut.

Kedua, mengetahui hakikat di mana sesuatu kembali kepa-
danya di masa datang. Berdasarkan makna ini, maka waqaf pada

lafzhul lalalah merupakan keharusur,, { XJy,rLtF UqY"dan tidak

ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah." Karena hakikat dari
semua yang Allah tltF sebutkan di dalam al-Qur'an, berupa surga/
neraka, apa yang akan terjadi di Hari Kiamat, apa yang akan terjadi
di masa datang, hanya Allah tltF yang mengetahui hakikat dan
bentuknya. Demikian pula Asma' wa Shifut, hakikat danbentuknya
hanya diketahui oleh Allah ffi, maka menurut ini wajib berhenti
(w aq afl di lafzhul I alalah.

Termasuk dalam masalah ini adalah Firman Allah tlt$,

(,r.t_ri Jyir.,u-.6b

"Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali takwilnya (terlak-

sananya kebenaran al-Qur'an). " (AI-A'raf: 53), yakni, mereka tidak
menunggu kecuali kejadian yang sebenarnya di masa mendatang,

{ ,1.J ayi1b "padt hari datangnya kebenaran pemberitaan al-Qur'an

itu." Yakni hari di mana hakikat dan kejadian sebenarnya terjadi
sebagaimana yang Allah elts kabarkan,

irfr n(i $t ,?'\C; yjr S',C'{'J? u|fr'<2li lfrY

{ 3:;i K"$i'#i:i1';} tr-ai;ii3

"Berkatalah orang-orang yang melupaknnnya sebelum itu, 'Sesung-

guhnya telah datang Rasul-rasul Tuhan Kami membawa yang haq, mala
adakah bagi knmi pemberi syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi kami,
atau dapatkah kami dikembaliknn ke dunia sehingga kami dapat beramal

yang lain dari yang pernah kami amalkan? "'

Yakni, jika di Hari Kiamat mereka menyaksikan hakikat-haki-
kat dari perkara-perkara ghaib yartg Allah beritakan sebelumnya,
maka saat itu mereka meyakini diri mereka keliru, bahwa mereka
telah melalaikary mereka telah melupakan, sehingga mereka ber-
harap pulang ke dunia atau jika mungkin ada seseorang yang mem-
berikan syafa'at kepada mereka untuk itu.

ffi

?tlztpnanoo * ?ltznaqhn s&Vt, & 9ladit*

Demikian pula Firman Allah eltg tentang kisah Nabi Yusuf
manakala beliau mengangkat bapak ibunya ke singgasana dan

saudara-saudaranya sujud kepadanya,

4\ "g i;W'i 3i c'd-i l'y tK oia-ie;y

"Yusuf berlata, 'Wahai ayahku, inilah tahtil mimpiku yang dahulu
itu, sesungguhnya Tuhanku telah meniadikannya suatu kenyatlan'."

(Yusuf:100).

Yakni, ini merupakan keterangan tentang hakikat dan takwil-
nya, sekarang ia terjadi dan benar terwuiud. Hal itu karena di awal

surat, Yusuf berkata,

{ @ 6.#",)i#y'';n6 ;AiJ6'5i,3 A 5v ;|i'$.Y
"Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bin-
tang, matahari dan bulan, aku lihat semuanya suiud kepadaku." (Yusuf:

4).

Takwil mimpi Nabi Yusuf tidak terbukti kecuali setelah

waktu yang cukup lama, yaitu manakala bapak, ibu, dan saudara-
saudaranya pergi ke Mesir setelah Yusuf berkuasa di sana,

x\i6 bL'.;\gX 36i r!-A 4Lait-fii&\;f,Ky

{;Ae,:-i'€;' @ a;t:
"Maka tatkala mereka masuk ke tempat Nabi Yusuf, Yusuf me-
rangkul ibu bapaknya dan dia berlata, 'Masuklah lulian lce negeri Mesir,

insya Allah dalam lceadaan aman. Dan ia menaiklun kedua ibu-bapaknya

ke atas singgasana."

Singgasana adalah kursi raja atau tempat duduk raja.

sujud 47.f;- :iW* "Dan merekn (semuanya) merebahkan diri seraya
Yakni sujud penghormatan. Ini boleh dalam
iepada Yusui."

syariat mereka, kemudian ini dinasakh (dihapus) dalam syariat

kita, dan sujud kepada makhluk dilarang. Ini adalah takwil mimpi

sebelumnya; inilah makna dan hakikat takwil.

]adi makna takwil di dalam al-Qur'an terbagi menjadi dua
bagian, pertama, mengetahui makna dan kedua, mengetahui
hakikat dan kebenaran di mana suatu perkara kembali kepadanya

?llnauo * Tllnata$aa, e4yt, & 9{zdita

di masa datang. Yang pertama diketahui oleh para ulama, sedang-
kan yang keduanya hanya diketahui oleh Allah.

Terdapat makna takwil yang ketiga, yang dibuat-buat oleh

ahli kalam,yaitu, memalingkan lafazhdari zahimya kepada makna
lainnya, dengan alasan adanya hubungan dengan itu. Menurut

mereka, takwil dengan makna ini tidak mempunyai asal-usul di
dalam Firman Allah dan sabda Rasulullah ffi. Ia hanyalah istilah
yang mereka gunakan sendiri. Oleh karena itu mereka menakwil-

kan "tangan" dengan kodrat, mereka menakwilkan "wajah" dengan
dzat, menakwilkan "rahmat" dengan keinginan untuk memberi
nikmat, menakwilkan "marah" dengan keinginan untuk membalas,
"turt.n" dan "datang" dengan turunnya perintah atau turunnya
keputusan. Begihrlah mereka merubah perkataan dan menafsirkan-
nya bukan dengan maknanya yang shahih. Lri adalah takwil yang
tercela, merupakan istilah yang dibuat-buat. Sedangkan takwil yang
shahih, maka ia sebagaimana yang tercantum di dalam al-Qur'ary
bahwa ia ada dua macam seperti yang telah kami jelaskan.

Orang-orang yang menyimpang, di marul hati mereka terisi
oleh kecenderungan kepada penyimpangan, mereka mengambil
yang mutasyabih dan tidak mengembalikannya kepada yang muh-

kam,mereka mengambimutasyabih dan membuang yang muhkam,
lalu mereka berkata, "Kami berdalil dengan al-Qur'an."

Golongan Khawarij berkata menafsirkan Firman Allah,

;;;;y{ @ itr A-ii+\> '-1i4 ''c' ItiY 'ai;;';l{

"Dan barangsiapa yang mendurhalui Allah dan RasulNya, makn
sesungguhnya baginya Neraka lahannm, merelu lcekal di dalamnya sela-

ma-lamanya." (Al-]in: 23), mereka berkata, "Ayat ini menunjukkan
bahwa pelaku kemaksiatan adalah kafir dan bahwa dia kekal di
dalam neraka." Mereka tidak mengembalikan Firman Allah dlts ini

kepada FirmanNya yang lain,

4 Xli d.a$ tic ;15 .*,nA S};-S ai 61 p

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan meng-
ampuni dosa selainnya bagt siapa yang Dia lcchendaki. " (An-Nisa': 48).
Mereka juga tidak mengembalikannya kepada Firman Allah,

ffi

?llsu,*w & manda?laa, g{yal, & 9hdits

rLbi, #g'{e Ji*'^:;'oi$ tf i?ti1} oyfi

{@ L'Fi't'
"likn kamu menjauhi do -dosa besar di antara dos-dosa yang di-

larang lamu mengerjalannya, niscaya IQmi hapus kesalahan-kesalahan-

mu (dosa-dosamu yang lcecil) dan Knmi masulcknn kamu ke tempat yang

mulia." (An-Nisa': 31).

Khawarijitu mengambil sabda Nabi *&,

.,-# :61 g +4,1'r8,5F. thi i

"langanlah lulian lcembali kufur sesudnhku, di mana sebagian dati
kalian memenggal leher sebagian yang lain."r

Mereka juga mengambil Firman Allah dI$,

{ W. :^9 ru, fiTg3 6#,t-LY i3r- $ Y
"Barangsiapa membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, makn
balasannya adalah lahanam, dia kekal di dalamnya. " (An-Nisa': 93).
Maka mereka mengkafirkan pembunuh, mereka tidak merujuk

kepada Firman Allah dlt$,

6iF 4:;y Lg W 1r# ljsr'dli'u eW ol, h

;-aUWVgi ,ii, jt,gTi dyre e,; 6i;lS {}{,

4.k&evgr',;{ogr56t@<,*;5\d}:a"t'y?}*'v

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang Mulonin berperang,

malu damailanlah antara keduanya. lika salah satu dari kedua golongan
itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan
yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu lcembali kepada perintah

Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka

damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesung-
guhnya Allah menyukni orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al'Ilm, Bab al'Irchat li al-Uama, no. 121;

dan Muslim, Kitab al-Iman, Bab Makna Qauli an-Nabi #6,la Tarii'u Ba'di

ffiKufara Yadhribu Ba'dhukum Riqaba Ba'dh, no. 65: dari hadits Jarir &.

a

?ttaztinw * ?lloutaph* dyt & 9lalito

orang-orang beriman itu bersaudara, sebab itu damaiknnlah @erbaikilah
hubungan) antara leedua saudaramu itu. " (Al-Hujurat: 9-10).

Allah tetap menamakan mereka dengan orang-orang Mukmin
sekalipun mereka salingbunuh, Allah memerintahkan suPaya me-
reka didamaikan dan tetap menganggaP mereka saudara walaupun
mereka saling memerangi. Hal ini menunjukkan bahwa pembunuh

itu bukan kafir.

Ketika Allah menyebutkan qishash (di tempat lain), Dia ber-

firman,

4#b,!i',*',;3b
" Barangsiapa dimaafkan oleh saudaranya," (Al-Baqarah: L78),
yakni, (ahli waris dari) saudaranya yang telah dia bunuh. Allah

menetapkan persaudaraan di antara pembunuh dengan korban-

nya. Hal ini menunjukkanbahwa pembunuh tidak kafir danbahwa

dia adalah saudara korban dalam hal iman, 4iA'"h35i(i1) "Se-

sungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara."

Orang-orang yang menyimpang mengambil sepenggal dalil,

yaitu al-Qur'an dan as-Sunnah yang mutasyabih dan membuang

penggalan yartg lainnya yang menjelaskan dan menafsirkannya,
demi mencari-cari fitnah, demi memalingkan manusia dari jalan

yang benar dan demi menanamkan kebimbangan di dalam hati
manusia. Mereka berkata, "Kami berdalil dengan al-Qur'an atau

kami berdalil dengan as-Sunnah." Padahal sebenarnya mereka

tidak berdatil dengan al-Qur'an dan tidak pula dengan as-Sunnah.
Karena apa yang mereka lakukan bukan merupakan cara berdalil
yang benar, karena ia memenggal nash dari sebagian yanglain, ia
bukan metode berdalil yang shahih, akan tetapi batil, sebagaimana

Allah tilts berfirman, iiy4i93- 6 "v[i'f JU'I;-Y

"Mereka memutuskan apa yang Allah perintahlan untuk menyam-

bungny a. " (Al-Baqa r ah: 27).

Maka sebagian dalil dikembalikan (penafsiramya) kepada
sebagian yang lain, jangan membenturkan Firman Allah dengan

Firman Allah atau menabrakkan sabda Rasulullah # dengan sabda

f'Sfit"vFeqH

?ltzutru & m.r.ta?lun elYat, & 9lalits

Rasulullah 1*, akantetapi sebagian dari Firman Allah atau sabda

Rasulullah # menielaskan sebagian yang lain' Oleh karena itu

orang-orang yang mendalam ilmunya berkata,

4'a; )+ q 19.*,{i,c$

"IGmi beriman kqadnnya, *muanya dntang dnri sisi Tuhan knmL"

(Ali Imran: 7).

Tidak ada pertentangan di antara Firman Allah, tidak ada
kontradiksi, akan tetapi ia memerlukan iman dan ilmu yang men-
dalam terhadap sisi-sisi pengambilan dalil dan tata cara Pengam-
bilan dalil kepida nash-nash yang ada, memerlukan bashirah dan
membutuhkan ilmu yang mendalam, di mana hal tersebut dikuasai
oleh seorangmujtahia.ian sini, maka mereka menetapkan bahwa
di antara syarat-syarat muitahid adalah, hendaknya dia mengetahui

Kitab A[;h dan Sunnah Rasulullah #, mengetahti nasikh dan

mnnsu&r, muthlaq dan muqayyad, muimal dan mubayyan, muhkam dan
mutasyabilr. Dia harus mengetahui hal-hal ini, karena jika tidak,
maka diu uduk boleh befiititad dan berbicara di bidang ilmu agama,
sehingga dia mengetahui perkara-perkara tersebut, agar dia tidak
terjatuh ke dalam kesesatan seperti yang terjadi pada orang-orang

yang tersesat.

orango-or*a-Fng,ly4angu_mrr/fel ,n,c#ari:i,-cairiiStai(kDwainl Allah berfinnan mencela
bagi ayat-ayat mutasya'

bih...l

Mencari-cari takwil ay at-ayat mutasy abih tanpa mengembali-

kannya kepada yang muhkammlrupakan-tanda kesesatan. t$trY

4'-6 +,3 4" Adopu, orang-orang yang di dalam hatinya terdapat kecon'
dongan kep odo lcebatilan, " yakni, penyimpangan'
kli adalahpenyimpangan dari jalan kebenaran '^ii( 6#b
4 _,YUaka *rr4i mingiiutiiebagian ayat-ayat mutasyabihat."
Yakni

i"i"tu hanya mengambil satu penggalan dalil dan meninggalkan
J'pneiytna"gi,igyaaaloait":nunmytaeunfsiyairurnit-ygiaarliumitnae,lna{u!iierliuyuta*m",iaif;kl'dn';ka.r4riy,iadin;e*gmtbpi"emurnteantmuckaarim-acteaanruiimmtbauaklkwknaianl-
.ffiyang kedua yaitu hakikat terlaksananya sesuatu di masa datang,

hur,1.udrur,yu batil, baik mereka mencari tafsimya yang meruPa-

€ffip ffiF

kan penjelasan terhadap maknanya, karena maknanya tidak akan
menjadi jelas kecuali dengan mengembalikarurya kepada muhkam,
atau dengan makna kedua, yaitu mencari hakikat dan akibat di
mana sesuatu kembali kepadanya, mereka juga tidak mengetahui
hal ini. Yang pertama diketahui oleh Allah dan orang-orang yang
mendalam ilmunya, adapun yang kedua maka hanya Allah lk yang
mengetahuinya. Baik yang mereka maksud adalah yang pertama
atau yang kedua, mereka tetap orang-orang yang tersesat selama
mereka masih mengambil sebagian dalil dengan meninggalkan
sebagian yang lainnya, mengambil apa yang sejalan dengan ke-
inginan mereka dan meninggalkan apa yang menyelisihi hawa

nafsu mereka.

Mereka adalah orang-orang yang men),lmpang, mereka ingrn
mengacaukan Agama masyarakat dan memalingkan manusia dari
Agama, mereka hendak menanamkan keragu-raguan dalam Firman
Allah dan sabda Rasulullah ffi dengan alasan bahwa mereka ber-

dalil kepada al-Qur'an dan as-Sunnah, walaupun hanya dengan
mengambil sebagian darinya dan meninggalkan sebagian yang
lainnya. Ini bukan merupakan pengambilan dalil yang baik, akan
tetapi ia hanya pengelabuan terhadap manusia. Nabi ffi telah ber-

sabda,

.e|')rrti ,'itt ;; :;$t qlli ,1t^*)t JW:;$t d:t;t

"lika lalinn melihat orang-orang yang mengikuti mutasyabih, mala
merekn itulah orang-orang yang telah disebutlun oleh Allah (dengan per-
nyataan),' Malu waspadailah mereka' . " I

Maksudnya adalah orang-orang yang Allah sebut dalam

FirmanNya,

}{ .+ru i6.ii idj ;qi rr;9, C'u#U +} A "ii(6
"Adapun orang-orang yang di ilnlam hatinya terdnpat kecondongan

kepada kebatilan, malu mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabi-

hat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari talcutilnyA." (Ali Imran:

t Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Tafsir al-Qur'an, Bab Minhu Ayat

Muhkamat, no.4547; dan Muslim, Kitab al-Ilm, Bab an-Nahyu an lttiba'

Mutasyabih al-Qur'an, no. 2665: dari hadits Aisyah €r,.

.t\d-a6l,

H#e#

'lllzu*lnu, * ?ltaaaVlan siyat, & 9&d,i,to

7\.

Waspadailah mereka, jangan dengarkan Perkataan mereka,
karena kalian bisa terpengaruh oleh kebatilan mereka.

Nabi ffi memperingatkan kita dari orang-orang seperti me-
reka, yaitu orang-orang yang baru mencium aroma ilmu yang
belum mencapai level yang membuat mereka kapabel untuk ber-
bicara di bidang ilmu, atau mereka memang berilmu namun me-

reka bermaksud menyesatkan manusia dan memalingkan mereka

dari kebenaran.

Mereka berada di antara dua kemungkinan: Mereka adalah

orang-orang jahil yang masuk ke lahan yang tidak mereka kuasai,

atau mereka adalah orang-orang sesat yang hendak membenturkan
sebagian dari Firman Allah dengan sebagian yang lain, menabrak-
kan sebagian sabda Rasulullah ffi dengan sebagian yang lain. Apa

pun adanya, mereka adalah orang-orang sesat, semoga Allah
menyelamatkan kita darinya, baik mereka sengaja mauPun tidak

sengaja.

Tidak patut bagi seseorang untuk berbicara tentang Firman
Allah dan sabda Rasulullah M kecuali setelah dia mempunyai ke-
mampuan ilmiah yang membuatnya berhak untuk masuk ke dalam
kelompok orang-orang yang mendalam ilmunya. Kaki dan hati
mereki tegak kokoh dengan ilmu yang bermanfaat. Mereka itulah
orang-orangyangberhak untuk berbicara. Hal ini terwujud pada
para ulama salaf dan orang-orang yang mengikuti mereka dan
menelusuri jejak mereka dari kalangan para ulama khalaf; mereka

itulah orang-orang yang mendalam ilmunya.

FirmanNyu, { k 1,L*'-;"fi|"Dan tidnk ada yang mengetahui

takwilny a kecuali Allah. "

Dengan ini Allah rJtS menjelaskan bahwa mereka tidak meng-

gapai apa yang mereka inginkan, Dia berfirmun,":n,\"Lt gY;Y

42 t a i'Argi3 "Dan tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah
orang-orang yang mendalam ilmunya." Orang-orang yang tersesat
ian

tersebut tidak mencapai derajat orang-orang yang berilmu men-

dalam karena mereka ingin meraihnya tanpa kuncinya yang benar
dan tanpa bashirah. Orang yang hanya sebatas mencium bau ilmu

bukanlah ulama. Apa pun yang dia upayakary sekalipun dia meng-

'6#!#,t\d-rh61,

1nznuina, &1nzrrp,t flaa, a4Vt, &thliu

hafal dengan banyak, berbicara, menulis dan berkomentar dalam
jumlah besar, maka dia tetap bukanlah ulama. Demikian pula
dengan orang yang menyimpang, tersesat, dan membelot dari
kebenaran, dia tidak akan pernah menjadi ulama yang berilmu
mendalam, sebaliknya dia tidak bisa meraih cahaya dan hidayah
ilmu, seperti keadaan para ahli kitab. Mereka mempunyai ilmu
namun mereka bukanlah orang-orang yang mendalam ilmunya,
karena mereka menginginkan kesesatary menginginkan penyim-
pangan dan menginginkan keragu-raguan di dalam Kitab Allah.

.ffi

9eilataan, 9 nam Sakl' %entanV 3 fu

ili,ellsl r.auJlfuri pX

Perkataan ltnam.imam Salaf

Tentang Silat

*;1,p ain# J# q rXti u i;;i +rr ;ujr j6
,*w #l

Imam Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal

iirEir berkata tentang sabda Nabi ffi,

.Sjlr ,w JL.iyittritl

"sesungguhnya Allah tutan ke langit dwria,"r Dan,

,1Wt d 6j-ar 5t

"sesungguhnya Allah akan dilihat di Hari Kiaffiat"2,

,.l;;E$l *;'q.jJi Vi

Dan hadits-hadits lainnya yang serupa,

,W W ie ii,,J;ri ,4 { ,ti 6#t bi,W.
e'riiiY; ,ffi int";,y)yt: ,b iyrgt ,r+ u iti pui

.*vit *\ai .$,ib;W igL,iit;'i

"Kita wajib beriman kepadanya, dan membenarkannya,
tanpa menetapkan bentuk dan caranya, tanpa makna. Kita

I (Sebagaimana dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, no.

1145; dan Muslim, no. 158 (168); dari Abu Hurairah ^#. Ed. T.).
2 (Sebagaimana dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, no.

573; dan Muslim, no. 633 (211); dariJarir bin Abdullah +r. Ed.1).

9eilnu"* ? nar* &aht, %entarrT Si,lat,

tidak boleh menolak sesuatu Pun darinya. Kita wajib me-

ngetahui (yakin) bahwa aPa yang dibawa oleh Rasulullah S

adalah kebenaran, kita tidak boleh menyangkal Rasulullah

S, kita tidak menyifati Allah lebih dari apa yang telah Dia

tetapkan untuk DiriNya tanpa batas dan akhir."

{@i;i'€ai-* "rsa>"Tidak ada sesuaturynyang serupa denganNya danDiaMaha
Mendengar lagi Maha melihat." (Asy-Syura: L1).
,tj \'qJ,j6 j*S.j; ,cfJ! ,s3;aj u ,;,a5
f;S
b)i\br;*Vt i+t atie,11,,t::t3 6;.t 13
:,*ii u,l;,q5jtl ti gt,e,36 i
ibtA. g.V b ry
#t q#,'it d*,i;gtir M lltgt
Ei, ',* ';S
Kita wajib mengatakan sebagaimana yang Dia Firmankan,

I lkita menyifatiNya dengan aPa yang Dia tetapkan untuk
DiriNya tanpa melampaui batas, penetapan sifat oleh orang-
orang yang menyifatiNya tidak akan meliputiNya, kita waiib

beriman kepada al-Qur'an seluruhnya, baik yang muhkam

maupun yang mutasyabih,kita tidak boleh menanggalkan

dari Allah satu sifat sekalipun di antara sifat-sifatNya hanya
karena kebencian yang dikobarkan oran& kita tidak boleh
lancang terhadap al-Qur'an dan hadits, kita tidak menge-
tahui bagaimana bentuk (dan cara) sifat tersebut kecuali

dengan membenarkan Rasulullah S dan mengukuhkan al-

Qut'an."r

1 Silakan merujuk ash-Shawa'iq al-Mursalahkarya Ibnul Qayyim,l/265,

Muhhtashar ash-Shawa'iq al-Murcalah, karya Ibnu al-Mushih, 2/ 257, Manaqib
al-Imam Ahrnad, karya Ibnul Jauzi, hal. 156; dan biografi Imam Ahmad dalam
Tarikh al-Islam milik adz-Dzarhabi, hal.27.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata dalam Fath Rabb al'
Bariyah fi. Talkhish al-Hamawiyah,hal.63 berkata, rrMakna yang dinafikan

oleh Imam Ahmad dalam perkataannya adalah makna yang dihadirkan oleh
kalangan ahli ta'thil dari Jahmiyah dan lain-lainnya dan dengannya mereka
membelokkan dalil-dalil al-Qur'an dari zahirnya kepada makna-makna yang

menyelisihinya. Apa yang kami tulis ini berdasar kepada ucapan Imam Ahmad

'trf#,.G6-Jh6l

ffipc )+€pfu9o*atau, ? nan Salal, %uury 3

*&T ,diW ,y.st eesLJ;.JbJ fu ;i pujr jt!
tv a; I )y, ,*stybt $! & pt V,q qJ
"vI
$ *.!rt 4."a')')! {t 4u')

Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i'iiE6

berkata, "Aku beriman kepada Allah dan kepada apa yang
datang dari Allah sesuai dengan yang diinginkan Allah, dan

aku beriman kepada Rasulullah {E dan kepada apa yang

datang dari Rasulullah S sesuai dengan yang diinginkan

Rasulullah 48."1

stri, oi 3^e!.'oe:,;'

r$iq&

Di atas prinsip inilah as-Salaf ash-Shalih dan para imam

khalafbe1alan, mereka semua sepakat untuk mengakui, mem-

sendiri sesudahnya, di mana dia menafikan makna sekaligus bagaimananya,
ini berarti perkataannya mengandung bantahan kepada dua kelompok ter-
sebut sekali gts, al-M u' aththil ah dan al-M usyab bihah.

1 Silakan merujuk ar-Risalah al-Madaniya& milik Ibnu Taimiyah, hal 121 de-

ngan al-Fatwa al-Hamauiyah. Syukhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, rrApa
yang dikatakan oleh asy-Syaf i ini merupakan kebenaran yang wajib diyakini
oleh setiap Muslim. Siapa yang meyakininya dan tidak melakukan apa yang
membatalkannya, maka dia telah meniti jalan keselamatan di dunia dan di
akhirat.r' Saya berkata, di antara perkataan asy-Syaf i yang penting di bidang
Asma' wa Shifat adalah ucapannya, I'Allah tJtF mempunyai nama-nama dan
sifat-sifat, tidak patut bagi siapa pun yang mengetahuinya untuk menolaknya,
jika dia tetap menolak padahal dia mengetahuinya maka dia kafir, namun se
belum dia mengetahui, maka dia dimaklumi karena ketidaktahuannya, karena
ilmu tentang itu tidak diketahui melalui akal, tidak pula dengan perenungan
dan pemikiran. Sifat-sifat ini harus ditetapkan dan dijauhkan dari tasybih se
bagaimana Allah menafikannya dari DiriNya,

',f,Gfid#--.j6#d,'

genlntaan ?rrr"r* &al"l, %errta,y 5i,lat,

biarkannya (secara makna zahir) dan menetapkan bagi sifat-
sifat Allah yang termaktub di dalam al-Qur'an dan Sunnah
Rasulullah ffi tanpa bertingkah untuk menakwilkannya.

w

.ffi

9e,*mn ? nan, &alzl, %antaaV Sfu

(srrr. arnln)

O Apa yang Dlhandung OIeh perEataan Imam Ahmad

Tentang Hadlts Nuzaldan yang Sepertlnya

O aiWJ;, a )L* A Ui bt * li;ujr jE (Imam Abu Abdullah

Ahmad bin Muirammad bin Hanbal'iiffi,- berkata,....)

Perkataan Imam Ahmad yang dinukil oleh mu-allif darinya

mengandung hal-hal sebagai berikut:

1. Wajib mengimani dan membenarkan hadits-hadits tentang

sifat Allah yang diriwayatkan sec,ua shahih dari Rasulullah # tanpa

menambah dan mengurangr, tanpa batasan dan akhiran.

2. Bahwa tidak ada penentuan bentuk dan cara (dari sifat-
sifat tersebut) dan tidak ada makna; maksudnya kita tidak menen-
tukan bentuk dan cara dari sifat-sifat Allah, karena hal itu mustahil
berdasarkan apa yang telah kami jelaskan di atas. kri tidak berarti
bahwa sifat Allah tidak mempunyai bentuk dan cara, karena sifat-
sifatNya merupakan sifat-sifat yang ada dalam arti sebenarnya, dan
setiap yang ada dalam arti sebenarnya pasti mempunyai bentuk
dan cara, namun bentuk dan cara sifat-sifat Allah tersebut tidak

kita ketahui.

O Jir { (tanpa makna)

Maksudnya, kita tidak menetapkan makna yang menyimpang
dari zahirnya seperti yang dilakukan oleh ahli takwil, bukan mak-
sudnya meniadakan makna shahih yarrg sesuai dengan zahfunya
di mana ia merupakan penafsiran dari salaf, karena ini merupakan
kebenaran. Hal ini dituniukkan oleh ucapannya, *Kami tidak me-
nolak sebagian dari sifat-sifat Allah dan kami tetap menyifatinya
dengan apa yang Dia tetapkan untuk DiriNya. Kami tidak merumg-
galkan dari Allah satu sifat di antara sifat-sifatNya hanya karena

keburukan yang dilakukan orang, dan kami tidak mengetahui
hakikat bentuknya." Pernyataan Imam Ahmad bahwa dia tidak
menolak sebagian dari sifat-sifat Allah dan bahwa dia tidak me-

ffi

ngetahui bentuknya merupakan bukti yang menetapkan makna

yang dimaksud darinya.

3. Waiib beriman kepada al-Qur'an seluruhnya, baik yang

muhkam, yaitu yang maknanya ielas, maupun yang mutasyabih,
yaitu yang maknanya musykil. Kita harus mengembalikan yang

mutasyabih kepada yang muhlam sehingga maknanf menjadi jelas,
iika masih belum jelas juga, maka wajib
lafazhnya dan

menyerahkan maknanya kepada Allah dl$.

O Kandun{an darl Pertataan asy-Syafl'l
O'tiF .i;t J',f4 A 3:;t irt * A iu$iri Omam Abu Abdullah

Muhammad bin Idris asy-Syafi' i berkata,)

Perkataan asy-Syaf i mengandung:

[11. Iman kepada apa yang datang dari Allah E[5 di dalam

KitabNya yang jelas sesuai dengan apa yang diinginkan Allah tanpa
menambah, mengurangi, dan menyelewengkan

[21. Iman kepada apa yang datang dari Rasulullah # di dalam
Sunnahnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Rasulullah #

tanpa menambah, mengurangi, dan menyelewengkan.

Apa yang dikatakan oleh asy-Syafi'i ini merupakan sang-

gahan terhadap ahli takwil dan ahli tamtsil, karena masing-masing
dari keduanya tidak beriman kepada apa yang datang dari Allah
;dan RasulNya sesuai dengan keinginan Allah dan RasulNya; ahli
takwil mengurangi dan ahlntamtsil menambahi.

' @ rtIanhalyang Dlanut Oleh Salaf dl Bldang Slfat

O .,lijir 'atii. 'rult t31'ti; ,*i @iatas prinsip inilah as-Salaf

ash-Shalih dan para imam khalafbeqalan)

. Yang diikuti oleh as-salaf di bidang sifat adalah mengakui

dan menetapkan sifat-sifat Allah yang tercantum di dalam kitab
Allah tlS dan Sunnah Rasulullah *,tanpamenakwilkannya dengan
takwil yngtidak sesuai dengan keinginan Allah dan RasulNya-

***

9eilataan ? rnan, Sakl' %e^t"rr7 3fu

(srr*t auzan>

O :j:; U W U Ui bt * li ;ujr jU (Imam Abu Abdullah

Ahmad tiin Muhammad bin Hanbal berkata,....)

Imam Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
asy-Syaibani, adalah salah seorang dari imam yang empat, imam
Ahlus Sunnah wal ]ama'ah yang sabar menghadapi ujian yang
menimpa, yang diuji lalu sabar dan teguh, sehingga Allah clt+ me-
menangkan akidah ini dengannya, membungkam ahli bid'ah de-

ngannya, dari kalangan |amhiyah dan Mu'tazilah, sehingga mereka
gagal menancapkan pemikiran buruk mereka, yaitu bahwa al-
Qur'an adalah makhluk. Beliau berdiri sebagai tembok yang kokoh,
para imam mengambil sikap tegas bersamanya, namun beliau ada-
lah imam yang paling tegas sikapnya dalam peristiwa tersebut,
sabar di atas tekanan, sehingga beliau dicambuk dan dijebloskan
ke dalam penjara, bahkan telah dibawa ke arah masyriq untuk
dieksekusi mati, akan tetapi beliau menghadapi semuanya dengan
penuh kesabaran, sehingga Allah rJtS memenangkan Agama ini dan
membungkam Jahmiyah dan Mu'tazilah, sehingga usaha yang
telah mereka kerahkan dalam mempengaruhi penguasa di zaman

itu dan waktu yar.g telah mereka kerahkan dalam masalah ini

hanya menghasilkan kerugian. Allah c{t5 mengembalikan tipu daya
mereka ke leher mereka sendiri, disebabkan oleh sikap teguh imam
yang mulia ini.

O :S It li ,i.ni (Tentang Sabda Nabi X, ....1

Setelah penulis menyebutkan kewajiban iman kepada dalil-
dalil yang menetapkan Asma' wa Shifut sesuai dengan apa yang di.

tetapkan oleh al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah &, beliau kemu-

dian menyebutkan madzhab Salaf dan beberapa nukilan dari per-
kataan mereka dalam masalah ini. Beliau menyebutkan perkataan
Imam Ahmad, perkataan Imam asy-Syafi'i, perkataan Abdullah
bin Mas'ud, perkataan Amirul Mukminin Khalifah ar-Rasyid Umar
bin Abdul Azrz danperkataan Imam al-Auza'i,Imam Ahlus Sunnah

...!G3{&!drg-.-Eg.6&Ddf'},-*

fu?erbraan ? rrww Sakl' %erut 7 3

di zamannya, semuanya akan hadir insya Allah. Ini adalah contoh-
contoh dari perkataan-perkataan as-Salaf ash-Shalih dalambab ini.

O W. O*i \ b, (Kita waiib beriman kepadanya dan mem-

benarkannya...)
Imam Ahmad berkata, "Kami beriman kepadanya." Yakni

kepada dalil-dalil tersebut. seperti tentang dalil turun (nuzul)nya
Allah$B ke langit dunia dan perkara lain yang seruPa dengannya,
bahwa Dia akan dilihat dengan mata kepala, yakni orang-orang
Mukmin akan melihatNya dengan mata kepala mereka (pada Hari
Kiamat) dan hal-hal lainnya yang semisalnya dengannya. Imam

Ahmad berkata tentang ini semua , W. o#3 \a,'U'i "Kita wajib ber-

iman kepadanya dan membenarkannya" menyelisihi ahli bid'ah
yang tidak beriman kepadanya dan menyambutnya dengan Pen- ,
dustaan atau takwil atau penyelewengan makna.

O .i'{.j (tanpa menentukan bentuk dan cara)

Yakni, kita tidak boleh mencari bentuk dan cara dari sifat

tersebut. AUah turun ke langit dunia, bagaimana Dia turun? Bentuk
dan cara dari sifat Allah hanya diketahui oleh Allah. Dia turun se

*bagaimana yang Dia kehendaki iB, karena hanya Allah semata

yang mengetahui keagungan dan kodratNya. Kami tidak mem-
persoalkanbagaimana AUah turun, apakah Arasy meniadi kosonq
atau tidak? Apakah begini dan apakah begitu? Bagaimana Allah
turun ke langit terdekat sementara sepertiga malam berbeda-beda
menurut wilayah? Siapa yang menciptakan wilayah-wilayah dan
siapa yang menciptakan malam dan siang? Allah $B mampu untuk
turun sebagaimana Dia kehendaki, sekalipun sepertiga malam
berbeda-beda menurut perbedaan wilayah. lni bagi kita,Iurmun

bagi Allah €, maka Dia mampu atas segala sesuatu, maka jangan

mempersoalkan bagaimana cara turunNya.
Contoh lain, Allah akan dilihat di Flari Kiamat, bagaimana Dia

dilihat? Kami katakan, kami tidak akan membahas hal-hal seperti
ini, cukup bagi kita meyakini bahwa Allah akan dilihat dengan
mata kepala seperti rembulan di malam Purnama, sebagaimana
Anda metitat matahari di langit yang cerah tanpa awan. Demikian-

lah, dan yngbenar adalah bahwa kami beriman kepadanya dan

ffi€H

ffiD< @geilaaan o,"", s.t"1, €ffip

kami tidak mempersoalkan bagaimana cara ru'yah (melihat) ter-
sebut, karena perkara ini tidak diketahui kecuali oleh Allah {k.

Contoh lain, Allah datang, bagaimana cara Dia datang? Kami
katakan, kami tidak mempersoalkan bagaimana cara Allah datang,
akan tetapi kami menetapkan bahwa Dia d6 memang datang sesuai
dengan keagunganNya, kami beriman kepada sifat-sifat Allah,
mengetahui maknanya, akan tetapi kami tidak mencari-cari cara-
nya. Dari sini maka Imam Ahmad berkata, "Tanpa menentukan
bentuk dan cara."

O J;, { (Tanpa makna)

Maksudnya adalah makna yang dihadirkan oleh ahli bid'ah
yaitu takwil, bukan menafikan makna yang hakiki, karena makna-
nya diketahui, sebagaimana Imam Malik berkata, "lstiwa'diketahui,
caranya tidak diketahui, beriman kepadanya wajib dan bertanya
tentangnya -yakni tentang caranya- adalah bid'ah."r

Makna ucapannya, .i; V (tanpa makna), yakni, makna yang

diinginkan oleh para pengusung kesesatan, yaitu takwil, seperti
takwil tangan dengan kodrat, takwil datang dengan kedatangan
perintahNya, nuzul (turun) dengan turunnya perintah dan yang

semacamnya.

Makna-makna ini, merekalah yang mendatangkannya, dan
kita mengingkarinya, karena ia bukan makna-makna yang diingin-
kan oleh Allah tB. Penulis tidak bermaksud menafikan makna yang
merupakan makna perkataan dari sisi Bahasa Arab, akan tetapi dia
ingin menafikan makna yang dibuat-buat, karena penulis berada
dalam konteks membantah para pengusung bid'ah, beliau mem-
bantah makna yang mereka hadirkan dan mereka buat-buat.

Karena itu hendaknya pihak yang bermaksud mengaburkan
permasalahan tidak berpegang pada ucapan (Imam Ahmad) ter-
sebut lalu dia berkata bahwa Imam Ahmad adalah mufawwidh.

I Diriwayatkan oleh al-Lalika'i dalam Syarh tJshut I'tiqad Ahlus Sunnah wal Ja-

ma'ah, no.664;Abu Nu'aim dalam Hilyah al-Auliya',6/321326. Di dalamnya
terdapat Mahdi bin Ja'far, seorang rawi dhaif. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi
dalam al-Asma'ua ash-Shifuf, no. 866, disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam
Fath al-Bari, L3/40G407, dan beliau berkata, "Diriwayatkan oleh al-Baihaqi
dengan sanad jayyid Oaik)."

.',r!.{Gw6r-go-.r6I-6DrLH.

9",*aut ? rr*r, Salrl, %-rtaa" 34.t,

Karena Imam Ahmad hanya berkata, 'Tanpa makna.'Ini adalah

metode al-Mufaurwidh, danlmam Ahmad bukantah seorang mufau)-
widhah, kalaupun Imam Ahmad termasuk mufawwidh, maka hal itu
hanya dalam menyerahkan cara dan bentuk, karena bentuk dan
cara dari sifat Allah memang harus ditafwidh (diserahkan) kepada
Allah, adapun makna dari sisi bahasa, maka ia jelas dan tidak di-

serahkan, akan tetapi ditafsirkan dan dijelaskan.

O ti! tt* \i; (Kita tidak boleh menolak sesuatupun dari-
nya) "i

Yakni, kita tidak menolak sesuatupun dari dalil-dalil tersebut
sebagaimana yang dilakukan oleh ahli bid'ah dengan alasan bahwa
dalil-dalil tersebut bertentangan dengan akal mereka, di mana me-
reka menolak dalil dan (sebaliknya) memberlakukan akal.

o b JYgt lrVv:it ;t*l (Kita waiib mengetahui (yakin)
yang
bahwa apa dibawa oleh Rasulullah f, adalah kebenaran)

Apa yang dibawa oleh Rasulullah ffi merupakan kebenaran

yang tidak ada kesalahan padanya, tidak ada penyesatan dan tidak
ada pengaburan, akan tetapi ia adalah haq yang sebenarnya, di-
bawa oleh manusia paling jufur yang tidak berbicara dari hawa
nafsu, yang dipercaya oleh Allah dan manusia. Apa yang beliau

bawa adalah kebenaran sesuai dengan zahirnya dan sesuai dengan

hakikatnya.

O S lrl 4*: * (Kami tidak boleh menyangkal Rasu'

lullah iE) "i'Jt

yang Yakni, seperti yang dilakukan oleh para Pengusung kesesatan

membut tuh nasutdUfr #. Rasulultatr g UersaU da, (1.;., ii-"fabb

kitalurun", lalu mereka berkata, "Yang furun adalah perintahNya."
Mereka meluruskan kesalahan Rasulullah # dengan mengatakan,

"Rasulullah ffi tidak menjelaskan sesuai dengan hakikatnya. Beliau

bersabda, U.., i*"'Rabb kita turun.' Yang turun sebenarnya adalah
perintahNya.' Itri adalah kritik terhadap Rasulullah €.

Demikian juga Firman Allah d1'6, { it'r:(r> "Dan Tuhanmu

datang." (Al-Fajr:22), mereka berkata, "Yang datang adalah pe-

rintahNya." Ini adalah koreksi dan kritik terhadap al-Qur'an dan

pelurusan terhadap Allah, Tuhan semesta alam 08.

ffirfH'S^crry{en

?erlutaaa, ? rrran, &akl, %e t rra, 5i,lat,

Oai t&iW $ilr;a\,; (Kita tidak boleh menyifati

Allah lebih dari apa yang telah Dia tetapkan untuk DiriNya)

Yakni, kita tidak boleh mengikuti dan tidak boleh berbuat
bid'ah. Kita tidak boleh menyifati Allah kecuali dengan sifat yang
telah Dia tetapkan untuk DiriNya, karena Asma' wa Shifut adalah
tauqifiyah. Kita tidak boleh menisbatkan nama kepada Rabb kita
dan tidak menyifatiNya kecuali dengan apa yang ditetapkan di
dalam al-Qur'an dan as-Sunnah. Kita tidak boleh membuat nama-
nama dan sifat-sifat dari diri kita sendiri. Ini adalah kaidah penting,
bahwa Asma' wa Shifat adalah tauqifiyah, tidak ada sesuatu pun
yang ditetapkan darinya kecuali apa yang ditetapkan di dalam al-

Qur'an dan as-Sunnah.

O *vii * d Oanpa batasan dan akhiran)

Yakni, kami tidak membagaimanakan sifat-sifat Allah dd,lalu
kami menyebutkan batasan-batasannya, akhirannya dan bagai-
mananya, karena hal ini di luar kemampuan dan ilmu kami, tidak
ada yang mengetahui semua ini kecuali Allah elts semata.

o {U:l'd\l Ai,-* .r6a> Eidak ada sesuatu pun yang

serupa dinganNya dan Dia Maha mbndengar lagi Maha metihatl

Ayat yang mulia ini adalah kaidah dalam masalah iru (Asma'

wa Shifut), yaitu bahwa Allah,€ tidak menyerupai apa pun, Dia

mempunyai nama-nama dan sifat-sifat yang tidak serupa dengan

nama-nama dan sifat-sifat makhluk. Sekalipun makhluk mempu-

nyai nama-nama dan sifat-sifat, akan tetapi antara keduanya ter-

dapat perbedaan yang sangat besar. Allah Sang Pencipta mempu-

nyai pendengaran dan makhluk juga mempunyai pendengaran,

Allah mempunyai penglihatan dan makhluk juga mempunyai

penglihatan, Allah berfirman dan makhluk berbicara; akan tetapi

di antara sifat Khaliq (Pencipta) dengan sifat makhluk terdapat

perbedaan yang besar. Kita tidak boleh menyamakan sifat-sifat

Allah,J8 dengan sifat-sifat makhluk, akan tetapi kami beriman

bahwa sifat-sifat Allah sesuai dengan keagungan dan kebesaran-

Nyu gE, sementara sifat-sifat makhluk juga sesuai dengan keadaan

{'i-*dan kondisinya. .r#,frY"Tidakida sesuatu pri yorg serupa

denganNya. " Pendengaran tidak sama dengan pendengaran, peng-

9"ilataaa ? nwn S.kl' %e-aaA 3 tlat,

lihatan tidak sama dengan penglihatary kodrat tidak sama dengan
kodrat, tangan tidak sama dengan tangan, wajah tidak sama de-
ngan wajah, tidak ada kesamaan antara sifat-sifat Khaliq dengan
sifat-sifat makhluk.

FirmanNy a,4r.:;, .rtLr,;{*"Tidak ada sesuatu Pun yang serupa

denganNya", adalah bantahan teriradap al-Musyabbihah, sedangkan,

4 36i'#i jijb "Dan Dia Maha mendengat lagi Maha melihat", ada-

tifr Uar\Ianan t6rhadap a1-Mu'aththilah, dan bantahan terhadap

orang-orang yang menafikan nama-nama dan sifat-sifat Allah.
Altah rlts telah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Diri-

Nya, 4 'r;ii lAi fi$ "Dan Dia Maha mmdengar lagi Maha melilat."

A;-Sa;i;ffiTra Mendengar) adalah salah satu nama Allah danal-

Bashir (Maha Melihat) juga salah satu nama Allah, sedangkan as-
sam'u (mendengar) dan al-Bashar (melihat) merupakan dua sifat di
antara sifat-sifat Allah.

Allah eltsberfirmary

{@ r:6$1"1,.f1}

"sesungguhnya Aht beserta lumuberdua (Mus dan Harun), Aku

mendengar dan melihaf." (Thaha: 46).

Allah mendengar dan melihat aPa yang dilakukan oleh makh-
lukNya.

{@ i4l;{J6;t5y

"Dan Allah Maha metihat aPa yang lalian perbuat." (Al-Baqarah:

265), melihat apa yang kalian lakukan, kalian tidak samar bagi
Allah djt$.

{ @ 41 Ut }fry@ r.i"rr i oJ(vi' @'# *,i);;cii\
"Y ang melihatmu ketika lamu berdiri, dnn (melihat puld perubahan
gerak badanmu di antara orang-orang yang suiud. sesungguhnya Dia
adalah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui." (Asy-Syu'ara':

218-220).

Allah berfirman kepada Nabi Musa dan Harun,

{@ i:6'{a1"4.AYb

',6,t^Jd-e,GWd,.

9eilataan ? nan Sakl, %entory Si,fu

"Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan
melihat." (Thaha: 45). Yakni, mendengar apa yang diucapkan oleh
Fir'aun kepada mereka dan melihat sikapnya yang angkuh lagi
sombong di depan mereka berdua.

O itt k3 i;o; (fit" mengatakan sebagaimana yang Dia Fir-

mankan)

Yakni, kita wajib berkata sebagaimana yang Allah ul15 Firman-
kan,

4.Ui'€\;)rb:-*.#Ay

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa denganNya dan Dia Maha
mendengar lagi Maha melihat." (Asy-Syura: L1.).

Kami menjadikan ayat ini sebagai kaidah yar.g dengannya

kami membantah ahli tasybih dan ahli ta'thil.

O etJ! ,sU i li u -bJ \ iei (rcit^ menyifatiNya dengan

apa yang Dia tetapkan untuk DiriNya tanpa melampaui batas)

Yakni, kami menyifati Allah rltF dengan apa yang Dia tetap-
kan di dalam al-Qur'an dan Rasulullah ffi tetapkan untukNya di
dalam as-Sunnah, tanpa melampaui batas, karena masalah ini
bersifat tauqifi (berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah), tidak ada
peluang untuk akal, pikiran atau pertimbangan.

O ;rg-ryt Ai'&ij (Penetapan sifat oleh orang-orang yang

menyifatiNya tidak akan meliputiNya)

Yakni, tidak seorang pun mampu menyifati Allah JEi, akan

tetapi Dia-lah ifir yang menyifati DiriNya atau Rasulullah s yang

menyifati DiriNya. Adapun makhluk selain Nabi S!?, maka dia tidak
akan mampu menyifati Allah,!8. Allah tiIS berfirman,

{@&-45'L}-.Jj}
"llmu mereka tidak akan meliputiNya. " (Thaha: 110).

Jg ( 6lark*ni",llm4.ur,"<, .y,raCkri:-ti{,;m\ e"MreekreakatidtiadkakmmeenligpeuttaiNhyuai. " Yakni Allah
Allah kecuali

sebatas apa yang Allah ajarkan kepada mereka. Bila Anda tidak

mengetahui sesuatu, apakah Anda mampu menjelaskannya? Anda

.ffi'm

'f&rT/SZa'

9o*rtmt ? nurw Salrl, %a*tq 3ill.t,

tidak mampu menielaskan sesuatu yang tidak Anda ketahui, Anda

tidak mengetahui Dzat Allah S, nama-nama dan sifat-sifatNya,

Anda tidak mampu menyifati Dzat Allah dI$, akan tetapi Dia-lah

yang menyifati DiriNya atau disifati oleh RasulNya, melalui
wahyuNya kepada beliau; karena Allah lebih mengetahui DiriNya

daripada selainNya.

O ;a.,ti;ie tJ.Lt ,13 gti\&, (Kami beriman kepada al-Qut'an

seluruhnya, baik yang muhkam mauPun yang mutasyabihl

Lri merupakan metode orang-orang yang berilmu mendalam

(ar-Rnsikhuna fil llmi). Mereka berkata, "Kami beriman kepada al-
Qur'an seluruhnya, baik yang muhkam mauPun yang mutasyabih-"
Kami mengembalikan yang mutasyabih kepada yang muhlam dart

menafsirkannya dengannya; semuanya datang dari Tuhan kami.

Adapun orang yang mengambil mutasyabih dan meninggalkan

muhkam, maka orang ini beriman kepada sebagian al-Qur'an dan

kafir kepada sebagian yang lain. Oran1Y3ng menerima bagian

{pertama dari Firman Allah dJW, f-?.;r -rff C{> "Tidak ada sesuatu

pun yang serupa denganNya. " Dan dia berkata, "Ini menuniukkan

penafian terhadap sifat-sifat Allah, karena bila kita menetapkan

sifat bagi Allah, maka kita menetapkan Persamaan. Orang yang

berkata demikian termasuk orzrng-or€rn g yfig menyimpan kesesat-

an di dalam hati mereka, karena dia tidak menerima ayat tersebut
seluruhnya,
padahal di bagian akhir ayat (disebutkan),ljli ji5)

{Ui"Dan Dia Maha mendengar lagi Maha melihat." Allah tJ.S me-

netapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk DiriNya, hal mana me-

nunjukkan bahwa menetapkannya tidak berkonsekuensi tasybih.

Demikian pula orangyanghanya menerima akhir ayat,fi\

4 i$i'#i "Dan Dia Maha mendengar lagi Maha melihat", dan dia

b'erkatf "Ini artinya Allah ult5 menyerupai makhlukNya, tidak ada

perbedaan antara pendengaran Khaliq dan penglihatanNya dengan

pendengaran dan penglihatan makhluk." Kami berkata, Ini adalah

musyabbih (menyerupakan Allah dengan makhluk), semoga Allah

melindungi kita darinya. Hal itu karena dia meninggalkan bagian

pertama iyat,4'.-*'.# AY"Tidak ada sesuatu punyang seruPa

denganNya', dan hanya mengambil bagian akhirnya.

Yang mengambil bagian yang pertama dan membuangbagian

.'ifcfpirrgfHir .

€ffip- ffip

yang akhir adalah ahli ta'thil, adapun Mukmin ahli tauhid, maka

dialah yang mengambil seluruh ayat dan berkata,

4'e;*o' 'gy

"Semuanya datang dari sisi Tuhan knml" (Ali Imran: 7).

i4 UO bpluj.l. F.W u ,yi \i; (Kita tidak boleh menang-

galkan dari Allah satu sifat sekalipun di antara sifat-sifatNya

hanya karena kebencian yang dikobarkan orang)

Yakni, kita tetap menetapkan sifat-sifat yang Allah d,tF tetap-
kan untuk DiriNya sekalipun al'li ta'thil memusuhi kita dan me-
ngatakan kepada kita, "Kalian adalah al-Musyabbihnh,kalian adalah
mujassimah, kalian adalah Hasyawiyah", dar:. tuduhan-tuduhan
lainnya. Orang-orang sesat mengatakan bahwa ahli tauhid yang
menetapkan sifat-sifat Allah adalah Mujassimah, menuduh mereka
Musy abbihah dan masih banyak lagi tuduhan mereka.

Kita tidak boleh bergeming menghadapi tuduhan-tuduhan
tersebut selama kita berpegang kepada kitab Allah dan Sunnah

Rasulullah S, kita tidak boleh terpengaruh sedikit pun dengan

julukan-julukan yang mereka lontarkan, karena kita hanya ingin
mencari ridha Allah, bukan ridha manusia.

O E#Jtj itit,sS'* ii (Kita tidak lancang terhadap al-Qut'an

dan hadits)

Hal ini menegaskan apa yang telah dikatakan sebelumnya
bahwa Asma- wa Shifat adalah tauqifiyah (berdasarkan al-Qur'an
dan as-sunnah). Demikian pula segala ilmu ghaib, perkara-perkara
alam kubur dan alam akhirat, semuanya termasuk ilmu ghaib, kita
tidak boleh masuk ke dalamnya kecuali berdasarkan dalil, kita

tidak boleh lancang terhadap dalil.

O.ttj! 'i3 .;S d- ii (Kita tidak mengetahui hakikat bentuk-

nya)

Kita tidak mengetahui bentuk dan cara sifat-sifat tersebut,
kita mengetahui makna dan menetapkannya, namun kita tidak
mengetahui bagaimana bentuk dan cara dari nama-nama dan sifat-
sifat Allah. Maka ketika seorang laki-laki berkata kepada Imam
Malik, "AllahYang Maha Rahmanbersemayam di atas ArAsy", dia ber-

'&H6J.-e.6rd#,'

,ffi +t 9otuv?neqz.de.qstl.t, l+EffiD

tanya, "Bagaimana Dia bersemayam?" Ota.g ini bertanya kepada
Imam Malik tentang cara, maka Malik menundukkan kepalanya,
kemudian mengangkatnya sementara ttrbuhnya berkeringat karena
malu kepada Allah,lalu beliau merrjawab, "Bersemayam diketahui,
namun caranya tidak diketahui, beriman kepadanya wajib dan
bertanya tentangnya adalah bid'ah, aku tidak melihatmu kecuali
seorang laki-laki yang Udak baik." Kemudian Malik mengusir laki-
laki tersebut dari majelisnya.l

Maka kita membenarkan Rasulullah E sekalipun kita tidak

mengetahui bagaimana bentuk dan cara dari sifat-sifat tersebut,

kita mempercayai karena Rasulullah *, adalah penyampai dari

Allah tE.

qW ru'{.+rz b3=t;. |A'&v u,b

"Apa yang dibawa Rasul kepadamu, mala terimalah. Dan aW yang
dilarangnya bagimu, mala tinggalknnlah." (Al-Flasyr: 7).

{ r1'1 -z\b'$-SY Si3 wtXT'fUi y

"Dan IGmi tidak mengutrts xxorang Rasul melabrlan untuk ditaati
dengan sizin Allah." (An-Nisa' : 64).

*Oru.g yang tidak merrrbmarkan Rasulullah dalam perkara-

perkara ini, yaitu perkara-perkara paling besar, Asma- wa Shifat,
karena ia termasuk akidah bahkan inti akidah, dan orang yang
tidak membenarkan beliau dalam perkara-perkara ini, maka dia
bukanlah orang yang menaati beliau, bukan orang yang beriman
kepada beliau dE.

Kami mengikuti Rasulutlah *darrkami mengikuti alQur'an,

ap a y artg ditetapkan al-Qur' an, kami menetapkannya, aPa yang
ditetapkan Rasulullah #4, kami Pun menetapkannya, aPa yang
dinafikan al-Qur'an, kami menafikannya, aPa yang dinafikan

Rasulullah g, kami pun menafikannya, kami tidak melancangi al-

Qur'an dalam menetapkan dan menafikan, inilah metode as-Salaf

ash-Shalih.

I Tahhriinyatelatr hadir sebelumnya

9enlutaov ? nan Sakt' ZeataaV S("t,

O :4;rllr ,,l;l lj i:;*t fu * ti pjr jti (Imam Abu Abdullah

Muhammad bin Idris asy-Syafi'i berkata,)

Setelah penulis menukil ucapan Imam Ahmad, dia menukil
perkataan Imam Muhammad bin Idris asy-Syaf i. Imam ini disebut
asy-Syafi'i karena dinisbatkan kepada kakeknya yaitu Syafi'. Imam
ini dari Bani al-Muththalib bin Abdu Manaf, dia adalah Muththalibi
dari keluarga Rasulullah iW,, maka dia dijuluki dengan Alim Quraisy.

Imam besar ini mempunyai sikap yang agung dalam membela
Sunnah Rasulullah ffi dan membantah ahli bid'ah dan para peng-

usung kesesatan.

O b f ,q w)ig *if (Aku beriman kepada Altah dan kepada

apa yang datang dari Allah)

Orang yang tidak beriman kepada apa yang datang dari Allah
berarti tidak beriman kepada Allah d*.

O itt tt1,rl. (Sesuai dengan yang diinginkan Allah). Yakni,
apa yang Allah ffi inginkary kita tidak mencampurinya dengan apa

yang datang dari kita sendiri. Kita tidak menafsirkannya dengan
penafsiran kita sendiri, akan tetapi kita hanya bersandar kepada
apa yang datang dari Allah sesuai dengan keinginan Allah. Kita
berkata, Allah d.lt$ telah menetapkan untuk DiriNya nama-nama
dan Dia telah menetapkan untuk DiriNya sifat-sifat, maka kita
beriman kepadanya sesuai dengan kehendak Allah d6, kita tidak
menakwilkannya, tidak menyelewengkannya dari makna yang
sebenarnya. Kita menetapkan bahwa Allah mempunyai pende-
ngaran, penglihatan, kehidupan, kodrat, kalam, iradah, dan sifat-
sifatNya yang lairy karena Dia telah menamakan DiriNya dan me-
nyifati DiriNya dengan itu semua.

o b ly: )tt ;b b 4y: ti ;q a; b l*a i;,;;i: (Aku beriman

kepada Rasulullah S dan kepada apa yang datang dari Rasulullah

ffi sesuai dengan keinginan Rasulullah #)

Setelah beriman kepada Allah dan kepada apa yang datang
dari Allah sesuai dengan yang diinginkan Allah, kita beriman ke-

pada Rasulullah # dan kepada apa yang datang dari Rasulullah ffi

berupa hadits-hadits yang shahih sesuai dengan yang diinginkan
Rasulullah S. Kita tidak boleh menafsirkannya dengan apa yang

wqs',h6.-66]L


Click to View FlipBook Version