4. Larutkan 60 - 80 gram bubuk tawas (4 - 6 sendok makan) ke dalam ember kecil,
lalu masukkan ke dalam air baku yang telah diaerasi. Aduk secara cepat dengan
arah yang putaran yang sama selama 1 - 2 menit. Setelah itu pengaduk diangkat
dan biarkan air dalam tangki berputar sampai berhenti dengan sendirinya dan
biarkan selama 45 - 60 menit.
5. Buka kran penguras untuk mengelurakan endapan kotoran yang terjadi, kemudian
tutup kembali.
6. Buka kran pengeluaran dan alirkan ke bak penyaring. Buka kran saringan dan
usahakan air dalam saringan tidak meluap.
7. Tampung air olahan (air bersih) dan simpan ditempat yang bersih. Jika digunakan
untuk minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu.
Catatan :
1. Jika volume bak penampung lebih kecil maka jumlah kapur dan tawas yang
dipakai harus disesuaikan.
2. Jika menggunakan kaporit untuk membunuh kuman-kuman penyakit, bubuhkan
kaporit sekitar 1-2 gram untuk 500 liter air baku. Cara pemakaiannya yaitu
dimasukkan bersama-sama pada saat memasukkan larutan kapur.
PIPA AERATOR PENAMPANGAN SARINGAN PASIR
49
Kesimpulan
a. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas
mereka sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk
treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi.
b. Banyak sumber air yang bisa dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum, yaitu
air hujan, air permukaan dan air tanah. Sumber air dan kualitas dapat dibedakan atas
tiga jenis, yaitu: air permukaan, air tanah, dan air hujan.
c. Tahapan Pengolahan Air Bersih adalah : Netralisasi, aerasi (jika diperlukan),
koagulasi, sedimentasi, filtrasi.
50
Daftar Pustaka
Buku Teknologi dan kejuruan ; Jurnal teknoligi,kejuruan dan pengajarannya 34 (1) , 2011
Anie Yulistyorini “Pemanenan air hujan sebagai alternative pengelolaan sumber daya air
diperkotaan”
Buku jurnal perencanaan wilayah dan Kota 21 (2) , 111-128,2010 “pemetaan persoalan
system penyediaan air bersih untuk meningkatkan kualitas system penyediaan air bersih di
kota sawahlunto”
51
MATERI 4
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
52
1. Pengertian Sistem Pengolahan Air Limbah
Menurut Ehless dan Steel, Air limbah atau air buangan adalah sisa air dibuang yang
berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta mangganggu lingkungan hidup.
Batasan lainnya mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan
sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan
industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman dan air hujan yang mungkin
ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa
dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti
industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya
besar, karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan
manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar).
Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan kembali ke sungai dan laut dan akan
digunakan oleh manusia lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus dikelola dan atau
diolah secara baik
2. Sumber Limbah
Air limbah ini dapat berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
d. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air
limbah yang berasal dari pemukiman penduduk
e. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis
industry akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain: nitrogen, sulfide, amoniak, lemak garam-garam zat pewarna, mineral,
logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan
menjadi lebih rumit.
f. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal
dari daerah; perkantoran,perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum,
53
tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung
dalam jenis air limbah ini sama dengan jenis air limbah rumah tangga.
3. Karakteristik Air Limbah
Karakteristik air limbah penting untuk diketahui, karena hal ini akan menentukan
pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Karakteristik fisik
Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan bahan padatnya mencapai
0,1% dalam bentuk suspensi padat (suspended solid) yang volumenya bervariasi
antara 100-500 mg/l. Apabila volume suspensi padat kurang dari 100mg/l, air
limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500mg/l disebut kuat.
Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun,
bekas cucian beras dan sayur, dan sebagainya.
2. Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang
berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian
tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu, pada umumnya bersifat
basa pada waktu masih baru, dan cenderung ke asam apabila sudah mulai
membusuk. Substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 golongan, yakni:
Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya; urea, protein, atau asam
amino.
Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, atau
karbohidrat
3. Karakteristik bakteriologis
Bakteri dalam air limbah berfungsi untuk menyeimbangkan DO dan BOD.
Sedangkan bakteri pathogen banyak terdapat dari hasil buangan dari peternakan,
rumah sakit, laboratorium, sanatorium, buangan rumah tangga khususnya dari
kamar mandi/wc. Kandungan bakteri pathogen serta organism golongan E. coli
terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya
tidak berperan dalam proses pengolahan air limbah. Limbah industri tidak banyak
mengandung bakteri kecuali dari bahan produksinya memang berhubungan dengan
potensi adanya bakteri diantaranya industri makanan/minuman, pengalengan ikan
dan daging, abbatoir.
54
Beberapa mikroorganisme dalam air limbah, antara lain:
Kelompok protista : virus, bakteri, jamur, protozoa
Kelompok tanaman dan bintang :algae, cacing
4. Parameter Air Limbah
Berikut adalah parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah.
a. Kandungan zat padat (total solid, suspending solid, dissolved solid)
b. Kandungan zat organik
c. Kandungan zat anorganik (mis; P, Pb, Cd, Mg)
d. Kandungan gas (mis: O2, N, CO2)
e. Kandungan bakteri (mis: E.coli)
f. Kandungan pH
g. Suhu
5. Dampak Buangan Air Limbah
Air limbah yang tidak menjalani proses pengolahan yang benar tentunya dapat
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain:
e. Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit
bawaan air. Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya
dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang
mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga
dapat menjadi sarang vector penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain)
f. Penurunan Kualitas Lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan danau)
dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Sebagai contoh, bahan
organic yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat
menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut didalam sungai tersebut.
Dengan demikian menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan
oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya.
Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingga
menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya
akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukannya.
55
g. Gangguan Terhadap Keindahan
Kadang-kadang air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu
kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh : air limbah yang
mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada badan
air penerima. Walaupun pigmen tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan, tetapi terjadi gangguan keindahan terhadap badan air penerima tersebut.
Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila terurai
menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari badan air,
maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.
h. Gangguan terhadap kerusakan benda
Kadang-kadang air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri
anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat proses
perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (mis. Pipa saluran air. limbah) dan
bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut maka biaya
pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian
material.
Untuk menghindarkan terjadinya gangguan-gangguan diatas, air limbah yang
dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan dalam
Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut, maka
perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke lingkungan.
6. Pengolahan Air Limbah
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih
dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan
rencana pengelolaan yang baik. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan secara
alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah
biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi sedangkan pengolahan air
dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah/
IPAL (Waste Water Treatment Plant / WWTP).
7. Tujuan Pengolahan Air Limbah
Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain:
a. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
56
b. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup didalam air.
c. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
d. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit.
8. Syarat Sistem Pengolahan Air Limbah
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi
persyaratan berikut:
e. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
f. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
g. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam
penggunaannya sehari-hari.
h. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang mengakibatkan penyakit.
i. Tidak terbuka dan harus tertutup.
j. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
9. Metode Pengolahan Air Limbah
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelolah air limbah, diantaranya:
a. Pengenceran (disposal by dilution)
Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami pengenceran.
Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami. Namun, cara
semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri pathogen, larva dan
telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada di dalam air limbah itu.
Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan berikut harus
dipenuhi:
1. Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
2. Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari 30-40
kali
3. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus mengalir
(tidak boleh stagnan) agar tidak menimmbulkan bau.
b. Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembuangan air
limbah. Dibuat pada tanah yang berpasir agar air buangan mudah meresap kedalam
tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tembus air. Apabila ceespool sudah penuh
57
(±60bulan), lumpur didalamnya dapat dihisap keluar atau dari semula dibuat
cesspool secara berangkai, sehingga bila yang satu penuh, air akan mengalir ke
cesspool berikutnya. Jarak cesspool dengan sumur air bersih adalah 45 meter dan
minimal 6 meter dari pondasi rumah.
c. Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah
mengalami pengolahan dalam system lain, misalnya dari aqua privy atau septic
tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan ke dalam tanah.
Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir, dengan diameter 1-2,5 meter
dan kedalaman 2,5 meter. Lama pemakaian dapat mencapai 6-10 tahun.
d. Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolah air
limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang luas. Septic tank
memiliki 4 bagian, antara lain:
1. Ruang pembusukan
Dalam ruang ini, air kotor akan tertahan 13 hari dan akan mengalami penguraian
oleh bakteri pembusuk yang akan menghasilkan gas, cairan, dan lumpur. Gas
dan cairan akan masuk kedalam dosing chamber melalui pipa. Lumpur akan
masuk ke ruang lumpur.
2. Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur. Apabila ruang sudah
penuh, lumpur dapat dipompa keluar.
3. Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon McDonald yang berfumgsi untuk
mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar merata.
4. Bidang resapan
Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari dosing chamber dan menyaring
bakteri pathogen maupun bibit penyakit lain. Panjang minimal bidang resapan
ini 10meter dan dibuat pada tanah berpasir.
e. System Riool (sewage)
System riool menampung semua air kotor dari rumah maupun perusahaan, dan
terkadang menampung kotoran dari lingkungan. Apabila dipakai untuk
menampung air hujan, sistem riool ini disebut combined system, sedangkan jika
bak penampung air hujannya dipisahkan maka disebut separated system. Agar
58
tidak merugikan kepentingan lain, air kotor dialirkan ke ujung kota, misalnya ke
daerah peternakan, pertanian, atau perikanan darat. Air kotor itu masih memerlukan
pengolahan.
Proses pengolahan yang dilakukan, antara lain:
1. Penyaringan (screening)
Penyaringan ditujukan untuk menangkap benda-benda yang terapung diatas
permukaan air.
2. Pengendapan (sedimentation)
Pada proses ini, air limbah dialirkan ke dalam bak besar (sand trap) sehingga aliran
menjadi lambat dan lumpur serta pasir mengendap.
3. Proses biologis
Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat organic di dalam limbah
baik secara aerob maupun anaerob.
4. Disaring dengan saringan pasir (sand filter)
5. Desinfeksi
Desinfeksi dengan kaporit (10kg/1 juta air limbah) untuk membunuh mikroba
patogen.
6. Pengenceran
Terakhir, air limbah dibuang ke sungai, danau atau laut sehingga mengalami
pengenceran.
10. Limbah Industri
Limbah industri (industrial waste) yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang
biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain itu libah cair juga
dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga di dalam proses
pengolahannya, air harus dibuang. Jenis-jenis industry yang menghasilkan limbah cair
antara lain, industri pulp dan rayon, pengolahan cramb rubber, minyak kelapa sawit,
baja dan besi, minyak goring, kertas, tekstil, kaustik soda, elektor plating, plywood,
tepung tapioka, pengalengan, pencelupan dan pewarna, daging dan lain-lain.
Limbah cair industri mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya
yang dikenal dengan sebutan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Menurut
Undang-undang RI No. 23/ 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Limbah B3
59
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Bahan ini dirumuskan sebagai
bahan yang dalam jumlah relative sedikit tetapi mempunyai potensi untuk
mencemarkan dan merusak kehidupan dan sumber daya. Apabila ditinjau secara
kimia, bahan-bahan tersebut mengandung 60.000 jenis bahan kimia dari 5 juta jenis
bahan kimia yang sudah dikenal.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah ini bergantung pada jenis dan
karakteristiknya, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Mengingat sifat, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan limbah di masa sekarang
maupun di masa akan datang, diperlukan langkah-langkah pencegahan,
penanggulangan, dan pengelolaannya secara efektif.
Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut maupun yang
mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Kerapkali air dari pabrik berwarna
keruh dan temperaturnya tinggi,
Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat
tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat diidentifikasi
secara visual maupun melalui pemeriksaan laboratorium. Identifikasi secara visual
dapat diketahui melalui: kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan, dan
indikasi lain. Sementara itu, identifikasi secara laboratorium ditandai dengan
terjadinya perubahan sifat kimia air karena air telah mengandung bahan kimia beracun
dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas yang dianjurkan.
Jumlah limbah yang dikeluarkan masing-masing industri bergantung pada banyaknya
produksi yang dihasilkan serta jenis produknya. Sebagai gambaran, industri pulp dan
rayon menghasilkan limbah air sebanyak 30 m3 setiap ton pulp yang diproduksi.
Contoh lainnya, industri ikan dan makanan laut menghasilkan limbah air berkisar
antara 79-500 m3 per hari, sedangkan industri pengolahan crumb rubber
menghasilkan antara 100-1000 m3 limbah air per hari.
Pengolahan Limbah Cair Industri
Pengolahan limbah cair industri dapat dibagi menjadi dua, pengolahan menurut
tingkat perlakuan dan pengolahan menurut karakteristiknya.
60
1. Pengolahan berdasarkan tingkat perlakuan
Menurut tingkatan prosesnya, pengolahan limbah dapat digolongkan menjadi 5
tingkatan. Namun, tidak berarti bahwa semua tingkatan harus dilalui karena
pilihan tingkatan proses tetap bergantung pada kondisi limbah yang diketahui dari
hasil pemeriksaan laboratorium. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter dalam
limbah, dapat ditetapkan jenis peralatan yang dibutuhkan. Berikut beberapa
tahapan pengolahan air limbah.
a. Pra-pengolahan (pre-treatment)
Pada tahap ini, saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan berukuran ±
30×30 cm untuk debit air 100 m2 per jam sudah cukup baik. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, saringan dapat dipasang secara seri
sebanyak dua atau tiga saringan. Ukuran messnya (besar lubang kawat tikus)
dapat dibandingkan dengan kawat kasa penghalang nyamuk. Saringan
tersebut diperiksa setiap hari untuk mengambil bahan yang terjaring. Contoh
bahan-bahan yang terjaring dapat berupa padatan terapung atau melayang
yang ikut bersama air. Bahan lainnya adalah lapisan minyak dan lemak di
atas permukaan air.
b. Pengolahan primer (primary treatment)
Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus atau zat
warna terlarut maupun tersuspensi yang tidak terjaring pada penyaringan
terdahulu.
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan bahan
padatan melalui penambahan zat kimia. Reaksi yang terjadi akan
menyebabkan berat jenis bahan padatan menjadi lebih besar daripada air.
Tidak semua reaksi dapat berlaku untuk semua senyawa kimia (terutama
senyawa organik).
Pengolahan secara fisika dilakukan melalui pengendapan maupun
pengapungan yang ditujukan untuk bahan kasar yang terkandung dalam air
limbah. Penguapan dilakukan dengan memasukkan udara ke dalam air dan
menciptakan gelembung gas sehingga partikel halus terbawa bersama
gelembung ke permukaan air. Sementara itu, pengendapan (tanpa
penambahan bahan kimia) dilakukan dengan memanfaatkan kolam berukuran
tertentu untuk mengendapkan partikel-partikel dari air yang mengalir di
atasnya.
61
c. Pengolahan sekunder (secondary treatment)
Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk menghilangkan
bahan organik melalui proses oksidasi biokimia. Di dalam proses biologis ini,
banyak dipergunakan reactor lumpur aktif dan trickling filter
d. Pengolahan tersier (tertiary treatment)
Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut yang ditujukan
terutama untuk menghilangkan senyawa organik maupun anorganik. Proses
pada tingkat lanjut ini dilakukan melalui proses fisik (filtrasi, destilasi,
pengapungan, pembekuan, dan lain-lain), proses kimia (absorbs karbon aktif,
pengendapan kimia, pertukaran ion, elektrokimia, oksidasi, dan reduks), dan
proses biologi (pembusukan oleh bakteri dan nitrifikasi alga).
2. Pengolahan berdasarkan karakteristik
Proses pengolahan berdasarkan karakteristik air limbah dapat dilakukan secara:
a. Proses fisik, dapat dilakukan melalui :
1. Penghancuran
2. Perataan air (misalnya: mengubah system saluran dan membuat kolam)
3. Penggumpalan (misalnya: menggunakan alumunium sulfat dan ferrosulfat)
4. Sedimentasi
5. Pengapungan
6. Filtrasi
b. Proses kimia, dapat dilakukan melalui:
1. Pengendapan dengan bahan kimia
2. Pengolahan dengan logoon atau kolam
3. Netralisasi
4. Penggumpalan atau koagulasi
5. Sedimentasi (misalnya dengan discrete settling, floculant settling, dan zone
settling)
6. Oksidasi dan reduksi
7. Klorinasi Penghilangan klor (biasanya menggunakan karbon aktif atau
natrium sulfat)
8. Pembuangan fenol
9. Pembuangan sulfur
62
c. Proses biologi, dapt dilakukan dengan:
1. Kolam oksidasi
2. Lumpur aktif (mixed liquid suspende solid / MLSS)
3. Trickling filter
4. Lagoon
5. Fakultatif
d. Proses fisika kimia biologi
e. Pengolahan tingkat lanjut
11. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) (wastewater treatment plant, WWTP), adalah
sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi dari air
sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain. Fungsi
dari IPAL mencakup:
Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu pestisida, dan
sebagainya dari lingkungan pertanian.
Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan limbah rumah
tangga lainnya.
Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas manufaktur
sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitas pertambangan.
Meski demikian, dapat juga didesain sebuah fasilitas pengolahan tunggal yang mampu
melakukan beragam fungsi Beberapa metode seperti biodegradasi diketahui tidak mampu
menangani air limbah secara efektif, terutama yang mengandung bahan kimia berbahaya.
63
Berikut adalah tahapan pengolahan air limbah dengan sistem Aerob :
1. Tahap pertama Limbah dikumpulkan untuk melalui tahap Presedimentation. Limbah
Cairan di endapkan padatannya yang tersuspensi/teremulsi. Terkadang terdapat
kurang lebih tiga kolam presedimentation.
2. Karena kita nanti akan menggunakan bakteri Aerob dan bakteri aerob akan kaget
apabila kondisi yang dimakan berbeda – beda setiap limbah yang datang berbeda,
sehingga berakibat ke tidak optimalnya bakteri aerob mendegradasi limbah, maka
limbah cair yang telah melalui tahap presedimentation tadi di masukan ke tahap yang
kedua, yakni Equalisasi. Tujuan tahap ini untuk menyetarakan beban BOD, COD
sehingga mikroorganisme tidak bingung, karena mikroorganisme tidak bisa merusak
chemical klo keadaan limbah berbeda – beda.
3. Tahap selanjutnya adalah Contact Aerasi. Di sini limbah mulai dimakan oleh bakteri.
Waktu yang dibutuhkan kurang lebih 7 Hari dengan tanda nanti ada bakteri dan air
yang sudah terpisah. pabila sudah terpisah, bakteri yang telah bekerja di pompa masuk
ke tempat stabilation. Tempat stabilation ini menjadikan bakteri untuk beristirahat
terlebih dahulu.
4. Air yang telah melalui tahap aerasi, menuju penjernihan (Clarifier). Di sini
dipisahkan antara padatan yang masih tersuspensi di air. Suspensi dikeringkan di
64
sludge drying Bed, dan air yang jernih di bawa ke Kolam Carbon Filter yang
gradenya keras . Untuk mengeluarkan air, maka sebelum di buang ke sungai, masuk
ke kolam ikan nilai terlebih dahulu.
Kualitas air limbah di pantau dengan pengukuran kadar nitrogen, kadar fenol, pH,
Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD), dan Total
Suspended Solid (TSS). Jika kualitas air hasil pengolahan limbah tersebut telah
memenuhi syarat, maka air tersebut dialirkan kesungai.
Monitoring keberhasilan pengolahan limbah dilakukan pada tahap – tahap berikut :
1. Sebelm masuk aerasi, kita ukur BOD/COD. sesuai dengan yang kita harapkan
belum
2. Decanter Aeration dengan pemisahan Volume air/ Volume endapan mikroba =
60/40. Apabila kurang dari jumlah ini artinya bakterinya kurang, namun apabila
lebih maka bakteri terlalu banyak. Maka bakteri perlu dikendalikan.
3. Monitoring pH, COD, dan BOD di kolam ikan. pH harus 6-7, BOD, COD
65
Kesimpulan
a. Di jaman yang semakin modern seperti sekarang ini, tidak di pungkiri bahwa
pertumbuhan penduduk dan pembangunan sangat lah pesat, sehingga menjadikan
meningkat nya kebutuhan air yang terbebas dari limbah.
b. Dengan adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah ditengah kebutuhan air bersih yang
semakin tinggi, tentu dapat menciptakan terpenuhi nya kebutuhan air yang dapat
menciptakan kondusifitas pengelolaan air bersih yang ada di sebuah kota, daerah
atau bahkan Negara.
c. Air buangan/ air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan
rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya.
d. Sumber air limbah yaitu air limbah rumah tangga, air limbah industri dan air limbah
kotapraja.
e. Karakteristik air limbah ada 3 yaitu: karakteristik fisik, karakteristik kimia,
karakteristik biologi.
f. Parameter-parameter yang digunakan dalam air limbah yaitu BOD, COD, DO,
hardness, settleable solid, Total Suspended Solid, Mixed Liquor Suspended Solid,
Mixed Liquor Volatile Suspended Solid.
g. Dampak pengelolaan air limbah antara lain : gangguan kesehatan, penurunan
kualitas lingkungan, gangguan terhadap keindahan, gangguan terhadap kerusakan
benda.
h. Pengelolaan air limbah pun dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara alamiah
maupun dengan bantuan peralatan. Dengan cara alamiah yaitu dengan kolam
stabilisasi sedangkan dengan peralatan biasanya dilakukan pada IPAL, yang
prosesnya dapat dikelompokkan menjadi primary treatment, secondary
treatment,dan tertiary treatment.
66
Daftar Pustaka
Jurnal Evaluasi Pengolahan Air Limbah Domestik dengan IPAL Komunal di Kota Bogor
Volume 19 No. 2 Juli 2018
http://itheng.blogspot.com/2011/09/ipal-instalasi-pengolahan-air-limbah.html; Akses tanggal
9 April 2021, pukul 20.00 wita.
https://www.academia.edu/35564723/MAKALAH_PENGOLAHAN_LIMBAH ; Akses tanggal
9 April 2021, pukul 20.35 wita.
https://id.wikipedia.org/wiki/Instalasi_pengolahan_air_limbah ; Akses tanggal 9 April 2021,
pukul 21.00 wita.
67
MATERI 5
DRAINASE ALAMIAH DAN BUATAN
68
1. Pengertian Hujan dan Jenis-Jenis Air Tanah
Pengertian Hujan
Hujan adalah titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan
(Setiawan, 2011). Hujan adalah butir curahan berupa air yang garis tengahnya lebih besar
dari 0,5 mm (Pusat Bahasa, 2008; Setiawan, 2011). Sementara Tjasyono (2006)
menyatakan bahwa hujan adalah hydrometeor yang jatuh berupa partikel-partikel air
yang mempunyai diameter 0.5 mm atau lebih. Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut
hujan sedangkan yang tidak sampai tanah disebut Virga. Air hujan adalah air yang
menguap karena panas dan dengan proses kondensasi membentuk tetes air yang lebih
besar kemudian jatuh kembali ke permukan bumi. Pada waktu berbentuk uap air terjadi
proses transportasi. Ketika proses transportasi tersebut uap air tercampur dan melarutkan
gas-gas dan senyawa lain yang ada di udara (Sanropie, et. al., 1984).
Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih dari air permukaan dan air tanah. Namun
air hujan dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti
NH3, CO2 agresif, SO2, O2, N2, juga zat-zat renik dan debu. Adanya konsentrasi
SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air hujan akan menyebabkan terjadinya
hujan asam (acid rain) (Waluyo, et. al., 2008; Sutrisno, 1996; Gambiro, 2013).
Ketersediaan air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan, sehingga air tidak
mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya berfluktuasi. Air hujan tidak dapat
diambil secara terus menerus, karena tergantung pada musim. Pada musim kemarau
kemungkinan air akan menurun karena tidak ada penambahan air hujan (Gambiro, 2013).
Penakaran Air Hujan
Penakar hujan adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan dan mengukur
jumlah curah hujan pada satuan waktu tertentu. Panakar hujan mengukur tinggi hujan
seolah-olah air hujan yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas merupakan kolom air. Air
yang tertampung volumenya dibagi dengan luas corong penampung, hasilnya adalah
tinggi atau tebal, satuan yang dipakai adalah milimeter (mm).
Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe
observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat
ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe
observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan
dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter dari permukaan tanah. Alat
69
pengukur hujan otomatis biasanya memakai prinsip pelampung, timbangan atau
jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur otomatis ini antara lain seperti, waktu
terjadinya hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya hujan dapat dihitung, pada
beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan tiap hari karena periode
pencatatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan lain.
Tinggi curah hujan diasumsikan sama di sekitar tempat penakaran, luasan yang tercakup
oleh sebuah penakar hujan bergantung pada homogenitas daerahnya maupun kondisi
cuaca lainnya. Penakar hujan dibagi dalam dua golongan yaitu tipe manual dan tipe
otomatis. Bila yang diinginkan hanyau jumlah hujan harian, maka dipakai tipe manual.
Informasi lebih banyak diperoleh dari alat otomatis. Alat yang dipakai yang ada di
lapangan. Makin canggih suatu alat makin banyak ketrampilan dan kemampuannya.
Kepadatan minimum jaringan penakar hujan untuk kepentingan hidro – meteorologis
umum menurut Linsley (1982) direkomendasikan sebagai berikut :
a. Untuk daerah datar, beriklim sedang, mediteranean dan zona tropis 600 – 900
km2 untuk setiap stasiun.
b. Untuk daerah-daerah pegunungan beriklim sedang, mediteranean dan zone tropis,
100 – 250 km2 untuk setip stasiun.
b. Untuk pulau-pulau dengan pegunungan kecil dengan hujan yang beraturan, 25
km2 untuk setiap stasiun.
c. Untuk zone-zone kering dan kutub, 1500 - 10.000 km2 untuk setiap stasiun.
Jenis-Jenis Air Tanah
Air tanah dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Air tanah biasanya jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam
yang terlarut) daripada air permukaan.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air
tanah dalam tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan
bor dan memasukkan pipa kedalamnya (biasanya kedalaman bor antara 10-100 m)
akan didapat suatu lapisan air.
c. Mata Air
70
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata
air yang berasal dari air tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitas/kuantitasnya.
2. Pengertian Drainase
Pengertian Drainase
Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari
permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat.Pembuangan ini dapat dilakukan
dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Drainase yang berasal
dari bahasa inggris drainage mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air.
Drainase secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan
air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu.
Drainase dapat juga di artikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas. Jadi, darinase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi
juga air tanah (Suripin, 2004).
Kapasitas Saluran
Kapasitas saluran drainase dihitung dengan menggunakan Rumus Manning dan Rumus
Kontinuitas:
a. Rumus Manning b. RumusKontinuitas
v = 1/n . R2/3 . S1/2 (6) Q = A .v (7)
catatan :
v = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran(m/dt)
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kapasitas Saluran
n = koefisien kekasaran manning
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah saluran (m)
Q = debit (m3/dt)
Drainase memiliki banyak fungsi, diantaranya (Moduto, dalam jurnal Ainal Muttaqin
2011):
1) Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga
lahan dapat difungsikan secara optimal.
71
2) Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air/banjir.
3) Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
4) Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
5) Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir.
6) Mengelola kualitas air.
3. Jenis-Jenis Drainase
a. Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya
Menurut Hadi Hardjaja (2009) Jenis drainase dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan
penunjang, saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
2) Drainase Buatan
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan
bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu, gorong-gorong, dan
pipa-pipa.
b. Drainase Menurut Letak Bangunannya
1) Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk
mengalirkan air limpasan permukaan.
2) Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan untuk mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa) dikarenakan alasan -
alasan tertentu. Ini karena alasan tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan
tanah yang tidak membolehkan adanya saluran dipermukaan tanah seperti
lapangan sepak bola, lapangan terbang, dan taman.
c. Drainase Menurut Letak Konstruksinya
1) Saluran Terbuka
Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang
mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan atau menganggu lingkungan.
72
2) Saluran Tertutup
Saluran yang pada umumnya sering di pakai untuk aliran air kotor (air yang
mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
tengah kota.
d. Drainase Menurut Sistem Buangannya
Menurut Hadi Hardjaja ( 2009) Pada sistem pengumpulan air buangan sesuai dengan
fungsinya maka pemilihan sistem buangan dibedakan menjadi :
1) Sistem Terpisah (Separate System)
2) Dimana air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing
secara terpisah.
3) Sistem Tercampur (Combined system)
4) Dimana air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama.
5) Sistem Kombinasi (Pscudo Separate system)
Merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan dimana
pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air
buangan, sedangkan air hujan berfungsi sebagai pengenceran penggelontor
.kedua saluran ini tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaaan
interceptor.
e. Pola Jaringan Drainase
Pola jaringan drainase terdiri dari enam macam, antara lain:
1) Siku, digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi
daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah
kota.
2) Paralel, saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3) Grid iron, digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota,
sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran pengumpul.
4) Alamiah, sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih
besar.
5) Radial, digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke
segala arah.
6) Jaring-jaring, mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan
raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.
Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi 4 jenis :
73
a. Pola perpendicular, Adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang
dapat digunakan untuk sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak
diperlukan banyak bangunan pengolahan.
b. Pola interceptor dan pola zone, adalah pola jaringan yang digunkan untuk
sistem tercampur.
c. Pola fan, adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran / cabang yang
dapat lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke sautu banguan
pengolahan. Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.
d. Pola radial, adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah
dimulai dari tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak
bangunan pengolahan.
4. Drainase Air Permukaan
Drainase Permukaan adalah sistem drainase yang terletak di permukaan tanah baik yang
terbentuk secara alamiah dan buatan untuk mengalirkan air hujan dan limpasan
permukaan.
Tujuan
Tujuan drainase permukaan ialah mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga
dapat mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air penyebab penyakit guna
meningkatkan kesehatan lingkungan serta memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana
fisik.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Drainase Permukaan
a. Aspek Hidrologi
Limpasan permukaan dipengaruhi oleh unsur meterologi dan unsur daerah
pengaliran.
1) Unsur Meterologi : Jenis prepitasi, intensitas curah hujan, distribusi hujan, arah
pergerakan hujan, curah hujan, kelembaban tanah, kecepatan angin, temperatur.
2) Unsur daerah pengaliran : Kondisi penggunaan tanah. Luas, jenis tanah, serta
kondisi topografi daerah pengaliran. Kondisi permukaan tanah.
b. Aspek Hidrolika
Hidrolika merupakan dasar untuk menetapkan dimensi saluran yang digunakan
terbuka atau tertutup.
74
Prinsip – prinsip aliran di saluran terbuka : kemiringan, gaya gravitasi, gaya geseran
dinding saluran
75
Kesimpulan
Berdasarkan Latar belakang penelitian, kajian teori terkait rumusan masalah, analisis
permasalahan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa perlu sinergitas antara
penataan kawasan yang cenderung bersifat fisik pembangunan dengan konservasi air,
sehingga tercipta penataan ruang daratan dengan memberikan ruang yang semestinya bagi air
untuk dapat masuk secara maksimal ke dalam tanah melalui proses infiltrasi atau peresapan,
agar pembangunan (penambahan ruang terbangun) tidak menimbulkan genangan. Secara
spasial, teknologi drainase yang diperlukan pada lokasi studi. ini merupakan kombinasi
antara pola detensi (menampung sementara) dan pola retensi (meresapkan).
76
Daftar Pustaka
Agus, L. 2012. Perencanaan Drainase. http://civilengineeringscience.
lgspot.co.id/2012/12/drainase.html Online Diakses tanggal 15 April 2021
Anonimus, 2017. Banjir Bandang : Pengertian, Karakteristik, Penyebab dan Dampaknya.
Online http://ilmugeografi.com/bencana-alam/banjir-bandang Diakses tanggal 15 April 2021
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Jogjakarta: Graha Ilmu. Jayadi, R. 2000. Pengantar
Hidrologi,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Takeda, K. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan,Jakarta.
Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik. Edisi ke-2 (dengan perbaikan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Subarkah, I. 1980. Hidrolika Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma
77
MATERI 6
SISTEM PLUMBING (PERPIPAAN)
78
1. Jaringan Pemipaan (Plumbing dan Sanitasi)
Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan oleh
manusia untuk melakukan kegiatannya ,agar supaya bangunan gedung yang di dibangun
dapat dipakai, dihuni, dan dinikmati oleh pengguna, perlu dilengkapi dengan prasarana
lain yang disebut prasarana bangunan atau utilitas bangunan.
Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung, agar bangunan
gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu penghuninya akan merasa
nyaman, arnan, dan sehat.
Ruang lingkup dari Utilitas Bangunan diantaranya adalah :
1) Sistem plumbingair minum
2) Sistem plumbing air kotor
3) Sistem plumbing air hujan
4) Sistem pembuangan sampan
5) Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
6) Sistem instalasi listrik
7) Sistem pengkondisian udam
8) Sistem transportasi vertikal
9) Sistem telekomunikasi
10) Sistem penangkal petir
Salah satu bagian dari utilitas bangunan adalah Plumbing. Termasuk dalam ruang
lingkup plumbing diantaranya adalah :sistem penyediaan air minum, sistem pembuangan
air kotor, dan sistem pembuangan air hujan didalam bangunan gedung.
Plumbling dapat didefinlisikan sebagai berikut :
Sistem Plumbing suatu bangunan gedung adalah pemipaan sistem penyediaan air minum,
pemipaan sistem pembuangan air kotor, dan pemipaan sistem pembuangan air hujan’’
Karena plumbing, merupakan bagian dari utilitas bangunan, maka tujuan penempatan
Plumbing dalam suatu bangunan gedung juga, agar penghuni bangunan gedung tersebut
merasa aman, nyaman, dan sehat.
79
2. Hal Umum Sistem Instalasi Plumbing
1) Sistem Air Bersih
Sumber Air bersih diambil dari sumber air tanah berupa sumur dalam (deep well).
Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga sebagai
tangki pengendap lumpur/pasir yang terbawa dari sumur. Air dari roof tank di
alirkan ke seluruh instalasi bangunan dengan cara grafitasi.
2) Sistem Air Kotor dan Air Bekas
Untuk limbah air kotor yang berasal dari toilet dan bangunan-bangunan penunjang
masuk langsung ke septic tank yang dibuat berdekatan dengan bangunan tersebut,
dan masuk ke dalam tangki resapan serta over flow diarahkan ke saluran terdekat.
3) Spesifikasi Teknis dan Produk
a. SUMUR BOR, sebagai sumber air yang akan digunakan dibuat dengan total
kedalaman pemboran min 30 meter atau ada penambahan kedalaman dengan
menyesuaikan dengan kondisi permukaan air. Konstruksi sumur menggunakan
pipa PVC AW wavin. Seluruh pelaksanaan teknis pembuatan sumur dalam ini
harus sepenuhnya mengikuti rekomendasi dan petunjuk teknis dari instansi terkait
yaitu Dinas Pertambangan Setempat dan Direktorat Geologi Tata Lingkungan,
termasuk aturan peletakan screen, ukuran konstruksi sumur yang diijinkan, dan
penentuan kapasitas pompa. Untuk menentukan lokasi titik sumur kontraktor harus
melakukan test geolistrik.
b. Pipa-pipa yang digunakan untuk instalasi plumbing ini adalah sebagai berikut :
Instalasi Air bersih untuk keperluan Domestic water (MCK) menggunakan
pipa Galvanis GIP kelas Medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium
A).
Instalasi Air Bersih untukProduksi Air Minum Dalam Kemasan
menggunakan Pipa PVC RUCHIKA AW Class.
Instalasi Air Kotor menggunakan Pipa PVC AW Class dengan kualitas
yang baik, rekomendasi material pipa PVC yang boleh digunakan adalah :
RUCHIKA, atau WAVIN.
c. Fitting-fitting yang digunakan untuk pemipaan harus sesuai dengan standar
pipa yang digunakan.
80
d. Sambungan pipa air bersih dari bahan GIP, menggunakan system screw/ulir,
dan setiap sambungan ulir harus diberi lem epoxi kecuali pada penyambungan
ke peralatan plumbing seperti kran/valve menggunakan seal tape.
e. Sambungan pipa PVC menggunakan lem PVC dengan kualitas yang baik atau
sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pipa PVC.
f. Kontraktor harus sudah memperhitungkan adanya gantungan atau support pipa
yang akan dipasang dengan memperhitungkan support harus kuat dan kaku.
Jarak support/gantungan pipa yang akan dipasang adalah setian 1,5 meter.
g. Untuk pipa-pipa yang ditanam dalam tanah dan harus melintas jalan, ditanam
dalam tanah dengan kedalaman yang cukup (diatas 1 meter) dan harus
dilindungi dengan pipa keras dengan diameter yang lebih besar.
h. Galian pipa dalam tanah, harus terlebih dahulu diisi pasir yang dipadatkan lalu
pipa digelar dan kemudian diurug kembali dengan pasir yang dipadatkan,
sebelum diurug dengan tanah asal.
i. Pompa-pompa yang digunakan harus dari merk yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitasnya, termasuk juga after sales service dan
ketersediaan suku cadangnya. Pompa-pompa yang dapat direkomendasikan
untuk digunakan adalah merk EBARA, GRUNDFOS, TORISHIMA,
CAPRARI, atau setara.
j. Motor listrik yang digunakan sebagai penggerak pompa harus di kopel
langsung oleh pabrik/distributor pemegang merk, dan motor listrik yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa tersebut.
k. Sebelum serah terima dilakukan test komisioning. Seluruh alat harus dicek
fungsi dan kapasitasnya, terutama untuk pompa-pompa harus dicek besarnya
arus listrik dan temperature kerja motor panas tidaknya.
Pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, penyetelan dan pengujian dari semua
peralatan/material seperti yang disebutkan dalam spesifikasi ini, maupun
pengadaan dan pemasangan dan peralatan/material yang kebetulan tidak
tersebutkan, akan tetapi secara. umum dianggap perlu agar dapat diperoleh sistim
instalasi air bersih dan instalasi air kotor yang baik, dimana setelah diuji, dicoba.
dan disetel dengan teliti siap untuk dipergunakan.
81
3. Lingkup Pekerjaan
Pedoman dasar teknis yang dipakai pada prinsipnya adalah PEDOMAN PLUMBING
INDONESIA 1979.
Pemasangan pipa untuk system sanitary/toilet lengkap dengan sambungan-sambungan
untuk Kran air dan bak cuci di dapur.
Pemasangan pipa untuk system air kotor (dari WC), air bekas, sesual dengan gambar.
Pemasangan pipa PVC untuk instalasi pipa vent yang dihubungkan derigan pipa tegak
air kotor maupun pipa tegak air bekas, serta pemasangan vent out pada puncak pipa.
vent tegak.
Bahan/Material
Semua bahan/material yang digunakan/dIpasang harus dari jenis material berkualitas.
baik, dalam keadaan baru (tidak dalam keadaan bekas pakai/ rusak/afkir), sesuai
dengan mutu dan standar yang berlaku (SII) atau standar internasional seperti BS, JIS,
ASA, DIN atau yang setaraf.
Pemborong bertanggung jawab penuh atas mutu dan kualitas material yang akan
dipakai, setelah mendapat persetujuan pengawas/Direksi.
Sebelum dilakukan pemasangan-pemasangan, pemborong harus menyerahkan
contoh-contoh (sample) dari bahan/material yang akan dipasang kepada
pengawas/Direksi
4. Pekerjaan Penyediaan Air Bersih
a. Bahan
Bahan/material pipa untuk distribusi air bersih adalah GIP pipe, Pipa dan fitting
yang digunakan harus mengikutl standar SII dan harus disertai sertifikat hasil
pengujian.
Katup-katup (valve) untuk ukuran lebih kecjl atau sama dengan 50 mm dibuat
danri bahan kuningan dengan system penyambungan menggunakan ulir /screwed,
sedangkan yang lebih besar dari 50 mm dibuat dari bahan GIP, dengan system
sambungan ulir.
Penggantung pipa. (hanger) dan penjepit pipa (klem) harus dari bahan metal yang
digalvanis.
82
b. Pemasangan
Untuk sambungan yang menggunakan ulir harus memiliki spesifikasi panjang
ulir.
Sebelum dilakukan penyambungan, baglan yang berulir harus dibersihkan
terlebih dahulu dari kotoran-kotoran yang melekat.
Setiap pemasangan katup yang menggunakan ulir harus digunakan sepasang
water moer (union coupling) untuk mempermudah pekerjaan pemeliharaan.
Semua ujung yang terakhir, yang tidak dilanjutkan lagi harus ditutup dengan
dop/plug atau blank flanged.
Pipa-pipa harus diberi penyangga, pipa-pipa tegak yang menempel sepanjang
kolom atau dinding dan pada setiap percabangan atau belokan harus diberi
pengikat (klem).
Penyangga pipa harus dipasang pada lokasi-lokasi yang ditentukan.
Apabila lokasi penggantung pipa berhimpitan dengan katup, maka penyangga
tersebut harus digeser dari posisi tersebut dengan catatan pipa tidak akan
melengkung apabila katup tersebut dilepas.
Pipa-pipa induk dan distribusi harus ditest dengan tekanan hidrostatik sebesar 8
kg/cm2 dan dalam waktu minimum 8 jam, tekanan tersebut tidak turun/nalk serta
tidak terjadi kebocoran.
Instalasi yang hasil testnya tidak baik, segera diperbaiki. Biaya pengetesan,
alat-alat yang diperlukan dan biaya perbaikannaya ditanggung oleh pemborong.
Pipa-pipa yang ada di atas langit-langit, sepanjang kolom, dinding dan pada
tempat-tempat yang terlihat harus dicat dengan wama sebagal berikut:
- Pipa air bersih dengan warna biru
- Pipa instalasi fire hydrant dengan warna merah
- Pipa air bekas dan air kotor dengan warna abuabu
- Pipa air hujan dengan warna putih
Sebelum air bersih dipakai, maka air yang ada dalam pipa dibuang dulu,
kemudian sistim pemipaan diisi dengan larutan yang mengandung 50 mg/I Chloor
dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam sistim dibilas dengan air bersih
sampai kadar sisa Chloor 2 mg/l.
83
c. Tanki Air Atas (Roof Tank)
Tanki air atas dibuat dan bahan Fiber Glass Reinforced Plastic (FRP), dipasang 1
buah dengan kapasitas 5000 It. Type tanki yang digunakan adalah vertical type,
dilengkapi dengan lubang inlet, outlet, drain, manhole dan ventilasi. Tanki
ditempatkan pada dudukan yang kuat, konstruksi beton besi WF
5. Pekerjaan Instalasi Sanitasi dan Lain-Lain
a. Bahan
Jenis bahan yang dipakai untuk menyalurkan air bekas dan air limbah manusia
dalam bangunan memakai bahan PVC.
Pipa air buangan, air kotor menggunakan PVC klas AW untuk yang tertanam
dalam tanah.
Penyambungan pipa PVC dilakukan dengan solvent cement yang berkualitas
baik. Sebelum melakukan penyambungan pipa, bagian yang akan disambung
harus dibersihkan terlebih dahulu, bebas dari kotoran, air dan lain-lain. Solvent
cement harus merata pada bagian permukaan yang akan disambung.
b. Pemasangan
Sambungan-sambungan antara pipa PVC, diberi solvent cement darl kualitas balk
yang disetujui oleh pengawas/Direksi.
Pada pipa vent, semua ujung pipa atau fitting yang terakhir tidak dilanjutkan lagi
harus ditutup dengan dop atau plug dari bahan material yang sama.
Pipa PVC untuk saluran air kotor dan limbah manusia yang tertanam harus diberi
pondasi bantalan beton I pc + 3 ps + 5 krI pada setiap Jarak 3 m, pondasi ini juga
dipasang pada bagian sambungan pipa percabangan dan belokan.
Pipa tegak (riser) harus diberikan bantalan beton pondasi pada bagian pertemuan
antara pipa tegak dan datar di lantai dasar.
Pipa-pipa sebelum disambungkan ke fixture harus ditest dahulu terhadap
kebocoran-kebocoran.
Instalasi yang hasil testnya tidak balk, segera diperbaiki. Biaya pengetesan,
alat-alat yang diperlukan dan blaya perbalkan ditanggung pemborong.
Penanaman pada tembok harus ditutup oleh pekeriaan finishing
84
Plpa-pipa harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak ada hawa busuk keluar,
dan tidak ada rongga-rongga udara, letaknya harus lurus. Untuk pipa air kotor
mendatar yang berukuran lebih besar dari 80 mm harus dibuat kemiringan
minimal I % (satu persen), dan pipa yang berukuran lebih kecil atau sama dengan
80 mm harus dibuat kemiringan minimal 2 % (dua persen). Pipa limbah manusia
harus dipasang dengan kemiringan minimal 2 % (dua persen)
Pada Ujung buntu dilengkapi dengan lubang pembersih (clean out) dengan
ukuran diameter 50 mm atau 80 mm,
Ujung-ujung pipa dan lubang-lubang harus didop/plug selama pemasangan, untuk
mencegah kotoran masuk ke pipa.
6. Pekerjaan Pengujian Instalasi
a. Instalasi Air Bersih
Pipa instalasi plumbing siap terpasang seluruhnya.
Siapkan alat penekanan tekanan, pompa system mekanik atau pompa motor dan
alat ukur tekanan (pressure gauge).
Hubungkan pipa outlet dari instalasi pompa penekan ke pipa input instalasi
bangunan. Pengetesan dilaksanakan dengan cara bagian demi bagian dari panjang
pipa maksimal 50 meter atau atas petunjuk Pengawas/Direksi.
Setelah selesai hubungan antara pipa instalasi bangunan dan alat pompa penekan,
kran yang berhubungan ke instalasi diseluruh posisi ditutup dengan plug sesual
dimensi kran.
Pipa instalasi stap ditest, pompa penekan dijalankan sampai pressure gauge
menunjukkan tekanan 8 kg/cm2 atau atas petunjuk pengawas/ Direksi.
Tekanan 8 kg/cm2 ini harus tetap berlangsung selama 8 jam terus menerus (atau
atas petunjuk pengawas/Direksi) tidak ada penurunan, kecuali akibat perubahan
cuaca.
Untuk pemeriksaan tekanan bias dibuat daftar, dalam daftar ini tercantum tekanan
per-jam maupun keadaan cuaca pada saat uji tekan dilakukan.
Sesuai penguiian, sebelum pipa instalasi air bersih siap dipakai, maka pipa diisi
larutan yang mengandung 50 mg Chloor/lIter, dan didiamkan selarna 24 jam.
Setelah itu pipa instalasi dibilas dengan air bersih sampai kadar sisa. chloor 2
mg/I
85
b. Instalasi Pipa Air Kotor, Pipa Limbah Manusia
Pipa instalasi seluruhnya siap terpasang.
Test dilakukan dengan cara mengisi sistim, pipa, dengan air dan salah satu
ujungnya. Pada bagian ujung-ujung lainnya ditutup dan air harus mencapal
elevasi yang paling atas. Demikian seterusnya baglan demi baglan sampai
meliputi seluruh sistem.
Air di dalam pipa yang dimaksud ditahan sampai 8 jam. Penurunan permukaan
air maximal yang diperbolehkan adalah 10 cm.
Setelah pengujian selesai system pipa harus dibersihkan dari segala kotoran yang
mungkin ada.
7. Sistem Sambungan Langsung
Sistem sambungan langsung adalah sistem dimana, pipa distribusi kebangunan langsung
dengan, pipa cabang dari sistem penyediaan air minum secara kolektif (dalam hal ini
pipa cabang distribusi PDAM). Karena terbatasnya tekanan air di pipa distribusi PDAM,
maka sistem ini hanya bisa untuk bangunan kecil atau bangunan rumah sampai dengan 2
(dua) lantai. Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem, ini adalah, air yang
berasal dan pipa cabang sistem penyediaan air minum secara kolektif (dalam hal ini pipa
cabang distribusi PDAM).
Gambar Sistem sambungan langsung
86
8. Sistem Tangki Tekan
Biasanya sistem ini digunakan bila air yang akan masuk kedalam bangunan,
pengalirannya menggunakan pompa.
Prinsip kerja sistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Air dari sumur atau yang telah
ditampuag dalam tangki bawah dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup,
sehingga air yang ada didalam tangki tertutup tersebut dalam keadaan terkompresi. Air
dan tangki tertutup tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa
bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup/membuka
saklar motor listlik penggerak pompa. Pompa berhenti bekeria kalau tekanan dalam
tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan, dan bekerja kembali
setelah tekanan dalam tangki mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan. Daerah
fluktuasi tekanan biasanya ditetapkan antard 1,00 kg/cm2 sampai 1,50 kg/cm2 Pada
umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal dari
reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau dan PDAM dan
sumur) atau langsung dari sumur (air tanah).
Gambar Sistem tangki tekan
87
9. Sistem Tangki Atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai hal tidak dapat diterapkan, maka
dapat diterapkan sistem tangki atap dipompakan ke tangki atas. Tangki atas dapat berupa
tangki yang di simpan di atas atap atau dibangunan yang tertinggi, dan bias juga berupa
menara air. Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah air yang
berasal dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDANI atau dari sumur atau dari
PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah). Agar supaya system penyediaan
air minum di dalam bangunan gedung (plumbing air minum) dapat berfungsi secara
optimal, maka perlu memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah :
a. Syarat kualitas
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem plumbing air
minum, harus memenuhi syarat kualitan air minum, yaitu syarat fisik, Syarat
kirmiawi?', dan syarat baktereiologi, yang sesuai dengan peraturan pemerintah,
dalam hal ini Departmen Kesehatan.
b. Syarat kuantitas
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem plumbing air
minum:, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu kapasitas air minum
harus mencukupi berbagai kebutuhan air minum bangunan gedung tersebut.
Untuk menghitung besarnya kebutuhan air minum dalam bangunan gedung
didasarkan pada pendekatan sebagai berikut :
Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun vang tidak permanen.
Unit beban alat plumbing .
Luas iantai bangunan .
Gambar Sistem tangki atap
88
c. Syarat tekanan
Tekanan air yang berada pada sistem, plumbing (pada pipa) tekanannya harus sesuai
dengan kctentuan yang berlaku, diantaranya vaitu : antara 2,5 kg/cm2 atau 25 kolom
air (mka) sampai 3,5 kg/cm2 atau 35 meter kolom air (mka) untuk perumahan dan
hotel 4,0 kg/cm2 atau 40 meter kolom air (mka) sampai 5,0 kg/cm2 atau 50 meter
kolom air (mka) untuk perkantoran. Tekanan tersebut tergantung dari peraturan
setempat.
Untuk bangunan yang berlantai banyak, misalnya 64 tingkat maka tekanan air
dilantai bawah (untuk sistem pengaliran air dengan menggunakan tangki atap)
akan sangat besar yaitu sebasar 64 X 3,50 m = 224 meter kolom air (mka). Oleh
karena itu, agar air tidak, melampoi batas yang ditentukan, maka bangunan
tersebut harus dibagi dimana setiap zona tekanan airnya tidak melarnpoi tekanan
yang yang telah ditentukan.
Komponen-komponen atau bagian-bagian yang penting didalam sistem
penyediaan air minum suatu bangunan diantaranya adalah :
1) Sumber air
Sumber air untuk sistem penyedian air minum suatu bangunan gedung ada 2
(dua) macam yaitu : Secara individu dan Secara kolektif
Secara individu, adalah sistem penyediaan air rninum yang Sumber airnya
diambil secara perorangan atau rumah tangga / bangunan.
Secara kolektif, adalah sistem penyediaan air minum yang Sumber airnya
diambil bersama – sama atau kolektif yang diselenggarakan oleh suatu badan
perusahaan, pada umumnya badan atau perusahaan yang menyelenggarakan
adalah perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sistem yang digunakan untuk
mendistribusikan menggunakan sarana pemipaan. Oleh karena itu sistem ini
juga disebut penyediaan air minum sistem perpipaan.
89
Sistem penyediaan air minum dengan sumber air secara
individu
Sistem penyediaan air minum dengan sumber air secara individu dapat
dijelaskan sebagai berikut : "air dari sumber air yang ada di dalam tanah
melalui sumur diangkat kepermukaan tanah dengan menggunakan timba. Lalu
air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ada juga air dari sumber
air yang ada didalam tanah melalui sumur di pompa langsung ke alat-alat
plumbing atau di pompa ke menara air, lalu air dan menara air dialirkan secara
gravitasi ke alat-alat plumbing. Ada juga yang menggunakan sumber air dari
mata air atau dari air permukaan (sungai atau kolam).
Sistem penyediaan air minum dengan sumber air secara kolektif dapat
dijelaskan sebagai, berikut : "air dari number air (air tanah tertekan, mata air,
atau air perrrnukaan) di alirkan melalui saluran transmisi (saluran pembawa)
air baku, baik secara gravitasi maupun secara pemompaan ke bangunan atau
unit peneolahan air minum (water treatment plan) untuk diolah agar supaya air
dari sumber air yang belum memenuhi syarat kualitas air kualitas air minum
menjadi memenuhi syarat kualitas air minum. Air minum dari unit pengolaan
air minum (water treatment plan) dialirkan melalui pipa. transmisi (pipa
pembawa) air minum secara gravitasi atau pemompaan ke reservoir. Air
minum clan reservoir didistribusikan ke konsumen atau pemakai melalui pipa
atau jaringan pipa distribusi (pipa atau jaringan pipa. pembagi) secara gravitasi
atau secara pemompaan atau gabungan pemompaan dan gravitasi. Tekanan air
pada pipa distribusi, maksimal 40 meter kolom air (mka) dan pada ujung pipa
distribusii minimal 10 meter kolom air (mka).
Dari pipa distribusi air dialirkan ke bangunan gedung, bisa, secara langsung
keperalatan plumbing, bisa juga secara tidak langsung (menggunakan menara
air).
Air dari sistem penyediaan air minum kota (PDAM) pada umumnya
kualitasnya sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum, kalau air dari
sumber air individu, ada yang sudah memenuhi syarat kualitas air minum ada
juga yang belum memenuhi. Kalau belum memenuhi syarat kualitas air
minum, maka air tersebut harus diolah terlebili dahulu agar memenuhi
persyaratan air minum, sebelum masuk ke dalarn sistem, plumbing bangunan
gedung.
90
2) Pompa air
Pompa air adalah suatu alat untuk menaikan air dari level yang rendah ke level
vang, lebih tiriggi. Dillhat dart jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu pompa hisap dan pompa hisap-tekan. Pompa hisap hanya menaikan air
dari level di bawah pompa kelevel sama dengan level pompa. Pompa hisap-
tekan menaikan air dari level dibawah pompa ke level diatas pompa.
Pompa centrifugal akan efektif digunakan untuk menaikan air dari kedalaman
lebih kecil atau sama dengan 7.00 meter (jarak dari pompa centrifugal dengan
permukaan air yang akan di pompa < 7.00 meter). Untuk menaikan air, bila
kedalaman muka air lebih besar dari 7.00 meter dari permukaan tanah,
sebaiknya digunakan pompa jet (jet pump), atau pompa rendam (submersible
pump).
Agar pompa bisa berfungsi secara optimal (terutama pada pompa centrifugal),
maka udara tidak, boleh masuk kedalam pipa hisap.
Peralatan (assesories) yang harus ada sekitar pompa adalah
Foot valve
Pipa hisap dan peralatannya
Pompa itu sendiri
Fleksible joint
Sambungan peredam getaran
Pipa tekan
Katup (valve)
Katup searah (swing valve)
Saringan (sirainer)
Kadang,-kadang manometer
91
92
3) Pipa air dan perlengkapannya (assesories)
4) Tangki air
5) Peralatan plumbing air bersih
Contoh perhitungan kebutuhan air minum untuk rumah tinggal :
a) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal sederhana
dengan jumlah penghuni sebanyak 5 jiwa.
Asumsikan kebutuhan air sebesar 100 1/jiwa/hari.
Kebutuhan air sebesar : 5 jiwa X 1001/jiwa/hari = 500 1/hari
b) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal mewah
dengan jumlah penghuni sebanyak 8 jiwa.
Asumsikan kebutuhan air sebesar 250 1/jiwa/hari.
kebutuhan air sebesar : 8 jiwa X 250 1/jiwa/hari = 2.000 1/hari.
Contoh perhitungan kebutuhan kapasitas pompa air :
Setelah mendapatkan nilai volume pemakaian dalam sehari, tinggal dicari
spesifikasi kapasitas pompa air dalam mendistribusikan air. Spesifikasi kapasitas
pompa mendistribusikan air per menit, dapat anda temukan pada kardus kemasan
atau lembar manual pemakaian pompa. Biasanya, nilai kapasitas itu berada pada
kisaran 35 liter per menit dengan pemakaian daya listrik sebesar 350 VA per jam
atau 350 x 0,8 = 280 Watt per jam (0,8 = nilai faktor daya).
Jadi, untuk menghasilkan 233 liter air per hari, pompa membutuhkan waktu
selama : 233 / 35 = 6,6 menit.
Daya listrik yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pompa selama 6,6 menit
adalah : 280 x (6,6 / 60) = 280 x 0,11 = 30,8 Watt atau 30,8 / 1000 = 0,0308 kwh
Sehingga, daya listrik yang dibutuhkan pompa untuk mengakomodasi pemakaian
volume air sebanyak 233 liter per hari adalah 0,0308 kwh.
Kalau perhitungan tersebut diimplementasikan untuk pemakaian dalam sebulan,
maka menjadi :
0,0308 x 30 = 0,924 kwh.
Untuk pemakaian selama sebulan dalam satu rumah dengan penghuni sebanyak 4
orang, akan menjadi :
0,924 x 4 = 3,696 kwh.
93
Perhitungan berdasarkan pemakaian Air per Bulan :
Seandainya anda mengetahui total volume pemakaian air dalam sebulan dan
hendak mengetahui berapa pemakaian daya pompa air dari total volume air
tersebut, dapat diperhitungkan dengan mudah. Misalnya, pemakaian air dalam 1
bulan sebanyak 27 m³ atau 27 x 1.000 = 27.000 liter. Dengan spesifikasi kapasitas
pompa air sebagaimana telah dicontohkan di atas, maka perhitungannya menjadi :
27.000 / 35 = 771 menit atau 771 / 60 = 12,85 atau 12 jam 51 menit.
Jumlah pemakaian pompa air selama 12 jam 51 menit, dibutuhkan daya sebesar :
280 x (771 / 60) = 280 x 12,85 = 3.598 Watt atau 3.598 / 1000 = 3,598 kwh
94
Kesimpulan
Dalam membuat sebuah bangunan baik itu sebuah rumah tinggal dari yang bertipe sederhana
sampai ke rumah yang bertipe luxury (mewah) dan gedung sederhana baik itu gedung kerja
maupun hotel dan apartment yang mewah sekali pun pasti memerlukan sanitasi yang
semuanya itu pasti menngunakan instalasi plumbing sedangkan Fungsi utama dari peralatan
plumbing gedung adalah menyediakan air bersih dan atau air panas ke tempat-tempat tertentu
dengan tekanan cukup, menyediakan air sebagai proteksi kebakaran dan menyalurkan air
kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari lingkungan sekitarnya.
95
Daftar Pustaka
Jurnal Teknik Mesin (JTM) Vol. 05 No. 3 Oktober 206, tentang Perancangan Sistem
Plambing Instalasi Air Bersih dan Air Buangan Pada Pembangunan Gedung Perkantoran
Bertingkat Tujuh Lantai
Salmani,. 2018, Buku Ajar Rekayasa Lingkungan: Rekayasa dan Penyediaan Air Bersih,
ISBN 9786024755249, Deepublish, Yogyakarta.
Sudjianto, A, T,. 2009, Buku Ajar Rekayasa Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Universitas Widyagama Malang.
https://id.scribd.com/doc/249287782/Makalah-Plumbing-Kel-2-Tek-Sipil-s1 Rombel-1,
diakses tanggal 15 April 2021, Pukul 22.30 wita.
https://dhikadarmawan.blogspot.com/2018/04/makalah-perpipaan.html, diakses tanggal
15 April 2021, Pukul 22.40 wita.
96
MATERI 7
SISTEM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
97
Tinjauan Teoritis
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, lingkungan bisa berarti daerah (kawasan), atau alam
keadaan (kondisi, kekuatan) sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku
organisme.
Lingkungan atau lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang
ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. (Otto Sunarwoto,
1976)
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup
segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang
berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997[1], lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berWawasan Nusantara dalam melaksanakan
kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
Sistem pengelolaan lingkungan hidup adalah serangkaian proses dan praktek
yangmemungkinkan suatu organisasi untuk mengurangi dampak dari lingkungan dan
meningkatkan operasionalnya efisien.
Sistem pengelolaan lingkungan hidup adalah suatu kerangka kerja yang membantu sebuah
perusahaan mencapai tujuan lingkungan hidup melalui pengendalian secara konsisten dari
operasinya. Asumsinya adalah bahwa kontrol ini meningkat akan memperbaiki kinerja
lingkungan perusahaan.
98