1
Aku Ingin
Berpuisi
Kumpulan Puisi
Pujangga HPBI
2
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar isi
Edi Sukardi
Aku Takut pada purnama
Berapa Usimu
Kita adalah pemenang
Mana Kapakmu
Cinta itu Penyakit
Kau Masuk yang Mana
Nama Baik
Hujan
Tanah Sawah
Rotan
Yeyen Maryani
Dendang Gerimis di Sukra
Lantunan Subuh di Bandung Selatan
Sebuah Komitmen
Biarkan Airmatamu Menitik
Dendy Sugono
Penggembala di Negeri Kincir Angin
Siti Gomoh Attas
Hujan Sore di Cileungsi
3
Dimana Kau Pak Sapardi
Pengkotbah Bertanya tentang Corona
Puisi tuk Bunga Bogenvilleku
Seni Asiati
Sajak Daun Basah
Tempurung pada Katak
Tuhan Tolong Aku
Senja dari Lantai 10
Marah
Sebilah Kata
Miftahulkhairiyah Anwar
Yang Lemah dan Tak Kuasa
Merumah
Tujuh Puluh Lima Tahun
Siti Ansoriyah
Pagi yang Indah
Serpihan Indahnya Surga
Isah Cahyani
Doa Ayah (Rindu tak Pernah Lekang)
Senyum Ibu
Akar, Pohon, dan Ranting
Nyiur
Kembang Kasih
Tatkala Rumput Terhampar
Bayangkan
Pohon Kurma
4
Merindukan Sesuatu
Erfi Firmansyah
Menata Hidup Baru dengan Corona
Literasi di Masa Nisbi
Somadi
Anomaly
Keagunganmu
ISO
Standarisasi
Mimi Mulyani
Merapi Tak Pernah Ingkar Janji
Merapi Ingkar Janji
Rumah Itu
Kidungku
Kekasih-Mu
Belahan Jiwaku
Kekasih-Mu Kekasihku
Wahai Cahaya
Sang Purnama
Pujiharto
Lailahaillallah
Menanti-Mu
Ade Hikmat
Parodi
Nani Solihati
Pelangi Tanpa Hujan
5
Kata pengantar
Edi Sukardi (ESu)
Aku Takut pada Purnama
Berapa Usimu
Kita adalah Pemenang
Mana Kapakmu
Cinta itu Penyakit
Kau Masuk yang Mana
Hari
Nama Baik
Hujan
Laksana Api dengan Air
Tanah Sawah
Rotan
Aku Ingin Berpuisi | 1
(1)
Aku Takut pada Purnama
ESu
Anak-anak di kampungku
gembira ketika
ada purnama
bisa bermain
suka ria
kami rindu purnama
Kini
Aku takut pada purnama
ini bukan mistik
atau takut pada hantu
Aku takut
pada purnama
karena jika ia datang
ia datang bersama
gelombang
Ia datang bersama
air pasang
pantai tergenang
rumah-rumah terendam
menggerus
menenggelamkan
ratusan hektar
pantai jadi hilang
2 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Aku takut
pada purnama
Jika ia datang
Aku tak tau
kalau kampungku
ada dalam cengkraman
bencana
ada dalam ancaman
bahaya
Purnama
saat kau datang kini
aku jadi susah
aku harus mengungsi
kadang
aku harus tidur
di atas perahu
Ah
Purnama
besok kau datang lagi
bersama gelombang
bersama air pasang
pantai tergenang
rumah-rumah terendam
Aku baru tau
setelah Bu Anita datang
memberi penyuluhan
agar warga kampung
Aku Ingin Berpuisi | 3
harus siap
saat purnama datang
bersama deburan ombak
dan gelombang
pertanda
pantai akan tergenang
dan rumah-rumah
akan terendam
Purnama
kami rindu
cahayamu yang terang
tapi sayang
kalau kau datang
aku tak bisa pulang
rumahku kembali terendam
Aku takut
padamu purnama
bila kau kembali datang
12-08-2020
Muara Gembong - Warung Jati
4 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(2)
Berapa Usiamu
ESu
Ada yang bertanya padaku
berapa usiamu
Aku tak menjawab
Aku malah bertanya
pada laut
pada langit
pada bumi tempatku berdiri
pada bulan
pada gemintang
pada matahari
berapa usiamu
Ada yang bangga
saat ditanya
berapa usiamu
karena masih belia
sudah memiliki
segudang prestasi
karena walau sudah senja
masih energik
tetap tampan
tetap cantik
Ada yang heran
mengapa sudah lanjut usia
tetap bugar
nalar masih lancar
Aku Ingin Berpuisi | 5
pikiran masih jernih
sementara yang muda
sakit-sakitan
dan pikun
Ada yang sedih
saat ditanya berapa usiamu
sudah setua ini
Aku belum nikah
sudah setua ini
Aku masih belum
punya rumah
sudah setua ini
Aku tak bisa ngaji
sudah setua ini
Aku belum pergi haji
Memangnya waktu muda
kamu ngapain aja
Tentang usia
akan ditanya
usiamu kau habiskan dimana
semasa hidupmu
kau isi dengan apa
Laut tak jenuh
menyapa pantai
mengantar ombaknya
Bumi tak berhenti
menyusui segala
makhluk dengan
6 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
mata airnya
mentari terus saja
memancarkan cahayanya
bulan dan gemintang
tak berhenti
menghias malam
Semua patuh dan tunduk
pada Khalikul alam
Berapa usiamu
amal apa yang akan
kau bawa saat Tuhan
memanggilmu
Ah
Aku malu
Aku sering mengingkari-Mu
Prestasi
belum lagi
janji
ingkar lagi, dusta lagi
Dia masih
memberi peluang
Akankah
usia yang tersisa ini
kau sia-siakan
Aisyah ditanya oleh para sahabat
'wahai Aisyah
Ummul Mukminin
Aku Ingin Berpuisi | 7
bagaimana kehidupan
Baginda nabi?'
Siti Aisyah menjawab
'kana kullu amrihi ajaba
Sungguh seluruh kehidupan
Baginda Nabi sangat Indah'
Berapa usiamu?
Tanah Merdeka
27 Agustus 2020
8 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(3)
Kita adalah Pemenang
ESu
Kita adalah bangsa pejuang
bukan pecundang
kita adalah pemenang
air mata dan darah
sudah ditumpahkan
harta dan nyawa
sudah dikorbankan
Mengapa terpinggirkan
Ayo persiapkan lagi
generasi pejuang
maju ke gelanggang
dan rebut kembali
kemenangan
Jangan termakan
Politik itu kotor
tinggalkan
politik itu curang
Tidak
politik itu kehormatan
ambil peran
masuk ke tengah pusaran
politik alat perjuangan
rebut kemenangan
Pegang kekuasaan
untuk keadilan
kesejahteraan
Aku Ingin Berpuisi | 9
Sudah lama kalian
dipinggirkan
terpinggirkan
Bangkit
dan rebut kembali
kedaulatan
Tegakan
politik sajadah
bukan politik haram jadah
Ya
Politik untuk
merebut supermasi
kekuasaan
untuk keadilan
dan kesejahteraan
Tawarkan gagasan
himpun dukungan
Mereka akan segera
mengulurkan tangan
Bangun kekuatan
tekad bulatkan
lisan tajamkan
nyawa korbankan
'Isy Kariman au mut syahidan'
Tangerang, 15-8-20
10 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(4)
Mana Kapakmu
ESu
Ibrahim
telah mengayunkan kapaknya
ditebasnya berhala-berhala
kemusyrikan
hancur porak-poranda
bergelimpangan
Namruz
Penguasa Golan
meradang
marahnya
bukan kepalang
"Tak salah lagi
Ini pasti ulahnya Ibrahim,
Tangkap dia"
Ibrahim
diseret ke persidangan
Ibrahim dipersalahkan
Ibrahim pun melawan
Argumennya
menjungkirbalikkan
'coba kalian tanya
pada berhalamu
yang paling besar
yang menyandang
Aku Ingin Berpuisi | 11
kapak di lehernya'
"Ibrahim
berhala itu hanyalah batu
mana bisa dia berbuat sesuatu"
'kalau tak bisa
berbuat apa-apa
kenapa kalian sembah'
Namruz terdiam
masyarakat pemuja berhala bungkam
Namun selanjutnya
yang bicara bahasa kekuasaan
"Lenyapkan Ibrahim,
Bakar
Bakar
Bakar"
Apipun berkobar
„Wahai api
Adinginlah
selamatkan Ibrahim‟
begitu bunyi firman Tuhan
Api yang berkobar
menjadi dingin
selamatlah Ibrahim
12 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Ibrahim
telah mengasah kapaknya
telah menghunus kapaknya
telah mengayunkan kapaknya
maka tumbanglah
segala kemusyrikan
Mana Kapakmu
Mana Kapakmu
Asahlah
ayunkan
dan tebaslah
segala kezaliman
Jaticempaka
10 Zulhijjah 1441 H
Aku Ingin Berpuisi | 13
(5)
Cinta itu Penyakit
ESu
Ya benar
Cinta itu penyakit
dan orang yang dihinggapi
penyakit cinta itu
Ia enggan
untuk disembuhkan
Apakah engkau
sedang jatuh cinta
merawat cinta
dan cinta butuh matahari
agar cinta tak layu
Apa gejalanya
orang yang dihinggapi
penyakit cinta
Ia selalu menyebut namamu
di segala waktu
di segala tempat
yang ada hanya namamu
dalam khayalnya
bergoncang dada
menderu
Ia selalu rindu ingin bertemu
ia tak ingin jauh
apalagi pisah denganmu
14 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Ia cemburu
Ia mau cintamu
hanya untuknya
tidak berbagi
walau pada bayang sendiri
Ia akan berkorban
setiap waktu
apa saja
asal kau
berkenan membalas
cintanya
Kasihan pnderita cinta
parah sakitnya
tapi tetap saja
enggan ia disembuhkan
Ya
Kadang ia rela menderita
merana
Ia sudah lupa pada dirinya
yang dia ingat
hanyalah kekasihnya
„Gelap
rumah gelap
dan yang paling gelap
rumah kekasih tanpa kekasih‟
Aku Ingin Berpuisi | 15
Begitu cakapan ku pagi ini
bersama Rumi
Aku akan carikan obat
untuk deritamu
lantaran penyakit cintamu, tapi
tatap saja kau bilang tak mau
Leuwiliang
28 July 2020
16 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(6)
Kau Masuk yang Mana
ESu
Pencipta
penikmat
Penolak
atau cuek tak peduli sama sekali
Pencipta
Setiap hari
Ia mengamati
meneliti
lalu mebuat solusi
putar otak
banting tulang
Ia tampil di depan
menemukan pembaruan
mencipta peradaban
Tak mudah manusia
menerima perubahan
apalagi mereka
yang sudah mapan
sudah merasa nyaman
justru mereka merasa terganggu
dengan hadirnya fenomena baru
Karena Aku
tak bisa mencipta
apalagi perubahannya
Aku Ingin Berpuisi | 17
begitu cepat
melompat
belum lagi sempat meniru
apalagi memodifikasi
jadi sesuatu yang baru
Aku jadi penikmat saja
ikuti irama
memanfaatkan segala yang ada
karena tak bisa menunda-nunda
kemajuannya
semakin mencengangkan saja
Sabodo
Aku tak peduli
Dari dulu juga sudah begini
kok repot-repot amat
ribet
tokh kita hidup juga
Tiba-tiba
mereka tertinggal
semua sudah berpacu
melaju
menderu
Mereka terkaget-kaget
Mau mengejar
sudah jauh tertinggal
mau mencipta tak mampu
sok berlaga
18 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Hoh ..
Dari mana
Dia dapat ide cemerlang
bikin aku tercengang
Ya
Tak semua orang
Bisa memikirkan
Mengapa tak ikut saja
untuk mewujudkan
Seharusnya kita
jadi imam
berdiri di depan
Mas
Ojo ngomong ae
kamu sudah telat
subuh saja kesiangan
rejekimu hilang dipatok ayam
Cempaka Putih, 24 Juni 2020
Aku Ingin Berpuisi | 19
(7)
Hari
ESu
Memutar hari
dari mana akan kau mulai
Kita mulai
dengan hari Minggu
biasa disebut hari Ahad
pada hari ini
fondasi dipancangkan
Menuju hari Senin
kudu keren
hingga terbangun
gedung permanen
Ah
tibalah kita
di hari Selasa
semakin indah terasa
sesuatu yang tadinya asing
kini jadi biasa
Hari Rabu
terasa semakin rindu
semakin menggebu-gebu
pantang pulang
sebelum menang
tak ada kata menyerah
20 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
apalagi surut ke belakang
Ha
sampai juga kita
di hari Kamis
susana makin romantis
komunikasi makin harmonis
yang besar mengasihi
yang kecil menghormati
Terus saja melaju
tiba pada hari Jumat
prestasi makin meningkat
tak boleh berhenti di sini
hidup adalah berangkat
tak boleh telat
Ya
Kemana lagi
sesudah ini
Kita akan memasuki hari Sabtu
hari yang ditunggu
hasil kerja semakin bermutu
Sesudah Sabtu
ternyata kita jumpa lagi
dengan hari Minggu
jangan terbelenggu
ayo terus maju
Aku Ingin Berpuisi | 21
Senin
hari untuk bercermin
melangkah
tatap wajahmu
kau ini pemenang
atau pecundang
Senin hari harapan
semua persoalan
akan dipecahkan
Sampai di hari Selasa
jangan memaksa
engkau pasti bisa
jangan sampai engkau
nelangsa
Tak ada yang kekal
kita akan binasa
tak akan dikenang, karena
kau tak punya apa-apa
Menghadapi Rabu
yang semula
menggebu-gebu
terbakar
meradang
dan jadi abu
Pada hari Kemis
kau hanya meringis
meratapi keterbelakangan
yang makin bau amis
22 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Ya
Lagi-lagi
sampai kita di hari Jumat
jangan sekarat
apalagi kiamat
Sabtumu
akan berlalu
Jangan menggerutu
Harimu
Akan berputar lagi
terus akan merangsek
dan mengulang lagi
Jangan menunggu
lakukan sesuatu
Leuwiliang Bogor
15 Juni 2020
Aku Ingin Berpuisi | 23
(8)
Nama Baik
ESu
Suatu sore
berjalan-jalan
tiga sahabat
Air
Angin
dan nama baik
Ketiganya
memiliki karakter yang berbeda
satu dengan lainnya
Si Angin
Langkahnya
sering terburu-buru
lompat sana
lompat sini
menendang-nendang debu
maka debupun
berterbangan
Sementara air
tingkahnya
seperti putri malu
menetes lama sekali
tapi kadang kalau
sedang marah
apa saja dilindasnya
24 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
di hempasnya
Lalu
Nama baik
dibayangkan laksana
pemuda tampan
namun sedikit malu
Mereka rukun dan kompak
meskipun karakter mereka
sangat berbeda
Ketika mereka akan berpisah
Mereka saling tanya
Kapan bisa bersua
dan jalan-jalan sore
seperti hari ini
Si Angin berkata
Kalian dapat menemuiku
di puncak-puncak gunung
atau ada disekitarmu
Kemudian
Sang Air berkata
Aku ada di sekitarmu
Aku ada di mana saja
ada di dapur
ada di sumur
ada di sungai
ada di danau
ada di laut lepas
Aku Ingin Berpuisi | 25
Namun sang nama baik
ketika ditanya
ia berkata
'Siapapun
yang pernah kehilangan aku
kehilangan nama baik
maka mereka
tak akan mendapati aku lagi'
Leuwiliang Bogor
26 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(9)
Hujan
ESu
Aku ingin seperti hujan
walau banyak yang gundah
sumpah serapah
sang hujan tetap turun
meruah
membasah
menggenang
membanjir
melanda semua
Kehadiran hujan
banyak yang menanti
mengenang keindahan pagi
sunyi
Jangan kau biarkan air menggenang
alirkan
jika ada yang menghambat lajunya air
singkirkan
biarkan sang air
menggerak kehidupan
Wahai air
ke mana kau akan pergi?
Sebagian aku
akan terserap bumi
menyuburkan
Aku Ingin Berpuisi | 27
tersimpan dalam sumur
jernih
bening
untuk masak dan minum
untuk mandi dan cuci
Air
mengapa engkau
terus saja mengalir
karena engkau
menutup pori-pori bumi
aku tak bisa masuk
Aku ingin jadi hujan
menyapa hati yang sepi
menyelusup ke sela-sela waktu
Hajat mereka
ada yang gagal karena aku
Ada yang telat datang
karena aku
Ada yang dirundung malang
karena aku
Aku akan tetap datang
turun membasahi bumi
membasahi pohon
rumput
gunung
28 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
jalan
Aku datang
untukmu
yang sedang menunggu
untukmu yang rindu
Aku ingin menyapamu
selamat pagi
aku datang dengan rintik-rintik rindu
Jaticempaka
Aku Ingin Berpuisi | 29
(10)
Laksana Api dengan Air
ESu
Baja yang dingin, keras
tak mempan oleh palu
apalagi oleh gergaji dan kapak
Gagal mereka
menaklukan baja
yang dingin dan keras
Maka
Datanglah api
'boleh aku coba
membujuk sang baja?"
Sang api
menyelimuti sang baja
dengan kehangatannya
dengan energi panasnya
dengan kelembutannya
Sang baja yang keras dan dingin
meleleh oleh api cinta
Jangan kau hadapi
dengan tajam kapakmu
Jangan kau hadapi dengan gergajimu
Jangan kau hadapi dengan keras palumu
30 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Nyalakan api cintamu
Ia akan meleleh dalam pelukanmu
Di mana
Api cinta itu
harus kudapatkan?
Api cinta itu
ada dikejernihan air
air yang jernih
ada di perut bumi
galilah
Kalau masih di permukaan
kau hanya akan mendapat
air yang keruh
gali sampai dalam
Kau akan dapat air yang jernih
Galilah lebih dalam lagi
lebih dalam lagi
Air yang jernih adalah api cinta
yang menghangatkan
melumerkan, melelehlah
Sang baja yang keras dan dingin
Jaticempaka
Aku Ingin Berpuisi | 31
(11)
Tanah Sawah
ESu
Tanah yang subur
walau hanya dengan gerimis
membasah
tumbuh di atasnya benih padi
hijau
menyuburkan
Kutadah gerimis itu
kusimpan
agar aku bisa menyediakan air
dan makanan
untuk pepadian
Esok saat hujan lebat
akan kuundang
benih-benih ikan
cecere
tawes
sepat
dan ikan kocolan
berenang
di sela-sela
pohon padi
yang sudah mengakar
dan tegak berdiri
32 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Ha
Dengarlah
kodok-kodok
saling berteriak
bersahutan
mengucap tasbih
dalam riang
Aku ingin
hatiku seperti
tanah subur itu
Bisa menampung
cucuran Wahyu
tumbuh iman
mengakar menghujam
berbuah amal
Bukan batu cadas
yang licin
saat diguyur hujan
debupun sirna
tak meninggalkan bekas
Jaticempaka
Aku Ingin Berpuisi | 33
(12)
Rotan
ESu
Masih ingat pribahasa lama
"Tak ada rotan akarpun jadi"
Jangan ganti rotan dengan akar
beda kualitas
beda tupoksi
Ganti rotan dengan rotan
jangan dengan akar
Sekarang kan
zaman canggih
Banyak SDM
Pemain sepak bola
walau cuma sebelas
tetapi cadangan
yang disiapkan
lebih dari sebelas
Ayo siapkan cadangan
jangan ganti rotan dengan akar
Apa memang rotanya sudah habis
hangus terbakar
karena hutannya
dilahap si jago merah
34 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Siapkan generasi
kader pengganti
ada dinamika
ada estapeta
terus bergerak
mentari tak lelah
sinari negri
Jangan rotan
diganti dengan akar
dengan akar apapun
tak sepadan
Rotan tampil di depan
tampil di atas
rotan bisa dibentuk
dan dibengkokan
namun rotan
tak pernah patah
ia tetap rotan
Akar tugasnya
mengokohkan pohon
mencari makan
Ia terus menyelusup
menghujam
ke perut bumi
antar kan energi
daun berkibar
bersama buaian angin
tumbuhkan kembang-kembang
lahirkan buah
Aku Ingin Berpuisi | 35
Rotan ditempa
jadi hiasan
jadi kursi
jadi bangunan
jadi kedudukan
Ini zaman transparan
silsilah dan jenjang
sudah jelas
tak bisa lagi
membawa nama-nama selundupan
atau kader siluman
Hendak kau
bawa ke mana aku ini
Jangan kau ganti
rotan dengan akar
gantilah rotan dengan rotan
Taka ada rotan akarpun jadi
mari kita ganti dan perbaharui
Jang ganti rotan dengan akar
Tak sama dalam pungsi
tak sama pula dalam tupoksi
Kau masih
akan memaksakan
janganlah
.....
36 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Rotan tak sama
dengan akar
ESu
Jaticempaka
Aku Ingin Berpuisi | 37
Yeyen Maryani
Dendang Gerimis di Sukra
Lantunan Subuh di Bandung Selatan
Sebuah Komitmen
Biarkan Airmatamu Menitik
38 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(1)
Dendang Gerimis di Sukra*
Yeyen Maryani
Rintik gerimis jatuh di atap sirap
mengemas simfoni mendendang irama,
basahi pohon jati beranting kerontang
dan berdaun kering
Sementara, bunga-bunga pohon mangga dan
rangkaian bougenvile jingga
tersenyum menghirup segar
butiran amarta.
Sayang ... hamparan rerumputan
berwarna kecoklatan
tak secerah bunga-bunga
sebab tubuhnya
mengering menyaji luka,
tetapi, aromanya
mengundang hasratku
untuk bercengkrama dengannya
sesaat menjelang pulang ke ibu kota.
Aku bertanya pada pohon jati,
“Mengapa daunmu mengering
padahal ia selalu jadi teman Ibu
mengemas Jamblang*
yang disaji untuk sarapan pagi?”
Aku pun bertanya
pada pohon mangga,
“Mengapa bungamu
tak kunjung jadi buah,
Aku Ingin Berpuisi | 39
padahal ia selalu jadi minuman setia
penuh khasiat?”
Juga aku bertanya pada rerumputan,
“Mengapa kau jadi kerontang
hingga taklagi menyaji
aura yang tenangkan hati gulana?”
Tanyaku membuncah dan pecah di awan
sebab tak kutemukan jawabnya.
Seketika aku dikagetkan
oleh kepak burung kenari
di atas pucuk jati.
Burung-burung itu berkata,
“Bukan... bukan ... karena mereka,
tapi karena ulah manusia
yang abai hingga semua takberdaya.
Tak ada upaya untuk menjaga
dan merawatnya.”
Sontak aku tersadar dan benarkan
kicauan burung-burung itu.
Sekalipun begitu, kali ini aku percaya
bahwa gerimis yang sirami bumi Sukra
Kan mampu jadi penawar
bagi pepohonan dan bunga-bunga
yang haus akan peduli manusia.
YM
Sukra, 22 Agustus 2020
40 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
*Sukra adalah sebuah nama kecamatan yang
terletak antara Pamanukan dan Patrol di
wilayah Pantai Utara Jawa Barat.
*(Nasi) Jamblang merupakan salah satu jenis
kuliner khas Cirebon yang dibungkus dengan
daun jati.
Aku Ingin Berpuisi | 41
(2)
Lantunan Subuh di Bandung Selatan
Yeyen Maryani
Semburat lampu di Bandung Selatan
tampakkan cahaya nan syahdu
Panorama subuh itu
bagai lukisan menyaji haru
Semburatnya mewujud merah.
kuning, bahkan ungu
Ia pancarkan setitik
dari segala keagungan-Mu
Dan aku terbuai dalam rasa
berbaur rindu.
Lewat pandangan jitu
Kujajaki pintu-pintu rumah yang membatu
Seraya ucapkan salam tanpa meragu
Kusapa penghuninya dengan bahasa kalbu
Kuajak songsong matahari baru
Tapi, mereka bisu dan kaku
Terlelap dalam buaian ekor subuh beku
yang meninabobokan jiwa raga kelu
Tak sadarkan diri mengabu
karena mereka bekerja tak hirau waktu
Wahai insan yang terbuai mimpi biru,
“Dengarlah panggilan itu.
Suara merdu yang mengajakmu
ke siang menjelang tuk tapaki waktu‟”
42 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Suara yang seharusnya kau pedulikan itu.
Seketika alunan itu menghentakku
“Kumpulkan tenagamu!
Bangkitkan semangatmu!
Lepaskan belenggu!
Buang segera bebal jiwamu!”
Lalu, kutersadar karena itu.
Wahai insan yang abai
karena utamakan nafsu
Sungguh Tuhan ada di dekatmu,
Tuhan menyertaimu
Ulurkan tangan-Nya ke arahmu
seraya menyambutmu
membawamu ke bahagia
yang tak lekang karena waktu.
Dia yang tak jemu menyapamu,
“Mendekatlah....mendekatlah kepadaku‟
segera...Hambaku....
Mumpung masih ada waktu.”
Dan nyata sapa sayang-Nya kali ini
diwakili oleh lantunan itu.
Bandung 27 Agustus 2020 (YM)
Aku Ingin Berpuisi | 43
(3)
Sebuah Komitmen
Yeyen Maryani
Sudah kukatakan pada angin
kaulah wewangian
yang menebar harum
kala aku tak dapati aroma.
Sudah kubisikkan pada siang benderang
kaulah air amarta yang menyejukkan
kala sangat dahaga melanda.
Sudah kupesankan pada hujan
kaulah tirai berhiaskan mutiara
yang menjagaku
dari dingin yang membekukan.
Sudah kukatakan pada dunia
kaulah pemandu jalanku
yang kan arahkan langkah
ke tanjung harapan nan indah
Sudah kupanjatkan pada Tuhan
kaulah muara hidupku
yang ikhlas menantiku
sampai masa yang tak terbilang.
Sudah...sudah...sudah
Bogor 20 Agustus 2020
44 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(4)
Sepi yang Tak Usai
Yeyen Maryani
Langkahku terasa sunyi
sebab tak ada lagi lirih suaramu
yang selalu temaniku
kala aku sepi, sendiri, dan sunyi.
Aku rindu saksimu
Bahkan rengkuhmu
Bayangmu
Dan ku kira kau datang
bak cendawan rindukan hujan.
Lalu derapku berbalut sepi
Tak lagi senyum menyibak tangis
karena telah kau pasung
canda dalam katamu
kau patahkan suka
dengan tangisku
dan kau semai luka
dalam asaku.
Dalam sontak kubertanya,
“Mana ego, mana bijak,
yang kausaji lewat senyum menawan?”
Dapatkah aku bertahan
pada keadaan
yang tak lagi meyakinkan?
Mestikah aku berjalan
dalam titian luka
yang kau torehkan?
Aku Ingin Berpuisi | 45