Sungguh...apa makna indahnya malam
yang tlah kau lukis penuh harapan?
Bogor, Juni 2020, YM
46 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(5)
Biarkan Airmatamu Menitik
Yeyen Maryani
Biarkan air matamu menitik
kalau ia jadi saksi akan yakinmu
bahwa masih ada purnama
yang kan terangi malam gelapmu
kala kau ragu
langkahkan kaki ke mana kan kau tuju.
Biarkan darahmu menetes
kalau ia jadi saksi tekadmu
bahwa masih ada sinar mentari
yang kan hangatkan diri
kala angin timur menerpa,
menusuk, dan bekukan syarafmu.
Biarkan jiwamu bersenandung
kalau ia jadi simfoni merdu
bahwa masih ada waktu
tuk nyatakan inginmu
kala kau merasa terpasung kalbu
tuk menggapai muara citamu
Biarkan hasratmu tetap bergelora
kalau ia jadi tenagamu
bahwa masih ada asa
untuk wujudkan fikirmu
kala niat mengangkat marwah sesama
melangkahi waktu.
Aku Ingin Berpuisi | 47
Jika ikhlas jadi pijakanmu,
pastilah Ia kan hadir bersamamu,
dekat di hatimu, melihatmu,
mendengarmu‟
dan mengabulkan
segala pintamu
Jakarta, Juli 2020
48 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Dendy Sugono
Penggembala di Negeri Kincir Angin
Aku Ingin Berpuisi | 49
(1)
Penggembala di Negeri Kincir Angin
Dendy Sugono
Sudah lima bulan
aku berada di Negeri Kincir Angin
Saat aku tiba di negeri itu
dalam posisi musim panas
Tak terlalu berbeda kondisi cuaca
dengan negeri tropis
Perlahan dan pasti
iklim akan berganti
musim gugur
Hari, pekan, dan bulan berganti
masuklah musim dingin
Perkuliahan libur akhir tahun
1981 hingga awal 1982
Pepohonan pun sudah berlibur
dari aktivitas rutin
daunnya telah berguguran
sejak musim itu tiba
tinggal pokok, cabang, dan ranting
seperti kering
layaknya pohon-pohon
meranggas menanti mati
Padahal mereka sedang berpuasa
di musim gugur ini
dia bangkit kembali
ketika datang musim semi
50 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Saat itu aku pulang
dari Pusat Olah Raga Kampus
Salju sudah turun menebal di taman,
di jalan, di kampus,
di sungai, di pantai,
di mana-mana salju membahana
Pepohonan pun cabang, ranting,
dan daun bersalju memutih
Ada orang di jalan
menengadahkan tangan
Aku kira sedang berdoa
kepada Allah Pencipta alam
karena baru menyaksikan
suatu fenomena secara dalam
Oh rupanya dia mencicipi salju putih
di telapak tangan
Layaknya orang meneguk es kopyor
segar di hari siang
Oooh itu pasti pendatang baru
orang tropis
lihat salju turun bagai es pasrah berlapis
tinggal tambah sirup merah manis
minum di bawah terik matahari
Dia coba menjilat salju di tangan kiri
Akupun jongkok meraup salju bersih
Aku bentuk bola salju putih jernih
Aku lempar bola salju itu tinggi-tinggi
Aku Ingin Berpuisi | 51
Kusundul bola itu
bagai menyundul bola lawan
sayang bola salju bukan melayang
ke atas awan
melainkan ambyrar berjatuhan
di jalan-jalan
Hujan salju terus berlangsung
dan makin deras
melumuri topi, jaket, celana,
dan sepatuku basah
Dingin mulai masuk
menelusuri relung tubuhku
Aku ingat kampung halaman
di negeriku
Sawah terbentang luas
dan gunung kokoh terpaku
Gunung salju pun kubuat jendela
dengan sungai mengalir
Sawah-sawah petani subur
tanaman padi dan sayur
Asyik bermain salju
hingga aku lupa waktu
Aku pun menuju
ke rumah tinggalku
Esok hari kutengok lewat
kamarku
sungai besar memutih salju,
tak tampak lagi air
52 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Ramai orang laki-laki, perempuan,
dan anak-anak
Mereka bermain voli, bulu tangkis,
sepak bola, atau sekedar jalan-jalan,
dan anak-anak bermain salju
Pedagang jualan minuman,
roti, makanan ringan
Air sungai telah membeku
dan salju pun terhampar
Akupun bersepatu salju
dan bergabung berselancar
Ada cahaya matahari cerah,
udara dingin, tapi segar
Anak-anak muda berselancar
enak dan lancar
Aku coba selancar ternyata
atur keseimbangan sukar
Coba jalan meluncur jatuh,
coba jatuh, lagi terjatuh
Eh ada penolong dua bidadari
di kanan dan kiriku
membawaku berdiri,
berjalan, meluncur, dan meluncur
Di sungai itu aku mendapatkan
filsafat bahasa
Satu kalimat muncul
dari dalam pikiranku
Hai lihat itu,
”Perempuan itu
Aku Ingin Berpuisi | 53
jalan-jalan di sungai.”
Di musim salju kalimat itu baik
dan benar sebagai realita
Di negeriku tidak ada
”Perempuan jalan-jalan di sungai.”
Kata sungai asosiasi
orang pasti air dan air
Kalimat itu benar berkategori
intransitif
kalimat itu baik untuk masyarakat
beriklim salju Kalimat itu tidak baik
bagi masyarakat tropis
walau kalimat itu benar berstruktur
SPK
Gagasan itu masuk dalam buku
sintaksisku
Betapa cerdas masyarakat
menyikapi alam
Walau saat musim dingin
semua orang tercekam
mereka masih dapat bermain
dengan kondisi alam
Allah pun pasti
mengaruniai kenikmatan
secara perlahan
kehangatan cuaca
menjelang musim panas datang
Pohon pun menyambut
dengan tumbuh tunas di cabang
54 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
sebagai pembuka puasa tak berdaun
berbulan
Manusia memperoleh pelajaran
dari Allah lewat alam
Tumbuhan saja mampu berpuasa
wajib tiga bulan
walau beberapa jenis tumbuhan
tak berpuasa alam
Seperti halnya manusia berpuasa,
tetapi ada yang tidak
Musim panas pun tiba,
orang bercaring hangat matahari
Penggembala pun bersiap
tinggalkan negeri kincir ini
kembali ke Tanah Air Tercinta
Indonesia bumi pertiwi.
Aku Ingin Berpuisi | 55
Siti Gomoh Attas
Hujan Sore di Cileungsi
Dimana Kau Pak Sapardi
Pengkotbah Bertanya tentang Corona
Puisi tuk Bunga Bogenvilleku
56 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(1)
Hujan Sore di Cileungsi
Siti Gomoh Atas
Kau tumpah lagi
di pohon jambuku
Menetes melasat di daun
dan buah ranumku
Dikau sibuk merapikan
bulir-bulir di kelopakku
Membasahi seluruh kota kecilku
Kau datang mengiringi
nada dan rintiknya
Seperti hatiku
yang terikat kepadamu
Kepada kenangan sore
yang merengkuhku
Kepada kota kecilku
yang nasibnya basah
Cileungsi 15 agustus 2020 pkl 4.36
Aku Ingin Berpuisi | 57
(2)
Dimana Kau Pak Sapardi
Siti Gomoh Attas
Dimana kau kini tak ada lagi
Dimana kau sang yang memiliki rumah
Dimana kau kini dilobang batu
Dimana kau kini bersuka cita di liang kubur
Dimana kau kini bersama dewa-dewa
Dimana kau kini berjalan di jalaann rata
Dimana kau kini
kubangan mongering ketika kau lewat
Engkau Semakin jauh
pergi ke selatan
Engkau semakin
melewati jalan di tengah
Engkau menyeberang bersama
tanduk lengkung
Inilah yang engkau bawa
sebagai bekal menuju nirwana
Selamat jalan Bapak Sapardi
namamu kan abadi
58 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(3)
Pengkotbah Bertanya Tentang Corona
Siti Gomoh Attas
Pengkotbah bertanya kemana semua
manusia?
Apa mereka sudah mati digigit corona?
Muazim menjawab mereka hilang lenyap
Pengkotbah bertanya apa corona sudah
ditangkap?
Apa mereka sudah dipenjara ?
Muazim menjawab korona masih buron
Pengkotbah bertanya corona buron kemana?
Siapa yang bantu jadi buron?
Muazim menjawab para Jaksa dan polisi
Pengkotbah bertanya kemana mereka buron
Berapa negara corona singgahi?
Muaxzim menjawab hampir di seluruh dunia
Kalau begitu mari kita tutup pintu agar
corona tidak masuk
Cilengsi, sabtu 15 agustus 2020 pkl 2.30
Aku Ingin Berpuisi | 59
(4)
Puisi tuk Bunga Bogenvilleku
Siti Gomoh Attas
Bogenvilleku
Sore itu aku kembali menyapamu
Sama seperti kemarin dulu kau membalas
senyumku.
Dengan kuncupmu yang penuh memenuhi
setiap dahanmu
kau cantik sekali dibalik kuncup yang
tanpak merah merona
Bogenvilleku
Setiap aku datang padamu selalu kubisiikan
kata cinta di balik dahagamu kau begitu
kokoh dibalik tumpukan daun dan
kuncupmu yang mulai merekah
Bogenvilleku
Sore ini aku ingin bercerita padamu
suatu hari nanti jika kau tak lagi manpu
berbunga
seperti sekarang ini aku akan tetap
mendatangimu
membawa oleh-oleh pelepas dahagamu
Bogenvillekue
Siang itu aku berdiri takjub memandangmu
Kau tanpak cantik dengan kemilau warnamu
Meski di terik siang yang begitu menyengat
tapi tak kau rasakan
60 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Kau tetap berdiri anggun memancarkan
cahaya kemilaumu
Tak pernah letih berpose dihadapanku juga
orang yang lalu lalang
Bogenvilleku
Setiap saat kupanjatkan doa tuk dirimu
Doa agar kau panjang umur
Doa agar kau sehat selalu
Dan doa agar bisa menemaniku mengisi
senjaku
Blitar Raya F5 No 3, 12 September 2020
Aku Ingin Berpuisi | 61
Seni Asiati
Sajak Daun Basah
Tempurung pada Katak
Tuhan Tolong Aku
Senja dari Lantai 10
Marah
Sebilah Kata
62 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(1)
Sajak Daun Basah
Seni Asiati Basin
Dipucuk daun
Bergelantung sebutir kristal
Bening tanpa debu
Tak kenal ada polusi
Bergayut manja
Kemudian jatuh
Di Rembang senja
Masih saja sendiri
Entah mengapa
Katanya indah
Katanya bebas
Untuk apa
Daun masih butuh ranting
Daun masih butuh hijau
Untuk tetap menyatu dgn pohon
Di pucuk daun
Terlihat mentari
Pulang dalam remang
Sendiri
Tak bertepi
Sudah malas
Untuk berdandan
#muharamku1442H
Aku Ingin Berpuisi | 63
(2)
Tempurung pada Katak
Seni Asiati Basin
Ketika katak berkata
Aku ingin memelukmu
Walau hanya sedetik
Agar bisa kuluapkan gelisah hati ini
Aku ingin menatapmu
Untuk kulihat rona pipimu
Aku ingin mencium tanganmu
Seperti dulu kala bertemu
Jika tempurung berharap
Aku ingin
Merasakan aroma tubuhmu
Saat kau duduk di sampingku
Aku ingin
Kau hadir di mimpiku
Aku ingin kau tahu
Bahwa aku memujamu
Tempurung pada katak
Tanpamu
Tak lagi ada cerita
Tak lagi ada nada terangkat
Tak ada lagi hadir sebuah kata
Katak mendayu dalam bisu
Ya tempurung
Aku ingin merangkai kata
Aku ingin lenyapkan asa
64 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Tapi ada sembilu menikam
Ternyata
aku RINDU
Rumah kayu Ancol 17
Aku Ingin Berpuisi | 65
(3)
Tuhan Tolong Aku
Seni Asiati Basin
Tuhan
Tolong beri aku jalan
Dalam hanyut mimpi-mimpiku
Untuk melayang bersama pagi
Tolong beri aku jalan
Jangan biarkan aku tersesat
untuk terbang dan hilang bersama fajar
tolong beri aku jalan
agar tak gersang di jiwa
agar tak punah karena waktu
tahukah kamu aku merasa
sendiri tanpa arah
tolong beri aku jalan
jangan biarkan suara tinggimu
meruntuhkan asa
jangan biarkan pandangmu
mengaburkan segala
jangan biarkan luka lebamku
menggugurkan semua
jangan pakai kekerasan untuk kebajikan
karena kau dan aku bukan hewan
yang saling melahap untuk kekuasaan
tolong aku beri jalan
jangan tambah luka diraga dan jiwa
walau hanya kata dan pandangan
66 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(4)
Senja dari Lantai 10
Seni Asiati Basin
Rona jingga
Membias dalam balut senja
Asap putih berkabung di sana
Kotaku tertutup
Kotaku terusik
Kotaku tak lagi sepi
Senja di atas gedung
Senja di kotaku
Tak indah
Tak syahdu
Walau wajah tertutup
Kotaku terbuka
Rusak dan fana
Senja dari lantai 10
Semakin gelap
Semakin pekat
Semua tertutup
Yang tinggi tak bisa angkuh
Yang rendah tak bisa mengayuh
Semua diam
Semua menerima
Bukan pasrah
Bukan tak berdaya
Senja dari lantai 10
Langit tetap membiru
Jalan tak lagi sepi
Aku Ingin Berpuisi | 67
Tetapi musuh masih menjadi raja
Makin mengganas
Mengamuk tak berkesudahan
Senja dari lantai 10
Membias rasa
Rindu untuk kembali seperti dulu
The Belezza Agustus 2020
68 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(5)
Marah
Seni Asiati Basin
Rasanya ingin marah
Tak bisa lagi menunggu
Bahkan sekejap saja
Papan kayu tak lagi bisa meluapkan marahku
Karna mata ini telah kalap
Harusnya aku temui sang pemberi bijak
Untuk mengambil kayu dan paku
Kupaku semua kayu
Kuhitung semuah amarah
Pikiran sempit tak lagi kuasa
Marah pada musuh yang tampak
Yang membunuh keramaian
Yang memotong pundiku
Rasanya ingin berteriak
Mengapa harus ada
Mengapa harus datang
Sehingga semua tak lagi sama
Semua tak lagi bisa
Mengapa harus ada dia
Dengan semua pilu yang mendera
Dengan alam yang tak lagi ramah
Suken Maret 2020
Aku Ingin Berpuisi | 69
(6)
Sebilah Kata
Seni Asiati Basin
Sebilah kata terangkum indah
Pada sampul berwarna biru
Tak putus terangkai indah
Tentang kisah sebuah rumah
Tentang selaksa sedih
Yang membuncah
Tak berkesudahan
Kukuh bahumu
Tempatku berteduh
Mata katamu
Tempat kumengeluh
bisik hatimu
tempat kuterisak
ah sudahlah
sudah pergi
tak akan kembali
hanya sebait doa
untuk malaikat
pemberi jiwa
SAB 15 Ramadhan 1440
70 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Miftahulkhairiyah Anwar
Yang Lemah dan Tak Kuasa
Merumah
Tujuh Puluh Lima Tahun
Aku Ingin Berpuisi | 71
(1)
Yang Lemah dan Tak Kuasa
Miftahulkhairah Anwar
Pagi itu tak kutemukan lagi ronamu
Yang merekah menebarkan aroma
Mekarmu tak lagi merebak
Embunmu tak lagi menguak
Nurmu tak lagi gemerlap
Yang tersisa hanya ratap
Dan manusia ternyata tak punya kuasa
Alam Seketika berubah
Tak lagi menggugah
Melegit tak berselera
Menatap tak berarah
Hanya mengeja kata dalam rumah
Doa yang tak pernah henti
Munajat yang tak pernah terakhiri
Untukmu Ibu pertiwi
Hanya berharap teramini
Tuk tak lagi bersua pandemi
Bintara, 16 Agustus 2020
72 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(2)
MERUMAH
Miftahulkhairah Anwar
Meski tak mudah berkawan bencana
Sebab kita adalah manusia
Maret…
April…
Mei…
Juni…
Juli…
Agustus…
Enam bulan serasa tertawan
Dengan dalih tuk mengada di zona aman
Bilik menjadi segala tumpuan
Saban hari layar dan maya jadi kawan
Zikir pikir tak pandang siang malam
Enam bulan telah mengada
Sungguh tak apik meratapi nestapa
Aku, kamu, kita, harus bangkit untuk
nusantara
Mengolah kata menjadi mantra
Memacu doa tak sekadar bahasa
Membersamai firman-Nya dalam langkah
Menjemput mimpi tak peduli korona
Dari rumah ternyata semua bisa
Bintara, 16 Agustus 2020
Aku Ingin Berpuisi | 73
(3)
Tujuh Puluh Lima Tahun
Miftahulkhairah Anwar
Sudah tujuh puluh lima tahun merdeka,
ataukah
Baru tujuh puluh lima tahun merdeka
Dua pernyataan yang berbeda
Dua kenyataan yang berbeda
Yang pertama merasa sudah dan sudah
merasa merdeka
Yang kedua baru saja merasa dan boleh jadi
belum merasa merdeka
Hari ini, ketika kita teriakkan dengan lantang,
“Kita sudah 75 tahun merdeka” …
Nun jauh di sudut, di pinggiran, di
pedalaman, di pedasaan sana
bahkan mungkin juga di perkotaan sini
ada suara nyeletuk setengah bertanya,
“Merdeka dari apa ?” “Merdeka dari siapa
?”…
Lalu, dengaan serentak kita menjawabnya,
“Merdeka dari penjajahan para penjajah,
tentunya”
Tapi, kata mereka lagi dengan sedikit ragu,
“Benarkah kita tidak lagi terjajah dari
siapapun dan apapun ? ”
Dengan yakin kukatakan kepada diriku dan
kepada mereka
74 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Kemerdekaan bukanlah sekedar kata-kata
mutiara tanpa doa
Kemerdekaan bukanlah janji-janji para
penggombal atas nama cinta
Kemerdekaan bukan mantra hampa makna
Kemerdekaan adalah cita dan doa
Kemerdekaan adalah pelaksanaan janji-janji
Kemerdekaan adalah pelaksanaan kata-kata,
mantra, cita-cita dan doa-doa menjadi nyata
terlihat mata, terasa di dada…
Kemerdekaan adalah juga batas dan
pembatas
Kemerdekaan adalah keterlepasan dan
keberlepasan
Kemerdekaan adalah melintas batas menuju
aras maha luas
Miftahulkhairah Anwar (Hera)
Bintara, 17 Agustus 2020
Aku Ingin Berpuisi | 75
Siti Ansoriyah
Pagi yang Indah
Serpihan Indahnya Surga
76 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(1)
Pagi yang Indah
Siti Ansoriyah
Aku terdiam
Menikmati pagi dengan udara sejuk
Sejenak ku berpikir
Akankah ku selalu menikmati pagi ini
Pagi yang mengisyaratkan manusia
Untuk kembali beraktivitas seperti biasa
Nyanyian indah burung-burung
Seakan mengisyaratkan bahwa kehidupan
Akan terus berputar dan berputar
Aku pun terdiam
Menatap matahari pagi yang tidak jemu
Sinarnya seakan-akan berkata
Bahwa kita pasti akan kembali padaNya
Aku Ingin Berpuisi | 77
(2)
Serpihan Indahnya Surga
Siti Ansoriyah
Masih dalam relung kalbu biru
Nyanyian burung masih terdengar merdu
Menyanyikan kicau rindu
tentang indahnya alam
Terlihat nun jauh disana
ada surga yang istimewa
Melukiskan keindahan
yang tiada tara
Langitpun terlihat cerah
dengan biru dan putihnya
Diiringi arakan awan
seperti salju yang bergulung-gulung
Gagahnya tiang-tiang beton
yang menjulang tinggi
Serta deretan pepohonan
yang hijau berbaris rapi
Itulah kotaku tercinta
kota kelahiranku
Sebagian potongan surga
yang Allah kirimkan
Yang selalu terkenang
bagai film dalam otakku
Kenangan bersama orang tua,
kakek nenek dan guru masa kecilku
78 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Ya, itulah kota ku,
kota Jakarta, kota kelahiranku,
Tanah kelahiran sampai
hayat memisahkan
Aku Ingin Berpuisi | 79
Isah Cahyani
Doa Ayah (Rindu tak Pernah Lekang)
Senyum Ibu
Akar, Pohon, dan Ranting
Nyiur
Kembang Kasih
Tatkala Rumput Terhampar
Bayangkan
Pohon Kurma
Merindukan Sesuatu
80 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(1)
Doa Ayah
(Rindu yang tak pernah lekang)
Isah Cahyani
Di bawah pohon Jambu,
dalam renung
kutelisiki diri
Banyak peristiwa yang mengharu biru
untuk selalu kembali meniti jalan
yang pernah Ayah perlihatkan
Pagi sekali, ketika Subuh kecil
gemericik air cukup nyaring
Batuk kecil yang khas menjadi pemandu
Ia bergegas
menaiki hamparan kain bergambar Ka‟bah
Lama tersungkur dalam sujud
dan doa kebahagiaan
Suara lirih itu mengalun,
ya Allah karuniakan orang-orang tercinta,
anak-anak tersayang
menjadi orang-orang yang salih,
selamat sejahtera,
diterima amalannya,
dilimpahi rezeki yang baik,
dijauhkan dari kesalahan,
menjaga farjinya,
dimudahkan mendalami ilmu,
dan dijauhkan dari api neraka
serta permudah beroleh rezeki
Aku Ingin Berpuisi | 81
yang penuh rahmah, amin ya Allah
Itulah bekalku,
yang menemani
langkah-langkah kecil
berburu waktu
Saat rehat, dalam termenung
terlintas bayang-bayang Ayah
yang senantiasa tersenyum
dalam kekal
82 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(2)
Senyum Ibu
Isah Cahyani
Mencium melati melayang sukma ini
pada sosok Ibu
yang setiap pagi
ketika masih berembun,
ia memetik melati yang sedang berbunga.
Memasuki kamar tidur
wangi melati menabrak hidung
terhisap hingga kantuk datang,
nyaman, damai.
Merekah selalu bibirnya,
langsat kulitnya,
terurai rambutnya
hampir menyentuh lantai.
Harum wangi semilir
angin membawa aroma hidangan
yang menggoda.
Kami bersorak pertanda
santapan sudah sedia.
Itu dulu waktu masih kecil,
masa yang penuh canda
dalam tatapan mata nan sejuk,
tegar, sabar, penurut, dan menginspirasi.
Selalu memaafkan dan penuh kasih,
anugerah Ilahi yang menyayangi Ibu
ketika suatu hari berhenti detak jantungnya.
Kami menangis pilu
Aku Ingin Berpuisi | 83
mengenang bakti
yang belum terbalaskan
untuk kebahagiaannya.
Kami terlalu banyak alasan
untuk menjenguknya
tapi itulah
Ibu selalu membuka tangan
dan hatinya untuk kami bersemayam
dalam dekapan kelembutan kasihnya.
Ibu, doa selalu kupanjatkan
semoga Ibu disayang Allah.
Al-Fatihah.
84 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(3)
Akar, Pohon, dan Ranting
Isah Cahyani
Biarlah tetap merendah
agar dapat menguatkan batang
menembus bumi.
Batang tumbuh menembus langit
menyentuh awan berarak,
menutupi matahari,
menari bersama angin,
bercanda gelak tawa
dengan halilintar
untuk bersilaturahim
menemui Kholiknya.
Biarlah tetap tegak
berdiri tanpa lelah
untuk sebuah amanah
menyangga ranting-ranting
tempat bergelayut dedaunan
menggantungkan nasibnya.
Dengan doa dan harapan
dedaunan menampakkan
pucuk bunga yang bersari
untuk dikunjungi kumbang
agar menjadi buah.
Biarlah tetap menjadi tempat
bersandar bagi jiwa yang lelah,
Aku Ingin Berpuisi | 85
untuk selanjutnya terkulai,
menemui Kholiknya.
Biarlah tetap berayun
mengikuti arah angin
untuk daun yang berfotosintesis
menemui kencannya dengan matahari pagi.
Lalu tempat singgah semut,
belalang, dan burung hinggap
untuk mencari makan.
Bergerak tumbuh rimbun
membuat suasana teduh
sebagai dzikir menemui Kholiqnya.
86 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(4)
Nyiur
Isah Cahyani
Lagu itu sering terdengar
ketika siaran berita berkumandang.
Tak pernah bosan
selalu muncul bila statsiun tv
mulai ataupun berakhir siaran.
Nyiur melambai di tepi pantai.
Nyiur itu pertanda bumi khatulistiwa
yang bersama angin sepoi-sepoi
menunggu dengan setia daranya
kembali tiba dengan ramah,
setia, dan subur bumi pertiwi.
Aku Ingin Berpuisi | 87
(5)
Kembang Kasih
Isah Cahyani
Kutanam kupupuk kujaga
untuk kokohkan hasrat pertemuan
yang harus tempuh dulu onak duri
lintasi gelombang samudra,
ikuti iringan ombak tertiup angin,
terombang-ambing
di tengah cakrawala tak bertepi.
Sauh perahu tertumbuk karang,
tali dan jangkar siap berlabuh.
Dalam lelap dan mimpi terjaga,
uluran tangan lembut menyentuh rasa,
membangkitkan kasih,
melanggamkan nama indah
dalam doa
ya Hayu
ya Qoyum…
birohmatika ya arhama rohimin…
88 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(6)
Tatkala Rumput Terhampar
Isah Cahyani
Pandang jauh tak bertepi di depan mata
sepanjang luas hijau menghampar
berpayung biru langit putih
awan dibuai semilir angin senja
tatkala matahari sebentar lagi
beranjak ke peraduan
untuk menikmati wirid
hingga tersungkur dalam sujud.
Dalam sujud ada telisik
menghamba mengadu hati
berserah diri membangun jiwa
menyegarkan badan.
Tak mungkin menyatu hati
jika tidak bersujud.
Tak mungkin mengenal Allah
bila tak pernah sujud.
Sujud itu menghantar doa
agar tali kasih membentang
menjadi pegangan
menuju sirathal mustaqim
menuju keabadian
dalam kasih yang kekal,
barakallahufiikuum…
Aku Ingin Berpuisi | 89
(7)
Bayangkan
Isah Cahyani
Ketika kening menyentuh sajadah
terasa syahdu
seakan pertemuan suci sedang terjadi,
pertemuan bagai mimpi
untuk saling bercerita
tentang keluh kesah
harapan mengikuti lambaian tangan
dihiasi senyuman,
tatapan lembut penuh damai,
berhati bersih,
subhanallah…
90 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(8)
Pohon Kurma
Isah Cahyani
Daunnya runcing seperti gunting
kalau terkena sepertinya sakit.
Daun itu tak pernah gugur
walau musim berganti,
jujur menemani pohon untuk berbuah.
begitu pula muslim
tak pernah lenyap cahaya imannya
dan tak pernah gugur doa-doanya.
Walau lemah,
sakit, dan nasib yang tak menggoyahkan
keyakinannya untuk tetap yakin
Allah penolongnya.
Aku Ingin Berpuisi | 91
(9)
Merindukan Sesuatu
Isah Cahyani
Sabar, tabah, kuat, penuh kasih sayang
tak pernah berdusta
ditemani para malaikat
untuk taat pada pencipta-Nya.
Dalam gurun, dalam terik matahari,
dalam jarak yang panjang,
dalam pasir yang kering,
dalam kerontang bebatuan
bersama barisan kaktus
menambah kesempurnaan
padang pasir.
Menemuinya bersama
hati yang pasrah
mengelilingi Ka‟bah
melempar jumrah
menggunting rambut
menjadi suci kembali
seperti bayi baru lahir, mabrur.
Jejak Suci
Takbir bergema
dari berbagai penjuru
mengayun langkah kaki
yang bergegas menemui impian terindah
mengobarkan semangat
memenuhi panggilan Ilahi,
labbaik allahumma labbaik,
mengelilingi baitullah
92 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
berputar tujuh keliling
di antara menangis
gema doa-doa berdzikir
menyebut nama-Nya
dalam gelombang manusia
yang melimpah ruah
bagaikan ombak laut berirama
beristighfar untuk beroleh hikmah
kedamaian diri
menggapai surge yang indah.
Aku Ingin Berpuisi | 93
Erfi Firmansyah
Menata Hidup Baru dengan Corona
Literasi di Masa Nisbi
94 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(1)
Menata Hidup Baru dengan Corona
Erfi Firmansyah
Mari berdamai dengan keadaan ini?
Damai itu indah
Meskipun musuh terus menyerang dan
mengintai?
Pikir selaras kata
Ucap selaras jiwa
Untaian makna selaras langkah
Timbang pikir sebelum ucap
Bibir berucap mendorong sikap
Berdamai berarti tidak menyerang musuh?
Berdamai berarti tidak menghindar dari
musuh?
Berdamai berarti terus berupaya berangkulan
mesra dengan musuh?
Berdamai berarti berjalan seiring dengan
musuh?
Berdamai berarti hidup bersama dengan
musuh?
Persepsi terhadap musuh amat berpengaruh
terhadap tindakan yang mesti ditempuh.
Elok nampak merombak kata
Kata ditata mengolah jiwa
Jiwa ditata selaras pikir
Pikir kelola sikap pada Corona
Corona musuh bersama
Aku Ingin Berpuisi | 95