Segala rupa insan di dunia
Takdir ia bagi kita
Cobaan dari Sang Maha Pencipta
Ia tunduk dan patuh pada qoda qodarnya
Sebagaimana mahluk dicipta
Elok rupanya bagi kita
Ubah suai tata kelola
Adab bertetangga dengan Corona
Cuci tangan diusap seka
Tak lupa mulut berbalut tutup
Elak rapat beradu lutut
Jaga jarak tanpa berpaut
Duhai Yang Maha Pengampun,
ampuni kami
Maafkan segala dosa
Insan di Bumi
Jauh, jauhkan kami
Dari azabMu
Dari segala marabahaya Corona
Mengintai senyap tanpa suara
Ada nyata tanpa berwujud
menghantam insan yang lengah kalut
Cepat berpaut menebar maut
Semoga musibah ini segera berlalu
Semoga cobaan ini tak lagi pilu
Jakarta, 21 Mei 2020
96 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(2)
Literasi di Masa Nisbi
Erfi Firmansyah
Apalah makna literasi
Kala perut belum terisi
Apalah makna literasi
Kala nasi hampir basi
Literasi perlu dimaknai
Bukan diamini
Literasi perlu dihargai
Bukan dibeli
Bolehkah ada ambisi
Dalam literasi?
Boleh jadi,
Asal jangan menggurui
Bolehkah ada misi
Dalam literasi?
Boleh jadi,
Asal jangan tak terkendali
Literasi tidak boleh basi
Walau harus menanti
Literasi tidak boleh pergi
Walau harus berbagi
Aku Ingin Berpuisi | 97
Literasi akan abadi
Walau kau harus pergi
Literasi akan terus menyinari
Walau kau tak lagi
Biarkan literasi terus mengabdi
Pada yang Mahaabadi
Terus berbakti pada diri
Walau kau sudah tak lagi
Sudahlah,
Mari berbakti pada negeri
Dengan literasi sebagai bukti
Bahwa kau pernah menjadi
Dalam bentuk setitik nisbi
Jakarta, 9 Juni 2020
EF
98 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Somadi
Anomaly
Keagunganmu
ISO
Standarisasi
Aku Ingin Berpuisi | 99
(1)
ANOMALI
Somadi
Anomali bumi
memutus siklus ekosistem
naluri produksi
normalisasi energi
Anomali bumi—
bumi manusia menjadi dunia
dunia kiai, dunia santri, dunia politisi, dunia
penyanyi,
bertukar untuk saling menempati
Sapa satun menjadi basa-basi
bumi erosi, abrasi, reklamasi, dan
stunami datang silih berganti.
bencana membumi tak pernah berencana.
Alam enggan bersahabat dengan insan tamak
panas mengganggu nafas, asap pekat
energi kehabisan akibat keserakahan angkara
kau robek-robek perut bumi,
semua jeroanku kau rampas, kau kuras.
dosamu palsu, kerjamu dungu.
Suatu saat azab akan Kutunjukkan
kepadamu.
100 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Bumi dan hasta brata
delapan fenomena alam,
bumi, matahari, api, samudra, langit, angin,
bulan, dan bintang
menjadi saksi kerakusan hidup manusia.
Jagat dan isinya yang menjadi sumber
kebahagiaan
berbalik menjadi bencana karena tak bisa
memberdayakan
matahari punya energi menerangi bumi
tidak lagi bersahabat dengan lapisan ozon,
menjadikan penduduk bumi gelisah,
kepanasan,
minta perlindungan pada paru bumi jangan
digunduli.
Aku Ingin Berpuisi | 101
(2)
KEAGUNGANMU
Somadi
Kegelapanku Kau sinari dengan bintang-Mu
ulah kami membuat kepala menggulita
tanpa tahu apa yang akan terjadi
Suram ke depan akibat zolim kami
Jangan katakan alam tidak bersahabat
kita sering mempedaya menjadi renta dan papa
batuk Simabung tak ada habisnya.
Bintang-bintang-Mu
menghiasi kecerahan di kala kelam
aku memandang jauh
di luar jangkauan fisikku
Kau ciptakan bulan dan bintang
untuk menerangi rasa syukurku
ku jauhi meneguk kopi tanpa diaduk
ku hindari bidadari tanpa hati
Di kala malam,
Kau mengantarku ke tengah laut
menangkap ikan-ikan hidup
Juga Kau antar pulang
dengan kegembiraan hidup
kubatasi keserakahan kemewahan
aku ikuti angin-Mu.
aku ikuti waktu dan jam-Mu.
102 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(3)
ISO
Somadi
Opo ISO?
Iso yen dipekso
Kan melanggar HAM
HAeM itu kebutuhan
Yang penting jangan maling
Maling ora eling ISO kebanting
Katanyan reformasi?
Reformasi kebablas, berpikir tidak waras
Manajemen ISO jadi klaras
Kita hanya jual jasa
Tidak memaksa di depan massa
Membawa bahagía untuk sesama
Lha kok iso?
Aku Ingin Berpuisi | 103
(4)
STANDARDISASI
Somadi
Konvensi untuk cari solusi
Konferensi sama dengan diskusi
Kompensasi itu yang dicari
Korporasi untuk cari rizki
Orang hukum bilang aturan harus dibuat
Orang politik bilang aturan harus disiasati
Orang jelata bilang aturan itu ditakuti
Orang brandalan bilang aturan harus dicuri
Jangan cari mati
Jalani aturan sepenuh hati
Kita sepakati standardisasi
Supaya mudah dikemudian hari
104 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Mimi Mulyani
Merapi Tak Pernah Ingkar Janji
Merapi Ingkar Janji
Rumah Itu
Kidungku
Kekasih-Mu
Belahan Jiwaku
Kekasih-Mu Kekasihku
Wahai Cahaya
Sang Purnama
Aku Ingin Berpuisi | 105
(1)
Merapi Tak pernah Ingkar Janji
Mimi Mulyani
Ketika malam bergelut
dengan mimpi penghuni bumi
Tercium aroma yang menyengat
Terdengar bisikan yang menyeruak
di sepinya malam
Semakin lama bisikan itu
bertambah jelas
Bagai bunyi kerikil
saling beradu
Tatapanku menyeruak
di heningnya malam ke arah timur
Di sana tampak warna merah
merona terbang melesat
Ada juga yang bergulung-gulung
ke bawah
Ya...
Ternyata dewi api
yang sedang tidur di dasar bumi
Kini bangun dan menyambangi alam
Kau hadir menyusuri
kepundan Merapi
Dewa awan yang perkasa pun
menyertainya
Dengan angkuh
dia menari-nari di angkasa
Seakan ingin terbang
106 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
dan menyatu dengan awan kelam
Pandanganku terpana
menatap kehadiran mereka
Ada gundah, gelisah,
dan gentar yang dalam
sepi dan dingin
Aku tahu...
Sang dewi api dan dewa awan
ingin menepati janji
Janji untuk menebar
kesuburan dan kemakmuran
Agar penghuni sekitarnya
semakin bersyukur
dan bersabar
Dewi api dan dewa awan itu
tak pernah ingkar janji
Selalu hadir pada waktu yang tetap
Tapi hadirnya selalu membuat hati
bergetar dan merana
Dewa dan dewi yang ditakuti
tapi menebar hikmah
Hadirlah dengan keindahan
Hadirlah dengan senyum
dan sapaan yang lembut
Sapaan yang lembut
membuat penghuni bumi suka ria
Bumi menjadi subur dan makmur
Merapi yang takpernah ingkar janji
Aku Ingin Berpuisi | 107
Hadirkan dewi api dan dewa awan
dengan senyum
yang menawan
Agar kami pun selalu
menunggu janjimu.
108 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(2)
Merapi Ingkar Janji
Mimi Mulyani
Merapiku
Sendawamu selalu mengkhawatirkan
Batukmu memberi tanda alam
Yang kadang membuat hati gulana
Muntahmu memberi isyarat
Murka alam
Atau
Ini janjimu untuk menyapa bumi
Janji setia yang kau sematkan
Janji yang membuat isi bumi resah
Takut
Berduka
Dan menderita
Kini...
Sekian lama
Kau tak hadir
Kau ingkar janji
Tapi tak mengapa
Janjimu hanya malapetaka
Yang menakutkan
Dan mencekam isi bumi.
Merapiku
Tetaplah ingkar janji
Itu harap isi bumi
Agustus 2020
Aku Ingin Berpuisi | 109
(3)
Rumah itu
Mimi Mulyani
Rumah itu yang memberiku banyak pelajaran
hidup.
Kini pintunya harus kututup.
Karena di dalamnya banyak mulut terkatup.
Takut amarah meletup.
Sekian tahun aku menghuninya.
Ada bahagia dan derita.
Ada cinta dan air mata.
Aku tetap menghuninya.
Rumah itu.
Tak pernah kutahu penghuninya ada yang
semu.
Senyum dan tuturnya penuh perdu.
Tapi biarlah itu berlalu.
Aku hanya ingin merawat rumah itu
Jogonegoro, 2018
110 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(4)
Kidungku
Mimi Mulyani
Maafkan jika irama kidungku tak merdu
Maafkan jika syair kidungku takindah
Aku hanya bisa menulis kidung dengan
penuh rasa kasih
Agar kidung itu bermakna
Aku hanya butiran debu
Yang takbermakna
Yang akan hilang dihembus semilir angin
Aku hanya embun pagi yang fitri
Yang akan lenyap seiring hangatnya matahari
Kidungku...
Kini sudah tak indah dan merdu
Jogonegoro, 2017
Aku Ingin Berpuisi | 111
(5)
Kekasih-Mu
Mimi Mulyani
Hari ini aku banyak belajar
Hidup itu bukan hanya sesumbar
Tapi harus selalu bersyukur dan bersabar
Apapun yang terjadi hadapi dengan tegar
Kekasih Allah ...
Karena pribadimu yang sabar
Padamu aku akan selalu belajar
Menjadi orang yang berkarakter
Menjadi orang yang bermanfaat
Yogyakarta, 2018
112 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(6)
Belahan Jiwaku
Mimi Mulyani
Kepakkan sayapmu
Menuju dunia yang luas
Dunia yang penuh intrik
Teguhkan hatimu
Gantungkan kepasrahanmu pada-Nya
Jangan kau masuk ke arus yang kotor
Tetaplah mengikuti arus yang jernih
Agar mudah melihat yang putih dan hitam
Karena sekarang banyak yang abu-abu
Biarkan kamu berbeda
Berbeda dari yang penuh kepalsuan
Tetaplah putih
Murni...
Dan suci
Sepanjang waktu.
Wates Magelang 2018
Aku Ingin Berpuisi | 113
(7)
Kekasih-Mu Kekasihku
Mimi Mulyani
Kerinduanku padamu tak pernah padam
Kerinduan yang mendalam
Pribadimu yang mempesona
Membuat setiap insan ingin dekat denganmu
Tatap matamu yang tajam penuh wibawa
Aku selalu merindukanmu
Wahai kekasihku
Kau yang pernah hadir dalam mimpiku
Kau senyum penuh arti
Lambaian tanganmu mengajakku mendekat
Aku hanya bisa menatap penuh kekaguman
Ingin hati mendekat dan memelukmu
Tapi itu tidak mungkin
Karena engkau begitu suci
Tapi aku tetap berharap dan berusaha
Agar bisa berdampingan denganmu
Wahai kekasih Allah...
Ya Rasulullah... Ya Nabiallah... Ya Habiballah
Apakah engkau yang ada dalam mimpiku
itu?
Yang berdiri di pintu Baitullah
Sambil tersenyum dan menatapku
Aku tidak tahu...
Itu hanya sebuah harapan
Bersua dengan engkau sangat aku damba
Semoga aku bisa berdampingan denganmu
Di alam kelanggengan...
114 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Aamiin ya Rabbal alamin...
Alhamdulillah...
Jogonegoro, 2005
Aku Ingin Berpuisi | 115
(8)
Wahai Cahaya
Mimi Mulyani
Cahaya itu begitu tampak indah
Sinarnya banyak dikagumi orang
Tapi cahaya itu sering redup
Kadang awan hitam menyelimutinya
Cahaya itu kadang terlalu angkuh
Dia merasa paling bersinar
Padahal ada cahaya lain yang indah
Keangkuhan telah membuatmu tak menarik
lagi
Wahai ...cahaya ingatlah
Bukan hanya engkau yang indah
Di sekelilingmu masih banyak cahaya lain
Cahaya yang lebih bersinar
Bahkan sering memberikan inspirasi
Sesungguhnya sinarmu penuh kepalsuan
Cahaya malam...
Segeralah kembali pada kodratmu
Berbagi cahaya ke semua makhluk bumi
116 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(9)
Sang Purnama
Mimi Mulyani
Ada yang lain ketika melihat senyummu.
Ada yang lain jika senyummu kau bagikan
pada yang lain.
Ada yang lain saat kau menyapaku.
Ingin rasanya mengisi dan berbagi
Ingin rasanya berada di sisimu
Untuk berbagi cerita tentang banyak hal
Tapi....
Aku tak bisa mewujudkannya dengan
seluruh jiwa raga.
Wahai jiwa yang selalu membuatku gelisah
Aku tetap bersamamu dalam suka dan duka.
Aku tak akan pergi
Karena ada yang lain di relung jiwaku
Jogonegoro, 2018
Aku Ingin Berpuisi | 117
Puji M. Dawam
Lailahaillallah
Menanti-Mu
118 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(1)
Lailahaillallah
Pujiharto M. Dawam
Lailahaillallah
malu diri ini
memuja-Mu
dalam daif
dan zalimku
Lailahaillallah
rindu diri ini
bersama-Mu
berpagut hari
bercinta ria
Lailahaillallah
pada waktu
aku bercerita
tentang haru
dan perjuangan
Lailahaillallah
pada hati
aku merasa
tentang pahala
dan dosa
Aku Ingin Berpuisi | 119
Lailahaillallah
pada semua
pada segala
aku berserah
pada-Nya
Yogyakarta, 12 September 2020
120 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(2)
Menanti-Mu
Pujiharto M. Dawam
menanti-Mu di perjalanan waktu
dengan harap-harap cemas dan rindu
dendam
adalah suka duka sang pencinta
terlunta-lunta dalam goncangan angin badai
terbata-bata dalam langkah tanpa kemudi
di dalam 0 menuju 10
masih harus berlanjut ke 100, 1000, 100, …
luka dan bisa kubawa berlari
hingga hilang pedih perih*
Yogyakarta, 12 September 2020
*Kutipan dari puisi "Aku" Chairil Anwar.
Aku Ingin Berpuisi | 121
Ade Hikmat
Parodi
122 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
(1)
Parodi
Ade Hikmat
Kalian bangga akan pesatnya laju industri
Kalian keruk segalanya sebagai sumber
energi
Saat lahan itu tak tersisa lagi
Kalian pergi tanpa tanggung jawab dan lari
Tak sadarkah kalian akan kenaikan suhu
bumi?
Sebuah ironi yang berjalan dengan pasti
Merusak hutan bakau yang kau miliki
Deforestasi, lalu terjadilah abrasi
Suhu naik iklim berganti
Tanpa kita sadari
Krisis air bersih tak bisa dihindari
Gagal panen pun selalu mengintai
Es kutub mencair dan banjir yang siap
menghampiri
Lalu kalian mulai berparodi
Menyalahkan Tuhan seakan tak menyayangi
Lupa akan semua dosa diri
Berlaku seperti orang yang paling suci
Dimana kita akan hidup selain di bumi?
Pedulilah pada alam tempat kita tinggal ini
Kurangi sampah yang kita produksi
Aku Ingin Berpuisi | 123
Jangan hanya selalu tentang industri
Jangan biarkan kebakaran hutan tanpa henti
Meninggalkan hutan gundul dan terbengkalai
Tanpa kita sadari
Perlahan tapi pasti
Alam pun semakin rusak dan takkan bisa
dihuni lagi
124 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Nani Solihati
Pelangi Tanpa Hujan
Aku Ingin Berpuisi | 125
(1)
Pelangi tanpa hujan
Nani Solihati
Hangatnya mentari menyinari pagi
Tersenyum cerah menghiasi cakrawala yang
tinggi
Memeluk erat agar kau tak merasa sendiri
Membuatmu bersyukur akan karunia sang
Ilahi
Angin berbisik pada eloknya Bunga disini
Bunga edelweiss yang hanya ada dipuncak
tertinggi
Menghapus letih dalam perjalanan mendaki
Menjadi jawaban atas letih yang kau cari
Saat beradi di puncak gunung ini
Ingat lah selalu bertasbih pada pemilik alam
ini
Goresan mahakarya tersaji yang kau nikmati.
bukanlah suatu ketidaksengajaan tanpa arti
Melainkan suatu ciptaan untuk kita Jaga dan
lindungi
Jangan pernah kau kotori
Dengan sampah yang kau buang sesuka hati
Atau justru kau rusak alam ini
Dengan tangan jahilmu yang tak tahu diri
Kau berkata saat ini merindukan hadirnya
pelangi
126 | Himpunan Pembina Bahasa Indonesia
Tapi kau tak ingin ada hujan yang tersaji
Kau ingin hidup untuk 1000 tahun lagi
Tapi kau tak benar-benar mencintai alam ini
Aku Ingin Berpuisi | 127