The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Materi ini membahas tentang bagaimana melakukan pengukuran poligon tertutup

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sukatiman, 2021-08-04 04:59:29

Poligon Tertutup

Materi ini membahas tentang bagaimana melakukan pengukuran poligon tertutup

Keywords: Sub Bab Survei dan Pemetaan

3. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan acak akan berdampak pada presisi pengukuran.

Kesalahan ini muncul memberikan hasil pengukuran yang
fluktuatif, di atas dan di bawah nilai sebenarnya atau nilai yang
diangap benar. Presisi pengukuran akibat kesalahan acak ini
dapat diperbaiki dengan melakukan pengukuran secara repetisi
yaitu pengulangan pengukuran pada satu titik. Dalam
penggunaan alat ukur dilakukan pengukuran seri rangkap yaitu
B-LB-LB-B. Contoh kesalahan acak adalah:
a. Kesalahan yang dipengaruhi kondisi alam

1) Pengaruh sinar matahari langsung
2) Selama pengukuran alat ukur harus dilindungi.
3) Koreksi perubahan rambu harus diperhitungkan.

b. Perubahan posisi alat dan rambu
Pengukuran ditanah yang lembek, gambut. Harus

dibuat patok pembantu penyangga alat.

c. Pengaruh refraksi cahaya
1) Jarak titik ukur jangan terlalu jauh
2) Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore

d. Pengaruh lengkung bumi
Pengaruh lengkung bumi baru diperhitungkan untuk

jarak 300 meter sebesar 0,01 meter. Harga ini dihitung
dengan persamaan:

dD={(1-K)s2}/2R
Keterangan:
dD = Koreksi Jarak
K = Koefisien refraksi (0,13)
R = Jari-jari lengkung bumi
S = jarak horizontal

50

BAB 3

PENGUKURAN DETAIL

A. PENDAHULUAN

Di dalam memetakan suatu lahan, jalan, saluran dan lain
sebagainya, tujuan utamanya adalah memindahkan objek atau
detail yang ada pada lokasi tersebut. Yang dimaksud detail
adalah segala objek yang ada di tempat pengukuran, baik yang
bersifat alamiah seperti sungai, lembah, bukit, rawa, dan lain
sebagainya, ataupun objek dari hasil budaya manusia seperti
jalan, jembatan, gedung, saluran, stasiun, dan sebagainya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa detail merupakan isi
dari pemetaan.

Dalam bahasan berikut, akan dibahas penentuan detail
dengan menggunakan alat berbasis optis, waterpass, teodolit,
dan lain-lain. Untuk mendapatkan suatu detail, alat ukur

51

ditempatkan pada kerangka horizontal yang telah dibuat terlebih
dahulu, seperti telah dipaparkan pada sub-sub di atas. Dalam
pengukuran detail dengan alat optis dapat dilakukan dengan
beberapa macam cara sebagai berikut.

1. Cara Koordinat Kutub (Polar Koordinat)
Hasil yang didapatkan dengan pengukuran jenis ini

adalah koordinat X, koordinat Y dan ketinggian (Koordinat Z).
Cara ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Dengan azimut atau jurusan
b. Dengan arah (sudut dan jarak)

a. Cara dengan Azimut atau Jurusan
Cara ini juga disebut cara tachimetri, yakni jarak detail

ditentukan dengan cara optis, dan beda tingginya ditentukan
dengan bacaan sudut miring, dan arahnya ditentukan
dengan sudut horizontal. Cara ekstrapolasi dengan azimut
menggunakan peralatan yang dapat menunjukkan azimut
(kompas). Alat yang digunakan adalah BTM, Wild To, dan
Teodolit Ofset Boussole. Cara pembidikannya seperti berikut.

UU

a bangunan c
d
αAb
αAa

Ab αBc

Kerangka horizontal αBd B

Gambar 29. Penentuan Titik Detail dengan Cara Sudut Azimut

52

Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Titik A dan B adalah titik poligon dari kerangka horizontal

yang cara memetakannya sudah dijelaskan pada subbab
sebelumnya. Titik a, b, c, d, merupakan titik detail dari sebuah
bangunan azimut a, b, c, d (αa, αb, αc, αd). Jarak didapatkan
dengan bacaan optis. Titik-titik detail didapatkan dari
penempatan alat pada titik poligon terdekat.
b. Penentuan Detail Dengan Cara Sudut

Pengukuran dengan cara ini paling banyak dilakukan pada
pemetaan topografi atau peta teknis. Prinsip pengukuran hampir
sama dengan pengukuran cara azimut. Cara pengukurannya
dilakukan dengan alat optis yang ditempatkan pada titik-titik
poligon dan disetel/dinolkan terhadap kerangka peta (garis
poligon). Besaran sudut diukur dengan alat optis (teodolit),
sedangkan jarak ditentukan dengan jarak optis.

Gambar 30. Pengukuran Detail dengan Cara Sudut

53

Prinsip pengukuran titik detail adalah sebagai berikut:
1. Cara pengukuran sudut seperti dijelaskan di atas.
2. Pengukuran sudut boleh dengan sudut tunggal, karena
kesalahan salah satu bidikan tidak membawa pengaruh
kesalahan pada bidikan objek lain.
3. Pilih objek-objek yang akan dibidik dari kerangka acuan
horizontal terdekat.
4. Untuk objek lengkung pembidikan dilakukan minimal 3
kali.
5. Karena titik detail yang diukur cukup banyak, buatlah
nama bidikan detail agar tidak bingung pada saat
memproses atau menggambar, misal bidikan pinggir
jalan, as jalan, pohon, dan lain-lain.
6. Untuk mendapatkan hasil pembidikan lapangan yang
akurat, ada baiknya melakukan kontrol untuk beberapa
bidikan pada lapangan tersebut dengan menggunakan
rol meter, misal lebar jalan, panjang gedung dan lain
sebagainya.
7. Perhitungan koordinat tidak perlu ada koreksi sudut.

2. Cara Pemotongan

Cara ini dilaksanakan di lapangan apabila terdapat kondisi
titik detail tidak dapat dijangkau orang. Cara pengukuran
dilakukan dengan cara membidik suatu titik yang ada di
lapangan, misalnya di pohon. Pohon tersebut dibidik dari dua
tempat seperti digambarkan di bawah ini. Pemotongan ke muka
memiliki cara yang sama dengan melukis segitiga apabila
diketahui panjang sisi dan sudut puncaknya.

Titik P akan ditentukan koordinatnya dengan cara
pemotongan ke muka dari titik A dan B. Teodolit didirikan pada
titik P dan membidik titik A dan B yang keduanya telah dikethui

54

posisi koordinatnya. Dengan pembidikan dari titik P tersebut
didapat sudut , seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah
ini.

Telebih dahulu ditentukan sudut jurusan dan jarak sebagai
dasar hitungan, yaitu:

tg  (X X )

AB

(Y B Y )

A


X X Y YdAB  B
A= B A
 AB AB
sin cos

αAP P

αAB α
A dAP

dBP

αBP
dAB β αBA

B

Gambar 31. Cara Pemotongan ke Muka

55

ab cd e Sungai

utara

P1

P2

Gambar 32. Aplikasi Lapangan Pengukuran Cara Pemotongan

Gambar di atas menunjukkan suatu sungai yang sulit
dijangkau oleh orang untuk memasang rambu, maka pengukuran
detail a, b, c, d, e, dilakukan dengan pengukuran cara
pemotongan, yaitu membidik 1 titik dari dua tempat kedudukan
alat.

56

B. PENENTUAN POSISI VERTIKAL

Penentuan posisi vertikal pada pemetaan terestris dapat
dilakukan dengan berbagai metode di antaranya yaitu:

1. Metode sipat datar differensial
2. Metode sipat datar menyeberang sungai
3. Metode sipat datar trigonometri

Pada bahasan ini diuraikan penentuan posisi vertikal
menggunakan metode sipat datar trigonometri. Metode ini sama
dengan penentuan secara horizontal yaitu menggunakan ukuran
jarak dan sudut, perbedaannya sudut di sini adalah sudut vertikal
ditambah dengan faktor tinggi alat dan tinggi target. Gambar di
bawah ini menjelaskan tentang penentuan posisi vertikal dengan
cara Tachimetri:

 r y
ti ta

x=d

B
A

Gambar 33. Metode Tachimetri

Keterangan gambar:

A : titik berdiri alat B : titik diukur
ti : tinggi alat ta : tinggi target
d : jarak datar r : jarak miring
 : bacaan sudut
 : helling (sudut vertikal)
vertikal

57

Langkah-langkah perhitungan:
1. Diketahui hasil ukuran nilai tinggi A, , r, ti dan ta.
2. Menghitung jarak datar (x)
cos  = d / r
d = cos  x r
= cos (90 - ) x r ; cos (90 –  ) = sin 
= sin  x r

Jadi, jarak datar (d) = sin  x r

3. Menghitung nilai y
tan  = y / d
y = tan  x d
= tan (90 - ) x d ; tan (90 - ) = 1 / tan 
= 1 / tan  x d

4. Menghitung tinggi B

HB = HA + y + ti - ta

C. PENGUKURAN GARIS KONTUR

Garis kontur adalah sebuah garis yang menggambarkan
suatu titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama, di atas
atau di bawah datum tertentu. Konsep garis kontur tersebut
dapat dengan mudah dipahami jika kita membayangkan sebuah
kolam (lihat gambar di bawah). Jika air benar-benar dalam
keadaan tenang, tepi air dalam keadaan yang sama dengan tinggi
di sekeliling kolam. Apabila permukaan air diturunkan, tepi air

58

akan membentuk garis kontur yang kedua, demikian seterusnya
bila air diturunkan permukaannya lagi. Garis kontur merupakan
garis yang kontinyu dan tidak dapat bertemu atau berpotongan
dengan garis kontur yang lain. Berikut digambarkan sebuah
gambar ilustrasi denah kontur dan penampang sebuah lahan.

+ 50

+ 40 + 30

XX

A C
B

Gambar 34. Ilustrasi dari Garis Kontur

1. Gradien Kontur.

Beda tinggi sejumlah garis kontur yang berurutan disebut
selang kontur (AB) atau interval kontur, sedangkan AC disebut
gradien kontur. Interval kontur nilainya selalu tetap untuk
sebuah peta, misal +10, +20, +30, dan seterusnya.

59

2. Interval kontur dirumuskan dengan: 1/2000 X skala peta

Contoh:

Gambar dengan skala 1: 300, diambil selang kontur 1/2000 x
300 = 0,15 m.

3. Ciri-ciri Kontur

Dari contoh di atas menunjukkan bahwa gradien kontur
akan curam bila sejumlah kontur berdekatan ,dan sebaliknya,
gradien akan datar apabila sejumlah kontur berjauhan.

Gambar 35 a
Menunjukkan semua kontur berjarak sama, menunjukkan
adanya gradien yang teratur.

Gambar 35 b
Menunjukkan 3 kontur bagian atas lebih berdekatan dibanding
bagian bawah. Menunjukkan bagian atas lahan lebih curam
dibanding bagian bawah. Kemiringan seperti gambar dinamakan
kemiringan cekung.

Gambar 35 c
Kebalikan dari gambar 35 b yang menunjukkan kemiringan
cembung.

Gambar 35 d
Kontur menunjukkan kemiringan yang khas yaitu bentuk V, yang
menandakan sebuah sungai. V selalu menunjuk ke arah hulu
yang berarti naik.

Gambar 35 e
Kontur juga membentuk V, namun mengarah ke arah hilir dan
bentuknya seperti hidung atau taji.

60

90 90 90
80 80
70 70 80
60 60 70
50 50 60
5z00
a 40 40

b c

70 70
60 60
50 50

d e

Gambar 35. Ciri-Ciri Khas Suatu Kontur

61

Ciri lain dari kontur adalah:

- Tidak berpotongan
- Tidak bercabang
- Tidak bersilangan
- Tidak berhenti di dalam peta

D. PENGGAMBARAN/PLOTTING (Manual)

Setelah semua data lapangan dihitung, yang meliputi
hitungan koordinat (X ; Y) dari titik-titik kerangka poligon,
perhitungan ketinggian dari pengukuran sipat datar (Z), sudut
arah dan jarak titik-titik poligon dari detail dan ketinggiannya
(tachimetri), langkah selanjutnya adalah plotting atau
penggambaran agar pengukuran dapat diwujudkan dalam
bentuk peta. Adapun garis besar cara penggambarannya adalah
sebagai berikut:

1. Plotting titik-titik kerangka pemetaan (X ; Y ; Z) dengan
skala peta tertentu.

2. Plotting detail (arah, jarak mendatar, dan tinggi)
3. Penarikan garis kontur.

1. Plotting Titik Kerangka Dasar Pemetaan

Untuk memudahkan penggambaran sebaiknya digunakan
kertas mili meter block, karena pada kertas tersebut sudah ada
ukuran grid-grid setiap 5 cm. Kalau skala gambar tidak
ditentukan oleh pemilik pekerjaan.

Juru ukur akan mempertimbangkan penggambarannya
berdasarkan besarnya kertas yang tersedia di lapangan dan
besarnya lahan yang dipetakan, agar didapatkan gambar yang
lebih jelas untuk dibaca. Berikut diberikan tabel ukuran kertas
yang biasa dipakai di lapangan:

62

Tabel 9. Ukuran Kertas Standar ISO

Ukuran Kertas Panjang (mm) Lebar (mm)
A0 1189 841
A1 841 594
A2 594 420
A3 420 297
A4 297 210
A5 210 148

Misalnya untuk lahan berukuran 600 m x 1.000 m, akan
digambar pada ukuran kertas A1, maka skala yang sesuai adalah
1: 300, sehingga ukuran lebar pada kertas gambar 20 cm dan
panjang kertas 30 cm.

Agar posisi gambar dapat simetris/merata pada kertas
gambar, perlu memerhatikan absis minimum, absis maksimum,
ordinat minimum, dan ordinat maksimum. Adapun cara yang
digunakan sebagai berikut:

Angka absis = harga absis minimum + ½ panjang gambar
pada arah sumbu X

Angka ordinat = harga absis minimum + ½ panjang gambar
pada arah sumbu Y

Contoh:
Harga absis maksimum +1.000 m, dan harga absis

minimum adalah -800 m, maka panjang kertas gambar yang
dibutuhkan sumbu X adalah 1.000 + 800 = 1800 m, sehingga
setengah panjang gambar = 900 m. Dengan demikian untuk
mendapatkan plotting di tengah maka kertas plot kita tandai
pada -800 + 900 = + 100 m

63

Harga ordinat minimum adalah -600 m, dan harga ordinat
maksimum adalah + 800 m, maka lebar gambar pada arah sumbu
Y = 800 + 600 = 1400 m. Dengan demikian, ½ kertas plot kita beri
harga ordinat sebesar 700 dan pusat kertas plot kita beri harga
ordinat sebesar -600 m+ 700 m = +100 m.

Dari absis dan ordinat terbesar dan terkecil didapatkan
titik tengah O (100 ; 100).

Gambar 36. Menentukan Posisi Tengah Gambar
2. Plotting Detail

Untuk memplot detail hasil pengukuran, harus
menyesuaikan dengan cara pengukuran di lapangan. Apabila
dilakukan dengan tachimetri, alat-alat untuk memplot ke dalam
gambar menggunakan busur derajat, mistar skala (traans-
verscal), jangka tusuk, pensil, dan lain-lain.

Detail-detail diplot dari titik kerangka pemetaan (poligon)
yang sesuai pada waktu pengukuran di lapangan. Sudut arah

64

detail diukur pada kertas plot dengan busur derajat dengan
ketilitian 15’. Jarak detail ditentukan dengan mistar skala atau
transverscal dan jangka tusuk. Ketinggian titik dituliskan seperti
pada plotting kerangka. Apabila arah detail ditentukan dengan
azimut, pada titik poligon dibuat arah utara sejajar dengan arah
sumbu Y dari jala grid, sedangkan angka nol busur derajat
diimpitkan dengan arah utara tersebut. Azimut detail tinggal
diplot sesuai dengan bacaan alat ukur pada busur derajat.

Apabila arah detail menggunakan sudut antara detail dan
sisi poligon, besar sudut tidak harus dihitung, tetapi dengan cara
menghimpitkan angka busur derajat yang sama dengan angka
pembacaan ke titik acuan dalam pengukuran di lapangan.
Langkah selanjutnya, arah detail juga disamakan dengan
pembacaan pada alat ukur di lapangan dengan menggunkan
busur derajat yang berbentuk lingkaran penuh. Langkah tersebut
dilakukan hingga seluruh detail diplot.

Untuk detail yang berbentuk bangunan dihubungkan dari
titik-titik detail yang sesuai, demikian pula untuk bentuk-bentuk
detail yang lain. Dalam melukis detail sangat dibutuhkan sket
lapangan, sehinggga tidak terjadi salah hubung antara detail-
detail yang seharusnya berhubungan ataupun yang tidak. Oleh
karena itu, dalam formulir ukur diberi kolom sket, agar para juru
ukur dapat memberikan gambaran lapangan sejelas mungkin.
Kesulitan sering timbul apabila sket lapangan kurang jelas dan
yang memplot bukan si pengukur.

3. Pembuatan Kontur

Dari plotting detail, sebenarnya sudah didapatkan gambar
3 dimensi, baik koordinat horizontal (x ; y) dan ketinggian titik z,
sehingga biasa dituliskan (x ; y ; z). Namun, dari gambar tersebut

65

masih kurang jika dibayangkan dengan bentuk topografi
sebenarnya. Maka dari itu agar tersaji bentuk topografi medan
dari pemetaan yang mudah dimengerti biasanya dibuatkan garis
kontur.

Karena angka ketinggian detail bermacam-macam,
sedangkan angka angka ketinggian garis kontur sudah tertentu,
perlu dicari tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang
sesuai dengan angka kontur dari titik-titik yang terdekat yang
telah diketahui angka ketinggiannya. Untuk itu dikenal beberapa
metode penarikan garis kontur antara lain:

a) Metode langsung.
b) Metode tak langsung yang dibagi lagi menjadi:

1) Metode matematik atau interpolasi linear.
2) Metode semi matematis.
3) Metode grafis.
4. Metode matematis
Cara ini disebut dengan interpolasi linier, maksudnya
interpolasi yang sebanding dengan jaraknya. Misalnya gambar
bawah ketinggian titik A = 90,70 m dan titik B tingginya = 92.5 m,
jarak antara dalam gambar = 20 m. Jika kita akan mencari posisi
titik (K), di mana ketinggiannya + 92 m?
Beda ketinggian A dan B = 1.80 m, sehingga jarak AK:
1,3/1,8 x 20 = 14,5 m

66

Gambar 37. Cara penentuan Interpolasi

Beda tinggi A dan B = 92,5 – 90,70 = 1,8 m
Beda tinggi A dan K = 92,00 – 90,70 = 1,3 m
= 1,30 x 20 = 14,50 m
Maka jarak AK
1,80

Gambar 38. Penarikan Garis Kontur

67

Gambar 39. Contoh Penarikan Garis Kontur

Gambar 40. Contoh Garis Kontur
68

E. PENGGAMBARAN BERBANTUKAN PROGRAM
AUTOCAD

Penggambaran dilakukan menggunakan program autocad,
pertimbangannya adalah program autocad memiliki
penggambaran yang lebih sederhana dan fleksibel jika
dibandingkan dengan program lainnya. Tool autocad lebih
mudah dipahami dan fleksibel sebab data hasil pengolahan di
autocad bisa dibaca pada program-program seperti Surpack,
Minecom, Global Mapper, ErMapper, Arcview, Arc Info,
Mapinfo, Microstation, dan lain sebagainya. Namun, autocad
yang digunakan di sini harus dilengkapi dengan program
tambahan apabila digunakan untuk pekerjaan pengukuran dan
pemetaan. Pada autocad release 14 program tambahan adalah
softdest civil survey, sedangkan untuk autocad release 2000 ke
atas pada versi tertentu sudah dilengkapi dengan program
pengukuran dan pemetaan seperti Land Development 2000, Land
Dekstop 2004, Land Dekstop 2009.

Langkah- langkah plotting ke autocad adalah sebagai
berikut:

1. Transfer Point

Transfer data titik ke autocad dapat dilakukan dengan tiga
metode penggambaran yaitu:

 Metode Kartesius (x,y,z)
 Metode Relatif (@delta x, delta y, delta z)
 Metode polar atau jarak dan sudut (@panjang<sudut)

Metode yang sering digunakan dalam penggambaran
adalah metode kartesius (x,y,z), apalagi jika untuk kemajuan
pekerjaan yang dituntut cepat, mengunduh langsung dari Total
Station (format x,y,z) akan lebih efektif. Di samping itu, pada olah

69

data atau penghitungan juga menggunakan program microsoft
excel hasil akhir yang berupa koordinat kartesius (x,y,z).

2. Data Spasial

Sebelum menggambar peta, kita membagi objek spasial
dibedakan menjadi tiga kategori:

 Detail Titik
 Detail Garis
 Detail Luasan

Dalam penggambaran pemakaian simbol juga me-
nyesuaikan detail yang digambar, untuk objek berupa titik
menggunakan simbol titik, untuk objek memanjang seperti jalan,
sungai digunakan garis (line/ polyline), dan untuk objek luasan
seperti danau, rawa atau sawah digunakan simbol luasan
(boundary) dan bisa diberikan arsiran yang berbeda.

a. Detail
Detail di lapangan dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu:
1) Unsur-unsur Buatan Manusia (Man Made Features)

Unsur-unsur buatan manusia yang umumnya disajikan
dalam peta topografi dapat dibagi dalam beberapa
kelompok:

a) Unsur-unsur perhubungan: jalan, jalan kereta api,
pengangkutan udara, unsur-unsur hidrografi yang
digunakan sebagai transpor/komunikasi, jembatan,
terowongan, penyeberangan dan lain-lain.

b) Bangunan/gedung

c) Konstruksi-konstruksi lain: bendungan, jalur pipa,
jaringan listrik , dll.

d) Unsur-unsur luas/daerah yang khusus:

70

 Daerah yang ditanami tumbuh-tumbuhan.
 Lapangan olah raga, taman-taman
 Makam
e) Batas-batas: batas administrasi yang ditetapkan oleh
pemerintah.
2) Unsur-unsur Alam (Natural Features)
Di samping bentuk penyajian dari relief, umumnya
keadaan alam yang disajikan pada peta adalah:
a. Unsur-unsur hidrografi, termasuk sungai, danau dan
bentuk garis pantai.
b. Tanaman, yang umumnya dikelompokkan menurut
jenis atau faktor-faktor lain seperti kegunaan
tanaman tersebut, bahan ekspor yang penting dan
sebagainya.
c. Unsur-unsur lain yang terdapat pada permukaan:
seperti permukaan es, salju, pasir dan sebagainya.

71

72

BAB 4

APLIKASI TEKNOLOGI DAN INFORMASI
PADA SURVEI DAN PEMETAAN

A. PENGENALAN ALAT UKUR TOTAL STATION

Total Station adalah alat ukur sudut dan jarak yang
terintegrasi dalam satu unit alat. Total Station juga sudah
dilengkapi dengan processor, sehingga bisa menghitung jarak
datar, koordinat, dan beda tinggi secara langsung tanpa perlu
kalkulator lagi.

Berikut penjabaran mengenai alat ukur sudut Total
Station:

1) Total Station, adalah peralatan elektronik ukur sudut dan
jarak (EDM) yang menyatu dalam satu unit alat.

2) Data dapat disimpan dalam media perekam. Media ini
ada yang berupa on-board/internal, external (elect field
book) atau berupa card/PCMCIA Card salah catat tidak
ada.

3) Mampu melakukan beberapa hitungan (misal: jarak datar,
jarak miring, beda tinggi, dll.) di dalam alat. Di samping

73

itu, juga mampu menjalankan program-program survei,
misalnya: orientasi arah, setting-out, hitungan luas, dan
yang lainnya. Kemampuan ini tergantung type Total
Stationnya.
4) Untuk tipe “high end”nya ada yang dilengkapi dengan
motor penggerak, dan dilengkapi dengan ATR-Automatic
Target Recocnition, pengenal objek otomatis (prisma).
5) Tipe tertentu mampu mengeliminir kesalahan-kesalahan:
kolimasi Hz & V, kesalahan diametral, koreksi refraksi,
dll. Dengan demikian, data yang didapat sangat akurat.
6) Ketelitian dan kecepatan ukur sudut dan jarak jauh lebih
baik dari teodolite manual dan meteran. Terutama untuk
pemetaan situasi.
7) Alat baru dilengkapi Laser Plummet, sangat praktis dan
Reflector-less EDM (EDM tanpa reflektor).
8) Data secara elektronis dapat dikirim ke PC dan diolah
menjadi peta dengan program mapping software.

1. Rekomendasi Pemakaian
a. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran
tata batas baru, baik itu tata batas hutan maupun tata
batas dengan pihak ketiga, seperti halnya pinjam pakai
dan tukar menukar kawasan hutan.
b. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran
berulang (contoh: rekonstruksi batas kawasan hutan).
Adapun data sebelumnya diperoleh dari pengukuran
menggunakan Total Station juga.

74

2. Manfaat Total Station

Secara umum manfaat Total Station digunakan untuk
mengukur sudut horizontal, sudut vertikal, jarak, dll. Ada
beberapa merk Total Station ternama yang umum digunakan di
Indonesia, yaitu SOKKIA, TOPCON, dan NIKON. Namun,
sebetulnya masih banyak merk-merk lain yang ada di luar sana.
Seiring dengan perkembangan zaman, Total Station juga semakin
canggih. Mulai dari layar ukuran besar, touhscreen, reflectorles,
bluetooth, robotic, dan lain-lain.
(Sumber: (http://mitrasurvey.blogspot.co.id, diunggah pada 25
Agustus 2016, pukul 08.45)

3. Kelebihan Alat Ukur Total Station
Dengan pengaplikasian teknologi modern, alat TS memiliki

banyak kelebihan dibandingkan peralatan teodolit manual, yaitu:

a. Karena data didapat secara otomatis, akan mengurangi
kesalahan akibat keterbatasan pola pikir, fisik dan
ketahanan dari manusia yang mengoperasikan.

b. Dapat terakses ke komputer sehingga dapat dilanjutkan
dengan analisis data.

c. Pekerjaan menjadi lebih cepat dan lebih mudah

4. Kekurangan Alat Total Station
Setiap produk buatan manusia pasti memiliki kekurangan,

termasuk alat ukur TS. Adapun kekurangan alat ukur TS:
a. Ketergantungan terhadap sumber tegangan, sehingga
harus berhati-hati apabila bekerja di tempat terpencil
yang sulit memperoleh sumber tegangan.
b. Biaya pembelian alat yang cukup mahal.
c. Memerlukan sumber daya manusia yang handal.

75

B. TOTAL STATION JENIS TOPCON

Berikut diberikan contoh alat Total Station merk Topcon GTS-
230N

Gambar 41. Total Station GTS-230N
76

1. Bagian-Bagian Alat Total Station Tipe GTS-230N

Gambar 42. Bagian-bagian Alat Total Station Tipe GTS-230N
77

Gambar 43. Bagian-bagian dari Total Station Tipe GTS-230N
78

Gambar 44 . Nama dan Fungsi Tombol Operasi
79

80

2. Centering Alat Total Station (TS)
a) Dirikan statif di atas titik yang ditentukan. Ketinggian
disesuaikan dengan ketinggian pembidik.
b) Pasang TS di atas statif kemudian putar sekrup pengunci
pada statif.
c) Angkat dan gerakkan 2 kaki statif sambil melihat titik
patok melalui centering optik sampai benang centering
mendekat titik patok.
d) Apabila benang centering sudah mendekati titik patok,
tancapkan kembali 2 kaki statif yang diangkat tadi.
e) Atur nivo tabung dengan cara menaik-turunkan kaki
statif.
f) Setelah nivo tabung tepat di tengah, atur nivo kotak
dengan memutar 3 sekrup A, B, C , dengan mengatur 1
sekrup A, dan mengatur sekrup B, C, secara bersamaan
(masuk-masuk atau keluar-keluar) sampai gelembung
udara nivo motak tepat di tengah lingkaran. Cek kembali
apakah centering optik masih berada di tengah patok.
Apabila tidak, kendorkan sekrup pengunci teodolit sambil
melihat centering optik geser teodolit perlahan sampai
benang centering optik benar-benar di tengah patok. Lalu
kencangkan kembali sekrup pengunci teodolit.

81

3. Struktur Menu

Gambar 45: Aplikasi Pengukuran di Lapangan
82

4. Pengukuran Sudut
83

5. Pengukuran dengan Sudut ke Kanan dan ke Kiri
84

6. Pengukuran Jarak
85

7. Pengukuran Sudut Repetisi
86

87

8. Aplikasi Pengukuran dengan Total Station GTS-200

a. Pengukuran Ketinggian Tak Langsung
Pada gambar adalah suatu pengukuran ketinggian/elevasi

sebuah titik, tetapi prisma tidak dapat ditempatkan secara
langsung. Pengukurannya adalah perpanjangan secara lurus
sepanjang garis unting-unting dengan elevasinya adalah
pelurusan menerus seperti yang ditampilkan.

88

b. Pengukuran dengan Garis Lenyap
Penggandaan garis dapat digambarkan di antara:
 Titik pertama dan titik akhir
 2 titik terakhir
Jarak horizontal, beda tinggi dan kemiringan dapat

dihitung. Pemasukan file data dan data input tersedia untuk
penggunaan secara luas.

c. Pengukuran Offset Bidang
Koordinat dihitung untuk titik pengukuran langsung jika

prisma tidak dapat ditempatkan, contohnya titik pengukuran
pada dinding atau bidang datar. Tiga titik acak (P1,P2,P3) pada
bidang datar adalah pertama yang akan diukur untuk
menentukan bidang pengukuran, sudut-sudutnya dan jaraknya
disimpan sementara. Kemudian meletakkan titik yang tidak
diketahui pada bidang dan peralatan hitung dan tampilan
koordinat dan besarnya jarak titik yang diminta

89

d. Koordinat – Z Titik Kerja (elevasi benchmark)
Koordinat Z dan arah sudut alat dapat ditentukan dan di

atur ulang dengan pengukuran koordinat Z titik-titik yang
diketahui (maksimal 10 titik).

e. Perhitungan Luas
Luas dihitung dengan menggunakan data pengukuran atau

data file (data koordinat).

90

f. Pengukuran dari Titik ke Garis
Buatlah sebuah koordinat baru dengan mengukur pada

dua titik. Titik pertama menjadi titik acuan dan titik kedua
menjadi arah axis N
Aplikasi pada Jalan Raya

Penentuan lengkap jalan raya dengan menggunakan
garis, kurva, spiral, titik dan stake out (bouplank) jalan raya pada
masing-masing interval dengan pilihan offset kanan dan kiri.

C. GPS (Global Positioning System)

Penggunaan Alat GPS saat ini sudah menjadi kebutuhan
pokok dalam penentuan posisi global. Di Indonesia, penentuan
jaring kerangka horizontal nasional didasarkan pada SNI 19-
6724-2002. Menurut SNI, GPS atau Global Positioning System
merupakan sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang
dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. GPS didesain untuk

91

banyak orang di seluruh dunia untuk memberikan posisi dan
kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu, tanpa
bergantung pada waktu (bisa siang hari atau malam hari) dan
cuaca (cuaca cerah maupun hujan). Di samping itu, pemakaian
GPS juga terbebas dari batas wilayah. Bebas manipulasi, data
yang didapat oleh pengamat di lapangan benar-benar data murni
yang tidak bisa dimanipulasi seperti data teristris, sehingga akan
meningkatkan keandalan dari hasil survei dan pemetaan yang
didapatkan.

Di Indonesia, alat GPS sudah semakin banyak digunakan
dalam aplikasi survei dan pemetaan, seperti ditabelkan sebagai
berikut.

92

Gambar 46. Pesawat GPS Skala Survei dan Pemetaan
Sumber: PT. Kesuma Surakarta (www.pt-kesuma.com)

Pada skala kecil, penggunaan GPS semakin banyak
dijumpai di sekitar kita. Penggunaan GPS yang sering ditemui
dewasa ini yaitu untuk navigasi suatu kota dengan smart phone,
dan juga penggunaan GPS handheld yang praktis, seperti yang
dimiliki prodi PTB JPTK FKIP UNS yaitu seri Handheld Montana
650 merk Garmin.
CATATAN:

1. Nama formalnya adalah NAVSTAR GPS, kependekan dari
"Navigation Satellite Timing and Ranging Global
Positioning System”;

2. Satelit GPS yang pertama diluncurkan pada tahun 1978,
dan secara totalitas sistem dinyatakan operasional pada
tahun 1994.

93

Gambar 47. Tampilan Alat GPS Handheld pada suatu titik

Gambar 48. Tampilan Alat GPS Handheld untuk Menentukan
Luas Area

94

Gambar 49. Tampilan Alat GPS Handheld untuk Tracking

D. SPESIFIKASI TEKNIK PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pasal 1
Titik Dasar Teknik
1. Titik Dasar Teknik
a. Titik dasar teknik yang dipasang harus terikat pada
tugu/titik kerangka dasar nasional yang telah dipasang
dan diukur oleh Badan-badan Pertanahan Nasional
(BPN). Tugu/titik tersebut berupa titik kerangka dasar
geodesi nasional orde 2, orde 3 dan atau titik kerangka
geodesi yang lebih tinggi yang dapat dibuat
Bakosurtanal:

95

1) Titik Dasar Teknik yang akan dipasang dikategorikan
sebagai titik kerangka dasar nasional orde 4 dan titik
dasar teknik perapatan.

2) Bentuk titik dasar teknik ini dapat berupa tugu untuk
orde 4 atau BPN mark dan tugu perapatan.

b. Ada persyaratan khusus bagi yang akan digunakan untuk
titik dasar teknik, dan rekonstruksi batas di kemudian
hari. Untuk pemasangan tugu yang baru (orde 4)
tersebut sebaiknya ditempatkan di lokasi yang aman dari
gangguan.

c. Setiap titik dasar teknik harus dipasang, sehingga dapat
digunakan sebagai titik ikat pengukuran bidang-bidang
tanah. Dua titik dasar teknik yang berdekatan harus
saling terlihat, baik ke muka maupun ke belakang.
Penempatan titik dasar teknik diatur sedemikian rupa,
sehingga jarak setiap bidang tanah dengan titik dasar
teknik paling besar 50 (lima puluh) meter.

d. Tugu Dasar Teknik Orde 4 dan harus dibuat buku
tugunya.

2. Konstruksi Tugu /BPN Mark
a. Tugu Orde 4
1) Titik dasar teknik yang akan dipasang dikategorikan
sebagai titik kerangka dasar nasional orde 4.
2) Tugu ukuran 20 cm x 20 cm x 80 cm.
3) Bagian tengah tugu (centering) dipasang tanda silang
dengan bahan paku beton atau paku galvanis
berdiameter 2 cm dengan panjang 2 cm.
4) Tugu dibuat dengan kerangka besi dan campuran
semen, pasir, serta kerikil dengan perbandingan
1:2:3.
5) Warna tugu: biru

96

6) Tugu diberi nomor berdasarkan wilayah kecamatan,
desa/kelurahan (berdasarkan BPS) ditambah tiga
digit huruf K pada bahan marmer.

7) Konstruksi tugu secara keseluruhan seperti pada
lampiran 9.

b. BPN MARK
1) BPN Mark (Kadaster Punk) dengan diameter ring 4
cm, tebal 4 mm dengan panjang 15 cm.
2) Bahan terbuat dari kuningan.
3) Nomor berdasarkan wilayah kecamatan,
desa/kelurahan (berdasar kode BPS) ditambah tiga
digit, dicat warna hitam dan di bagian tengah BPN
Mark (centering) dipasang tanda silang, dan diberi
inisial BPN MARK yang ditulis melingkar di ring
tersebut. Di bagian tengah diberi tanda silang 0,5
cm. sebagai sumbunya, dan diberi inisial TITIK
KADASTRAL dan DILARANG MERUSAK yang ditulis
melingkar di sumbu tersebut.
4) Nomor Marka BPN ditulis di bawah tanda silang
(centering).
5) Konstruksi BPN Mark seperti pada lampiran 9.

c. Tugu Titik Dasar Perapatan
1) Tugu ukuran 15 cm x 15 cm x 50 cm.
2) Penomoran disesuaikan.

3. Pemasangan Tugu/BPN Mark

Pemasangan tugu ukuran 20 x 20 x 80 cm ditanam
sedalam 60 cm pada seluruh lokasi pengukuran kadastral di
daerah pertanian dan pemukiman dengan kondisi medan
berupa tanah. Adapun BPN MARK dipasang pada lokasi yang
sangat stabil, seperti pada pinggir jalan aspal, pinggir jalan
beton, trotoar, bangunan-bangunan lain yang bisa dipasang
statif (kaki tiga) dan alat ukur di atasnya. Perencanaan jaring

97

poligon dan distribusi titik-titik poligon pada daerah lokasi
pengukuran dan pemetaan kadastral harus mendapat
persetujuan tertulis dari tim supervisi dan ketua tim
ajudikasi. Jaring poligon dibuat desa demi desa dengan
membentuk loop tertentu.

Dalam pendistribusian tugu harus dipenuhi hal-hal berikut:

a. Tugu/titik dasar teknik orde 4 didistribusikan
sedemikian rupa membentuk jaring dengan jarak
antara tugu yang berdekatan satu sama lainnya hingga
150 meter, dan tugu sebelum serta sesudahnya harus
saling terlihat.

b. Tugu dipasang di tempat yang aman, serta mudah
ditemukan bila suatu saat ditemukan untuk
pengikatan bidang dan rekonstruksi/pengembalian
batas.

Pasal 2
Syarat Pengukuran Titik Dasar Teknik

1. Syarat Pengukuran Poligon Utama
Pengukuran poligon utama, harus memenuhi syarat-syarat
berikut:
a. Perencanaan jalur poligon utama dan distribusi titik-titik
pada daerah lokasi pengukuran dan pemetaan kadastral
dibuat desa demi desa dengan membentuk loop
tertutup. Jalur poligon yang terletak pada batas desa
diukur satu kali pengamatan dan dihitung secara
simultan. Perencanaan poligon harus terkoordinasi desa
demi desa.
b. Apabila jalur poligon terletak di antara dua desa
(perbatasan) yang dikerjakan oleh dua konsultan

98

pelaksana tim survei kadastral yang berbeda,
pengukuran poligon harus dilakukan dengan koordinasi
teknis terlebih dahulu, sehingga tidak terjadi tumpang
tindih pekerjaan.
c. Peralatan yang digunakan untuk ukuran sudut harus
berupa teodolit yang memiliki ketelitian 1” (satu detik).
d. Kesalahan kolimasi teodolit harus dicek sebelum
digunakan, jika selisih bacaan “biasa” dan “luar biasa”
lebih dari 5” (lima detik), maka peralatan harus dikoreksi
atau diganti.
e. Jika selisih bacaan jurusan biasa dan luar biasa lebih dari
5” (lima detik), pengukuran harus diulang.
f. Pengukuran jarak poligon harus dilakukan dengan
menggunakan EDM atau sejenisnya dengan jarak dibaca
minimal sebanyak 5 (lima) kali. Pengukuran jarak harus
dilakukan ke jurusan muka dan ke jurusan belakang.
Selisih bacaan jarak suatu sisi pada saat kedudukan
sebagai jurusan muka dan jurusan belakang tidak lebih
dari 7,5 mm.
g. Pengukuran sudut dilakukan dalam dua seri tunggal (4
sudut), yaitu dengan urutan bacaan biasa-luar maupun
biasa-biasa untuk masing-masing seri. Pada seri pertama
bacaan jurusan biasa diatur 00⁰00’ dan XX’, sedang pada
seri kedua alat diatur pada 90⁰00’XX”.
h. Selisih sudut antara seri pertama dan kedua harus ≤5’
(lima detik).
i. Masing-masing sisi poligon akan diperoleh 10 (sepuluh)
data jarak dan untuk hitungannya digunakan data rata-
ratanya.
j. Kerangka poligon harus diikatkan pada minimal 2 (dua)
titik-titik kerangka dasar nasional yang ada di desa

99


Click to View FlipBook Version