tersebut. Poligon tertutup harus terikat (jika
memungkinkan) ke minimal 3 titik kontrol.
k. Seluruh catatan lapangan harus dibuat langsung di
lapangan, dengan tinta hitam, dan pengukuran sudut
dan jarak harus dibuat dalam formulir rangkap 2 (dua)
dengan karbon.
2. Syarat Pengukuran Poligon Cabang
Pengukuran poligon cabang harus memenuhi syarat-
syarat berikut:
a. Poligon cabang harus terikat di kedua ujung poligon
utama. Poligon cabang diperlukan untuk mengukur
bidang-bidang tanah yang memiliki jarak tidak lebih dari
50 meter dengan titik poligon terdekat, maka jaringan
poligon cabang dirancang sedemikian rupa, sehingga
dapat mencakup wilayah yang tidak terlalu luas, dibuat
perblok atau per RT.
b. Persyaratan pengamatan titik poligon cabang, dengan
peralatan yang digunakan berupa teodolit yang memiliki
kemampuan setara teodolit T-1 atau kemampuan baca
6” (enam detik).
c. Pengukuran jarak poligon harus dilakukan dengan
menggunakan EDM dan jarak dibaca minimal 5 (lima)
kali. Pengukuran jarak dilakukan ke jurusan muka dan ke
jurusan belakang. Selisih bacaan jarak suatu sisi pada
saat kedudukan sebagai jurusan muka dan jurusan
belakang tidak lebih dari 10 mm.
d. Jika selisih bacaan “biasa” dan “luar biasa” lebih dari 20”
(dua puluh detik), pengukuran harus diulang.
e. Jika selisih sudut antara seri pertama dan seri kedua
lebih dari 20” (dua puluh detik), pengukuran harus
diulang.
100
f. Jika tidak memungkinkan untuk membuat poligon
cabang tertutup ke titik poligon utama, semua sudut dan
jarak pada poligon cabang tersebut harus diamati
sebanyak 2 kali secara terpisah/independen.
g. Dalam hal poligon cabang harus dibuat dengan hanya
satu ujungnya saja yang terikat pada poligon utama,
maka titik poligon cabang tidak boleh melebihi dari 2
(dua) titik saja. Adapun syarat pengukuran sudutnya
dilakukan dalam 3 seri tunggal.
h. Pada kondisi bidang-bidang tanah tidak bisa diikatkan
pada poligon terdekat, maka harus ditambahkan poligon
bantu untuk pengikatan bidang-bidang tanah tersebut.
Jumlah titik poligon bantu maksimal sebanyak 2 (dua)
titik.
Salah Penutup Poligon (Poligon Utama dan Cabang)
a. Untuk poligon utama, salah penutup sudut tidak
melebihi 5”√2n, yakni n merupakan jumlah titik poligon
utama. Salah penutup linier jarak dari poligon utama
1:10.000.
b. Untuk poligon cabang, salah penutup sudut harus tidak
melibihi 10”√2n, yakni n jumlah titik poligon. Salah
penutup linier jarak dari poligon cabang 1: 5.000.
3. Syarat Perhitungan Poligon
a. Untuk setiap ukuran jarak, hasil ukuran harus dilakukan
dengan faktor skala sistem proyeksi TM-3⁰ di daerah
tersebut.
b. Perataan koordinat dapat menggunakan metode
Bowdith dalam sistem proyeksi TM-3⁰ dengan formulir
yang sesuai.
c. Koordinat hasil hitungan harus dalam sistem koordinat
TM-3⁰.
101
4. Hasil yang harus diserahkan
Segera setelah pengukuran poligon utama dan poligon
cabang, surveyor diminta menyerahkan hasil pekerjaan
tersebut ke MSUK/Bagian Proyek Administrasi Provinsi yang
meliputi:
a. Formulir jarak dan sudut, jika digunakan total station,
print-outnya harus diserahkan.
b. Hasil perhitungan poligon maupun detail beserta salah
penutup sudut dan jarak.
c. Daftar koordinat dalam sistem proyeksi TM-3⁰.
d. Peta Dasar Teknik yang menggambarkan poligon utama
dan poligon cabang pada skala yang ditentukan.
Pasal 3
Hitungan Titik Dasar Teknik
Sudut untuk hitungan adalah sudut rata-rata dari hasil
pengukuran 2 (dua) seri tunggal (4 sudut), sedangkan jarak rata-
rata masih harus dilakukan faktor sistem proyeksi TM-3⁰ pada
daerah tersebut. Faktor skala didapat dari deskripsi titik
kerangka dasar nasional baik orde 3 maupun yang lebih tinggi.
Faktor skala yang digunakan adalah dari data deskripsi yang
paling dekat dengan titik yang diukur. Hitungan poligon
dilakukan dengan menggunakan metode perataan Bowdith atau
perataan kuadrat terkecil. Penggunaan program hitungan harus
mendapat persetujuan petugas Peneliti Data Teknis atau Ketua
TIM Ajudikasi (dipraksai keakuratan hasil hitungan). Penentuan
arah utara peta dapat dihitung dari minimal 2 (dua) titik ikat
dengan metode koordinat pendekatan, atau metode trans-
formasi. Kesalahan penutup dari masing-masing hitungan harus
memenuhi kriteria dibawah ini:
102
- Salah penutup sudut poligon utama adalah ≤ ±5”√2n
- Salah penutup jarak poligon utama adalah ≤ 1: 10.000
- Salah penutup sudut poligon cabang adalah ≤ ±10”√2n
- Salah penutup jarak poligon cabang adalah ≤ 1: 5000
- n adalah jumlah titik poligon
Koordinat definitif hasil perataan harus dalam proyeksi
TM-3⁰ dan formulir yang digunakan sebagai hasil print-out harus
disesuaikan dengan formulir yang ada (lampiran 3).
Untuk mengetahui ketelitian jaringan, hitungan terlebih
dahulu dilakukan secara free adjustment (jaring bebas/tanpa
mengikutsertakan koordinat titik ikat, dengan tahapan hitungan
sebagai berikut:
1. Perhitungan jaring poligon tanpa titik ikat, dan jika hasil
hitungan memenuhi syarat, maka:
2. Perhitungan jaring poligon dengan koordinat rata, dan
jika terbukti hasil hitungan memenuhi syarat, maka:
3. Perhitungan jaring poligon dengan satu ikat.
4. Perhitungan jaring poligon dengan dua titik ikat, dan jika
hasil pengikatan di kedua titik tidak memenuhi syarat,
harus diadakan penyelidikan kualitas titik ikat.
Pasal 4
Pengukuran Bidang-Bidang Tanah
1. Perencanaan
a. Pengukuran bidang-bidang tanah harus direncanakan,
sehingga sesuai dengan program kerja tim ajudikasi dan
selang waktu pengumuman. Kegiatan ajudikasi dan
pengukuran bidang-bidang tanah dilaksanakan RT demi
RT atau blok demi blok, sehingga pengumuman dapat
103
dilakukan tahap demi tahap. Tim survei kadastral wajib
melaksanakan pengukuran bidang tanah sesuai dengan
yang ditentukan oleh tim ajudikasi, Nomor Identifikasi
Bidang (NIB) yang digunakan harus sama dengan yang
digunakan oleh tim ajudikasi.
b. Pengukuran bidang-bidang tanah harus sesuai dengan
pembuatan sket bidang dan pemberian NIB yang
dilaksanakan oleh tim ajudikasi. Untuk keperluan proses
pendaftaran tanah sistemik, penggambaran bidang
bidang tanah harus diselesaikan sesegera mungkin
setelah pengukuran selesai, kemudian hasilnya dapat
segera digunakan sebagai bahan pengumuman. Hasil
pengukuran bidang-bidang tanah berhubungan erat
dengan hasil kemajuan tim ajudikasi.
c. Ketua tim ajudikasi akan menyediakan semua informasi
yang diperlukan oleh konsultan pelaksana. Ketua tim
ajudikasi bertanggung jawab terhadap semua kegiatan.
Koordinator tim pengukuran harus selalu bekerja sama
dengan ketua tim ajudikasi.
d. Pengukuran kadastral belum dapat dilaksanakan
sebelum diadakan penyuluhan yang akan diadakan oleh
BPN beserta aparat setempat.
e. NIB, sket bidang tanah diberikan oleh tim ajudikasi,
sedangkan untuk orientasi dapat dipergunakan dari peta
garis yang digandakan, peta foto, atau foto udara.
2. Penetapan Batas Bidang Tanah dan Pemasangan Tanda Batas
a. Pojok-pojok bidang tanah yang belum terdaftar yang
bukan merupakan pagar atau bangunan permanen
lainnya harus dipasang dengan tanda batas (Patok
Batas). Patok batas tersebut harus telah dipasang oleh
pemilik bidang tanah sebelum proses ajudikasi dilaksana-
104
kan, atau paling lambat bersamaan dengan pelaksanaan
ajudikasi.
b. Tanda-tanda batas yang belum dipasang atau telah
terbongkar, harus dipasang kembali oleh pemilik
bersama tim ajudikasi sebelum tim survei kadastral
melakukan pengukuran batas-batas bidang tanah.
c. Tanda-tanda batas yang rusak, terbongkar atau hilang
harus dipasang kembali oleh pemilik bersama tim
ajudikasi sebelum tim survei melakukan pengukuran.
d. Tanda-tanda bidang tanah yang berupa suatu benda
tetap (permanen) di lapangan seperti: tembok atau
pagar, tidak perlu dipasang tanda batas/patok. Akan
tetapi, deskripsi dari benda-benda tersebut baik secara
grafis maupun tekstual harus dicatat, digambar, dan
diukur.
3. Kostruksi Patok Tanda-Tanda Batas
Patok tanda batas tanah yang digunakan adalah patok
permanen dengan mengikuti ketentuan Peraturan Menteri
Negara Agraria No.3 tahun 1997.
4. Objek yang harus diukur/diidentifikasi
Pengukuran objek untuk peta dasar pendaftaran dapat
juga dilakukan bersamaan dengan pengukuran bidang atau
bidang-bidang tanah yang termasuk di dalamnya. Dalam
pengukuran yang dilakukan untuk pembuatan peta dasar
pendaftaran tersebut, selain batas-batas bidang tanahnya juga
dimasukkan situasi/detail yang ada di sekitarnya, dan jika
diperlukan bangunan yang ada di atasnya.
Dalam pengukuran bidang-bidang tanah pendaftaran
sistemik, semua bidang-bidang tanah baik yang telah maupun
yang belum terdaftar, harus diukur, sehingga seluruh bidang
105
tanah dapat digambarkan dengan baik pada peta bidang-bidang
tanah maupun peta pendaftaran. Untuk bidang-bidang tanah
yang telah terdaftar, di samping diberi NIB juga diberi inisial S
(sertifikat) pada gambar ukur, peta dasar pendaftaran dan peta
pendaftaran. Bidang tanah yang akan diukur adalah bidang tanah
dengan batas-batas yang ditandai oleh patok permanen, batas-
batas administrasi dan batas alam yang jelas, atau tanda batas
berupa titik/bangunan atap. Untuk batas bidang tanah yang
ditandai dengan patok kayu, bambu dan sejenisnya, tidak akan
diukur selama tanda batas tersebut belum diganti dengan patok
permanen.
Di samping pengukuran bidang, objek-objek yang harus
diukur adalah detail situasi yang akan dipetakan pada peta dasar
pendaftaran, yang akan membantu identifikasi rekonstruksi di
lapangan dalam menentukan pemilikan bidang-bidang tanah.
Objek tersebut misalnya batas-batas (administrasi) alam, tugu
batas administrasi, jalan yang mempunyai sisi (trotoar),
titik/bangunan tetap/penting lainnya sesuai dengan Petunjuk
Teknis Menteri Pengukuran dan Pemetaan Pendaftaran Tanah.
Karena sifat pengukuran detail situasi hanya untuk
kelengkapan lapangan, pengukurannya cukup menggunakan alat
ukur dengan ketelitian bacaan sudut minimal 20”. Untuk detail
bangunan dan detail lainnya yang dapat digunakan sebagai
ikatan bidang, pengambilan data ukuran jarak menggunakan
EDM atau pita ukur baja. Selain detail tersebut menggunakan
optis dengan formulir (DI 103), batas-batas bidang tanah harus
dipetakan/digambarkan pada gambar ukur sesuai dengan
Petunjuk Teknis Peraturan Menteri Negara Agraria 3 tahun 1997.
(misal: pagar tembok, pagar besi, dll).
106
5. Pencatatan hasil pengukuran
Seluruh pengukuran/pengamatan di lapangan harus
dicatat gambar ukur. Gambar ukur adalah dokumen tempat
mencantukan gambar suatu bidang tanah atau lebih dan situasi
sekitarnya serta data hasil pengukuran bidang tanah baik berupa
jarak, sudut, azimut ataupun sudut jurusan.
Gambar ukur yang dimaksud adalah gambar ukur yang
sesuai dengan format kertas standar A4 dengan ketebalan
seperti karton manila dengan format sesuai peraturan yang
berlaku (DI 107).
Data ukuran yang dimaksud di atas berisi data antara lain:
a. Nomor/kode titik, titik poligon dan jarak pengukuran
poligon;
b. Sketsa batas-batas bidang tanah;
c. Jarak, sudut, dan azimut bidang tanah;
d. NIB;
e. Bangunan, tembok, pagar yang merupakan batas bidang
tanah, dan tanda batas administrasi;
f. Keterangan-keterangan lain yang memudahkan dalam
penatausahaan GU (Nomor peta pendaftaran, nama
pengukur).
1) Dalam satu lembar GU (DI. 107) menggambarkan paling
banyak 10 bidang, sehingga data ukuran poligon utama,
poligon cabang, dan ukuran bidang dapat ditulis dan
digambarkan dengan baik. Seluruh catatan lapangan harus
diberi tanggal dan ditandatangani oleh tim survei kadastral
dan diketahui/diparaf oleh tim supervisi pada GU halaman
ke-2.
107
(a) GU tidak boleh disambung-sambung. Data yang ada
dalam GU adalah data asli lapangan yang langsung
ditulis/dicatat pada saat pengukuran bidang-bidang
tanah tersebut dilaksanakan (penulisan data ukuran
tidak boleh dilakukan dengan pensil). Data lapangan
tersebut tidak perlu disalin kembali ke lembaran GU
lainnya.
(b) Lampiran GU ditandatangani oleh juru ukur yang
melaksanakan pengukuran untuk setiap halamannya
(jika lebih dari satu halaman).
(c) Tata cara penggambaran GU dan legenda-legenda di
dalam gambar ukur mengacu pada PMNA/KBPN No.3
Tahun 1997 dan petunjuk teknisnya.
2) Pelaksanaan Pengukuran
Pengukuran bidang dilaksanakan secara teristis dan
manual. Tidak diperbolehkan memakai Total Station.
Pengukuran bidang-bidang tanah secara teristis dilakukan
dengan menggunankan metode-metode pengukuran
kadastral, baik yang dilakukan dengan menggunakan alat
ukur teodolit+EDM atau dengan menggunakan pita ukur
jarak. Spesifikasi alat ukur yang digunakan adalah teodolit 6”
(enam detik) atau teodolit 1” (satu detik). Apabila
menggunakan pita ukur, yang digunakan adalah pita ukur
baja 50 atau 100 meter.
Pengukuran dilaksanakan bidang per bidang, dengan
mengukur sisi dan sedapat mungkin diagonal dari bidang
tanah tersebut sebagai kontrol ukuran. Hal ini dilakukan
guna mendapatkan bentuk dan luas tanah yang benar.
Ukuran lebih diperlukan untuk pengecekan atau
pengontrolan data ukuran. Setiap bidang harus dikaitkan
pada titik poligon atau garis poligon baik secara langsung
108
maupun tidak langsung, sehingga dapat dipetakan dalam
sistem koordinat TM-30
Sket lapangan tidak boleh terpisah dari data ukur dan
dibuat pada formulir yang disediakan (Gambar Ukur).
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan:
(1) Pembuatan sket pengukuran sangat penting dilakukan
untuk memudahkan pengecekan pada saat hitungan
atau penggambarannya, dan harus dapat digunakan
sewaktu-waktu dalam rekontruksi batas.
(2) NIB masing-masing bidang dicantumkan dalam sket
lapangan.
(3) Pengukuran secara polar yang dilakukan dengan teodolit
dilakukan dalam satu seri ganda, sedangkan pengukuran
jarak dilakukan 2 kali.
(4) Akurasi yang harus dicapai untuk setiap titik-titik batas
bidang tanah adalah ± 0.05 m relatif terhadap titik lain
yang bersebelahan.
Pasal 5
Metode Menghitung Luas Bidang Tanah
Luas bidang tanah adalah luas tanah pada bidang proyeksi
(bidang datar) dan Perhitungan luas dilalukan untuk bidang-
bidang tanah yang belum terdaftar. Adapun metode perhitungan
luas bidang tanah seperti dibawah ini:
1. Numerik menggunakan data ukuran di lapangan; atau
menggunakan kartiran komputer dan hasil digitasi.
2. Formulir perbandingan luas (lampiran 11) harus dibuat. Tim
ajudikasi akan mengisi luas berdasarkan data PBB ke formulir
tersebut dan membandingkan dengan luas hasil ukuran. Jika
perbedaan antara hitungan dan luas PBB tersebut lebih
109
besar dari 5 %, tim survei kadastral diwajibkan melakukan
pengecekan kembali luas bidang tanah tersebut. Hal ini
dilakukan jika terdapat sanggahan pada masa pengumuman
mengenai suatu luas bidang tanah, maka BPN memiliki
keyakinan akan hasil hitungan luas bidang tanah tersebut.
3. Peneliti data teknis melakukan pengecekan luas dan ukuran
bidang tanah, dengan ketentuan luas bidang tanah hasil
hitungan pihak konsultan pelaksana dengan luas bidang
tanah hasil pengecekan Tim Peneliti Data Teknis tidak boleh
berbeda lebih dari 2%.
Pasal 6
Pemetaan
1. Metode pemetaan
a. Penggambaran bidang tanah harus mengambil data-data
ukuran yang terdapat di dalam GU.
b. Penggambaran bidang tanah dapat dilakukan secara
manual maupun digital.
c. Penggambaran secara digital dilakukan dengan bantuan
peralatan digital/komputer. Penggambaran dilakukan
dengan mengkartir langsung data GU ke dalam
komputer atau dengan melakukan digitasi dari
manuskrip hasil plotting GU.
d. Semua peta hasil penggambaran di cetak dengan tinta
hitam, tidak diperbolehkan memakai tinta berwarna.
2. Peta Titik Dasar Teknik
Peta Titik Dasar Teknik merupakan peta memuat data
penyebaran titik-titik dasar teknik (untuk semua orde) dalam
cakupan wilayah proyek. Skala 1 : 2.500 mengikuti lembar TM-30
dengan memperhatikan format peta dengan ketentuan:
110
a. Ukuran muka peta 60 cm x 60 cm dan ukuran bidang
gambar 80 cm x 80 cm.
b. Simbol-simbol kartografi yang digunakan sesuai
PMNA/KBPN No. 3 tahun 1997.
c. Pada kanan lembar peta, disediakan ruang untuk
penulisan judul, skala peta, arah utara, petunjuk letak
lembar peta, legenda kartografi, keterangan pembuatan
peta, nama desa/kelurahan dan kecamatan, serta nama
pihak ketiga yang melaksanakan jika ada.
d. Pada bagian kanan sebelah atas bidang gambar ditulis
inisial T dan nomor peta dasar teknik.
e. Syarat-syarat penggambaran Peta Dasar Teknik seperti
tercantum pada petunjuk Teknis PMNA/KBPN No. 3
Tahun 1997.
f. Pencetakan Peta Dasar Teknik menggunakan kertas
drafting film dengan ketebalan 0.003” dua muka bertinta
hitam.
g. Titik Peta Dasar Teknik digunakan untuk mengikat
bidang-bidang tanah berikut detailnya.
h. Detail yang harus/perlu tercantum pada Peta Titik Dasar
Teknik adalah:
- Titik-titik dasar teknik orde 1, 2, 3, 4, dan orde
perapatan
- Detail jalan, sungai, bangunan dan sebagainya untuk
memudahkan dalam identifikasi kembali
- Nomor titik, nama wilayah, nama jalan dan nama
sungai
- Jaringan titik dasar teknik/jaringan poligon
3. Peta Bidang Tanah
Peta bidang tanah adalah hasil pemetaan 1 (satu) bidang
tanah atau lebih pada lembaran kertas dengan suatu skala
111
tertentu, yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang dan digunakan untuk pengumuman data fisik.
Dalam proses ajudikasi, perlu membuat gambar bidang-
bidang tanah untuk setiap RT atau beberapa RT sebagai
dokumen untuk keperluan pengumuman. Gambar bidang-bidang
tanah harus menggambarkan seluruh bidang-bidang tanah
disertai NIB (Nomor Identifikasi Bidang).
a. Pengumuman peta bidang tanah dapat dilakukan secara
normal manual atau digital
b. Peta bidang tanah merupakan salinan/kutipan dari
manuskrip (kartiran), sehingga bentuk dan luasnya
dianggap relatif benar.
Persyaratan untuk pembuatan gambar bidang-bidang
tanah dijelaskan pada petunjuk teknis di lampiran 12. Skalanya
sama dengan skala peta pendaftaran. Pembuatan gambar
bidang-bidang tanah akan dikoordinasikan dengan ketua tim
ajudikasi, namun gambar tersebut harus sudah selesai selambat-
lambatnya 5 hari setelah pengukuran di RT (blok) tersebut
selesai. Gambar bidang-bidang tanah yang ditambah dengan luas
masing-masing bidang digunakan untuk pengumuman.
Ketentuan Peta Bidang tanah adalah sebagai berikut:
1) Skala 1: 1.000
2) Legenda peta sesuai dengan PMNA/KBPN No. 3 Tahun
1997.
3) Peta bidang tanah dicetak pada kertas HVS 80 gram
format A3.
4. Peta Dasar Pendaftaran
Peta Dasar Pendaftaran adalah peta yang memuat titik-
titik dasar titik teknik dan unsur-unsur geografis seperti sungai,
jalan, bangunan dan batas fisik bidang-bidang tanah. Unsur-
112
unsur geografis yang dimaksud sesuai dengan PMNA/KBPN No. 3
Tahun 1997.
Penggambaran Peta Dasar Pendaftaran akan
dikoordinasikan dengan peneliti Data Teknis dan ketua tim
ajudikasi, namun harus diselesaikan sesegera mungkin setelah
masa pengumuman.
Ketentuan pembuatan peta dasar pendaftaran:
a. Skala peta 1: 1.000 mengikuti lembar TM30.
b. Ukuran muka peta 50 cm x 50 cm dan ukuran bidang
gambar 70 x 70 cm,
c. Isi Peta Dasar Pendaftaran seperti tercantum pada
petunjuk Teknis PMNA No. 3 Tahun 1997.
d. Simbol-simbol kartografi yang digunakan sesuai dengan
PMNA No. 3 Tahun 1997.
e. Pada kanan lembar peta, disediakan ruang untuk
penulisan judul, skala peta, arah utara, petunjuk letak
lembar peta, legenda kartografi, keterangan pembuatan
peta, nama desa/kelurahan dan kecamatan, serta nama
pihak ketiga (konsultan pelaksana) yang melaksanakan.
f. Pada bagian kanan sebelah atas bidang gambar ditulis
inisial P dan nomor peta dasar pendaftaran.
g. Syarat-syarat penggambaran Peta Dasar Pendaftaran
seperti tercantum pada petunjuk Teknis PMNA No. 3
Tahun 1997.
h. Metode penggambaran Peta Dasar Pendaftaran
menggunakan software dan komputer dengan
pembagian layer sesuai dengan lampiran 13.
i. Pencetakan Peta Dasar Pendaftaran menggunakan
kertas drafting film dengan ketebalan 0,003 dua muka
bertinta hitam.
113
5. Peta Pendaftaran
Peta Pendaftaran adalah peta yang menggambarkan
bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukaan
tanah. Penggambaran peta pendaftaran akan dikoordinasikan
Peneliti Data Teknis dan ketua tim ajudikasi, namun harus
diselesaikan sesegera mungkin setelah masa pengumuman.
Peta pendaftaran dibuat di atas drafting film dengan
ketebalan 0.003” dua muka dan hanya menggunakan tinta hitam
yang dikartir dari gambar ukur. Lihat lampiran 14. Seluruh
bidang-bidang tanah baik yang telah terdaftar harus digambar
pada peta pendaftaran. Jika terdapat pemecahan real estate,
bidang-bidang tanah dapat diplot pada peta pendaftaran dengan
menggunakan informasi dari arsip BPN jika tersedia. Jika tidak
tersedia arsip dokumen BPN mengenai pemecahan real estate,
harus dilakukan pengukuran bidang-bidang tanah di dalam real
astate tersebut, sehingga bidang-bidang tanah di dalamnya
dapat diplot di peta pendaftaran. Unsur bangunan tidak
merupakan keharusan untuk pemetaan, kecuali merupan bagian
penting yang dapat digunakan untuk rekontruksi batas bidang
tanah.
Pembuatan peta pendaftaran dapat dilakukan secara manual
maupun digital:
a. Isi Peta Pendaftaran
Peta Pendaftaran berisi:
- Nomor lembar peta TM-30;
- Judul dan lokasi;
- Batas-batas kadaster setiap bidang tanah;
- Nama jalan, saluran air dan nama-nama lainnya;
- Skala
- Nomor bidang-bidang tanah untuk setiap bidang
tanah;
- Grid dan nilai koordinat dalam TM-30.
114
b. Skala Peta dan Ukuran lembar Peta
Skala peta pendaftaran adalah 1:1.000
Ukuran muka peta adalah 70 cm x 70 cm, sedangkan
ukuran wilayah peta adalah 76 cm x 93 cm (PMNA No. 3
tahun 1997). Ukuran kertas drafting film yang digunakan
adalah 80 cm x 100 cm.
c. Penomoran bidang-bidang tanah
Penomoran bidang-bidang tanah (NIB) harus
sesuai dengan peraturan yang ada. Selain penomoran
bidang-bidang tanah (NIB), nomor hak yang tersebut
juga harus dicantumkan ke dalam peta pendaftaran.
d. Bidang-bidang tanah yang melewati batas peta
Jika terdapat bidang tanah yang melewati batas
lembar peta, bidang tanah yang unik. Jika mungkin
bagian terbesar dari bidang tanah pada satu peta
pendaftaran, seluruh bidang tanah tersebut digambar
pada peta pendaftaran tersebut.
e. Nomor Hak dan Nomor Surat Ukur hasil pengukuran
bidang tanah belum terdaftar (bidang A) di plotkan ke
dalam peta pendaftaran, demikian juga untuk bidang
tanah terdaftarnya.
6. Peta Indeks Pendaftaran
a. Peta indeks pendaftaran memuat pembagian lembar
peta pendaftaran dan dibuat dalam skala 1: 10.000
b. Peta indeks pendaftaran di cetak dalam media drafting
film dengan ketebalan 0,003”
c. Format dan legenda dapat dilihat pada lampiran 15.
115
Pasal 7
Digitasi Peta
Digitasi peta yang dimaksud adalah kegiatan mengubah
data analog (peta) menjadi data digital dengan bantuan kom-
puter dan perangkat lunak (software) pemetaan. Peralatan yang
digunakan pada kegiatan digitasi peta selain komputer dan
perangkat lunak (software) pemetaan, juga harus menggunakan
meja digitizer dengan ukuran A-3 atau A-0.
Sebelum melakukan digitasi, terlebih dahulu dilakukan
identifikasi objek atau kelompok data spesifikasi bidang-bidang
tanah, jalan, sungai dan lain-lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam digitasi peta adalah
sebagai berikut:
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan digitasi meliputi
antara lain:
a. Perangkat lunak (software) yang akan digunakan
Software yang akan digunakan untuk digitasi adalah
Autocad atau Arc Info atau Software Pemetaan Kadastral
lainnya yang digunakan dengan seizin pemilik pekerjaan
dan Peneliti Data Teknis.
b. Perencanaan digitasi. Persiapan dan rencana
pendigitasian terlebih dahulu harus dikonsultasikan ke
Peneliti Data Teknis.
2. Pembuatan Layer (pengelompokan objek) pada software
pemetaan
Pembuatan layer bertujuan untuk memudahkan
pengelompokan dan identifikasi objek, karena data yang ada
di Peta Titik Dasar Teknik, Peta Dasar Pendaftaran, atau Peta
Pendaftaran sangat beragam, sehingga perlu dipisah-pisah
116
dan dikelompokan dalam beberapa layer (lapisan data).
Masing-masing layer menyimpan data yang bersifat spesifik.
3. Digitasi Peta
Suatu cara mengubah data analog (peta) menjadi data
digital dengan bantuan komputer dan software pemetaan.
Pada kegiatan digitasi ini harus diperhatikan ukuran peta dan
ukuran meja digitizernya. Dalam kasus ukuran peta lebih
besar dari papan digitizer, sebaiknya peta yang akan
didigitasi dibagi dalam beberapa bagian sedemikian rupa,
sehingga tiap bagian peta dapat masuk seluruhnya dalam
meja digitizer dan pelaksanaan digitasi dilakukan bagian
demi bagian. Jika seluruh bagian peta sudah didigit, antara
bagian peta harus digabungkan, sehingga akan membentuk
satu lembar peta digital sesuai dengan peta analognya.
Digitasi dilakukan dengan minimal menggunakan 4
titik referensi dengan distribusi menyebar dan menghasilkan
RMS error kurang dari 0.075 mm. Apabila ukuran peta lebih
besar dari papan digitizer, digitasi dilakukan bagian per
bagian pada peta tersebut, sehingga dapat terdigitasi semua.
Bagian-bagian peta tersebut digabung/matching, sehingga
semua objek secara tepat dapat berhubungan. Hasil digitasi
peta ini dalam format TM-30.
4. Editing
Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan hasil digitasi dan harus diperiksa ke Peneliti Data
Teknis. Jika ditemukan kesalahan berupa kesalahan posisi,
kesalahan penarikan garis, batas-batas tanah, atau kesalahan
detail, Tim Survei Pengukuran harus memperbaiki kesalahan
tersebut.
117
5. Edgematching
Kegiatan Edgematching ini merupakan kegiatan
editing antara lembar peta satu dengan lembar peta lainnya,
sehingga semua detail seperti batas bidang tanah, jalan,
sungai, bangunan, batas muka peta antara lembar-lembar
peta hasil digitasi tersebut secara tepat berhubungan tanpa
overlapping.
6. Pembuatan Check Plot
Kegiatan check plot merupakan kegiatan pengecekan
akhir hasil digitasi dengan membandingkan hasil pencetakan
(plotting) dengan peta dasar digitasi (peta analognya). Check
plot dilakukan dengan cara meng-overlaykan peta hasil
digitasi dengan peta analognya atau GU. Jika masih terdapat
kesalahan pada peta hasil digitasi, Tim Survei Pengukuran
dan Pemetaan wajib memperbaikinya.
7. Pencetakan Peta Hasil Digitasi
Pencetakan peta merupakan tahap terakhir kegiatan
digitasi untuk memperoleh peta dalam bentuk digital. Peta
hasil digitasi harus diperikasakan dan mendapat persetujuan
dari Peneliti Data Teknis dan Ketua Tim Ajudikasi.
8. Penamaan File Peta Digital
Dalam penamaan file harus diperhatikan bahwa nama
file gambar untuk digitasi banyak peta sebaiknya diatur
sedemikian rupa, sehingga data satu dengan lainnya tidak
tercampur aduk dan memudahkannya menggunakan
kembali. Penamaan file digital baik untuk file gambar
maupun file data exchange format (DXF) adalah
menggunakan 8 (delapan) digit terakhir mengikuti
penomoran lembar TM-30 pada skala yang telah ditentukan.
118
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 16
dokumen ini.
9. Direktori Penyimpanan File Data
Untuk memudahkan pencarian data tertentu pada
komputer, data-data teknis disimpan pada directori
computer sesuai dengan klasifikasi datanya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 16 pada dokumen ini.
Pasal 8
Surat Ukur
Surat ukur adalah dokumen yang data fisik suatu bidang
tanah dalam bentuk peta dan uraian. Segera setelah masa
pengumuman selesai, dibuatkan Surat Ukur untuk masing-
masing bidang tanah. Surat ukur yang dimaksud menyajikan
informasi tektual tentang lokasi bidang tanah dan informasi
grafis tentang bidang tanah tersebut. Surat Ukur dibuat dengan
jumlah 2 (dua) eksemplar.
119
GLOSARIUM
JKHN : yaitu Jaring Kerangka Horizontal Nasional.
Garis kontur : pada prinsipnya adalah garis perpotongan
bentuk muka bumi dengan bidang horizontal
pada suatu ketinggian yang tetap.
GPS : Global Positioning System adalah alat yang
dapat menunjukkan posisi suatu titik
dipermukaan bumi yang terintegrasi dengan
referensi yang ditetapkan.
0 ‘ “ : Satuan sudut yang berarti derajat, menit, detik
Peta topografi : peta yang menggambarkan permukaan bumi
yang dilengkapi dengan garis kontur yang
menunjukkan ketinggian suatu tempat.
Poligon : Sudut banyak. Akan tetapi, arti yang
sebenarnya adalah rangkaian titik-titik secara
berurutan sebagai kerangka dasar pemetaan.
Sudut azimut : adalah sudut yang dibentuk dari sudut arah
utara magnet.
SNI : Standar Nasional Indonesia.
Total Station : Adalah alat ukur sudut dan jarak yang ter-
integrasi dalam satu unit alat.
120
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hasanuddin Z. 1999. Penentuan Posisi Dengan GPS dan
Aplikasinya. Jakarta: Pradnya Paramita.
Astanto, Triono Budi. 1999. Pekerjaan Dasar Survei. Yogyakarta:
Kanisius.
Basuki, Slamet. 1993. Diktat Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta:
Geodesi UGM.
Darsono, V. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya.
http://mitrasurvey.blogspot.co.id, diakses pada 25 Agustus 2016,
pukul 08.45 WIB.
Irvine, William. 1995. Penyigian untuk Konstruksi. Bandung: ITB.
Maryono, A. 2005. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai.
Yogyakarta: Magister Sistem Teknik Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.
Meyer, Carl F., David W Gibson. 1981. Survai dan Perencanaan
Lintas Jalur. Bandung: Erlangga.
Prihandito, Aryono. 1988. Proyeksi Peta. Yogyakarta: Kanisius.
Sukatiman, dkk. 2012. Dasar-Dasar Survei dan Pemetaan.
Surakarta: UNS Press.
Wongsotjitro, Soetomo. 1974. Ilmu Ukur Tanah. Jakarta: Swada.
__________. 2002. Jaring Kontrol Horizontal. SNI 19-6724-2002.
__________. 2007. Panduan Lengkap Microsoft Excel 2007.
Madiun: Madcoms.
__________. 2012. Diklat Pengukuran Kerangka Horizontal
Mapmaker. Malang: VEDC.
121
LAMPIRAN
Langkah Menganalisis Poligon Tertutup dengan program EXCEL
122
Gambar di atas adalah contoh hitungan poligon tertutup
yang dikembangkan oleh Badan Pertanahan Nasional dan sangat
cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran di kampus maupun
sekolah-sekolah vokasi.
Adapun langkah-langkah perhitungannya diberikan sebagai
berikut:
Langkah I : Memasukkan sudut terukur dari pengukuran di
lapangan
1. Kolom 1 = Kolom nama tempat alat titik 10, titik X, titik I,
titik II, dan seterusnya.
2. Kolom 2, 3, dan 4 = Sudut terukur.
Dituliskan dalam derajat, menit, detik (contoh: 11005’8”)
Langkah II:Koreksi penutup sudut:
3. Setelah sudut terukur dilapangan dimasukkan kolom (2,3,4),
jumlahkan SUM (B16:B36) semua sudut terukur (dari 11 titik
poligon) pada kolom 2 (sudut dalam derajat), demikian juga
pada kolom 3 untuk sudut terukur dalam menit (C16:C36),
kolom 4 untuk sudut terukur dalam detik (D16:D36).
123
4. Sudut terukur yang sudah dijumlahkan pada langkah di atas
masih dalam satuan deg, kemudian dikonversi dalam satuan
derajat, menit, detik. Adapun rumusnya adalah sebagai
berikut.
Rumus=TRUNC((SUM(B37)+SUM(C37)/60+SUM(D37)/3600)).
5. Selanjutnya menghitung jumlah sudut ideal dari seluruh
poligon (11 titik poligon) dengan rumus (n-2) 180.
6. Dari hitungan pada contoh di atas, sudut ideal = 1620 (B43),
sedangkan sudut terukur= 1619058’11” (A-38). Jadi, koreksi
penutup sudut = 1’49” = 109” (B44).
124
7. Hasil dari langkah nomor 6, kemudian dibagikan rata ke titik
poligon (n = 11), sehingga besarnya koreksi (Kβ) = 9.9”
(B44/B42).
8. Kolom 5: Besaran koreksi ini dituliskan kembali E16:E36)
(=+$B$45), simbul $ memiliki arti bahwa angka tersebut
diambil dari kolom (B45) dari numerik diubah dalam bentuk
teks .
125
Langkah III: Menentukan sudut jurusan
10. Kolom 6, 7, 8: Sudut jurusan awal (Azimut) diperoleh
langsung saat pengukuran.
11. Besarnya koreksi penutup sudut fB = 109” (B44) dibagikan
ke 11 titik poligon, sehingga didapat KB = 9,9” (B44/B42).
12. Sudut koreksi KB dipindahkan ke kolom 5 dengan cara
memberikan $ agar menjadi teks (=+$B$45).
126
10. Kolom 6, 7, 8: Sudut jurusan selanjutnya dihitung dengan
rumus =IF(G17>360;TRUNC(G17-360);TRUNC(G17))
TRUNC (X,Y)
Artinya argumen X adalah data numerik atau alamat sel
yang berisi data numerik yang akan dibulatkan.
Argumen Y adalah jumlah digit desimal yang dibutuhkan.
Default Y = 0.
127
128
Langkah IV: Menghitung jarak sisi-sisi poligon
11. Kolom 9 - Kalau alat yang dipakai teodolit manual, jarak
diambil dari (Bacaan atas - Bacaan bawah)*100
- Kalau memakai teodolit digital, jarak langsung didapatkan dari
bacaan otomatis .
129 Langkah V: Menghitung arah koordinat (X ; Y) tiap titik poligon.
12. Kolom 10 = Menghitung arah X sisi poligon (d sin α) memakai
rumus=SIN((H15+I15/60+J15/3600)*PI()/180)*K15
130
13. Kolom 11 = Membagikan koreksi jarak (Kx) ke sisi-sisi poligon dengan rumus: =-
(K17/$K$38)*$L$38.
131 14. Kolom 12, 13 = Menghitung arah Y sisi poligon (d cos α) seperti pada
langkah 11 sampai 13.
132
Langkah V: Menghitung koordinat (X ; Y) tiap titik poligon
15. Kolom (P14 dan Q15) Menentukan koordinat awal dengan memindahkan koordinat titik
ikat atau ditetapkan.
16. Kolom 14 (P16;37)= didapat dengan rumus: P14+L15+M1
133
134
17. Kolom 14 (Q16;37) = didapat dengan rumus: =Q14+N15+01
135
Petunjuk Penilaian Autentik
SURVEI DAN PEMETAAN 2
(GEOMATIKA)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
OLEH :
SUKATIMAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2021
1|Page
I. Pendahuluan
A. Evaluasi Hasil Pembelajaran Survei dan pemetaan 2
Hasil belajar merupakan prestasi belajar mahasiswa secara keseluruhan yang
menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang
bersangkutan.(Uno, 2009, 213). Dari pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa
penilaian bukan hanya dilakukan dengan penilaian tes formatif saja yang hanya
mengetahui tingkat kognitif , melainkan juga penilaian dalam ranah afektif dan
psikomotorik/ ketrampilan juga harus menjadi konsentrasi dalam suatu penilaian. Tes
afektif dan psikomotor untuk pembelajaran Survai dan Pemetaan dapat diamati dengan
tes perbuatan yaitu dengan ujian praktek kinerja , bahkan juga harus dilengkapi dengan
penilaian non tes, yang berupa tes observasi, wawancara, ataupun lembar pendapat/
kusioner. Portofolio hasil laporan kerja mahasiswa sesuai dengan kepentingannya.
Berikut ini diberikan format penilian kemajuan perkembangan mahasiswa yang berupa
ujian kognitif, afektif dan ketrampilan (Tes Kinerja).
1. Evaluasi Hasil Belajar Ranah Kognitif
Soal :
a) Selesaikan hitungan poligon berikut :
Utara
25o09’37” P
Q 98o 12’48” 250o09’06” R
99o 10’18” 2 151o 30’06”
13
Gambar : Contoh Poligon Terbuka Bebas
2|Page
b) Kerangka Dasar pemetaan jenis Poligon Tertutup
Diketahui kerangka dasar pengukuran lahan dengan cara poligon tertutup, jenis
poligon teodholit dan diukur berlawanan arah jarum jam seperti tergambar di bawah
ini :
Utara P5 P4
P1
Arah pengukuran P3
P2
Gambar : Pengukuran kerangka horizontal
Tabel 1 : Contoh hasil pengukuran lapangan
Sudut Sudut Keterangan
Sudut Azimut P1P5 terukur
Jumlah sudut terukur menurut
P1 ( ) teori adalah (n-2)x180 = 540.
P2
P3 440 25’ 30” (Ingat pengukuran dilakukan
P4 berlawanan jarum jam sehingga
P5 84o 50’ 45” mendapatkan sudut dalam)
Jumlah sudut terukur Sudut azimut P1P2 = αP1P2 +βP1
135 o55’ 32” = 129o 16’ 15”
93o 20’ 30”
105o 55’28”
119o12o35o
539o 14’ 50”
Carilah sudut azimut masing-masing titik ?
Hitunglah besar sudut jurusan setelah koreksi.
3|Page
2. Evaluasi Hasil Belajar Ranah Sikap/ Afektif
Tabel 2 : Pembelajaran Praktek Survei dan Pemetaan 2
Nama mahasiswa :
NIM :
Tanggal : ... Juni 2018
Skor Skor Perolehan
Aspek Sikap /ranah Believe (B) Evaluation I
No Non-instruksional/ (Oleh dosen/ mentor)
(Preferensi oleh mahasiswa
(Attitude) ybs.)
E D C B B+ A- A E D C B B+ A- A
1. Kedisiplinan
2. Kejujuran
3. Kerja sama
Mengakses dan
4. mengorganisasi informasi
5. Tanggung jawab
6. Memecahkan masalah
7. Kemandirian
8. Ketekunan
9. Keselamatan kerja
(Bn + En ) n =9 ; Smax = 8
Nilai Attitude (Nat) = n x Smax ;
4|Page
3. Evaluasi Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Tabel 3 : STANDAR PENILAIAN UNJUK KERJA
Pembelajaran Survei dan Pemetaan 2
Kompetensi Dasar : Memetakan lahan dengan poligon tertutup
Kelompok praktek :
Kelas / Semester :
Tanggal :
Indikator penilaian :
Tabel 3 : Penilaian Unjuk Kerja
Nilai 0-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-100
B B+ A- A
Huruf ED C
No Aspek Yang Dinilai Kriteria / Indikator Penilaian
Ya Tidak
C B B+ A- A D
Praktek membuat Sesuai kaidah
A. kerangka peta
(SOP) pemetaan
dengan metode
poligon tertutup dengan metode
poligon tertutup
1. Membidik titik Mengikatkan titik
ikat pemetaan awal poligon dengan
atau menentukan titik ikat yang sudah
titik awal diketahui
poligon dengan koordinatnya atau
GPS menentukan titik
awal dengan GPS
2. Membidik titik- a. Membidik titik
titik poligon poligon dengan
bidikan biasa dan
luar biasa (BB
+LB)/2. Selisih
sudut biasa dan
luar biasa tidak
melebihi 5” (5
detik)
5|Page
b. Menempatkan alat
dengan jarak muka
dan belakang
seimbang dengan
jarak < 25 m
3. Menentukan titik Mengukur sudut
akhir poligon akhir ke utara dan ke
poligon awal
Analisis hasil MenganalisiS hasil
praktek pemetaan praktek pemetaan
B. lahan dengan dengan metode
poligon tertutup poligon tertutup
a. Membandingkan
jumlah sudut yang
diukur, terhadap
rumus teori jumlah
sudut (n+2) 180
untuk sudut luar,
1. Menghitung (n+2) 180 untuk
koreksi sudut
sudut dalam.
Dengan n = tempat
berdiri alat
b. Membandingkan
koreksi sudut di
atas dengan kelas
ketelitian poligon
di bawah ini
Kelas ketelitian polygon I II III IV
60” n
Kesalahan penutup sudut 2” n 10” n 30” n 6”
2” 3”
Koreksi maksimum 1” 1 : 2.000
persudut
Ketelitian penutup jarak 1 : 35000 1 : 1 : 5.000
10.000
n = tempat berdiri alat
c. Menghitung sudut
ukur terkoreksi
2. Menghitung Menghitung sudut
sudut jurusan jurusan sesuai
dengan rumus
yang benar.
6|Page
3. Menghitung a. Menghitung jarak
jarak sisi-sisi sisi-sisi poligon
poligon dari bidikan
lapangan (BA-
4. Menghitung BB)*100
koreksi beda
tinggi b. Menghitung beda
tinggi masing-
masing titik
poligon dengan
rumus : Tp –BT.
Tp = tinggi pesawat
BT = bacaan tengah
baak ukur.
Memberi keterangan
dua tempat tersebut
naik atau turun
c. Menetapkan
ktinggian titik awal
dengan GPS
d. Menghiung
ketinggian masing-
masing titik
poligon.
e. Menjumlahkan
masing-masing
beda tinggi awal
kembali ketitik
awal.ketidak
tepatan
pengukuran di
lapangan akan
menimbulkan
koreksi.
f. Mengoreksi
ketinggian
7|Page
5. Menghitung titik- a. Menentukan titik
awal koordinat dari
titik koordinat
titik ikat atau GPS.
b. (X1:Y1) koordinat
poligon yang
ditempati pesawat
c. Menghitung
koordinat dengan
rumus :
X1 = X1 + d sinα
Y2 = Y1 + d cosα
Dengan :
α = sudut jurusan
d. Menghitung
koreksi koordinat
X1 dengan
menjumlahkan n
pengukuran
poligon
e. Menghitung
koreksi koordinat
X1 dengan
menjumlahkan
pada setiap titik
poligon
f. Menghitung
koreksi koordinat
X1 dengan
menjumlahkan
pada setiap titik
poligon
g. Menghitung
koreksi koordinat
X1 dengan
menjumlahkan
pada setiap titik
poligon
8|Page
h. Membandingkan
besarnya koreksi
dengan ketelitian
pengukuran
i. Menghitung
koordinat titik
poligon dengan
benar
6. Praktek membuat Membidik titik-
peta situasi/titik titik detil dengan
detil : tepat dan benar
(gedung, saluran,
jalan dll)
a. Mendirikan alat
pada tiap titik
poligon yang
sudah ada dan
mensetting pada
sisi poligon dengan
tepat dan benar.
b. Pembidikan titik
detil lahan (batas
persil, jalan,
saluran dll) dengan
penomoran yang
mudah
c. Menghitung titik-
titik detil
dengan rumus :
X2 = X1 + d sinβ
Y2 = Y1 + d cosβ
Dengan :
β = sudut terukur
(X2:Y2) koordinat
poligon yang
ditempati pesawat
7. Praktek Membidik titik-
membidik titik
kontur titik kontur dengan
benar
9|Page
a. Mendirikan dan
setting alat
terhadap titik
poligon dengan
benar
b. Membidik titik-
titik kontur dengan
cara voestral
(menyebar)
c. Menghitung
koordinat titik
kontur dengan
rumus :
X1 = X1 + d sinβ
Y2 = Y1 + d cosβ
Dengan :
β = sudut terukur
(X1:Y1) koordinat
poligon yang
ditempati pesawat
Menggambarkan
hasil praktek
Menggambar hasil membuat peta situasi
C. praktek
dan kontur dengan
bantuan program
Autocad
Waktu Sesuai SOP yang
D. ditetapkan
Keterangan: diberi tanda √ sesuai dengan pencapaian kriteria/indikator yang
Kolom penilaian :
dipersyaratkan.
10 | P a g e
Penilaian :
Berdasarkan Peraturan Rektor UNS No.459/ H27/PP/2015 Tentang Peraturan Sistem
Kredit Semester
Tabel 4 : Sistem Evaluasi Institusi
RENTANG SKOR HURUF NILAI (dalam skala 5) ARTI
ANGKA Sangat baik
(Skala 100) A 4 Baik sekali
85 – 100 A- 3.7
B+ 3.5 Baik
80 - 84 B 3 Baik
75 – 79 2 Cukup
C 1 Kurang
70 - 74 D 0 Gagal
60 – 69
54 – 59 E
0 – 54
Indikator keberhasilan :
Indikator keberhasilan pembelajaran Praktek Survai dan Pemetaan ini jika :
1) 80% dari mahasiswa cermat dalam melakukan unjuk kerja mengoperasionalkan
peralatan.
2) 80% mahasiswa cermat dalam penguasaan materi praktek Survai dan Pemetaan
3) 90% kelompok praktek dapat menyelesaikan job pemetaan lapangan tepat waktu
yang ditentukan.
Koordinator Praktek IUT 2 Dosen Pengampu Praktek
Sukatiman, ST.,M.Si .............................
11 | P a g e
Tabel 5 : PENILAIAN UNJUK KERJA
Pembelajaran Survei dan Pemetaan 2
Kompetensi Dasar : Memetakan Jalan Raya dengan poligon terbuka
Kelompok praktek :
Kelas / Semester :
Tanggal :
Penilaian
No Aspek Yang Kriteria / Indikator Ya Tidak
Dinilai 60 70 80
- - - 0-59
69 79 100
A. Praktek membuat Sesuai kaidah (SOP)
kerangka peta
dengan metode pemetaan dengan
poligon terbuka
metode poligon terbuka
1. Membidik titik a. Mengikatkan titik awal
ikat pemetaan poligon dengan titik
atau ikat yang sudah
menentukan diketahui koordinatnya
titik awal atau menentukan titik
poligon dengan awal dengan GPS
GPS
a. Membidik titik poligon
2. Membidik titik- dengan bidikan biasa
titik poligon dan luar biasa (BB
+LB)/2. Selisih sudut
biasa dan luar biasa
tidak melebihi 5” (5
detik)
3. Menentukan b. Menempatkan alat
titik akhir dengan jarak muka dan
poligon belakang seimbang
dengan jarak < 25 m
a. Mengukur sudut akhir
ke utara dan ke
poligon awal
12 | P a g e
Analisis hasil Menganalisis hasil
B. praktek pemetaan praktek pemetaan
lahan dengan dengan metode poligon
poligon terbuka terbuka
4. Menghitung a. Membandingkan
koreksi sudut
jumlah sudut yang
diukur, terhadap rumus
teori jumlah
b. Σβ = (αakhir – αawal) +
n.180 + fd
Dengan
n = tempat berdiri alat
β = sudut terukur
α = sudut jurusan
fd =kesalahan penutup
sudut
c. Membandingkan
koreksi sudut di atas
dengan kelas ketelitian
poligon di bawah ini
Kelas ketelitian polygon I II III IV
30” n 60” n
Kesalahan penutup sudut 2” n 10” n 3” 6”
Koreksi maksimum per 1” 2” 1 : 5.000 1 : 2.000
sudut
Ketelitian penutup jarak 1 : 35000 1 : 10.000
n = tempat berdiri alat
d. Menghitung sudut ukur
terkoreksi
5. Menghitung a. Menghitung sudut
sudut jurusan jurusan sesuai dengan
rumus yang benar.
6. Menghitung b. Menghitung jarak sisi-
jarak sisi-sisi sisi poligon dari
poligon bidikan lapangan (BA-
BB)/2
7. Menghitung
titik-titik c. Menentukan titik awal
koordinat koordinat dari titik ikat
atau GPS
13 | P a g e
d. Menghitung koordinat
dengan rumus :
X1 = X1 + d sinα
Y2 = Y1 + d cosα
Dengan :
α = sudut jurusan
(X1:Y1) koordinat
poligon yang ditempati
pesawat
e. Menghitung koreksi
koordinat X1 dengan
menjumlahkan n
pengukuran poligon
f. Menghitung koreksi
koordinat X1 dengan
menjumlahkan pada
setiap titik poligon.
g. Menghitung koreksi
koordinat X1 dengan
menjumlahkan pada
setiap titik poligon
h. Menghitung koreksi
koordinat X1 dengan
menjumlahkan pada
setiap titik poligon
i. Membandingkan
besarnya koreksi
dengan ketelitian
pengukuran
j. Menghitung koordinat
titik poligon dengan
benar
C. Praktek membuat Membidik titik-titik
titik detil : detil dengan tepat dan
benar (gedung,
saluran, jalan dll)
1. Mendirikan alat a. Mendirikan alat pada
pada tiap titik tiap titik poligon yang
poligon sudah ada dan
mensetting pada sisi
poligon dengan tepat
dan benar.
14 | P a g e