The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by candraprimadian01, 2021-11-02 23:06:07

FA_LKM PAK SUDARMIN 2020_UPLOAD (1)

FA_LKM PAK SUDARMIN 2020_UPLOAD (1)

BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA KEGIATAN [LKM]

PERCOBAAN UJI BIOAKTIVITAS
SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

DARI TANAMAN HUTAN TROPIS
INDONESIA

Sampel : Bajakah, Taxus Sumatrana, Akar Kuning,
Jenitri, dan Mangrove



BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA KEGIATAN [LKM]

PERCOBAAN UJI BIOAKTIVITAS
SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

DARI TANAMAN HUTAN TROPIS
INDONESIA

Sampel : Bajakah, Taxus Sumatrana, Akar Kuning,
Jenitri, dan Mangrove

Oleh
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si.
Dr. Skunda Diliarosta, M.Pd.
Dr. Woro Sumarni, M.Si.

Diterbitkan oleh
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | iii

Hak Cipta © pada penulis dan dilindungi
Undang-Undang Penerbitan. Hak
Penerbitan pada UNNES PRESS.

Dicetak oleh UNNES Press.
Jl. Kelud Raya No. 2 Semarang 50237 Telp./Tax. (024) 8415032.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun tanpa izin dari penerbit.

BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA KEGIATAN [LKM]
PERCOBAAN UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA METABOLIT
SEKUNDER DARI TANAMAN HUTAN TROPIS INDONESIA
Sampel : Bajakah, Taxus Sumatrana, Akar Kuning, Jenitri, dan
Mangrove

Oleh

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si.
Dr. Skunda Diliarosta, M.Pd.
Dr. Woro Sumarni, M.Si.

xii + 116 hal. 23,5 cm.
Cetakan Pertama, 2020

ISBN 978-602-285-236-0

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima Milyar).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual,
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah).

iv | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

PRAKATA

Pada kesempatan ini puji Syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Tim
Dosen Kimia Organik Bahan Alam (KOBA) sebagai dari Kelompok
Bidang Keahlian Kimia Organik berhasil menyelesaikan Lembar Kerja
Mahasiswa (LKM) untuk Percobaan Uji Bioaktivitas Senyawa Metabolit
Sekunder dari Tanaman Hutan Tropis Indonesia . Tujuan LKM untuk
akselerasi karakter konservasi mahasiswa terhadap keanekaragaman
hayati hutan tropis Indonesia. Pada LKM ini memang disusun berbeda
yaitu sebelum mahasiswa melaksanakan percobaan inkuiri, maka
mereka harus mepelajari landasan konseptual, teoritis, pengetahuan
faktual, dan prosedural untuk melaksanakan kegiatan percobaan inkuiri.
Pada kegiatan percobaan inkuiri ini, maka sampel tanaman hutan trapis
adalah tanaman hutan tropis di Indonesia yaitu Tanaman Bajakah
(Kalimantan), Taxus Sumatrana dan Akar Kuning (Sumatra), Jenitri
dan Bakau atau Mangrove (Jawa); sedangkan untuk Merauke tanaman
Sarang semut (dalam pengiriman, karena terganggu transportasi akibar
Corona).

Panduan LKM ini disusun sebagai hasil pengembangan dari
bahan ajar Mata Kuliah Kimia Organik Bahan Alam (KOBA) yang
selama ini telah berlangsung. Pada pembelajaran KOBA selama initidak
terintegrasi kerja ilmiah di Laboratorium, artinya hanya pembelajaran di
kelas. Dengan terbitnya buku ini, maka diharapkan untuk pembelajaran
ke depan Mahasiswa lebih memiliki pembekalan kompetensi kinerja
ilmiah, sikap konservasi, cinta budaya (etnosains), dan pembelajaran
STEM lebih baik dan sesuai yang dituntut KKNI. Pada buku ini untuk
kegiatan percobaan inkuiri, setiap akhir pembelajaran mahasiswa di tuntut
melakukan diskusi merancang suatu kegiatan pembelajaran dengan
model inkuiri terintegrasi Etnosains, dan menganalisis percobaan yang
telah dilakukan dalam konten dan konteks STEM.

Pada LKM ini dari sisi bidang keilmuan (sains) dibahas mulai
landasan teori dan konseptual mengenai metabolit primer dan sekunder
serta keberagamannya, manfaat kedua metabolit tersebut, kemudian
isolasi, identifikasi, uji struktur dan bioaktivitas anti bakteri, anti rayap,
dan anti kanker. Pembahasan tekait pedagogik dibahas terkait model
pembelajaran inkuiri, sintak, level-level inkuiri, serta etnosains, dan
ruang lingkup konservasi hutan tropis.

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | v

Pada bagian akhir dibahas mengenai metode penelitian
etnomedisin yang terkait tanaman hutan tropis sebagai obat tradisional;
serta proses rekontruksinya menjadi pengetahuan ilmiah. Pada buku
panduan ini juga disajikan tugas yang menuntut daya nalar tinggi; serta
panduan penulisan laporan percobaan inkuiri berbasis Laboratorium,
tugas dan evaluasi mengenai model pembelajaran inkuiri terintegrasi
Etnosains dan STEM. Untuk mengukur ketercapaian kompetensi,
maka dilakukan evaluasi terhadap penguasaan konsep dan karakter
konservasi. Dalam buku ini juga disertakan aturan praktikum, format
laporan praktikum, dasar teoritis dari praktikum, cara kerja dan tugas
yang harus dilaporkan bersama-sama dalam laporan praktikum.

Sehubungan buku ini adalah terbitan pertama, maka perbaikan di
beberapa bagian dalam buku panduan ini tetap akan dilaksanakan dalam
upaya meningkatkan mutu dan relevansi bagi mahasiswa, khususnya
dalam kegiatan praktikum inkuiri dan menyusun penelitian bidang
KOBA. Akhirnya tim penyusun dari Panduan LKM ini menyampaikan
terima kasih kepada Menristek mendanai penyusunan buku ini dan
LKM ini sebagai salah satu luaran dari Penelitian Dasar Unggulan
Perguruan Tinggi. Tim penyusun juga berterima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Rektor, Bapak Ketua LP2M, tim validitastor,
dan semua pihak yang telah membantu penyusunan LKM ini. Kritik
dan saran dari pembaca khususnya para Bapak Ibu Dosen, Mahasiswa,
dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan penerbitan yang akan
datang.

Semarang, Mei 2020
Tim Penyusun
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si.

vi | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

DAFTAR ISI

PRAKATA ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xi
xii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................... 1
A. STRATEGI PEMBELAJARAN ............................ 1
B. TATA CARA PRAKTIKUM ................................ 1
C. LAPORAN PRAKTIKUM ................................... 2

BAB II METABOLIT SEKUNDER, MODEL INKUIRI, 5
KONSERVASI, DAN KETERPADUAN INKUIRI 5
TERINTEGRASI ETNOSAINS DAN STEM ......... 5
6
A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN ........................... 17
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ..............................
C. PEMBAHASAN MATERI PEMBELAJARAN...
D. TUGAS DAN UMPAK BALIK ............................

BAB III ISOLASII DAN UJI FITOKIMIA METABOLIT 19
SEKUNDER DARI SAMPEL TANAMAN 19
HUTAN TROPIS ................................................... 19
20
A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN ........................... 31
B. TUJUAN PEMBELAJARAN .............................. 35
C. LANDASAN TEORI ............................................. 39
D. PROSEDUR KERJA ISOLASI DAN UJI 40
FITOKIMIA ...........................................................
E. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN....
F. SIMPULAN ............................................................
G. TUGAS DAN UMPAN BALIK ...........................

BAB IV ANALISIS STRUKTUR SENYAWA METABOLIT
SEKUNDER DENGAN ALAT SPEKTROSKOPI.. 42

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | vii

A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN ........................... 42
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................... 42
C. LANDASAN TEORI ............................................. 43
D. ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA ...... 45
E. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ... 46
F. SIMPULAN ............................................................ 49
G. TUGAS DAN UMPAN BALIK ........................... 49

BAB V PERCOBAAN BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI 51
EKSTRAK METABOLIT SEKUNDER 51
TANAMAN HUTAN TROPIS INDONESIA ....... 51
A. DESKRIPSI PERMBELAJARAN ........................ 52
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................... 53
C. LANDASAN TEORI ............................................. 54
D. ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA ...... 58
E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
F. SIMPULAN ............................................................
G. TUGAS DAN UMPAN BALIK ...........................

BAB VI PERCOBAAN AKTIVITAS ANTI RAYAP 60
EKSTRAK METABOLIT SEKUNDER DARI 60
TANAMAN HUTAN TROPIS ............................... 60
61
A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN ........................... 62
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................... 64
C. LANDASAN TEORI ............................................. 65
D. ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA ...... 65
E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
F. SIMPULAN ............................................................
G. TUGAS DAN UMPAN BALIK ...........................

BAB VII PERCOBAAN UJI BIOAKTIVITAS ANTI- 67
KANKER EKSTRAK METABOLIT SEKUNDER 67
DARI TANAMAN HUTAN TROPIS 67
INDONESIA .......................................................... 68

A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN ...........................
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ...............................
C. LANDASAN TEORI .............................................

viii | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

D. PROSEDUR KERJA PENGAMBILAN DATA 70
ETNOMEDISIN .................................................... 7 1
E. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71
F. SIMPULAN ............................................................ 71

G. TUGAS DAN UMPAN BALIK ...........................

BAB VIII DESAIN PENELITIAN ETNOMEDISIN DAN 73
KARAKTER KONSERVASI MASYARAKAT DI 73
HUTAN TROPIS ................................................... 73
74
A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN ........................... 76
B. TUJUAN PEMBELAJARAN .............................. 77
C. LANDASAN TEORI ............................................. 81
D. ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA ...... 88
E. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ... 108
110
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................. 113
INSTRUMEN PENELITIAN ........................................................
KEYWORD INDEXS ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................
PROFIL PENULIS ...........................................................................

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Integrated Keterpaduan Etnosains dan STEM 16
Gambar 2. Keragaman Struktur Alkaloid ....................................... 22
Gambar 3. Struktur kerangka dasar steroid .................................... 22
Gambar 4. Kerangka Dasar struktur Flavonoid ............................. 24
Gambar 5. Struktur senyawa Fenilpropanoid ................................ 28
Gambar 6. Kromtogram dan Spektra Massa dari Sampel

Bajakah ............................................................................. 46
Gambar 7. Spktra FTIR dari Sampel Bajakah (Sudarmin, 2020) . 47
Gambar 8. Spktra FTIR dari Sampel Akar Kuning ........................ 48
Gambar 9. Alat untuk uji aktivitas antirayap ................................. 62
Gambar 10. Struktur molekul dari 10-deacetylbaccatin III (A),

baccatin III (B), dan paclitaxel (C) (Sumber Hidayat
A et al, 2014) .................................................................... 74

viii | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
x | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Aktivitas Pembelajaran Inkuiri dan capaian kompetensi
yang dikembangkan ............................................................ 9

Tabel 2. Analisis Artikel dan Channel Youtube mengenai
Metabolit Sekunder dan manafaatnya bagi Kesehatan... 18

Tabel 3. Hasil Pengamatan organoleptis hasil isolasi metabolit
sekunder ............................................................................... 36

Tabel 4. Hasil Rekapitulasi Uji Fitokimia (tanda +, berarti
mengandung metabolit ...................................................... 38

Tabel 5. Hasil analisis STEM dalam percobaan Isolasi metabolit
sekunder ............................................................................... 41

Tabel 6. Analisis STEM untuk Percobaan Fitokimia dari sampel
metabolit sekunder ............................................................. 41

Tabel 7. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi... 44
Tabel 8. Serapan uluran frekuensi dari sampel ekstrak batang

Bajakah ................................................................................. 47
Tabel 9. Serapan uluran frekuensi dari sampel ekstrak batang

Akar kuning ......................................................................... 48
Tabel 10. Hasil uji daya hambat Bakteri dengan sampel ekstrak

Bajakah ................................................................................. 56
Tabel 11. Hasil uji daya hambat bakteri dengan sampel Akar

Kuning .................................................................................. 56
Tabel 12. Hasil uji daya hambat bakteri dengan sampel Taxus

Sumatrana ............................................................................ 57
Tabel 13. Hasil uji daya hambat Bakteri dengan sampel ekstrak

Mangrove ............................................................................. 57
Tabel 14. Judul artikel dan temuan hasil percobaan ....................... 58
Tabel 15. Hasil Pengamatan berat sampel kayu*) dan jumlah

rayap yang meninggal ......................................................... 64
Tabel 16 . Hasil Pengamatan berat sampel kertas *) dan jumlah

rayap yang meninggal ......................................................... 65
Tabel 17. Analisis dalam Konten dan Konteks STEM .................... 66
Tabel 18. Hasil Pengamatan berat sampel kayu*) dan jumlah

rayap yang meninggal ......................................................... 71
Tabel 19. Analisis dalam Konten dan Konteks STEM .................... 72

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | ix
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Tabel Kerja Model Pembelajaran Inkuiri
Terintegrasi Etnosains dan STEM ............................. 82

Lampiran 2 : Foto Penelitian Etnomedisine Tanaman Taxus
Sumatrana di Kawasan Hutan Sumatra ................ 83

Lampiran 3 : Foto Penelitian Etnomedisine Tanaman Akar
kuning dari di Kawasan Hutan Sumatra .............. 84

Lampiran 4 : Foto Penelitian Etnomedisine Tanaman Bajakah
dari Dayak Kalimantan ........................................... 85

Lampiran 5 : Foto Penelitian Etnomedisine Tanaman Jenitri
dari Banyumas Jawa Tengah .................................. 86

Lampiran 6 : Foto Penelitian Etnomedisine Tanaman
Mangrove dari Tanah Mas Semarang Jawa
Tengah ....................................................................... 87

x | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
xii | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

BBAABB I

PENDAHULUAN

A. STRATEGI PEMBELAJARAN
a. Tes penguaan konsep dan prosedur kerja (Pre-test)
b. Melaksanakan praktikum dengan model pembelajaran inkuiri

terintegrasi Etnosains dan STEM
c. Mahasiswa melaksanakan pencarian dan menemukan informasi

melalui inkuiri berbasis lesson dengan eksplorasi di sumber data
digital.
d. Mahasiswa mengumpulkan laporan sementara setelah selesai
praktikum yang disahkan oleh dosen atau asisten yang bertanggung
jawab pada saat itu.
e. Mengumpulkan laporan hasil praktikum pada minggu berikutnya.
f. Presentasi praktikum akhir semester, presentasi dalam kegiatan
seminar atau publikasi artikel pada suatu jurnal dengan jadwal yang
akan ditentukan kemudian oleh dosen pengampu.

B. TATA CARA PRAKTIKUM
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa dalam

praktikum kimia organik bahan alam adalah sebagai berikut:
a. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikan harus menyediakan

jas laboratorium, Lap/serbet yang dapat menghisap air, buku kerja
dan buku panduan praktikum kimia Organik Bahan Alam ini.
b. Pada kegiatan diawal dan akhir praktikum, alat yang digunakan
praktikum harus dalam keadaan bersih. Bila terdapat alat yang
rusak, pecah atau kurang ditanggung oleh kelompok atau kelas
yang bersangkutan.
c. Tidak boleh membuang sampah/kotoran/zat hasil atau sisa
kedalam bak pencuci, dan kembangkan karakter konservasi cinta dan
peduli lingkungan.
d. Hasil kegiatan praktikum harus ditunjukkan ke asisten atau dosen
pengampu beserta catatan hasil pengamatan praktikum untuk
disahkan kebenarannya. Hasil pengamatan dianggap telah selesai

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 1
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 1

jika pada buku laporan sementara setiap kelompok telah dinilai dan
ditandatangani oleh asisten atau pengampu mata kuliah KOBA ini.
e. Laporan praktikum harus dikumpulkan ke asisten/dosen pada
pertemuan berikutnya. Mahasiswa yang belum menyelesaikan
laporan tidak diperkenankan mengikuti pretes dan kegiatan
praktikum berbasis inkuiri berikutnya.

C. LAPORAN PRAKTIKUM
Agar setiap praktikan membuat laporan akhir yang seragam,

maka dibuat format laporan praktikum sebagai berikut:

Nama/NIM LAPORAN PRAKTIKUM
Jurusan/Prodi
Kelompok :
Nama Praktikum :
:
:

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Jelaskan tujuan saudara melakukan praktikum (tujuan
pengetahuan, ketearmpilan, dan sikap)

B. DASAR TEORITIS
Uraikan secara singkat teori yang melandasi praktikum yang
saudara lakukan dengan menyebutkan sumber pustaka.

C. ALAT DAN BAHAN
Sebutkan alat praktikum yang saudara gunakan, termasuk alat
gelas, alat instrumentasi dan alat bantu lainnya.
Sebutkan bahan praktikum yang digunakan.
Gambar skema/gambar alat utama jika ada,
atau didokumentasikan dalam foto..

D. CARA KERJA
Sajikan cara kerja dalam bentuk deskripsi yang singkat dan jelas,
atauu dalam bentuk diagram blok atau tabel kerja.

2 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
2 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

E. DATA PENGAMATAN
Catat hasil pengamatan dengan mengisi lembar pengamatan atau
buku kerja (logbooks) yang telah saudara siapkan. Data yang dicatat
adalah semua data yang dapat diamati selama proses praktikum
termasuk data kualitatif dan kuantitatif.

F. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bagian mahasiswa secara individu atau kelompok untuk
membahas hasil percobaan yang dilakukan dengan mengacu teori
yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka atau dasar teoritis, dan
tujuan percobaan.

G. SIMPULAN
Buatlah simpulan dari percobaan inkuiri yang telah saudara
lakukan dengan mengacu pada landasan teori, hasil percobaan,
pembahasan, dan tujuan percobaan.

H. EVALUASI DAN TUGAS
Pada kegiatan ini, maka mahasiswa secara individu untuk
menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas yang diberikan.

I. DAFTAR PUSTAKA

Tulis nama pengarang. Tahun penerbitan. Judul buku. Jilid, edisi
penerbit. Kota penerbit: nama penerbit.

Mengetahui, Semarang, tanggal-bulan-2020
Dosen Praktikum Praktikan

NIP. NIM.

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 3
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 3

Observasi Hutan Mangrove

MEMAHAMI METABOLIT PRIMER DAN
SEKUNDER, INKUIRI, KONSERVASI,
DAN ETNOMEDISIN

=

Teh Taxus Sumatrana

Akar Kuning Batang Bajakah

4 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
4 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

BBAABBIII

METABOLIT SEKUNDER, MODEL
INKUIRI, KONSERVASI, DAN KETERPADUAN
INKUIRI TERINTEGRASI ETNOSAINS DAN STEM

A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN
Pada bagaian ini akan disajikan uraian mengenai pengetahuan

faktual, konseptual, dan prosedural terkaiat metabolit sekunder dan
keragaman, manfaatnya bagi kehidupan, Inkuiri, sintaks dan level-level
inkuiri. Pada bab ini juga disajikan mengenai konservasi hutan tropis,
serta kerangka konseptual mengenai model keterpaduan antara Model
Pembelajaran Inkuiri Terintegrasi Etnosains dan STEM.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Pengetahuan

Mahasiswa mampu memahami mengenai pengrtahun faktual,
konseptual, dan prosedural mengenai ruang lingkup metabolit
sekunder keragaman, dan manfaatnya bagi kesehatan, Inkuiri, sintaks,
dan level-level Inkuiri. Tujuan pembelajaran ini juga agar mahasiswa
memahmi dan menerapkan pengetahun konservasi hutan tropis dan
pola integrasi keterpaduan antara Model Pembelajaran Inkuiri
Terintegrasi Etnosains dan STEM setelah diterapkan pembelajaran
inkuiri teintegrasi etnosains dan STEM.
2. Keterampilan:

Mahasiswa terampil dalam mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif melalui
pembelajaran inkuiri terintegrasi etnosains dan STEM dengan bahan
kajian uji bioaktivitas metabolit sekunder dari tanaman hutan tropis
Indonesia ini.
3. Sikap:

Mengembangkan karakter dan sikap konservasi terhadap
keanekaragaman hayati hutan tropis Indonesia, sikap cinta tanah air,
peduli lingkungan, dan sikap kinerja ilmiah pada mahasiswa setelah
diterapkan model pembelajaran pembelajaran inkuiri terintegrasi

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 5
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 5

etnosains dan STEM dengan bahan kajian uji bioaktivitas metabolit
sekunder dari tanaman hutan tropis Indonesia ini.

C. PEMBAHASAN MATERI PEMBELAJARAN
1. Memahami Metabolit Sekunder, Keragaman dan

Manfaatnya
Pada bagian ini akan dibahas mengenai Keberagaman senyawa

alami atau sering juga disebut senyawa organik bahan alam, yangmana
dihasilkan suatu mahkluk hidup, termasuk tumbuhan, hewan, atau
bakteri (Matsjeh, S., 2009). Pada bagian ini yang menjadi fokus adalah
keberagaman metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder tersebut
memainkan peranan penting bagi kehidupan organisme bersangkutan,
dalam hal memberikan karakteristik pada individu tanaman dan sebagai
daya tarik bagi mahkluk hidup lain, misalnya serangga, sebagai pewarna
alami dan komponen utama minyak atsiri, dan terkadang sebagai racun
yang melindungi kelangsungan hidup tumbuhan tersebut.
Keberagaman dari senyawa metabolit sekunder meliputi senyawa
terpenoid, steroid, flavonoid, poliketida, phenil propanoid, alkaloid,
saponin, dan Tanin (Sjamsul A, 1986). Jalur biosintesis senyawa
metabolit sekunder diturunkan dari metabolit primer (gula, asam amino,
lemak, dan nukleotida). Pada tumbuhan, pembentukan metabolit
sekunder dimulai dari asam piruvat dan asam shikimat yaitu senyawa
yang dihasilkan dari glikolisis glukosa dari hasil fotosintesis. Dari kedua
senyawa inilah berbagai metabolit sekunder diturunkan. Perbedaaan
metabolit primer dan sekunder berdasarkan kriteria berikut:
1. Metabolit sekunder distribusinya pada tanaman tidak universal

artinya tidak terdapat pada seluruh bagian tanaman, sedangkan
metabolit primer terdistribusi secara universal.
2. Metabolit primer memberikan keterlibatan langsung pada
metabolisme di dalam sel, sedangkan metabolit sekunder tidak
terlibat langsung pada metabolisme di dalam sel organisme yang
menghasilkannya.
3. Metabolit sekunder jauh lebih sedikit terkandung di dalam
tumbuhan atau binatang dibandingkan metabolit primer.
4. Pada saat ini sebenarnya sudah ditemukan jutaan senyawa metabolit
sekunder telah diketahui dari berbagai tanaman hutan tropis
Indonesia. Namun yang merupakan senyawa kunci hanya sebagian

6 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
6 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

kecil saja. Senyawa kimia kunci adalah senyawa kimia yang dapat
digunakan untuk mensintesis senyawa kimia lain danmenghasilkan
bahan kimia penting bagi kehidupan umat manusia. Senyawa kimia
kunci dari kimia organik ada yang hanya diubah sebagian saja, tanpa
menghilangkan inti strukturnya. Struktur kimia kunci hanya
dimodifiLasi atau mengalami konversi molekul. Perubahan kimia
seperti ini disebut semisintesis (Matsjeh, 2007). Metabolit sekunder
yang diisolasi dari tanaman hutan tropis banyak yang dapat
dijadikan senyawa kimia kunci baik untuk sintesis maupun
semisintesissenyawa lain..
5. Secara ilmiah nilai penting tumbuhan bagi komponen obat
terutama terletak pada struktur, gugus fungsi yang terdapat pada
berbagai senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan dari
tumbuhan (MBI, 2016). Keberagaman metabolit sekunder ini pada
awalnya dianggap sebagai sampah metabolisme. Namun demikian
saat ini diketahui bahwa senyawa metabolit sekunder tersebut
mempunyai peran dan manfaat penting bagi kehidupan. Bagi
tumbuhannya sendiri, beberapa senyawa metabolit sekunder
membantu tumbuhan menghindarkan diri dari gangguan herbivor,
dan menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
6. Metabolit sekunder Alkaloid adalah komponen metabolit sekunder
yang aktif dan pada saat ini diperkirakan berjumlah kurang lebih
3000 jenis yang telah diidentifikasi dari sekitar 4000 jenis
tumbuhan. Metabolit sekunder alkaloid terdistribusi secara luas
dalam dunia tumbuhan, namun demikian beberapa famili
tumbuhan seperti herba dikotil diketahui kaya akan kandungan
alkaloid. Famili-tumbuhan yang penting penghasil metabolit
sekunder alkaloid adalah Fabaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Secara
kimiawi struktur alkaloid sangat beragam, namaun mempunyai ciri
utama yaitu: mengandung nitrogen dan bersifat alkali (basa), dan
mempunyai rasa pahit. Metabolit sekunder alkaloid mempengaruhi
fisiologi paling banyak dengan sistem syaraf.
7. Manfaat dari beberapa senyawa metabolit sekunder lain yang berasal
dari hutan tropis di Indonesia, misalnya Tanaman Taxus Sumatrana
sebagai anti kanker (Hidayat, A et al, 2014), Mangrove sebagai anti
bakteri (Hariningtyas D.R, 2017), Ekstrak kayu Gaharu sebagai
Antirayap (Auditya M et al, 2019), dan ekstrak akar dan kayu Bajakah
sebagai antikanker (Moch Khoiry, 2019). sarang burung dari Papua
juga sebagai antikanker (Dinkes Papua, 2016).

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 7
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 7

2. Model Pembelajaran Inkuiri, Sntak dan Level-level Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang berarti

mengadakan penyelidikan. Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan mahasiswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Teori Bruner mengungkapkan pembelajaran inkuiri merupakan suatu
model pembelajaran yang lebih menekankan pentingnya pemahaman
tentang struktur materi dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar
aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya, dan nilai dari berfikir
secara induktif dalam belajar. Dalam pembelajaran inkuiri, dosen
memberikan contoh dan mahasiswa bekerja berdasarkan contoh
tersebut sampai menemukan hubungan antar bagian dari suatu struktur
bahan kajian. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka model
pembelajaran inkuiri adalah suatu model yang menuntut mahasiswa
untuk lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan
melakukan penyelidikan untuk menemukan sendiri suatu konsep
dimana dosen membimbing mahasiswa melakukan kegiatan dengan
memberi pertanyaan awal dan mengarahkannya pada suatu kegiatan
diskusi. Inkuiri memberikan pengalaman belajar yang nyata dan aktif
bagi mahasiswa, sehingga menjadi seorang ilmuan dan mereka diberi
kesempatan untuk menyelidiki dan mencari jawaban sendiri.

Pembelajaran dengan inkuiri masih sanat relevan dengan
pembelajaran abad 21. Oleh karena itu sistem pembelajaran abad 21,
menuntut perguruan tinggi untuk merubah pembelajaran dosen
menjadi pembelajaran berpusat mahasiswa agar didapatkan peserta
generasi masa depan yang mampu berpikir kritis, deduktif, dan induktif
dalam pembelajaran sains di era global saat ini. Kemampuan berpikir
kritis, deduktif, dan induktif akan mengantarkan mahasiswa untuk
menemukan, menyimpulkan serta memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan melalui model pembelajaran
Inkuiri (Poppy, K.D, 2018). Kegiatan dan aktivitas pembelajaran
inkuiri meliputi tiga kegiatan yaitu (1) exploration, dalam hal ini seorang
dosen berperan mengajukan pertanyaan dan permasalahan yang akan
dipecahkan oleh mahasiswa; (2) pengenalan konsep, pada kegiatan ini
mahasiswa melakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari; (3) aplikasi konsep, pada

8 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
8 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

kegiatan ini dosen menghadapkan mahasiswa pada situasi baru
berdasarkan kegiatan exploration dan aplikasi konsep ). Untuk
memahami model pembelajaran Inkuiri, maka pada Tabel 1 disajikan
aktivitas pembelajaranya.

Tabel 1. Aktivitas Pembelajaran Inkuiri dan capaian
kompetensi yang dikembangkan.

Aktivitas Kegiatan Deskripsi Capaian Pembelajaran
Pembelajaran Inkuiri
Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan
Mengamati mahasiswa misalnya membaca, mendengar,
(observing) menyimak, melihat (dengan atau tanpa alat).
Kompetensi yang ingin dikembangkan melalui
Menanya pengalaman belajar mengamati adalah melatih
(questioning) kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi
Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan
Pengemumpulan mahasiswa adalah mengajukan pertanyaan
informasi tentang informasi apa yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk
(experimenting) memperoleh informasi tambahan tentang apa
yang sedang diamati.
Kegiatan ini adalah melakukan percobaan,
membaca beragam sumber informasi lainnya
selain yang terdapat pada buku teks, mengamati
objek, mengamati kejadian, melakukan aktivitas
tertentu, hingga berwawancara dengan
narasumber. Kompetensi yang dikembangkan
adalah teliti, jujur, kesopanan, menghargai,
komunikasi, dan mengumpulkan informasi.

Mengasosiasi Bentuk kegiatan belajar yang dapat diberikan
(associating) antara lain pengolahan dan memperluas informasi
hingga informasi saling mendukung dan atau
bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan
adalah sikap jujur, teliti, disiplin, taat kepada
aturan, bekerja keras, mampu menerapkan suatu
prosedur

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 9
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 9

Komunikasi Memberikan pengalaman belajar untuk
(networking) melakukan kegiatan belajar berupa
menyampaikan hasil pengamatan inkuiri,
kesimpulan yang diperolehnya berdasarkan hasil
analisis,. Kompetensinya yang dikembangkan
sikap jujur, teliti, toleransi, berpikir secara
sistematis, mengutarakan pendapat dengan cara
yang singkat dan jelas, dan berbahasa secara baik
dan benar.

(Sumber: Ryzal Pratama, 2019)

Pada uraian di atas telah dibahas mengenai Pembelajaran
Inkuiri dan aktivisnya. Pada sajian berikut akan diuraikan mengenai
Model Pembelajaran Inkuiri terintegrasi Etnosains dan STEM, serta
sintak pembelajarannya adalah :

1. Menyajikan pertanyaan atau rumusan masalah : Sebelum
menyajikan pertanyaan atau masalah, mahasiswa melakukan
observasi dan wawancara mengenai pengetahuan masyarakat
lingkar hutan tropis terkait nama tanaman lokal yang sebagai obat
tradisional, ciri-ciri tanaman, bagian tanaman, cara pembuatannya,
mengapa dapat berkhasiat obat, dan cara pemakainnya. Hasil data
observasi dan informasi, kelompok mahasiswa merumuskan
masalah yang ada dalam bentuk kalimat tanya. Sebagai contoh :
Mengapa tanaman lokal hutan di Indonesia, misal Taxus Sumtrana
dan tanaman Bajakah mampu menyembukan penyakit kanker?

2. Merumuskan hipotesis : Dari rumusan masalah yang telah
ditetapkan untuk diselesaikan. Mahasiswa secara berkelompok
melakukan studi literatur dan studi laboratorium untuk mencari
penjelasan ilmiah mengenai kemampun suatu tanaman lokal hutan
di Indonesia (misal Taxus Sumtrana dan tanaman Bajakah) mampu
menyembukan penyakit kanker. Hasil studi literatur disusunlah
hipotesis. Misal Tanaman hutan tropis mampu sebagai
antikanker, karena adanya senyawa metablit sekunder yang
terkandung dalam Tanaman hutan tropis Taxus Sumatrana dan
Bajakah tersebut.

3. Merancang percobaan: Untuk menguji apakah hipotesis yang
disampaikan terbukti atau tidak, mahasiswa merancang percobaan.
Rancangan disusun dalam bentuk prosedur kerja. Pada penelitian

10 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
10 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

ini prosedur kerja yang dilakukan meliputi prosedur kerja
pengamatan di Hutan tropis, dan prosedur kerja laboratorium.
Prosedur kerja laboratorium meliputi isolasi, identifikasi, uji
struktur metabolit sekunder dari tanaman hutan tropis Taxus
Sumatrana dan Bajakah. Sebelum diterapkan, kelompok
mahasiswa presentasi di kelas untuk mendapatkan tanggapan dan
masukan terkait ketepatan alat/ instrumen dan bahan yang
digunakan, prosedur preparasinya, langkah kerja inkuiri ilmiah,
tabulasi datanya, cara perhitungannya, cara analisis datanya.
4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi dan
mengumpulkan data : Setelah diperoleh prosedur kerja yang baik,
setiap kelompok mahasiswa melakukan percobaan untuk menguji
hipotesis melalui serangkaian kegiatan yaitu pengumpulan bahan
adan alat, isolasi, identifikasi fitokimia, uji struktur, uji bioaktivitas
metabolit sekunder terhadap sel kanker dalam hal ini
menggunakan tikus mencit, dan dilakukan di Laboratorium
Biologi.
Dosen membimbing mahasiswa selama proses percobaan inkuiri
di dalam Laboratorium dan mengkonfirmasi jika ada hal-hal yang
kurang tepat; setelah memperoleh data, maka dilanjutkan analisis
data.
5. Menganalisis data dari percobaan untuk pengujian hipotesis :
Setelah mengumpulkan dan menganalisis data hasil pengujian
hipotesis, maka mahasiswa secara berkelompok menganalisis
datau untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan; dalam hal ini
misalnya jenis senyawa bioaktif metabolit sekunder yang memiliki
daya hambat pertumbuhan sel kanker. Pada percobaan ini adalah
ekstrak dari tanamanhutan tropis Indonesia, yaitu Taxus sumatran,
Bajakah, Mangrove, Jenitri dan Akar Kuning.
6. Membuat kesimpulan: Pada kaegiatan ini mahasiswa membuat
kesimpulan dari hasil uji hipotesis dan pembahasannya.
7. Mengkomunikasikan : Rangkaian hasil kerja sebelum, selama, dan
sesudah percobaan berbasis Laboratorium dikomunikasikan baik
secara tertulis maupun lisan. Untuk komunikasi tertulis, maka
mahasiswa secara individu wajib menyusun artikel yang berisi
Judul, abstrak, Pendahuluan, Metode, Hasil dan pembahasan,
Kesimpulan, Daftar Pustaka. Sedangkan untuk komunikasi lisan,
setiap kelompok mempresentasikan hasil kinerja ilmiah berbasis
Laboratorium di depan kelas.

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 11
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 11

3. Memahami Level –Level Inkuiri
Carl J. Wenning dalam tulisannya yang berjudul Level of inquiry:

Hierarchies of pedagogical practices and inquiry process menyatakan bahwa
tahapan inkuiri terdiri dari delapan macam yaitu discovery learning,
interactive demonstration, inquiry lesson, guided inquiry lab, bounded inquiry lab,
free inquiry lab, pure hypothetical inquiry, dan applied hypothetical inquiry
(Wenning, 2005). Berikut ini penjelasan dari kedelapan macam
tahapan tersebut.
1. Discovery Learning

Discovery learning merupakan bentuk paling fundamental dalam
pembelajaran inkuiri yang didasarkan pada pendekatan ”Eureka! I have
found it!”. Pada tahap ini, pembelajaran inkuiri tidak berfokus dalam
menemukan penerapan pengetahuan, tetapi membangun konsep dan
pengetahuan dari pengalaman.
2. Interactive Demonstration

Interactive Demonstration berarti seorang dosen menyajikan
pembelajaran sains melalui kegiatan demonstrasi yang melibatkan
mahasiswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran
berlangsung. dosen memberikan pertanyaan arahan kepada
mahasiswa yang bertujuan untuk menghadirkan respon seperti
prediksi, penjelasan lebih lanjut, dan menarik kesimpulan.
3. Inquiry Lesson

Inquiry lesson merupakan tahap lanjutan dari demonstrasi
interaktif menuju tahap laboratory experience. Inquiry lesson hampir mirip
dengan demonstrasi interaktif, namun sebenarnya terdapat perbedaan
penting. Pada tahap ini terdapat kegiatan percobaan sains yang lebih
kompleks daripada demonstrasi interaktif. Selain itu, dalam tahapan
ini bimbingan dosen lebih banyak diberikan secara langsung
menggunakan strategi pertanyaan. Dosen membantu mahasiswa
selama proses percobaan berlangsung dimana mahasiswa belajar
mengidentifikasi jenis variabel, dan mengontrol variabel tersebut.
4. Guided Inquiry Lab

Pada pendekatan inkuiri bentuk ini, dosen membimbing
mahasiswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada suatu diskusi. Dosen mempunyai peran aktif dalam
menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Dengan

12 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
12 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

pendekatan ini mahasiswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan
petunjuk dari dosen hingga mahasiswa dapat memahami konsep-
konsep pelajaran. Mahasiswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang
relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun
secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik
suatu kesimpulan secaramandiri.
5. Bounded Inquiry Lab

Tahap selanjutnya yaitu bounded inquiry lab, dimana mahasiswa
merancang dan mengadakan percobaan tanpa banyaknya panduan
dari dosen, tidak sebanyak pada tahap guided inquiry lab. Pada tahap ini
mahasiswa dilatih menyelesaikan permasalahan secara mandiri meski
masih mendapat panduan dari dosen.
6. Free Inquiry Lab

Pada tahap ini menempatkan mahasiswa seolah-olah bekerja
seperti seorang ilmuwan. Mahasiswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan untuk diselidiki, menemukan, menyelesaikan masalah
secara mandiri, dan merancang prosedur. Selama proses ini,
bimbingan dari dosen sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak
diberikan sama sekali. Ada kemungkinan mahasiswa mempunyai
alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung
bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Namun,
pendekatan ini jarang diterapkan karena membutuhkan kemampuan
yang lebih dari mahasiswa.
7. Pure Hypothetical Inquiry

Pendekatan ini maksudnya riset yang dilakukan secara empiris
penjelasan hipotesis dari hukum-hukum dan menggunkan hipotesis
tersebut untuk menjelaskan berbagai fenomena. Hasil yang akan
diperoleh pada tahap ini yaitu pembuktian dari hukum-hukum
sebelumnya atau pembuktian dari kesalahan hukum-hukum tersebut
sehingga memunculkan teori-teori baru.
8. Applied Hypothetical Inquiry

Pada tahap ini menempatkan mahasiswa untuk berperan aktif
dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata.
Mahasiswa harus membangun sebuah masalah untuk
memformulasikan hipotesisdari fakta-fakta, kemudian memberikan
argumen yang logis untuk mendukung hipotesis mereka. Beberapa
keunggulan dari model pembelajaran inkuiri adalah

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 13
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 13

1. Membantu mahasiswa untuk mengembangkan, kesiapan, serta
penguasaan keterampilan pada proses kognitif.

2. Mahasiswa memperoleh pengetahuan secara mandiri, sehingga
dapat memahami dan menyimpan pengetahuan yang dipero-
lehnya dalam memori jangka panjangnya.

3. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar mahasiswa
untuk belajar lebih giat lagi.

4. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan dan minat masing-masing.

5. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri
dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat
pada mahasiswa dengan peran dosen yang terbatas.

4. Konservasi Hutan Tropis dan Kerangka Konseptual Model
Inkuiri Terintegrasi Etnosains dan STEM
Universitas Negeri Semarang dikenal sebagai Universitas

Berwawasan konservasi dan Bereputasi Internasional. Salah satu pilar
konservasi adalah Konservasi keanekaragaman hayati. Dalam hal ini
bagaimana mengkonservasi keanekaragaman hayati melalui
penggunaan tanaman lokal sebagai tanaman obat secara bijaksana dan
penyelamatan potensi tanaman obat dari keanekaragaman hayati
tersebut melalui pembelajaran dan penelitian berbasis kerja
Laboratorium. Pengertian konservasi juga berkaitan dengan
mengembangkan tanaman obat berbasis kekayaan alam Indonesia
sekaligus mereputasikan sumber daya alam lokal ke kancah
Internasional. Namun peristiwa kebakaran dan penebangan hutan
menjadi keprihatinan bagi bangsa Indonesia, selain merusak ekosistem,
juga akan menghancurkan potensi tanaman yang bermanfaat bagi
manusia, apalagi kalau penjarahan hutan semakin marak, tidak lama
lagi pabrik-pabrik kimia yang ada di alam kita akan musnah (Sjamsul,
A.A et al, 2009); dan yang paling dirugikan adalah generasi mendatang,
karena akan kehilangan sumber daya metabolit sekunder yang
potensial untuk keperluan hidupnya.

Pentingnya konservasi akan metabolit sekunder pada tanaman
hutan tropis di Indonesia tersebut, maka penelitian ini terfokus pada
konservasi metabolit sekunder dan uji bioaktivitasnya melalui
pembelajaran Inkuiri terintegrasi Etnosains dan STEM pada mata
kuliah Kimia Orgnaik Bahan Alam (KOBA). Pada bidang ilmu Botani,

14 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
14 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

maka aktivitas konservasi dan produksi keanekaragaman hayati dapat
melalui kegiatan kultur Sel atau Kalus. Konservasi melalui kultur sel
ini diperoleh keuntungan sebagai berikut : (1) mampu meniadakan
kebutuhan berbagai jenis pohon lokal tanaman tropis penghasil
metabolit sekunder tertentu sebagai bahan baku obat yang
keberadaannya di alam mulai langka, (2) dapat menghasilkan
keragaman genetik tinggi selama proses pencarian varian yang
memiliki kandungan metabolit sekunder tertentu dan berkhasiat
sebagai obat, (3) dapat menghasilkan satu atau beberapa varian
tanaman dan metabolit sekunder yang memiliki karakter super atau
elite untuk studi manipulasi genetik atau studi lainnya, dan (4) dapat
digunakan sebagai bahan penelitian dalam mempelajari jalur
biosintesis sutau metabolit tertentu, misalnya proses biosintesis
metabolit sekunder dari Taxol Paclitaxel dari taxus sumatrana (Balick,
M. J., 1994, Hidayat A, et al, 2014).

Pada bagian kajian ini dibahas konservasi keanekaragaman
metabolit sekunder dari tanaman hutan tropis melalui pembelajaran
Inkuiri terintegrasi Etnosains dan STEM. Suatu Model Pembelajaran
Inkuiri terintegrasi Etnosains dan STEM, maka pada pembelajaran
tersebut terjadi aktivitas pembelajaran dengan sintaks inkuiri
diintegrasikan dengan konten dan konteks etnosains dan STEM.
Pendekatan STEM merupakan pendekatan pembelajaran inovatifpada
era revolusi Industri abad 21 ini. Pendekatan ini bertujuan untuk
menciptakan lingkungan belajar untuk mempermudah pembelajaran
dengan mengkaitkan pengetahuan masyarakat atau aspek budaya dalam
kontek STEM dalam upaya memberiakn penjelasan ilmiah (Scientific
Explanation) menurut Carl Gustav Hempel (1997), sehingga
pengetahuan masyarakat dapat dipahami secara ilmiah.

Penjelasan ilmiah dari pengetahuan masyarakat tersebut melalui
kinerja ilmiah berbasis Laboratorium beberapa aktivitas yaitu (1)
pembahasan mengenai keberagaman metabolit sekunder, dilanjutkan
percobaan isolasi dan identifikasi fitokimia dan struktur, uji
bioaktivitas sebagai antikanker. Pendekatan saintifik dengan model
pembelajaran inkuiri terintegrasi Etnosains dan STEM meliputi tujuh
langkah yaitu (1) orientasi masalah, (2) merumuskan masalah; (3)
merumuskan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5). menguji hipo-
tesis, dan (6). merumuskan kesimpulan, dan (7) mengkomunikasikan
melalui publikasi ilmiah, presentasi di seminar, atau di depan kelas
(Tahwil, M dan Liliasari, 2018).

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 15
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 15

Pada penyusunan desain Keterpaduan, maka dilakukan
analisis berbagai kerangka teoritis yang terkait model model
keterpaduan dalam pembelajaran sains. Hasil analisis, maka pada
penelitian ini ditetapkan desain keterpaduan antara Etnosains dan
STEM dibahas secara terpisah yaitu bidang kajian Etnosains dalam
kaitannya pengetahuan masyarakat (indegenous Science) dan Bidang
keilmuan metabolit sekunder dan bioaktivitasnya. Pada pembahasan
bidang keilmuan dibahas mengenai kajian isolasi, identifikasi, uji
fitokimia dan uji bioaktivitasnya sebagai antibakteri, antirayap,
antikanker dalam konteks komponen STEM. Model keterpaduan yang
dirujuk adalah model Keterpaduan model Forgety tipe Integrated
Etnosains dan STEM, seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Integrated Keterpaduan Etnosains dan STEM
Pada penerapannya dalam konten dan konteks Etnosains dan

STEM dibahas bersama atau terpadu (interdisipliner). Pada pendekatan
ini Mahasiswa dijelaskan Metabolit Sekunder yaitu mengenai
pengertian, klasifikasi senyawa metabolit sekunder, biosintesis, tehnik
isolasi dan identifikasi fitokimia, uji struktur, uji anti bakteri, antirayap,
dan atikanker dari ekstrak metabolit Sekunder dari beberapa tanaman
tanaman lokal hutan tropis di Indonesia yang dibahas secara mendalam
konteks STEM. Pada pembelajaran ini juga dibahas mengenai berbagai
cara analisis berbagai struktur metabolit sekunder dengan alat
spektroskopi, dibahas rendemen, data sifat fisik, data grafik; serta
hitungan matematika mengenai rendemen, konsentrasi, data uji
struktur dan kromatogram dari metabolit sekunder.

Pada bagian Etnosains dikaji secara mendalam pengetahuan
masyarakat terkait budaya konservasi dan kearifan lokal terkait proses
ekstraksi senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan aatau kehidupan,
pembuatan ekstrak dari tanaman lokal hutan tropis yang digunakan
oleh masyarakat lingkar hutan tropis sebagai obat. Pada kegiatan ini

16 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
16 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

mahasiswa diberikan beberapa contoh budaya di masyarakat mengenai
pengetahuan nama daerah tanaman hutan tropis tersebut, karakteristik
dan ciri-cirinya, manfaat, bagian yang bermanfaat, cara isolasi atau
mengekstrak secara tradisional; serta pola konservasi masyarakat
lingkar hutan terhadap tanaman yang berkhasiat obat tersebut. Pada
bagian tengah (Integrated) yaitu Etnosains dan STEM, maka mahasiswa
diberikan tugas proyek untuk Inkuiri dalam hal kegiatan ini mahasiswa
melakukan kegiatan observasi, merencanakan, melaksanakan, evaluasi
dan monitoring mengenai kegiatan Inkuiri berbasis observasi terhadap
tanaman lokal hutan tropis yang bersifta antikanker, anti rayap, anti
bakteri tertentu. Pada pembelajaran inkuri terintegrasi Etnosains dan
STEM, maka mengembangkan karakter konservasi, cinta tanah air dan
budaya, sikap dan kinerja ilmiah. Selain itu mahasiswa dituntut untuk
selalu berperilaku untuk selalu menamam, merawat, memelihara, dan
memanfaatkan semua sumber daya alam hayati dan non hayati yang
terdapat di Limgkungan sekitarnya, serta kekayaan alam Indonesia ini.

D. TUGAS DAN UMPAN BALIK
1. Pada bab ini telah dibahas mengenai ruang lingkup metabolit

sekunder, mohon jelaskan perbedaan antara metabolit primer dan
sekunder, keragaman metabolit sekunder, serta carilah beberapa
artikel dalam suatu jurnal mengenai manfaat metabolit sekunder
bagi kehidupan [kesehatan].
2. Jelakan sintak dari model pembelajaran inkuiri dan berikan contoh
untuk implementasinya pada pembelajaran Kimia Organik Bahan
Alam atau Bahan Kajian Metabolit Sekunder Tanaman Hutan
Tropis Indonesia.
3. Jelaskan jenis level-level pembelajaran Inkuiri menurut Wenning,
serta berikan contohnya setiap level tersebut
4. Mengapa konservasi keanekaragaman hayaati Indonesia penting
dilakun, serta bagaimana cara melakkan koservasi tanaman hutan
tropis Indonesia yang oleh masayarakat diyakini berkhasiat obat.
5. Jelaskan, tahapan yang harus dilakukan seorang dosen untuk
menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terintegrasi Etnosains
dan STEM.

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 17
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 17

Tugas 1. :

Pada kesempatan sekarang ini telah banyak artikel atau
publikasi lewat chanel Youtube membahas mengenai kemanfaatan
senyawa metabolit sekunder bagi kehidupan dan kesehatan. Mohon
saudara mencari satu link publikasi artikeld dan satu link channel
Youtube mengenai topik tersebut. Setelah saudara baca mohon
deskripsikan secara singkat isi inforrmasi pada artikel dan Channel
Youtube terkait topik tersebut dan hasil analisinya saudara tuliskan pada
Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Analisis Artikel dan Channel Youtube mengenai
Metabolit Sekunder dan manafaatnya bagi Kesehatan

No Judul artikel/channel dan Deskripsi singkat konten
alamat link. artikel/
Youtube

01

02

Tugas 2
Pada masa wabah Corona seperi saat ini (Medio April 2020),

banyak ditemukan berita atau infrmasi antiseptik dan antibakteri;
seperti dimuat dalam media online maupun pada artikel dalam jurnal
ilmiah. Pada saat ini ada informasi dalam link CNN Indonesia, Selasa,
03/03/2020 21:13 WIB yaitu lima antibakteri alami dapat Membunuh
bakteri dan kuman virusCorona, tersedia:

Deskripsikan dalam kotak ini

https://www.cnnindonesia.com/gaya-5-antibakteri-alami- yang-dapat-
membunuh-kuman-dan-virus. Saudara membaca artikel tersebut, serta
deskripsikan isinya.

18 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
18 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

BABABBIIIII

ISOLASI DAN UJI FITOKIMIA
METABOLIT SEKUNDER DARI SAMPEL

TANAMAN HUTAN TROPIS

A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan disajikan materi bidang kajian

senyawa metabolit yang dihasilkan dari suatu jaringan makhluk hidup,
metabolit sekunder dari tanaman, ruang lingkup isolasi dan ekstraksi,
dan identifikasi fitokimia metabolit sekunder berbasis inkuiri berbasis
Laboratorum. Pada akhir pertrmuan ini ada tugas dan umpan balik yang
harus dikerjakan mahasisa.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Pengetahuan :

Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan pengetahuan
konseptual, prosedural mengenai tehnik atau cara isolasi,
identifikasi uji fitokimia pada sampel ekstrak isolat dari tanaman
hutan tropis di Indonesia yang berkahsiat obart setelah dijelaskan
dosen, diskusi, tanya jawab, dan presentasi.
2. Keterampilan :
a) Mahasiswa terampil melakukan percobaan untuk isolasi dan

membuktikan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder
[alkaloid, steroid, terpenoid, flavonoid, fenolik, dan atau
saponin] dengan reagen dan reaksi kimia untuk berbagai
ekstrak tanaman hutan tropis di Indonesia.
b) Mahasiswa mampu mengkomunikasikan hasil percobaan uji
fitokimia dalam bentuk tulisan ilmiah atau presentasi pada
kegiatan ilmiah.
3. Sikap :
a) Mengembangkan sikap konservasi terhadap keanekaragaman
hayati dari tanaman hutan tropis dan memanfaatkan metabolit

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 19
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 19

sekunder sebagi obat tradisional untuk berbagai penyakit
secara bijaksana.
b) Mengembangkan sikap kinerja ilmiah seperti menggunakan
ilmu pengetahuan prosedural pada kinerja ilmiah untuk isolasi
dan identifikasi senyawa metabolit sekunder dari sampel
ekstrak tanaman hutan tropis Indonesia.

C. LANDASAN TEORI
1. Metabolit Primer, Sekunder dan Keberagamannya

Biosintesis merupakan proses pembentukan suatu metabolit
(produk metabolisme) dari molekul yang sederhana hingga menjadi
molekul yang lebih kompleks yang terjadi pada organisme.
Metabolisme pada mahluk hidup dapat dibagi menjadi metabolisme
primer dan sekunder. Metabolisme primer menghasilkan metabolit
primer sedangkan metabolisme sekunder menghasilkan metabolit
sekunder. Polisakarida, protein, lemak dan asam nukleat merupakan
penyusun utama dari makhluk hidup karena itu disebut metabolit
primer.

Sedangkan hasil dari proses metabolisme sekunder adalah
metabolit sekunder. Adapun metabolit primer dan sekunder termasuk
kedalam senyawa organik. Pada saat ini beberapa tanaman dapat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena kandungan metabolit
sekunder tertentu. Dengan demikian, jika suatu tanaman mengandung
senyawa metabolit tertentu, maka mempunyai bioaktifitas tertentu.
Senyawa metabolit sekunder yang meliputi alkaloid, steroid, flavonoid,
terpenoid, tanin dan saponin. Kandungan senyawa metabolit sekunder
dalam suatu tanaman dapat diketahui dengan suatu metode pendekatan
yang dapat memberikan informasi adanya senyawa metabolit sekunder.
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode skrinning
fitokimia (Harborne, 1987). Pada tumbuhan itu sendiri, disamping
memetabolisme bahan-bahan yang dibutuhkan untuk tumbuh dan
berkembang biak juga memetabolisme senyawa lain yang tidak
digunakan untuk tumbuh dan berkembang biak tetapi mempunyai
bioaktifitas tertentu, zat yang demikian ini disebut metabolit sekunder.
Zat yang termasuk metabolit sekunder dalam tumbuhan digolongkan
atas: kimia steroid, terpenoid, flavonoid, fenolik, saponin, tanin dan

20 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
20 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

alkaloid. Adapun penjelasan singkat dari setiap metabolit sekunder
sebagai berikut:
1) Senyawa Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa basa yang mengandung nitrogen
pada heterosiklik. Pada saat ini telah ditemukan lebih dari 6000 senyawa
alkaloid dan telah diisolasi. Secara umum alkaloid dapat dibagi atas 3
kelompok yaitu:
1. Alkaloid dengan atom nitrogen berada pada siklik, dan

biosintesanya berasal dari asam amino.
2. Protoalkaloid, gugus amina berada di luar rantai siklik, bersifat basa

dan metabolismenya juga berasal dari asam amino.
3. Pseudoalkaloid, senyawa bersifat basa dan mempunyai sifat-sifat

alkaloid, tetapi tidak berasal dari asam amino.
Alkaloid dapat pula diklarifikasikan berdasarkan inti heterosiklik

yang membangun senyawa tersebut, seperti: pirolidin, piperidin,
piridin, indol, kuinolin, imidasoi, indolizidin, kuinolizidin dan purin.
Telah diketahui beberapa senyawa alkaloid yang bersifat sebagai anti
tumor seperti alkaloid pirolisina, isokinolin, berzofenantridin, indol,
sefalotaksus dan komtotesin (Sutaryadi dalam Sri Yuliani, 2001). Pada
bagian ini kita bahas senyawa metabolit sekunder itu. Metabolit alkaloid
adalah senyawa basa yang mengandung nitrogen pada heterosiklik.
Beberapa contoh termasuk kedalam alkaloid yaitu pirolidin,
kuinolin,dan indol. Senyawa alkaloid dapat ditemukan di berbagai
bagian tumbuhan seperti ranting, daun, bunga, biji, akar dan kulit
batang yang bersifat sebagai racun yang mampu melindungi tumbuhan
dari serangga dan herbivora. Senyawa alkaloid dapat dijadikan sebagai
bahan obat-obatan. Senyawa alkaloid yang di isolasi mampu
menghambat penyerangan virus herpeks simpleks (HSV) (Miranda
dalam Tengo, 2013).

Adapun uji fitokimia pada alkaloid dapat diuji menggunakan
pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorff. Apabila terbentuk endapan,
maka menunjukkan adanya kandungan alkaloid. Pereaksi Mayer
memberikan endapan putih, dengan pereaksi Wagner memberikan
endapan coklat, dan pereaksi Dragendorff memberikan endapan jingga.
Berikut ini adalah beberapa contoh struktur alkaloid:

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 21
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 21

Gambar 2. Keragaman Struktur Alkaloid
2) Kimia Steroid

Metabolit sekunder selanjutnya yaitu steroid. Steroid adalah
molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang
saling bergabung. Steroid yang paling banyak adalah sterol yang
merupakan steroid alkohol. Kolesterol merupakan sterol utama pada
jaringan hewan. Kolesterol dan senyawa turunan esternya, dengan
lemaknya yang berantai panjang adalah komponen penting dari plasma
lipoprotein dan dari membran sel sebelah luar. Membran sel tumbuhan
mengandung jenis sterol lain terutama stigmasterol yang berbeda dari
kolesterol hanya dalam ikatan ganda di antara karbon 22 dan 23.
Stereoid merupakan senyawa yang banyak dimanfaatkan sebagai obat.
Hormon steroid umumnya diperoleh dari senyawa steroid alam
terutama dalam tumbuhan. Kandungan senyawa steroid dalam
tumbuhan, dapat diduga untuk mengobati kanker. Berdasarkan
strukturnya, maka golongan senyawa steroid merupakan molekul yang
besar dan strukturnya mendekati kemiripan dengan triterpen yang
mempunyai struktur dasar siklopentana fenantren yang disusun oleh 3
siklik 6 dan 1 siklik 5 dengan struktur dasar sebagai berikut:

Gambar 3. Struktur kerangka dasar steroid

22 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
22 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

Berdasarkn kerangka dasarnya diatas maka senyawa steroid
diketahui bahwa setroid merupkan turunan skualena, suatu triterpena;
juga karoten dan retinol. Steroid merupakan senyawa yang memiliki
kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri umum steroid ialah sistem empat
cincin yang tergabung. Cincin A, B dan C beranggotakan enam atom
karbon, dan cincin D beranggotakan lima. Steroid, semuanya
diturunkan dari struktur inti empat-cincin lebur yang sama, memiliki
peran biologis yang bervariasi seperti hormon dan molekul pensinyalan.

Steroid 18-karbon (C18) meliputi keluarga estrogen, sementara
steroid C19 terdiri dari androgen seperti testosteron dan androsteron.
Subkelas C21 meliputi progestagen, juga glukokortikoid dan
mineralokortikoid. Sekosteroid, terdiri dari bermacam ragam bentuk
vitamin D, dikarakterisasi oleh perpecahan cincin B dari struktur inti.
Contoh lain dari lemak sterol adalah asam empedu dan konjugat-
konjugatnya, yang pada mamalia merupakan turunan kolesterol yang
dioksidasi dan disintesis di dalam hati. Pada tumbuhan, senyawa yang
setara adalah fitosterol, seperti beta-Sitosterol, stigmasterol, dan
brasikasterol; senyawa terakhir ini juga digunakan sebagai bagi
pertumbuhan alga. Sterol dominan di dalam membran sel fungi adalah
ergosterol. Senyawa-senyawa turunan steroid memiliki fungsi yang
sangat penting dalam kelangsungan hidup organisme. Berbagai jenis
hormone, asam empedu dan berbagai macam senyawa anabolic adalah
turunan steroid. Keragaman turunan steroid dihasilkan melalui
transformasi struktur dan gugus fungsi steroid berdasarkan reaksi-
reaksi sekunder mengikuti keteraturan biogenetiknya.

Klasifikasi steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan
penegelompokan ini didasarkan pada efek fisiologis yang diberikan oleh
masing-masing senyawa. Kelompok-kelompok itu adalah sterol, asam-
asam empedu, hormon seks, hormon adrenokortikoid, aglikon kardiak
dan sapogenin. Ditinjau dari segi struktur molekul, perbedaan antara
berbagai kelompok steroid ini ditentukan oleh jenis substituen R1 , R2
dan R3 yang terikat pada kerangka dasar karbon. sedangkanperbedaan
antara senyawa yang satu dengan yang lain pada suatu kelompok
tertentu ditentukan oleh panjang rantai karbon R 1, gugus fungsi yang
terdapat pada substituen R 1, R 2, dan R 3, jumlah serta posisi gugus
fungsi oksigen dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari pusat-pusat
asimetris pada kerangka dasar karbon tersebut. Uji positif terhadap
sampel yang mengandung steroid adalah muncul warna biru, jika reaksi
dengan klorofom dan H2SO4 ( p).

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 23
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 23

3). Kimia Flavonoid
Senyawa flavonoida adalah kelompok senyawa fenol terbesar

yang ditemukan di alam. Senyawa ini merupakan zat warna merah,
ungu, biru dan kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Kimia Flavonoid diartikan sebagai kerangka dasar dengan 15 atom
karbon yang tersusun kedalam konfigurasi C6-C3-C6 (Sjamsul, A.A,
1997). Senyawa flavanoid ini berfungsi sebagai anti mutagenik dan anti
karsinogenik, antioksidan, anti peradangan, anti alergi, dan antioksidasi.
Sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid telah dilaporkan
memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang,
antialergi dan antikanker. Efek antioksidan senyawa ini disebabkan oleh
penangkapan radikal bebas melalui donor atom hidrogendari gugus
fungsi hidroksil flavonoid

Pada kinerja ilmiah, maka uji fitokimia kandungan flavanoid, uji
positifnya menghasilkan warna merah muda atau merah dengan
pereaksi yang spesifik untuk uji Flavonoid yang disajikan dalam
prosedur kerja dalam panduan ini. Flavonoid merupakan kerangka
dasar dengan 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6 – C3
– C6, dalam hal ini C6 adalah siklik aromatis yang dihubungkan dengan
unit 3 atom karbon yang rantainya dapat membentuk atau tidak
membentuk siklik ketiga pada struktur flavonoid tersebut. Susunan
rantai dari 3 atom karbon pada flavonoid dapat membentuk tiga jenis
struktur yaitu:

Gambar 4. Kerangka Dasar struktur Flavonoid
Menurut Pratt dan Hudson (1990) dan beberapa artikel lainnya,
golongan flavonoid yang memiliki aktifitas antioksidan adalah flavon,
flavonoid, isoflavon kateksin dan kalkon. Senyawa yang memiliki
khasiat sebagai anti oksidan ini berfungsi sebagai pencegah terjadinya
penyakit kanker pada makhluk hidup. Golongan senyawa Flavonoid

24 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
24 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

yang memiliki gugus fungsi yang terikat pada cincin flavonoid dapat di
analisis dengan menambahkan suatu pereaksi geser pada larutan
flavonoid dalam metanol seperti larutan AlCl3 + HCl, AlCl3, NaOMe,
NaOAc, NaOAc + H3BO3. Senyawa flavonoid ada yang berupa
aglikon saja dan ada pula yang berbentuk glikosida (aglikon dan gula).
Flavonoid juga ada yang berikatan dengan gugus sulfat yang disebut
flavonoid sulfat dan ada yang terikat dengan flavonoid lainnya disebut
biflavonoid.
4) Senyawa Terpenoid

Senyawa Terpenoid merupakan komponen-komponen
tumbuhan yang mempunyai bau dan dapat diisolasi dari minyak atsiri.
Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari
penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom
hidrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8:5 dan
dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut
adalah golongan terpenoid (Lenny, 2006). Minyak atsiri bukanlah
senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang
kadangkala terdiri dari lebih 25 senyawa atau komponen yang berlainan.
Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak
atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan
struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hidrogen
dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan
perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah
golongan terpenoid. Minyak atsiri merupakan campuran senyawa
organik yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25 senyawa atau
komponen yang berlainan. Komponen minyak atsiri adalah senyawa
yang hanya mengandung karbon dan hidrogen atau karbon, hidrogen
dan oksigen.

Minyak atsiri adalah bahan yang mudah menguap sehingga
mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang terdapat dalam
tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah
memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan dengan proses
destilasi. Pada proses distila, uap air dialirkan kedalam tumpukan
jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama
dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan membentuk
lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan.
Minyak atsiri terdiri dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid
(atom C 10) dan seskuiterpenoid (atom C 15). Triterpenoid adalah

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 25
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 25

senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene
dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu
skualena. Triterpenoid dapat digolongkan menjadi triterpena
sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung.

Berdasarkan biosintsisnya, maka senyawa terpenoid berasal
dari molekul isoprene yakni rantai beranggotakan 5 rantai karbon
bercabang metil pada karbon nomor 2 atau kelipatannya, CH2 == C
(CH3 ) ─CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu
dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan
yang terdapat dalam senyawa tersebut, yaitu monoterpenoid,
seskuiterpenoid, diterpenoid, triterpenoid, dan tetra terpenoid.
Beberapa Senyawa seskuiterpen,yaitu asam ursolat yang terdapat dalam
berbagai tanaman, bersifat penghambat kanker dan menurukan gula
darah, asam betulinat yang terkandung buah kayu putih yang bersifat
anti diabetes, azadiraktin dan biji mimba yang digunakan sebagai
pestisida. Pada berbagaim acam aroma parfum kebanyakan adalah
senyawa terpenoid. Uji fitokimia positif kandungan terpenoid adalah
dihasilkan warna merah, jingga atau ungu, jika bereaksi dengan
anhidridat assetat dan asam sulfat pekat atau sering disebut sebagai
reagen Liebermann-Burchard.

Pada saat untuk proses isolasi atau ekstraksi terpenoid
umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan
maserasi. Proses Sokletasi diilakukan dengan melakukan disokletasi
pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-
hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak
n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia Teknik maserasi
menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan lalu lalu
dihidriolisis dalam 100 mL HCl 4M. Hasil hidrolisis diekstraksi dengan
5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan
dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji
fitokimia.
5) Senyawa Saponin dan Tanin

Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol. Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti santan.
Pemanfaatan senyawa sapoin adalah sebagai antibakteri dan penghilang
rasa sakit. Rekayasa yang dilakukan untuk senyawa saponin adalah
pembuatan obat penyembuh luka dari tanaman pisang yang

26 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
26 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

megandung saponin. Saponin merupakan golongan senyawa alam yang
rumit, yang mempunyai massa dan molekul sangat besar, dengan
kegunaan nya yang luas. Saponin memiliki rasa pahit yang menusuk dan
menyebabkan bersin dan iritasi pada selaput lendir. Sifat-Sifat Saponin
(a) mempunyai rasa yang pahit, (b) Dalam larutan air membentuk buih
stabil, (c) menghemolisa eritrosit, (d) merupakan racun yang sangat kuat
untuk ikan, amfibi dan hewan predator, (e) membentuk persenyawaan
dengan kolesterol dan hidroksiteroid lainya, (f) Sulit untuk dimurnikan
dan diidentifikasi, (g) berat molekul relatif tinggi. . Jenis-jenis saponin
adalah (a) Saponin steroid, (b) Saponin triterpenoid.

Uji fitokimia pada saponin dilakukan dengan uji busa dan uji
warna. Adanya kandungan saponin ditunjukkan dengan pembentukan
busa yang stabil selama 30 detik setelah pengocokkan. Identifikasi
dengan uji warna dilakukan dengan pelarut kloroform yang dipanaskan
dan penambahan pereaksi Liebermann Burchard (LB), jika pada larutan
menghasilkan cincin warna coklat atau violet menunjukkan adanya
saponin triterpen, sedangkan jika menghailkan cincin warna hijau atau
biru menunjukkan adanya saponin steroid,

Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman.Tanin merupakan
senyawa yang mempunyai berat molekul 500-3000 dan mengandung
sejumlah besar gugus hidroksi fenolik yang memungkinkan
membentuk ikatan silang yang efektif dengan protein dan molekul-
molekul lain seperti polisakarida, asam amino, asam lemak dan asam
nukleat. Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang mudah
terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis
merupakan polimer gallic dan ellagic acid yang berikatan ester dengan
sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi merupakan
polimer senyawa flavonoid dengan ikatan karbon-karbon berupa
cathecin dan gallocathecin (Patra dan Saxena, 2010). Tanin yang berasal
dari hijauan (leguminosa) umumnya membentuk tanin terkondensasi
dan mempunyai ikatan kompleks dengan protein yang lebih kuat
dibandingkan dengan tanin terhidrolisis. Tanin dapat berinteraksi
dengan protein dan ada tiga bentuk ikatan yaitu: (1) ikatan hidrogen, (2)
ikatan ion, (3) ikatan kovalen. Tanin terhidrolisis dan terkondensasi
berikatan dengan protein dengan membentuk ikatan hidrogen antara
kelompok fenol dari tanin dan kelompok karboksil (aromatik dan
alifatik) dari protein. Ikatan kuat antara tanin dan protein akan
berpengaruh terhadap kecernaan protein.

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 27
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 27

6) Senyawa Fenolik dan Fenilpropanoid
Senyawa fenolik adalah senyawa yang banyak ditemukan pada

tumbuhan. Senyawa Fenolik memiliki cincin aromatis satu atau lebih
gugus hidroksi (OH) dan gugus-gugus lain penyertanya. Pada
rekayasanya, senyawa fenolik banyak dimanfaatkan sebagai antioksidan
dan sebagai penangkal radikal bebas. Tanaman obat merupakan sumber
antioksidan eksogen yang bersifat alami. Antioksidan alami yang
terkandung pada tanaman yaitu senyawa polifenol, karotenoid, dan
vitamin. Antioksidan ini memiliki berbagai efek farmakologis seperti
anti inflamasi, anti kanker, anti bakteri, dan anti virus (Saxena, Saxena,
& Pradhan, 2012). Salah satu tanaman di Indonesia yang dimanfaatkan
masyarakat secara tradisional sebagai obat adalah batang pulai (Alstonia
scholaris R). Bagian tanaman yang sering digunakan adalah daun, kulit
batang, dan bunga. Tanaman pulai di Indonesia telah dimanfaatkan
masyarakat secara tradisional untuk pengobatan demam, malaria,
batuk berdahak, diare, kencing manis, penurun kolesterol, cacingan,
rematik akut, borok, hipertensi.

Senyawa fenolik biasanya terdapat dalam organisme dalam
jumlah yang sangat sedikit. Pekerjaan isolasi membutuhkan ketrampilan
dan pengalaman dalam memadukan berbagai teknik pemisahan. Untuk
mendapatkan senyawa murni biasanya peneliti menggunakan beberapa
teknik ekstraksi dan kromatografi. Teknik ekstraksi senyawa organik
bahan alam yang biasa digunakan antara lain maserasi, perkolasi, dan
sokletasi. Sedangkan teknik kromatorafi yang biasa digunakan antara
lain kromatografi lapis tipis, kromatografi cair vakum, dan
kromatografi kolom. Pemilihan jenis metode biasanya dilakukan
berdasarkan pengalaman peneliti maupun hasil penelitian yang telah
dilaporkan sebelumnya. Senyawa fenilpropanoid merupakan senyawa
fenol alam yang mempunyai cincin aromatik dengan rantai samping
terdiri dari 3 atom karbon.

Gambar 5. Struktur senyawa Fenilpropanoid

28 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
28 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

Kerangka dasar fenil propanoid Fenil propanoid seperti Gmabar
diatas mewakili kelompok besar produk alamiah yang diturunkan dari
asam amino fenilalanin dan tirosin atau dalam beberapa kasus, di
tengah jalur biosintesisnya melalui biosintesis asam sikimat. Seperti
yang terlihat dari namanya, kebanyakan senyawa yang terkandung
dalam strukturnya adalah cincin fenil vang terletak dalam tiga sisi rantai
Karbon propana. Karena kebanyakan fenl propanoid di alam
merupakan fenolik dengan satu atau lebih kelompok hidroksil dalam
cincin aromatis, maka sering disebut sebagai tumbuhan fenolik

Adapun golongan fenil propanoid yang paling tersebar luas
adalah asam hidroksi sinamat, yaitu senyawa yang merupakan bangunan
dasar lignin. Golongan senyawa fenil propanoid yang banyak dan
tersebar luas ditumbuhan adalah asam hidroksi sinamat, yaitu suatu
senyawa yang merupakan bangunan dasar lignin. Empat macam asam
hidroksi sinamat banyak terdapat dalam tumbuhan. Keempat senyawa
tersebut yaitu asam ferulat, sinapat, kafeat dan p-kumarat. Senyawa
fenil propanoid merupakan salah satu kelompok senyawa
fenol utama yang berasal dari jalur shikimat. Pada uraian berikut
disajikan kelompok senyawa fenil propanoid adalah:
1) Kelompok Sinamat

Asam sinamat memiliki rumus kimia C6H5CHCHCOOH atau
C9H8O2, berwujud kristal putih, sedikit larut dalam air, dan
mempunyai titik leleh 133°C serta titik didih 300°C. Asam sinamat
termasuk senyawa fenol yang dihasilkan dari lintasan asam sikimat dan
reaksi berikutnya.
2) Kelompok Kumarin

Nama kumarin berasal dari bahasa Karibia "Coumarou" vang
berarti pohontonka (Coumarouna adorata Abl), yaitu tumbuhan
pertama yang diketahui mengandung kumarin. Barulah pada tahun
1868, kumarin dikenal dengan rumus C9H602. Senyawa vang
mengandung kumarin (2H-1-benzopyran-2-one) merupakan sebuah
kelompok yang penting dari heterosiklis dan banvak contoh vang
ditemukan di alam
3) Kelompol Alilfenol dan propenilfenol

Senyawa ini ditemukan banyak dalam minyak atsiri dr tumbuhan
Umbelliferae atau tumbuhan lain yg digunakan sbg rempah-rempah,
spt eugenol dr minyak cengkeh dan miristisin yg tdpt dlm minyak pala.

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 29
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 29

Semua senyawa mempunyai gugus hidroksil atau gugus eter pada C4,
terkadang diikuti oleh gugus metoksi atau metilendioksi. Uji fitokimia
fenolik adalah mennggunakan reagen FeCl3 dan dihasilkan warna biru
atau biru ungu.

2. Isolasi dan Ekstraksi Metabolit Sekunder
Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam itu adalah

sebuah cara untuk memisahkan senyawa yang bercampur sehingga
dapat menghasilkan senyawa tunggal yang murni. Seperti halnya pada
saat seorang ilmuwan ingin mendapatkan suatu senyawa yang terdapat
pada tumbuhan. Pada tumbuhan terkandung ribuan bahkan jutaan
senyawa, baik sebagai metabolit primer ataupun metabolit sekunder.
Pada proses isolasi senyawa dari bahan alam ini mentargetkan untuk
mengisolasi senyawa metabolit sekunder, karena senyawa metabolit
sekunder telah terbukti dapat memberikan manfaat terhadap
kehidupan manusia., terutama dalam bidang kesehatan Prinsip dasar
Isolasi adalah proses pemisahan metabolit sekunder dengan
menggunakan pelarut yang sesuai.

Selain dikenal istilah isolasi juga dikenal proses ekstraksi Proses
ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan zat berdasarkan
perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling
melarutkan, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Ekstraksi
sebagai salah satu dari metode pemisahan dengan melarutkan bahan
campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini
adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu. Beberapa macam
ekstraksi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut, ekstraksi
dengan sokletasi, dan destilasi. Pada bagian berikut ini akan dibahas
beberapa metode ekstraksi, yaitu:
a) Ekstraksi Cara Dingin : Metoda ini artinya tidak ada proses

pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung. Ekstraksi dengan
menggunakan metoda ini bertujuan untuk menghindari rusaknya
senyawa akibat pemanasan. Jenis ektraksi dingin diantaranya:
b) Maserasi: Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan
menggunakan pelarut diam, atau dengan beberapa kali
pengocokan pada suhu ruang. Maserasi kinetic merupakan metoda
maserasi dengan pengadukan secara sinambung tapi yang ini jarang
digunakan.

30 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
30 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

c) Perkolasi : Perkolasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan
pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction)
yang umumnya dilakukan pada suhu ruangan.

d) Ekstraksi Cara Panas :
Metoda ini melibatkan panas pada prosesnya. Dengan adanya

panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian
dibandingkan dengan cara dingin. Ekstraksi dengan cara panas ada
beberapa macam, diantaranya: (a) Refluk yaitu proses ekstraksi dengan
pelarut yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut. Selama waktu
tertentu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan
proses pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi
sempurna.. Prosedurnya: masukkan sampel dalam wadah, pasangkan
kondensor, panaskan.

Pada proses ekstraksi ini, maka pelarut mengekstraksi dengan
panas, terus menguap sebagai senyawa murni, kemudian
didinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah, mengekstraksi lagi
dan seterusnya, (2) Ekstraksi dengan alat Soxhlet, ekstraksi ini
merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya
dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan
dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan
dalam alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam
wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut
didinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang
selanjutnya mengekstraksi sampel, (3) Ekstraksi dengan destilasi uap.
Pada ekstraksi dengan menggunakan uap merupakan ekstraksi
senyawa dengan kandungan yang mudah menguap. Biasanya
digunakan pada campuran senyawa yang memiliki titik didih mencapai
200 0C atau lebih. Atau suhu mendekati 100 0C dalam tekanan
atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Uap air
mendidih dari campuran naik ke atas menuju ke kondensor dan
akhirnya masuk ke labu distilat sebagai destilat bahan alam (metabolit
sekunder).

D. PROSEDUR KERJA ISOLASI DAN UJ I FITOKIMIA
1. Alat dan Bahan Percobaan Isolasi Metabolit Sekunder

Pada penelitian ini disiapkan beberapa alat gelas untuk kegiatan
isolasi dan ekstraksi metabolit sekunder dari sampel tanaman hutan

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 31
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 31

tropis Indonesia yaitu alat refluks, alat distilasi, alat soklet, dan beberapa
gelas kimia lainnya. Pada percobaan ini yang digunakan adalah sebagai
sampel percobaan adalah ekstrak dari berbagai tanaman hutan tropis
yang oleh masyarakat diyakini dan dimanfaatkan sebagai obat untuk
berbagai penyakit, yaitu serbuk atau ekstrak dari bahan Bajakah, Taxus
Sumatrana, Jenitri, Mangrove, dan Akar kuning.

2. Alat dan Bahan Percobaan Isolasi Metabolit Sekunder
a) Uji fitokimia alkaloid, alat yang digunakan adalah lumpang dan alu,

tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung reaksi, kertas
b) Saring dan spatula. Sedangkan bahan yang digunakan adalah

sampel serbuk atau ekstrak dari tanaman hutan tropis, kloroform-
amoniak, asam sulfat, reagen Mayer, dan reagen Dragendorff.
c) Uji fitokimia steroid dan terpenoid, alat yang digunakan adalah
tabung reaksi, pemanas, kertas saring, pipet tetes, pelat tetes.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel serbuk dari
sampel tanaman hutan tropis Indonesa, etanol, kloroform,
aquades, norit, anhidrida asetat, dan asam sulfat pekat.
d) Uji fitokimia flavonoid, alat yang digunakanadalah tabung reaksi,
dan pipet tetes. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel
ekstrak dari “berbagai tanaman hutan tropis”, dan serbuk logam Mg
dan HCl.
e) Uji fitokimia fenolik, alat yang digunakan adalah tabung reaksi dan
pipet. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel tanaman
hutan tropis Indonesia dan FeCl3.
f) Uji fitokimia saponin, alat yang digunakan tabung reaksi dan pipet
tetes.

3. Prosedur kerja Isolasi senyawa Metabolit sekunder
Serbuk kering kayu batang dari Bajakah (25 gram) dimaserasi

dengan metanol selama 2 x 24 jam lalu disaring ekstraktnya dan
dimaserasi ulang sebanyak dua kali sesuai dengan cara maserasi awal.
Ekstrak metanol dipekatkan dalam alat evaporator pada tekanan
rendah sehingga diperoleh cairan kental. Sebanyak kurang 50 mL
larutan pekat ini dievaporasi hingga kering atau pekat dan larutan pekat

32 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
32 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

ini digunakan untuk uji fitokimia, uji struktur, anti bakteri, dan
antikanker.

Pada percobaan ini selain dengan cara maserasi juga dilakukan
proses sokletasi dari serbuk sampell dari bagian tanaman huatn tropis
(akar, batang, dan biji) sesuai kepercayaan masyarakat mengenai bagian
tanaman hutan tropis sebagai obat tradisional. Sedangkan sebagai
pelarut untuk ekstraktan selain metanol juga digunakan pelarut organik
lain dalam hal ini benzena, etanol, n-heksana. Pada saat penelitian ini,
kondisi Indonesia terdapat wabah Covid 19, sehingga ketersediaan
pelarut organik sangat terbatas dan mahal Pertimbangan itulah dalam
penelitian inkuiri berbasis Laboratorium ini.

4. Prosedur Kerja Uji Fitokimia

1. Identifikasi Alkaloid (Metode Culvenor Fitzgerald)

a) Siapkan 2 gram sampel kering yang telah dibuat serbuk,
sampel yang digunakan yaitu sampel berbagai ekstrak/serbuk
dari tanaman hutan tropis.

b) Masukkan sampel ke dalam lumpang, kemudian tambahkan
10 mL kloroform. Gerus secara hati-hati

c) Tambahkan 5 mL kloroform-amoniak 0,05 M ke dalam
lumpang dan lakukan penggerusan kembali, dan saring.

d) Ke dalam tabung reaksi yang berisi hasil penyaringan,
tambahkan 10-20 tetes H2SO4 2 N lalu kocok perlahan selama
2-3 menit.

e) Biarkan campuran hingga terjadi pemisahan di dalam tabung
reaksi.

f) Pisahkan lapisan asam sulfat (lapisan atas) yang terbentuk
untuk dianalisis.

g) Siapkan 2 tabung reaksi bersih (tabung A dan tabung B),
setiap tabung diisi dengan sedikit asam sulfat (2-3 tetes) yang
diperoleh pada langkah 6.

h) Lakukan pengujian pada tabung A dengan menambahkan
reagen Mayer, dan diamati endapan/kabut putih yang
terbentuk.

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 33
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 33

i) Pada tabung B tambahkan reagen Dragendorf, jika terbentuk
endapan jingga atau merah, berarti positip terhadap alkaloid.

2. Identifikasi Steroid dan Terpenoid (Liberman Buchard Test)

a) Siapkan 2 gram sampel kering serbuk dari salah satu ekstrak
tanaman hutan tropis, masukkan sampel ke dalam tabung
reaksi bersih dan kering.

b) Didihkan sampel dengan etanol 25 mL selama 25 menit.
c) Dalam keadaan panas saring campuran, kemudian uapkan

pelarut hingga kering.
d) Masukkan ekstrak kering yang diperoleh ke dalam lumpang

lalu tambahkan sedikit pasir dan kloroform, gerus campuran
beberapa saat.
e) Saring campuran ke dalam tabung reaksi besar, lalu
tambahkan aquades dan campuran dikocok 2-3 menit.
f) Biarkan campuran hingga terbentuk 2 lapisan yang terpisah,
kemudian ambil fraksi kloroform yang terbentuk untuk
dilakukan uji terhadap steroid dan terpenoid. Sedangkan fraksi
air yang terbentuk dilakukan untuk uji terhadap flavonoid,
fenolik dan saponin.
g) Tambahkan serbuk norit secukupnya ke dalam fraksi
kloroform yang diperoleh, lalu kocok sebentar dan biarkan
hingga serbuk norit mengendap.
h) Ambil fraksi kloroform dengan menggunakan pipet tetes,
teteskan ke dalam pelat tetes kemudian biarkan hingga pelarut
menguap.
i) Tambahkan ke dalam pelat tetes beberapa anhidrida asetat
dan asam sulfat pekat.
j) Sebagai pembanding tambahkan H2SO4 pekat tanpa
penambahan anhidrida asetat.
k) Amati warna yang terjadi pada pelat tetes. Warna
merah/merah keunguan adalah terpenoid dan warna
hijau/hijau biru adalah steroid.

34 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
34 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

3. Identifikasi Flavonoid
a) Masukkan beberapa tetes fraksi air dari langkah B-6 ke dalam
tabung reaksi.
b) Tambahkan serbuk logam Mg dan beberapa tetes HCl pekat.
c) Amati terbentuknya warna pink sampai merah (kecuali untuk
isoflavon).

4. Identifikasi Fenolik
a) Masukkan beberapa tetes fraksi air dari langkah B-6 ke dalam
tabung reaksi.
b) Tambahkan FeCl3.
c) Amati terbentuknya warna biru atau biru ungu yang
menunjukkan posotip terhadap fenolik.

5. Identifikasi Saponin
a) Masukkan 1 ml fraksi air ke dalam tabung reaksi.
b) Kocok tabung reaksi selama 1-2 menit.
c) Terbentuknya busa yang cukup permanen (tidak hilang selama
5 menit) menunjukkan positip terhadap safonin.

E. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
1. Dokumen Foto dan Video Selama Kegiatan Percobaan untuk

isolasi dri metabolit sekunder dari sampel ekstrak tanaman hutan
tropis, yaitu Bajakah, Akar Kuning, Jenitri, Mangrove dan Taxus
Sumatrana.

Cantumkan foto atau video atau saudara dapat mencantumkan alamat
link Youtube video kegiatan pembelajaran isolasi dan uji Fitokimia.

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 35
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 35

2.. Pengamatan Organoleptis

Pada kkeeggiiaattaanniinnii,, saudara melakukan isolasi senyawa metabolit
sekunder dari metabolit sekunder dari sampel hutan tropis Indonesia,
hasil pengamatan organoleptis disajikan sebagai berikut.

TabeTla3b.el 3HHasailsiPl ePnegnagmamataatnanoorgrgananoolelpeptitsishhaassilil iissoollaassii metabolit
sekunder sekunder

No Sampel Warna KWeakrennatalanKekevnotalulamne Bvoaluu/mraesa Bau/rasa

01 Ekstrak
Bajakah

02 Ekstrak AAkkaarr
Kuning

03 Ekstrak Taxus
Sumatrana

04. Ekstrak Jenitri

05 Ekstrak
Mangrroovvee

3. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Bajakah [Contoh dari 5 sampel
yang dieliti]

a. Identifikasi Alkaloid

No. Deskripsi Cara Kerja Deskripsi Hasil Ket.
Pengamatan (+/-)

1. 2 gram sampel + pasir
+ kloroform
+ kloroform -amoniak,
2. disaring

3. Filtrat + H2SO4 pekat,
dikocok
Dibiarkan hingga
campuran memisah,
4. dibagi menjadi du tabung
(tabung A dan tabung B) -

5. Tabung A + Reagen
Mayer

36 | Buku Lembar Kerja Mahasiswa Kegiatan
36 | BUKU LEMBAR KERJA MAHASISWA

6. Tabung B + Reagen
Dragendorf

b. Identifikasi Steroid dan Terpenoid

No. Deskripsi Cara Kerja Deskripsi Hasil Ket.
Pengamatan (+/-)

1. 2 gram sampel + etanol,
dididihkan

2. Campuran difiltrasi dan
pelarutnya diuapkan

3. Ekstrak kering + pasir +
kloroform. digerus

4. Campuran di saring +
aquades, dikocok

Campuran dibiarkan
5. menjadi 2 lapisan (fraksi

kloroform dan fraksi air)

Fraksi kloroform +
6. serbuk norit, dikocok dan

dibiarkan mengendap

Fraksi klorofom
diletakkan di pelat tetes,
7. kemudian pelarutnya

dibiarkan menguap

Pelat tetes A :

8. Fraksi kloroform +
anhidrida asetat + H2SO4
pekat

Pelat tetes B :

9. Fraksi kloroform +
H2SO4 pekat (tanpa
anhidrida asetat)

Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 37
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., dkk. | 37


Click to View FlipBook Version