SI GELIS XII MIPA 6 (haSIl GErakan LIteraSi) TRIANA HARDININGSIH, M.Pd. Agbelta Alfian Ameilya Anastasya Araminta Asyifa Aulya Azzahra Bagas Bintang Damar Deshika Devita Fadhia Fairuzetha Fino Friska Irfan Lyliani Marisa Wisely Rafly Erica Nasya Nurnaning Octavio Mutia Qotrun Rahma Daffa Regita Sevina Steaven Tika Verika Zaenal SMAN 1 PURWODADI 2022/2023
Nama : AGBELTA ELVIRA CAROLINE Kelas : XII MIPA 6 No. : 1 Judul : Di Ambang Kematian Penulis : Jeropoint Penerbit : BENTANG PUSTAKA Tahun terbit : 2022 Halaman : -
Ringkasan: Nadia adalah seorang anak bungsu dari dua bersaudara. Memiliki kakak laki-laki yang jarak usianya lebih tua 4 tahun darinya. Meskipun mereka sering bertengkar, tapi dulu kakaknya telah mengajarkan banyak hal padanya yang mana sampai sekarang telah menjelma menjadi suatu kebiasaan, misalnya tutup mata dan telinga ketika 'dia' datang. 'dia' yang di maksud ialah makhluk bengis yang meneror mereka sejak kecil, tubuhnya manusia namun kepalanya berwujud kambing, mata merah menyala, dan telapak tangan besar lengkap dengan kuku hitam panjang lebih tajam dari pisau. Keluarga Nadia tinggal di salah satu kota besar di Jawa Timur, dulu keluarganya bisa dibilang keluarga yang bahagia semuanya nyaris sempurna, kedua orang tuanya adalah pedagang di pasar, dari toko kecil kemudian merambat pesat sampai punya toko besar dan jadi distributor sembako ke warung-warung yang menyebar sampai ke kota seberang. Perkembangan usaha kedua orang tuanya amat pesat dalam waktu yang terbilang singkat. Mereka tinggal di kawasan perumahan, diantara rumah lain hanya rumahnya lah yang sibuk karena tak berhenti merenovasi. Awalnya semua baik-baik aja sampai suatu ketika ibu Nadia menjadi aneh, sering melamun, pandangannya sering kosong, sakit-sakitan, dan sering teriak histeris ketakutan seperti disergap makhluk. Sampai tak lama berselang, bapak Nadia membawa pulang dua kepala kambing hitam dan menyuruh Nadia dan Kakaknya untuk masuk kedalam kamar. Sejak saat itu Nadia teringat kata-kata terakhir yang sering ibunya ucapkan ke Nadia dan Kakaknya "maafin ibu, ya. Kalian harus nurut sama bapak, biar kalian hidup selamat" seringkali ibunya menangis setiap mengucapkan kalimat tersebut. Saat semua keluarga Nadia makan di ruang tengah, tiba tiba ibunya merasa haus dan mengambil minum di dapur, tetapi ibunya malahan memasak air di panci yang besar dan yang di lakukan ibunya adalah berdiri di depan kompor, dan mencelupkan kepalanya sendiri kedalam air mendidih. Bapak Nadia sigap berlari menghampiri ibunya dan ketika kepala itu di tarik paksa sampai tubuh ibunya terjatuh ke lantai dan nampak kejang-kejang tanpa bola mata. Disitu ibunya meninggal di depan anak-anaknya. Tahun 2002, ibunya meninggal. Setelah setahun, setiap malam Nadia dan Kakaknya memdengar suara kambing dari arah halaman belakang, padahal mereka tinggal di perumahan elit tidak ada satu pun tetangga yang memelihara kambing dan tidak hanya mereka berdua yang mendengar, melainkan tetangganya juga mendengar suara kambing setiap tengah malam sampai waktu menjelang subuh. Sampai pada tahun 2012, pertengkaran hebat terjadi antara bapaknya Nadia dengan kakaknya, kakak Nadia mengamuk dan mengancam mau membunuh bapaknya. "KAMU BUNUH IBUKU! SEKARANG GANTIAN!." Ucap kakaknya Nadia. Bapaknya tiba-tiba menangis, dia bilang "iya, seharusnya bapak yang mati, bukan ibu." Akhirnya bapaknya menjelaskan kalau selama ini dia melakukan pesugihan atas persetujuan ibunya Nadia, mulanya perjanjian itu hanya
meminta tumbal kepala kambing hitam dan ritual saja. Tapi tidak diduga tiba-tiba bapak Nadia mendapat mimpi kalau iblis itu meminta tumbal orang yang paling di sayang yaitu antara Nadia atau Kakaknya, tetapi ibunya menolak dan menawarkan diri menggantikan mereka berdua, sampai ibunya meninggal dengan tragis. Suatu hari bapaknya mengumpulkan mereka berdua dan mengakui kesalahannya dan bapaknya menjelaskan kalau tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan apa yang sudah di mulai "kalian sudah dewasa, bapak tidak ada korban lain setelah ibu" ucap bapaknya. Nadia dan Kakaknya juga tidak mau ada korban tumbal setelah ibunya, jadi mulai hari itu mereka bukan hanya sekedar tau, melainkan juga membantu bapaknya setiap kali melakukan ritual, renovasi rumah, termasuk mejaga rumah tetap kotor. Disitulah mereka berdua mengetahui kalau bapaknya selalu mengubur kepala kambing bekas penumbalan di belakang rumah. Beberapa bulan setelah itu, masih di tahun yang sama 2012, kakak Nadia meninggal secara mendadak dengan sekujur tubuh membiru dan mata mendelik ke atas seperti orang tercekik. Dan di hari itu Nadia benar-benar membenci bapaknya. Tetapi sehabis itu, Nadia mengalami banyak kejadian aneh dan teror yang bikin Nadia sulit untuk tidur. Tidak lama setelah kematian Kakaknya, Nadia bertemu dengan makhluk berkepala kambing itu. Dan pada suatu malam Nadia mendengar suara ayahnya tertawa keras dari ruang kerjanya sakin kerasnya membuat Nadia penasaran dan melangkah menuju ruang kerja bapaknya, pas sampainya di depan ruang kerja.. Nadia mendengar suara nafas berdengus kasar dan temponya cepat, pelan-pelan Nadia membuka pintu dan betapa mengejutnya ternyata itu bukan bapaknya, melainkan makhluk setengah manusia dengan kepala kambing dan tanduk meruncing, makhluk itu ternyata makan potong-potongan tubuh manusia yang tidak lain ialah mayat kakak Nadia. Mata merahnya menyorot tajam ke arah Nadia lalu menyergap seperti akan menerkam. Tiba-tiba Nadia terbangun di kamarnya, di bagian lengan dan badannya banyak luka-luka. Dan sejak hari itu, si kepala kambing itu selalu datang menampakan dirinya setiap malam selasa dan mengganggu Nadia. Bapaknya Nadia masih melakukan ritual penumbalan kepala kambing dan yaa usaha bapak Nadia berkembang dari tahun ke tahun. Tetapi hidup Nadia sangat kesiksa dan tidak pernah merasa tenang, selalu seperti di awasi dan was-was terhadap kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Singkat cerita, bapaknya mengajak Nadia ke satu daerah di ujung Pulau Jawa. Sesampainya di sana ternyata itu rumah dukun tempat bapaknya melakukan pesugihan dulu, tujuan bapaknya datang di sana ialah menceritakan semua yang terjadi pada keluarganya dan bapaknya minta tolong untuk dibantu agar terlepas dari ikatan pesugihan itu. "Semua sudah terlambat, dia tidak akan melepaskanmu." Ucap dukun tersebut. Di situ bapak Nadia marah-marah dan mengacak benda apa saja yang ada di sekitarnya. Mulai hari itu bapaknya Nadia beberapa minggu tidak melakukan ritualnya lagi, rasanya Nadia benar-benar capek, dan cuma bisa berdoa "semoga tuhan memberikan jalan terbaik dan kalaupun harus mati, mungkin itu yang terbaik." Laki laki berbulu dengan tangan lebat itu resah. Dia bolak balik melihat jam tangan nya entah apa yang di nantikan nya. Waktu pagi langit masih bersih laki laki itu sejenak menghela nafas
Panjang menikmati kegaduhan hatinya. Tepat pukul 05.00 nanti manuver pesawat di langit akan di mulai. Subuh ini sama persis dengan subuh 318 tahun lalu di Eropa. Saat orang-orang dari negeri klasik Anatolia berhimpun tenaga dan curah pikiran untuk satu tujuan: Menghalau dan mengepung orang orang demi menaklukkan Wina pada 11 September 1683. Armada tentara Janissari Turki atas nama kesultanan Ottoman melancarkan serangan terbesar keduanya ke Eropa Barat. Zaman yang oleh sejarah dipertaruhkan untuk mengadat-istiadatkan perang di seluruh muka bumi. Satu bangsa dengan bangsa lain bernafsu saling menaklukkan. Karena jika tak menaklukkan, tinggal menunggu giliran ditaklukkan. Tapi kini zaman telah mengubah adat tak ber- perikemanusiaan itu. Matahari segugup laki laki itu. Bibirnya tak berhenti bergeras seolah membaca mantra. Lalu muncul orang dari krumunan seorang pria membawa dua helai tiket. Raut wajahnya juga mengambarkan kegugupan. Konter maskapai berwarna biru bertuliskan Colgan air itu berentetan dalam satu lini. Kedua pria dewaa tadi menatap manusia dari semua khalangan mengantre dalam ketraturan. Setiap tiket yang mereka bawa adalah lembar kertas perjalanan yang mengantar setiap pemiliknya kepada sebuah nasib. Nasib itu adalah pertemuan terencana dengan orang orang yang mereka sayangi Colgan Air terbagi-bagi dalam kios-kios yang dilengkapi timbangan koper. Di belakang setiap konter menunggulah dengan setia para ground officer. Mereka mengecek setiap identitas dan barang penumpang. Seorang petugas laki-laki paruh baya menanti para penumpang kelas satu maskapai ini. Salah satu dari pria dewasa itu mengeluar kan tiket dan paspor dari dalam tas. Petugas melirik name tag pria di konter itu Penuh selidik, petugas mematut-matut ID foto dua calon penumpang bisnis itu dengan wajah aslinya. Dia kemudian melihat jam tangan. Sudah mendekati terlambat petugas dengan muka tegas masih membuka negosiasi. Kedua pria tersebut gagal mengendalikan wajah cemas mereka. Dia bertanya kenapa mereka gugup setengah mati karena hal sepele Kata petugas tersebut dan menyuruh kedua pria tersebut ke pintu boarding. Dia lalu menyerahkan boarding pass. Salah satu petugas pengecekan menyuruh seorang arab maju untuk di cek dengan alat . Alat pemindai logam tersebut berbunyi rupanya ikat pinggang pria arab tersebut yang memakai logam. Petugas akhirnya meloloskan kedua pria itu. Setelah tak lama di loloskan petugas Kembali memangil salah seorang pria tersebut sehingga membuuat kedua pria tersebut Kembali cemas. Ternyata handphone salah seorang pria tersebut tertinggal. Waktu menunjukkan pukul 08.05. Bunyi "beep" tanda kenakan sabuk keselamatan telah dipadamkan, Pramugari membuka strap sabuk keselamatannya. Setelah itu para pramugari melakukan ritual pagi hari seperti biasanya. Ritual pagi hari pramugari adalah memberi sarapan penumpang. Brakk badan dua pramugar berguncang, Turbulensi Pesawat ? Sepuluh menit penerbangan seharusnya pesawat telah stabil. Untuk perjalanan 6 jam pesawat menjelajahi ketinggian 30 ribu kaki di atas permukaan laut. Di karenakan banyaknya awan yang membuat goncangan pada pesawat Seorang pramugari ragu untuk memberikan makan untuk para penumpang. Pramugari tersebut membuat pangilan intercom ke kokpit pesawat namun tak ada jawaban. Sementara pramugari bermata sipit terus memencet tobol kokpit pesawat “ hallo,captain, apakah sebaiknya kami menunda melayani …” belum sempat pramugari tersebut mengatakan seorang pramugari lainya langsung menutup telfon tersebut . ia melihat drama tragis kolega di kabin bisnis Pramugari lain Berambut pirang se bahu di tusuk dengan pisau tajam oleh seorang penumpang darah tersebut semakub deras menngucur ke arah penikam nya. Dia roboh seketika dan di saksikan seorang laki laki. Laki kai tersebut hendak menolongnya namu laki laki tersebut
tidak sadah bahwa bukan hanya seorang yang memiliki pisau sehingga ketika sedang ingin menolong laki laki tersebut juga di tusuk oleh pisau dari belakang. Di tikam berkali kali di punggung nya sehinga dia tewas seketika. Para penumpang bertanya tanya mengapa pusau beetebaran dalam cabinet pasawat hari ini. Para penumpang bergetar karna turbolensi peswat atau kerena kecemasan yang tak terbendung. Perjalanan terasa begitu lamban . Seorang pramugari bermata sipit melaporkan bahwa peawat di bajak dan nyawa 92 orang penumpang dalam bahaya . "ATCI Tolong kami.... Ini pembajakan. Kami terbang sangat rendah.. Terlalu rendah... Tolong kami..." Suaranya mendengking. Memilukan hati. Sepuluh menit. Ini adalah menit-menit yang tak boleh disalahgunakan. Menit- menit yang tak boleh kausia-siakan. Menit-menit yang paling berharga dari segala yang paling berharga dalam hidupmu. Semua manusia terlahir karena masing-masing membawa misi Jika Tuhan merasa misi makhluk-Nya sudah cukup, berencanalah kita dengan segala cara, namun takkan membawa pada penyelesaian Tapi seburuk-buruknya keadaan, manusia tetap harus berencana dan berusaha yang terbaik, meski entah kapan detik terakhir itu tiba. Laki laki arab tersebut mekihat jendela di belakang bos nya dan melihat Gedung world center Menara utara dan Gedung kembar di sebelah nya . Pilot pesawat tersebut berkomunikasi dengan NORAD.ATC baston untuk mengirimkan peswat sergap ke keordinat pesawatnya yang terjadi pembajakan . Pintu kokpit terbuka lebar pembajak pesawat tersebut masuk dan menawan pilot dan kopilot dengan senjata tajamdan berkata siapa yang berani majy akan dilibas dengan pisau mereka. Laki laki arab tersebut bangundari duduknya dan mengiraukan semua perkataan bos nya tentang rancangan bisnis yang besar. Laki laki arab tersebut terfokus kepada segrombolan burung raksasa yang membentuk formasi acak di sebelah pesawatnya. Ternyata burung raksasa tersebut bukan burung raksasa biasa tetapi burung besi. DI pesawat 92 penumpang brada dalam kecemasan. Hanya 3 hal yang menjadi beban pikiran mereka yang pertama adalah keluarga mereka saling menghubungi keluarga mereka masing masng dan yang kedua dan ketiga menjadi urusan yang tak terpecahkan. 92 orang penumpang di pesawat pasrah alan jalan akhir atas hidup mereka. Pesawat meluncur semakin kilat, semakin rendah , dan semakin kencang. Mereka menutupi mata mereka dan mereka menjadi seseorang yalng paling dekat dengan tuhan yang maha esa . Ada seorang perempuan berkerudung dengan anaknya di dalam toko hendak membayar belanjaan nya. Dengan seorang kasir toko berbincang bas abasi dengan nya saat membayar belanjaan tersebut. Tak lama terdengar suara orang yang keras di luar toko tersebut ada bom. Pada saat itu tampa sesuatu benda yang melaju dengan cepat secepat cahaya di langit. Persekian detik pandangan orang orang diedarkan ke burung besi yang melesat secepat cahaya tersebut. Tak lama kemudian terdengar suara dentuman yang keras DARR burung besi tersebut menabrak bangunan di jetinggian 500 meter . Seketika mata mereka tertutub warna hitam membaur dengan asap hitam pekat, galonan avtur,dan irisan bongkahan bangunan yang melayang layang . Saat menghilang pada hari itu, dia membujuk bulan di langit agar terbelah sekali lagi, sebagai sebuah keajaiban abadi. NAMA : AMEILYA NIRMALA PB NO : 03 KELAS : XII MIPA 6
CERMIN SI GELIS Judul Buku : BAD GAMES Penulis : inibulan Hasil Literasi : 1. Dangerous Boys Hari pertama seorang gadis yang selalu mengenakan maskernya bernama lengkap Valletta Aylin yang bersekolah di sekolah barunya, SMA Adidarma. Tidak ada yang tau alasan Valletta dipindahkan dari sekolah lamanya. Yang pasti, tidak terlibat dalam masalah sudah Valletta masukan ke dalam daftarnya dan itu ditempatkan di posisi teratas. 12 IPA 4 adalah kelas gadis itu sekarang. Disana Valletta mendapatkan teman barunya. Seina, salah satu teman yang berhasil Valletta dapatkan. Seina memiliki keceriaan dan semangat yang overdosis, anak itu sering sekali tertawa dan memiliki selera humor yang agak aneh. Kedua Agatha, gadis itu sangat cantik. Namun, memiliki mulut yang sadis dan resting bitch face yang dimilikinya itu mendukung sekali untuk tidak disukai Valletta pada kesan pertama. Terakhir Berlina, diantara teman-temannya yang lain dialah yang paling kalem. Terlihat ramah, cantik dan anggun, itu yang menggambarkan sosoknya. Seminggu ini semuanya berjalan lancar, tidak ada masalah yang Valletta timbulkan. Tetapi, semenjak Valletta menjadi pahlawan kesiangan dan berakhir menonjok wajah seseorang, hidupnya menjadi tidak tenang, dia Arran Iskandar Aldrich. Sorot mata tajam dan ekspresi wajah marah yang Valletta dapatkan. Gadis itu mendadak menyesali perbuatannya. 2. Long Time No See, Valletta Aylin Suasana kantin saat ini sepi karena bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Hanya beberapa murid yang masih menghuni kantin, Arran dan ketiga temannya. Arran mengumpat sambil mendongak menatap langit-langit atap kantin. Tangannya menekan tisu di kedua lubang hidungnya agar masuk lebih dalam. Hidungnya sakit dan terus mengeluarkan darah. Ia menolak untuk dibawa ke UKS atau ke rumah sakit. Tonjokkan yang diberikan Valletta tidak berarti apa-apa baginya. Meskipun kenyataannya ia ingin sekali balik menghajar gadis itu karena berhasil membuat hidungnya sakit. Teman-temannya sejak tadi mentertawakan Arran, lebih depatnya Agra dan Ben saja. Sedangkan Nata, temannya itu sedari tadi hanya diam sambil memainkan kaleng soda. Nata memang irit sekali bicara, ekspresi wajahnya senantiasa datar. Sudah dua tahun berteman dengan Nata sampai sekarang laki-laki itu masih terasa asing untuk Arran. “Mau lo apain, Ar?” Pertanyaan dari Ben berhasil mengundang reaksi Nata yang kebetulan duduk di depan Arran. Arran merenungi pertannyaan Ben sesaat lalu tersenyum miring. Sedangkan Nata, matanya melirik pada lengan Arran yang memegang kaleng susu beruang. Laki-laki itu mencengkeram kaleng susu itu hingga penyok. Dengan tiba-tiba, Nata langsung berdiri dan meninggalkan teman-temannya.
Di lain sisi Valletta sedang berada di rooftop, disana gadis itu memperhatikan Arran dan kedua temannya yang saat itu sudah berada di lapangan. Valletta akui jika laki-laki itu sempurna. Wajah, postur tubuh, dan semua yang terlihat dari sosok Arran tidak mungkin bisa ditolak oleh seorang gadis. Ditambah lagi latar belakang orang tua yang ‘tajir’ semakin membuat Arran menjadi sosok dengan kehidupan yang terlihat sempurna. Saat berbalik dan hendak pergi dari rooftop, Valletta dibuat kaget dengan kemunculan seseorang yang selama ini ia hindari.Valletta mencoba bersikap tenang dan seolah tidak peduli. Ia melangkahkan kaki dengan santai saat hendak melewati laki-laki itu. Namun, laki-laki itu lebih dulu merentangkan satu tangannya untuk menghentikan langkah Valletta. Dengan gerakan sangat cepat, laki-laki itu menarik masker Valletta hingga lepas sambil mengucap “Long time no see, Valletta Aylin.” Raut wajah Valletta terlihat tidak karuan air matanya menetes. Valletta merasakan sesak di dadanya saat laki-laki itu memanggil namanya. Perlahan ia menyentuh pipi Valletta yang tertutup masker lalu membawa gadis itu kedalam pelukannya. Laki-laki itu adalah Nata. 3. Mysterious Girl Sorak sorai malam ini cukup mengganggu dan menyakiti telinga Arran. Ia baru saja memenangkan balapan malam ini, tidak aneh lagi Arran dengan situasi kemenangan seperti ini. Netranya menangkap sosok berpakaian serba hitam, jelas sekali sosok itu seorang perempuan. Pandangan gadis itu beberapa kali tertuju pada Arran, tentu saja membuatnya risih. Arran berjalan dengan cepat mengikuti perempuan serba hitam itu yang berjalan sendirian dekat lampu jalan. Sadar diikuti oleh Arran, perempuan serba hitam itu langsung berlari. Tertangkap, Arran menarik topi hitam yang perempuan itu kenakan hinggan rambut panjangnya tergerai sempurna. Arran merasa mata yang dimliki perempuan itu tidak asing untuknya. Betul sekali, Valletta Aylin. 4. Revenge Salah satu misi Valletta bersekolah di Adidarma adalah untuk mengungkap kasus kematian Nerra, Nerra Anjani. Gadis itu sangat menyukai Arran dan membenci Berlina. Terdengar suara teriakan Seina yang memanggil Valletta, temannya itu memberitahukan bahwa Arran sedang berjalan ke kelasnya untuk mencari Valletta. Dengan cepat Valletta berlari untuk bersembunyi di toilet. Arran memilih menyeret Aldo ke lapangan untuk memancing Valletta agar keluar dari persembunyiannya. Ia mengancam untuk memukuli Aldo seperti kejadian kemarin. Dugannya benar Valletta menunjukkan dirinya. Dengan cepat Valletta meminta maaf kepada Arran dibalik maskernya. Merasa belum puas ia menyuruh gadis itu untuk melepas masker yang dipakainya. Arran terlihat kaget, dengan tergesa-gesa ia menyingkirkan rambut Valletta untuk melihat name-tag nya. Sosok dalam ingatan Arran muncul. Wajah berpikir Arran tergantikan dengan senyum iblisnya membuat Valletta tanpa sadar merinding melihatnya. Arran tidak puas dengan kata maaf yang Valletta ucapkan.
Laki-laki itu mendekatkan dirinya pada Valletta dan menarik kerah seragam gadis itu. Refleks Valletta menutup matanya, takut Arran akan memukulnya. Namun tindakan Arran justru diluar perkiraan, laki-laki itu menciumnya. 5. I’m Not Ok, But It’s Ok Hujatan yang didapatkan Valletta saat berjalan melewati koridor yang ramai dengan murid-murid yang hendak pulang. Valletta berusaha tidak peduli, tetapi hatinya merasa resah. Sedangkan Arran dengan teman-temannya sedang membuat pertaruhan. “Gue rasa, cewek ini bisa dijadiin target,” ucap Agra. Dengan kompak Arran dan Nata menjawab ‘mau.’ Hal ini jelas tidak terlihat seperti biasanya. Pada akhirnya Arran yang mendapatkannya dengan rekor satu minggu dia bisa mendapatkan Valletta. 6. Always the Same Lie Sebuah tamparan mendarat pada pipi Arran, laki-laki itu tersentak kaget dengan apa yang dilakukan Berlina kepadanya. Berlina melakukannya untuk Valletta, ia takut jika Arran merencanakan sesuatu yang akan menyakiti temannya itu. Berlina tau jika Valletta tidak baik-baik saja dan temannya itu selalu bisa menutupi keadannya dengan kebohongan bahwa dia tidak apa-apa. 7. Warning Arran mulai melacarkan misinya untuk mendapatkan hati Valletta. Berbagai cara Arran lakukan, seperti merangkul, menggoda, modus, hingga menyuruh Valletta untuk menyimpan nomornya. 8. Day 1 Pelajaran olahraga yang awalnya Arran berniat untuk membolos itu mendadak berubah saat ia tau bahwa jam olahraganya akan disatukan dengan kelas 12 IPA 2 yang mana adalah kelas Valletta. Kegiatan olahraga diisi oleh pertandingan basket dan futsal antar kelas. Arran memperhatikan Valletta yang sedang mendribble bola basket dengan serius. Kemudian laki-laki itu tersenyum miring sambil memuji gadis itu cantik dalam hati lalu meminta maaf dengan nada enteng, dengan penuh perhitungan ia menendang bola itu sekuat tenaga sehingga melesat dan sampai lapangan basket, terdengar jeritan panik dari anak perempuan. Seorang siswi dari kelas 12 IPS 2 jatuh dan menubruk Valletta sehingga mereka berdua jatuh bersamaan. Valletta meringis melihat luka di kedua lututnya yang membuat celana olahraga barunya sobek. Tanpa aba-aba Arran datang langsung mengangkat Valletta membuat gadis itu refleks mengalungkan tangannya pada leher Arran. Arran membawanya di UKS langsung mengobati luka pada kedua lutut Valletta tak lupa meminta maaf karena bola tadi. 9. Psychopath
Arran menawarkan Valletta tumpangan untuk pulang dengan iming-iming kalau nanti Valletta pulang bersama ojek online akan dimutilasi dan dibuang di hutan. Otak kriminal Arran memang tidak bisa dikondisikan. 10. Berlina & Nataniel Valleta dan ketiga temannya sedang berada di kamar Valletta. Mereka membahas Nata, lebih tepatnya Valletta hanya menyimak. Valletta mendapatkan fakta bahwa Berlina tidak menyukai Arran melainkan Nata, mantannya. Sudah dari kelas 11 Berlina menyukai laki-laki itu, tetapi tidak ada respon sama sekali. Rasa kasihan langsung menghampiri Valletta, ditatapnya Berlina dengan tatapan miris. Karena Valletta tahu sendiri apa yang membuat Nata berubah menjadi seperti itu. 11. Day 2 Arran menjemput Valletta untuk berangkat besamanya. Sungguh banyak tingkah Arran yang dilakukan pada Valletta, itu membuatnya gerogi. Tak sadar ternyata Arran sudah sangat tergila-gila pada Valletta. 12. I Want You Valletta berjalan sendirian menyusuri koridor kelas 12 sambil membawa selembar kertas formulir pendaftaran ekstrakurikuler teater. Ia menabrak seseorang saat selesai memberikan formulir tersebut. Laki-laki itu mengikuti Valletta kemanapun gadis itu pergi dan itu membuatnya risih. Lalu, Arran menarik bahu Valletta dan memojokkannya ke dinding. Arran menyeringai, ia suka saat gadis itu takut kepadanya. Kemudian Arran mengucapkan sesuatu yang berhasil membuat Valletta kembali membuka memori lamanya. “Gue mau ceritain tentang seorang cewek yang bikin kakak kelasnya masuk rumah sakit karena luka berat akibat ulah si cewek,” bisik Arran. Debaran di dada Valletta tidak terkenali, ia menunduk tidak mau menatap Arran. Arran menginginkan Valletta, ia mengancamnya. 13. Stalker Di perjalanan pulang Arran mengotak-atik ponsel milik Valletta, entah apa yang dilakukan laki-laki itu, Valletta merasakan firasat buruk. Ternyata wallpaper ponselnya tergantikan oleh foto Arran, kemudian laki-laki itu menggunakan jurusnya kembali dengan mengancam Valletta jika fotonya diganti. Mobil yang dikemudikan Arran berhenti tepat di depan gerbang rumah Valletta. Arran tersenyum melihat Valletta yang berjalan memasuki rumahnya. Lama-lama senyum itu luntur tergantikan dengan ekspresi datar. Matanya memicing saat melihat melalui kaca spion bahwa ada yang mengikutinya sedari tadi. 14. Haters Terdapat pecahan beling di kolong meja Valletta yang membuat tangannya tergores hingga mengeluarkan darah. Agatha memiliki firasat bahwa fans Arran ingin menyakiti Valletta. Agatha menyarankan agar Valletta menjauhi laki-laki itu tetapi Valletta tidak
mempunyai pilihan itu, Arran terus mengejarnya. Posisinya saat ini hanya mengikuti permainan laki-laki itu sampai laki-laki itu bosan sendiri dan menjauhinya. 15. You’re Special Valletta menatap dingin Nata yang baru saja berbicara panjang lebar menganai Arran. Nata menghawatirkan gadis itu, karena sudah banyak kejadian yang membuat Valletta terluka selama ia dekat dengan Arran. 16. Winner Arran mengajak Valletta ke rumahnya, mereka bermain Jenga. Jika salah satu dari mereka menang maka akan mendapatkan apapun dari yang kalah. Ini adalah kesempatan Valetta agar Arran membeberkan rahasianya dengan Nerra dan ini juga kesempatan agar Arran bisa menjauhi Valletta. Perkiraan Valletta salah, susunan balok pun terjatuh saat ia hendak menaruh balok di bagian atas bersamaan dengan bersin. Kini permintaan ada pada Arran, laki-laki itu meminta Valletta untuk menjadi pacarnya dan terus memaksanya. 17. Playing With My Heart Valletta menceritakan pada Berlina soal Arran yang mengajaknya berpacaran tetapi ia tolak. Setelah itu, Berlina malah menceritakan tentang Arran, bahwa sahabatnya itu belum pernah pacaran dan Valletta adalah perempuan kedua yang ditembak oleh Arran. Yang pertama adalah teman SMP nya, Nadila. Berlina berharap pada Valletta memberikan Arran kesempatan dan nantinya dia bisa mengubah Arran menjadi lebih baik. Pada akhirnya Valletta menerima Arran. 18. Stalker? Valletta sedang berada di kamar Nerra, ia melihat kardus yang bertuliskan ‘PUNYA AYIN’ keluarga Nerra memang suka memanggilnya ‘Ayin’ ketimbang ‘Valletta.’ Disana ia menemukan pigura yang berisi foto Arran dan Nerra, setelah Valletta perhatikan ternyata dilipatan foto tersebut ada Arran yang sedang merangkul seorang perempuan tetapi wajahnya sudah dicoret-coret dangan spidol. Valletta menjadi ingat bahwa Nerra sangat membenci Berlina. Sedari tadi Valletta merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya sejak ia keluar dari gebang rumah Nerra. Orang tersebut mengendarai motor sport dengan mengenakan jaket hitam dan mengekor pada taksi yang dinaikinya. 19. Full of Misery and Distress Kabar tentang Arran berpacaran dengan Valletta sudah tersebar ke selurh penjuru sekolah dan menjadi topik panas saat ini. Kabar itu bermula dari Agra yang meminta para perempuan di grup angkatan harus siap patah hati karena Arran sudah berpacaran dengan Valletta. Nada yang menyukai Arran tersulut emosi ketika mendengarkan berita ini. Dia menyebut nama Berlina, Nerra dan Valletta sebagai penghalang hubungannya dengan Arran.Itu yang membuat Valletta beropini bahwa Nerra dibully oleh Nada.
20. Is That Bad? Di acara makan malam keluarganya Valletta malah bertemu dengan Arran. Ternyata orang tua mereka saling kenal. Arran juga memberitahukan bahwa dirinya dengan Valletta sedang berpacaran yang membuat gadis itu malu. Dengan seenaknya Arran membawa Valletta pergi atas izin kedua orang tuanya. Arran marah saat mengetahui Valletta menghindarinya di sekolah. Itu semua karena hubungan mereka yang sudah tersebar. 21. Hush Arran menyuruh Valletta agar menunggu di dalam mobil sedangkan dirinya melangkah menuju minimarket. Karena bosan Valletta memutuskan untuk menyusul Arran tetapi ponselnya berdering dan tidak ada nama yang tertera. Valletta coba mengangkatnya tetapi tidak ada jawaban. Matanya menjelajah ke arah jalan, ia melihat sosok bertopi dan bermasker hitam diseberang sana dengan tangannya seperti menelepon. Karena terlalu penasaran, Valletta mengikuti laki-laki itu saat mencoba meraih tangannya, laki-laki itu berbalik dan mendorong Valletta keras hingga bagian samping kepalanya terbentur tembok di gang sempit. Laki-laki itu mencekik lehernya, tiba-tiba Arran datang dan langsung menghajar laki-laki itu. 22. Slighty Mad Arran menceritakan kepada teman-temannya bahwa ada yang menguntit Valletta tetapi Arran seolah tidak peduli tentang itu. Nata sibuk berpikir sendiri tentang seberapa berengseknya Arran jika menyangkut perempuan dan sekarang Valletta yang yang menjadi korbannya. Wajah Valletta tiba-tiba saja terbayang di benaknya. Nata tersenyum amat sangat tipis. Bangkit dari duduknya, Nata berjalan menghampiri Arran dengan tangan terkepal dan langsung memberikan pukulan hingga sudut bibir Arran sobek. “Gue tunggu kabar lo putus secepatnya,” ujarnya kemudian berbalik meinggalkan Arran. 23. Jealous Arran mengantar Nada yang terjatuh di depan Laboratorium Bahasa ke rumah sakit. Mendengar informasi itu dari Ben tentu saja membuat Valletta kesal. Yang paling mmebuatnya kesal lagi saat Arran menjemputnya pulang tetapi Nada berada di kursi depan, terpaksa Valletta harus duduk di kursi belakang. Valletta memutar bola matanya saat mendengar suara sok imut yang Nada keluarkan. Ia kembali mengingat betapa sintingnya Nada saat marah-marah di toilet saat itu. Kesal, saat Nada mengatakan dirinya sangat manja kepada Arran. Rasanya Valletta ingin sekali menendang cewek itu keluar dari mobil Arran. Ditambah lagi ia melihat Arran mengacak-acak rambut Nada persis seperti apa yang Arran lakukan pada Valletta. Seharusnya Valletta tidak terlena dengan perlakuan Arran yang serba spesial kepadanya.
24. A-0107 Arran menginap di rumah Berlina, sahabatnya. Ia menceritakan pada Berlina tentang apa yang Arran dapat dari Nerra sebelum gadis itu meninggal. Saat itu Nerra memberikan sebaris kalimat di sebuah sticky note yang isinya menyuruh Arran untuk hidup bahagia. Nerra juga memberikan banyak sekali foto perempuan yang selama ini Arran cari yaitu Valletta Aylin, sepupu Nerra. Selama ini Arran baru menyadari bahwa Nerra sangat menyukai dirinya. Sebelumnya Arran sudah mengincar Valletta dari lama, tetapi Nerra tidak mau memberitahunya. Nerra tidak mau sampai Arran menyukai sepupunya, Valletta. Arran membuka ponselnya untuk mengirimi Valletta pesan. Saat hendak menekan tombol home gerakannya terhenti saat ia melihat sebuah notifikasi ‘A-0107 add you as a friend.’ 25. Curiosity Killed The Cat Arran membuka ponselnya melihat ada notifikasi dari ‘A-0107’ mengirim sebuah foto Valletta dengan caption ‘Dia cantik, ya?’ Arran mengumpat dan langsung mencari Valletta. Dia tau keberadaan Valletta saat ini melalui foto itu. Dengan cepat Arran berlari di koridor menuju ruang penyimpanan alat olahraga yang baru. Sampai disana ia melihat Valletta yang duduk di lantai bersender pada keranjang besi penyimpanan bola. Kepala gadis itu tertunduk dengan rambut yang menutupi wajahnya. Saat sadar dari pingsannya gadis itu menyunggingkan senyum aneh saat melihat telapak tangannya tertulis ‘Curiosity killed the cat.’ 26. I Believe Valletta ragu akan kepercayaan Arran akan dirinya. Laki-laki itu mencoba untuk meyakinkan gadisnya. Mendapatkan kepercayaan seperti ini sangat jarang diterima oleh Valletta. 27. Semak-semak Sibuk bermain ponsel tak sadar ada segerombolan siswi yang berjalan ke arahnya hingga salah satu dari mereka menurbuk tubuh Valletta dan membuatnya terjatuh di semaksemak, Ben yang melihat itu pun segera menolong Valletta. Lagi-lagi kakinya berdarah dengan sigap Ben menyuruh seorang siswi untuk mengambilkan antiseptik beserta perban dari UKS. Laki-laki itu mengobati kaki Valletta yang terluka, terlihat mencurigakan. 28. Ceroboh atau Bodoh? Ponsel milik Valletta terjatuh saat dirinya jatuh di semak-semak. Keesokan harinya terdapat sebuah kotak kado berpita merah muda. Terdapat kertas yang bertuliskan ‘Ceroboh atau bodoh?’ Benar, kotak itu berisi ponsel milik Valletta. Tidak ada pesan dari Arran, bahkan room chat mereka kosong. Ekspresinya berubah datar saat ia mengecak catatannya tentang Nerra dan dugaannya benar, semuanya telah dihapus.
29. Yadiriku Agra memanggil Seina untuk memberitahukan bahwa ada yang menyukai temannya, Agatha. Namanya Yadi kata Agra, Yadiriku. Jengkel melihat Agra yang tertawatawa Seina menarik Valletta untuk pergi meninggalkan laki-laki itu. Tidak menyerah, Agra kembali berulah untuk membuat panas Valletta bahwa Arran sedang makan bersama Nada. Valletta yang tidak tahu apa-apa pun percaya saja. 30. Tulisan Nerra Sabtu siang, Valletta dan kedua orang tuanya berkunjung ke rumah Om Farhan, Papa Nerra. Selagi para orang tua mengobrol tentang politik Valletta memutuskan untuk pergi ke kamar Nerra atas izin dari Om Farhan. Disana ia mencari foto album saat mereka pergi liburan ke Tokyo. Mata Valletta menelusuri isi lemari Nerra untuk mencari album mereka. Valletta membuka foto album yang sudah ia temukan, saat membuka lembar berikutnya, ia melihat ada buku tipis bersampul coklat kusam terselip disana. Valletta membuka lembar yang ditandai dengan pembatas buku berupa pita coklat, alis Valletta bertautan dan jantungnya berdetak tidak karuan. Disana tertulis ‘Mama, papa, Nerra takut.’ Hanya satu kalimat, tidak ada gambar tangan apa-apa. Di halaman berikutnya tertulis ‘Hari ini, dia ngelaku.’ Hanya sampai di sana, tidak lagi ada kelanjutan apa-apa. 31. Makam Nerra Di makam Nerra, Valletta bertemu dengan Ben. Gadis itu ikut berjongkok di samping Ben sambil berpikir untuk mengingat sesuatu. Sepertinya dari semua cerita Nerra tentang Arran dan teman-temannya, hanya Ben yang diceritakan paling baik. 32. Ok Deal Hari sudah gelap saat Ben menghentikan motornya di depan rumah Valletta. Mereka baru selesai membeli kado dan makan di sebuah Mall. Pintu gerbang rumah Valletta terbuka menampilkan sosok Arran disana dengan ekspresi dingin dan sorot mata tajam. Ternyata ada yang mempermainkan mereka berdua, seseorang dengan inisial A0107 mengirimkan pesan berupa foto pada Valletta yang menampilkan Nada yang menggandeng. Tujuannya adalah untuk membuat keretakan pada hubungan mereka. 33. Kotak dari Nerra Saat ini Valletta berada di rumah Arran, Agra bilang Arran sakit. Tetapi itu semua salah, laki-laki teman pacarnya itu membohongi dirinya kembali. Mata Valletta menjelajahi seluruh isi kamar Arran. Gadis itu mencari-cari sesuatu barang kali ada foto Nerra di kamar ini, tetapi tidak ada. Tangan Valletta secara tidak sengaja menyenggol kotak kado yang tergeletak diujung meja. Dengan cepat Valletta berjongkok untuk membereskan isi korak yang terjatuh. Detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Semua yang berserakan di lantai itu adalah fotonya. Foto yang tidak pernah Valletta unggah ke media sosial manapun.
Arran yang melihatnya langsung menjelaskan semuanya pada Valletta. Mulai dari foto itu dari Nerra, sepupu Valletta sampai Arran yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Valletta. 34. Malevolence Kejadian Valletta yang hampir terkena pot bunga yang jatuh dari lantai 2 membuat emosi Arran Iskandar Aldrich naik. Hal itu terjadi saat Valletta mengekori Aldo di pinggir lapangan. Kejadian itu sepertinya telah direncanakan. 35. Why All Good Things Must End So Quickly Valletta mendapatkan pesan dari ‘A-0107’ yang berisikan bahwa orang tersebut ingin memberi tahu sesuatu pada Valletta di Caffe Arc pukul 17.45. Sesampainya disana Valletta malah mendengar Arran membicarakan dirinya. Ben membahas ke arah hal negatif yang akan Arran lakukan pada Valletta. “Kelebihan Valletta Cuma cantik dan punya body bagus. Dari awal gue jadiin dia target taruhan karena itu yang bikin gue tertarik. Dia punya apa emangnya selain tampang sama body doang buat bikin gue beneran serius cinta sama dia? Cewek modelam begitu—.” Dan Kalimat itu terhenti saat Arran menyadari bahwa Valletta ada disana. 36. Lost Contact Arran menyesal, laki-laki itu benar-benar merasakan penyesalan yang luar biasa dari tindakan bodohnya. Ia tidak berpikir panjang sama sekali mengenai risiko dari tindakannya. Keberadaan gadis itu pun Arran tidak mengetahuinya. Yang sekarang paling ia takutkan adalah Valletta akan membencinya dan memutuskan hubungan sebelum ia menjelaskan semuanya. 37. I Miss You Kesedihan Valletta 80% untuk kepergian Neneknya dan sisanya adalah untuk Arran. Laki-laki itu sekarang menemuinya dengan mengucapkan kata rindu. Bukan sahutan manis atau pelukan tanda rindu yang Arran dapatkan melainkan sebuah tonjokkan tak terduga dari Valletta, orang kedua hari ini yang menonjok Arran setelah Berlina. 38. Start Again Valletta duduk dengan tidak nyaman di salah satu bangku tunggu klinik yang tidak jauh dari kompleks perumahannya. Itu semua karena perasaan tidak nyaman karena telah mematahkan hidung Arran. Setelah menjalani pemeriksaan, hidung Arran ternyata hanya retak sedikit. Kemudian Arran mengajak Valletta untuk menjelaskan semuanya, gadis itu juga menjelaskan semuanya pada Arran karena niatnya mendekati Arran hanya untuk mengorekorek informasi tentang Nerra. 39. We Just Break Up
Kabar putusnya Arran dan Valletta membuat Nata merasa senang. Ditambah lagi keterkejutan Valletta saat mendengar kabar bahwa Nata dan Berlina baru saja menjalin hubungan. 40. Exgf “Seinget gue, kemarin ada yang ngarepin gue cepet putus sama dia. Udah putus noh gue, ambil sana bekasan gue.” Sindir Arran pada Nata. Nata yang mendengarnya pun mendengus geli dan menyunggingkan senyum meremehkan Arran. “Bangga amat. Lo enggak tahu aja, sebenarnya cewek yang lo pacarin kemarin itu mantan gue.” Pengakuan Nata bahwa Valletta adalah mantannya berhasil membuat murid-murid yang mendengar itu langsung berdengung seperti lebah. 41. Pembicaraan Penting Pembicaraan penting antara Valletta dan Ben yaitu pembahasan tentang Nerra. Ben juga ikut serta membantu Valletta dalam menyelesaikan kasus kematian sepupunya itu. Valletta mulai menceritakan bahwa ada nomor asing yang sering mengiriminya pesan juga buku yang berisikan tulisan Nerra. Mereka berdua mulai menebak-nebak tentang siapa yang ditulis Nerra di bukunya. Ben mulai berpikir dia memiliki dua orang nama yang selama ini dekat dengan Nerra. Pertama Arran dan yang kedua Aldo, mantan Nerra. 42. Arran’s girlfriend Terdengar keributan dari pintu kelasnya membuat perhatian Valletta tertuju ke arah sana. Ada segerombolan siswi kelasnya yang heboh berceloteh entah tentang apa. Salah satu dari mereka menoleh dan memanggil Valletta, namanya Anna. Gadis itu mengatakan bahwa Arran telah mengumumkan jika dia berpacaran dengan Nada. Valletta yang mendengar itu langsung tersedak minumannya sendiri. 43. Defaldo Reistiawan Valletta menemui Aldo di gudang sekolah untuk mengorek informasi tentang Nerra yang pernah menjadi pacarnya.Mendengar nama Nerra disebut, Aldo langsung terkesiap sepersekian detik. Fakta sebenarnya, Aldo dan Nerra tidak pernah dekat sebelumnya dan untuk pacaran hanya sebuah status saja. Selama pacaran pun mereka tidak pernah berkomunikasi dan tidak pernah bertukar kontak. Hanya di sekolah saja Aldo dan Nerra bertingkah seolaholah mereka berpacaran. 44. Arran, we need to talk! Semuanya mulai terkuak, Arran menjadikan Nada pacar hanya untuk menguak dalang dibalik semua ini. Nada mencetuskan satu nama yang menyuruhnya melakukan sesuatu untuk menyakiti Valletta. Arran mengepalkan tangannya kuat-kuat dan menahan serangan emosi yang akan datang tiba-tiba. Selesai mengantarkan Nada, Arran menjalankan mobilnya menuju rumah Valletta, gadis itu ingin bicara kepadanya.
45. Titik Terang? Nada gemetaran sambil menatapi layar ponselnya lekat-lekat. Kedua matanya membulat sempurna dengan mulut menganga. Arran mengirimi pesan singkat untuknya, mengatakan bahwa hubungan mereka berakhir. Nada segera mencari Arran untuk bertanya apa maksud dari pesan yang dikirimkan Arran kepadanya. Sikap cuek Arran saat ini benar-benar membuat Nada sakit hati. Arran mengatakan bahwa kini ia sedang tidak bercanda, jika kemarin saat berpacaran dengan Nada laki-lak itu benar-benar bercanda. 46. Kepingan Puzzle Lainnya Arran menemui Agra untuk menanyakan tentang barang apa saja yang Nerra titipkan pada Arran. Agra mengatakan Nerra hanya memberikan kotak kado dan gantungan kunci berbentuk kepala keropi. Itu bukan gantungan kunci, tetapi flashdisk dan Arran tidak pernah merasa menerimanya. Mungkin di dalam flashdisk itu ada sesuatu yang penting mengenai Nerra. Arran akan mencari tahu dengan pergi ke rumah Nerra. 47. Secret Room Saat Valletta ingin mengambil kardus miliknya di kamar Nerra, ia melihat kardus itu sudah dibuka secara paksa begitupun jendela kamar Nerra yang terbuka. Valletta mencoba untuk mengambil ponsel Nerra agar masalah ini cepat selesai. Sesampainya di rumah tangan Valletta terkepal semakin kuat, ia meremas kertas yang ia temukan dibuku Nerra, disana tertuliskan bahwa Arran yang membuat Nerra bunuh diri. Di lain sisi, Agra bangun dari tidurnya dengan kepala pening. Tangannya mengecek saku celana yang disana berisikan flashdisk. Saat hendak dari rumah itu (bukan rumahnya) ada sesuatu yang menahannya. Dengan langkah hati-hati Agra memasuki kamar yang katanya gudang dengan kunci yang Agra sudah tau dimana benda itu berada. Debaran jantungnya tidak normal saat ia memasuki ruangan itu. Dari posisinya saat ini, ia bisa melihat ada banyak sekali foto yang ditempel di dinding samping pintu hingga nyaris memenuhi semua bagiannya. 48. Voice Notes Arran sudah mendapatkan flashdisk itu dari Agra yang hanya berisikan sebuah file rekaman suara Nerra, disana Nerra mengatakan tanggal lahirnya dan menyuruh Arran untuk tidak melupakannya. Lama Arran terdiam ia kemudian membuka aplikasi instagram di ponselnya untuk login dengan menggunakan akun Nerra. Isi rekaman itu mengarah pada password akun gadis itu. Setelah berhasil masuk yang Arran lakukan adalah membuka pesan disana Nerra mengirimkan banyak sekali voice notes yang gadis itu kirimkan di akun keduanya. Disana Nerra berkata bahwa dirinya sudah kotor, masa depannya sudah hancur, gadis itu sudah dilecehkan oleh seseorang yang sudah dipercayai selama ini. Laki-laki itu sudah mengancam Nerra dengan akan menyebarkan foto-foto aib gadis itu. Laki-laki itu ialah Ben, Benedict. Setelah selesai mendengarkan rekaman suara itu, Agra
memberitahukan tentang apa yang ia temukan di rumah Ben, Arran semakin mengeraskan rahangnya. Disana nampak foto Nerra dan Valletta. 49. Andriel Benedict Marcelino Ternyata dari awal Valletta sudah mengetahui diapa orang dibalik username A-0107 ia adalah Andriel Benedict Marcelino. Valletta juga tahu bahwa Ben yang mengarang surat Nerra agar Valletta menuduh Aran sebagai dalang dibalik semua ini. Surat itu tidak ditulis tangan melainkan diketik, disurat itu Nerra memangginya ‘Val’ bukan ‘Ayin’ sedangkan yang memanggilnya Val adalah ‘Ben’ itu sendiri. 50. Punishment Arran menyeret Ben keluar dari rumah Valletta. Ia memerlukan tempat terbuka agar lebih leluasa untuk menghabisi orang jahat seperti itu. Satu pukulan mendarat di wajah Ben hingga laki-laki itu tersungkur, tidak ada perlawanan sama sekali sedari tadi. Ben tidak takut jika masalah ini dibawa ke jalur hukum karena Ayahnya ia bisa melakukan apapun semaunya. Arran mengatakan bahwa Ayahnya Ben tidak akan peduli padanya sekalipun dia masuk penjara. Emosinya tersulut, Ben memang agak sensitif soal keluarganya. Kini Arran dibuat tersungkur ke aspal oleh pukulan Ben secara terus-menerus. Ben memilih meninggalkan Arran yang sudah babak belur di atas aspal. Laki-laki itu menaiki motornya, dengan cepat Arran menggunakan motor milik Agra untuk menghadang Ben lewat jalur lain. Tidak perlu menunggu lama, sosok yang ditunggunya itu kini terlihat dari kejauhan. Arran tetap berada di atas motor, menantang Ben untuk menghentikan laju motornya. Kini, jantung Arran malah berdetak melewati batas normal saat menyadari Ben tidak menurunkan kecepatan motornya. Detik berikutnya, suara hantaman motor yang sangat keras menjadi hal terakhir yang Arran dengar. 51. R. I. P Debora Debora, motor yang dikorbankan Arran itu benar-benar motor kesayangan Agra. Meskipun laki-laki itu bisa membeli motor yang baru, atau temannya yang jahat itu menggantinya, Debora tetap tidak bisa tergantikan. Hati Agra akan sangat hampa tanpa Debora-nya. 52. Ending Story? Setelah sadar dari komanya Arran mengusir mamanya, Dara dari ruangannya.Bukannya memanjakan Arran atau apa, Arran malah dihujani ceramah panjang lebar soal kenakalan dan tingkahnya selama ini. Sedari tadi Arran terus menanyakan kondisi Ben, tetapi temannya itu sudah tidak bisa tertolong. Kenekatan Ben malam itu untuk menabraknya masih ia ingat dengan jelas. Arran dibuat mematung tentang kabar kepergian Ben, dirinya seperti dihantam oleh palu besar tak kasat mata. Ini bukan yang ia mau, perasaannya campur aduk. Meskipun Arran benci pada Ben karena telah berbuat jahat pada Nerra, Ben tetaplah temannya. Ia sudah memaafkan Ben. Arran tersenyum lebar dengan tatapan teduh memandang Valletta, gadis itu langsung menghambur ke pelukan Arran. Semoga saja, tidak ada lagi masalah. Dan jikapun
suatu saat nanti masalah lain kembali menghampiri mereka, yang perlu mereka lakukan adalah berani menghadapi masalah itu. _TAMAT_ CERMIN SI GELIS Nama buku : Peka Penulis : Ida Ayu Saraswati • Bab 1 Hari pertama pembelajaran mata kuliah setelah tiga hari diadakannya ospek di Jakarta National University, Vanya dan teman-temannya diberi tugas meraba cadaver (mayat yang diawetkan dengan formalin) dengan mata tertutup kemudian seniornya akan memberi pertanyaan tentang organ yang sedang dipegang. Setelah selesai, Vanya dan Gissa berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin, mata Vanya terfokus pada satu titik hingga ia tidak memperhatikan Gissa yang sedang bercerita. Gissa yang mengetahui Vanya sedang memperhatikan seseorang, dia pun menyuruh Vanya untuk menghampiri orang tersebut yang tak lain adalah Zio. Dengan gugup Vanya menghampiri Zio dan berusaha untuk mengajaknya bicara. Saat sudah berada disamping Zio, Vanya kebingungan ingin berbicara apa dan akhirnya dia hanya memberikan Zio beberapa permen dan berlalu pergi. Saat telah berbaring di kasur, Zio mengingat kejadian masa lalu bersama dia. Kemudian matanya beralih ke kotak kayu yang merupakan pemberian dari dia. Tiba-tiba Zio mendapatkan pesan dari temannya ada orang yang mengajak balapan. Sesampainya di sana Zio segera ke arena balap dan melakukan perlombaan. Namun ditengah perlombaan, lawan Zio menendang bagian samping motornya hingga membuat Zio hilang keseimbangan dan jatuh berguling-guling. Zio yang geram pun bertanya pada lawannya dia itu siapa, tetapi lawannya tidak mau memberitahukan namanya. Saat lawannya membuka helm, Zio dan teman-temannya terkejut orang tersebut adalah Hendrick yang merupakan musuh bebuyutan Zio dan gengnya. • Bab 2 Vanya berhasil mendapatkan sesuatu yang tidak semua gadis bisa mendapatkannya dengan mudah, yaitu ID Line Zio. Walaupun sebenarnya Vanya mendapatkan ID Line Zio dari Gissa yang merupakan perantaranya. Saat hendak mengirimkan pesan pada Zio, tantenya memanggil Vanya untuk meminta tolong membelikan bahan-bahan kue dan Vanya menyetujuinya. Setelah selesai berbelanja dan membayarnya, Vanya pun segera pulang. Namun ditengah jalan dia dihentikan oleh beberapa orang yang ternyata adalah preman. Ketika suasana semakin mencekam dan preman tersebut menarik pergelangan tangan Vanya, ada suara pukulan yang mengenai salah satu preman yang menarik tangannya. Terjadilah adu jotos antara sang penolong dan premanpreman tersebut. Vanya yang ketakutan hanya meringkuk dan berdoa dalam hati. Seketika terdengar suara yang tidak asing baginya. Ternyata orang yang menolongnya adalah Zio. Vanya berterimakasih dan Zio mengangguk mengiyakan. Kemudian Arka adik sepupu Vanya datang untuk menjemput Vanya pulang. Setelah sampai dirumah, Vanya memutuskan untuk mengirimkan pesan terimakasih lagi untuk Zio lewat Line yang telah dia dapatkan. Pesan Vanya pun dibalas oleh Zio, walau hanya dibalas dengan singkat namun itu sangat berarti bagi Vanya yang menyukai Zio.
• Bab 3 Kesibukan mahasiswa kedokteran yang terkenal ini tidak membuat seorang senior bernama Anggun berhenti memperhatikan adik tingkatnya yang dirumorkan juga menyukai Zio sama seperti dirinya. Saat Vanya menuju ke toilet Anggun dan Vivian mengikutinya. Di dalam kamar mandi tersebut Anggun berbicara dengan nada yang tidak mengenakkan menyuruh Vanya untuk menjauhi Zio. Namun tentu saja Vanya tidak mau menjauhi Zio selama Zio belum mempunyai pacar. Vanya pun berhasil membuat Anggun mati kutu dengan argumennya. Sebenarnya Zio mendengar semua ancaman Anggun, ketika hendak menolong Vanya ia mengurungkan niatnya karena ternyata Vanya sudah berhasil menangani hal tersebut. Akhirnya Zio menuju kantin untuk menemui teman-temannya. • Bab 4 Malam harinya, Vanya mendadak memikirkan perkataan Anggun. Ia tidak menyangka bahwa kakak seniornya tersebut menyukai Zio. Namun Vanya segera menepis pikiran tersebut karena tidak ingin membuang waktu memikirkan hal yang tidak penting. Di lain tempat, Zio dan temantemannya sedang berkumpul di markas lama. Tiba-tiba salah satu temannya yaitu Nicko bertanya pada Zio tentang reaksinya kalau Vanya ternyata menyukai dirinya. Namun Zio hanya menjawab seadanya. Nicko berceletuk lagi dengan bertanya apakah Zio sudah move on dari masa lalunya. Setelah Nicko bertanya, suasana mendadak hening karena tau Zio sedang tidak ingin membicarakan tentang masa lalunya tersebut. • Bab 5 Hari ini diadakan reuni SMA yang bersamaan dengan ulang tahun sekolah ke-36. Vanya akan berangkat ke acara tersebut berboncengan dengan Zio karen Azka tidak dapat mengantarnya. Sebelumnya Vigo telah menyuruh Zio untuk menjemput Vanya dirumah. Saat di perjalanan Vanya gugup bukan main tapi ia juga senang bisa berboncengan dengan ‘ crush’ nya. Disana Zio dan teman-temannya berbincang-bincang tentang masa SMA mereka. Setelah acara selesai, mereka memutuskan untuk ke kantin SMA tempat mereka sering nongkrong dulu. Ternyata salah satu penjual di kantin tersebut masih mengingat siapa saja mereka. Disinilah dapat diketahui bahwa Vanya telah menyukai Zio sedari kelas sepuluh. Saat hendak pulang, Zio menawari Vanya untuk kembali berboncengan dengannya. Namun Vanya menolak karena sudah meminta Azka untuk menjemputnya. Akhirnya Zio memutuskan untuk menemani Vanya sembari menunggu Azka datang. Ketika sedang menunggu, handphone Zio berbunyi tanda ada panggilan, panggilan tersebut dari inisial 'N' tetapi Zio enggan mengangkatnya. Hingga pada panggilan ketiga Vanya menyuruh Zio untuk mengangkatnya karena siapa tau panggilan tersebut penting. Tanpa basabasi Zio bangkit dari duduk dan mengangkat panggilan tersebut. Namun selesai menerima panggilan tersebut, raut wajah Zio menjadi lebih dingin dari biasanya. Tidak ingin membahas lebih lanjut Vanya segera berpamitan karena Azka sudah sampai. • Bab 6 Keesokan harinya, Vanya dan temannya berbincang mengenai Vanya yang kemarin berduaan dengan Zio di gerbang sekolah. Vanya pun hanya mengatakan bahwa Zio sekedar menemani
karena ia belum dijemput Azka. Vanya juga bercerita tentang Zio yang raut wajahnya menjadi lebih dingin selesai mengangkat telepon dari si 'N' . Gissa akhirnya memberitahukan informasi dari Nicko bahwa Zio memang sedang berada di tahap move dari masa lalunya. Tak pantang menyerah, paginya Vanya memberikan bekal kepada Zio. Vanya berbicara dengan gugup tetapi untungnya Zio mengerti. Bekal tersebut juga diterima oleh Zio sehingga Vanya menjadi sangat senang karena usahanya tidak sia-sia. • Bab 7 Sepulang kuliah, Anggun, Vivian, Hendrick, dan Dino berkumpul untuk merencanakan balas dendam terhadap Zio. Saat perjalanan pulang, Hendrick bertemu dengan Vanya dan dia pun turun menghampiri Vanya. Disana dia bertanya pada Vanya apakah benar Vanya menyukai Zio. Namun Vanya bukanlah orang yang mudah diajak bicara oleh orang asing jadi dia berusaha menghindar dan meninggalkan Hendrick tanpa menjawab pertanyaannya. Akibat banyaknya tugas kuliah, membuat Zio dan gengnya memutuskan untuk refreshing sejenak. Saat ditengah perjalanan, dari arah belakang muncul beberapa motor yang mengikuti motor Zio. Motor-motor yang mengikutinya tiba-tiba menambah kecepatan dan membelok tepat dihadapannya. Hal tersebut membuat Zio mengerem mendadak dan hampir tergelincir. Ternyata salah satu orang yang menaiki motor tersebut adalah Dino. Mereka sempat adu jotos berdebat masalah Sheila yang ternyata adalah 'crush' Dino. Namun Sheila hanya menganggap Dino sebagai teman dan malah menyukai Zio. Dino menjadi salah paham karena mengira Zio sengaja menolak Sheila membuat Sheila kehilangan harapan. Itu membuat Dino menjadi dendam kepada Zio. • Bab 8 Keesokan harinya, Zio bergegas untuk mengembalikan kotak bekal milik Vanya. Awalnya Vanya kaget karena ada yang menghampirinya dengan pakaian serba tertutup, ternyata itu adalah Zio. Vanya yang heran pun bertanya kenapa Zio memakai pakaian serba tertutup dan muka yang babak belur, namun Zio menolak menjawab dan langsung berpamitan pergi. Saat istirahat Zio dan teman-temannya berkunjung ke kantin anak kedokteran. Disana Zio melihat Vanya namun enggan untuk menyapanya dan lebih memilih untuk pergi mencari flashdisknya yang ketinggalan. • Bab 9 Pada hari Minggu sore, Vanya, Zio, dan teman-temannya melakukan bakti sosial. Nicko membujuk Zio agar mau membocengi Vanya karena Vanya tidak ada yang mengantar. Akhirnya Zio setuju dan segera mengajak Vanya bersama. Di tengah perjalanan, Zio mampir ke salah satu supermarket untuk membeli bahan-bahan perlengkapan buat anak panti. Dan mereka pun berbelanja bersama di supermarket tersebut. Setelah sampai di panti, para cowok membuat tantangan supaya mereka yang berlomba untuk memasak sedangkan yang perempuan bertugas menjaga anak panti. Mereka pun setuju dan mulai melaksanakan tugasnya. Disana Vanya berbincang banyak dengan temannya yang bertanya sudah sampai mana kedekatannya dengan Zio. Vanya pun hanya menjawab seadanya bahwa dia baru bisa berbicara lebih banyak pada Zio yang tertutup itu. Akhirnya teman-teman Vanya menyemangati untuk terus berjuang membuat Zio peka dan menyukai Vanya juga.
• Bab 10 Vanya membaca sebuah kertas yang diberikan Alexa yang berisi daftar tentang hal apa yang disukai dan dibenci oleh Zio. Vanya pun mulai menjalankan misinya untuk mendekati Zio. Saat menemui Zio, Vanya mulai bertanya-tanya padanya. Namun percakapan antara keduanya berakhir awkard karena Vanya yang terlalu gugup. Sampai akhirnya Vanya dijemput oleh Azka dan berpamitan pulang duluan pada Zio. • Bab 11 Entah sudah berapa kali Zio menolak panggilan via Skype maupun telepon dari mantannya. Zio memang sudah move on namun ia hanya sedang tidak ingin menjalin hubungan asmara baru dengan orang lain. Teman-temannya pun menasihati Zio agar segera berdamai dengan masa lalunya dan berusaha untuk membuka hatinya untuk orang lain. Keesokan harinya, Vigo mengajak Zio untuk pergi menemui seseorang yang akan dicomblangkan dengannya. Saat sedang berbicara dengan Cherry orang yang dimaksud Vigo, Zio mengatakan suatu hal yang membuat Cherry ilfeel yaitu ia berkata tidak menyukai perempuan. Sehingga Cherry kaget dan bergegas untuk berpamitan pulang. Setelah Cherry pulang, teman-teman Zio menghampiri Zio dan bertanya mengapa Cherry mendadak pulang. Zio pun menceritakan apa yang ia katakan pada Cherry dan membuat teman-temannya pusing dengan Zio si paling kutub ini. • Bab 12 Untuk mendinginkan pikiran, Zio memutuskan untuk mendatangi salah satu kafe di kompleks perumahannya. Disana ia malah bertemu dengan Vanya. Tatapan Zio mendadak menjadi aneh kala tau Vanya kebasahan dari luar. Ternyata di luar sedang hujan dan Zio membenci adanya hujan. Tak berselang lama ponsel Zio berdering tanda ada panggilan masuk. Awalnya Zio tidak ingin mengangkatnya, namun karena bujukan Vanya dia pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut. Setelah mengangkat telepon itu terjadi perdebatan antara keduanya yang membicarakan sang penelepon. Kemudian Zio memutuskan untuk pergi tanpa sepatah kata meninggalkan Vanya yang kebingungan dan tersadar mungkin ada kata-katanya yang menyakiti hati Zio. • Bab 13 Seorang gadis yang berada di Australia merindukan suasana di Tanah Air dan ingin segera pulang untuk menemui kakak dan mantannya yang ia rindukan. Di lain tempat, Vanya berusaha untuk menemukan cara yang tepat supaya bisa meminta maaf pada Zio. Saat sudah menemukan cara yang tepat, Vanya segera menghampiri Zio dan meminta maaf. Zio pun ikut meminta maaf karena ia tiba-tiba meninggalkan Vanya begitu saja. Kemudian terucap kalimat yang mengejutkan dari Zio karena ia meminta Vanya untuk menjadi sahabatnya. Vanya heran dan senang bukan main karena ini bisa menjadi salah satu cara ia agar bisa dekat dengan Zio. Vanya pun setuju dan berkata akan berusaha menjadi sahabat terbaik Zio.
• Bab 14 Hari ini tiba-tiba Anggun kembali mendatangi Vanya dan melabraknya agar tidak lagi berusaha mendekati Zio. Namun Vanya tentu saja tidak menghiraukan kakak tingkatnya itu dan lebih memilih untuk segera ke gedung klub karate agar bisa latihan. Vanya naik angkot karena Azka tidak dapat menjemputnya. Saat sudah dijalan pulang Vanya melihat ada pencopet yang melarikan diri, jadi dia ikut membantu untuk menangkap copet tersebut. Setelah Vanya berhasil menangkapnya ia pun bertanya siapa pemilik dompet yang dicuri. Ternyata itu adalah dompet milik Daffa yang merupakan teman SMP Vanya. Vanya pun terkaget bukan main karena perubahan Daffa yang terlihat sangat keren sekarang. Akhirnya Daffa mengajak Vanya untuk pulang bersama sebagai tanda terimakasih atas bantuannya menangkap pencopet tadi. • Bab 15 Entah apa yang merasuki Zio, dia tiba-tiba mengajak Vanya untuk menonton film. Namun ternyata Zio malah mengajaknya menonton film horor. Vanya disana bertemu dengan seorang ibu yang sedang hamil dan mengidam nonton film horor. Saat film telah dimulai, Vanya berusaha matimatian untuk tetap membuka matanya. Zio yang merasa kasihan pun akhirnya mengajak Vanya untuk keluar dari bioskop. Vanya mengiyakan tapi Vanya bingung mengapa ibu hamil disampingnya bukannya ketakutan tapi malah tertawa senang saat melihat hantu. Sesudah mereka keluar bioskop, Zio kembali mendapatkan telepon dari si 'N' dan kali ini panggilannya dia terima. • Bab 16 Di perjalanan pulang, Zio merasakan Vanya ingin bertanya sesuatu padanya namun ia ragu-ragu. Zio akhirnya menghentikan motornya dan bertanya pada Vanya apa yang ingin ia tanyakan. Karena Vanya tidak kunjung bertanya, Zio mengajak Vanya untuk ikut dengannya besok agar dapat menceritakan semuanya. Keesokan harinya, Zio menjemput Vanya untuk pergi ke sebuah rumah makan. Disana mereka saling bertukar cerita dan Zio menceritakan tentang seseorang di masa lalunya. Zio bercerita mengapa akhirnya dia bisa berpisah sama mantannya. Mantan Zio tiba-tiba meninggalkan Zio tanpa alasan sehingga membuat Zio merasa kecewa dan perlahan membencinya. Saat itu Zio juga berkata bahwa mantannya akan segera pulang kembali. Vanya bertanya apa yang akan dilakukan Zio saat mantannya sudah pulang. Zio pun menjawab bahwa ia tidak akan melakukan apapun karena ia sudah melupakan mantannya tersebut, uhuy. • Bab 17 Di saat sedang berkumpul, Hafiz menyampaikan sebuah informasi yang membuat semua temannya menganga karena tugas dari Pak Broto harus dikumpulkan besok hari tidak jadi minggu depan. Mereka pun akhirnya pergi ke kafe dekat kampus untuk mengerjakan tugas bersama. Saat di kafe tersebut Zio melihat Vanya yang muncul dari sebuah mobil bersama seorang lakilaki. Nicko yang mengetahui Zio memperhatikan Vanya akhirnya berkata bahwa laki-laki tersebut adalah Daffa yang merupakan teman lama Vanya. Saat dikampus Zio melihat Vanya pergi menggunakan angkot dan ia pun menyusulnya. Setelah 20 menit, Vanya berhenti disebuah gedung karate dan masuk ke dalamnya. Zio turun dari motor dan bertanya pada seseorang yang ada di depan gedung dimana Vanya berada. Setelah mengetahui keberadaan Vanya, Zio menyusul ke sana. Ternyata Vanya disana sedang mengajar
anak-anak kecil karate. Zio mengambil kamera SLR untuk memotret Vanya karena perempuan itu selalu tersenyum sepanjang mengajar. Vanya akhirnya tersadar bahwa Zio mengikutinya sampai ke gedung karate. Setelah selesai mengajar, Vanya dan Zio pulang bersama. Tanpa disadari, sesorang melihat mereka berdua dan geram karena mereka berboncengan bersama. • Bab 18 Lagi-lagi saat ini Vanya bertemu kembali dengan Anggun yang menyuruhnya untuk menjauhi Zio. Namun Vanya menolak dengan tegas karena setiap orang berhak untuk memperjuangkan perasaannya tanpa ada paksaan dari orang lain. Saat selesai kelas, Vanya keluar dan tiba-tiba Daffa menghampirinya. Begitu mengobrol dengan Vanya, Daffa melihat Zio yang sedang berjalan dan ia memanggil Zio. Ternyata Daffa mengetahui Zio merupakan 'crush' Vanya dari SMA. Selesai mengobrol Zio berpamitan dan berjalan menuju tempat temannya berada. Di tengah jalan Zio melihat seseorang yang berjalan dari arah fakultas hukum, ternyata orang tersebut adalah Hendrick! • Bab 19 Ketika bertemu dengan teman-temannya, Vanya banyak bercerita tentang Zio. Alexa pun berpendapat bahwa Vanya sudah berhasil membuat Zio tak sedingin dulu. Teman-temannya pun menyuruh Vanya untuk segera menyampaikan perasaannya pada Zio, namun Vanya menolak karena menurutnya ia baru sebentar dekat dengan Zio, belum mengenal Zio lebih lanjut. Setelah lama mengobrol mereka pun akhirnya pulang. Sore harinya Zio mengajak Vanya untuk pergi ke sebuah tempat yang sudah jarang ia kunjungi. Mereka telah sampai di sebuah bangunan berukuran sedang yang ternyata berisi banyak lukisan. Ada juga sebuah piano dan koleksi gitar bermacam-macam. Saat sedang melihat-lihat lukisan, Zio tiba-tiba memotret Vanya yang membuat Vanya terkejut bukan main. Zio kemudian tertawa karena hasil foto Vanya yang lucu. Vanya terpelongo karena pertama kali melihat Zio tertawa. Setelah itu Zio mengambil sebuah gitar dan memainkan lagu yang diminta oleh Vanya yaitu 'Little Things' One Direction. Vanya berseru senang setelah Zio berhasil memainkan lagu kesukaannya. Kemudian Vanya berkata seandainya Zio menyukai hujan juga, pasti ia akan mengajaknya menikmati hujan. Namun alangkah kagetnya Vanya karena Zio meminta untuk mengajarinya menyukai hujan. Mereka akhirnya bermain hujan-hujanan bersama. Zio bisa merasakan kembali rasanya hujan-hujanan setelah beberapa tahun ini sempat membencinya. • Bab 20 Vanya menerima telepon dari adiknya yang berada di Australia. Adiknya berkata akan pulang dua minggu lagi. Vanya senang bukan main karena ia tidak akan kesepian di rumah. Suatu hari saat akan keluar rumah, Zio menemukan sebuah kotak kiriman yang bertuliskan ' Untuk Zio ' . Kotak itu ternyata berisi suatu hal yang mengejutkan Zio berkaitan dengan Vanya. Zio langsung meminta temannya berkumpul di markas. Vigo yang mengetahui kotak tersebut menyuruh Zio untuk segera mengatakan hal yang penting itu pada Vanya. Setelah seminggu, Zio memantapkan diri untuk menemui Vanya dan mengajaknya ke bangunan yang dulu pernah mereka kunjungi. Di sana Zio menceritakan semua hal mengenai masa lalunya kepada Vanya. Alangkah terkejutnya Vanya ketika mengetahui bahwa mantan dari Zio adalah Vanesa yang merupakan adiknya sendiri. Vanya merasa kecewa dan tidak ingin adiknya tersakiti apabila dia mendekati mantan dari adiknya tersebut. Apalagi Vanesa jelas-jelas masih menyukai Zio. Vanya
akhirnya pergi tanpa pamit. Setelah pergi, Vanya memutuskan untuk ke gedung karate dan menumpahkan kesedihannya disana. Hal tersebut dilihat oleh senpainya. Senpainya bertanya mengapa Vanya terlihat sangat sedih. Vanya pun bercerita hal yang membuatnya sedih. Senpainya menasihati Vanya agar mendengarkan lebih dahulu penjelasan Zio supaya ia tidak terlalu berlarut dalam kesedihannya. • Bab 21 Zio dan Vanya sama-sama merasakan kekecewaan setelah kejadian kemarin. Zio kemudian bercerita pada teman-temannya tentang kejadian kemarin. Semua temannya tidak habis pikir mengapa bisa berakhir begitu hubungan Zio dan Vanya. Vigo juga menasihati Zio agar mau mendekati Vanya kembali dan meminta maaf pada Vanya karena telah membuat Vanya kecewa. Di tengah lorong kampus, Zio harus kembali bertemu dengan Hendrick. Awalnya Zio tidak mau pusing dan memilih untuk segera pergi. Namun Hendrick kembali memancing emosi Zio sehingga terjadilah adu jotos. Setelah puas memberi pelajaran pada Hendrick yang selalu membuatnya emosi, Zio segera pergi dari sana. Di rumah, Vanya tiba-tiba mendapatkan paket dari seseorang yang tidak ia kenali. Vanya segera membuka paket tersebut dan ternyata paket tersebut berisi foto-foto Zio dan Vanesa saat mereka masih berpacaran. Setelah melihat foto-foto tersebut, Vanya merasa tambah patah hati dan berusaha untuk melupakannya sejenak karena ingin fokus pada UAS dua minggu lagi. • Bab 22 Beberapa hari kemudian, Vanya akhirnya menjemput keluarganya yang pulang dari Australia. Dia bisa kembali melepas rindu juga dengan adiknya, Vanesa. Saat bertemu dengan Daffa, Vanya menceritakan tentang mantan Zio yang ternyata adalah adiknya sendiri. Vanya beranggapan bahwa Zio masih menyukai Vanesa makanya dia memutuskan untuk melepaskan Zio agar ia bisa kembali bersama Vanesa. Malamnya Vanesa menceritakan masa lalunya bersama Zio, namun Vanesa belum mengetahui kakaknya ternyata telah menyukai Zio dari lama. Vanesa juga meminta tolong pada Vanya untuk membantunya menyelesaikan masalah antara dia dan Zio. Pada akhirnya pun Vanya menyetujui permintaan adiknya tersebut • Bab 23 Mengingat janjinya pada Vanesa, Vanya berusaha untuk menemui Zio dan membujuk Zio agar mau bertemu dengan Vanesa serta mendengarkan penjelasan Vanesa mengapa ia meninggalkannya tanpa alasan. Saat bertemu dengan Zio, Vanesa menceritakan bahwa dirinya diancam oleh Hendrick untuk segera memutuskan Zio karena Hendrick dan Dino ingin menyalurkan dendamnya pada Zio. Hendrick membuktikan ancaman tersebut dengan membuat Zio babak belur sehingga ia takut Zio akan mengalami hal yang lebih parah dari sebelumnya. Setelah selesai mendengarkan penjelasan Vanesa, Zio memilih untuk segera pergi dan pulang ke rumah. Saat Vanesa juga sudah kembali ke rumah, ia tidak sengaja menjatuhkan buku diary kakaknya dan membaca beberapa lembar diary kakaknya yang ternyata berisi rasa cinta Vanya kepada Zio yang sudah lama bahkan lebih lama dari saat dia mulai berpacaran dengan Zio.
• Bab 24 Vanesa kembali membujuk Zio untuk bertemu dengannya, dengan beralasan akan membicarakan hal yang penting. Sesampainya di kafe tempat janjian mereka berdua, Vanesa segera menunjukkan beberapa foto dari diary kakaknya yang sempat dia foto kepada Zio. Vanesa juga meminta pada Zio agar peka terhadap perasaan Vanya dan berusaha untuk menerima perasaan Vanya juga. Saat sudah selesai menyampaikan hal penting tersebut Vanesa memutuskan untuk segera pulang. Namun diperjalanan pulang ia tidak menghiraukan sekitar sehingga ada orang yang membekapnya dan membawa dia kabur. Vanya kaget bukan main ketika mengetahui bahwa adiknya diculik oleh Hendrick. Dia pun segera memberitahu Zio dan memohon pertolongannya. Sesampainya di sana, Vanya sangat emosi mengetahui adiknya sudah disiksa dan disiram air es oleh Anggun dan Vivian. Vanya berusaha melawan Anggun, karena kemampuan bela dirinya lebih unggul sehingga ia bisa menang melawan Anggun. Segara setelah itu ia menyelamatkan adiknya yang sudah lemas tak berdaya. Pertengkaran diakhiri dengan Hendrick dan Dino yang sudah terkapar lemas. Vanya berterimakasih pada Zio dan teman-temannya karena sudah mau ikut menolong Vanesa. Vanya meminta tolong pada mereka untuk mengantar pulang Vanesa dan dia akan membantu Zio mengobati lukanya. Disana mereka sempat berbicara banyak dan Zio mengatakan bahwa ia sudah mengetahui Vanya telah menyukainya sejak kelas sepuluh. Vanya kaget ketika Zio mengetahui rahasianya tersebut. Keesokan harinya, Vanya diajak jalan oleh teman-temannya. Namun Vanya heran mengapa mereka malah menuju ke kampus. Sesampainya di kampus dia mendapatkan teka-teki yang berisi 7 petunjuk. Setelah mengikuti semua petunjuk tersebut, Vanya sampai di lantai paling atas Fakultas Ekonomi. Di sana sudah ada sebuah papan skateboard dengan tulisan ' Will you be my girlfriend? ‘. Vanya kebingungan dan tiba-tiba mendengar suara Zio yang mendekatinya. Zio kemudian bertanya pada Vanya apakah Vanya bersedia menjadi pacarnya atau tidak. Dengan wajah kebingungan, Vanya menerima Zio dengan hati yang sangat berbunga-bunga. Akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih setelah Vanya menanti lama. Mereka pun bersama dan menjalani hari-hari berikutnya dengan status sebagai PACAR, YEYY.... TERTANDA (ANASTASYA DIVA LARASATI/ 04)
COVER BUKU :
Ringkasan Novel Janshen JANSHEN Nama: Araminta Rahmadani Kelas : 12 MIPA 6 No absen :05 Risa Saraswati lahir di Bandung, 24 Februari 1985 adalah seorang penulis sekaligus vokalis band Saraswati dan PNS kota bandung. Buku yang ditulis oleh Risa Saraswati sendiri tidak pernah jauh-jauh dari cerita masa lalu 5 sahabat kecil tak kasat mata yang bernama Peter,Hans,Hendrick,Wiliam,dan Janshen . Janshen adalah seorang anak keturunan Belanda yang saat itu lahir serta tinggal di negara jajahan negara aslinya,Hindia Belanda atau sekarang lebih dikenal dengan nama Indonesia. Jantje Heinrich Janshen merupakan anak yang sangat ditunggu tnggu oleh keluarganya dan benar saja ketika ia lahir kebahagiaan lantas memberikan dampak bagus untuk keluarga besar Janshen . Keluarga tersebut tidak pernah berhenti bersyukur karena dengan hadirnya di kecil jantje membantu pemulihan sang anak sulung Elizabeth yang memiliki penyakit jantung sedari kecil. Tetapi tentu saja hidup mereka memiliki beberapa masalah,yaitu saat Reina putri ketiga keluarga tersebut memiliki yang serupa dengan Elizabeth . Dengan adanya penyakit tersebut dan kurangnya teknologi di Batavia, keluarga tersebut terpaksa harus kembali ke negara asal mereka untuk melanjutkan pengobatan Elizabeth serta Reina .Tetapi si anak tengan Anna serta di kecil Jantje tidak turut serta lembali ke Belanda dan menetap di Hindia Belanda . Masalah pun tidak pernah meninggalkan kedua anak tersebut , di mulai dari Anna yang melupakan keluarganya karena berteman dengan seorang guru muda hingga Jantje yang mulai merindukan anggota keluarganya yang lain. Tidak hanya sampai disitu ,tidak lama setelah kedua orang tuanya pergi kembali ke negara asal mereka terdapat kabar bahwa Nippon saat itu sudah mulai memasuki Hindia Belanda . Anna dan Jantje berhasil bersembunyi untuk beberapa saat sampai akhirnya Jantje terbunuh saat berusha keluar dari kejaraan Nippon.
LAUT BERCERITA (Oleh Leila S. Chudori) NAMA: ASYIFA NUR BURHANA KELAS : XII MIPA 6 NO : 06 Tanggal literasi: Jum’at, 15 Juli 2022 I. Biru Laut
Seyegan, 1991 Laut baru menyadari, bunyi ketukan halus itu berasal dari jari-jari Sunu pada pintu calon rumah mereka di Seyegan, pojok terpencil di Yogyakarta. Saat itu mereka tampak masih muda, Laut terlempar ke masa mahasiswa ketika mereka masih mencari-cari tempat untuk berdiskusi sekaligus bermalam dengan aman, jauh dari intaian intel. Peristiwa penangkapan tiga aktivis Yogyakarta tiga tahun sebelumnya masih menghantui mereka. Sunu berkata kalau pintu tersebut terbuat dari kayu jati, dari mereka berlima hanya Sunu yang paling paham soal bangunan. Karena itulan Laut mengajak Sunu dan Kinan untuk melihat rumah itu. Lantas saja Daniel dan Alex hanya ikut-ikutan. Mengajak Daniel untuk melihat rumah itu sebetulnya tidak masuk dalam rencana Laut. Itulah gunanya Kinan. Selain jadi penentu akhir, mereka semua mengakui Kinan sering memberikan argumen paling masuk akal dalam banyak hal. Yang lebih penting lagi, Kinan dapat menyetop kerewelan Daniel. Ketika Sunu membuka pintu rumah tersebut terdengar bunyi derit engsel yang sudah berkarat. Di hadapan mereka terbentang sebuah ruangan yang luas dengan lantai yang tampaknya tidak di sapu berbulan-bulan. Kursi kayu yang berserakan nampak busuk dan lapuk karena terkena bocoran air. Ada dua buah jendela yang menghadap ke teras dan dua jendela di setiap sisi kiri dinding. Sebagian besar kacanya sudah pecah. Alex yang selalu berbicara dengan kameranya mulai memotret setiap pojok dan setiap jengkal rumah tersebut sebelum Gusti yang matanya seperti lensa melampauinya. Terdengar lenguhan Daniel yang menebak-nebak manusia zaman apakah yang menempati rumah tersebut. Kinan asyik mengamati tembok kotor yang sudah tidak elas warnanya, krem atau coklat jorok. Mereka bisa berpatungan untuk membeli cat, kata Sunu. Laut memutuskan ruang besar tersebut digunakan untuk diskusi. Lagi-lagi dengan suara gerundelan Daniel yang dari tadi tidak bisa diam. Gerakan mahasiswa Winatra sudah dideklarasikan secara serentak di beberapa kota. Kinan berpendapat kalau ia rasa ambil saja rumah ini dengan sewa enam juta setahun. Namun Daniel tidak setuju karena kondisi rumah tersebut yang tak layak huni. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil rumah tersebut dan langsung melaksanakan pembagian tugas bersih-bersih. Sunu langsung mencatat perlengkapan yang harus dibeli dan apa yang masih bisa diperbaiki. Ia bilang hanya kamar mandi dan
dinding yang akan membutuhkan dana lumayan besar. Namun, Kinan memiliki ide agar jangan membeli cat kebih dulu. Laut mengenal kinan setahun lalu di kios Mas Yunus langganan mereka berbuat dosa. Di sanalah kawan-kawan mereka sesama pers mahasiswa diam-diam menggandakan beberapa bab novel Anak Semua Bangsa dan berbagai buku-buku terlarang lainnya. Kinan menepati janjinya. Keesokan harinya, seusai kuliah Sejarah Sastra Inggris yang selalu minim mahasiswa, mereka bertemu lagi di warung Bu Retno di pinggir selokan Mataram. Bersamaan dengan makan di warung Bu Retno, Laut bercerita tentang keluarganya. Mulai dari adik perempuannya yang bernama Asmarajati yang bercita-cita menjadi dokter, ayahnya yang bekerja sebagai wartawan, dan ibunya sebagai ibu rumah tangga sekaligus bekerja menerima pesanan katering. Ketika mereka sedang menikmati urap dan sambal Bu Retno kemudian Kinan menyerbu laut dengan banyak sekali pertanyaan: apa yang ia bayangkan tentang Indonesia 10 tahun lagi; apakah mereka akan terus menerus membiarkan rezim Soeharto berkuasa selama-lamanya atau apakah ia ingin berbuat sesuatu. Sekarang Laut yang bertanya kepada Kinan, sebagai mahasiswa hijau, apa yang bisa mereka lakukan untuk mengguncang sebuah rezim yang begitu kokoh berdiri selama puluhan tahun, dengan fondasi militer sangat kuat dan ditopang dukungan kelas menengah dan kelas atas yang nyaman dengan berbagai lisensi dan keistimewaan. Baru pertama kali Laut bertanya kepada kinan dengan kalimat sepajang itu. Kinan tersenyum dan menyuruh Laut untuk segera menyelesaikan makan siangnya. Kinan bercerita ketika ia masih menjadi mahasiswa hijau, ia dan Bram pernah ditahan bersama beberapa kawan lainnya ketika menemani warga Kedung Ombo yang bertahan di lokasi. Warga Kedung Ombo yang dijanjikan ganti rugi tiga ribu rupiah per meter persegi dan ternyata mereka akhirnya hanya di beri 250 rupiah per meter persegi. Sebagian warga yang sudah putus asa menerima ganti rugi, tetapi sekitar 600 keluarga bertahan dan mengalami intimidasi. Mereka mendampingi warga yang bertahan, ikut membantu membangun kelas darurat untuk anak-anak dan rakit untuk trasportasi. Hanya beberapa pekan setelah kegiatan itu mereka ditahan. Sekitar tujuh orang, satu per satu diinterogasi dan ditempeleng, disiram air, ditelanjangi. Mira dan Kinan digarap aparat perempuan, namun tidak sampai ditelanjangi. Disaat Kinan bercerita, ia menangkap seseorang di pojok warung, dia adalah Naratama teman seangkatannya di FISIP.
Kemudian Kinan menyuruh Laut untuk bergegas menyelesesaikan makan siangnya dan mengajaknya untuk bertemu seseorang. Bertubuh kurus dan tinggi, berkulit bersih, berkacamata dengan bingkai hitam dan rambut ikal, Arifin Bramantyo sama sekali tidak terlihat sebagai seorang pemimpin atau pendiri organisasi anakanak muda. Sore itu Kinan dan Laut mengunjungi tempas kos Bram di Kaliurang yang begitu sempit. Bram menceritakan masa kecilnya di Cilacap. Dia memutuskan tinggal bersama kakeknya daripada harus mengikuti orangtuanya yang pindah ke Bogor. Ketika Bram meminta izin kepada orangtuanya untuk meneruskan SMA di Yogyakarta, ayahnya mulai curiga, apalagi melihat kamar Bram di desa yang terdiri dari kasur dan ratusan buku-buku yang sudah melampaui bacaan anak-anak SMP: Di Bawah Bendera Revolusi, Pondok Paman Tom, Oliver, dan Kisah Dua Kota yang dinamakan Bram sebagai “periode kerajinan revolusi”. Ayahnya mengizinkan Bram melanjutkan SMA dengan syarat Bram harus rajin mengaji. Kekhawatiran ayah Bram memang beralasan. Setelah peristiwa penangkapan aktivis di Yogya karena dituduh mengadakan diskusi karya Pramoedya Ananta, Bram dan kawan-kawannya diemput dan diinterogasi pilisi. Untung dia sudah menyimpan buku-buku pemikiran Karl Marx, Tan Malaka, dan Pramoedya Ananta Toer di sebuah tempat persembunyian yang sulit di balik lemari dapur. Setelah mendengarkan lanjutan cerita Bram, Laut baru menyadari kalau Bram sebetulnya buka hanya kutubuku seperti yang dikesankan penampilannya yang santun, berkacamata, berambut ikal yang tersisir rapi, dan kemea yang dimasukkan ke dalam. Tetapi ternyata dia seorang yang penuh strategi dan penuh ledakan. Dia tahu kapan harus menyimpan tenaga dan kapan bersiasat dan bergerak. Kinan mulai memperkenalkan tiga seniman Taraka yang akan melukis mural tembok busuk itu. Tiga orang tersenut antara lain adalah Abiyasa, Hamdan Murad, dan Coki Tambunan. Mereka akan membuat mural para tokoh seni atau politik dan perjalanan hidup mereka. Tembok sebelah kiri adalah jatah Abiyasa, Coki mengisi tembok yang berjendela dengan melukis beberapa tokoh yang mengispirasi, sedangkan tembok besar di ruang diskusi merupakan jatah Anjani. Sedangkan Laut, pada akhirnya memutuskan untuk melabur dinding dapur dengan cat warna biru. Laut mulai berkenalan dengan Anjani yang merupakan gadis cantik dengan senyum indah bergigi putih serta memiliki lesung pipi. Di situlah pertemuan pertama Laut dengan Anjani, dengan Laut yang tampaknya menyukai Anjani pada pandangan pertama.
Di Sebuah Tempat, di Dalam Gelap, 1998 Laut tak bisa mnggerakkan lehernya. Penglihatannya gelap. Mulutnya terasa asin darah kering. Ia ingin membuka matanya namun sukar. Bukan karena bengkak atau sakit, perlahan-lahan aku teringat salah satu dari aparat menginak kepalanya dengan sepatu bergerigi. Rasanya tulang-tulang Laut retak karena semalaman tubuhnya digebuk, diinjak, dan ditonjok beberapa orang sekaligus. Yang diingat Laut, beberapa jam lalu, mungkin kemarin ketika mereka meringkus Laut adalah tanggal 13 Maret 1998, persis bertepatan dengan ulang tahun Asmara. Rasanya sehabis maghrib Laut di rumah susun Klender, tempat Daniel, Alex, dan Laut menetap selama bebrapa bulan terakhir. Laut baru saja pulang dari kampus UI di Depok untuk rapat mahasiswa. Daniel berjanji akan tiba satu jam lagi dengan membawa makanan, sementara Alex sudah memberi pesan akan tiba tengah malam. Sejak mereka menjadi buron dua tahun lalu, Daniel selalu mengingatkan agar mereka selalu berkomunikasi posisi mereka sekerap mungkin. Apalagi sejak menghilangnya Sunu dua pekan lalu. Sesampainya Laut di rumah susun itu, ia memutuskan langsung mandi karena merasa sangat gerah. Tiba-tiba lampu padam kemudian ia bergegas mencari senter. Karena ia merasa sangat lapar, ia mencari mie instan di lemari dapur barangkali masih ada. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang sangat kuat dan tidak sabar, Laut langsung mengintipnya dan didapati ada beberapa lakilaki bertubuh besar yang memakai penutup wajah. Secara tidak basa-basi mereka langsung membawa Laut ke markasnya dengan mata yang ditutup. Dan salah satu di antara mereka mengobrak-abrik tas Laut dan ia menemukan sebuah kartu penduduk asli Laut. Selama melakukan aksinya, Laut selalu menggunakan nama samaran mulai dari Amir Zein, jayakusuma, Rizal Amuba. Beberapa laki-laki bertubuh besar tersebut yakin bahwa dialah Biru Laut Sekjen Winatra yang sesungguhnya langsung menyeret laut masuk ke dalam mobil. Ketika telah sampai di suatu tempat yang mungkin itu merupakan markas mereka, Laut dipaksa keluar dari mobil dan digiring menuju ke sebuah ruangan yang luas dan di sana kira-kita terdapat dua puluh orang. Laut dipaksa duduk oleh salah seorang dari mereka dan tiba-tiba perutnya dihantam dengan kerasnya dan ia tersungkur dari kursi tersebut. Tak hanya itu, tubuh Laut yang ditendang dan diinjak sekitar dua sampai tiga orang secara bertubi-tubi. Mereka meninggalkan Laut dalam keadaan pingsan.
Setelah itu, tubuh Laut diguyur dengan satu ember air es. Laut terperanjat karena luka-luka yang terkena air dingin dan pecahan es yang terasa sangat ngilu. Kemudian mereka memaksa Laut untuk berdiri dan berjalan menuju velbed, kedua tangannya di borgol dan kaki Laut diikat dengan kabel. Terdapat seseorang yang menyeret kursi dan duduk dipinggir velbed dan bertanya kepada Laut di manakah Gala Pranaya dan Kasih Kinanti? Siapa saja yang mendirikan Winatra dan Wirasena? Siapa yang membiayai kegiatan mereka? Laut langsung merekatkan mulutnya tidak menjawab. Kemudian ada manusia lain yang berteriak menanyainya, namun Laut tetap enggan menjawabnya, hanya dengan senyum mengejek. Tiba-tiba saja sebuah tongkat yang mengeluarkan lecutan listrik mendarat di kepala Laut. Laut menjerit sangat keras, seluruh tulangnya terasa rontok. Terdengar suara salah satu dari mereka untuk menghentikan tingkah anak buahnya karena ada rapat dari tokoh-tokoh. Entah karena diam saja atau karena Laut tak sengaja menyeringai, tiba-tiba mereka berteriak dan terdengar suara meja setrum yang diseret. Mereka menempelkan dua logam pipih ke paha Laut yang sakitnya menyerang hingga ke dada. Laut tak sadar diri. Entah pukul berapa Laut terbangun karena suara teriakan Daniel berteriak. Ternyata Daniel juga dibawa ke ruangan itu, suara Daniel memenuhi ruangan itu ketika alat setrum tersebut disengatkan ke tubuhnya. Tak lama kemudian terdengar suara Alex yang mengerang-erang karena gebukan dan tendangan dari para penyiksa keji itu. Kedua temannya ditangkap tak lama setelah ia ditangkap pada malam itu. Tanggal Literasi: Jum’at, 22 Juli 2022 Ciputat, 1991 Aroma tengkleng kesukaan Laut yang dimasak ibunya mulai mengisi seluruh ruangan di rumahnya. Dulu Laut selalu pulang ke rumah setiap akhir pekan minggu ke empat. Namun, karena kesibukan kuliah dan keterlibatan Laut dengan Winatra menjadikan ia sulit mendapatkan waktu untuk pulang ke Jakarta. Sudah tiga bulan ini ia tidak pulang, jika bukan karena Asmara yang mengancamnya kalau ia tidak pulang maka Asmara lah yang akan datang ke Yogya, mungkin Laut juga belum tentu pulang ke Jakarta. Makan malam di hari minggu sudah nenjadi ritual keluarga Laut yang sudah ditanamkan oleh ayahnya sejak masih di Solo. Apalagi
sekarang Laut jarang pulang kerumah, jadi makan malam di akhir pekan sangat berharga bagi mereka. Malam itu, setelah tiga bulan tidak bersua, mereka mengelilingi meja makan yang sudah disiapkan oleh ayah Laut. Mereka siap menikmati tengkleng, acar kol dan nanas, dan buntil buatan Mbak Mar. Selama makan, mereka lebih mendengarkan cerita Asmara yang kuliah di FKUI yang masih membosankan. Ayah Laut juga tak Lupa menanyakan kabar Sunu, Sunu merupakan kawannya kuliah yang pertama dikenalkan kepada keluarganya. Setelah itu, Laut juga bercerita tentang kedua temannya Alex dan Gusti yang sangat gemar dengan dunia fotografi, topik kali ini sangat menarik minat ibunya yang sangat gemar mengenai fotografi juga. Laut menceritakan perbedaan cara Alex dan Gusti dalam mengambil foto. Mulai dari Alex yang sangat irit memotret namun hasilnya nampak memuaskan sedangkan, Gusti yang gemar menggunakan blitz dan senang foto berwarna seperti wartawan. Gusti selalu menggunakan film dengan boros karena ia pasti memotret dari berbagai sisi. Setelah ia berhasil mengalihkan topik pembicaraannya, tiba-tiba ayah Laut berkata kalau ia sudah kehilangan saudara dan kawannya. Mereka menguap begitu saja dan hilang di tengah malam. Dengan artian, kalau Laut harus berhati-hati saat ia sedang berdiskusi mengenai buku-buku terlarang maupun saat melaksanakan aksinya sebagai seorang aktivis. Di Sebuah Tempat, di Dalam Keji, 1998 Setelah beberapa hari tergeletak, Laut juga tidak mengetahui dimanakah sebenarnya ia dan kedua temannya ditahan, apakah di penjara atau di sebuah markas. Mereka dibangunkan oleh bunyi terompet yang memekik-mekik. Samar-samar ia mendengar suara orang baris-berbaris dan derap sepatu. Laut semakin yakin kalau mereka berada di sebuah markas. Sekali lagi, mereka dibangunkan dengan siraman air es. Terdengar Daniel yang berteriak dan menyumpah-nyumpah. Alex terdengar menggeram-geram, sedangkan Laut masih mencoba berdamai dengan setumpuk darah keris di bibirnya, wajah bengkak, dan tulang hidung patah, yang membuatnya sulit bernapas. Seseorang mendekati velbed yang ditempati Laut lalu melepaskan borgol yang ada di tangannya. Kemudian, Laut dipaksa untuk berjalan dan di dudukkan pada sebuah kursi lipat untuk diinterogasi dan tanggannya diborgol kembali. Mereka tetap menanyakan dimana letak Kinanti bersembunyi, Laut diam tak menjawab karena dia memang tidak mengetahui dimana
keberadaan Kinan sekarang. Mereka juga menanyakan apa arti dari Winatra. Satu tinjuan di perut Laut karena dia tidak menjawab pertanyaan tadi. Salah satu para penyiksa itu berkata bahwa Winatra dan Wirasena merupakan anak didik dari Arifin Bramantyo yang sudah membusuk di penjara, namun masih banyak yang mengikutinya. Kemudian, mereka mengajak Laut untuk berdiskusi dan membuka penutup mata Laut yang sudah berhari-hari terikat di kepalanya. Daniel, Alex, dan Laut dihadapkan deng para interogator, Daniel dan Alex masih mengenakan kain penutup mata. Meski kali ini tidak diselingi dengan tinju dan siksaan. Disela-sela interogasi mereka juga mengabsen anak Winatra dan Wirasena satu persatu. Laut sengaja tak memberikan reaksi apapun. Ia hanya heran mengapa nama Naratama tidak disebutkan. Mereka juga menyebutkan para seniman dengan menatap horror Laut. Satu persatu nama para seniman disebutkan Abi, Hamdan, Coki, dan Anjani. Ketika mendengar nama Anjani disebutkan, Laut dengan spontan berusaha untuk berontak namun usahanya itu siasia. Kemudian, para penyiksa itu menyudutkan rokok pada tubuh Laut sembari berkata, bagaimana kalau rokok tersebut akan disudutkan ke kulit Anjani juga. Mereka juga menyebutkan bagian tubuh Anjani yang akan disudut dengan rokok, entah mendapat kekuatan dari mana Laut bangun bersama kursi lipat tersebut dan menyeruduk si penyiksa itu. Apa yang terjadi setelah dirinya diinjakinjak para penyiksa itu entah akan mati atau bagaimana Laut tidak tahu. Sekali lagi, Laut tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Dia tidak mati, karena ia masih bisa merasakan darah segar dari mulut dan hidungnya. Ketika ia sudah dipindahkan ke velbed, mereka mendatangkan dokter untuk memeriksa tulang-tulang Laut dan mengobati luka-luka yang ada di tubuhnya. Laut memberanikan diri untuk meminta izin pergi ke toilet. Mereka menutup mata Laut dengan kain hitam apak lagi. Ia digelandang para penyiksa itu melewati koridor yang tidak terlalu besar. Ia mendengar suara sayup-sayup orang berbicara dan tibatiba terdapat serangkaian blitz yang menyerangnya. Dan itu cukup mengganggu. Setelah sesi interogasi yang tidak terlalu keras dibandingkan dengan hari pertama, lengan kiri Laut diikat pada sisi velbed namun lengan kannya tidak karena waktunya makan. Ia sulit menikmati makanan tersebut karena luka-luka sialan itu. Setelah makan, terdapat dokter yang mengecek kondisi Laut dan melaporkan
kondisinya pada para penyiksa itu. Kemudian terdengar suara meja setrum yang diseret mendekat velbed milik Laut. Mereka tetap menanyakan pertanyaan yang sama seperi interogasi sebelumnya, dan tentunya Laut tidak mengaku. Para penyiksa langsung menyengatkan aliran listrik ke paha dan dada Laut. Tiba-tiba ikatan yang ada pada tubuh Laut dilepas kemudian tubuhnya dijungkirbalikkan. Kakinya diikat dan digantung. Dengan posisi tersebut Laut tetap diinterogasi, namun tidak ada informasi apapun yang dikeluarkan mulutnya. Kemudian pecut listrik itu menghajar kaki dan punggung Laut. Si penyiksa itu mulai jengkel lalu membuka tutup mata Laut dan mengeluarkan sebuah kotak berisi semut rang-rang yang sangat besar, kemudian semut itu didekatkan ke kedua bola mata Laut. Blangguan, 1993 Jika Blangguan adalah aksi mereka yang paling melekat di benak untuk waktu yang lama dan aksi Ngawi dianggap berhasil, maka jauh sebelumnya mereka pernah belajar dari kegagalan ‘diskusi Kwangju’. Di awal tahun 1993, mereka permah merancang sebuah diskusi terbatas di Pelem Kecut. Kawan-kawan Wirasena memutuskan sebaiknya mahasiswa dari berbagai kampus Yogya diundang mengikuti diskusi penting itu. Kinan dan Alex ke Manila untuk mengikuti konferensi Peran Gerakan Mahasiswa dan Aktivis dalam perubahan Asia Tenggara setahun lalu, karena itu merekan melakukan diskusi Kwangju yang dibandingkan dengan People’s Power Manila. Pemberontakan Kwangju tahun 1980 adalah studi kasus pemberontakan di Korea Selatan yang gagal dalam melahirkan demokrasi, sedangkan People’s Power EDSA berhasil menumbangkan Presiden Marcos yang kemudian menjadi sumber ‘kecemburuan’ karena mereka berangan-angan agar kekuatan semacam itu bisa terbentuk di Indonesia. Laut ingat betul bagaimana Kinan dan Alex menyiapkan materi diskusi itu dengan serius. Mereka mencatat pointers dan berbagai tugas, Kinan yang membicarakan persamaan beberapa negara di Asia Tenggara yang memiliki pesamaan problem dan hubungan dengan militer dan mengapa Kwangju bisa gagal dan mengapa People’s Power bisa sukses. Mereka terlalu sibuk membantu membuat selebaran diskusi yang mereka distribusikan di beberapa pelosok terpilih kampus Yogyakarta. Entah bagaimana, rupanya selebaran itu jatuh ke tangan intel.
Diskusi tersebut belum sempat dimulai ketika terjadi penggerebekan di Pelem Kecut. Tiba-tiba saja serombongan intel berbaju preman dan beberapa polisi dan aparat kodim masuk begitu saja ke ruangan Pelem Kecut dan menuduh mereka sedang merencanakan aksi keonaran buruh di Yogya. Kinan, Bram, Sunu, Alex, dan Laut diangkut dan diinterogasi semalaman. Keesokan harinya mereka memilih untuk kembali ke Seyegan sambil menganalisa bagaimana aparat bisa memegang selebaran itu. Sunu langsung berkesimpulan ada sesorang di antara mereka yang membocorkan rencana diskusi terbatas tersebut. Naratama saat itu tidak ada di sana, hal itulah yang menyebabkan Naratama dicurigai sebagai pelaku yang membocorkan rencana diskusi terbatas itu. Akibatnya, Naratama tidak diikutkan dalam aksi Blangguan. Tak hanya kelompok Wirasena, Winatra, dan Taraka Yogya tetapi juga kawa-kawan Winatra dari beberapa daerah mengirim perwakilan untuk bergabung atas nama Aksi Mahasiswa untuk Blangguan. Sudah beberapa tahun terakhir Bram, Kinan, Julius, Alex, dan tim Winatra Jawa Timur mempelajari dan mendata konflik petani dan tentara di kawasan itu. Lahan pertanian rakyat Desa Blangguan digusur secara paksa karena daerah kediaman dan lahan mereka akan digunakan untuk latihan gabungan tentara dengan menggunakan mortar dan senapan panjang. Lahan pertanian jagung mereka digusur buldoser. Akhirnya mereka berangkat dari Yogyakarta pukul sembilan malam menuju Pasir Putih Situbondo. Perjalanan belasan jam di atas bus itu memang cukup panjang. Setelah perjalanan panjang tersebut akhirnya sampai juga di Pasir Putih ketika matahari merekah dari balik awan. Kemudian, sebelum dzuhur beberapa mobil jemputan mereka dari Blangguan meluncur ke Pasir Putih. Kinan membagi-bagi kelompok keberangkatan ke dalam mobil Kijang abu-abu dan beberapa Colt sewaan yang sekaligus menjadi pengelempokan penginapan mereka di rumah-rumah petani. Perjalanan dari Pasir Putih ke Blangguan masih memakan waktu sekitar tiga jam. Rombongan mobil Kijang dan Colt akhirnya tiba di Blangguan sekitar pukul empat sore. Kinan sudah mengingatkan mereka agar tidak keluar dengan cara berbondong-bondong. Menurut Kinan, para intel masih mengikuti mereka meski saat itu menghilang. Laut, Anjani, Sunu, Alex, dan Daniel berjalan bersama-sama melangkah nyaris berjinjit agar tidak terlalu berisik, sementara lainnya berpisah dalam kelompok kecil dan berjanji untuk menemui Pak Subroto. Pak Subroto langsung mengajak mereka berkumpul dan duduk di atas tikar ketika mereka telah sampai di rumahnya. Pak Subroto
menjelaskan teknis bagaimana caranya membagi 40 orang sebaiknya dibagi-bagi menginap di tempat penduduk dan menunggu saat yang tepat untuk diam-diam menanam jagung. Suasana berubah mencekam ketika Pak Subroto menyampaikan bahwa beberapa mobil patroli sudah mondar-mandir sejak siang tadi. Kinan telah membagi 40 orang tersebut ke dalam beberapa kelompok. Mereka berlari setengah bersijingkat agar tidak terlalu berisik menuju ke rumah Bu Sumantri, ia merupakan seorang petani yang kira-kira berusia 50 tahun. Mereka duduk di atas tikar tanpa suara karena sudah terdengar para tentara mulai masuk ke rumahrumah warga dan menanyakan dimana para mahasiswa itu menginap. Semakin lama suara itu semakin dekat, mereka langsung lari bersembunyi ketika para tentara mulai mendekati rumah Bu Sumantri. Ketika tentara tersebut mulai menggedor-gedor rumah itu, Bu Sumantri memutuskan untuk keluar dari pintu belakang. Beberapa saat kemudian terdengar suara lenguhan sapi dan suara Bu Sumantri yang mengusir-usir sapinya. Dan tiba-tida terdapat seekor sapi yang keluar dari kandangnya diikuti Bu Sumantri yang berlari kecil dibelakangnya sambil berteriak, “Sapiku...sapiku mbedhal!!” Taktik Bu Sumantri mujarab. Beberapa intel yang semula akan masuk ke area rumah Pak Slamet dan Bu Sumantri lantas menjauh, seperti khawatir si sapi lincah akan menganggu kegiatan intimidasi mereka. Mereka menghela napas lega. Nampaknya tentara yang yang tadi mengejar-ngejar sapi lincah Bu Sumantri itu menjelaskan bahwa Bu Sumantri kehilangan sapinya. Kinan memberi isyarat agar mereka membentuk lingkaran dan berkata apabila tentara itu terus berpatroli sampai pagi, mereka akan sulit untuk menanam jagung. Kinan harus berkoordinasi dengan Bram namun sulit. Mereka kembali ke posisi sembunyi semula, dan terdengar rintik hujan dari luar. Bu Sumantri berdiri melihat dapur belakang yang pintunya terbuka. Terdengar suara Bu Sumantri menegur entah siapa yang datang. Itu Mas Gala. Seketika mereka langsung keluar dari persembunyian. Semua diam ketika Mas Gala berkata kalau mereka harus berusaha keluar dari tempat itu, dengan artian mereka tidak dapat melancarkan aksinya. Mereka bertanya-tanya bagaimana cara keluar dari daerah itu yang sudah dikelilingi oleh tentara. Mereka yang berada di rumah Pak Slamet juga setuju dengan keputusan Bram.
Mereka hanya tinggal menunggu penjagaan mulai mengendur. Hujan semakin deras dan terdengar petir mulai menyambar. Laut berkata kalau mereka harus meninggalkan tempat tersebut saat itu juga, karena saat hujan semakin deras maka penjagaan semakin berkurang juga. Mereka akan keluar melalui ladang dan pematang yang akan dipandu oleh Mas Yono. Mereka tiba di rumah penampungan dan segera memberitahu strategi terbaru untuk keluar dari desa itu, sementara Kinan dan Mas Gala menjemput kelompok Mas Bram. Mas Yono memberitahu bahwa mereka akan melewati ladang dan pematang dengan cara merayap, mencebur masuk irigasi, dan menyebrangi kali. Ketika mereka sudah berhasil keluar dari desa itu dan dirasa sudah aman, mereka langsung bergegas menuju jalan besar. Setelah mereka membersihkan diri, Mas Yono mengatakan mereka bisa duduk di salah satu belokan jalan di mana bus jurusan Banyuwangi-Surabaya akan lewat sebentar lagi. Menjelang subuh, bus Banyuwangi-Surabaya meluncur menghampiri mereka. Mereka semua naik ke atas bus dan tertidur lelap. Tiba-tiba bus berhenti, di depan bus tersebut ada dua mobil polisi yang menghadang. Di Sebuah Tempat, di Dalam Laknat, 1998 Laut baru teringat bagaimana semut rang-rang itu menggerus habis kelopak matanya, dia hampir tidak bisa melihat karena matanya yang sangat bengkak itu. Musik sialan itu yang diputar sangat keras berasal dari sebuah boombox. Laut sudah tidak diikat dan penutup matanya sudah dibuka, namun dia heran dimakanah sebenarnya dan tempat apakah yang ia tempati itu. Kanan kirinya disekat dengan tembok dan bagian depan dibatasi dengan jeruji besi. Tiba-tiba terdengar suara Sunu, Alex, Julius, Dana, dan Daniel yang berada di tempat seperti kandang singa itu juga. Laut merasa masih ada secercah harapan untuk keluar dari tempat laknat itu. Sunu berkata, mereka sedang berada di markas tentara dan ditahan di ruang bawah tanah. Laut terbangun ketika seorang pria besar dan tinggi serta mengenakan seibo melemparkan jatah makanan dan minuman. Ia sungguh tak tahu, kapan siang, pagi, malam di tempat itu. Tiba-tiba terdengar suara air yang beradu dengan lantai, itu Alex yang mandi dengan bersenandung. Bisa-bisanya dia bersenandung setelah berhari-hari disiksa.
Laut memutuskan untuk mandi juga karena disetiap sel disediakan satu bak mandi. Ia menahan rasa nyeri lukanya yang terkena air daripada ia tidak mandi. Ia segera menyelesaikan mandinya itu karena sudah tak tahan dengan luka-lukanya yang terkena sabun. Tiba-tiba hening, ternyata laki-laki seibo itu baru menyadari bahwa betapa buruknya musik itu. Mereka saling menebak-nebak sekarang tanggal berapa, karena mereka benar-benar tidak tahu kapan pergantian malam dan siang terjadi. Dana berkata, mungkin sudah tanggal 19 Maret 1998. Dia mengetahuinya karena saat musik buruk itu terdengar maka itu tandanya sudah pagi. Mereka memutuskan untuk makan jatah yang diberikan tadi. Setelah makan, Daniel bertanya dengan curiga di mana keberadaan Naratama. Karena hanya dialah yang tidak disebut para penyiksa itu. Setelah makan, mereka duduk sambil memikirkan orang-orang yang dirindukan. Tiba-tiba terdengar bunyi gedoran pintu, ternyata itu dua orang penyiksa. Mereka berdiri di depan sel Daniel dan digiring keluar dari tempat itu. Ruangan bawah tanah itu mulai hening lagi dan betapa paniknya teman-teman Daniel. Di jam-jam berikutnya mereka tidak memiliki keinginan untuk berbincang, Alex terdengar sedang bersenandung dengan menahan tangisnya. Laut tertidur. Ia terbangun karena suara gerendel pintu, mereka semua berdiri melihat siapa yang datang. Ternyata itu Daniel yang datang dengan suara lenguhan sepertinya ia habis disiksa lagi. Daniel dikembalikan ke sel asalnya. Hanya terdengar suara rintihan Daniel yang kedinginan, Laut meminta Daniel untuk melepas bajunya dan mengenakan sarung yang diberikan laki-laki seibo itu kemudian didobel dengan sarung yang ada di atas dipan sel. Sunu bertanya apa yang sebenarnya mereka lakukan pada Daniel, mereka menyuruh Daniel tiduran di atas balok es berjam-jam sambil diinterogasi. Daniel juga berkata kalau Kinan sudah tertangkap, para penyiksa itu juga bertanya siapa yang mendanai aksi mereka dan siapa yang berada di atas Bram dan Kinan. Mereka secara bergantian akan diperlakukan kepada Daniel, urutan selanjutnya adalah Alex dan Laut. Namun mereka sudah pasrah dan setengah tak peduli dengan apa yang akan terjadi. Suara terompet itu membangunkan mereka lagi. Sunu mengabsen nama teman-temannya satu per satu memastikan
mereka masih di dalam ruangan itu. Tiba-tiba terdengar juga suara gerendel pintu yang terbuka. Para penyiksa itu menggiring seseorang dan memerintahkan laki-laki seibo untuk membuka sel yang ditempati Sunu. Itu Naratama, setelah mereka melempar Naratama ke dalam sel Sunu. Para penyiksa itu mencengkram lengan Sunu, menutup kepala sunu dengan kain hitam, memborgol tangan Sunu dan menggiring Sunu keluar. Terminal Bungurasih, 1993 Bus yang mereka tumpangi setelah mengalami penghadangan mobil polisi berhasil melaju dengan aman menuju DPRD Jatim. Mereka membersihkan diri menggunakan tisu basah yang dibawa Anjani. Menjelang masuk Surabaya, Kinan berdiri memberi instruksi bahwa mereka akan turun di beberapa titik yang berbeda dalam kelompok kecil. Seusai mendengar janji-janji, mereka keluar dari gedung DPRD dan menyusun strategi. Maka 40 oarang bubar mencari jalan yang berbeda menuju Yogyakarta. Sekitas 15 orang dari mereka seperti Sunu, Alex, Daniel, Kinan, Bram, Julius, dan Dana menuju terminal Bungurasih untuk naik bus. Sedangkan Anjani, Abi, Coki, dan Hamdan beristirahat di Pacet, rumah pakde Anjani. Ketika mereka sampai di terminal Bungurasih dengan suasana menekan. Tiba-tiba Kinan memberi intruksi untk berlari karena terdapat banyak lelaki berambut cepak, baju sipil, dan bersenjata. Kinan dan Daniel lari segesit mungkin karena mereka membawa dokumen dan mungkin mereka akan membuang atau membakarnya. Mereka digiring keluar dari Bungurasih dan mengendarai mobil Kijang yang sudah berderet. Mereka dimaskkan ke belakang dengan kepala yang ditutup menggunakan karung. Setelah mereka sampai disebuah posko, karung yang menutupi kepala mereka itu dibuka. Beberapa dari mereka dimasukkan ke ruang sebelah. Laut melihat pak kumis yang membungkuk untuk mengambbil penggaris besi sembari berkata, apabila mereka menjawab pertanyaan dengan kacau dan pak kumis itu tidak puas dengan jawabannya, wajah mereka akan dihajar menggunakan penggaris besi itu. Laut mengelak ketika pak kumis menanyainya tentang aksi tanam jagung di Blangguan. Alhasil, pipi Laut dihajar menggunakan benda pipih itu. Berbagai pertanyaan dan berbagai jawaban yang
dikatakan Laut mereka merasa tidak puas dan tetap menghajar Laut. Pak kumis berkata, apabila Laut berani membual lagi maka ia akan disetrum. Setiap kali mereka merasa Laut berbohong, meski Laut berkata jujur sekalipun, mereka tetap menyetrum Laut dan menendang tubuhnya. Tubuhnya sudah tak berbentuk pagi itu karena siksaan. Hari itu berlalu tanpa penyiksaan. Mereka melahap makanan yang diberikan dengan susah payah karena luka disekujur tubuh. Menjelang maghrib, komandan memerintahka kepada anak buahnya untuk melepaskan para mahasiswa itu. Mereka dimasukkan ke dalam mobil dan diantar ke terminal Bungurasih. Bram berkata, sebaiknya Laut ikut Julius dan teman-temannya ke Pacet. Mereka dijemput oleh kakak Anjani yang bernama Mahesa dan Raka. Sebelum menuju ke Pacet, mereka diajak ke rumah tante Jun untuk mendapat pengobatan terlebih dahulu. Tante Jun merupakan tante Mahesa dan Raka yang merupakan seorang dokter. Setelah mereka mendapat pengobatan dan jahitan dibeberapa bagian tubuh yang lumayan parah, mereka langsung menuju ke pacet. Setelah mereka sampai di Pacet mereka disambut oleh Kinan, Anjani, Daniel, Coki, Abi, Narendra, dan Hamdan. Mereka memasuki rumah itu lalu beristirahat, makan, mandi, dan melakukan berbagai kegiatan lainnya untuk melepas penat. Di Sebuah Tempat, di Dalam Khianat, 1998 Bunyi terompet sudah tak lagi dihiraukan mereka. Kini musik bising tersebut juga sudah tak dipedulikan lagi. Mereka bertanya kepada Naratama yang berada di dalam sel Sunu. Naratama dijaring bersama dengan Kinan, namun mereka berdua dipisahkan, jadi Tama tidak mengetahui di mana para penyiksa itu membawa Kinan. Julius mulai mengabsen mereka satu per satu. Laki-laki seibo itu berdiri lalu memberikan jatah sarapan. Sarapan pagi itu adalah nasi goreng dan teh dalam plastik. Laut tidak berselera untuk makan, ia memilih untuk tidur lagi. Tak lama kemudian, terdengar suara gerendel dan suara perut Laut yang bersamaan berbunyi. Ternyata para penyiksa itu menjemput Laut untuk diinterogasi. Ketika Laut berjalan di lorong ia dihujani blitz yang begitu obsesif memotretnya. Orang yang membawa kamera itu adalah Gusti. Para menyiksa itu mengangkat tubuh Laut untuk berbaring di atas balok es yang sudah disiapkan. Gusti dengan kamera dan blitz andalannya itu tak berhenti memotret maupun merekam Laut.
Laut dikembalikan ke ruang bawah tanah lagi dan menceritakan semua apa yang ia temui tadi. Ya, dia bertemu dengan Gusti. Gusti lah mengkhianati mereka selama ini. Rumah Susun Klender, Jakarta, 1996 Jalan Z, Gang L12 Sebuah rumah di pojok yang terjepit gang sempit, rumah itu tak menarik sama sekali. Di Jakarta, tepatnya di Tebet Timur yang kemudian harus diulik hingga ke urat nadinya. Jika Daniel belum menggerutu panjang lebar saking sulitnya mencari rumah itu, artinya mereka belum menemukan lokasi yang tepat. Di dalam rumah yang tidak terlalu luas itu, mereka berbagi ruang. Pekerjaan mereka tumpang tindih setelah kehebohan kemenangan putri proklamator menjadi ketua partai yang selama itu mereka anggap sebagai suara rakyat. Di sela-sela kegiatan yang sangat padat itu, Laut selalu menyempatkan diri untuk berkirim surat kepada kekasihnya, Anjani. Meskipun surat itu dikirim dengan berbagai nama samaran yang Laut ciptakan untuk dirinya sendiri. Seminggu di Lampung, seminggu di Pekanbaru, dan sekarang di Padang terkadang tak membuat mereka merasa seperti buron. Minggu kedua di Padang, karena belum ada tanda yang mencurigakan, dan belum juga ada telepon yang disampaikan secara estafet melalui kurir atau telepon umum maka Laut biasa mengisi waktu dengan menerjemahkan buku untuk penerbit independen di Yogyakarta. Ketika mereka sedang melahap sebuah hidangan, tiba-tiba Julius berkata kepada Laut bahwa skripsinya dan skripsi Alex sudah dibawa Asmara beberapa bulan lalu, dibaca oleh Pak Gondo. Dan beliau menyampaikan kepada Pak Dekan dan meminta dispensasi agar Alex dan Laut dapat menjalani ujian tertutup. Sore itu, Laut mendapat pesan dari pagar. Kemungkinan ayah Laut membaca cerpennya dan menebak-nebak bahwa Mirah itu adalah dirinya. Kemudian ayah Laut memintanya untuk menelpon. Laut bergegas menceritakan kepada Daniel dan Alex dan mereka menyarankan untuk menelpon dari wartel yang agak jauh dari rumah susun Klender. Di telepon terdengar suara ayah Laut yang menanyakan kabar pada anak sulungnya itu. Laut menjawab dengan menahan air matanya, suaranya bergetar sambil meyakinkan kepada orangtuanya bahwa dia dalam keadaan yang baik-baik saja. Laut keluar dari kotak telepon itu dengan uraian air mata.
Di Sebuah Tempat, di Dalam Kelam, 1998 Laut masih menggigil dan bibirnya bergetar akibat berjam-jam diperintahkan berbaring di atas balok es itu, tetapi itu semua hampir tak sebandingdengan rasa marah, benci, sekaligus putus asa ketika dia menyadari siapa Gusti Suroso sebenarnya. Mereka masih tidak percaya bahwa Gusti yang mengkhianati mereka setelah semua kecurigaan diutarakan kepa Tama, bahkan Bram dan Kinan tidak menyadari itu. Terdengar gerendel. Terdengar langkah kaki si lelaki seibo. Terdengar lagi langkah-langkah kaki berat. Alex dan Daniel berteriak ketika para penyiksa itu menggiring Julius dan Dana. Lelaki seibo itu membuka sel yang ditempati Laut. Laut bilang, itulah hari kematiannya. Mata mereka ditutup dan digiring memasuki mobil. Laut bertanya kepada para penyiksa itu, dimanakah mereka akan dibawa? “Ke makam masing-masing,” terdengar nada suara puas dari para penyiksa itu. “Kita akan kemana?” “Ke laut, sesuai namamu. Ke kuburanmu!” Mereka telah sampai di laut, debur ombak dan tiup angin menerpa tubuh Laut. Dia membayangkan ribuan ikan kecil berwarna kuning dan biru berkerumun menantikan kedatangannya; puluhan ikan pari meloncat ke atas permukaan laut menyambutnya seperti seorang saudara yang telah lama pergi. Tanggal Literasi: Jum’at, 29 Juli 2022 II. Asmara Jati Ciputat, Jakarta, 2000 Hari minggu biasanya adalah hari mereka memasak bersama dan makan malam sekeluarga. Tradisi itu tidak dihentikan hingga kini meski Mara sudah menyewa sebuah pavilium kecil di kawasan Cikini agar bisa dengan mudah mencapai rumah sakit. Orangtua Mara saling mencicipi kuah tengkleng, memejamkan mata, mengangguk puas dengan rasa kuah santan itu. Ayah Mara berjalan ke arah lemari piring. Pada saat itulah Mara selalu ingin menghambat ayahnya dari keinginannya yang sia-sia itu. Beliau pasti mengambil empat piring dan meletakkannya satu-satu di meja makan. Sembari meletakkan
sendok dan garpu di samping piring, Ayahnya mencari-cari vinyl tua yang selalu mengingatkan mereka pada Laut. Ketika semuanya sudah siap dan diletakkan di atas meja makan, mereka duduk di hadapan piring masing-masing. Menanti. Mereka bertiga dan satu kursi serta satu piring kosong menanti pemiliknya. Mereka menanti Laut pulang, barangkali saja tiba-tiba muncul di muka pintu. Tetapi ini sudah tahun kedua sejak Laut menghilang. Rasanya baru kemarin Laut bercerita kepada Mara tentang Anjani dengan mata yang berbinar-binar dan kini Mara melihat gadis itu seperti sebuah tubuh yang hanya terdiri dari tulangbelulang, kesedihan dan rambut yang tak dicuci selama berbulanbulan. Mara menghampiri Anjani, Anjani mendengar sebuah kabar dari Bu Arum. Ibu Sunu. Ia yakin akan tanda-tanda bahwa mereka yang hilang itu akan kembali. Anjani berusaha meyakinkan Mara agar ia percaya. Sudah lama Mara hidup bersama suara, napas, dan air mata itu: penyangkalan. Penyangkalan adalah satu cara untuk bertahan hidup. Menyangkal bahwa mereka diculik dan menyangkal kemungkinan besar bahwa mereka sudah dibunuh. Saat itu, Komisi Orang Hilang mendata orang-orang yang belum kembali adalah: Biru Laut, Gala Pranaya, Kasih Kinanti, Sunu Dyantoro, Julius Sasongko, Narendra Jaya, Dana Suwarsa, Widi Yulianto, dan lima orang lagi. Mara tak dapat membayangkan bagaimana reaksi ayah dan ibunya ketika mendengar kabar hilangnya Laut pada 13 Maret 1998. Itu adalah hari-hari terberat bagi Mara karena ibu dan ayahnya tak kunjung berhenti bertanya dan mencari dan terus mencari di seluruh polsek dan polres di Jakarta. Semua kawan-kawan Ayahnya dikerahkan untuk menggali informasi. Pada saat itulah Aswin mengajak Mara untuk bergabung dan ikut membangun Komisi Orang Hilang. Pada tanggal 23 April 1998, Aswin menelepon Mara pada suatu subuh. Dia mengabarkan bahwa Alex sudah selamat, dia sudah pulang ke Pamakayo. Mara terkejut dan hampir saa terjatuh mendengar kabar itu. Hanya selang beberapa hari dari kembalinya Alex, mereka mendapat telepon dari tante Martha, ibunda Daniel bahwa dia juga sudah kembali ke rumah orangtuanya di Bogor. Mereka mendengar bahwa kawan-kawan yang hilang mulai berdatangan: Naratama, Coki, Hamdan, Arga Masagi, Hakim Subali, dan Widi Yuliyanto. Ada yang diberi tiket pulang ke rumah orangtuanya, ada yang diemput Aswin untuk diamankan disalah satu safehouse, ada uga yang menginap di rumah kawan-kawan di pojok Jakarta yang tidak terjangkau oleh kendaraan umum.
Siang itu, Alex Perazon berdiri di muka pintu rumah Mara. Ia merasa berutang cerita kepada Mara dan orangtuanya mengenai Laut. Kemudian Alex masuk yang menceritakan semua yang terjadi kepadanya dan Laut tanpa ada yang tertinggal. Pada tahun kedua setelah hilangnya Laut dan kawan-kawannya, tingkat pemahaman orang tua dari bulan ke bulan semakin beragam. Ada orangtua yang yakin anaknya masih hidup dan sekedar bersembunyi, dan ada yang sudah ditahap realistis bahwa putra putri mereka sudah tewas dan mereka hanya menginginkan dimanakah jenazahnya. Orangtua Laut masih berada di tahap pertama. Suatu hari, Aswin ingin mengirimkan Mara, Alex, dan Coki ke Pulau Seribu setelah ia mendapat sebuah telepon dari seorang dokter dari sana. Bahwa penduduk di sana menemukan sejumlah tulang manusia, sebagian ada yang sudah diperiksa dan sebagian ada yang sudah dikubur. Tentu saja Mara langsung setuju untuk menemui dokter tersebut tanpa berpikir panjang. Pulau Seribu, 2000 Debur ombak dan suara mesin perahu motor yang memecah pagi itu. Alex dan Coki bersama-sama duduk menghadap ke juru mudi, sedangkan Mara duduk berlawanan dengan mereka. Ketika Mara mengenal Alex beberapa tahun silam, dengan segera ia menjadi pembuka pintu dari segala hal. Dialah yang membuka mata Mara pada setitik Indonesia di sebelah timur yang suatu saat menjadi rumah keduanya. Mungkin Mara menyukai Alex. ketika perahu motor yang mereka tumpangi hampir sampai di Pulau Onrust, serombongan belibis menyambut mereka dengan menggangsir permukaan laut. Pak Nurdin, sang juru mudi mengingatkan agar mereka menanti sampai perahu motor berhenti di dermaga. Setelah sampai, mereka duduk di tangga pinggir museum sedangkan Pak Nurdin mencari Pak Hasan yang sudah berjanji akan menemui mereka. Tak lama kemudian Nurdin datang dengan Pak Hasan yang berjalan di sampingnya. Mereka bermalam di rumah Pak Hasan dan kemudian mereka memulai pembicaraan yang tidak dapat Pak Hasan sampaikan lewat telepon. Pada tahun 1998, Pak Hasan dan beberapa
kawannya sedang berkeliling, melihat sebuah kapal yacht putih di sekitar Pulau Panjang. Mereka membuang tong-tong besar yang kelihatannya berat. Pak Hasan bilang tong-tong itu berat karena satu tong itu digotong oleh tiga orang yang dibuang ke laut. Karena itulah Pak Hasan langsung teringat dengan kapal yacht putih itu ketika ia melihat berita ditemukannya tulang-tulang manusia di pulau itu. Pak Hasan mengajak mereka memasuki sebuah bangunan tua yang tidak terurus dan terbengkalai. Di sana terdapat sel-sel tahanan, bekas bungkus makanan dan botol air mineral yang bertebaran. Itu bukan tempat di mana Alex dan kawan-kawannya ditahan, melainkan untuk tahanan lain. Mara dan Alex duduk di pinggir laut dan menatap permukaan itu tanpa bersuara. “Mengapa aku merasa Laut dan kawan-kawan ada di bawah sana, di dasar laut, dan tetap hidup,” guman Mara. “Ya...di bawah sana, bersama ikan dan karang, dan berbincang tentang puisi dan perjuangan bersama Mas Gala,” sambung Alex. Tanah Kusir, 2000 Rumah keluarga Haryadi alias pakde Julius, adalah sebuah rumah dengan arsitektur tahun 1970-an yang dikelilingi pemakaman Tanah Kusir. Di sanalah tempat para orangtua aktivis yang hilang itu berkumpul. Mereka membuka pembicaraan itu dan dipimpin oleh Aswin. Aswin menjelaskan apa yang ditemui di Pulau Seribu dan menceritakan tentang kapal yacht itu, di sana ditemukan tulangtulang manusia. Mereka harus berkeliling mencari tanda-tanda apa saja yang mungkin memberi indikasi bahwa mereka yang hilang pernah dibawa ke pulau-pulau itu. Di Depan Istana Negara, 2007 Sebuah Kamis gelap, Ciputat yang gelap. Jantung Mara berdebar-debar membuka pintu rumahnya dan langsung memanggil-manggil ibunya. Hari sudah menunjukkan pukul tujuh, namun lampu di rumahnya masih padam. Mara menyalakan lampulampu rumahnya dan mencari ibunya di dapur. Gelap dan kosong. Tak ada tanda-tanda ibu apalagi Mbak Mar disana. Mara menyadari suara lenguhan ibunya dari kamar Laut, ibunya tertidur di sana sambil memeluk cerita pendek karya Laut yang dibingkai. Ibunya mulai terbangun ketika Mara datang ke kamar Laut dan bercerita kalau beliau tadi sedang bermimpi Laut yang duduk persis di tempat yang Mara duduki sekarang. Di mimpinya,
Laut kelihatan kurus dan lebam di sekujur tubuhnya dan ia berusaha meyakinkan ibunya bahwa dia baik-baik saja dan berkata sembari memeluk ibunya. “Bu, ibu jangan melupakan anak ibu satu lagi. Dia butuh ibu. Bukan hanya ibu yang butuh dia, Janji ya bu. Itu anak ibu satusatunya sekarang....” Beliau memeluk Mara yang sudah menangis ketika mendengar cerita itu. Pada Kamis keempat, di awal tahun 2007 itu, di bawah matahari senja, di hadapan Istana Negara, mereka berdiri dengan baju serba hitam dan dinaungi ratusan payung hitam juga. Mereka tak berteriak apalagi melonjak, melainkan bersuara dan diam. Di sana terdapat para ibu, kakak, adik, keponakan, istri, kekasih yang memegang 13 foto-foto mereka yang belum kembali. Tiba-tiba bahu Mara disentuh oleh seseorang, itu adalah ibunya dan Anjani yang memakai pakaian serba hitam dan memegang foto Laut. Itu merupakan langkah baru ibunya. Seperti Anjani, ibunya perlahan membuka pintu jagatnya yang selama ini tertutup dan bergabung bersama lainnya untuk menuntut jawaban. Mara merasa dari tempatnya yang disebut “aman dan tentram”, Laut dan mungkin juga ayahnya, sedang tersenyum memperhatikan mereka semua. Nama. : Aulya Hasna Eydhaa Cantika
No.Absen : 07 Kelas. : XII MIPA 6 Ringkasan Novel HUJAN Karya : Tere Liye Novel ini bercerita pada tahun 2050. Novel ini menceritakan perjuangan hidup seorang gadis bernama Lail. Saat usianya baru 13 tahun ia harus menjadi yatim piatu. Pada hari pertamanya sekolah, bencana gunung meletus dan gempa dahsyat telah menghancurkan kota tempat tinggalnya dan membunuh ibu serta ayahnya. Letusan gunung api purba yang melebihi letusan gunung api Tambora dan gunung Krakatau. Beruntung ia diselamatkan oleh seorang anak berusia 15 tahun bernama Esok, ibu Esok tidak meninggal namun kedua kakinya harus diamputasi. Selama hampir satu tahun Lail dan Esok tinggal di pengungsian, orang orang mengenal Esok dan Lail. Mereka berdua juga membantu petugas pengungsian. Hingga akhirnya pemerintah mengumumkan untuk menutup tempat pengungsian, hal ini membuat Esok dan Lail terpisah. Lail akan tinggal di panti sosial sedangkan Esok ternyata di adopsi oleh salah satu keluarga. Ternyata di panti sosial Lail mendat teman sekamarnya yang ceria, lucu dan penuh semangat bernama Maryam, maryam memiliki rambut kribo yang halus. Di panti sosial terdapat beberapa peraturan yang harus dilaksanakan oleh Lail dan Maryam. Lail terkadang rindu pada Esok, hingga akhirya mereka memiliki jadwal pertemuan yang rutin, hanya sebulan sekali, tetapi bagi Lail itu sudah lebih dari cukup. Mereka bertemu untuk berbagi cerita aktivitas mereka masing masing. Sayangnya jadwal rutin itu harus berubah saat Esok harus melanjutkan pendidikannya di Ibu Kota, mereka hanya bertemu saat liburan semester saja. Lail menyibukan dirinya dengan aktivitas yang bermanfaat. Lail dan Maryam mendaftar diri di organisasi relawan dan mereka merupakan relawan termuda. Mereka juga mengukir prestasi salah satunya adalah mereka ditempatkan di sektor 2, dimana terdapat dua kota kembar di hulu dan hilir yang disahkan jarak 50 km. Saat itu benungan di hulu retak dan apabila bendungan itu jebol akan menghancurkan dua kota kembar itu, hanya ada satu cara mencapai hilir saat itu yaitu berlari cepat mungkin menerjang badai. Mereka berdua berhasil memperingati kota itu dan jasa mereka ternyata membuat mereka memperoleh penghargaan. Kesibukannya membuat Lail mampu mengalihkan rindumya. Esok selalu datang mengunjungi Lail dengan membawa sepeda merah yang dulu saat bencana selalu mereka pakai lengkap dengan topi yang Lail berikan. Esok datang tanpa terduga. Sayangnya intensitas pertemuan mereka semakin jarang. Mereka hanya dapat bertemu satu tahun sekali itupun kalau Esok tidak sibuk. Lail tidak pernah menghubungi Esok, dia kadang bertanya kabar Esok pada ibunya dan Esok pun demikian. Dan ternyata keluarga yang mengadopsi Esok adalah keluarga wali kota. Singkat cerita, ternyata Esok tengah mengerjakan sebuah kapal luar angkasa yang akan membawa penduduk bumi ke luar angkasa untuk menhindari bencana yang lebih besar dari gunung meletus, bencana itu adalah suhu bumi yang akan semakin lama semakin panas karena kerusakan stratosfer yang diakibatkan oleh keegoisan manusia. Sejak bencana gunung meletus, iklim di bumi tidak terkendali, para petinggi negara mengadakan KTT untuk memecahkan hal ini,