Dengan system pemerintah yang telah diretas keadaan Megatron yang sedang membeku menjadi mencair dan kembali hidup lagi seperti semula, Autobots yang sudah mengetahui keberadaan All Spark pun mendatangi tempat tersebut juga dan peperangan antar para Autobots dan Decepticons pun pecah. Dengan bantuan dari para prajurit manusia yang pentang menyerah akhirnya para Autobots dapat memenangkan pertempuran sengit melawan para Decepticons dan membuat All Spark musnah yang juga berakibat dengan tak dapat kembalinya para Autobots sehingga harus hidup berdampingan dengan para manusia. Nama : Lyliani Handry Mulia Dewi Kelas : XII MIPA 6 No. Absen : 19 Judul buku : Gerbang Dialog Danur Pengarang : Risa Saraswati Penerbit : Bukune Tahun terbit : 2015 Jumlah halaman : 222 Gerbang Dialog Jangan heran jika mendapati Risa sedang berbicara, atau tertawa ketika tidak ada siapa pun yang sedang bersamanya. Risa tidak sendirian seperti apa yang terlihat. Kalian boleh percaya, atau kalian boleh menganggap Risa pembohong. Jika kalian bertanya, terganggukah mereka jika risa mengungkap kisah hidup mereka? jawabannya tidak. Mereka suka berbagi yang mungkin bisa dijadikan pelajaran bagi hidup orang lain. Kadang Risa merasa terusik, dan tidak dapat menemukan kedamaian. Bau yang keluar dari jasad mereka, mengganggu penciumannya. bau amis membuat risa sulit untuk bernapas. Belasan tahun Risa mencoba bergumul dengan mereka, hingga akhirnya mampu melewati fase sulit hubungannya dengan mereka. Anjung Temayun Jangan berpikir Risa adalah anak manja yang menangis keras jika keinginannya tidak terpenuhi. Saat usianya 8 tahun Risa hidup terpisah dengan orang tua dan adiknya. Risa tinggal bersama dengan nenek dan sepupu-sepupunya di kota Bandung dan yang lebih gilanya ia berteman dengan hantu. Peter berlarian kecil tepat satu meter di depan Risa. Jauh di belakang Risa, Janshen si kecil bergigi ompong, berjalan lambat sambil memainkan kertas hasil prakarya tadi malam. Dua tahun sudah risa lewati, hidup berdampingan dengan sahabat-sahabat yang hanya bisa dilihat oleh Risa. Baru satu tahun kemarin Risa sadar bahwa Peter, Hans, William, Hendrick, dan Janshen bukan manusia. Risa sadar suatu saat persahabatan ini akan berakhir. Mereka akan tetap menjadi anak kecil yang lugu, polos, jahil. Sedangkan risa akan terus tumbuh menjadi wanita dewasa. Pagi itu muncul keinginan untuk naik dan duduk di salah satu dahan pohon yang tidak terlalu tinggi. Sedikit Risa pejamkan mata, mengingat begitu banyak hal yang sudah Risa lewati dua tahun belakangan ini. Hidup yang penuh warna bersama Peter, Hans, William, Hendrick, dan Janshen. Kadang ingin rasanya bisa berteman dengan anak-anak normal seusianya yang bisa benar-benar ia sentuh, dan bisa dilihat oleh semua keluarganya. Risa adalah pendengar yang baik. Risa tangkap semua yang mereka ceritakan kepadanya. Risa saring semua yang mereka sampaikan ke dalam kepala, otak, dan telinga. Walau Risa sering tak bisa mencernanya hingga menimbulkan banyak pertanyaan di dalam benaknya. Adilkah Tuhan pada makhlukmakhluknya? Sendiri di Atas Bentala
Peter dilahirkan di tanah Indonesia, tanah yang sebenarnya sangatlah indah. Namun tak seindah Belanda, setidaknya itu yang Peter dapat dari cerita Papanya. Papanya bernama Albert. Dia adalah anggota militer asal Belanda yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk membela Belanda, dan bertugas di sebuah tanah subur dan kaya bernama Indonesia. Papanya begitu mengagungkan bangsanya dan menganggap bangsa lain lebih rendah. Sementara Mamanya menganggap semua manusia sama di mata Tuhan. Hari ini Mamanya terlihat sangat menawan dengan gaun berbahan beludru berwarna ungu tua. Tiba tiba Peter bertanya kepada ibunya kenapa dia begitu pendek di usianya yang memasuki 14 tahun, tetapi ibunya meyakinkan Peter bahwa dia akan tumbuh dengan gagah saat usianya 15 tahun. Sekali waktu, Papanya sempat marah dan mengeluarkan kata-kata kasar. Papanya berteriak mengatainya anak idiot pendek, dan mempunyai penyakit aneh yang membuat tubuh Peter kerdil. Pagi itu Mamanya pergi untuk memenuhi undangan pertemuan dengan istri teman-teman Papanya. Hari yang sama dengan datangnya orang-orang yang mereka sebut 'Nippon', ke tempat pertemuan itu. Nippon menculik wanita-wanita Belanda yang sedang mengadakan pertemuan di sana. Salah satunya adalah wanita kesayangan Peter, yang setiap hari dipanggil Mama. Peter tidak menyadari bahwa orang-orang Nippon itu sudah berada tepat di belakangnya. Hanya dengan sekali tebasan pedang di lehernya, semuanya menjadi samar, semuanya menjadi gelap. Peter harus kehilangan Mama, Papa, dan napasnya, di tangan orang-orang yang tidak kukenal. Meninggalkan sejuta kebencian dan rasa sakit yang dalam. Dalam kegelapan abadi ini, Peter tidak berhasil menemukan Papa, aku tak bisa memeluk Mama. Berdecit Bersama Hans dan Hendrik Malam dini hari itu aku, Hendrick, dan Hans, berlarian tertawa menikmati kebahagiaan yang mungkin semu bagi orang lain yang melihatnya, tapi terasa nyata bagi kami bertiga. Sama seperti kebanyakan orang, yang sebenarnya di balik sikap saling mengejek dan mencemooh, terdapat rasa yang biasanya mereka sebut sayang. Risa anak perempuan kecil yang menjadi saksi atas cerita-cerita kehidupan mereka, yang terasa begitu nyata. Risa terlalu beruntung dilahirkan menjadi anak perempuan yang bisa berkomunikasi dengan mereka, tanpa rasa takut. Caping Wajah William Terlalu banyak kekecewaan yang melintas di kepala William, hingga kadang tak bisa William ungkapkan pada siapa pun. Musiklah yang diam-diam mampu mewakili segala perasaan, emosi jiwa, rasa sakit, jeritan, hingga rasa sayang terhadap kedua orangtuanya. Mungkin ibunya menganggap bahwa sekolah musik untuknya ini hanyalah sebuah gaya hidup. Ibunya sangat peduli dengan gaya berpakaian, pergaulan, teman-teman kaya, dan harta benda yang dimilikinya. Sungguh disayangkan, wanita secantik dirinya terlalu memikirkan halhal seperti itu. ayahnya begitu memuja ibunyaa. Bahkan seperti melebihi kecintaannya pada Tuhan. Dibandingkan mengajak keluarganya semua beribadah ke gereja, Ayahnya lebih suka menemani Ibunya berbelanja di hari Minggu. William begitu menyukai biola tua pemberian Opa. Di mana pun William berada, di situ pasti akan terlihat sebuah biola berwarna cokelat tua yang terbuat dari kayu. William lebih suka memendam semua perasaan negatif yang ia rasakan, dan meluapkannya pada gesekan-gesekan biola tua yang ia beri nama Nouval, sesuai dengan nama Opa. Sore itu William sedang asik menggesek Nouval di ruang tamu. Tiba-tiba datang segerombolan tentara jepang yang biasa disebut ‘nippon’ kedalam ruang tamu. Sebuah suara
gesekan benda tajam meluncur mulus, menggesek bagian belakang leherku. Cerita tentang Nippon ternyata benar. Mereka tak mengenal kata ampun. Semuanya terasa gelap. William tak bisa memastikan, entah sudah berapa jauh William melangkah. William merasa kesepian, meski Nouval setia di sampingnya. Jiwanya sudah hilang, tak bisa lagi disebut manusia. Tapi kini William merasa jauh lebih hidup daripada saat ia hidup dulu. William bahagia, mungkin William adalah jiwa mati paling bahagia yang pernah ada. Filosofi Gigi Suatu malam, Risa melihat anak kecil belanda, rambutnya pirang mukanya berbintik lebih banyak. Kulitnya sangat pucat, bergigi ompong tepat di tengah, berpostur tidak terlalu tinggi, bisa dibilang kerdil untuk anak berumur 6 tahun. Menurut cerita, dia kehilangan giginya saat berlari dikejar Nippon. Sesaat sebelum Nippon menebas lehernya, dia terjatuh keras dan harus kehilangan gigi tengahnya, Janshen yang malang. Hubungan Risa dengan Janshen lebih seperti kakak-beradik. Bahkan mereka berenam pun menganggapnya adik. Janshen adalah yang paling terbuka di antara mereka berenam. Berbeda dengan lima sahabat Risa lainnya, Janshen tidak mengerti tentang betapa takutnya manusia normal jika melihat penampakannya yang tiba-tiba. Tatapan matanya adalah tatapan paling jujur yang pernah kulihat. Janshen berlari kecil ke tempat tidur Risa, ia menangis. Janshen merindukan kakaknya yang bernama Anna, tepat pada hari ini 11 desember Anna berulang tahun. Suara tangis Janshen kini semakin membahana di ruang kamar Risa yang memang tidak terlalu luas. Janshen yang malang, anak tak berdosa dan tak tahu apa-apa, yang menjadi korban kekejaman perang. Filautropi Semu Risa bukan Risa yang dulu lagi, yang akan melakukan apa pun untuk berada di dunianya bersama kelima sahabatnya. Kemampuannya masih ada, Risa masih bisa melihat hal-hal yang orang lain tak bisa lihat, kecuali mereka-kawan-kawan kecil Risa. Pertemuan terakhirnya dengan mereka adalah saat usianya menginjak 13. Risa pernah melakukan 3 kali percobaan bunuh diri tetapi tidak berhasil. Risa sudah berjanji kepada Peter untuk mengakhiri hidup. tetapi, risa tidak bisa menepati janjinya membuat peter marah dan tak mau bertemu dengan Risa. Mengeram Janji Samantha Baru satu tahun Risa ditinggalkan Peter, William, Hans, Hendrick dan Janshen. Sebentar lagi ulang tahunnya yang ke-14. Hari itu adalah hari Sabtu, Ayah mengajak seluruh anggota keluarganya untuk mengikuti outbond di daerah Ciater. Ketika suasana sepi Risa tidak sengaja melihat anak perempuan. Wajahnya pucat dipenuhi bintik cokelat dengan lingkaran hitam di kelopak matanya, bibirnya biru kehitaman. Dia terus mendorong tubuhnya masuk menembus dinding. Risa mengajak anak itu berkenalan, namanya Samantha. Baik Risa maupun Samantha mereka saling bercerita tentang kehidupannya. Dari cerita Samantha, Risa sangat berterima kasih telah membuatnya sadar betapa beruntungnya hidup Risa jika dibandingkan denganhidupnya. Betapa seharusnya Risa mensyukuri apa yang Tuhan beri padanya, dan kasih sayang kedua orangtuanya yang begitu berlimpah
Danur Kasih Namanya Kasih, Kalian bisa memanggil dia Asih. Asih hijrah ke Kota Bandung. Kota yang menurut orang- orang di kampung Asih, sih, kota yang sangat ramah. Asih bekerja di rumah keluarga majikan yang berprofesi sebagai anggota TNI. Asih ingat, hari itu adalah hari Senin. Asih harus berangkat ke pasar untuk membeli keperluan dapur. Asih diantar oleh Kang Karman. Selesai membeli keperluan dan hendak pulang Kang Karman menyatakan cinta kepada Asih. Namun naas, asih hanya dibodohi oleh Karman, yang mengaku mencintai dan akan menikahinya. Kang Karman merenggut kesucian Asih secara paksa. Tiga bulan berlalu sejak hari naas itu. Asih hamil, ia takut. Ia merasa kotor dan putus asa. Tanggal 17 Januari 1982 Asih memutuskan mengakhiri semuanya. Asih memutuskan untuk gantung diri di tengah kamar. Asih terbangun dalam kegelapan. Asih merangkak mencari seseorang agar dapat melepaskan tali yang melilit. Tiba-tiba melintas anak perempuan yg tertawa. Anak perempuan itu kini tumbuh dewasa dia adalah risa. Asih meminta bantuan kepada risa. Asih menceritakan kisahnya kepada risa, dan meminta agar risa melepaskan tali tersebut. Dengan sekuat tenaga Risa berusaha tapi tali tersebut tidak bisa lepas. Entah sudah berapa lama itu terjadi, dan Asih masih seperti ini. Kesakitan dan kesepian. “Biarlah saya seperti ini, biarlah saya menanggung ini hingga entah kapan. Saya tak tahu”. Sarah Kau Bukan Parasit Risa bertemu keduanya di dalam mimpi yang sangat aneh. Tubuhnya seperti dibawa ke sebuah ruangan putih yang tampak kacau berantakan. Ruangan itu banyak dihiasi kelambu berwarna putih. Di tengah ruangan itu, tampak pula sebuah ranjang putih terbuat dari besi, tak ada siapa pun di sana. Sepi, bagai tak ada kehidupan. Risa melihat sesosok tubuh perempuan tertidur di atas ranjang itu, sementara sosok perempuan lain berdiri di sisinya. Keduanya masih anak-anak. Yang membuatku gila, tubuh keduanya tampak hangus terbakar dalam posisi berpelukan. Namun, tiba-tiba saja keduanya mendekat. Kali ini bukan mimpi, melainkan saat Risa terbangun dari mimpi. Bukan sosok hangus lagi yang ia lihat, melainkan sosok anak-anak cantik yang sangat menggemaskan. Mereka mulai menuturkan bagaimana perjalanan mereka, hingga saat ini. Delima-delima Eremawar Walau Peter dan yang lainnya tak lagi Risa temui, masih banyak saudara-saudara mereka yang masih lalu lalang di sekelilingknya. Semua hantu yang tinggal di rumahny kebanyakan hantu-hantu keturunan Belanda. Yang pertama adalah Elizabeth. Umurnya paling tua dibandingkan yang lainnya, begitu pula dengan wajahnya yang memang terlihat paling cantik. Elizabeth adalah anak keluarga kaya yang sangat dimanja, wajah cantiknya membuat semua orang yang bertemu dengannya, terlebih laki-laki, langsung jatuh cinta. Wajahnya yang cantik membuatnya semakin menderita karena harus mau menjadi budak pelayan nafsu tentara Jepang yang menculiknya. Elizabeth menyukai anak kedua dari nenek Risa. Ketika anak laki-laki itu menikah dan memiliki anak. Elizabeth selalu meneror. Lain halnya dengan Sarah. Ia lebih muda daripada Elizabeth, tetapi lebih keibuan. Dia adalah wanita keturunan Belanda yang juga mengalami nasib sama seperti Elizabeth. Hanya saja
dia tidak nekat mengakhiri hidupnya sendiri. Sarah menyukai anak laki-laki ke tiga dari keluarga nenekku. Ayahku sendiri. Jangan samakan Sarah dengan Elizabeth. Tapi sekarang sarah jarang muncul dirumah ini. Teddy adalah hantu perempuan yang paling keren di rumah ini. Teddy adalah yang termuda di antara yang lainnya. Cara meninggalnya pun tak selemah Elizabeth dan Sarah. Teddy yang saat itu mencoba lari, terpaksa mati di tangan tentara Jepang yang murka dan meluncurkan tembakan tepat ke kepala. Teddy menyukai anak laki-laki keenam dari neneknya. Tapi, Teddy sadar dengan keadaannya, dan tidak mungkin ia bisa bersatu dengan laki-laki yang dia sukai. Miris jika mengingat kisah Elizabeth, Sarah, dan Teddy. Sepanjang hidup, mereka tidak pernah memiliki kenangan mengenai cinta. Sudah saatnya Risa menjalani hidup yang normal. Hidup tanpa kelima sahabatknya. Hidup yang tenang bersama sahabat-sahabat barunya. Surat Tanpa Tuan Seumur hidup, Lidya selalu bersyukur atas semua yang telah Kau beri padanya. Kau berikan ia keluarga yang begitu menyayanginya, dan membesarkanknya dengan sangat baik. Kau telah berikan seorang laki-laki sempurna yang ia yakin bisa membimbingnya, dan menjadikannya wanita yang lebih utuh dan bahagia. Dia adalah laki-laki pendiam yang cerdas dan penuh prinsip. Memang, Edwin bukanlah laki-laki paling cemerlang di antara banyak teman laki-laki Lidya. Semua yang ia jalani dengannya sesuai dengan porsi yang mereka inginkan. Begitu banyak bisikan nyinyir tentang Lidya dan Edwin. Semua orang, bahkan adik-adiknya, memendam seribu tanya. Suatu hari Edwin menghampirinya di kantor dengan tatapan yang tidak biasa. Dia tarik tangan Lidya dan mengajaknya menaiki lift menuju rooftop gedung kantor. Edwin melamar Lidya disana. Ingin rasanya ia abadikan momen itu untuk kukenang selama hidupnya. Tapi siapa sangka, menjelang hari pernikahan Edwin telah Tiada. Ia memberikan surat terakhir untuk Lidya kekasihnya Sebuah surat Lidya remas dengan penuh kasih sayang, penuh amarah, penuh penyesalan. Lidya raih selembar kertas, dan mulai menuliskan balasan untuk surat Edwin dengan menggunakan tinta perasaan yang paling mendalam. Berenang di Daratan Semalaman Risa memanggil-memanggil mereka, tetapi mereka tak menampakkan batang hidungnya. Sambil terus melamun, matanya menangkap sebuah hal yang aneh. Lelaki itu duduk sambil dari atas pohon. Risa anggap hantu laki-laki ini adalah sosok yang baik. Dugaan Risa salah. Tiba-tiba saja berubah menjadi sangat mengerikan. Senyumnya lebar hingga mulutnya seperti hendak sobek. Risa bergegas lari meninggalkan tepat itu. Ada sebuah tempat jajan favorit Risa di mall, sebuah restoran cepat saji yang sering ia kunjungi. perempuan muda bergaun putih sederhana ini tiba-tiba saja duduk di bangku kosong tepat di sampingnya. wajahnya lantas terangkat dan dengan jelas bisa dilihat bagaimana buruk kondisi wajah si perempuan itu. Sepertinya dia tertabrak. Langkah Risa semakin cepat, ia ingin segera meninggalkan mall itu. Entah kenapa, Risa malah melangkahkan kaki ke sebuah jalan pintas menuju rumah. Sahabat-sahabat kecilnya pernah bilang bahwa di jalanan itu banyak sekali sosok wanita jelek yang sering mengganggu. Namun, sore itu sepertinya Risa lupa. Entah darimana asalnya, tibatiba saja kudengar suara tangis seorang perempuan. Jauh di atas sebuah pohon, kulihat sosok
hantu perempuan berpakaian putih kumal dan lusuh, sedang menangis. Namun, ternyata itu hanya tangisan palsu. Risa bosan terus berenang di daratan yang kini begitu asing untuknya Gericau Dalam Tuli Kini Risa sudah tak berseragam dan memasuki dunia kuliah. Rasanya sudah cukup bagiknya masuk terlalu jauh ke dalam kisah mereka yang cenderung tragis, dan membawa energi negatif bagi kehidupannya. Matanya seolah tak melihat mereka. Telinga ini ia tutup rapat-rapat seakan tuli dan tak dapat mendengar mereka. Mereka tahu apa yang Risa lakukan. Mereka tahu bahwa Risa hanya berpura-pura. Sejak aku memutuskan untuk tidak menghiraukan hantu-hantu itu, mereka selalu muncul dengan wujud yang menakutkan. Rasa rindu ini membawa Risa ke depan rumah nenek. Mengingat-ingat kenangan yang pernah Risa miliki di rumah itu. Semua hanya ia anggap sebagai masa lalu. Suasana masih hening, tak memperlihatkan tanda tanda salah satu dari mereka akan mendatanginya. Bagaimana pun pahitnya, ini adalah keputusan yang bulat. Risa akan terus memegang keputusan ini, hingga hidupnya benar-benar bisa terlepas dari segala hal yang berhubungan dengan dunia mereka. Menggantih Luka Ardiah Kehidupan Risa sudah hampir normal. Seiring berjalannya waktu, beberapa sahabat Risa mulai tahu dan paham dengan kondisinya yang bisa merasakan dan melihat dunia yang tak mereka lihat. Hari itu Risa mendapat ajakan untuk menyanyi di Kota Yogyakarta. Teman-temannya yang lain mengeluhkan kondisi hotel yang menurut mereka cukup mengerikan, Sebenarnya secara kasat mata hotel ini memang cukup mengerikan. Menjelang malam ketika Risa hendak tidur, mendadak perasaannya tidak enak. Samar Risa mendengar isakan tangis seseorang wanita. Setelah sekian lama tidak berinteraksi, Risa dihadapkan dengan sosok yang sangat mengerikan seperti dia. Begitulah awal pertemuan Risa dengan Diah, Kisah hidupnya tergambar jelas dalam mimpinya. Dia bilang itu adalah gambaran singkat dirinya dan kekasih. Sudah Risa jelaskan berulang kali padanya, ia tak bisa membantu menemukan kekasihnya yang sekarang entah berada di mana. Diah sepertinya menyadari keterbatasan Risa untuk membantunya, tapi dia cukup senang memiliki seseorang yang bisa diajaknya berbicara. Setelah beberapa waktu terlewati, Diah semakin jarang menemuinya hingga akhirnya dia benar-benar menghilang dan tak muncul lagi. Risa ingin mencari Peter, ia ingin menceritakan kisah hidupnya. Menemukan Jarum Dalam Jerami Kini Risa bahagia dengan hidupnya. Sekarang setelah semuanya seimbang. Semua kewajiban yang berkaitan dengan pendidikan sudah Risa selesaikan, meski tidak dalam waktu yang cepat. Risa masih belum menemukan sahabat-sahabat kecilnya lagi. Ingin rasanya bertemu mereka. Risa benar-benar serius merekam beberapa lagu yang kutulis, termasuk lagu yang kutulis untuk sahabat-sahabat kecilnya. Semuanya berjalan lancar, hingga pada tahap akhir ia nyanyikan lagu berjudul "Story of Peter". Matanya terpejam penuh konsentrasi saat memulai prosesnya, "Peter, William, Hans, Hendrick, Janshen, demi Tuhan, sekali ini saja, tolong muncul di depanku”. Sad eyed boy in his silly pants
Sometimes his there Sometimes he hides Pale fair skin and his tiny hands Waving from distance in Black and White Dalam litik ini risa berharap mereka benar- benar disekitarnya. Nobody sees him when his around But his besides me whenever I'm down Run about and play around my sky dress Now I could never forget his face Risa palingkan wajahnya ke kiri dan kanan, serta sekali-kali menengok ke belakang dengan memutar kepalaknya, mereka tidak datang. Abdi teh ayeuna gaduh hiji boneka Belum sempat menyanyikah lirik kedua, tiba-tiba ada suara anak kecil menyanyikan lagu yg sedang risa nyanyikan. Teu kinten saena sareng lucuna ku abdi di erokan erokna sae pisan Cing mangga tingali boneka abdi Ia perhatikan sekelilingnya. Benar saja, Peter, William, Hans, Hendrick, dan si kecil Janshen, tengah menatapnya yang kini jauh lebih tinggi dan besar dibandingkan mereka berlima. Mereka benar benar datang, bahkan melebihi harapan risa, kini mereka datang seriap waktu. Mungkin bisa saja ini Risa sebut sebagai sebuah awal dari kehidupannya yang sebenarnya. Tak ada warna abu dan hitam, semua warna pelangi terkandung di dalamnya. Terima kasih tuhan, hidup risa kini indah. TUGAS LITERASI CERMIN SI GELIS
Judul Buku : Wonderful Writer Penyusun : Salma Izzatunnuha Penyunting : Beby Haryanti Dewi Penerbit : Noura Books Cetakan Pertama, Februari 2012 Disusun Oleh: Nama : Marisa Mei Setya Rini Kelas : XII Mipa 6 No. Absen : 20 SMA NEGERI 1 PURWODADI TAHUN PELAJARAN 2022/2023 CERMIN SI GELIS Judul : Wonderful Writer Penulis : Salma Izzatunnuha Jumat, 15 Juli 2022 Ada sebuah gadis bernama Zee, dia berumur tiga belas tahun dan mempunyai sikap pantang menyerah dan penuh percaya diri. Zee menghabiskan waktunya dengan menulis, kamar merupakan tempat eksperimennya dalam menulis. Lantai kamar ada banyak sampah kertas kerangka tulisnya, yang menurutnya jelek langsung diremas dan dilempar begitu saja. Jumat, 22 Juli 2022 Zee pergi ke dapur dan membuka kulkas, di dalam kulkas banyak sekali makanan. Salah satu cara untuk membuat seorang penulis kembali fresh adalah dengan menuruti keinginannya. Zee membuat coklat panas. Hal tersebut dilakukan Zee agar dia tidak setres dan dapat melanjutkan hobinya yaitu menulis sebuah naskah.
Senin, 25 Juli 2022 Zee terbiasa sendiri di rumah. Walaupun dia mempunyai empat pembantu yang siap melayani di rumah, Zee lebih memilih untuk membiarkan pembantunya beristirahat saat tidak ada orang tuanya, karena Zee adalah anak yang mandiri. Jumat, 29 Juli 2022 Walaupun dia tidak tumbuh dalam didikan kedua orang tuanya, Zee tidak pernah menuntut banyak hal. Dia mengerti orang tuanya adalah pekerja keras yang tidak mau diganggu gugat. Dia juga mengerti bahwa orang tuanya harus mengeluarkan banyak uang untuk biaya kakaknya, Charlie, yang bersekolah di New York. Senin, 1 Agustus 2022 Zee menuju kamar sambil membawa coklat panas. Saat di depan pintu, Zee baru menyadari kamarnya berantakan dan dipenuhi oleh banyak kertas. Dia meletakan coklat panas di meja belajar lalu bergegas untuk membersihkan kamarnya, setelah selesai dia menyalakan AC. Zee merasa lega melihat kamarnya yang sudah bersih. Dia duduk dan minum coklat panas seraya membaca buku yang baru saja dibelinya. Jumat, 5 Agustus 2022 Dia mulai merasa jenuh dan ingin menulis diary. Zee menulis sesuatu di buku rahasianya. Tidak disangka, dibalik sifat Zee yang pantang menyerah, ternyata dia sering menuliskan tentang kesedihannya dan tak seorang pun tahu. Judul : Masuk TV Penulis : Salma Izzatunnuha Anto seorang anak yang hidup apa adanya, seorang anak yang baru sekali melihat TV, itupun karena dia tersasar ketika mengamen di tempat yang ada TV-nya. Pada suatu hari, dia mengobrol dengan Emaknya membahas tentang bagaimana suasana Jakarta. Anto benar-benar penasaran. Setelah dijelaskan oleh emaknya, Anto ingin ke Jakarta dengan tujuan mencari rezeki, dan siapa tahu bisa masuk TV. Setelah dibicarakan dengan Emak dan Bapaknya, Anto mendapat restu untuk pergi ke Jakarta. Ketika Anto sampai di Jakarta, dia kaget melihat jakarta begitu luas. Dia memperhatikan lingkungan sekitar. Dia melihat got yang dipenuhi oleh sampah. Anto merasa kesal karena dia mengetahui bahwa penyebab banjir di rumahnya. Tidak lama kemudian Anto meminjam sapu kepada tukang sapu, lalu dia membersihkan got yang dipenuhi oleh sampah itu. Selain itu, Anto juga membuat tulisan besar yang ditempel di dinding, tulisan itu adalah “DILARANG KERAS MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN!”. Dia benar-benar menjaga lingkungan agar tetap bersih. Anto memastikan lingkungan di sekitarnya agar selalu bersih sambil mengamen. Hingga suatu hari, dia mendapat saran dari tukang sapu agar Anto ikut bekerja sebagai tukang sapu. Setelah mendengar hal tersebut, akhirnya terbersit pikiran untuk menjadi tukang sapu jalanan, ia mengamen jika lingkungannya bersih saja. Suatu hari, dia melihat seseorang mengendarai mobil yang membuang sampah sembarangan ketika sedang berhenti di lampu merah. Anto berteriak dan mengejar untuk menegur. Setelah mobil tersebut berhenti, Anto menegurnya dengan nafas yang terengah-engah. Seseorang tersebut merasa malu dan meminta maaf. Seseorang tersebut ternyata Menteri Lingkungan Hidup yang bernama Pak Andi. Anto mendapat pujian dari Pak Andi, dia senang karena merasa usahanya dihargai. Pada suatu pagi, Anto terbangun di halte, dia mendengar suara seseorang yang memanggilnya. Dia penasaran dan langsung menoleh. Ternyata yang memangil adalah Bapaknya. Bapaknya memberitahu bahwa Anto mendapat surat dari Pak Andi yang berisi perintah agar Anto datang ke sebuah acara di gedung besar. Anto dan Bapak segera pulang, Anto memilih pakaian yang menurutnya bagus. Setelah itu, Anto kembali ke Jakarta dan menuju ke gedung besar dengan mobil yang menjeputnya. Anto merasa senang karena seorang anak kampung sepertinya akhirnya bisa merasakan naik mobil. Sampai di sebuah gedung yang besar, Pak Andi menyapanya dan memberikan pakaian kepada Anto karena pakaian yang dikenakkannya terlihat sempit. Anto segera mengganti pakainnya, dia kagum melihat dirinya sendiri karena terlihat keren mengenakan pakaian yang diberi oleh Pak Andi. Anto diajak masuk oleh Pak Andi, dia tidak mengetahui bahwa acara yang didatanginya banyak wartawan. Acara dimulai, dalam acara tersebut Pak Andi mengucapkan kalimat yang bertujuan untuk memuji Anto karena
dia menyadarkan Pak Andi tentang pentingnya menjaga kebersihan. Selain mendapat pujian, Anto juga mendapat bingkai yang berisi kertas penghargaan. Dia pun disorot oleh banyak wartawan. Anto terlihat bingung, lalu Pak Andi menjelaskannya kalau kamera itu bisa membuat dia masuk TV. Anto heran, karena setahu dia kalau ingin masuk TV itu harus masuk ke dalam TV tersebut, begitu polosnya dia. Dia juga mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolah di SMP N 01. Untuk mempermudah Anto dalam bersekolah, Pak Andi pun memberi sepeda. Setelah pertemuan tersebut, Anto merasa senang sekali karena akhirnya dia bisa masuk TV. Dia pun tidak menyangka seorang anak yang bekerja sebagai tukang sapu dan pengamen bisa masuk TV. Anto bersyukur kepada Allah dan dia yakin setiap orang mempunyai kebahagiaan tersendiri. Judul : Bukan Maksudku Penulis : Salma Izzatunnuha Rani dan Cika merupakan sahabat dengan status yang berbeda. Rani anak orang kaya sedangkan Cika anak orang kurang mampu. Dengan rasa sosial Rani yang tinggi, maka tidak ada gengsi untuk berteman dengan Cika. Rani selalu bersama boneka beruangnya. Cika sempat ingin tahu kenapa boneka itu selalu bersama Rani. Setelah bertanya, ternyata boneka beruang tersebut merupakan hadiah terakhir dari nenek Rani yang sudah meninggal dunia. Saat di rumah, Cika mendengar rintihan Mamanya yang sedang kesakitan. Obat untuk Mamanya sudah habis dan dia bingung harus bagaimana. Cika berpikir apalagi yang harus dijual untuk membelikan Mamanya obat, TV dan Hp pun sudah dijual. Tinggal satu langkah lagi, Mama Cika bisa sehat tetapi harga obatnya sangat mahal. Cika mulai memikirkan bagaimanapun caranya agar bisa membeli obat. Pada pagi hari, Cika sudah berada di apotek, dia tersenyum ketika menerima obat. Dia bergegas untuk pulang agar obat itu segera diminum Mamanya. Sesampainya di rumah, Cika mengambilkan air putih lalu diberikan kepada Mama untuk minum obatnya. Tidak lama kemudian, Cika mendengar suara Rani yang memanggilnya. Cika bergegas menghampiri Rani yang sedang panik karena kehilangan boneka beruangnya. Sedangkan dua hari lagi Eyang Kakung Rani akan berkunjung ke rumah dan pasti sangat marah ketika mengetahui boneka yang diberikan neneknya hilang, karena Rani mendapat amanah untuk menjaganya. Cika memberi saran kepada Rani untuk membeli boneka baru, tetapi Rani menolaknya. Lalu Cika mengajak Rani untuk mencari dengan cara berpencar. Cika kebingungan dan mulai merasa bersalah karena telah menjual boneka beruang kesayangan Rani untuk membelikan obat Mamanya. Tanpa berpikir panjang, Cika bergegas ke toko dimana dia menjual boneka beruang milik Rani. Cika berlari sambil membatin bahwa dirinya jahat dan tidak seharusnya melakukan hal tersebut. Setelah sampai di toko, ternyata boneka tersebut sudah diangkut oleh mobil pick-up yang biasanya ke tukang loak. Cika kembali ke rumah lalu mencatat toko loak mulai dari yang terdekat. Mulai dari toko Bang Rudi, dia tidak mendapatkan bonekanya. Cika mengayuh sepedanya ke toko Bude Hani, dia belum juga mendapatkannya. Dia memutuskan untuk pulang dan mencarinya lagi besok pagi. Pagi telah tiba, Cika memutuskan untuk menemui Rani dan menjelaskan semuanya. Rani marah, kecewa dan tidak menyangka sahabatnya sendiri melakukan hal buruk. Cika berjanji kepada Rani untuk segera menemukannya. Tidak lama lama kemudia, Cika melihat mobil pick-up yang membawa boneka beruang milik Rani. Dia bergegas mengejarnya, sedangkan Rani menunggu di depan pagar rumahnya dengan mata yang basah habis menangis. Setelah berhasil mengejar mobil pick-up, Cika segera meminta boneka beruang milik Rani dengan menukar sepeda miliknya yang sudah kotor dan kusam. Setelah mendapat persetujuan dari supir mobil pick up, Cika kembali menemui Rani lalu memberikan bonekanya. Rani menegur Cika agar tidak melakukan hal buruk lagi dan jangan segan untuk meminta tolong apabila sedang butuh bantuan. Rani mengetahui bahwa Cika menukarkan sepedanya untuk mendapatkan boneka beruang itu kembali lagi. Rani akan meminta ayahnya membelikan sepeda baru untuk Cika agar mereka berdua bisa berangkat sekolah bersama. Cika benar-benar meminta maaf dan mengucapkan terima kasih kepada Rani karena sudah memahami keadaannya. Tangis haru pun terjadi di depan rumah sebelum Eyang Kakung Rani datang ke rumahnya. Judul : Jojon Beraksi Penulis : Salma Izzatunnuha
Jojon seorang murid SDIT Mawar Sari kelas 6 dan berumur 12 tahun. Di sekolah Jojon dianggap sebagai murid terbodoh, bahkan dia mendapat panggilan “Cupu” karena mukanya mirip orang berkebutuhan khusus atau idiot. Di sekolahnya terdapat murid pintar yang kaya dan sombong, dia bernama Uun. Uun memiliki kakak laki-laki bernama Neto yang bersekolah di Australia, ibunya bekerja sebagai jurnalis yang sedang mendapat tugas di Belanda, dan ayahnya yang sekarang menjadi “Ayah Rumah Tangga”. Pagi hari di sekolah, Bu Yanti guru Sejarah Jojon dan Uun menempelkan selembar kertas di papan pengumuman yang berada di sudut lapangan. Pukul 07:00 murid SDIT Mawar Sari sudah memadati halaman sekolah, ada yang bermain, belajar dan jajan. Jojon, Uun, Sari dan Cinta sedang melihat papan pengumuman. Uun sombong karena dia yakin akan menang. Uun dan kedua temannya merendahkan Jojon yang percaya diri akan menang. Pada Selasa pagi, Bu Yanti masuk ke kelas dan memberitahukan tentang perlombaan Sejarah. Siapa yang ingin mengikuti perlombaan harus mendaftarkan diri di Bu Yulis. Jojon, Uun dan kedua temannya ikut mendaftar. Setelah mendaftar, Jojon belajar dengan sungguh, dia berusaha menguasai tentang nama-nama tokoh. Uun, Sari, dan Cinta belajar bersama. Pada saat perlombaan, ternyata Jojon, Uun, dan Cinta memasuki babak final. Tibalah detik-detik menegangkan itu, sekarang saatnya final. Perlombaan dimulai jam delapan, pada babak pertama poin Uun unggul, babak kedua poin Cinta ungguh, dan ketiga poin Jojon unggul, namun pada babak ke empat poin mereka unggul. Untuk menentukan siapa pemenangnya, disediakan satu pertanyaan terakhir dan siapa yang bisa menjawab akan memenangkan perlombaan. Setelah dibacakan, ternyata yang bisa menjawab adalah Jojon. Perlombaan tersebut dimenangkan oleh Jojon, Uun dan kedua temennya meminta maaf kepada Jojon karena sudah merendahkannya. Dengan senang hati Jojon pun memaafkan dan mereka menjadi sahabat terpintar di sekolah. Judul : Mawar dan Melati Penulis : Salma Izzatunnuha Di desa Roma, terdapat sebuah kebun yang dipenuhi oleh bunga mawar dan melati. Kebun itu milik Pak Kusir yang hidup sebatang kara, bertempat tinggal di gubug dan bekerja sebagai kusir delman. Di sore hari, Pak Kusir menyiram bunganya sambil bernyanyi. Selang beberapa menit, waktu berbuka puasa telah tiba. Hari ini Pak Kusir memiliki rezeki lebih dari hari sebelumnya. Dia menyiapkan makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Pak Kusir meminum teh hangat, lalu segera menunaikan shalat Maghrib, kemudian makan. Pagi hari, salah satu bunga melati yang bernama Nini mengajak melati lainnya untuk berpuasa. Nini penasaran bagaimana rasanya berpuasa seperti yang dilakukan Pak Kusir. Semua melati setuju sedangkan mawar yang sombong meremehkan para melati tidak akan kuat. Mawar dan melati hampir saja bertengkar, namun Rico si bunga melati yang berbadan besar dan berotot melerainya. Jam tiga pagi, Nini tampak senang dan segera membangunkan melati lain untuk sahur. Para melati membaca niat puasa, mawar terlihat tidak senang. Jam demi jam telah berlalu, waktu berbuka telah tiba. Para melati berhasil membuktikan mereka kuat berpuasa. Para mawar tidak ingin kalah dan keesokan harinya berpuasa. Namun mereka tidak kuat seperti melati, pada akhirnya mawar layu dan dikubur oleh Pak Kusir. Para melati meminta maaf kepada mawar. Judul : Just Kidding Penulis : Salma Izzatunnuha Matahari mulai terbit, panasnya terik sekali. Bu Sidiq menunggu tukang sayur dengan berteduh di bawah pohon karena takut wajahnya menjadi hitam. Cukup lama Bu Sidiq menunggu tukang sayur sampai anaknya bernama Aza memanggil dan mengeluh sudah lapar. Bu Sidiq menyuruh Aza untuk sabar dan Aza kembali masuk ke rumah. Tidak lama kemudian datanglah tukang sayur, Bu Sidiq segera belanja kebutuhan untuk memasak. Bu Sidiq meminta cuek ke tukang sayur, namun tukang sayur itu kebingungan. Bu Sidiq terus berteriak “Cuek!” kepada tukang sayur hingga menjewernya. Tukang sayur itu tertawa karena kesakitan dijewer. Rupanya tukang sayur itu sedang bercanda karena dikira Bu Sidiq meminta dicuekin. Tukang sayur memberikan ikan cuek kepada Bu Sidiq, tidak lupa dengan cumi-cumi karena Aza ingin makan cumi-cumi. Setelah selesai belanja, Bu Sidiq pergi begitu saja dan belum membayar. Tukang sayur kebingungan, ternyata Bu Sidiq bergantian menggoda tukang sayur. Setelah dibayar tukang sayur itu merasa lega dan kembali berjualan lagi.
Saat di rumah, Bu Sidiq memasak dibantu Aza. Bu Sidiq menceritakan keseruan bercanda dengan tukang sayur. Aza tertawa karena mamanya lucu juga dalam bercanda. Masakan Bu Sidiq dan Aza sudah matang. Bu Sidiq menyajikan dalam dua piring lalu meminta maaf karena masaknya hari ini telat. Aza menggoda mamanya karena tadi kebanyakan bercanda. Bu Sidiq malu, kemudian Aza tertawa hingga memuncratkan cairan hitam dari masakan cumi tepat mengenai muka Bu Sidiq. Aza meminta maaf dan Bu Sidiq pergi ke kamar mandi. Rumah tersebut ramai karena ketawanya Aza. Judul : Pelangi Cinta Penulis : Salma Izzatunnuha Kak Wahyu meminta Soni yang sedang asik bermain kaset PS untuk mengambilkan minum. Soni tetap asik bermain dan tidak mendengarkan perintah Wahyu. Wahyu ingin marah namun bibirnya kering dan tenggorokan haus. Wahyu berteriak sekali lagi dan akhirnya Soni sadar dan kesal karen mendengar teriakan kakaknya. Soni segera mengambilkan minum dengan wajahnya yang sangat kesal. Mama mereka mendengar suara berisik tersebut. Mama menegur Wahyu agar mandiri karena masih mempunyai tangan dan kaki. Wahyu kesal karena merasa mamanya membela Soni, dia masuk ke kamar. Mamanya mengejar lalu memeluk dan mengelus-elus rambut Wahyu. Walaupun begitu, Wahyu masih kesal karena berpikir mamanya hanya cinta kepada Soni. Mamanya menjelaskan tentang pelangi cinta yang berarti setiap orang mempunyai bermacam-macam cara untuk mencintai, seperti pelangi yang memiliki beberapa macam warna. Tidak lama kemudian, Wahyu melihat pelangi di luar jendela. Ajaibnya, pelangi tersebut mengeluarkan gelombung berbentuk love dengan warnanya masing-masing. Setelah melihatnya, Wahyu menganggap bahwa pelangi dan cinta merupakan hal yang sama-sama indah.
Nama : Muhamad Wisely Nova Sinatrya No Absen : 21 Kelas : XII Mipa 6 Novel Sang Pemimpi Judul : Sang Pemimpi Penulis : Andrea Hirata Penerbit : Bentang Pustaka Tahun Terbit : Cetakan Pertama, Juli 2006 Tebal : 292 halaman
Sang Pemimpi adalah sebuah lantunan kisah kehidupan yang memesona dan akan membuat kamu percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, lebih dari itu, akan membuat kamu percaya kepada Tuhan. Pada novel kali ini juga Andrea akan membawa kamu berkelana menerobos sudut-sudut pemikiran di mana kamu akan menemukan pandangan yang berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu biru. Meskipun pada awalnya kesan yang diberikan pada novel ini adalah komikal, namun lambat laun kamu akan menyadari bahwa kisah dan karakter-karakter dalam buku ini menguasai emosiu saat membacanya. Karena potret-potret kecil yang menawan akan menghentakkanmu pada rasa humor yang halus namun memiliki efek filosofis yang meresonansi. Jelas saja, hal ini karena makna perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah dua orang tokoh utama buku ini: Arai dan Ikal akan menuntun kamu dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar kamu dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar kamu setidaknya memiliki kekuatan untuk menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan yang sebenarnya datang dari diri kamu sendiri. “Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.” ― Andrea Hirata, Sang Pemimpi Novel ini secara sederhana mengisahkan tentang petualangan masa remaja Ikal dan dua orang sahabatnya, Arai juga Jimbron. Sebagai novel lanjutan dari kisah pendahulunya, yakni Laskar Pelangi, letak perebedaanya ada pada fokus ceritanya. Jika pada Laskar Pelangi, alur cerita lebih berat kepada penokohan anak-anak SD, maka dalam Sang Pemimpi kita akan bertemu Ikal remaja yang tengah bersekolah di SMA. Lantas, siapakah diantara para tokoh dalam novel ini yang sebenarnya dibicarakan sebagai sang pemimpi? Tidak , bukan hanya seorang pemimpi tetapi juga bagaimana mereka berjuang atas mimpi-mimpinya. “Sejak itu, aku mengenal bagian paling menarik dari Arai, yaitu ia mampu melihat keindahan di balik sesuatu, keindahan yang hanya biasa orang temui di dalam mimpi-mimpi. Maka Arai adalah seorang pemimpi yang sesugguhnya, seorang pemimpi sejati.” (hal. 51-52) Menariknya, novel ini tidaknya hanya menyuguhkan kisah tentang impian tetapi juga bercerita mengenai gejolak jiwa remaja yang dialami Ikal, Arai dan Jimbron. Tentu saja pada bagian ini, Andrea Hirata berusaha melukiskan pengalaman indah saat bertemu sang pujaan hati, berusaha mati-matian menarik perhatian gadis yang dicinta tertuang dan menyatu dengan baik di tiap paragraf. Transisi perkembangan jiwa dari usia anak menjadi remaja pun tergambar baik dari adegan-adegan pembangkangan remaja segala kebandelannya. “Itulah kekuatan cinta, itulah kekuatan jiwa seorang laki-laki bernama Arai, sungguh mengharukan. Dua bulan telah berlalu, Arai tak juga menunjukkan kemajuan.” “Tinggal sebulan waktuku, Kal,” katanya padaku sambil memeluk gitarnya. “14 September ulang tahun Nurmala, aku sudah harus bisa membawakan lagu itu!” (hal. 202). Berkat kualitasnya, novel ini berhasil menyandang penghargaan National Best Seller dan sudah naik cetak berulang kali dengan beberapa versi sampul berbeda hingga tahun 2012 dan di tahun 2009 Miles Film dan Mizan Production membuat versi layar lebarnya. Ceritanya pun diangkat ke layar lebar pada tahun 2009 dan disutradarai oleh Riri Riza. Demi menjaga
keaslian tokoh utama dalam novel, casting pun dilakukan untuk menemukan pemuda Melayu asli Belitung yang sesuai dan mampu berakting sebagai Ikal, Arai dan Jimbron versi remaja. Sedangkan versi dewasa Ikal diperankan oleh Lukman Sardi dan Arai oleh Ariel ‘Noah’. Sang Pemimpi pun sukses menjadi film Indonesia terlaris kedua pada tahun 2009. Namun, alur cerita yang dipersembahkan di film nampaknya sedikit berbeda dengan apa yang dipaparkan pada novel aslinya. Jika dalam film kita menemukan Ikal dewasa yang baru saja selesai kuliah menceritakan kembali masa lalu remajanya maka dalam novel sejak awal bab kita mendengarkan Ikal bercerita tentang dirinya dan orang-orang disekitarnya sejak sekolah SMA hingga merantau ke pulau seberang. Hal ini membuat perubahan pada penceritaan sudut pandang, sudut pandang ‘Aku’ yang kadang pun menjadi ‘Kami’ mampu diolah oleh penulis sedemikian indahnya sehingga para penikmatnya akan melihat keseluruhan cerita sebagai sudut pandang orang ketiga. Inilah kelebihan Hirata dalam karyanya, ia mampu menjadi yang ‘Aku’ yang serba tahu. Sekali lagi, Andrea Hirata memang pintar memberikan pesan bagi pembaca melalui untaian kalimat yang memberikan semangat untuk bercita-cita setinggi angkasa, mengetuk pintu hati bahwa masih ada jalan di setiap kesulitan. Setiap potongan cerita mengandung nasihat dan pesan moral yang sangat baik. Nama: Muhammad Rafly No : 22 Kelas : 12 MIPA 6 Judul : LOOKISM Penulis : Park Tae Jon
Serial anime Lookism menceritakan tentang kehidupan pemuda berusia 17 tahun bernama Park Hyung-seok. Kehidupannya berada di dasar tangga sosial. Bahkan, ia juga sering dianggap tidak memiliki tampang rupawan dan menarik. Karena fisiknya yang kerap diremehkan, Hyung-seok juga selalu dirundung. Hal tersebut makin parah karena ia juga telah menjalani kehidupan sulit, termasuk kemiskinan, tampang, dan berat badan. Lelah dengan perilaku tak adil, Hyung-seok lalu meminta pada ibunya untuk dipindahkan ke sekolah lain dan kabur dari semua masalah yang menimpa dari tempat asalnya. Ia lantas pindah ke Seoul dan masuk SMA Jae Won. Namun, beberapa hari sebelum pindah, keajaiban datang pada Hyung-seok yang tiba-tiba menemukan dirinya dalam tubuh seorang laki-laki yang tampan.Hyung-seok terbangun dengan tubuh lebih tinggi, ramping, dan ganteng. Sementara tubuh aslinya tertidur tepat di sebelahnya.
Pemuda tersebut lantas tersadar, kedua tubuh yang sedang dilihatnya itu adalah dirinya. Saat tubuh aslinya tertidur, maka Hyeong-seok dapat bangun di tubuh lainnya yang memiliki fisik lebih rupawan tersebut. Berkat penampilannya yang berubah ganteng, Hyeong-seok menjadi sangat populer di sekolah barunya. Keajaiban yang terjadi itu membuatnya bisa hidup di tubuh seorang pemuda ganteng pada siang hari, lalu akan kembali ke tubuh aslinya saat malam hari. Penasaran dengan apa yang terjadi, Hyung-seok kemudian menyelidiki bagaimana cara untuk menyeimbangkan kehidupan gandanya dan bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Ia pun lantas harus melewati berbagai petualangan yang tidak pernah dibayangkannya dalam hidupnya itu. Judul buku : Tangan Terkutuk Penulis : Adhi Glory 1.)Hari/Tanggal : Jum’at, 15 Juli 2022 Hasil Literasi : Hari ini hari Minggu yang sangat cerah,kalau tidak ingin dikatakan panas. Pelataran parkir Bumi Sriwijaya di depan mal Palembang Square dipenuhi lautan sepeda motor yang berjejer bak ikan asin memenuhi tempat penjemuran. Setelah berjuang dengan susah payah menyelinap di antara barisan kendaraan roda dua dan menemukan sejengkal ruang untuk tempat parkir sepeda motorku, aku pun segera masuk ke dalam mal. Di dalam mal barulah aku menghela nafas lega. Pasalnya segera begitu aku melewati pintu masuk, hembusan udara AC yang sejuk langsung membuatku merasa segar kembali. Weekend seperti ini mal-mal di Palembang memang selalu dipadati pengunjung, tak terkecuali mal paling ramai yang kutuju ini. Tapi hari ini jumlah pengunjungnya jauh lebih ramai dari biasanya karena di tempat ini tengah diadakan suatu lomba modeling yang disponsori oleh salah satu merk fashion. Oh ya, sebenarnya aku baru saja selesai menghadiri acara pernikahan salah satu teman SMP- ku dulu dan dengan tergopoh-gopoh datang ke tempat ini. Pacarku, Renata, yang menjadi salah satu peserta lomba tersebutlah yang menjadi alasanku kemari. Yah, sebagai seorang pacar yang baik, aku bermaksud ingin melihat penampilan pacarku itu di atas catwalk sekaligus memberi dukungan padanya. Tapi itu tidak semudah kedengarannya bagiku, karena aku tidak suka berada di keramaian. Lebih tepatnya aku tidak suka jika aku harus bersentuhan dengan orang lain. Hei, tunggu dulu jangan langsung sentimen negatif seperti itu padaku. Aku bukanlah seorang yang merasa jijik dengan orang lain atau mengidap suatu phobia aneh. Hanya saja, aku tidak menyukai kedua tanganku aku tidak seperti orang normal lainnya. Aku berbeda—maksudku, aku benar-benar berbeda. Karena itulah aku lebih suka menyembunyikan kedua tanganku. Aku menghela nafas panjang. Di antara deretan kaca etalase toko, di hadapanku kini telah berdiri ratusan orang yang memenuhi atrium mal. Di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah panggung yang tidak terlalu besar dan beralas karpet merah serta memanjang ke depan; itulah panggung yang digunakan sebagai catwalk. Sementara di bawah kanan kirinya terdapat berbagai spanduk dan banner dari pihak sponsor. Aku melangkah dengan hati-hati,
menembus kerumunan orang-orang yang menyesaki atrium dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. AKU percaya, kalau aku diciptakan sebagai salah satu karakter dalam manga One Piece,hal ini terkait karena sejak kecil aku mempunyai suatu kemampuan istimewa yang selama ini kusembunyikan, yakni aku bisa membaca pikiran orang yang kusentuh tubuhnya. Karena alasan itulah aku selalu mengenakan sarung tangan kemana pun aku pergi. (FYI, jadi bukan lantaran karena aku eksentrik, atau menyukai sensasi!). Dan karena keadaanku yang mengharuskanku mengenakan sarung tangan ini, maka tidak sedikit yang mencibir ke arahku atau memberi pandangan negatif. Baik secara terangterangan ataupun berbisik-bisik di belakangku. Ada yang bilang aku sok bersih lah, sok gaya lah, atau yang paling parah dan tidak enak di telinga adalah Padahal, toh sebenarnya aku juga risih kalau harus terus-menerus mengenakan sarung tangan seperti ini. Kadang telapak tanganku terasa gerah dan lengket karena keringat yang terperangkap dan tak bisa keluar. Tapi ya itu tadi, kalau aku tidak mengenakan sarung tangan dan tak sengaja bersentuhan dengan seseorang, maka resikonya adalah: secara otomatis ransangan yang kuterima melalui indera perabaku itu akan memberikan sinyal pada kemampuan khususku untuk mengaktifkan diri—dan entah bagaimana teknisnya (aku tidak tahu pasti!) akan menghubungkanku pada pikiran si orang yang kusentuh tersebut. Dengan kata lain aku akan dapat membaca dan mendengarkan isi pikiran orang tersebut di dalam kepalaku. Seolah sentuhan tanganku tadi telah memberikan suatu konduktor penyadap tak kasat mata di dalam pikirannya. Dan yang paling menyebalkan menurutku adalah: hal ini bukan saja karena alasan kesopanan—dalam hal ini aku telah memasuki zona paling privasi seseorang—tapi terlebih karena aku juga tidak ingin mendengar pikiran orang itu terus berdengung-dengung di dalam kepalaku. Suasana atrium mal dari menit ke menit yang berjalan makin disesaki oleh pengunjung yang hendak menyaksikan fashion show dari para peserta lomba modeling di atas panggung catwalk dari dekat. Rasanya tak heran kalau hal ini menarik perhatian para muda-mudi untuk lebih mendekat ke depan guna melihat cewek-cewek bening dan cowok-cowok rupawan. Satu-satunya yang menyejukkan suasana hatiku kala itu adalah saat dari kejauhan, di antara kepala para penonton yang menyembul, kulihat di atas panggung seorang gadis manis tersenyum padaku. Berlesung pipi indah, kulitnya yang putih sangat serasi dalam padanan dress birunya. Ia berdiri paling kiri di barisan cewek di sisi kiri panggung. Dialah Renata, pacarku. Lewat gerakan bibirku, kukatakan padanya: “I love you!” dengan sorot mata yang menunjukkan betapa aku mendukungnya sepenuhnya. Dan ia membalas melakukan hal yang sama padaku. Sementara di barisan sisi kanan panggung berdiri serombongan cowok. Di depan kedua barisan, berdiri di tengah, tampak dua orang MC, seorang cowok dan seorang cewek, tengah bercuap-cuap memandu acara. Sesekali celoteh mereka ditingkahi tawa renyah para penonton. Di antara hiruk pikuk keramaian tersebut, tiba-tiba terdengar sebuah suara bergema di dalam kepalaku, seorang cowok: “Wuihhh… senyum cewek No. 7 itu manis banget! Cantik. Andai saja dia mau jadi pacarku…” Ada perasaan bangga sekaligus cemburu mengalir dalam nadiku manakala mendengar pernyataan itu. Tentu saja cewek yang dimaksudnya itu adalah Renata. Dan aku tahu pernyataan yang dilontarkan seseorang di dalam pikirannya itu adalah pernyataan yang paling jujur. Lalu gantian sebuah suara lain menyela di dalam kepalaku. Kali ini seorang cewek. “Andai saja aku dikaruniai tubuh sempurna seperti itu, pasti cowok-cowok di kampusku akan mengejar-ngejarku,” katanya iri.
“Jadi bingung sendiri milihnya!” timpal suara yang lain lagi. “Tapi aku rela deh kalau harus nganterin mereka pulang satu-satu, hehehe…” Sepertinya itu semua adalah bunyi pikiran orang-orang yang secara tak sengaja kusentuh bahunya tadi. Di tengah kerumunan aku ingin berteriak. Tapi tiada guna, teriakan pelepas penatku itu pasti kalah bersaing dengan teriakan gadis-gadis belia di depanku. Tiba-tiba terdengar sebuah suara tepuk tangan dari sudut atrium. Asalnya dari seorang pria berkacamata dan bertubuh gempal di dekat salah satu tiang beton. Wajahnya tertunduk dingin. Diakah si orang gila itu? tebakku dalam hati. “Saya tidak tahu bagaimana caranya kamu bisa mengetahui rencana saya, Anak Muda. Tapi aksimu tadi sungguh hebat, seperti di film-film Hollywood—kamu tahu, hehehe... Kamu sungguh menghiburku,” katanya, perlahan-lahan melangkah maju. “Tapi cukup sudah!”—ia berteriak—“Sekarang jangan ada lagi yang meninggalkan tempat ini. Aku tidak ingin mati sendirian… Kalian semua yang ada di sini harus menemaniku! Sekarang aku akan meledakkan tempat ini!” Ia membetulkan letak kacamatanya dan tertawa histeris. Tawanya memenuhi seluruh ruangan. Seketika ia membuka jasnya dan tampaklah serangkaian dinamit yang dihubungkan dengan jam dan kabel meliliti seluruh badannya. Aku menelan ludah. Apa yang kutakutkan akhirnya muncul juga ke permukaan. Semua yang masih berada di tempat itu terkejut. Panik. Si satpam yang membawa radio tak berani mendekat. Antara tugas dan tanggung jawabnya langkahnya seperti hendak berpaling. Si satpam yang membekukku tadi terperanjat. Matanya mencelat nyaris keluar dengan ekspresi tegang. Ada rasa kemenangan yang tidak tepat menyelinap ke dalam hatiku: sekarang ia tahu siapa yang berbohong ‘kan? Kemudian kejadian selanjutnya berlangsung sangat cepat. Diiringi sebuah suara dahsyat yang memekakkan telinga, kulihat tubuh pria gempal itu hancur berantakan. Kemeja putihnya tercabik-cabik bersama bercak darah dan bongkahan daging. Ngiiiiiiiiiingg…— kurasakan seluruh tempat itu berguncang. Lalu orang-orang di sekitarnya, termasuk aku, melayang dalam sekelebatan cahaya terang. Seluruh kaca di sekitar tempat itu berhamburan menjadi serpihan-serpihan kecil, sebagian melesat menggores wajahku dengan sangat cepat sehingga aku nyaris tak merasakan sakit. Ngiiiiiiiiiingg…—lalu tiba-tiba semuanya menjadi senyap. Sangat senyap. Seiring kepulan asap yang mengepul keluar dan menipis dari pandangan, kusapukan tatapan pada seluruh ruangan yang hancur berantakan. Kulihat si satpam yang membekukku tadi telah tewas. Kepalanya pecah menghantam sebuah tiang beton setelah terpental sejauh beberapa meter dan aku bersandar pada tubuhnya. Sementara rasa pusing yang hebat mendera kepalaku. Telingaku terasa ngilu. Hanya bunyi “Ngiiiiiiiiiingg…!” panjang saja yang meningkahi gerak bibir penuh histeris orangorang yang selamat di sekitarku. Darah mengalir dari pelipis ataupun bagian lain tubuh mereka yang terluka. Bau bahan peledak dan amis darah memenuhi udara. Pandanganku mungkin lamur, mata kiriku malah hanya bisa membuka sedikit, tapi aku jelas-jelas melihat orang- orang itu menjerit dan menangis. Hei, tapi aku kok sama sekali tidak mendengar suara mereka atau suara lainnya? Kurasakan cairan hangat mengalir di antara rahangku. Saat kuraba warnanya merah, ternyata itu darah yang keluar dari kedua telingaku. Komentar :
Nama : Nasya Alvina Meilia Kelas : XII MIPA 6 No. : 24 Judul Buku : Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 Penulis : Pidi Baiq Penerbit : PT Mizan Pustaka Tahun terbit : 2015 Halaman : 342 Halaman Ringkasan :
Novel kedua ini merupakan lanjutan dari novel pertama. Jika pada novel pertama bercerita mengenai masa Milea bertemu Dilan dan proses Milea bisa menyukai dan dekat dengan Dilan. Maka pada novel kedua bercerita mengenai masa mereka berdua ketika sudah jadi pacar yang dinyatakan dengan lisan dan tulisan bermaterai. Milea pun kembali bercerita tentang kisah percintaannya dengan Dilan. Seperti orang yang baru jadian pada umumnya, Milea mengalami masa yang indah di SMA sesudah resmi jadi pacar Dilan. Ketika guyuran hujan menerpa, Dilan menggunakan motor CB dengan Milea di belakangnya. Milea dengan erat memeluk Dilan. Mereka berdua jalan-jalan menyusuri Jl. Buah Batu sembari ketawa riang, itu semua berkat Dilan yang selalu membuat hari-hari Milea bahagia. Jawaban yang diberikan Dilan selalu saja membuat Milea tersenyum, Dilan pun termasuk orang yang cerdas dan pintar di kelasnya, buktinya dia selalu mendapatkan ranking satu atau dua. Meski Melia merasa khawatir dengan Dilan yang bergabung dengan geng motor, karena Melia takut terjadi hal yang buruk menimpa Dilan karena geng motor. Ketika itu, sekolah tidak ada kegiatan belajar mengajar sebab para guru sedang melakukan rapat untuk mempersiapkan pembagian rapor. Milea merasa tidak enak dengan kejadian Dilan berkelahi dengan Anhar sebab membela dirinya. Milea merasa takut dan cemas jika nantinya Dilan dikeluarkan dari sekolah. Tiba-tiba, datang Piyan memberitahu Milea bahwa Dilan berkelahi di warungnya Bi Eem. Milea pun panik mendengar berita itu dan langsung menuju ke tempat Dilan berada. Ketika Milea bertanya berkelahi dengan siapa, Dilan malah menjawab “Agen CIA”. Mendengar jawaban dari Dilan yang seperti itu membuat Milea kesal dan khawatir, apabila terjadi sesuatu lagi dengan kekasihnya itu. Seperti biasanya, Dilan selalu tenang dalam menghadapi permasalahan. Malahan Dilan sempat-sempatnya bercanda ketika Milea merasa panik. Hal itu sengaja Dilan lakukan supaya meredamkan hati Milea. Sampai pada suatu malam, Milea ditelpon Piyan, bahwa Dilan sudah tahu orang yang mengeroyok yang disebut Dilan agen CIA tempo hari. Ternyata orang yang mengeroyoknya di warung Bi Eem adalah kakaknya Anhar. Dilan pun berencana untuk membalas, dia memanggil teman-temannya untuk balas dendam. Ketika itu Milea yang ingin menyusul untuk menggagalkan rencananya Dilan bingung karena tidak ada kendaraan, untungnya Yugo anaknya Tante Anis yang baru pindahan dari luar negeri sedang berada di rumah Milea. Milea pun berpura-pura mengajak Yugo untuk jalanjalan. Pada akhirnya, Milea bertemu denga Dilan. Dia membujuk Dilan supaya membatalkan rencana balas dendamnya dengan ancaman apabila tetap bersikeras balas dendam akan memutuskan hubungan mereka. Mereka sering berdebat tentang masalah geng motor, Dilan tidak pernah merasa kapok walaupun dia sempat dimasukkan ke penjara 1 minggu dan diusir oleh ayahnya sebab penyerangan antara geng motor. Perasaan Milea yang takut dengan keselamatan kekasihnya itu sangat besar, sampaisampai kata putus keluar dari Milea lalu disusul dengan tamparan darinya. Dilan tidak saja tidak mengerti, kesedihan melanda hati Milea, sebab Dilan tidak suka jika dikekang, dari peristiwa itu Dilan menjauh dari Milea. Sampai dengan selesai, Milea kembali ke Jakarta dan kuliah di sana. Sedangkan Dilan kuliah di universitas ternama di Bandung. Jarak antar keduanya saling menjauh, tapi suasana hati Milea masih sama, hanya kepada Dilan. Makin
lama Dilan menghilang, Milea berusaha untuk selalu menghubungi Dilan, akan tetapi keluarga Dilan sudah pindah rumah. Milea pun kehilangan jejak Dilan. Sampai akhirnya, Milea bertemu Herdi yang merupakan kaka tingkat dari tempat dia kuliah. Herdi mulai mengisi keseharian Milea, sampai mereka menuju ke pernikahan, Milea selalu mencintai Dilan, tapi Dilan sudah memiliki kekasih baru. Nama : Nurnaning Absen : 25 Kelas : XII MIPA 6 Judul : Bumi Manusia Penulis : Pramoedya Ananta Toer Penerbit : Lentera Dipantera Tahun terbit : 16 Oktober 2010 Halaman : 535 Ringkasan: Bumi Manusia sendiri bercerita tentang Minke, seorang pribumi, Jawa tulen. Ia bersekolah di HBS (Hoogere Burger School). Sekolah yang setara dengan SMA dan tak sembarang orang bisa mendapat pendidikan di sana. Hanya kaum totok atau orang Eropa asli, Indo atau campuran, juga Pribumi yang memiliki kedudukan tinggi yang berhak memperolehnya. Dalam novel ini ia digambarkan sebagai sosok yang begitu cerdas dan pandai dalam membaca dan menulis. Ia sebenarnya mempunyai gelar bangsawan, namun ia tak pernah memakainya, maka Minke (plesetan nama kata "Monkey") yang lebih banyak digunakan. Minke merupakan merupakan anak dari bupati B (ditulis seperti itu dalam novelnya) yang hidup diantara orang-orang berkulit putih. Intensitas pergaulan Minke dengan kaum Eropa perlahan membuat ia mengagumi adat istiadat dan kehidupan orang Eropa. Minke pelanpelan melupakan tradisi yang telah diwariskan nenek moyangnya, yaitu Jawa, sekalipun keluarganya merupakan penganut budaya Jawa yang fanatik, terlebih ayahnya yang berbanding terbalik dengan Minke. Kisah tersebut seolah-olah menyentil kelakuan orang-orang di masa lalu, dimana percampuran budaya yang dialami pribumi, membuat mereka jadi pengagum budaya Barat. Bahkan pribumi yang memiliki kebudayaan sendiri, bukannya bangga dan mengenalkan budayanya, malah menyesuaikan diri terhadap budaya yang dibawa oleh bangsa luar. Padahal sebelum Belanda datang, sesungguhnya pribumi telah mengenal teknologi. Pribumi mampu mengolah logam, membuat apapun dari bahan kayu-kayu dan memiliki peradaban yang jauh lebih maju daripada bangsa Eropa.
Minke, dalam buku ini yang memuja modernisme menjadi perenungan untuk mencapai suatu kebebasan. Tak hanya tentang Minke, buku yang mengambil latar abad 18 juga menceritakan sosok Nyai Ontosoroh. "Nyai" yang kala itu dianggap rendah oleh orang-orang lantaran menjadi gundik, wanita simpanan orang-orang Eropa. Pram, lewat tokohnya pelan-pelan mengajak kita untuk tidak memandang rendah orang dengan sebelah mata. 'Adil sejak dalam pikiran' demikianlah yang ditulisnya. Minke yang diceritakan jatuh hati pada Annalise Malema, anak Nyai Ontosoroh membuat dirinya sadar kalau Nyai Ontosoroh tidak seperti nyai-nyai pada umumnya di masa itu. Pram seolah mendobrak, mengubah pandangan pada apa-apa yang marak terjadi sekarang. Adil sejak dalam pikiran, Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia mengingatkan kita pada pepatah lama "jangan menilai buku hanya dari sampulnya". Yang menjadi daya tarik dalam membaca buku ini salah satunya adalah kisah cinta antara Minke dan Annalise. Kisah cinta yang penuh akan perjuangan dan tuntutan akan hakhak seorang anak manusia. Pahit getirnya perjalanan pernikahan mereka dimulai dari tidak diakuinya pernikahan mereka oleh pemerintah Belanda. Nyai Ontosoroh tidak terikat dalam pernikahan yang diakui oleh pemerintah Eropa, sebab nyai hanyalah gundik. Setelah Herman Mellema di tempat pelacuran, Maurist Mellema anak tunggal Herman Mellema dari istri yang sah telah menuntut perusahaan juga Annalise sendiri, sebagai milik mereka. Sekalipun Nyai Ontosorohlah yang merawat baik perusahaan dan Annalise sejak kecil. Di sinilah nantinya diceritakan ketidakadilan yang terjadi kepada Pribumi. Perjuangan menuntut hak, kegigihan dari arti penting dari kehormatan sebuah perlawanan. Novel ini tidak lain adalah lanskap penjajahan yang ada di Indonesia. Pram menceritakan pahit, sakit, getir di era penjajahan. Sekalipun ketidakadilan benar-benar didepan mata. Nama:Octavio Rizky Pradana No:26 Kelas:XII Mipa 6 Judul buku:70 MIL Penulis:Anastasya Javio masih berusia lima belas tahun ketika ia menyadari bahwa selama ini ia menyukai Primrose Charlotte Navari, gadis manis yang bertubuh mungil, yang memiliki mata berwarna hazel itu. Gadis yang ia temui sepuluh tahun lalu di tengah padang bunga, dan menjadi sahabat karibnya hingga sekarang. Javio dan Primrose bagaikan anak kembar yang tak terpisahkan.
Mereka berdua selalu bersama-sama, bahkan hingga kedua orang tua mereka menganggap masing-masing sebagai anaknya juga. Javio dan Primrose sama-sama berasal dari keluarga terpandang dan kaya. Mereka juga bertemu berkat relasi antar keluarga mereka. Bahkan, masa kecil mereka juga dihabiskan untuk menghadiri berbagai acara perusahaan bersama. Kamar tamu di rumah Primrose bagaikan kamar pribadi milik Javio. Ya, segitu dekatnya hubungan mereka, hingga mereka sudah diterima di rumah pribadinya masingmasing. Tentunya, mereka juga pergi ke sekolah yang sama. Javio selalu menjadi “pawang” bagi Primrose. Ia selalu menjaga Primrose dari sejumlah lelaki yang ingin mendekatinya. Ia juga tak segan memberitahu kebenaran pahit jika kekasih Primrose melakukan hal-hal yang tak patut untuk dilakukan. Primrose begitu berharga bagi Javio. Ia selalu ingin menjaganya, ia selalu ingin dekat dengannya, ia selalu menyayangi dan mencintainya. Javio berusia delapan belas tahun ketika ia akhirnya berani mengungkapkan rasa cintanya kepada sahabat kecilnya itu. Ia berlutut di hadapan gadis cantik itu di tengah lapangan, mengumpulkan seluruh murid di sekolah untuk menyaksikan dirinya menyematkan cincin ke jari manis Primrose, yang menjadi simbol janji bagi dirinya sendiri untuk mencintai Primrose selamanya. Primrose tentunya tak menduga Javio akan melakukan hal romantis seperti itu, tetapi pada akhirnya memang perasaan cinta yang tumbuh di antara mereka tidak bisa diredam. Primrose menerima ajakan Javio untuk menjadi kekasihnya. Setelah hubungan mereka berdua resmi, Javio pergi ke rumah Primrose untuk meminta izin kepada ayah Primrose, yang kini juga menjadi ayah keduanya. Hubungan Javio dan Primrose semakin dekat dan dekat setiap harinya, meskipun pada awalnya mereka berdua merasa canggung, karena kini status mereka berubah. Hubungan mereka berdua dapat dikatakan berjalan dengan lancar. Namun, masalah yang terjadi, yang terkait dengan perusahaan keluarga mereka, kerap memengaruhi hubungan mereka berdua. Ayah Primrose mengidap penyakit parah. Maka itu, di antara Primrose atau kakaknya,harus ada salah satu yang bersedia untuk segera menikah. Kakak Primrose di sisi lain belum memiliki kekasih. Maka itu, Primrose harus mengambil tanggung jawab untuk segera menikah dengan Javio, supaya perusahaan Javio dapat bergabung dengan perusahaan keluarganya, dan Javio akan mengambil alih kedua perusahaan itu. Sebab, Primrose dan kakaknya tidak ada yang ingin mengambil alih perusahaan yang telah dibangun oleh sang ayah dari nol itu. Javio dan Primrose baru berusia dua puluh dua tahun saat persiapan pernikahan mereka sudah setengah rampung. Javio bangun setiap pagi dengan perasaan antusias untuk menghitung hari yang tersisa sebelum ia menjadi suami dari Primrose. Primrose, di sisi lain merasa gusar dan takut, karena ia menyembunyikan rahasia yang sangat besar dari Javio. Pada suatu hari, hubungan mereka berdua seketika kandas begitu saja. Primrose membatalkan rencana pernikahan dengan Javio. Primrose mengidap penyakit parah, tetapi ia tak mampu memberitahukan kenyataan kepada Javio. Primrose mengakhiri hubungan dengan Javio tanpa ada kejelasan. Sekeras apa pun Javio mencoba untuk meminta penjelasan dari Primrose, hasilnya akan sia-sia saja.
Primrose begitu keras kepala dan membulatkan keputusannya untuk menyimpan masalahnya itu dari Javio. Suatu ketika, kakek Javio collapse. Oleh karena itu, untuk kedua kalinya, Javio diperintahkan untuk segera menikah. Sang kakek mengamanatkan Javio untuk menikah dengan keluarga Charlotte, yang tak lain dan tak bukan adalah keluarga Primrose. Javio berusia dua puluh lima tahun ketika ia mengucap janji suci di depan altar. Di sebelahnya, ada seorang wanita yang berdiri bersamanya. Wanita itu adalah Lilyan Charlotte Navari, kakak dari Primrose. Javio masih naif, tetapi ia tidak bodoh. Ia mengetahui bahwa Primrose tidak akan kembali ke pelukannya. Nama : Primanisa Mutia Salma No : 27 Kelas : XII MIPA 6 AZZAMINE Sohphie Aulia Bogor yang sedang mengalami musim hujan membuat seorang gadis menggulung tubuhnya di dalam balutan selimut tebal. Gadis itu dikenal dengan nama Haura Jasmine. Ia seorang mahasiswi semester akhir yang tengah dibuat gundah gulana karena beberapa pekan terakhir ini ia sibuk memikirkan skripsi dan perjodohan. Ucapan Ayahnya tiga hari yang lalu masih begitu berdengung di telinganya. Bagaimana tidak? Secara tiba – tiba, Ayahnya membicarakan masalah perjodohan hanya karena Deka, kekasih Jasmine, tidak pernah memberi kepastian. Dan Jasmine mendengar pria yang akan dikenalkan padanya itu adalah pria yang baik, berpendidikan tinggi yang merupakan lulusan pesantren dan juga lulusan dari Universitas Islam tertua yaitu Al - Azhar, berkemampuan cukup, dan memiliki paras yang tampan. Terdengar hampir sempurna, tapi bukan berarti Jasmine akan menyukainya. Terlebih Jasmine merasa kepribadian meraka sangat bertolak belakang. Nama laki – laki itu adalah Raden Azzam Al – Baihaqi. Saat keluarga Azzam datang ke rumah Jasmine tiga hari yang lalu. Jasmine kagum pada pesona dan tingkah laku dari lelaki yang menatapnya. Tidak pernah terbayang sedikit pun tentang Azzam yang memiliki aura lelaki sholeh. Yang selama ini Jasmine bayangkan tiap kali mendengar nama Azzam adalah lelaki sangar, ketua geng motor, atau band. Fakta lain yang mengungkapkan bahwa Azzam merangkap banyak profesi yaitu mengajar, imam masjid, dan kreator video murottal Al – Qur’an serta bahasa Arab di YouTube. Itu membuat Jamine terkejut bukan main. Pasalnya Jasmine hanyalah perempuan biasa yang memiliki kepribadian tomboi dan pemalas. Setelah dua jam berbincang dengan keluarga Jasmine, akhirnya Azzam dan orang tuanya berpamitan untuk pulang. Namun sebelum itu, Azzam tiba – tiba meminta kontak dan Jasmine memberikan kontaknya. Hari Minggu yang seharusnya menjadi hari yang menyenangkan telah berubah menjadi hari yang menyebalkan karena Azzam datang kerumahnya. Azzam datang untuk mengajak Jasmine dan Ayahnya ke Bandung besok karena Azzam mau megisi kajian disana.
Awalnya, Jasmine ingin menolak untuk ikut tapi melihat wajah Farhan yang menatap dengan tatapan yang bak elang yang menemukan mangsanya. Nyali Jasmine ciut seketika dan berakhir dengan penerimaan terpaksa. Semula wajah Farhan mengerikan, berubah menjadi riang gembira. Setelah mendengar penerimaan itu, Azzam pamit pulang. Sebenarnya, besok Jasmine telah berjanji pada Deka untuk menemani pria itu mencari hadiah untuk ulang tahun mamanya. Jika saja Deka tahu bahwa Jasmine dijodohkan dengan lelaki pilihan sang Ayah, tentu Jasmine tidak bisa memikirkan bagaiman sakitnya menjadi seorang Keenan Deka Pratama. Jasmine menuruni tangga dengan langkah terseret – seret, nampaknya pagi ini bukan pagi yang menyenangkan seperti pagi di hari Minggu kemarin. Ia melirik jam dinding yang mengarah pada pukul enam tepat. Jasmine yakin, Azzam akan datang tak lama lagi. Dan dugannya ternyata benar. Saat Jasmine membuka pintu, pemandangan pertama yang Jasmine lihat adalah Azzam yang sama bersinarnya seperti kemarin. Terkadang Jasmine ingin memakai kacamata hitam saja saat menatap lelaki yang menyilaukan itu. Jasmine melihat mobil Azzam yang terpakir di depan gerbang ternyata ada adek perempuan Azzam yang bernama Fatimah. Setelah Farhan dan Jasmine sudah siap, meraka langsung berangkat. Di tengah perjalanan Azzam menginjak rem berhenti di tukang bubur. Ia meminta izin pada Farhan untuk turun sejenak untuk membeli bubur. Azzam membelikan bubur dengan mangkok dan sendok untuk Jasmine. Jasmine ingin menangis rasanya. Ini adalah kali pertama Jasmine diperlakukan seperti ini, bahkan Deka saja tidak pernah berbuat sampai begini. Beberapa jam setelah tiba di Bandung, Farhan langsung membuka pintu belakang dan membangunkan anak gadisnya. Gadis itu tidur setelah menghabiskan bubur yang dibelikan Azzam. Farhan sudah lelah membangungkan Jasmine karena berkali – kali menguncangkan tubuhnya tidak ada tanda – tanda akan bangun. Namun, saat Azzam memanggil namanya, tanpa perlu guncangan lagi, Jasmine langsung membuka kelopak mata. Awalnya Jasmine mengikuti langkah Azzam pergi, tetapi lelaki itu melarang dan menyuruhnya untuk ikut bersama Fatimah karena tempat laki – laki dan perempuan dipisah, lalu Jasmine langsung mengikuti Fatimah. Di sana Jasmine duduk bersama Fatimah di barisan paling belakang. Fokusnya menjadi buyar hanya karena melihat betapa berwibawanya Azzam yang berdiri di depan orang – orang sembari berceramah. Setelah, melaksanakan sholat ashar mereka pulang ke rumah. Sinar matahari menyelinap masuk ke dalam kamar Jasmine. Jasmine hari ini tidak berangkat ke kampus karena kepalanya pusing dan ia takut pingsan di sana. Jasmine memanggil orang rumah ternyata tidak ada. Jasmine tersadar bahwa hari ini adalah hari Selasa, dimana adiknya Tito berangkat sekolah sedangkan kedua orang tuanya pergi ke rumah nenek karena neneknya sedang sakit. Ia sungguh lapar, tetapi tidak ada makanan apa pun di atas meja makan. Ia kembali kembali ke kamarnya dan merebahkan diri di sana. Setelah setengah jam berlalu, Jasmine mendengar suara pengantar makanan di depan rumahnya. Ia sempat acuh karena merasa tidak memesan makanan apa pun pagi ini. Berhubung Jasmine tidak menyukai basa – basi, langsung mengambil paket makanan yang tertempel sebuah surat di atasnya. Surat itu menggunakan bahasa Arab dan Jasmine langsung tahu siapa pengirimnya kalau bukan Azzam. Dalam surat itu berisi 'Hamazah, Jasmine' yang artinya ‘Semangat, Jasmine’. Azzam tahu kalau Jasmine sedang memiliki banyak tugas. Azzam mengirimi Jasmine bubur depan sekolah Tito yang menjadi bubur favoritnya,
ditambah dengan segelas teh lemon hangat dari kafe yang tidak jauh dari komplek. Jasmine bingung mengapa Azzam mengetahui hal tersebut, padahal Jasmine tidak pernah memberitahunya. Di tengah kesibukan mengunyah satu usus ayam, ponselnya kembali berdering. Awalnya ia abaikan karena mengira Azzam yang menelepon. Tetapi saat melirik profil kontrak si penelepon, Jasmine hampir tersedak ternyata Deka yang menelepon yang menanyakan kenapa Jasmine tidak berangkat ke kampus dan ia ingin mampir ke rumah Jasmine karena ruma Jasmine sedang tidak ada orang tuanya. Dan Jasmine juga tidak apa-apa kalau Deka ke rumahnya. Saat Jasmine menunggu kedatangan Deka ke rumahnya. Jasmine merasakan ada suara orang mengobrol di depan pintu sana. Ia takut kalau orang tuanya sudah pulang, lalu ia mengintip dari jendela dan memastikan bukan orang tuanya yang berada di luar sana. Dan benar. Memang, bukan orang tuanya yang berbicara, melainkan Azzam dan Deka yang terlihat saling melempar argumen dengan serius. Dan perdebatan mereka berakhir dengan saling tatap. Deka menatap Azzam dengan sorot penuh emosi dan kebencian sedangkan Azzam sebaliknya, menatap Deka dengan sorot matanya yang teduh. Sedari tadi, Jasmine hanya berani melihat dan tak berani untuk keluar, ia takut kehadirannya semakin memperburuk keadaan. Dilihatnya Deka yang beranjak pulang dan tidak jadi untuk mampir, sementara Azzam masih berdiri di depan pintu untuk mengetuk pintunya. Tetapi sebelum itu, Jasmine terlebih dahulu keluar. Saat Jasmine keluar, Azzam meminta maaf kepada Jasmine tetapi Jasmine marah karena ikut campur urusannya. Padahal tujuan kedatangan Azzam adalah untuk memberikan Jasmine sebuah makan siang yang dimasak langsung olehnya. Tetapi, Jasmine langsung masuk ke dalam rumah dengan membantingkan pintu di depan wajah Azzam. Sehingga, Azzam berdiri mematung dengan dua buah kantong plastik yang dijinjing di tangan kanan dan kirinya itu, Azzam memilih untuk pulang dengan perasaan bersalah. Azzam mengetahui kesalahannya karena ikut campur ke dalam hubungan Jasmine. Niat awal Azzam yang hendak meminta maaf, rupanya Jasmine lebih dahulu mengajak berbaikan melalui chat. Dengan begitu, Azzam meminta izin kepada Abinya ingin ke rumah Jasmine. Usai mendapatkan izin dari Abi, Azzam langsung mengeluarkan motor dari bagasi dan mengendarai motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi karena takut malam semakin larut. Bagi Azzam, pukul sembilan malam sudah batas paling larut dalam menemui Jasmine. Selesai atau tidak selesai bicara, ia akan pulang kalau sudah pukul sembilan dan melanjutkan pembicaraannya esok hari. Sesampainya Azzam di depan rumah Jasmine, ia melihat gadis itu tengah merapikan meja teras. Lalu, Azzam masuk kerumah meminta izin kepada Farhan untuk berbicara dengan Jasmine dan Azza juga meminta maaf kepada Farhan karena beberapa hari yang lalu hubungan Azzam dan Jasmine tidak baik. Lalu Farhan memaafkan Azzam dan memanggil Jasmine yang ternyata sedang berdiri di belakang pintu, menguping pembicaraan Azzam dan Ayahnya. Jasmine ingin mengatakan bahwa Azzam adalah laki - laki ter-gentle yang pernah ia temukan di hidupnya. Baru kali ini Jasmine ingin mengajak anak gadisnya berbicara. Saat Jasmine keluar, Azzam langsung menunduk lagi. "Mau ngobrol apa?" tanya Jasmine sambil mendaratkan bokongnya di kursi sebelah Azzam. Azzam beradegan dan menegakkan duduknya "Saya mau minta maaf."
"Buat apa?" Jasmine tengah mempersiapkan telinganya untuk mendengar penjelasan Azzam pasti akan berbicara panjang dan lebar. "Saya tahu kamu pasti bosen denger saya minta maaf terus, tapi mau gimana lagi, saya salah dan saya harus minta maaf. Jujur selama seminggu ini saya nggak bisa tidur nyenyak, saya selalu kepikiran gimana hari – hari kamu, saya sendiri gengsi buat chat kamu, makanya Fatimah sering chat kamu itu sebenarnya saya yang suruh, kadang juga saya yang pakai handphone-nya." tutur Azzam. "Iya..." jawab Jasmine. "Pertama, saya minta maaf karena bikin hubungan kamu sama Deka, nggak apa - apa, cukup saya yang rasa. Kedua, saya minta maaf karena akhir - akhir ini nggak pernah chat sama kamu karena saya sibuk sekaligus gengsi, hehehe. Ketiga, saya minta maaf kalau saya terkesan mengekang kamu, padahal nggak sama sekali, saya cuma mau meluruskan kamu ketika saya melihat atau saya tahu kamu salah. Keempat, saya minta karena waktu hari Kamis kemarin bikin kamu badmood sampai kamu blokir nomor sama aku sosmed saya." "Udah?" tanya Jasmine. "Yang terakhir, saya minta maaf karena saya punya rasa sama kamu. Dan minta maaf kalau perasaan saya menyulitkan kamu. Sekali lagi maaf, Jasmine..." suara Azzam memelan di akhir. "Iya, gue maafin." jawab Jasmine singkat. Dengan jawaban Jasmine yang singkat itu tidak membuat Azzam tidak marah dan tidak sakit hati. Sebelum pulang, Azzam mengatakan kalau kedua orang tua akan ke rumah Jasmine besok. Namun, Jasmine menahan Azzam untuk mengatakan kesalahannya juga. Dinginnya malam begitu menusuk, terlebih saat ini tepat pukul dua pagi. Jasmine gelisah dengan perasaan yang ia rasakan dimana ia harus memberikan jawaban kepada Azzam besok. Sepertinya ini cara Allah membangunkan Jasmine yang semalam berdoa agar terbangun pukul dua pagi. Dan Jasmine meminta bantuan Azzam untuk dibangunkan salat, dan Azzam mengiakan permintaan itu. Dering ponsel Jasmine sudah berbunyi lebih tiga kali, pada dering yang terakhir Jasmine mengangkat telepon itu. Setelah sambungan terputus, Azzam dan Jasmine mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat tahajud di rumah masing - masing dan mereka berdoa untuk petunjuk yang akan diberikan besok. Keesokan harinya, keluarga Azzam datang telah tiba di saat dirinya masih berada di kamar mandi. Jasmine langsung memilih gamis dan jilbab secepat kilat tanpa memelos wajahnya dengan make-up karena tergesa-gesa. Lalu, Jasmine keluar dan duduk di sebelah Farhan dan menundukkan tubuhnya pada orang tua Azzam. Dan mulailah keluarga Jasmine dan keluarga Azzam berbicara. Tiba - tiba Abi Azzam menegur Jasmine. "Jadi gimana, Nak?" tanya Abi Ahmed yang langsung mempercepat detak jantung Jasmine. "Apa?" Jasmine kikuk dan gelagapan. "Jadi, kamu mau melanjutkan perjodohan ini atau nggak?" tanya Abi Azzam.
"Mmm..., gimana, Zam?" Jasmine justru bertanya balik pada Azzam yang jelas – jelas sudah diketahui jawabannya. "Saya?" tanya Azzam. "Iya." jawab Jasmine. "Saya sudah bilang kalau saya perasaan sama kamu. Artinya, saya setuju dengan perjodohan ini dilanjutkan. Sekarang pilihan terakhirnya ada di kamu, Jasmine." jawab Azzam. "Ayah, Bunda, Om, Tante, Jasmine udah mikirin ini matang – matang dari jauh hari, Jasmine juga sudah meminta petunjuk dari Allah dan sepertinya Allah udah memberikan petunjuk itu," Jasmine tidak langsung menyelesaikan kalimatnya, ini yang membuat suasana menjadi sedikit lebih tegang. Lalu ia melanjutkan jawabannya. "Dan Jasmine menyetujui perjodohan ini dilanjutkan, karena Jasmine rasa Azzam pilihan terbaik dari Allah untuk menjadi pendamping hidup Jasmine." Keputusan akhir Jasmine membuat kedua belah pihak keluarga sama - sama bernapas lega. Dan langsung menentukan tanggal lamarannya. Deka datang kerumah Jasmine dan ada kedua orang tua Jasmine di rumah. Deka berbicara dengan Farhan, Deka sangat gugup dengan situasi ini. Farhan bertanya kepada Deka berapa ia bersama dengan Jasmine dan Deka menjawab empat tahun tapi benar hari inilah ia dan Jasmine menginjak empat tahun bersama. Lalu Farhan memberitahu kepada Deka bahwa Jasmine telah ia jodohkan dan Jasmine sudah menyetujuinya juga. Runtuh hati Deka mendengar itu, bagaimana tidak orang yang telah bersama selama empat tahu tidak bisa bersama. Azzam datang di saat Deka masih di rumah Jasmine, Deka kagum dengan melihat Azzam yang begitu berwibawa namun teduh di pandang. Dan Deka ingin menangis karena ia tak sanggup berkata – kata, tak sanggup untuk berkomentar dan tidak dapat lagi menolak keputusan ini. Ia dapat melihat perbedaan yang sangat kontras dengan Azzam. Lelaki itu mengenakan baju koko dan memiliki aura karismatik yang menguat, sedangkan Deka, ia menggunakan hoodie dan celana jeans yang sobek di lututnya. Berbeda 180 derajat. Setelah itu, Deka pamit pulang karena ia sudah tidak bisa menahan sakit hati ini. Bogor, 20 Februari 2020. Kala dimana Azzam duduk berhadapan dengan Farhan dan sudah bersiap untuk mengikrarkan janji suci pernikahan. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Raden Azzam Al – Baihaqi bin Ahmed Zubair Al – Baihaqi dengan anak saya yang bernama Haura Jasmine dengan mas kawinnya berupa emas 40 gram. Tunai." ucap ijab Farhan. "Saya terima nikah dan kawinnya Haura Jasmine binti Muhammad Syarief dengan mas kawinnya berupa emas 40 gram. Tunai." ucap qabul Azzam. Dari kejauhan saja Azzam sudah melihat betapa cantiknya Jasmine dengan balutan gaun dan hijab berwarna putih yang senada. Langkah lambat itu perlahan mengikis jarak yang tercipta, membuat seluruh mata menyorot pada kedua pasangan itu, tak terkecuali Deka yang juga hadir dengan segudang rasa sakitnya yang berusaha ia kubur dalam – dalam.
Azzam dan Jasmine saling memasang cincin pernikahan dan mereka terlihat seperti malu – malu karena selama pejodohan mereka tidak pernah berpegangan tangan. Kehidupan mereka lalui penuh rintangan, cinta, dan kebahagiaan. Setelah menikah Azzam tidak berubah banyak, ia berubah karena ia sangat menyayangi dan mencintai istri yaitu Haura Jasmine. Wanita yang bisa membuat lelaki itu jatuh cinta kepadanya walaupun ia tidak sempurna karena tidak ada manusia yang sempurna dan setiap pasangan bisa melengkapi itu dengan segala kekurangan dan kelebihan masing – masing. Nama : Qotrun Nada Nabila Nomor: 28 Kelas : XII MIPA 6 MARIPOSA (Oleh: Luluk HF) Penerbit: Coconut Books
Bunga Matahari & Mariposa
Seorang pembeli dengan earphone di telinganya masuk ke dalam cafe, membuat beberapa pasang mata refleks menatap ke arahnya. Itu Iqbal, si hati batu, begitu Amanda dan orang-orang biasa menyebutnya. Acha bertanya kepada Amanda apakah ia mengenal pria tersebut, karena Acha berniat meminta nomor handphone pria itu. Pria itu adalah orang yang Acha temui di camp Olimpiade beberapa minggu lalu. Amanda memberitahu Acha bahwa pria itu adalah teman satu sekolahnya. Amanda sudah melarang Acha untuk meminta nomor Iqbal, tetapi Acha tidak peduli, ia tetap melancarkan aksinya, siapa tahu ia bisa amendapatkan nomor handphone Iqbal. Nihil, Iqbal menolak permintaannya 3 kali lalu pergi dari cafe tersebut. Murid Baru Langkah Iqbal mendadak berhenti ketika melihat seorang gadis yang entah darimana datangnya. Acha memperkenalkan dirinya sebagai murid baru di SMA Arwana dan kembali meminta nomor Iqbal, tetapi lelaki itu tidak menggubris dan masuk ke dalam kelas, menyuruh siapapun untuk menutup pintu kelasnya. Di dalam kelas, dua sahabat Iqbal, Glen dan Rian, membicarakan tentang anak baru yang dirumorkan pacar Iqbal. Iqbal hanya cuek dan mengambil kedua earphone-nya di kolong meja, membuat beberapa coklat yang ada di kolong mejanya entah dari siapa, jatuh ke lantai begitu saja. Saat bel pulang, Iqbal menunggu teman-temannya yang sedang mencari-cari bolpoin yang tertinggal di kolong meja kelas. Hingga seorang gadis yang sama, Acha, lagi-lagi menghampirinya dan meminta nomor handphonenya untuk yang ketiga kali, tetapi tetap saja hanya penolakan yang diterimanya. Ritual Senin Iqbal menatap sinis kedua temannya yang sedang memohon untuk dimaafkan. Iqbal tak habis pikir bagaimana Glen dan Rian memberikan nomor Iqbal kepada Acha dengan bayaran sekotak bolpoin dan 7 buah penggaris. Iqbal berjalan ke barisan kelasnya untuk melaksanakan upacara, sebelum Dino menghampirinya untuk meminta tolong. Dino meminta Iqbal untuk berjaga di UKS, menggantikan Dina yang tidak masuk. Iqbal segera pergi ke UKS karena pikirnya kapan lagi bisa lari dari upacara hari Senin. Hingga saat sampai di UKS, ia meruntuki pilihannya sendiri. Ternyata di dalam sana ada Acha, yang berdiam di UKS karena mempunyai anemia, sehingga tidak mengikuti upacara.
Pak Handoko yang sedang mengecek UKS kaget karena melihat siswa-siswi yang berduaan di UKS, Iqbal meruntuki Acha ketika Acha malah berujar kepada Pak Handoko jika mereka memang sengaja berpacaran di UKS. Sepulang sekolah, mereka harus menjalani hukuman dari Pak Handoko untuk membersihkan kolam di belakang sekolah. Keduanya berebutan alat pel, hingga akhirnya Iqbal melepaskan pel tersebut, membuat Acha terjatuh ke kolam. Iqbal akhirnya memutuskan untuk memberikan jaketnya dan mengantarkan Acha pulang ke rumah karena kondisi tubuh Acha yang tidak bisa dibilang baik. Setelah pulang, Acha memberi salam kepada Kirana, mama tirinya, yang menganggap Acha seperti anak kandungnya sendiri. Kirana berpamitan kepada Acha untuk pergi bersama teman-temannya sebentar. Ruangan Khusus Acha masuk ke kelas Iqbal dan mengembalikan jaket Iqbal serta memberikan kue coklat untuknya. Setelah kembali ke kelas ia justru mendapat dua buah coklat dari Juna, si ketua OSIS. Acha untuk pertama kalinya mendapat undangan di Lab Olimpiade. Setelah beberapa menit menunggu di Lab Olimpiade, datanglah Iqbal dan Dino. Setelah semua berkumpul, Pak Bambang meminta Bu Rina menjelaskan tujuan dari pertemuan mereka, yaitu mengenai SMA Arwana yang terpilih mengikuti Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA di Kota Malang tiga bulan lagi. Mereka memilih Acha, Iqbal, dan Dino karena mereka memiliki ahli masing-masing dan prestasi Acha dalam Olimpiade Kimia Nasional yang mengagumkan meskipun baru pindah sekolah. Mulai besok, mereka akan menjalani pembinaan secara intensif di ruangan khusus yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Misi Tujuh Hari Natasha Selama seminggu, Iqbal, Acha, dan Dino telah belajar bersama, dalam ruangan yang sama, meskipun Dino jarang bergabung karena harus mengikuti persiapan Olimpiade Fisika tingkat Nasional yang akan ia ikuti setelah perlombaan ini. Acha mengikuti Iqbal ke kantin dan menyidorkan dua tiket yang ia peroleh dari Mira, temannya. Acha mengajak Iqbal untuk pergi menonton bersama, tetapi Iqbal menolak terang-terangan.
Saat Glen dan Rian datang, Acha meminta mereka untuk membujuk Iqbal dan menjanjikan akan memberi mereka tiga kotak bolpoin beserta tipe-x. Glen dan Rian langsung bersemangat membunuk Iqbal walaupun akhirnya terdiam setelah Iqbal berkata akan memberi mereka sepuluh kotak bolpoin. Acha pergi ke kelas dan menemui Amanda. Amanda yang melihat Acha murung ikut merasa prihatin karena perasaannya selalu ditolak pria berhati batu bernama Iqbal itu. Amanda kemudian menyarankan Acha untuk menjalankan sebuah misi, yaitu bersikap cuek kepada Iqbal dalam 7 hari, supaya Iqbal merasa kehilangan dan nantinya mencari Acha dengan sendirinya. Walaupun ragu, akhirnya Acha bertekad untuk menjalankan misi tersebut. Keesokan harinya Iqbal bingung mengapa Acha tidak berisik dan mengganggu dirinya seperti di hari-hari sebelumnya. Ia berpikir apakah ada yang salah. Iqbal memberanikan diri untuk bertanya apakah Acha marah padanya, Acha hanya berkata tidak. Acha bertekad misi ini harus tetap ia jalankan meskipun hatinya hampir goyah. Kegagalan Misi Natasha Sudah empat hari Acha mati-matian menjauhi Iqbal. Misi sialan dari Amanda ini membuatnya menderita. Harusnya Iqbal yang menderita, tapi Acha merasa justru dia yang dibuat sakit hati karena tidak ada reaksi apapun dari seorang Iqbal Guanna. Iqbal masih dingin dan tidak peduli dengannya. Acha berpura-pura sibuk ketika Iqbal memasukki Lab Olimpiade dan menyodorkan dua buah tiket, menanyakan apakah Acha masih ingin menonton film tempo hari atau tidak. Acha memilih untuk berbohong dan mengatakan bahwa ia sudah menonton film tersebut bersama Juna kemarin. Iqbal segera berjalan ke arah tempat sampah dan membuang kedua tiket tersebut begitu saja. Setelahnya, ia berniat untuk keluar dari Lab Olimpiade namun Acha menahannya, ia panik karena ia pikir Iqbal marah besar kepadanya. Tanpa pikir panjang akhirnya Acha mengatakan dengan jujur kepada Iqbal tentang misi tujuh hari yang sedang ia jalankan, serta kebohongannya mengenai menonton film bersama Juna. Dengan begitu, mereka memutuskan untuk menonton film sepulang sekolah dan kembali belajar bersama seperti biasanya. Sepulang sekolah, Iqbal dan Acha menuju ke bioskop untuk menonton film, dan keluar dari bioskop sebelum pukul empat sore sebelum akhirnya segera pulang. Sebelum pulang
Acha meminta dibelikan boneka sapi tetapi Iqbal menolaknya. Akhirnya mereka sampai di rumah Acha tanpa ada percakapan karena Iqbal tidak menyahuti Acha sama sekali. Kamu dan Aku Sejajar Pagi yang cerah untuk semua orang, tapi tidak bagi Iqbal. Pagi-pagi ia sudah mendapat kekacauan besar, Acha tanpa sengaja merobek buku catatan rumus miliknya. Iqbal tak memedulikan Acha yang sedari tadi meminta maaf dan mencoba membujuknya, Iqbal memilih untuk keluar dari Lab Olimpiade dan pergi ke kelasnya. Di kelas, Glen dan Rian sudah heboh dengan berita bahwa di kantin, teman-teman Juna membicarakan tentang Acha. Berita bahwa Juna menyukai Acha bukanlah rumor, tetapi memang benar adanya. Di sisi lain Acha tengah sibuk menulis kembali catatan rumus milik Iqbal yang sudah rusak, Acha benar-benar menulis semuanya dengan rapi karena rasa bersalahnya kepada Iqbal. Ia membuka pintu kelasnya, berniat memberikan buku tersebut, namun Iqbal justru sudah berdiri di sana. Ia memberikan buku itu kepada Iqbal, membuat pria itu tercengang karena Acha benarbenar menulis ulang semua rumus yang ada di buku Iqbal. Sebagai ucapan terima kasih, akhirnya Iqbal menawarkan untuk pulang bersama. Sandiwara Cinta Setelah melewati hari-hari penuh dengan pembimbingan dan latihan soal, hari yang dinanti akhirnya tiba, Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA akan segera berlangsung. Iqbal, Acha, dan Dino sampai di Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang, sejak pukul delapan pagi. Udara Malang begitu dingin ketika mereka sampai, ketiganya segera menyusul Pak Bambang masuk ke mobil yang digunakan untuk beranjak menuju hotel yang sudah disediakan pihak acara. Tepat pukul dua siang, Pak Bambang mengumpulkan ketiga muridnya untuk siap-siap berangkat ke tempat berlangsungnya Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA. Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA diikuti 189 peserta, yaitu terbagi dalam 63 tim yang masing-masing beranggotakan 3 orang siswa SMA perwakilan dari beberapa kota di Indonesia. Ajang tersebut akan dilaksanakan selama dua hari. Iqbal, Acha, dan Dino duduk di bangku yang telah disediakan. Begitu soal dibagikan, mereka bertiga fokus memahami soal demi soal dan tak berhenti mencoret kertas kosong
yang digunakan untung menghitung. Iqbal yang sudah menjawab 35 soal memilih beristirahat sejenak, hingga akhirnya ia mengerutkan kening, melihat Acha tiba-tiba meringis dan berhenti mengerjakan soalnya. Gadis itu mengangkat kepala, memundurkan tubuhnya seraya memegangi hidung yang kembali mengeluarkan darah. Acha memang beberapa kali mimisan ketika sedang masa pembimbingan, tetapi mereka tidak menyangka mimisan itu akan datang lagi di saat seperti ini. Iqbal memilih menggunakan dasinya untuk membantu membersihkan darah Acha. Salah satu panitia menanyai apakah Acha sakit, tetapi Acha menggeleng dan hanya meminta tisu basah. Iqbal menyuruh Acha mengerjakan lima soal saja, sisanya lelaki itu dan Dino yang akan menyelesaikannya. Ia juga meminta Dino untuk fokus mengerjakan soalnya saja dan mengambil alih soal Acha ketika selesai. Sirine berbunyi lantang tepat ketika Dino selesai meneliti lembar jawaban. Ada lima soal yang tidak sempat mereka kerjakan. Setelah itu, Acha langsung dilarikan ke IGD karena kondisinya semakin lemah. Di rumah sakit, Acha harus menjalani serangkaian tes. Ia pun hanya bisa berbaring pasrah, tenaganya hampir habis dan tubuhnya pun mulai kedinginan. Hasil tes laboratorium Acha akhirnya keluar, Acha juga diperbolehkan pulang. Dokter berkata bahwa ia tidak perlu sampai diopname, yang terpenting Acha tidak sampai kelelahan lagi. Setelah menebus obat, mereka semua bergegas untuk kembali ke hotel. Terlalu Cinta Pukul delapan malam, para peserta Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA berkumpul di ballroom hotel untuk melihat pengumuman SMA mana saja yang berhasil masuk sepuluh besar dan bisa melanjutkan lomba di hari ke dua. Setelah mengetahui bahwa SMA Arwana menduduki peringkat ke-2 dari 63 tim, Iqbal dan Dino segera beranjak ke kamar untuk beristirahat. Mereka perlu mengisi enenrgi untuk bertempur kembali esok hari. Lomba hari kedua tetap diadakan di SMA Arjuna. Acha menarik napas dalam-dalam, meskipun wajahnya begitu pucat, ia yakin bahwa ia mampu untuk mengikuti lomba terakhir hari ini. Acha, Iqbal, dan Dino masuk ke dalam ruangan setelah SMA mereka dipanggil. Seorang pria paruh baya berkacamata menjelaskan sistem perlombaan yang akan dilaksanakan. Tak terasa Final Champion sudah memasuki pertanyaan terakhir, soal ke-30 yang akan menentukan siapa pemenang Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA tahun ini.
Skor terbanyak sementara diraih oleh SMA Arwana yang berhasil menjawab 6 pertanyaan, posisi kedua ditempati SMA Merdeka dengan menjawab 5 pertanyaan, dan SMA Kartini menduduki posisi ketiga setelah menjawab 4 pertanyaan. SMA Arwana berhasil mencetak skor kembali dengan menjawab pertanyaan terakhir, dan berakhir membawa pulang piala paling besar setelah mereka meraih juara pertama. Mereka memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta tanpa menyempatkan berjalan-jalan di Kota Malang karena khawatir dengan kondisi Acha. Perjalanan Baru Aku dan Kamu Acha mendapat telepon dari ibu tirinya yang kerap ia panggil dengan 'Tante-Mama', Kirana menanyakan kepada Acha di mana kotak makan yang tempo hari ia bawa. Acha baru ingat kotak makan itu masih dibawa oleh Iqbal. Acha menutup sambungan telepon dan segera berjalan ke kelas Iqbal, tetapi terhalang oleh Juna yang menghampirinya. Juna meminta Acha untuk datang ke taman belakang dan memberikan jawaban atas pernyataan cinta yang Juna ungkapkan tempo hari. Setelah Juna pergi, Acha melanjutkan perjalanannya, bagaimanapun, ia harus mengambil kotak makan milik ibunya dulu dari Iqbal. Melihat kolong meja Iqbal yang kosong Acha melirik tas Iqbal, awalnya Acha mengurungkan niatnya untuk membuka tas Iqbal karena merasa lancang, tapi apa boleh buat, Acha menarik napas dalam dan membuka resleting tas Iqbal, dan terkejut ketika melihat sebuket bunga di sana. Iqbal datang dan menanyakan sedang apa Acha di bangkunya, Acha meminta maaf atas kelancangannya dan dengan jujur menjawab bahwa ia mencari kotak makan milik ibunya. Acha mengangguk ketika Iqbal berkata besok akan membawakannya. Acha bertanya untuk siapa bunga itu diberikan tetapi Iqbal enggan menjawab, iya hanya mengiyakan ketika Acha bertanya apakah bunga tersebut akan diberikan kepada orang yang Iqbal suka. Acha berpamitan dan hendak pergi ke taman untuk menemui Juna tetapi Iqbal melarangnya. Acha tiba-tiba mendapatkan pencerahan akan rasa penasarannya. Ia menatap tajam bunga Gerbera itu dengan tidak suka, kemudian beralih ke Iqbal. "Acha nggak bakal pergi kalau Iqbal jawab pertanyaan Acha." "Tanya apa?" Acha menunjuk bunga itu. "Bunga itu buat siapa?" Nada suara Acha berubah sedikit meninggi.
"Manusia," jawab Iqbal logis. Acha mendesis pelan, berusaha sabar. "Cantik orangnya?" "Sangat." Acha mencibir pelan. "Cantikan mana sama Acha?" tantang Acha. "Emang lo cantik?" tanya Iqbal tanpa beban. Acha mengumpat di dalam hati, tetap mencerca Iqbal dengan beberapa pertanyaan, sementara Iqbal lagi-lagi tak mau menjawab. "Oke kalau Iqbal nggak mau jawab. Acha pergi." pamitnya. Acha terus berjalan, melewati Iqbal. Namun, ia tertahan, Iqbal menarik lengan Acha. "Buat lo." Dari: Kay Acha akhirnya sampai di taman belakang sekolah, tetapi sebelum Acha memberikan jawaban kepada Juna, Juna sudah terlebih dulu mengetahui kalau Acha akan menolaknya. Prom Night Party Iqbal sampai duluan di aula sekolah, tempat acara prom night berlangsung. Ia berangkat sendiri karena Acha tidak mau dijemput. Tak lama kemudian suara riuh anak-anak mulai terdengar tak jelas. Itu Acha, yang menjadi pusat perhatian hari ini, mengenakan gaun kuning panjang, dengan rambut digulung ke atas, ditambah pita berwarna emas terikat di kepalanya. Acara prom night pun dimulai. Mulai dari acara sumbang lagu, dansa bagi yang punya pasangan, game seru-seruan. Dan yang terakhir puncak acara, yaitu pemilihan Queen and King of Prom Night. Semua yang hadir diberikan dua lembar kertas dan sebuah bolpoin saat pertengahan acara. Selembar untuk menuliskan nama Queen, sisanya untuk menulis nama King yang dipilih. Waktu pengumuman Prom King dan Prom Queen tiba, tetapi semua murid yang bersiap untuk tepuk tangan mengurungkan niat mereka. Nama yang disebutkan adalah Acha dan Juna, tentu saja seluruh mata kini tertuju pada Iqbal. Acha mematung di tempat, harusnya ia bahagia sekarang, namun hal itu tidak bisa
dilakukannya. Iqbal tersenyum hangat dan menyuruh Acha segera naik ke panggung bersama Juna. Setelah serangkaian acara, Acha turun dari panggung dibantu oleh Juna. Acha pamit dan meninggalkan Juna begitu saja. Acha segera meninggalkan kerumunan di aula dan berjalan ke rooftop, tempat Iqbal sudah menunggunya. Keadaan rooftop cukup terang karena memang ada lampu di beberapa titik. "Dapat hadiah apa?" "Piala," jawab Acha kaku. "Selamat," ucap Iqbal tulus. Acha menghela napas, padahal ia sudah berharap Iqbal yang akan menjadi Prom Kingnya. Iqbal berkata tidak apa-apa, setelahnya mereka menikmati pemandangan malam dari rooftop. Iqbal memberikan sebuah hadiah kepada Acha, sebuah boneka sapi, yang selalu Acha inginkan dan beberapa kali secara terang-terangan merengek kepada Iqbal untuk membelikannya. Kini boneka tersebut Iqbal berikan kepadanya. Sebagai ucapan terima kasih, karena telah mencintai Iqbal sejak hanya dalam waktu satu detik. Judul Buku : Tirai Hujan Penulis : Anindita Siswanto Thayf Penerbit : Tiga Serangkai, 2006 Hasil Literasi : Prolog Pernahkah kalian membayangkan hidup di tengah suasana peperangan ? Mendengar kata perang saja sudah merinding apalagi jika kita yang benar – benar mengalaminya. Kali ini Anindita seorang novelis muda telah berhasil menerbitkan novel keduanya yang berjudul Tirai Hujan. Kisah dalam novel ini berbeda dengan kisah novel remaja yang lain. Novel yang beredar di pasaran biasanya menceritakan kisah remaja yang hanya diisi candatawa,kesal saat dimarahi orang tua, dan mungkin seringkali menangis sedih saat patah hati atau dikhianati sahabat. Namun, novel karangan Anindita ini mengajak kita melihat sisi lain kehidupan seorang remaja yang tinggal di daerah perang.
Cerita yang diangkat dalam novel ini mengingatkan kita pada kejadian masa silam. Tepatnya pada tahun 1999 terjadi perang di Ambon. Entah tak tahu penyebab terjadi perang tersebut. Kemerdekaan Republik Indonesia yang diraih pada tahun 1945 rasanya sangat sia – sia. Pengorbanan dan perjuangan para pahlawan pudar dan lenyap begitu saja. Begitu mudahnya melupakan jasa para pahlawan merebut kemerdekaaan dari tangan penjajah. Meraih kemerdekaan tidak semudah membalik telapak tangan. Apakah kalian rela jika nyawa sebagai taruhannya di zaman modernisasi seperti ini ? Sungguh sangat tidak mungkin. Apalagi jika orang lain terkena imbasnya. Kita diciptakan di dunia ini untuk saling menjaga, tidak untuk menjatuhkan satu sama lain. Derai air mata korban perang yang selalu berdoa dalam tangis dan menunggu dalam harap. Korban perang seolah bermimpi untuk mencapai perdamaian. Mimpi indah yang menjadi bunga tidur dalam kegelapan. Desas – desus akan redanya perang seakan membuka kembali tirai yang tertutup berkepanjangan. Namun, hal tersebut sangatlah mustahil. Bentrok masih terjadi, oksigen bercampur asap masih terhirup. Pengarang menambahkan perang tersebut terjadi bertepatan dengan Hari Raya. Tak bisa dibayangkan menyambut Hari Kemenangan bersamaan dengan kerusuhan. Gema takbir mengiringi isak tangis korban perang. Raut wajah yang muram menggambarkan kekecewaan korban perang.
Sebuah Persahabatan Kisah diawali dari sebuah persahatan antara Ifa dan Soya. Mereka berdua memiliki latar belakang yang berbeda. Nur Ifada Tulehu yang lebih akrab disapa Ifa ialah seorang gadis belia berdarah Ambon. Seperti umumnya orang Tanah Manise, kulitnya memang hitam sejak kecil dan rambutnya juga keriting kecil – kecil dan mengembang, ditambah dengan sepasang mata bulat dan hidung yang besar. Sedangkan Soya adalah cewek hitam manis campuran Indonesia – Belanda dengan rambut ikal kecoklatan, hidung mancung, bibir mungil yang selalu merah dan rahang yang keras. Persahabatan mereka bermula ketika pertama kali Ifa masuk Taman Kanak – Kanak. Ifa dan Soya diibaratkan seperti surat dan amplop, karena di mana ada Ifa, di situ pasti ada Soya, demikian pula sebaliknya. Ifa dan Soya ditakdirkan untuk selalu bersama meskipun saat SMP mereka sempat terpisah, tetapi di SMA mereka dipertemukan kembali. Seperti yang kita tahu, jika dua orang perempuan berteman baik dan dekat ( apalagi sangat baik dan sangat dekat ) maka pertengkaran atau sekadar selisih pendapat tetap akan terjadi tidak bisa tidak dan tidak akan bisa dihindari. Nah, begitu juga dengan Ifa dan Soya. Mereka seringkali mengalami beda pendapat.
My Best Friends Berbicara tentang soya hati berbicara tentang seorang cewek remaja yang selalu up to date, modis, agak centil modis agak centil punya hobi shopping dan rajin mengerti lomba apa saja yang bisa membuat terkenal, maklum cita-citanya sejak kecil. Penampilan soya sekarang dimaksud adalah berbeda dengan soya masih kecil dulu, tapi bagaimanapun aneh dandanan atau model rambut yang di dirinya dari majalah soya tetap saja seorang cewek campuran Indonesia Belanda yang berkulit hitam manis dan termasuk dalam daftar cewek idola sekolah. Namun, Soya sangat minder dengan warna kulitnya. Ia menganggap kulitnya berwarna hitam dan ia selalu mengeluhkan hal tersebut. Saat itu 4 orang sahabat sedang duduk di kelas empat. Ketika salah Ifa bermain kerumah Soya, Soya memperlihatkan kepadanya sebuah boneka perempuan dengan rambut panjang keemasan yang juga sedang memakai gaun putih bersayap seperti milik Soya. Keesokan harinya Soya tidak berangkat sekolah. Kata wali kelas, Soya sedang sakit. Sebagai seorang Sahabat Ifa pun menjenguk Soya ke rumahnya. Menurut Ifa kemungkinan Soya demam namun ternyata Soya tidak demam, melainkan kulit Soya bagian wajah dan tangan merah-merah mengelupas dan gatal serta wajahnya bengkak. Hal tersebut terjadi karena Soya diam-diam mengoleskan krim wajah kakak perempuannya ke seluruh wajah, tangan dan kakinya,. Karena, ia ingin kulitnya tampak putih. Ketika Ifa dan Soya bertengkar masalah PR dan beujung saling ejek, datanglah Iza dan memisahkan mereka berdua. Iza memang agak sedikit lebih dewasa dibandingkan Ifa dan Soya. Tak heran banyak cowo yang tertarik kepada Iza.
Tujuh Belas yang Indah Sebuah pesta ulang tahun Ifa yang ke 17 tahun dan dirayakan dengan sangat berkesan oleh teman-teman serta kedua sahabatnya Soya dan Iza. Ifa mempercayakan pestanya kepada Soya dengan bayaran mengerjakan PRnya selama itu. Tepat jam delapan, acara ulang tahun Ifa dimulai, Soya yang serba bisa menujukan kebolehannya menjadi MC.
Novel ini memberi gambaran tentang kehidupan peperangan. Kisah yang terdapat dalam novel ini ditulis dengan tujuan agar kita semua sadar kalau perang tidak hanya berarti kemenangan, tapi juga kehancuran. Kau tidak akan menjadi hebat dengan berperang karena itu sama saja dengan menjadikan dirimu sebagai mesin penghancur. Membunuh dan menindas. Dengan alasan apa pun, tidak akan lebih baik daripada seorang manusia tanpa hati. Ya, benar. Karena jika kau punya hati, kuyakin kalau damai akan selalu menjadi pilihanmu daripada perang. Novel ini juga terdapat kutipan lagu “ Perdamaian “ yang dinyanyikan kembali oleh Gigi. Lagu ini menyampaikan pesan moral yang memiliki makna mendalam. Kebanyakan orang menginginkan perdamaian untuk mengiringi hari – harinya yang cerah. Namun bentrok masih terjadi. Sangat jauh dengan yang diharapkan.
Judul Buku : Tanah Tabu Penulis : Anindita Siswanto Thayf Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2009 Hasil Literasi : Tanah Tabu berkisah mengenai kehidupan sebuah keluarga yang semuanya perempuan, yaitu Mabel atau Mama Anabell, Mace atau Lisbeth, Leksi, dan 2 peliharaan mereka, Pum dan Kwee. Pum adalah seekor anjing yang sangat setia menemani Mabel, sedangkan Kwee adalah seekor babi yang sudah dia anggap Pum seperti anaknya sendiri. Leksi anak yang cerdas dan selalu ingin tahu dalam banyak hal. Mabel sangat menyayangi Leksi. Mabel dan Mace sangat berharap Leksi bisa menjadi anak yang pintar agar hidupnya bisa lebih baik, lebih makmur, dan kaya. Sejak lahir, Leksi tidak pernah mengenal ayahnya, yang ia tahu ayahnya telah meninggal, hal itulah yang selalu ia dengar dari Mabel dan Mace. Ketika Mabel masih kecil, ia pernah tinggal di kediaman pasangan Belanda yang saat itu belum mempunyai anak. Ia banyak belajar di sana, mulai dari belajar bahasa Belanda, membaca dan menulis. Akan tetapi, ketika pasangan tersebut harus pulang ke Belanda, tinggalah Mabel dan Pum sendirian. Ia pun pulang ke rumahnya. Mabel kemudian dijodohkan, namun tidak bertahan lama karena Mabel pernah diculik dalam waktu yang lama. Suami Mabel tidak percaya jika tidak terjadi sesuatu, kemudian mereka berpisah. Mabel kemudian menikah lagi dengan Pace Mauwe. Ketika itu, kampung Pace Mauwe digusur oleh perusahaan emas milik pendatang asing dari lereng gunung. Pace Mauwe kehilangan kebun dan mata pencahariannya. Sejak saat itu Pace Mauwe menjadi stres, sering mabuk-mabukan dan memukuli Mabel dan Johanis kecil. Karena tak tahan, Mabel pun akhirnya memutuskan pergi meninggalkan Pace Mauwe dan membawa Johanis. Sejak saat itu Mabel sangat membenci orang-orang asing yang datang ke tanah kelahirannya, Tanah Tabu, Tanah Papua. Menurutnya kedatangan orang-orang asing itu hanya untuk mengambil kekayaan alam Papua dan mencari keuntungan saja dari kampungnya.
Hingga suatu hari datanglah sekelompok orang yang tidak dikenal, mereka bertubuh besar, membawa senjata, dan menjemput paksa Mabel. Mabel dituduh terlibat pergerakan para pemberontak, dianggap telah membantu dan bekerja sama dengan para pemberontak. Sebelumnya Mabel dijebak oleh Pace Gerson, dengan menyuruh Mama Mote menemui Mabel dan memesan noken dan sudah disediakan bahannya oleh Mama Mote, dan warna kain yang diberikan menyerupai bendera musuh. Seketika Mabel diseret dan diperlakukan sangat kasar. Tangisan Leksi, permohonan Mace, dan pembelaan Mabel tak dihiraukan sama sekali. Namun Mabel bukanlah seseorang yang penakut. Baginya rasa takut adalah awal dari kebodohan. Menangis pun hanya akan membuat kita semakin lemah. Selama tiga hari Mabel ditangkap dan belum ada tanda-tanda dipulangkan. Akhirnya, Pum dan Kwee memutuskan untuk mencari Mabel. Ternyata Mabel dibawa ke sebuah tanah lapang di antara rimbun perdu dan dikelilingi pagar kawat yang mulai karatan. Saat itu Mabel tengah disiksa. Tapi belum sempat Pum dan Kwee menolong Mabel, tiba-tiba saja sebuah batu besar melayang mengenai badan Pum dan Kwee. Seketika itu pula, Pum dan Kwee tahu hidupnya hanya sampai disitu saja. Memilih latar tempat di tanah Papua, novel Tanah Tabu mengangkat tema kekeluargaan dan kemanusiaan, di mana dalam novel ini sangat diperlihatkan bagaimana kehidupan sebuah keluarga kecil di tanah Papua yang semuanya perempuan dan mereka saling menyayangi satu sama lain. Akan tetapi, kenyataan bahwa perempuan kalangan minoritas adalah kelompok yang paling lemah posisinya. Dalam novel ini diceritakan bagaimana perempuan diperlakukan semena-mena, bahkan diperlakukan seperti “barang” atau “benda mati”. Dalam keluarga Mabel tidak ada laki-laki, sehingga kekerasan tidak terjadi di dalam rumah tersebut. Lain halnya dengan rumah sebelah Mabel yang berisi pasangan suami istri, dimana sang istri terus mendapatkan kekerasan dari suaminya. Novel ini juga menjelaskan bagaimana kehidupan di tanah Papua kala itu, yang bisa dikatakan saat itu masih primitif. Di sana mereka masih percaya dengan tradisi-tradisi dan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, teknologi belum berkembang, hanya sebagian orang yang bisa merasakan kemudahan teknologi.
PUM Di Timika matahari belum sepenuhnya singgah di pincak tertinggi, tetapi panasnya sudah terasa mengarangkan kulit. Memaksa pori-pori mengeluarkan keringat dan lemak dalam tubuh mereka. Ia teringat suatu masa lampau manakala semua warna itu menjadi satu dalam latar hijau yang teduh dan biru yang cerah. Hidup akhirnya mengajarkan ia hal terindah itu ibarat gundukan daging mentah yang memikat hidung setiap pemangsa lapar. Selalu mampu mengakibatkan gairah dan nafsu untuk kepuasan pribadi. Tidak mau berbagi dengan yang lain. Disimpan untuk diri sendiri. Sejak saat itu ia mulai mengerti mengapa setiap suku sangat suka berperang dan setiap pendatang sangat suka merampas seperti halnya mengapa setiap anjing pemburu harus bisa menggigit dengan sadis tanpa peduli lolongan pilu korbannya. Terlalu tua pula untuk bertahan dari impitan kekejaman yang lain. Ia hamya ingin menghabiskan sisa umurnya dengan kedamaian, seperti warna-warna surga yang telah hilang. Kenyataannya membuat ia sadar untuk tidak lagi berharap. Apa yang sudah hilang tidak mungkin kembali lagi, meskipun ada yang mengaku telaj mencurinya dan berjanji akan mengembalikannya. Seperti daging yang telak dicuri dari tulangnya. Apakah tulang tanpa daging yang telanjang itu bisa bedaging kembali? Tentu saja tidak mungkin.
KWEE Orang-orang memanggil Mabel sebagai nama kesayangan, dari singkatan mama Anabel yang terasa cukup panjang saar diucapkan. Seperti para mama lainnya, Mabel tentu saja sudah tua. Dari rambutnya yang hampir serempak memutih dan kulitnya yang mengendur. Jika marah Mabel memang seperti raksasa ganas dengan sepasang kubang hidung yang membesar seumur yang mampu menghisap sekali sedot. Namun ia tak pernah marah sembarangan atau selalu marah pada tempatnya. Selain Mabel ada lagi dua orang yang tinggal dirumah bersama ia yang pertama perempuan muda yang dipanggil Mace. Mace berusia lebih muda dari Mabel. Mace bertubuh kurus dan layu yang membuat dia tampak seperti sebatang pohon sagu yang setengah kering. Akhir-akhir ini ia merasa seolah dipisahkan oleh meraka walaupun hanya dari pagi hingga siang. Mengapa ia tidak bisa ikut pergi kesekolah juga? “Sebab disekolah ada yang namanya Bapak Guru dan Bapak Kepala Sekolah, Kwee. Mereka bisa marah dan menghukum siapa saja yang tidak mematuhi peraturan”
Aku Ia tanya kepada Mabel dan Mace mengapa ia harus sekolah. Mereka pun menjawab dengan kompak sekolah akan membuatmu pintar. Setelah Mabel dan Mce merayu ia tidak termakan rayuan tersebut. Dengan wajah meringis akibat sentakan dan tarikan tangan Mace. Layaknya kabut pekat yang datang tanpa pamit dari gunung, sontak senyap mengambang sengan cepat diseluruh rumah. Merampas tawa Mabel seketika hingga mencadi gumam tak jelas, dan membuat Mce terdengar bernapas panjang-panjang. Ia bingung sendiri karena terhimpit situasi yang seperti itu. Khirnya ia mau untuk pergi kesekolah, sekolahnya cukup jauh dari rumah. Tepatnya ia tak tahu, yang pasti ia harus berjalan terus menyusuri jalan setapak kampungnya hingga tiba dijalan beraspal yang ramai, menyebranginya, melewati lapangan bola dan beberapa rumah, lalu melintasi sebuah pasar yang senatiasa ribut dan becek hingga tiba disebuah pertigaan, belok ke kiri, terus jalan lagi, belok kanan, melewati jembatan, dan masih panjang lagi.
Judul Buku : Ular Tangga Penulis : Anindita Siswanto Thayf Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2018 Hasil Literasi : Tentang seorang bocah istimewa yang ingin mengingat sejarah. Dalam usahanya mencari keberanian, bersama Sungai Purba dan Rel Kereta Tua, dia terpilih menjadi saksi atas sebuah akhir. "Itu malah kabar baik, sebab lihat saja sekarang. Keadaan sudah benar-benar anu... kacau-balau, sangat busuk, tidak bisa diselamatkan lagi. Siapa takut?” (Bung Anu) "Apakah sebelum mati nanti aku masih bisa bertemu jodohku?" (Pipit Uban) "Aku hanya mau bertemu anakku yang hilang, biarpun cuma nisannya." (Oma Jengki) "Sejak dulu, hidupku ini oo... selalu susah. Aku sudah capek." (Kerakbasi) "Aku cuma ingin bisa tidur nyenyak, tanpa mimpi buruk." (Nenek)