Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 141 di ekstermitas, serta rasa kesemutan atau kebas pada ekstermitas merupakan tanda dan gejala penderita DM. Palpasi : kaji kekuatan otot, ada tidaknya pitting edema. (Sudarta, 2012 ) ((1) Inspeksi : kaji persebaran warna kulit, kaji turgor kulit, akral hangat, sianosis, persendian dan jaringan sekitar saat memeriksa kondisi tubuh. Amati kemudahan dan rentan gesekan kondisi sekitar. Klienakan merasakan cepat lelah, lemah dan nyeri, serta adanya gangrene diekstermitas, amati warna dan kedalaman pada bekas luka di ekstermitas, serta rasa kesemutan atau kebas pada ekstermitas merupakan tanda dan gejala penderita DM. Palpasi : kaji kekuatan otot, ada tidaknya pitting edema. (Sudarta, 2012) 2. Pemeriksaan Diagnostik 1) Glukosa darah : gula darah puasa lebih dari 130 ml/dL , tes toleransi glukosa lebih dari 200 ml/dL 2 jam setelah pemberian glukosa. 2) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok 3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat 4) Osmolalitas serum meningkat kurang dari 330m Osm/L 5) Amilase darah : terjadi peningkatan yang dapat mengindikasikan adanya pankreasitis akut sebagai penyebab terjadinya Diabetes Ketoacidosis 6) Insulin darah : pada DM tipe 2 yang mengindikasi adanya gangguan dalam penggunaannya (endogen dan eksogen). Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody 7) Pemeriksaan fungsi tiroid : pemeriksaan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa dalam darah dan kebutuhan akan insulin 8) Urine : gula darah aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat. 9) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi saluran pernafasan serta infeksi pada luka.
142 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus 10)HbA1c : rata-rata gula darah selama 2 hingga 3 bulan terakhir yang digunakan bersama dengan pemeriksaan gula darah biasa untuk membuat penyesuaian dalam pengendalian Diabetes Mellitus. (Wijaya & Putri, 2013) 3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau kelompok terhadap proses kehidupan/masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut (Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar,2013). Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut SDKI (2016), ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut: 1) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d Hiperglikemia 2) Risiko Perfusi Perifer tidak Efektif b/d Hipertensi 3) Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorsi nutrien 4) Nyeri Akut b/d neuropati sensori perifer 4. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan klien dapat diatasi (Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar, 2013) Intervensi Keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam kadar gula dalam darah stabil.
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 143 Tabel Intervensi N o SDKI SLKI SIKI 1 . Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Definisi: Variasi Kadar Glukosa darah naik/turun dari rentang normal. Penyebab: 1.Disfungsi pankreas 2.Resistensi insulin 3.Gangguan toleransi glukosa darah 4.Gangguan glukosa darah puasa Gejala dan tanda mayor Subjektif: Hipoglikemia a. Mengantuk b. Pusing Hiperglikemia a. Lelah atau lesu Objektif: Hipoglikemia a. Gangguan koordinasi b. Kadar glukosa dalam darah/urin rendah Hiperglikemia a. kadar glukosa dalam darah/urin tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam kadar gula dalam darah stabil Luaran utama : kestabilan kadar glukosa darah Luaran tambahan : kontrol resiko Perilaku mempertahankan berat badan Perilaku menurunkan berat badan Status atepartum Status intrapartum Status nutrisi Status pasca partum Tingkat pengetahuan Dengan kriteria hasil: a. Kesadaran meningkat b. Mengantuk menurun c. Perilaku aneh menurun d. Keluhan lapar menurun e. Kadar glukosa dalam darah membaik Manajemen hiperglikemia Observasi : a.Identifikasi Kemungkinan penyebab hiperglikemia b.Monitor kadar glukosa darah c. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis, poliurs, polidipsia, polifagia, kelemahan pandangan kabur, sakit kepala) d.Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis, penyakit kambuhan) Terapeutik: a.Berikan asupan cairan oral b.Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk
144 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus Gejala dan tanda minor Subjektif: Hipoglikemia a. Palpitasi b. Mengeluh lapar - Hiperglikemia c. Mulut kering d. Haus meningkat Objektif: Hipoglikemia a. Gemetar b.Kesadaran menurun c. Perilaku aneh d.Sulit bicara e. Berkeringat Hiperglikemia a. Jumlah urin meningkat Edukasi: a. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL b. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga c. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis, penggunaan insulin, obat oral) Manajemen Hipoglikemia Observasi : a. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia b.Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia Terapeutik: a. Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu b.Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet c. Hubungi layanan medis darurat, jika perlu Edukasi:
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 145 a. Anjurkan menambahkarbohidrat sederhana setiap hari b. Jelaskan interasi anatara diet, insulin oral, dan olahraga c. Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis. d. Mengurangi insulin/agen oral dan atau meningkatkan asupan makanan untuk Risiko perfusi perifer tidak efektif Definisi : Beresiko mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapatmengganggu metabolisme tubuh Faktor resiko : a. Hiperglikemia b. Gaya hidup kurang gerak c. Hipertensi d. Merokok e. Prosedur endovaskuler f. Trauma g. Kurang terpapar informasi tentang faktor Luaran utama : perfusi perifer Luaran tambahan: Fungsi sensori Mobilitas fisik Penyembuhan luka Status sirkulasi Tingkat cedera Tingkat perdarahan Dengan kriteria hasil : a. Denyut nadi perifer meningkat b.Penyembuhan luka meningkat c. Sensasi meningkat d.Warna kulit pucat minangkat e. Edema perifer meningkat f. Nyeri esktremitas Parastesia meningkat Intervensi utama : Pencegahan syok Observasi : a. Mengontrol status pulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi frekuensi napas, TD) b.Monitor status oksglenasi (oksimetri nadi, AGD) c. Monitor status cairan (masukan dan haluran, turgor kulit, CRT) d.Monitor tingkat kesadaran
146 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus pemberat (mis. Merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas, imobilitas) Kondisi klinis terkait: 1)Arterosklerosis 2)Raynaud’s disease 3)Trombosis arteri 4)Atritis reumatoid 5)Leriche’s syndrome 6)Aneurisma 7)Varises 8)Diabetes mellitus 9)Hipotensi 10) Kanker g. Kelemahan otot meningkat h.Kram otot meningkat dan respon pupil e. Periksa riwayat alergi Terapeutik : a. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen> 94% b. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu Pasang jalur IV, jika perlu c. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu d.Lakukan skin tes untuk mencegah reaksi alergi Edukasi : a. Jelaskan penyebab/faktor resiko syok b.Jelaskan tanda dan gejala awal syok c. Anjurkan melapor jika menemukan/mer asakan tanda dan gejala
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 147 awal syok d. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral e) Anjurkan menghindari alergi Defisit nutrisi Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme Penyebab : a. Kurangnya asupan makanan b. Ketidakmampuan menelan makanan c. Ketidakmampuan mencerna makanan d. Ketidakmampuan mengabsorsi nutrien e. Peningkatan kebutuhan metabolisme b. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi) a. Faktor psikologis (mis. stress, keenggangan untuk makan) Gejala dan tanda Luaran utama : Status nutrisi Luaran tambahan : Berat badan Eliminasi fekal Fungsi gastrointestial Nafus makan Perilaku meningkatkan berat badan Status menelan Tingkat depresi Tingkat nyeri Dengan kriteria hasil : a. Porsi makanan yangdihabiskan menurun b. Kekuatan ototpengunyah menurun c. Kekuatan otot menelan d. Menurun Nafsu makan memburuk Edukasi : a. Jelaskan penyebab/factor resiko syok b.Jelaskan tanda dan gejala awal syok c. Anjurkan melapor jika menemukan/mer asakan tanda dan gejala awal syok d. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral e. Anjurkan menghondari alergi Intervensi utama : Manajemen nutrisi Observasi : a. Identifikasi status nutrisi b.Identifikasi alergi dan intoteransi makanan
148 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus mayor: Subjektif : (Tidak tersedia) Objektif : Berat badan menurun, minimal 10% dibawah rentang ideal Gejala dan tanda minor: Subyektif a. Cepat kenyang setalah makan b. Kram/nyeri abdomen c. Nafsu makan menurun Objektif: a. Bising Usus Hiperaktif b.Otot Pengunyah Melemah c. Membran Mukosa Pucat d.Sariawan e. Serum Albumin Turun f. Rambut Rontok Berlebihan g. Diare Kondisi klinis: a. Stroke b.Parkinson c. Mobiussyndrom/ d.Cerebral Palsy/ e. Cleft Lip f. Cleft Palate g. Amyotropic Latc. Indentifikasi makanan disukai d.Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrision e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik a. Moitor asupan makanan b. Monitor berat badan c. Monitor hasil pemeriksaan laboraturium Terapeutik : a. Lalukan oral hygine sebelum makan, jika perlu b. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai c. Fasilitasi menentukan pedoman diet d. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 149 eral Sclerosis h.Kerusakan Neuromuskular i. Luka Bakar j. Kanker k.Infeksi l. Aids m. Penyakit Kronis n.Enterokolitis o.Fibrosis Kistic f. Berikan suplemen makanan,jika perlu g. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogratik jika asupan oral dapat di toleransi Edukasi : a. Anjurkan posisi duduk, jika perlu b. Ajarkan diet yang di programkan Nyeri Akut Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan Penyebab: a. agen pencedera fisiologis (mis:inflamasi,iske mia,neoplasma) b. agen pencedera kimia (mis:terbakar,bahan kimia Luaran utama : Tingkat nyeri Luaran tambahan: Fungsi gastrointedtinial Kontrol nyeri Mobilitas fisik Penyembuhan luka Perfusi miokard Perfusi perifer Pola tidur Status kenyamanan Tingkat cedera Dengan kriteria hasil : a. Keluhan nyeri meningkat b. Meringis meningkat c. Sikap protektif meningkat Intervensi utama : Manajemen nyeri Observasi : a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas intensitas nyeri b. Identifikasi skla nyeri Identifikasi respon nyeri non verbal c. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri d. Identifikasi engetahuan
150 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus iritan) c. agen pencedera fisik (mis:abses,amputas i,terbakar,terpotong ,mengangkat berar,prosedur operasi,trauma,latih an fisik berlebihan) Gejala dan tanda mayor: Subjektif: mengeluh nyeri Objektif: a. Tampak mringis b. Bersikap protektif (mis:waspada,posis i menghindari nyeri) c. Gelisah d. Ffrekwensi nadi meningkat e. Sulit tidur Gejala dan tanda minor Subjektif: (tidak tersedia) Objektif: a. Tekanan darah meningkat b. pola nafas berubah nafsu makan berubah c. proses berfikir terganggu d. Menarik diri e. Berfokus pada diri sendiri f. diaforesis Kondisi klinis d. Gelisah meningkat b. Kesulitan tidur meningkat dan keyakinan tentang nyeri e. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon f.nyeri identifikasi nyeri pada g. kualitas hidup h. Monitor keberhasilan terapi i.komplemeter yang sudag j.diberikan k. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik : a. Berikan tehknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin) b. Kontrol lingkunngan yang memperberat rasa
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 151 terkait: a. Kondisi pembedahan b. Cedera traumatis c. Infeksi d. Sindrom koroner akut e. Glaukoma nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) c. Fasilitas istirahat dan tidur Edukasi : a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nteri b. Jelaskan strategi meredakan nyeri c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri d. Anjurkan menggunakan e. analgetik secara tepat f. Ajarkan tekhnik non g. farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
152 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus DAFTAR PUSTAKA 1. (Riskesdas), R. K. (2018). Dipetik februari 10, 2021, dari http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/ma teri_rakorpop _2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf 2. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. --Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2021 3. PERKENI. (2019). Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 dewasa di Indonesia 2019. Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa Di Indonesia 2019, 1–117. 4. Priscilla, lemone. (2017). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Medical-Surgical Nursing. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Medical-Surgical Nursing. 5. Suryati, I. (2021). BUKU KEPERAWATAN LATIHAN EFEKTIF UNTUK PASIEN DIABETES MELLITUS BERBASIS HASIL PENELITIAN. 6. Bryer, M. (2016). 100 tanya jawab mengenai Diabetes . Jakarta : indeks .Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak Anak Dengan Solusi Herbal . Yogyakarta: Nuha Medika. 7. Jauhar, T. B. (2013). Asuhan Keperawatan : Panduan lengkap menajdi Perawat Profesional jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka. Kusnanto. (2013). pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional . Jakarta : EGC. 8. Mulyati. (t.thn.). Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 . Gizi Universitas muhammadiyah .Muttaqin. (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan . Jakarta: Salemba Medika. 9. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan . jakarta : DPP PPNI .
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 153 PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisidan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI. 10. RI, K. K. (2017). Rencana Strategi Kementrian . Jakarta : Kementrian Kesehatan. 11. RI, K. K. (2018). depkes. Dipetik februari 12, 2021, dari http://www.depkes.go.id Riyadi, S. d. (2015). Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Gangguan Eksokrin dan Endrokin pada Pankreas . Yogyakarta : Graha Ilmu. 12. Susilawati. (2016). Gizi dalam Daur Kehidupan . Bandung : Refika Aditama. Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama (21-6) .
154 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale BAB X ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ASMA BROCHIALE A. Pendahuluan Penyakit tidak menular telah menjadi ancaman yang serius, khususnya dalam perkembangan kesehatan masyarakat. Penyakit tidak menular yang paling umum di antara anak-anak. Dan kebanyakan kematian terjadi pada orang dewasa yang lebih tua adalah asma. Asma adalah masalah kesehatan masyarakat tidak hanya untuk negara-negara berpenghasilan tinggi itu terjadi di semua negara terlepas dari tingkat perkembangannya. Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah (WHO, 2020). Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran nafas yang melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin dan lain-lain. Inflamasi kronik ini berhubungan dengan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan episode berulang dari mengi (wheezing), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk terutama pada malam dan pagi dini hari. Kejadian ini biasanya ditandai dengan obstruksi jalan napas yang bersifat reversible (Wijaya & Toyib, 2018). Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2020. Diperkirakan lebih dari 339 juta orang menderita asma. Asma kurang terdiagnosis dan kurang dirawat Ini menciptakan beban besar bagi individu dan keluarga dan sering kali membatasi aktivitas individu seumur hidup. Prevalensi asma menurut Global Initiative For Asthma (GINA) (2016) di Asia Tenggara sebesar 3.3% dimana 17,5 juta penderita asma dari 529,3 juta total populasi. Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2018, jumlah pasien asma di Indonesia sebesar 2,4 %. Prevalansi asma di Indonesia menunjukkan bahwa perempuan memiliki resiko lebih tinggi 2,5% dibandingkan dengan laki-laki yaitu 2,3% (Riskesdas, 2018). Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 155 faktor pejamu (host faktor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma bronkial, yaitu genetik, alergik (atopi), hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan untuk berkembang menjadi asma bronkial, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma bronkial menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status sosio-ekonomi dan besarnya keluarga. Interaksi faktor genetik dengan lingkungan dipikirkan melalui kemungkinan bahwa baik faktor lingkungan maupun faktor genetik masing-masing meningkatkan risiko penyakit asma bronkial, dan pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma bronkial pada individu dengan genetik asma bronkial (Nuari, Umiana, & Maulana, 2018). Dalam melakukan Pelayanan keperawatan, keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dengan memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga dan sumber sumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan kesehatan dan sektor lain di komunitas (RI, 2017). Selain itu, pelayan keperawatan membutuhkan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan khususnya pada penderita asma. Perawat mempunyai wewenang dalam memberikan tindakan atau intervensi baik mandiri maupun kolaboratif. Tindakan-tindakan keperawatan yang dilakukan mulai dari tindakan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Peran dan tugas perawat sangat diperlukan baik dalam mengajarkan agar melatih otot otot pernafasan pada tahap rehabilitasi pada penderita asma (Liasanil, 2018). Tindakan keperawatan yang akan di lakukan dalam merawat pasien asma bronkial ialah melakukan promosi
156 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale kesehatan tentang inhalasi sederhana, teknik relaksasi, teknik nafas dalam, pengaturan posisi, teknik Pernafasan Buteyko, dan latihan batuk efektif yang dapat mengurangi gejala sesak nafas sehingga pernapasan menjadi lebih efektif dengan menggunakan otot diafragma dan khususnya pada pasien asma teknik pernapasan ini dapat mencegah terjebaknya udara dalam paru dikarenakan adanya obstruksi jalan nafas (Husain, Purnamasari, Istiqomah, & Putri, 2020). B. Konsep Dasar Penyakit Asma Bronchiale a. Definisi Kata “Asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti “terengah-engah” atau sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma bronkial adalah Suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus, sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk terutama ,malam atau dini hari. Gejala epiodik tersebut timbul sangat bervariasi dan bersifat reversible (dapat kembali normal baik dengan atau tanpa pengobatan) (Wahid & Suprapto, 2013) b. Etiologi Asma dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh: 1) Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas. 2) Pembengkakan membrane bronkus 3) Bronkus berisi mucus yang kental Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu Genetik. Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus. Sementara faktor pencetus dari asma, sebagai berikut : 1) Alergen. Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 157 dibagi a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, bakteri, dan polusi. b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya. c) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang masuk melalui kontak dengan kulit. 2) Infeksi saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus Influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronkhial, diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan ( Nurarif & Kusuma dalam Indar Asmarani, 2018) 3) Perubahan cuaca. Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma. 4) Lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan. 5) Olahraga. Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma 6) Stress. Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahnya (Wahid & Suprapto, 2013) c. Patofisiologi Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau penghisap
158 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sisitem otonom. Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis. Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adregenik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β- adregenik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta adrenergik mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 159 menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β- adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya & Putri, 2014) d. Manifestasi klinis Menurut (Wijaya & Putri, 2014) adapun manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma diantaranya ialah: 1) Stadium Dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol a) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek b) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul c) Wheezing belum ada d) Belum ada kelainan bentuk thorak e) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE f) BGA belum patologis 2) Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan: a) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum b) Wheezing c) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi d) Penurunan tekanan parsial O2 3) Stadium lanjut/kronik a) Batuk, ronchi b) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan c) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan d) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest) e) Thorak seperti barel chest f) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus g) Sianosis h) BGA Pa O2 kurang dari 80% i) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Ro paru j) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik (Padila, 2015)
160 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale e. Pemeriksaan penunjang Terkait pemeriksaan penunjang menurut (Padila, 2015), yaitu : 1) Spirometri Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi 2) Uji provokasi bronkus 3) Pemeriksaan sputum 4) Pemeriksaan cosinofit total 5) Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. 6) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum 7) Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan bronkus dan adanya sumbatan 8) Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi f. Penatalaksanaan Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup, agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol (Nuari, Umiana, & Maulana, 2018). Selanjutnya, terkait penanganan asma, maka yang dapat dilakukan adalah : 1) Agonis beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan gerakan sililaris. Contoh obat: epineftrin, albutenol, meta profenid, iso proterenoli isoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara parenteral dan inhalasi. 2) Bronkodilator, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan mukus dalam jalan nafas. Contoh obat : aminophyllin, teophyllin, diberikan secara IV dan oral. 3) Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan secara inhalasi.
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 161 4) Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh obat : hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan secara IV dan oral. 5) Inhibitor sel mast, contoh obat : natrium kromalin , diberikan melalui inhalasi untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas. 6) Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg. 7) Fisioterapi dada, teknik pernafasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang banyak. Dalam keadaan darurat, terkait pertolongan pertama pada penderita asma : 1) Jangan panik dan tenangkan diri anda dan penderita diri asma tersebut sampai benar-benar rileks. 2) Bawa penderita ke tempat yang nyaman dengan udara yang bersih serta sirkulasinya baik. Hindari penderita dari allergen yang mungkin memicu asma. 3) Atur posisi duduk yang nyaman pada pasien. 4) Bantulah penderita untuk menghirup inhaler-nya. 5) Sarankan penderita untuk bernafas dalam dan perlahan. 6) Jika serangan asma berhenti dalam 5-10 menit, sarankan agar penderita untuk menghirup kembali 1 dosis inhaler. 7) Hubungi dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang pertama kali dialami. 8) Jika inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak berhenti dalam 5-10 menit, segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat secepatnya. 9) Jika penderita berhenti bernafas atau kehilangan kesadaran, periksa pernafasan serta peredaran darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada penderita. g. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi, menurut (Wijaya & Putri, 2014) yaitu :
162 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale 1) Pneumothorak 2) Pneumomediastium dan emfisema sub kutis 3) Atelektasis 4) Aspirasi 5) Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung 6) Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas Asidosis C. Konsep Keperawatan Keluarga a. Pengertian Keluarga Menurut Bailon dan Maglaya dalam (Marliyn, 2010) Keluarga merupakan sekumpulan dua manusia atau lebih bergabung bersama sebab hubungan darah, pernikahan, atau mengangkat anak, hidup di dalam satu atap, berbicara satu sama lainya, menciptakan serta mempertahankan sebuah budaya. Sementara Murdock, berpendapat “keluarga merupakan sebuah kelompok social yang dicirikan dengan tinggal bersama, melakukan aktivitas reproduksi dan ekonomi”. Gilgun dan Charton mendefinisikan keluarga sebagai “sekolompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat, keluarga mampu menghasilkan individu satu dengan yang lain, dari generasi ke generasi” (Rasyid, 2021). Ketika terdapat anggota yang mengalami suatu penyakit akan mempengaruhi anggota yang lainya, interaksi sangat dibutuhkan dalam sebuah kelurga karena dengan adanya interaksi akan muncul rasa saling terbuka diantara keluarga. Kemudian terkait pembentukan keluarga, selanjutnya ketika individu berada dalam usia anak, tentunya memerlukan kasih sayang. Anggota keluarga lainnya akan memenuhinya, terutama kedua orang tuanya. Namun ketika si anak telah dewasa, maka peran orang tua telah berkurang. Disisi lain, individu memerlukan kasih sayang dari orang lain, semisal sahabat atau teman sebaya. Seiring tumbuh kembang manusia, diikuti perkembangan fisik (biologis) dan mental (psikologis), selanjutnya akan diikuti pula peningkatan kebutuhan. (Rasyid, 2021).
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 163 b. Tipe Keluarga Keluarga membutuhkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dasar keluarga. Keluarga dalam perkembangannya memiliki beberapa bentuk. Goldenberg dan Goldenberg (1980), merumuskan sembilan (9) bentuk keluarga, diantaranya : keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri dan anak kandung, keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti dan sanak saudara, baik menurut garis vertical (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit), maupun garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal dari pihak suami atau istri. Kemudian keluarga campuran (blended family), yaitu keluarga yang terdiri atas keluarga inti serta anak-anak tiri, keluarga menurut hukum umum (common law family), yaitu seorang pria dan wanita yang tidak terikat dalam pernikahan yang sah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama, keluarga orang tua tunggal (single parent family), yaitu keluarga yang terdiri atau pria atau wanita serta anak yang tinggal bersamanya. Selanjutnya, keluarga hidup bersama (commune family), yaitu keluarga yang terdiri atas pria,wanita dan anak, tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung jawab, serta memiliki harta bersama. Keluarga serial (serial family), yaitu keluarga yang terdiri atas pria dan wanita yang telah menikah, namun kemudian bercerai dan masing-masing telah menikah serta memiliki anak, semuanya menganggap sebagai satu keluarga. Keluarga gabungan (composite family), yaitu keluarga yang terdiri atas suami dan beberapa istri serta anak (pologami) atau istri dan beberapa suami dan anak (poliandri) yang hidup bersama. Keluarga tinggal bersama (cohabitation family), yaitu keluarga yang terdiri atas pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan pernikahan yang sah (Rasyid, 2021). c. Fungsi Keluarga. Fungsi keluarga terdapat pada setiap individu dalam keluarga. Dalam hal ini peran keluarga bertugas sesuai fungsinya. Secara umum fungsi keluarga menurut friedman (Marliyn, 2010) sebagai berikut :
164 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale f. Fungsi afektif Merupakan fungsi yang ada didalam keluarga untuk saling mendukung, menghargai serta saling mengasihi. Keluarga dapat membangun rasa kasih sayang dan mendidik untuk selalu berinteraksi secara terbuka dengan anggota lainnya yang dapat membuat konsep diri keluarga menjadi positif. g. Fungsi sosialisasi Yaitu meningkatkan keluarga untuk berinteraksi dengan orang lain diluar rumah dimulai sejak lahir di didik untuk disiplin, sesuai dengan norma-norma serta berakhlak. h. Fungsi seksual Merupakan fungsi untuk memberdayakan penerus dalam mempertahankan genetik dan meningkatkan SDM. Dengan adanya fungsi seksual ini dapat terjalinnya kehidupan masyarakat yang semakin luas i. Fungsi ekonomi Merupakan fungsi untuk mata pencaharian SDM untuk kebutuhan sehari hari yang harus tercapai diantaranya sembako sandang dan papan j. Perawatan keluarga Yaitu untuk mensejahterakan kesehatan keluarga dengan membiasakan diri ketika terdapat anggota yang mengalami gangguan kesehatan segerah untuk dibawa kepelayanan kesehatan agar mendapat penatalaksaan sesuai dengan penyakit yang sedang diderita. d. Tahap Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga merupakan tahapan yang harus dilalui keluarga dan selalu berjalan seiring berjalannya waktu. Menurut (Agustiani, 2007) tahap perkembangan keluarga terbagi menjadi : i. Keluarga baru Sepasang kekasih yang telah melakukan akad dan disahkan oleh agama maupun negara yang belum dikaruniahi keturunan. Tahap perkembangan keluarga baru antara lain yaitu :
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 165 1. Menjalin ikatan bersama yang bahagia 2. Menentukan rencana di kehidupan yang akan datang 3. Menjalin ikatan terhadap sanak saudara, tetangga serta bersosialisasi dengan masyarakat luas j. Keluarga kelahiran anak pertama Bermula dari pasangan yang menunggu datangnya persalinan hingga buah hati berusia 30 bulan. Pada tahap ini perkembangan keluarga yaitu : 1. Bersiap diri untuk menjadi ayah dan ibu 2. Menyesuikan diri dengan perubahan anggota keluarga baik dari segi tugas, peran dan hubungan suami istri 3. Mempertahankan ikatan yang memberikan rasa puas k. Keluarga dengan anak pra sekolah Tahap ini terjadi sebelum buah hati menuju periode pengenalan terkait pendidikan yang ditandai dengan keturunan pertama berusia dua setengah tahun dan akan berahir ketika mencapai umur 5 tahun 5) Mencukupi kebutuhan anak 6) Meningkatkan anak untuk mengenal interaksi bersama orang lain dan lingkungan sekitar 7) Menyesuaikan diri dengan keturunan yang baru dan tetap memikirkan kebutuhan anak sebelumnya harus tetap berlangsung 8) Meluangkan waktu untuk diri sendiri, pasangan maupun buah hati l. Keluarga dengan anak sekolah Dimulai ketika buah hati memasuki usia pendidikan yaitu 6 – 12 tahun. Tugas perkembangan saat ini, yaitu : 4) Mendampingi buah hati untuk berinteraksi dengan orang lain disekitar rumah maupun di luar rumah 5) Memotivasi anak untuk meningkatkan pengetahuan kognitif serta psikomotor 6) Mempertahankan keintiman dengan pasangan m. Keluarga dengan anak remaja Tahap perkembangan yang sangat sulit karena akan muncul perbedaan pendapat anatara orang tua dengan anak sudah
166 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale mubalig seperti keinginan orang tua yang bertentangan dengan pilihan remaja. Tahap perkembangannya, antara lain : 1. Memberikan kesemapatan bagi remaja untuk bijaksana mempertanggung jawabkan seluruh pilihannya dan meningkatkan otonomi 2. Menerapkan komunkasi terbuka, jujur dan saling memberikan perhatian. 3. Mempersiapkan perubahan peran anggota keluarga dan tumbuh kembang keluarga n. Kluarga dengan anak dewasa Berlangsung ketika anak ke satu meninggalkan rumah. Ditandai dengan anak yang sudah mempersiapkan hidup mandiri dan orang tua menerima kepergian anaknya untuk membangun keluarga baru. Tugas perkembanganya yaitu : 1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar 2. Mempertahankan ikatan dengan pasangan 3. Membantu anak untuk menjalani kehidupan baru bersama pasangannya di lingkungan masyarakat luas o. Keluarga dengan usia pertengahan Terjadi ketika anak bungsu meninggalkan rumah dan berahir ketika salah satu pasangan meninggal. Tahap perkembangannya adalah : 1. Mempunyai kebebasan memanfaatkan waktu untuk minat sosial atau merileksan badan dengan bersantai 2. Memperbaiki hubungan antara generasi seniora dan junior 3. Menjalin hubungan dengan baik antara suami dan istri 4. Menjaga hubungan dengan anak dan keluarga 5. Mempersiapkan diri untuk diusia lanjut atau masa tua p. Keluarga lanjut usia Dimulai setelah pensiun dan berahir ketika salah satu meninggal dunia ataupun keduannya. Tugas perkembangan pada usia lanjut yaitu : 1. Mempertahankan ikatan yang baik bersama pasangan dengan saling merawat 2. Melakukan penyesuaian diri dengan perubahan yang ada seperti
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 167 3. ditinggal pasangan meninggal, penyakit degenaratif dan lain lain 4. Mempertahankan suasana rumah yang nyaman e. Tugas Keluarga Bidang Kesehatan Tugas keluarga menurut (Kholofah & Widagdo, 2016) dalam bidang kesehatan dibagi menjadi lima yaitu : f. Mengenal masalah kesehatan Dalam tugas ini keluarga mulai meningkatkan pengenalan masalah penyakit yang di hadapi dalam keluarga. Anggota keluarga perlu menanggapi masalah yang ada sehingga tidak terjadi menambah komplikasi dari penyakit g. Mengambil keputusan keluarga Tugas ini diharapkan keluarga dapat memutuskan tindakan yang tepat pada anggota keluarga yang sakit. h. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit Keluarga dapat mengupayakan tindakan yang tepat yang bertujuan untuk mengurangi tingkat keparahan penyakit yang di derita, sebelum dibawa ke pelayanan kesehatan. i. Menciptakan lingkungan rumah sehat Dengan cara memodifikasi lingkungan tempat tinggal yang bersih terjaga serta rapi sehingga mampu mengubah kepribadian anggota keluarga untuk mempertahankan kesehatan. j. Memanfaatkan pelayanan kesehatan Tugas ini merupakan cara keluarga dalam memfasilitasi anggota keluarga yang sakit untuk dibawa ke layanan kesehatan. 4. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga a.Pengkajian Keperawatan Pengkajian adalah langkah atau tahapan penting dalam proses perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan keluarga untuk mengidentifikasi data kesehatan seluruh anggota keluarga. Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan situasi manusia untuk
168 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosa masalah klien, penetapan kekuatan, dan kebutuhan promosi kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya, data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien (RI, 2017) 1) Pengkajian Keluarga Menurut (Donsu, Induniasih, & Purwanti, 2015) pengkajian yang dilakukan pada keluarga yaitu : Data Umum : nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan, struktur keluarga, genogram, dll 2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga a)Tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan saat ini b)Riwayat kesehatan keluarga inti c)Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya 3) Pengkajian lingkungan : karakteristik lingkungan rumah, karakteristik tetangga, dan interaksi dengan masyarakat, dll 4) Pengkajian Struktur dan fungsi keluarga a)Pola komunikasi keluarga : cara berkomunikasi antar anggota keluarga b)Struktur kekuatan : kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku (key person) c)Struktur peran : peran masing-masing anggota baik formal maupun nonformal d)Nilai atau norma keluarga : nilai dan norma serta
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 169 kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan e)Fungsi keluarga : dukungan keluarga terhadap anggota lain, fungsi perawatan kesehatan (pengetahuan tentang sehat/sakit, kesanggupan keluarga). Terkait fungsi-fungsi keluarga, sebagai berikut : a)Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga. perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. b)Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilainilai budaya keluarga. Perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. c)Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d)Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e)Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The
170 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale Health Care Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang Kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah: 1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya, 2)Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, 3)Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, 4)Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya. Kemudian dalam hal fungsi keperawatan, sebagai berikut :1) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa kesehatan, 2) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat, 3) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, 4) Mengetahui kemampuan keluarga melihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat, 5) Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat. 5) Pemeriksaan fisik Menurut (Wijaya & Putri, 2014) pengkajian yang digunakan pada pasien dengan asma yaitu : a)Identitas klien : Meliputi nama, Usia, Jenis Kelamin, ras, dll b)Informasi dan diagnosa medik penting c)Data riwayat kesehatan Pernah menderita penyakit asma sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosis pada ujung jari. d)Riwayat kesehatan sekarang : 1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas, 2) Sesak setelah melakukan aktivitas, 3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu, 4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada, 5) Riwayat kesehatan keluarga, meliputi : riwayat keluarga yang memiliki asma dan
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 171 riwayat keluarga yang menderita penyakit alergi seperti rinitis alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain. e)Ativitas / istirahat, meliputi: 1) Keletihan, kelelahan, malaise, 2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas, 3) Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi duduk tinggi, 4) Dispnea pada saat istirahat, aktivitas dan hiburan. f) Sirkulasi : Pembengkakan pada ekstremitas bawah g)Integritas ego terdiri dari peningkatan faktor resiko dan perubahan pola hidup h)Makanan dan cairan : mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan untuk makan i) Pernafasan: 1) Nafas pendek, dada rasa tertekan dan ketidakmampuan untuk bernafas, 2) Batuk dengan produksi sputum berwarna keputihan, 3) Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi biasanya memanjang, 4) Penggunaan otot bantu pernafasan, 5) Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinanselama inspirasi berlanjut sampai penurunan/ tidak adanya bunyi nafas. j) Keamanan : riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat 6) Harapan keluarga. Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi. b.Perumusan Diagnosa Keprawatan Keluarga Diagnosis keperawatan adalah interpretasi ilmiah atas data hasil pengkajian yang interpretasi ini digunakan perawat untuk membuat rencana, melakukan implementasi, dan evaluasi. Pengertian lain dari diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik tentang semua respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosis keperawatan harus didukung oleh data. Data diartikan sebagai definisi karakteristik. Definisi
172 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale karakteristik dinamakan ”Tanda dan gejala”, Tanda adalah sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien. Diagnosis keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan keperawatan untuk mencapai hasil bagi perawat (Nanda, 2011) Untuk menyusun diagnosis keperawatan yang tepat, dibutuhkan beberapa pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki antara lain, kemampuan dalam memahami beberapa masalah keperawatan, faktor yang menyebabkan masalah, batasan karakteristik, beberapa ukuran normal dari masalah tersebut, serta kemampuan dalam memahami mekanisme penanganan masalah, berpikir kritis, dan membuat kesimpulan dari masalah. Penulisan pernyataan diagnosis keperawatan pada umumnya meliputi tiga komponen, yaitu komponen P (Problem), E (Etiologi), dan S (Simptom atau dikenal dengan batasan karakteristik). Pada penulisan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan pernyataan problem saja tanpa etiologi dan simptom. Dengan demikian, penulisan diagnosis keperawatan keluarga adalah dengan menentukan masalah keperawatan yang terjadi (RI, 2017). Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma menurut Ikatan Perawat Kesehatan Kumunitas Indonesia (IPKKI) (PPNI, 2017) yaitu sebagai berikut : 1) Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (D.00032) 2) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (D.00031) 3) Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (D.00094) 4) Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (D.00126)
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 173 5) Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan (D.00002) 6) Kesiapan menerima informasi b.d Ketidakmampuan keluarga mengenal Kesehatan (D.00161) 7) Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (D.00188) c. Bentuk Prioritas Masalah Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah dengan menggunakan scoring (Table : Skorsing Prioritas Masalah). Komponen dari prioritas masalah keperawatan keluarga adalah kriteria, bobot, dan pembenaran. Kriteria prioritas masalah keperawatan keluarga adalah berikut ini. 1) Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan melihat katagori diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah, diagnosis keperawatan potensial skor 1, risiko skor 2, dan aktual dengan skor 3. 2) Kriteria kedua adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini ditentukan dengan melihat pengetahuan, sumber daya keluarga, sumber daya perawatan, dan dukungan masyarakatnya. Kriteria kemungkinan untuk diubah skornya terdiri : mudah skor 2, sebagian skor 1, dan tidak dapat skor nol (0). 3) Kriteria ketiga, adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini ditentukan dengan melihat kepelikan masalah, lamanya masalah, dan tindakan yang dilakukan. Skor dari kriteria ini terdiri atas: tinggi skor 3, cukup dengan skor 2, dan rendah dengan skor 1. 4) Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat ditentukan berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat masalah. Penilaian dari kriteria ini terdiri atas : segera skor 2, tidak perlu segera skornya 1, dan tidak dirasakan skor nol (0).
174 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale Table : Skorsing Prioritas Masalah No Kriteria Skoring Bobot 1 Sifat masalah a. Tidak/ kurang sehat b. Ancaman kesehatan c. Krisis/ keadaan sejathera 3 2 1 1 2 Kemungkinan masalah dapat di ubah a. Dengan mudah b. Hanya sebagian c. Tidak dapat 2 1 0 2 3 Potensi masalah untuk di cegah a. Tinggi b. Cukup c. Rendah 3 2 1 1 4 Menonjol masalah a. Masalah berat harus segera di tangani b. Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani c. Masalah tidak dirasakan 2 1 0 1 Adapun cara perhitungannya dengan mengikuti langkahlangkah, sebagai berikut : 1) Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah keperawatan yang terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan nilai tertinggi, kemudian dikalikan bobot dari masing-masing kriteria. Bobot merupakan nilai konstanta dari tiap kriteria dan tidak bisa diubah (Skor/angka tertinggi x bobot) Jumlahkan skor dari masingmasing kriteria untuk tiap diagnosis keperawatan keluarga. 2) Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang prioritas. Skoring yang dilakukan di tiap-tiap kriteria harus diberikan pembenaran sebagai justifikasi dari skor yang telah ditentukan oleh perawat, Justifikasi yang
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 175 diberikan berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan keluarga (RI, 2017) d.Intervensi Keperawatan Rencanaan keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan diberikan kepada klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul. Rencana keperawatan IPKKI (PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018) dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut : Table : Intervensi Keperawatan Keluarga N o Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi 1 Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan ketidakmamp uan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam keluarga memahami tentang perawatan anggota keluarga dengan asma bronkial Kriteria hasil : 1. Tekanan ekspirasi meningkat 2. Tekanan inspirasi meningkat 3. Penggunaan otot bantu nafas menurun 4. Frekuensi nafas membaik 1. Monitor frekuensi irama kedalaman dan upaya nafas 2. Posisikan fowler / semifowler 3. Berikan minuman hangat 4. Lakukan fisioterapi dada 5. Ajarkan teknik batuk efektif
176 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale 5. Kedalaman nafas membaik 2 Tidak efektifnya bersihan jalan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam keluarga memahami tentang perawatan anggota keluarga dengan asma bronkial Kriteria hasil : 1. Batuk efektif meningkat 2. Wheezing menurun 3. Produksi sputum menurun 4. Gelisah membaik 5. Frekuensi nafas membaik 1. Identifikasi kemampuan batuk nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit 2. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu selama 8 detik 3. Anjurkan mengulangi nafas dalam hingga 3 kali 4. Anjurkan batuk kuat langsung setelah tarik nafas dalam 3 Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmamp Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam keluarga memahami 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional 2. Monitor pola dan jam tidur 3. Motivasi
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 177 uan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit tentang perawatan anggota keluarga dengan asma bronkial Kriteria hasil : 1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – hari meningkat 2. Frekuensi nadi meningkat 3. Dispnea saat aktivitas meningkat 4. Keluhan lelah menurun 5. Tekanan darah membaik mengungkapka n perasaan tentang olahraga 4. Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologis olahraga 4 Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan ketidakmamp uan keluarga mengenal masalah kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam keluarga memahami tentang perawatan anggota keluarga dengan asma bronkial Kriteria hasil : 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat 3. Persepsi keliru terhadap masalah 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi keluarga mengenal masalah kesehatan 2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 3. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 4. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
178 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale menurun 4. Perilaku membaik 5 Ketidakseim bang an nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan ketidakmamp uan keluarga mengenal masalah Kesehatan (D.00002) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam keluarga memahami tentang perawatan anggota keluarga dengan asma bronkial Kriteria hasil : 1. Porsi makan an yang dihabiskan meningkat 2. Berat badan membaik 3. Indeks massa tubuh membaik 4. Frekuensi makan membaik 5. Nafsu makan membaik 1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient 3. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi 4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 5. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi namun tetap terjangkau 6 Kesiapan menerima informasi b.d Ketidakmam puan keluarga mengenal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam keluarga memahami tentang perawatan 1. Identifikasi pemahaman keluarga tentang kondisi kesehatan anggota keluarga yang sakit 2. Identifikasi klien
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 179 Kesehatan (D.00161) anggota keluarga dengan asma bronkial Kriteria hasil : 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat 3. Perilaku sesuai dengan pengetahuan 4. Presepsi yang keliru terhadap masalah menurun dan keluarga menerima informasi 3. Ukur tanda tanda vital 4. Libatkan pengambilan keputusan dalam keluarga untuk menerima informasi 5. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya 6. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 7. Berikan informasi berupa alur leaflet/gambar untuk memudahkan klien 8. Latih teknik nonfarmakologi 7 Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d Ketidakmam puan keluarga mengenal masalah kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam keluarga memahami tentang perawatan anggota keluarga dengan asma bronkial 1. Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat digunakan 2. Berikan lingkungan yang mendukung Kesehatan 3. Orientasi pelayanan
180 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale (D.00188) Kriteria hasil : 1. Penerimaan terhadap status kesehatan meningkat 2. Kemampuan melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan meningkat 3. Kemampuan peningkatan kesehatan meningkat 4. Pencapaian pengendalian kesehatan meningkat kesehatan yang dapat dimanfaatkan 4. Anjurkan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 5. Anjurkan memberi ASI eksklusif 6. Anjurkan menimbang balita setiap bulan 7. Anjurkan menggunkan air bersih 8. Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 9. Anjurkan menggunkan jamban sehat 10. Anjurkan memberantas jentik dirumah seminggu e. Implementasi Keperawatan Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu kepentingan klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, serta budaya dan lingkungan, tempat mereka mencari bantuan. Tindakan keperawatan adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal, sebagai
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 181 berikut : 1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara: a)Memberikan informasi; b)Memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan. 2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara: a)Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan; b)Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga; c)Mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan. 3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara: a)Mendemonstrasikan cara perawatan; b)Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah; c)Mengawasi keluarga melakukan perawatan. 4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara: a)Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga; b)Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin. 5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara: a)Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan Keluarga ; b)Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. (RI, 2017) f. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu
182 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosa keperawatan juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan keperawatan harus dievaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut, dapat dicapai secara efektif. (RI, 2017) Evaluasi disusun menggunakan SOAP yaitu (Suprajitno, 2012): S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif. A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif. P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, 2019).
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 183 DAFTAR PUSTAKA Agustiani, H. (2007). Tahapan Perkembangan Keluarga. Seminar Perkawinan Lets Talk About. Bandung: Fakultas Fisikologi Unpad. Donsu, Induniasih, & Purwanti. (2015). Panduan Praktek Keperawatan Keluarga. Yokyakarta: Pustaka Rihama. Husain, F., Purnamasari, A. O., Istiqomah, A. R., & Putri, A. L. (2020). Management Keperawatan Sesak Nafas pada Pasien Asma di Unit Gawat Darurat : Literature Review. Surakarta: ASJN. Kholofah, & Widagdo. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta: Kemenkes RI. Marliyn, F. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 5. Jakarta: EGC. Mertajaya, I. M., Sitorus, E., Leniwita, H., MRL Batu, A., & Angriani, Y. (2019). Perkuliahaan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Prodi D.3 UKI. Nuari, Umiana, & Maulana. (2018). Penatalaksanaan Asma Bronchiale Eksaserbasi pada pasien. Majority . Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Jokjakarta: Nuha Medika. PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI. Rasyid, D. (2021). Lansia dalam Transformasi Sosial (Studi
184 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asma Brochiale Kasus di Padang Lambe, Palopo). Makassar: Disertasi UNM. RI, K. (2017). Konsep Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta. Riskesdas. (2018). Laporan nasional riset kesehatan dasar 2018. Jakarta: BPPK Kemenkes RI. Wahid, & Suprapto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan Keperawatan pada gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV Trans Info Media. WHO. (2020). Chronic Respiratori Diseases Asthma. Wijaya, & Putri. (2014). Keperawatan Medikal Bedah 1 (KMB 1), Contoh dan Teori Askep. Jakarta: Nuha Medika. Wijaya, A., & Toyib, R. (2018). Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma Dengan Menggunakan Algoritme Genetik (Studi Kasus RSUD Kabupaten Kepahiang). Jurnal Pseudocode , 1-11.
Asosiasi Guru & Dosen Seluruh Indonesia (AGDOSI) 185 Profil Penulis ` Nama : Maryam Marzuki Lahir di Ujung Pandang, tanggal 16 November 1972 (Sulawesi Selatan) Riwayat pendidikan : 1. SD-SMA Makassar-Sulawesi Selatan. 2. Melanjutkan pendidikan pada Akademi Perawatan Ujung Pandang Depkes. RI, tahun 1991-1994. 3. Melanjutkan pendidikan pada S1 Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin (UNHAS), tahun 1996-1999. 4. Melanjutkan Program Pasca Sarjana (PPS) Universitas Indonesia Timur (UIT), bidang Kesehatan Reproduksi, tahun 2010-2012 dan Riwayat pekerjaan : 1. Staf Dosen pada Akademi Keperawatan Muhammadyah Makassar, tahun 1995-1996 2. Perawat (PNS) pada RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, tahun 1997-1999. 3. Menjadi Tenaga Struktural pada Dinkes Kab. Luwu, dari tahun 2000-2008. 4. Menjadi Tenaga Struktural pada Dinkes Kota Palopo, dari tahun 2009-2013. 5. Menjadi Tenaga Fungsional Penyuluh pada Dinkes Kota Palopo, dari tahun 2014-Sekarang. Prestasi bidang pekerjaan : 1) Inovator “Banua Merah”, Kota Palopo, tahun 2017-Sekarang 2) Tenaga kesehatan teladan Nasional, tahun 2019 3) Narasumber Inovator 2020-2022, pada Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), Makassar.