Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
77. Gereja Allah di Indonesia
78. Gereja Rasuli Indonesia
79. Gereja Methodis Injili
80. Gereja Pekabaran Injil Jalan Suci
81. Gereja Oikos Indonesia
b. Keanggotaan Associate
Anggota “associate” adalah gereja-gereja dan lembaga-lembaga Injili
yang sedang menunggu pengesahan Kongres Nasional atau Rapat Kerja
Nasional untuk menjadi anggota penuh Daftar anggota associate PGLI
(akan bertambah)
1. Gereja Kemuliaan Sion
2. Christian Ministry Centre (CMC)
3. Gereja Duta Injil
4. Gereja Kristen Kapernaum Indonesia
5. Yayasan Sungai Air Hidup
6. Yayasan Tunas Kalimantan
7. Gereja Bethel Pentakosta Indonesia
8. Gereja Kristen Kudus Indonesia
9. Yayasan Faradise Centre
101
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
c. Syarat Menjadi Anggota PGLII
Syarat-syarat menjadi anggota PGLII:
1. Yang dapat diterima sebagai anggota penuh PGLII adalah gereja-gereja
dan Lembaga-lembaga Injili yang memenuhi syarat sebagai berikut :
Merupakan Mgeererujapdakananlegmerbeajagadtainglekmatbpaugsaati.ngkat pusat.
• MemMielimkiialikktia yaakntag dyiasnahgkdanisoahlekhainnsotalenhsi pinesmtaenrisni taphemyaenrginbtearhweynaanngg.
berwenang.
• BSuimdDSaauhsidrtKjaeehrnrdistBatefeirtmndaraaPfdstriaoKrDtredeissipttaDaenrnete(pPKmareroetmtneemesAnteagtnneamrA(iKaagneaRmAmIgeadnaaRmtleaIamridaRanhIlaa)AlmignahimaadlaaiRnlaiIh)a.dDailrajhen
• BersBeedriasemdieanmereimneariAmnaggAanragngaDraansaDr daasnarAdnagngaArnanggRauramnahRuTmanaghgaTaPnGggLaII.
• MenPgGajLukIIa.n permohonan tertulis untuk menjadi anggota penuh PGLII
danMmeenlegnajgukkaapni speemrmuaohporonsaenduterratudlmisinuinstturaksimdaennjapdrai -aknugagliofitkaaspieynaunhg
telahPkuGdaiLltiefIiItkaapdskainaynam.ngeletenlgakhadpiitesteampkuaanp. rosedur administrasi dan pra-
• MenMdeanpdatapreaktomreeknodmaesni ddaarsii PdeanrgiurPuesnWguirlauysahWPiGlayLaIhI yPanGgLdIiIduykaunngg
olehdisdeukkuurannggo-kleuhrasnegknuyraandgu-kauarnagnggontyaapdeunauahnPgGgoLtaIIp. enuh PGLII.
2. Penetapan menjadi anggota penuh diusulkan oleh Pengurus Pusat
PGLII dan disahkan oleh Musyawarah Nasional (MUNAS).
3. Penetapan menjadi anggota “associate” dilakukan dalam Rapat
Pengurus Pusat PGLII.
7. Gereja Advent Hari Ketujuh
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (disingkat GMAHK) merupakan denominasi
Kristen yang beraliran Evangelical.. Gereja ini berasal dari Gerakan Miller yang muncul
di Amerika Serikat pada pertengahan abad 19. Ciri utama Gereja Advent adalah
102
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
pemeliharaan kekudusan hari Sabat atau Sabtu, hari ketujuh dalam pekan, sebagai hari
Sabat. Pada 1863 Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh atau dalam Bahasa Inggris the
Seventh-day Adventist Church, diorganisir. Di Indonesia, gereja ini juga dikenal dengan
nama Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK).
Pada awal abad ke-19 banyak orang Kristen termasuk di kalangan Baptis,
Presbiterian, Methodis, Lutheran, Anglikan, Kongregasionalis melakukan
studi mendalam tentang Daniel 8. Para penyelidik Alkitab itu mengharapkan
beberapa kejadian yang sangat penting akan terjadi sehubungan dengan
nubuatan 2300 petang dan pagi dalam Daniel 8.
Salah satu kelompok yang menonjol dalam penyelidikan ini dipimpin
William Miller, seorang anggota Gereja Baptis. Mereka percaya bahwa
Yesus akan datang ke bumi pada tanggal 22 Oktober 1844. Belakangan
pengikut-pengikut Gerakan Miller ini menyadari bahwa mereka telah keliru
menafsirkan hari kedatangan kembali Yesus. Dan, mereka menyebut hari
yang diharapkan Yesus akan datang sebagai “Hari Kekecewaan”.
Penafsiran Miller kemudian direvisi dengan pendapat yang menjelaskan
bahwa pada hari itu Yesus memasuki ruang maha suci di Bait Suci surgawi
dan memulai penghakiman dunia ini. Di bait suci/kaabah surgawi itu Yesus
Kristus memulai pekerjaan penghakimannya demi keselamatan manusia
sebab “Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang
oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi
Pengantara mereka.” (Ibrani 7:25). Orang-orang Advent percaya bahwa
Yesus akan segera datang, tetapi tidak seorangpun tahu kapan harinya.
Sekitar 20 tahun pengikut-pengikut Miller tersebar di Amerika Serikat
tanpa terorganisir. Pengikut-pengikut Gerakan Miller ini antara lain:
James White, Ellen GWhite, dan Joseph Bates. Pada 23 Mei 1863 sebagian
pengikut Gerakan Miller secara resmi membentuk organisasi gereja yang
103
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
bernama General Conference of Seventh-day Adventists di Battle Creek, Michigan
dengan anggota sebanyak 3.500orang. Dengan penginjilan secara intensif
Gereja Advent berkembang hingga keseluruh dunia. Tahun 1903 kantor
pusat denominasi ini pindah ke Tacoma Park,Maryland. Dan pada tahun
1989 hingga sekarang, kantor pusat Gereja Advent berada di 12501 Old
Columbia Pike, Silver Spring, MD 20904, AS. Sedangkan, pada 1901 Gereja
Advent pertama kali masuk ke Indonesia di Padang, Sumatera Barat.
a. Ajaran Teologi/Doktrin
Bertahun-tahun lamanya Gereja Advent enggan merumuskan dasar-
dasar kepercayaannya. Pada tahun 1872 percetakan Advent di Bettle Creek,
Michigan menerbitkan sebuah “sinopsis kepercayaan kita” dalam 25 dalil.
Setelah melalui proses revisi menjadi 28 bagian dan dimuat dalam Buku
Tahunan Gereja 1889. Tahun 1980 diadakan rapat umum Gereja Advent
sedunia untuk membahas dan memperluas dasar-dasar kepercayaan gereja
walaupun dalam 27 paragraf. Dasar-dasar kepercayaan ini disempurnakan
lagi pada tahun 2005 dengan menambahkan satu paragraf .
Bagi Gereja Advent dasar kepercayaan bukanlah untuk digunakan sebagai
pernyataan keyakinan dalam perangkat kepercayaan konkret secara teologis.
Pengajaran satu-satunya yang dianut orang Advent ialah: “Alkitab, dan hanya
Alkitab saja.” Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh menerima Alkitab sebagai
satu-satunya kepercayaan dan memegang dasar tertentu sebagai ajaran Kitab
Suci. Kepercayaan dasar seperti yang diuraikan di sini, merupakan pengertian
dan pernyataan gereja tentang ajaran Kitab Suci. Perubahan atas pernyataan-
pernyataan ini dapat dibuat dalam Rapat Umum General Conference ketika
gereja dipimpin oleh Roh Suci pada pengertian kebenaran Alkitab yang lebih
lengkap atau menemukan bahasa yang lebih baik dalam menyatakan ajaran-
ajaran firman Allah yang suci.
104
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Ajaran-ajaran Gereja Advent yang menonjol antara lain:
HHukuukmumTuThuahnaAnllAahlla(dhas(daraskaerpekrecpayearacnay1a9a)n–19h)uk–uhmukAullmahAdlilwahujuddiwkaunjuddaklaamn
SepudlualhamHukSuempudluanh dHigaumkbuamrkandadnaladmigkaemhibdaurpkaannKdrisatluasmmekneghikidatuspeamnuaKbrainstgusas
di semgaelanzgaimkaatns.emua bangsa di segala zaman.
H ariHSarbiaSta(bdaatsa(draksaerpekrecpaeyrcaaynaa2n0)20–) P–emPeemlihelaihraraananhahrairiSSababaatt,,yyaakknni hhari
ketukjuehtudjualhamdasleapmekasnepaedkaalanh addaarilamhadtaahrairimteartbaehnaarmi tehrinbgegnaamterbheinagmgakteemrbealni,aimni
perakyaeamnbtianldi,akinainppeernacyipaatanantidnadnapkeanepbuesnacnipAtlalahn. dan penebusan Allah.
K edaKteadnagtangaKnrisKturistuysanyganKgeKduedauaKaKlial(ida(dsasrarkekpeeprecrcaayyaaaann 2255-28) –
kedaktaendgaatnanJguarun JSuerlaumSaetlaamkaant asekcaanrasencyaarta,npyraibta,dpi,rtiebralidhia,t,tedralinhamt,ednacnakmupenscelaukruhp
dunisae.lPuarduahsadautnitiua.orPaandgabesnaart yiatungodriabnagngbkietknaanr dyaanngoradnibgabnegnkaritkyanng dhaidnuporaaknang
dimubleiankarnydaangdihanidgukpatauknatunkdbiemrtuelmiaukaTnuhdaann. diangkat untuk bertemu Tuhan.
S ifatSAiflaatmAilaMmai nMuasniaus(diaas(daraskaerpkeerpcearycayaanan7,72, 62)6–) –TiTaipaporoarnanggmmeerruuppaakan
satuskaetsuatkueasnatubaunht,upbikuihra,npdikainrarnohdaanni yraonhgatnaikydaanpgattatekrpdisaaphaktantedrpanisabhekrgaanntduanng
sepebneurhgnaynatkuenpgadaseAplleanhu. KhnemyaatikanepmaedraupAaklalanhk.eaKdaeamn atitdiaknsamdaerruunptuakasenmkueaaodranagn.
t idakPseardtearntuanntguaknsBemesuaar o(draasnarg.kepercayaan 8) – seluruh umat manusia sedang
terlibPaet rdtaelanmtasnugataunpeBrteenstanrg(adnabseasrarkaenptaerracKayraisatnus 8d)an–Sestaenlu. rPuehrtenutmanagtanminaintuelsaiha
dimusleadi adni gSutregralipbadtadwalaakmtu sueoartaungpemrtaeknhtluankgcaipntabanesyaarnagnttealarha dKibreisrtiuksuadsanmSeemtailnih.
dalamPekreteangtaknuhgan dinriitetlaehlamh ednijamdui Slaeitand.i Surga pada waktu seorang makhluk
sucicms eipjeatntaijaBaynadaniigtySadSeniutdagcinrii.ktSeaulnarhoglaedh(idTbaeusrhairankk.euDpaesiradcaalymaamnemn2y4ial)iKh–ridAstadulasammbaeiltkaeysauannciigddkeiumShuiaorngraa,ndgyirapiiteutrecblaaayhiat
untuBkamiteSmupceiroSleuhrgpaen(dgoasrbaarnkaenpeprecnaeybaunsa2n4-N) –yaAydaangbateitlashucdiipdeirsSeumrgba,hykanitusebkaailti
untuskusceilasmejantiyayadni gkadyuidsiarliikba. n oleh Tuhan. Di dalamnya Kristus melayani demi
memto erulaalanhigPdpeipepnleeagrrycasaaednymiaalnabnuaphnPektunaekgnmasnemetrkaeiakrmalsinpau-eanNrntoyul(aekdhassesepaljaaremknkgaeknopeyrnebaraacidknaiyaakannaa-nyNpuye2san4a.e)lbiPb–ua.sdYaaens-1uN8s4yK4a ryyisaatinutugs
akhiPrednagriadmilaasna Pnuebmueartiaknsa2a3n00(dhaasarir, kIeapmerecmayaasunk2i4f)a–seYkeesduusaKdriasrtiups emlaeymanualani
penpebeluasyan-aNn ypaenygaaitnutapraenn-gNaydailasnejapkemkeenraiikksaana-nN. yAa.kPhairdape1l8a4y4anyaanituKarkishtiursdianri
105
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
masa nubuatan 2300 hari, Ia memasuki fase kedua dari pelayanan penebusan-
kakedanutNaemryktaeuanyltiuaa. ipntundyapaienpteginrattduuitlukanapsnpihyeaamnpebriniakgtsuiamaknaa.snAiuhksahinairsbpeabegleailyumamnaankneuKdsairatiassnteugbsaeinnluikamekdauknaemdkaaetlnia.anngdaani
kkhdeeausjlkaaeuhm lmmUkAamaemlmteaslWaalreAaanahalUaiatjklteahmlmmadalnYyathaau,eamandtrndast1aaeneaglji4Yalkmena.mSelalmaailuinom,sniWegmasKlaaeka(npSlkdrheuoiieakpysisklsuetaoaaupdKmru1s(aa.4mkrddpPi.esaYaaopetstueknYeassrrsgeu.cuiussksamau.PmyesaepaUt.uaneteUnmmlgrascum1hiaaasm3ntaya)dautiy–tinampayeninPaaladannga1nhidggl3asagd)smiiiszniil–sapabiaumaaPninidnnnaatgiigundliagkkaaamaiakklkzmnbaahuannaoinemrnmltmwemguaheknkeaelaknitnhnamitgggkuauaurehokammmmielrehujueaahwumlmhliakahaikktkutkaiaaagtmrannnuaat
mWKteruehsmdiet BtmaKubeebdse.uraeeasrrtmBrlbaeauiKjbdeahbunhgruaaegbiialtkbrraaaiaiuajhuughmrNnrtguaiaukbieainunalaumitimbs,aruraNuupablenninneaismunmu,raitaybbjbpneb(auiuendlmniaranaayujstmsbegatbalbiayaenr(munaasrdgankhu,eabategpwprsnapauayeha,derkpatpwiruaAnwakcenankgatelukujyaApujiandnuketklajakdieruwnkbbcikdtkeaueaaa1abynbndjn8duaeaa)aaanddrnpdlna–kaaaenparlahral1Saebnamnr8ashayblt)iaadayaksphn–antiaakaeglndnasnalSagaamndayktbraulabekeasrnpeperheksawpraemaenwdaslermaadunuaeyEtaanunaauglnaainglaeaengkejaarnargRaenjraerjdaorGjaduaaEnah.a.nn.n.TlnTi.lKWaeuutntulleRehiidssrrioGaatuuuenhnsss..
b. Praktik Keagamaan
Di dalam Gereja Advent diajarkan bahwa dalam setiap lingkungan masyarakat
dimana mereka tinggal, anggota-anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh,
harus dikenal sebagai warga yang baik dalam integritas Kekristenannya dan
dalam mengusahakan kesejahteraan semua orang. Gereja Advent berbakti pada
hari Sabat yaitu hari Sabtu. Mereka biasanya berkumpul dalam satu lingkaran
keluarga di hari Jumat pada waktu senja dan menyambut hari Sabat dengan
doa dan pernyataan syukur. Pada Hari Sabat selalu diadakan kebaktian di
rumah/gereja atau mengunjungi orang sakit. Untuk urusan duniawi yang biasa
dilakukan pada hari lain, tidak diperkenakan untuk dilakukan pada Hari Sabat.
Selain itu, mereka juga dilarang melakukan hal-hal yang dianggap merusak
tubuh seperti merajah tubuh (tato) dan melubangin daun telinga atau cuping
hidung untuk dipasangi anting-anting.Semua ini didasarkan pada ucapan
106
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Rasul Paulus: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah,
dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Korintus6:19).
c. Makanan dan Kesehatan
Sejak dekade 1860-an dimulai bahwa kesehatan menjadi salah satu
yang ditekankan dari Gereja Advent. Orang Advent dikenal oleh sebab
“pesan kesehatan” yang menganjurkan vegetarianisme dan kepatuhan
terhadap hukum halal-haram dalam Imamat 11. Pesan kesehatan ini adalah
berpantang dari daging babi, kerang, dan makanan lain yang digolongkan
sebagai “makanan haram”. Gereja mencegah anggotanya dari penggunaan
alkohol, tembakau atau obat-obatan terlarang. Selain itu, orang-orang
Advent menghindari konsumsi kopi dan minuman yang mengandung
kafeina. Perintis Gereja Advent mendorong dan menjadipemrakarsa
sarapan sereal, dan “konsep komersial modern makanan sereal “ berasal dari
kalangan orang Advent.
Penelitian yang didanai oleh US National Institutes of Health menunjukkan
bahwarata-rata umur Advent di California 4-10 tahun lebih lama daripada
rata-rata penduduk setempat. Dalam penelitian tersebut seperti dikutip
pada National Geographic edisi November 2005,menegaskan bahwa orang
Advent hidup lebih lama karena mereka tidak merokok, tidak minum
alkohol, menerapkan gaya hidup yang sehat, dan mengonsumsi makanan
rendahlemak yang terdapat dalam kacang-kacangan dan polong-polongan.
Kekompakan jaringan sosial orang Advent juga diduga sebagai salah satu
faktor yang memperpanjang umur mereka.
Dan Buettner penulis dari National Geographic memaparkan tentang
orang-orang Advent yang umur panjang dalam bukunya, The Blue Zones:
107
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Lessons for Living Longer From the People Who’ve Lived the Longest The Blue
Zones: Lessons for Living. Ia menyatakan bahwa penekanan pada usaha
kesehatan, pemilihan makanan, dan pemeliharaan Sabat sebagai faktor
utama yang membuat orang Advent berumur panjang. Menurut survei
tahun 2002 di seluruh dunia yang dilakukan oleh gereja ini, diperkirakan
sekitar 35% dari orang Advent mempraktikkan vegetarianisme.
d. Ordonansi
Ada dua ordonasi dalam Gereja Advent yaitu: Baptisan dan Perjamuan
Kudus. Sebagaimana memperoleh warisan dari Protestan, sejak awal
Gereja Advent menolak pandangan mengenai sakramen sebagai sebuah
opus operatum, yakni suatu tindakan di dalamnya merupakan bagian
anugerah yang mendatangkan keselamatan. Baptisan dengan diselamkan
melambangkan kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus diakui
Gereja Advent sebagai syarat masuk ke dalam keanggotaan gereja.
Baptisan hanya dapat diberikan pada orang dewasa dan yang mengaku
bertobat. Sakramen Perjamuan Tuhan bagi Gereja Advent adalah untuk
memperingati kematian Tuhan. Sakramen ini didahului oleh upacara
pembasuhan kaki sebagai persiapan untuk upacara yang kudus ini.
e. Pernikahan
Gereja Advent tidak menganjurkan pernikahan antara seorang anggota
Gereja Advent dengan seorang yang bukan anggotanya serta melarang
keras para pendetanya untuk tidak melaksanakan upacara pernikahan
bagi pasangan seperti itu.”Gereja menyadari bahwa keputusan terakhir
dalam memilih pasangan hidup seseorang adalah orang itu sendiri.
Namun, gereja berharap jika seseorang memilih pasangan hidupnya
dan bukan dari anggota gereja Adven, pasangan itu harus menyadari
108
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
dan menghargai bahwa pendeta Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh
telah berjanji untuk meninggikan prinsip yang telah digariskan diatas,
tidak akan melaksanakan upacara pemberkatan tersebut. Jika ternyata
seseorang telah menikah dengan yang tidak seiman, gereja harus
menunjukkan kasih dan perhatian dengan maksud untuk mendorong
pasangan itu menuju persatüan yang lengkap dalam Kristus.”
Gereja Advent mempercayai Tuhan menciptakan dunia dalam waktu
7 hari literal. Gereja ini aktif dalam mempromosikan Hikayat Ciptaan
sebagai tantangan pada teori evolusi. Geoscience Research Institute di
Universitas Loma Linda menerbitkan jurnal setengah-tahunan Origin
yang mendukung ajaran 7 hari penciptaan dunia.
1) Struktur Organisasi
Dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh ada empat tingkat dasar
konstituante yang dimulai dari orang percaya secara perorangan hingga
pada organisasi gereja sedunia:
Gereja setempat, suatu badan orang-orang percaya yang terorganisasi
dan bersatu.
Konferens atau daerah setempat, suatu badan yang terdiri dari gereja-
gereja yang terorganisasi di suatu negara bagian, provinsi atau wilayah.
Uni Konferens atau Uni Mission, suatu badan yang terdiri dari
konferens-konferens atau daerah-daerah di dalam satu wilayah yang
lebih besar. Kantor Uni Mission di Indonesia kawasan barat terletak di
Gedung Pertemuan Advent, Jl. M.T Haryono, Blok A Kav. 4-5, Jakarta-
Selatan 12810 dan Kantor Uni Konferens di Indonesia kawasan timur
109
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
(East Indonesia Union Conference) yang terletak di Jl. Sarapung No.
31, Manado-Sulewesi Utara 95111
General Conference (Pimpinan Pusat), unit organisasi terbesar, yang
mencakup seluruh uni di seluruh dunia. Divisi adalah bagian dari
General Conference yang memiliki tugas administratif yang ditugaskan
di wilayah geografis tertentu. Pimpinan pusat Gereja Advent terdapat
di Maryland, Amerika Serikat.
2) Keanggotaan
Seseorang dapat menjadi anggota Gereja Advent setelah menerima Baptisan
pencelupan penuh. Baptisan hanya dilakukan setelah calon anggota menyelesaikan
pelajaran Alkitab dan telah menerima pengajaran tentang apa yang gereja percayai.
Pada tanggal 30 September 2013, anggota Gereja Advent yang dibaptis
berjumlah18.028.769 orang. Dalam dekade terakhir, sekitar satu juta orang
per-tahun bergabung dengan gereja Advent, melalui pembaptisan dan
pengakuan iman. Gereja Advent adalahsalah satu organisasi keagamaan yang
paling cepat berkembang di dunia terutama di negara-negara berkembang.
Menurut laporan resmi Gereja Advent, keanggotaan gereja sekitar 1 juta
orang antara tahun 1955 dan 1961, dan mencapai 5 juta orang pada 1986.
Pada awal abad ke-21 Gereja ini memiliki keanggotaan 10 juta orang yang
berkembang menjadi 14 juta orang pada tahun 2005, dan 16 juta orang
pada tahun 2009. Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa lebih dari 25
juta orang berbakti secara rutin setiap hari Sabat diGereja Advent di seluruh
dunia. Gereja Advent telah memasuki 202 dari 230 negara dan wilayah
yang diakui oleh PBB, sehingga Gereja ini mungkin adalah “denominasi
Protestan yang paling luas penyebarannya di dunia”. G. Jeffrey MacDonald,
110
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
pemenang penghargaan reporter keagamaan dan penulis Thieves in the
Temple, melaporkan bahwa Gereja Advent adalah gereja yang paling cepat
perkembangannya di Amerika Serikat. “Data yang baru dirilis menunjukkan
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh bertumbuh sebesar 2,5% di Amerika
Utara, pada saat yang sama Gereja Baptis dan denominasi gereja besar lain,
serta kelompok- kelompok gereja lainnya menurun.”
3) Pelayanan Gereja Advent
Pekerjaan misi Gereja Advent saat ini mencapai lebih dari 200 negara.
Jangkauan keluar Gereja Advent melayani orang-orang non-Kristen dan
orang Kristen dari satuan lain. Gereja Advent percaya bahwa Kristus
memanggil pengikutnya untuk satu tugas yang disampaikan ke seluruh
dunia. Kebebasan beragama adalah posisi yang disokong dan dianjurkan
oleh Gereja Advent.
4) Institusi pendidikan
Gereja Advent mengoperasikan sistem pendidikan Protestan yang
terbesar di dunia. Mereka memiliki 7.598 sekolah, akademi dan universitas;
dengan jumlah total pendaftaran lebih dari 1.545.000 orang mahasiswa
dan sekitar 80.000 orang tenaga pengajar. Program pendidikan Advent
menekankan pendidikan “mental, jasmani, sosial, dan kesehatan rohani”
dengan mendorong “pertumbuhan intelektual dan pelayanan pada umat
manusia”.Universitas Advent Indonesia di Bandung, Universitas Klabat
di Manado, dan Perguruan Tinggi Advent Surya Nusantara di Pematang
Siantar adalah institusi pendidikan tinggi yang dikelola oleh Gereja Advent.
111
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
8. Bala Keselamatan
a. Sejarah Singkat
Bala Keselamatan (Inggris: Salvation Army. Belanda: Leger des Heils) adalah salah
satu denominasi di kalangan Gereja Protestan yang terkenal dengan pelayanan
sosialnya. Mereka melaksanakan berbagai program seperti dapur umum untuk
kaum miskin, rumah tumpangan, panti asuhan, rumah sakit, proyek-proyek
pembangunan masyarakat, dll. Sehari-hari mereka mengenakan pakaian seragam
dengan pangkat-pangkat kemiliteran dari prajurit sampai jenderal.
Pimpinan tertinggi Bala Keselamatan se-dunia berpangkat jenderal dan
berkedudukan di London, Inggris. Kedudukan ini sekarang dijabat oleh
Jenderal André Cox, seorang berkebangsaan Inggris. Aliran Bala Keselamatan
dimulai oleh William Booth, seorang pendeta Gereja Metodis. Booth dilahirkan
di Nottingham, Inggris pada 1829 dalam sebuah keluarga kontraktor bangunan
kecil yang jatuh bangkrut. Karena itulah sejak kecil ia terpaksa harus ikut
menopang keuangan keluarganya. Pada usia 13 tahun William dikirim untuk
magang di sebuah pegadaian. Setelah magangnya selesai, Booth pindah ke
London. Di sana ia kembali bekerja di sebuah rumah gadai. Ia bergabung
dengan sebuah Gereja Metodis dan akhirnya memutuskan untuk menjadi
pendeta.
William Booth menikah dengan Catherine Mumford yang lahir di
Ashbourne, Derby pada 17 Januari 1829. Keduanya menikah pada 16 Juni
1855 dengan upacara yang sangat sederhana. Setelah menikah William Booth
menjadi seorang pengkotbah keliling yang berkelana di seluruh Inggris sambil
berkhotbah kepada siapa saja yang mau mendengarkannya. Namun, Booth
merasa ia harus melakukan lebih daripada itu. Booth akhirnya kembali ke
London bersama keluarganya, dan melepaskan jabatannya sebagai seorang
pendeta Methodis dan memutuskan menjadi pengkhotbah keliling.
112
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Pada suatu hari pada tahun 1865, Booth berada di East End di London,
berkhotbah kepada sekumpulan orang di jalan-jalan. Di luar
sebuah pub yang bernama Blind Beggar, beberapa misionaris mendengarkan
Booth berbicara dan tertarik oleh khotbahnya yang sangat mengesankan.
Karena itu, mereka meminta Boothuntuk memimpin serangkaian kebaktian
kebangunan rohani yang sedang mereka selenggarakan di sebuah tenda besar.
Booth segera sadar bahwa inilah yang selama inidicari-carinya. Karena itu, ia
pun segera mendirikan gerakannya sendiri yang dinamainya“Misi Kristen.”
Berbagai pertemuan di malam hari diselenggarakan di sebuah gudang
tua. Namun, seringkali dilempari batu dan petasan lewat jendela oleh para
pengacau. Pelan-pelan Booth berhasil mendirikan pos-pos pekabaran Injil
namun hasil pekerjaannya tetap belum memuaskan. “Misi Kristen” hanyalah
satu di antara 500organisasi amal dan keagamaan yang berusaha menolong
orang-orang miskin di East End. Dan pada 1878 setelah nama Misi Kristen
diganti menjadi Bala Keselamatan, organisasi ini pun mulai berkembang.
Catherine mulai membantu pelayanan gereja di Brighouse. Ia mulai
dengan mengajar di sekolah Minggu karena pada waktu itu perempuan
tidak diizinkan berbicara di pertemuan-pertemuan orang dewasa. Catherine
mempunyai minat khusus untuk berbicara kepada para pecandu alkohol.
Di rumah, Catherine membesarkan 8 orang anaknya di dalam iman Kristen,
hingga dua orang di antaranya mencapai kedudukan sebagai Jenderal di
dalam Bala Keselamatan.
Ketika Booth mulai berkhotbah keliling kepada orang-orang miskin,
Catherine berbicara kepada orang-orang kaya untuk mengimbau mereka
mendukung secara finansial pelayanan yang mereka lakukan. Ketika Booth
menjadi Jenderal, Catherine dikenal sebagai “Ibu Pasukan.” Ia menjadi
tenaga pendorong utama yang menimbulkan banyak perubahan dalam
113
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
gerakan ini seperti merancang bendera, topi untuk kaum perempuan dan
berbagai pemikiran untuk Bala Keselamatan.
Gagasan tentang pasukan yang berjuang melawan dosa sangat menarik
perhatian banyak orang dan Bala Keselamatan mulai berkembang dengan
cepat. Khotbah-khotbah Booth yang berapi-api dan sederhana rupanya
mengundang banyak orang untuk meninggalkan masa lalunya dan memulai
hidup baru sebagai anggota pasukan dalam Bala Keselamatan. Semangat
ketentaraan inilah yang menjiwai gerakan Bala Keselamatan dengan cepat
menyebar ke luar negeri. Pada saat Booth meninggal pada tahun 1912,
organisasi tersebut telah bekerja di 58 negara. Sekarang Bala Keselamatan
bekerja di 126 negara di seluruh dunia.
b. Ajaran Teologi atau Doktrin
Teologi Bala Keselamatan didasarkan pada dua pokok pemikiran: (1) bahwa
pertobatan adalah sesuatu yang mutlak dalam kehidupan orang Kristen.
Bahwa setiap orang dilahirkan dalam kuasa dosa warisan dan kelepasan
hanya bisa diperoleh dengan menerima anugerah Kristus pada salib, (2)
setelah pertobatan orang cenderung tetap berdosa, tetapi Allah menawarkan
kesempurnaan di dalam anugerah-Nya. Melalui anugerah tersebut, kasih
Allah bagi manusia dan kasih manusia terhadap Allah membersihkan sisa-
sisa keakuan dan kesombongannya.
Teologi revivalis (kebangunan rohani) yang berkembang di Amerika Serikat
sangat memengaruhi William Booth dan Catherine. Itulah sebabnya, sejak
awal mereka telah merencanakan untuk mengembangkan sayap organisasinya
ke Amerika Serikat. Dengan keyakinan bahwa cara khotbahnya akan lebih
diterima disana daripada di Inggris yang cenderung menolak bentuk-bentuk
Kekristenan yang berbeda. Bala Keselamatan berupaya menciptakan suasana
Kristen yang tidak terlalu “menggereja” sebab sadar bahwa suasana seperti
114
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
itu akan sulit membuat orang-orang yang tidak terbiasa ke gereja merasa
betah.
Gereja adalah untuk orang-orang kelas menengah yang formal dan sok,
sementara misi Bala Keselamatan ditujukan kepada kaum buruh dengan
masalah masalah mereka yang riil sehari-hari. Semangat untuk tidak
“menggereja” ini telah menyebabkan Bala Keselamatan tidak mempraktikkan
sakramen seperti baptisan dan perjamuan kudus. Mereka berpendapat,
baptisan cukup dilambangkan dengan janji yang sungguh-sungguh di
hadapan Tuhan. Sementara perjamuan kudus tidak diselenggarakan karena
khawatir jika hal itu akan menimbulkan keinginan untuk minum-minum di
antara mereka yang telah meninggalkan alkohol.
Teologi Bala Keselamatan didasarkan pada teologi para reformator
dengan modifikasi di sana-sini. Misalnya: Booth menyatakan “Kami percaya
akan keselamatan yang dipahami dalam gaya lama (old-fashioned salvation).
Pemahaman kami tentang keselamatan sama dengan apa yang diajarkan
di dalam Alkitab dan diberitakan oleh Luther, Wesley, dan Whitefield.”
Salah seorang tokoh Bala Keselamatan bernama Taiz mengajarkan tentang
teologi kesucian seperti yang dikembangkan oleh Wesley. Ia menyatakan
bahwa Booth percaya bahwa Allah dapat membebaskan semua orang dari
berbagai pengaruh dosa dan bentuk yang negatif. Maka pada akhir abad ke-
19, Bala Keselamatan menekankan “pengalaman pengudusan pribadi yang
mendalam, diisi oleh kuasa roh dan pengabdian kepada pelayanan Kristen
Roh Kudus akan dicurahkandan Injil disebarkan di seluruh dunia. Kristus
akan kembali pada abad millenium ini dan akan mengakhiri sejarah.”
Teologi Whitfield yang diterima oleh Bala Keselamatan
adalah ajaran predestinasi Calvin. Menurut ajaran ini, Allah itu Maha kuasa
dan karenanya Ia pasti telah menetapkan sejak kekekalan, bahwa sebagian
115
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
orang – yakni mereka yang terpilih – akan diselamatkan sementara lainnya
yang tidak terpilih, akan dihukum.Oleh karena itu, Kristus mati untuk orang-
orang pilihan saja dan bukan untuk semua orang, sehingga anugerah Allah
tidak bisa ditolak. Dan, orang percaya sekali ia bertobat,tidak akan pernah
jatuh dari anugerah Allah. Pemikiran ini sangat bertentangan dengan ajaran
John Wesley yang menekankan kehendak bebas. Hingga pada abad ke-18
John Wesley pernah berkata kepada Whitefield,”Allahmu adalah iblisku,”.
Di luar prinsip-prinsip teologi yang abstrak, pribadi Catherine yang sabar,
murah hati, peka dan organisator yang efisien dalam mengatur uang dan
orang lain menjadi unsur yang penting dalam organisasi Bala Keselamatan.
Dengan menggabungkan latar belakang Metodis William Booth dengan
ajaran Calvin, maka para tokoh Bala Keselamatan merumuskan 11 butir
doktrin sebagai berikut :
1. Kami percaya bahwa Kitab Suci yang terdiri atas Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru diberikan oleh ilham Allah dan bahwa hanya kedua kitab
itu sajalah yang menjadi dasar aturan Ilahi bagi iman dan praktik kristiani.
2. Kami percaya bahwa hanya ada satu Allah yang sempurna dan tidak terbatas
di dalam kesempurnaanya, Sang Pencipta, Pemelihara, dan Pemerintah
dari segala sesuatu dan hanya Dialah satu-satunya yang layak disembah.
3. Kami percaya bahwa Allah dikenal dalam tiga pribadi – Bapa, Anak dan
Roh Kudus yang hakikatnya tidak terpisah-pisahkan dan setara di dalam
kuasa dan kemulian-Nya.
4. Kami percaya bahwa di dalam pribadi Yesus Kristus, hakikat ilahi dan
manusiawi dipersatukan sehingga Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati.
5. Kami percaya bahwa leluhur kita yang pertama diciptakan dalam keadaan
tanpa dosa, tetapi karena ketidaktaatannya mereka kehilangan kemurniaan
dan kebahagiaan dan sebagai akibat dari kejatuhan mereka, semua orang
116
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
telah menjadi berdosa, sama sekali kehilangan kemuliaan-Nya dan
karenanya sama-sama terkena murka Allah.
6. Kami percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus, melalui kematian-Nya telah
melakukan penebusan bagi seluruh dunia sehingga barangsiapa yang
percaya kepada-Nya akan diselamatkan.
7. Kami percaya bahwa pertobatan kepada Allah, iman kepada Tuhan kita
Yesus Kristus, dan kelahiran kembali melalui Roh Kudus adalah perlu bagi
keselamatan.
8. Kami percaya bahwa kita dibenarkan oleh anugerah melalui iman kepada
Tuhan kita Yesus Kristus dan bahwa ia yang percaya kepadanya mempunyai
saksi di dalam diri-Nya.
9. Kami percaya bahwa kelanjutan keadaan keselamatan tergantung kepada
iman yang terus-menerus taan kepada Kristus.
10. Kami percaya bahwa adalah hak semua orang percaya untuk sepenuhnya
dikuduskan dan bahwa seluruh roh, jiwa, dan tubuh mereka dapat
dipertahankan tidak bercacat hingga kedatangan kembali Tuhan kita Yesus
Kristus.
11. Kami percaya akan keabadian jiwa, kebangkitan tubuh, penghakiman
umum padaakhir zaman, kebahagiaan kekal dari orang-orang yang benar,
dan penghukuman kekal dari orang-orang yang jahat.
117
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
c. Perkembangan Bala Keselamatan di Indonesia
Pelayanan Bala Keselamatan di Indonesia telah berlangsung sejak
datangnya dua orang rohaniwan berkebangsaan Belanda pada 20 November
1894. Setibanya di Batavia kemudian mulai melayani di Purwurejo, Jawa
Tengah. Kini pelayanannya telah mencakup lebih kurang 15 provinsi di
seluruh Indonesia. Sejumlah program yang dilakukan oleh Bala Keselamatan
di Indonesia adalah RSU “William Booth” di Surabaya, RSU “William
Booth” di Semarang, RS Ibu dan Anak “Catherine Booth” di Makassar,
sejumlah sekolah di Jakarta, Bandung, Jombang, Kulawi (Sulawesi Tengah),
Semarang, Kec. Long Iram, Kalimantan Timur. Pimpinan Bala Keselamatan
di Indonesia disebut Komandan Teritorial yang berkedudukan di Bandung.
9. Aliran Saksi Yuhuwa
Saksi-Saksi Yehuwa adalah suatu denominasi Kristen, restorasionis
dengan kepercayaan nontrinitarian yang terpisah dari Kekristenan arus
utama. Sebelum berganti nama menjadi Saksi-Saksi Yehuwa, dahulu dikenal
dengan Siswa-Siswa Alkitab sampai pada tahun 1931. Agama ini diorganisasi
secara Internasional, lebih dikenal di dunia Barat sebagai Jehovah’s Witnesses
atau Jehovas Zeugen, yang mencoba mewujudkan pemulihan dari gerakan
Kekristenan abad pertama yang dilakukan oleh para pengikut Yesus Kristus.
Saksi-Saksi Yehuwa sendiri bukanlah suatu sekte, mereka tidak pernah
memisahkan diri dari gereja atau kelompok besar manapun. Wewenang
tertinggi kehidupan mereka berdasarkan hukum-hukum dan prinsip-
prinsip dari Kitab Suci atau Alkitab. Mereka menolak doktrin Tritunggal
karena mempercayai bahwa konsep itu tidak berdasarkan Alkitab.
118
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
a. Organisasi
Kantor Pusat mereka berada di Warwick, Amerika Serikat. Mereka memiliki
tiga dari tujuh Badan Hukum di Amerika Serikat untuk mempermudah
pekerjaan mencetak dan mendistribusikan lektur-lektur mereka, yaitu Watch
Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania (berdiri pada tahun 1884), Watchtower
Bible and Tract Society of New York, Inc. (tahun 1956), dan International
Bible Students Association (tahun 1914). Semua pengaturan diarahkan oleh
kelompok penatua yang dikenal dengan nama BadanPimpinan Saksi-Saksi
Yehuwa. Selain itu juga memiliki puluhan Badan Hukum yang membantu
dalam melakukan pekerjaan penginjilan, pencetakan buku-buku, pengiriman
buku-buku ke negeri-ngeri yang membutuhkan, membela hak secarahukum
untuk dapat beribadat secara bebas, dan menjaga hubungan baik dengan
pemerintah di mana mereka tinggal.
1) Persatuan
Saksi-Saksi Yehuwa dipersatukan di seluruh dunia oleh Majalah Menara
Pengawal (Menara Pengawal memberitakan Kerajaan Yehuwa, atau The
Watchtower Announcing Jehovah’s Kingdom, bahasa Inggris). Majalah Menara
Pengawal dibahas serentak di seluruh dunia pada setiap akhir pekan (Sabtu
atau Minggu) di Balai KerajaanSaksi-Saksi Yehuwa pada sesi kedua Pelajaran
Menara Pengawal. Biasanya setelah sesi KhotbahUmum atau ceramah umum
yang membahas berbagai topik berdasarkan Alkitab. Majalah sejenis Menara
Pengawal adalah Sadarlah! (Awake! Bahasa Inggris). Majalah tersebut berisi
pengetahuan umum dan menganjurkan kewaspadaan akan hal rohani atau pun
kemajuan dunia ilmu pengetahuan dan medis.
Selain, mendegarkan Perhimpunan Umum atau Kotbah Umum dan pelajaran
Menara Pengawal pada Hari Sabtu dan Minggu di Balai Kerajaan Saksi-Saksi Yehuwa.
Sedangkan pada Hari Senin sampai Jumat diadakan pembahasan Alkitab Sidang
119
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
dan Sekolah Pelayanan Teokratis dengan menggunakan panduan Memperoleh
Manfaat dari Sekolah Pelayanan Teokratis, dan Perhimpunan Dinas yang
membahas surat Pelayanan Kerajaan Kita yangditujukan kepada semua Saksi-
Saksi Yehuwa. Jadwal pertemuan-pertemuan ini mungkinberbeda di daerah
lain.
Saksi-Saksi Yehuwa dikenal di seluruh dunia sebagai kelompok yang
datang dari rumah ke rumah untuk mengabarkan berita Kerajaan Yehuwa
dan selalu menggunakan Alkitab terjemahan Kitab Suci Terjemahan Dunia
Baru sebagai pedoman tertinggi mereka. Jumlah penyiar Saksi-saksi Yehuwa
di seluruh dunia lebih dari 8,683,117penyiar dan berada di 119.485 sidang
yang tersebar di 240 negara di dunia per 1 September 2019.35
2) Pemecatan Dalam Sidang Jemaat
Pemecatan anggota sidang Saksi-Saksi Yehuwa didasarkan atas perbuatan
pencemaran diri (merokok, menggunakan narkoba), percabulan atau
amoralitas seksual (seperti berzinah, melakukan seks pranikah, inses, seks
oral, seks anal, dan lainnya yang digolongkan ke dalam bentuk percabulan)
untuk memelihara kebersihan di dalam sidangjemaat itu sendiri. Tetapi bagi
yang kembali ke jalan-jalan Yehuwa dan bertobat dengan sungguh-sungguh
dapat kembali ke Sidang Kristen.
b. Ajaran Teologi atau Doktrin
Saksi-Saksi Yehuwa berbeda dengan kelompok agama lain yang disebut
Kristen.Misalnya, mereka memercayai ajaran Alkitab bahwa Yehuwa adalah
satu satunya Allah,Yesus adalah Putra Allah, bukan bagian dari Tritunggal
(Markus 12:29). Saksi-Saksi Yehuwa tidak memercayai jiwa yang tak
berkematian. Setelah seseorang mati ia tidak tahu apa-apa dan menunggu
kebangkitan, jika ada dalam ingatan Allah Yehuwa.
120
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Tidak ada dasar dalam Alkitab bahwa Allah menyiksa orang selama-
lamanya di neraka, sifat utama Allah adalah kasih. Mereka juga tidak percaya
bahwa orang yang memimpin kegiatan agama harus diberi gelar-gelar
yang meninggikan mereka di atas orang lain. Pengkhotbah 9:5; Yehezkiel
18:4; Matius 23:8-10. Sejumlah pakar telah mengkritik Terjemahan Dunia
Baru, terjemahan Alkitab yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa dan
menyatakan bahwa kelompok ini telah mengubah Alkitab untuk dicocokkan
dengan doktrin mereka dan terjemahan tersebut mengandung sejumlah
kesalahan dan ketidakakuratan.
Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru berisi ungkapan Lord Jesus sebagai
Tuan Yesus sebagai Tuhan Yesus sebagaimana dilakukan oleh Alkitab
Terjemahan Baru dari Lembaga Alkitab Indonesia. Kitab Suci Terjemahan
Dunia Baru didasarkan pada riset terkini dan manuskrip-manuskrip kuno
yang dianggap paling akurat. Sebaliknya, mereka menganggap bahwa Alkitab
King James Version edisi tahun 1611 didasarkan pada manuskrip-manuskrip
yang sering kali kurang akurat dan tidak setua manuskrip yang digunakan
untuk menghasilkan Terjemahan Dunia Baru. Akan tetapi, Saksi-Saksi
Yehuwa tidak keberatan jika orang-orang yang belajar dengan mereka, lebih
suka menggunakan terjemahan Alkitab lainnya.
121
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
BAB 2
BIMBINGAN
MASYARAKAT KRISTEN
1. Gambaran Bimas Kristen
Bimbingan masyarakat (Bimas) Kristen yang merupakan bagian dari unit
kerja Kementerian Agama Tingkat Provinsi secara vertikal merupakan
perpanjangan tangan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
(Didjen Bimans). Ditjen Bimas Kristen dipimpinan oleh Direktur Jenderal
Bimas Kristen yang bertanggung jawab kepada Menteri Agama.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 42 Tahun 2016
Pasal 497 Dirjen Bimas Kristen mempunyai tugas dan fungsi antara lain:
(a) merumuskan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama
dan keagamaan Kristen; (b). melaksanakan kebijakan di bidang urusan
agama dan pendidikan agama dan keagamaan Kristen; (c). melaksanakan
pembinaan penyelenggaraan urusan agama dan pendidikan agama dan
keagamaan Kristen; (d). memberi bimbingan teknis dan supervisi di
bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Kristen;
(e).melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang urusan
agama dan pendidikan agama dan keagamaan Kristen; (f). melaksanakan
administrasi direktorat jenderal; dan g. melaksanakan fungsi lain yang
diberikan oleh Menteri.
122
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Keberadaan Dirjen Bimas Kristen di Lingkungan Kementerian Agama
memiliki sejarah yang panjang. Dimulai dengan berdirinya Kementerian
Agama dalam jajaran pemerintahan Republik Indonesia. Ini juga
merupakan penegasan bahwa Negara Republik Indonesia tidak menjadi
negara sekuler dan bukan juga negara teokratis. Tugas-tugas yang
berhubungan dengan keagamaan yang sebelumnya diurus oleh beberapa
Kementerian, kini ditangani oleh Kementerian Agama RI berdasarkan
Penetapan Pemerintahan No. 5 S.D tanggal 25 Maret 1946.
Kementerian Agama pada awalnya belum memiliki peraturan tentang
sistem organisasi dan tata kerja. Baru tanggal 25 Maret 1946 dengan
Peraturan Menteri Agama No. 55/A Tahun 1946 dijumpai 10 (sepuluh)
unit organisasi pusat Kementerian Agama, yakni: (1) Bagian Umum;
(2) Bagian Mahkamah; (3) Bagian Masjid, Wakaf dan Kaum; (4) Bagian
Gerakan Agama; (5) Bagian Pendidikan; (6) Bagian Kebudayaan dan
Penerbitan; (7) Bagian Urusan Agama Daerah; (8) Bagian Perpustakaan;
(9) Bagian Urusan Haji; dan (10) Bagian Kristen.
Sejak berdirinya Kementerian Agama, bagian Kristen telah ada untuk
menangani berbagai urusan yang berhubungan dengan umat Kristen dan
gereja-gereja di Indonesia. Di tahun yang sama pada 2 Oktober 1946 terjadi
pergantian Menteri Agama. Bersamaan dengan itu terjadi pula perubahan
dalam struktur organisasi Kementerian Agama berdasarkan Keputusan
Menteri Agama No. 1185/KJ tanggal 20 November 1946 jo Peraturan
Pemerintah No. 33 Tahun 1949, yang terdiri dari 10 (sepuluh) unit
organisasi. Pada Susunan Organisasi ini Bagian Kristen berubah menjadi
Bagian A-II yang melakukan tugas Urusan Agama Kristen Protestan.
123
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Perkembangan selanjutnya Bagian Kristen beberapa kali mengalami
perubahan dan perkembangan yang diindikasikan dengan perubahan
nomenklatur sebagaimana dijabarkan berikut:
1. Bagian Kristen berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 55/A Tanggal
25 Maret 1964 ;
2. Bagian Masehi Kristen dengan Keputusan Menteri Agama No. 1185/K.J.
Tanggal 20 November 1946 ;
3. E-I Bagian Masehi Kristen dengan Peraturan Pemerintah No. 33/1549
Tanggal 24 Desember 1949 tentang Lapangan Pekerjaan Kementerian
Agama ;
4. Bagian D-1 Bagian Masehi Protestan berdasarkan Pengumuman
Kementerian Agama RI No.D/ 3173 Tanggal 29 September 1950 tentang
Susunan/Formasi Kementerian Agama RI ;
5. Bagian F Bagian Kristen berdasarkan Peraturan Menteri Agama
No.9/1952 dan No. 10/1952 ;
6. Urusan Agama Kristen dengan Peraturan Magri No. 2/1958 tanggal 5
September 1958 dan No. 3/1958;
7. Direktorat Urusan Agama Kristen berdasarkan Peraturan No. 47 Tahun
1963;
8. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Beragama Protestan
berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.170 Tahun
1966, Tanggal 1 Agustus 1966 dan menjadi Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Beragama Kristen dengan Keputusan Menteri Agama No.
56 Tahun 1967 dan No. 91 Tahun 1967; kemudian menjadi Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Protestan, dengan Keputusan Presiden
No.183/1968 jo No. 39/1969 dan dijabarkan dalam Keputusan Menteri
Agama No. 114 Tahun 1969;
124
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
9. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Protestan, berdasarkan
Keputusan Presiden No.44 dan No.45 Tahun 1974 yang dijabarkan
dalam Keputusan Menteri Agama ;
10. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan dengan
Keputusan Menteri Agama No. 18 Tahun 1975 ;
11. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen dengan Keputusan
Menteri Agama No. 1 Tahun 2001 ;
12. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen dengan Peraturan
Menteri Agama RI No. 3 Tahun 2006
13. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen dengan Peraturan
Menteri Agama RI No. 10 Tahun 2010.
Pada Keputusan Menteri Agama No. 1 Tahun 2001 ini terjadi perubahan
nomenklatur dan struktur organisasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Kristen. Perubahan nomenklatur yang sebelumnya “Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat (Kristen) Protestan” menjadi “Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Kristen”. Perubahan yang terjadi dalam struktur organisasi mengalami
perkembangan yang cukup memadai untuk meningkatkan optimalisasi pelayanan
kepada masyarakat.
Dalam Keputusan Menteri Agama No. 1 Tahun 2001 perubahan yang terjadi
pada Direktorat Urusan Agama yaitu terhapusnya: (1) Subdit Penyusunan Rencana
dan Program Kerja; (2) Subdit Tata Usaha Ditura; dan (3) Subdit Bina Sarana.
Tetapi dalam Keputusan Menteri Agama No. 1 Tahun 2001 Ditjen Bimas Kristen
juga mengalami penambahan Subdit yaitu: (1) Subdit Pembinaan dan Pelayanan
Keesaan Gereja; (2) Subdit Penyuluhan dan Tenaga Tehnis Keagamaan; (3) Subdit
Lembaga Keagamaan Kristen; dan (4) Subdit Pendidikan Agama Kristen.
Dengan terbitnya Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 2006, terjadi
lagi perubahan dalam nomenklatur struktur organisasi Direktorat Jenderal
125
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Bimbingan Masyarakat Kristen. Perubahan ini lebih membawa angin
segar dalam pelayanan kepada umat Kristen di Indonesia, sebab dalam
nomenklatur yang baru ini, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Kristen telah memiliki 3 (tiga) unit eselon II yakni: (1) Sekretariat Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen; (2) Direktorat Urusan Agama; dan
(3)Direktorat Pendidikan Agama Kristen.
Pada tahun 2009 terbit Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara dan PMA No. 1 Tahun
2010 tentang Perubahan Penyebutan dari Departemen Agama menjadi
Kementerian Agama serta PMA No. 10 Tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Agama yang menjadi motor perubahan
nomenklatur terhadap Struktur Organisasi Ditjen Bimas Kristen. Dalam
struktur organisasi yang baru, tetap Ditjen Bimas Kristen memiliki 3 (tiga)
unit eselon II, namun berubah nomenklaturnya sebagai berikut: (1) Sekretariat
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen; (2) Direktorat Urusan
Agama Kristen; dan (3) Direktorat Pendidikan Kristen.
2. Tugas Dirjen Bimas Kristen
Berdasarkan Rencana Strategis Kerja Ditjen Bimas Kristen 2015-2019
(Renstrashasil review) ada sejumlah tugas yang diemban oleh Bimas Kristen
dalam bidang penyuluhan, pelayanan, dan pendidikan kekristenan.
a. Penyuluh Agama Kristen
Peningkatan Kualitas Pemahaman dan Pengamalan Ajaran Agama Kristen
dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain kegiatan peningkatan
kualitas penyuluh agama Kristen, event keagamaan dan pemahaman nilai-
nilai keagamaan. Menurut Keputusan Menteri Agama RI Nomor 164 Tahun
1996, penyuluh agama adalah pembimbing umat beragama dalam rangka
pembinaan mental, moral dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
126
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Maka penyuluh agama Kristen adalah pembimbing umat Kristen dalam
rangka pembinaan mental, moral dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Sesuai dengan keputusan Menteri agama tersebut, penyuluh
agama memiliki peranan yang sangat strategis untuk mewujudkan cita-cita
bangsa dan negara Republik Indonesia ini yaitu mewujudkan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut menjaga dan memelihara
ketertiban dunia. Untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara, program
Nawacita dan misi Ditjen Bimas Kristen sebagai peran penyuluh sangat
strategis dan potensial. Penyuluh agama Kristen merupakan garda terdepan
dan potensial dalam upaya peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan
ajaran agama Kristen.
Secara khusus, Penyuluh Agama Kristen non PNS sebagai mitra kerja
penyuluh agama PNS dalam rangka memberikan bimbingan, pendampingan
dan penyuluhan kepada umat baik perorangan dan kelompok masyarakat
sehingga pemahaman dan pengamalan nilai-nilai ajaran agama kepada umat
Kristen semakin meningkat kualitasnya. Mengingat peran penyuluh agama
yang begitu strategis dan potensial, maka pemerintah dalam hal ini Ditjen
Bimas Kristen Kementerian Agama berupaya untuk meningkatkan kinerja
Penyuluh non PNS dengan melakukan berbagai kegiatan orientasi/bimtek,
sosialisasi dan konsultasi serta memberikan bantuan tunjangan kinerja bagi
Penyuluh non PNS. Pengangkatan tenaga Penyuluh Agama menjadi prioritas
penting dengan harapan dapat mendekati rasio ideal. Untuk memenuhi
kekurangan tenaga Penyuluh PNS, Ditjen Bimas Kristen berupaya untuk
menambah tenaga Penyuluh non PNS pada setiap tahun sesuai dengan
ketersediaan anggaran.
b. Penguatan Lembaga Keagamaan Kristen
Pemerintah mendorong penguatan lembaga keagamaan Kristen melalui
pembangunan, pengelolaan, dan pemeliharaan rumah ibadat/gereja.
127
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Penguatan lembaga keagamaan Kristen diarahkan pada peningkatan
fungsi rumah ibadat sebagai pusat pembinaan umat untuk peningkatan:
iman, pemahaman dan penghayatan serta pengamalan ajaran agama sesuai
keyakinan masing-masing.
Membangun, merenovasi, dan memelihara rumah ibadat adalah kebutuhan
yang mendesak seiring pertambahan jumlah umat yang beragama Kristen.
Hal ini tercermin dari meningkatnya permohonan bantuan pembangunan/
rehab/operasional rumah ibadat yang dikirimkan masyarakat kepada Ditjen
Bimas Kristen Kementerian Agama.
C. Pemberdayaan Lembaga Sosial Keagamaan Kristen
Ditjen Bimas Kristen menjalin kemitraan dengan kembaga keagamaan, baik
tingkat pusat maupun provinsi dan kabupaten/Kota yaitu gereja, yayasan,
asosiasi perkumpulan, persekutuan atau nama lain dalam penanggulangan
problematika umat. Kemitraan yang dikembangkan mencakup konsultasi,
orientasi, koordinasi, sosialisasi dan pemberian bantuan. Beberapa kegiatan
konsultasi, orientasi dan koordinasi antara lain : konsultasi dengan pimpinan
lembaga keagaamaan dan tokoh agama tentang peraturan perundang-
undangan di bidang agama, administrasi, manajemen dan organisasi lembaga
keagamaan, kasus SARA, radikalisme, revolusi mental, kemiskinan, kerusakan
lingkungan, kesenjangan sosial, pengangguran, kesehatan, narkoba, perilaku
konsumtif, pendidikan, pelanggaran hak cipta, HIV/AIDS, human trafficking,
pengarusutamaan gender, pornografi dan pornoaksi.
128
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
d. Peningkatan Akses Pendidikan Agama Kristen dan Pendidikan
Keagamaan Kristen
1) Peningkatan Akses Sekolah
Salah satu upaya meningkatkan akses pendidikan adalah dengan
memberikan kesempatan kepada masyakarat untuk berperan serta
melaksanakan pendidikan melalui pendirian sekolah Teologi/Agama
Kristen swasta. Ditjen Bimas Kristen memfasilitasi permohonan sekolah
keagamaan yang meminta untuk dinegerikan namun karena selektif dan
persyaratannya yang tidak mudah sampai tahun 2016 belum satupun
sekolah keagamaan Kristen tingkat dasar dan menengah yang berhasil
dinegerikan. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan agama dan keagamaan pada jenjang dasar dan menengah secara
kualitatif dan kuantitatif telah mendorong kemajuan lembaga pendidikan
ini. Pertumbuhan jumlah lembaga pendidikan keagamaan jenjang dasar
dan menengah cukup signifikan, khususnya di daerah–daerah yang sulit
terjangkau seperti di berbagai kecamatan, kabupaten/distrik Prov Papua/
Papua Barat/ NTT/ Sulawesi sehingga pendidikan tersebut dalam melayani
kebutuhan masyarakat Kristen.
2) Peningkatan Mutu Sekolah
Kerjasama penyelenggaraan Ujian nasional bersama Kemendikbud dan
BSNP dimulai tahun lalu, sehingga penyelenggaran ujian nasional SMTK
masuk dalam sisten Evaluasi Pendidikan nasional. Hasil Ujian Nasional
(UN) menjadi salah satu tolok ukur mutu, dan digunakan sebagai salah
satu pertimbangan untuk: (1) pemetaan mutu satuan dan/atau program
pendidikan, (2) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, (3)
129
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan,
dan (4) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan (Permendiknas No. 77/2008).
Ditjen Bimas Kristen secara konsisten berusaha meningkatkan kualitas
dan akses pendidikan di sekolah teologi/agama Kristen meliputi seluruh
jenjang. Salah satu yang sedang ditempuh adalah berkoordinasi pada instansi
terkait agar guru pada pendidikan keagamaan juga dapat mengikuti program
sertifikasi guru. Usaha lainnya adalah bantuan tidak langsung untuk sekolah
(BOS), bantuan bagi ruang kelas baru, bantuan penyelenggaraan Ujan
nasional, bantuan sarana prasarana pendidikan, bantuan penyelenggaraan
akreditasi, semua itu untuk menjamin tersedianya pendidikan yang bermutu
serta peserta didik dapat belajar dengan nyaman dan layak.
Pendidikan Agama Kristen tingkat dasar, dilaksanakan pada jalur: 1)
Pendidikan keagamaan Kristen, meliputi : a) Sekolah Dasar Teologi Kristen
(SDTK) pada tahun 2014 sebanyak 15 buah ; b) Sekolah Menengah Pertama
Teologi Krsiten (SMTK) pada tahun 2014 terdapat 28 buah ; 2) Pendidikan
Umum berciri khas Kristen Tingkat Dasar, meliputi: a) Sekolah Dasar
Agama Kristen (SDAK); dan b) Sekolah Menengah Pertama Agama Kristen
(SMPAK), pada tahun 2015 baru dimulai perancangannya.
Pendidikan Agama Kristen tingkat menengah, dilaksanakan pada jalur: 1)
Pendidikan keagamaan Kristen, adalah Sekolah Menengah Teologi Kristen
(SMTK), pada tahun 2014 terdapat 138 buah; 2) Pendidikan Umum berciri
khas Kristen Tingkat Menengah, adalah Sekolah Menengah Agama Kristen
(SMAK). Kehadiran SDTK/SDAK, SMPTK/ SMPAK, SMTK/SMAK
di Indonesia adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya
gereja sebagai pendukung dan/atau lembaga/yayasan keagamaan yang
130
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
tersebar diseluruh Indonesia dan didominasi daerah-daerah pedalaman.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan memberi kesempatan bagi lahirnya pendidikan
keagamaan Kristen dan Peraturan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 2012
tentang Pendidikan Keagamaan Kristen, yaitu SD, TK, SMPTK, dan SMTK,
dan pendidikan umum berciri khas Kristen SDAK, SMPAK, SMAK.
Kebijakan peningkatan kualitas pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan Kristen dilakukan melalui peningkatan akses masyarakat
terhadap pendidikan keagamaan Kristen dan perintisan pendidikan berbasis
keagamaan Kristen, khususnya pembinaan pendidikan agama Kristen pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Keberadaan pendidikan keagamaan
Kristen, dan pendidikan umum berciri khas Kristen merupakan pendidikan
formal yang dilaksanakan oleh masyarakat. Dalam pengembangan
pendidikan keagamaan Kristen dan pendidikan umum berciri khas Kristen
diupayakan dilakukan pembinaan melalui penegerian pendidikan Kristen
tingkat dasar dan menengah, baik pada jalur pendidikan keagamaan Kristen,
maupun pada jalur pendidikan umum berciri khas Kristen (Mata pelajaran
di SDTK meliputi: Ilmu Pengetahuan Alkitab, Sejarah Gereja/Sejarah Suci,
Etika Kristen, Dogmatika, Pendidikan Agama Kristen. Sedangkan Mata
Pelajaran SMPTK mata pelajaran meliputi: Pendidikan Agama Kristen,
Dogmatika, Etika, Ilmu Pengetahuan, Sejarah Gereja, dan Bahasa Inggris.
Penegerian satuan pendidikan Kristen diperlukan sebagai acuan bagi
pengembangan pendidikan keagamaan Kristen dan pendidikan umum
berciri khas Kristen. Rencana SDTK dan SMPTK yang akan dinegerikan
sebanyak 8 sekolah yakni 4 (empat) SDTK yang terdiri dari: a. SDTK Jobel
Batam, b. SDTK Setia Pontianak, c. SDTK Yonath Itaar, d. SDTK Pniel
NTT dan 4 (empat) SMTK yaitu: a. SMPTK Tarus Kupang, b. SMPTK
Parama Budi, c. SMPTK Abalbalat Barus, d. SMPTK Diaspora Sorong.
131
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Dalam peningkatan kualitas satuan pendidikan Kristen perlu
pengembangan berbagai regulasi yang dibutuhkan seperti pengembangan
kualitas materi pendidikan, dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana
pendidikan Kristen. Bersamaan dengan peningkatan kualitas dan reformasi
pendidikan, sasaran yang hendak dicapai adalah terwujudnya pendidikan
keagamaan Kristen dan pendidikan umum berciri khas Kristen tingkat dasar
serta menengah yang memenuhi minimal standar nasional pendidikan bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia Kristen.
3) Pendidikan Agama Kristen
Kebijakan Nasional mengenai pendidikan agama diarahkan pada peningkatan
akses, kualitas dan relevansi pendidikan menuju tercapainya kesejahteraan
hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi pekerti, dan kemandirian
bangsa yang kuat. Kebijakan ini dilakukan melalui sembilan fokus prioritas,
salah satunya adalah program peningkatan kualitas pendidikan agama dan
keagamaan yang ditempuh melalui peningkatan jumlah dan kapasitas guru,
kapasitas penyelenggara pendidikan, pemberian bantuan dan fasilitasi, serta
pengembangan kurikulum dan metodologi pembelajaran pendidikan agama
dan keagamaan yang efektif sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Kebijakan Ditjen Bimas Kristen tahun 2015-2019 diarahkan pada
peningkatan kualitas. Adapun target yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah:
1. tersedianya layanan PAK pada sekolah.
2. meningkatnya mutu layanan PAK pada sekolah.
3. meningkatnya kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama
peserta didik.
132
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Strategi pencapaian yang digunakan antara lain melalui penyediaan
dan pengembangan sarana prasarana PAK pada sekolah, termasuk di
daerah bencana, terpencil dan tertinggal, pembentukan dan peningkatan
kapasitas Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) PAK, dan pemberdayaan Kelompok Kerja Pengawas
(Pokjawas) Pendidikan Agama Kristen; peningkatan mutu kurikulum dan
bahan ajar PAK; pengembangan standar model PAK pada sekolah; serta
peningkatan partisipasi dan kemitraan sekolah, masyarakat dan pihak
terkait lainnya.
Program lain terkait dengan Pendidikan Agama Kristen pada sekolah
umum adalah peningkatan mutu dan kesejahteraan pendidik dan pengawas
PAK. Adapun target yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah: 1)
meningkatnya profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
agama Kristen; dan 2) meningkatnya kesejahteraan tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan agama Kristen. Adapun strategi yang digunakan
antara lain melalui peningkatan kompetensi dan kualifikasi tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan agama Kristen; penyediaan beasiswa
dan bantuan pendidikan lainnya bagi guru; peningkatan wawasan guru
melalui program pertukaran guru PAK; penyediaan subsidi tunjangan
fungsional bagi guru PAK Non-PNS; penyediaan tunjangan profesi bagi
guru PAK; dan tunjangan khusus bagi guru PAK di daerah terpencil.
Disamping hal tersebut, Ditjen Bimas Kristen juga terus melakukan
upaya sosialisasi dan implementasi kurikulum PAK 2013. Terbitnya
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang kemudian melahirkan Peraturan Pemerintah Nomor
55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan, menjadi
momentum yang sangat penting bagi posisi PAK. Menindaklanjuti
133
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
momentum tersebut Kementerian Agama menerbitkan antara lain PMA
Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama pada
Sekolah.
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP, Ditjen
Bimas Kristen juga memberikan layanan sertifikasi pada Guru PAK dan
Pengawas PAK di sekolah. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2007
hingga sekarang.
Sosialisasi Kurikulum 2013 tingkat dasar dan menengah telah
diselenggarakan di empat lokasi yakni Makassar dan Medan untuk tingkat
dasar, Bogor dan Surabaya untuk tingkat menengah, dan pada Tahun 2015
Sosialisasi Kurikulum 2013 akan dilaksanakan pada semua provinsi (34
provinsi).
Kemudian penyediaan sarana pendidikan tinggi Agama Kristen mutlak
diperlukan guna memberikan pelayanan pendidikan tinggi yang lebih luas
dan merata bagi masyarakat Kristen di tanah air. Hal ini sejalan dengan
meningkatnya tata kelola pendidikan tinggi agama dalam mendorong
pencapaian mutu dana ksespendidikan bagi masyarakat Kristen. Oleh karena
itu, telah dilakukan pula langkah pendirian atau penegerian Pendidikan
Tinggi Agama Kristen yang kini berjumlah 7 Sekolah Tinggi Agama Kristen
Negeri (STAKN).
Untuk peningkatan kualifikasi Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK),
telah dilakukan pemberian bantuan peningkatan kualifikasi guru program
S1. Bantuan peningkatan kualifikasi ini dilakukan karena sebagian guru
PAK masih D1 dan D3. Selainitu, untuk meningkatkan kompetensi dan
kualitas pembelajaran PAK di lingkungan Perguruan Tinggi Kristen, telahdi
134
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
upayakan program sertifikasi dosen PAK. Selain karena tuntutan Peraturan
Perundangan sertifikasi Dosen PAK dilakukan untuk meningkatkan
profesionalisme Dosen PAK, sehingga memperoleh sertifikasi kelayakan
mengajar sesuai dengan tuntutan mutu dosen.
135
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
BAB 3
PERKEMBANGAN
AGAMA KRISTEN DI BANTEN
1. Pedagang Eropa
Di akhir abad ke-XVI yang ditandai dengan kedatangan para pedagang Eropa ke
Banten telah membuka kesempatan kepada masyarakat Banten untuk berinteraksi
dalam lapangan ekonomi. Menjelang abad ke-XVII para pedagang Eropa semakin
banyak yang berdatangan dan diam di Banten dalam logi-logi (loge, factory atau
facrorij) yang dibangun di sekitar pelabuhan. Di saat bersamaan, masyarakat
Banten mulai bergaul dengan para penganut Kristen dari Benua Eropa. Para
pedagang itu berasal dari Portugis, Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis.
Setelah menetap di Pelabuhan Banten, para pedagang juga mendatangkan
sejumlah pendeta dari Eropa untuk melayani orang-orang Kristen di Pelabuhan
Banten. Sebut saja para pedagang asal Perancis yang mendirikan tempat ibadah
di logi untuk para penganut agam Katolik asal Perancis. Dengan kegiatan
ritual agam yang berlangsung di kantor-kantor dagang Eropa mengindikasikan
kuatnya praktek pengajaran Kristiani bagi pendatang Eropa yang terlibat dalam
misi perdagangan Timur Jauh. Pengajaran Kristiani tersebut bukan hanya
diperuntukkan bagi kaum Kristen semata, akan tetapi juga komunitas lain yang
dinilai infidel termasuk penduduk yang beragama Islam. Fenomena tersebut
nampaknya sesuai dengan banyaknya Alkitab yang diterjemahkan ke berbagai
Bahasa Daerah di Nusantara seperti Jawa, Melayu, Makasar, Bugis, Sunda dan
lain sebagainya (Mufti Ali, Ph. D, Misionarisme di Banten, Rangkasbitung:
STKIP Setia Budhi, Hal.1).
136
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Kesaksian orang Perancis yang singgah di Banten menunjukkan asosiasi
kuat antara logi dengan aktivitas keagamaan. Tentang hal itu menurut
Claude Guillot yang dikutip oleh Mufti Ali, Ph.D, dalam Buku Misionarisme
di Banten mengatakan, kantor dagang Perancis di Banten menjadi tempat
singgah pastor, biarawan dan misionaris dari berbagai kota pelabuhan lain
di dunia timur, menandakan pentingnya posisi loji dalam penyebaran Agama
Katolik di kawasan Asia Pasifik khususnya Nusantara. Perusahaan dagang
Perancis bernama Compagnie Royale Française desIndes memberikan fasilitas dan
dana yang tidak sedikit untuk membantu lembaga misionaris Perancis yang
terkenal, Missions Étrangères de Paris (MEP). Dalam menjalankan misinya, MEP
tidak hanya menyebarkan agama kepada para penganut Katolik yang tinggal
di loji-loji perdagangan yang tersebar di berbagai pelabuhan seperti Tonkin
(Cina), Indochina, Pulau Formosa (Taiwan), Siam (Thailand), Surat (India),
tetapi juga kepada penduduk setempat, termasuk di pelabuhan Banten (diskusi
Guillot tentang seorang pedagang Perancis sekaligus anggota perkumpulan
‘terekat’ Katolik, Guilhen pernah tinggal di Banten dan membangun gereja di
loji dagang Perancis).
Dengan demikian gereja sebagai sebuah lembaga penyebaran Agama
Kristen telah berhasil melebarkan sayapnya sampai ke Timur jauh, tidak
terkecuali di pesisir utara Jawa dengan menancapkan ‘kakinya’ di Kesultanan
Banten. Seorang sejarawan agama di Banten bernama Mufti Ali, Ph.D yang
juga adalah narasumber dalam menggali perkembangan Agama Kristen di
Banten mengatakan, gerakan misionaris di bumi Banten dilakukan sejak
keberadaan para pedagang Eropa. Logi Perancis adalah contoh yang tepat
sebab melalui fasilitas tersebut, M. De Guilhen yang tinggal di Banten
mulai dari tahun 1671-1682 menjadi ‘pos pekabaran Injil’ bagi Lembaga
Misionaris Perancis (MEP). Demikian juga halnya dengan logi VOC dalam
beberapa catatan misionaris dilaporkan bahwa pembangunan loji pedagang
137
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Belanda pun sejak ditandatanganinya ‘traktat lada’ oleh Jenderal Kaufmann
dan Sultan Haji pada tahun 1684, disebutkan telah membangun tempat
ibadah permanen di loji mereka.
Penyebaran Agama Kristen melalui misi dagang Eropa menjadi pijakan kuat
bagi pengembangan kekristenan di Hindia Belanda setelah VOC mengalami
kebangkrutan. Saat status kekuasaan Belanda di Banten berpindah dari VOC
ke Pemerintah Kolonial, pembangunan gereja selain sebagai bangunan tempat
ibadah orang Kristen juga sebagai sebuah institusi menjadi tanggung jawab
pemerintah Kolonial.
Tapak pertama dari pusat pemerintahan Hindia Belanda dibangun di Kota
Serang yang ditandai dengan berdirinya kantor Residentie van Banten. Atas
inisiatif Gereja Protestan di Hindia Belanda (Indische Kerk) yang bermarkas di
Batavia (Jakarta Sekarang), pada tahun 1846 didirikanlah sebuah “gereja negara”
di dekat alun-alun Kota Serang. Pengurus “gereja negara” diangkat dan digaji oleh
Pemerintah Kolonial Belanda. Pembangunan gereja di Kota Serang bukanlah
tanpa alasan, sebab lebih dari 200 penduduk Eropa (terutama Belanda), ketika
itu tinggal di ibukota. Sebagian besar dari mereka adalah penganut Protestan
yang mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan rohaniah dari pemerintah
kolonial.
Pada tahun 1846 di Kota Serang dibangun juga gereja lain. Kendati, berbeda
dengan “gereja negara” di Kota Serang dimana pembangunannya disponsori
oleh pemerintah kolonial dan komunitas Eropa di Banten, gereja kedua ini
didirikan oleh sebuah ‘komunitas’ Kristen local yakni penduduk Jengkol, Cikuya
(saat ini adalah wilayah Tigaraksa) dan para anggotanya mendapat pembaptisan
di Batavia atas prakarsa sekaligus bagian dari upaya Adolf Mühlnickel, seorang
mandor perkebunan swasta berdarah campuran Belanda-Jerman.
138
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Gereja ‘komunitas’ Cikuya ini sempat mengalami beberapa kali rehabilitasi
di tahun 1890, 1923 dan 1932 dengan menunjukkan eksistensinya di
komunitas Kristen Banten di tempat itu. 38 tahun kemudian dibangun
gereja yang sejenis di Tanah Tinggi, Tangerang dan Leuwidamar atau
dikenal sebagai kewedanaan Belanda yang terletak 35 kilometer dari Kota
Rangkasbitung.
Adanya gereja di Cikuya adalah hasil dari upaya pribadi dari salah seorang
tuan tanah Belanda di Jengkol bernama Minggu dan Sarma yang menganut
Agama Kristen. Rupanya, langkah dua penduduk lokal itu kemudian diikuti
pula oleh beberapa orang sehingga antara tahun 1885 dan 1856, misionaris
Belanda telah berhasil membaptis 10 orang penduduk Jengkol menjadi
Kristen.
Sejak itu kaderisasi penginjil di kalangan pribumi Banten makin intensif
dilakukan. Hal itu bisa dilihat dengan kedatangan seorang tokoh penginjil
yang bersemangat dari Semarang, F.L. Anthing. Dikisahkan kalau ia
memiliki keyakinan kuat bahwa ajaran Kristiani akan cepat berakar dan
mudah diterima oleh kalangan pribumi, apabila yang menyebarkan dan
dengan cara penginjil dari pribumi itu sendiri.
Menurut Soejana seperti dikutip Mufti, Anthing memiliki keyakinan kalau
kedudukan secara politis dan ekonomis orang-orang Eropa yang beragama
Kristen itu akan menjadi penghambat bagi setiap upaya kristenisasi. Oleh
sebab itu, kristenisasi pribumi oleh pribumi dinilai sebagai cara yang paling
tepat. Masih menurut Soejana, pendekatan tersebut didasarkan pada
anggapan bahwa orang timur antara agama, hubungan hidup masyarakat,
kebangsaan, adat, norma merupakan satu kesatuan yang utuh dan kokoh.
Dengan anggapan tersebut maka setiap unsur asing dipandang dapat
mengganggu keutuhan yang ada sudah pasti akan ditolak. Karena Injil
139
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
harus diberitakan oleh penduduk pribumi dan disampaikan dengan bentuk
dan metode secara pribumi pula.
Demi meningkatkan penyebaran Agama Kristen di Banten, maka Anthing
merekrut dan mendidik sejumlah calon penginjil yang berasal dari sejumlah
daerah di Indonesia guna mengikuti pengkaderan yang dilaksanakan di
kediamannya di Batavia. Dua dari sejumlah calon penginjil yang mengikuti
pelatihan di ‘Sekolah Penginjil F.L. Anthing’ berasal dari Cikuya (Tangerang)
menjadi tokoh penyebar injil di wilayah Tangerang dan sekitarnya.
2. Komunitas Kristen Jengkol (Cikuya)
Cikal bakal perkembangan agama Kristen di Banten dimulai dari
Komunitas Kristen Jengkol (saat ini berada di sekitar Stasiun Cikuya
Tigaraksaa, Kabupaten Tangerang). Menurut catatan Mufti Ali, Komunitas
Jengkol merupakan Komunitas Kristen pribumi pertama di Banten dan
bahkan di Jawa Barat. Sebagian besar warga Jengkol telah menjadi obyek
Kristenisasi sejak tahun 1854.
Di tangah Priangan pembaptisan pertama terjadi pada tahun 1876 saat
Ismail memilih memeluk Kristen dan kemudian diikuti oleh sang istri,
Moerti. Menurut Van denEnd, sebagaimana dikutip Maufti Ali, penyebaran
Kristen ke Jengkol pada awalnya dilakukan oleh Adolf Mühlnickel, seorang
utusan misionaris tukang pada tahun 1855. Menurut Tiemersma kedatangan
Mühlnickel ke Jengkol, bermula ketika tuan tanah Belanda di Cikuya,
Reensink, mencari seorang mandor yang terampil dan dapat dipercaya
untuk mengurus tanahnya. Kemudian ia bertemu dengan Mühlnickel di
Batavia yang baru kembali dari Belitung dan menawarkan pekerjaan sebagai
mandor di Jengkol.
140
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Reensink berharap kepada Mahlnickel untuk dapat membuka sekolah
untuk masyarakat Jengkol. Jika bersedia maka Reensink akan memberika gaji
15 Gulden perbulan dan menyediakan akomodasi. Mühlnickel menerima
tawaran itu namun dengan syarat ia diberi kebebasan untuk melakukan
kegiatan misionarisme kepada masyarakat Jengkol. Setuju dengan hal itu
maka Reensink mengundangnya untuk datang ke Jengkol pada awal tahun
1854.
Tidak lama kemudian setibanya di Jengkol, Mühlnickel membuka
sebuah sekolah agama Kristen sederhana. Pada bulan pertama, calon
siswa yang mendaftar hanya satu orang bernama Minggu. Selang beberapa
bulan kemudian bertambah tiga orang. Untuk tenaga pengajarnya adalah
Mühlnickel dan kerap dibantu oleh Reensink.
Melihat respon positif dari masyarakat sekitar terhadap sekolah tersebut,
Mühlnickel kemudian mengadakan acara kebaktian untuk pertama kalinya
pada Hari Minggu, 3 September 1854. Kendati, hanya dihadiri oleh salah
satu muridnya, Minggu. Namun, beberapa waktu kemudian tiga orang
siswa lainnya ikut bergabung dalam kebaktian yang rutin diadakan setiap
minggunya. Di bulan yang sama salah satu mandor asal Jengkol, Sarma
yang bekerja di tanah milik Reesink menyatakan keinginannya untuk
memeluk Kristen. Dengan demikian maka secara otomatis jumlah pengikut
Mühlnickel menjadi empat orang.
Maka secara rutin Mühlnickel memberikan pelajaran agama kepada
Minggu dan Sarma. Adakalanya, Reensink menguji para siswa sekolah
yang didirikannya, termasuk soal pengetahuan Agama Kristen Sarma.
Menurut Mühlnickel seperti dikutip oleh Tiemersma, jawaban-jawaban
yang dilontarkan Sarma menggambarkan pengetahuan dan keseriusannya.
141
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Pada akhir bulan Juni 1855, Mühlnickel mengajak Sarma dan Minggu
ke Batavia untuk pembaptisan. Tepat pada 11 Juli 1855 bersama dengan
beberapa orang Tionghoa dan pribumi lainnya, Sarma dan Minggu dibaptis
oleh Pdt. Bierhaus di Gereja Willemskerk (Gereja Imanuel Gambir, Jakarta).
Tidak lama sesudahnya, sejumlah orang Jengkol mengikuti jejak Sarma dan
Minggu yang dibaptis seperti Arjan, Samin, Kemis, Kaeran dan istri Sarma.
Pada 7 Mei kelima orang yang dibaptis itu pun menyandang nama baru. Istri
Sarma menjadi Elizabeth, Arjan menjadi Petrus, Sarmin menjadi Thomas,
Kemis menjadi Johanes dan Kaeran menjadi Yakobus. Pembaptisan juga
dilakukan terhadap dua anak Sarma yang baru lahir Paulus (Sondjat) dan
Paulina serta dua putra dan putri Mühlnickel.
Guna pengkaderan maka Mühlnickel mengirimkan para lulusan sekolah
agamanya ke Seminari Anthing di Batavia. Salah seorang dari leader yang
ia kirim ke sana adalah Minggu, orang Cikuya asli yang kemudian menjadi
link penghubung komunikasi antara Anthing dan komunitas Kristen Jengkol
sepeninggal Mühlnickel tahun 1859 yang dipanggil oleh Pengurus GIUZ
untuk melanjutkan tugas misionarisnya di Batavia.
Menurut Coolsma, kondisi itu membuat jemaat Kristen Jengkol
terbengkalai sampai Athing mengutus Ibrahim Tunggul Wulung kesana
pada tahun 1871. Kendati begitu, komunikasi antara jemaat Kristen Jengkol
dan dunia luar masih tetap dilakukan. Hoekema mengatakan bahwa selama
lima bulan tinggal di Batavia pada tahun 1865, Tunggul Wulung giat
menyebarkan bacaan Kristen dan memberitakan Injil, selain di Batavia,
Tanah Tinggi, Ciater dan Jengkol (Cikuya). Untuk kegiatannya di Jengkol
tersebut ia menetap disitu selama beberapa hari.
Dalam surat-surat yang dikirim ke pengurus pusat NZV, Tiemersma
menjelaskan bahwa kedatangan Tunggul Wulung ke Cikuya karena
142
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
permohonan Anthing, saat Tunggul Wulung mengunjungi Ibrahim
(anaknya) yang tengah menempuh pendidikan di Sekolah Anthing.
Disitu Tunggul Wulung bertemu dengan Minggu dan Sarma. Kemudian
Tunggul mengajak anak tertua Sarma yaitu Sondjat ke Batavia untuk
disekolahkan di Seminari Anthing. Setelah lulus, Seminari Anthing
menugaskan Sondjat menyebarkan ajaran Kristen di masyarakat Badui. Ia
menggantikan Stepanus dan kemudian diteruskan oleh adik iparnya Petrus,
Arjan.
Setelah beberapa tahun di Badui, Sondjat ditarik oleh Anthing untuk
menjadi penghantar jamaah di tempat kelahirannya, Cikuya. Kedatangan
Sondjat (Paulus) ke Cikuya memberikan suasana baru bagi perkembangan
misionarisme di sana. Pada tahun 1888, Sondjat berinisiatif untuk membangun
gereja sederhana. Masih menurut Tiemersma, gereja tersebut hanya memiliki
meja dan sebuah kursi yang diletakkan di depan untuk pengkotbah. Tidak ada
kursi tempat duduk jemaatnya, jadi saat upacara kebaktian dilaksanakan para
jemaat duduk diatas tikar.
Sejak tahun 1889-1899 kegiatan misionarisme di Jengkol dilanjutkan oleh
seorang Misionaris Belanda, Tiemersma. Ia menginjakkan kakinya di Batavia
pada 5 Januari 1887. Sebelum ke Jengkol, ia diangkat menjadi misionaris di
Bogor selama dua tahun. Kemudian ia dipindahkan ke Jengkol (Cikuya) pada
tahun 1889. Ketika tiba di Cikuya penduduknya berjumlah lebih dari 5.000
jiwa. Semua warga Cikuya berlatar belakang Etnis Sunda dan bahasa sehari-
hari yang digunakan adalah Bahasa Sunda. Mayoritas penduduknya beragama
Islam. Kendati demikian, Cikuya tidak memiliki tempat ibadah seperti
Masjid. Pesantren juga tidak ditemukan disana, sehingga penduduk tidak lagi
memperhatikan ritual keagamaan Islam.
143
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Menurut Tiemersma, bibit yang disemai oleh Mühlnickel selama empat
tahun (1854-1859) di Jengkol telah tumbuh. Belasan orang direkrut oleh NZV
menjadi pembantu (asisten) para misionaris Belanda di Batavia dan Jawa Barat
( Sukabumi, Sumedang, Bogor dan Cideres). Pada Maret 1890 akibat
diaspora maka jemaat Jengkol yang dibaptis tersisa hanya 18 orang.
Beberapa waktu kemudian, Tiemersma ditugaskan untuk menjadi pengajar
dan penghantar jemaat Kristen di sana dan anggota komunitas Kristen Cikuya
bertambah 31 orang dengan masuknya beberapa orang ke Agama Kristen.
Yang terdiri dari 15 orang warga Jengkol dan sisanya 16 orang berasal dari
desa sekitarnya yakni Munjul (10 orang) dan Leuwi Dahu (6 orang).
Kedatangan Tiemersma ke Cikuya memberikan dorongan baru dan
kepercayaandiri kepada Sondjat, sebagai penghantar jemaat Kristen di sana
untuk semakin intens melakukan penyebaran Kristen ke warga Cikuya dan
sekitarnya. Salah satu cara pendekatannya dengan memberikan pelayanan
kesehatan secara cuma-cuma dan mengakhirinya dengan bimbingan rohani.
Selain, aktif berkeliling dari satu desa ke desa lainnya dalam kegiatan
misionarisme, ia juga menyusun sebuah lagu puji-pujian berbahasa Sunda.
Menurut Pennings, Sondjat biasanya juga mengadakan ‘pengajian serani’ di
rumahnya setiap malam. Para jemaat yang mengikuti ibadah tersebut duduk
di atas tikar yang diterangi dengan lampu sekedarnya. Dalam ibadah tersebut
Sondjat memulai doa, diikuti dengan menyanyikan lagu-lagu nasrani dimana
sebagian lagunya merupakan hasil terjemahan Sondjat sendiri. Pengajian
Serani tersebut diikuti oleh warga yang berasal dari Cikuya dan sekitarnya.
Dari ibadah tersebut sebagian warga Cikuya mulai dari anak-anak, muda
mudi sampai para orang tua memutuskan memeluk Kristen dan berlangsung
dari tahun 1889-1894. Hal itu tidak hanya terjadi di kalangan laki-laki tetapi
144
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
juga di kalangan wanita. Pada tahun 1894 seorang perempuan Jengkol
menyatakan diri ingin memeluk Agama Kristen. Ia bernama Amiyah dan
berusia 19 tahun. Untuk menguji keseriusannya itu, Amiyah diperintahnya
untuk membaca formula pembaptisan yang sudah diterjemahkan ke dalam
Bahasa Sunda oleh Tiemersma.
Perpindahan agama yang kerap terjadi tidak hanya dimotivasi oleh kesadaran
teologis semata. Tetapi bisa juga terjadi karena ikatan perkawinan. Misalnya
pada mantu Sondjat, Asan Ali Karta Dilaga. Menurut Tiemersma pada 17
November 1896, dirinya diundang oleh Sondjat ke Jengkol untuk menikahkan
anak pertamanya dengan seorang pegawai pada Jawatan Kereta Api beragama
Islam. Ia berasal dari keluarga aristokrat yang tinggal di Jawa Timur. Selama ini
sang pemuda tinggal di Jengkol, mengenal anak tertua Sondjat dan berkenalan
selama sebulan.
Terlepas dari motivasi tersebut, fenomena perpindahan agama di Cikuya
telah membuat anggota di komunitas Kristen bertambah banyak. Dalam
laporan Tiemersma tahun 1893-1894 disebutkan bahwa jumlah anggota
komunitas Kristen Cikuya berjumlah 47 orang. Dari 47 anggota tersebut, 22
orang tercatat sebagai avondmaalgangers (pernah mengikuti perjamuan kudus),
dan 7 orang dianggap sebagai jamaat baru (bilkekomen). Kegiatan pengajaran
di sekolah agama Kristen di Cikuya berjalan normal.Sekolah tersebut memiliki
9 siswa, 5 diantaranya adalah perempuan.
Tahun 1899 sepeninggalan Tiemersma ke Belanda, pertumbuhan anggota
jemaat Kristen Jengkol tetap menggembirakan. Terbukti dengan masuknya
dua keluarga yang tinggal berjarak 4 jam dengan berjalan kaki, bergabung ke
jemaat Jengkol dan menyatakan diri ingin masuk Kristen. Setelah dibaptis,
mereka tinggal di Jengkol. Dan di tahun yang sama, ada wanita Kristen
menikah dengan seorang laki-laki muslim dan tinggal bersama di tengah-
145
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
tengah komunitas Kristen Jengkol. Hingga Tiemersma pergi ke Belanda,
mereka tetap di sana.
Di akhir tahun 1901 dalam evaluasi pengurus pusat NZV mengenai
kegiatan misionarisme di Residensi Banten, mereka memberikan penilaian
positif tentang kegiatan dan pertumbuhan jemaat Kristen Jengkol yang secara
rutin mendapatkan anggota baru. Walaupun, di sisi lain jemaat di Tanah
Tinggi, Kresek, Tangerang dan Lebak tengah mengalami penurunan karena
perpindahan.
Pada tahun 1905-1912 kegiatan keagamaan komunitas Kristen Cikuya masih
tetap berjalan termasuk berkomunikasi dengan dunia luar. Di tahun itu, Jengkol
mendapat kunjungan dua tenaga misionaris Belanda, C. Albers dan Van der
Linden. Komunitas Kristen Cikuya ikut menyaksikan pembaptisan dua orang
wanita dan seorang anak yatim piatu berusia 12 tahun yang kemudian dibawa
ke Batavia. Beberapa lama kemudian anak tersebut dititipkan oleh Tiemersma
ke Tuiten, misionaris di Pengharepan dan tinggal di sana.
Di sepanjang tahun itu, komunitas Kristen Cikuya menyaksikan puluhan
anggota jemaat Kristen meninggalkan Munjul dan Leuwi secara besar-
besaran (eksodus) menuju ke Pangharepan (Sukabumi). Hal itu dilakukan
disamping karena factor emosional primodial, eksodus itu juga berkaitan
dengan harapan perbaikan nasib di daerah koloni pertanian baru yang
menjanjikan.
Perpindahan dari Jengkol ke Pangharepan terus berlangsung. Kuru
dan keluarga berpindah ke Pangharepan. Setelah terbentuknya kelompok
sempalan Pangharepan yang kemudian mendirikan komunitas Baru di Rawa
Selang dimana 90 persen anggotanya merupakan orang Banten. Migrasi yang
dilakukan oleh orang Banten Kristen ke Rawa Selang menjadi fenomena
146
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
yang tidak bisa dicegah oleh para misionaris Belanda Protestan. Menurut
Tiemersma, pada tahun 1908 terdapat sebelas orang anggota komunitas
Kristen Jengkol yang berpindah ke Rawa Selang dan bergabung dengan para
pendahulunya di sana. Hal itu menyebabkan jumlah anggota jemaat Kristen
Jengkol berkurang. Selain berpindah ke Rawa Selang, empat orang lainnya
berpindah ke Pangharepan. Sekolah yang dirintis oleh Adolf Mühlnickelpada
tahun 1854 sudah tidak ada lagi. Sedangkan, Sondjat sakit-sakitan.
Setelah Tiemersma pindah tugas ke Batavia, kegiatan misionarisme di
Banten dilanjutkan oleh O. Van der Brug, misionaris Belanda yang sebelumnya
bertugas di Bogor. Biasanya ia mengunjungi Cikuya sekali dalam sebulan.
Dari hasil kunjungannya itu dilaporkan seperti: ada tiga orang yang dibaptis,
Sang ‘pu’un’, Sondjat sudah mulai sakit-sakitan, bangunan gereja yang terbuat
dari bambu sudah mulai rusak, dan perpindahan komunitas Jengkol ke
Pangharepan serta Rawa Selang terus berlangsung.
Kedatang Van der Brug ke Cikuya membawa angin segar dengan
menghidupkan kembali kondisi komunitas Kristen Cikuya yang hampir
mati, baik karena eksodus besar-besaran ke Rawa Selang, maupun Sondjat
sang pengahantar jemaat sudah sakit-sakitan. Menurut Van Der Brug pada
tahun 1915 gereja di Jengkol dapat direstorasi oleh sebuah keluarga Tionghoa
Kristen yang menyumbangkan bahan bangunan.
Kegiatan misionarisme kembali semarak. Hal itu dibuktikan melalui surat
yang dikirim oleh Van der Brug kepada pengurus pusat NZV pada 4 April
1916. Dan berikut adalah sebagian informasinya yaitu Sondjat dan anaknya
yang bernama Esther memberitakan Injil ke rumah penduduk Kristen dan
Islam. Hampir setiap malam kurang lebih antara 300-400 orang datang ke
rumah Sondjat guna mendengarkan ceramah Agama Kristen. Bahkan,
kegiatan tersebut rupanya juga menarik perhatian para haji untuk datang
147
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
dan merasa terpukau saat mendengarkan ceramah agama yang disampaikan
Esther dengan penuh semangat.
Alhasil, ceramahnya tersebut berdampak pada peningkatan militansi
jemaat. Salah satu contohnya adalah seorang buruh tani yang bekerja pada
tuan tanah Tionghoa yang kaya, Sinim (kemudian berubah menjadi nama
tempatt : Ki Sinim) berani meminta libur pada hari minggu untuk mengikuti
kebaktian. Selain itu, ada pula Nakioen dan istrinya yang tidak lagi bekerja di
Pasar pada Hari Minggu demi mengikuti ceramah agama dan kebaktian yang
dipimpin oleh Esther. Pada tahun 1923 setelah Sondjat meninggal, kegiatan
misionarisme di Cikuya tetap berjalan dan diteruskan oleh Esther. Yang juga
menjadi penghantar jemaat Kristen sampai tahun 1933.
3. Bubarnya Komunitas Kristen Jengkol
Tahun 1934 adalah tahun berakhirnya aktivitas Esther bin Sondjat. Ia
dipecat darifungsinya sebagai penghantar jemaat Kristen Jengkol. Ia tidak lagi
mendapatkan gaji bulanan dari NZV. Dalam suratnya kepada pengurus pusat
NZV, A.J. Bliek mengusulkanbahwa guru agama yang bertugas di Rangkas
Bitung dipindahkan ke Cikuya.
Berakhirnya karir Esther tidak menyebabkan kegiatan misionarisme di
Jengkol berakhir. Dalam hal ini yang berakhir hanyalah kepemimpinan jemaat
Kristen Jengkol dari keluarga Sondjat bin Sarma ke keluarga Djalimoen.
Esther bin Sondjat bin Sarma merupakan sosok yang berhasil memimpin
3 generasi (sejak 1854) dan selalu memegang peranan penting dalam semua
aktivitas liturgi jamaat Kristen Jengkol.
Dalam surat yang dikirim Van Doorn ke pengurus pusat NZV, dijelaskan bahwa
tampuk kepemimpinan jamaah Kristen Jengkol dipegang oleh salah seorang anggota
keluarga Djalimoen (anak cucu Kel. Soleman Djalimoen), yaitu Silas Djalimoen.
148
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Urat nadi komunitas Kristen Jengkol yang memiliki 41 anggota masih terus berdenyut
dari tahun 1939-1940. Gereja sederhana dibangun dan sikap masyakat setempat juga
cukup kondusif. Sehiggga di sepanjang tahun tersebut anggota Jemaat Kristen bertambah
signifikan seperti lima orang yang berasal dari Jengkol, Munjul dan sekitarnya dibaptis.
Salah satu sejarawan Gereja Protestan Indonesia, Dr. Th. Va den End
berpendapat sampai tahun 1944 komunitas Kristen Jengkol masih bertahan.
Hal itu terbukti dari gereja semi permanen yang kembali dibangun. Selain itu
juga anggota komunitas tersebut masih ada dan kebaktian dilaksanakan seperti
biasa. Dan menurut informasi beberapa warga yang masih menyimpan jejak
memorial tentang komunitas Kristen Jengkol ini dilaporkan bahwa kegiatan
kebaktian masih berlangsung sampai tahun 1945.
Walaupun, jumlah anggotanya tersisa hanya 4-5 orang saja dan Esther
bin Sondjat masih memegang peranan dalam liturgi keagamaan Kristen
yang dibantu oleh salah seorang pengikut setianya, Ki Sinim. Lebih lanjut
dituturkan bahwa setelah Kemerdekaan RI, komunitas Kristen Jengkol harus
mengalami nasib the end of history. Atau dengan kata lain komunitas Kristen ini
bubar. Esther bin Sondjat, Ki Sinim dan beberapa anggota jemaat pindah ke
Jakarta. Bangunan gereja dibakar dan sejumlah rumah ditinggalkan oleh para
penghuninya juga dihancurkan. Peristiwa tersebut berlangsung pada tahun
1945 yakni masa peralihan kekuasaan dari Jepang ke Republik Indonesia.
A. Upaya Keesaan Gereja di Banten
Keesaan Gereja berasal dari Tuhan yang telah menyelamatkan dunia melalui
karya penebusan sepanjang sejarah manusia. Karya Allah menjadi nyata di
dalam pribadi Yesus dan persekutuan Roh Kudus. Allah tidak sekedar bekarya
akan tetapi juga menghimpunkan umat-Nya menjadi umat iman dalam diri
Israel seperti yang dilukiskan dalam Perjanjian Lama dan dalam diri Kristus.
Keesaan Gereja berasal dari karya dan pribadi Allah Yang Esa.
149
Kesatuan dan Keesaan Gereja di Tanah Banten
Keesaan terjadi karena Yesus sebagai kepala, namun Dia memberikan
kesempatan dan kemungkinan hingga terbentuknya kepelbagaian. Hal itulah
yang membuat gereja mewujud dalam berbagai denominasi dan devosi seperti
Ekumenikal,Pentakosta, Evangelical, Baptis, Adven, dan sebagainya. Berbagai
aliran gereja seperti ini tumbuh dan berkembang di Tanah Banten. Gereja-
gereja itu mengesa karena berangkat dari titah dan doa Tuhan Yesus seperti
yang terungkap dalam Injil Yohanes 17 yang berisikan doa Tuhan Yesus untuk
murid-murid-Nya. Karena keesaangereja itu berasal dari Tuhan sendiri maka
keesaan itu mewujud secara roh dan secara tubuh. Keesaan secara roh adalah
keesaan secara spiritual. Sedangkan, keesaan secara tubuh adalah keesaan
secara faktual dan kontektual. Misalnya ketika gereja berkumpul dan bersatu
memperjuangkan visi kekristenan tanpa memandang latar belakang aliran atau
doktrin.
1. Empat Motivasi yang Mendorong Keesaan Gereja di Banten
Gerakan keesaan gereja, selain karena perintah Tuhan kondisi tersebut
juga memungkinkan gereja untuk bersatu. Pengalaman ketidakadilan dan
penderitaan yang dialami oleh warga gereja merupakan salah satu faktor
pendorong agar gereja bersatu melalui gerakan keesaan. Mengenai hal itu, Pdt.
Benny, Gembala Sidang di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Serang Banten
mengatakan bahwa ada empat hal yang memotivasi gereja untuk mengesa.
Pertama, gereja itu mengesa biasanya pada saatmengalami bencana alam. Pada
saat itu semua anggota gereja tanpa memandang latar belakang aliran berkumpul
untuk membantu mereka yang terkena dampak bencana. Pengalaman seperti
ini sering terjadi di Banten. Kedua, gereja itu mengesa,karena berangkat dari
realitas minoritas kuantitatif. Di tengah realitas minoritas kuantitatif semua
gereja memiliki tanggung jawab untuk mengambil peran dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan. Ketiga, gereja itu mengesa karena adanya realitas
150