Office:
Penerbit K-Media
Banuwitan, No.003. RT.4. Dusun Plakaran, Kel. Baturetno,
Banguntapan, Bantul, 55197. Yogyakarta. 081802556554
SURAT KETERANGAN BUKTI TERBIT
No: 12/SK.BT/KM/XII/2020
Bersama surat ini kami sampaikan “Keterangan Bukti Terbit” untuk buku yang telah diterbitkan
di Penerbit K-Media dengan rincian sebagai berikut:
JUDUL BUKU : MODEL EXPERIENTIAL LEARNING ALTERNATIF
PENULIS DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI
ISBN : Embang Logita, M.Pd.
JUMLAH HALAMAN
UKURAN BUKU : 978-623-316-015-5
TAHUN TERBIT : viii + 132 hlm
JUMLAH CETAK : 14 x 20 cm
: Desember 2020
: 40 eksemplar
Demikian Surat Keterangan ini kami buat agar dipergunakan sebagaimana mestinya
Yogyakarta, Desember 2020
Nasir Nur Hasyim
MODEL EXPERIENTIAL LEARNING ALTERNATIF DALAM
PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI
Penulis :
Embang Logita, M.Pd.
Edisi Tahun 2020
MODEL EXPERIENTIAL LEARNING ALTERNATIF DALAM
PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI
Penulis : Embang Logita, M.Pd.
ISBN Nana Triana Winata, S.S,. M.Pd.
: 978-623-316-015-5
Penerbit
K-Media Banuwitan, No.003. RT.4. Dusun Plakaran, Kel.
Baturetno, Banguntapan, Bantul, 55197. Yogyakarta.
081802556554
[email protected]
WA / 081802556554
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang.
Dilarang mengutip atrau memperbanyak Sebagian atau
seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun juga dalam
izin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobbilalamiin, segala puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya.
Lahirnya buku Model Experiential Learning Alternatif
Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi, ini sebenarnya
berawal dari pemikiran yang sederhana, pertama menjadi
acuan bagi para guru yang mengajar materi Bahasa
Indonesia ternyata model Experiential Learning dapat
menjadi alternatif sebagai model pembelajaran untuk
menulis teks eksposisi. Kedua, saya menginginkansiswa-
siswa yang ada di Sekolah Menegah Atas dapat
mengembangkan daya pikir dalam pembelajaran menulis
eksposisi berdasarkan pengalaman mereka sendiri, bukan
menunggu yang diberikan oleh guru, sehingga mereka
dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan kritis
mereka berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
dipunyai masing-masing siswa.
Berdasarkan alasan di atas, maka saya mencoba
membuat buku ini walaupun masih jauh dari sempurna.
Buku ini dibuat dengan berbagai literatur, bantuan dan
1
dukungan teman-teman. Buku yang sederhana ini
diharapkan bermanfaat baik bagi guru- guru sehingga
dalam mengajarkan kepada siswa bisa lebih leluasa
dalam waktu pemberian materi karena siswa dapat
belajar sendiri.
Tentunya karya yang sangat sederhana ini masih
jauh lebih sempurna, tetapi semoga yang sederhana ini
dapat menjadi arahan, pegangan bagi yang memerlukan
sehingga dengan dimikinya buku ini lebih membukakan
pintu potensi, bakat dan minat para siswa.
Indramayu, Oktober 2020
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………… Halaman
DAFTAR ISI ………………………… i
ii
BAB I Belajar Mengajar dalam
Proses Pendidikan ........................ 1
A. Pengertian Belajar …………………… 1
B. Ciri Khas Perilaku Belajar …………… 2
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar … 5
D. Pengertian Mengajar ………………… 10
E. Konsep Belajar Mengajar …………… 13
BAB II Pembelajaran Berorientasi Pada 20
Aktivitas Siswa ……………………… 20
A. Pengertian Strategi, Pendekatan, Model,
Metode dan Teknik Pembelajaran ………
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Secara
3
Umum dan Menurut Para Ahli …… 20
1.2 Pengertian Strategi Pembelajaran 20
Secara Umum ……………
1.3 Pengertian Strategi Pembelajaran 22
Menurut Para Ahli ………...
1.4 Fungsi, Tujuan Strategi Pembelajaran ......... 23
1.5 Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran ....... 24
1.6 Strategi Pembelajaran Langsung (Direct
Instruction) ...................................... 25
1.7 Strategi Pembelajaran Tidak Langsung
(Indirect Instruction) ........................... 25
1.8 Strategi Pembelajaran Interaktif
(Interactive Instruction) ...................... 25
1.9 Strategi Pembelajaran Melalui
Pengalaman ....................................... .. 25
1.9 Strategi Pembelajaran Mandiri ............ 26
1.10 Strategi Pembelajaran Inkuiri ............. 26
1.11. Strategi Pembelajaran Kooperatif ....... 27
1.12. Strategi Pembelajaran Ekspositori ....... 28
1.13. Strategi Pembelajaran Kontekstual ....... 29
4
1.14 Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir ........................... 30
1.15 Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ......30
1.16 Strategi Pembelajaran Afektif ....................... 31
2. Model Pembelajaran
2.1 Pengertian Model Pembelajaran ................ 32
2.2 Pengertian Model Pembelajaran menurut
Para Ahli .................................................... 33
2.3 Ciri Ciri Model Pembelajaran ................... 35
2.4 Fungsi Model Pembelajaran ...................... 36
2.5 Jenis Model Pembelajaran ........................ 37
2.5.1 Information Processing Model
(Model Pemrosesan Informasi).............37
2.5.2 Personal Model
(Model Pribadi) ................................. 38
2.5.3 Social Interaction Model (Model
Interaksi Sosial) ............................... 39
2.5.4 Behavioral Model
(Model Perilaku) ............................... 39
2.6 Macam Macam Model Pembelajaran ........ 40
2.6.1 Model Pembelajaran Inquiry ........... 40
5
2.6.2 Model Pembelajaran Kontekstual ..... 41
2.6.3 Model Pembelajaran Ekspositori ...... 42
2.6.4 Model Pembelajaran
Berbasis Masalah ............................... 43
2.6.5 Model Pembelajaran Kooperatif ....... 43
2.6.6 Model pembelajaran PAIKEM .......... 43
2.6.7 Model Pembelajaran Kuantum
(Quantum Learning) ......................... 44
2.6 8 Model Pembelajaran Terpadu ........... 45
2.6.9 Model Pembelajaran
Kelas Rangkap ........................................ 46
2.6.10 Model Pembelajaran Tugas
Terstruktur ............................................ 47
2.6.11 Model Pembelajaran Portofolio ............ 47
2.6.13 Model Pembelajaran Tematik ................48
BAB III Pembelajaran Model Pengalaman 49
(Experiental Learning Model) ............
3.1 Pengertian Model Pembelajaran Pengalaman
(Experiental Learning) ......................................... 49
3.2 Karakteristik Experiential Learning ................ 52
6
3.3 Tahap-Tahap Experiental Learning ................ 54
3.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran
Experiental Learning.............................................57
3.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Experietal
Learning.............................................................. 59
BAB IV Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi
Menggunakan Model Experiential Learning .......... 60
4.1 Umum .......................................................... 60
4.2 Materi Pembelajaran Memproduksi Teks
Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013........ 66
4.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Memproduksi
Teks Eksposisi .............................................. 76
4.4 Metode Pembelajaran Memproduksi
Teks Eksposisi ............................................... 82
4.5 Tujuan Pembelajaran Memproduksi
7
Teks Eksposisi .............................................. 86
4.6 Alokasi Waktu Pembelajaran Memproduksi
Teks Eksposisi ............................................... 87
4.6.1 Pengertian Menulis ................................... 88
4.6.2 Tahap-tahap Menulis ............................. 89
4.6.3 Manfaat Menulis ................................. 98
4.6.4 Tujuan Menulis ...................................... 100
4.7 Teks Eksposisi sebagai Suatu Keterampilan
Menulis ....................................................... 108
4.7.1 Pengertian Teks Eksposisi ...................... 108
4.7.2 Struktur Teks Eksposisi .......................... 109
4.7.3 Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi ........ 112
8
BAB I
Belajar Mengajar dalam Proses Pendidikan
A. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah atau
perguruan tinggi, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta
didik.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku. Nana Sudjana mendefenisikan:
“Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan suatu
perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang
dimaksud itu berupa hasil belajar yang dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk. Dengan demikian bahwa belajar
9
merupakan perubahan tingkah laku seseorang berbagai
bentuk dari hasil interaksi kegiatan yang dilakukannya.
B. Ciri Khas Perilaku Belajar
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-
ciri perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku
belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan antara lain
psikologi pendidikan oleh Surya (1982) disebut juga
sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantara ciri-ciri
perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku
belajar yang terpenting adalah:
1. Perubahan intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah
berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan
sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan
kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa
siswa akan menyadari adanya perubahan yang dialami
atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya
perubahan dalam dirinya, seperti penambahan
pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu,
keterampilan dan seterusnya. Sehubungan dengan itu
perubahan yang diakibatkan mabuk, gila dan lelah tidak
10
termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu
yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak
menghendaki keberadaannya.
Disamping itu perilaku belajar itu menghendaki
perubahan tersebut. Jadi jika seorang siswa belajar
bahasa Inggris, maka sebelumnya ia telah menetapkan
taraf kemahiran yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya. Penetapan ini misalnya, apakah bahasa
asing tersebut ia akan gunakan untuk keperluan studi ke
luar negeri atau unuk sekedar bisa membaca teks-teks
atau literatur berbahasa Inggris.
2. Perubahan positif dan aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar
bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat,
serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna
bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan
penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru
(seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih
baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun
perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya
seperti karena proses kematangan (misal, bayi yang bisa
11
merangkak setelah bisa duduk) tetapi karena usaha siswa
itu sendiri.
3. Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat
yakni berhasil guna. Artiya perubahan tersebut
membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi
siswa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat
fungsional dalam arti bahwa dia relatif menetap dan
setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat
direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional
dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya
ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Selain itu perubahan yang efektif dan fungsional
biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya
perubahan-perubahan positif lainnya. Sebagai contoh,
jika seorang siswa belajar menulis, maka di samping
akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam
bentuk tulisan, ia juga akan memperoleh kecakapan
12
lainnya seperti membuat catatan mengarang surat dan
bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar sebagai proses atau aktifitas diisyaratkan
oleh banyak sekali faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali
macamnya, untuk memudahkan pembicaraan dapat
dilakukan klasifikasi antara lain:
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan
ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua
golongan yaitu:
a. Faktor-faktor non-sosial
Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga
tak terbilang jumlahnya misalnya : keadaan udara, cuaca,
waktu (pagi, atau siang, ataupun malam), tempat
(letaknya, pergedungannya), alat-alat yang di pakai
untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-
alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-
alat pelajaran).
Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di
atas itu, dan juga faktor-faktor lain yang belum
13
disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga
dapat membantu (menguntungkan) proses/perbuatan
belajar. Letak sekolah atau tempat yang tidak terlalu
dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan
itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
dalam ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat
harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi
syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologi
dan pedagogis.
b. Faktor-faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial disini
adalah faktor manusia (yaitu sesama manusia), baik
manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya dapat
disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang
atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang
belajar, banyak kali mengganggu belajar itu misalnya
kalau satu kelas siswa sedang mengerjakan ujian, lalu
terdengar banyak siswa lain bercakap-cakap di samping
kelas atau seseorang sedang belajar di kamar, satu atau
dua hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu, dan
sebagainya. Faktor-faktor sosial seperti yang telah
14
dikemukakan di atas itu pada umumnya bersifat
menggangu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar.
2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa, ini
pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan
yaitu:
a. Faktor-faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi di
bedakan manjadi dua macam, yaitu:
1) Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini
dapat dikatakan melatarbelakangi aktifitas
belajar keadaan jasmani yang segar akan
berpengaruh pada keadan jasmani yang kurang
segar, keadaan jasmani yang lelah lain
pengaruhnya dari pada yang tidak lelah.
Dalam hubungan dengan hal ini ada dua hal
yang perlu dikemukakan.
Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar
makanan ini akan mengakibatkan kuranya
tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa
15
kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan
sebagainya.
Beberapa penyakit yang kronis sangat
menggangu kegiatan belajar itu. Penyakit-
penyakit seperti pilek, influensa, sakit gigi,
batuk dan yang sejenisnya dengan itu biasanya
diabaikan karena dipandang tidak cukup serius
untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan,
akan tetapi dalam kenyataan nya penyakit-
penyakit semacam ini sangat menggganggu
aktifitas belajar itu.
2) Keadaan fungsi-fungsi Jasmani Tertentu
Terutama Fungsi-fungsi Pancaindera
Bahwa pancaindera dapat dimisalkan sebagai pintu
gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu. Orang
mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan
mempergunakan pancainderanya. Baiknya berfungsi
pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu
berlangsung dengan baik. Dalam sistem sekolah dewasa
ini di antara pancaindera yang paling memegang peranan
dalam belajar adalah mata dan telinga.
16
b. Faktor-faktor psikologis
Secara garis besar faktor-faktor ini telah
dikemukakan tetapi masih ada perlunya memberikan
perhatian khusus kepada salah satu hal, yaitu hal yang
mendorong aktifitas belajar itu, hal yang merupakan
alasan dilakukannya perbuatan belajar itu. Arden N.
Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong
seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:
Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki
dunia yang lebih luas.
Adanya sifat yang kreatif yang ada pada
manusia dan keinginan untuk selalu maju.
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati
dari orang tua, guru, dan teman-teman.
Adanya keinginan untuk memperbaiki
kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru,
baik dengan koperasi mau pun dengan
kompetisi.
Adanya keinginan mendapatkan rasa aman
bila menguasai pelajaran.
17
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir
dari pada belajar.
Apa yang telah dikemukakan itu hanyalah sekedar
penyebutan kebutuhan-kebutuhan saja, yang tentu saja
dapat ditambah lagi, kebutuhan-kebutuhan tersebut
tidaklah lepas satu sama lain, melainkan sebagai suatu
keseluruhan (sesuatu yang kompleks) mendorong
belajarnya anak. Selanjutnya suatu pendorong yang
biasanya berpengaruh besar dalam belajar anak-anak
didik ialah cita-cita. Cita-cita merupakan bermacam-
macam kebutuhan artinya kebutuhan-kebutuhan
biasanya disentralisasikan di sekitar cita-cita itu,
sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasikan
energi psikis untuk belajar.
D. Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi
atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi
proses belajar. Kegiatan mengajar biasanya diidentikkan
dengan tugas guru di sekolah dan dosen di perguruan
18
tinggi. Mengajar pada hakekatnya adalah melakukan
kegiatan belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan
pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan
siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna,
mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan
justifikasi.
Walaupun demikian ada beberapa prinsip yang
berlaku umum untuk semua guru yang baik:
1. Guru yang baik memahami dan menghormati
siswa.
2. Guru yang baik harus memahami bahan pelajaran
yang diberikannya.
3. Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar
dengan bahan pelajaran.
4. Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran
dengan kesanggupan individu.
5. Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam hal
belajar.
19
6. Guru jangan terikat oleh satu buku pelajaran
(textbook).
Untuk dapat melaksanakan tugas mengajar
dengan baik, guru harus memiliki kemampuan
profesional, yaitu terpenuhinya 10 kompetensi guru,
yang meliputi:
1. Menguasai bahan, yaitu bahan bidang studi
dalam kurikulum sekolah dan bahan penunjang
bidang studi.
2. Mengelola program belajar mengajar.
3. Mengelola kelas.
4. Penggunaan media atau sumber.
5. Menguasai landasan-landasan pendidikan.
6. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pelajaran.
8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah.
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah.
20
10. Memahamai prinsip-prinsip dan menafsirkan
hasil penelitian pendidikan guna keperluan
belajar.
Mengajar dapat dipandang sebagai menciptakan
situasi di mana diharapkan anak didik dapat belajar
dengan efektif. Situasi belajar terdiri dari berbagai faktor
seperti anak didik, fasilitas, prosedur belajar, cara
penilaian. Dalam situasi belajar itu ada kalanya guru
mengatakan apa yang harus dilakukan oleh anak didik
(direction), ada kalanya ia membimbing atau membantu
dan memberikan saran kepada anak didik dalam
menyelesaikan rencana atau tugas masing-masing
(guidance). Jadi kedua aspek itu, direction dan guidance
terdapat di dalamnya.
E. Konsep Belajar Mengajar
Guru merupakan figur yang sentral dalam rangka
melaksanakan fungsi dan tugas institusional dalam
proses belajalr mengajar, karena di tangan para guru
terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah yang berkaitan dengan
21
masa depan karier para peserta didik yang menjadi
tumpuan harapan para orang tua. Oleh karena itu
setidaknya seorang guru memiliki tugas-tugas pokok
antara lain mampu dan cakap merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan membimbing kegiatan
belajar mengajar. Dengan kata lain para guru mampu
menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya dengan
memahami dengan seksama hal-hal yang bertalian
dengan proses belajar mengajar, sebagai berikut:
1. Aspek siswa, seorang guru harus memahami
segala karakteristik perbedaan yang ada pada diri
peserta didik, guna mencapai tujuannya sesuai
dengan tahapan perkembangan para peserta
didik.
2. Aspek tujuan, yaitu apa yang akhirnya
diharapkan tercapainya setelah adanya kegiatan
belajar mengajar, yang diaplikasikan ke dalam
kegiatan yang terencana dan dapat dievaluasi
(terukur).
3. Aspek guru, sebagai figur pendidik dalam proses
belajar mengajar selalu mengusahakan
terciptanya situasi yang mengarah pada proses
22
pengalaman belajar (learning experience) pada
diri siswa, dengan mengerahkann segala sumber
(learning resources) dan menggunakan strategi
belajar mengajar (teaching-learning strategy)
yang tepat (appropriate).
Dari sini timbul suatu pemahaman bahwa terjadinya
perilaku belajar pada siswa dan perilaku mengajar pada
guru tidak berlangsung dari satu arah (one way system)
melainkan terjadinya secara timbal balik (interaktif, two
way traffic system) yang seyogyanya dipahami dan
disepakati bersama.
Setidaknya minimal ada tiga komponen yang harus
dipahami oleh guru dalam rangka pencapaian dari
perubahan-perubahan dari hasil proses belajar mengajar,
yaitu:
1. Hakikat atau konsep dasar serta terjadinya
perilaku belajar pada diri siswa.
2. Kriteria dan cara merumuskan tujuan belajar
mengajar (instruksional) dalam bentuk yang
operasional yang dapat dipandang sebagai
manifestasi hasil perilaku belajar siswa yang
23
secara langsung dapat diamati (observasi) dan
dapat dievaluasi atau diukur (measurable).
3. Karakteristik utama, termasuk segi-segi kebaikan
dan kelemahannnya, dari beberapa model strategi
belajar mengajar yang umum, serta kriteria yang
dapat dipergunakan untuk memilihnya bagi
keperluan penggunaannya.
Menurut Wina Sanjaya, ada beberapa hal yang
dilakukan guru dalam proses belajar mengajar :
1. Ketika mengajar guru tidak berusaha mencari
informasi, apakah materi yang diajarkannya sudah
dipahami siswa atau belum. Kurangnya perhatian siswa
seperti dalam peristiwa belajar mengajar di atas, jelas
disebabkan siswa sudah memahami informasi yang
disampaikan guru, sehingga menganggap materi itu tidak
penting lagi.
2. Dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha
mengajak berpikir kepada siswa. Komunikasi terjadi
satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap
bahwa bagi siswa menguasai materi pelajaran lebih
penting dibandingkan dengan mengembangkan
kemampuan berpikir.
24
3. Guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa
siswa tidak mau mendengarkan penjelasannya.
4. Guru menganggap bahwa dia adalah orang yang
paling mampu dan menguasai pelajaran dibandingkan
dengan siswa. Siswa dianggap belum mempunyai
pengetahuan tentang materi yang akan diajarkan
dimana harus diisi pengetahuannya oleh guru itu
sendiri.
Keempat pernyataan di atas merupakan kekeliruan guru
dalam mengajar para siswanya.
Masih menurut Wina Senjaya, terdapat beberapa
karakteristik dari konsep mengajar sebagai proses
mengatur lingkungan diantaranya.
a. Mengajar berpusat pada siswa (Student Centered)
Mengajar tidak ditentukan oleh keinginan guru, tetapi
sangat ditentukan oleh siswa itu
sendiri. Akan belajar apa siswa dari materi yang akan
diajarkan, bagaimana cara mempelajarinya, bukan hanya
guru yang bisa menentukan, siswapun harus bisa
menentukan. Siswa mempunyai kesempatan sesuai
dengan keinginan dan gaya mereka sendiri. Sehingga
25
peran guru berubah dari sebagai sumber belajar tetapi
sekarang menjadi fasilitator, artinya guru lebih banyak
sebagai orang yang membantu siswa, Oleh karena itu,
kreteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari
sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Siswa
tidak dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur
dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar sesuai bakat, minat
dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, materi
apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana cara
mempelajarinya tidak semata-mata ditentukan oleh
keinginan guru, tetapi memperhatikan setiap perbedaan
siswa.
b. Siswa sebagai subjek belajar.
Dalam konsep mengajar sebagai proses mengatur
lingkungan, siswa tidak dianggap sebagai organisme
yang pasif dimana hanya sebagai penerima informasi,
akan tetapi dipandang sebagai orang yang aktif dimana
memiliki potensi untuk berkembang. Siswa merupakan
individu yang memiliki kemampuan dan potensi.
c. Proses pembelajaran berlangsung dimana saja.
26
Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran
bisa terjadi dimana saja. Kelas bukanlah satu-satunya
tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan
berbagai tempat sesuai dengan kebutuhan dan sifat
materi pelajaran.
d. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan.
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi
pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah
laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir
ari proses pengajaran. Tetapi hanya sebagai tujuan antara
untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas.
Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai
siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri.
Untukl itulah strategi, model, metode, teknik tidak
hanya sekedar metode konvensional saja yang dilakukan,
tetapi menggunakan berbagai strategi, model, metode
dan teknik yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan kepada siswa.
27
BAB II
Pembelajaran Berorientasi Pada Aktivitas Siswa
A. Pengertian Strategi, Pendekatan, Model, Metode
dan Teknik Pembelajaran
3. Pengertian Strategi Pembelajaran Secara Umum
dan Menurut Para Ahli
1.1 Pengertian Strategi Pembelajaran Secara Umum
Dalam dunia pendidikan, strategi bisa diartikan
sebagai suatu cara atau metode kegiatan untuk mencapai
suatu tujuan pendidikan. Jadi definisi strategi
pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
Pengertian strategi pembelajaran secara umum
adalah suatu rencana dan cara mengajar yang akan
dilakukan guru dengan menetapkan langkah-langkah
utama mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang
akan dicapai dan telah digariskan.
28
Strategi pembelajaran juga bisa diartikan sebagai
serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi
pembelajaran di dalamnya mencakup pendekatan, model,
metode dan teknik pembelajaran secara spesifik. Strategi
pembelajaran memiliki beberapa kegunaan dan manfaat
di antaranya adalah siswa terlayani kebutuhannya
mengenai belajar cara berfikir dengan lebih baik.
Selain itu, adanya strategi pembelajaran juga
turut membantu guru agar memiliki gambaran
bagaimana cara membantu siswa dalam kegiatan
belajarnya. Hal ini dikarenakan siswa memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan, motivasi untuk
belajar, keadaan latar belakang sosio budaya dan tingkat
ekonominya.
Jadi, kegunaan strategi adalah memberikan
rumusan acuan kegiatan belajar mengajar untuk
memperoleh pengalaman belajar yang inovatif mengenai
pengetahuan dan kemampuan berfikir rasional dalam
29
menyiapkan siswa memasuki kehidupan dalam masa
dewasa. Contoh metode, teknik dan alat yang menjadi
bagian di dalam pelaksanaan sesuatu strategi
pembelajaran diantaranya adalah ceramah, diskusi,
demonstrasi, debat, simulasi, laboratorium, pengalaman
lapangan, brainstorming, simposium, bermain peran,
LCD, video-tape, karya wisata, penggunaan narasumber,
dan lain sebagainya.
3.2 Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Para
Ahli
Berikut merupakan pembahasan mengenai
pengertian strategi pembelajaran menurut para ahli
selengkapnya.
Menurut Kemp (1995)
Pengertian strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
30
Menurut Kozma (2007)
Definisi strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju
tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut Sanjaya, Wina (2007)
Strategi pembelajaran merupakan pola umum
perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan
kegiatan belajar-mengajar. Sehingga strategi menunjuk
kepada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-
peserta didik di dalam peristiwa belajar-mengajar.
3.3 Fungsi, Tujuan Strategi Pembelajaran
Fungsi dan tujuan dari strategi pembelajaran antara
lain:
Memberikan isi pembelajaran kepada pembelajar.
Menyajikan informasi atau bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam belajar untuk menunjukkan
unjuk kerja.
31
1.4 Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
Suatu strategi pembelajaran wajib dimiliki para
pendidik dan calon pendidik, sebab strategi pembelajaran
sangat menentukan pantas atau tidaknya menjadi seorang
pendidik.
Sedangkan dalam proses pembelajaran
membutuhkan berbagai keahlian, seni dan ilmu yang
berguna untuk menyampaikan materi pelajaran kepada
para siswa sesuai dengan tujuan efesien dan efektif.
Ada beberapa jenis-jenis dari strategi pembelajaran,
antara lain sebagai berikut:
1.5 Strategi Pembelajaran Langsung (Direct
Instruction)
Ini adalah jenis strategi pembelajaran dengan
kadar memiliki pusat kepada guru yang paling tinggi,
tetapi strategi ini seringkali dipakai. Contoh strategi
pembelajaran langsung antara lain: Suatu ceramah,
32
pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit dan latihan,
dan juga demonstrasi.
1.6 Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect
Instruction)
Ini adalah jenis strategi pembelajaran yang
menggambarkan terdapat bentuk terlibatnya siswa yang
paling tinggi karena guru memiliki peran sebagai
penyelidikan, penggambaran inferensi data dan
pembentukan hipotesis.
1.7 Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive
Instruction)
Jenis strategi pembelajaran interaktif mengarah
kepada bentuk diskusi dan saling berbagi antara siswa.
1.8 Strategi Pembelajaran Melalui Pengalaman
Strategi belajar dengan cara suatu pengalaman
adalah strategi pembelajaran memakai sekuens induktif
yang mengarah pada pusat siswa dan juga orientasinya
pada suatu kegiatan.
33
1.9 Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri adalah jenis strategi pembelajaran yang
mempunyai tujuan untuk membangun adanya inisiatif
perseorangan, kemandirian dan juga peningkatan diri.
1.10 Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri adalah serangkaian
kegiatan pembelajaran dengan cara mengutamakan
proses berpikir secara analitis dan kritis. Maksudnya,
berpikir analitis dan kritis dalam mencari serta
menemukan sendiri jawaban dari masalah yang di
tanyakan.
Strategi ini di lakukan dengan cara tanya jawab antara
siswa dan guru.
Dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri ini,
maka tujuan siswa akan lebih terbentuk. Sedangkan,
strategi ini sangat mengutamakan pada pembangunan
intelektual para siswa, perkembangan mental yang di
pengarui oleh empat faktor antara lain:
34
1. Social experience (pengalaman sosial).
2. Maturation (pematangan).
3. Physical experience (pengalaman fisik).
4. Equilibration (seimbang).
1.11. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif adalah serangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan para siswa dan
kelompok tertentu, agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah dirumuskan. Cara
pembelajaran kooperatif ini menggunakan sistem
pengelompokan ataupun tim kecil. Sekitar antara 4
hingga 6 orang yang sama-sama mempunyai latar
belakang dalam kemampuan akademik, ras, ataupun
jenis kelamin.
Namun, untuk sistem penilaiannya juga di lakukan
terhadap kelompok. Oleh sebab itu, masing-masing
kelompok mempunyai penghargaan ketika kelompok
tersebut mempunyai prestasi sesuai yang tekah
disyaratkan.
35
Dengan adanya penghargaan, maka kan menambah
motivasi para siswa untuk lebih giat dalam belajar.
Misalnya, strategi pembelajaran ekspositori.
1.12. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah suatu strategi
pembelajaran dengan cara mengutamakan pada proses
penyampaian ilmu atau materi yang dilakukan secara
verbal oleh guru kepada para siswa, agar siswa dapat
menguasai metari secara optimal.
Pengajar atau guru mempunyai peran yang sangat
penting dan dominan dalam menyampaikan materi
kepada para siswa. Sehingga jenis pembelajaran ini
termasuk sebagai strategi pembelajaran yang berorientasi
kepada pengajar atau guru.
Untuk dapat menggunakan strategi pengajaran jenis ini,
maka para pendidik harus menyajikan dalam bentuk
secara sistematik, rapi dan selengkap mungkin.
36
1.13. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran kontekstual adalah konsep
pembelajaran yang dapat membantu para pengajar atau
guru antara situasi dunia nyata para siswa dengan materi
pembelajaran yang sedang disampaikan.
Tanpa disadari secara langsung, strategi pembelajaran
kontekstual dapat mendorong siswa menjadikan
hubungan antara kehidupan dengan pengetahuan dapat
diterapkan dengan baik.
1.14 Strategi Pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan
mengutamakan pada kemampuan berpikir yang dimiliki
setiap siswa. Semua materi yang diberikan tidak di
jelaskan begitu saja, tetapi para siswa akan dibimbing
untuk dapat menemukan konsep yang seharusnya
dikuasai dengan proses dialogis secara terus-menerus
dan memanfaatkan pengalaman yang dimiliki para siswa.
37
Untuk strategi pembelajaran yang satu ini lebih
menekankan pola berpikir, sehingga strategi
pembelajaran ini lebih bersandar pada pengembangan
kemampuan berpikir para siswa.
Para siswa akan di ajak berfikir melalui fakta ataupun
pengalaman yang dijadikan sebagai bahan dalam
memecahkan suatu masalah. Hal ini harus diajarkan oleh
guru atau pendidik kepada para siswa melalui makalah
strategi pembelajaran.
1.15 Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah strategi
pembelajaran yang berisi rangkaian aktivitas
pembelajaran yang telah mengutamakan pada proses
penyelesaian masalah yang telah dihadapi secara ilmiah.
Cara ini bersandar pada psikologi kognitif yang dapat
terangkat dari anggapan bahwa belajar merupakan proses
perubahan pada tingkah laku melalui pengalaman.
38
Belajar tidak hanya sekedar menghafal fakta atau ilmu
saja. Tetapi belajar juga menjadi suatu proses interaksi
yang dilakukan secara sadar antara lingkungan dengan
individu.
Dengan menggunakan strategi pembelajaran ini, secara
perlahan para siswa akan mulai berkembang lebih baik
lagi. Oleh sebab itu, dapat membuktikan bahwa
perkembangan siswa terjadi melalui aspek afektif dan
juga psikomotrik.
1.16 Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif adalah jenis strategi
pembelajaran Portable Document Format (PDF) yang
berhubungan pada value atau nilai yang tidak mudah
diukur. Sebab dikarenakan menyangkut pada kesadaran
diri seseorang yang telah tumbuh pada diri siswa.
Proses pembelajaran afektif dapat muncul pada kejadian
perilaku, tetapi untuk dapat melakukan penilaian maka
harus membutuhkan observasi dan ketelitian secara
terus-menerus
39
4. Model Pembelajaran
2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka kerja yang
memberikan gambaran sistematis untuk melaksanakan
pembelajaran agar membantu belajar siswa dalam tujuan
tertentu yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran
merupakan gambaran umum namun tetap mengerucut
pada tujuan khusus.
Hal tersebut membuat model pembelajaran berbeda
dengan metode pembelajaran yang sudah menerapkan
langkah atau pendekatan pembelajaran yang justru lebih
luas lagi cakupannya.
Definisi di atas senada dengan pendapat
Suprihatiningrum (2013, hlm. 145) yang menyatakan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur pembelajaran dengan
sistematis untuk mengelola pengalaman belajar siswa
40
agar tujuan belajar tertentu yang diinginkan bisa
tercapai.
Untuk memperkuat kesahihan pengertian model
pembelajaran berikut ini adalah beberapa pengertian
model pembelajaran menurut para ahli.
2.2 Pengertian Model Pembelajaran menurut Para
Ahli
Trianto
Menurut Trianto (2010, hlm. 51) Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.”
Sukmadinata & Syaodih
Model pembelajaran merupakan suatu rancangan
(desain) yang menggambarkan proses rinci penciptaan
situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya
interaksi pembelajaran agar terjadi perubahan atau
41
perkembangan diri peserta didik (Sukmadinata &
Syaodih, 2012, hlm. 151).
Joyce & Weil
Joyce & Weil dalam Rusman (2014, hlm. 144)
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang bahkan dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau lingkungan
belajar lain.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas terlihat
adanya kesamaan ciri khusus yang menyelubungi semua
pengertian model pembelajaran. Ciri khusus tersebut
adalah adanya pola atau rencana yang sistematis.
Untuk memastikan keberadaan ciri tersebut maka berikut
adalah ciri atau karakterisitk yang dimiliki model
pembelajaran jika dibandingkan dengan ilmu
pelaksanaan dan perancangan pembelajaran lain.
42
2.3 Ciri Ciri Model Pembelajaran
Menurut Kardi & Nur dalam Ngalimun (2016, hlm. 7-8)
model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang
membedakan dengan strategi, metode atau prosedur.
Ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Model pembelajaran merupakan rasional teoretik
logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. Berupa landasan pemikiran mengenai apa dan
bagaimana peserta didik akan belajar (memiliki
tujuan belajar dan pembelajaran yang ingin
dicapai).
3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Sedangkan menurut Hamiyah dan Jauhar (2014, hlm. 58)
ciri-ciri model pembelajaran adalah sebagai berikut.
43
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar
tertentu.
2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan
kegiatan pembelajaran di kelas.
4. Memiliki perangkat bagian model.
5. Memiliki dampak sebagai akibat penerapan
model pembelajaran baik langsung maupun tidak
langsung.
2.4 Fungsi Model Pembelajaran
Fungsi model pembelajaran adalah pedoman dalam
perancangan hingga pelaksanaan pembelajaran.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Trianto
(2010, hlm. 53) yang mengemukakan bahwa fungsi
model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi
perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
Oleh karena itu pemilihan model sangat dipengaruhi sifat
dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi)
44
yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta
tingkat kemampuan peserta didik.
Ihwal sifat dan materi yang dibelajarkan tersebut, model
pembelajaran juga dapat dikategorikan berdasarkan
beberapa jenis yang sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
2.5 Jenis Model Pembelajaran
Menurut Joyce & Weil dalam buku Suprihatiningrum
(2013, hlm. 186) model-model mengajar (pembelajaran)
terbagi menjadi empat kategori sebagai berikut.
2.5.1 Information Processing Model (Model
Pemrosesan Informasi)
Model ini menekankan pada pengolahan informasi
dalam otak sebagai aktivitas mental siswa. Model ini
akan mengoptimalkan daya nalar dan daya pikir siswa
melalui pemberian masalah yang disajikan oleh guru.
Tugas siswa adalah memecahkan masalah-masalah
tersebut. Model ini menerapkan teori belajar
45