The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Agus Budiono, 2023-12-18 03:31:34

novel-gua-pdf_compress

novel-gua-pdf_compress

GOOD ENDING Virgilia Anna Gustiniani Pakalla


Good Ending Penulis: Virgilia Anna Gustiniani Pakalla Editor Virgilia Anna Gustiniani Pakalla


KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkah dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan novel ini. Dalam penyusunan Novel Good Ending ini, saya sebagai manusia biasa, yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan meminta maaf apabila ada kesalahan dalam teknik penulisan maupun tata bahasa. Saya berterima kasih kepada Ibu Ranem selaku guru Bahasa Indonesia saya yang telah membimbing serta membina saya sehingga saya bisa menyelesaikan novel ini. Tak lupa juga saya berterima kasih kepada teman-teman yang telah memberi masukan-masukan sehingga saya bisa menyelesaikan novel ini. Disertai keseluruhan rasa rendah hati, kritik dan saran yang membangun amat saya hargai dari siapa saja yang membacanya. Tenggarong, 14 Februari 2018


2 Virgilia Anna Gustiniani Pakalla


Daftar Isi 1. Medali Pertama……………………………… 2 2. Dekat Kak Tomi………………………………. 14 3. Ulang Tahun yang Manis…………………. 32 4. Kehilangan…………………………………….. . 35 5. Hari Baru……………………………………….. . 43 6. Peringkat Dua…………………………………. 51 7. Peristiwa Balon Merah……………………. 56 8. Salam……………………………………………… 59 9. Kak Gilang………………………………………. 63 10. Foto Bareng……………………………………. 70 11. My Annoying Boyfriend………………….. 76 12. Putus……………………………………………… 87 13. Bertemu Manusia Ajaib…………………. 90 14. Surprize dari Darrel……………………….. 99 15. Kak Tomi Kembali………………………….. 101 16. Darrelku………………………………………… 105


2 1. Medali Pertama Namaku Brigitta Anna. Keluarga dan teman-temanku memanggilku Anna. Anna adalah kependekan dari nama papa dan mamaku, Antonio dan Naomy. Mereka adalah alasan mengapa aku ada di dunia ini, dan karena mereka juga aku bisa membuat novel ini. Aku lahir di Balikpapan, tanggal 5 mei tahun 2000. Umurku sekarang 18 tahun. Dan kini, cuma tinggal menghitung hari aku akan mengakhiri masa SMA-ku. Bulan april nanti semua siswa kelas 12 akan menghadapi ujian nasional. Ya, termasuk aku. Dalam novel ini, aku mau menceritakan dua kisah yang tidak akan pernah aku lupakan. Apalagi kalau bukan tentang cinta? Karena cinta, aku bisa merasakan bagaimana rasanya dicintai, diperjuangkan, dirindukan dan merasakan hal-hal yang membuatku merasa seperti orang paling bahagia di dunia ini.


3 Dan beginilah kisahku dimulai. 2 Mei 2014 Pagi itu, aku sangat buru-buru menyelesaikan sarapanku. Semua barangku sudah siap, lalu aku diantar Papa menuju ke rumah Ibu Leni. Beliau adalah pelatihku dalam beladiri jujitsu. Dalam perjalanan, Papa mengomeliku. Karena, pagi ini aku bangun telat, dan Papa takut aku akan ditinggal oleh rombongan. Aku akan mengikuti pertandingan antar jujitsan se-Kalimantan Timur di Bontang, besok. Dan jam enam pagi ini kami harus sudah berangkat. Setibanya di rumah Bu Leni, ternyata semua teman-temanku sudah sampai, dan tinggal aku yang ditunggu. Lalu aku pamit sama Papa. “Pa, doain Anna pulang nanti bawa medali, ya.” “Iya, Nak, baik-baik ya di sana. Bu Leni, saya titip


4 Anna, ya.” Ujar Papa. “Iya, Pak, baik.” Jawab Ibu Leni “Kalau begitu saya pulang dulu, Bu. Anna, Papa pulang ya.” “Iya, Pak.” Ujar Ibu Leni “Iya, Pah, hati-hati.” Sahutku Setelah semua barang masuk ke dalam mobil kami berdoa bersama-sama, agar bisa sampai di Bontang dengan selamat. Akhirnya kami berangkat. Sebelum sampai di Bontang, di tengah perjalanan kami berhenti dulu di rumah suhu. Suhu adalah guru besar jujitsu di daerahku. Di sana ternyata ada lebih banyak lagi jujitsan yang sama-sama mau ikut pertandingan di Bontang. Total mobil yang kami pakai ke Bontang ada tujuh mobil. Di perjalanan, aku tidak pernah terbangun dari tidur, saking nyenyaknya. Dan nggak terasa ternyata kami


5 sudah tiba saja di Bontang. Mobil kami langsung menuju ke penginapan. *** Setelah sampai di penginapan, aku dan teman-temanku masuk ke kamar masing-masing. Satu kamar ada sepuluh orang. Kamarnya sangat besar makanya bisa cukup sampai sepuluh orang. Aku sekamar sama sahabatku Sasha, dia juga ikut pertandingan itu. *** Malam, pukul 19.00, kami pergi ke aula untuk mengikuti upacara pembukaan. Waktu aku sampai di sana, aku sangat kagum, karena semua orang disana semangatnya kuat sekali. Dari jujitsan yang masih tk sampai orang tua semuanya semangat. Maklum aku


6 belum pernah sebelumnya ikut pertandingan se-Kalimantan Timur begini. Upacara pembukaannya berlangsung cukup lama, sekitar 2 jam. Setelah upacara selesai, kami kembali ke penginapan dan beristirahat. *** Keesokan harinya, hari yang kutunggu-tunggu, hari dimana pertandingan dimulai. Pukul tujuh pagi, kami berangkat ke gedung pertandingan. Sesampainya di gedung, kami langsung pemanasan. Semua yang ada di sana ikut pemanasan juga. Lalu, pertandingan dimulai. Ini adalah pertandingan beregu. Satu regu ada tiga orang. Satu dari kelas A, satu dari kelas B, dan, satu lagi dari kelas C . Kelas A untuk 45 kilogram ke bawah.


7 Kelas B untuk 50 – 55 kilogram. Kelas C untuk 55 kilogram ke atas. Aku masuk kategori A, ya, waktu itu beratku sekitar 41 kilogram nggak kayak sekarang. Aku satu regu sama Sasha, kelas B, dan, Eci, kelas C. Kami bertiga tanding urutan kelima, masih lama. Aku berkeliling melihat pertandingan yang lain. Saat aku memerhatikan pertandingan di sebelah tempatku bertanding nanti, ternyata dia yang dari sudut biru itu anak buah dari suhu juga. Pantas saja teman-temanku banyak yang berdiri di samping arena. Mereka berteriak-teriak. “Tomi!!!! Tomi!!!! Ayooo, Tom.” “Ayo, !!!” Semua temanku berteriak seperti itu, ada juga yang belum ku kenal, karena beda dojo (tempat latihan) tetapi Suhu kami sama. Tomi adalah murid dari Suhu juga, tapi rasanya aku tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya. Mungkin pernah waktu ujian kenaikan sabuk bersama. Karena terbawa suasana, aku juga ikut-ikutan


8 deh. “Tomi, ayo, Tom!!” teriakku membantu teriakan yang lain. Tapi, sayang teriakan kami masih belum bisa membuat Tomi memenangkan pertandingan itu. Setelah berjabat tangan dengan lawannya tadi, dia mendekati kami, para supporter di tepi arena. “Makasih, ya, teman-teman udah semangatin tadi.” Kami hanya membalasnya dengan senyuman. Suhu menyuruh kami untuk menyemangati yang lain juga. *** Pertandingan keempat putri sudah selesai, selanjutnya pertandingan kelima putri, PERTANDINGANKU!!! Awalnya aku biasa saja, tapi


9 tiba-tiba nafasku menjadi tidak karuan. Aku deg-degan. Ibu Leni datang ke sampingku dan memberikan semangat, teman-teman yang lain juga. “Putri beregu 5, harap memasuki arena pertandingan.” Ujar juri yang duduk di tepi arena Aku, Sasha, dan Eci sama-sama berdoa agar dapat memenangkan pertandingan itu. Kelas A bertanding terlebih dahulu. Jadi, aku yang pertama kali mewakili reguku. Namun, pertandingan pertamaku ini tidak sesuai harapan. Aku kalah. Sasha juga kalah. Jadi, otomatis regu kami gugur di babak penyisihan ini. Jujur aku kecewa dengan diriku sendiri. Masalahnya, aku kalah tipis. Kalau saja aku mengeluarkan semua tenagaku, mungkin aku bisa menang tadi. ***


10 Siang, waktu matahari tepat berada di atas kepala, aku dan teman-temanku, ada juga teman baru, duduk di luar sambil menikmati snack yang disediakan. “An, An.” Panggil Sasha “Apa, Sa?” “Aku mau cerita ke kamu, tapi kamu gak boleh langsung ngeliat ke orangnya kalau udah kuceritain.” “Mau ngomongin orang lagi? Hehehe, mau cerita apa memang?” “Ssstttttt, diam nanti orangnya ngerasa. Dari tadi aku perhatiin, si Tomi ngeliatin kamu terus, gak kedip lagi.” “Kan, kan, Sasha mulai. Itu perasaanmu aja, Sa.” “Beneran, waktu kamu ketawa tadi pas kita becandaan, dia senyum-senyum ngeliatin kamu. Kayaknya dia suka deh sama kamu” “Ah, kamu ini, Sa. Dia suka kamu kali, kan kita duduknya sebelahan, dia bisa jadi liatin kamu juga.”


11 “Kamu ini loh. Yasudah kalau gak percaya. Bakal nyesel kamu gak pecaya sama aku.” “Iya, iya, serahmu dah.” Aku dari tadi memang merasa di perhatikan oleh Tomi. Tapi, aku tidak mau memberitahukan Sasha, dia orangnya susah tutup mulut. Kami saling bercanda ria di luar gedung, candaan dari Yogi sangat lucu. Yogi itu pelatih kami dia bisa dibilang masih muda untuk menjadi pelatih, tapi dia sudah sabuk coklat. Dia nggak ada berhentinya melawak. Dia terlihat ingin mencoba menghibur kami-kami yang kalah ini. Tapi, diantara kami banyak juga yang menang. Sementara mendengarkan cerita lucu Yogi, Ibu Leni dengan tergesa-gesa datang mendekat ke arahku. “Anna, Eci, Sasha, ayo sekarang kalian tanding, ayo cepat.” Panggil Ibu Leni panik. “Loh, Bu, kami kan sudah kalah.” Jawab Eci. “Iya, Nak, tapi karena poin kalian tadi tinggi,


12 kalian di pilih untuk melawan regu dari Bontang untuk merebut juara tiga.” “Haaaah? Beneran, Bu?” Kataku kaget “Iya, Anna, ayo cepat nanti kalian didisfikualisasi.” “Iya, Bu.” Kami langsung bergegas menuju arena pertandingan. Dan lagi, aku yang mengawali pertandingan ini. Aku memenangkan pertandinganku, dengan poin yang lumayan jauh. Selanjutnya Eci. Aku tidak kuat berdiri untuk menyemangati Eci, karena tadi lawanku memukulku tepat di ulu hatiku, sakit sekali. Kalau Eci menang, Sasha tidak perlu bertanding. Tapi, ternyata Tuhan menginginkan Sasha bertanding siang itu. Eci kalah. Sepertinya dia masih kelelahan setelah tanding pertama tadi. Waktu Sasha bertanding, aku dan Eci berdoa di pinggir lapangan, agar kami pulang bisa membawa medali. Dan Tuhan memang mahabaik, Dia mengabulkan


13 permintaan kami. Sasha memenangkan pertandingannya yang sekaligus merupakan pertandingan terakhr hari itu. Aku sangat bahagia. Aku yang awalnya tidak sanggup lagi berdiri, langsung melompat kegirangan saat melihat wasit mengangkat tangan Sasha. *** Waktu aku bertanding tadi, aku melihat To mi di pinggir arena. Tidak hanya Tomi, yang lain juga ada, tapi entah kenapa fokusku saat itu tertuju ke Tomi.


14 2. Dekat Kak Tomi Seusai pertandingan, kami langsung kembali ke penginapan untuk beristirahat. Sampai di kamar kami semua tepar dan tak berdaya. Aku tertidur sangat pulas, dan tidak sadar kalau jam sudah menunjukan pukul enam sore. Eci membangunkanku dari tidur. Lalu aku bangun, dan mandi. Setelah mandi aku bersiap-siap untuk makan malam bersama. Bibir senyumku dari tadi tidak berubah. Mungkin ini efek terlalu bahagia. Aku tidak begitu lapar malam itu, jadi aku cuma mengambil sedikit nasi dan lauk. Tidak tahu kenapa aku malam itu ingin sekali makan es krim. Jadi, aku pergi keluar dari penginapan, mencari toko di sekitar situ. Aku tidak membawa Sasha, malas nanti dia rempong di sana, jadi aku pergi sendiri.


15 Saat aku berjalan keluar dari penginapan dan menuju toko di ujung jalan itu, ada seseorang yang memanggil dari belakang. “Hei!” Waktu aku menoleh ke belakang, ternyata dia Tomi. “Iya?” “Ngapain malam-malam gini keluar penginapan?” Tanyanya. “Ini, aku kepengen makan es krim.” “Es krim? Terus kamu sendiri aja?” “Tadinya sih, tapi sekarang berdua.” Candaku “Oh, iya, hehehee, ya udah aku temenin ya.” “Iya, boleh.” Tokonya tidak jauh dari penginapan cuma sekitar 50 meter. Aku sih berharap tokonya masih jauh lagi. Biar aku bisa mengobrol lebih lama dengan Tomi. Dia ternyata asik orangnya.


16 Di toko aku mencari es krim yang aku suka. “Sukanya rasa apa?” Tanya Tomi. “Vanila.” “Loh, kok sama, hehehe.” Aku tidak tahu dia sengaja atau tidak menyamakan hal itu. “Oh, ya? Kamu juga suka rasa vanilla.” Ujarku. “Iya, beli yang ini aja, gimana.” Dia menawarkan es krim yang ada di tangannya. “Iya, boleh, deh, itu aja.” Lalu kami menuju kasier. Aku mengantri di belakang Tomi. “Mba, itu es krim vanilanya dua sama coklat satu berapa ya?” Tanya Tomi. “Semuanya 35.000 rupiah.” Jawab mba kasier. “Oh, ini mba.” Kata Tomi sambil membayar. Waktu aku di depan kasier, dan belum menaruh


17 es krim yang mauku beli, Tomi menarikku. Dia menarikku ke tempat penyimpanan es krim tadi. “Taruh aja es krimnya.” Ujarnya. “Loh, kenapa?” “Ini sudah ada.” Dia mengangkat plastik di tangannya. “Kamu beliin aku?” “Iya, gak papakan? “Iya, gak papa, cuma aku jadi gak enak sama kamu.” “Santai aja, laa. HItung-hitung ini hadiah dari aku buat kemenanganmu tadi di pertandingan.” “Hmm, iya, deh, makasih.” Aku gugup sekali saat itu, dia saja belum tahu siapa namaku, tapi sudah berani nraktir. “Ya sudah, ini kita mau balik?” Tanyanya. “Hmmm, aku bosan di penginapan, aku mau


18 keliling-keliling dulu.” “Ohh, aku temenin, ya?” Lagi?? Dia ini kenapa, sih? Dari tadi dia ngikutin aku terus. Dia mau dekatin aku kali, ya? Gumamku. “Kamu gak mau balik aja? Ngumpul sama temen-temenmu?” Tanyaku. “Gak, ah, aku juga bosan di sana. Ya udah, yuk, jalan.” “Hmm, iya.” Lalu kami pergi dari toko itu. Kami berjalan kaki menuju trotoar di pinggir jalan kota Bontang. “Ini, es krimmu.” Ujar Tomi memberikan es krim vanila tadi. “Iya, makasih sudah ditraktir tadi” “Iya sama sama.” “Oh, iya. Kamu belum tau namaku kan?” Tanyaku sok tahu


19 “Sudah, kok.” Jawabnya. “Sudah? Kan kita belum kenalan, kok bisa tau?.” “Emang harus kenalan biar tahu nama kamu. Aku tadi nanya ke temanmu yang namanya Sasha, tapi aku bilang jangan kasih tahu ke kamu kalau aku nanya namamu.” “Ohh, gitu, pantesan.” Aku langsung ingat perkataan Sasha tadi, kalau dia sangat yakin kalau Tomi memperhatikanku bahkan menyukaiku. “Hah? Kenapa memangnya kenapa? Sasha ada cerita ke kamu?” “Gak, gak ada kok.” Kataku menutupi kejadian itu. “Kamu tau namaku kan?” Tanyanya “Tomi?” “Iya, kok udah tau?” “Tadi waktu kamu tanding mereka teriak-teriak Tomi, Tomi gitu.” “Oh, gitu, ya. Kamu kelas berapa?” Tanya Tomi


20 “Aku, kelas dua SMP. Kalau kamu?” “Aku kelas satu SMA. Jadi, aku bisa dong, manggil kamu adek? Kamu kan dua tahun lebih muda.” “Terus aku manggil kamu Kakak gitu?” “Iya, biar lebih akrab kedengarannya. Gimana?” “Hmmm, Iya, deh, Kak.” Dia tersenyum waktu kujawab begitu. Sepanjang jalan Kami banyak ceritaan tentang pertandingan tadi, sampai-sampai tidak terasa kami sudah berjalan cukup jauh. Dan waktu itu sudah hampir pukul setengah sepuluh. “Dek, sudah mau jam setengah sepuluh, kita balik yuk, kamu harus istirahat.” “Iya, Kak.” Lalu kami memutar arah, dan kembali ke penginapan. Dalam perjalanan pulang, Kak Tomi, panggilan ku ke dia sekarang, selalu membahas hal-hal yang lucu. Itu membuatku tertawa sepanjang jalan.


21 “Kamu cantik.” Katanya melihatku tertawa di sampingnya. “Haa? Apa kak?” Kataku sambil meredam tawaku. “Kamu cantik, Anna.” Tegasnya “Ohh, makasih, Kak” Jawabku Dan tidak terasa kami sudah sampai di depan penginapan. Kak Tomi menyuruhku masuk ke lobi terlebih dahulu, agar tidak ketahuan oleh para pelatih, atau suhu. Sebelum aku pergi dia hanya sempat mengatakan selamat malam dan memberikan coklat yang tadi dia beli ke padaku. Aku belum sempat mengatakan terima kasih, karena takut terlihat orang lain aku langsung masuk. Wajahku tidak bisa membohongi perasaanku saat itu. Perasaan bahagia itu tidak bisa kututupi. Aku benar-benar tidak tahu kenapa aku semakin bahagia kalau mengingat kejadian-kejadian tadi. Jangankan kejadiaan tadi, mendengar nama Kak Tomi saja aku


22 sudah senangnya tak karuan. Saat aku selesai menaiki tangga menuju kamarku dengan senyum yang masih tidak berubah, aku terkejut, karena Sasha berdiri di depan pintu kamar, dengan wajah yang cemberut. “Kenapa anak gadis baru pulang jam segini ke kamar? Abis darimana kamu? Abis ngapain aja? Aku nyari kamu dari tadi, An.” Kata Sasha marah “Aku abis itu, emmm, aku abis beli nasi goreng terus aku makan di warung ujung sana.” “Yakin? Beli nasi goreng atau kencan?” “Sa, kamu tau ya?” “Iya, tau lah, An. Aku ini sahabatmu kan, apa sih yang gak aku tau dari kamu. Aku kecewa aja kenapa kamu gak cerita kalau kamu mau jalan sama Tomi.” “Ssstttttttt, jangan nyaring-nyaring, Sa. Nanti ada yang tau. Ayo sudah kita duduk dulu, baru aku ceritain.” Lalu aku mengajak Sasha duduk di balkon kamar


23 kami. Dan aku menceritakan semuanya yang terjadi tadi. Untungnya dia mengerti. “Jadi, gitu, ya.” “Iya, Sa.” “Hayoo, gimana rasanya di temenin beli es krim plus di kasih coklat.” “Ya, gitu.” “Ya, gitu gimana, An? Ciee sahabatku lagi jatuh cinta, ya? “Haa? Emang bisa orang jatuh cinta kalau cuma jalan sebentar aja.” “Kan, kan, ini, ni, kamu tadi jalan sama dia dua jam, loh, An, dan itu kamu bilang sebentar? Berarti kamu sudah nyaman sama dia, An, sampai gak kerasa waktunya.” “Terus itu namanya jatuh cinta? Gak kan.” “Bisa jadi, kamu aja dari tadi udah senyum-senyum terus, mikirin Kak Tomimu itu ya?”


24 “Iya, nih, aku gak bisa berhenti senyum terus, Sa.” “Kamu ini, sudah kubilang kamu itu lagi jatuh cinta. Udah ah, sudah malam, aku mau tidur. Kamu jangan kelamaan senyum-senyumnya, jangan lupa istirahat.” “Iya, Sa. Selamat malam.” “Malam juga, An.” Lalu Sasha masuk ke dalam kamar, dan aku masih di luar melihat ke langit. Masih membayangkan kejadian tadi. Tapi tidak lama aku mengantuk, dan akhirnya aku masuk ke kamar dan isirahat. *** Kesokan harinya, jam tujuh pagi kami berangkat menuju aula pertandingan, untuk upacara penutupan sekaligus pembagian hadiah.


25 Saat acara pembagian hadiah, aku, Sasha, dan Eci naik ke atas panggung, lalu menerima hadiah yang diberikan oleh pimpinan jujitsu se-Kalimantan Timur. Setelah turun dari panggung, kami bertiga berswafoto. Kami bertiga sangat bahagia. Karena perjuangan kami akhirnya membuahkan hasil. Belum puas berswafoto bersama, tiba-tiba pembawa acara memanggil semua jujitsan untuk berfoto bersama. Ada lebih dari seratus jujitsan yang berfoto di atas panggung, dan kenapa yang berdiri tepat di belakangku itu Kak Tomi? Aku menyadarinya karena saat semua berbaris untuk berfoto, Kak Tomi membisik pelan di telingaku. ”Selamat.” “Haaa…” Kataku kaget. Aku langsung menengok ke belakang saat itu. Aku hanya tersenyum membalas ucapan Kak Tomi tadi. Dia juga tersenyum. Usai berfoto kami semua turun dari panggung,


26 dan tiba-tiba Kak Tomi menarikku. “Ngobrol sebentar bisa?” Tanya Kak Tomi. “Bisa.” Lalu kami berdua keluar aula, berdiri di antara pilar-pilar aula itu. “Kenapa, Kak?” Tanyaku. “Selamat, yah.” “Loh, tadi udah.” “Iya, selamat lagi. Emang gak boleh ya?” “Selamat buat apa? “Buat itu.” Kata Kak Tomi sambil menunjuk medali yang tergantung di leherku. “Oh, iya Kak, Makasih.” “Emmm, boleh minta sesuatu?” “MInta apa?” “Minta nomor telepon.” “Nomor telepon Anna?”


27 “Iya, An, gak boleh ya?” “Oh, boleh kok. Ini nomorku.” Kataku sambil memperlihatkan nomor telepon dari ponselku. “Oke, Aku miss call, ya.” “Iya, Kak.” Kringgg… kringggg. Kringggg, bunyi dari ponselku. “Nah, itu sudah masuk. Simpan nomor kakak ya.” “Iya, deh.” Lalu aku menyimpan nomor teleponnya dalam ponselku. Aku menyimpan nomor Kak Tomi dengan nama Kai’. Karena bagiku itu lucu, hehehe… “Loh, An, kok nama kakak diganti kai’?” “Kan biar akrab.” Terlihat Kak Tomi tertawa kecil mendengar aku bilang seperti itu. Dia menundukkan kepalanya, supaya aku tidak tahu kalau dia menertawai ucapanku tadi.


28 “Kok ketawa, sih, Kak.” “Gak apa apa, Dek. Loh bukannya Anna manggilnya kai’, kenapa kakak lagi manggilnya.” “Eh, iya, Kai’.” Kami berdua pun tertawa. Lalu Kak Tomi tiba-tiba menceletuk. “Kalau gitu, Kai’ akan manggil Anna jadi nenek.” “Nenek? Loh gak bisa gitu kak.” “Kan pasangannya kai’ itu nenek.” Kata Kak Tomi sambil tersenyum. “Gitu, ya? Ya sudah boleh.” “Beneran?” “Iya, beneran Kai’.” “Oke, deh, Nek.” Karena panggilan kami yang konyol itu, aku dan Kak Tomi pun tertawa lagi. Dan di tengah tawaku dan Kak Tomi saat itu, Sasha tiba-tiba datang dengan buru-buru.


29 “An, ayok, yang lain sudah di mobil semua, tinggal kamu, aku, sama Tomi yang masih di luar.” “Kita udah mau pulang?” Tanya Kak Tomi. “Iya, ayok cepat, sebelum Bu Leni panik nyari kalian. Kalian dikira hilang tau, lah. Sekalinya di sini berduaan.” Ujar Sasha ngomel. “Ih, Sasha apaan, sih. Marah-marah terus.” Ujarku kesal. “Sssttttt… udah, An. Oke, Sa, makasih udah manggil kami. Sudah sekarang kita ke sana.” Kata Kak Tomi meredam kekesalanku. Kami bertiga lalu beranjak dari tempat itu. Aku masuk di mobil yang kemarin aku naiki. Tapi, di dalam mobil itu tidak ada Kak Tomi. Dia masuk di mobil yang lain. Aku saat itu kesal dan senang. Kesal karena omongan Sasha tadi. Dan senang karena aku dan Kak Tomi semakin dekat.


30 *** Dalam perjalanan pulang, aku tidur sepanjang jalan. Sampai akhirnya aku terbangun setelah jauh melewati rumah suhu. Dan ketika aku melihat ke belakang, mobil rombongan yang tadi dinaiki Kak Tomi tidak terlihat. “Sa, Sa, bangun, Sa.” Panggilku membangunkan Sasha. “Aduh, An, aku belum ada tidur nah. Kenapa?” “Kak Tomi mana?” “Loh, kok tanya aku. Kan ceweknya kamu.” “Dia udah turun tadi di rumah suhu?” “Iya udah lah, An. Masa iya dia ikut kita ke Balikpapan.” Aku langsung diam waktu mendengar jawaban Sasha itu. Lalu Sasha melanjutkan tidurnya lagi. Aku kesal dengan diriku sendiri, karena aku tidak


31 melihat Kak Tomi turun dari mobil atau bahkan salam perpisahan dengannya. Waktu aku pun mencoba menghubunginya, ternyata sudah ada pesan dari dia, yang isinya begini, Nek, kalau sudah sampai rumah balas sms ini. Tadi nenek tidur, jadi kai’ gak bisa ngasih salam perpisahan langsung. Maaf, ya. Membaca pesan itu rasanya seperti mendapat doorprize seratus juta. Bahagianya bukan main. Rasanya ingin berteriak-teriak. Tapi, takut Sasha bangun. Jadi, aku hanya bisa senyum-senyum kayak orang gila.


32 3. Ulang Tahun yang Manis Tanggal 5, bulan Mei, tahun 2014. Hari ulang tahunku. Usiaku saat itu genap 14 tahun. Hari itu adalah satu hari setelah aku pulang dari Bontang, hari setelah aku bertemu Kak Tomi sebelumnya. Aku bangun dari tempat tidurku pukul 07.00. Aku merapikan tempat tidurku. Lalu mengambil handuk. Aku berjalan menuju kamar mandi. Ketika melewati meja makan aku melihat kue black forest bertuliskan selamat ulang tahun Anna. Aku sangat kaget. Di atas meja sudah ada makanan-makanan kesukaanku dan kue ulang tahun yang manis. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Benar-benar ulang tahun yang spesial. Karena satu sari sebelumnya


33 aku mendapatkan hadiah dari pertandinganku, di tambah bisa dekat dengan Kak Tomi. Dan sekarang keluargaku memberikanku surprise seperti ini. Mama, papa, dan abangku datang dari belakangku menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Betapa bahagianya aku hari itu. Perayaan ulang tahun yang sederhana tapi manis sekali. Setiap tahun di keluargaku akan selalu dirayakan seperti itu jika ada yang berulang tahun. Mama mengucapkan selamat ulang tahun dan semua doanya kepadaku, lalu mama mencium keningku. Papa, dan abang pun begitu. Lalu aku menaruh kembali handukku dan duduk bersama di meja makan. Setelah kami menghabiskan sarapan, aku membantu mamaku membersihkan meja makan. Lalu aku pergi mandi. *** Setelah memakai baju dan menyisir rambutku yang masih basah, aku mengambil ponselku. Aku duduk


34 di sofa ruang tamu. Kutebak, Kak Tomi pasti sudah menghubungiku. Dan benar, dia mengucapkan selamat ulang tahun untukku jam 06.00 pagi tadi. Aku membalas pesannya dengan kata terima kasih, terima kasih untuk ucapan dan doanya. Lalu Kak Tomi menanyakan kabarku. Dan aku pun demikian. Kami saling balas-balasan pesan di SMS. Dia meminta pin bb-ku, dan nama facebook-ku. Hari itu kami menjadi semakin dekat. Dia menceritakan keluarganya. Dan aku menceritakan keluargaku. Itu benar-benar ulang tahunku yang sempurna. Tidak ada berhentinya rasa bahagia itu datang.


35 4. Kehilangan Sudah tiga bulan setelah hari bahagia itu, Kak Tomi dan aku masih sering menghubungi satu sama lain, bahkan hampir setiap hari kalau tidak sibuk. Dia masih sering membuat candaan yang membuatku tertawa. Dia juga semakin perhatian. Aku masih memanggilnya dengan sebutan kai’. Dia pun begitu, masih memanggilku nenek. Dia sudah pernah menyatakan perasaannya padaku. Dia tidak menembakku. Cuma menyatakan kalau dia suka aku. Kamu tau lah, bagaimana perasanku waktu itu. Tapi, sudah tiga hari ini, Kak Tomi tidak ada kabar. Aku sudah menghubinginya dimana-mana, tapi tidak ada


36 balasan. Nomornya juga tidak aktif. Jujur aku saat itu kesal sekali. Bisa-bisanya dia menghilang tiba-tiba begitu. Aku sedih. *** Pagi itu, embun masih menyelimuti sekitar rumahku, dingin sekali. Ingin rasanya menarik selimut di atas kasurku lagi. Tapi, aku harus segera bersiap berangkat ke sekolah. Aku berangkat diantar abang. Sampai di sekolah, aku langsung masuk ke dalam kelasku. Sasha dan temanku yang lain sudah ada di kelas. Aku masuk dengan wajah yang datar. Tidak ada senyuman seperti hari-hari biasanya. Aku duduk, lalu Sasha datang menghampiriku. “An, masih gak ada kabar?” “Iya.” “Dia sibuk kali, kamu jangan bt gini, dong.


37 Semangat, An.” “Dia terakhir balas pesanku tiga hari yang lalu, Sa. Terus malamnya dia ngilang. Aku chat di bbm, di facebook, aku sms berkali-kali, gak ada yang dibalas sampai sekarang.” Ujarku sambil menahan air mataku “Iya, An. Jangan sedih gini. Kamu harus tetap semangat.” “Iya, Sa. Kalau misalnya dia ngilang terus gimana?” “Ya, mau gak mau kamu harus lupain dia, An.” Setelah perkataan Sasha tadi, aku langsung membungkuk di atas meja. Air mataku tidak tertahankan lagi. Aku rindu kamu kai’, kamu dimana? *** Setelah jam pelajaran keempat selesai, teman-temanku keluar dari kelas, mereka mau istirahat


38 ke kantin. Dan aku tidak mau keluar kelas, aku kepikiran, bahwa bagaimana kalau aku mencari informasi dari teman-teman Kak Tomi, dimana dia sekarang. Aku membuka akun facebook-nya. Di situ aku melihat ada aploud-an baru, sebuah foto. Foto motor yang hancur, rusak parah. Rupanya yang meng-aploud foto itu adalah temannya. Temannya menandainya dalam foto itu. Lalu ketika aku membaca komentar-komentar dalam foto itu, teman Kak Tomi menjelaskan kalau Kak Tomi KECELAKAAN!!! Tepat tiga hari yang lalu. Seketika itu, aku syok. Aku bingung harus bagaimana. Aku hanya bisa menangis setela membaca kabar itu. Aku sudah berpikir aneh-aneh tentang Kak Tomi. Ternyata dia sedang ditimpa musibah. Aku sedih sekali. Aku tidak tahu dia dimana sekarang. Aku menanyakan kabarnya ke teman-temannya. Tapi, tidak ada yang membalas satu pun. ***


39 Siang itu, seusai sekolah, aku langsung pulang ke rumah. Aku masuk ke dalam kamarku, dan menangis terisak-isak. Aku khawatir, kalau Kak Tomi kenapa-kenapa. Mama menanyakanku, kenapa aku menangis. Aku tidak menjawab pertanyaan mama, dan aku akhirnya menangis di pelukan mama. *** Saat sudah satu minggu kehilangan kabar dari Kak Tomi. Aku masih seperti Anna yang biasa. Aku masih menjalankan rutinitasku. Aku tidak mau keseharianku hampa karena masih tidak mendapat kabar apa-apa dari Kak Tomi. Waktu aku pulang dari sekolah, aku menaruh tasku dan membuka ponselku. Ada notif yang muncul. Ternyata, itu balasan dari Kak Tomi. Dia membalas pesanku melalui akun facebook-nya. Isinya begini. Iya, hai. Aku habis kecelakaan. Sekarang masih di


40 rumah sakit. Aku sangat senang, akhirnya dia mengabariku. Lalu aku membalas pesannya. Hai, Kak, gimana sekarang keadaannya? Kakak gak kenapa-kenapa kan? Tidak lama kemudian pesanku dibalas. Aku sakit. Tangan kiri dan kaki kiriku patah. Jadi sekarang masih opname di rumah sakit. Aku syok ketika membaca balasannya. Pasti rasanya sakit sekali. Patah tulang? Kasihan sekali, Kak. Semoga cepat sembuh, Kak. Kakak sudah makan? Balasku Setelah itu Kak Tomi membalas pesanku dengan aneh. Sudah. Kamu kenal aku dari siapa? Aku tidak mengerti. Kenapa dia menanyakan itu kepadaku. Loh, Kak, kita kan sudah lama kenal. Kakak


41 gimana sih, wkwk. Balasku Dia kemudian membalas lagi dengan jawaban yang membuatku sangat terkejut. Kata dokter aku amnesia ringan. Aku tidak ingat apa-apa selain orang tuaku. Aku menangis, lagi dan lagi. Haruskah dia melupakan semua yang pernah terjadi antara aku dan dia. Kenapa? Kenapa, ya Tuhan? Aku sedih dia tidak mengingatku. Lalu aku membalas pesannya tadi. Jadi, Kak Tomi lupa sama Anna? Anna sedih Kakak begini. Semoga lekas sembuh, Kak. Setelah kubalas begitu, dia tidak membalas pesanku lagi sampai besok, besok, dan besoknya lagi. Aku menunggu balasannya setiap hari. Tapi apa? Dia hanya membacanya. Tidak dibalas. Di situ aku merasa sedih. Tidak dianggap lagi. Aku juga tidak bisa mengunjunginya di rumah sakit. Mama dan bapak tidak mengizinkanku. Rumah sakitnya terlalu


42 jauh dari rumah. *** Satu bulan lebih setelah dia melupakanku, aku merasa harus melupakannya juga. Aku tidak mau hari-hariku galau, sedih, dan membuat orang sekitarku bingung dengan diriku yang aneh. Aku mau menjadi Anna yang dulu. Anna yang ceria. Akhirnya, setelah penantianku yang sia-sia itu, aku memutuskan untuk melupakan Kak Tomi. Walaupun aku harus membuang semua kenangan indah yang dia berikan. Aku tidak mau peduli apapun lagi tentang dia. Dan semenjak itu, aku memutuskan untuk tidak pernah mengenal Kak Tomi. Dia orang lain. Dia orang yang tidak pernah dan tidak akan pernah kuingat lagi.


43 5. Hari Baru Pagi yang cerah, karena sang surya sudah memancarkan sinarnya di langit yang indah. Kicauan burung dan suara angin menemani perjalananku ke sekolah. Hari ini tepat hari dimana acara perpisahanku diselenggarakan. Akhirnya aku bisa menyelesaikan pendidikanku di jenjang menengah pertama. Mama dan bapak datang ke acara perpisahan itu. Aku memakai kebaya merah muda. Dengan tatanan rambut yang disanggul. Aku lulus dengan nilai tertinggi. Tentunya aku naik ke atas panggung untuk menerima hadiah dan piala ranking satu. Senang rasanya bisa membanggakan mama dan bapak, yang duduk di deretan kursi tamu itu.


44 *** 22 Juni 2015 Aku masih ingat, Balikpapan hari itu tampak cerah. Gedung-gedung tinggi mulai terlihat. Air laut yang sebelumnya berwarna biru tua kian menjadi pudar. Angin yang berhembus tidak lagi sekencang saat masih berada di tengah lautan. Aku dan keluargaku baru saja pulang berlibur dari Toraja. Toraja adalah suatu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan. Itu adalah kampung halaman bapak dan mamaku. Sudah dua hari satu malam kami berada dalam kapal Sekitar pukul empat sore kapal kami akhirnya sandar. Tin . . . tin . . . tin . . . Suara mobil-mobil yang mengantri untuk keluar dari kapal tak ada berhentinya. Pusing, capek, lapar, haus, dan mengantuk, itu semuanya aku rasakan.


Click to View FlipBook Version