The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by lishmc2122, 2022-11-05 02:28:50

RAN Kesehatan Lansia 2020-2024

RAN Kesehatan Lansia 2020-2024

618.97 Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Ind
r Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat

Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun
2020-2024.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2021

ISBN 978-623-301-178-5

1. Judul I. GERIATRICS
II. GOVERNMENT PROGRAMS

-3-

RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN LANJUT USIA TAHUN 2020 - 2024
Kementerian Kesehatan RI
Jakarta, 2021

PENGARAH
• drg. Oscar Primadi, MPH – Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan RI
• dr. Kirana Pritasari, MQIH - Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Priode Tahun 2019-2020

EDITOR
• dr. Erna Mulati, M.Sc., CMFM - Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan RI
• N. Nurlina Supartini, SKp., MPH – Koordinator Kelompok Substansi Kesehatan Pra Lanjut

Usia dan Lanjut Usia, Direktorat Kesehatan Keluarga, Kemenkes RI
• Dr. Lilis Heri Mis Cicih dan tim – Lembaga Demografi Universitas Indonesia

KONTRIBUTOR
• Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan
• Biro Hukum dan Organisasi, Kementerian Kesehatan
• Direktorat Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan
• Pusat Analisis Determinan Kesehatan, Kementerian Kesehatan
• Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan
• Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Kementerian

Kesehatan
• Direktorat Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan
• Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan
• Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementerian Kesehatan
• Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Kementerian Kesehatan
• Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan RI
• Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan
• Direktorat Penanggulangan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Kementerian Kesehatan

Diterbitkan oleh :
Kementerian Kesehatan RI

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang
Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan
cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk fotocopy rekaman
dan lain-lain tanpa seijin tertulis dari penerbit.

-i-

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun
2020-2024 dapat diselesaikan dengan baik. Rencana Aksi Nasional (RAN) ini
merupakan kelanjutan dari RAN Kesehatan Lansia sebelumnya, yang
pertama kali disusun untuk periode tahun 2016-2019. Berbagai upaya
peningkatan pelayanan kesehatan lanjut usia telah dilaksanakan dan perlu
dilanjutkan dengan peningkatan kualitas, memperkecil kesenjangan yang
masih dihadapi dan mengembangkan program dengan inovasi dan terobosan
sesuai perkembangan teknologi dan komitmen global terkini.

Dalam implementasi program kesehatan lanjut usia (lansia), penguatan
dasar hukum sangat dibutuhkan sebagai landasan mendapatkan dukungan
kegiatan dan anggaran yang memadai dari APBN, APBD provinsi, dan
kabupaten/kota. Selain itu, jejaring kemitraan pelayanan kesehatan lanjut
usia belum terbentuk di semua kabupaten/kota, dan belum seluruhnya
berfungsi dengan baik. Melalui RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024,
diharapkan upaya peningkatan kesehatan lansia dapat lebih terarah, sinergis
dan komprehensif serta memuat langkah-langkah konkrit yang harus
dilaksanakan secara berkesinambungan oleh berbagai tingkat pelaksana.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional. Masukan dan
saran sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga Tuhan yang Maha Esa meridhoi semua upaya yang kita lakukan
untuk mewujudkan lansia yang sehat, mandiri, aktif dan produktif (SMART).

Jakarta, September 2020
Direktur Kesehatan Keluarga

dr. Erna Mulati, M.Sc., CMFM

- ii -

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Sasaran 3
D. Pengertian 4

BAB II KONSEP DASAR KESEHATAN LANJUT USIA 6
A. Healthy Ageing WHO 2015 6
B. Successful Aging WHO 2015 7
C. m-Aging 8
D. Pendekatan Siklus Hidup 8
E. Lanjut Usia SMART 11

BAB III KEBIJAKAN GLOBAL DAN NASIONAL TERKAIT 13

PENGEMBANGAN PROGRAM KESEHATAN LANJUT 13
16
USIA
A. Kebijakan Gobal 21
B. Kebijakan Nasional 21
21
BAB IV GAMBARAN KONDISI LANJUT USIA 22
A. Jumlah dan Proporsi Lanjut Usia 25
B. Tempat Tinggal Lanjut Usia 26
C. Kondisi Kesehatan Lanjut Usia 27
D.Kepemilikan Jaminan Kesehatan 27
E. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
F. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat 31
G.Kondisi Khusus Lanjut Usia
63
BAB V MATRIKS RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN 111
112
LANJUT USIA TAHUN 2020-2024 115

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VII PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

KONTRIBUTOR

- 1-

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk lanjut usia yang
terus meningkat. Hal ini menjadi tantangan pembangunan Kesehatan agar
peningkatan jumlah lansia juga diiringi dengan meningkatnya kesehatan dan
kualitas hidup lansia, yaitu melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan bagi lansia serta pemberdayaan masyarakat dan lansia, untuk
mewujudkan lansia yang sehat, tetap aktif, mandiri dan produktif.

Di tingkat global, perhatian terhadap peningkatan jumlah lanjut usia dan
upaya untuk menjaga kualitas kesehatannya ditunjukkan dengan Resolusi
World Health Assembly (WHA) 69.3 yang dideklarasikan pada Bulan Mei 2016.
Resolusi ini berisi tentang Global Strategy and Action Plan on Ageing and Health
(2016-2020). Hal ini menunjukkan respon negara-negara di dunia dalam
mendukung Decade of Healthy Ageing 2020-2030 yang selaras dengan tujuan
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs).

Isu kelanjutusiaan juga menjadi perhatian G20, melalui The Economist
Intelligent Unit dengan mengeluarkan Scaling Healthy Ageing, Inclusive
Enviroment and Financial Security (SHIFT). Dari aspek healthy ageing, Indonesia
menduduki tempat yang cukup baik yaitu ke-6 dari 20 negara. Tetapi untuk
keamanan finansial dan lingkungan yang medukung, menduduki peringkat ke-
14 dan ke-18, sehingga perlu ada peningkatan.

Di samping itu ada seruan memastikan terpenuhinya kebutuhan lanjut
usia dengan tepat melalui sistem kesehatan dan Long Term Care (LTC) atau
Perawatan Jangka Panjang (PJP). World Health Organization (WHO) telah
menyusun Regional Framework on Healthly Ageing 2018-2022, fokus
memperpanjang dan meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan lanjut usia,
dan mempromosikan healthy life style bagi lansia. Upaya untuk mewujudkannya
diperlukan pendekatan transformatif, melalui sistem peningkatan kesehatan,
dengan perawatan terpadu. Layanan yang diberikan berkualitas tinggi,
terintegrasi, terjangkau, mudah diakses, terpusat pada kebutuhan dan hak
lanjut usia. Sistem seperti ini, diperkenalkan secara luas oleh WHO dengan
nama Integrated Care for Older People (ICOPE). Ditujukan untuk memberikan

-2-

layanan terpadu bagi lanjut usia khususnya, dan orang dengan kondisi
kesehatan kronis. Program ini juga diarahkan untuk promosi persiapan menuju
lanjut usia sehat. Indonesia juga memberikan perhatian terhadap isu
kelanjutusiaan dengan dibuatnya regulasi terkait, namun penanganan masalah
kesehatan lanjut usia belum menjadi prioritas nasional.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, jumlah lanjut usia
yang menderita Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin meningkat. Kondisi ini
dapat memperberat kondisi penurunan kapasitas intrinsik yang dialaminya,
sehingga ketergantungan semakin meningkat, kondisi ini menuntut percepatan
pengembangan pelayanan perawatan jangka panjang. Di samping itu, upaya
promotif dan preventif harus ditingkatkan, sehingga lanjut usia tetap sehat
selama mungkin. Terlebih pada masa bencana, baik alam maupun nonalam
seringkali lanjut usia merupakan kelompok yang paling rentan, karena kondisi
fisik dan kemampuannya telah menurun. Seperti pada pandemi Corona Virus
Disease 19 (COVID-19) yang menyerang berbagai negara di dunia (termasuk
Indonesia) sejak Desember tahun 2019. Adanya pandemi ini menimbulkan
adaptasi kebiasaan baru yang harus menjadi perhatian khusus.

Untuk meningkatkan kesehatan lanjut usia, Kementerian Kesehatan RI
menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Lanjut Usia, pertama kali
untuk periode 2016-2019. Hasil evaluasi pelaksanaan RAN tersebut, diperoleh
gambaran bahwa sebagian besar target yang dicanangkan belum sepenuhnya
tercapai. Kendala yang dihadapi antara lain belum optimalnya komitmen
pemangku kebijakan dan pemanfaatan jejaring kemitraan. Hal ini dapat dilihat
dari belum semua daerah (provinsi dan kabupaten/kota) memiliki kebijakan
terkait kesehatan lanjut usia. Penguatan dasar hukum ini sangat dibutuhkan
sebagai landasan mendapatkan dukungan kegiatan dan anggaran yang
memadai dari APBD provinsi, dan kabupaten/kota. Selain itu, jejaring
kemitraan pelayanan kesehatan lanjut usia belum terbentuk di semua
kabupaten/kota, dan belum seluruhnya berfungsi dengan baik.

Sehubungan dengan belum tercapainya target RAN 2016-2019, maka
Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Kesehatan Keluarga menyusun
RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024. Dalam penyusunan RAN ini diupayakan
bersinergi dengan komitmen global (SDGs, Strategi global, Decade of Healthy
Ageing), dan juga nasional (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional/RPJMN, Strategi Nasional (Stranas) Kelanjutusiaan, Rencana Strategis
(Renstra) Kesehatan 2020-2024, dan perlunya menjaga kesinambungan
program kesehatan lanjut usia. Melalui RAN ini, diharapkan pembinaan

-3-

kesehatan lanjut usia dapat lebih terarah, sinergis dan komprehensif, sehingga
dapat mewujudkan lanjut usia Indonesia yang Sehat, Mandiri, Aktif, dan
Produktif (SMART).

B. Tujuan
1. Tujuan umum: meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia untuk
mencapai lanjut usia yang SMART, berdaya guna bagi keluarga dan
masyarakat melalui pembinaan kesehatan yang terarah, sinergis, dan
komprehensif dengan dijalankannya kebijakan pemerintah secara
berkesinambungan.
2. Tujuan khususnya sebagai berikut:
a. Meningkatnya kegiatan penyusunan dan sosialisasi peraturan
Menteri dan NSPK lainnya mengenai pelayanan kesehatan lanjut
usia
b. Meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitas pelayanan
kesehatan yang santun lanjut usia, akses terhadap layanan
kesehatan yang santun lanjut usia dan PJP
c. Meningkatnya koordinasi dengan lintas program, lintas sektor,
profesi, organisasi masyarakat, dunia usaha, media masa, dan
pihak terkait lainnya
d. Meningkatnya ketersediaan data dan informasi di bidang
kesehatan lanjut usia
e. Meningkatnya peran serta dan pemberdayaan keluarga,
masyarakat dan lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan
lanjut usia
f. Meningkatnya peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat.

C. Sasaran
Sasaran dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia meliputi:

Sasaran langsung:
a. Pra lanjut usia (45-59 tahun)
b. Lanjut usia (60 tahun atau lebih)
c. Lanjut usia risiko tinggi (60-69 tahun dengan masalah kesehatan, atau

usia 70 tahun atau lebih)

Sasaran tidak langsung:
a. Keluarga
b. Masyarakat

-4-

c. Organisasi kemasyarakatan, LSM, kelompok khusus, dan swasta
d. Lintas program
e. Lintas sektor

D. Pengertian
1. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas.
2. Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari
aspek kesehatan dan kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk
pelayanan kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi.
3. Long Term Care (LTC) atau Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi
lanjut usia menurut WHO adalah sistem kegiatan-kegiatan terpadu
yang dilakukan oleh caregiver (pengasuh/pelaku rawat) informal atau
profesional untuk memastikan bahwa lanjut usia yang tidak
sepenuhnya mampu merawat diri sendiri, dapat menjaga kualitas
tertinggi kehidupannya, sesuai dengan keinginannya, dan dengan
kemungkinan terbesar memiliki kebebasan, otonomi, partisipasi,
pemenuhan kebutuhan pribadi, dan kemanusiaan.
4. Home care/perawatan di rumah lanjut usia adalah bagian atau
lanjutan dari pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, dan
komprehensif untuk lanjut usia dan keluarga di tempat tinggalnya,
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan
meminimalkan dampak penyakit. Layanan ini diberikan oleh caregiver
lanjut usia formal, informal, atau tenaga profesional lain.
5. Caregiver lanjut usia adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
atau pelatihan untuk melakukan pendampingan pada lanjut usia yang
tidak mampu merawat dirinya sendiri, baik sebagian atau seluruhnya
karena mengalami keterbatasan fisik dan atau mental.
6. Caregiver lanjut usia formal adalah caregiver lanjut usia yang telah
memiliki sertifikat kompetensi.
7. Caregiver lanjut usia informal adalah caregiver yang berasal dari
keluarga, tetangga dan relawan/kader yang telah mengikuti pelatihan
untuk melakukan pendampingan secara sukarela.
8. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

-5-

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di
wilayah kerjanya.
9. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam memberikan pembinaan kesehatan, dan pelayanan kesehatan
dasar lanjut usia.
10. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
11. Pembinaan kesehatan lanjut usia adalah bimbingan atau arahan
terkait program kesehatan lanjut usia yang dilakukan oleh tingkatan
yang lebih tinggi agar dapat terlaksana sesuai kebijakan dan standar
yang ada.
12. Pelayanan kesehatan lanjut usia adalah upaya kesehatan yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu wadah
dan merupakan upaya preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif
bagi lanjut usia dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosial-spiritual
(holistik).
13. Kelanjutusiaan (ageing) adalah pendekatan yang digunakan untuk
mengetahui masalah dan solusi tentang lanjut usia dengan
mengedepankan proses menjadi lanjut usia (penuaan) sejak usia dini
hingga akhir hayat. Pendekatan tersebut bersifat multidisiplin dan
relevan dengan siklus hidup manusia.
14. Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan (Corporate
Social Responsibility/CSR) adalah kewajiban bagi semua perusahaan
(korporat) mengalokasikan sebagian keuntungannya untuk digunakan
dalam kepentingan sosial bagi masyarakat di sekitar perusahaan
sebagai wujud tanggung jawab sosial.
15. Ageing in place adalah lanjut usia yang hidup di kediaman/tempat
tinggal pilihannya sendiri, mampu secara mandiri untuk memenuhi,
dan melayani kebutuhannya yang selalu berubah sesuai dengan
perkembangan usianya.

-6-

BAB II
KONSEP DASAR KESEHATAN LANJUT USIA

Beberapa konsep dasar dapat dijadikan acuan untuk dapat memahami
kesehatan lanjut usia, empat diantaranya menjadi referensi pada RAN
Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024, sebagai berikut:

A. Healthy Aging WHO 2015
Healthy ageing (kelanjutusiaan sehat) merupakan proses mengembangkan

dan mempertahankan kemampuan fungsional, sehingga memungkinkan
kesejahteraan lanjut usia. Terkait pencapaian kelanjutusiaan sehat diperlihatkan
pada Gambar 1. Kelanjutusiaan sehat dimulai sejak lahir, dan dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh bawaan genetik, karakteristik individu, dan
karakteristik kesehatan.

Kemampuan fungsional terdiri dari atribut terkait kesehatan yang
memungkinkan orang untuk dapat berbuat sesuai dengan nilai-nilai yang
dianutnya. Kemampuan fungsional terdiri dari kapasitas intrinsik individu,
karakteristik lingkungan, dan interaksi antara individu. Kapasitas intrinsik
merupakan gabungan dari kapasitas fisik dan mental. Lingkungan terdiri dari
seluruh faktor ekstrinsik yang membentuk konteks kehidupan seseorang. Hal ini
mencakup - level mikro ke makro - rumah, komunitas, dan masyarakat luas. Di
dalam lingkungan terdapat sejumlah faktor, yaitu manusia dan relasi sosial,
sikap dan nilai-nilai, kebijakan terkait kesehatan dan sosial, serta dukungan
sistem dan pelayanan yang ada.

Gambar 1. Kelanjutusiaan Sehat

-7-

B. Successful Aging WHO 2015
Model Successful Ageing (Kelanjutusiaan Sukses) mencakup tiga

komponen utama, yaitu:
a. Minimalnya risiko terhadap penyakit dan disabilitas;
b. Tingginya kapasitas fisik dan fungsional serta kognitif; dan
c. keterlibatan aktif dengan kehidupan.
Konsep tersebut menekankan pada rendahnya risiko terhadap penyakit,
pemeliharaan kapasitas fungsional dan fisik lanjut usia, juga kombinasi
terhadap keterlibatan aktif dengan kehidupan.

Gambar 2. Kelanjutusiaan Sukses

Komponen pertama adalah minimalnya risiko dari penyakit dan
disabilitas. Artinya tidak adanya penyakit, dan disabilitas, serta rendahnya
faktor risiko keduanya pada lanjut usia, oleh karenanya, perlu menghindari
peningkatan risiko penyakit dan disabilitas yang meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Salah satu faktor yang berpengaruh yaitu perilaku hidup
sehat semasa muda.

Komponen kedua adalah mempertahankan funsi fisik dan kognitif. Salah
satu perhatian umum pada lanjut usia yang berkaitan dengan fungsi kognitif,
terutama adalah adanya proses pembelajaran dan ingatan jangka pendek. Area
fungsional lain yang menjadi perhatian utama adalah tetap optimalnya fungsi
fisik lanjut usia. Jika lanjut usia telah mengalami penurunan drastis fungsi
fisiknya, dapat mengganggu aktifitas sehari-harinya untuk tetap produktif, dan
berpartisipasi dalam kehidupan.

Komponen ketiga adalah tetap berpartisipasi dalam kehidupan sosial
Dua elemen utamanya yaitu pemeliharaan hubungan interpersonal, dan
kegiatan produktif, seperti: hubungan sosial kemasyarakatan, pendidikan, self
efficacy (perawatan diri), dan respon terhadap stres/tekanan.

-8-

C. m-Aging
mHealth for Ageing atau mAgeing adalah sebuah program baru, inisiatif Be

He@lthy, Be Mobile (BHBM) yang diluncurkan oleh WHO. Tujuan utamanya
adalah membantu lanjut usia dalam mempertahankan kemampuan fungsional,
semampu mungkin hidup mandiri, dan sehat melalui manajemen diri secara
daring.

mHealth atau kesehatan mobile, didefinisikan sebagai praktik medis dan
kesehatan masyarakat yang didukung oleh perangkat seluler, seperti telepon
seluler, perangkat pemantauan pasien, asisten digital pribadi, dan perangkat
nirkabel lainnya. Inisiatif Be He@lthy, Be Mobile (BHBM) menggunakan teknologi
dasar yang secara umum dimiliki oleh sebagian besar ponsel. Teknologi ini juga
diterapkan untuk lanjut usia yang mengikuti program ICOPE WHO, dengan
nama mAging ICOPE. Program ICOPE merupakan salah satu bentuk mAging
yang saat ini dipandang perlu untuk mulai diimplementasikan oleh pemerintah
Indonesia. Semua upaya ini dilakukan untuk mempertahankan kapasitas
intrinsik, dan kemampuan fungsional lanjut usia sepanjang kehidupan.

Indonesia akan mengupayakan inisiatif terkait mHealth karena program
tersebut sangat berguna bagi lanjut usia terutama saat menghadapi situasi yang
tidak memungkinkan untuk bertemu langsung misalnya saat pandemi COVID-
19. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan meluasnya penularan COVID-
19 mengharuskan lanjut usia tetap tinggal di rumah, menggunakan masker
dengan benar, menjaga jarak, sering mencuci tangan dengan sabun/hand
sanitizer dan menghindari kerumunan masa. Dalam kondisi apapun
memerlukan kemudahan akses kapasitas kesehatan utamanya pada lanjut usia
untuk mengurangi risiko yang lebih berat.

D. Pendekatan Siklus Hidup
Menua (menjadi tua) adalah keadaan alamiah dalam kehidupan manusia,

sebagai proses perjalanan menuju lanjut usia, dimulai sejak pembuahan di
dalam kandungan. Seiring terjadinya proses menua ini juga terjadi proses
degeneratif secara alami yang tak dapat dielakkan. Tubuh mengalami
kemunduran fisik, kognitif, dan psikis, sehingga sangat penting untuk menjaga
kondisi lanjut usia tetap sehat selama mungkin. Oleh karena itu, perlu asupan
gizi seimbang, dan pengaturan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sehat sejak
dalam kandungan, bayi, balita (bawah lima tahun), anak usia sekolah, remaja,
dewasa, pra lanjut usia sampai lanjut usia.

-9-

Pada hasil analisis situasi siklus hidup, ditemukan berbagai masalah
kesehatan pada setiap tahap kehidupan mulai dari bayi (0- kurang dari satu
tahun); balita (1- kurang dari 5 tahun) dan usia pra sekolah (5 - 6 tahun); anak
usia sekolah dan remaja (lebih dari 6 - 18 tahun); dewasa (lebih dari 18- kurang
dari 45 tahun), pra lanjut usia (45- kurang dari 60 tahun), dan lanjut usia (60
tahun ke atas). Masalah tersebut antara lain berupa kecelakaan, kelainan
kongenital, pneumonia, gizi buruk, stunting, malaria, diare, HIV–AIDS, TB, PTM,
dan penyakit kardio vaskuler yang semuanya sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup di masa lanjut usia. Ini menjadi tantangan pelayanan kesehatan
dalam rangka peningkatan kualitas hidup manusia sepanjang usia.

Oleh karenanya, intervensi sejak dini sesuai dengan tahapan siklus hidup
perlu dilakukan, agar dapat mewujudkan lanjut usia yang Sehat, Mandiri, Aktif,
dan Produktif (SMART). Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
meminimalkan faktor risiko, dan memaksimalkan faktor protektif untuk
melindungi dan meningkatkan status kesehatan.

FAKTOR RISIKO

Kelainan neonatal, Berat Badan 1. Masalah gizi: kekurangan 1. Faktor gene�k, usia, faktor
Lahir Rendah gizi, kelebihan gizi, anemia, hormonal
Masalah gizi : Kekurangan gizi, GAKI, Kurang Energi Kronis
kelebihan gizi, pendek (stunting), (KEK), Gangguan Akibat 2. Masalah gizi : kekurangan gizi,
anemia, kurang vitamin A (KVA), Kekurangan Iodium (GAKI) kelebihan gizi, anemia, KEK
dan gangguan Akibat Kurang
Iodium (GAKI) 2. Kurang olah raga/ak�fitas 3. Kurang olah raga/ak�fitas fisik,
Kurang op�malnya: fisik, dan paparan sinar kurang paparan sinar matahari,
pemberian imunisasi, Pemberian matahari pola makan yang salah
Makan Bayi dan Anak,
suplementasi 3. Kadar lemak �nggi, 4. Penyakit �dak menular
Pola asuh yang salah dan penyakit hipertensi (penyakit degenera�f) dan
penyakit menular
4. Merokok, alkohol, perilaku
seksual, gangguan mental 5. Gangguan mental dan
fungsional
5. Kurangnya hygiene sanitasi
6. Masalah kespro 6. Kurangnya sanitasi dan
keamanan

MASA Bayi Anak Balita & Anak usia Dewasa Pra Lanju LANJUT USIA
KONSEPSI 0 - <1 i sekolah & Lanjut t usia BERKUALITAS:

1-6 >6 - 18 >18 - <45 45 - <60 60 SEHAT,
MANDIRI, AKTIF
DAN PRODUKTIF

1. Tingkat pendidikan, 1. Pelayanan kesehatan dengan Lingkungan ramah lanjut usia
status sosial dan pendekatan siklus hidup; Kespro dari segi fisik, sosial, ekonomi
ekonomi yang memadai dan budaya mencakup
2. Pelayanan kesehatan pemukiman sarana publik
2. Perilaku hidup bersih komprehensif dan holis�k keluarga masyarakat peduli
dan sehat (PHBS) bersifat mul�disiplin secara lanjut usia, pemberdayaan
sepanjang hayat, interdisiplin lanjut usia dan lain-lain melalui
mencakup kesehatan kerjasama lintas sektor
fisik, mental dan 3. Pelayanan kesehatan rujukan
i it l lanjut usia yang op�mal; LINGKUNGAN

INDIVIDU 4. Sarana kesehatan, Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) yang
memadai

5. Sumberdaya Manusia (SDM)
Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan serta Jaminan LTC

PELAYANAN KESEHATAN

FAKTOR PROTEKTIF

Gambar 3. Konsep Mewujudkan Lanjut Usia SMART dengan
Pendekatan Siklus Hidup

- 10 -

Bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pelayanan di tingkat
masyakarat dan di fasilitas pelayanan kesehatan (tingkat pertama dan rujukan
tingkat lanjutan) berupa berbagai program yang merupakan continuum of care
(pelayanan yang berkesinambungan). Tahapan continuum of care dalam
pendekatan siklus hidup dapat dilihat pada Gambar 4, yang sudah disesuaikan
dengan program yang ada.

PENDEKATAN SIKLUS HIDUP

HPK

ANAK-ANAK REMAJA DEWASA LANSIA

IBU HAMIL, BALITA • PKPR, UKS, • KB bagi • Pelayanan
BERSALIN, Posyandu PUS Kes.preventif
DAN NIFAS BAYI • UKS/model Remaja, dan promotif di
Pembinaan • PKRT kelompok
• P4K • ASI eksklusif • SDIDTK sekolah Kes di • Deteksi Lansia
• Buku KIA dan PMBA • Imunisasi sehat Rumah
• ANC terpadu Singgah/ PM dan • Pelayanan Kes.
• Kelas Ibu • Skrining Bayi • Gizi • Penjaringan Panti/LKSA/ PTM Santun Lansia
Baru Lahir LPKA, TTD • Kesehatan di Puskesmas
Hamil • Kolaborasi PAUD, kesehatan, bagi OR dan dan RS
• APN • Imunisasi dasar imunisasi Rematri, kerja
• RTK lengkap BKB, dan Konseling, • Brain • Peningkatan
• Kemitraan Kader Kes Healty kualitas Hidup
• pemantauan Posyandu anak Remaja/ Life Style Mandiri (Home
Bidan Dukun dan stimulasi Konselor • Edukasi care/long term
• KB PP perkembangan • Pemantauan sekolah, Sebaya/SBH gizi care)
• PONED/ seimbang
• pemantauan dan stimulasi PMT, Kader • Perlambatan
PONEK pertumbuhan perkembangan Kesehatan proses
Sekolah/ Degeneratif
• Pelayanan dan • Vit A • MTBS (fisik, kognitif)
edukasi gizi ibu • MTBS
hamil • Vit A Dokter • Peran dalam
kes ehatan
• Pemantauan Kecil, Saka Keluarga dan
Pertumbuhan Bakti masyarakat

Husada

Gambar 4. Continuum of Care dalam Pendekatan Siklus Hidup

Jenis pelayanan diberikan kepada lanjut usia sesuai kelompoknya, yaitu:
1) Kegiatan aktifitas fisik, skrining, dan pemantauan kesehatan, serta

penyuluhan/konseling kesehatan dalam kelompok lanjut usia dan UKBM
seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia, Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM, Pos UKK, Kelompok Prolanis, dan sebagainya, diberikan
kepada lanjut usia yang mandiri, dan ketergantungan ringan.
2) Pemberdayaan, diberikan kepada lanjut usia sehat supaya tetap sehat dan
mandiri selama mungkin, dengan mengoptimalkan fungsi fisik, mental,
kognitif, sosial, dan spiritual serta mendukung produktifitas dan berdaya
guna bagi keluarga dan masyarakat. Upaya pemberdayaan lanjut usia dapat
melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia atau kelompok lanjut
usia lainnya.
Intervensi program layanan rujukan ke Puskesmas dan FKTP lainnya serta
rumah sakit, sesuai dengan permasalahan kesehatan yang dimiliki.
Dilanjutkan dengan pelayanan home care dan atau PJP di
rumah/panti/nursing home dan lain-lain, diberikan kepada lanjut usia

- 11 -

ketergantungan sedang, berat, dan total. Bagi kelompok lanjut usia tersebut
juga perlu dilakukan upaya peningkatan status kesehatannya supaya
kembali sehat, atau mengoptimalkan kesehatannya sehingga mencapai
kualitas hidup yang baik. Jenis pelayanan yang bersifat preventif dapat
dikembangkan berupa imunisasi spesifik untuk lansia, apabila aspek
ketersediaan dana dan alat/obat/vaksin yang diperlukan telah
dimungkinkan. Dapat diberikan pada Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM), Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) sesuai dengan kondisi
dan kesiapannya.

E. Lanjut Usia SMART
Pengembangan program kesehatan lanjut usia ditujukan untuk

mencapai lanjut usia SMART, sehingga dapat menjaga kesehatan mental,
psikososial dan spiritualnya. Penjabaran lanjut usia SMART sebagai berikut:
1. Lanjut Usia Sehat

Lanjut usia sehat adalah lanjut usia dengan keadaan kesejahteraan fisik,
mental dan sosial, tidak memiliki penyakit/kelemahan, atau menderita
penyakit dalam kondisi yang terkontrol. Upaya untuk mewujudkannya,
melalui kegiatan utama promotif dan preventif, juga kuratif dan rehabilitatif.
Lanjut usia sehat diharapkan memiliki kualitas hidup yang baik, dan
berpotensi sebagai modal pembangunan.

2. Lanjut Usia Mandiri
Lanjut usia mandiri adalah lanjut usia yang memiliki kemampuan untuk
melakukan fungsi aktifitas dasar, sosial, dan pekerjaan sehari-hari tanpa
tergantung pada orang lain. Beberapa faktor sangat berperan dalam
mempertahankan kemandirian lanjut usia yaitu upaya promotif dan
preventif. Dukungan yang dilakukan mulai dari tingkat keluarga,
masyarakat, pelayanan primer, sampai rujukan yang dilakukan secara
komprehensif dan berkesinambungan. Lanjut usia mandiri diharapkan
memiliki rasa bangga, dan harga diri yang tinggi, sehingga lebih sehat
psikologis, dan mentalnya.

3. Lanjut Usia Aktif
Lanjut usia aktif adalah lanjut usia yang masih mampu secara rutin
melakukan pekerjaan, atau beraktifitas dalam kehidupan sosial sehari-hari.
Upaya mewujudkan lanjut usia aktif dapat dilakukan dengan dukungan
keluarga, masyarakat, dan pelayanan kesehatan (primer dan rujukan) secara

- 12 -

komprehensif, salah satunya dengan melakukan aktivitas fisik/olahraga
sesuai kondisi lansia agar lansia tetap sehat dan bugar. Selain itu, dengan
upaya promotif dan preventif seperti penyediaan pelayanan asuhan siang
(day care), fasilitas untuk berolah raga, bersosialisasi, dan sebagainya.
Lanjut usia aktif diharapkan memiliki kehidupan sosial yang lebih sehat, dan
terhindar dari kesepian.

4. Lanjut Usia Produktif
Lanjut usia produktif adalah lanjut usia yang mempunyai kemampuan
untuk terus berkarya atau menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, dan
berdaya guna baik bagi dirinya maupun untuk orang lain. Berbagai
kontribusi positif dapat diberikan oleh lanjut usia, antara lain memberi
dukungan kepada anak dan cucu, teman, keluarga, melalui pencapaian
profesional dan ekonomi, melalui pekerjaan, hobi, dan karya lainnya. Lanjut
usia produktif diharapkan dapat mempertahankan fungsi kognitifnya,
mengoptimalkan potensi dirinya, memiliki aktualisasi diri, serta
berkontribusi dalam meningkatkan status kesehatan keluarga dan
masyarakat.

- 13 -

BAB III
KEBIJAKAN GLOBAL DAN NASIONAL TERKAIT PENGEMBANGAN

PROGRAM KESEHATAN LANJUT USIA

A. Kebijakan Global

Strategi dan rencana aksi global terkait penuaan dan kesehatan ditujukan
untuk merespon tujuan SDGs, melalui serangkaian prioritas global yang
terintegrasi dan tak terpisahkan. Masalah penuaan terkait dengan 15 dari 17
tujuan SDGs, khususnya tujuan: 1 (tanpa kemiskinan), 2 (tanpa kelaparan), 3
(kehidupan sehat dan sejahtera), 4 (pendidikan berkualitas), 5 (kesetaraan
gender), 8 (pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan layak), 10 (berkurangnya
kesenjangan), 11 (kota dan pemukiman yang berkelanjutan), dan 16
(perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh).

Visi WHO dalam The Global Strategy and Action Plan on Ageing and Health
yaitu setiap orang memperoleh peluang untuk berumur panjang, dan hidup
dengan kondisi kesehatan optimal. Penerapan strategi ini harus didukung oleh
prinsip-prinsip berdasarkan: hak azasi manusia, keadilan, kesetaraan, dan non
ageism, kesetaraan gender, dan solidaritas antar generasi33. Strategi ini akan
dicapai melalui “Lima Strategi Utama”, yaitu:
1. Komitmen untuk Aksi

Kepemimpinan dan komitmen yang kuat diperlukan untuk kelanjutusiaan
sehat. Selain itu, perlu tindakan dan kerjasama multisektor yang efektif,
antara pemerintah dan pelaku non-pemerintah, termasuk penyedia layanan,
perancang kegiatan, dan para akademisi. Aktifitas utama mencakup:
a. menetapkan kerangka kerja nasional untuk aksi Healthy Ageing;
b. memperkuat kapasitas nasional untuk merumuskan kebijakan berbasis

bukti; dan
c. memerangi ageism dan mengubah pemahaman tentang penuaan dan

kesehatan.
2. Mewujudkan lingkungan ramah lanjut usia

Penciptaan lingkungan yang ramah bagi lanjut usia memerlukan kerjasama
dan kolaborasi antar sektor serta pemangku kepentingan, termasuk lanjut
usia itu sendiri. Strategi ini dapat menjamin lanjut usia berada pada posisi
yang tepat dalam memenuhi hak yang bebas dari kemiskinan; melanjutkan
pengembangan diri; dan berkontribusi pada masyarakat sambil

- 14 -

mempertahankan kemandirian dan kesehatannya. Lingkungan yang ramah
mendorong kesehatan, menghilangkan hambatan, dan memberikan
dukungan bagi lanjut usia yang mengalami kehilangan kemampuan.
Aktivitas utama mencakup:
a. mengembangkan kemandirian lanjut usia;
b. mengaktifkan keterlibatan lanjut usia; dan
c. mempromosikan aksi multisektoral.
3. Bekerja sama menciptakan sistem kesehatan memenuhi kebutuhan
kesehatan lanjut usia
Transformasi sistem kesehatan diperlukan untuk menjamin keterjangkauan
akses terhadap pelayanan terintegrasi yang berbasis pada kebutuhan, dan
hak lanjut usia. Di masa depan akan banyak dibutuhkan perubahan
mendasar terhadap kegiatan fokus klinik; aging in place; maupun cara
pengorganisasian, pendanaan, dan pemberian layanan perawatan di sektor
kesehatan, dan sosial. Aktifitas utama mencakup:
a. orientasi sistem kesehatan untuk mendorong peningkatan kapasitas

intrinsik dan kemampuan fungsional lanjut usia;
b. mengembangkan dan menjamin akses yang terjangkau lanjut usia pada

perawatan klinis terintegrasi dan berkualitas; dan
c. menjamin pengelolaan dan penyebaran SDM kesehatan yang terlatih

secara tepat di seluruh wilayah
4. Memperkuat Perawatan Jangka Panjang

Sistem tersebut harus mampu membantu lanjut usia mempertahankan
tingkat kemampuan fungsional, memungkinkan untuk hidup bermartabat,
menikmati hak asasi, dan kemerdekaannya. Kegiatan utama mencakup:
a. menyusun pedoman dan memperbaiki sistem PJP yang adil dan

berkelanjutan secara berkesinambungan;
b. membangun satuan kerja PJP, dan mendukung caregiver informal; dan
c. menjamin PJP berbasis lanjut usia yang terintegrasi, dan berkualitas.
5. Meningkatkan pengukuran, pemantauan, dan penelitian
Perlu penelitian dan bukti tentang masalah-masalah terkait lanjut usia, tren,
distribusi, dan yang dapat dilakukan untuk mempromosikan kelanjutusiaan
sehat sepanjang masa kehidupan.
Kegiatan utama mencakup:
a. kesepakatan cara mengukur, menganalisis, menggambarkan, dan

memantau lanjut usia sehat;
b. memperkuat kemampuan penelitian dan mendorong inovasi; dan

- 15 -

c. meneliti dan mengumpulkan fakta-fakta terkait lanjut usia sehat.
Lima Strategi Utama untuk mencapai Visi WHO pada The Global Strategy

and Action Plan on Ageing and Health tersebut diatas menjadi panduan dalam
Menyusun rencana aksi dan kegiatan dalam lima tahun ke depan untuk
memaksimalkan kemampuan fungsional dalam mengatasi kesenjangan yang
masih ada; dan membangun kemitraan untuk menjamin Decade of Healthy
Ageing 2020-2030. Ada 4 (empat) bidang aksi yang dibahas dalam dekade
tersebut, meliputi:
a. Mengubah cara berpikir, merasakan, dan bertindak terhadap usia dan

penuaan (age and ageing).
b. Pastikan bahwa komunitas membina kemampuan lanjut usia
c. Memberikan perawatan yang berpusat pada orang, layanan terpadu dan

layanan kesehatan primer yang tanggap terhadap lanjut usia
d. Menyediakan akses perawatan jangka panjang untuk lanjut usia yang

membutuhkannya.
Sejalan dengan itu, pada tahun 2012, negara-negara anggota WHO di Asia

Tenggara menyepakati “Deklarasi Yogyakarta tentang Kelanjutusiaan dan
Kesehatan”. Deklarasi tersebut mendorong munculnya dokumen “Kerangka
Regional WHO Asia Tenggara tentang Kelanjutusiaan Sehat (2018–2022)”.
Terdapat 7 (tujuh) strategi terkait kelanjutusiaan, yang beberapa diantaranya
sama dengan strategi global, mencakup:
a. Mengembangkan kebijakan dan rencana aksi berbasis bukti yang

terintegrasi kelanjutusiaan sehat.
b. Mengembangkan lingkungan yang ramah lanjut usia.
c. Menyelaraskan sistem kesehatan dengan kebutuhan lanjut usia.
d. Mengembangkan sistem yang berkelanjutan dan adil untuk PJP.
e. Mengembangkan sumber daya manusia yang tepat yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan kesehatan, dan perawatan lanjut usia.
f. Meningkatkan pengukuran, pemantauan, dan penelitian untuk

kelanjutusiaan sehat.
g. Pendanaan berkelanjutan, dan progresif untuk memungkinkan jalur menuju

Universal Health Coverage (UHC).

Tujuan dari kerangka regional tersebut adalah untuk mempromosikan
kelanjutusiaan sehat, dan perawatan lanjut usia melalui siklus hidup. Prinsip-
prinsip Panduan Kerangka Kerja Regional terdiri dari: 1) Hak lanjut usia; 2)
Kesetaraan gender, 3) Mengurangi ketimpangan; 4) Diskriminasi; 5) Perawatan

- 16 -

kesehatan yang ramah lanjut usia; 6) Perawatan Jangka Panjang (PJP); dan 7)
Mengadopsi pendekatan multidisiplin dan multisektoral.
B. Kebijakan Nasional
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024

Agenda pembangunan nasional merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari agenda pembangunan global. Setiap negara termasuk Indonesia
berkomitmen kuat untuk melaksanakan SDGs, karena tujuan pembangunan
nasional dan tujuan pembangunan global saling menguatkan. Sesuai Peraturan
Presiden Republik Indonesia Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024 sangat penting. Ini merupakan tahap terakhir dan
amanat dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025. Empat pilar RPJMN 2020-2024 diterjemahkan ke dalam 7 (tujuh) agenda
pembangunan yaitu:
a. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas
b. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan

c. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan berdaya saing
d. Membangun kebudayaan, dan karakter bangsa
e. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi, dan

pelayanan dasar
f. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan

perubahan iklim
g. Memperkuat stabilitas Polhukhankam, dan transformasi pelayanan publik.

Agenda pembangunan ke-3 tentang sumber daya manusia dipertegas
dengan 7 (tujuh) Arah Kebijakan dan Strategi. Poin kedua menyebutkan tentang
Penguatan Pelaksanaan Perlindungan Sosial, termasuk perlindungan
kesejahteraan bagi lanjut usia dan penyandang disabilitas. Rincian dari tujuh
arah tersebut, sebagai berikut:
a. Pengembangan sistem PJP holistik dan terintegrasi.
b. Pembangunan masyarakat, lingkungan, dan sarana prasarana ramah lanjut

usia dan penyandang disabilitas.
c. Penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan terhadap hak lanjut usia dan

penyandang disabilitas.
d. Implementasi rencana induk sesuai mandat Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2016 tentang Penyandang Disabilitas untuk mewujudkan pembangunan
yang lebih inklusif.
e. Penguatan kelembagaan pelaksana program kelanjutusiaan.

- 17 -

f. Pemberdayaan kelanjutusiaan bagi lanjut usia.
g. Pengembangan pendidikan dan keterampilan sepanjang hayat bagi lanjut

usia.
2. Strategi Nasional Kelanjutusiaan 2020-2024

Strategi Nasional Kelanjutusiaan (Stranas) bertujuan untuk mewujudkan
hidup lanjut usia Indonesia yang mandiri, sejahtera, dan bermartabat. Visi ini
dapat diwujudkan melalui upaya memperkuat kapasitas lanjut usia
berdasarkan siklus hidup; meningkatkan kesejahteraannya yang terintegrasi;
menciptakan lingkungan yang aman dan menghormati martabatnya.

Terdapat 5 (Lima) strategi, yang spesifik tentang kesehatan lanjut usia
terdapat pada Strategi ke-2, yaitu “Peningkatan derajat kesehatan dan kualitas
lanjut usia”, dengan arah kebijakan: Meningkatkan status gizi dan pola hidup
sehat; memperluas pelayanan kesehatan; menurunkan kesakitan; dan
memperluas cakupan PJP bagi lanjut usia. Namun pada kenyataannya, kelima
strategi tersebut seluruhnya memiliki keterkaitan dengan kesehatan lanjut usia.

Gambar 5. Strategi dan Arah Kebijakan Stranas Kelanjutusiaan

3. Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan merupakan dokumen

perencanaan indikatif yang memuat program-program pembangunan
kesehatan, yang menjadi acuan penyusunan perencanaan tahunan.
Penyusunan Renstra Kementerian Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan
teknokratik, politik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas
(bottom-up). VISI Kementerian Kesehatan 2020-2024 ini adalah, “Mewujudkan

- 18 -

masyarakat yang sehat, mandiri dan produktif”, yang diwujudkan melalui
upaya:
a) Menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata
b) Memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
c) Melindungi masyarakat dari faktor risiko penyakit dan risiko finansial.

Tujuan Kementerian Kesehatan:
a) Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat
b) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan semesta
c) Melindungi masyarakat dari faktor risiko dan kegawatdaruratan
d) Menjadikan masyarakat lebih sehat melalui berbagai upaya kesehatan dan

pengarusutamaan pembangunan kesehatan.

Arah kebijakan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta.
Penekanannya pada penguatan pelayanan kesehatan dasar melalui peningkatan
upaya promotif, dan preventif, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan
teknologi.

Terdapat indikator program kesehatan lanjut usia dalam Renstra yang
menjadi penilaian kinerja Kementerian Kesehatan pada program Pembinaan
Kesehatan Keluarga. Indikator tersebut adalah persentase kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan lanjut usia. Target yang hendak dicapai
indikator tersebut pada tahun 2024 adalah sebesar 65%.

Gambar 6. Rencana

Gambar 6. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024

- 19 -

4. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan merupakan ketentuan

mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal.
Pelayanan kesehatan pada lanjut usia merupakan salah satu jenis pelayanan
dasar pada SPM Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota. Bentuk pelayanan
kesehatan lanjut usia, antara lain meliputi:
1) Literasi kesehatan dalam peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau Upaya
Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) dengan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE).
2) Pelayanan skrining faktor risiko yang dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam
setahun, dilakukan oleh petugas yang kompeten dan/atau tenaga terlatih
yang tersedia di tiap jenjang layanan. Skrining ini ditujukan untuk
mendeteksi secara dini penyakit menular dan tidak menular yang dilakukan
dengan cara:
a) Anamnesa perilaku berisiko;
b) Pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) untuk menentukan

status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar perut; dan
c) Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, gangguan mental,

gangguan kognitif, dan tingkat kemandirian usia lanjut.
3) Upaya tindak lanjut hasil skrining kesehatan

a) Memberikan penyuluhan dan/atau konseling kesehatan; dan/atau
b) Melakukan rujukan jika diperlukan.

C. Keterkaitan RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024 dengan Kebijakan
Global dan Nasional
Pengembangan RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024 mengacu pada

berbagai komitmen global dan nasional yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya. Keterkaitan strategi dan RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024
dengan 5 (lima) Strategi Global, 4 (empat) aksi Decade of Healthy Ageing 2020-
2030, agenda ketiga RPJMN, dan 5 (lima) Strategi Nasional Kelanjutusiaan
disajikan pada Tabel 1. Selanjutnya untuk strategi dan RAN Kesehatan Lanjut
Usia 2020-2024 disajikan secara rinci pada Bab IV.

- 20 -

Tabel 1. Keterkaitan RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024 dengan Strategi
Global, Decade of Healthy Ageing 2020-2030, RPJMN, dan Strategi Nasional

Kelanjutusiaan

NO Rencana Aksi RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024 Global Decade RPJM Stranas
11 3 1
1 S1: Peraturan Menteri dan NSPK

2 S1: Sosialisasi Peraturan Menteri dan NSPK 1 1 31

3 S1: Sistem pembiayaan pelayanan kesehatan lansia 3 1 31

4 S2: Jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan 3 3 32

5 S2: Akses terhadap pelayanan kesehatan 2 3 32

6 S2: Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lansia 4 4 34

7 S3: Kemitraan dan jejaring dengan LP, LS, dan pihak lainnya 3 1 3 3

8 S3: Kemitraan dengan pihak swasta 2 1 33

9 S4: Sistem pencatatan dan pelaporan 5 1 34

10 S4: Penelitian tentang kesehatan lansia 5 1 35

11 S5: Pemberdayaan keluarga dan lansia 22 35

12 S5: Pemberdayaan masyarakat 2 2 35

13 S6: Pengembangan program pemberdayaan lansia 3 2 35

Sumber: dianalisis dari Strategi Global, dan Decade of Healthy Ageing 2020-2030
(WHO), RPJMN dan Stranas (Bappenas)
Catatan: S = strategi; angka 1,2,3,4,5 menunjukkan strategi

Pada dasarnya RAN Kesehatan Lanjut Usia 2020-2024 merupakan
kelanjutan dari RAN Kesehatan Lanjut Usia 2016-2019. RAN Kesehatan Lanjut
Usia 2020-2024 terdiri atas 6 (enam) strategi yaitu:
a. Menyusun dan menyosialisasikan kebijakan dan regulasi serta norma,

standar, prosedur, kriteria mengenai pelayanan kesehatan lanjut usia;
b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan yang

santun lanjut usia serta akses terhadap layanan kesehatan yang santun
lanjut usia dan perawatan jangka panjang;
c. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring pelaksanaan
pelayanan kesehatan lanjut usia yang melibatkan lintas program, lintas
sektor, organisasi profesi, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, lembaga
swadaya masyarakat, dunia usaha, media masa, dan pihak terkait lainnya;
d. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut
usia;
e. Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat, dan
lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan lanjut usia; dan
f. Meningkatkan peran serta lanjut usia dalam upaya peningkatan kesehatan
keluarga dan masyarakat.

- 21 -

BAB IV
GAMBARAN KONDISI LANJUT USIA

A. Jumlah dan Proporsi Lanjut Usia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk lanjut

usia pada tahun 2019 sekitar 25,9 juta orang (9,7% dari total penduduk). Pada
tahun 2045, jumlah lanjut usia diproyeksikan meningkat lebih dari dua kali lipat
menjadi 63,3 juta orang atau 19,9%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia
sudah memasuki struktur penduduk tua (Ageing Population).

15000000 10000000 5000000 0 5000000 10000000 15000000
Laki-laki 2045
Perempuan 2045

Sumber: Bappenas, BPS, dan UNFPA. 2018. Proyeksi Penduduk Indonesia

Gambar 7. Piramida Penduduk Indonesia, Tahun 2015 dan 2045

B. Tempat Tinggal Lanjut Usia
Tempat tinggal lanjut usia sangat penting untuk diperhatikan, karena

menyangkut kesehatannya. Dari data Susenas 2019, dapat dilihat mayoritas
lanjut usia tinggal bersama keluarga (tiga generasi dan keluarga). Pada kondisi
ini, hubungan harmonis antar generasi perlu dijaga. Lanjut usia berpotensi
dalam keluarga, dengan berperan dalam pengambilan keputusan, dan
pengasuhan bayi/anak. Keluarga memberikan dukungan, mendampingi,
merawat lanjut usia dengan penuh kasih sayang.

Terkait dengan pelayanan lanjut usia, penting juga untuk memperhatikan
lanjut usia yang tinggal sendiri. Terutama untuk lanjut usia perempuan yang
persentasenya lebih banyak dari lanjut usia laki-laki, yaitu 13,39% dibanding

- 22 -

4,98%. Karena hal ini terkait dengan caregiver lanjut usia ketika sakit, dan
memerlukan peran keluarga dalam melakukan PJP.

Gambar 8. Persentase Lanjut Usia Menurut Status Tempat Tinggal,
Indonesia Tahun 2019.

C. Kondisi Kesehatan Lanjut Usia
Di kalangan negara ASEAN, Indonesia berada di peringkat keenam Life

Expectancy (LE) atau Harapan Hidup pada tahun 2017, yaitu 71,5 tahun, namun
harapan hidup sehatnya (Healthy Life Expectancy=HALE) baru mencapai 62,65
tahun. Ini menunjukkan bahwa rata rata seorang lanjut usia Indonesia, hidup
dalam kondisi tidak sehat selama 8,83 tahun. Perlu dilakukan upaya antisipatif
agar gap tersebut semakin kecil. Harapannya, di masa depan lanjut usia masih
produktif dan berperan aktif sehingga menjadi aset yang berharga dalam
pembangunan.

Sumber: Studi BOD, Balitbangkes Kementerian

Gambar 9. Harapan Hidup dan Harapan Hidup Sehat Negara-negara ASEAN,
Tahun 2017

- 23 -

Semakin tua umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses
degeneratif (penuaan) sehingga menimbulkan masalah kesehatan, dan
PTM. Selain itu, besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan
fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Berdasarkan data Riskesdas tahun
2018, PTM terbanyak pada lanjut usia adalah hipertensi, masalah gigi,
penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit jantung dan
stroke. Sedangkan penyakit menular terbanyak adalah ISPA, diare, dan
pneumonia. Lanjut usia juga berisiko terhadap masalah gizi (terutama gizi
lebih), gangguan mental emosional, depresi, dan demensia.

Gambar 10. Masalah Kesehatan Lanjut Usia Indonesia, Tahun 2018
Berdasarkan data Alzheimer Disease International (ADI), jumlah orang
dengan demensia cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kasus
PTM. Prevalensi demensia di Indonesia diperkirakan sekitar 1.2 juta pada tahun
2015 dan akan meningkat menjadi 4 juta di tahun 2050. Data penelitian pada
lanjut usia di Yogjakarta menunjukkan tingginya kasus demensia pada
pendidikan rendah dan riwayat stroke.
Selain itu, masalah kesehatan yang perlu diperhatikan adalah kejadian
cedera, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya disabilitas pada lanjut

- 24 -

usia. Data Riskesdas tahun 2018, terdapat sebanyak 8,2% lanjut usia
mengalami cedera, dan sebesar 63,7%, kejadian cedera terjadi di rumah dan
lingkungannya. Hal ini menjadi poin penting bagi petugas dalam perannya
meningkatkan edukasi tentang upaya menciptakan lingkungan yang aman bagi
lanjut usia terutama di rumah.

Penanganan penyakit pada lanjut usia tidaklah mudah karena umumnya
merupakan penyakit degeneratif, kronis, multi diagnosis, dan membutuhkan
waktu lama serta biaya tinggi. Akibatnya, penanganan ini akan menjadi beban
berat baik bagi masyarakat maupun pemerintah dan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Oleh karena itu pemeliharaan kesehatan lanjut usia
seharusnya lebih mengutamakan promotif dan preventif dengan dukungan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas.

Hasil penilaian tingkat kemandirian dengan instrumen Activity Daily
Living (ADL) dalam Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat 74,3%
lanjut usia kategori mandiri. Sebanyak 22% lanjut usia dengan ketergantungan
ringan, yang masih memiliki potensi untuk berperan aktif di masyarakat dan
lingkungannya. Sisanya 3,7% lanjut usia dengan ketergantungan sedang, berat,
dan total dengan penyebab terbanyak adalah penyakit stroke, cedera, rematik,
dan diabetes. Mereka adalah kelompok lanjut usia yang membutuhkan PJP,
karena mengalami keterbatasan, dan tidak mampu merawat dirinya sendiri.
Lanjut usia seperti ini membutuhkan bantuan pelaku rawat/pendamping atau
caregiver.

- 25 -

Gambar 11. Tingkat Kemandirian Lanjut Usia Indonesia, Tahun 2018
D. Kepemilikan Jaminan Kesehatan

Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah untuk menjamin
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan termasuk lanjut usia. Laporan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tahun 2017, biaya klaim BPJS sebanyak
24% digunakan untuk kebutuhan perawatan kesehatan penduduk lanjut usia.
Jika dibandingkan dengan jumlah lanjut usia yang hanya sebesar 9% dari total
penduduk Indonesia, tampak bahwa biaya perawatan kesehatan lanjut usia
cukup besar, karena kondisi kesehatannya.

Dari data Susenas 2019, sekitar dua per tiga (69,69% lanjut usia) memiliki
jaminan kesehatan. Angkanya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya
(2018) besar 68%. Pemerintah perlu mendorong seluruh lanjut usia untuk
memiliki jaminan kesehatan, walaupun hingga saat ini JKN belum mempunyai
manfaat untuk PJP. Untuk menjamin pemberian pelayanan kesehatan yang
berkualitas, perlu diupayakan agar ada penggolongan khusus pada sistim
pendanaan dalam Program JKN sesuai dengan karakteristik lanjut usia.

- 26 -

Tidak Punya
Punya 69,69%
30,31%

 PBI : (39,64%)
 Non PBI : (22,75%)
 Jamkesda (10,76%)
 Asuransi Swasta

(0,56%)

Gambar 12. Data Kepemilikan Jaminan Kesehatan Lanjut Usia Indonesia,
Tahun 2019

E. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dilihat dari upaya penyediaan pelayanan kesehatan lanjut usia yang

komprehensif dan bermutu, pada 2019 terdapat 5.549 puskesmas yang telah
menyelenggarakan pelayanan santun lanjut usia (54.7%) dari total 10.134
puskesmas yang ada di Indonesia. Penilaian bahwa puskesmas telah
menyelenggarakan pelayanan santun lanjut usia didasarkan pada kriteria:
1) pemberian pelayanan yang baik dan berkualitas, 2) pemberian prioritas kepada
lanjut usia serta penyediaan sarana yang aman dan mudah diakses, 3)
melakukan pelayanan pro aktif melalui UKBM, dan 4) melakukan koordinasi
dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup, menjadi 3 strata yaitu :

a. Strata I (Pratama): ada petugas pelayanan kesehatan lansia, memberikan
prioritas pada lansia, belum punya poli tersendiri, mulai memperhatikan
keamanan lansia, 50% desa memiliki posyandu lansia, dan koordinasi
lintas program dilakukan.

b. Strata II (Madya): ada petugas pelayanan kesehatan lansia, memberikan
prioritas pada lansia, sudah punya poli tersendiri, sarana pelayanan
memperhatikan keamanan lansia, 60% desa memiliki posyandu lansia,
dan koordinasi lintas program dilakukan.

c. Strata III (Paripurna): Petugas terlatih/terorientasi pelayanan kesehatan
lansia, punya sarana tersendiri atau one stop service, sarana lain sudah
memperhatikan keamanan bagi lansia, 70% desa memiliki posyandu
lansia, dan koordinasi lintas program dilakukan.

Rumah sakit yang telah menyelenggarakan pelayanan geriatri dengan tim
terpadu, baru sebanyak 198 rumah sakit dari total 2914 rumah sakit yang ada

- 27 -

di Indonesia. Berdasarkan tipenya, layanan geriatri dikelompokkan sebagai
berikut:

a. Sederhana: paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan perawatan di
rumah (home care)

b. Lengkap: paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, dan
perawatan di rumah (home care).

c. Sempurna: paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut,
perawatan di rumah (home care), dan klinik asuhan siang

d. Paripurna: terdiri atas rawat jalan, klinik asuhan siang, rawat inap akut,
rawat inap kronik, rawat inap psikogeriatri, penitipan pasen geriatri
(respite care), perawatan di rumah (home care), dan perawatan terminal
(hospice).

F. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
Sebagai upaya perluasan jangkauan, dan akses lanjut usia terhadap

pelayanan kesehatan, dilakukan UKBM melalui posyandu lanjut usia, posbindu
PTM, dan pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK). Saat ini di seluruh Indonesia
terdapat 105.830 posyandu lanjut usia, 63.634 Posbindu PTM (dengan jumlah
desa/kelurahan yang memiliki posbindu sebanyak 44.023) dan 7.289 pos UKK.
Keberadaan UKBM ini akan sangat mendukung keberhasilan program
kesehatan lanjut usia dalam mewujudkan lanjut usia SMART.

Untuk meningkatkan motivasi masyarakat dalam pembentukan dan
penyelenggaraan Posyandu lansia, maka dilakukan pengkategorian menjadi 4
strata yaitu: Pratama, Madya. Purnama dan Mandiri. Strata tersebut ditentukan
berdasarkan indikator: 1) Frekuensi pertemuan dalan satu tahun, 2) Kehadiran
kader, 3) Cakupan pelayanan kesehatan setiap bulan, 4) Cakupan pelayanan
kesehatan dalam satu tahun, 5) Penyelenggaraan senam lansia, 6) Kegiatan
lintas sektor, 7) Pendanaan kegiatan yang berasal dari masyarakat. Batasan
setiap kategori diuraikan di dalam NSPK terkait.

G. Kondisi Khusus pada Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan kelompok berisiko, dan mengalami situasi sulit

misalnya pada saat pandemi, terutama yang sangat berkaitan erat dengan
kondisinya. Pada saat ini, sedang terjadi pandemi COVID-19, dan lanjut usia
merupakan kelompok yang paling rentan terpapar/terjadi kematian. Kondisi ini
terkait dengan penurunan sistem imunitas tubuh, dan cenderung
multipatologis. Dari data Kementerian Kesehatan, sebagian besar atau tiga dari

- 28 -

empat lanjut usia meninggal karena COVID-19, terutama bagi yang memiliki
riwayat penyakit penyerta (komorbid). Beberapa jenis komorbid antara lain
hipertensi, Diabetes Mellitus (DM), jantung, Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK), ginjal, asma, gangguan imunologi, dan Tuberculosis (TBC).

Pada masa pandemi berbagai protokol kesehatan dibuat sebagai upaya
pencegahan dan penanganan dampak COVID-19. Begitu juga pada era tatanan
kehidupan baru, yaitu tatanan baru untuk menjalankan aktivitas normal,
dengan perubahan perilaku hidup sehat sesuai protokol kesehatan guna
mencegah terjadinya penularan COVID-19. Berbagai perilaku hidup sehat yang
perlu diterapkan pada tatanan kehidupan baru, seperti tampak pada Gambar
13.

Cuci tangan / Gunakan masker Jaga jarak
Hand sanitizer hindari kerumunan
Daya tahan tubuh, istirahat
cukup, olah raga, kelola PRINSIP Konsumsi gizi seimbang
PROTOKOL KESEHATAN
stress  ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Kelola penyakit komorbid & Perilaku hidup bersih &
memperhatikan kelompok rentan sehat, disinfeksi
lingkungan

Gambar 13. Panduan Pencegahan COVID-19 Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
untuk Lanjut Usia

Lanjut usia dengan penyakit penyerta, dapat mengalami kesulitan
beradaptasi dengan protokol adaptasi kebiasaan baru. Selama pandemi COVID-
19, dukungan untuk lanjut usia dari organisasi mungkin berkurang, namun
beberapa LSM berupaya terus menjangkau komunitasnya secara daring.
Kendalanya infrastruktur teknologi di Indonesia masih belum merata, sehingga
metode daring belum dapat diakses oleh seluruh lanjut usia. Oleh karena itu,
diperlukan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, LSM, dan swasta untuk
dapat memastikan lanjut usia dan keluarganya mendapatkan dukungan yang
dibutuhkan.

- 29 -

Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia mengalami penyesuaian di masa
pandemi, seperti COVID-19 dan tatanan kehidupan baru. Berbagai strategi
pelayanan kesehatan lanjut usia dilakukan, misalnya melalui kebijakan
penundaan kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan rutin, dan penyuluhan
kesehatan. Tantangan selama masa pandemi COVID-19 menuju masa adaptasi
kebiasaan baru:
a. Pola aktivitas sesuai PHBS dalam kehidupan normal baru, dengan

perlindungan terhadap lanjut usia sebagai kelompok rentan.
b. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam penggunaan komunikasi

jarak jauh.
c. Kurangnya kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan protokol

pencegahan sesuai standar.
d. Keterbatasan jenis layanan kesehatan yang bisa diakses secara daring
e. Pelayanan kesehatan yang terjangkau, dan berkualitas dengan perlindungan

terhadap penularan masih bervariasi.
f. Belum adanya SPM/Standar Pelayanan Operasional (SPO) untuk pelayanan

kesehatan COVID-19 yang baku dan seragam di tiap tingkatan fasilitas
pelayanan kesehatan.
g. Sistem asuransi kesehatan (termasuk JKN) yang disesuaikan dengan
metode-metode baru (telekonsultasi, telemedicine dan lain-lain) belum
dirancang dengan baik.
h. Pemanfaatan tanaman obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
mengatasi gangguan kesehatan ringan, dan membantu mengatasi gangguan
komorbid.

- 30 -

-3

BAB
MATRIKS RENCANA AKSI NASIONAL K

RAN Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2020-2024 menca
penanggungjawab/lintas program dan lintas sektor terkait dari mas

Uraian RAN Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2020-2024 tercant

TABEL 2. MATRIKS RENCANA AKSI NASIONAL

No KEGIATAN SUB KEGIATAN INDIKA

POKOK

STRATEGI 1: Menyusun dan menyosialisasikan kebijakan
1

pelayanan kesehatan lanjut usia

1.1 1.1.1 1.1.1.1

Menyusun Penyusunan Regulasi, Adanya Permenk

Kebijakan dan Kebijakan dan NSPK NSPK lain terkai

Regulasi serta lain terkait kesehatan lansia

NSPK lain terkait lansia

kesehatan lansia 1.1.1.2

31 -

BV
KESEHATAN LANJUT USIA TAHUN 2020-2024

akup kegiatan pokok, sub kegiatan, indikator, target, dan
sing-masing strategi.

tum pada Tabel 2:

KESEHATAN LANJUT USIA TAHUN 2020-2024

ATOR BASE TARGET PJ/
LINE LP-LS terkait
DATA 2021 2022 2023 2024

2020

n dan regulasi serta norma, standar, prosedur, kriteria mengenai

Dit.Kesga

kes dan Setditjen Kesmas,
it kesehatan 4
42 - 1 Biro Hukor, PADK,
2
P2JK Dit.P2PTM,

Dit.P2MKJN

Dit.PKP, Dit.PKR

1- 1 - Kemensos, Kemen

PPPA Kemenko PMK,

-3

No KEGIATAN SUB KEGIATAN INDIKA
POKOK
1.2.1 Adanya regulasi
1.2 Sosialisasi Kebijakan kebijakan sekto
Sosialisasi dan Regulasi serta kesehatan lansi
Kebijakan dan NSPK lain terkait 1.2.1.1
Regulasi serta kesehatan lansia di Persentase provi
NSPK lain terkait provinsi mendapatkan so
kesehatan lansia Permenkes dan
terkait kesehata
yang dihasilkan
berjalan

1.2.1.2
Persentase kab/
mendapatkan so
Permenkes No. 7
2014 dan Perme
Tahun 2015

32 -

ATOR BASE 2021 TARGET 2024 PJ/
LINE LP-LS terkait
i dan DATA 2022 2023
or terkait BKKBN, Dinkes
ia 2020 Provinsi, LSM, Pakar

insi yang Dit. Kesga
osialisasi
NSPK lain Setditjen Kesmas,
an lansia
Dit.PKR, Pakar,
pada tahun
Dinkes Provinsi,
/kota yang
osialisasi 100% 100% 100% 100% 100% Dinsos, Dinas
79 Tahun Pengendalian
enkes No.67
Penduduk dan

Keluarga Berencana

(PPKB) Provinsi

LSM Tingkat Provinsi

Dinkes Provinsi

Pemda Provinsi

Dinkes Kab/kota

62% 70% 75% 80% 85% Dinsos Kab/kota

Dit.Kesga, Dit.PKR

-3

No KEGIATAN SUB KEGIATAN INDIKA

POKOK

1.2.1.3

Persentase RS ya

mendapatkan so

dan advokasi Pe

79 Tahun 2014

1.2.2 1.2.2.1

Advokasi penyusunan Persentase kab/

peraturan kab/kota memiliki peratur

dengan peserta lintas kesehatan lansia

sektor di kab/kota

1.2.3 1.2.3.1
Sosialisasi terkait Persentase pusk
Peraturan Menteri sudah mendapa
Kesehatan No. 67 sosialisasi terka
tahun 2015 Menteri Kesehat
kepada puskemas di tahun 2015
kab/kota

33 -

ATOR BASE TARGET PJ/
LINE
DATA 2021 2022 2023 2024 LP-LS terkait

2020 70% Dinas PPKB Kab/
Kota, TOMA, TOGA,
ang NA 40% 50% 60% 30% PKK, Dunia usaha,
osialisasi LSM, RS, Pemda
30% Kab/kota
ermenkes No. Dinkes Provinsi
Pemda Provinsi
/kota yang 17,5% 18% 20% 25% Dinkes Kab/kota
ran terkait Dinsos Kab/kota
a Dinas PPKB Kab/
Kota
kesmas yang NA 15% 20% 25% Dinkes Kab/kota
atkan Pemda Kab/kota
ait Peraturan Dinsos Kab/kota
tan No. 67 Dinas PPKB Kab/
Kota, TOMA, TOGA,
PKK, Dunia usaha,
LSM, RSUD, RS

No KEGIATAN SUB KEGIATAN -3
POKOK
INDIKA

1.3 1.3.1 1.3.1.1
Tersedianya alok
Mengembangkan Koordinasi dengan pembiayaan JKN
dituangkan dala
sistem pihak terkait tentang peraturan

pembiayaan penyelenggaraan JKN 1.3.2.1
Tersedianya kaji
pelayanan akademis menge
sumber pembiay
kesehatan lansia meningkatkan k
pelayanan keseh
melalui PJP bagi lansia

koordinasi dengan 1.3.2

pihak terkait Kajian/penyusunan

tentang naskah akademis

penyelenggaraan mengenai potensi

Jaminan sumber pembiayaan,

Kesehatan untuk meningkatkan

Nasional (JKN); kualitas pelayanan

membuat kajian/ kesehatan; dan PJP

penyusunan bagi lansia

naskah akademis

34 -

ATOR BASE TARGET PJ/
LINE
DATA 2021 2022 2023 2024 LP-LS terkait

2020 - swasta, Puskesmas,
- Dit.PKP
kasi - -1 - P2JK, Dit.Kesga,
N yang BPJS, Biro Hukor,
am bentuk Pakar Kelansiaan,
Pakar Ekokes PMK,
ian/naskah - 1- 1 Bappenas,
enai potensi Kemenkeu
yaan, untuk Kemensos, BKKBN
kualitas P2JK
hatan; dan Dit. Kesga, PADK,
Pakar Perguruan
Tinggi
Biro Hukor

-3

No KEGIATAN SUB KEGIATAN INDIKA

POKOK 1.3.3.1
mengenai potensi 1.3.3

sumber Koordinasi dengan Dihasilkannya k

pembiayaan, pihak terkait tentang tentang rancang

untuk sistem pembiayaan pembiayaan unt

meningkatkan untuk pelayanan PJP pelayanan PJP b

kualitas bagi lansia

pelayanan

kesehatan; dan

PJP bagi lansia

35 -

ATOR BASE TARGET PJ/
LINE LP-LS terkait
DATA 2021 2022 2023 2024
P2JK
2020 - Dit. Kesga, BPJS
Biro Hukor, Pakar
kesepakatan - -- 1 Kelansiaan, Pakar
gan sistem Ekokes PMK,
tuk Bappenas,
bagi lansia Kemenkeu
Kemensos, BKKBN

-3

KEGIATAN SUB KEGIATAN INDIKATOR
NO

POKOK

STRATEGI 2: Meningkatkan kuantitas dan kualitas fasil
2

terhadap layanan kesehatan yang santun lanjut usia dan

2.1 2.1.1 2.1.1.1

Meningkatkan Menyelenggarakan Persentase provin

kuantitas dan pelatihan tenaga telah mengadaka

kualitas kesehatan dan pelatihan/orient

pelayanan mengadakan sarana- pelayanan keseh

kesehatan prasarana di dan geriatri untu

tingkat pertama puskesmas terkait puskesmas

dan fasilitas Pelayanan Kesehatan 2.1.1.2

pelayanan Santun Lansia di Persentase kab/k

kesehatan Puskesmas sesuai telah mendapatk

rujukan tingkat dengan persyaratan pelatihan pelaya

lanjutan yang akreditasi kesehatan lansia

melaksanakan geriatri untuk pe

pelayanan puskesmas

kesehatan

santun lansia

36 -

BASE TARGET PJ/
LP-LS terkait
LINE 2022 2023
2024
DATA

2020 2021

litas pelayanan kesehatan yang santun lanjut usia serta akses

perawatan jangka panjang

Dinkes Provinsi

nsi yang Dit.Kesga,

an Dinkes Kab/kota

tasi 91% 100% 100% 100% 100% Pemda Kab/kota

hatan lansia Kecamatan

uk petugas Puskesmas

Dit.PKP

kota yang 59,3% 70% 80% 90% 100%
kan
anan
a dan
etugas

-3

KEGIATAN SUB KEGIATAN INDIKATOR
NO

POKOK

2.1.1.3
Persentase puske
telah mendapatk
pelatihan pelaya
kesehatan lansia
geriatri untuk pe
puskesmas

2.1.2 2.1.2.1
Melakukan pemetaan Persentase puske
sasaran lansia di melakukan peme
wilayah kerja sasaran lansia d
puskesmas kerjanya
2.1.2.2
Persentase lansia
terdata dan masu
pemetaan oleh p

37 -

BASE TARGET PJ/
LP-LS terkait
LINE 2022 2023
2024
DATA

2020 2021

esmas yang 18,9% 35% 50% 60% 70% Dinkes Kab/kota
kan Dinkes Provinsi
anan Kecamatan,
a dan Puskesmas
etugas Dit.PKP
Kelompok Lansia
emas yang
etaan NA 10% 20% 40% 80%
di wilayah

a yang Puskesmas
uk Dinkes Kab/kota
puskesmas NA 10% 20% 40% 80% Kecamatan
Desa/kelurahan
TOMA, TOGA


Click to View FlipBook Version