• Pelatihamagang• Fasilitasusaha • Programnamun ikepala kstunting10 Masih sedikitnya masyarakat yang terjun pada dunia industri kreatif sebagai varian baru aktivitas ekonomi masyarakat Blora Masih sempitnya cara pandang (mindset) tentang peluang ekonomi di dunia kreatif. • Pemberdayaan kelompok pemuda (karang taruna) yang tangguh untuk berusaha di indutri kreatif. • Perlu intervensi secara kolaboratif dalam mengembangkan industri kreatif • Pemberpemudausaha dKarang yang difProgrampotensi,pendamfasilitasi(modal, pemasapengem• Pengemdengan
131 an usaha dengan sistem g (nyantrik) si sesuai kebutuhan m bantuan UMKM ini harus melibatkan keluarga dengan balita g dalam usaha mereka. kemiskinan rdayaan kelompok a (karang taruna) untuk dengan program satu Taruna satu Usaha, fasilitasi lintas OPD. m ini dimulai: Analisis pelatihan, penguatan, mpingan, bantuan, i kebutuhan usaha jejaring, promosi, aran, keberlanjutan, dan mbangan). mbangan industri kreatif model Hexahelix Adanya upaya aktif penumbuhkembang an industri kreatif sebagai minat baru dalam aktivitas ekonomi masyarakat Blora. Meningkatnya jumlah masyarakat berkerja. Menurun nya angka kemiskin an Adanya masyarakat Blora yang sejahtera (Misi 5. Memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis potensi daerah dan membuka peluang Investasi untuk mengurangi penganggura n dan
11 Sosialisasi pemutusan stunting yang terus menerus berkelanjutan dan berkembang Belum kuatnya mind set dan pengarusutamaan isu kesehatan sebagai kebutuhan untuk memutus stunting. • Strukturalisasi sosialisasi isu kesehatan sebagai kebutuhan untuk memutus stunting. • Pemasaurgensi kasus stsesuai p• Sosialiapro pemke komukelomposesuai p• Moderasdalam b
132 kemiskinan angan baliho tentang upaya pemutusan tunting dengan materi potensi desa. asi program kesehatan mutusan kasus stunting unitas dan pertemuan ok warga dengan materi potensi desa. si sosialiasi pemutusan bentuk media digital. Adanya masyarakat yang paham, sadar, dan bergerak untuk memutus kondisi stunting. Meningkatnya upaya aktif masyarakat dalam memutus kasus stunting di lingkungannya masingmasing dengan prinsip gotong royong. Menurun nya angka stunting Meningkatnya tingkat kesehatan masyarakat menuju SDM Blora yang unggul. (misi 1. Membangun sumberdaya manusia yang berkualitas, berdaya saing dan berkarakter), dan misi 4. Menciptakan kondisi Wilayah yang kondusif
Saran dan rekomendasi OPD No Kegiatan 1 1. Intervensi Spesifik b. Dinkes melakukan pemberian makanan tambahan bagmenyusui dan yang berpotensi stunting makanan padagizi dari Pemkab, melalui kader Posyandu dan PKK Debalita siap konsumsi: telur, susu, biskuit, ikan, daging, t2. Intervensi sensitif: a. Dinkes membuat konsep sosialisasi pencegahan stuntimaupun melalui baliho, sekaligus meninjau ketersediaaAjakan olahraga sebagai kebutuhan dan hidup bersih sjamban sehat; c) Adanya kecukupan air bersih di setiapb. Dinkes melalui Tim Posyandu Desa melakukan: edukapendampingan, dan pemahaman kepada keluarga besc. Dinkes mengembangkan konsep, sosialisasi, dan Pem“Tabungan Balita”. d. Dinkes melalui Bidan Desa melakukan sosialisasi menaKPM, Bumil Rumah Tangga Rentan Miskin berpotensi e. Dinkes mengadakan lomba lingkungan bersih dan sehaf. Program “Ayah Tangguh” ayah tangguh” oleh Pihak De(bekerja) saat memiliki anak batita. Program ini dengankolaborasi dengan: BUMDes, DUDI, proyek pemeriintag. Dinkes mengkaji regulasi Peraturan Bupati Nomor 13 TStunting di Kabupaten Blora, untuk menjalankan progradianggarkan dalam mencapai target sasaran di peratur
133 OPD i Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) dan Ibu at gizi juga Pemberian bantuan makanan padat esa, berupa MPAI dan makanan tambahan bagi tahu, tempe, bubur bayi, kacang dan buah. ing secara langsung pada pertemuan warga an anggaran 2024 untuk pemasangan baliho: a) sebagai kebiasaan; b) Gerakan satu rumah satu p rumah tangga. si, penguatan mental, pemberian bantuan, sar balita. budayaan program “Tabungan Melahirkan” dan ajamen keuangan rumah tangga pro batita bagi Stunting di acara pertemuan kelompok KPM, at sampai tingkat RW. esa yang menjamin ayah tetap produktif n prinsip kolaboratif dan gotong royong, h, Swasta) Tahun 2022 tentang Percepatan Penurunan am kegiatan yang sudah disusun dan ran tersebut. Dinkes
3. Pemantauan a. Dinkes Blora bekerjasama dengan Dishubkominfo menstunting di Blora satu data; b. Setelah database online dikembangkan dilakukan kemdesa tentang indikator stunting. c. Dinkes menerbitkan Surat Edaran Bulan Wajib Stuntingstunting bagi seleuruh Balita di Blora, kegiatan ini dilak2 1. Intervensi spesifik Bantuan air bersih bagi bumil dan baduta kurang mamp2. Intervensi sensitif: Adanya sosialisasi dan penguatan pemahaman priorita3 1. Intervensi Spesifik a. Adanya bantuan pemenuhian air bersih bagi Bumil dan2. sensitif: a. Dinas menginisiasi program Program “Ayah Tangguh” ayah tetap produktif (bekerja) saat memiliki anak batitagotong royong, kolaborasi dengan: BUMDes, DUDI, prob. Mengintruksikan ke admin DTKS Desa untuk cek keatifc. Adanya gerakan sanitasi bersih, melalui optimalisasi Aswadaya. d. Adanya gerakan kampung air bersih, baik melalui Pam4 1. Intervensi Spesifik Program bantuan UMKM namun ini harus melibatkan kusaha mereka. 2. Intervensi sensitif a. Penguatan ekonomi masyarakat dengan hexahelix agadan sanitasi secara mandiri;
134 ngembangkan data base stunting agar angka bali penyamaan persepsi untuk para bidan g untuk dilakukan pengambilan ulang data ukan oleh bidan desa. pu dan membtuhkan air as air dan sanitasi sebagai kebutuhan penting. Dinas Perkim n Batita. ayah tangguh” oleh Pihak Desa yang menjamin . Program ini dengan prinsip kolaboratif dan oyek pemeriintah, Swasta); fan KIS KPM. DD/DD sebagai salah satu prioritas maupun simas, PDAM, Swadaya atau mandiri. DPMD kepala keluarga dengan balita stunting dalam ar mampu membangun infrastruktur air bersih DinkopUMKM
b. Upaya kolaboratif melalui pola Hexahelix untuk penguac. Revitalisasi pasar; Belanja tematik; Konsep Festival; ZDigitalisasi e-commerce, Temporary Market (shelter knmengaktifkan lapangan/alun-alun disetiap kecamatan, d. Sertifikat pengakuan dan penghargaan sebagai UMKMe. Fasilitasi kelompok usaha yang berisi kelompok penguf. Networkong dengan usaha besar g. Pelatihan usaha dengan sistem magang (nyantrik) h. Fasilitasi sesuai kebutuhan usaha 5 Intervensi sensitif a. Adanya sosialisasi gerakan kampung air bersih, baik mmandiri. b. Pemetaan dan Perencanaan pembangunan infrastruktc. Pemetaan dan Perencanaan pembangunan infrastruktinvestasi. d. Menambah projek pemerintah yang menyerap tenaga 6 Intervensi sensitif a. Adanya budaya olahraga masyarakat (public sport) dasantai, volly kampung, jalan sehat kampung, turnamenb. Pemberdayaan kelompok pemuda (karang taruna) untusatu Usaha, yang difasilitasi lintas OPD. Program ini dipendampingan, bantuan, fasilitasi kebutuhan usaha (mkeberlanjutan, dan pengembangan). 7 Intervensi sensitif a. Melakukan kajian implementasi pengembangan UMKMb. Menggupayakan industri padat tenaga kerja melalui tinc. Dukungan dan fasilitasi usaha non pertanian dan pasc(DUDI, KADIN, OPD, BUMDES, Swasta) baik melalui p
135 atan ekonomi masyarakat one Market, Kantong-kantong baru bagi PKL; nock down, gerobakisasi). Dengan bila memungkan di setiap desa. M usaha UMKM melalui Pamsimas, PDAM, Swadaya atau ur air bersih dengan skala prioritas ur pendukung ekonomi masyarakat dan kerja. Dinas PU n olehraga kampung (sport village); sepeda n, uk usaha dengan program satu Karang Taruna imulai: Analisis potensi, pelatihan, penguatan, modal, jejaring, promosi, pemasaran, Disporabudapar M dan industri kreatif dengan model Hexahelix ndakan pro investasi. a pertanian secara kolaboratif kolaboratif program maupun bantuan. Bappeda
d. Membangun jejaring kerjasama dengan pihak lain untuekonomi berbasis masyarakat. 8 1. Intervensi Spesifik a. Memasukkan data keluarga miskin rentan/berpotensi sberbagai bantuan sosial b. Memberikan bantuan pangan langsung bagi balita stundisebabkan kemiskinan c. Memastikan layanan KIS keluarga dengan balita stuntidisebabkan kemiskinan 2. Intervensi sensitif a. Memberdayakan KPM (Keluarga Penerima Manfaat) Pdiberikan edukasi pencegahan, penanganan, dan pendrentan atau berpotensi stunting yang disebabkan kemisb. Penguatan e-warong untuk pemberdayaan ekonomi ib
136 uk mempercepat Zero Stunting dan penguatan stunting ke dalam DTKS agar mendapatkan nting dan rentan atau berpotensi stunting yang ing dan rentan atau berpotensi stunting yang PKH (Program Keluarga Harapan) untuk dampingan keluarga dengan balita stunting dan skinan. u rumah tangga. Dinsos
137 BAB VI Penutup Permasalahan stunting merupakan masalah serius dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) di Kabupaten Blora. Tantangan ini harus diatasi dengan baik agar generasi masa depan Blora bisa menjadi generasi yang unggul, berdaya saing, dan berkualitas. Kunci untuk menurunkan stunting adalah penanganan kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyebab ibu dan anak tak memeroleh gizi yang cukup. Indikator garis kemiskinan yang dipakai adalah pengeluaran keluarga perkapita perbulan baik untuk pangan maupun non pangan. Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan stunting menggunakan beberapa tahapan yaitu: Tahap penyadaran, dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan meningkatkan kapasitas diri. Pada tahap ini pemerintah mengadakan suatu sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan puskesmas, tujuan dari sosialisasi tersebut bertujuan agar masyarakat mengetahui tentang apa itu stunting, penyebab stunting, bagaimana pencegahan dan tidak ikut terkena stunting. Pada Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan pemerintah desa bekerja sama dengan puskesmas dan dinas kesehatan dengan mengadakan penimbangan berat badan dan tinggi badan pada balita agar mengetahui balita stunting atau tidak, pembuatan sanitasi, pembuatan aliran air bersih, pemindahan kandang, dan penanaman/penyemaian sayuran. Agar tebuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran didalam pembangunan. Sedangkan pada Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga terbentuk inisiatif dan kemampuan inivatif untuk mengantarkan pola kemandirian masyarakat.
138 Daftar Pustaka Sulastri D. Faktor determinan kejadian stunting pada anak usia sekolah di kecamatan lubuk kilangan Kota Padang. J Kesehat - Maj Kedokt Andalas. 2012;36(1):39–50. Safitri CA, Nindya TS. Hubungan ketahanan pangan dan penyakit diare dengan stunting pada balita 13-48 bulan di Kelurahan Manyar Sabrangan, Surabaya. J Amerta Nutr. 2017;1(2):52– 61. doi:10.20473/amnt.v1i2.2017.52- 61 Apoina K, Suhartono, Subagio HW, Budiyono, Emman IM. Kejadian stunting dan kematangan usia tulang pada anak usia sekolah dasar di daerah pertanian Kabupaten Brebes. J Kesehat Masy. 2016;11(2):96–103. doi:http://dx.doi.org/10.15294/ kemas.v11i1.3462 Sari EM, Juffrie M, Nurani N, Sitaresmi MN. Asupan protein, kalsium dan fosfor pada anak stunting dan tidak stunting usia 24-59 bulan. J Gizi Klin Indones. 2016;12(4):152–159. https://jurnal.ugm.ac.id/jgki%0AAsupa n. MCA Indonesia. Stunting dan masa depan Indonesia. Millenn Chall Acc - Indones. 2013;2010:2–5. www.mcaindonesia.go.id. TNP2K. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Pertama. (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, ed.). Jakarta: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 2017. Sutarto | Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya J Agromedicine | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018 | 545 Yustika AE. Buku Pelengkap Sistem pembangunan desa. 2015:41. Aridiyah FO, Rohmawati N, Ririanty M. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita di wilayah pedesaan dan perkotaan. e-Jurnal Pustaka Kesehat. 2015;3(1):163– 170. Hunter PR, MacDonal AM CR. Water supply and health. PLOS Med. 2010;7(11):1–9. http://journals.plos.org/plosmedicin e/article/file?id=10.1371/journal.pm ed.1000361&type=printable. Kyereme AK AJ. Residential status and the incidence of diarrhoea among children under-five years in Ghana. J Epidemiol Glob Health. 2015;6:131–140. http://www.sciencedirect.com/scien ce/article/pii/S2210600615000581. Walker CLF, Lamberti L, Adair L, Guerrant RL, Lescano AG, Martorell R, Pinkerton RC BR. Does childhood diarrhea influence cognition beyond the diarrhea-stunting pathway? PLOS ONE J.
139 2012;7(10):1–6. http://journals.plos.org/plosone/arti cle/file?id=10.1371/journal.pone.00 47908&type=printable. JH R, N A, RO S, et al. Low dietary diversity is a predictor of child stunting in rural Bangladesh. Eur J Chlinical Nutr. 2010;64:1393–1398. https://www.nature.com/ejcn/journal/v64/n12/pdf/ejcn2010171a.pd f. Kementerian Kesehatan RI. Analisis situasi kesehatan berbasis siklus kehidupan. Lemb Pnb Balitbangkes. 2013. Trihono, Atmarita, Tjandrarini D, et al. Pendek (stunting) di Indonesia, masalah dan solusinya. Pertama. (Sudomo M, ed.). Jakarta: Lembaga Atmarita. Masalah anak pendek di Indonesia dan implikasinya terhadap kemajuan negara.