The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by AL EL BAPER (Almari Elektronik Badan Perencanaan), 2024-01-24 21:23:16

LOCO TOUR CEPU 2022

Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu

Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 1 Desember, 2022 Dipersiapkan oleh Shirvano Consulting (PT Karangluhur Lima Pilar) Laporan Akhir Studi Kelayakan Pengembangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blora


Studi Kelayakan / Feasibility Study Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 2 Apa itu feasibility study? Studi analisis yang mempertimbangkan semua faktor dalam proyek, termasuk pertimbangan ekonomi, hukum, teknis, dan timeline. Ekonomi dalam hal ini terdiri dari besaran investasi, pendapatan serta payback period. Sehingga hasil akhir yang diharapkan adalah informasi mengenai proyek apakah layak dikembangkan atau tidak. Mengapa perlu dilakukan FS? 1. Membantu owner dalam hal mengidentifikasi risiko, peluang dan tantangan dalam pengembangan proyek. 2. Membantu owner mengembangkan bisnis baru termasuk alternatif pengembangan & asumsi biaya yang dibutuhkan. 3. Mempermudah investor dalam menilai proyek apakah proyek layak atau tidak.


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 3 Batas Wilayah Propinsi Batas Wilayah Kecamatan Jalan Nasional Jalan Kolektor Jalan Lokal Stasiun Pemberhentian Rencana Reaktivasi Rel Rencana Reaktivasi Rel Rel Kereta Api LEGENDA 0 0,5 1 2 3km • Rencana reaktivasi trase rel kereta heritage Loco Tour – Gubug Payung memilki panjang ±22.6 km • Terdapat empat titik pemberhentian di sepanjang rel ini yaitu: 1. Depo Loco Tour 2. TPK (Tempat Penebangan Kayu) Batokan – dekat Puslitbang Perhutani 3. Buk Brosot 4. Gubug Payung • Rencana reaktivasi rel kereta dibagi menjadi 3 etape yaitu: • Etape 1 : Loco Tour – TPK Batokan • Etape 2 : TPK Batokan - Buk Brosot • Etape 3 : Buk Brosot – Gubug Payung Profile Loco Tour Cepu


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 4 1 2 3 5 6 7 8 2 1 3 4 5 6 7 8 4 Gerbang peninggalan Aerial View Loco Tour Loko Uap Bahagia Soekarno Aerial View menuju TPK Aerial View TPK Batokan Batokan Aerial View TPK Batokan Rel sisi utara Jembatan Bangsri Rel melewati permukiman warga


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 5 2 1 3 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 4 Jalan sisi utara rel Buk Brosot - Bregojo Area Persawahan Buk Brosot - Bregojo Kampung Samin Gerbang Kampung Samin Arah Jembatang Sambong Arah Jembatang Sambong Aerial View Bregojo Aerial View arah Bregojo


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 6 1 6 7 4 8 2 1 3 4 5 6 5 7 8 2 3 Area pertunjukan Seni Budaya Hutan sekitar Gubug Payung Akses menuju Gubug Payung TPK Pasar Sore TPK Pasar Sore Hutan dekat Buk Brosot Aerial View Area Barat Buk Brosot Aerial View Area Timur Buk Brosot


Contents Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 7 1.0 PENDAHULUAN 4.0 ANALISA MARKET 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud & Tujuan 1.3 Ruang Lingkup Kajian 1.4 Metode Kajian Kelayakan 1.5 Sistematika Pelaporan 4.1 Analisa Positioning terhadap Pengembangan Sejenis 4.2 Analisa Positioning terhadap Pengembangan DTW Unggulan Kab. Blora 4.3 Studi Permintaan Pengembangan Loco Tour 4.4 Kesimpulan Analisa Market 2.0 KONDISI UMUM DAN KEPARIWISATAAN 5.0 REKOMENDASI PENGEMBANGAN DTW 2.1 Kondisi Geografis & Geologis Kecamatan Cepu 2.2 Kondisi Demografis 2.3 Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota 2.4 Ragam dan Jenis Daya Tarik Wisata 2.5 Tren dan Profil Wisatawan 5.1 Konsep Pengembangan Loco Tour 5.2 Strategi Pengembangan 5.3 Rencana Program Pengembangan 5.4 Tabulasi Pengembangan 3.0 ANALISA KELAYAKAN ASET 6.0 ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL, EKONOMI-FISKAL 3.1 Profil Aset Loco Tour 3.2 Kajian Fisik 3.3 Kajian Legal (Kesesuaian Pemanfaatan Ruang) 3.4 Kajian Lingkungan 3.5 Kajian Sosial 3.6 Kajian Infrastruktur 3.7 Hasil Kelayakan Aset 6.1 Rencana Investasi 6.2 Rencana Pendapatan 6.3 Analisa Kelayakan 6.4 Analisa Sensitivitas 6.5 Analisa Ekonomi & Fiskal 7.0 KESIMPULAN


Laporan Studi Kelayakan Pengembangan DTW Locotourz Cepu 8 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud & Tujuan 1.3 Ruang Lingkup Kajian 1.4 Metode Kajian Kelayakan 1.5 Sistematika Pelaporan


1.1 Latar Belakang Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 9 Kawasan Heritage Loco Tour Cepu membutuhkan pengembangan lebih lanjut guna mengoptimalkan aset dengan mempertimbangkan efisiensi, efektivitas pemanfaatan potensi Kawasan. Studi kelayakan (feasibility study) adalah suatu kajian ilmu yang menilai pengerjaan suatu bisnis untuk dilihat layak atau tidak layak dilaksanakan dengan menempatkan ukuran-ukuran baik secara kualitatif dan kuantitatif yang akhirnya terangkum dalam sebuah rekomendasi. Feasibility Study juga dapat diterapkan dalam penilaian kelayakan suatu kegiatan atau proyek dengan mempertimbangkan aspek-aspek penilaian yang digunakan. Dalam hal ini feasibility study digunakan dalam menilai kelayakan pengembangan kawasan pariwisata Locotour. Adapun aspek kelayakan antara lain mencakup aspek fisik, lingkungan, sosial budaya, ekonomi, pariwisata, dan finansial bisnis. Pemerintah Kabupaten Blora berencana akan melakukan optimalisasi obyek pariwisata unggulan daerah yakni Loco Tour dengan melakukan kajian kelayakan guna mengetahui hasil kelayakan serta rekomendasi pengembangan aset sesuai dengan preferensi pasar dan peluang sekitar. Rencana Reaktivasi Rel


1.2 Maksud & Tujuan Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 10 Maksud dari kegiatan ini adalah menyuusun Kajian Kelayakan Pengembangan Kawasan Pariwisata Locotour Cepu, sedangkan tujuan dari kegiatan Kajian Kelayakan Pengembangan Kawasan Pariwisata Locotour Tahun 2022 adalah: Memberi gambaran actual, masalah, dan potensi pengembangan Penataan Kawasan Pariwisata Locotour Memberikan rekomendasi pengembangan Menyusun kajian kelayakan finansial


1.3 Ruang Lingkup Kajian Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 11 Lingkup kegiatan dari Kajian Kelayakan Pengembangan Kawasan Pariwisata Locotour Cepu adalah identifikasi dan analisa kondisi fisik lingkungan, SWOT, studi pasar pariwisata, kelayakan finansial, serta rekomendasi pengembangan produk unggulan. Tahap 01 – Analisis Fisik Lingkungan • kondisi pemanfataan ruang • Kondisi sejarah aset DTW • Kondisi lingkungan aset DTW & sekitarnya • Kondisi sosial ekonomi & kependudukan • kondisi pariwisata aset DTW & sekitarnya • Potensi dan masalah • Isu pengembangan • SWOT Tahap 02 – Studi Pasar Pariwisata • Studi competitor DTW sejenis (benchmarking) • Trend dan profil wisatawan • Rencana pengembangan pariwisata kabupaten atau kawasan penelitian • Studi preferensi wisatawan & masyarakat terhadap DTW • Rekomendasi target market & • rekomendasi fasilitas pengembangan DTW ACTION PLAN • Konsep • Rekomendasi program pengembangan • Strategi pengembangan Tahap 03 – Studi Kelayakan Finansial • Kesimpulan & Rekomendasi • Tabulasi pengembangan • Capital expenditure • Timeline pengembangan • Formulasi pendapatan • Analisa finansial & sensitivitas • Potensial funding & kemitraan ACTION PLAN • Rekomendasi program pengembangan • Strategi pengembangan


Kajian Fisik Lahan Analisis fisik tapak adalah evaluasi atas aspek-aspek yang menjadi kelebihan maupun kekurangan dari lahan seperti: • Lokasi : Lingkup kajian: Konteks kota, Pembangunan di sekitar lahan yang dikaji, Karakteristik lokasi (mis. lingkungan, jarak tempuh/keterdekatan dan aksesibilitas), Fasilitas penunjang sekitar, eksposur, dan Rencana dan pembangunan infrastruktur saat ini. • Rincian tapak : Ukuran, Bentuk dan Orientasi lahan, Kondisi fisik secara umum terhadap topografi lahan, dan Kepemilikan lahan (termasuk lahan dapat dijual atau tidak). • Penggunaan ruang & infrastruktur eksisting • Peraturan & Batasan pengembangan fisik dari dinas tata ruang setempat • Peraturan tata guna lahan • Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB), Peruntukan, ruang terbuka dan persyaratan untuk menyediakan fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti yang tertera pada Ijin Pembangunan (kalau ada) • Batas ketinggian bangunan dan kontrol terhadap intensitas bangunan • Rencana transportasi dan fasilitas infrastruktur lain Tinjauan Lingkungan & Sosial Terdapat 3 model pendekatan diantaranya: • Ekologis: merujuk pada potensi sumber daya alam di sekitar kawasan kegiatan. Dengan pendekatan ekologis diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan pengembangan sarana prasarana agar tidak mengganggu ekosistem di sekitar lokasi. • Sosial: ditujukan untuk mengkaji lebih lanjut dinamika sosial di sekitar tempat kegiatan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan sarana dan prasarana wisata alam • Teknis: dilakukan dengan mengkaji lebih detail lokasi dan data spasial dalam pengelolaan struktural kegiatan pengadaan sarana dan prasarana wisata alam Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 12 1.4 Metode Kajian Kelayakan 1.4.1 Metode Studi Lahan Tinjauan Ekonomi dan Demografi Tren potensi tingkat permintaan dan sumber permintaan (demand generators) dan dinamikanya akan diidentifikasikan melalui kajian terhadap ekonomi kota, yaitu: • Ekonomi: PDB/PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), • Demografi: Jumlah penduduk dan rumah tangga, profil penduduk • Tren Parwisata: kedatangan penumpang, musim kedatangan, lama tinggal, tingkat hunian secara rata-rata


Tinjauan Pasar Pariwisata Analisis tinjauan pasar pariwisata memuat beberapa komponen diantaranya: • Studi competitor destinasi wisata sekitar • Tren pasar wisatawan dalam lima tahun terakhir • Statistik kedatangan wisatawan internasional dan domestik (apabila tersedia) • Fasilitas penunjang kegiatan wisata (akomodasi) • Rata-rata lama menginap (apabila tersedia) • Peluang pengembangan kawasan sekitar Berbagai Analisa tersebut akan mendukung dalam penentuan segmentasi market dari pengembangan dari suatu proyek kawasan pariwisata. Tinjauan Permintaan (preferensi wisatawan) Analisis dilakukan terhadap kemauan wisatawan terdahap pengembangan kawasan diantaranya: • Profil dan preferensi wisatawan terhadap obyek wisata yang dikembangkan • Rekomendasi atau saran pengembangan atraksi • Willingness to pay (kemampuan membayar atau mengakses destinasi wisata (alokasi keuangan)) Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 13 1.4 Metode Kajian Kelayakan 1.4.2 Metode Studi Pasar Tinjauan Benchmarking Konsultan akan melakukan kajian terhadap proyek-proyek yang memiliki kesamaan karakteristik terutama dari faktor lokasi dan pasar properti yang meliputi tipe pengembangan sebagai tempat tujuan wisata. Faktorfaktor tersebut mencakup: • Konsep dan konfigurasi pengembangan, posisi pengembangan di pasar; • Fasilitas layanan; • Harga; serta • Isu-isu kritikal di dalam kesuksesan Pengembangan dan lesson learned


Metode Analisis Positioning Analisis posisi pasar dilakukan untuk menentukan tarif yang layak bagi sebuah produk berdasarkan penilaian parameter yang dianggap mempengaruhi tarif produk tersebut. Metode yang digunkan dalam menentukan parameter analsis posisi pasar adalah metode kualitatif dengan studi dokumen kajian kelayakan. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 14 1.4 Metode Kajian Kelayakan 1.4.2 Metode Studi Pasar Studi Dokumen Penentuan Parameter Poisitioning Penentuan Kompetitor Penilaian Kompetitor Objek Wisata berdasarkan Parameter Positioning Regresi Hasil Penilaian Positioning dengan Tarif Objek Wisata Tarif Hasil Positioning a. Lokasi b. Aksesibilitas c. Konsep d. Intensitas Pengunjung e. Fasilitas f. Kondisi Infrastruktur Parameter Positioning Penilaian parameter menerapkan rumus panjang kelas interval dengan rumus P : R/K P = Panjang Kelas Interval R = Nilai Tertinggi-Nilai Terendah K = Jumlah Kelas


Metode Analisis Keuangan & Cash flow Analisis investasi, potensi profitabilitas, dan bentuk kerjasama dari pengembangan subyek properti akan dikaji berdasarkan potensi pendapatan yang diperoleh dari analisis pasar, kajian terhadap usulan alternatif potensi pengembangan, estimasi biaya pengembangan dan estimasi performa di masa yang akan datang dari semua komponen/sektor properti yang berpotensi dibangun di atas lahan yang dimaksud Analisis ini ditampilkan dalam bentuk rincian aliran kas yang terdiskonto (discounted cash flow) dan model kelayakan pembangunan, tidak dalam bentuk proyeksi laba dan rugi. Ukuran keuangan akan disajikan dalam tingkat pengembalian dengan mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut: • Nett Present Value (NPV) • Internal Rate of Return (IRR) • Debt to Value Ratio • Payback Period Selain itu, analisis sensitivitas dari variabel yang berpengaruh akan disajikan untuk mengidentifikasikan variabel mana yang paling berpengaruh terhadap profitabilitas dari konsep pengembangan yang direkomendasikan dan variabel mana yang memiliki pengaruh terhadap tingkat pengembalian dari investasi secara keseluruhan. Variabel analisis sensitivitas yaitu: • Harga Jual / Sewa • Biaya Konstruksi • Harga Tanah Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 15 1.4 Metode Kajian Kelayakan 1.4.2 Metode Kelayakan Finansial


Laporan Studi Kelayakan Pengembangan DTW Locotourz Cepu 16 Kondisi Umum & Kepariwisataan 2.1 Kondisi Geografis & Geologis 2.2 Kondisi Demografis 2.3 Kondisi Ekonomi 2.4 Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota 2.5 Ragam dan Jenis Daya Tarik Wisata 2.6 Tren dan Profil Wisatawan


Kabupaten Blora berada di ujung timur Jawa Tengah berbatasan dengan Jawa Timur. Kabupa ten Blora berada di antara 111°016' - 111°338' Bujur Timur dan diantara 6°528' - 7°248' Lintang Selatan. Kabupaten Blora dilalui 2 sungai utama, yaitu Sungai Bengawan Solo dan Sungai Lusi Batas Administrasi: Utara: Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang Timur: Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban, Jawa Timur Selatan: Kabupaten Ngawi, Jawa Timur Barat: Kabupaten Grobogan Luas Wilayah 195.582.074 ha atau sama dengan 5,59% total luas Provinsi Jawa Tengah Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 17 2.1 Kondisi Geografis & Geologis 2.1.1. Kondisi Geografis Kabupaten Blora LEGENDA Kabupaten Blora Kecamatan yang dilewati Trayek Loco Tour Trayek Pengembangan Loco Tour Gambar. Peta Adminisitrasi Kabupaten Blora Sumber: Kabupaten Blora Dalam Angka


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 18 2.1 Kondisi Geografis & Geologis 2.1.2. Kondisi Geologis Kabupaten Blora Dalam peta fisiografi, daerah Kabupaten Blora terletak di Zona Rembang dan Zona Randublatung, Cekungan Jawa Timur Utara. Terdapat berbagai formasi seperti Selorejo dan Mundu yang termasuk dalam petroleum system, berperan sebagai reservoir gas dan minyak dikarenakan formasi ini memiliki porositas dan permeabilitas yang cukup bagus. Hal ini menjadikan adanya berbagai penambangan minyak di Kecamatan Cepu dan Sekitarnya. Gambar. Peta Fisiografi Pulau Jawa Sumber: Laporan Pengusulan Geoheritage Kab. Blora, 2021 Topografi: Kabupaten Blora berada diatas dataran rendah dan perbuktian dengan ketinggian berkisar 25- 50 mdpl, dengan kecamatan terendah adalah kecamatan Cepu, dan yang tertinggi Kecamatan Tondanan. Bentuk topografi wilayah Kabupaten Blora berupa dataran, perbukitan pegunungan, lembah serta gunung yang memiliki kemiringan 0 sampai >40% Kab. Blora terletak di cekungan sedimentasi Jawa Timur Bagian Utara (East Java Geosincline). Hal ini memberikan keunikan tersendiri dari berbagai wisata geoheritage seperti Bukit Pencu, Bukit Kunci, Goa Terawang di Kabupaten Blora. Susunan tanah di Kabupaten Blora terdiri dari 56% Tanah Grumosol & 39% Tanah Mediteran yang pemanfaatannya baik untuk pertanian dan perkebunan. Selain itu, Kawasan Karst yang ada di Kabupaten Blora meliputi Kawasan Bentang Alam Karst Sukolilo yang berada di Kecamatan Kunduran dan Kecamatan Todanan. Terdapat potensi tambang yakni Batu Gampung, Batu Lempung/Tanah Liat, Gypsum, dan Pasir Kuasa. LEGENDA Zona Fisiografi Kabupaten Blora


Jumlah Penduduk dan Sebaran Penduduk Jumlah penduduk Kab. Blora tahun 2020 mencapai 884.233 jiwa. Sebanyak 11% jumlah penduduk Kab. Blora berada di kota. Hal ini menjelaskan persebaran fasilitas akomodasi dan wisata yang terintegrasi di Kota Blora. Sementara itu, Kec. Cepu menduduki peringkat ketiga dalam persebaran penduduk di kabupaten. Jika ditinjau berdasarkan kepadatannya, kepadatan Kota Blora (8,5) lebih tinggi dibandingkan dengan Kec. Cepu (6,5). Dalam rencananya, Kec. Cepu dikembangkan sebagai PKW dan Kota Blora sebagai PKL, pengembangan fasilitas untuk menjadikan Kec. Cepu sebagai PKW akan mempengaruhi penambahan jumlah penduduk. Laju Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk Kab. Blora memiliki laju yang lambat. Nilai laju pertumbuhan hanya mencapai 0,008. Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah penduduk Kab. Blora pada tahun 2019-2020, hal ini dapat disebabkan oleh mortalitas ataupun adanya perpindahan penduduk. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 19 2.2 Kondisi Demografis 2.2.1 Jumlah, Persebaran, dan Laju Pertumbuhan Penduduk 49143 77649 41062 57447 76370 27659 38374 24805 62824 93779 62152 47981 35310 60559 66189 63030 0 20000 40000 60000 80000 100000 Jati Randublatung Kradenan Kedungtuban Cepu Sambong Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Kunduran Todanan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan 850000 870000 890000 910000 930000 2017 2018 2019 2020 2021 Pertumbuhan Penduduk Kab. Blora


Komposisi Penduduk Kondisi demografis Kab. Blora berdasarkan kelompok umur menunjukkan piramida penduduk stasioner. Penduduk Kab. Blora sebagian besar merupakan penduduk usia produktif. Hal ini sesuai dengan rasio ketergantungan yang mencapai 12%. Dalam setiap 100 orang penduduk di Kab. Blora, terdapat 12 penduduk usia tidak produktif. Sex ratio Kab. Blora bernilai 100, artinya jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan tidak memiliki selisih yang jauh (dalam 100 penduduk perempuan terdapat 100 penduduk laki-laki). Hal ini menjelaskan mengapa penduduk usia produktif sebagian besar merupakan laki-laki. Penduduk Berdasarkan Lapangan Kerja Berdasarkan jumlah penduduk Kab. Blora, sebanyak 52% (462.773 jiwa) merupakan penduduk angkatan kerja. Sejalan dengan rasio ketergantungan yang kecil, jumlah penduduk bekerja terhadap angkatan kerja mencapai 96,11% atau setara dengan 444.769 jiwa. Jumlah angkatan kerja menurut tingkat pendidikan, penduduk dengan tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) memiliki persentase jumlah pengangguran paling sedikit, namun jika dilihat secara nominal, jumlah pengangguran paling sedikit ada pada penduduk dengan tingkat pendidikan SMP. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 20 2.2 Kondisi Demografis 2.2.2 Komposisi dan Produktivitas Penduduk Tingkat Pendidikan Bekerja Pengangguran % Pekerja ≤ SD 239791 2884 98,81% SMP 84876 2067 97,62% SMA 86805 8566 91,02% Perguruan Tinggi 33297 4487 88,12% Total 444769 18004 96,11% 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 ≤ SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Penduduk Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Bekerja terhadap Angkatan Kerja Angkatan Kerja Bekerja -10% -5% 0% 5% 10% 0 - 4 10 - 14 20 - 24 30 - 34 40 - 44 50 - 54 60 - 64 70 - 75 Penduduk Kab. Blora Menurut Kelompok Umur 2020 Perempuan Laki-Laki


• Analisis sektor unggulan yang digunakan berbasis analisis LQ, DLQ, Shift Share, dan Tipologi Klassen • Dalam analisis LQ dan DLQ, diinterpretasikan hasil sebagai berikut: • Jika nilai LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan sektor unggulan/daerah tersebut dapat berspesialisasi • Jika nilai LQ < 1, maka sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan/daerah belum bisa berspesialisasi • Pada SLQ, sektor yang menjadi sektor unggulan adalah pertambangan, pengadaan air, sampah, limbah, dan daur ulang, perdagangan, transportasi, akomodasi dan makan, dan jasa kesehatan • Pada DLQ, sektor yang menjadi sektor unggulan adalah pertanian, industry pengolahan, pengadaan air, sampah, limbah, dan daur ulang, transportasi, akomodasi dan makan, informasi komunikasi, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, jasa Pendidikan, dan jasa lainnya • Terlihat bahwa sektor akomodasi dan makan sebagai representasi sektor pariwisata menjadi sektor unggulan yang potensial dikembangkan di Kecamatan Cepu Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 21 2.3 Kondisi Ekonomi Makro 2.3.1 Analisa Sektor Unggulan LQ SEKTOR SKOR SLQ DLQ Pertanian 0.2 1.84 Pertambangan 2.02 0.76 Industri Pengolahan 0.72 1.03 Pengadaan Listrik dan Gas 0.81 0.86 Pengadaan Air, Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 1.1 11.03 Konstruksi 0.41 1.12 Perdagangan 1.31 0.89 Transportasi 1.01 1.07 Akomodasi dan Makan 1.32 1.02 Informasi Komunikasi 0.94 1.14 Jasa Keuangan 0.74 0.99 Real Estate 0.67 1.15 Jasa Perusahaan 0.41 1.12 Administrasi Pemerintahan 0.34 1.09 Jasa Pendidikan 0.73 1.04 Jasa Kesehatan 1.01 0.94 Jasa Lainnya 0.29 1.22 CATATAN Untuk data skor SLQ, didapatkan dari rata-rata penghitungan SLQ untuk periode 2015 – 2019. Untuk skor DLQ, digunakan data hanya pada tahun 2019 dan tidak bisa dirata-rata karena terjadi fluktuasi pertumbuhan sektor tertentu yang relative tinggi.


• Analisis Tipologi Klassen bertujuan untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan sektoral di suatu wilayah • Empat kuadran yang dimaksud adalah sektor maju, sektor maju tapi tertekan, sektor potensial, dan sektor tertinggal • Dari hasil analisis, terlihat bahwa hanya satu sektor yang menjadi sektor unggulan di Kecamatan Cepu, yaitu pengadaan air, sampah, limbah, dan daur ulang. Diidentifikasi ini sebagai efek dari sektor lain yang sudah maju, seperti pertambangan dan penggalian karena sektor pengadaan air, sampah, limbah, dan daur ulang merupakan sektor pendukung aktivitas pertambangan dan penggalian • Sektor akomodasi dan makan terklasifikasi menjadi sektor yang maju, tetapi tertekan. Ini berarti bahwa pertumbuhan sektor ini relatif tinggi dibandingkan dengan Blora, tetapi kontribusinya terhadap struktur perekonomian di Cepu relatif masih rendah • Adanya Project Loco Tour akan berpotensi meningkatkan sektor akomodasi dan makan sebagai katalisator perekonomian, sehingga diharapkan mampu mendongkrak terhadap struktur perekonomian di Kecamatan Cepu. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 22 2.3 Kondisi Ekonomi Makro 2.3.2 Analisa Sektor Unggulan Tipologi Klassen SEKTOR CEPU BLORA KLASIFIKASI Pertumbuhan Kontribusi Pertumbuhan Kontribusi Pertanian 4.20 2.57 21.58 3.01 Tertinggal Pertambangan 47.33 0.19 24.76 31.49 Tertekan Industri Pengolahan 6.52 5.58 9.03 6.27 Tertinggal Pengadaan Listrik dan Gas 0.06 5.86 0.07 5.21 Potensial Pengadaan Air, Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0.05 16.13 0.04 3.90 Maju Konstruksi 1.61 6.88 3.93 7.04 Tertinggal Perdagangan 21.67 7.24 16.56 7.38 Tertekan Transportasi 2.95 7.02 2.92 7.34 Tertekan Akomodasi dan Makan 4.54 8.07 3.46 8.34 Tertekan Informasi Komunikasi 1.39 11.40 1.48 10.88 Potensial Jasa Keuangan 2.08 4.96 2.83 5.57 Tertinggal Real Estate 0.94 5.74 1.41 5.84 Tertinggal Jasa Perusahaan 0.12 9.60 0.29 8.68 Potensial Administrasi Pemerintahan 1.05 3.50 3.15 3.15 Potensial Jasa Pendidikan 3.97 6.59 5.44 7.24 Tertinggal Jasa Kesehatan 0.88 6.57 0.88 7.36 Tertekan Jasa Lainnya 0.63 10.18 2.15 8.62 Potensial


Loco Tour Wisata Kedungpupur Makam Sunan Pojok Taman Wisata Makam Ki Jati Kusumo Desa Wisata Tempellemahbang Desa Wisata Tempuran Desa Wisata ‘Kampung Samin’ Sambongrejo Taman Sarbini Taman Budaya & Seni Tirtonadi MC Edupark Desa Wisata Klopoduwur Kampung Pelangi Desa Bangsri Makam Potjut Meurah Intan Kabupaten Blora termasuk ke dalam Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP) Rembang-Blora yang dibagi menjadi dua Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KSPP): 1. KSPP Cepu dan sekitarnya. 2. KSPP Blora dan sekitarnya. Tematik Pengembangan KSPP: 1. KSPP Cepu: heritage tour dan situs sejarah. 2. KSPP Blora: city tour, kuliner, dan desa wisata. Arah kebijakan pembangunan akan meliputi perencanaan pembangunan, implementasi pembangunan, dan pengendalian implementasi pada DPP, KSPP, dan KPPP. Arahan zonasi Loco Tour: Loco Tour dalam RIPARDA termasuk ke dalam kategori wisata buatan untuk mendukung branding ‘Dolan Blora’ melalui arahan zonasi berupa: 1. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata. 2. Ruang terbuka hijau (RTH). 3. Jaringan utilitas yang mendukung wisata. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 23 2.4 Tinjauan Kebijakan 2.4.1 Tinjauan Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Hasil Kajian RIPARDA LEGENDA Wisata Buatan KSPP Blora KSPP Cepu Loco Tour Wisata Alam Wisata Budaya


Tujuan penataan ruang Kabupaten Blora “Terwujudnya daerah sebagai wilayah pengembangan industri dan wanatani yang terpadu, aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan dengan pelestarian daya dukung ekosistem dan menjaga kualitas lingkungan hidup” Daya tarik wisata dapat diarahkan menjadi wanawisata sesuai dengan tujuan penataan ruang dalam RTRW 2021-2041. Berdasarkan RPJMD 2021-2026, terdapat arahan untuk memanfaatkan potensi melalui strategi pertumbuhan sektor unggulan pariwisata dengan memfasilitasi keberagaman atraksi & peningkatan destinasi wisata baru. Dalam hal ini, Loco Tour memiliki peluang untuk meningkatkan ketertarikannya dengan memanfaatkan view hutan pinus terutama pada Etape 3. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 24 2.4 Tinjauan Kebijakan 2.4.2 Tinjauan Kebijakan Pengembangan Pariwisata Berdasarkan RPJMD 2021-2026 Loco Tour Wisata Kedungpupur Makam Sunan Pojok Taman Wisata Makam Ki Jati Kusumo Makam Potjut Meurah Intan Desa Wisata Tempellemahbang Desa Wisata Tempuran Desa Wisata ‘Kampung Samin’ Sambongrejo Taman Sarbini Taman Budaya & Seni Tirtonadi MC Edupark Desa Wisata Klopoduwur Kampung Pelangi Desa Bangsri LEGENDA Loco Tour Wisata Buatan Wisata Alam Wisata Budaya


Geopark di Kabupaten Blora terbukti memiliki keunikan berupa adanya singkapan batuan yang memiliki peran penting dalam sistem minyak bumi (petroleum system) Cekungan Jawa Timur Utara yang selama ini terbukti prolifik menghasilkan migas. Pengembangan Pariwisata GeoparkGeoheritage di Kabupuaten Blora memiliki beberapa keterkaitan dengan Pengembangan Kawasan Loco Tour: A. Lokasi Dari 17 titik pengembangan Geopark, terdapat 3 titik yang cukup berdekatan: 1. Singkapan Batuan Fm. Ledok (5,3 km dari Titik Buk Brosot), 2. Singkapan Batuan Fm. Mundu (9 km dari Titik Buk Brosot) 3. Singkapan Batuan Fm. Selorejo (6 km dari Titik Buk Brosot). B. Wisata Edukasi Wisata pendidikan yang ditawarkan Wisata Loco Tour Blora yakni kebudayaan dan kehutananan, relevan dengan Geopark yang mampu menjadi wisata pendidikan berbasis geologi dan florafauna berdaya tarik petroleum system. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 25 2.4 Tinjauan Kebijakan 2.4.3 Tinjauan Kebijakan Pengembangan Pariwisata Geopark C. Keterhubungan Integrasi antara Wisata Geopark dengan Wisata Loco Tour bisa dilakukan dalam berbagai bentuk: 1. Pemberhentian 2. Lokasi Transit untuk selanjutnya pengunjung dapat menggunakan moda lain 3. Melihat view Geopark melalui jendela panoramic kereta


3 5 3 4 20 6 9 4 9 20 5 4 4 4 1 8 J U M L A H D A Y A T A R I K Daya Tarik Wisata Kabupaten Blora Terdapat 109 daya tarik wisata di Kabupaten Blora, terdiri dari daya tarik wisata alam, budaya, dan buatan. Proporsi jenis daya tarik wisata adalah sebagai berikut: 1. Daya tarik wisata budaya menempati urutan pertama, yakni sejumlah 55 objek (51%); 2. Daya tarik wisata alam sejumlah 45 objek (41%); 3. Daya tarik wisata buatan sejumlah 9 objek (8%) Dilihat dari persebarannya Kecamatan Blora dan Kecamatan Cepu memiliki jumlah daya tarik wisata terbanyak, yaitu 20 objek (18%), Diikuti Kecamatan Jepon 9 objek (8%), Kecamatan Jiken 9 objek (8%), dan Todanan 8 objek (7%). Kecamatan Kunduran 1 objek (1%). Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 26 2.5 Ragam dan Jenis Daya Tarik Wisata Loco Tour Wisata Kedungpupur Makam Sunan Pojok Taman Wisata Makam Ki Jati Kusumo Makam Potjut Meurah Intan Desa Wisata Tempellemahbang Desa Wisata Tempuran Desa Wisata ‘Kampung Samin’ Sambongrejo Taman Sarbini Taman Budaya & Seni Tirtonadi MC Edupark Desa Wisata Klopoduwur Kampung Pelangi Desa Bangsri LEGENDA Wisata Buatan KSPP Loco Tour Wisata Alam Wisata Budaya Sumber: Kajian Rencana Induk Pariwisata Kabupaten Blora, 2022


397 20… 3267 13015 1700 2289 2269 4624 18266 10164 0 5000 10000 15000 20000 Bukit Kemuning Bukit Kunci Goa Terawang Kampung Bluron Kedung Pupur Loco Tour Migas Cepu Edupark TR Tirtonandi Waduk Tempuran Water Splash Taman Sarbini Wisatawan Nusantara di 10 DTW Kab. Blora (Jan – Juni 2020) Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 27 2.6 Tren dan Profil Wisatawan Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) berjumlah 14.470.000 Jumlah kunjungan wisatawan berjumlah 221.949 orang pada Kabupaten Blora untuk tahun 2021. Cenderung menurun dari tahun 2020 yakni 245.724 dan 378.750 pada 2019 Length of stay wisatawan berkisar 1 hari untuk rata-rata lama tinggal wisatawan pada Kabupaten Blora. Pengunjung wisata di kabupaten Blora didominasi oleh wisatawan domestik. Terdapat 10 daya tarik wisata dengan kunjungan tertinggi: • Waduk Tempuran • Kampung Bluron • Sarbini • TR Tirtonandi • Goa Terawang • Loco Tour • Migas Cepu Edupark • Bukit Kunci • Kedung Pupur • Bukit Kemuning • Water Splash Taman Sumber: Kajian Rencana Induk Pariwisata Kabupaten Blora, 2022


Laporan Studi Kelayakan Pengembangan DTW Locotourz Cepu 28 Analisa Kelayakan Aset 3.1 Skema Pembagian Lokus Kelayakan 3.2 Kajian Fisik 3.3 Kajian Legal (Kesesuaian Pemanfaatan Ruang) 3.4 Kajian Lingkungan 3.5 Kajian Sosial 3.6 Kajian Sarana Prasarana Penunjang 3.7 Kajian Hubungan dengan Obyek Wisata Sekitar 3.8 Hasil Kelayakan Aset


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 29 3.1 Skema Pembagian Lokus Studi Kelayakan Etape 3 Etape 3 terletak di Kelurahan/Desa Temengeng dan Sambongrejo Kecamatan Sambong. Etape 3 ini memiliki panjang koridor 7,5 km yang dimulai dari Buk Brosot hingga Gubuk Payung. Daya tarik utama kawasan ini adalah kawasan hutan konservasi jati dan kampung wisata Samin. Etape 2 Etape 2 terletak di Kelurahan/Desa Biting, Brabowan, Ledok dan Sambong Kecamatan Sambong. Etape ini memiliki panjang koridor 12,5 km yang dimulai dari TPK Batokan hingga Buk Brosot. Daya tarik utama kawasan ini adalah kawasan perkebunan jagung dan landscape perbukitan. Etape 1 Etape 1 terletak di Kelurahan/Desa Ngelo Kecamatan Cepu, dan NgaglikBatokan Kecamatan Kasiman Bojonegoro. Etape 1 ini memiliki panjang koridor 2,7 km yang dimulai dari Depo Loco hingga TPK Batokan. Dalam hal analisa aset Heritage Locotour Cepu sepanjang 22 km, dilakukan pembangian pengembangan berdasarkan Point of Interest yang terdapat di sepanjang jalur kereta api. Point of Interest tersebut terdiri dari Depo Loco, TPK Batokan, Buk Brosot dan Gubuk Payung. Selanjutnya rute antara point of interest dikembangkan dan dibagi berdasarkan etape (koridor pengembangan). Etape tersebut menjadi dasar analisa kelayakan yang terdiri dari kelayakan fisik, legal, lingkungan, sosial, infrastruktur dasar serta potensi wisata sekitar. Berikut rencana pembagian etape (koridor pengembangannya). Gambar. Rencana Pembagian Etape Sumber: Analisa Tim Penyusun 2022 Pemberhentian Gubuk Payung Pemberhentian Buk Brosot Pemberhentian Pengisian Air Pemberhentian Depo Loco Pemberhentian TPK Batokan


3.2 Kajian Fisik Ruang Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 30 Berdasarkan Analisa fisik ruang dengan unsur amatan topografi, suhu udara (iklim mikro), jenis tanah, penggunaan lahan sekitar serta kondisi infrastruktur rel kereta api didapatkan bahwa etape 1 memiliki skor tertinggi yakni skor total 24. hal ini disebabkan etape 1 unggul dalam kondisi infrastruktur rel kereta, kondisi dan ketersediaan rel masih berfungsi dengan baik (aktif), sedangkan pada etape lainnya keberadaannya mayoritas tidak ada. No Unsur Kondisi / Nilai Etape 1 Etape 2 Etape 3 1 Topografi Datar Skor : 5 Datar Skor : 5 Datar Skor : 5 2 Suhu Udara (iklim mikro) Banyak terdapat tanaman tegakan tinggi, terutama di Kawasan KPH Cepu Skor : 5 sedikit-tidak ada tanaman tegakan tinggi sehingga Kawasan terasa terik dan panas Skor : 3 Sejuk & rindang, dominan tanaman tegakan tinggi sehingga iklim mikro cenderung sejuk Skor : 5 3 Jenis tanah, sifat dan karakter Liat lempung dan batuan batuan kapur Skor : 5 Liat lempung dan batuan batuan kapur Skor : 5 Liat lempung dan batuan batuan kapur Skor : 5 4 Penggunaan Lahan saat ini Permukiman, dan perkantoran KPH Cepu Yang menarik dari Kawasan ini adalah museum lokomotif uap serta rute perjalanan yang melalui permukiman warga Skor : 4 Pertanian tanaman pangan & permukiman Skor : 2 Hutan produksi jati. Yang menarik dari Kawasan ini adalah pemandangan alam yang beragam yakni landscape alam perbukitan jati serta rute perjalanan yang melalui rindangnya pohon jati Skor : 4 5 Kondisi jalur dan Infrastruktur rel kereta uap Kondisi dominan bagus dengan bantalan rel yang masih ada Skor : 5 Mayoritas rel dan bantalan tidak ada, serta beberapa titik di Kawasan pertanian mengalami longsor (rel tertutup timbunan) Skor : 1 Kondisi jalur kereta masih bagus, akan tetapi keberadaan rel dan bantalan pada Sebagian rute tidak ada Skor : 3 Total 24 16 22 Kondisi Infrastruktur Kriteria Poin Baik 5 4 Cukup 3 2 Rusak / tidak tersedia 1 = 100% Kriteria Tingkat kelayakan > 66% : layak dikembangkan Tingkat kelayakan 33-66% : belum layak dikembangkan, Tingkat kelayakan dibawah 33% : tidak layak


Pada etape 1, pemanfaatan lahan sekitar rel kereta api locotour didominasi oleh Kawasan terbangun diantaranya, Kawasan perkantoran perhutani, permukiman, dan kawasan perkebunan. Selain itu bangunan berada pada jarak kurang lebih 3 meter dari rel kereta. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 31 Pada etape 2 memiliki penggunaan lahan eksisting yang cukup beragam diantaranya permukiman di sekitar rel, ladang pertanian serta kawasan perkebunan. Pemanfaatan lahan di etape 2 cenderung ladang pertanian. Dimana pada lahan tersebut dimanfaatkan untuk budidaya palawija. Sedangkan pada etape 3, penggunaan lahannya cenderung berupa Kawasan perkebunan. Karena Kawasan ini merupakan kepemilikan dari perhutani yang ditanami tanaman jati produksi. Selain itu Kawasan ini juga terdapat Kawasan ladang pertanian yang dimanfaatkan oleh Masyarakat Samin dengan tanaman hortikultura buah-buahan.


Kondisi infrastruktur rel kereta api pada etape 1 tergolong cukup baik dan masih bisa beroperasi (dari segi kondisi rel serta kondisi bantalan rel kereta). Tetapi tetap meerlukan perawatan pada bantalan rel kereta Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 32 Kondisi infrastruktur rel pada etape 2 sebagian besar rel dan bantalan sudah tidak ada, terutama pada Kawasan pertanian dan perkebunan. Baik hilang maupun tertimbun tanah. Sedangkan pada etape 3 kondisi jalur masih tergolong baik. Bentuk tapak jalur kereta masih bagus, akan tetapi pada keberadaan rel dan bantalan Sebagian besar tidak ada, hanya di beberapa titik. Pada etape ini terdapat stasiun pemberhentian yang kondisinya masih dapat ditingkatkan yaitu Pemberhentian Gubuk Payung Etape 1 Etape 2 Etape 3


Analisa legalitas merupakan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang terdiri dari informasi zona peruntukan, dan ketentuan umum peraturan zonasi (KUPZ). Ketentuan-ketentuan tersebut akan menjadi acuan dalam pengembangan kawasan locotour yang terdiri dari beberapa pusat pengembangan kawasan yang terlampir dalam 3 etape pengembangan. Dalam hal ini yang dijadikan acuan legal dalam penelitian ini ialah Rencana Tata Ruang & Wilayah Kabupaten Blora No 5 tahun 2021 tentang RTRW Kabupaten Blora tahun 2021-2041. Berikut informasi yang akan diperoleh dalam Analisa kelayakan legal ini: Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 33 3.3 Kelayakan Legal (kesesuain pemanfaatan ruang) No Informasi 1 Zonasi (informasi zona) 2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi • Intensitas pemanfaatan ruang (KDB, KLB, Ketinggian Bangunan) • Sempadan (sempadan Bangunan, sempadan jalan) • Informasi Kegiatan yang dapat dikembangkan pada setiap zonasi Gambar. Informasi Rencana Pola Ruang RTRW Kab Blora 2021-2041 Sumber: GISTARU Online


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 34 3.3.1 Kelayakan Legal Etape 1 Pada etape 1 terdapat 3 (tiga) fokus pengembangan kawasan. Pertama, kawasan Depo Locotour sebagai titik awal keberangkatan kereta serta museum kereta uap. Kedua, kawasan permukiman warga di sempadan rel kereta. Ketiga, TPK Batokan sebagai titik pemberhetian serta wadah edukasi jati berupa tempat pemrosesan kayu jati. Pengembangan kawasan tersebut menempati fungsi ruang Kawasan Permukiman Perkotaan. Adapun ketentuan legal pada kawasan tersebut adalah sebagai berikut; Depo Heritage Locotour Cepu TPK Batokan Permukiman Warga Gambar. Informasi Rencana Pola Ruang RTRW Kab Blora 2021-2041 Sumber: GISTARU Online No Informasi 1 Zona : Permukiman Perkotaan 2 Ketentuan Kegiatan Permukiman Perkotaan a. Diperbolehkan : fasilitas umum, fasilitas sosial, perumahan, ruang terbuka hijau, perdagangan jasa, perkantoran. b. Bersyarat : industry kecil atau mikro 3 Ketentuan Intensitas : intensitas pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan permukiman dengan intensitas kepadatan rendah hingga sedang Kesimpulan : diperbolehkan dikembangkan kegiatan pariwisata


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 35 3.3.2 Kelayakan Legal Etape 2 Pada etape 2 terdapat satu fokus pengembangan Kawasan yaitu tempat pengisian air yang dimana dulunya merupakan tempat untuk isi air kereta uap. Kawasan etape 2 menempati fungsi ruang yang cukup beragam. Adapun ketentuan legal pada kawasan tersebut adalah sebagai berikut; Buk Brosot TPK Batokan Pengisian air Gambar. Informasi Rencana Pola Ruang RTRW Kab Blora 2021-2041 Sumber: GISTARU Online No Informasi 1 Zona : Permukiman Perkotaan, Tanaman Pangan, dan Hutan Produksi 2 Ketentuan Kegiatan Permukiman Perkotaan a. Diperbolehkan : fasilitas umum, fasilitas sosial, perumahan, ruang terbuka hijau, perdagangan jasa, perkantoran. b. Bersyarat : industry kecil atau mikro Ketentuan Kegiatan Hutan Produksi a. Diperbolehkan : kegiatan penunjang produksi hasil hutan, peternakan ungags, peternakan besar. b. Bersyarat : industry kecil atau mikro hasil hutan, sarana prasarana umum, pusat penelitian & Pendidikan, pertambangan, pertanian, wisata dan permukiman Ketentuan Kegiatan Tanaman Pangan a. Bersyarat : kegiatan pariwisata intensitas rendah 3 Ketentuan Intensitas : intensitas pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan permukiman dengan intensitas kepadatan rendah hingga sedang Kesimpulan : pada semua zona di etape 2 dapat dikembangkan kegiatan pariwisata dengan intensitas rendah


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 36 3.3.3 Kelayakan Legal Etape 3 Pada etape 3 terdapat 3 (tiga) fokus pengembangan kawasan. Pertama, kawasan Buk Brosot sebagai titik pemberhentian kereta dan transit jalan lintas nasional. Kedua, kawasan permukiman warga Samin yang dintegrasikan dengan rute kereta. Dan ketiga, Gubuk Payung sebagai titik pemberhetian serta wadah edukasi jati yang berumur ratusan tahun. Pengembangan kawasan tersebut menempati fungsi ruang Kawasan Hutan Produksi. Adapun ketentuan legal pada kawasan tersebut adalah sebagai berikut; Gubuk Payung Buk Brosot Permukiman Warga Samin Gambar. Informasi Rencana Pola Ruang RTRW Kab Blora 2021-2041 Sumber: GISTARU Online No Informasi 1 Zona : Hutan Produksi 2 Ketentuan Kegiatan Hutan Produksi a. Diperbolehkan : kegiatan penunjang produksi hasil hutan, peternakan ungags, peternakan besar. b. Bersyarat : industri kecil atau mikro hasil hutan, sarana prasarana umum, pusat penelitian & Pendidikan, pertambangan, pertanian, wisata dan permukiman 3 Ketentuan Intensitas : Mengikuti kesepakatan dinas terkait Kesimpulan : kawasan etape 3 dari Buk Brosot hingga Gubuk Payung dapat dikembangkan bersyarat dengan tema pariwisata


Etape 1 Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 37 3.3.4 Komparasi Kelayakan Legal Pengembangan Loco Tour Etape 2 Etape 3 1 Zona : Permukiman Perkotaan 2 Ketentuan Kegiatan Permukiman Perkotaan a. Diperbolehkan : fasilitas umum, fasilitas sosial, perumahan, ruang terbuka hijau, perdagangan jasa, perkantoran. b. Bersyarat : industry kecil atau mikro 3 Poin : 100% Kesimpulan : diperbolehkan dikembangkan kegiatan pariwisata 1 Zona : Hutan Produksi 2 Ketentuan Kegiatan Hutan Produksi a. Diperbolehkan : kegiatan penunjang produksi hasil hutan, peternakan ungags, peternakan besar. b. Bersyarat : industry kecil atau mikro hasil hutan, sarana prasarana umum, pusat penelitian & Pendidikan, pertambangan, pertanian, wisata dan permukiman 3 Poin : 80% Kesimpulan : kawasan etape 3 dari Buk Brosot hingga Gubuk Payung dapat dikembangkan bersyarat dengan tema pariwisata Disclaimer, bahwa di etape 3 pihak KPH Cepu memberikan bantuan perizinan pemanfaatan lahan di atas HPK Kawasan Buk Brosot 1 Zona : Permukiman Perkotaan, Tanaman Pangan, dan Hutan Produksi 2 Ketentuan Kegiatan Permukiman Perkotaan a. Diperbolehkan : fasilitas umum, fasilitas sosial, perumahan, ruang terbuka hijau, perdagangan jasa, perkantoran. b. Bersyarat : industry kecil atau mikro Ketentuan Kegiatan Hutan Produksi a. Diperbolehkan : kegiatan penunjang produksi hasil hutan, peternakan ungags, peternakan besar. b. Bersyarat : industry kecil atau mikro hasil hutan, sarana prasarana umum, pusat penelitian & Pendidikan, pertambangan, pertanian, wisata dan permukiman Ketentuan Kegiatan Tanaman Pangan a. Bersyarat : kegiatan pariwisata intensitas rendah 3 Poin : 80% Kesimpulan : pada semua zona di etape 2 dapat dikembangkan kegiatan pariwisata dengan intensitas rendah Jika mengacu pada ketentuan penilaian kelayakan legal (kesesuaian pemanfaatan ruang) yang didasarkan pada ODTWA ketiga etape (1-3) memiliki nilai yang sama yaitu 30 poin karena ke-tiga etape memiliki ketentuan kesesuaian pemanfaatan ruang dan dapat dikembangkan obyek pariwisata. Kondisi Legal Kriteria Poin diperbolehkan 5 4 Bersyarat 3 2 Tidak diizinkan 1 = 100% Kriteria Tingkat kelayakan > 66% : layak dikembangkan Tingkat kelayakan 33-66% : belum layak dikembangkan, Tingkat kelayakan dibawah 33% : tidak layak


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 38 3.4.1 Kondisi Lingkungan Etape 1 Analisis lingkungan terdiri dari 3 bagian yaitu kondisi lingkungan kawasan setiap etape, penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) menurut Dirjen PHKA 2003, dan analisis dampak pengembangan Loco tour. 3.4 Kajian Lingkungan Lokasi Etape 1 sudah tertata dengan baik mengingat sudah beroperasinya kereta Loco tour. Penataan taman dan kebersihan lokasi terjaga dengan baik. Selain itu fasilitas di Depo Loco sudah lengkap sehingga memberi kenyamanan bagi wisatawan. Etape 1 terbagi menjadi 2 tipe yaitu: Kawasan Depo Loco dan TPK Batokan. Kawasan Depo Loco mayoritas terdiri dari beragam tanaman hias seperti Bougainvilla , Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), dan Beringin (Ficus benjamina). Sedangkan di TPK Batokan vegetasi yang mencolok adalah Trembesi (Samanea saman) dan Madagascar almond tree (Terminalia neotaliala). Penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) Sebagai objek wisata alam, Etape 1 memiliki komponen yang mendukung penilaian yaitu: 1. Keunikan Sumber Daya Alam ( Hutan Jati dan Tremberi) dan Sejarah Loco tour 2. Kepekaan SDA memiliki nilai Pengetahuan dan sejarah 3. Keutuhan SDA berupa ekosistem yang terjaga Berdasarkan perhitungan menunjukan nilai kelayakan 75% sehingga masuk dalam katagori ODTWA layak untuk dikembangkan Gambar. Kondisi Lingkungan Etape 1 Sumber: dokumentasi 2022


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 39 Analisis lingkungan terdiri dari 3 bagian yaitu kondisi lingkungan kawasan setiap etape, penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) menurut Dirjen PHKA 2003, dan analisis dampak pengembangan Loco tour. Kawasan etape 2 masuk dalam kawasan pemukiman dan lahan pertanian. Di beberapa titik, rel kereta sudah hilang, didirikan bangunan, serta menjadi tempat pembuangan sampah penduduk. Vetegasi Hutan di Etape 2 terdiri dari Pohon Jati (Tectona grandis), Jati Plus Perhutani (JPP). Sedangkan vegetasi Lahan Pertanian berupa Jagung (Zea mays) dan Cabai (Capsicum sp.) atau sesuai dengan jadwal tanam masyarakat sekitar. Penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) Kawasan etape 2 memiliki daya Tarik tersendiri yang mendukung penilaian yaitu: 1. Keunikan SDA berupa sumber air panas, hutan jati, dan Sumur Tua 2. Kepekaan SDA memiliki nilai edukasi dan sejarah tentang sumur tua peninggalan Belanda Hasil penilaian menunjukkan angka 79,1% dengan nilai kelayakan kawasan layak untuk dikembangkan wisata alam. Gambar. Kondisi Lingkungan Etape 2 Sumber: dokumentasi 2022 3.4.2 Kondisi Lingkungan Etape 2


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 40 Analisis lingkungan terdiri dari 3 bagian yaitu kondisi lingkungan kawasan setiap etape, penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) menurut Dirjen PHKA 2003, dan analisis dampak pengembangan Loco tour. Kondisi etape 3 melewati jalan provinsi dengan pemandangan lahan pertanian dan berakhir di gubug payung. Gubug paying telah ditetapkan sebagi wana wisata dengan ciri khas terdapat pohon jati yang berumur ratusan tahun. Etape 3 didominasi oleh kawasan hutan Perhutani sebagai hutan produksi dan lahan pertanian masyarakat setempat. Komoditas hutan terdiri dari Vegetasi Hutan: Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia mahagoni), Kayu Putih (Melaleuca leucadendra), dan Jati Plus Perhutani (JPP). Sedangkan untuk lahan pertanian berupa Jagung (Zea mays) dan Cabai (Capsicum sp.) Penilaian Daya Tarik Wisata Alam Komponen penilaian di Etape 3 didukung oleh unsur berikut ini: 1. Keunikan SDA serupa sumber air panas Nglobo, Adat istiadat atau kampung budaya Samin, dan ekosistem hutan jati sidepanjang rute Loco tour 2. Kepekaan SDA mencakup nilai pengetahuan wisata edukasi hutan, pengobatan terapi sumber air panas Nglobo, serta budaya/sejarah dan nilai kepercayaan di Kampung samin. 3. Keutuhan SDA masih terjaga mengingat Gubug Payung merupakan kawasa Wana wisata. Nilai Kelayakan yang didapaatkan adalah 89,5% sehingga kawasan etape 3 layak untuk dikembangkan. Gambar. Kondisi Lingkungan Etape 3 Sumber: dokumentasi 2022 3.4.2 Kondisi Lingkungan Etape 3


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 41 Tabel Perhitungan Penilaian ODTWA No Unsur/Sub Unsur Nilai Etape 1 Etape 2 Etape 3 1 Keindahan Alam 30 30 30 a. Pandangan lepas dalam objek b. Variasi pandangan dalam obyek c. Pandangan lepas menuju obyek d. Keserasian warna dan bangunan dalam obyek e. pandangan lingkungan obyek 2 Keunikan Sumber Daya Alam 15 25 20 a. sumber air panas b. Gua c. Air Terjun d. Flora fauna e. Adat istiadat/budaya 3 Banyaknya jenis sumber daya alam yang menonjol 30 30 30 a. Batuan b. Flora c. Fauna d. Air e. Gejala Alam 4 Keutuhan Sumber Daya Alam 30 30 30 a. Batuan b. Flora c. Fauna d. Ekosistem e. Kualitas/Kondisi Lingkungan Nilai berdasarkan ketersediaan masing-masing sub Unsur. Jumlah Sub unsur Nilai 5 30 4 25 3 20 2 15 1 10 S = N x B Keterangan: S = Skor atau nilai suatu kriteria N = Jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria B = Bobot nilai ( adalah 6) = 100% Etape 1 Etape 2 Etape 3 Skor 1080 1140 1290 Nilai Indeks Kelayakan 75% 79.17% 89.58% No Unsur/Sub Unsur Nilai Etape 1 Etape 2 Etape 3 5 Kepekaan sumber daya alam 15 15 30 a. Nilai Pengetahuan b. Nilai budaya/sejarah c. Nilai Pengobatan d. Nilai Kepercayaan 6 Jenis kegiatan wisata alam 15 15 25 a. Tracking b. Mendaki c. Rafting d. Camping e. Pendidikan f. Religius g. Hiking h. Canoeing i. Memancing 7 Kebersihan Lokasi (tidak ada pengaruh) dari 15 15 20 a. Alam b. Industri c. Jalan ramai motor/mobil d. Pemukiman penduduk e. Sampah f. Binatang (Pengganggu) g. Vandalisme 8 Keamanan kawasan 30 30 30 a. Penebangan liar dan perambahan b. Kebakaran c. Gangguang terhadap flora/fauna d. Masuknya flora dan fauna e. Eksotik Jumlah 180 190 215


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 42 3.4.4 Potensi Dampak Lingkungan 1. Dampak Kawasan Hutan Rute Loco tour masuk dalam kawasan hutan jati yang dikelola oleh Perhutani. Khusus titik pemberhentian Gubug Payug sudah ditetapkan sebagai wana wisata. Dengan adanya kegiatan wisata, perlu diperhatikan terkait dengan aktivitas yang dapat mempengaruhi ekosistem hutan. Berikut ini adalah potensi dampak yang dapat ditimbulkan: - Pembukaan lahan untuk pembangunan fasilitas wisata, - Penumpukan sampah wisatawan 3. Dampak Kebisingan di area pemukiman Dalam pengembangan rute Loco tour, terdapat kawasan pemukiman yang dilewati oleh kereta, sehingga diperlukan kajian potensi kebisingan yang dapat ditimbulkan. Baku tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 48 tahun 1996 adalah: Perumahan dan pemukiman 55db, Stasisun kereta api 60 db Sedangkan berdasarkan studi literatur, jangkauan kebisingan kereta api adalah pada jarak 6m adalah 60-65dB dan pada jarak 3m adalah 70-75dB. 2. Dampak Footprint Carbon Dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development), analisis jejak ekologi dapat digunakan sebagai indikator keberlanjutan suatu lingkungan. Menurut Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat, besar emisi gas rumah kaca untuk biosolar adalah 2,5 kg CO2/liter dan untuk solar adalah 2,68 kg CO2/liter. Sehingga untuk mengetahui berapa besar jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas perjalanan, dapat dihitung dari berapa banyak bahan bakar yang digunakan oleh kereta.


Perhitungan estimasi emisi Karbon Kereta Loco tour Sumber Transportasi Bahan Bakar Nilai Emisi Satuan Konsumsi bahan bakar per km (L/km) Jumlah penumpang Jarak PP (km) Jumlah emisi (kg CO2) Etape 1 Etape 2 Etape 3 Etape 1 Etape 2 Etape 3 Energy Information administration of America Kereta Diesel biosolar 2.5 kg CO2/liter 3 25 5.4 25 15 40,5 187,5 112,5 solar 2.68 kg CO2/liter 3 25 5.4 25 15 43,416 201 120,6 Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 43 Simulasi dampak lingkungan Dalam pengendalian jejak karbon yang dihasilkan oleh kereta Loco tour, dapat dilakukan dengan memanfaatkan jasa lingkungan pohon jati disekitar kawasan rel. Menurut Dahlan (2007), satu pohon jati mampu menyerap karbon 135,27 kilogram/pohon tiap tahun. Sedangkan semak belukar menyerap karbon sebanyak 301,44 kg/ha/tahun. Berdasarkan simulasi perhitungan emisi gas karbon dibawah ini, kondisi vegetasi setiap etape masih mampu menyerap emisi yang dikeluarkan oleh kereta, sehingga pengembangan Loco tour layak dikembangkan. Bahan bakar Konsumsi Bahan bakar jenis(TJ) (kg) Faktor efisiensi dari bakar jenis (kg/TJ) Net Calorific Value (NCV) Emisi GRK (kg) Emisi Etape 1 Emisi Etape 2 Emisi Etape 3 Kayu Bakar 4752,85 112000 0,0000156 8304,17952 1428,11 6611,61 3967,96 *Luas Semak merupakan hasil citra satelit di sekitar rel kereta **Luas Hutan Jati berdasarkan batas administrasi (Perhutani, 2022) ***Asumsi dalam 1 Ha terdapat 1000 pohon Rute Luas Hutan Jati/Semak (ha) estimasi jumlah pohon (A) Pengurangan CO2 di Udara (kg CO2/hari) Bahan Bakar (B) Emisi CO2 (kg CO2) Status Etape 1 63.27 0 19072.11 Solar 40.5 Tidak terjadi emisi Bio solar 43.416 Tidak terjadi emisi Etape 2 335.85 335850 127613.57 Solar 187.5 Tidak terjadi emisi Bio solar 201 Tidak terjadi emisi Etape 3 284.70 284700 108178.00 Solar 112.5 Tidak terjadi emisi Bio solar 120.6 Tidak terjadi emisi


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 44 Jarak 3 m= 70-75dB Jarak 6 m= 65-70dB Jarak 9 m= 60-65dB Rute Jarak (m) Jangkauan (m) Luas* (m2) Etape 1 612 3-9 11.016 Etape 2 612 3-9 18.189 Etape 3 796 3-9 14.328 Perhitungan estimasi wilayah terdampak kebisingan *Estimasi wilayah merupakan luas buffer sepanjang pemukiman dengan lebar 9m Simulasi dampak lingkungan


Analisis sosial didasarkan pada hasil interview dengan masyarakat sekitar jalur Loco tour. Aspirasi masyarakat menjadi faktor pendukung bagi rencana pengembangan wisata Loco tour. Di etape 1 (Depo Loco – TPK Batokan), masyarakat yang berjualan di sekitar Loco tour mengharapkan wisatawan yang berkunjung untuk membeli dagangan mereka. Selain itu, di TPK Batokan terdapat warung kopi, yang menjadi tempat berkumpul masyarakat dari segala kalangan. Menurut pemilik warung tersebut, dengan reaktivasi Loco tour, dapat menambah daya tarik untuk warung kopi tersebut. Sama halnya di etape 3, khususnya Buk Brosot, terdapat beberapa pedagang yang menyambut baik reaktivasi Loco tour. Pedagang berharap wisatawan dapat berhenti di Buk Brosot dan singgah di warung mereka. Selain itu, terdapat Kampung Samin yang mengolah lahan pertanian menjadi kebun buah seluas 2ha. Varietas yang dikembangkan adalah Jambu air, Jeruk, pisang, dan Mangga, Hal ini merupakan dukungan masyarakat Kampung Samin untuk pengembangan Loco tour. Mereka berharap wisatawan yang menaiki kereta Loco tour dapat menikmati pemandangan hamparan kebun buah, serta berkunjung ke Kampung Samin. Untuk etape 2 khususnya wilayah Ledok, rel kereta sudah rusak bahkan hilang sehingga dimanfaatkan oleh petani setempat untuk bercocok tanam. Mendengar rencana reaktivasi Loco tour, masyarakat siap mengembalikan lahan rel untuk difungsikan sebagaimana mestinya. Dari respon masyarakat sekitar di atas, dapat diinterpretasikan ke dalam penilaian ODTWA oleh dirjen PHKA 2003 sebagai berikut: Masyarakat mendukung dengan adanya pengembangan wisata Loco tour, sehingga bernilai 83,33%. Nilai kelayakana diatas 66% menunjukkan bahwa wisata tersebut layak untuk dikembangkan. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 45 3.5 Kajian Sosial Tanggapan masyarakat terhadap pengembangan OWA Sangat mendukung mendukung cukup mendukung kurang mendukung 30 25 20 10 Unsur Bobot Skor Skor x Bobot Skor Max Indeks Kelayakan Tanggapan masyarakat 5 25 125 150 83,33%


3.6 Kajian Infrastruktur Dasar Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 46 Studi kelayakan infrastruktur dasar dianalisa dengan mempertimbangkan kelengkapan atau ketersediaan dari sarana prasarana dasar. Umumnya sarana prasarana tersebut adalah akses jalan, jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, dan jaringan persampahan. Berdasarkan studi kelayakan infrastruktur dasar dihasilkan bahwa etape 1 memiliki nilai paling tinggi yakni 22 atau 88%, etape 2 memiliki nilai 44%, dan etape 3 sebesar 68%. Etape 1 memiliki keunggulan pada sub unsur jaringan air bersih, listrik dan telekomunikasi. No Unsur Kondisi / Nilai Etape 1 Etape 2 Etape 3 1 Akses Jalan Akses jalan menuju starting point etape 1 tergolong baik, karena terdapat di dalam wilayah perkotaan Cepu, sudah beraspal & beberapa berlubang Skor : 4 Akses jalan menuju starting point etape 2 dalam kondisi rusak dan berlubang, mengingat kawasan ini terintegrasi dengan TPK Batokan (truk muatan berat) Skor : 2 Akses jalan menuju starting point etape 3 dalam kondisi baik yang merupakan akses lintas nasional Skor : 5 2 Jaringan Listrik Sudah terdapat di seluruh Kawasan pengembangan etape 1 Skor : 5 Hanya terdapat di starting point (TPK Batokan) Skor : 2 Terdapat di Buk Brosot, sedangkan di Gubuk Payung dapat diusahakan menggunakan genset Skor : 4 3 Jaringan Air Bersih PDAM & sumur Skor : 5 Sumur Skor : 3 Belum ada, tapi potensial diintegrasikan dengan PDAM & sumur Skor : 4 4 Jaringan Telekomunikasi Sinyal terjangkau Skor : 5 Sinyal cukup di Kawasan permukiman Skor : 3 Sinyal cukup di akses jalan nasional dan Kawasan permukiman Skor : 3 5 Jaringan Persampahan Ada, belum terkelola dengan baik Skor : 3 Belum Skor : 1 Belum Skor : 1 Total 22 (88%) 11 (44%) 17 (68%) Kondisi Infrastruktur Kriteria Poin Baik 5 4 Cukup 3 2 Rusak / tidak tersedia 1 = 100% Kriteria Tingkat kelayakan > 66% : layak dikembangkan Tingkat kelayakan 33-66% : belum layak dikembangkan, Tingkat kelayakan dibawah 33% : tidak layak


Ketersediaan infrastruktur dasar pada etape 1 tergolong lengkap terdiri dari infrastruktur jalan (jalan lingkungan), jaringan listrik, jaringan telekomunikasi serta jaringan persampahan. Namun pada etape ini kondisi jalannya tergolong sedang, diperlukan peningkatan jalan yang lebih memadai. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 47 Ketersediaan infrastuktur dasar pada etape 2 cukup terbatas, mengingat Kawasan ini merupakan Kawasan pergudangan kayu sehingga kebutuhan infrastrukturnya cukup minim. Diantara infrastruktur yang terdapat di etape ini adalah jaringan jalan, telekomunikasi, dan listrik. Akan tetapi kondisi infrastrukturnya kurang memadai. Pada etape 3 terdapat beberapa infrastruktur dasar diantaranya jaringan jalan nasional, jaringan listrik, dan telekomunikasi. Jaringan ini dalam kondisi yang sangat baik Etape 1 Etape 2 Etape 3


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 48 0 0,5 1 2 3km Etape 1 : Loco Tour - TPK Batokan • MC Edupark. Wisata ini dalam kondisi baik, segmentasi pengunjung daya tarik dari luar Kota Cepu. • Attraction: Memiliki daya tarik kolam renang, mini zoo, dan golf. • Acces: Jalan menuju & pada kawasan tergolong bagus serta lebar • Amenities: Terdapat ketersediaan hotel sekitar, di Kota Cepu. • Ancillary: Dikembangkan dan dikelola oleh Wawan Teamlo. Fasilitas yang tersedia baik. • Kerajinan Batik Tulis Cepu. Merupakan kelompok pengrajin batik binaan pertamina yang cukup berkembang. • Attraction: Terdapat workshop yang menjadi sentra edukasi & penjualan batik khas Cepu. • Acces: Berada pada gang kampung yang cukup baik. Terdapat gapura penanda masuk kawasan. • Amenities: Dekat dengan ketersediaan hotel di sekitar lokasi • Ancillary: Kelompok pengrajin batik. Memiliki peralatan dan sumber daya yang cukup lengkap • Sentra Kuliner & Pengrajin Kayu Jati Bojonegoro. Merupakan pengrajin dan seniman setempat dan dekat dengan pasar pagi di antara jalur pemberangkatan loco dan TPK • Attraction: Kuliner pasar tradisional dan workshop pengrajin kayu jati • Acces:: Berada di kawasan etape 1 • Amenities: Dekat dengan ketersediaan hotel di sekitar lokasi • Ancillary: Pengrajin dan seniman kayu. Memiliki peralatan dan sumber daya yang cukup lengkap • Grojogan Bengawan Solo. Merupakan pasar pagi di antara jalur pemberangkatan loco dan TPK • Attraction: Pemandangan air terjun di sungai bengawan solo & sejarah budaya • Acces:: Berada di jalan bengawan solo dengan kondisi yang cukup baik • Amenities: - • Situs dan Keraton. kondisi keraton sudah tidak begitu terurus, namun bangunan tidak berubah • Attraction: Situs dan bangunan peninggalan kraton • Acces:: Berada di di Desa Jipang, tidak terlalu jauh dari kota cepu • Amenities: - Batik Tulis Cepu Sentra Kerajinan Kayu Kuliner Tradisional Grojogan Bengawan Solo Keraton Jipang Situs Wurawari Ngloram 3.7 Kajian Hubungan dengan Obyek Wisata Sekitar 3.7.1 Daya Tarik Wisata di Sekitar Etape 1 MC Edupark Unsur Kondisi / Nilai Kepariwisataan Sekitar Total MC Edupark Batik Tulis Kuliner & Kerajian Grojogan Bengawan Solo Situs & Keraton Attraction 5 5 1 2 1 14/25 Amenities 5 4 3 1 1 14/25 Aksesibilities 5 5 5 3 3 21/25 Ancillary 5 5 1 2 1 14/25 Kriteria: Penentuan Penilaian Kriteria Poin Sangat Siap 5 Siap 4 Cukup Siap 3 Kurang Siap 2 Belum Siap 1


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 49 0 0,5 1 2 3km Etape 2 : TPK Batokan – Bregojo - Buk Brosot • Kawasan Sumur Minyak Tua. Kawasan ini merupakan area tambang minyak mentah • Attraction: Memiliki banyak bekas situs pertambangan minyak mentah dan tertua, baik yang masih berfungsi maupun sudah tidak berfungsi • Acces: Jalan menuju & pada kawasan tertata, cukup lebar & berbatu • Amenities: - • Ancillary: - • Guo Kikik. Merupakan wisata alam berupa air terjun. Lokasinya terletak di Desa Sumberejo, Kecamatan Malo, Bojonegoro • Attraction: Memiliki daya tarik berupa air terjun • Acces: Jalan setapak • Amenities: - • Ancillary: - • Kedung Pupur. Merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai Wana Wisata Migas yang letaknya di kawasan sumursumur minyak tua milik pertamina. Daya Tarik Wisata terletak Di Desa Ledok Kecamatan Sambong • Attraction: Memiliki daya tarik kolam renang • Acces: Jalan berbatu, letaknya di kawasan sumur minyak tua • Amenities: - • Ancillary: - • Bukit Sundul Langit. Merupakan wisata alam dengan view dari atas bukit • Attraction: Memiliki daya tarik pemandangan alam dan sejarah mengenai kolonialisme Belanda mengambil hasil bumi dan jati di Cepu-Blora • Acces: Jalan berbatu • Amenities: - • Ancillary: - Goa Kikik Kedung Pupur Kawasan Situs Sumur Minyak Tua Bukit Sundul Langit 3.7.2 Daya Tarik Wisata di Sekitar Etape 2 Unsur Kondisi / Nilai Kepariwisataan Sekitar Total Sumur Minyak Kedung Pupur Bukit Sundul Langit Guo Kikik Attraction 1 3 3 4 11/20 Amenities 1 1 1 1 4/20 Aksesibilities 3 3 2 3 11/20 Ancillary 1 3 1 3 8/20 Kriteria: Penentuan Penilaian Kriteria Poin Sangat Siap 5 Siap 4 Cukup Siap 3 Kurang Siap 2 Belum Siap 1


Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 50 0 0,5 1 2 3km Etape 3 : Buk Brosot – Gubug Payung • Kampung Samin Sambongrejo. Salah satu desa wisata yang berada di Cepu • Attraction: Daya tarik yang ada di desa ini adalah: • Kampung literasi sedulur SIKEP untuk mengenal, berdialog, berinteraksi, dengan warga Samin. Belajar dari sifat kejujuran dan kesederhanaan dari masyarakat samin. • Selain itu kesenian Warga Samin berupa Gejog Lesung. • Kampung samin juga sedang menyiapkan lahan untuk agrowisata. • Acces: Jalan menuju & pada kawasan tertata, cukup lebar dan baik. Cukup dekat dengan brug brosot • Amenities: Terdapat homestay-homestay yang disediakan oleh masyarakat di desa • Ancillary: Pengelolaan oleh kelompok adat. Terdapat fasilitas yang menunjang wisatawan seperti wifi dikembangkan di kampung samin ini. • Desa Wisata Nglobo. Merupakan desa yang mengembangkan daya tarik pemandian air panas alami yang berasah dari panas bumi akibat migas. Selain itu di desa ini masih terdapat penambangan sumur minyak tua yang masih beroperasi • Attraction: Pemandian air panas alami dan situs sumur minyak tua yang masih beroperasi • Acces: Jalan menuju & pada kawasan tertata, cukup lebar dan baik. • Amenities: - • Ancillary: Pengelolaan oleh kelompok masyarakat • Bukit Serut. Merupakan Wisata alam bukit serut merupakan tempat wisata baru yang di Desa Singonegoro, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora • Attraction: Pemandangan alam dari atas bukit. Sunset • Acces: Jalan berbatu, cukup baik. Cukup jauh dari rel loco tour. • Amenities: - • Ancillary: Pengelolaan oleh kelompok masyarakat Desa Wisata Nglobo Kampung Samin Bukit Serut 3.7.3 Daya Tarik Wisata di Sekitar Etape 3 Unsur Kondisi / Nilai Kepariwisataan Sekitar Total Kampun g Samin Desa Wisata Nglobo Bukit Serut Attraction 5 3 5 13/15 Amenities 4 1 3 8/15 Aksesibilities 5 3 4 12/15 Ancillary 4 3 3 10/15 Kriteria: Penentuan Penilaian Kriteria Poin Sangat Siap 5 Siap 4 Cukup Siap 3 Kurang Siap 2 Belum Siap 1


Click to View FlipBook Version