Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 101 5.2.1.1 Identifikasi Strength & Opportunities (Pros) Lokomotif sebagai aset dengan nilai sejarah yang tinggi. Pegembangaan landscape dan view alam Lahan Etape 1 dan 3 memiliki nilai kelayakan pengembangan yang baik Potensi pengembangan rest area dan tempat rekreasi Potensi kolaborasi antar BUMN (PT. KAI, Perhutani dan Pertamina) Potensi pengembangan wisata edukasi, olahan kayu jati, sosial dan budaya di sekitar lahan pengembangan. Potensi sebagai tujuan wisata minat khusus oleh wisatawan mancanegara dan wisatawan local, dengan WTP 35-100 ribu rupiah Loco Tour sudah menjadi salah satu tujuan wisatawan skala provinsi dan wisatawan mancanegara (komunitas pecinta loco) 0 0,5 1 2 3 4 km 5.2 Strategi Pengembangan 5.2.1 SWOT Analysis
Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 102 Kondisi rel (khususnya di Etape 2) dalam kondisi rusak berat, dan nilai kelayakannya rendah Pengembangan eksisting di sekitar sempadan rel Alih fungsi lahan pengembangan menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Belum tersedia infrastruktur dasar yang memadai (Jembatan, Penerangan, Signage dan Persampahan). 0 0,5 1 2 3 4 km 5.2.1.2 Identifikasi Weakness and Threats (Cons) 5.2 Strategi Pengembangan 5.2.1 SWOT Analysis Biaya rehabilitasi dan pengelolaan pengembangan rel dan kereta tinggi Dampak kebisingan dan penumpukan sampah dari pengembangan kawasan Kunjungan wisatawan dan LoS eksisting yang rendah, serta terdapat kompetitor yang cukup lebih unggul
Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 103 Strength Weakness Opportunity Threat 1) Pengembangan aset dan area wisata yang berorientasi ke kondisi lanskap eksisting dan potensi nilai sejarah yang tinggi 2) Pengembangan aset sejarah dengan sumber pendanaan kolaborasi antar BUMN dan Pemerintah Daerah 3) Pengembangan rest area sebagai supporting activity heritage train dengan memanfaatkan aset-aset gerbong 4) Pengembangan paket perjalanan wisata loco tour untuk wisatawan domestic dan mancanegara yang terintegrasi dengan daya tarik wisara sekitar 5) Pengembangan aset dengan memerhatikan tren dan perkembangan market 6) Pelibatan masyarakat dalam upaya pengembangan asset untuk meningkatkan distribusi ekonomi Strategi S-O Strategi S-T Strategi W-O Strategi W-T 1) Pengembangan aset sejarah dengan melakukan pengendalian alih fungsi lahan di sekitar sempadan rel 2) Memanfaatkan potensi pertanian dan perkebunan sebagai view perjalanan heritage train 3) Penataan non fisik melalui pemberdayaan area permukiman di sekitar sempadan rel untuk meningkatkan pengembangan wisata 4) Pemanfaatan sebagian lahan potensial di kawasan rekreasi untuk pengelolaan sampah wisatawan 5) Pengembangan loco tour dengan menggarap ceruk pasar potensial untuk meningkatkan kunjungan dan memenangkan persaingan pasar 5.2.1.3 Development Strategies 5.2 Strategi Pengembangan 5.2.1 SWOT Analysis 1) Prioritasi pengembangan pada etape 1 dan etape 3 dengan memerhatikan potensi pangsa pasar wisatawan 2) Perbaikan sarana (stasiun pengisian air, wesel) heritage train melalui kolaborasi pendanaan 3) Perbaikan prasarana (aksesibilitas, jembatan, jaringan rel, wayfinding, signage, persampahan) heritage train dengan kolaborasi-kolaborasi pendanaan 4) Pengembangan jenis-jenis atraksi dan fasilitas pendukung pada daya tarik eksisting dan potensial 1) Perbaikan sarpras Loco tour dan upaya pemantauan kondisi fisik pada etape yang layak dikembangan terlebih dahulu 2) Prioritasi pengembangan pada aset yang layak untuk efektititas beban anggaran yang tinggi 3) Penataan fisik dan penanaman vegetasi di area permukiman untuk mengurangi dampak kebisingan serta pengelolaan area persampahan terpadu 4) Penyiapan daya tarik dan infrastruktur dasar untuk meningkatkan daya saing dan pengembangan daya tarik 5) Mempertahankan vegetasi di sepanjang jalur rel dan penanaman kembali vegetasi
Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 104 Pengembangan area wisata yang berorientasi ke kondisi lanskap eksisting dan potensi view, serta nilai sejarah Penataan fisik dan pemberdayaan permukiman di sekitar sempadan rel Pengendalian alih fungsi lahan, pengembangan dan pengelolaan loco tour yang melibatkan masyarakat. Pengembangan rest area sebagai supporting activity kereta heritage loco tour dengan memanfaatkan aset-aset gerbong Pengembangan aset sejarah dengan sumber pendanaan kolaborasi antar BUMN dan Pemda Perbaikan sarana dan prasarana heritage train dengan sumber pendanaan kolaboratif. Pengembangan paket perjalanan wisata loco tour untuk wisatawan domestik dan mancanegara yang terintegrasi dengan daya tarik wisara sekitar 5.2.1.3 Development Strategies 5.2 Strategi Pengembangan 5.2.1 SWOT Analysis
Strength 1. Lokomotif sebagai aset dengan nilai sejarah yang tinggi. 2. Landscape alam dan view potensial. 3. Lahan Etape 1 dan 3 layak dikembangkan 4. Terdapat lahan potensial untuk pengembangan rest area dan tempat rekreasi 5. Loco Tour sudah menjadi salah satu tujuan wisatawan skala provinsi dan wisatawan mancanegara (komunitas pecinta loco) 6. Per hari bisa melayani 6-7 trip (etape 1) dan Per gerbong bisa memuat 30 orang 7. Banyak asset gerbong yang dapat dimanfaatkan kembali 8. Masyarakat mendukung kegiatan pengembangan wisata locotour Weakness 1. Kondisi fisik rel (khususnya di Etape 2 dan 3) dalam kondisi rusak. 2. Kurangnya infrastruktur dasar pada etape 2 dan 3 3. Kurangnya papan penunjuk jalan atau informasi menuju DTW Locotour 4. Beberapa lokasi pemberhentian tidak dapat dijangkau oleh kendaraan roda dua/empat 5. Dampak lingkungan berupa kebisingan di area permukiman 6. Pengembangan atraksi minim di DTW Locotour 7. Etape 2 belum layak dikembangkan Opportunity 1. Potensi kolaborasi antar BUMN (PT. KAI, Perhutani dan Pertamina) 2. Potensi pengembangan wisata edukasi, olahan kayu jati (furnitur dan kerajinan tangan), sosial dan budaya di sekitar lahan pengembangan. 3. Terdapat 14.000 orang per tahun melakukan sertifikasi migas di cepu yang potensial menjadi target wisatawan 4. Potensial tujuan daya tarik wisata minat khusus untuk wisatawan mancanegara 5. Integrasi dengan destinasi wisata sekitar 6. Berpeluang dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan 7. pengembangan perjalanan wisata hutan jati dan kereta loco uap termasuk sejarah memiliki minat market yang tinggi 8. Pengembangan jalan tol ngawi bojonegoro, interchange Cepu 9. WTP wisatawan berkisar antara 35-100k Strategi SO (Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang) 1. Pengembangan aset dan area wisata yang berorientasi ke kondisi lanskap eksisting dan potensi nilai sejarah yang tinggi 2. Pengembangan aset sejarah dengan sumber pendanaan kolaborasi antar BUMN 3. Pengembangan rest area sebagai supporting activity heritage train dengan memanfaatkan aset-aset gerbong 4. Pengembangan paket perjalanan wisata loco tour untuk wisatawan domestic dan mancanegara yang terintegrasi dengan daya tarik wisara sekitar 5. Pengembangan aset dengan memerhatikan tren dan perkembangan market 6. Pelibatan masyarakat dalam upaya pengembangan asset untuk meningkatkan distribusi ekonomi Strategi WO (Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang) 1. Prioritasi pengembangan pada etape 1 dan etape 3 dengan memerhatikan potensi pasar wisatawan eksisting 2. Perbaikan sarana (stasiun pengisian air, wesel) heritage train melalui kolaborasi pendanaan 3. Perbaikan prasarana (aksesibilitas, jembatan, jaringan rel, wayfinding, signage, persampahan) heritage train dengan kolaborasi-kolaborasi pendanaan 4. Pengembangan jenis-jenis atraksi dan fasilitas pendukung pada daya tarik eksisting dan potensial Threat 1. Alih fungsi lahan pengembangan menjadi lahan pertanian dan perkebunan. 2. Bagian rel (bantalan dan rel) rentan dirusak dan dicuri 3. Pengembangan eksisting di sekitar sempadan rel 4. Potensi penumpukan sampah 5. Length of stay rendah (1 hari) 6. Biaya rehabilitasi dan pengelolaan rel dan kereta tinggi 7. Kunjungan wisatawan masih rendah 8. Terdapat competitor sejenis dan kondisinya lebih unggul Strategi ST (Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman) 1. Pengembangan aset sejarah dengan melakukan pengendalian alih fungsi lahan di sekitar sempadan rel 2. Memanfaatkan potensi pertanian dan perkebunan sebagai view perjalanan heritage train 3. Penataan non fisik melalui pemberdayaan area permukiman di sekitar sempadan rel untuk meningkatkan pengembangan wisata 4. Pemanfaatan sebagian lahan potensial aset di kawasan rekreasi untuk pengelolaan sampah wisatawan 5. Pengembangan loco tour dengan menggarap ceruk pasar potensial untuk meningkatkan kunjungan dan memenangkan persaingan pasar Strategi WT (Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman) 1. Perbaikan sarpras Loco tour dan upaya pemantauan kondisi fisik pada etape yang layak dikembangan terlebih dahulu 2. Prioritasi pengembangan pada aset yang layak untuk efektititas beban anggaran yang tinggi 3. Penataan fisik dan penanaman vegetasi di area permukiman untuk mengurangi dampak kebisingan serta pengelolaan area persampahan terpadu 4. Penyiapan daya tarik dan infrastruktur dasar untuk meningkatkan daya saing dan pengembangan daya tarik 5. Mempertahankan vegetasi di sepanjang jalur rel dan penanaman kembali vegetasi Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 105 Lampiran Matriks SWOT/SWOC
Etape 1 Loco Tour 1. Rehailitasi rel 2. Museum Loco 3. Kuliner & UMKM 4. Fasilitas pendukung (travel interpreter) 5. Wahana edukasi TPK Batokan 1. Stasiun Batokan Etape 2 1. Stasiun pemberhentian Ledok 2. Rehabilitasi rel Etape 3 Buk Brosot 1. Stasiun 2. Kuliner & UMKM 3. Parkir Kampung Samin 1. Shelter pemberhentian Gubug Payung 1. Rehabilitasi Stasiun 2. Landscaping Wisata Alam (outbond & camping) 3. Parkir Sempadan Rel Panjang Rel : 22,6 km Sempadan : 10 m ( 5 m setiap sisi) Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 10 6 5.3 Rencana Tabulasi dan Program Pengembangan Loco Tour-Batokan Buk Brosot Gubug Payung Potensi View Sawah dan Lahan Pertanian Potensi View Hutan Jati & Mahoni Jawa Timur Jawa Tengah Area Stasiun Area Wisata Sejarah Kereta Area UMKM Area Wisata Kuliner Area Wisata Edukasi TPK Area Wisata Alam Area Wiasta Seni & Budaya Area Parkir
Etape 1 Loco Tour 1. Rehailitasi rel 2. Museum Loco 3. Kuliner & UMKM 4. Fasilitas pendukung (travel interpreter) 5. Wahana edukasi TPK Batokan 1. Stasiun Batokan Etape 2 1. Stasiun pemberhentian Ledok 2. Rehabilitasi rel Etape 3 Buk Brosot 1. Stasiun 2. Kuliner & UMKM 3. Parkir Kampung Samin 1. Shelter pemberhentian Gubug Payung 1. Rehabilitasi Stasiun 2. Landscaping Wisata Alam (outbond & camping) 3. Parkir Sempadan Rel Panjang Rel : 22,6 km Sempadan : 10 m ( 5 m setiap sisi) Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 107 5.3 Rencana Tabulasi dan Program Pengembangan 5.3.1 Tabulasi Pengembangan Locotour Blok Program Area (m2) % KDB Luas Lantai Dasar (m2) KDH Reaktivasi Kereta Heritage 21,000.0 Etape 1 Area Loco Tour - TPK Batokan 22,862.0 35.5% 8,124.0 52.5% Parkir 2,000.0 8.7% 8.7% Museum Locomotif 1,500.0 6.6% 1,500.0 Stasiun 100.0 0.4% 100.0 Foodcourt, café, dan UMKM 1,500.0 6.6% 1,500.0 Landscaping 5,000.0 21.9% 21.9% Taman Bermain 10,000.0 43.7% 5,000.0 21.9% Venue live music 24.0 0.1% 24.0 Area Permukiman Landscaping 1,000.0 Area TPK Batokan 15,000.0 10.3% 56.3% Shelter Transit 50.0 0.2% 0.3% 50.0 Landscaping 10,000.0 43.7% 10.0% 1,500.0 56.3% Etape 2 Area Ledok 500.0 10% 90% Shelter transit Ledok 50.0 10.0% 10.0% 50.0 Parkir 250.0 50.0% 90.0% Etape 3 Area Buk Brosot 23,812.5 23% 44% Parkir 3,000.0 12.6% 13% Stasiun 250.0 1.0%1% 250.0 Foodcourt, café, dan UMKM 2,500.0 10.5%10% 2,500.0 Venue live music 75.0 0.3%0% 75.0 Landscaping 5,000.0 21.0% 21% Mini Farm & Agrowisata 5,000.0 21.0%10% 2,500.0 10% Shelter Transit Kampung Samin 50.0 0.2%0% 50.0 Area Gubug Payung 9,075.0 6% 61% Parkir 500.0 5.5% 6% Shelter Transit Hutan Alam 50.0 0.6%1% 50.0 Landscaping 2,500.0 27.5% 28% Outbond & Camping Ground 2,500.0 27.5% 28% Gazebo & Amphieater 500.0 5.5%6% 500.0
Area Loco Tour 1. Entrance & Ticketing 2. Area Parkir 3. Museum 4. Depo Locomotive 5. Gedung Pengelola (Tourist Information Center) 6. Seating Area & Ruang Tunggu 7. Gudang Kayu 8. Musholla 9. Kolam Kawasan Loco Tour memiliki pengembangan eksisting yang akan dipertahankan diantaranya adalah Gedung entrance & ticketing, Gedung pengelola, seating area dan depo locomotive. Untuk menambah daya tarik pada Kawasan, terdapat beberapa fitur baru yang direncanakan untuk dibangun diantaranya, museum sejarah, perluasan area parkir dan kolam/water feature. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 10 8 5.3.2 Ilustrasi Pengembangan Depo Loco 0 25 50 100 150 m 1 2 3 4 5 6 4 7 8 9
Area Kuliner Batokan 1. Stasiun Batokan 2. Gedung Tenant Kuliner & Tourist Center 3. Area Kuliner Outdoor 4. Waduk 5. Kebun Trembesi Pengembangan pada area kuliner batokan akan mempertahankan dan memanfaatkan area kebun trembesi yang memiliki potensi visual menarik serta potensi menjadi shelter dan peneduh. Oleh karena itu, pada Kawasan ini akan dikembangkan area kuliner dengan konsep outdoor dan rumah pohon yang memanfaatkan pohon trembesi sebagai landscape feature utama. Water feature/waduk juga ditambahkan sebagai area resapan, membantu menurunkan suhu iklim mikro serta daya tarik tambahan pada Kawasan. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 10 9 5.3.3 Ilustrasi Pengembangan TPK Batokan 0 25 50 100 150 m 1 2 3 3 4 5
Buk Brosot 1. Stasiun Buk Brosot 2. Gedung Rest Area (Tenant UMKM) 3. Taman 4. Area Agrowisata 5. Parkir : Parkir mobil, motor, bus, dan kendaraan offroad. Kawasan Buk Brosot direncanakan sebagai rest area dengan pengembangan fasilitas transit, food & beverage, dan area perisitirahatan dan rekreasi. Fitur yang akan dikembangkan di Rest Area Buk Brosot terdiri dari beberapa fasilitas utama, diantaranya stasiun, Gedung tenant UMKM (Food & Beverage), kuliner outdoor, dan area parkir yang luas. Pada area parkir juga terdapat Kawasan parkir kendaraan offroad serta halte shuttle bus wisata. Laporan Studi Kelayakan Pengembangan DTW Locotourz Cepu 110 5.3.4 Ilustrasi Pengembangan Buk Brosot 1 2 3 3 4 5
Gubug Payung 1. Stasiun 2. Parkir 3. Area Outbond & Camping Ground 4. Amphiteater dan Wisata Seni Budaya Fitur utama yang akan dikembangkan di Gubug Payung diantaranya adalah aktivitas wisata alam yang memanfaatkan landscape kebun jati, broadwalk, pondok dan seating area. Area Gubug Payung juga direncanakan untuk mewadahi aktivitas wisata seni budaya dengan adanya amphiteater/panggung budaya. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 111 5.3.5 Ilustrasi Pengembangan Gubug Payung 0 25 50 100 150 m 1 2 3 4
Laporan Studi Kelayakan Pengembangan DTW Locotourz Cepu 112 Analisa Kelayakan Finansial 6.1 Rencana Investasi 6.2 Rencana Pentahapan Investasi 6.3 Skenario Pendapatan 6.4 Analisa Kelayakan 6.5 Analisa Sensitivitas 6.6 Analisa Dampak Ekonomi & Fiskal
6.1 Rencana Investasi Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 113 Asumsi Umum & Skema Investasi PERHUTANI PEMKAB BLORA INVESTOR (SWASTA, BUMN, DLL) PROJEK LOCO TOUR Pemilik lahan & aset Developer dan Operator (opsional) Kemudahan perizinan, usaha, dan lain-lain BOT Stakeholders Benefit Perhutani - Fee build operate transfer - Fee insentif - Salvage value (keseluruhan bangunan setelah masa kontrak) Investor - Penjualan tiket kereta, museum, dan wisata - Penjualan Food and Beverage - Sewa Lot ke Tenant - Sewa iklan Pemkab. Blora - Pajak - Retribusi daerah - Peningkatan ekonomi - Lapangan Pekerjaan Dalam wacana pengembangan Kawasan wisata Heritage Locotour Cepu, Perhutani selalu pemilik lahan dan asset kereta uap dapat melakukan skema build operate transfer (BOT) dengan BUMN atau swasta dalam kurun waktu tertentu (15-30 tahun). Adapun Pemerintah Kabupaten Blora selaku pengampu wilayah berperan dalam kemudahan perizinan dan berusaha. Melalui skema ini, masingmasing pihak memiliki benefit sesuai dengan peran yang dilakukan.
6.1 Rencana Investasi Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 114 Asumsi Project Cost non Time Based Asumsi umum yang digunakan dalam Analisa finansial pengembangan pariwisata Locotour Cepu diuraikan sebagai berikut: • Tarif sewa lot UMKM berkisar antara 500- 2000 per m2/hari • Harga rel kereta api berkisar antara 7,3 juta per 10 meter • Harga bantalan rel (beton) berkisar antara 800 ribu /unit • PNBP kompensasi HPT 11,5 juta per hektar/tahun • Biaya pre-operasional 150 juta (untuk perbaikan kereta uap & diesel) Total biaya pengembangan sebesar 90.3 milyar dari etape 1 hingga etape 3. asumsi penentuan biaya menggunakan asumsi harga pada tahun 2022, sehingga dikemudian hari memungkinkan terjadi perbedaan biaya pengembangan. Panjang/Luas Satuan Harga Satuan Total Project Cost Rp90,365,823,333.33 Rp84,173,666,667 1 Rp15,657,000,000 Reaktivasi Rel Rp1,080,000,000 Blok Depo Locotour 22862 Rp14,127,000,000 Blok Permukiman Rp150,000,000 Blok TPK Batokan Rp300,000,000 Etape 2 Rp35,041,666,667 3 Etape 3 Rp33,475,000,000 Reaktivasi Rel Rp20,950,000,000 Rest Area Buk Brosot Rp11,475,000,000 Gubuk Payung Rp1,050,000,000 4 Non Konstruksi Rp6,192,156,666.67 a Perizinan 3% Biaya Konstruksi Rp2,525,210,000.00 b Contigencies (Dana Darurat) 1% Biaya Konstruksi Rp841,736,666.67 c Konsultan Rp2,525,210,000.00 FS 1% Biaya Konstruksi Rp841,736,666.67 Masterplan 1% Biaya Konstruksi Rp841,736,666.67 DED 1% Biaya Konstruksi Rp841,736,666.67 d PNBP Kompensasi HPT 11,500,000 per hektar Rp0.00 Pre Operasional Rp150,000,000.00 Perbaikan Kereta Diesel 50,000,000 asumsi Rp50,000,000.00 Perbaikan Kereta Uap 100,000,000 asumsi Rp100,000,000.00 d 2 b c e a a No. Biaya Konstruksi Etape 1 b c
6.1 Rencana Investasi Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 115 Biaya operasional yang berkaitan langsung dengan bisnis kereta atau beban usaha adalah bahan bakar dan oli kereta api. • Biaya perawatan untuk kereta uap dan diesel sudah dianggarkan sebesar 20 juta dan 35 juta untuk lima tahun sekali. • Biaya perawatan rel dan pemeliharaan lingkungan dialokasikan dalam biaya tenaga kerja personil perawatan kereta api dan petugas kebersihan. • Tarif fix sharing ditetapkan berdasarkan skema BOT Sehingga didapatkan besaran opex per orang (per-moda). Op Expenses Asumption No. Komponen Bahan Bakar Loko Uap Satuan Jumlah Harga per unit Total Deskripsi 1 Kebutuhan Kayu sm 10 400,000 4,000,000 2 Kebutuhan Air ltr 24,000 300,000 900,000 No. Komponen Maintenance Loko Uap Satuan Jumlah Harga per unit Total Deskripsi 1 Oli Gardan ltr 15 50,000 750,000 Pergantian 1 x sebulan 2 Perawatan Pipa Uap & Rem Roda Unit 1 20,000,000 20,000,000 Anggaran 5 tahun sekali No. Komponen Bahan Bakar Loko Diesel Satuan Jumlah Harga Per Unit Total Deskripsi 1 Kebutuhan Dexlite ltr 15 18,000 270,000 Perjalanan PP Depo-Gubug Payung No. Komponen Maintenance Loko Diesel Satuan Jumlah Harga Per Unit Total Deskripsi 1 Oli ltr 7 50,000 350,000 Pergantian 1 x sebulan 2 Perbaikan mesin Unit 1 35,000,000 35,000,000 Anggaran 5 tahun sekali No. Skema Sharing Profit Satuan Jumlah Nilai Total Deskripsi 1 Fix Sharing Unit 1 50,400,000 50,400,000 Fix Sharing per etape 2 Variabel Sharing % 1% 0 Berdasarkan revenue No. Operasional Satuan Jumlah Nilai Total Deskripsi 1 Cetak Tiket Unit 1 500 500 Berdasarkan jumlah pengunjung 2 Tenaga Kerja a Masinis 1 3,500,000 Estimasi b Asisten Masinis 1 3,000,000 Estimasi c Petugas Loket 1 1,812,935 UMR d Personil Perawatan Kereta Api 2 3,000,000 Info KPH e Petugas Kebersihan 2 1,812,935 UMR f Pemandu Wisata 1 1,812,935 UMR g Admin Sosial Media 1 1,812,935 UMR h Tunjangan Hari Raya Sesuai jumlah gaji Perjalanan PP Depo-Gubug Payung Estimasi Biaya Operasional Tahunan No. Harga Pokok Penjualan Etape 1 1 HPP Loko Uap Etape 1 426,087 2 HPP Loko Diesel Etape 1 23,478 3 HPP Loko Uap Etape 1/ orang 10,145 4 HPP Loko Diesel Etape 1/orang 652 No. Harga Pokok Penjualan Etape 2 1 HPP Loko Uap Etape 2 2,769,565 2 HPP Loko Diesel Etape 2 152,609 3 HPP Loko Uap Etape 2/ orang 65,942 4 HPP Loko Diesel Etape 2/orang 4,239 No. Harga Pokok Penjualan Etape 3 1 HPP Loko Uap Etape 3 1,704,347.83 2 HPP Loko Diesel Etape 3 93,913.04 3 HPP Loko Uap Etape 3/ orang 47,343 4 HPP Loko Uap Etape 3/orang 2,609
6.2 Rencana Pentahapan Investasi Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 116 Fund Staging Skenario pendanaan pembangunan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu etape 1, etape 3, dan selanjutnya etape 2. hal ini berdasarkan studi kelayakan dari aspek kesiapan fisik. Periode 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 … 25 Tahun 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 ... 2047 Etape 2 Total Funding per Year FS Masterplan DED Etape 1 Blok Depo Locotour Blok Permukiman Blok TPK Batokan Etape 2 Etape 3 Rest Area Buk Brosot Gubuk Payung Etape 1 Etape 3 masa konstruksi awal operasi
Terdapat dua skenario yang digunakan dalam menentukan hasil kelayakan pada bisnis kereta api. Skenario tersebut adalah skenario moderat dan optimis. • Skenario moderat adalah ketika kereta beroperasi 2x dalam sehari. Skenario optimis adalah ketika kereta beroperasi 3x dalam sehari. • Kereta dengan loko diesel akan beroperasi weekday (senin-jumat) dengan starting point okupansi 30% hingga mencapai titik maksimal 60%. • Kereta dengan loko uap akan beroperasi weekend (sabtu-minggu) dengan starting point 35% hingga mencapai titik maksimal okupansi 70%. • Kapasitas maksimal kereta mencapai 120 orang • Kereta dengan loko diesel beroperasi seninjumat • Kereta dengan loko uap beroperasi sabtuminggu Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 117 6.3 Skenario Pendapatan Scenario & Price Tarif Masuk Kawasan 15,000 Tarif Taman Bermain (Etape 1)/UMKM TPK Batokan (Etape 2)/Arena agrowisata (Etape 3) 10,000 Etape Tarif Loko Uap Tahun Berlaku KeEtape 1 20,289.86 1 Etape 2 99,642.93 13 Etape 3 76,072.50 3 Etape Tarif Loko Diesel Tahun Berlaku KeEtape 1 15,289.86 1 Etape 2 94,642.93 13 Etape 3 71,072.50 3 Sewa Lahan + Bangunan per m2/hari 2000.0 Sewa Lahan Per m2/hari 750.0 Tarif Sewa Lot UMKM Tarif Camping Ground Okupansi Hari Beroperasi dalam setahun 25,000 30 48 Tarif Outbond Okupansi Paket Outbond dalam setahun 50,000 30 24
Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 118 6.3 Analisa Kelayakan Finansial Beban Usaha 19% Beban Operasional 13% Beban Lainnya 68% GRAFIK EXPENSES ETAPE 1 Tiket Masuk Kawasan 35% Tiket Masuk Wahana 24% Loko Uap (weekend) 7 % Loko Diesel (weekday) 12% Foodcourt, Caffe dan UMKM 16% Lot UMKM Trembesi 6% GRAFIK REVENUE ETAPE 1 Rp 472,690,035,554.76 Rp 166,570,462,357.46 Cash Flow Etape 1 dalam jangka waktu investasi 37 tahun Parameter Nilai Interpretasi Status PP 9 Ekspektasi waktu pengembalian modal 5-7 tahun layak bersyarat NPV 68,955,301,490.78 > biaya investasi etape 1 layak IRR 12% > suku bunga kredit layak (30,000,000,000.00) (20,000,000,000.00) (10,000,000,000.00) - 10,000,000,000.00 20,000,000,000.00 30,000,000,000.00 40,000,000,000.00 50,000,000,000.00 60,000,000,000.00 70,000,000,000.00 80,000,000,000.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Grafik Payback Period Etape 1 Positioning Kelayakan Finansial Etape 1
Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 119 6.3 Analisa Kelayakan Finansial Tiket Masuk Kawasan UMKM Trembesi 34% Loko Uap (weekend) 18% Loko Diesel (weekday) 48% GRAFIK REVENUE ETAPE 2 Beban Usaha 31% Beban Operasional 6% Beban Lainnya 63% GRAFIK EXPENSES ETAPE 2 Rp 421,444,760,011.67 Rp 170,952,036,149 Cash Flow Etape 2 dalam jangka waktu investasi 25 tahun Positioning Kelayakan Finansial Etape 2 Parameter Nilai Interpretasi Status PP 9 Ekspektasi waktu pengembalian modal 5-7 tahun. Etape 2 mulai beroperasi tahun ke 13, sehingga masa pengembalian aktual etape 2 terjadi tahun kelayak dengan catatan NPV 90,095,112,511.01 > biaya investasi etape 2 Layak IRR 10% > suku bunga Layak (60,000,000,000.00) (40,000,000,000.00) (20,000,000,000.00) - 20,000,000,000.00 40,000,000,000.00 60,000,000,000.00 80,000,000,000.00 100,000,000,000.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 GRAFIK PAYBACK PERIOD ETAPE 2
Beban Usaha 25% Beban Operasional 9% Beban Lainnya 66% GRAFIK EXPENSES ETAPE 3 Tiket Masuk Kawasan Loko Uap (weekend) Loko Diesel Foodcourt, Caffe dan UMKM Outbond Camping Ground GRAFIK REVENUE ETAPE 3 Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 12 0 6.3 Analisa Kelayakan Finansial Rp 635,200,385,021.77 Rp 236,687,244,865 Cash Flow Etape 3 dalam jangka waktu investasi 35 tahun Parameter Nilai Interpretasi Status PP 10 Ekspektasi waktu pengembalian modal 5-7 tahun. layak bersyarat NPV 91,399,397,498.26 > biaya investasi Layak IRR 10% > nilai suku bunga Layak (40,000,000,000.00) (20,000,000,000.00) - 20,000,000,000.00 40,000,000,000.00 60,000,000,000.00 80,000,000,000.00 100,000,000,000.00 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 Grafik Payback Period Etape 3 Positioning Kelayakan Finansial Etape 3
Analisa sensitivitas digunakan untuk menilai perubahan parameter kelayakan analisis keuangan apabila terjadi perubahan dalam skenario pendapatan, tarif, biaya dan sebagainya. Terdapat dua skenario perubahan yang akan diterapkan sebagai berikut : 1. Skenario Moderat Intensitas operasional kereta menjadi 2 x sehari dengan tarif normal. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 121 6.5 Analisa Sensitivitas Parameter Nilai Interpretasi Status Etape 1 PP 9 Ekspetasi pengembalian modal 5-7 tahun Layak NPV 68.955.301.490 > Biaya investasi Layak IRR 12% > Suku bunga kredit Layak Etape 2 PP 9 Etape 2 beroperasi di tahun ke 13, sehingga pengembalian modalnya pada tahun ke 22 Layak bersyarat NPV 90.095.112.511 > Biaya investasi Layak IRR 10% > Suku bunga kredit Layak Etape 3 PP 10 Etape 3 beroperasi di tahun ke 3, sehingga pengembalian modalnya pada tahun ke 13 Layak bersyarat NPV 93.399.397.498 > Biaya investasi Layak IRR 10% > Suku bunga kredit Layak Skenario 1 Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis sensitivitas scenario 1, etape 1 sampai 3 masih menghasilkan nilai arus kas yang positif yang ditunjukkan oleh nilai NPV > biaya investasi 1 dan nilai IRR > suku bunga kredit bank. Dan masa pengembalian modal tetap sesuai kriteria.
Analisa sensitivitas digunakan untuk menilai perubahan parameter kelayakan analisis keuangan apabila terjadi perubahan dalam skenario pendapatan, tarif, biaya dan sebagainya. Terdapat dua skenario perubahan yang akan diterapkan sebagai berikut : 2. Skenario Optimis dengan Penyesuaian Tarif Skenario ini menambah intensitas operasional kereta menjadi 3 x sehari dan penyesuaian tarif berdasarkan willingness to pay responden kuesioner market demand Loco Tour. Tarif tersebut berkisar Rp 50,000.- dan Rp 100,000.- untuk perjalanan loko uap serta loko diesel dari Depo hingga Gubug Payung sebelum penyesuaian dengan inflasi. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 12 2 6.5 Analisa Sensitivitas Parameter Nilai Interpretasi Status Etape 1 PP 8 Ekspetasi pengembalian modal 5-7 tahun Layak bersyarat NPV 88.563.933.225 > Biaya investasi Layak IRR 15% > Suku bunga kredit Layak Etape 2 PP 6 Etape 2 beroperasi di tahun ke 13, sehingga pengembalian modalnya pada tahun ke 19 Layak bersyarat NPV 111.703.080.734 > Biaya investasi Layak IRR 17% > Suku bunga kredit Layak Etape 3 PP 11 Etape 3 beroperasi di tahun ke 3, sehingga pengembalian modalnya pada tahun ke 14 Tidak layak NPV 76.226.549.756 > Biaya investasi Layak IRR 8% > Suku bunga kredit Layak Skenario 2 Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis sensitivitas scenario 2, etape 1 masih menghasilkan nilai arus kas yang positif yang ditunjukkan oleh nilai NPV > biaya investasi 1 dan nilai IRR > suku bunga kredit bank. Akan tetapi diperlukan inovasi untuk memperbesar kas masuk.
Laporan Studi Kelayakan Pengembangan DTW Locotourz Cepu 12 3 Asumsi Kelayakan Ekonomi Analisis kelayakan ekonomi adalah analisis yang menentukan kelayakan sebuah project dengan mempehitungkan manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang muncul atas investasi yang diberikan oleh mitra serta pemerintah. Parameter yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Economic Internal Rate of Return (Tingkat Pengembalian Ekonomi) b. Benefit Cost Rasio (Rasio Biaya Manfaat) c. Net Present Value. (Arus Kas Bersih) No Komponen Cost Komponen Benefit 1 Capex Mitra Pendapatan dari Kegiatan Komersial 2 Opex Mitra Nilai Tambah Sektor Pertanian 3 Capex Pemerintah Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan 4 Opex Pemerintah Nilai Tambah Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang 5 Nilai Tambah Sektor Konstruksi 6 Nilai Tambah Sektor Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum 7 Nilai Tambah Transportasi dan Pergudangan Opex : 1 % x Nilai Capex Inflasi Capex : 3.5% 6.6 Analisa Ekonomi
Laporan Studi Kelayakan Pengembangan DTW Locotourz Cepu 12 4 NPV, EIRR, BCR PENINGKATAN PENDAPATAN DAN PEREKONOMIAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah PDRB – Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan Masyarakat PENINGKATAN LAPANGAN PEKERJAAN Lapangan Pekerjaan Tenaga Kerja Industri Pengolahan Konstruksi Pengelolaan Sampah Pengadaan Listrik SEKTOR LAIN BERKEMBANG PEMBANGUNAN LOCO TOUR Kehutanan Akomodasi dan Makanan Minuman Jasa Lainnya (Rekreasi dan Hiburan) Sektor Transportasi Parameter Nilai Interpretasi Etape 1 NPV Rate of Return BCR 19.123.848.536 17.44% 18.14 Positif >discount rate >1 Etape 2 NPV Rate of Return BCR 32.896.067.947 49.57% 22.30 Positif >discount rate >1 Etape 3 NPV Rate of Return BCR 19.395.600.459 18.28% 18.35 Positif >discount rate >1 NPV : Positif, investasi memenuhi unsur kelayakan EIRR : nilai EIRR > discount rate, investasi memenuhi unsur kelayakan BCR : nilai > 1. maka investasi memenuhi unsur kelayakan
Laporan Studi Kelayakan Pengembangan DTW Locotourz Cepu 12 5 Dengan adanya pembangunan kawasan pariwisata Loco Tour, diduga akan ada efek multiplier yang dirasakan oleh pelaku ekonomi di Kabupaten Blora secara lintas sektor • Angka output multiplier menunjukkan berapa Rp peningkatan PDRB Kab Blora jika ada Rp 1 investasi pada sector pariwisata Tidak hanya berdampak pada tambahan output di dalam perekonomian saja, multiplier effect yang ada juga dapat menghitung tambahan pekerja yang muncul sebagai akibat adanya penambahan output Analisis ini penting untuk melihat bagaimana biaya dan manfaat yang dikeluarkan oleh pemerintah kaitannya dengan proyek yang akan dijalankan • Angka output multiplier menunjukkan berapa tenaga kerja Kab Blora jika ada Rp 1 investasi pada sector pariwisata Estimasi Multiplier Effect Sektor Multiplier Output Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan 0.152824031 Industri Pengolahan 0.051838116 Konstruksi 0.002388191 Transportasi dan Pergudangan 0.017451861 Akomodasi Makanan dan Minuman 0.026146299 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0.00228185 Pengadaan Listrik dan Gas 0.021422763 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Blora Tahun 2021 Sektor Multiplier Output Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan 5.70138E-09 Industri Pengolahan 5.57292E-10 Konstruksi 3.79629E-11 Transportasi dan Pergudangan 8.28774E-11 Akomodasi Makanan dan Minuman 4.13435E-10 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 5.50138E-11 Pengadaan Listrik dan Gas 2.59458E-11 Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Blora Tahun 2021 multiplier effect untuk sektor-sektor terdampak multiplier effect terhadap serapan tenaga kerja
Laporan Studi Kelayakan Pengembangan DTW Locotourz Cepu 12 6 Secara umum, ketika pembangunan Loco Tour dilakukan pada semua etape, terlihat bahwa tambahan output terhadap Kabupaten Blora tercatat sebesar Rp159,955,688,566,99 dengan asumsi investasi pada sektor konstruksi sebesar Rp107,870,633,312,65 Secara persentase, apabila seluruh kegiatan tersebut dilakukan pada saat bersamaan, berkontribusi pada kenaikan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora sebesar 0.88% Kontribusi tenaga kerja pada sektor konstruksi jika investasi ini dilakukan adalah sebesar 1793 orang Pemisahan berdasarkan Etape untuk kontribusi terhadap PDB terlihat sebagaimana tabel yang ada di paling kanan Benefit Pembangunan Kawasan Pariwisata Loco Tour bagi Perekonomian Total Nilai Investasi Rp107,870,633,312.65 Etape 1 Rp15,657,000,000 Etape 2 Rp51,401,302,161 Etape 3 Rp33,475,000,000 Non-Konstruksi Rp7,337,331,151.29 Investasi Konstruksi Rp100,533,302,161 Nilai Multiplier Rp159,955,688,566.99 PDB Blora Tahun 2021 Rp18,126,446,900,000.00 Pertumbuhan Ekonomi (%) 0.882443699 TOTAL Nilai Investasi Rp15,657,000,000 Nilai Multiplier Rp24,911,409,075.91 PDB Blora Tahun 2021 Rp18,126,446,900,000.00 Pertumbuhan Ekonomi (%) 0.137431286 PDB Jawa Tengah Tahun 2021 Rp997,317,097,260,000.00 Pertumbuhan Ekonomi (%) 0.002497842 Nilai Investasi Rp51,401,302,161 Nilai Multiplier Rp81,783,155,468.85 PDB Blora Tahun 2021 Rp18,126,446,900,000.00 Pertumbuhan Ekonomi (%) 0.451181392 PDB Jawa Tengah Tahun 2021 Rp997,317,097,260,000.00 Pertumbuhan Ekonomi (%) 0.008200316 Nilai Investasi Rp33,475,000,000 Nilai Multiplier Rp53,261,124,022.23 PDB Blora Tahun 2021 Rp18,126,446,900,000.00 Pertumbuhan Ekonomi (%) 0.293831021 PDB Jawa Tengah Tahun 2021 Rp997,317,097,260,000.00 Pertumbuhan Ekonomi (%) 0.00534044 Etape 1 KONTRIBUSI PDB DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Etape 3 Etape 2 Nilai Investasi Rp15,657,000,000 Tambahan Tenaga Kerja 279.3291602 Nilai Investasi Rp51,401,302,161 Tambahan Tenaga Kerja 917.0264142 Nilai Investasi Rp33,475,000,000 Tambahan Tenaga Kerja 597.2117033 KONTRIBUSI TENAGA KERJA Etape 1 Etape 2 Etape 3
Pajak Penghasilan Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 127 6.7 Analisa Fiskal Peraturan mengenai pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai telah diperbarui melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan • Subjek Pajak Penghasilan adalah Pribadi dan Badan Usaha sehingga tenaga kerja dan badan usaha dikenakan pajak penghasilan pada Loco Tour • Pendapatan subjek pajak pribadi paling minimal untuk dikenakan pajak adalah Rp4.500.000. (Asumsi PTKP adalah Rp54.000.000, belum kawin dan belum memiliki anak). Didasarkan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak • Tarif pajak paling rendah adalah 5% jika subjek pajak pribadi memiliki pendapatan >Rp4.500.000 (belum menikah dan belum punya anak) • Tarif pajak bagi subjek pajak badan usaha adalah sebesar 22% dan dikenakanpada penghasilan yang diterima atau diperoleh badan / perusahaan dan bentuk usaha tetap dalam tahun pajak Pajak Pertambahan Nilai • Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan pada barang konsumsi dalam negeri oleh wajib pajak, badan usaha, maupun pemerintahan, dikecualikan pada jenis barang dan/atau jasa yang disebutkan dalam Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan • Tarif Pajak Pertambahan Nilai pada tahun 2022 – 2024 adalah sebesar 11%. Mulai tahun 2025, tarif pajak ini naik menjadi 12% • Barang dan/atau jasa yang telah dikenakan pajak sebelumnya pada level daerah, misal Pajak Barang dan/atau Jasa Tertentu (PBJT) tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai Pajak Karbon)* • Subjek Pajak Karbon adalah orang pribadi atau badan yang membeli barang yang mengandung karbon dan/atau melakukan aktivitas yang menghasilkan emisi karbon. • Belum ditemukan aturan pelaksanaan untuk implementasi pajak karbon di Indonesia karena pelaksanaannya pun masih ditunda sampak batas wkatu yang belum ditentukan • Tarif pajak karbon adalah sebesar Rp30 per kilogram karbondioksida ekuivalen Penerimaan Pajak Pemerintah Pusat
Pajak Bumi dan Bangunan • Pajak Bumi dan Bangunan dikenakan pada bumi dan/atau bangunan yang dikuasai oleh orang pribadi atau badan • Besaran NJOPTKP ditetapkan sebesar Rp10.000.000 • Tarif PBB-P2 ditetapkan sebesar 0,1% untuk bumi dan bangunan dengan NJOP kurang/sama dengan Rp1 Miliar dan sebesar 0,2% untuk bumi dan bangunan dengan NJOP lebih dari Rp1 Miliar Pajak Hiburan • Pajak Hiburan adalah pajak yang dikenakan pada penyelenggaraan hiburan dan didasarkan atas jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan • Potensi pajak yang dikenakan pada hiburan di Loco Tour adalah: • Tontonan film (5%) • Pagelaran kesenian, musik, dan/atau tari tradisional (10%) • Pagelaran musik dan tari nontradisional (15%) Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 12 8 Penerimaan Pajak Pemerintah Daerah Pajak Hotel • Di dalam Perda Pajak Hotel di Kabupaten Blora, yang dimaksud dengan hotel adalah bangungan yang khusus disediakan bagi orang untuk menginap / istirahat, memperoleh pelayanan, dan / atau fasilitaslainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan yang menyatu, yang dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. • Tarif pajak yang dikenakan adalah 10% pada jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel Pajak Restoran • Pajak restoran dikenakan pada pelayanan yang disediakan oleh restoran dan dikenakan pada restoran dengan nilai penjualan lebih dari Rp5.000.000 • Tarif pajak yang dikenakan adalah 10% pada jumlah pembayaran yang diterima atau seharusnya diterima oleh restoran Pajak Parkir • Pajak parkir dikenakan pada penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan dan dikenakan pada jumlah pembayaran atau seharusnya dibayarkan kepada tempat penyelenggara parkir • Tarif pajak parkir yang dikenakan adalah 20%
Pajak Penghasilan Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 12 9 Asumsi penghitungan pajak penghasilan: - Tarif pajak pada lapisan pendapatan tidak ada perubahan - Nilai PTKP tidak mengalami perubahan (Rp54.000.000 per individu) - Individu belum menikah dan belum memiliki anak - Tidak ada perubahan jumlah tenaga kerja • Tenaga kerja diasumsikan pada awal pengoperasian sejumlah 9 orang yang terdiri dari masinis, asisten masinis, petugas loket, personil perawatan kereta api, petugas kebersihan, pemandu wisata, dan admin sosial media • Penerimaan pajak penghasilan baru dapat diambil ketika nilai penghasilan pekerja melebihi batas PTKP dan hasil analisis menunjukkan dengan kenaikan upah ratarata di Kabupaten Blora, PPh baru dapat dikenakan pada tahun 2028 • Total PPh yang diterima pada awal tahun adalah Rp114.200 sedangkan tertinggi akan didapatkan pada tahun 2056 sebesar Rp32.915.257 - 5,000,000.00 10,000,000.00 15,000,000.00 20,000,000.00 25,000,000.00 30,000,000.00 35,000,000.00 2028 2030 2032 2034 2036 2038 2040 2042 2044 2046 2048 2050 2052 2054 2056 Lapisan Pendapatan Tarif Pajak 0 – Rp60.000.000 5% >Rp60.000.000 – Rp250.000.000 15% >Rp250.000.000 – Rp500.000.000 25% >Rp500.000.000 – Rp5.000.000.000 30% >Rp5.000.000.000 35% Tarif Pajak Penghasilan Menurut UU HPP Tahun 2022 Penerimaan Pajak Pemerintah Daerah
Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 13 0 Berikut ini adalah jenis dan total potensi nilai pajak yang diterima oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berasal dari etape 1 hingga etape 3 : Penerimaan Pajak Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Etape 1 Future Value Present Value PBB 2,352,323,584 206,234,213 PPH Wajib Pajak Pribadi 209,411,328 18,359,626 PPH Wajib Pajak Badan 92,058,396,428 8,070,994,586 Total 94,620,131,340 8,295,588,424 Etape 2 Future Value Present Value PBB 640,352,275 123,633,920 PPH Wajib Pajak Pribadi 1,161,209 224,197 PPH Wajib Pajak Badan 92,936,902,097 17,943,488,247 Total 93,578,415,581 18,067,346,364 Etape 3 Future Value Present Value PBB 1,985,000,240 198,502,838 PPH Wajib Pajak Pribadi 124,449,604 12,445,137 PPH Wajib Pajak Badan 89,847,433,907 8,984,870,743 Total 91,956,883,750 9,195,818,717
Laporan Studi Kelayakan Pengembangan DTW Locotourz Cepu 131 Kesimpulan 7.1 Kesimpulan
Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 13 2 Kesimpulan Studi Kelayakan Kelayakan Fisik Ruang Etape 1 (Loco Tour – TPK Batokan) Etape 2 (TPK Batokan-Bregojo-Buk Brosot) Buk Brosot Gubug Payung Kampung Samin Etape 3 (Buk Brosot – Gubug Payung) (+) Pros Nilai kelayakan tinggi (80,3%) Memiliki kesiapan integrasi dengan daya tarik wisata sekitar yang cukup beragam Daya tarik wisata sekitar berupa Desa-desa Wisata (sebagai upaya pemberdayaan masyarakat sekitar) (+) Pros Nilai kelayakan tertinggi (83,3%) Daya tarik wisata eksisiting sudah cukup mapan dikembangkan Terdapat 2 daya Tarik yang dapat dikembangkan disekitar rel yaitu desa wisata kerajinan/kesenian (embrio) dan TPK Batokan (-) Cons Nilai kelayakan menunjukkan kriteria belum layak dikembangkan (64,0) Tidak ada daya Tarik yang berada disekitar rute kereta, keberadaannya cukup jauh.
KRITERIA HASIL KAJIAN KETERANGAN Harga tiket Kawasan Hasil positioning Rp 12.639 /orang Harga tiket ini berdasarkan hasil positioning dengan destinasi wisata unggulan di Kabupaten Blora. Tiket kawasan competitor berkisar antara Rp. 10.000 – Rp 20.000 Harga tiket perjalanan loko Hasil positioning Rp 150.000 /orang Harga tiket ini berlaku untuk perjalanan dari Depo Loco hingga Gubuk Payung. Perhitungan tersebut berdasarkan positioning terhadap destinasi lokomotif di Indonesia Kemampuan market • Ekonomi : Rp 35.000 – Rp 55.000 • Eksekutif : Rp 80.000 – Rp 110.000 Hasil kelayakan finansial IRR dan NPV menunjukkan nilai positif, serta payback periode lebih cepat dari Skema BOT Dengan skema operasi moderat (2x perjalanan /hari) menunjukkan bahwa proyek layak dikembangkan Sensitivitas IRR dan NPV menunjukkan nilai positif, serta payback periode lebih cepat dari Skema BOT Dengan asumsi penyesuaian harga pasar, etape 1 menunjukkan nilai positif. Studi Kelayakan Pengembangan Loco Tour Cepu 13 3 Kelayakan Finansial, Ekonomi & Fiskal Adapun rekomendasi yang perlu diperhatikan diantaranya: • Optimalisasi media marketing untuk mendorong occupancy rate pada etape 1 sehingga payback periode lebih cepat • Mengoperasikan kereta uap dengan sistem carter dan mengoptimalkan penggunaan kereta diesel, hal ini mengingat biaya modal perjalanan kereta uap yang relatif mahal • Diversifikasi atraksi wisata pada masingmasing etape, terutama pada etape 1 dengan mekanisme joint venture • Mengoptimalisasikan aset dengan kegiatan komersial selain umkm seperti spot foto pre wedding, ruang pertemuan, arena olahraga dan sebagainya. Kesimpulan Kelayakan Finansial Analisa kelayakan finansial menghasilkan nilai NPV dan IRR proyek (positif) lebih besar dari suku Bunga bank dan modal (pembangunan & operasional), sehingga proyek ini layak secara finansial dan layak dikembangkan. Sedangkan dari Analisa sensitivitas berupa penyesuaian tarif market kondisi etape 1 dan etape 3 menunjukkan NPV dan IRR yang positif serta payback periode berkisar 8-10 tahun.
www.shirvano.co.id @shirvanoconsulting [email protected] +62 812 9019 5380