The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pekerjaan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Peningkatan Status Jalan Raya Blora - Grobogan sebagai Jalan Nasional.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by AL EL BAPER (Almari Elektronik Badan Perencanaan), 2024-01-24 21:17:59

FS JALAN RAYA BLORA-GROBOGAN 2022

Pekerjaan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Peningkatan Status Jalan Raya Blora - Grobogan sebagai Jalan Nasional.

LAPORAN AKHIR IV -45


LAPORAN AKHIR IV -46


LAPORAN AKHIR V -1 BAB 5 ANALISA KELAYAKAN PENINGKATAN STATUS RUAS JALAN KUNDURAN-NGAWEN-BLORA SEBAGAI JALAN NASIONAL STUDI KELAYAKAN PENINGKATAN STATUS JALAN RAYA BLORA - GROBOGAN MENJADI JALAN NASIONAL V.1. KINERJA RUAS JALAN Infrastruktur Jalan sebagai salah satu pilar utama untuk kesejahteraan umum dan sebagai prasarana dasar dalam pelayanan umum dan pemanfaatan sumber daya ekonomi sebagai bagian dari sistem transportasi nasional melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai konektivitas antar pusat kegiatan, keseimbangan dan pemerataan pembangunan antardaerah, peningkatan perekonomian pusat dan daerah. Kinerja ruas jalan merupakan suatu pengukuran kuantatif yang menggambarkan kondisi tertentu yang terjadi pada suatu ruas jalan. Kinerja ruas jalan dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu ruas jalan dalam melayani kebutuhan arus lalu lintas yang terjadi pada ruas jalan tersebut. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan lalu lintas yang terjadi di suatu ruas jalan, diperlukan evaluasi kinerja yang dapat memberikan gambaran kondisi yang terjadi pada saat ini di ruas jalan tersebut. Evaluasi kinerja ruas jalan perkotaan dapat dinilai dengan menggunakan parameter - parameter lalu lintas. Selanjutnya, dapat direncanakan solusi yang tepat guna memperbaiki masalah yang terjadi di ruas jalan tersebut. Variabel – variabel yang dapat digunakan sebagai parameter lalu lintas yaitu: 1. Arus lalu lintas


LAPORAN AKHIR V -2 2. Kapasitas 3. Derajat kejenuhan, dan 4. Kecepatan 5. Tingkat pelayanan 6. Pertumbuhan Lalu lintas Analisa Kinerja Ruas jalan diperlukan untuk mengetahui kinerja dari sebuah ruas jalan terutama dengan menghitung volume lalu lintas yang melalui jalan tersebut serta kapasitas jalan tersebut sesuai kelas dan fungsinya. Kinerja Ruas Jalan tersebut bahan pertimbangan utama dalam penilaian kelayakan khususnya dalam pekerjaan Studi Kelayakan peningkatan status JL. Kunduran – Ngawen – Blora sebagai jalan nasional. 5.1.1. ANALISA VOLUME LALU LINTAS 5.1.1.1. LHR dan LHRT Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati / melintasi suatu titik atau garis tertentu pada suatu penampang melintang jalan. volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Volume lalu lintas dapat berupa Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) ataupun LHRT [Lalu Lintas Harian rata-rata Tahunan. Lalu Lintas Harian Rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari. Lalu Lintas Harian Rata-rata dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan cara memperoleh datanya, yaitu: Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) dan Lalu Lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHRT). LHR dihitung menggunakan Persamaan sbb: LHR = Jumlah lalu lintas selama pengamatan Lamanya pengamatan LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur jalan selama 24 jam dan didapatkan data dari satu tahun penuh. LHRT dihitung menggunakan Persamaan :


LAPORAN AKHIR V -3 LHRT = Jumlah lalu lintas dalam satu tahun 365 LHRT dinyatakan dalam smp/hari/2 arah atau kendaraan/hari/2 arah untuk jalan 2 jalur 2 arah, smp/hari/1arah atau kendaraan/hari/1 arah untuk jalan berlajur banyak dengan median. LHR atau LHRT untuk perencanaan jalan baru diperoleh dari analisis data yang diperoleh dari survei asal dan tujuan serta volume lalu lintas di sekitar jalan tersebut. Dari hasil survai sekunder terkait data lalu lintas yang ada di Ruas Jalan Kunduran – Ngawen – Blora terdapat beberapa data mengenai kondisi lalu lintas yang ada dari beberapa sumber data. Beberapa sumber data tersebut meliputi: 1. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Ciptakarya Provinsi Jawa Tengah, untuk data Lalu Lintas Harian Rata Rata Tahunan [LHRT] tahun 2014 – 2016 dan LHRT 2018 - 2021 di Ruas Jalan Kunduran-Ngawen-Blora. Sedangkan untuk data LHR hanya tersedia tahun 2021. 2. Kajian atau studi terkait yang sudah pernah dilakukan di Ruas jalan kunduran – ngawen – blora khususnya terkait LHR di ruas jalan Kunduran – Ngawen-Blora pada tahun 2019. Dalam Analisa Lalu lintas ini, Penggolongan tipe kendaraan untuk menentukan smp khususnya untuk tipe jalan Luar kota berdasarkan MKJI 1997 adalah sebagai berikut: 1.Kendaraan Ringan (LV) : mikrobus, pick-up, mobil penumpang; 2.Kendaraan Berat Menengah (MHV) : truk 2 gandar dan bus kecil; 3.Bus Besar (LB); 4.Truk Besar (LT) : truk 3 gandar dan truk gandeng 5.Sepeda Motor (MC). Nilai konversi jenis kendaraan terhadap Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP) berdasarkan MKJI th 1997


TABEL V.1. LHRT RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN – BLORA TAHUN 20NO GOLONGAN JENIS KENDARAAN 2014 2105 Kend/ hari % Kend/ hari % 1 MC Motorcycle 19,706 68% 14,376 62% 2 LV Kendaraan Ringan 5,320 18% 3,926 17% 3 MHV Kendaraan Berat Menengah 2,316 8% 3,445 15% 4 LB Bis Besar 384 1% 407 2% 5 LT Truk Besar 590 2% 1,007 4% JUMLAH 28,316 97% 23,161 100%1 Gol 1 MC Sepeda Motor, Sekuter & Kend Roda Tiga 19,706 68% 14,376 62% 2 Gol 2 LV Sedan, Jeep & Station Wagon 3,172 11% 2,644 11% 3 Gol 3 LV Opelet, Pick Up, Suburban, Combi & Mini Bus 1,199 4% 472 2% 4 Gol 4 LV Pick Up, Mikro Truk & Mobil Hantaran 949 3% 810 3% 5 Gol 5a MHV Bus Kecil 507 2% 770 3% 6 Gol 5b LB Bus Besar 384 1% 407 2% 7 Gol 6a MHV Truk Ringan 2 Sumbu 867 3% 873 4% 8 Gol 6b MHV Truk Sedang 2 Sumbu 942 3% 1,802 8% 9 Gol 7a LT Truk 3 Sumbu 440 2% 651 3% 10 Gol 7b LT Truk Gandengan 150 1% - 0% 11 Gol 7c LT Truk Semi Trailer - 0% 356 2% 12 Gol 8 Kendaraan Tidak Bermotor 811 3% - 0% TOTAL 29,127 100% 23,161 100%MBT [Mobil, Bus dan Truk] 8,610 30% 8,785 38% Sumber: DPUBinamarga dan Ciptakarya Provinsi Jawa Tengah


LAPORAN AKHIR V -4 014 SD 2021 LHRT 2016 2018 2019 2020 2021 Kend/ hari % Kend/ hari % Kend/ hari % Kend/ hari % Kend/ hari % 13,956 75% 21,539 77% 54,181 83% 29,486 75.6% 101,496 79% 2,493 13% 3,555 13% 7,697 12% 6,051 15.5% 22,129 17% 1,480 8% 1,752 6% 2,212 3% 2,544 6.5% 2,350 2% 66 0% 293 1% 369 1% 85 0.2% 642 1% 320 2% 231 1% 540 1% 666 1.7% 579 0% % 18,315 99% 27,370 98% 64,999 100% 38,832 99.5% 127,196 99% 13,956 75% 21,539 77% 54,181 83% 29,486 75.6% 101,496 79% 1,287 7% 2,324 8% 5,891 9% 4,498 11.5% 16,679 13% 489 3% 400 1% 378 1% 201 0.5% 1,068 1% 717 4% 831 3% 1,428 2% 1,352 3.5% 4,382 3% 138 1% 361 1% 179 0% 48 0.1% 460 0% 66 0% 293 1% 369 1% 85 0.2% 642 1% 655 4% 671 2% 903 1% 528 1.4% 518 0% 687 4% 720 3% 1,130 2% 1,968 5.0% 1,372 1% 186 1% 139 0% 186 0% 666 1.7% 518 0% - 0% 4 0% 21 0% - 0.0% - 0% 134 1% 88 0% 333 1% - 0.0% 61 0% 192 1% 665 2% 137 0% 182 0.5% 828 1% % 18,507 100% 28,035 100% 65,136 100% 39,014 100.0% 128,024 100% 4,359 24% 5,831 21% 10,818 17% 9,346 24% 25,700 20%


TABEL V.2. LHR RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN – BLORA TAHUN 20No Golongan Jenis Kendaraan 2014 210Kend/ jam % Kend/ jam 1 MC Motorcycle 117 66% 86 2 LV Kendaraan Ringan 31 18% 23 3 MHV Kendaraan Berat Menengah 14 8% 21 4 LB Bis Besar 2 1% 3 5 LT Truk Besar 3 2% 5 JUMLAH 168 94% 137 1 Gol 1 MC Sepeda Motor, Sekuter & Kend Roda Tiga 117 66% 86 2 Gol 2 LV Sedan, Jeep & Station Wagon 19 11% 16 3 Gol 3 LV Opelet, Pick Up, Suburban, Combi & Mini Bus 7 4% 3 4 Gol 4 LV Pick Up, Mikro Truk & Mobil Hantaran 6 3% 5 5 Gol 5a MHV Bus Kecil 3 2% 5 6 Gol 5b LB Bus Besar 2 1% 3 7 Gol 6a MHV Truk Ringan 2 Sumbu 5 3% 5 8 Gol 6b MHV Truk Sedang 2 Sumbu 5 3% 11 9 Gol 7a LT Truk 3 Sumbu 3 1% 4 10 Gol 7b LT Truk Gandengan 6 4% - 11 Gol 7c LT Truk Semi Trailer - 0% 15 12 Gol 8 Kendaraan Tidak Bermotor 5 3% - TOTAL 178 100% 150 MBT 56 32% 65 Sumber: DPUBinamarga dan Ciptakarya Provinsi Jawa Tengah


LAPORAN AKHIR V -5 14 SD 2021 LHR 05 2016 2018 2019 2020 2021 % Kend/ jam % Kend/ jam % Kend/ jam % Kend/ jam % Kend/ jam % 57% 83 72% 128 72.8% 322 82.7% 175 71.0% 604 79.4% 15% 15 13% 21 12.0% 46 11.7% 36 14.5% 131 17.2% 14% 9 8% 10 5.9% 13 3.4% 15 6.1% 14 1.8% 2% 0 0% 2 1.0% 2 0.6% 0.5 0.2% 4 0.5% 3% 2 1% 1 0.7% 3 0.7% 3 1.4% 3 0.4% 1 109 1 163 92% 386 99% 230 93% 756 99% 57% 83 72% 128 73% 322 83% 175 71% 604 79% 10% 8 7% 14 8% 35 9% 27 11% 99 13% 2% 3 2% 2 1% 2 1% 1 0% 6 1% 3% 4 4% 5 3% 8 2% 8 3% 26 3% 3% 1 1% 2 1% 1 0% 0 0% 3 0% 2% 0 0% 2 1% 2 1% 1 0% 4 1% 3% 4 3% 4 2% 5 1% 3 1% 3 0% 7% 4 3% 4 2% 7 2% 11 5% 8 1% 3% 1 1% 1 0% 1 0% 4 2% 3 0% 0% - 0% 4 2% 1 0% 1 0% 0 0% 10% 6 5% 6 3% 4 1% 14 6% 0 0% 0% 1 1% 4 2% 1 0% 1 0% 5 1% 100% 115 100% 176 100% 390 100% 247 100% 761 100% 43% 31 27% 44 25% 67 17% 70 28% 152 20%


LAPORAN AKHIR V -6 TABEL V.3. TRAFFIC COUNTING RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN – BLORA TAHUN 2019 NO WAKTU ARUS LALU LINTAS 15 MENIT NGAWEN-BLORA BLORA - NGAWEN LV HV MC LV HV MC 1 06.00 - 06.15 45 3 124 65 8 114 2 06.15 - 06.30 36 3 169 43 7 176 3 06.30 - 06.45 39 4 146 76 5 169 4 06.45 - 07.00 32 5 159 65 7 175 5 07.00 - 07.15 40 5 194 63 5 181 6 07.15 - 07.30 22 5 123 36 4 176 7 07.30 - 07.45 35 5 101 43 4 151 8 07.45 - 08.00 36 4 187 70 5 155 9 08.00 - 08.15 37 3 92 54 4 137 10 08.15 - 08.30 29 3 86 34 4 139 11 08.30 - 08.45 32 4 99 43 8 132 12 08.45 - 09.00 36 3 87 77 7 130 13 09.00 - 09.15 32 3 73 39 7 99 14 09.15 - 09.30 26 5 92 41 9 126 15 09.30 - 09.45 24 8 85 36 5 129 16 09.45 - 10.00 16 8 87 39 7 95 17 10.00 - 10.15 14 8 72 19 8 34 18 10.15 - 10.30 14 8 62 19 4 86 19 10.30 - 10.45 13 3 59 28 4 65 20 10.45 - 11.00 20 4 57 14 1 70 21 11.00 - 11.15 13 5 43 15 1 63 22 11.15 - 11.30 27 5 32 18 5 37 23 11.30 - 11.45 20 8 35 10 7 40 24 11.45 - 12.00 17 7 54 14 7 54 25 12.00 - 12.15 30 5 43 15 8 34 26 12.15 - 12.30 20 4 47 26 5 65 27 12.30 - 12.45 18 1 50 29 5 76 28 12.45 - 13.00 33 1 46 22 5 43 29 13.00 - 13.15 33 1 53 22 5 33 30 13.15 - 13.30 36 1 61 29 5 37 31 13.30 - 13.45 41 1 64 31 4 61 32 13.45 - 14.00 37 4 76 26 5 67 33 14.00 - 14.15 32 8 51 23 3 72 34 14.15 - 14.30 8 8 64 27 1 68 35 14.30 - 14.45 14 8 67 18 3 84 36 14.45 - 15.00 23 5 42 16 1 49 37 15.00 - 15.15 28 4 24 13 3 38 38 15.15 - 15.30 21 5 75 33 4 51 39 15.30 - 15.45 24 7 43 29 5 64 40 15.45 - 16.00 31 8 35 22 5 79 41 16.00 - 16.15 46 5 25 20 7 62 42 16.15 - 16.30 29 3 32 17 7 62 43 16.30 - 16.45 29 3 41 12 4 29 44 16.45 - 17.00 36 3 87 10 5 36 45 17.00 - 17.15 26 3 35 25 3 56 46 17.15 - 17.30 16 3 56 20 12 45 47 17.30 - 17.45 18 6 35 15 7 57 48 17.45 - 18.00 26 3 33 17 9 43 Sumber: kajian studi kelayakan Jalan Lingkar Blora, 2019


LAPORAN AKHIR V -7 TABEL V.4. LHR RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN – BLORA TAHUN 2019 NO WAKTU NGAWEN - BLORA JUMLAH BLORA-NGAWEN JUMLAH LV HV MC LV HV MC 1 6.00 - 07.00 152 15 598 765 249 27 634 910 2 7.00 - 08.00 133 19 605 757 212 18 663 893 3 08.00-09.00 134 13 364 511 208 23 538 769 4 9.00 - 10.00 98 24 337 459 155 28 449 632 5 10.00 - 11.00 61 23 250 334 80 17 255 352 6 11.00 - 12.00 77 25 164 266 57 20 194 271 7 12.00 - 13.00 101 11 186 298 92 23 218 333 8 13.00 - 14.00 147 7 254 408 108 19 198 325 9 14.00 - 15.00 77 29 224 330 84 8 273 365 10 15.00 - 16.00 104 24 177 305 97 17 232 346 11 16.00 - 17.00 140 14 185 339 59 23 189 271 12 17.00 - 18.00 86 15 159 260 77 31 201 309 Sumber: Tim Penyusun, 2021 Berdasarkan data data tersebut diatas, maka di ketahui bahwa dari komposisi kendaraan khususnya untuk Kendaraan yang melintasi ruas jalan kunduran – Ngawen – Blora diluar Sepeda Motor [MC] dan kendaraan tidak bermotor dapat Digambar kan melalui grafik sebagai berikut: 18% 15% 13% 12% 12% 15% 17% 8% 14% 8% 6% 3% 6% 2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% 20% 2014 2015 2016 2018 2019 2020 2021 G R A F I K 5 . 1 . P E R K E M B A N G A N K O M P O S I S I K E N D A R A A N R U A S J A L A N K U N D U R A N - N G A W E N - B L O R A [ K E N D A R A A N L V , M H V , L B , L T ] LV MHV LB LT


LAPORAN AKHIR V -8 Dari grafik tersebut dominasi untuk kendaraan Ringan [LV] yakni golongan 2 [Sedan, Jeep & Station Wagon], Golongan 3 [Opelet, Pick Up, Suburban, Combi & Mini Bus dan Golongan 4 [Pick Up, Mikro Truk & Mobil Hantaran] jumlah nya cukup dominan. Sedangkan untuk kendaraan Medium, MHV Golongan 5a [bus kecil], Golongan 6a [Truk Ringan 2 Sumbu] dan Golongan 6 b [Truk Sedang 2 Sumbu]. Secara lebih jelas mengenai komposisi kendaraan yang melewati Ruas Jalan Kunduran Ngawen Blora dapat dilihat dalam Tabel TABEL V.5. KOMPOSISI KENDARAAN DI RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN – BLORA Golongan Kendaraan TAHUN 2014 2015 2016 2018 2019 2020 2021 Motorcycle MC 66% 57% 72% 73% 83% 71% 79% Kendaraan Ringan LV 18% 15% 13% 12% 12% 15% 17% Kendaraan Berat Menengah MHV 8% 14% 8% 6% 3% 6% 2% Bis Besar LB 1% 2% 0% 1% 1% 0% 1% Truk Besar LT 2% 3% 1% 1% 1% 1% 0% Sumber: Analisa tim penyusun 5.1.1.2. Volume Jam Puncak [Peaks Hours Volume] Peak Hours Volume yaitu volume jam puncak yang tersusun dari volume 15 menitan tersibuk berurutan selama 1 jam. Berdasarkan data yang ada diketahui Bahwa Volume lalu lintas maksimum / puncak terjadi pada pagi hari jam 07.00 – 07.15. Hal ini dikarenakan pada jam tersebut masyarakat memulai aktifitasnya sehingga terhadi pergerakan manusia dari tempat tinggal menuju tempat aktifitasnya baik sekolah maupun tempat kerjanya. 5.1.1.3. Arus Lalu Lintas Arus adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik pada suatu ruas jalan dalam waktu tertentu dengan membedakan arah dan lajur. Arus lalulintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan kenderaan yang melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada suatu ruas jalan dan lingkungannya. Dalam Analisa Arus lalu lintas ini dilakukan dengan berpedoman pada buku Manual Kapasitas Jalan Indonesia [MKJI, 1997] khususnya untuk Jalan Luar Kota


LAPORAN AKHIR V -9 dengan tipe jalan 2/2 ud. TABEL V.6. ARUS KENDARAAN DI RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN TAHUN 2021 JALAN LUAR KOTA FORMULIR IR-2 : DATA MASUKAN - ARUS LALU LINTAS - HAMBATAN SAMPING Tanggal : Ditangani oleh : No. Ruas : 34 Diperiksa oleh : TAHUN 2021 Lalu lintas harian rata-rata LHRT (kend/hari) = Komposisi % 128, 024 Faktor-k = 0.08 Pemisahan arah 1/arah 2 = LV % 17 MHV % 2 LB % 1 LT % 0.4 MC % 79.00 Data arus per jam menurut jenis Ba ris Tipe Kend. Kend. Ringan Kend. Berat Bis Besar Truk Besar Sepeda Motor ARUS TOTAL Q 1. 1 emp arah 1 LV: 1 MHV: 5 LB: 2.5 LT: 8.9 MC: 0.9 1. 2 emp arah 2 LV: 1 MHV: 1.8 LB: 1.8 LT: 2.7 MC: 0.9 2 Arah (1) Kend/ jam (2) Smp/ jam (3) Kend/ jam (4) Smp/ jam (5) Kend/ jam (6) Smp/ jam (7) Kend/ jam (8) Smp/ jam (9) Kend/ jam (10) Smp/ jam (11) Arah % (12) Kend/ jam (13) Smp/ jam (14) 3 Kunduran - Ngawen 64 64 7 34 2 5 1 13 296 266 49 370 383 4 NgawenKunduran 67 67 7 13 2 4 2 4 308 277 51 386 365 5 1+2 131 131 14 47 4 9 3 17 604 544 100 756 748 Pemisahan arah, SP=Q₁/(Q₁₊₂) 51% Faktor-smp Fsmp = 1.011 TABEL V.7. ARUS KENDARAAN DI RUAS JALAN NGAWEN – BLORA 2019 JALAN LUAR KOTA FORMULIR IR-2 : DATA MASUKAN - ARUS LALU LINTAS - HAMBATAN SAMPING Tanggal : Ditangani oleh : No. Ruas : 134 Diperiksa oleh : TAHUN 2019 Lalu lintas harian rata-rata LHRT (kend/hari) = Komposisi % - Faktor-k = Pemisahan arah 1/arah 2 = LV % 24 MHV % 3 LB % LT % MC % 74 Data arus per jam menurut jenis Baris Tipe Kend. Kend. Ringan Kend. Berat Sepeda Motor ARUS TOTAL Q 1.1 emp arah 1 LV: 1 MHV: 5 MC: 0.9 1.2 emp arah 2 LV: 1 MHV: 1.8 MC: 0.9 2 Arah (1) kend/ jam (2) smp/ jam (3) kend/ jam (4) smp/ jam (5) kend/ jam (10) smp/ jam (11) Arah % (12) kend/ jam (13) smp/ jam (14) 3 Ngawen - Blora 152 152 15 75 598 538 49 765 765 4 Blora - Ngawen 249 249 27 49 634 571 51 910 868 5 1+2 401 401 42 124 1,232 1,109 100 1,675 1,633 Pemisahan arah, SP=Q₁/(Q₁₊₂) 47% Faktor-smp Fsmp = 1.025 Sedangkan jika dianalisa menggunakan Tabel yang sama tersebut untuk tahun 2014 sd 2021 di dapatkan hasil sebagai berikut: TABEL V.8. ARUS KENDARAAN DI RUAS JALAN KUNDURAN-NGAWEN-BLORA TH 2014 SD 2021 NO TAHUN Q = ARUS TOTAL LALU LINTAS KUNDURAN - NGAWEN – BLORA 1 2014 203 2 2015 208 3 2016 129 4 2018 188 5 2019 394 6 2020 220 7 2021 748 Sumber: Analisa Tim Penyusun, 2022


LAPORAN AKHIR V -10 Dari hasil Analisa tersebut arus lalu lintas yang ada di Ruas Jalan Kunduran Ngawen untuk Ruas Kunduran Ngawen dan Ngawen Kunduran pemisahan arah 53%. Sedangkan untuk Ruas Ngawen Blora dan Blora Ngawen 47%. Sedangkan untuk Arus lalu lintas dari tahun 2014 sd tahun 2021, di ketahui bahwa pada tahun 2021 terjadi lonjakan arus lalu lintas yang cukup significant. Beberapa hal yang mempengaruhi adalah perkembangan wilayah Kabupaten Blora serta berkembangnya Blok Cepu serta makin banyaknya alternatif perjalanan yang dapat ditempuh. 5.1.1.4. Hambatan Samping Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas dari aktifitas samping segmen jalan, seperti pejalan kaki, kendaraan umum atau kendaraan lain berhenti, kendaraan masuk dan keluar sisi jalan, dan kendaraan lambat. Hambatan samping sangat mempengaruhi tingkat pelayanan disuatu ruas jalan. Tingkatan hambatan samping dikelompokkan dalam lima kelas, dari kelas rendah sampai kelas tinggi sebagai fungsi dan kejadian hambatan samping di sepanjang jalan yang diamati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada faktor penentuan hambatan samping dalam menentukan suatu tingkat pelayanan jalan raya dapat di baca pada tabel di bawah ini : TABEL V.9 KELAS HAMBATAN SAMPING KELAS HAMBATAN SAMPING KODE JUMLAH BOBOT KEJADIAN KONDISI KHUSUS Sangat Rendah VL < 50 Perkebunan/ daerah belum berkembang Rendah L 50 – 149 Beberapa permukiman kegiatan rendah Sedang M 150 – 249 Pedesaan, kegiatan permukiman Tinggi H 250 – 349 Pedesaan, beberapa kegiatan pasar Sangat Tinggi VH > 350 Dekat perkotaan, kegiatan pasar perniagaan Sumber : MKJI, Bina Marga (1997) Berdasarkan Tabel tersebut, ruas jalan kunduran ngawen blora dalam analisis ini menggunakan kelas Hambatan samping tinggi dengan kondisi khusus pedesaan


LAPORAN AKHIR V -11 dengan kegiatan permukiman. Hal ini nantinya akan digunakan sebagai factor penyesuaian sesuai dengan tipe jalan 2/2 ud. 5.1.2. KAPASITAS RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN - BLORA Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu-lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan mempertimbangkan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan yang digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan mobil penumpang perjam atau (smp/jam). Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua- lajur dua-arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per lajur (Dirjen Bina Marga, 1997). Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut. C = CO x FCW x FCSP x FCSF x FCCS Keterangan: C = Kapasitas (smp/jam) CO = Kapasitas dasar (smp/jam) FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (untuk jalan tak terbagi) FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota Perhitungan kapasitas jalan juga mengikuti MKJI, 1997 sebagai berikut: 1. Kapasitas Dasar (CO) TABEL V.10 KAPASITAS DASAR Tipe jalan Kapasitas Dasar (Co) Empat lajur terbagi Co Datar 1900 Bukit 1850


LAPORAN AKHIR V -12 Tipe jalan Kapasitas Dasar (Co) Gunung 1800 Empat lajur terbagi Co Datar 1700 Bukit 1650 Gunung 1600 Sumber : MKJI 1997 Kapasitas Dasar Jalan Luar Kota. 2. Tabel Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas (FCW) TABEL V.11 PENYESUAIAN KAPASITAS PENGARUH LEBAR LALU LINTAS Tipe Jalan Lebar efektif (Wc) (m) FCw Empat lajur terbagi dan Enam lajur terbagi 3 0,91 3,25 0,96 3,5 1 3,75 1,03 Empat lajur tak terbagi 3 0,91 3,25 0,96 3,5 1 3,75 1,03 Dua lajur tak terbagi total kedua arah 5 0,69 6 0,91 7 1 8 1,08 9 1,15 10 1,21 11 1,27 Sumber : MKJI 1997 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu- lintas (FCw) Jalan Luar Kota. 3. Tabel Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pemisah Arah (FCSP) TABEL V.12 PENYESUAIAN KAPASITAS PEMISAH ARAH Pemisahan arah SP % - % 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30 FCspb Dua lajur 2/2 1 0,97 0,94 0,91 0,88 Empat lajur 4/2 1 0,975 0,95 0,925 0,9 Sumber : MKJI 1997 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisahan Arah (FCSP) Jalan Luar Kota. 4. Tabel Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu (FCSF)


LAPORAN AKHIR V -13 TABEL V.13 PENYESUAIAN KAPASITAS PENGARUH HAMBATAN SAMPING Tipe jalan Kelashambatan samping FCSF lebar bahu efektif Ws (m) < 0,5 1 1,5 >2,0 4/2 D VL 0,99 1 1,01 1,03 L 0,96 0,97 0,99 1,01 M 0,93 0,95 0,96 0,99 H 0,9 0,92 0,95 0,97 VH 0,88 0,9 0,93 0,94 2/2 UD dan 4/2 UD VL 0,97 0,99 1 1,02 L 0,93 0,95 0,97 1 M 0,88 0,91 0,94 0,98 H 0,84 0,87 0,91 0,95 VH 0,8 0,83 0,88 0,93 Sumber : MKJI 1997 Berdasarkan rumusan tersebut, maka untuk ruas jalan Kunduran – Ngawen – Blora memiliki kapasitas sebagai berikut: TABEL V.14 HASIL PERHITUNGAN KAPASITAS RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN - BLORA Kapasitas C = Co x FCw x FCsp x FCsf ARAH KAPASITAS DASAR CO TABEL C-1:1 SMP/JAM FAKTOR PENYESUAIAN UNTUK KAPASITAS KAPASITAS C SMP/JAM [11X12X13X14] LEBAR JALUR FCW TABEL C2:1 PEMISAHAN ARAH FCSP TABEL C-3:1 HAMBATAN SAMPING FCSF TABEL C-4:1 ATAU 2 10 11 12 13 14 15 KUNDURAN - NGAWEN- BLORA 3100 0.91 1 0.87 2,454 Sumber: Analisa Tim Penyusun.2022 5.1.3. TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN - BLORA Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja ruas jalan. Nilai DS menunjukkan apakah ruas jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. DS = Q/C Keterangan: DS = Derajat kejenuhan Q = Arus total (smp/jam)


LAPORAN AKHIR V -14 C = Kapasitas (smp/jam) Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas dinyatakan dalam smp/jam. Kriteria kinerja lalu lintas dapat ditentukan berdasarkan nilai derajat kejenuhan atau kecepatan tempuh pada suatu kondisi jalan tertentu yang terkait dengan geometrik, arus lalu lintas, dan lingkungan jalan untuk kondisi eksisting maupun untuk kondisi desain. Semakin rendah nilai derajat kejenuhan atau semakin tinggi kecepatan tempuh menunjukan semakin baik kinerja lalu lintas. Untuk memenuhi kinerja lalu lintas yang diharapkan, diperlukan beberapa alternatif perbaikan atau perubahan jalan terutama geometrik. Tingkat pelayanan menggambarkan kualitas atau unjuk kerja pelayanan lau lintas. Menunjukkan kondisi operasional arus lalu lintas dan persepsi pengendara dan terminologi kecepatan, waktu tempuh, kenyamanan dalam berkendara, kebebasan bergerak, gangguan arus lalu lintas lainnya, keamanan dan keselamatan. Tingkat pelayanan berdasarkan KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan khususnya untuk tingkat pelayanan jalan kolektor primer sebagai berikut: TABEL V.15 TINGKAT PELAYANAN PADA JALAN KOLEKTOR PRIMER TINGKAT PELAYANAN KARAKTERISTIK OPERASI TERKAIT A a) Kecepatan lalu lintas > 100 km/jam b) Volume lalu lintas sekitar 30% dari kapasitas (yaitu 600 smp/jam/lajur) B a) Awal dari kondisi arus stabil b) Kecepatan lalu lintas sekitar 90 km/jam c) Volume lalu lintas tidak melebihi 50% kapasitas (yaitu 1000 smp/jam/lajur) C a) Arus stabil b) Kecepatan lalu lintas > 75 km/jam c) Volume lalu lintas tidak melebihi 75% kapasitas (yaitu 1500 smp/jam/lajur) D a) Mendekati arus tidak stabil b) Kecepatan lalu lintas sekitar 60 km/jam c) Volume lalu lintas sampai 90% kapasitas (yaitu 1800 smp/jam/lajur) E a) Arus pada tingkat kapasitas (yaitu 2000 smp/jam/lajur) b) Kecepatan lalu lintas sekitar 50 km/jam F a) arus tertahan, kondisi terhambat (congested) b) Kecepatan lalu lintas < 50 km/jam


LAPORAN AKHIR V -15 Persyaratan teknis jalan menetapkan bahwa untuk jalan arteri dan kolektor, jika derajat kejenuhan sudah mencapai 0,75, maka segmen jalan tersebut sudah harus dipertimbangkan untuk ditingkatkan kapasitasnya, misalnya dengan menambah lajur jalan. Untuk jalan lokal, jika derajat kejenuhan sudah mencapai 0,90, maka ruas jalan tersebut sudah harus dipertimbangkan untuk ditingkatkan kapasitasnya. Untuk Ruas Jalan Segmen Kunduran – Ngawen, pada tahun 2021, derajat kejenuhan sebesar 0.30 sedangkan untuk Segment Ngawen – Blora sebesar 0.67. TABEL V.16 KINERJA RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN – BLORA TAHUN 2021 NO ARAH Q = ARUS LALU LINTAS C=CAPASITAS DJ=Q/C TINGKAT PELAYANAN 1 Kunduran - Ngawen 748 2454 0.30 B 2 Ngawen - Blora 1,633 2454 0.67 C Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2022 5.1.4. PERTUMBUHAN LALU LINTAS Untuk memperkirakan pertumbuhan lalu lintas di masa yang akan dating dapat dihitung dengan memakai Rumus metode Eksponensial sebagai berikut : LHRT = LHRo ( 1 + i)^n Notasi : LHRT = LHR akhir umur rencana LHRo = LHR awal umur rencana (smp/jam) n = umur rencana (tahun) i = angka pertumbuhan berdasarkan rumus perhitungan tersebut dapat diperkirakan pertumbuhan lalu lintas yang ada di Ruas Jalan Kunduran Ngawen – Blora sebagai berikut: TABEL V.17 ANGKA PERTUMBUHAN LALU LINTAS RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN – BLORA NO TAHUN ANGKA PERTUMBUHAN LALU LINTAS 1 2014-2015 - 0.16 2 2015-2016 - 0.24 3 2016-2018 0.24 4 2018-2019 1.22 5 2019-2020 - 0.37


LAPORAN AKHIR V -16 NO TAHUN ANGKA PERTUMBUHAN LALU LINTAS 6 2020-2021 2.09 Angka Pertumbuhan yang akan di gunakan 7 2019 - 2021 0.40 Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2022 Berdasarkan angka pertumbuhan lalu lintas tersebut dapat diperkirakan untuk pertumbuhan lalu lintas selama sepuluh tahun ke depan. Perkiraan Jumlah Lalu lintas harian dan juga arus lalu lintas yang akan melintasi Ruas Jalan Kunduran – Ngawen – Blora dapat dilihat dalam Tabel V-14. TABEL V.18 PERTUMBUHAN LALU LINTAS DAN DERAJAT KEJENUHAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KUNDURAN – NGAWEN – BLORA TH 2022 SD TH 2031 TAHUN LHR [KENDARAAN/JAM] LHR [SMP/JAM] Q [SMP/JAM] C DJ KINERJA LOS ALL [MC,LV,MHV,LT,LB] 2021 761 756 748 2454 0.30 B A 2022 1,065 1,058 1047 2454 0.43 C A 2023 1,491 1,481 1466 2454 0.60 C A 2024 2,087 2,073 2052 2454 0.84 D D 2025 2,922 2,902 2873 2454 1.17 F F 2026 4,091 4,063 4022 2454 1.64 F F 2027 5,727 5,688 5631 2454 2.29 F F 2028 8,018 7,963 7883 2454 3.21 F F 2029 11,225 11,148 11036 2454 4.50 F F 2030 15,715 15,607 15450 2454 6.30 F F 2031 22,001 21,850 21630 2454 8.81 F F Sumber : Analisis Tim Penyusun, 2022 V.2. KAJIAN LINGKUNGAN DAN TATA RUANG KABUPATEN BLORA 5.2.1. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL [KSN] Berdasarkan PP NO. 13 TAHUN 2017 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL 2017 yang memuat Arahan, Kebijakan dan Strategi, Penetapan Kawasan Strategis Nasional, Rencana Struktur Ruang, Arahan Pemanfaatan Ruang, Rencana Pola Ruang dan Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang disebutkan khususnya terkait penetapan Kawasan Strategis Nasional bahwa Kawasan Kedung sepur yang meliputi Kendal, Ungaran, Semarang, Salatiga dan Purwodadi termasuk sebagai salahsatu Kawasan Strategis Nasional untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi.


LAPORAN AKHIR V -17 Kawasan Strategis Nasional yang seianjutnya disingkat KSN adalah wilayah yang pcnataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, buciaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029, disebutkan tentang system perkotaan di jawa tengah yang secara lebih jelas dapat dilihat dalam TABEL V.19 Sistem Perkotaan Provinsi Jawa Tengah. TABEL V.19 SISTEM PERKOTAAN PROVINSI JAWA TENGAH SISTEM PERKOTAAN PELAYANAN WILAYAH PUSAT KEGIATAN PKN Melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi 1. Kawasan perkotaan Semarang – Kendal – Demak – Ungaran – Salatiga - Purwodadi (Kedungsepur); 2. Surakarta ,meliputi Kota Surakarta dan sekitarnya; 3. Cilacap, meliputi kawasan perkotaan Cilacap dan sekitarnya. PKW Melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota Purwokerto, Kebumen, Wonosobo, Boyolali, Klaten, CEPU, Kudus, Kota Magelang, Kota Pekalongan, Kota Tegal dan Kota Salatiga. PKL Melayani kegiatan skala kabupaten/ kota atau beberapa kecamatan Kroya, Majenang, Wangon, Ajibarang, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari, Sokaraja, Banjarnegara, Klampok, Gombong, Karanganyar Kebumen, Prembun, Kutoarjo, Purworejo, Mungkid, Muntilan, Mertoyudan, Bororbudur, Secang, Ampel, Sukoharjo, Kartasura, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Jaten, Delanggu, Prambanan, Tawangmangu, Blora, Purwodadi, Gubug, Godong, Rembang, Pati, Juwana, Tayu, Jepara, Pecangaan, Demak, Mranggen, Ungaran, Ambarawa, Temanggung, Parakan, Kendal, Boja, Kaliwungu, Weleri, Sukorejo, Batang, Kajen, Wiradesa, Comal, Pemalang, Slawi-Adiwerna, Katanggungan – Kersana, Bumiayu, Brebes. Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 Memperhatikan arahan kebijakan tersebut diatas maka penetapan Kawasan Kedungsepur sebagai PKN serta sebagai Kawasan Strategis Nasional untuk kepentingan Pertumbuhan ekonomi akan berdampak positif bagi Kabupaten Blora yang dalam RTRW Provinsi Jawa tengah hanya memiliki kedudukan sebagai PKW [Kawasan perkotaan Cepu] dan PKL [Kawasan perkotaan Blora] secara lebih jelas dapat dilihat dalam Peta 5.1.


PETA 5.1. KEDUDUKAN KAWASAN KEDUNGSEPUR DAN KORIDOR RUAS JALA


LAPORAN AKHIR V -18 AN KUNDURAN – NGAWEN BLORA


LAPORAN AKHIR V -19 5.2.2. KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI Kawasan ini merupakan kawasan yang diutamakan untuk menampung kegiatan industri yang penyediaan sarana sepenuhnya dilakukan oleh pengusaha kawasan industri. Kawasan peruntukan industri meliputi industri besar, sedang dan kecil. Kawasan industri memiliki fungsi antara lain: 1. Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di satu lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien; 2. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja; 3. Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan; 4. Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Blora Tahun 2021-2041 ditetapkan Kawasan Peruntukan Industri di Kabupaten Blora seluas 1.224 hektar, yang tersebar di berbagai kecamatan sebagai berikut: 1. Desa Tinapan - Kec. Todanan, Industri Gula, luas: 26,290 Ha. 2. Desa Sambiroto, Gagaan, dan Sendangwates - Kec. Kunduran, Industri Campuran, luas: 90,237 Ha. 3. Desa Adirejo, Tawangrejo, Tambahrejo, dan Kedungringin - Kec. Tunjungan, Industri Campuran, luas: 383,702 Ha. 4. Desa Nglangitan, dan Gempolrejo - Kec. Tunjungan, Industri Campuran, luas: 86,187 Ha. 5. Desa Sitirejo - Kec. Tunjungan, desa Sendangrejo - Kec. Blora, Industri Campuran, luas: 85,826 Ha. 6. Desa Plantungan - Kec. Blora, Industri Semen, luas: 115,289 Ha. 7. Desa Nglaroh Gunung - Kec. Jepon, Argo Industri, luas: 9,491 Ha. 8. Desa Tempel Lemah Abang, Kemiri, Semampir, Dan Kel. Jepon - Kec. Jepon, Industri Campuran, luas: 67,533 Ha. 9. Desa Sambongrejo, Gadu dan Pojokwatu - Kec. Sambong, Industri Campuran, Luas: 37,015 Ha. 10. Kel. Karangboyo-Kec. Cepu, Industri Migas, luas: 6,440 Ha. 11. Kel. Ngelo, Kel Cepu-Kec. Cepu, Industri Migas, luas: 18,723 Ha. 12. Desa Ngraho-Kec. Kedungtuban, Agro Industri, luas: 51,013 Ha 13. Desa Sumber-Kec. Kradenan, Industri Migas, luas: 80,370 Ha


LAPORAN AKHIR V -20 14. Desa Randulawang-Kec. Jati, Agro Industri, luas: 53,503 Ha. Berdasarkan Rencana Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri tersebut, dari 14 lokasi yang direncanakan sebagai Kawasan peruntukan industry [KPI], 6 [Enam] Lokasi diantaranya berada di Kecamatan Blora, Kecamatan Tunjungan, Kecamatan Kunduran serta Lokasi yang paling luas berada di Desa Adirejo [ 383,702 Ha ] dan terletak di Kawasan studi Ruas Jalan Kunduran – Ngawen – Blora. Secara lebih jelas mengenai lokasi Kawasan Peruntukan Industri dapat dilihat dalam Peta 5.2. Peta Kawasan Peruntukan Industri Kabupaten Blora 5.2.3. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR STRATEGIS Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan infrastruktur di Indonesia. Beberapa Pengembangan infrastruktur Strategis nasional yang ada di Kabupaten Blora adalah 1. Bandar Udara (Bandara) Ngloram 2. Pembangunan Bendungan Randugunting Pengembangan 2 infrastuktur strategis tersebut tentunya akan berdampak terhadap lalu lintas pergerakan yang ada di Kabupaten Blora. Selain itu, berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Blora Tahun 2022-2025, khususnya dalam Kawasan Pembangunan Pariwisata Kabupaten [KPPK] Blora bahwa pengembangan Kawasan pariwisata sangat membutuhkan akses yang baik. Terkait dengan itu Peningkatan kelas Ruas jalan Kunduran – Ngawen – Blora sangat dibutuhkan untuk menunjang aksesibilitas ke semua objek wisata yang ada di Kabupaten Blora. Peta 5.3 Peta Lokasi PSN infrastruktur Strategis Kabupaten Blora 5.2.4. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI Berdasarkan arahan dalam RTRWN, khususnya dalam RENCANA STRUKTUR RUANG untuk SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI NASIONAL, disebutkan bahwa untuk SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT terdiri atas jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.


PETA 5.2. PETA KEDUDUKAN KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI KABUPATEN


LAPORAN AKHIR V -21 BLORA


PETA 5.3. PETA LOKASI PSN INFRASTRUKTUR STRATEGIS NASIONAL DI KABUP


LAPORAN AKHIR V -22 PATEN BLORA


LAPORAN AKHIR V -23 Untuk Jaringan jalan nasional sebagaimana dimaksud terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jaringan jalan strategis nasional, dan jalan tol. Jaringan jalan arteri primer dikembangkan secara menerus dan berhierarki berdasarkan kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan: 1. antar-PKN; 2. antara PKN dan PKW; dan/atau 3. PKN dan/atau PKW dengan bandar udara pengumpul skala pelayanan primer/sekunder/ tersier dan pelabuhan utama/pengumpul. Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk menghubungkan antar PKW dan antara PKW dan PKL. Sedangkan KRITERIA Jaringan Jalan Nasional: 1. Jaringan jalan arteri primer sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan kriteria: • menghubungkan antar-PKN, antara PKN dan PKW, dan/atau PKN/PKW dengan bandar udara pengumpul skala pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan utama/pengumpul; • berupa jalan umum yang melayani angkutan; • melayani perjalanan jarak jauh; • memungkinkan untuk lalu lintas dengan kecepatan rata-rata tinggi; dan • membatasi jumlah jalan masuk secara berdaya guna. 2. Jaringan jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan kriteria: • menghubungkan antar-PKW dan antara PKW dan PKL; • berupa jalan umum yang berfungsi melayani angkutan; • melayani perjalanan jarak sedang; • memungkinkan untuk lalu lintas dengan kecepatan rata-rata sedang; dan • membatasi jumlah jalan masuk. Jaringan jalan strategis nasional dikembangkan untuk menghubungkan: 1. antar-PKSN dalam satu kawasan perbatasan negara;


LAPORAN AKHIR V -24 2. antara PKSN dan pusat kegiatan lainnya; dan 3. PKN dan/atau PKW dengan kawasan strategis nasional. Sedangkan dalam Rencana sistem jaringan transportasi di Kabupaten Blora, meliputi Sistem jaringan transportasi darat dan Sistem jaringan transportasi udara. Untuk system jaringan transportasi darat meliputi Sistem jaringan jalan, Sistem jaringan kereta api, dan Sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan serta Sistem jaringan transportasi udara. Untuk Sistem jaringan transportasi udara berupa pengembangan Bandar Udara Pengumpan Ngloram yang berada di Kecamatan Cepu dan Kecamatan Kedungtuban. Untuk system jaringan transportasi darat khususnya Rencana prasarana lalu lintas dan angkutan jalan di Kabupaten Blora adalah berupa terminal penumpang dan terminal barang. Terminal penumpang di Kabupaten Blora terdiri dari terminal tipe A, terminal tipe B, dan terminal tipe C. Terminal penumpang meliputi a. terminal penumpang tipe A berada di Kecamatan Cepu; b. terminal penumpang tipe B berada di Kecamatan Blora; dan c. terminal penumpang tipe C berada di: 1. Kecamatan Ngawen; 2. Kecamatan Kunduran; 3. Kecamatan Todanan; dan 4. Kecamatan Randublatung. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam Peta 5.4. Peta Jaringan Transportasi Kabupaten Blora Dengan mempertimbangkan arahan dalam system jaringan transportasI Tersebut diatas, maka peningkatan status Ruas Jalan Kunduran Ngawen – Blora sebagai jalan nasional dapat diwujudkan karena menghubungkan Kawasan perkotaan Kedungsepur sebagai PKN dengan Kawasan perkotaan Blora [PKL] serta Kawasan Perkotaan Cepu [PKW].


LAPORAN AKHIR V -25 GAMBAR V.1. ARAHAN PENATAAN RUANG DALAM PENGATURAN FUNGSI JALAN PADA SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER Sumber: Dokumen Status Jalan Kementrian Pu, Dirjen Bina Marga


PETA 5.4. PETA JARINGAN TRANSPORTASI KABUPATEN BLORA


LAPORAN AKHIR V -26


LAPORAN AKHIR V -27 5.2.4. KAJIAN TERHADAP ASPEK LINGKUNGAN Berdasarkan overlay antara peta RTRW Pola Ruang dengan Ruas Jalan Kunduran – Ngawen – Blora, diketahui bahwa peningkatan status Ruas jalan yang akan meningkatkan kapasitas ruas jalan akan berdampak pada Kawasan budidaya yang ada di sepanjang koridor Jalan Kunduran Ngawen Blora. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam Peta 5.4a. Overlay Peta Pola Ruang RTRW Kabupaten Blora. Demikian pula Ketika dilakukan overlay terhadap Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Hutan yang ada di Blora. Bahwa kegiatan Peningkatan status ruas jalan Kunduran – Ngawen – Blora akan berdampak pada Kawasan Hutan Rakyat budidaya. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam Peta 5.4b. Overlay Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Hutan Kabupaten Blora. V.3. KAJIAN RANCANGAN GEOMETRI JALAN NASIONAL Berdasarkan PP No 34 tahun 2006 tentang Jalan, Jalan nasional terdiri atas: a. jalan arteri primer; b. jalan kolektor primer yang menghubungkan antari bukota provinsi; c. jalan tol; dan d. jalan strategis nasional. Jalan Arteri primer adalah Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km per jam, lebar badan jalan minimal 11 meter, lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal, jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi, serta tidak boleh terputus di kawasan perkotaan. Ciri ciri Jalan Arteri Primer adalah sebagai berikut: 1. Jalan Arteri Primer menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. 2. Kecepatan rencana jalan Arteri Primer dirancang paling rendah 60 km/jam, dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 meter. 3. Lalu lintas jarak jauh pada jalan Arteri Primer adalah lalu lintas Regional. Untuk itu, lalu lintas tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.


LAPORAN AKHIR V -28 4. Kendaraan barang berat dan kendaraan umum bus diizinkan melalui jalan ini. 5. Jumlah jalan masuk ke jalan Arteri Primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter. 6. Persimpangan pada jalan Arteri Primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya. 7. Jalan Arteri Primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. Dan besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan yang lain. 8. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diizinkan. 9. Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu penerangan jalan dan lain-lain. 10.Jalur khusus seharusnya disediakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya. 11.Jalan Arteri Primer seharusnya dilengkapi dengan median.


Peta 5.4a. Overlay Peta Pola Ruang RTRW Kabupaten Blora.


LAPORAN AKHIR V -29


Peta 5.4b. Overlay Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Hut


LAPORAN AKHIR V -30 tan Kabupaten Blora.


LAPORAN AKHIR V -31 Catatan:standar dimensi jalan disesuaikan dengan kondisi eksisting jalan, jika kondisi eksisting tidakmemungkinkan maka standar dimensi jalan tersebut hanya berlaku untuk pembangunan baru. GAMBAR 5.2. PENAMPANG BAGIAN JALAN ARTERI PRIMER (1) Catatan:Standar dimensi jalan disesuaikan dengan kondisi eksisting jalan, jika kondisi eksisting bangunan sudah berhimpitan dengan pagar bangunan maka ruwasja boleh sama dengan rumija. Namun untuk pembangunan baru perlu menyesuaikan dengan standar dimensi jalan yang sudah ditetapkan. Gambar 5.3. Penampang Bagian Jalan Arteri Primer (2)


LAPORAN AKHIR V -32 Sedangjan Jalan Kolektor Primer adalah Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Didesain berdasarkan berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Sedangkan ciri-ciri jalan kolektor primer terdiri atas : - jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota; - jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer; - kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini; - lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk. - Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas dan lampu penerangan jalan. - Besarnya lalu lintas harian rata-rata umumnya lebih rendah dari jalan Arteri Primer. - dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya. disesuaikan dengan kondisi eksisting jalan, jika kondisi eksisting tidak memungkinkan maka standar dimensi jalan tersebut hanya berlaku untuk pembangunan baru. Gambar 5.4. Penampang Bagian Jalan Kolektor Primer


LAPORAN AKHIR V -33 Dengan standar dimensi tersebut, untuk Ruas Kunduran-Ngawen-Blora jika dilakukan peningkatan menjadi jalan arteri primer maka standar dimensi jalan disesuaikan dengan kondisi eksisting jalan, jika kondisi eksisting bangunan sudah berhimpitan dengan pagar bangunan maka ruwasja boleh sama dengan rumija. V.4. KAJIAN ASPEK LAIN – LAIN V.4.1. KAJIAN DAMPAK SOSIAL Berdasarkan identifikasi dampak sosial awal dalam kajian kelayakan ruas jalan Kunduran Ngawen Blora, secara administrative berada di 4 Kecamatan dan 25 Kelurahan/ Desa dengan jumlah penduduk 85,034 jiwa. Kondisi Pemanfaatan ruang yang ada di ruas Jalan Kunduran – Ngawen – Blora saat ini di temui terdapat beberapa aktifitas perdagangan, permukiman, Pendidikan dan lainnya. Berdasarkan identifikasi awal dalam studi kelayakan ini terdapat beberapa aktifitas yang nantinya akan terdampak. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel V.20 Lokasi Aktifitas Potensi Terdampak Dan Gambar 5.3 Dokumentasi TABEL V.20 LOKASI AKTIFITAS POTENSI TERDAMPAK NO LOKASI [STA] KONDISI 1 STA 300 SD STA 400 RUMAH NON PERMANEN 2 STA 900 TERAS RUMAH 3 STA 900 SD STA 1000 KIOS BUAH 4 STA 900 SD STA 1000 BANGUNAN POS 5 STA 900 SD STA 1000 KIOS NON PERMANEN 6 STA 900 SD STA 1000 KIOS NON PERMANEN 7 STA 1500 SD STA 1600 KIOS NON PERMANEN 8 STA 1500 SD STA 1600 KIOS NON PERMANEN 9 STA 3500 KIOS NON PERMANEN 10 STA 18100 TERAS RUMAH NON PERMANEN 11 STA 18100 GAPURA DAN TERAS RUMAH Sumber: Tim Konsultan, 2022


LAPORAN AKHIR V -34 Gambar 5.3 DOKUMENTASI


LAPORAN AKHIR V -35 Berdasarkan kondisi pemanfatan ruang tersebut Sebagian besar berupa bangunan non permanen meskipun ada 1 bangunan yang kondisinya permanen yakni bangunan Pos dan Gapura. Sedangkan yang lain merupakan pengembangan dari rumah, PKL ataupun Warung dan kios. Terkait hal tersebut berkenaan dengan rencana Peningkatan Status jalan Ruas Kunduran – Ngawen – Blora dapat diperkirakan memberikan dampak positif lebih besar dibandingkan dampak negative yang ada. Meskipun demikian, aspek livelihood [mata pencaharian] warga perlu untuk diperhatikan. Sedangkan berdasarkan data IPM tahun 2018 sd tahun 2021 yakni antara 68,65% - 69,37%. Indeks pembangunan manusia di Kabupaten Blora semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa angka harapan hidup, dan pengeluaran perkapita juga semakin meningkat. Meskipun demikian, angka IPM Kabupaten Blora masih lebih rendah jika di bandingkan dengan Indeks rata Rata Provinsi jawa tengah yakni 71.73%-72.16%. Berkenaan dengan Peningkatan status Ruas Jalan Kunduran – Ngawen – Blora, maka dampak positif yang akan timbul adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas pelayanan, peluang usaha, fasilitas perekonomian sehingga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat berdampak positif terhadap kenaikan indeks IPM di kabupaten Blora.


LAPORAN AKHIR V -36 V.4.2. KAJIAN ASPEK KESELAMATAN LALU LINTAS Dalam kajian aspek keselamatan Lalu lintas ini berdasarkan aturan yang ada dalam PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.111 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS KECEPATAN karena sesuai definisinya, Manajemen Kecepatan adalah tata cara mengelola kecepatan dalam rangka mewujudkan keseimbangan antara keselamatan dan efisiensi kecepatan kendaraan. Dalam kajian ini untuk tipe jalan yang ada di ruas jalan Kunduran-Ngawen-Blora adalah Jalan Antarkota yakni jalan yang berada dalam sistem jaringan jalan primer yang berupa sistem jaringan jalan yang menghubungkan antar kawasan perkotaan, yang diatur secara berjenjang sesuai dengan peran perkotaan yang dihubungkannya. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan serta peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat nomor 05/prt/m/2018 tentang penetapan kelas jalan berdasarkan fungsi dan intensitas lalu lintas serta daya dukung menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan bermotor, Persyaratan teknis jalan kolektor primer yang adalah sebagai berikut: • Jalan yang didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam • Lebar badan jalan paling sedikit 7-9 meter. • Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. • Jumlah jalan masuk dibatasi. • Pengaturan persimpangan sebidang dengan pengaturan tertentu untuk mendukung fungsinya. • Jalan kolektor primer tidak boleh terputus di kawasan perkotaan. • Kelandaian paling besar 10 (sepuluh) persen; • Paling sedikit 2 (dua) lajur untuk dua arah; • Lebar jalur lalu lintas paling sedikit 7 (tujuh) meter; • Volume lalu lintas harian rata-rata tahunan kendaraan bermotor dengan mst 10 ton paling kecil 3 (tiga) persen; • Mampu dilalui kendaraan peti kemas paling besar 20 (dua puluh) kaki atau setara dengan 6,09 (enam koma nol sembilan) meter; dan


LAPORAN AKHIR V -37 • Mampu dilalui kendaraan bermotor dengan mst 8 (delapan) ton. Meskipun demikian perubahan kondisi permukaan jalan, geometri jalan, lingkungan sekitar jalan juga memiliki peranan dalam penetapan batas kecepatan. Untuk melihat kondisi permukaan jalan yang ada di Ruas Jalan Kunduran-NgawenBlora dengan menggunakan Data IRI dan SDI yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Ciptakarya. International roughness index [IRI] adalah Parameter kekerasan permukaan jalan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya permukaan arah profil memanjang dibagi dengan jarak/panjang permukaan yang dinyatakan dalam m/km atau mm/m. Sedangkan SDI [Surface Distress Index] adalah skala kinerja jalan yang diperoleh dari hasil pengamatan secara visual terhadap kerusakan jalan yang terjadi di lapangan. Grafik hubungan IRI, kecepatan dan Jenis Permukaan jalan dapat dilihat dalam Gambar 5.4. Hubungan Iri, Kecepatan Dan Jenis Permukaan Jalan GAMBAR 5.4 GRAFIK HUBUNGAN IRI, KECEPATAN DAN JENIS PERMUKAAN JALAN Nilai International Roughness Index (IRI) dan Surface Distress Index (SDI) merupakan komponen penilaian yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan kondisi fungsional jalan berdasarkan metode Bina Marga. Tabel penilaian IRI dan SDI dapat


LAPORAN AKHIR V -38 dilihat dalam Tabel berikut: TABEL V.21 NILAI DAN KATEGORI IRI DAN SDI NO NILAI IRI [m/km] NILAI SDI KATEGORI KONDISI JALAN 1 IRI < 4 <50 BAIK 2 4 < IRI < 8 50 – 100 SEDANG 3 8 < IRI < 12 100 – 150 RUSAK RINGAN 4 IRI > 12 > 150 RUSAK BERAT Sumber : Dirjen Bina Marga Berdasarkan data yang diperoleh dari Data IRI dan SDI yang ada di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Ciptakarya diketahui kondisi Ruas jalan Kunduran-Ngawen-Blora per Sta 1 km dapat dilihat dalam TABEL V.22. KONDISI RUAS JALAN KUNDURAN-NGAWEN-BLORA. TABEL V.22 KONDISI RUAS JALAN KUNDURAN-NGAWEN-BLORA STA 0+00 SD STA 25+475 NO STA AWAL STA AKHIR RATA RATA NILAI KATEGORI IRI SDI IRI SDI 1 STA 00 STA 01 5.44 74.13 SEDANG SEDANG 2 STA 01 STA 02 2.94 47.78 BAIK BAIK 3 STA 02 STA 03 3.79 32.78 BAIK BAIK 4 STA 03 STA 04 3.19 27.00 BAIK BAIK 5 STA 04 STA 05 3.16 67.86 BAIK SEDANG 6 STA 05 STA 06 3.28 54.04 BAIK SEDANG 7 STA 06 STA 07 3.36 77.25 BAIK SEDANG 8 STA 07 STA 08 3.38 35.56 BAIK BAIK 9 STA 08 STA 09 3.19 53.89 BAIK SEDANG 10 STA 09 STA 10 3.04 26.67 BAIK BAIK 11 STA 10 STA 11 2.85 37.30 BAIK BAIK 12 STA 11 STA 12 3.48 55.00 BAIK SEDANG 13 STA 12 STA 13 4.95 96.57 SEDANG SEDANG 14 STA 13 STA 14 4.56 76.78 SEDANG SEDANG 15 STA 14 STA 15 3.03 18.00 BAIK BAIK 16 STA 15 STA 16 2.90 24.00 BAIK BAIK 17 STA 16 STA 17 3.40 23.80 BAIK BAIK 18 STA 17 STA 18 3.07 - BAIK BAIK 19 STA 18 STA 19 2.84 42.00 BAIK BAIK 20 STA 19 STA 20 3.07 42.00 BAIK BAIK 21 STA 20 STA 21 3.23 30.00 BAIK BAIK 22 STA 21 STA 22 3.04 15.00 BAIK BAIK 23 STA 22 STA 23 3.28 37.90 BAIK BAIK 24 STA 23 STA 24 2.91 94.38 BAIK SEDANG


LAPORAN AKHIR V -39 NO STA AWAL STA AKHIR RATA RATA NILAI KATEGORI IRI SDI IRI SDI 25 STA 24 STA 25 2.59 67.50 BAIK SEDANG 26 STA 25 STA 25,475 2.10 125.00 BAIK RUSAK RINGAN 27 STA 25.475 STA 27.9 - - BAIK BAIK Sumber: DPUBinamargaCiptakarya Jawa Tengah dan Analisa tim Penyusun Sedangkan untuk penentuan batas kecepatan yang ada di Ruas Jalan Kolektor primer khususnya Ruas jalan Kunduran Ngawen-Blora adalah sebagai berikut: TABEL V.23 PENENTUAN BATAS KECEPATAN UNTUK RUAS JALAN KUNDURAN-NGAWEN- BLORA NO TIPE PENGGUNAAN LAHAN KECEPATAN KETERANGAN 1 Kawasan CBD Paling Tinggi 40 km/jam 2 Kawasan industri Pada saat Jam Sift Karyawan : 40 km/jam Diluar Jam Sift Karyawan : 80 km / jam Untuk sepeda Motor 50 km/ jam 3 Kawasan Permukiman 40 km/jam 4 Kawasan Sekolah Pada saat Masuk dan Pulang sekolah : 30 km/jam Diluar jam masuk dan pulang sekolah : 80 km/ jam Untuk sepeda Motor 50 km/ jam Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor Pm.111 Tahun 2015 Berdasarkan hasil yang ada tersebut khususnya untuk mewujudkan keseimbangan antara keselamatan dan efisiensi kecepatan kendaraan maka perlunya pertimbangan manajemen kecepatan, manajemen perawatan dan pemeliharaan serta manajemen aspek lalu lintas dan perancangan geometri jalan khususnya untuk ruas jalan Kunduran-Ngawen-Blora. Rencana Peningkatan status Ruas Jalan Kunduran-Ngawen-Blora, tentunya akan dilakukan dengan salah satunya perancangan geometri jalan. Pengaruh umum dari rencana geometrik terhadap tingkat kecelakaan dijelaskan sebagai berikut: - Pelebaran lajur akan mengurangi tingkat kecelakaan antara 2-15% per meter - Pelebaran atau peningkatan kondisi permukaan bahu meningkatan keselamatan lalu lintas, meskipun mempunyai tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan pelebaran lajur lalu lintas.


LAPORAN AKHIR V -40 - Lajur menyalip (lajur tambahan untuk menyalip pada daerah datar) mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 15-20 %. - Meluruskan tikungan yang tajam setempat mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 25-60 %. - Median (pemisah tengah) yang berfungsi memisahkan lalu lintas dua arah, dapat mengurangi tingkat kecelakaan sebesar 30 % serta - Batas kecepatan, jika dilaksanakan dengan baik, dapat mengurangi tingkat kecelakaan 5.4.3. KAJIAN ASPEK HARGA TANAH Berdasarkan Peta Zona Nilai tanah Atr BPn dapat diketahui perkiraan Harga Tanah sesuai zona yang ada di sepanjang Ruas Jalan Kunduran Ngawen – Blora bervariatif sebagai berikut: • Segment 1 : Rp 200.000 – 500.000,- sd Rp. 1.000.000 – 2.000.000 • Segment 2 : Rp 200.000 – 500.000, • Segment 3 : Rp 200.000 – 500.000, sd Rp 500.000 – 1.000.000,- • Segment 4 : Rp.500.000 – 1.000.000 • Segment 5 : Rp.500.000 – 1.000.000 • Segment 6 : Rp 200.000 – 500.000, • Segment 7 : Rp 200.000 – 500.000, sd Rp 500.000 – 1.000.000,- • Segment 8 : Rp 1.000.000 – 2.000.000 sd Rp.20.000.000 – 50.000.000,- Secara lebih jelas dapat dilihat dalam PETA 5.5 SD PETA 5.12. Tentang Peta Zona Nilai Tanah [ZNT] per segment.


Click to View FlipBook Version