LAPORAN PRATIKUM (KEANEKARAGAMAN ORGANISME) DI SUSUN OLEH : NAMA : YURNA BUABES NPM : 38420521008 SEMESTER : V MATA KULIAH : PRAKTIKUM BIOLOGI FAKULTAS Keguruan Dan Ilmu Pendidikan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI ISDIK KIE RAHA MALUKU UTARA DAFTAR ISI
JUDUL COVER DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN PRAKTIKUM C. HASIL PRAKTIKUM D. PEMBAHASAN E. KESIMPULAN F. DAFTAR PUSTAKA G. LAMPIRAN
A. Latar Belakang Keanekaragaman merupakan salah satu aspek persoalan biologi. Keanekaragaman merupakan suatu gejala biologi yang dihasilkan dari interaksi factor genetic dan factor lingkungan. Keanekaragaman dapat dilihat baik dari aspek structural (morfologis–anatomis), fisiologis maupun perilakunya. Keanekaragaman dapat dilihat dari tingkat sel-molekuler sampai tingkat komunitas. Pada intraspecies (antar individu sejenis) maupun interspecies (antar individu lain jenis). Keanekaragaman menyoroti aspek perbedaan dan kesamaan ciri pada beberapa objek yang menjadi objek pengamatan. Variasi timbul melalui beberapa mekanisme : 1. Adanya adaptasi, sebagai respons dalam berinteraksi dengan lingkungannya, 2. Rekombinasi genotip akibat perkawinan di alam yang teracak (bebas), 3. Adanya variasi genotip yang timbul akibat pemisahan gen yang acak saat meiosis atau pembentukan gamet, 4. Adanya mutase gen atau perubahan mendadak pada perangkat pewarisan sifat (DNA, Gen, Kromosom). Keaneragaman jenis berfungsi untuk mengetahui jumlah spesies yang beragam yang hidup di suatu lokasi tertentu. Keanekaragaman jenis tumbuhan mengacu pada banyaknya spesies tumbuhan yang terdapat didalam suatu marga. Faktor yang berpengaruh terhadap keaneragaman jenis adalah pembatas kehidupan yang berupa tekanan dan gangguan yang dapat berupa factor fisik, kimiawi, kompetisi antar individu dalam spesies atau antar individu dalam spesies yang berbeda (purba,2015). Pengertian dari keanekaragaman organisme sendiri adalah suatu konsep yang menunjuk kepada variasi sifat dan ciri gen, spesies, dan ekosistem. Keanekaragaman merupakan ciri-ciri dari benda hidup. (Purba, 2019) Keanekaragaman tumbuhan yang terdapat di indonesia merupakan salah satu kekayaan alam yang perlu untuk dilestarikan. Mengingat peranan tumbuhan merupakan tumbuhan tersebut yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat.keanekaragaman tumbuhan merupakan keanekaragaman speseis tumbuhan yang menempati ekosistem (Mardiyanti, 2013). Semakin tinggi keragaman ekosistem dan semakin dan semakin lama keragaman ekosistem dan semakin
lama keragaman ini tidak diganggu oleh manusia, semakin banyak pula interaksi internal yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan stabilitas tumbuhan. B. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri structural organ daun dari beberapa contoh yang telah disiapkan 2. Mahasiswa dapat menemukan kesamaan dan perbedaan ciri antar daun sejenis dan antar daun lain jenis 3. Mahasiswa menemukan keanekaragaman ciri /structural daun intraspecies maupun interspecies 4. Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pengamatan dan mengkomunikasikan. C. Hasil Praktikum - Alat dan bahan Alat : Artikel dan buku tentang struktur daun dan keterangannya : bentuk daun, pertulangan, bentuk ujung, pangkal dan tepi daun, bagian-bagian daun. Bahan : I : 10 – 15 daun tumbuhan sejenis II : 10 – 15 daun tumbuhan yang berbeda Cara kerja : a. Pengamatan intraspecies : 1. Siapkan 10-15 helai daun tumbuhan sejenis di meja, 2. Amatilah gejala-gejala / ciri-ciri berikut : Bentuk dan pertulangan daun, ujung dan pangkal daun, bagian-bagian daun, sifat tepi daun, warna daun, permukaan daun, tebal daun, luas dan berat daun, keadaan daun lain : utuh – ada tidaknya organisme pathogen, dst yang dapat saudara deskripsikan 3. Masukkan data pada table 4. Identifikasi kesamaan dan perbedaan antar daun tumbuhan sejenis tersebut? 5. Diskusikan mengapa ciri-ciri tertentu sama, tetapi ciri tertentu yang lain berbeda? 6. Berikan argument mengenai factor penentu kesamaan dan perbedaan itu 7. Nyatakan kesimpulan yang dapat saudara nyatakan dari pengamatan ini?
D. Hasil Praktikum Daun tumbuhan sejenis Gejala / ciri yang diamati Tumbuhan Daun Mangga 1. Bentuk - Lanset / pita - - Lonjong ✓ - Bulat - - Yang lain 2. Tulang daun - Menyirip ✓ - Menjari - - Sejajar - - Melengkung - 3. Ujung daun - Runcing ✓ - Tumpul - 4. Bagian daun - Tangkai - - Helaian ✓ - Pelepah - 5. Luas daun 6cm 6. Penyakit - Ada - Tidak ada b. Pengamatan interspecies : 1. Siapkan 10-15 macam daun di meja kerja saudara 2. Amatilah gejala-gejala / ciri-ciri berikut : Bentuk dan pertulangan daun, ujung dan pangkal daun, bagian-bagian daun, sifat tepi daun, warna daun, permukaan daun, tebal daun, luas dan berat daun 3. Masukkan data pada table 4. Identifikasi kesamaan dan perbedaan antar daun tumbuhan sejenis tersebut 5. Diskusikan mengapa ciri-ciri tertentu sama, tetapi ciri tertentu yang lain berbeda? 6. Berikan argument mengenai factor penentu kesamaan dan perbedaan itu
7. Nyatakan kesimpulan yang dapat saudara nyatakan dari pengamatan ini! Daun dari tumbuhan yang berbeda Gejala/ ciri Diamati Daun ke Daun Mangga Daun giawas Daun Belimbing wuluh Daun Jambu air Daun Nangka 1. Bentuk - Lanset/p ita - - - - - Lonjong ✓ - - ✓ - - Bulat - ✓ ✓ - ✓ - Yang lain - - - - - 2. Tulang daun - Menyiri p ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ - Menjari - - - - - - Sejajar - ✓ ✓ - ✓ - Melengk ung - - - - - 3. Ujung daun - Runcing ✓ - ✓ ✓ ✓ - Tumpul - ✓ - - ✓ 4. Bagian daun - Tangkai ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ - Helaian ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ - Pelepah 5. Luas daun 90cm 6cm 30cm 50cm 14cm 6. Penyakit - Ada - - ✓ ✓ - Tidak ada ✓ ✓ - - 7. Warna daun Hijau tua Hijau tua Hijau Hijau Hijau tua
1. Tumbuhan yang tidak sejenis Nama local : Daun mangga Nama ilmiah : Mangifera indica Nama latin : Mangifera indica L. Klasifikasi tumbuhan : Kingdom : Plantae Spesies : Mangifera indica L. 2. Tumbuhan yang tidak sejenis Nama local : Daun giawas Nama ilmiah : Psidium guajava Nama latin : Psidium guajava L. Klasifikasi tumbuhan : 3. Tumbuhan yang tidak sejenis Nama local : Daun belimbing wuluh Nama ilmiah : Averrhoa bilimbi L. Nama latin : Averrhoa bilimbi Klasifikasi tumbuhan : Kingdom : Plantae Spesies : A. bilimbi 4. Tumbuhan yang tidak sejenis Nama local : Daun gora Nama ilmiah : Daun jambu air Nama latin : Syzygium aqueum Klasifikasi tumbuhan : Kingdom : Plantae Spesies : Syzygium aqueum 5. Tumbuhan yang tidak sejenis Nama local : Daun nangka
Nama ilmiah : Artocarpus heterophyllus Nama latin : Artocarpus heterophyllus L. Klasifikasi tumbuhan : Kingdom : Plantae Spesies : A. heterophyllus E. Pembahasan Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang atau ranting.umumnya bentuk daun tipis dan lebar, serta banyak mengandung zat klorofil yang membuat daun berwarna hijau, sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain,misalnya karoten (berwarna jingga),xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat kesamaannya.daun yang sudah tua akan kehilangan klorofilnya sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur). Daun adalah bagian integral dari system batang. Daun berada pada tunas apical (bagian batang yang tumbuh) bersama dengan jaringan batang itu sendiri. Pada tumbuhan, daun menjadi tempat reproduksi makanan,sekaligus sebagai sumber makanan bagi hewan didarat. Karna daun memiliki klorofil (pigmen hijau), sehingga bisa melakukan proses fotosintesis. Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. a. Daun tumbuhan sejenis Kami telah melakukan pengamatan pada tumbuhan daun yang sejenis yaitu daun manga,dan secara kuantitatif dari data pengamatan pada table diketahui bahwa rata-rata jumlah daun yang diamati sebanyak 15 dan pada daun manga memiliki bentuk yang lonjong tulang daun menyirip,ujung daun runcing, bagian daun terdapat pada tangkai dan helaian,memiliki luas daun 10cm, dan pada manga terdapat penyakit daun,serta memiliki warna daun hija
Gambar daun manga (Mangifera indica) Hasil pengamatan pada gambar diatas adanya penyakit pada permukaan dan belakang daun mangga yang disebabkan oleh adanya serangan hama yang menyebabkan kerusakan sel-sel tanaman yang ditandai dengan bercak putih dan coklat pada daun tanaman. Bercak putih tersebut merupakan rongga pada daun yang sudah kehilangan cairan. bercak putih tadi akan berubah menjadi kecokelatan, kemudian daun akan mati secara perlahan. Gejala penyakit antraknosa yang terjadi pada daun lemon menunjukkan bahwa gejala pada daun yang sudah menjelang tua, hal ini disebabkan proses infeksi pathogen berlangsung sangat lambat. Wahyudi (2008). - Kenapa ada perbedaan pada daun yang sejenis? Setiap jenis daun pada setiap tumbuhan memiliki kandungan klorofil yang berbeda. Factor yang menyebabkan perbedaan adalah factor genetic yang mempengaruhi morfologi dan anatomi daun. - Kenapa ada kesalahan pada daun yang sejenis? Yaitu adanya penyakit pada permukaan dan belakang daun mangga yang disebabkan oleh adanya serangan hama yang menyebabkan kerusakan sel-sel tanaman yang ditandai dengan bercak putih dan coklat pada daun tanaman. b. Daun dari tumbuhan yang berbeda
- daun mangga Gambar daun manga (Mangifera indica) Pada pengamatan bagian daun tanaman manga (Mangifera indica), daun manga merupakan jenis daun tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai daun dan tidak memiliki pelepah daun. Lazimnya disebut daun bertangkai. Bentuk daun manga memanjang. Morfologi pada tanaman daun manga dengan nama latin Mangifera indica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut : memiliki bentuk daun lonjong, tulang daun menyirip, ujung daun runcing, bagian daun terdapat pada tangkai dan helaian, luas daun berkisar antara 90 cm, warna daun hijau tua, dan terdapat penyakit daun pada permukaan daun manga Salah satu penyakit daun yang menyerang tanaman daun mangga yaitu kutu putih, biasanya kutu putih menempel pada bagian bawah daun, akar tanaman dan batang. Nutrisi tanaman pada pohon mangga bisa di serap oleh hama kutu putih. Tentunya, ini bisa menyebabkan tanaman mangga terganggu pertumbuhannya, bahkan bisa membuat tumbuhan mangga mati. Selanjutnya yaitu wereng, wereng adalah sejenis kepik yang menyerang tumbuhan dan menyebabkan daun dan batang menjadi berlubang-lubang. Akibatnya, daun akan menguning, kering, dan mati. Wereng mangga akan mengisap cairan bunga mangga yang baru mekar sehingga bunga akan kering, lalu mati. Wereng juga akan menyerang daun dan ranting. Ia
akan mengeluarkan cairan manis yang mengundang semut api yang memakan kuncup bunga dan pucuk daun. Akibatnya, bunga mengalami kegagalan pembuahan dan menyebabkan buah mangga tidak dapat berkembang - Daun giayawas Gambar daun giawas (Psidium guajava L.) Morfologi daun pada tanaman jambu biji dengan nama latin Psidium guajava L. memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut : Bentuk bulat, tulang daun menyrip, ujung daun tumpul, bagian daun terletak pada tangkai dan helaian, luas daun berkisar antara 37,5 cm, warna daun hijau, dan terdapat penyakit yang menyerang daun jambu biji. Perbedaan pada bentuk daun dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Tsukaya 2005). Pada gambar di atas daun pada setiap tumbuhan rentan terserang oleh hama. Terdapat beberapa hama di bagian daun tanaman jambu biji. Salah satu hama yang menyerang daun tanaman jambu biji yaitu hama Ferrisia virgata yang merupakan kutu yang bersifat polifag. Hama ini dapat ditemukan pada bagian organ tumbuhan seperti buah, daun, tangkai maupun ranting. Hama ini dapat mengakibatkan kerusakan dalam jaringan tanaman. Cara merusak yang dilakukan oleh hama ini dengan mekanisme mulut yang menusuk. Semua spesies kutu putih yang ditemukan dalam tanaman jambu biji yaitu dapat menyerang organ pada daun tua, terutama pada bagian yang dekat tulang daun. Selain itu, terdapat hama yang menyerang daun tanaman
jambu biji adalah ulat kantung. Ulat kantung memakan daun muda terutama pada bagian bawah daun, sehingga mengakibatkan daun berlubang dan kering. - Daun jambu air Gambar daun jambu air (Syzygium aqueum L) Hasil identifikasi morfologi pada tanaman daun jambu air dengan nama latin Syzygium aqueum L. memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut : memiliki bentuk daun lonjong, tulang daun menyirip, ujung daun runcing, bagian daun terdapat pada tangkai dan helaian daun, luas daun 60 cm, warna daun hijau terdapat penyakit pada daun tanaman jambu air tersebut. Jambu air adalah salah satu komoditas tanaman buah yang sangat diminati masyarakat. Buahnya biasa untuk dikonsumsi secara langsung maupun diolah menjadi berbagai hidangan makanan (Dinas pertanian, 2011). Selain buahnya, bagian lain dari tanaman jambu air seperti daun dan kulit batang juga dimanfaatkan menjadi berbagai obat tradisional dan bahkan digunakan sebagai bahan pembuatan produk kosmetik dan perawatan kulit (Anggrawati dan Ramadhania, 2006). Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar tanaman jambu air mudah untuk di identifikasi ialah dengan melakukan kajian taksonomi numerik (Hardiyanto et al., 2007 dan Wijayanti et al., 2015)). Salah satu karakter yang dapat digunakan dalam taksonomi numerik
adalah morfologi. Karakter morfologi merupakan komponen penting dalam penentuan taksonomi pada suatu tumbuhan dan sudah sejak lama digunakan sebagai kriteria penting dalam klasifikasi dan sistematika tumbuhan (Saragih et al., 2018). Hama adalah semua herbivora yang dapat merugikan tanaman yang di budidayakan manusia secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen usaha kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesahalan dalam mengambil tindakan pengendalian (Djafarudin, 2001). Hama yang banyak menyerang tanaman jambu antara lain penggorok daun Liriomyza spp, Acrocercops syngramma Meyrick, ulat Pestalotiopsis psidii dan serangga Helopeltis theobromae, serta lalat buah Dacus (Fabricus) dan Bactrocera (Macquart).hama pengorok daun (Liriomyza spp) termasuk ordo diptera yang mempunyai 26 spesies. Ciri-ciri hama ini ukuran tubuhnya kecil dan adanya kemiripan antar spesies (Rauf, 1995). Kerusakan yang terjadi pada daun terlihat lubang-lubang dalam daun oleh larvanya yang menyebabkan daun berwarna merah kecokelatan (Tarumingkeng, 1994). - Mengapa ada perbedaan variasi pada daun tumbuhan yang berbeda? Variasi warna pada daun disebabkan oleh adanya pigmen klorofil, karotenoid dan antosianin dalam jaringan daun. Daun yang memiliki warna dan corak yang bervariasi memiliki struktur anatomi yang berbeda. Hasil identifikasi morfologi pada tanaman daun jambu air dengan nama latin Syzygium aqueum L. memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut : memiliki bentuk daun lonjong, tulang
daun menyirip, ujung daun runcing, bagian daun terdapat pada tangkai dan helaian daun, luas daun 60 cm, warna daun hijau terdapat penyakit pada daun tanaman jambu air tersebut. Jambu air adalah salah satu komoditas tanaman buah yang sangat diminati masyarakat. Buahnya biasa untuk dikonsumsi secara langsung maupun diolah menjadi berbagai hidangan makanan (Dinas pertanian, 2011). Selain buahnya, bagian lain dari tanaman jambu air seperti daun dan kulit batang juga dimanfaatkan menjadi berbagai obat tradisional dan bahkan digunakan sebagai bahan pembuatan produk kosmetik dan perawatan kulit (Anggrawati dan Ramadhania, 2006). Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar tanaman jambu air mudah untuk di identifikasi ialah dengan melakukan kajian taksonomi numerik (Hardiyanto et al., 2007 dan Wijayanti et al., 2015)). Salah satu karakter yang dapat digunakan dalam taksonomi numerik adalah morfologi. Karakter morfologi merupakan komponen penting dalam penentuan taksonomi pada suatu tumbuhan dan sudah sejak lama digunakan sebagai kriteria penting dalam klasifikasi dan sistematika tumbuhan (Saragih et al., 2018). Hama adalah semua herbivora yang dapat merugikan tanaman yang di budidayakan manusia secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen usaha kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesahalan dalam mengambil tindakan pengendalian (Djafarudin, 2001). Hama yang banyak menyerang tanaman jambu antara lain penggorok daun Liriomyza spp, Acrocercops syngramma Meyrick, ulat Pestalotiopsis psidii dan serangga Helopeltis theobromae, serta lalat buah Dacus (Fabricus) dan Bactrocera (Macquart).hama pengorok daun (Liriomyza spp) termasuk ordo diptera yang mempunyai 26 spesies. Ciri-ciri hama ini ukuran tubuhnya kecil dan adanya kemiripan antar spesies (Rauf, 1995). Kerusakan yang terjadi pada daun terlihat lubang-lubang dalam daun oleh larvanya yang menyebabkan daun berwarna merah kecokelatan (Tarumingkeng, 1994). - Mengapa ada perbedaan variasi pada daun tumbuhan yang berbeda?
Variasi warna pada daun disebabkan oleh adanya pigmen klorofil, karotenoid dan antosianin dalam jaringan daun. Daun yang memiliki warna dan corak yang bervariasi memiliki struktur anatomi yang berbeda. - Daun naangka Gambar daun nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) Hasil penelitian menunjukkan morfologi pada daun nangka dengan nama latin Artocarpus heterophyllus Lamk memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut : terdapat bentuk daun yang bulat, memiliki tulang daun menyirip, terdapat ujung daun yang runcing, memiliki bagian daun yang terdapat pada tangkai dan helaian, luas daun berkisar antara 70 cm, terdapat penyakit daun, dan memiliki warna daun hjau tua pada tanaman nangka. Permukaan, dan warna daun bagian atas berbeda dengan bagian bawah. Daun bagian atas licin dan berwarna hijau cerah, sedangkan permukaan bawahnya kasar dan berwarna hijau tua. Pangkal daunnya terdapat daun penumpu yang berbentuk segitiga panjang (Yustina, 1993). Pada gambar di atas belakang daun nangka terdapat penyakit bercak daun ditandai dengan adanya bercak kecil berwarna coklat pada daun yang biasanya terdapat di bagian bawah atau atas permukaan daun, tetapi melainkan bercak tersebut menyerang pada bagian belakang daun nangka. Bercak yang timbul akibat penyakit ini cenderung tidak beraturan lama kelamaan
akan menjadi besar sehingga dapat menutupi sebagian besar permukaan daun (Suhartati dan Kurniaty, 2013). Penyakit tanaman ini dsebabkan oleh pathogen atau cendawan seperti pestalotia sp, lasiodiplodia sp, cercospora sp, curvularia sp, helminthosporium sp, gloesporium sp, cylindroladium sp, dan colletotrichum sp. (Suhartati dan Kurniaty, 2013). Bercak daun yang terbentuk oleh pathogen akan menyebabkan pengurangan belakang luas permukaan daun yang digunakan untuk berfotosintesis. Apabila daerah tersebut meluas maka pertumbuhan tanaman akan menjadi terhambat (Anggraeni dan Wibowo, 2007). Hasil penelitian menunjukkan morfologi pada daun nangka dengan nama latin Artocarpus heterophyllus Lamk memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut : terdapat bentuk daun yang bulat, memiliki tulang daun menyirip, terdapat ujung daun yang runcing, memiliki bagian daun yang terdapat pada tangkai dan helaian, luas daun berkisar antara 70 cm, terdapat penyakit daun, dan memiliki warna daun hjau tua pada tanaman nangka. Permukaan, dan warna daun bagian atas berbeda dengan bagian bawah. Daun bagian atas licin dan berwarna hijau cerah, sedangkan permukaan bawahnya kasar dan berwarna hijau tua. Pangkal daunnya terd apat daun penumpu yang berbentuk segitiga panjang (Yustina, 1993). Pada gambar di atas belakang daun nangka terdapat penyakit bercak daun ditandai dengan adanya bercak kecil berwarna coklat pada daun yang biasanya terdapat di bagian bawah atau atas permukaan daun, tetapi melainkan bercak tersebut menyerang pada bagian belakang daun nangka. Bercak yang timbul akibat penyakit ini cenderung tidak beraturan lama kelamaan akan menjadi besar sehingga dapat menutupi sebagian besar permukaan daun (Suhartati dan Kurniaty, 2013). Penyakit tanaman ini dsebabkan oleh pathogen atau cendawan seperti pestalotia sp, lasiodiplodia sp, cercospora sp, curvularia sp, helminthosporium sp, gloesporium sp, cylindroladium sp, dan colletotrichum sp. (Suhartati dan Kurniaty, 2013). Bercak daun yang terbentuk oleh pathogen akan menyebabkan pengurangan belakang luas permukaan daun yang digunakan untuk berfotosintesis. Apabila daerah tersebut meluas maka pertumbuhan tanaman akan menjadi terhambat (Anggraeni dan Wibowo, 2007).
E.Kesimpulan Persamaan dan perbedaan pada daun dapat dilihat melalui ciri morfologinya. Setiap jenis daun memiliki cirinya sendiri, seperti bentuk dan ujung daun, tulang daun, bagian daun, luas daun, warna daun maupun penyakit yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan. Ada jenis daun yang memiliki: • Bentuk daun lanset (pita), lonjong atau bulat, • Ujung daun ada yang runcing atau tumpul, • Tulang daun menyirip, • Bagian daun terdapat pada tangkai ataupun helaian daun, • Luas daun pada daun tumbuhan sejenis dan berbeda keduanya memiliki perbedaan pada luasnya masing-masing, • Warna daun hijau muda atau hijau tua, • Penyakit ada yang terdapat dan juga tidak terdapat pada daun yang sejenis dan daun yang berbeda.
F.Daftar pustaka Anggraeni, I. & Wibowo, A. (2007). Pengaruh Pola Tanam Terhadap Timbulnya Penyakit dan Produktivitas Tanaman Tumpangsari. Jurnal Info Hutan Tanaman. 2(2): 59-70. Anggrawati PS dan Ramadhania ZM, 2016. Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas dari Jambu Air (Syzygium aqueum Burn. F. Alston): Review Artikel. Farmaka Vol 14 (2): 331-344. Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindung Tanaman (Umum). Jakarta : Bumi Aksara Fitter, A.H. and R.K.M. Hay, 1981. Environmental Physiology of Plants. Published by Arrangment with Academic Press, Inc.,(London) Ltd., 421 p. Hardiyanto, Mujiarto E, dan Sulasmi ES, 2007. Kekerabatan Genetik Beberapa Spesies Jeruk Berdasarkan Taksonometri. J. Hort 17 (3):202-216. Priadi D, Cahyani Y. 2011. Keanekaragaman varietas belimbing manis (Averrhoa carambola L.) di kebun Plasma Nutfah Tumbuhan dan Hewan Cibinong. Berk Penel Hayati 5A:73-77. Rauf, A. 1995. Liriomyza; Hama Pendatang Baru di Indonesia. Jakarta : Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan Sabir, A. (2013). Pemanfaatan Flavonoid di Bidang Kedokteran Gigi. Dental Journal. Salisbury, F.B. and C.W. Ross, 1992. Plant physiology. Wardsworth Publishing Companya Belmont California, 682 p. Saragih RD, Septadi dan Zanetta C, 2018. Keanekaragaman Genotipe-genotipe Potensial dan Penentuan Keragaman Karakter Argo-morfologi Ercis (Pisum sativum L.). Jurnal Agro Vol5(2): 127-139. Suhartati, T., Kurniaty, R. (2013). Inventarisasi Penyakit Daun pada Bibit di Stasiun Penelitian Nagrak. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan. 1(1):51-59. Sumardi, Issirep dan Agus Pudjoarinto. 1992. Struktur dan perkembangan tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Tarumangkeng, R.C. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif
Tjitrosoepomo, Gembong. 1987. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. Wahyudi, 2008. Penyakit antraknosa pada tanaman kakao. Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara. Wijayanti L, Mahmudati N dan Prihanta W, 2015. Studi Kekerabatan Fenetik Genus Pteris dengan Metode Taksimetri. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang. 607-616.
Daftar Pustaka Online (https://id.wikipedia.org/wiki/Nangka) (https://dlh.probolinggokab.go.id/belimbing-wuluh/ ) (http://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/sirsak) (https://dlh.probolinggokab.go.id/jambu-biji2/) (https://id.wikipedia.org/wiki.Srikaya) (https://id.wikipedia.org/wiki/mangga) (https://id.wikipedia.org/wiki/jambu_air) (http://repo.uinsatu.ac.id/24078/7/BAB%20IV.pdf) (https://www.academia.edu/178653000/Tugas_bio_keanekaragaman_daun).
LAPORAN PRAKTIKUM (“Pengukuran Tekanan Darah”) Di Susun Oleh : Nama : Yurna Buabes Npm : 38420521008 Semester : V Mata Kuliah : Praktikum Biologi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI INSTITUS SAINS DAN KEPENDIDIKAN (ISDIK) KIE RAHA MALUKU UTARA TAHUN 2023
A. Latara Belakang Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organorgan tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya (Ibnu, 1996 dalam Anggara, 2013). Tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah umur, gender, aktivitas fisik serta perubahan posisi tubuh (Yusuf Damar Jatinugroho dan Susy Olivia Lontoh,2021). Pengukuran tekanan darah merupakan pemeriksaan klinik yang sering dilakukan dan penting karena keputusan terapeutik bergantung pada akurasinya. Ketepatan akurasinya sangat bergantung pada jumlah pengukuran dan keadaan selama prosedur (Armstrong RS, Netea RT, et al). Respon tekanan darah terhadap perubahan posisi tubuh telah digunakan dalam studi epidemiologi sebagai ukuran reaktivitas kardiovaskular. Sparrow et al melaporkan terjadi peningkatan tekanan darah diastolik sebanyak 10 mm Hg atau lebih dari posisi tidur terlentang ke berdiri secara signifikan. Pada studi lebih lanjut didapatkan hasil bahwa perbedaan antara tekanan darah posisi terlentang dan duduk berhubungan positif dengan perkembangan terjadinya hipertensi sistemik yang tidak tergantung pada posisi (Sparrow D, et al). Tekanan darah biasanya diukur dalam posisi duduk atau terlentang. Kedua posisi tersebut memberikan nilai pengukuran yang berbeda meski teknik yang dilakukan sama. Oleh karena itu, setiap kali nilai tekanan darah dicatat sebaiknya posisi tubuh juga harus dicatat (Nardo, et al). Nilai tekanan darah berdasarkan perubahan posisi antar individu sangat bervariasi. Posisi tubuh diketahui memengaruhi tekanan darah. Studi oleh Netea et all memperlihatkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik secara signifikan lebih tinggi pada
posisi terlentang daripada dalam posisi duduk, penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dari duduk atau terlentang ke berdiri dan juga memperlihatkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik keduanya signifikan lebih tinggi pada posisi terlentang daripada pada posisi duduk (Netea, et al). Tekanan diastolik saat duduk lebih tinggi daripada saat pasien terlentang sebanyak 5 mmHg. Tekanan sistolik bisa lebih tinggi 8 mmHg saat lengan sejajar dengan jantung seperti saat pasien dalam posisi terlentang daripada duduk. Selain perubahan posisi, perbedaan posisi saat pemeriksaan, misalnya posisi punggung, kaki, dan lain-lain juga dapat memengaruhi hasil tekanan darah. Seorang yang menopang lengannya sendiri juga dapat meningkatkan hasil pembacaan tekanan darah. Saat duduk di meja pemeriksaan dan punggung pasien tidak didukung maka hasil tekanan diastolik dapat meningkat sebesar 6 mmHg. Menyilangkan kaki juga dapat meningkatkan tekanan sistolik 2-8 mmHg. Posisi lengan juga memainkan peran dramatis dalam kesalahan nilai. Jika lengan berada di bawah level jantung, nilainya akan terlalu tinggi dan jika lengan berada di atas level jantung, nilainya akan lebih rendah. Untuk setiap inci lengan berada di atas atau di bawah ketinggian jantung, akan ditemukan perbedaan 2 mmHg. (Pickering TG, et al). B. Tujuaan Mengetahui perbedaan tekanan darah pada posisi berbaring, duduk, berdiri, dan beraktivitas. C.Alat dan Bahan Alat : Tensi, Stetoskop, buku catatan, dan pena. Bahan : Tubuh kita. D.Prosedur Kerja 1. Siapkan alat yang akan digunakan dalam praktikum
2. Lakukan pengukuran tekanan darah pada posisi berbaring, duduk, berdiri, dan beraktivitas 3. Memasang manset pada lengan kanan/ kiri 4. Memompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba 5. Memompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba 6. Meletakkan diafragma stetoskop diaatas arteri brakhialis dan dengarkan. 7. kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam 8. Mencatat hasilnya pada buku catatan E.Hasil Praktikum Tabel.1 Pengukuran Tensi Darah Pada Posisi Berbaring. No. Nama Umur Hasil Pengukuran Keterangan 1. Yurna 20 th 100/60 Normal 2. Sri 20 th 100/60 Normal 3. Risna 20 th 100/80 Normal 4. Sukma 23 th 120/60 Normal 5. Jihan 21 th 100/40 Normal 6 Gisna 21 th 80/65 Tidak Normal
Tabel.2 Pengukuran Tensi Darah Pada Posisi Duduk. No. Nama Umur Hasil Pengukuran Keterangan 1. Yurna 20 th 120/80 Normal 2. Sri 20 th 120/80 Normal 3. Risna 20 th 120/80 Normal 4. Sukma 23 th 110/60 Normal 5. Jihan 21 th 100/80 Normal 6 Gisna 21 th 100/80 Normal Tabel.3 Pengukuran Tensi Darah Pada Posisi Berdiri. No. Nama Umur Hasil Pengukuran Keterangan 1. Yurna 20 th 100/80 Normal 2. Sri 20 th 100/80 Normal 3. Risna 20 th 100/60 Normal 4. Sukma 23 th 100/80 Normal 5. Jihan 21 th 140/80 Tidak Normal 6 Gisna 21 th 80/60 Tidak Normal
Tabel.4 Pengukuran Tensi Darah Pada Posisi Beraktivitas. No. Nama Umur Hasil Pengukuran Keterangan 1. Yurna 20 th 100/80 Normal 2. Sri 20 th 100/80 Normal 3. Risna 20 th 110/60 Normal 4. Sukma 23 th 100/80 Normal 5. Jihan 21 th 100/60 Normal 6 Gisna 21 th 120/80 Normal F.Pembahasan Dalam praktikum yang berjudul “Pengukuran Tekanan Darah” ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengamati dan mengetahui adanya darah normal dan tidak normal, Mengetahui perbedaan tekanan darah pada posisi berbaring, duduk, berdiri, dan beraktivitas. Praktikum ini dilakukan di Gedung D Lantai 2 Ruang Biologi. Pengukuran tekanan darah normal dan tidak normal pada posisi berbaring menunjukkan tekanan darah tidak normal 80/65 mmHg dan normal 120/60 – 100/80 mmHg. Sedangkan tekanan darah pada posisi duduk menunjukkan tekanan darah normal karena data pada tabel dua menujukan rata-rata tekanan darah 120/80 – 100/80. Pengukuran tekanan darah normal dan tidak normal pada posisi berdiri
menunjukkan tekanan darah terendah 80/60 mmHg (tidak normal) dan tertinggi 140/80 mmHg (tidak normal) untuk tekanan darah normal 100/80 -100/60. sedangkan tekanan darah pada saat beraktivitas menunjukkan tekanan darah normal karena data pada tabel empat menujukan rata-rata tekanan darah 120/80 – 100/80. Berdasarkan penelitian di atas, hasil tersebut menunjukkan gambaran perubahan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik pada antara posisi duduk, posisi berdiri dan posisi berbaring. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Akrim Amirudin di Manado, yang menunjukkan perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah normal dalam tubuh penting untuk dijaga. Jika terlalu rendah atau terlalu tinggi, kondisi tersebut dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. Pasalnya, semakin tinggi tekanan darah, maka risiko untuk terkena penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke juga semakin tinggi.Sebaliknya, tekanan darah rendah dapat menurunkan kemampuan jantung dalam memompa darah, sehingga berisiko menurunkan suplai darah pada organ-organ tubuh dan dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ Tekanan darah normal pada orang dewasa adalah sekitar 90–120 mmHg, Apabila hasilnya berkisar di angka 120/80 mmHg hingga 139/89 mmHg (pada orang dewasa), hal ini dapat menandakan keadaan pre-hipertensi dan disarankan untuk mulai memperbaiki gaya hidup dengan rutin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi seimbang serta rendah garam. Namun, kondisi ini perlu diwaspadai ketika hasilnya menunjukkan angka 140/90 mmHg atau di atasnya. Kondisi ini merupakan tanda tekanan darah tinggi atau hipertensi, sehingga perlu mendapatkan penanganan secara tepat. Apabila seseorang dalam posisi berdiri, tekanan intravaskular di semua tempat menjadi sama dengan tekanan yang dihasilkan oleh kontraksi jantung ditambah tekanan tambahan sama dengan berat kolom darah dari jantung ke titik pengukuran. Pada rata-rata tekanan darah, misalnya berat kolom darah yang membentang dari jantung ke kaki adalah 80 mmHg. Pada kapiler kaki, tekanan
meningkat dari 25 (tekanan kapiler rata-rata yang dihasilkan dari kontraksi jantung) menjadi 105 mmHg, peningkatan 80 mmHg ini disebabkan oleh berat kolom darah. Teori tekanan hidrostatik menyatakan bahwa tekanan pada permukaan air sama dengan tekanan atmosfer pada semua bagian air yang terpapar oleh udara, namun tekanan meningkat 1 mmHg untuk setiap penurunan 13,6 milimeter dari permukaan. Tekanan hidrostatik berperan pada sistem kardiovaskular karena adanya beban darah pada vena. (Lionakis, Strang KT et al). Peningkatan tekanan akibat gravitasi mempengaruhi volume sirkulasi darah efektif melalui beberapa cara. Pertama, peningkatan tekanan hidrostatik yang terjadi di kaki ketika seseorang berdiri akan mendorong keluar dinding vena sehingga menyebabkan distensi. Hasilnya adalah mengumpulnya darah di pembuluh vena. Sebagian darah berasal dari kapiler akan masuk ke pembuluh vena yang melebar daripada kembali ke jantung. Dalam waktu yang sama, peningkatan tekanan kapiler yang disebabkan oleh gaya gravitasi menyebabkan peningkatan filtrasi cairan dari kapiler ke ruangan interstitial. Akibat mengumpulnya darah di vena dan peningkatan filtrasi kapiler, akan mengurangi volume sirkulasi darah efektif. Penurunan aliran balik vena menyebabkan penurunan sementara volume akhir diastolik. Hal ini akan mengurangi stroke volume, dan pada akhirnya mengurangi curah jantung serta penurunan tekanan darah (Widmair dan ACAPress).
G.Kesimpulan Dalam praktikum yang berjudul “Pengukuran Tekanan Darah” ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengamati dan mengetahui adanya darah normal dan tidak normal, Mengetahui perbedaan tekanan darah pada posisi berbaring, duduk, berdiri, dan beraktivitas. Pengukuran tekanan darah normal dan tidak normal pada posisi berbaring menunjukkan tekanan darah tidak normal 80/65 mmHg dan normal 120/60 – 100/80 mmHg.Sedangkan tekanan darah pada posisi duduk menunjukkan tekanan darah normal karena data pada tabel dua menujukan rata-rata tekanan darah 120/80 – 100/80. Pengukuran tekanan darah normal dan tidak normal pada posisi berdiri menunjukkan tekanan darah terendah 80/60 mmHg (tidak normal) dan tertinggi 140/80 mmHg (tidak normal) untuk tekanan darah normal 100/80 -100/60. Pasalnya, semakin tinggi tekanan darah, maka risiko untuk terkena penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke juga semakin tinggi.Sebaliknya, tekanan darah rendah dapat menurunkan kemampuan jantung dalam memompa darah, sehingga berisiko menurunkan suplai darah pada organ-organ tubuh dan dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ Tekanan darah normal pada orang dewasa adalah sekitar 90–120 mmHg, Apabila hasilnya berkisar di angka 120/80 mmHg hingga 139/89 mmHg (pada orang dewasa), hal ini dapat menandakan keadaan pre-hipertensi dan disarankan untuk mulai memperbaiki gaya hidup dengan rutin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi seimbang serta rendah garam.
Daftar Pustaka ACAPress. Clinical Biomechanics: Musculoskeletal Actions and Reactions. Dalam: Schafer RC, Editor. Body Alignment, Posture, and Gait. Edisi ke2.2013 Amiruddin, M. A., Danes, V. R., & Lintong. (2015). Analisa hasil pengukuran tekanan darah antara posisi duduk dan posisi berdiri pada mahasiswa semester VII (tujuh) TA. 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik, 3 (1), 125 – 129. Amirudin Muhamad, Analisa Hasil Pengukuran Tekanan Darah Antara Posisi Duduk dan Berdiri. Manado: 2015. Available From: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/viewFile/6635/61 71 Anggara, F.H.D., & Nanag, P., (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal ilmiah kesehatan, 5 (1) Armstrong RS. Nurses knowledge of error in blood pressure measurement technique. International Journal of Nursing Practice. 2002;8(3):118-26. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12000630/. Lionakis N et al. Hypertension In The Elderly. World Journal of Cardiology. 2012;4(5):135 Mohammad Afif “PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA LENGAN DAN KAKI PASIEN DI RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG”. 2018 http://repository.unimus.ac.id Nardo CJ, Chambless LE, Light KC, Rosamond WD, Sharrett AR, Tell GS, et al. Descriptive epidemiology of blood pressure response to change in body position. The ARIC Study. Hypertension. 1999; 33(5): 1123-9. Available from: https://pubmed.ncbi. nlm. nih.gov/10334798/. Netea RT, Lenders JW, Smits P, Thien T. Influence of body and arm position on blood pressure readings: an overview. J Hypertens 2003;21:237–41. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12821952/. Netea RT, Lenders JWM, Smith P, Thien T. Both body and arm position significantly influence blood pressure measurement. Journal of Human Hypertension June 2003;17(7): 459–62. Available from: https://www.nature.com/articles/1001573
Netea RT, Smits P, Lenders JW, Thien T. Does it matter whether blood pressure measurements are taken with subjects sitting or supine? J Hypertens 1998;16:263-8. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9557918/. Pickering TG, Hall JE, Appel LJ, et al. Recommendations for blood pressure measurement in humans and experimental animals: Part 1: blood pressure measurement in humans: a statement for professionals from the Subcommittee of Professional and Public Education of the AHA Council on HBP. Circulation 2005;111:697-716. Available from: https://www.ahajournals.org/doi/full/ 10.1161/01.hyp.0000150859.47929.8e. Sparrow D, Rosner B, Vokonas PS, Weiss ST. Relation of blood pressure measured in several positions to the subsequent development of systemic hypertension: the Normative Aging Study. Am J Cardiol. Feb 1986; 57(4):218–21. Available from: https://www.ajconline.org/article/0002- 9149(86)90894-5/pdf Strang KT et al. Human Physiology. Edisi ke-12. 2008 Widmair EP, Raff H, Strang KT. Vander’s Human Physiology: The Mechanisms of Body Function. Edisi ke-12. Mc-Graw Hill:2008.h.406-7. Yusuf Damar Jatinugroho dan Susy Olivia Lontoh. (2021). Pengaruh perubahan posisi terhadap tekanan darah pada karyawan dan karyawati RSU Purwogondo. Tarumanagara Medical Journal Vol. 3, No. 1, 192-199, April 2021.
Daftar Pustaka Online https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/mengenal-tekanandarah-normal https://www.google.com/search?q=lankah+langkah+dalam+pengukuran+tekanan +darah&oq=lankah+langkah+dalam+pengukuran+tekanan+darah&gs_lcrp=EgZja HJvbWUyBggAEEUYOTIJCAEQIRgKGKABMgkIAhAhGAoYoAEyCQgDEC EYChigAdIBCjI0ODQ3ajBqMTWoAgCwAgA&sourceid=chrome&ie=UTF-8 http://repository.unimus.ac.id/2084/1/MANUSCRIPT%20FULL%20TEXT.pdf http://Yusuf+Damar+Jatinugroho.+Susy+Olivia+Lontoh.pdf
LAMPIRAN Gambar : pengukuran tekanan darah
LAPORAN PRAKTIKUM (“Mengamati Objek Anatomi Pada Tumbuhan”) Di Susun Oleh : Nama : Yurna Buabes Npm : 38420521008 Semester : V Mata Kuliah : Praktikum Biologi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI INSTITUS SAINS DAN KEPENDIDIKAN (ISDIK) KIE RAHA MALUKU UTARA
TAHUN 2023 A. Latara Belakang Anatomi tumbuhan merupakan salah satu cabang biologi yang mempelajari struktur fisik tumbuhan secara mikroskopis (Beck,2010). Anatomi sendiri disebut juga sebagai ilmu urai, terkait pembahasan yang lebih rinci dari setiap struktur tumbuhan melalui sayatan bujur atau melintang yang diamati menggunakan mikroskop (Campbell et all. 2009). Dalam hal ini anatomi tumbuan dapat dijadikan sebagai pelengkap ilmu morfologi yang hanya mempelajari bentuk dan susunan tumbuhan (Cutler, et al 2007). Buku ini ditulis untuk memudahkan bagi mahasiswa dalam perkuliahan maupun peneliti untuk memahami lebih mendalam tentang struktur tumbuhan (Rizki Nisfi Ramdhini, et al 2021). Anatomi tumbuhan adalah suatu Ilmu yang mempelajari struktur dalam dari organ-organ tumbuhan dengan teknik pemotongan organ-organ tersebut (Estiti, 1996). Anatomi tumbuhan bertujuan untuk mempelajari bagian-bagian dalam dari struktur organ-organ tumbuhan termasuk kedalamnya adalah sel, yang merupakan unit dasar dari seluruh organisma hidup termasuk tumbuhan (Evert 2010). Anatomi tumbuhan, sebagai suatu disiplin ilmu yang terperinci, merupakan salah satu bagian botani yang tertua (Fahn, 995). Ilmu yang mempelajari tentang Anatomi tumbuhan dimulai kurang lebih pada abad ke tujuh belas, oleh dua orang yang bekerja secara sendiri-sendiri (Grigore 2017) Anatomi tumbuhan merupakan adalah bidang botani yang berhubungan dengan struktur internal dan organisasi dalam tumbuhan. Pendekatan dalam mempelajari anatomi tumbuhan dewasa ini didasari pada seleksi alam. Kini bidang fisiologi, biokimia dan genetika telah maju. Interaksi ketiga bidang ilmu ini dengan anatomi memungkinkan penafsiran struktur anatomi tumbuhan yang lebih jelas. Anatomi tumbuhan mula-mula membahas fungsi tumbuhan yang dinamis, disertai pemahaman mengenai jenis sel dan jaringan bila diperlukan. Pembahasan fungsi tidak terlepas dari kajian perkembangan tumbuhan karena dalam perkembangan ini struktur yang belum, sedang dan selesai terdiferensiasi amat berbeda. Perbedaan tersebut sering pula berkaitan dengan fungsi. Pembagian tubuh tumbuhan menjadi sejumlah organ yang dibagibagi lagi menurut sel dan jaringan penyusunnya merupakan cara yang mudah untuk mempelajarinya sebab pembagian itu memperlihatkan spesialisasi struktur dan fungsi semua
bagian tumbuhan. Namun, kajian mengenai berbagai bagian itu hendaknya tidak mengaburkan kenyataan bahwa tumbuhan adalah satu kesatuan yang utuh. B. Tujuaan Mengamati anatomi tumbuhan pada akar. batang, dan daun. C.Alat dan Bahan Alat : Mikroskop, Hp, pena, kertas Bahan : preprat anatomi tumbuhan D.Prosedur Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum 2. Dihubungkan pada saluran listrik mikroskop yang akan digunakan 3. Diletakan preparat kering anatomi tumbuhan pada meja mikroskop dan di amati diulangi sampai selesai 4. Pengambilan dokumentasi pada setia anatomi tumbuhan 5. Dirapikan kembali alat dan bahan yang digunakan. E.Hasil Praktikum Tabel Mengamati Objek Anatomi Pada Tumbuhan No. Nama Tumbuhan Objek Yang Diamati Gambar Objek Okuler
1. Arachis hypogaea c.s. Akar (Kacang tanah) 5/0.10 18 mm 2. Zea mays c.s. Akar (jagung) 5/0.10 18 mm 3. Asplenium nidus c.s. Batang (Paku sarang burung) 5/0.10 18 mm
4. Erythrina variegeta c.s. Batang (Dadap ayam) 5/0.10 18 mm 5. Ficus elastic c.s. Batang (Karet merah) 5/0.10 18 mm 6 Hibiscus sp.c.s. Batang (Kembang sepatu) 5/0.10 18 mm
7. Hibiscus sp. I.s. Batang (Kembang sepatu) 5/0.10 18 mm 8. Amaranthus spinosa l.s. Batang (Bayam duri) 5/0.10 18 mm 9. Amaranthus spinosa c.s. Batang (Bayam duri) 5/0.10 18 mm
10. Arachis hypogaea l.s. Batang (Kacang tanah) 5/0.10 18 mm 11. Arachis hypogeae c.s. Batang (Kacang tanah) 5/0.10 18 mm 12. Zea mays l.s. Batang (Jagung) 5/0.10 18 mm
13. Zea mays c.s. Batang (Jagung) 5/0.10 18 mm 14. Bryophyta w.m. Contoh (Lumut daun, lumut hati, lumut tanduk) 5/0.10 18 mm 15. Thallophyta w.m. Contoh (Alga, jamur, dan lumut kerak) 5/0.10 18 mm
16. Spyrogyra w.m. Contoh (Ganggang hijau) 5/0.10 18 mm 17. Yeast w.m. Khamir 5/0.10 18 mm 18. Asplenium nidus s.f. Stomata (Paku sarang burung) 5/0.10 18 mm
19. Canna indica s.f. Stomata (Bunga tasbih) 5/0.10 18 mm 20. Zea mays s.f. Stomata (Jagung) 5/0.10 18 mm 21. Prunus cecarus c.s. Lenti sel (Kersen, ceri asam atau kers) 5/0.10 18 mm
22. Ficus elastic c.s. Daun (Pohon karet Kebo) 5/0.10 18 mm 23. Pinus merkusii c.s. Daun (Tusam Sumatera) 5/0.10 18 mm 24. Zea mays l.s. Daun (Jagung) 5/0.10 18 mm
25. Zea mays c.s. Daun (Jagung) 5/0.10 18 mm 26. Mitosis pembelahan sel 5/0.10 18 mm F. Pembahasan Dalam praktikum yang berjudul “Mengamati Objek Anatomi Pada Tumbuhan” ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengamati dan mengetahui apasaja anatomi pada tumbuhan, dan bagamana mengunakan mikroskop. Praktikum ini dilakukan di Gedung D Lantai 2 Ruang Biologi. ❖ Arachis hypogaea (kacang tanah) Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman anggota suku Leguminosae yang dibudidayakan, serta menjadi kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia (Scribd. 2008). Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dengan daun-daun kecil tersusun majemuk (Scribd. 2008). Tanaman ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya selain kacang bogor, Voandziea subterranea yang buahnya mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pematangan biji terganggu (Scribd. 2008). Tanaman kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati, minyak dan lain-lain (Warintek. 2010). Sebagai
tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak (Vyan RH. 2009). Biji ini dapat dimakan mentah, direbus (di dalam polongnya), digoreng, atau disangrai (Vyan RH. 2009). Di Amerika Serikat, biji kacang tanah diproses menjadi semacam selai dan merupakan industri pangan yang menguntungkan (Vyan RH. 2009). Produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran minyak masak dunia pada tahun 2003 menurut FAO (Scribd. 2008). Selain dipanen biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya (daun dan batang) untuk makanan ternak atau merupakan pupuk hijau (Vyan RH. 2009). Kandungang gizi pada Kacang tanah kaya akan kandungan lemak, protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya. Mempunyai rasa yang manis dan banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kue. Kacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit. Mengonsumsi satu ons kacang tanah lima kali seminggu dilaporkan dapat mencegah penyakit jantung. Kacang tanah bekerja meningkatkan kemampuan pompa jantung dan menurunkan risiko penyakit jantung coroner. Memakan segenggam kacang tanah setiap hari terutama pesakit kencing manis dapat membantu kekurangan zat. Kacang tanah mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal. Dalam 1 ons kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9. Kacang tanah mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL kolesterol. Kacang tanah juga mengandung arginin yang dapat merangsang tubuh untuk memproduksi nitrogen monoksida yang berfungsi untuk melawan bakteri tuberculosis. Kajian-kajian menunjukkan kacang tanah dapat sebagai penurun tekanan darah tinggi dan juga kandungan kolestrol dalam darah, berkesan untuk melegakan penyakit hemofilia atau kecenderungan mudah berdarah, penyakit keputihan dan insomnia. Namun Kacang tanah sangat dicegah pada mereka yang menghadapi penyakit jenis kanker payudara dan yang mempunyai masalah jerawat atau acne juga dinasihatkan berhenti mengonsumsi kacang tanah.
Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang tumbuh menjalar dan ada yang tegak. Tinggi batang rata-rata sekitar 50 cm, namun ada yang mencapai 80 cm. Tanaman ini berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. akar tanaman legume lainnya. Akar kacang tanah memiliki nodule (bintil akar) akibat dari hubungan simbiosis mutualisme antara bakteri penambat unsur N dengan Rhizobium sp. Akar kacang tanah berbentuk tunggang dan memiliki cabang akar yang tumbuh pada akar utama. ❖ Zea mays (Jagung) Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri farmasi, kosmetika, dan kimia. Jagung merupakan tanaman model yang menarik (University of Arizona 2009). khususnya di bidang biologi dan pertanian. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang intensif, dan membantu terbentuknya teknologi kultivar hibrida yang revolusioner. Dari sisi fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Dalam kajian agronomi, tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap kekurangan atau keracunan unsur-unsur hara penting menjadikan jagung sebagai tanaman percobaan fisiologi pemupukan yang disukai (Wayback Machine 2015). Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Stomata pada daun jagung memiliki bentuk yang memanjang dengan bagian ujung membesar, berdinding tipis, dan berbentuk kecil dibagian tengah yang membuktikan bahwa pada daun jagung terdapat modifikasi epidermis berupa stomata yang berbentuk halter (memanjang) (Saraswati, 2015). Jagung mempunyai akar serabut
dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. ❖ Asplenium nidus (Paku sarang burung) Paku sarang burung (Asplenium nidus, syn.: A. ficifolium Goldm., Thamnopteris nidus (L.) C. Presl., Neottopteris rigida Feé) merupakan jenis tumbuhan paku jamak ditemui di tempattempat yang lembab dan ternaung ini juga populer ditanam sebagai tanaman hias. Asplenium nidus dapat pula tumbuh sebagai epifit pada liana. Hal ini seperti dikemukakan oleh Mansur et al., (2004) dari hasil penelitian mengenai tempat hidup Asplenium nidus di Taman Nasional Gunung Halimun. Secara vertikal jenis paku ini dijumpai tumbuh pada ketinggian antara 0,4-20 meter dari permukaan tanah pada inangnya, dan paling banyak dijumpai pada ketinggian 0,1-4,9 meter. Umumnya jenis ini dijumpai pada daerah lembah dengan kondisi kelembaban yang tinggi. Murakami et al., (1999) menemukan tiga tipe kelompok genetik Asplenium nidus di TN Gunung Halimun, yang berbeda letak tempat tumbuhnya, baik pada pohon inang ataupun ketinggian tempat. Bahkan penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Yatabe et al., (2001) Asplenium nidus. Perawakannya berupa perdu epifit, batang pendek. Susunan daun melingkar pada batang sehingga tersusun menyerupai bentuk seperti sarang burung. Memiliki daun tunggal tersusun pada batang yang sangat pendek melingkar membentuk keranjang (Sarang burung). Asplenium nidus merupakan spesies pakis yang telah dipelajari mekanisme pembukaan dan penutupan stomatanya. Berikut beberapa temuan penting dari hasil pencarian: Keterlibatan kalosa dalam mekanisme pembukaan dan penutupan pori stomata pada Asplenium nidus telah diselidiki Callose adalah multifungsi β-D-glukan yang terlibat dalam morfogenesis dan fungsi stomata angiosperma. Stomata yang terbuka seluruhnya tidak memiliki kalosa, sedangkan stomata yang tertutup memperlihatkan susunan kalose fibrillar radial yang berbeda pada dinding periklinal eksternal.Degradasi kalosa dan penghambatan sintesis kalosa mengurangi kemampuan stomata untuk membuka dalam cahaya putih dan menutup dalam kegelapan Mikrotubulus juga terlibat dalam pengendapan susunan kalose fibrillar radial di stomata Asplenium nidus Pembentukan pori-pori stomata pada Asplenium nidus dimulai pada sel penjaga pascasitokinetik di bagian tengah dinding ventral Asplenium nidus memiliki stomata tetrasitik selain tipe anisositik, yang membedakannya dari taksa lain Singkatnya, Asplenium nidus memiliki
mekanisme pembukaan dan penutupan stomata unik yang melibatkan kalosa dan mikrotubulus. Pembentukan pori stomata pada spesies ini dimulai pada sel penjaga pascasitokinetik di bagian tengah dinding ventral. ❖ Erythrina variegeta (Dadap ayam) Erythrina variegata, umumnya dikenal sebagai pohon karang India atau cakar harimau, adalah spesies Erythrina yang berasal dari daerah tropis dan subtropis di dunia. Ini adalah pohon gugur berduri yang dapat tumbuh setinggi 27 meter, dengan daun menyirip dan kumpulan bunga merah tua atau merah tua yang lebat. Di Indonesia, Erythrina variegata dikenal dengan nama "Dadap Ayam" dalam bahasa Jawa dan telah digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit antara lain obat cacing, antikanker, antimalaria, dan lain-lain. Ini juga digunakan sebagai sayuran, dan daunnya digunakan untuk membungkus daging yang difermentasi di Vietnam Erythrina variegata juga dinilai sebagai pohon hias, dan beberapa kultivar telah dipilih, termasuk 'Alba' berbunga putih. Tanaman ini beradaptasi di daerah pesisir dan digunakan sebagai peneduh di perkebunan kopi. Singkatnya, Erythrina variegata, juga dikenal sebagai pohon karang India atau cakar harimau, merupakan pohon berdaun berduri yang digunakan untuk pengobatan, sebagai sayuran, dan sebagai pohon hias. Tanaman ini beradaptasi di daerah pesisir dan digunakan sebagai peneduh di perkebunan kopi. Di Indonesia dikenal dengan nama "Dadap Ayam" dalam bahasa Jawa. Batang Erythrina variegata mempunyai kontur silindris dan ditutupi oleh epidermis uniseriat yang ditutupi oleh kutikula yang menebal. Ini menunjukkan trikoma kelenjar dan bercabang klaviform dengan sel gabus, serat kulit pohon, dan sklereid. Pericyclenya merupakan sklerenkim yang membentuk selubung kristal. Batang juga memiliki sel parenkim di korteks, daerah interfascicular, dan empulur. Epidermis daun dan batang muda dicirikan oleh adanya stomata anomositik dan parasit, rambut berlengan dua non-kelenjar, uniseluler dan multiseluler, serta rambut kelenjar berbentuk gada. Kalsium oksalat hadir dalam bentuk selubung kristal dan prisma. Rongga sekretorik tersebar di floem dan korteks. Namun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh pemahaman lebih detail mengenai anatomi batang Erythrina variegata. ❖ Ficus elastica (Karet merah) Ficus elastica adalah spesies tumbuhan berbunga dalam keluarga Moraceae, asli bagian timur Asia Selatan dan Tenggara. Ia telah dinaturalisasi di Sri Lanka, Hindia Barat, dan negara