bagian Florida di AS. Meskipun memiliki nama yang umum, karet ini tidak digunakan dalam produksi komersial karet alam. Meskipun tidak ada informasi spesifik mengenai anatomi Ficus elastica, terdapat penelitian tentang anatomi spesies Ficus lainnya. Misalnya, studi tentang venasi daun pada taksa terpilih dari genus Ficus L. (Moraceae) di Semenanjung Malaysia menemukan bahwa daun Ficus elastica, bersama dengan spesies lain seperti F. hispida dan F. religiosa, memiliki pola venasi retikulat. Penelitian lain mengenai struktur anatomi daun Ficus racemosa L. menemukan bahwa daun ini mempunyai struktur anatomi yang sama dengan daun lainnya, antara lain epidermis, stomata, mesofil, dan ikatan pembuluh. Namun informasi spesifik mengenai anatomi daun Ficus elastica belum tersedia di hasil pencarian. Sayangnya, tidak ada informasi spesifik mengenai anatomi batang Ficus elastica dalam hasil pencarian. Namun berdasarkan anatomi umum batang dikotil, batang Ficus elastica kemungkinan besar memiliki struktur sebagai berikut: Epidermis: lapisan sel terluar yang menutupi batang dan melindunginya dari kehilangan air dan patogen. Korteks: lapisan sel antara epidermis dan jaringan pembuluh darah yang menyimpan makanan dan air. Jaringan pembuluh darah: jaringan yang mengangkut air, mineral, dan nutrisi ke seluruh tumbuhan. Terdiri dari dua jenis jaringan: xilem dan floem. Xilem: jaringan yang mengangkut air dan mineral dari akar ke daun. Floem: jaringan yang mengangkut makanan dari daun ke seluruh tumbuhan. Kambium: lapisan sel antara xilem dan floem yang menghasilkan sel-sel baru untuk pertumbuhan dan perbaikan. ❖ Hibiscus sp (Kembang sepatu) Kembang sepatu adalah tanaman yang sangat kuat dan serbaguna yang dapat meningkatkan keindahan taman apa pun. Ini adalah tanaman abadi dan berbunga sepanjang tahun, menjadikannya tambahan yang bagus untuk taman apa pun. Anatomi spesies kembang sepatu telah dipelajari di beberapa makalah penelitian. Informasi berikut ini berdasarkan hasil pencarian yang tersedia: Anatomi dasar daun kembang sepatu sederhana, berlobus, berseling atau spiral dan mempunyai stipula berpasangan. Singkatnya, Hibiscus adalah genus tanaman berbunga dalam keluarga mallow, Malvaceae, yang terdiri dari beberapa ratus spesies yang berasal dari daerah
beriklim hangat, subtropis, dan tropis di seluruh dunia. Tanaman kembang sepatu terkenal dengan bunganya yang besar dan mencolok, dengan warna yang bervariasi dari putih dan putih pudar hingga merah muda, biru, lavendel, ungu, merah, merah tua, vinous, dan kuning atau oranye. Mereka adalah tanaman yang sangat kuat dan serbaguna yang dapat meningkatkan keindahan taman mana pun dan juga digunakan untuk makanan dan minuman. Informasi yang tersedia mengenai anatomi batang Hibiscus sp masih terbatas. Namun salah satu sumber memberikan informasi mengenai anatomi batang Hibiscus rosasinensis yang merupakan tanaman dikotil. Menurut sumbernya, batang Hibiscus rosasinensis memiliki struktur sebagai berikut: Epidermis : Ini adalah lapisan terluar batang, terdiri dari sel-sel hidup yang dapat menjalani mitosis untuk memperluas luas permukaan sebagai respons terhadap tekanan internal akibat pertumbuhan sekunder. Korteks : Merupakan daerah antara epidermis dan lapisan terluar jaringan pembuluh darah, terdiri dari sel parenkim yang mengandung kloroplas. Korteks mungkin juga mengandung sel kolenkim dan sklerenkim. Jaringan pembuluh darah : Ini termasuk xilem dan floem, yang tersusun membentuk cincin di sekeliling empulur. Berkas pembuluh darah bersifat kolateral dan terbuka, dan susunan jaringan pembuluh darah bersifat eustele. Kambium : Merupakan lapisan jaringan meristematik yang menghasilkan sel xilem dan floem baru. Empulur : Merupakan bagian tengah batang yang terdiri dari sel-sel parenkim. ❖ Amaranthus spinosa (Bayam duri) Amaranthus spinosus, umumnya dikenal sebagai bayam berduri, pigweed berduri, bayam berduri, atau bayam berduri, adalah tanaman asli Amerika tropis, tetapi terdapat di sebagian besar benua sebagai spesies pendatang dan terkadang merupakan gulma berbahaya.Berikut beberapa fakta penting tentang Amaranthus spinosus: Penampilan : Bayam berduri adalah tanaman tahunan musim panas yang tegak, seringkali lebat, bercabang banyak, tumbuh hingga ketinggian 2–5 kaki. Batang dan daunnya halus dan tidak berbulu, terkadang tampak mengkilat. Setiap ruas daun di sepanjang batang mempunyai sepasang duri yang kaku dan tajam
Habitat : Bayam berduri berasal dari dataran rendah tropis di Amerika Tengah dan Selatan, namun kini invasif di seluruh dunia, termasuk sebagian besar Amerika Utara. Hal ini ditemukan pada jenis tanah basah dan kering Toksisitas : Bayam berduri beracun bagi ternak Kegunaan : Bayam berduri digunakan dalam pengobatan tradisional di beberapa budaya, dan telah menunjukkan aktivitas antimalaria klinis pada tikus 3Status konservasi : Bayam berduri tidak dianggap terancam punah atau terancam punah Amaranthus spinosa, juga dikenal sebagai bayam berduri, merupakan tanaman yang termasuk dalam famili AmaranthaceaeBerikut anatomi batang Amaranthus spinosa berdasarkan hasil pencarian yang ada: Batang Amaranthus spinosa bersifat herba, Jaringan utama penyusun batang adalah jaringan dasar, Prasasti batang mirip dengan prasasti akar tanaman, Jaringan xilem dan floem terdapat di batang, dan anatominya mirip dengan akar, Batangnya mempunyai diameter kurang lebih 1-2 cm, Batang mempunyai lapisan epidermis yang terdiri dari satu lapisan sel, atang mempunyai lapisan korteks yang terdiri dari beberapa lapisan sel, Batang mempunyai lapisan empulur yang terdiri dari sel-sel parenkim. ❖ Bryophyta (Lumut) Bryophyta merupakan salah satu divisi tumbuhan tidak berpembuluh yang meliputi lumut, lumut hati, dan lumut tanduk. Berikut beberapa detail mengenai anatomi Bryophyta: Morfologi : Bryophyta menempati posisi peralihan antara lumut tanduk dan tumbuhan berpembuluh, dan asal usulnya mendahului perbedaan nenek moyang dengan kelompok ini. Anatomi sporofit : Sporofit Takakia ceratophylla, sejenis lumut, telah dipelajari secara rinci. Kapsul, seta, dan kaki adalah tiga wilayah organografi sporofit. Kapsul berisi jaringan sporogen yang menutupi kolumela tengah, dan mengembang setelah penghentian pemanjangan seta. Seta berangsur-angsur memanjang, dan kakinya mengikat sporofit ke gametofit. Sporofit tidak memiliki stomata, peristom, dan operkulum, dan pecah di sepanjang garis jahitan memanjang tunggal yang berbentuk spiral. Anatomi gametofit : Genera Blasia dan Cavicularia berbagi anatomi gametofit, struktur rizoid, dan anatomi sporofit dengan yang sederhana ❖ Thallophyta
Thallophyta adalah suatu divisi tumbuhan yang mencakup organisme dengan bentuk tubuh thallus, yang berarti tidak memiliki akar, batang, atau daun sejati. Divisi ini meliputi alga, jamur, dan lumut kerak. Thallus merupakan tubuh tumbuhan sederhana yang tidak dapat dibedakan menjadi daun, batang, dan akar sejati. Struktur dan anatomi thallus berbeda-beda tergantung jenis organismenya. Misalnya, struktur thallus pada alga dapat berupa dikotomis, pektinat, menyirip, atau vertisilat. Sedangkan struktur thallus pada lumut kerak dapat berupa krustosa, foliosa, atau frutikosa Anatomi thallus juga berbeda-beda tergantung jenis organismenya. Misalnya, anatomi thallus pada alga dapat mencakup flagela, kloroplas, dan nukleus. Sedangkan anatomi thallus pada jamur dapat berupa hifa, yaitu struktur mirip benang yang menyusun tubuh jamur. Secara ringkas Thallophyta merupakan salah satu divisi tumbuhan yang mencakup organisme dengan bentuk tubuh thallus. Struktur dan anatomi thallus berbeda-beda tergantung jenis organismenya, namun secara umum thallus merupakan tubuh tumbuhan sederhana yang tidak dapat dibedakan menjadi daun, batang, dan akar sejati ❖ Spyrogyra Spirogyra adalah genus ganggang hijau charophyte berserabut dari ordo Zygnematales. Umumnya ditemukan di air tawar dan mampu melakukan fotosintesis, memiliki sel eukariotik dan nukleus yang terletak di tengah. Sel dikelilingi oleh dinding sel dan mempunyai vakuola yang besar. Lapisan tipis agar-agar menutupi seluruh sel, memberikan Spirogyra karakter yang unik. Anatomi Spirogyra meliputi: Talus : Spirogyra memiliki talus berserabut yang tidak bercabang Kloroplas : Spirogyra memiliki kloroplas yang tersusun dalam pola heliks atau spiral Produksi oksigen : Spirogyra menghasilkan oksigen selama fotosintesis, yang disimpan di antara filamen. Pada siang hari, Spirogyra naik ke permukaan air, dan pada malam hari, oksigen terlarut kembali ke dalam air. Singkatnya, Spirogyra adalah ganggang hijau air tawar dengan talus berserabut tidak bercabang, sel eukariotik, dan nukleus yang terletak di tengah. Ia memiliki kloroplas yang tersusun dalam pola heliks atau spiral dan menghasilkan oksigen selama fotosintesis. ❖ Yeast (kamir)
Informasi mengenai anatomi ragi dalam hasil pencarian terbatas. Namun demikian, kita dapat mengumpulkan beberapa informasi tentang morfologi Saccharomyces cerevisiae yang merupakan salah satu jenis khamir. Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur uniseluler yang berukuran mikroskopis. Sel Saccharomyces cerevisiae terdiri dari kapsul, dinding sel, membran sitoplasma, nukleus, vakuola, globul lipid, dan mitokondria. Bentuk Saccharomyces cerevisiae lonjong (berbentuk telur) dengan ukuran panjang sekitar 1-5μm atau 20-25μm dan lebar 1-10μmKoloni Saccharomyces cerevisiae berbentuk datar, lembab, mengkilat, dan halus. ❖ Canna indica (Bunga tasbih) Canna indica merupakan salah satu spesies tumbuhan yang termasuk dalam famili Cannaceae. Berikut beberapa struktur anatomi daun Canna indica: Epidermis : Epidermis adalah lapisan terluar daun. Laporan praktis anatomi tumbuhan menunjukkan struktur anatomi epidermis Canna indicaLaporan tersebut menjelaskan bahwa epidermis merupakan satu lapisan sel yang menutupi permukaan atas dan bawah daun. Sel-sel epidermis tersusun rapat dan memiliki kutikula berlapis lilin di permukaannya untuk mencegah kehilangan air. Mesofil : Mesofil adalah lapisan tengah daun. Artikel penelitian tentang variasi struktur anatomi daun beberapa tumbuhan monokotil, termasuk Canna indica, memperlihatkan struktur anatomi mesofil. Mesofil terdiri dari dua jenis sel: mesofil palisade dan mesofil bunga karang. Mesofil palisade terletak di sisi atas daun dan terdiri dari sel-sel memanjang yang tersusun vertikal. Mesofil bunga karang terletak di sisi bawah daun dan terdiri dari sel-sel yang tersusun longgar dan bentuknya tidak beraturan. Berkas pembuluh : Berkas pembuluh adalah pembuluh darah daun yang mengangkut air dan unsur hara ke seluruh tumbuhan. Laporan praktis tentang anatomi tumbuhan menunjukkan struktur anatomi berkas pembuluh darah Canna indica Laporan tersebut menjelaskan bahwa ikatan pembuluh darah terletak pada lapisan mesofil dan tersusun atas jaringan xilem dan floem. Jaringan xilem mengangkut air dan mineral dari akar ke daun, sedangkan jaringan floem mengangkut gula dan senyawa organik lainnya dari daun ke seluruh tumbuhan. ❖ Prunus cecarus (Ceri)
Anatomi Prunus cerasus (ceri asam) yang tersedia di hasil pencarian. Namun, berikut beberapa informasi umum mengenai bagian-bagian tumbuhan: Prunus cerasus adalah spesies Prunus dalam subgenus Cerasus (ceri), yang berasal dari sebagian besar Eropa, Afrika Utara, dan Asia Barat Pohonnya sendiri berukuran sedang dan biasanya tingginya kurang dari 33 kaki. Biasanya disimpan kurang dari 15 kaki saat dibudidayakan. Kulit batangnya berwarna merah hingga abuabu kecokelatan dengan lentisel horizontal yang dominan dan sering terkelupas. Daun P. cerasus berbentuk lonjong/elips. Mereka umumnya memiliki kurang dari 8 pasang urat dan panjang daun 2-5 inci Bunga Prunus cerasus berwarna putih dan ditemukan berkelompok 3-5. Mereka memiliki 5 kelopak yang berlekuk atau berlobang. Banyak yang ditanggung secara menyamping pada kayu berumur 1 tahun. Bunga muncul di pertengahan musim semi. Itu adalah buah batu yang mekar terakhir Buahnya adalah buah berbiji dengan diameter 0,5 inci hingga 1,25 inci. Rasanya manis/asam, tapi tidak pahit. Buah ini lebih rendah gula dan lebih tinggi asam organik dibandingkan ceri manis. Prunus cerasus hanya membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk perkembangan buahnya. Buah matang pada awal hingga pertengahan musim panas. ❖ Ficus elastic Ficus elastica adalah tanaman hias populer dari genus Ficus, dan ada sejumlah varietas yang berhasil ditanam di dalam ruangan. Ia toleran terhadap kondisi cahaya dalam ruangan dan dikenal karena sifatnya yang memurnikan udara. Keluarga Ficus elastica, Moraceae, adalah keluarga semak, pohon, dan liana; mereka dikenal mengeluarkan getah lateks saat terluka, dan menunjukkan “polimorfisme daun Anatomi umum spesies Ficus, termasuk Ficus elastica, dalam hasil pencarian. Berikut adalah beberapa temuan utama: Anatomi kayu Ficus elastica telah dipelajari dan dibandingkan dengan spesies Ficus lainnya. Daun ficus telah dipelajari struktur anatominya, termasuk Ficus elastic. Daun ficus umumnya terdiri dari struktur anatomi yang sama, antara lain epidermis, stomata, mesofil, dan ikatan pembuluh. Epidermis Ficus elastica diamati lebih tebal di permukaan atas dibandingkan di permukaan bawah, Lateks Ficus elastica adalah zat berwarna putih susu yang terpisah dari getahnya dan beracun jika tertelan
Anatomi daun Ficus elastic. Spesies ficus mempunyai stomata dengan tipe diasitik yang terdapat pada sisi bawah daun (hipostomata). Trikoma (trikoma uniseluler non kelenjar) terdapat pada kedua sisi daun (adaksial dan abaksial). Sel litosit (litokista) ditemukan pada semua daun Ficus yang diamati. Epidermis terletak pada permukaan atas dan bawah daun dikotil, sedangkan pada daun monokotil, epidermis terletak pada permukaan atas dan bawah daun, serta stomata tersusun di antara urat-urat daun.. Jaringan mesofil terletak di antara lapisan epidermis atas dan bawah dan terdiri dari sel-sel parenkim dengan banyak ruang antar sel. ❖ Pinus merkusii Tusam Sumatra merupakan tumbuhan runjung dengan daun berbentuk jarum. Tumbuhan ini berumah satu, berarti organ kelamin jantan dan betina terpisah namun dalam satu individu. Bentuknya pohon dengan tajuk cenderung berbentuk kerucut, walaupun terdapat variasi yang cukup besar. Anatomi daun Pinus merkusii. Daun Pinus merkusii mempunyai lapisan epidermis. Daun Pinus merkusii mempunyai lapisan mesofil palisade pada kedua permukaan daun. Daun Pinus merkusii mempunyai stomata pada lapisan epidermisnya. Daun Pinus merkusii mempunyai lapisan parenkim. Daun Pinus merkusii berbentuk jarum ❖ Mitosis Mitosis adalah proses pembelahan sel yang terjadi ketika sel induk membelah untuk menghasilkan dua sel anak yang identik. Ini adalah proses penting untuk pertumbuhan sel dan penggantian sel yang rusak Kelainan selama mitosis dapat mengubah DNA, sehingga mengakibatkan kelainan genetik Proses mitosis terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu praprofase (khusus sel tumbuhan), profase, prometafase, metafase, anafase, dan telofase. Tahapan mitosis adalah sebagai berikut: Profase : Pada tahap ini, kromosom memadat dan memadat. Nukleolus menyusut dan menghilang, dan struktur besar yang disebut gelendong mitosis terbentuk dari protein panjang yang disebut mikrotubulus di setiap sisi sel. Prometafase : Tahap ini khusus untuk sel hewan dan ditandai dengan pemecahan selubung inti. Metafase : Selama tahap ini, kromosom, yang masing-masing merupakan struktur ganda yang terdiri dari duplikat kromatid, berbaris di sepanjang garis tengah sel.
Anafase : Selama tahap ini, kromatid saudara terpisah di sentromernya dan ditarik oleh gelendong ke kutub sel yang berlawanan. Telofase : Selama tahap ini, membran inti terbentuk di sekitar setiap set kromosom untuk memisahkan DNA inti dari sitoplasma. Kromosom mulai terurai, yang membuatnya menyebar dan kurang kompak. Seiring dengan telofase, sel mengalami proses terpisah yang disebut sitokinesis yang membagi sitoplasma sel induk untuk membentuk dua sel anak, masing-masing mengandung jumlah dan jenis kromosom yang sama dengan sel induk.
G.Kesimpulan Anatomi tumbuhan bertujuan untuk mempelajari bagian-bagian dalam dari struktur organorgan tumbuhan termasuk kedalamnya adalah sel, yang merupakan unit dasar dari seluruh organisma hidup termasuk tumbuhan. Ilmu yang mempelajari tentang Anatomi tumbuhan dimulai kurang lebih pada abad ke tujuh belas, oleh dua orang yang bekerja secara sendiri-sendiri. Anatomi tumbuhan merupakan adalah bidang botani yang berhubungan dengan struktur internal dan organisasi dalam tumbuhan. Pembagian tubuh tumbuhan menjadi sejumlah organ yang dibagi-bagi lagi menurut sel dan jaringan penyusunnya merupakan cara yang mudah untuk mempelajarinya sebab pembagian itu memperlihatkan spesialisasi struktur dan fungsi semua bagian tumbuhan.
Daftar Pustaka Rizki Nisfi Ramdhini, Adelya Irawan Manalu, Ismi Puji Ruwaida Pramita Laksitarahmi Isrianto, Nurul Huda Panggabean Sukian Wilujeng, Ira Erdiandini, Sri Rezeki Fransiska Purba Eko Sutrisno, Irwan Lihardo Hulu, Sri Purwanti Budi Utomo, Dwie Retna Surjaningsih “Anatomi Tumbuhan” Web: kitamenulis.id Yayasan Kita Menulis, 2021 xviii; 190 hlm; 16 x 23 cm ISBN: 978-623-6840-86-3 Cetakan 1, Maret 2021 I. Anatomi Tumbuhan II. Yayasan Kita Menulis. Estiti, B.H. (1996). Anatomi Tumbuhan. ITB: Bandung Beck, C. B. (2010). An Introduction to Plant Structure and Development: Second Edition. Cambridge University Press: Cambridge. Campbell, R, et all. (2009). Biology: Eighth Edition. Pearson: San Fransisco Cutler, D.F., Botha, T., Stevenson, D.W. (2007). Plant Anatomy An Applied Approach. Blackwell Publishing: Malden USA. Evert,R.F. (2010). Esau’s Plant Anatomy: Meristems, Cells, and Tissues of the Plant Body: Their Structure, Function, and Development, Third Edition. New Jersey-USA:John Wiley & Sons, Inc. Fahn, A. (1995). Anatomi Tumbuhan: Edisi Tiga. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Grigore, MN., Toma, C. (2017). Bulliform Cells. In: Anatomical Adaptations of Halophytes. Springer, Cham. https://doi. org/10.1007/978-3-319-66480-4_8 Yatabe, Y., Masuyama, S., Darnaedi, D. and Murakami, N. 2001. Molecular systematic of the Asplenium nidus complex from Mt. Halimun National Park, Indonesia: evidence for reproductiv isolation among three sympatric RBCL secuence type. American J. of Botany 88 (8): 1517-1522. Scribd. 2008. Kacang Tanah Diakses pada 5 Mei 2010
Warintek. 2010. Budidaya Kacang Tanah Diarsipkan 2012-10-29 di Wayback Machine. Diakses pada 5 Mei 2010 Vyan RH. 2009. Kacang tanah, Manfaat dan Dampaknya Diakses pada 5 Mei 2010. University of Arizona. Scientists decode maize genome. ScienceDaily, 19 November 2009. Diakses 13 Mei 2014. Nutrient deficiency in corn Diarsipkan 2015-05-14 di Wayback Machine.. Laman perbandingan gejala fisik kekurangan hara pada jagung, sebagai pedoman bagi tanaman serealia lain Mansur, M., Kohyama, T. dan Simbolon, H. 2004. Distribusi vertikal dan horizontal Asplenium nidus L. di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Berita Biologi 7 (1&2). Murakami, N., Yatabe, Iwasaki, H., Darnaedi, D. and Iwatsuki, K. 1999. Molecular α taxonomy of a morphologically simple fern Asplenium nidus complex from Mt. Halimun National Park, Indonesia. In: Kato, M. (Eds.). The Biology of Biodiversity, pp. 53-66. Springer - Verlog, Tokyo, Japan.
Daftar Pustaka Online file:///C:/Users/acer/Downloads/biota,+2008-2-04.pdf https://id.wikipedia.org/wiki/Jagung https://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tanah https://www.perplexity.ai/search/328d70fe-ded6-4d49-b36f-063badd296dd?s=u https://www.perplexity.ai/search/682bd69a-b5ee-4b70-be0c-1193a69f4138?s=u https://www.perplexity.ai/search/782e69b4-5346-4bc1-b1e6-113ee0f5df46?s=u https://www.perplexity.ai/search/c8abcb11-3ec3-4f5c-a37f-d7220d05adee?s=u https://www.perplexity.ai/search/d037bb41-4462-4c8d-9f4d-6b5b106d5efc?s=u https://www.perplexity.ai/search/d2b563b6-35c2-4d58-acb8-ac59a63a2bb9?s=u https://www.perplexity.ai/search/eb6fe918-9e2e-4478-8fe2-f894d5ac0fde?s=u https://www.perplexity.ai/search/fac5ff3d-7b0b-4f9b-a8d3-c7755c94b895?s=u
LAPORAN PRAKTIKUM (“Mengamati Objek Anatomi Pada Hewan”) Di Susun Oleh : Nama : Yurna Buabes Npm : 38420521008 Semester : V Mata Kuliah : Praktikum Biologi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI INSTITUS SAINS DAN KEPENDIDIKAN (ISDIK) KIE RAHA MALUKU UTARA TAHUN 2023
A. Latara Belakang Anatomi berasal dari bahasa Yunani, anatomia, dari Anatemnein yang berarti memotong.Anatomi sendiri berarti cabang dari ilmu biologi yang berhubun gan dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup. Sedangkanmenurut kamus Besar Bahasa Indonesia, anatomi dapat diartikan sebagai ilmuyang melukiskan letak dan hubungan bagian-bagian tubuh manusia, binatang, atautumbuh-tumbuhan. Anatomi hewan berarti penjelasan tentang struktur tubuh bagian dalam hewan beserta organisasinya (Andri Nindya Karina 2013). Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari struktur jaringan dan organ pada makhluk hidup serta hubungannya dengan bagian tubuh yang lain. Untuk memahami fungsi dari suatu organ dalam tubuh suatu makhluk hidup, sangatlah penting untuk terlebih dahulu memahami bagaimana struktur dari organ-organ tersebut, hal ini dikarenakan anatomi dan fisiologi dari makhluk hidup sangatlah berkaitan satu sama lainnya (Gosling et al., 2016). Anatomi sendiri disebut juga sebagai ilmu urai, terkait pembahasan yang lebih rinci dari setiap struktur tumbuhan melalui sayatan bujur atau melintang yang diamati menggunakan mikroskop (Campbell et all. 2009). Anatomi hewan adalah ilmu yang mempelajari bentuk, susunan, letak, dan hubungan bagian-bagiannya satu sama lain alat-alat atau organ-organ tubuh dari hewan dengan jalan menguraikan, mengiris, dan menyayat Anatomi hewan berkembang dari struktur sederhana menuju ke arah struktur yang lebih kompleks. Anatomi hewan merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari struktur, organisasi, dan hubungan bagian-bagian tubuh hewan, termasuk organ-organnya. Ini melibatkan pembedahan dan pemeriksaan tubuh hewan untuk memahami struktur internal dan eksternalnya. Kajian anatomi hewan penting dalam berbagai bidang, seperti kedokteran hewan, zoologi, dan biologi. Ini membantu dalam memahami fungsi berbagai organ dan sistem pada hewan, serta evolusi dan adaptasinya terhadap lingkungan yang berbeda. Pengetahuan yang diperoleh dari anatomi hewan juga dapat diterapkan dalam pengembangan pengobatan medis dan prosedur bedah pada hewan dan manusia.
B. Tujuaan Mengamati anatomi tumbuhan pada akar. batang, dan daun. C.Alat dan Bahan Alat : Mikroskop, Hp, pena, kertas Bahan : preprat anatomi tumbuhan D.Prosedur Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum 2. Dihubungkan pada saluran listrik mikroskop yang akan digunakan 3. Diletakan preparat kering anatomi hewan pada meja mikroskop dan di amati diulangi sampai selesai 4. Pengambilan dokumentasi pada setia anatomi hewan 5. Dirapikan kembali alat dan bahan yang digunakan. E.Hasil Praktikum Tabel Mengamati Objek Anatomi Pada Hewan No. Nama Tumbuhan Objek Yang Diamati Gambar Objek Okuler 1. Hypophyse Kelenjar 5/0.10 18 mm 2. Ancilostomum duodenale cacing gelang 5/0.10 18 mm 3. Daphnia, w.m. - 5/0.10 18 mm
4. Oxyuris sp,w.m. Cacing Kremi 5/0.10 18 mm 5. Ar cela, w.m. - 5/0.10 18 mm 6 Kaki culex genus nyamuk 5/0.10 18 mm 7. Euritrema, w.m. - 5/0.10 18 mm 8. Ovarium, corpusluteum - 5/0.10 18 mm
9. Acanthocephala - 5/0.10 18 mm 10. Lumbricus t.s intestinal - 5/0.10 18 mm 11. Lumbricus t.s pharingeal - 5/0.10 18 mm 12. Paramphitomum cervi - 5/0.10 18 mm 13. Ascaris, sp - 5/0.10 18 mm
14. Taenia sp - 5/0.10 18 mm 15. Fasiola hepatica larva, w.m - 5/0.10 18 mm 16. Spongia,w.m - 5/0.10 18 mm 17. Amuba - 5/0.10 18 mm 18. Kepala culex,w.m 5/0.10 18 mm
19. Opalina - 5/0.10 18 mm 20. Balantidium - 5/0.10 18 mm F. Pembahasan Dalam praktikum yang berjudul “Mengamati Objek Anatomi Pada Hewan” ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengamati dan mengetahui apasaja anatomi pada hewab, dan bagamana mengunakan mikroskop. Praktikum ini dilakukan di Gedung D Lantai 2 Ruang Biologi. malam hari, oksigen terlarut kembali ke dalam air. ➢ Hypophyse (Kelenjar) Hipofisis, juga dikenal sebagai kelenjar pituitari, adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar otak di bawah hipotalamus. Ini adalah bagian dari sistem endokrin dan bertanggung jawab untuk memproduksi beberapa hormon penting yang mengontrol fungsi sebagian besar kelenjar sistem endokrin lainnya. Kelenjar pituitari dilindungi oleh struktur tulang yang disebut sella tursika. Kelenjar ini dibagi menjadi dua bagian: hipofisis anterior dan hipofisis posterior. Hipofisis anterior mensintesis dan mengeluarkan hormon, sedangkan hipofisis posterior menyimpan dan melepaskan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus. Kelenjar pituitari menghasilkan beberapa hormon yang bekerja pada organ atau jaringan tertentu dalam tubuh, antara lain: • Hormon adrenokortikotropik (ACTH): merangsang kelenjar adrenal untuk memproduksi kortisol dan hormon steroid lainnya • Hormon pertumbuhan manusia (HGH): mendorong pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak dan remaja, serta membantu mengatur
metabolisme pada orang dewasa • Hormon perangsang tiroid (TSH): merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid yang mengatur metabolisme hipofisis sebenarnya terdiri dari dua kelenjar yang bersatu secara anatomis tetapi mempunyai fungsi yang berbeda: • neurohipofisis (bahasa Inggris: posterior pituitary, neurohypophysis, neural pituitary) yang berkembang dari jaringan saraf, terdiri dari bagian yang besar, pars nervosa, dan yang lebih kecil infundibulum. Infundibulum terdiri atas stem dan eminentia mediana. Neurohipofisis merupakan perpanjangan dari hipotalamus yang terbentuk dari sekelompok akson dari hypothalamic neurosecretory neurons yang berselingan dengan sel glia (Bowen 2010). • adenohipofisis (bahasa Inggris: anterior pituitary, adenohypophysis, glandular pituitary) merupakan bagian dari hipofisis yang muncul dari oral ectoderm dan terdiri dari tiga bagian: pars distalis, atau lobus anterior; bagian cranial, pars tuberalis, yang mengelilingi infundibulum; serta pars intermedia. Dari studi mikroskopik terhadap adehipofisis, ditemukan tiga jenis sel yaitu asidofil, basofil dan kromofob (Bowen 2010). ➢ Ancilostomum duodenale (cacing gelang) Ancylostoma duodenale dan Necator americanus adalah dua spesies cacing tambang manusia yang biasanya dibicarakan bersama sebagai penyebab infeksi cacing tambang. Mereka dioecious (Tragisnya, William. 1986). Ancylostoma duodenale adalah spesies cacing gelang yang umumnya dikenal sebagai cacing tambang Dunia Lama Ini adalah cacing nematoda parasit yang hidup di usus kecil inang seperti manusia, kucing, dan anjing, di mana ia dapat kawin dan menjadi dewasa. A. duodenale dan Necator americanus merupakan dua spesies cacing tambang pada manusia yang biasa dibicarakan bersama sebagai penyebab infeksi cacing tambang. Telur A. duodenale dan N. americanus tidak dapat dibedakan, dan larva tidak dapat ditemukan pada spesimen tinja kecuali jika dibiarkan pada suhu kamar selama satu hari atau lebih. ➢ Daphnia, w.m. Daphnia merupakan genus krustasea planktonik kecil milik Phyllopoda, yang
bercirikan kaki pipih seperti daun yang digunakan untuk menghasilkan aliran air untuk alat penyaringan. Di dalam cabang-cabang, Daphnia termasuk dalam Cladocera, yang tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang tidak terkalsifikasi, yang dikenal sebagai karapas. Karapas memiliki dinding ganda, di antaranya mengalir hemolimf dan merupakan bagian dari rongga tubuh. Tubuh spesies Daphnia biasanya memiliki panjang 1–5 mm, dan terbagi menjadi beberapa segmen, meskipun pembagian ini tidak terlihat. Kepalanya menyatu, dan umumnya ditekuk ke arah badan dengan lekukan yang terlihat memisahkan keduanya. Pada sebagian besar spesies, seluruh tubuh ditutupi oleh karapas, dengan celah ventral di mana terdapat lima atau enam pasang kaki. Ciri yang paling menonjol adalah mata majemuk, antena kedua, dan sepasang setae perut. Tubuh spesies Daphnia biasanya memiliki panjang 1–5 mm (0,039–0,197 inci) ( Dieter Ebert 2005). dan terbagi menjadi beberapa segmen , meskipun pembagian ini tidak terlihat. ➢ Oxyuris sp,w.m. Oxyuris merupakan genus nematoda yang biasa disebut cacing kremi yang dapat menginfeksi manusia dan hewan lainnya. Spesies cacing kremi yang paling terkenal adalah Enterobius vermicularis, yang juga dikenal sebagai cacing kremi manusia Infeksi cacing kremi sering terjadi dan dapat menyebabkan rasa gatal dan tidak nyaman di sekitar anus Ada beberapa pengobatan yang tersedia untuk infeksi cacing kremi, termasuk fenbendazole dan ivermectin. Fenbendazole biasanya diberi dosis 10-20 mg/kg dan diulang dalam 2 minggu. Slide mikroskop cacing kremi, termasuk Enterobius vermicularis, dapat dibeli untuk tujuan pendidikan. Secara keseluruhan, Oxyuris sp. kemungkinan besar mengacu pada infeksi cacing kremi yang disebabkan oleh spesies dalam genus Oxyuris, seperti Enterobius vermicularis. Tubuh cacing kremi berukuran sangat kecil (Priyatna, Andi 2011). Besarnya hanya seukuran beras (Ayustawati 2013). Panjang tubuhnya hanya berkisar antara 10–15 sentimeter (Siagian, Gunaria 2020). Cacing kremi mirip seperti parutan kelapa karena tubuhnya berwarna putih (Suabahar, R., dkk 2022).
➢ Ar cela, w.m. Arcella biasanya terbungkus dalam cangkang ( atau cangkang) berbentuk payung chitinous yang memiliki lubang tengah tunggal di mana pseudopoda – yang digunakan untuk penggerak – memanjang (Arella Ehrenberg, 1832). Pada beberapa spesies, bukaannya dikelilingi oleh cincin pori-pori. Tes ini terdiri dari bahan organik dengan diameter hingga 300 µm dan berwarna transparan atau kuning muda pada Arcella muda , tetapi berwarna coklat seiring bertambahnya usia karena pengendapan senyawa besi dan mangan yang progresif. Berbeda dengan genera lain, tidak ada serpihan kerikil atau benda asing lainnya yang dimasukkan untuk memperkuat wadahnya. Spesies Arcella yang berbeda dapat memiliki jumlah inti yang berbeda, mulai dari satu inti, seperti pada beberapa A. hemisphaerica , hingga 200 inti, seperti pada A. megastoma , meskipun mayoritas adalah binukleat (Ralf Meisterfeld dan Edward Mitchell 2008). Mereka juga mempunyai banyak vakuola kontraktil , dan dapat mengembangkan vakuola karbon dioksida di sitoplasmanya untuk mengapung ke permukaan air. ➢ Kaki culex Culex merupakan genus nyamuk yang mencakup beberapa spesies yang berfungsi sebagai vektor penyakit penting pada burung, manusia, dan hewan lainnya. Berikut beberapa detail tentang anatomi nyamuk Culex: • Kaki : Nyamuk Culex mempunyai tiga pasang kaki yang menempel pada dada. Setiap kaki terdiri dari lima segmen tarsal, satu tulang paha, dan satu tibia • Sayap : Sayap nyamuk Culex berwarna gelap • Perut : Perut nyamuk Culex mempunyai sepuluh ruas dan berbentuk tabung, dengan dua ruas terakhir berfungsi sebagai alat kelamin • Menyedot : Larva nyamuk Culex memiliki siphon, yaitu struktur seperti tabung yang digunakan untuk bernapas saat terendam air ➢ Euritrema, w.m. Eurytrema merupakan genus cacing parasit yang menginfeksi sapi dan babi. Anatomi Eurytrema spp. cacing telah dipelajari menggunakan teknologi mikroskopis. Eurytrema pancreaticum adalah spesies Eurytrema yang
menginfeksi sapi dan babi. Telah diamati menggunakan mikroskop elektron pemindaian (SEM), yang mengungkapkan adanya mikro cirrus yang tidak menonjol Eurytrema spp. cacing juga telah diwarnai menggunakan pewarnaan Semichon's Carmine. Namun identifikasi spesies Eurytrema spp. Cacing telah menjadi kontroversi karena perbedaan interpretasi morfologi yang diperoleh. Eurytrema spp. Cacingan dapat didiagnosis dengan ditemukannya telur pada tinja. Namun, telur tersebut secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan telur Dicrocoelium dendriticum. Ada metode koprologi yang tersedia untuk diagnosis Eurytrema spp. pada sapi dan domba. Ringkasnya, Eurytrema merupakan genus cacing parasit yang menginfeksi sapi dan babi, dan Eurytrema pancreaticum merupakan spesies Eurytrema yang menginfeksi sapi dan babi. Anatomi Eurytrema spp. cacing telah dipelajari menggunakan teknologi mikroskopis dan SEM, dan identifikasi spesies masih kontroversial. Diagnosis Eurytrema spp. dapat dilakukan dengan mengambil telur dalam tinja, namun terdapat metode koprologi yang tersedia untuk diagnosis Eurytrema spp. pada sapi dan domba. ➢ Ovarium, corpusluteum Korpus luteum adalah struktur endokrin sementara di ovarium betina yang berperan penting dalam kesuburan selama fase luteal. Ini terbentuk dari sisa-sisa folikel ovarium yang telah melepaskan sel telur matang selama ovulasi. Korpus luteum adalah struktur kecil seperti kista berwarna kuning kunyit, berukuran sekitar 2 hingga 5 sentimeter, terdiri dari dua jenis massa sel: sel granulosa folikular dan sel teka folikular. Sekresi hormon dari korpus luteum akan berhenti dalam waktu 14 hari setelah ovulasi jika oosit tidak dibuahi, dan kemudian berubah menjadi bekas luka di dalam ovarium, yang dikenal sebagai korpus albicans. Hormon yang dilepaskan dari korpus luteum menyebabkan ovarium memasuki fase luteal dan rahim memasuki fase sekretori, di mana rahim bersiap untuk implantasi dan pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi. Korpus luteum mengeluarkan progesteron, yaitu hormon steroid yang menyebabkan perubahan pada rahim sehingga lebih cocok untuk implantasi sel telur yang telah dibuahi dan
memberi nutrisi pada embrio. Korpus luteum penting untuk membangun dan mempertahankan kehamilan pada betina. ➢ Acanthocephala Acanthocephala adalah filum cacing parasit yang dikenal dengan belalai anteriornya, yang digunakan untuk menempel pada mukosa usus inang terakhirnya. Mereka tidak memiliki saluran pencernaan dan menyerap semua nutrisi melalui dinding tubuhnya. Acanthocephala merupakan endoparasit yang hidup di saluran pencernaan inangnya. Mereka telah ditemukan di berbagai hewan, termasuk invertebrata, ikan, amfibi, burung, dan mamalia. Acanthocephala memiliki siklus hidup kompleks yang melibatkan setidaknya dua inang. Ciri khasnya adalah penampilannya yang berkepala berduri karena adanya kait tajam di sekitar belalainya. Berikut ini adalah beberapa ciri anatomi Acanthocephala: • Bekantan : Acanthocephala memiliki belalai anterior yang digunakan untuk menempel pada mukosa usus inang terakhirnya. Belalainya ditutupi kait yang tajam • Tidak ada saluran pencernaan : Acanthocephala tidak memiliki saluran pencernaan dan menyerap semua nutrisi melalui dinding tubuhnya • Lokasi : Acanthocephala merupakan endoparasit yang hidup pada saluran pencernaan inangnya • Prevalensi : Acanthocephala telah ditemukan pada berbagai hewan, termasuk invertebrata, ikan, amfibi, burung, dan mamalia • Siklus hidup : Acanthocephala memiliki siklus hidup kompleks yang melibatkan setidaknya dua inang. Secara keseluruhan Acanthocephala merupakan cacing parasit yang memiliki penampakan unik dan siklus hidup yang kompleks. Mereka ditemukan di berbagai hewan dan dicirikan oleh belalai anteriornya dan tidak adanya saluran pencernaan. ➢ Lumbricus t.s intestinal Lumbricus adalah genus cacing tanah yang termasuk dalam filum Annelida, kelas Oligochaeta, dan famili Lumbricidae. Lumbricus terrestris merupakan salah satu spesies cacing tanah yang banyak ditemukan di Eropa dan telah diintroduksi ke belahan dunia lain. Anatomi Lumbricus terrestris meliputi: • Tubuh : Tubuhnya memanjang dan silindris, dengan panjang mencapai 25
cm ketika sudah dewasa. Ini dibagi menjadi segmen atau cincin yang disebut metameri • Mulut dan anus : Mulut terletak di ujung anterior tubuh, sedangkan anus terletak di ujung posterior • Usus : Lumbricus terrestris memiliki usus berbentuk tabung lurus yang membentang di sepanjang tubuhnya. Usus dilapisi dengan satu lapisan sel dan bertanggung jawab untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi dll. Ringkasnya, Lumbricus terrestris memiliki tubuh silindris yang terbagi menjadi beberapa segmen. Ia memiliki usus lurus berbentuk tabung, klitelum untuk reproduksi, setae untuk penggerak, nefridia untuk ekskresi, dan sistem peredaran darah tertutup. Ia bernapas melalui kulitnya dan memiliki sistem saraf yang sederhana. ➢ Lumbricus t.s pharingeal Lumbricus terrestris adalah cacing tanah merah besar yang berasal dari Eropa namun telah menyebar ke belahan dunia lain karena masuknya manusia. Ia memiliki tubuh yang panjang dan silindris dengan simetri bilateral dan bagian tubuh tersegmentasi yang disebut metameri. Lumbricus terrestris merupakan cacing anesis, artinya cacing ini muncul ke permukaan untuk dimakan, bukan menggali ke dalam tanah seperti kebanyakan cacing tanah lainnya. Ia memiliki kebiasaan yang tidak biasa untuk bersanggama di permukaan pada malam hari, yang membuatnya lebih terlihat dibandingkan kebanyakan cacing tanah lainnya. ➢ Paramphitomum cervi Paramphistomum cervi , jenis spesies Paramphistomum, merupakan cacing pipih parasit yangtermasuk dalam kelas Trematoda . Iniadalahsuatu kebetulan kec il yang sebagian besar menjadi parasitpada ternak ruminansia , serta beberapa mamalia liar. Uniknya, tidak seperti kebanyakan parasit, cacing dewasa relatif tidak berbahaya, namun cacing muda yang sedang berkembanglah yang menyebabkan penyakit serius yang disebut paramphistomiasis (atau secara klasikamphistomosis),terutamapada sapi dan domba . Gejalanyameliputi diare yan g banyak , anemia , lesu , dan seringkali berakibat kematian jika tidak diobati (Horak IG 197 ), (OW 1974) . .
➢ Ascaris, sp Ascaris lumbricoides merupakan cacing parasit berukuran besar yang menyebabkan ascariasis pada manusia sehingga merupakan infeksi cacing parasit yang paling umum di dunia, khususnya di daerah tropis dan subtropis. Diperkirakan 807 juta–1,2 miliar orang terinfeksi Ascaris lumbricoides secara global. Cacing ini hidup di lumen usus halus, dan cacing betina dapat menghasilkan sekitar 200.000 telur per hari, yang dikeluarkan bersama feses. Siklus hidup Ascaris lumbricoides meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Telur : Cacing betina bertelur sekitar 200.000 telur per hari, yang dikeluarkan bersama feses 2. Larva : Telur yang tidak dibuahi tidak infektif, namun telur yang dibuahi berkembang menjadi larva setelah 18 hari hingga beberapa minggu, tergantung kondisi lingkungan. 3. Infeksi : Telur infektif tertelan, larva menetas, menyerang mukosa usus, dan akhirnya mencapai paru-paru. Ascariasis umumnya dapat diobati dengan obat yang diresepkan oleh penyedia layanan kesehatan. Gejala infeksi bisa ringan atau berat, tergantung luasnya infestasi. Beberapa gejala mungkin termasuk: 1. Ketidaknyamanan atau nyeri perut 2. Penyumbatan usus, menyebabkan lambatnya pertumbuhan pada anak. 3. Batuk akibat migrasi cacing ke seluruh tubuh. Ascaris lumbricoides tidak menular secara langsung dari orang ke orang. Sebaliknya, infeksi terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan tanah yang bercampur dengan kotoran manusia atau babi yang mengandung telur atau air yang terinfeksi. Di beberapa negara berkembang, kotoran manusia digunakan untuk pupuk, atau fasilitas sanitasi yang buruk memungkinkan kotoran manusia bercampur dengan tanah di pekarangan, parit, dan ladang. Orang juga dapat tertular infeksi dari memakan hati babi atau ayam mentah yang terinfeksi telurnya.
➢ Taeniasp Spesies Taenia merupakan cacing pita yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan hewan. Ada tiga spesies utama penyebab taeniasis pada manusia: Taenia saginata (cacing pita daging sapi), Taenia solium (cacing pita babi), dan Taenia asiatica (cacing pita Asia) Cacing pita ini dapat menular ke manusia melalui konsumsi daging mentah atau setengah matang yang terinfeksi. Pada manusia, gejala taeniasis yang paling umum meliputi gejala ringan pada perut dan keluarnya proglotid (aktif dan pasif). Dalam beberapa kasus, radang usus buntu atau kolangitis dapat disebabkan oleh migrasi proglotid. Siklus hidup spesies Taenia melibatkan beberapa tahapan: 1. Telur : Telur-telur tersebut diletakkan bersama tinja dan dapat bertahan hidup berhari-hari hingga berbulan-bulan di lingkungan 2. Inang perantara : Sapi yang terinfeksi (T. saginata), babi (T. solium dan T. asiatica), serta anjing dan kucing (T. multiceps dan T. pisiformis) terinfeksi karena memakan tumbuhan yang terkontaminasi telur atau proglotid gravid 3. Cysticercus : Pada inang perantara, onkosfer menetas, menyerang dinding usus, dan bermigrasi ke otot lurik, di mana mereka berkembang menjadi sistiserkus. 4. Cacing pita dewasa : Manusia terinfeksi jika memakan daging yang terinfeksi mentah atau setengah matang, dan sistiserkus berkembang di usus manusia ➢ Fasiola hepatica larva, w.m Fasciola hepatica adalah trematoda parasit, juga dikenal sebagai cacing hati biasa atau cacing hati domba. Penyakit ini menginfeksi hati berbagai mamalia, termasuk manusia, dan ditularkan melalui domba dan sapi ke manusia di seluruh dunia. Penyakit yang disebabkan oleh kebetulan ini disebut fasciolosis atau fascioliasis, yaitu salah satu jenis kecacingan dan tergolong penyakit tropis terabaikan.
Siklus hidup Fasciola hepatica melibatkan inang perantara, seperti siput air tawar yang menghirup udara dari famili Lymnaeidae, dan beberapa tahap larva lingkungan. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh konsumsi selada air mentah atau tanaman air lain yang terkontaminasi larva parasit yang belum dewasa. Cacing dewasa menetap di saluran empedu inang mamalia dan memakan jaringan hati. Fascioliasis ditemukan di semua benua kecuali Antartika, di lebih dari 70 negara, terutama di mana terdapat domba atau sapi. Penyakit ini dapat diobati dan dicegah. Telur Fasciola hepatica berbentuk ellipsoidal, beroperkulasi, dan berukuran 130–150 µm kali 60–90 µm. ➢ Spongia,w.m Spongia (Spongia) agaricina adalah spesies spons yang tergolong dalam kelas Demospongiae. Spesies ini juga merupakan bagian dari kelas Demospongiae, filum Porifera, subregnum Parazoa, dan kingdom Animalia.Seperti spons pada umumnya, spesies ini memiliki tubuh yang berpori dan permukaan yang keras seperti batu. Selain itu, Spongia (Spongia) agaricina juga dapat menyerap oksigen dari air melalui proses difusi (Soest R. van ed 2008) ➢ Amuba Amoeba adalah marga eukariota bersel satu yang dimiliki protozoa. Nama amoeba berasal dari kata Yunani amoibe yang berarti perubahan.. Jenis yang paling banyak dipelajari dari marga ini adalah Amoeba proteus. Sebagian besar jenis amoeba berukuran sangat kecil dan tidak terlihat dengan mata telanjang. Meskipun ukurannya yang kecil, isi genom amoeba beberapa kali lebih banyak dari genom manusia. Misalnya jenis A. dubia terdiri dari sekitar 370 miliar pasangan basa, padahal genom manusia memiliki sekitar 3 miliar pasangan basa. ( Bory de Saint-Vincent, J.B.G.M. 1822-1831). Amoeba dapat ditemukan di habitat darat dan air. Bahkan, amoeba dapat berkembang di hampir semua jenis habitat. Beberapa jenis amoeba merupakan benalu, yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Sampai saat ini, enam jenis amoeba parasit yang menyebabkan penyakit ringan sampai berat pada manusia telah teridentifikasi. Oleh karena itu, organisme eukariotik uniseluler inu secara luas dipelajari dalam mikrobiologi (Leidy, Joseph 1878).
➢ Kepala culex,w.m Istilah “Kepala Culex” mengacu pada kepala nyamuk dari genus Culex. Culex merupakan salah satu genus nyamuk yang beberapa spesiesnya menjadi vektor penyakit penting seperti virus West Nile, Japanese encephalitis, dan St. Louis encephalitis. Nyamuk Culex dewasa berukuran 4–10 mm, dan nyamuk Culex betina bertelur satu per satu, yang saling menempel membentuk rakit berisi 100 hingga 300 telur. Morfologi dan siklus hidup nyamuk Culex mirip dengan nyamuk dan diketahui menyebarkan penyakit seperti Japanese encephalitis, West Nile Virus, dan filariasis.Oleh karena itu, “Kepala Culex” adalah istilah yang berkaitan dengan ilmu yang mempelajari morfologi dan ciriciri kepala nyamuk Culex. ➢ Opalina Opalina dapat merujuk pada dua hal berbeda: genus heterokont parasit yang ditemukan di usus katak dan kodok, dan berbagai tanaman sukulen. 1. Opalina Parasit : Opalina adalah genus heterokont parasit yang ditemukan di usus katak dan kodok. Mereka tidak memiliki mulut dan vakuola kontraktil, ditutupi dengan silia flagel yang hampir sama, dan memiliki banyak inti, semuanya serupa. Semua spesies adalah endosimbion obligat, kemungkinan besar bersifat komensal dan bukan parasit, pada vertebrata berdarah dingin. Tubuhnya berbentuk seperti daun, dan bersifat saprozoikum, memakan benda mati, yang menunjukkan peran komensalnya. Mereka berkembang biak melalui plasmotomi 2. Graptoveria Opalina : Graptoveria 'Opalina' merupakan tanaman sukulen dengan bentuk yang unik dan warna yang indah. Ini adalah tanaman asli Madagaskar yang memiliki pertumbuhan cepat dan kecenderungan untuk mudah mengimbangi. Tanaman ini memiliki daun berbentuk mawar lepas dalam spektrum warna pastel, dari hijau mint hingga biru lembut hingga merah muda merona ➢ Balantidium Balantidium adalah genus ciliata yang mengandung spesies parasit Balantidium coli, yang merupakan satu-satunya penyebab balantidiasis yang
diketahui. Balantidium coli adalah patogen oportunistik parasit kosmopolitan yang dapat ditemukan di seluruh dunia, dengan babi sebagai inang reservoirnya, dan manusia terinfeksi melalui jalur fecal-oral. Infeksi ini sebagian besar tidak menunjukkan gejala, namun dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan diare terus-menerus, sakit perut, dan, yang jarang, usus besar berlubang. Infeksi Balantidium coli dapat dicegah dengan mengikuti praktik kebersihan yang baik, terutama saat bepergian ke negara tropis endemic. Penyakit ini dianggap langka dan terjadi pada kurang dari 1% populasi manusia, sehingga menimbulkan masalah terutama di negara-negara berkembang dimana sumber air mungkin terkontaminasi oleh kotoran babi atau manusia. Siklus hidup Balantidium coli melibatkan kista yang bertanggung jawab dalam penularan, dengan trofozoit berkolonisasi di usus besar setelah tertelan dan dikeluarkan di usus kecil. Diagnosis ditegakkan berdasarkan deteksi trofozoit dalam tinja. Sanitasi yang efektif dan air yang tidak terkontaminasi sangat penting dalam mencegah infeksi, dan balantidiosis dapat merespons terapi antimikroba
G.Kesimpulan Anatomi hewan bertujuan untuk mempelajari bagian-bagian dalam dari struktur organ-organ hewan termasuk kedalamnya adalah sel, yang merupakan unit dasar dari seluruh organisma hidup termasuk hewan. Ilmu yang mempelajari tentang Anatomi hewan dimulai kurang lebih pada abad ke tujuh belas, oleh dua orang yang bekerja secara sendiri-sendiri. Anatomi thewan merupakan adalah bidang yang berhubungan dengan struktur internal dan organisasi dalam hewan. Pembagian tubuh hewan menjadi sejumlah organ yang dibagi-bagi lagi menurut sel dan jaringan penyusunnya merupakan cara yang mudah untuk mempelajarinya sebab pembagian itu memperlihatkan spesialisasi struktur dan fungsi semua bagian hewan.
Daftar Pustaka Andri Nindya Karina 2013. LAPORAN INDIVIDU “ANATOMI PERBANDINGAN HEWAN” JUMAT / 13 NOVEMBER 2013. https://www.academia.edu/6227342/LAPORAN_PRAKTIKUM_ANATO MI_PERBANDINGAN_HEWAN. Arella Ehrenberg, 1832" . Institut Nasional untuk Studi Lingkungan, Jepang https://en.wikipedia.org/wiki/Arcella. Ayustawati (Desember 2013). Mengenali Keluhan Anda: Info Kesehatan Umum untuk Pasien. Informasi Medika. hlm. 19. Bory de Saint-Vincent, J.B.G.M. (1822-1831). Article "Amiba". In: Dictionnaire classique d'histoire naturelle par Messieurs Audouin, Isid. Bourdon, Ad. Brongniart, De Candolle, Daudebard de Férusac, A. Desmoulins, Drapiez, Edwards, Flourens, Geoffroy de Saint-Hilaire, A. De Jussieu, Kunth, G. de Lafosse, Lamouroux, Latreille, Lucas fils, Presle-Duplessis, C. Prévost, A. Richard, Thiébaut de Berneaud, et Bory de Saint-Vincent. Ouvrage dirigé par ce dernier collaborateur, et dans lequel on a ajouté, pour le porter au niveau de la science, un grand nombre de mots qui n'avaient pu faire partie de la plupart des Dictionnaires antérieurs. 17 vols. Paris: Rey et Gravier; Baudoin frères, vol. 1, p. 260, Bowen 2010 (Inggris) "Anatomy and Histology of the Pituitary Gland". Colorado State University, R. Bowen. Diakses tanggal 2010-02- 28.https://id.wikipedia.org/wiki/Hipofisis. Campbell, R, et all. (2009). Biology: Eighth Edition. Pearson: San Fransisco Dieter Ebert (2005). “PengantarDaphnia”. Ekologi, Epidemiologi, dan Evolusi Parasitisme di Daphnia. Bethesda, MD: Pusat Informasi Bioteknologi Nasional. ISBN 978-1-932811-06-3. https://en.wikipedia.org/wiki/Daphnia Gosling, J. A., Harris, P. F., Humpherson, J. R., Whitmore, I., & Willan, P. L. 2016. Human Anatomy, Color Atlas and Textbook E-Book. Amsterdam: Elsevier Health Sciences
Horak IG (1971). "Paramphistomiasis pada ruminansia domestik". Kemajuan Parasitologi Volume 9 . Jil. 9. hal. 33–72. doi : 10.1016/s0065- 308x(08)60159-1 . ISBN 9780120317097. PMID 4927976 . {{cite book}}: |journal=diabaikan ( bantuan ) Leidy, Joseph (1878). "Amoeba proteus". The American Naturalist. 12 (4): 235– 238. doi:10.1086/272082. Diakses tanggal 2007-06-20. OW (1974) . Parasit Hewan: Siklus Hidup dan Ekologinya (Edisi ke-3). Dover Publications, Inc., New York/University Park Press, Baltimore, AS. hal.273–276. ISBN 978-0486651262. Priyatna, Andi (2011). Everything's gonna be Alright: Membahas Topik-Topik yang Penting Diketahui Seputar Injuri, Nyeri dan Penyakit Anak Seharihari. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 249. ISBN 978- 602-00-0961-2. Ralf Meisterfeld dan Edward Mitchell (2008)"ArellaEhrenberg 1832" https://en.wikipedia.org/wiki/Arcella. Siagian, Gunaria (November 2020). Taksonomi Hewan (PDF). Bandung: Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung. hlm. 52. ISBN 978-623-6608-59-3. Suabahar, R., dkk. (Juli 2022). Buku Penyuluhan Infeksi Cacing Usus. Guepedia. hlm. 39. ISBN 978-623-421-258-7. Tragisnya, William. 1986. Hidup Bersama: Biologi Parasitisme Hewan. Universitas Rockefeller, NYC. <BR> "Ancylostoma duodenale". Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 March 2009. Diakses tanggal 22 January 2009. https://id.wikipedia.org/wiki/Ancylostoma_duodenale WoRMS Porifera: World Porifera Database. Soest R. van (ed), 22 Oktober 2008.
Daftar Pustaka Online https://www.academia.edu/6227342/LAPORAN_PRAKTIKUM_ANATOMI_PE RBANDINGAN_HEWAN. https://www.researchgate.net/publication/344308921_LAPORAN_PRAKTIKUM _PROYEK_ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_HEWAN_2/link/5f65b8cf92851c14 bc86dc11/download. https://www.perplexity.ai/search/d4a33eae-ed99-4df2-8b5e-29bf9a3ad48d?s=u https://www.perplexity.ai/search/85b89cc0-04ef-4eae-902b-96e7de1d230c?s=u https://www.perplexity.ai/search/b70c9028-cdd7-4005-9bf1-a299e599e505?s=u
LAPORAN “Pengamatan Vegetasi Tumbuhan” Oleh : Yurna Buabes NPM: 38420521006 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN INSTITUT SAINS DAN KEPENDIDIKAN (ISDIK) KIE RAHA MALUKU UTARA 2023
A. Pendahuluan Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup secara bersamasama pada satu tempat dan terjadinya interaksi antar penyusun komponen, baik antara tumbuhtumbuhan maupun hewan-hewan yang hidup di lingkungan tersebut (Ufiza et al., 2018). Keberadaan vegetasi akan mengurangi karbon di atmosfer (CO2) melalui proses fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon (Oktaviani et al., 2017). Dengan demikian keberadaan vegetasi sangat besar perannya dalam membersihkan udara di sekitarnya. Adapun Analisis vegetasi adalah suatu analisis dalam ekologi tumbuhan untuk mengetahui berbagai jenis vegetasi dalam suatu komunitas atau populasi tumbuhan yang berkembang dalam skala waktu dan ruang(Supeksa et al., n.d.). Sedangkan menurut Ufiza et al. (2018), analisis vegetasi merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung. Untuk melakukan Analisis vegetasi ini pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode kuandrat. Salah satu habitus tumbuhan yang ikut membentuk vegetasi di hutan Krawak adalah habitus herba. Tanaman herba adalah tanaman yang memiliki batang yang basah dan tidak berkayu, serta memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dari jenis semak dan pohon(Ufiza et al., 2018). Menurut Iqbal et al., (2014), herba juga memiliki daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap tumbuhan disekitarnya (seperti semak, perdu, bahkan pohon) sehingga mampu tumbuh di tempat yang kosong. Karena ukurannya yang relatif pendek, maka jenis tanaman herba dapat berperan sebagai vegetasi penutup lantai yang sangat penting untuk menahan air hujan. Dengan demikian vegetasi tumbuhan herba sangat berperan dalam mencegah tearkikisnya lapisan tanah di hutan tersebut, dengan demikian kesuburan hutan bisa tetap terjaga. Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki banyak pulau-pulau kecil. Terjadinya perubahan iklim berdampak besar bagi kehidupan masyarakat pesisir dipulau-pulau kecil. Permukaan air laut yang bertambah naik dan makin besarnya energi ombak memicu terjadinya abrasi pantai dan intrusi air laut. Pulau yang masih memiliki tutupan vegetasi asli di sepanjang garis pantai hingga ke tengah pulau umumnya memililki daya tahan (resilience) yang lebih baik. Sebaliknya, pulau yang telah kehilangan vegetasi aslinya akan lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim. Salah satu pulau kecil di pesisir barat kota Makassar yang terkena imbas dari perubahan iklim adalah pulau Barrang Caddi. Dalam beberapa tahun terakhir, pulau ini terus mengalami abrasi dan intrusi air laut (Lanuru et al. 2018) Ekosistem pulau-pulau kecil dikenal miskin spesies florafauna dan sumberdaya alam serta rentan terhadap dampak perubahan lingkungan (Whittaker Fernandez-Palacios 2007). Pada kondisi alami, pulau-pulau kecil umumnya tertutup rapat oleh vegetasi semak, hutan pantai atau
hutan bakau(Whittaker and Fernandez-Palacios 2007). Jenis tumbuhan didominasi oleh spesies yang bijinya dapat menyebar melalui air atau angin (Priosambodo dan Amri, 2014). Hutan pantai mencakup seluruh bentang alam dan kelompok flora yang tumbuh mulai dari kawasan pantai hingga daerah pesisir. Hutan pantai umumnya ditemukan di pantai berpasir atau berbatu (Tuheteru dan Mahfudz 2012) dan mendapat genangan air laut beberapa kali dalam setahun (Giesen et al. 2007). Vegetasi pantai juga membentuk hutan yang rapat dengan ciri khas yang berbeda dengan hutan lainnya (Tuheteru dan Mahfudz 2012). Urutan zonasi hutan pantai sangat bervariasi dan berbeda-beda pada tiap-tiap daerah bergantung pada kondisi geomorfologi, topografi dan faktor lingkungan setempat (Giesen et al. 2007; Johns et al. 2012). B. Tujuan 1. Menentukan struktur komunitas tumbuhan herbal dengan menentukan karakteristik spesies kepentingan relatif dan indeks keanekaragaman spesies. C. Alat dan Bahan 1. Tali arafia 100 m 2. 4 batang bambu ukuran 50 cm 3. Alat tulis 4. HP (hanphone) D. Cara Kerja 1. Petama-tama kami menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Setelah itu kami mengukur panjang tali arafia yaitu 100 m (panjang 100 m×lebar 10 m) 3. Setelah tali suda diukur kami membuat plot dengan luas permukaan 1000 m. (P×L) 4. Kami membuat 10 plot dengan masing-masing berkisar 1000 m ( luas permukaan) 5. Setelah plot suda selesai, kami mengamati jenis-jenis tumbuhan yang ada didalam plot 6. Setelah itu kami mengambil dokumentasi tumbuhan disetiap plot tersebut. E. Hasil Pengamatan Pengamatan jenis-jenis spesies pada masing-masing plot bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Plot 1 No. Nama tumbuhan X Y X2 Y2 X.Y Total 1. Nyamplung 23 1 529 1 23 577 2. Kaswari 1 1 1 1 1 5 3. Pohon kelapa 3 1 9 1 3 18 4. Ketapang Daun Besar 2 1 4 1 2 10 5 Roro- roro 1 1 1 1 1 5 6 Buro-buro 1 1 1 1 1 5 Jumlah 31 6 545 6 31 620 Rata-rata 5,167 1 90,83 1 5,167 103,33 Tabel Plot 2 No. Nama tumbuhan X Y X2 Y2 X.Y Total 1. Pohon kelapa 1 1 1 1 1 5 2. Daun singklin 4 1 16 1 4 26 3. Karet Kebo 1 1 1 1 1 5 Jumlah 6 3 18 3 6 36 Rata-rata 2 1 6 1 2 12 Tabel Plot 3 No. Nama tumbuhan X Y X2 Y2 X.Y Total 1. Buro-buro 12 1 144 1 12 170 2. 1 1 1 1 1 5 3. Roro - roro 1 1 1 1 1 5 4. Pittosporum undulatum 1 1 1 1 1 5 5. Katapang 1 1 1 1 1 5 6. Daun sena 1 1 1 1 1 5 7. paku 10 1 100 1 10 122 8. Bubulutu 3 1 9 1 3 17 9. Daun mangis 3 1 9 1 3 17 10. putut 3 1 9 1 3 17 11 Sirih hutan 1 1 1 1 1 5 12. Keladi hutan 3 1 9 1 3 17 Jumlah 40 12 286 12 40 390 Rata - rata 3,33 1 23,83 1 3,33 32,5
Tabel Plot 4 No. Nama tumbuhan X Y X2 Y2 X.Y Total 1. Nyamplung 7 1 49 1 7 65 2. Pohon kelapa 2 1 4 1 2 10 Jumlah 9 2 53 2 9 75 Rata-Rata 4,5 1 26,5 1 4,5 37,5 Tabel Plot 5 No. Nama tumbuhan X Y X2 Y2 X.Y Total 1. Kelapa 2 1 4 1 2 10 2. Nyamplung 1 1 1 1 1 5 Jumlah 3 2 5 2 3 15 Rata-rata 1,5 1 2,5 1 1,5 7,5 Tabel Plot 6 No. Nama tumbuhan X Y X2 Y2 X.Y Total 1. Sawo duren 8 1 64 1 8 82 2. Shorea 10 1 100 1 10 122 3. Dadap serep 1 1 1 1 1 5 4. Buro - buro 5 1 25 1 5 37 5. Kelapa 1 1 1 1 1 5 6. Roro - roro 1 1 1 1 1 5 Jumlah 26 6 192 6 26 256 Rata-rata 4,33 1 32 1 4,33 42,67 Tabel Plot 7 No. Nama tumbuhan X Y X2 Y2 X.Y Total 1. Bintaro 4 1 16 1 4 26 2. Buro - buro 7 1 49 1 7 65 3. Kopi arabika 3 1 9 1 3 17 4. Pohon kelapa 2 1 4 1 2 10 5. Bakau pantai 10 1 100 1 10 122 Jumlah 26 5 178 5 26 240 Rata-rata 5,2 1 35,6 1 5,2 48
Tabel Plot 8 No. Nama tumbuhan X Y X2 Y2 X.Y Total 1. Bakau pantai 13 1 169 1 13 197 2. Kayu Raya 3 1 9 1 3 17 3. Pohon kelapa 2 1 4 1 2 10 4. Bintaro 1 1 1 1 1 5 5. Roro - roro 1 1 1 1 1 5 6. Shorea 1 1 1 1 1 5 Jumlah 21 6 185 6 21 239 Rata-rata 3,5 1 30,83 1 3,5 39,83 Tabel Plot 9 No. Nama tumbuhan X Y X2 Y2 X.Y Total 1. Nyamplung 9 1 81 1 9 101 2. Shorea 1 1 1 1 1 5 3. Pohon Kelapa 3 1 9 1 3 17 4. Buro - buro 4 1 16 1 4 26 5. Daun waru 2 1 3 1 2 9 6. Kampis Cina 1 1 1 1 1 5 Jumlah 20 6 111 6 20 163 Rata-rata 3,33 1 18,5 1 3,33 27,167 Tabel Plot 10 No. Nama tumbuhan X Y X2 Y2 X.Y Total 1. Waru 6 1 36 1 6 50 2. Kelapa 6 1 36 1 6 50 3. Buro -buro 4 1 16 1 4 26 4. Guarea 1 1 1 1 1 5 5. Roro - roro 1 1 1 1 1 5 6. Diplopterys caprerana 3 1 9 1 3 17 7. Jacariuba 1 1 1 1 1 5 Jumlah 22 7 100 7 22 158 Rata-rata 3,14 1 14,28 1 3,14 22,57 F.Pembahasan
Data yang dikumpulkan meliputi nama jenis tumbuhan, dan jumlah individu setiap spesies, jumlah plot yang digunakan dalam praktikum yaitu 10 plot dengan permukaan 1000 m P×L (100m×10m) A. Nilai relative Nilai frekuensi relative spesies dapat dihitung dengan rumus : frekuensi relative ƒrekuensi suatu spesies FR= ─────────────── X 100 % ƒrekuensi seluruh spesies A. Tabel 1 1. Pohon kelapa FR = 3 20 X 100 % = 0,15 X 100% = 0,15 Berdasarkan penghitungan diatas hasil tumbuhan pohon kelapa pada nilai relative 0,15 2. Bintangur FR = 23 20 X 100 % = 1,15 X 100% = 1,15 Berdasarkan penghitungan diatas hasil dari tumbuhan bintangur pada nilai relative 1,15 3. Kasawari FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan penghitungan diatas hasil dari tumbuhan kasawari pada nilai relative 0,05 4. Katang-katang
FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan penghitungan diatas hasil dari tumbuhan katang-katang pada nilai relative 0,05 5. Ketapang FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan penghitungan diatas hasil dari tumbuhan pohon katapang pada nilai relative 0.1 6. Pandan durih FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasrkan penghitungan diatas hasil dari tumbuhan pandan durih pada nilai relative 0,05 B. Tabel 2 1. Pohon kelapa FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05
Dari hasil penghitungan diatas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relative 0,05 2. Malapari FR = 4 20 X 100 % = 0,2 X 100 % = 0,2 Berdasarkan hasil penghitungan diatas hasil dari tumbuhan pohon malapari pada nilai relative 0.2 3. Pohon beringin FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan diatas hasil dari tumbuhan pohon beringin pada nilai relative 0,05 C. Tabel 3 1. Pandan durih FR = 12 20 X 100 % = 0,06 X 100 % = 0,06 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pandan durih pada nilai relevan 0.06
2. Pohon kelapa FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.05 3. Pohon katapang FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.05 4. Tumbuhan paku FR = 10 20 X 100 % = 0,5 X 100 % = 0,5 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pakuh pada nilai relevan 0.5 5. Tumbuhan sirih hutan FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan sirih hutan pada nilai relevan 0.05
6. Keladi hutan FR = 3 20 X 100 % = 0,15 X 100 % = 0,15 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan keladi hutan pada nilai relevan 0.15 D. Tabel 4 1. Bintangur FR = 7 20 X 100 % = 0,35 X 100 % = 0,35 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan bintangur pada nilai relevan 0.35 2. Kelapa FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.1 E. Tabel 5 1. Kelapa
FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.1 2. Bintangur FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon bintangur pada nilai relevan 0.05 F. Tabel 6 1. Marno siangian FR = 8 20 X 100 % = 0,4 X 100 % = 0,4 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan marno siangian pada nilai relevan 0.4 2. Dadap serep FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan dadap serep pada nilai relevan 0.05
3. Pandan durih FR = 5 20 X 100 % = 0,25 X 100 % = 0,25 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pandan durih pada nilai relevan 0.25 4. Pohon Kelapa FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.05 5. Tumbuhan Katang-katang FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan katang-katang pada nilai relevan 0.05 G. Table 7 1. Tumbuhan bintaro FR = 4 20 X 100 % = 0,2 X 100 % = 0,2 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan bintaro pada nilai relevan 0.2 2. Pohon kelapa
FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.1 3. Tumbuhan katang-katang FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan katang-katang pada nilai relevan 0.05 4. Pohon bakau pantai FR = 10 20 X 100 % = 0,5 X 100 % = 0,5 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon bakau Pantai pada nilai relevan 0.5 5. Tumbuhan Semak arab FR = 3 20 X 100 % = 0,15 X 100 % = 0,15 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan Semak arab pada nilai relevan 0.15
H. Tabel 8 1. Pohon bintangur FR = 13 20 X 100 % = 0,62 X 100 % = 0,62 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon bintangur pada nilai relevan 0.62 2. Pohon kelapa FR = 2 20 X 100 % = 0,1 X 100 % = 0,1 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon kelapa pada nilai relevan 0.1 3. Tumbuhan katang-katang FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan katang-katang pada nilai relevan 0.0 4. Pohon bintaro FR = 1 20 X 100 % = 0,05 X 100 % = 0,05 Berdasarkan pengamatan di atas hasil dari tumbuhan pohon bintaro pada