Jalan Edukasi Jalan Aksi Kelola
Selamatkan Lingkungan Hidup
Taman Nasional Matalawa
JEJAK SELINGKUH MATALAWA
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Direktorat Jenderal Konservasi SumberDayaAlamdanEkosistem
Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti
Sekilas Taman Nasonal Matalawa Gambar 7. Rusa di kawasan Prioritas spesies fauna yang menjadi fokus kelola
Gambar 7. Rusa TN. Matalawa Balai Taman Nasional Matalawa adalah jenis-jenis
endemik terancam punah yaitu Julang Sumba
Gambar 8. Gua di kawasan (Rhyticeros everetti) dan Kakatua Sumba (Cacatua
sulphurea citrinocristata). Burung tersebut
Balai TN. Matalawa merupakan pemakan buah dan biji pohon. Posisi
sarang biasanya diletakan di habitat yang berupa
6 hutan-hutan primer dengan tutupan yang masih
relatif utuh. Kedua jenis tersebut ditetapkan sebagai
flagship species Balai Taman Nasional Matalawa.
Spesies perlindungan lain adalah Rusa timor (Cervus
timorenses) dengan persebaran pada habitat
padang dan hutan peralihan, Ular phyton (Phyton
reticulatus), jenis-jenis amphibi endemik dan jenis
lainnya. Keberadaan potensi fauna TN Matalawa
menjadi prioritas pengawetan dan pelestarian
sumber daya alam kawasan TN Matalawa (Balai
TNMT, 2008; Balai TNMT, 2009).
Secara umum potensi objek wisata di TN Matalawa
terdiri atas alam dan kebudayaan. Objek wisata
alam yang diharapkan menjadi produk unggulan
TN Matalawa diantaranya : Air Terjun Lapopu, Air
Terjun Matayangu, Air Terjun Kanabuai, Air Terjun
Wanggameti, Air Terjun Laputi, Danau Laputi, gua-
gua, jalur pengamatan burung (bird watching track)
di Billa, Langgaliru dan Manurara serta beberapa
potensi wisata pantai yang bisa jadi kesatuan paket
wisata. Potensi Gua yang ditemukan oleh kegiatan
eksplorasi ASC tahun 2009 sebanyak 23 Gua dan 11
Gua diantaranya berpotensi sebagai objek
ekowisata.
Jejak Selingkuh Matalawa
Air Terjun Kanabuwai Sekilas Taman Nasonal Matalawa
Air Terjun Laputi
Air Terjun Lapopu Air Terjun Matayangu
Gambar 9. Potensi air terjun di TN. Matalawa
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 7
Sekilas Taman Nasonal Matalawa Pengelolaan
Matalawa
MaTaLawa merupakan hutan alam yang tersisa di Pulau Sumba yang
sebagian kawasan tersebut ditemukan area terbuka berupa padang
savana. Kekayaan keanekaragaman yang sangat tinggi di kawasan
MaTaLaWa baik potensi flora, fauna dan lanscape memiliki keunikan yang
sungguh eksotik dan elegan yang tidak ditemukan di Pulau lainnya di wilayah
NKRI, Taman Nasional MaTalaWa merupakan benteng terakhir keanekaragaman
hayati di Pulau Sumba, dimana salah satu fokus perhatian dalam
mempertahankan benteng tersebut adalah ketersediaan air yang mengalir dari
hulu ke hilir dan keanekaragaman hayati berupa burung kakaktua jambul jingga
dan julang sumba yang terancam punah yang menjadi kebanggaan masyarakat di
Pulau Sumba.
Dalam pengelolaannya, MaTaLaWa membangun pola-pola
pendekatan/kolaborasi dengan berbagai pihak khususnya adalah masyarakat
yang berada di pinggiran kawasan yang dikenal nguwongke sliro dalam berbagai
aktivitas baik di dalam maupun di luar kawasan dalam ikut andil melalui
pelestarian alam dan pemanfaatan. Pendekatan – pendekatan ini dibangun
mengingat seiring berjalannya waktu tidak bisa dipungkiri bahwa meningkatnya
jumlah populasi manusia dan kebutuhan dasar manusia tentu akan memiliki
dampak/tekanan terhadap kawasan konservasi, untuk menjawab itu semua maka
negara harus hadir di tengah-tengah masyarakat.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
8
Sebagai salah satu upaya pendekatan secara holistik kultural, pemetaan sebaran Sekilas Taman Nasonal Matalawa
desa yang berada di sekitar kawasan wajib hukumnya dibuat untuk mengetahui
tingkat aksesibilitas, karakteristik masyarakat yang dibuat berdasarkan keadaan
kawasan yang berada di sekitarnya yaitu zonasi kawasan, sehingga pola
pendekatan dan edukasi yang diberikan kepada masyarakat akan berbeda.
MaTaLaWa sendiri dalam pengelolaannya dibagi berdasakan sistem
pembagian ruang yang dikenal dengan sebutan Zonasi Kawasan.
Penentuan zonasi didasarkan pada berbagai aspek penting baik
ekologi, DAS, flora, fauna dan keberadaan masyarakat yang berada di pinggiran
kawasan. Kawasan ini berada di 3 (tiga) wilayah administrasi kabupaten yaitu
Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Sumba Timur
serta dikelilingi oleh 52 (lima puluh dua) desa di sekitar kawasan.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 9
Balai TN. Matalawa Sekilas Taman Nasonal Matalawa
10 Gambar 10. Desa di sekitar kawasan Manupeu Tanah Daru
Jejak Selingkuh Matalawa
Balai TN. Matalawa Sekilas Taman Nasonal Matalawa
10 Gambar 10. Desa di sekitar kawasan Manupeu Tanah Daru
Jejak Selingkuh Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa
Balai TN. Matalawa
11 Gambar 11. Desa di sekitar kawasan Laiwangi Wanggameti
Sekilas Taman Nasonal Matalawa
Sekilas Taman Nasonal Matalawa Gambar 12. Pola pendekatan Sehubungan dengan adanya masyarakat
bersama masyarakat yang tinggal dan hidup di sekitar kawasan,
yang kehidupannya sebagian tergantung
pada alam di sekitarnya serta memiliki
akses yang sangat dekat dengan kawasan,
maka Balai Taman Nasional Matalawa
mengedepankan kelola kawasan
konservasi dengan menjadikan masyarakat
sebagai sebjek itu sendiri. Kelola kawasan
konservasi berbasis masyarakat ini
ditunjukkan melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat baik dalam
pengembangan usaha ekonomi produktif
sesuai dengan potensi wilayah desa dan
memberikan akses masyarakat di dalam
kawasan melalui kemitraan konservasi.
Selain itu dalam berbagai kegiatan
meliputi : monitoring satwa, inventarisasi
SDA dan kegiatan perlindungan dan
pengawasan, Balai selalu melibatkan
masyarakat di sekitar di kawasan.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
12
di Sisi Barat
"Jalan dialog lebih elegan dilakukan dalam
penanganan kawasan dan memberikan alternatif
solusi sesuai dengan akar permasalahan"
Penanganan Penggarapan Lahan di Kawasan Jalan Panjang di Tepi Barat
Dengan Pendekatan Psycho, Socio dan Culture
(Desa Modu Waimaringu dengan Desa Rewarara)
Seiring perjalanan dalam pengelolaan pasti akan menghadapi berbagai
rintangan dan persoalan di tingkat lapangan baik illegal logging,
perambahan, kebakaran, perburuan satwa dan lainnya, untuk itu kami
bersama Kepala Balai TN. Matalawa (Maman Surahman, S.Hut., Ms.Si) duduk
bersama untuk mencari jalan keluar dalam mengurangi tingkat
tekanan/gangguan terhadap kawasan, sehingga Bapak Maman Surahman
memerintahkan kepada kami untuk mengenali masyarakat yang ada di sekitar
kawasan dan menjalin hubungan komunikasi yang lebih intensif lagi serta lebih
mengenal lagi potensi – potensi ekonomi produktif yang bisa dikembangkan di
desa –desa tersebut termasuk dalam penanganan konflik yang melibatkan
masyarakat sekitar kawasan harus dicari akar permasalahan sehingga dapat
dicarikan langkah terbaik dalam penyelesaiannya.
Hal ini seperti yang terjadi pada kasus penggarapan lahan di lokasi Waikangguruk
Resort Wanokaka SPTN Wilayah I yang melibatkan 2 (dua) masyarakat desa yaitu
masyarakat Desa Modu Waimaringu, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat
dengan masyarakat Desa Rewara, Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat
dan berlangsung cukup lama, untuk mencari akar permasalahan yang terjadi,
pada waktu itu Junaidin (Polhut) mengawali dengan penggalian informasi pada
kedua belah pihak masyarakat desa yang terlibat berupa pengambilan data
sejarah penggarapan, masyarakat yang terlibat , luas lahan yang dilakukan
penggarapan, keterkaitan antara penggarap dari Desa Rewara dengan Desa
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 13
Modu Waimaringu. Informasi dan data
Jalan Panjang di Tepi Barat yang dikumpulkan tersebut kemudian
dibuatkan kronologis kejadian.
Penanganan penyelesaian pada
awalnya sudah dilakukan melalui
pembuatan surat pernyataan untuk
tidak menggarap lagi di lokasi
tersebut, namun berjalannya waktu
Gambar 13. lokasi penggarapan lahan ketika tim patrol melakukan
pemeriksaan di lokasi tersebut
ternyata masih digarap lagi oleh masyarakat, sehingga sempat terbesit untuk
mengambil langkah dalam bentuk represif, akan tetapi hal tersebut tidak sempat
dilakukan, hal ini dikarenakan ada keterkaitan antara penggarap Desa Modu
Waimaringu dengan Desa Rewara yang diketahui adanya proses penggadaian
lahan, sehingga penanganannya lebih diarahkan pada upaya penyadartahuan
dan mencari terobosan dalam upaya penyelesaiannya.
Sampailah pada suatu ketika kami bersama Kasat Polhut (Agung Nugraha)
diminta Pak Maman untuk melakukan penyelesaian penanganan konflik lahan
sawah seluas ± 2,45 Ha yang dilakukan secara turun temurun sebelum
ditunjuknya kawasan konservasi secara persuasif dengan konsep alih profesi, alih
komoditi dan alih lokasi dengan pendekatan psyco, socio dan culture.
Penyelesaian konflik tenurial tersebut kami awali melalui diskusi secara matang
yang diikuti oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Tri Wiyanto), Kepala SPTN
Wilayah I Waibakul (Abdul Basit Nasriyanto), Kepala Resort Waimanu (Bayu
Kurniawan), Kasat Polhut (Agung Nugraha), Koordinator Penyuluh Kehutanan
(Diecky Arif Rachman) dan dipimpin langsung oleh Kepala Balai (Maman
Surahman), dalam pertemuan tersebut dicari akar permasalahan dan cara masuk
dalam penyelesainnya, kemudian informasi dan data dihimpun untuk diambil
langkah aksi berupa :
Balai TN. Matalawa
14 Jejak Selingkuh Matalawa
Penyelesaian harus dilakukan Jalan Panjang di Tepi Barat
melalui pendekatan psico, socio
dan culture
Gambar 14. Penggarapan lahan kawasan di Aksi yang dilakukan tersebut adalah
Waikangguruk, Resort Wanokaka mendatangi para tokoh kunci yang bisa
diajak / dilibatkan dalam membantu
penyelesaian konflik, akhirnya
dipetakanlah beberapa tokoh kunci yaitu :
tokoh adat setempat, pemerintah desa,
tokoh masyarakat, TNI, Polri dan tokoh agama. Selain hal tersebut, juga perlu
dikenali kondisi psikologi masyarakat setempat serta adat dan budayanya.
Melakukan pertemuan-pertemuan secara berkelanjutan
Pertemuan yang dilakukan kami awali dengan bertemu dengan Pemerintah Desa
Modu Waimaringu beserta tokoh adat terlebih dahulu supaya adanya kesamaan
persepsi sebelum bertemu dengan para penggarap lahan (masyarakat Desa
Modu Waimaringu).
Pertemuan kedua kami lakukan bersama para penggarap lahan (masyarakat Desa
Modu Waimaringu) yang dihadiri oleh kepala desa, tokoh adat dan tokoh agama,
pada pertemuan tersebut difasilitasi oleh sesepuh adat setempat, pada
pertemuan tersebut “mereka meminta Balai Taman Nasional Matalawa untuk
melakukan pertemuan terlebih dahulu dengan penggarap di Desa Rewarara,
kemudian hasilnya disampaikan lagi pada pertemuan selanjutnya”.
Pertemuan ketiga adalah melakukan pertemuan dengan masyarakat Desa
Rewarara yang dihadiri oleh Polsek, Koramil, tokoh adat, tokoh agama dan
penggarap, pada pertemuan tersebut dihasilkan beberapa rumusan hasil
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 15
Jalan Panjang di Tepi Barat pertemuan yang dituangkan dalam surat pernyataan yang berisi sebagai berikut :
a. masyarakat mengakui kesalahan melakukan gadai lahan kawasan kepada
masyarakat Desa Modu Waimaringu.
b. Masyarakat Desa Rewa Rara tidak akan melakukan klaim lahan, apabila pihak
BTN. Matalawa bersedia membantu meringankan beban masyarakat yaitu
mengembalikan ternak yang telah mereka terima pada waktu proses gadai
tersebut.
c. Bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku apabila masih melakukan penggarapan lahan.
Pertemuan keempat kami lakukan kembali ke Desa Modu Waimaringu,
pertemuan yang dihadiri oleh Polsek, Koramil, tokoh adat, tokoh agama dan
penggarap tersebut diikuti langsung oleh Bapak Kepala Balai (Maman Surahman),
pada pertemuan tersebut menghasilkan butir-butir hasil yang dituangkan dalam
surat peryataan, diantaranya sebagai berikut :
a. Para penggarap mengakui kesalahannya bahwa telah melakukan
penggarapan lahan di kawasan.
b. Masyarakat Desa Modu Waimaringu tidak akan melakukan penggarapan,
apabila pihak BTN. Matalawa bersedia membantu ternak yang telah mereka
berikan ke Masyarakat Desa Rewa Rara.
c. Bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku apabila masih melakukan penggarapan lahan.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
16
Gambar 16. Dialog panjang berakhir Jalan Panjang di Tepi Barat
Gambar 15. Serah terima kain dan parang terang diikuti tikam babi
menandakan prosesi adat telah selesai
Proses pertemuan yang berkelanjutan dan panjang sehingga pada akhirnya
dipertemukanlah para penggarap lahan di masing – masing desa,
pertemuan tersebut dilakukan di Balai Desa Rewarara yang dihadiri
masyarakat penggarap di kedua belah pihak dan muspika setempat, yang
merupakan bentuk pertemuan berakhirnya konflik lahan di kawasan yang
dipimpin langsung oleh Camat Wanokaka Kabupaten Sumba Barat. Proses
pertemuan tersebut adalah pertemuan dalam mengakhir segala bentuk
perselisihan dalam melakukan penggarapan lahan di kawasan Taman Nasional
Matalawa, sebagai wujud lambang perdamaian berakhirnya proses panjang
ditandai oleh serah terima kain dan parang yang disaksikan oleh Camat
Wanokaka, Kapolsek Wanokaka, Kepala SPTN Wilayah I Waibakul, tokoh adat,
tokoh masyarakat, kelompok masyarakat yang terlibat proses gadai, pejabat
fungsional baik Balai, SPTN Wilayah I beserta staf dan acara diakhiri dengan
proses tikam babi yang menandakan proses adat telah selesai.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 17
Jalan Panjang di Tepi Barat Tahapan terakhir kami melakukan pengalihan profesi, lokasi dan komoditi
melalui program pemberdayaan masyarakat di Desa Modu Waimaringu.
Adapun Tujuan pemberdayaan ini adalah menguwongke sliro artinya
adalah masyarakat harus tetap kita dampingi, yang diwadahi dalam kelompok
untuk memperoleh penghidupan baru yang semula bergantung pada lahan
garapan di kawasan dapat beralih komoditi, alih profesi dan alih lokasi. Adapun
bantuan pengembangan usaha ekonomi yang dilakukan adalah bantuan kerbau
dan kuda. Selanjutnya dalam mengarahkan masyarakat, KSPTN Wilayah I
Waibakul dan Resort Waimanu melakukan pendampingan dan pembinaan
terhadap kelompok masyarakat tersebut dan dilakukan secara berkelanjuta dan
berdasarkan hasil patroli teman - teman SPTN Wilayah I pada lokasi garapan
tersebut, para penggarap sudah tidak melakukan aktivitas garapan di lokasi.
Dengan pendekatan memanusiakan orang tersebut maka secara tidak langsung
mereka akan sadar dan akan berbalik menjaga hutan.
Gambar 17. Penyerahanan bantuan ekonomi produktif dan pendampingan
“Perjalanan berakhir damai dalam penanganan konflik tenurial
dapat selesai ( Na malimba Ndua Ngarakua ba'we Na maringi
Malala Ngarakua ba'we ) melalui upaya ngobat (ngobrol hebat)
dalam upaya edukasi dan aksi penanganan”
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
18
Tahapan Pertemuan di Desa Modu Waimaringu Dalam Jalan Panjang di Tepi Barat
Penyelesaian Lahan Garapan
Pertemuan I
Pertemuan III
Pertemuan II
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 19
Jalan Panjang di Tepi Barat Pertemuan di Desa Rewa Rara Dalam
Penyelesaian Lahan Garapan
Pertemuan Antara Masyarakat Desa Rewa Rara Dan Desa Modu
Waimaringu Dalam Penyelesaian Lahan Garapan
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
20
dan
"Pemberdayaan perempuan sebagai kekuatan baru dalam
membangun perekonomian keluarga dan pedesaan"
Kesetaraan Gender Dalam
Pembangunan
Secara aktual, masih banyak penduduk Indonesia yang tergolong dalam Perempuan dan Itik
kategori miskin, dan sebagian besar dari jumlah tersebut berada di
pedesaan khususnya adalah masyarakat yang berada di pinggiran kawasan
hutan, sejalan dengan hal tersebut salah satu target kinerja Dirjen KSDAE yang
tertuang pada renstra Dirjen KSDAE 2015 – 2019 adalah dilakukannya pembinaan
pada desa di daerah penyangga kawasan konservasi.
Permasalahan yang dihadapi dalam membangun program pemberdayaan
masyarakat di desa sekitar kawasan, salah satunya adalah belum optimalnya
peran perempuan dalam menciptakan usaha baik ekonomi kreatif maupun
produktif dalam mendukung perekonomian keluarga dan masih rendahnya
produktifitas perempuan dalam pengembangan ekonomi keluarga sama sekali
belum disentuh secara mendetail dan berkesinambungan.
Sangat diyakini bahwa kunci keberhasilan dalam mendorong peningkatan
ekonomi keluarga adalah melalui pengintegrasian isu perempuan dalam
pengembangan ekonomi perempuan di daerah penyangga TN. Matalawa baik
dengan mempersiapkan kualitas sumberdaya manusia yang handal dan
berbudaya dengan sebaik-baiknya.
Prespektif perempuan dalam program pemberdayaan masyarakat daerah
penyangga dimulai dari adanya peran perempuan dalam mendorong
perekonomian keluarga. Menurut sejumlah ahli keluarga bahwa peran perempuan
sebagai unit sosial ekonomi terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi agama,
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 21
Perempuan dan Itik psikologi, makan dan minum dan sebagainya. Adapun tujuan membentuk
keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan
atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik yang serasi, selaras
dan seimbang antar anggota keluarga dan antar keluarga dengan masyarakat
dan lingkungannya (Landis 1989; BKKBN 1992).
Secara umum sudah terjadi kemitraan peran laki-laki dan perempuan dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat dengan tahapan kemitraan yang berbeda-
beda dari satu keluarga ke keluarga lainnya, dari satu daerah ke daerah lainnya.
Kemitraan perempuan ini tercermin dalam akses dan kontrol terhadap sumber
daya keluarga, meskipun belum tercapai kesetaraan yang sempurna.
Perbedaan gender ini tidak akan menjadi permasalahan sepanjang tidak
menimbulkan kesenjangan, ketidakadilan atau diskriminasi pada perempuan atau
laki - laki. Akan tetapi kenyataannya perbedaan tersebut seringkali menimbulkan
permasalahan. Dengan perbedaan gender dapat terjadi marginalisasi atau
peminggiran/kemiskinan terhadap perempuan atau laki - laki, subordinasi (terjadi
bila salah satu jenis kelamin dianggap penting). Stereotype (pelabelan atau
penandaan pada perempuan atau laki - laki terhadap peran atau sifat tertentu
misalnya perempuan lemah dan emosional sedangkan laki - laki kuat dan
rasional). Keadaan lain adalah terjadinya kekerasan dan beban kerja ganda yang
sering dialami perempuan. Dalam hal ini perempuan diperankan dalam ranah
domestik sehingga bila perempuan bekerja di sektor publik harus menanggung
beban ganda.
Peminggiran terhadap perempuan atau laki - laki dalam pembangunan terjadi
pula dalam pembangunan bidang lingkungan hidup dan kehutanan yang
mengakibatkan adanya kesenjangan akses perempuan atau laki - laki dalam
mendapatkan peluang atau kesempatan yang adil dalam proses pembangunan
lingkungan hidup dan kehutanan. Bilamana perempuan atau laki - laki tidak dapat
secara adil melakukan akses, partisipasi, kontrol maupun memanfaatkan (APKM)
Balai TN. Matalawa
22 Jejak Selingkuh Matalawa
hasil atas aktivitas pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan, maka dapat Perempuan dan Itik
mengakibatkan perempuan atau laki - laki tertinggal, padahal perempuan dan laki
- laki selain mempunyai potensi juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam pembangunan.
Di kawasan pedesaan atau kawasan dengan tingkat ketergantungan hidup
penduduknya terhadap alam masih tinggi, degradasi hutan, daerah aliran sungai,
pesisir dan lahan pertanian memiliki dampak hebat bagi perempuan mengingat
perempuan memiliki derajat ketergantungan yang tinggi terhadap lingkungan
alam guna pengelolaan tugas - tugas rumah tangga sehari - hari. Sebagai contoh,
perempuanlah yang lebih terikat, tumbuh - tunbuhan herbal, kayu untuk bahan
bakar. Selain itu perempuan juga terlibat secara umum dalam pengelolaan,
pemeliharaan dan konservasi dari berbagai sumber daya alam untuk konsumsi
masyarakat. Dengan tingkat interaksi terhadap lingkungan yang tinggi,
perempuan biasanya memiliki pengetahuan detil terhadap lingkungan sekitar
mereka.
Dengan demikian, pencapaian kesetaraan dan keadilan gender di bidang
kehutanan dan lingkungan hidup merupakan salah satu tantangan utama.
Dengan mengintegrasikan jumlah perempuan lebih dari separuh populasi dunia,
isu keterkaitan gender dan lingkungan hidup menjadi semakin krusial ketika
gender menjadi salah satu target utama dalam agenda 2030 Sustainable
Development Goals (SDGS). Goal 5 SDGS yaitu mencapai gender equality dan
memberdayakan seluruh perempuan dan anak gadis dengan target mencapai
50:50 pada tahun 2030.
Masyarakat daerah penyangga dalam melakukan pengembangan ekonomi masih
berbasis pada pengelolaan pertanian, dan peran perempuan terlibat dalam
kegiatan pertanian tersebut, namun demikian masih belum optimalnya peran
perempuan baik dalam berorganisasi di tingkat desa khususnya dalam membantu
pengembangan ekonomi produktif melalui akses ekonomi terapan dari sektor
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 23
Perempuan dan Itik Pemberdayaan Perempuan di
Desa Padiratana
Gambar 18. Bentang alam Desa Padiratana
Desa Padira Tana terletak di Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Kabupaten
Sumba Tengah. Berdasarkan letak geografisnya Desa Padira Tana terletak
pada 119049'4,32''S dan 9038'59.388''E. luas wilayah desa adalah 45 Km2
dengan kepadatan 24 jiwa / km dan jumlah penduduk yaitu 1473 jiwa terdiri atas
735 laki – laki dan 738 perempuan.
Sore itu kami berangkat dari Waingapu ke Desa Padiratana yang kami tempuh
selama ± 1,5 jam dengan diguyur hujan lebat, akhirnya tibalah kami di desa itu,
dengan ditemani secangkir kopi kami bertemu Sekretaris Desa Padiratana yang
bernama Pak Petrus B. Ndapanamung, dalam pertemuan tersebut kami bercerita
Balai TN. Matalawa
24 Jejak Selingkuh Matalawa
bahwa Desa Padiratana memiliki letak yang sangat strategis yaitu dari sisi potensi Perempuan dan Itik
alam desa dan tempat transit para pengendara untuk beristrirahat melepas lelah,
untuk itu kami ingin mengajak pemerintah desa dalam membangun desa baik
dari sisi pengembangan ekowisata desa, maupun pengembangan potensi hasil
bumi yang dikembangkan oleh masyarakat serta meningkatkan kapasitas
masyarakat melalui peran serta para perempuan. Pak Petrus B. Ndapanamung
masih menyimak dan menyampaikan kepada kami bahwa rencana tersebut
sangat menarik untuk dilakukan dan perlu untuk dibahas bersama kepala desa,
kami menyetujui dan membuat jadwal pertemuan dengan Pak Umbu K Kapotung
(Pak Kades).
Pada minggu berikutnya kami datang kembali ke
Desa Padiratana dan tinggal selama 1 (satu)
minggu untuk melakukan beberapa kegiatan
sebelum melakukan program pemberdayaan
perempuan ternak itik petelur, kegiatan kami
awali dengan melakukan koordinasi dengan Gambar 19. Wawancara
pemerintah desa dan dilanjutkan dengan melakukan dengan mama – mama
kegiatan identifikasi potensi dan pemetaan wilayah serta
para stake holder yang akan terlibat pada program, kegiatan kami lakukan
bersama pemerintah desa dimulai dengan melakukan wawancara kepada mama -
mama yang berada di 3 (tiga) dusun, berdasarkan hasil wawancara yang kami
lakukan kepada 42 (empat puluh dua) mama - mama diperoleh hasil bahwa
tingkat partisipasi ibu – ibu masih belum optimal di berbagai bidang seperti :
1.Peran perempuan dalam ketenagakerjaan.
2.Peran perempuan dalam KUKM.
3.Peran perempuan dalam industri rumah tangga dan perdagangan
4.Peran perempuan dalam memperoleh informasi, sarpras dan kepemilikan lahan
baik pertanian dan perkebunan.
5.Peran perempuan dalam akses SDA, pendidikan, politik dan budaya.
6.Peran perempuan dalam industri rumah tangga dan perdagangan.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 25
Perempuan dan Itik Kegiatan kami lanjutkan kembali dengan melakukan penelusuran desa untuk
mengetahui detail potensi yang ada di desa baik berupa : sebaran pemukiman,
sebaran potensi SDA, sarana publik, jalan, dan lain sebagainya, hal ini kami
lakukan dikarenakan dalam pengembangan program pemberdayaan yang akan
kami lakukan, potensi tersebut harus terpetakan dengan tujuan mendukung
keberhasilan program yang akan kami lakukan selain pemetaan sumber daya
manusia yang akan melaksanakan program tersebut.
Niat yang tulus dan penuh kesabaran
selalu tertanam di benak kami untuk
melakukan program dari awal sampai
berhasilnya program, walaupun rasa
lelah tetap menghinggapi kami, kami
melanjutkan kegiatan selanjutnya untuk
melakukan sosialisasi program yang
Gambar 20. Pembentukan kelompok akan kami bangun bersama masyarakat
desa dan hasil pengkajian desa yang
telah kami lakukan beberapa hari yang lalu, kegiatan presentasi ini kami lakukan
di kantor Desa Padiratana serta tidak tanggung-tanggung Pak Maman langsung
turun sendiri dari Waingapu karena semangatnya yang tinggi untuk bertemu
dengan masyarakat desa sekaligus memantabkan koordinasi dengan Pemerintah
Desa Padiratana dan mempresentasikan program & hasil pengkajian desa, setelah
presentasi yang dilakukan Pak Maman dibuka sesi diskusi yang dipandu langung
oleh Pak Umbu K Kapotung, dengan semangat yang tinggi Pak Umbu sapaan
akrabnya menyampaikan bahwa program yang dibangun oleh Balai Taman
Nasional Matalawa ini sungguh sangat detail sekali, dalam hal ini pengembangan
itik petelur yang dimulai dari tahap persiapan sampai jaminan pasar, untuk itu
kami pemerintah desa dan seluruh masayarakat sangat berterima kasih dan
pemerintah desa berkomitmen untuk mengawal kelangsungan program yang
dilaksanakan kemdian diikuti tepuk tangan meriah oleh seluruh masyarakat
(mama - mama dan perangkat desa) yang hadir pada waktu itu, kemudian di sesi
Balai TN. Matalawa
26 Jejak Selingkuh Matalawa
terakhir kami buka diskusi mengenai keanggotaan kelompok pemberdayaan Perempuan dan Itik
perempuan yang akan melaksanakan program tersebut, pada awalnya kami
menginginkan kelompok yang dibentuk untuk awal adalah 30 (tiga puluh) orang
saja, namun dengan semangatnya Pak Umbu dan antusias mama – mama yang
hadir pada waktu itu maka terbentuklah dan disahkannya kelompok
pemberdayaan perempuan Rambu Langgaliru yang selanjutnya akan disusun
AD&ART (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga), pesan terakhir Pak
Maman kepada Kelompok Rambu Langgaliru adalah mama – mama diminta
untuk komitmen dan kompak dalam menjalankan usaha itik petelur, selama
program berjalan kami akan mendampingi dan mengarahkan dari proses
pembuatan kandang sampai dengan itik tersebut bertelur sehingga usaha nanti
yang dijalankan dapat membuahkan hasilnya dan mulai sekarang bapak – bapak
harus lebih sayang lagi dengan mama – mama, karena tidak lama mama ini akan
menghasilkan uang dari itik tersebut, sambil bercanda.
Pada minggu berikutnya kami melakukan
kegiatan sosialisasi program pemberdayaan
perempuan bersama pihak-pihak terkait di
Waingapu, turut hadir pada rapat tersebut
yaitu Forimba (Forum Pemberdayaan
Perempuan), Jamatada (Jaringan Masyarakat
Manupeu Tanah Daru), Dinas Peternakan Gambar 21. Sosialisasi
Sumba Tengah, Dinas Perindustrian & bersama para pihak
Perdagangan dan UKM, Pemerintah Desa Padiratana dan Pengurus Kelompok
Rambu Langgaliru, kegiatan ini untuk menyamakan persepsi kepada pihak-pihak
terkait untuk mendukung program yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional
Matalawa.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 27
Perempuan dan Itik RUMUSAN HASIL KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BERSAMA PIHAK TERKAIT
Berdasarkan arahan dan paparan materi Kepala Balai Taman Nasional Manupeu
Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (MATALAWA), Kepala Seksi Pengelolaan
Taman Nasional Wilayah II Lewa, Kepala Bidang Kepala Bidang Perbibitan dan
Produksi Ternak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sumba
Tengah, Kepala Bidang Kelembagaan dan Pengawasan Dinas Koperasi, UKM,
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumba Tengah serta memperhatikan
diskusi yang berkembang, maka dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Pihak – pihak yang hadir memiliki komitmen yang tinggi dalam
mendukung adanya program pemberdayaan perempuan yang dilakukan
di Desa Padiratana oleh Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan
Laiwangi Wanggameti.
2. Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti
dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan perempuan telah
menyusun tahapan – tahapan kegiatan yang akan dilakukan selama 1
(satu) tahun.
3. Balai Taman Manupeu Tanah Daru, Forum JAMATADA, FOREMBA
bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Tengah (Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian
dan Perdagangan, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Pemerintah Desa
Padiratana) melakukan pendampingan, pembinaan, dan pengawasan
serta evaluasi terhadap pelaksanaan program pemberdayaan
perempuan Kelompok Rambu Langgaliru baik budidaya itik, kerajinan
tangan serta diversifikasi produk olahan makanan.
4. Pengembangan program pemberdayaan perempuan sebagai salah satu
Pilot Project dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
desa penyanggga Taman Nasional Matalawa sehinggga keberhasilannya
dapat dijadikan contoh bagi desa – desa lainnya.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
28
5. Kelompok pemberdayaan perempuan Rambu Langgaliru yang telah Perempuan dan Itik
terbentuk melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
program.
6. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan perempuan kelompok
Rambu Langgaliru berupa pengembangan itik petelur perlu
memperhatikan beberapa aspek meliputi : persiapan anakan itik (DOD),
penyakit dan penanganannya, kandang itik, pemeliharaan itik dari DOD
sampai itik betelur serta pengolahan hasil budidaya dan pemasaranya,
7. Perlu adanya wadah dalam bentuk koperasi di tingkat desa sebagai salah
satu upaya dalam memasarkan hasil budidaya itik petelur, kerajinan
tangan dan diversifikasi produk olahan makanan.
8. Pemerintah Desa Padiratana bertanggung jawab atas keberlanjutan
program sampai terciptanya kelompok Rambu Langgaliru yang mandiri
dan bertanggung jawab.
Hari berganti hari dilewati kami dengan semangat tetap mengawal
kegiatan sesuai dengan milestone yang sudah kami susun, tanpa
mengenal lelah kami melakukan kegiatan selanjutnya yaitu
pendampngan kelembagaan kelompok, sebagai upaya agar kelembagaan
kelembagaan kelompok mantap baik dari sisi administrasi maupun kegiatan, di
sela – sela pertemuan tersebut ada sebuah pertanyaan menggilitik yang
diajukan oleh anggota kelompok Rambu Langgaliru, sebagi berikut : “kenapa
kami diberikan DOD (Day of Duck) itik petelur, kok bukan itik petelur yang
berumur dewasa”, jawaban kami adalah hal ini kami menginginkan adanya proses
pembelajaran dalam pengembangan itik petelur sejak DOD sehingga nantinya
kalo itik tersebut bertelur dan sebagian untuk ditetaskan, ibu-ibu sudah memiliki
pengalaman dalam penanganan dan pemeliharaan hasil tetasan tersebut, untuk
itu kami akan mengajak perwakilan kelompok Rambu Langgaliru untuk belajar
langsung dalam budidaya itik petelur ke Jawa, sahut saya.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 29
Selang 1 (satu) bulan
kami mengajak belajar
pengurus kelompok
Perempuan dan Itik Rambu Langgaliru ke
Yogyakarta untuk belajar
langsung dalam usaha
itik petelur, maupun
pengolahan komoditi
panganan. Pengurus
kelompok ketika kami
ajak sangat senang, Pak Gambar 22. Studi Bandi ke Yogyakarta
Maman menyampaikan
kepada ibu-ibu tersebut bahwa “ Dunia tidak sempit ya bu”sambil bercanda dan
pesannya adalah selagi di Yogyakarta belajarlah yang banyak ya bu. Kegiatan
belajar di Yogyakarta ini kami lakukan di salah satu peternakan yang berada di
Magelang untuk melihat langsung pengembangan DOD itik petelur sampai
dengan penetasan, ibu – ibu yang ikut aktif dalam bertanya dan mengamati
kondisi lingkungan di peternakan itik tersebut. Hal ini kami lakukan supaya ibu-bu
memperoleh bekal pengetahuan dan berbagi pengalaman dalam pengembangan
itik petelur yang tidak lama lagi akan mereka terima.
Sepulangnya dari Yogyakarta kami melakukan rapat dan diskusi yang diikuti oleh
pemerintah desa dan kelompok Rambu Langgaliru di Kantor Desa Padiratana,
salah satu agenda rapat adalah menceritakan pengalaman selama belajar
beberapa hari di Yogyakarta mengenai budidaya itik petelur dan pengolahan
komoditi panganan lokal sedangkan agenda utamanya adalah mengenai
pembagian DOD itik petelur dan pembuatan kandang, berdasarkan hasil diskusi
dihasilkan bahwa DOD itik petelur sebanyak 1500 dibagi di 3 (tiga) sub kelompok
sehingga kami menyiapkan 3 (tiga) kandang itik yang tersebar di masing – masing
dusun, tidak hanya itu kami juga melakukan diskusi mengenai penjadwalan
penjagaan itik dan pemeliharaanny, . s kandang sedemikian rupa sesuai dengan
Balai TN. Matalawa
30 Jejak Selingkuh Matalawa
kondisi yang dipersyaratkan telah persiapkan Gambar 23. Penyerahan DOD Perempuan dan Itik
sampai dengan membentangkan kabel itik ke Kelompok Rambu
sepanjang 300 meter, hal ini dikarenakan di
Dusun I tidak teraliri listrik semua, sehingga Gambar 24. Jadwal Penjagaan itik
kabel tersebut kami alirkan di Polindes
setempat, tanpa mengenal lelah hingga
akhirnya selesai sudah persiapan yang kami
lakukan dan pada akhirnya DOD itik petelur
yang berumur 2 (dua) hari dari penetasan yang
berasal dari Kecamatan Mojosari, Kabupaten
Mojokerto dengan pengiriman melalui
penerbangan dari Surabaya - Tambolaka
tersebut tiba di Desa Padiratana, kemudian
diserahkan ke kelompok Rambu Langgaliru,
ibu-ibu sangat antusias ketika serah terima itik
tersebut, penyerahan juga disaksikan oleh
Kepala Desa (Umbu Kapotung).
Ketika itik tersebut diserahkan kami telah
membuat jadwal penjagaan itik dan
pemeliharaannya, Kelompok Rambu Langgaliru
membuat jadwal secara bergantian dan kami
mengarahkan kelompok ibu-ibu dalam cara
merawat itik, pemberian makan dan minumnya.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 31
Perempuan dan Itik Gambar 25. Penjagaan dan bimtek itik
Namun dalam perjalanannya selama 22 (dua puluh dua) hari kami jatuh
bangun supaya itik tersebut dapat terselamatkan, selama 2-3 kali dalam
seminggu kami terus melakukan pendampingan dan pemantauan
langsung di lapangana, kejadian kematian banyak ditemukan selama 1 (satu)
minggu sejak diserahkannya DOD tersebut sekitar 100 – 150 ekor kami terus
memutar otak mulai penambahan penerangan di kandang, pembuatan drum
penghangat, dan sebagainya, hingga terlewatinya masa kritis, selama masa kritis,
kami terus berjaga dan siap apabila mendapat laporan dari Kelompok Rambu
Langgaliru seperti mendapat sms: “Pak, listriknya mati, Pak itiknya mati lagi, Pak
Pakannya mau habis”, laporan tersebut kami terima baik pagi hari, siang hari
maupun malam hari hingga kami harus bergegas untuk menjawab segala
laporan, seringnya kami datang ke lokasi sampai lelah menghinggapi kami,
namun di benak kami tertanam “kami harus selamatkan itik untuk kelompok
Rambu Langgaliru supaya nantinya mereka mendapatkan hasil jerih payah yang
telah dilakukan selama ini, hal ini pun kami disemangati oleh keluarga di rumah
dan Pak Maman, total itik yang mati selama 22 (dua puluh dua) hari sekitar 200-
250 ekor.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
32
Gambar 26. Vaksin itik ketika berumur 1,5 bulan Perempuan dan Itik
Untuk menjaga itik dari hal-hal yang tidak diinginkan, kami menjalin kerjasama
dengan Dinas Peternakan, dalam hal ini ibu Kabid (Rambu Sedu) khususnya
dalam memberikan vaksin itik, ibu Rambu Sedu sangat mendukung tindakan
yang kami lakukan, hingga akhirnya tim dari Dinas Peternakan Sumba Tengah
datang untuk melakukan vaksin pada seluruh itik yang ada, vaksin yang diberikan
adalah vaksin tetes yang dilakukan oleh 7 (tujuh) petugas ke kandang itik secara
bergantian, ibu-ibu yang tergabung pada Kelompok Rambu Langgaliru sangat
senang senang sekali dengan adanya vaksin yang dilakukan, selain hal itu kami
bersama tim dari Dinas Peternakan memeriksa itik yang mengalami sakit, dari itik
yang kami periksa berjumlah 14 ekor, untuk mengatasi hal tersebut Bu Rambu
(sapaan Ibu Kabid) memberikan penanganan dengan obat dan vitamin itik yang
diberikan sesuai prosedur gejala itik tersebut.
Setelah vaksin selesai dilakukan, untuk mencegah kematian itik yang masih terjadi
khususnya di Dusun II dan Dusun III kami berdiskusi dengan Pemerintah Desa
Padiratana dan pengurus Kelompok Rambu Langgaliru untuk membuat kandang
swadaya, hal ini mengingat kandang yang dibuat oleh kami tentunya tidak dapat
mendukung daya tampung itik dengan pertumbuhannya, Kepala Desa Padiratana
(Umbu K Kapotung) menyatakan siap untuk bersama – sama dengan Kelompok
Rambu Langgaliru untuk membuat kandang swadaya, salah satu yang sudah jadi
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 33
Perempuan dan Itik Gambar 27. Proses Pemindahan
adalah kandang swadaya di Dusun I, sehingga kami melakukan distribusi ke
kandang swadaya tersebut, sedangkan di kandang asal dilakukan perluasan untuk
mendukung daya tampung itik tersebut, sedangkan di Dusun III, kandang
swadaya dalam proses penyelesaian pembuatan, namun untuk mengantisipasi
daya dukung tersebut, kami bersama kelompok membuat perluasan kandang di
Dusun II dan Dusun III, kami mengajak pemerintah desa dan kelompok untuk
segera menyelesaikan pembangunan kandang swadaya agar itik tersebut dapat
segera terdistribusikan.
Selama berkembangnya itik dari hari ke hari, kami selalu berkunjung ke lokasi dan
mengecek kondisi itik dan pakannya secara berkelanjutan dan saat ini itik
berumur 3 bulan, dan di Dusun I, itik-itik tersebut diangonkan di sungai terdekat,
Pak Maman yang menyaksikan langsung pengangonan itik di sungai tersebut
sangat senang sekali demikian juga dengan ibu-ibu yang mengangonkan
tersebut. Itik tersebut diangonkan supaya dapat beradaptasi dengan lingkungan
sehingga naluri alam itik tetap ada, demikian kata Pak Maman.
Sampai dengan saat ini itik yang masih ada sekitar 930 ekor, kami memahami
bahwa ilmu dan pengalaman dari kematian itik itu sangat mahal sekali, hal ini
tentunnya dikarenakan kami masih belum terlalu berpengalaman dalam
pengembangan itik petelur, akan tetapi kami memiliki mimpi besar bahwa
pengembangan itik petelur di Desa Padiratana merupakan satu-satunya terbesar
Balai TN. Matalawa
34 Jejak Selingkuh Matalawa
di Pulau Sumba dan menjadi sentra telur asin serta wisata edukasi itik bagi Perempuan dan Itik
masyarakat Sumba khususnya dari hasil telur asin dan itik tersebut maka akan
menciptakan usaha-usaha baru dalam pengolahan makanan yang akan
berkembang di Desa Padiratana (khususnya) dan Pulau Sumba pada umumnya.
Dalam waktu tidak lagi maka itik tersebut akan bertelur, untuk menjamin pasar
telur itik tersebut kami telah menyiapkan pasar di 3 (tiga) lokasi yaitu Sumba
Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur dan tidak itu saja kami juga akan
mempromosikan hasil usaha itik petelur tersebut ke para pelaku usaha di wilayah
Sumba dan Pulau NTT baik melalui media sosial, web dan media cetak yang
lainnya, kami juga akan menggandeng Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Sumba Tengah untuk memberikan dukungan berupa kapasitas keberlanjutan
usaha itik petelur tersebut.
Gambar 28. Proses pemeliharaan itik
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 35
PROSES PENDAMPINGAN DAN
PERTUMBUHAN ITIK PETELUR
Perempuan dan Itik 1
10
9 61 2 2
8 3
5 3
4 4
7 5
6
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
36
Menumbuhkan
Ekonomi Kerakyatan
Teori Jeremy Bentham " the greatest happiness for the greatest
number "artinya jika sebagian anggota masyarakat
merasakan manfaat dan merasa senang dengan kebijakan
atau situasi tertentu, maka itulah kesejahteraan umum.
Namun sebaliknya, jika “the greatest happiness for the
smallest number“ maka kesejahteraan umum belum
terwujud, sehingga negara memiliki tanggungjawab
untuk mengubahnya menjadi kesejahteraan bersama.
Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
di Pedesaan Melalui Konsep Petik, Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
Olah dan Jual
Ekonomi kerakyatan bagi Emil - Salim (Swasono,1985), yang dikenal sebagai
ekonomi Pancasila, adalah pembangunan ekonomi yang . meletakkan
masyarakat sebagai suatu kesatuan yang memegang peranan sentral
dalam sistem ekonomi yang terdiri dari berbagai sub-sistem masyarakat yaitu,
petani, nelayan, buruh, masyarakat penawar jasa, dan sebagainya. Masyarakat
berbagai sub-sistem tersebut. sebagian terbesar berada di perdesaan yang tidak
tergolong sebagai kaum menengah. Ekonomi rakyat berdasarkan referensi ini
dapat diartikan sebagai ekonomi masyarakat bawah yang selama ini
diidentifikasikan sebagai lemah dalam permodalan, lemah dalam produksi, iemah
dalam akses pembangunan ekonomi adalah manusla. Dengan demiklan manusia
adalah subyek pernbangunan yang juga adalah obyek (penerima hasil), sebagai
subyek, dalam strata sosial apapun, mereka harus terlibat dalam proses
pembangunan.
Adapun pengertian pembangunan pedesaan adalah suatu perbaikan yang terjadi
secara menyeluruh terhadap kondisi kehidupan sosial dan ekonomi di wilayah
pedesaan. Pembangunan pedesaan dilakukan sebagai upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang secara bersamaan meningkatkan distribusi
pendapatan di antara penduduk desa (de Haen, 1982).
Pembangunan Desa secara konseptual mengandung makna sebagai proses
dimana usaha - usaha dari masyarakat Desa terpadu dengan usaha-usaha
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 37
Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan dari pemerintah. Tujuannya untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera dan budaya masyarakat, sehingga dalam konteks pembangunan Desa,
paling tidak terdapat dua stakeholder yang berperan utama dan sejajar
(equal) yaitu pemerintah dan masyarakat (Korten, 1988:378).
Harus diakui bahwa pembangunan pertanian khususnya untuk pengembangan
agro bisnis masih berhadapan dengan banyak kendala. Diantaranya, bahwa
hingga kini belum tampak secara riel usaha pemerintah untuk mengembangkan
industri pertanian secara sungguh. Kebijaksanaan pertanian masih
mengutamakan hanya peningkatan produksi tanaman pangan, belum banyak
menyentuh jenis komoditas pertanian lainnya seperti palawija ataupun tanaman
perkebunan. Kemudian, kendala kurangnya iklim usaha yang dapat merangsang
investor untuk mengembangkan bidang ini, seperti masih terbatasnya sarana
pemasaran seperti transportasi jalan, listrik dan fasilitas pasçapanen, demikian
pula keterbatasan prasarana permodalan dan perkreditan, tenaga ahli yang
mampu melayani kegiatan-egiatan sektor ini setelah pasçapanen beserta
pengolahannya, serta ketidakaturan penyediaan bahan baku sehubungan dengan
masalah jumlah dan mutu sesuai kebutuhan. Akhirnya, kendala lainnya adalah
masih relatif besarnya resiko bagi sektor ini, sebagai akibat musim, hama penyakit
dan ketidak pastian pasar, yang mana tidak dibarengi oleh kebijaksanaan-
kebijaksanaan perlindungan dan bantuan yang sesuai dan pantas untuk
menghadapi resiko-resiko tersebut
Oleh karena itu maka untuk pengembangan sektor agro bisnis ini diperlukan
beberapa langkah atau strategi yang bersifat umum dan spesifik. Yang bersifat
umum, langkah-langkah yang diperlukan adalah : penentuan prioritas daerah
atau wilayah dan komoditas yang harus dikembangkan ; kemudian perlunya
ditentukan dan direncanakan secara rinci sejak menghasilkannya, kemudian
penggunaan hasil, hingga pemasaran nya ; serta pentingnya penyediaan
informasi tentang potensi daerah dan macam komoditas yang fisibel
dikembangkan .
Balai TN. Matalawa
38 Jejak Selingkuh Matalawa
Akhirnya sebagai langkah spesifik, strategi pengembangan agro industri atau Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
agro bisnis tersebut dapat disederhanakan dalam satu kalimat umum yaitu « Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
pentingngnya menyusun suatu strategi pengembangan agro bisnis dalam
kerangka konsep « kemitraan dalam arti luas » antara kegiatan produksi dengan
pemasarannya serta berbagai faktor-faktor pendukung lainnya (lembaga
keuangan, lembaga pendistribusi).
Sepulangnya kami (Tri Wiyanto, Puji Gantina, Agung Nugraha, Diecky, Dedy,) dari
Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat ke Waingapu, Kabupaten Sumba Timur
yang ditempuh selama 3 jam, untuk mengobati rasa lelah dikarenakan perjalanan
sangat berliku-liku, kami berhenti di salah satu warung Pak Bambang yang
merupakan langganan kami yang berada di Desa Padiratana, Kecamatan Umbu
Ratu Nggay, Kabupaten Sumba Tengah, dengan sesruput minuman kopi kami
mendadak ngobrol yang singkatnya adalah bagaimana potensi ekonomi desa
bisa dikelola secara baik sehingga mereka disibukkan dengan aktivitas ekonomi
yang menghasikan pendapatan sehingga mereka lupa dengan keberadaan
kawasan. Selanjutnya , kami bercerita dan berdiskusi dengan kepala Balai (Bapak
Maman Surahman), beliau sangat antusias lagi dan berdiskusi serta mengarahkan
kami agar potensi produktif yang ada di desa sekitar kawasan dapat terkelola
secara baik dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, kepala balai
mengarahkan kepada kami bahwa dalam mengelola potensi tersebut harus
memiliki konsep : Petik, Olah dan Jual, kemudian dirumuskan hal – hal sebagai
berikut :
“bahwa selama ini jiwa interpreneur dalam mengembangkan usaha ekonomi
melalui petik, olah dan jual masih belum terlalu terlihat secara kasat mata,
sehingga perlu dorongan berupa pendampingan dalam peningkatan kapasitas
dalam mengolah hasil komoditi pangan lokal dalam bentuk produk olahan dan
kemasan serta potensi yang lainnya, kedua adalah bahwa masyarakat masuk
hutan dalam pengambilan sumberdaya air ataupun hasil hutan bukan kayu
sebenarnya menantang maut, akan tetapi tidak ada jalan lain jikalau tidak maut
mengancam”
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 39
Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan Menindaklanjuti arahan Pak Maman, maka disusunlah langkah-langkah strategis
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera meliputi :
1. Perencanaan yang matang
Perencanaan ini merupakan langkah awal dalam menjabarkan keseluruhan
proses yang dipikirkan secara matang dari hal - hal yang akan dikerjakan di
masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Identifikasi masalah dan potensi desa
Identifikasi masalah dan potensi desa adalah cara untuk memahami dan
menilai masalah pembangunan dan kondisi pedesaan melalui PRA
(Participatory Rural Appraisal) dalam menggali informasi dengan melibatkan
sumber informasi (masyarakat) secara aktif. PRA sangat baik dilakukan
sebelum suatu program dilaksanakan supaya program tersebut sesuai
dengan kondisi wilayah dan harapan masyarakat.
3. Penyusunan program bersama
Penyusunan program bersama diartikan sebagai langka dalam pengambilan
keputusan dengan pelibatan masyarakat dalam menyusun suatu program
pemberdayaan masyarakat dengan melihat kondisi potensi, masalah,
peluang dan ancamannya.
4. Membangun kapasitas masyarakat
capacity building sebagai suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau
serangkaian gerakan, perubahan multi level di dalam individu, kelompok-
kelompok, organisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk
memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi sehingga
dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada Morison (2001:42)
5. Eksekusi program (petik, olah dan jual)
Program ini merupakan suatu pengembangan usahatani yang tadinya hanya
memetik dan langsung dijual, kemudian dengan adanya agribisnis, produk
usaha tani tidak boleh langsung dijual tetapi harus melalui pengolahan hasil
terlebih dahulu.
6. Pengemasan produk
Balai TN. Matalawa
40 Jejak Selingkuh Matalawa
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu
mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di
dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik
(gesekan, benturan, getaran).
7. Jaminan pasar
Jaminan pasar ini merupakan faktor terpenting dalam pengembangan hasil
usaha pemberdayaan masyarakat, sehingga mereka terus termotivasi dalam
melakukan produksi pengolahan hasil komoditi.
8. Pengawalan program
Pengawalan program harus dilakukan dengan penuh komitmen dalam
keseluruhan pelaksanaan dari awal sampai tujuan akhir.
Selanjutnya Pak Maman, mengarahkan bahwa dalam pengembangan usaha
ekonomi produktif tidak akan mungkin kita berfikir dan melaksanakan kegiatan di
semua desa yang berada di sekitar kawasan TN. Matalawa.
Proses petik, olah dan jual merupakan konsep dalam mengembangkan potensi
nilai jual pada suatu komoditi unggulan desa, hal ini kerap disampaikan oleh Pak
Maman kepada kami pelaksana dan pendamping kegiatan pemberdayaan
masyarakat desa penyangga, hal ini kami mencoba menerapkan di beberapa
lokasi di desa penyangga untuk menjadi percontohan terlebih dahulu dalam
pengolahan produk tersebut.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 41
Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan Pengolahan Komoditi Panganan Lokal
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera di Desa Bidi Praing
Pertama, kami menerapkan pengembangan pemberdayaan masyarakat di
Desa Bidi Praing, Kecamatan Lewa Tidahu, Kabupaten Sumba Timur. Desa
ini terletak di pinggir kawasan Manupeu Tanah Daru yang berada pada
titik koordinat S : 119° 47' 41.14" ; E : 9° 46' 13.51", memilik jumlah penduduk 704
jiwa yang terdiri atas 353 laki - laki dan 351 perempuan dengan jumlah KK (kepala
keluarga) adalah 144, proses yang panjang dalam melaksankan pemberdayaan
masyarakat ini sejatinya telah kami lakukan cukup lama yaitu 6 (enam) tahun yang
lalu, namun kegiatan pemberdayaan masyarakat yang kami lakukan pada waktu
itu masih bersifat peningkatan produktifitas lahan berupa tanaman kehutanan dan
tanaman Mpts serta alat pendukung pengolahan pertanian dengan berdasarkan
pada pengembangan potensi desa yang didahului dengan pengambilan data
melalui FGD (Focus discussion group) bersama kelompok masyarakat yang
tergabung pada KMPH (Kelompok Masyarakat Pelestari Hutan) Opang Madangu
serta Pemerintah Desa Bidi Praing.
Pada hasil pelaksanaan FGD ini, kami membahas beberapa hal diantaranya
potensi sumber daya alam yang telah dikembangkan dan ingin dikembangan,
permasalahan, upaya tindak lanjut serta peluang pengembangan. Hal ini penting
bagi kami dalam rangka menentukan pengembangan jenis ekonomi produktif
yang bisa dikembangkan oleh kelompok. Diskusi yang berlangsung selama 4 jam
di Kantor Desa Bidi Praing diikuti melalui partisipasi aktif kelompok masyarakat,
adapun hasil diskusi bersama kelompok masyarakat tersebut menghasilkan butir -
butir sebagai berikut :
1. Bidang Kehutanan
Bahwa telah dikembangkan tanaman kehutanan oleh kelompok masyarakat
Balai TN. Matalawa
42 Jejak Selingkuh Matalawa
Gambar 29. Rapat pengambilan data FGD Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
meliputi : Jenis lokal : injuwatu; halai; kadoru; surian; Lamua; Langaha; Manera;
Cemara, Jenis non lokal : Mahoni; Jati putih (gmelina); Johar; Jati Merah;
Empupu; Sengon, sedangkan jenis pengembangan tanaman kehutanan yang
ingin dikembangkan pada waktu itu adalah Kedimbil, Nahu dan Sono Keling,
dalam pengembangan tanaman kehutanan tersebut dihadapi berbagai
permasalahan meliputi : kurangnya jumlah jenis tanaman lokal dan non lokal,
kesulitan mendapatkan bibit, kurangnya modal usaha untuk mengembangkan
lahan, lahan terbatas, kurangnya alat pengolahan lahan, kesulitan akses
masyarakat ke lahan dan pembakaran padang, upaya tindak lanjut yang
dilakukan diantaranya adalah bantuan bibit lokal dan non lokal, perluasan
lahan untuk tanah yang bersertifikat; pendampingan terhadap bantuan yang
diterima, pembukaan akses jalan menuju lahan, adanya pos kebakaran dan
membuat sekat bakar; membuat perdes untuk penertiban ternak, berdasarkan
pemilihan potensi pengembangan mereka beralasan bahwa peluangnya adalah
pasar untuk jenis tanaman lokal/non lokal tinggi; lahan cocok untuk
dikembangkan; untuk pembangunan rumah adat/pribadi; rehabilitasi lahan
kritis.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 43
Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan 2. Bidang Pertanian
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera Bahwa telah dikembangkan tanaman komoditi pertanian meliputi : padi (lokal
dan non lokal), jagung (lokal dan non lokal), kacang tanah; kacang kedelai,
kacang hijau, kacang merah, ubi kayu, keladi/talas, ubi jalar, Jenis holtikultura
meliputi : tanaman buah, jeruk keprok SOE, jeruk bali, mangga (semua jenis),
durian, rambutan, klengkeng dan pisang, sedangkan komoditi pertanian yang
ingin dikembangkan meliputi : padi hibrida, padi berlabel, jagung berlabel,
kedelai, kacang hijau, ubi kayu, keladi, Jenis holtikultura meliputi: durian,
rambutan; klengkeng, mangga, jeruk, nangka salak, sukun, sawo. Sedangkan
permasalahan yang dihadapi mereka diantaranya adalah masih kurangnya
pengolahan tanah, kurangnya jumlah jenis tanaman pangan/holtikultura,
kurangnya alat panen dan pasca panen, kurangnya obat-obatan di bidang
pertanian dan pupuk, kurangnya SDM di kelembagaan kelompok/
keterampilan, akses menuju lahan pertanian; kurangnya ketersediaan air di
lahan tertentu di musim kemarau, dalam rangka menindaklanjuti persoalan
yang dijumpai di sektor pertanian tersebut maka berdasarkan hasil diskusi
diperoleh hal - hal meliputi :bantuan sarpras untuk pertanian
pangan/holtikultura, pelatihan manajemen kelompok, pembuatan jalan menuju
lahan pertanian, koordinasi ke taman nasional untuk pemanfaatan air di dalam
kawasan taman nasional ke lahan pertanian yang berbatasan dengan kawasan,
menekan dinas terkait untuk peluang pasar ke luar pulau Sumba (PERDA),
sedangkan peluang pengembangan komoditi tersebut diantaranya adalah
adanya peningkatan kesejahteraan petani; produksi pertanian meningkat dan
mengurangi tingkat pengangguran.
3. Bidang Peternakan
Bahwa telah dikembangkan potensi peternakan meliputi : ternak besar (sapi,
kerbau dan kuda), Ternak kecil (kambing dan babi) dan unggas (ayam, itik,
bebek dan angsa) sedangkan permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah
ternak kecil (babi dan kambing) dijumpai adanya virus, kambing dijumpai sakit
mencret, pencurian ternak baik besar maupun kecil, ketersediaan pakan ternak
Balai TN. Matalawa
44 Jejak Selingkuh Matalawa
di musim kemarau dan ternak unggas ditemukan adanya penyakit tetelo; serta Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
ketersediaan air di musim kemarau, dalam menindaklanjuti hal tersebut Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
diperlukan vaksinasi, pelaksanaan kamtibmas (ronda) sdan telah membangun 8
unit pos ronda tapi tindak berlanjut, menyediakan kebun/lahan HMT (Hijauan
makan ternak) untuk pakan ternak dan melakukan survey sumber air baik di
luar maupun di dalam kawasan melalui embung., ternak yang sudah
diusahakan tersebut memilik peluang meliputi : nilai jual tinggi untuk ternak
besar, untuk ternak kecil bertujuan menambah populasi ternak, memenuhi
kebutuhan adat istiadat; memenuhi kebutuhan; sekolah, hidup.
4. Bidang Perkebunan dan Mpts
Bahwa telah dikembangkan tanaman perkebunan dan Mpts meliputi : pinang;
kelapa; kakau; kemiri; jambu mete; pisang; sirih, selama pengembangan
diketahui permasalahan yang dihadapi meliputi : pengetahuan pemasaran
kurang; kekurangan bibit (ex; kakau), pencurian; etos kerja rendah; kebakaran,
ternak (menggembala secara lepas), ketersediaan air, kurangnya pengetahuan
tentang teknik budidaya, penyakit dan hama (ex: jambu mete (Helu peltis)
sedangkan upaya dalam menindaklanjuti permasalahan diantaranya adalah
diperlukan peningkatan pengetahuan pemasaran, bantuan bibit (kakao,
pinang,sirih), melakukan ronda (kamtibmas), pembuatan pos dan sekat bakar,
penyuluhan tentang budidaya serta bantuan pestisida. Pengembangan potensi
tersebut memiliki peluang pengembangan meliputi : meningkatkan
pendapatan masyarakat, memenuhi kebutuhan masyarakat (biaya sekolah,
kesehatan, dll).
Berdasarkan pembahasan potensi ekonomi produktif yang bisa dikembangkan di
Desa Bidi Praing, kami menindaklanjuti melalui bantuan pengembangan usaha
ekonomi produktif berupa tanaman kehutanan, tanaman Mpts dan sarana
produksi alat pertanian. Bantuan pengembangan usaha ekonomi pada waktu itu
kami menitikberatkan pada peningkatan produktivitas lahan agar kedepan lahan
yang masih belum optimal dapat lebih bernilai dengan meningkatnya tutupan
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 45
Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan lahan, selain itu bantuan yang diberikan untuk menjawab kebutuhan ekonomi
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera jangka panjang berupa tanaman kehutanan dan jangka menengah berupa
tanaman Mpts, sedangan sarana produksi pertanian berupa mesin perontok padi
adalah untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan setelah panen.Dalam
mendukung KMPH Opang Madangu melakukan pengembangan usaha ekonomi
produktif, kami senantiasa melakukan pendampingan dalam penguatan
kelembagaan kelompok secara berkelanjutan agar kelembagaan yang mereka
bangun lebih kuat sesuai dengan dinamika yang berkembang.
Gambar 30. Perkembangan bantuan tanaman kehutanan 2012 - 2018
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
46