Lokasi Injung dan Injuwatu di Blok Hutan Umamanu
Lokasi Injung dan Injuwatu merupakan Bersama Forum Jamatada Mengawal
lokasi lainnya pada zona tradisional Kemitraan Konservasi
yang diberikan akses kepada kelompok
masyarakat Watu Uma, lokasi ini berada
pada koordinat 119, 76 BT dan - 9,807
LS. Berdasarkan tutupan lahan sendiri
pada lokasi tersebut adalah berhutan
dan padang.
Berdasarkan pemetaan sebaran hasil
hutan bukan kayu (HHBK) di lokasi
Injung dan Injuwatu, diketahui bahwa
jenis – jenis HHBK pada blok I meliputi :
asam, kemiri, nangka, rotan, tali hutan,
bambu dan kelapa, sedangkan pada
blok II jenis – jenis hasil hutan bukan
kayu meliputi : kemiri, bambu, tali hutan
dan rotan.
Dengan demikian berdasarkan hasil Gambar 80. Sebaran HHBK lokasi Injung dan
pengambilan data di lapangan dan Injuwatu di Blok Hutan Umamanu
pengolahan dapat disimpulkan bahwa
lokasi tersebut memiliki kesesuaian
lahan untuk dilakukan kemitraan
konservasi.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 93
Bersama Forum Jamatada Mengawal D Uesa mamanu adalah desa yang berada di Kecamatan Lewa, Kabupaten
Kemitraan Konservasi Sumba Timur dan berada di sekitar kawasan Taman Nasional Matawala,
Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Lewa. Berdasarkan data
statistik tahun 2016 diketahui luas wilayah Desa Umamanu yaitu 95,4 km2 dengan
jumlah penduduk yakni 924 jiwa terdiri atas 467 laki-laki dan 457 perempuan,
jumlah rumah tangga yaitu 204 dengan anggota keluarga 5 orang. Kepadatan
penduduk di Desa Umamanu adalah 10 jiwa/km2 dan memiliki kontribusi
peringkat 4 (empat) dari jumlah desa yang berada di Kecamatan Lewa Tidahu
sebesar 13,68 %.
Berdasarkan hasil penelusuran yang kami lakukan masyarakat yang teridentifikasi
yang berpotensi dalam pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah Kelompok
Masyarakat Pelestari Hutan (KMPH) Ngadu Praing, kelompok ini berdiri pada
tahun 2006, selanjutnya kami mengarahkan masyarakat tersebut untuk
mengumpulkan KTP sebagai syarat dalam mengajukan kemitraan konservasi.
12
Gambar 81. (1) dan (2) Beberapa jenis HHBK di Blok Hutan Umamanu
12
Gambar 82. (1) dan (2) Petugas dan ketua kelompok
yang melakukan pendataan di Blok Hutan Umamanu
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
94
Kondisi Umum Zona Tradisional di Bersama Forum Jamatada Mengawal
Blok Hutan Lailunggi dan Kelompok Kemitraan Konservasi
Masyarakat Desa Lailunggi
Gambar 83. Salah satu jenis HHBK
di Blok Hutan Lailunggi
Zona Tradisional di Blok Hutan Lailunggi yang diberikan akses ke kelompok
masyarakat yaitu Kelompok Masyarakat Taman Wangi Desa Lailunggi
seluas 62 Ha terletak pada koordinat 10,075 LS dan 120,104 BT. Zona
tradisional di blok hutan Lailunggi terdiri atas satu hamparan polygon
(berdasarkan peta lokasi pemberian akses kepada kelompok masyarakat). Lokasi
Laitaku Blok hutan Lailunggi ini merupakan kawasan yang memiliki vegetasi
berupa padang dan tanaman perkebunan dengan tinggi tempat yaitu 623 – 743
mdpl dan kelerengannya berkisar 30 – 45 %.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 95
Bersama Forum Jamatada Mengawal Berdasarkan pemetaan sebaran hasil hutan
Kemitraan Konservasi bukan kayu (HHBK) di lokasi Laitaku
diketahui bahwa jenis – jenis HHBK pada
blok I meliputi : cengkeh, kakao, kemiri,
pinang, bambu, kopi, jambu mete, nangka,
sirih, pete, kapok pada blok II jenis – jenis
hasil hutan bukan kayu meliputi : cengkeh,
kakao, sirih, kemiri, pinang, bambu, kopi,
nangka, kapok, jambu air, kedondong, pete,
jeruk, jambu air.
Dengan demikian berdasarkan hasil
pengambilan data di lapangan dan
pengolahan dapat disimpulkan bahwa
lokasi tersebut memiliki kesesuaian lahan
untuk dilakukan kemitraan konservasi.
Gambar 84. Sebaran HHBK di Blok
Hutan Lailunggi
D Lesa ailunggi adalah desa yang berada di Kecamatan Pinu Pahar,
Kabupaten Sumba Timur dan berada di sekitar kawasan Taman Nasional
Matalawa, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Matawai Lapau.
Berdasarkan data statistik diketahui bahwa luas wilayahnya adalah 48,6 km2 (19,71
% total luas wilayah Kecamatan Pinu Pahar). Desa ini berada pada ketinggian 27
mdpl dengan ibu kota desa Mautajik. Desa Lailunggi terdiri atas 2 (dua) dusun
yang terdiri atas 4 RW dan 12 RT dengan jumlah penduduk 1.437 jiwa terdiri dari
299 rumah tangga. Menurut jumlah lapangan pekerjaan, masyarakat Desa
Lailunggi memiliki mata pencaharian meliputi petani 743 orang, peternak 70
orang, nelayan 32 orang, pedagang 50 orang, industri kerajinan 5 orang dan
lainnya 40 orang.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
96
Berdasarkan h a s I penelusuran,k a m i m e n e m u k a n masyarakat yang Bersama Forum Jamatada Mengawal
teridentifikasi berpotensi dalam pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah Kemitraan Konservasi
Kelompok Tani Hutan (KTH) Taman Wangi yang terbentuk pada tahun 2017,
Selanjutnya kami mengarahkan kepada masyarakat tersebut untuk
mengumpulkan KTP sebagai syarat dalam mengajukan kemitraan konservasi.
Gambar 85. Beberapa HHBK di
Blok Hutan Lailunggi
Gambar 86. Petugas yang melakukan di Blok Hutan Lailunggi
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 97
Bersama Forum Jamatada Mengawal Peran Forum Jamatada Mengawal
Kemitraan Konservasi Kemitraan Konservasi pada Zona
Tradisional
Sejalan dengan itu, kami menghimpun data - data yang diperoleh dari
lapangan untuk dipetakan sebaran lokasinya yang nantinya akan dibangun
pola kerjasama bersama masyarakat melalui kemitraan konservasi, dengan
tujuan agar masyarakat memahami lokasi - lokasi mana saja yang diberikan akses
dalam pemungutan hasil hutan bukan kayu sehingga dari peta tersebut sebagai
panduan kami dan masyarakat.
Pelaksanaan kemitraan yang kami bangun bersama 5 (lima) lima kelompok
masyarakat di 5 (lima) desa tersebut, kami menggandeng Forum Jamatada,
kenapa kami menggandeng Forum Jamatada ? apabila berangkat dari sejarah
pengelolaan kawasan, dalam hal ini Taman Nasional Manupeu Tanah Daru, kiprah
Forum Jamatada memiliki peran yang berarti, namun sebelumnya kami akan
menjelaskan terdahulu mengenai Forum Jamatada. Forum Jamatada adalah
sebuah forum yang beranggota tokoh masyarakat Manupeu Tanah Daru. Tokoh –
tokoh tersebut mewakili masyarakat yang berada di sekitar kawasan Manupeu
Tanah Daru dan juga sebagai ketua kelompok baik KMPH,KSM maupun KMM,
sedangkan Forum Jamatada ini diketuai oleh Umbu Sangaji.
Sebagai sebuah forum yang mewadahi aspirasi masyarakat sekitar kawasan,
forum ini memiliki kontribusi penting dalam mendukung pengelolaan kawasan
Taman Nasional. Kontribusi tersebut ditunjukkan melalui :
1. Berperan dalam proses tata batas Taman Nasional Manupeu Tanah Daru
secara partisipatif dari tahun 2003 s/d 2006.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
98
2. Melakukan pertemuan bersama (Rapat Koordinasi) Forum Jamatada Bersama Forum Jamatada Mengawal
dengan Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru terkait RPTN secara Kemitraan Konservasi
partisipatif.
3. Melakukan pertemuan bersama (Rapat Koordinasi) Forum Jamatada
dengan Bappeda Sumba Tengah tahun 2009.
4. Melakukan kegiatan penyuluhan penyadartahuan kepada masyarakat 22
Desa di sekitar kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru tahun
2009 dan tahun 2010.
5. Melakukan pertemuan bersama (Rapat Koordinasi) dengan Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sumba Tengah pada
tahun 2009.
6. Melakukan audiensi dengan Bupati Sumba Tengah pada Oktober 2009
terkait garis kebijakan strategis pembangunan Kabupaten Sumba Tengah
termasuk pemeliharaan dan pelestarian kawasan konservasi.
7. Bersama dengan lembaga mitra memfasilitasi dan menetapkan Dokumen
Pelestarian Alam Desa (KPAD) di 22 desa sekitar kawasan Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru termasuk pembentukan KMPH pada desa – desa di
sekitar kawasan Manupeu Tanah Daru dari tahun 2003 – 2006.
8. Mempasilitasi pertemuan tahunan KMPH se- Sumba untuk memperkuat
kapasitas KMPH dalam rangka pengelolaan dan pelestarian kawasan TN
sejak tahun 2003 s/d tahun 2010.
9. Dari tahun 2011 s/d 2013 melakukan pertemuan tahunan KMPH se-
kawasan TN Manupeu Tanadaru dalam rangka mengevaluasi program
kerja dan keberadaan KMPH se-Kawasan TN.
10. Negosiasi dengan Ketua dan Anggota Panitia Tata batas Kabupaten
Sumba Tengah untuk mendorong percepatan Temu Gelang Tata Batas TN
Manupeu Tanadaru yang defenitif.
11. Berpartisipasi dalam diskusi Tematik Status dan Rencana Temu gelang di
3 desa, terkait Rencana Pengembangan Desa Model di TN Manupeu
Tanadaru dan Isu rencana Pembukaan Jalan Praikaninggu-Taman Mas
pada Juni 2013.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 99
Bersama Forum Jamatada Mengawal 12. Berpartisipasi dalam pertemuan percepatan Tata Batas 27 km pada 4
Kemitraan Konservasi desa dan verifikasi data hasil survei Batas TN Manupeu Tanadaru Maret
2013 pada Juli 2013.
13. Evaluasi dan implementasi Dokumen KPAD di 22 desa sekitar Kawasan TN
Manupeu Tanadaru pada tahun 2008 dan 2009.
14. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan program kerja KMPH se-
Kawasan TN Manupeu Tanadaru pada tahun 2014 dan 2015
15. Bekerja sama dengan mitra sejak Juli 2016—sekarang dalam
implementasi program Konsorsium Sumba Hijau, “Menuju Kemakmuran
Hijau Bentang Alam Sumba Bagian Tengah: Meningkatkan Penghidupan
Masyarakat Dan Menjaga Kelestarian Alam”.
Peran Forum Jamatada sebagai wadah payung KMPH/KSM/KMM dalam
memastikan peran KMPH/KSM/KMM (kelompok masyarakat pelestari hutan/
kelompok swadaya masyarakat/ kelompok masyarakat mandiri) dan capaian
implemensi butir-butir dokumen KPAD (kesepakatan pelestarian alam desa)
melakukan beberapa kegiatan program melalui:
1. Pertemuan berkala (tiap bulan, triwulan dan semesteral)
2. Kajian kapasitas badan pengurus kelompok
3. Monitoring dan evaluasi kegiatan kelompok dan review butir-butir KPAD
Forum Jamatada berperan dalam pembentukan KMPH/KSM/KMM (Kelompok
Masyarakat Pelestari Hutan/Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok
Masyarakat Mandiri) yang menurut sejarah terbentuknya adalah sebagai berikut :
• Pembentukan KMPH, KSM dan KMM di setiap desa sekitar kawasan TN
tidaklah serentak selesai dalam satu tahun
• Penetapan pendirian kelompok terjadi secara bertahap mulai dari tahun
1998, 1999, 2002, 2004, 2005, 2006, 2010 terakhir pada 2017 (khususnya 9
desa pemekaran).
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
100
Dengan peran Forum Jamatada tersebut, kami Gambar 87. Arahan Kepala Bersama Forum Jamatada Mengawal
mengajak untuk bersama - sama mengawal proses Balai pada rapat kesepahaman Kemitraan Konservasi
kemitraan konservasi sampai dengan kelanjutan pemanfaatan zona tradisional
dari kerjasama yang kami bangun bersama 5
(lima) kelompok di 5 (lima) desa dalam Gambar 88. Penandatangan
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu di zona nota kesepahaman
tradisional Taman Nasional Matalawa. pemanfaatan zona tradisional
Proses bersama Forum Jamatada dalam Gambar 89. Penandatangan
pengawalan kemitraan konservasi ini kami mulai nota kesepahaman
dengan tahapan membangun kesepahaman pemanfaatan zona
dalam pemanfaatan HHBK yang kami lakukan tradisional oleh kepala balai
pada tahun 2017, tujuannya adalah adanya
kesamaan persepsi dan pemahaman antara Balai
TN. Matalawa, Forum Jamatada dan kelompok
masyarakat dalam melakukan akses di zona
tradisional Taman Nasional Matalawa,
kesepahaman ini kami mengikatnya dalam bentuk
nota kesepahaman yang ditandatangani kedua
belah pihak antara Balai dengan 5 (lima) kelompok
masyarakat di 5 (lima) desa meliputi : Desa
Maradesa Selatan, Desa Kambatawundut, Desa
Watumbelar, Desa Umamanu dan Desa Lailunggi.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 101
Bersama Forum Jamatada Mengawal Selanjutnya, agar peran Forum Jamatada dalam mengawal kemitraan konservasi
Kemitraan Konservasi bersama 5 (lima) kelompok masyarakat dapat diikuti oleh mereka, kami
melakukan sosialisasi dengan hasilnya adalah bahwa selma pelaksanaan kegiatan
pendampingan, pembinaan, pengawasan serta evaluasi dalam pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu di zona tradisional oleh kelompok masyarakat akan dilakukan
bersama - sama antara Balai Taman Nasional Matalawa dan Forum Jamatada.
Proses panjang yang dibangun tersebut hingga akhirnya pada Bulan Agustus
2018, kami melakukan penandatanganan PKS (Perjanjian Kerja Sama) Kemitraan
Konservasi di zona tradisional Taman Nasional Matalawa yang disaksikan
langsung oleh ketua Forum Jamatada yaitu Umbu Sangaji, dengan telah
ditandatanganinya PKS tersebut maka secara resmi 5 (lima) kelompok masyarakat
melakukan kemitraan konservasi dengan Balai Taman Nasional Matalawa dan
kelompok masyarakat tersebut diwajibkan untuk segera menyusun RPP (rencana
pelaksanaan program) dan RKT (rencana kegiatan teknis) sebagai pedoman
dalam melakukan kegiatan di zona tradisional.
12
Gambar 90. (1) dan (2) Penandatangan dokumen perjanjian kerja
sama (PKS) Kemitraan Konservasi dan penyerahan dokumen kepada
kelompok masyarakat disaksikan Ketua Forum Jamatada
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
102
Pada waktu berikutnya kami melakukan Bersama Forum Jamatada Mengawal
pendampingan kelompok di 5 (lima) lokasi Kemitraan Konservasi
kemitraan untuk menjelaskan hasil
penadatangan PKS (perjanjian Gambar 91.Sosialisasi hasil
kerjasama)kemitraan konservasi pada zona kemitraan konservasi kepada
tradisional dan penyusunan RPP dan RKT serta kelompok masyarakat
mengarahkan dan menindaklanjuti kemitraan
konservasi tersebut sekaligus menguatkan Gambar 92.Pelatihan
kelembagaan kelompok, untuk meningkatkan kerajinan bambu dan rotan
kapasitas masyarakat dalam pengolahan hasil
hutan bukan kayu di zona tradisional Taman
Nasional Matalawa, kami melatih masyarakat
dalam pengolahannya, seperti yang kami
lakukan di Desa Umamanu yaitu pengolahan
rotan dan bambu menjadi kursi, sejalan itu untuk
menjamin hasil produksi oleh masyarakat kami
menyediakan 3 (tiga) kios di 3 (tiga) kabupaten
yaitu Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba
Timur.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh Matalawa 103
Bersama Forum Jamatada Mengawal Proses kemitraan konservasi yang dilakukan antara Balai Taman Nasional
Kemitraan Konservasi Matalawa dengan 5 (lima) kelompok masyarakat di 5 (lima) desa
penyangga yang didampingi oleh Forum Jamatada masih membutuhkan
proses panjang dan membutuhkan komitmen serta konsistensi sehingga proses
kerjasama yang dibangun dalam pemungutan hasil hutan bukan kayu di zona
tradisional dapat memberikan kontribusi nyata fungsi dan manfaat kawasan hutan
untuk masyarakat lebih sejahtera secara perlahan akan terwujud.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
104
Mewujudkan Perekonomian
Masyarakat Melalui Pengelolaan
Ekowisata Berbasis Masyarakat
Pengelolaan Air Terjun Lapopu
Bersama Masyarakat
Perjalanan seseorang dalam menikmati tempat - tempat baru yang Kemilau Berlian Alam
memiliki keesoktikan dan keunikan tersendiri dan tidak dijumpai di daerah di Sisi Barat
lain, akhir - akhir ini semakin meningkat walaupun hanya sekedar selfie
atau menikmati keindahan alam.
Pulau Sumba yang yang saat ini semakin terkenal dengan potensi wisatanya baik
wisata budaya maupun wisata alam
dapat dilihat dari berbagai liputan
televisi meliputi : my trip my
adventure, jejak petualang, Indonesia
punya cerita, let's go dan sebagainya.
Selain hal tersebut berbagai film
Indonesia yang berkancah di film
International mengambil tempat di
Pulau Sumba seperti " Marlina sang Gambar 93.Tren Pengunjung Taman
pembunuh empat babak", "Pendekar Nasional Matalawa 2012 - 2016
tongkat Mas", "Susah Sinyal" dan film lainnya serta berbagai iklan televisi
mengambil tempat di Sumba, hal ini mendorong para wisatawan di luar Pulau
Sumba untuk mengunjungi Pulau Sumba.
Kelengkapan destinasi wisata di Pulau Sumba ini dapat ditemukan dimulai dari
wisata budaya dan wisata alamnya yang terbentang dari Sumba Barat Daya -
Sumba Timur. Salah satu destinasi menarik di Pulau Sumba adalah mengunjungi
Taman Nasional Matalawa baik wisata birdwatching, wisata landcape dan wisata
minat khusus (gua dan sebagainya). Berdasarkan jumlah pengunjung yang masuk
di Taman Nasional Matalawa selama 5 (lima) tahun terakhir dari tahun 2012 - 2016
memiliki trend yang meningkat.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh 105
Kemilau Berlian Alam Gambar 94. Pengunjung air terjun lapopu
di Sisi Barat
Pengunjung yang masuk di kawasan dijumpai paling banyak di air terjun Lapopu,
hal ini membuat objek tersebut sebagai salah satu destinasi utama wisata alam di
Taman Nasional Matalawa. Potensi air terjun Lapopu merupakan potensi wisata
yang berada di dalam kawasan TNMT dan menjadi salah satu potensi pendapatan
masyarakat Desa Katikuloku yang sekarang mengalami pemekaran, salah satunya
adalah Desa Rewarara, sehingga akses ke air terjun lapopu ini melintasi Desa
Rewarara. Selama ini pengunjung air terjun
Lapopu berasal dari WNA dan warga negara
Indonesia.
Untuk mencapai air terjun Lapopu ini
wisatawan ditawarkan 2 (dua) alternatif
akses jalan yaitu melalui Wanokaka dan
Kelembukuni (loli). , perjalanan sendiri dapat
ditempuh selama ± 45 menit dari Gambar 95. Jembatan
Waikabubak, Sumba Barat baik melalui bambu menuju lapopu
kendaraan roda empat dan roda dua,
setelah kendaraan tersebut parkir,
pengunjung berjalan ± 5 menit melewati sebuah jembatan bambu.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
106
Air terjun yang berada di kawasan Taman Nasional Matalawa ini mempunyai Kemilau Berlian Alam
keunggulan berupa keindahan dari lintasan air yang bertingkat-tingkat sehingga di Sisi Barat
menebarkan butiran air ke berbagai arah. debit air yang selalu stabil di sepanjang
musim menyusun indahnya lumut dan tumbuhan yang menghijau di sekitar objek
air terjun Lapopu.
Dalam pengelolaannya, air terjun Lapopu dikelola dengan melibatkan masyakat
sekitar yaitu masyarakat Desa Katikuloku dan Desa Rewarara sehingga kami
dalam pelaksanaannya kami mengembangkan pola ekowisata berbasis
masyarakat, maksudnya adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung
dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala
keuntungan yang diperoleh.
Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan
peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa
masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi
potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat
menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat
lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat
ataupun sebagai pengelola. Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan
kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di
mana penghasilan ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee
pemandu; ongkos transportasi; homestay; menjual kerajinan, dll. Ekowisata
membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli
setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri
dan rasa bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan
kegiatan ekowisata.
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh 107
Kemilau Berlian Alam Gambar 96. Proses fasilitasi Mengawali kegiatan pelibatan
di Sisi Barat pengkajian desa masyarakat dalam pengelolaan air
terjun Lapopu, terlebih dahulu
Gambar 97. Penelusuran desa kami melakukan kajian partisipatif di desa,
dalam pengembangan wisata alam seperti yang kami lakukan di Desa Katikuloku,
kegiatan ini sebagai langkah awal dalam
Gambar 98. Pelatihan mengidentifikasi potensi wilayah desa dan
kerajinan bambu menyusun program dan perencanaan dalam
mendukung pengelolaan air terjun Lapopu,
salah satunya adalah mengembangkan desa
yang mendukung pengembangan wisata
alam tersebut sehingga saling bersinergi.
Pertemuan demi pertemuan kami lakukan
baik dalam penguatan kelembagaan
kelompok, peningkatan kapasitas kelompok
dan pengembangan ekonomi produktif
sampai dengan penataan wilayah Desa
Katikuloku melalui pembuatan peta kondisi
sekarang sampai dengan proyeksi
kedepannya, sehingga kedepan terwujudnya
penataan lahan desa yang mendukung
pengembangan wisata alam air terjun
Lapopu kedepannya.
Gambar 99. Penyusunan pemetaan Jejak Selingkuh Matalawa
wilayah bersama kelompok
Balai TN. Matalawa
108
119°27'30"E 119°28'0"E 119°28'30"E 119°29'0"E
9°40'30"S U 200 225 9°40'30"S
BT 175
250
S
150
150
100
50 150 150
175
175
Kebun Buah
125
Jalan
50 Sungai Sawah Sawah Areal Terbuka
Bendungan Sawah Sawah
Sawah
1009°41'0"S Sawah Sawah 50
50
Sawah Sawah 9°41'0"S
Jejak Selingkuh Areal Terbuka
Padang Pengembalaan Sawah
75
Sawah
Sawah Kampung Weikarara
Jalan 175
225
Sawah Kampung Praimarapa 200 200
Sawah 225 250 225
Sawah Rehabilitasi
Sawah 200
225
Areal Terbuka
125
9°41'30"S 225 9°41'30"S
50 225
75 25 Kampung Manu Wolu 200
Kampung Ronai Kataga Jalan
PETA TATA RUANG DESA KATIKULOKU
Sawah Kampung Bodung
25 Kampung Rati Wangoma Jembatan Kampung Lehidena Skala 1 : 5.000
BPPT Sawah 50 250 125 0 250 Meters
Balai TN. Matalawa Gereja Legenda :150
Kantor Desa Katikuloku Batas Desa (± 412,772 Ha)
Taman Kanak Kanak Kawasan TN. Manupeu Tanah Daru
Aula Desa katikulokuJalanKampung Areal Terbuka (± 211,12 Ha/51,2%100 )
Sekolah Dasar Jalan (± 5,29 Ha/2,5%)
Rumah Kepala Desa Pemukiman (± 38,96 Ha/18,5%)
Kebun Buah (± 36,82 Ha/17,4%)
Padang Gembala (± 20,7 Ha/9,8%)
Pengembangan Wisata (± 5,75 Ha/2,7 %)
Kampung Areal Rehabilitasi (± 26,9 Ha/12,8%)
Kampung Mehanggallu 125
Sungai Sawah ( ± 64,56 Ha/30,6%) 275
Jalan Sungai (± 4,5 Ha/2,2%)
Sawah Sumba_UTM 250
Kampung Weinagawi
Jembatan Infrastruktur
Kampung Jalan
Jalan
Kampung Teiwaloi
75 Gereja
125 Sawah Katikuloku Juli 2015 225
Digambar oleh:
Disahkan oleh: Diketahui oleh:
Kepala Desa Katikuloku Kepala Balai TN. Manupeu Tanah Daru
100 Darius D. Lenga Drs. R. Radjendra Supriadi Syamsul Bukhori
NIP.19590314 199103 1 001 NIP.19830614 200710 1 002
119°27'30"E
109 119°28'0"E 119°28'30"E 119°29'0"E
Gambar 100. Peta Desa Katikuloku
Kemilau Berlian Alam
di Sisi Barat
Kemilau Berlian Alam Selanjutnya, dalam meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemanduan
di Sisi Barat ketika wisatawan datang ke air terjun Lapopu, kami melatih masyarakat
yang pesertanya sebagian berasal adalah masyarakat Desa Katikuloku dan
Desa Rewarara, harapan kami, setelah mereka mengikuti pelatihan dalam
pemanduan, mereka dapat menjadi seorang guide handal atau intrepeter dalam
mendampingi para wisatawan yang berkunjung di air terjun Lapopu, dari hasil
pemanduan tersebut mereka dapat memperoleh kontribusi yaitu meningkatnya
perekonomian masyarakat dari keberadaan Balai Taman Nasional Matalawa, selain
pelatihan kami juga memberikan akses masyarakat dalam bentuk memberikan
fasiltasi berupa beberapa lapak usaha yang kami tempatkan di ruang usaha di
sekitar air terjun Lapopu.
Sejalan dengan itu, agar masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan air terjun
lapopu terwadahkan dalam suatu kelompok yang memiliki legalitas, kami
melakukan pembentukan KOMPEPAR (Kelompok Penggerak Pariwisata) dan
nantinya mereka dapat mengajukan izin dengan memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.48/Menhut-II/2010 tentang Pengusahaan pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, sehingga dengan
dilengkapinya segala administrasi persyaratan pemohon, maka Kepala Balai dapat
memberikan ijin pada masyarakat dalam melakukan usaha di air terjun Lapopu.
Selanjutnya adalah melakukan pembinaan seperti yang dilakukan oleh Kepala SPTN
Wilayah I (Abdul Basit Nasriyanto, S.Hut., M.Sc), Penyuluh Kehutanan (Bayu
Kurniawan, S.Hut) dan anggota Resort Waimanu terhadap kelompok masyarakat
tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan yang memiliki tujuan adalah
untuk memantabkan kelembagaan kelompok sebagai pemandu wisata,
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kelompok sehingga para wisatawan
yang berkunjung ke air terjun Lapopu merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
110
Proses Peningkatan Kapasitas dan Pembuatan Kemilau Berlian Alam
sarana Usaha Kelompok Masyarakat di Lokasi Air di Sisi Barat
terjun Lapopu
Gambar 101. Pelatihan guide lokal Gambar 102. Lapak usaha yang
dikelola kelompok masyarakat
Gambar 103. Pembentukan KOMPEPAR Gambar 104. Pembinaan
terhadap para pemandu lokal
Balai TN. Matalawa
Jejak Selingkuh 111
DAFTAR PUSTAKA
Balai Taman Nasional Matalawa. 2017. Dokumen Rencana Pengelolaan jangka
Panjang Periode 2018 - 20122. Waingapu.
Biro Perencanaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2017. Prosiding
Perencanaan & Penganggaran Responsif Gender (PPRG) & Teknik
Fasilitasi Gender Bidang Lingkungan Hidup & Kehutanan. Jakarta.
Elizabeth A. Widjaja. Karsono. 2005. Makalah Ilmiah mengenai Keanekaragaman
Bambu di Pulau Sumba. Surakarta.
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi pariwisata Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF Indonesia. 2009. Prinsip dan
Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jakarta
N e w s Ku p a n g . 2 0 1 7. Ko p i S u m b a Te re n a k s e In d o n e s i a .
https://kupang.antaranews.com
Achmad Sadikin. 2011. membangun Ekonomi Kerakyatan Dalam Rangka
Paradigma Pembangunan Kemandirian Lokal. Majalah Ilmiah
Ekonomika Volume 11 Nomor 4. 2011.
Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa
112