The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Jalan Edukasi Jalan Aksi Kelola Selamatkan Lingkungan Hidup Kawasan Konservasi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by christinelay2, 2022-06-24 03:51:55

Jejak selingkuh Matalawa

Jalan Edukasi Jalan Aksi Kelola Selamatkan Lingkungan Hidup Kawasan Konservasi

Keywords: edukasi

Pengolahan komoditi panganan lokal saat ini kami belum melihat adanya Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
proses dengan konsep petik, olah dan jual, berangkat dari hasil Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
pengamatan di lapangan dan data FGD yang kami pernah kam lakukan
beberapa tahun yang lalu kami diskusikan dengan pengurus KMPH Opang
Madangu, hal ini seperti yang kami lakukan anjang sana di rumah ketua KMPH
Opang Madangu yaitu Pak Daud L. Mbani (atau lebih akrab dipanggil Bapak Ella).
Bapak Ella ini merupakan sosok yang ramah namun memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang luas dalam melakukan usaha di bidang on farm (budidaya
jenis di lahan) dan salah satu tokoh di Desa Bidi Praing, dalam pengembangan
usaha di bidang off farm, Bapak Ella menanam dan membudidayakan jenis
tanaman kehutanan, perkebunan sampai dengan holtikultura, beliau sangat
kreatif dalam mengembangkan jenis - jenis tanaman tersebut, kami sangat
senang sekali apabila berkunjung disini, melihat pekarangan dan
perkebunanannya yang ditanami berbagai jenis tanaman hingga membuat kami
betah apabila menelusuri lahan beliau.

Gambar 31. Pekarangan dan kebun Bapak Ella

Selain sebagai ketua kelompok, beliau juga membagikan pengalamannya dalam
hal budidaya tanaman ke masyarakat desa lainnya sehingga beliau juga dikenal
sebagai PKSM (Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat), sosok ini menjadi
penting sebagai salah satu tokoh dalam penggerak pembangunan di tingkat desa
serta sebagai penggiat konservasi di wilayah setempat.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 47

Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan kami sering melakukan silaturahmi ke Bapak Ella untuk bertukar pikiran mengenai
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera usaha – usaha yang bisa dikembangkan sesuai potensi wilayah desa, hasil diskusi
dengan Bapak Ella kami dapatkan bahwa selama ini ubi-ubian, petatas, talas dan
lainnya kurang begitu termanfaatkan, dimana selama ini komoditas tersebut
sementara hanya untuk bahan langsung makan dan untuk pakan ternak, untuk
menaikkan nilai jual bahan panganan lokal tersbut dipasaran maka sangat perlu
dilakukan pengolahan lanjtan menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah.

Hingga tibalah suatu ketika teman kami Puji Gantina (Polhut) punya
pengalaman di bidang off farm berupa pengolahan panganan lokal, dia
mengajarkan ke Bapak Ella cara mengolah talas, petatas, terong,
singkong, luwa dan ganyong. Proses transfer knowledge yang dilakukan ke Bapak
Ella dan memberikan dukungan berupa peralatan sederhana dalam pengolahan
makanan sepertinya sangat berampak pada produksi yang dihasilkan,
pendampingan yang dilakukan Pak Puji ke Bapak Ella yang dilakukan selama
hampir 1 (satu) bulan ternyata membuahkan hasil yang sangat memuaskan.

Gambar 32. Peralatan sederhana yang digunakan dalam proses pengolahan

Kemudian setelah Bapak Ella bisa melakukan pengolahan, beliau mengajarkan ke
mama - mama untuk melakukan produksi panganan lokal tersebut mulai dari
proses pengupasan, pemotongan, penggorengan dan pengemasan, keterlibatan
ibu - ibu dalam mengolah panganan lokal ini merupakan pengalaman baru dalam
pembelajaran hingga memperoleh hasil usaha dalam membantu perekonomian.

Balai TN. Matalawa

48 Jejak Selingkuh Matalawa

Gambar 33. Pengolahan panganan lokal ubi-ubian, singkong, talas dan petatas Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
Dari hasil produksi tersebut Bapak Ella mengaku memperoleh keuntungan
bersih per minggu sebesar Rp.2.000.000 – Rp.2.500.000. Berdasarkan
hasil penelusuran kami salah satu bahan kripik yang terbuat dari luwa
dan lintang dan bisa dijumpai di zona tradisional Taman Nasional Matalawa,
sehingga nantinya salah satu bahan tersebut dapat dimanfaatkan oleh kelompok
masyarakat dalam pembuatan kripik. Pak Maman yang mendengar hal tersebut,
langsung mengunjungi Desa Bidi Praing untuk memberikan semangat dan
dukungan agar usaha kripik yang dikembangkan oleh Bapak Ella dan anggotanya
dapat diproduksi dalam jumlah yang lebih banyak dengan berbagai inovasi cita
rasa dan dapat dikenal lebih luas lagi ke masyarakat baik melalui pasar yang
sudah ada maupun pasar yang akan dikenalkan lewat media online.

Dari hasil yang diperoleh ini Bapak Ella sangat berterima kasih kepada kami yang
telah mendampingi dan meningkatkan kapasitas dalam pengolahan komoditi
panganan lokal, selanjutnya kami akan tetap mendampingi dan melakukan
inovasi baru dalam pengolahan hasil panganan lokal.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 49

Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan Pengolahan Bambu
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera (Desa Penyangga)

Gambar 34. Salah satu bambu yang
ada di kawasan TN. Matalawa

Bambu merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang banyak tumbuh di
hutan sekunder dan hutan terbuka, walaupun ada diantaranya yang
tumbuh di hutan primer. Bambu juga merupakan salah satu tanaman
ekonomi Indonesia yang banyak tumbuh di kebun masyarakat dan di pedesaan.

Menurut Elizabeth A. Widjaja, Karsono (2005), keanekaragaman jenis bambu di
Pulau Sumba terdapat 10 (sepuluh) jenis, diantaranya adalah Bambusa blumeana,
Bambusa vulgaris, Dendrocalamus asper, Dinochloa kostermansiana, Dinochloa
sp, Gigantochloa atter, Nastus reholtturnianus, Phylostachys aurea,
Schizostachyum brachycladium, Schizostachyum lima. Berdasarkan hasil
pengamatan kami di lapangan di beberapa desa di sekitar kawasan ditemukan
adanya potensi bambu, namun sejauh ini pemanfaatan bambu oleh masyarkat
sebatas untuk lantai rumah, dinding rumah, pagar rumah dan digunakan ketika
ada acara (pernikahan/kedukaan), kami melihat potensi bambu ini apabila dikelola
dan diolah menjadi produk yang menarik seperti meja, kursi dan sovenir tentunya
akan memiliki nilai tambah ketika dipasarkan.

Balai TN. Matalawa

50 Jejak Selingkuh Matalawa

Untuk itu, kami melakukan pelatihan bambu dalam rangka meningkatkan Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
kapasitas masyarakat untuk mengolah bambu menjadi produk yang memiliki nilai Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
jual, kami melatih 20 (dua puluh) orang yang merupakan keterwakilan dari Desa
Katikuloku, Desa Rewarara, Desa Modu Waimaringu, Desa Padiratana, Desa
Kambatawundut, Desa Umamanu, Desa Laputi dan Desa Nangga.

Dengan penuh semangat kami melakukan pelatihan ini selama 3 (tiga) hari yang
kami lakukan di Waingapu dengan mendatangkan ahli pengrajin bambu dari Jawa
Barat yaitu Pak Wahyu dan Kang Entis, selama proses pelatihan antusiasme tinggi
peserta ditunjukkan dengan aktif bertanya kepada para Narasumber dan
menghasilkan produk – produk selama pelatihan berlangsung tanpa mengenal
lelah dan waktu. Produk – produk yang dihasilkan diantaranya adalah pembuatan
1 (satu) set meja kursi, tempat bolpoint, gelas, asbak dan tempat lampu dinding.
Pak Maman yang turut hadir dalam pelatihan tersebut selalu memberikan arahan
semangat dan dukungan tanpa mengenal lelah dan waktu selama kegiatan
berlangsung, hal ini membuat kami dan peserta pelatihan lebih bersemangat.

Gambar 35. Pelatihan pengolahan bambu

Beberapa bulan sebelumnya kami juga telah memberikan peralatan dalam
mendukung masyarakat dalam membuat kerajinan bambu seperti 1 (satu) set
pisau pahat, gergaji, mesin bor listrik, pelitur dan cat ke desa penyangga yaitu
Desa Umamanu dan Desa Katikuloku, kami berharap dukungan peralatan
kerajinan bambu dan peningkatan kapasitas masyarakat menjadi sarana bagi
mereka untuk melakukan produksi kerajinan dari bambu tersebut.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 51

Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan Gambar 36. Bantuan pengembangan kerajinan bambu
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
Selanjutnya kami mengunjungi Desa Umamanu yang kami tempuh selama 2 (dua)
jam perjalanan dari Waingapu, setibanya di lokasi kami bertemu dan berbincang
langsung dengan masyarakat yaitu Pak Zet (Ketua KMPH Ngadu Praing)
mengenai hasil kerajinan tersebut, beliau bercerita bahwa telah berhasil menjual
hasil kerajinan bambu dengan harga berkisar Rp.5.000 – Rp.10.000, yang
sementara dijual di sekitaran Desa Umamanu, perjalanan kami lanjutkan ke Desa
Padiratana yang kami tempuh selama 1 (satu) jam perjalanan, sesampainya disana
kami berbincang dengan salah satu peserta pelatihan kerajinan bambu yaitu
Aston dan John Clau, kami melihat ada 1 (satu) set meja kursi yang terbuat dari
bambu yang telah dikerjakan. Kami sangat senang sekali karena pelatihan yang
telah kami ajarkan ke masyarakat tersebut, beberapa peserta sudah bisa
melakukan produksi dan hasil produksi tersebut dibawa langsung oleh Pak
Maman bersama kepala desa dan perangkatnya ke rumah Bupati Sumba Tengah
untuk ditunjukkan hasil kreatifitas warganya tersebut dalam membuat kerajinan
bambu.

Balai TN. Matalawa Gambar 37. Produk yang dihasilkan
masyarakat desa setelah mengikuti pelatihan
52
Jejak Selingkuh Matalawa

Menumbuhkan Ekonomi Rakyat Melalui Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
Pengolahan Kopi di Desa Laputi Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera

Gambar 38. Cita rasa kopi di mata penikmat kopi

Kopi merupakan jenis minuman seduh yang digemari masyarakat saat ini
baik kalangan bawah, kalangan menengah dan kalangan atas hingga
menjadi trend saat ini, banyak resto ata café berjamuran di beberapa kota
besar maupun kecil hanya sekedar menyediakan kopi sekaligus tempat untuk
berbincang - bincang, bertemu teman, kolega, saudara maupun rekan bisnis.
Seiring perkembangan jaman bagi penikmat kopi, kopi tidak hanya sekedar jenis
minuman saja, akan tetapi cita rasa kopi yang menjadikan kopi tersebut digemari,
seperti halnya kopi gayo, kopi sulingan, kopi lampung, kopi bali, dan sebagainya.
Perkembangan pasokan kopi yang meningkat tajam di Nusantara ini seiring
permintaan kopi yang meningkat, berdampak bisnis kopi sangat menggiurkan
saat ini.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 53

Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan Sumba adalah salah satu Pulau di Nusantara yang menghasilkan kopi baik jenis
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera kopi robusta maupun arabica, salah satu kopi sumba yang terkenal berasal dari
daerah wewewa yang telah berhasil menjadi kopi spesial dan kopi terenak di
Indonesia pada Festival Kopi Nusantara dan melewati uji cita rasa pada Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Jawa Timur pada Agustus 2017
(sumber : Antara News.com).

Hal ini tentunya memotivasi kami dalam mengembangkan kopi dari masyarakat
desa di sekitar kawasan Taman Nasional Matalawa, untuk mewujudkan hal

tersebut kami melakukan
peningkatan kapasitas masyarakat
di Desa Laputi, dalam hal ini ke Pak
Markus.

Kami melakukan kunjungan ke Desa

Laputi yang kami tempuh selama ±

5 jam dengan kondisi jalan berbukit

dan kondisi jalan belum terlalu baik,

setibanya kami di lokasi, kami

bertemu Pak Markus (Ketua KMPH

Kanjailu) dan menyampaikan

Gambar 39. Diskusi potensi Desa Laputi melihat bahwa desa ini memiliki

salah satu potensi unggulan yaitu

kopi, namun demikian proses

pemanenan kopi sampai pengolahan kopi belum dilakukan dengan pengolahan

modern, sambil disajikan kopi panas oleh Pak Markus, Pak Maman yang juga ikut

turun ke desa, menyampaikan kepada Pak Markus bahwa kopinya lumayan

nikmat, namun perlu dilakukan pemrosesan lagi supaya lebih nikmat, dan kami

berencana akan mengajak Pak Markus untuk belajar di Kulon Progo Provinsi

Yogyakarta cara pengolahan kopi.

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

54

Selang beberapa bulan Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
kami mengajak Pak Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
Markus belajar dalam
pemrosesan kopi yang

diajarkan oleh Mas Kelik

(Pengusaha Kopi) panggilan Gambar 40. Belajar pemrosesan kopi
akrabnya, selama proses

belajar ini, Mas Kelik mengajarkan beberapa tahapan dari proses pemanenan

sampai dengan proses penyajian kopi, ketika berbagi pengalaman dalam

pemrosesan kopi, Pak Markus bercerita bahwa ternyatan proses pemanenan dan

penjemuran kopi sampai penggorangan kopi terjadi perbedaan dengan apa yang

dilakukan oleh Mas Kelik, sehingga dapat terjadi perubahan cita rasa sembil

mengobrol panjang selama seharian kami juga ditunjukkan oleh Mas Kelik cara

praktek pemrosesan kopi dari awal sampai

penyajian, selain itu kami juga disajikan kopi

baik jenis robusta maupun arabica, bagi kami

sebagai penikmat kopi, kopi yang disajikan

mas kelik itu sungguh enak sekali, sehingga

rangkaian pemrosesan kopi ini yang akan

kami lakukan sepulang kami dari Yogyakarta.

Selain mengajak masyarakat belajar cara Gambar 41. Bantuan
pemrosesan kopi, kami juga memberikan peralatan pengolahan kopi

sarana produksi pengolahan kopi yaitu mesin pengupas kulit kopi , mesin

penggiling kopi dan alat penggorengan kopi, hal ini untuk mendukung proses

produksi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Laputi sampai dengan

pengemasannya sehingga mereka dapat meningkatkan harga jual kopi di

pasaran.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 55

Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan Menumbuhkan pengolahan Mete Sebagai
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera Produk Unggulan Desa Nangga

Gambar 42. Wawancara potensi Mete di Desa Nangga

Mete merupakan salah satu produk unggulan masyarakat di Pulau
Sumba sehingga tidaklah lengkap apabila berkunjung di Pulau Sumba
membeli oleh - oleh kacang mete yang dijual di toko - toko terdekat,
salah satu sebaran tanaman jambu mete di Pulau Sumba dapat ditemukan di
Desa Nangga, Kecamatan Kambera Sumba Timur dan termasuk salah satu desa
penyangga Kawasan Taman Nasional Matalawa.

Pada waktu itu kami mengunjungi Desa Nangga yang kami tempuh sekitar ± 5
jam dari Waingapu, kunjungan kami kesana adalah bertemu dengan kelompok
masyarakat dalam menyusun rencana pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
selama 5 (lima)

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

56

tahun, salama 4 (empat) hari kami tinggal di Gambar 43. Pembahasan rencana Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
kantor resort yang tidak jauh dengan desa, pemberdayaan masyarakat Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
untuk melakukan pengkajian potensi desa dan
kondisi sosial masyarakat setempat, selama 2 Gambar 44. Bantuan
(dua) hari kami melakukan wawancara dan alat kacip mete
diskusi bersama masyarakat dan 2 (dua) hari
melakukan penelusuran desa, dalam diskusi Balai TN. Matalawa
dan wawancara tersebut diketahui secara
umum bahwa potensi unggulan Desa Nangga 57
adalah jambu mete yang dikembangkan di
lahan – lahan masyarakat , namun demikian
masyarakat belum melakukan proses
pengolahan lanjutan dan menjual hasil panen
tersebut tanpa mengalami proses pengolahan
lanjutan ke tengkulak, untuk mendukung
masyarakat Desa Nangga dalam mengolah
jambu mete sampai dengan mete yang
dikemas maka diperlukan peralatan
pengolahan jambu mete dan peningkatan
kapasitas masyarakat agar jambu mete tersebut
yang diolah dapat memberikan nilai tambah
bagi masyarakat, guna membantu masyarakat
dalam melakukan pengolahan, kami
memberikan alat kacip mete ke kelompok
masyarakat yang tergabung pada KMPH
Nangga Na, namun hal ini tentunya belum
berakhir dalam menyelesaikan persoalan
tersebut, sehingga kedepan yang perlu
dipikirkan adalah pelatihan teknis pengolahan
jambu mete, pengemasan dan pembuatan
home industri serta pemasarannya.

Jejak Selingkuh Matalawa

Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan Pasar Sebagai Jaminan
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera Hasil Usaha Masyarakat
Sekitar Kawasan

Gambar 45. Kios di Desa Padiratana

Pasar merupakan wadah penting dimana kelangsungan usaha yang
dilakukan oleh masyarakat baik pengolahan komoditi pertanian
(agribisnis), kerajinan tangan dapat ditampung untuk dikenalkan ke
khalayak umum mengenai hasil produk yang telah dihasilkan oleh masyarakat, hal
ini tentunya juga memberikan semangat sendiri bagi masayarakat untuk terus
berproduksi melalui adanya jaminan pasar yang disediakan untuk mewujudkan
kemandirian ekonomi masyarakat pedesaan dan meningkatkan usaha ekonomi
produktif masyarakat.
Balai Taman Nasional Matalawa saat ini membangun 3 (tiga) kios yang tersebar di
3 (tiga) Kabupaten yaitu Kabupaten Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba
Timur. Kios yang dibangun ini merupakan langkah strategis kami dalam menjamin
hasil komoditi masyarakat di desa sekitar kawasan Taman Nasional Matalawa

Balai TN. Matalawa

58 Jejak Selingkuh Matalawa

yang tersebar di 3 (tiga) kabupaten tersebut. Gambar 46. Proses pembangunan Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
Tahap pembangunan kios dilakukan di Desa kios di Desa Padiratana Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
Padiratana, Kecamatan Umbu Ratu Nggay
Kabupaten Sumba Tengah, selama
pembangunan kios tersebut, Pak Maman selalu
mengawasi kios yang dibangun tersebut agar
pembangunan dapat selesai pada waktunya
hingga tibalah untuk mengenalkan kios hasil
komoditi masyarakat di desa penyangga,
peresmian kios dihadiri oleh Bupati Sumba
Tengah bersama Kepala Biro

Kepegawaian dan Organisasi Setjen Gambar 47. Penyambutan
Kementerian LHK, Sekretaris Daerah Sumba tarian selamat datang
Tengah, Kepala Dinas Perindustrian &
Perdagangan dan UKM Sumba Tengah, Kepala
Bagian Ekonomi, Kepala Bagian Humas, Camat
Umbu Ratu Nggay, Kapolsek Umbu Ratu Nggay
dan masyarakat sekitar yang disambut dengan
tari - tarian selamat datang oleh anak anak
sekolah dasar binaan SPTN wilayah II.

Dalam sambutannya, Bapak Bupati Sumba Gambar 48. Peserta yang hadir pada
Tengah mengucapkan terima kasih sebesar – peresmian soft opening kios hasil usaha
besarnya kepada Balai Taman Nasional
MaTaLaWa yang telah mendukung dan
mewujudkan program pembangunan
Pemerintah Daerah Sumba Tengah, khususnya
bidang pemberdayaan masyarakat pedesaan
sebagai perwujudan program Nawacita dan
Bupati Sumba Tengah akan memfokuskan

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 59

Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan pengembangan hasil pemberdayaan Gambar 49. Sambutan Bapak
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera masyarakat melalui program yang B u p a t i S u m b a Te n g a h
teranggarkan melalui Satuan Kerja
Perangkat Daerah Terkait. Gambar 50. Sambutan
Ibu Kabiro Kepegawaian
Selain itu, Ibu Kepala Biro Dalam
sambutannya memberikan apresiasi atas Gambar 51. Sambutan
hasil kerja keras yang telah dilakukan oleh Bapak Kepala Balai
Balai Taman Nasional Matalawa dalam
mewujudkan kemandirian lokal masyarakat
dan kreatifitas masyarakat yang
terwadahkan dengan adanya jaminan
pasar, selanjutnya Pak Maman
menyampaikan dalam sambutannya bahwa
kios tersebut merupakan salah satu jaminan
pasar masyarakat desa penyangga baik
hasil komoditi pangan lokal (kopi, mete,
ubi-ubian, kopi, talas, singkong, kolang
kaling, kaparak : makanan khas sumba) dan
hasil kerajinan masyarakat berupa kerajinan
bambu dan daun lontar.

Balai TN. Matalawa Gambar 52. Peresmian kios
Jejak Selingkuh Matalawa
60

Dengan adanya dorongan niat untuk memperbaiki kemandirian lokal Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera
masyarakat dengan menciptakan masyarakat sebagai produsen dalam

mengelola hasil komoditi setempat serta meciptakan jaminan pasar

maka kesejahteraan masyarakat akan terasa. Dalam perspektif

filsafat (hukum), ukuran kesejahteraan umum digambarkan oleh

teori Jeremy Bentham " the greatest happiness for the greatest number

"artinya jika sebagian anggota masyarakat merasakan manfaat dan

merasa senang dengan kebijakan atau situasi tertentu, maka itulah

kesejahteraan umum. Namun sebaliknya, jika “the greatest

happiness for the smallest number“ maka kesejahteraan umum

belum terwujud, sehingga negara memiliki tanggungjawab

untuk mengubahnya menjadi kesejahteraan bersama.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 61

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

62

Hijau Lahanku



Pentingnya Pengembangan
Hutan Keluarga

Seiring dengan berjalannya waktu, tekanan terhadap hutan dan kawasan Akhirnya Hijau Lahanku
tentu akan meningkat, hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah
penduduk dan gaya hidup masyarakat, sehingga permintaan kayu akan
bergerak secara linier, salah satu upaya dalam pemenuhan kebutuhan manusia
tersebut terpenuhi dari hutan produksi baik yang dikelola oleh pemerintah, pihak
swasta dan rakyat. Tentunya hal ini menjadi perhatian bersama agar
meningkatnya kebutuhan kayu tersebut tetap selalu ada dan berkelanjutan, salah
satunya adalah pengembangan hutan rakyat di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Pulau Sumba adalah Pulau yang berada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan luas wilayah 10.710 km², Pulau Sumba dikenal dengan segudang
keeksotikan alam yang menawarkan sejumlah paket - paket wisata untuk
dikunjungi oleh masyarakat khususnya di luar Pulau Sumba. Salah satu
keeksotikan dan kekayaan keanekaragaman hayati dapat dijumpai di Taman
Nasional Matalawa.

Untuk menjaga warisan alam, supaya masih tetap dapat dinikmati oleh generasi
selanjutnya diperlukan langkah - langkah, dalam hal ini adalah pemberdayaan
masyarakat dalam pengembangan hutan rakyat agar kebutuhan masyarakat di
sekitar kawasan dapat terpenuhi dari kayu dan meningkatkan prodiktivitas lahan
di luar kawasan konservasi ini.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 63

Perjalanan Panjang Pengembangan Hutan
Keluarga di Sekitar Kawasan Matalawa

Akhirnya Hijau Lahanku Perjalanan panjang dalam pengembangan hutan rakyat yang dilakukan oleh
pengelola untuk masyarakat yang berada di sekitar kawasan Taman
Nasional Matalawa ini diawali pada tahun 2006 pengelola taman nasional
melakukan kolaborasi dengan konsorsium pengembangan masyarakat Nusa
Tenggara (KPMNT) yang dikawal oleh Pak Yosep Lepi Kaha, sosok ini adalah
penyuluh kehutanan senior yang memiliki perhatian tinggi dalam membangun
dan mengembangkan hutan rakyat, di sekitar kawasan, pada waktu itu sebagai
percontohan dalam pengembangan hutan rakyat, dalam hal ini dikenal dengan
sebutan lokal yaitu hutan kabisu (keluarga besar) yang dilakukan di Desa
Umamanu, melalui kolaborasi tersebut.

Hingga pada akhirnya terealisasinya bantuan pengembangan hutan kabisu
dengan konsep agroforestry (tumpang sari) di lahan kering berupa : bibit
tanaman jati, mahoni, benih jagung, kacang tanah, padi seluas 4 (empat) Ha pada
awal tahun 2007, tujuannya adalah meningkatkan kebutuhan jangka pendek
(tanaman pangan) dan jangka panjang (tanaman kayu). Penanaman yang
melibatkan seluruh anggota kabisu, pengelola Taman Nasional Manupeu Tanah
Daru (sebelum dilakukan penggabungan dengan Taman Nasional Laiwangi
Wanggameti) dan beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) membuat pola
penanaman dengan sistem jarak yang teratur dan mengisinya dengan jenis
tanaman pertanian.

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

64

Selang 2 (dua) tahun kemudian pada bulan Agustus tahun 2009 dilakukan Akhirnya Hijau Lahanku
pertemuan KMPH yang berada di sekitar kawasan Manupeu Tanah Daru dengan
maksud dan tujuan yaitu untuk mewujudkan kerjasama dan komunikasi yang baik
antara tokoh kunci tingkat desa dengan pengelola kawasan, teridentifikasinya
peluang serta ide kreatif dan inovasi untuk mengelola potensi desa dan
tersusunnya draft awal rencana pemberdayaan masyarakat desa sekitar kawasan
Manupeu Tanah Daru. Kegiatan yang dilaksanakan selama 3 (tiga) hari di
Waikabubak diikuti oleh : Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat, Dinas
Kehutanan Kabupaten Sumba Tengah, Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat,
Dinas Pariwisata Sumba Barat, Dinas Pariwisata Sumba Tengah, Dinas Pariwisata
Sumba Barat, seluruh kepala desa di 23 (dua puluh tiga) sekitar kawasan
Manupeu Tanah Daru, KMPH/KSM di 23 (dua puluh tiga) sekitar kawasan, tokoh
masyarakat di 23 (dua puluh tiga) sekitar kawasan, Forum Jamatada, YAL,
Koppesda, Pakta, Bahtera, Satu Visi, Formasi, Burung Indonesia, Pos Kota, Sabana
dan tim Mbeliling.

Gambar 53. Pertemuan yang mengawali pengembangan hutan keluarga

Dalam rangka memberikan pemahaman dan penyamaan persepsi kepada seluruh
peserta dalam pengembangan hutan keluarga, kami mengundang beberapa
narasumber dari luar untuk memberikan contoh dan pengalaman dalam
pengembangan hutan keluarga yang sudah dilakukan di beberapa daerah di
Nusa Tenggara, untuk itu selama kegiatan berlangsung kami melakukan seluruh
rangkaian tahapan kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 65

RANGKAIAN KEGIATAN MENGAWALI
PENGEMBANGAN HUTAN KELUARGA

Akhirnya Hijau Lahanku PEMBUKAAN HARI I PEMAPARAN MATERI
Bupati
PEMAPARAN, Peran dan Fungsi Kader
Sumba Barat PROSES, Konservasi Dalam Pengelolaan
Sumber Daya Alam di Kawasan
PEMAPARAN HASIL TUJUAN DAN
DISKUSI HASIL Manupeu Tanah Daru
HARI I
METODE METODE Oleh : Kepala Balai
Presentasi
Presentasi dan Tanya METODE
Jawab Pemaparan, Diskusi dan Tanya

Jawab

HARI II 1)Sharing Pengalaman
Pengembangan Ekowisata
Panel Diskusi :
(Mbeliling)
Ÿ Contoh Praktis Keberhasilan
Kader Konservasi di Desa 2)Pemaparan Potensi
Watumbelar dan Umamanu Unggulan Delsos 19 Juni
(wakil 2 desa)
2018
Ÿ Contoh Pengembangan
Biogas di Desa Nangga/YAL Metode
Diskusi dan Tanya
Ÿ Contoh Keberhasilan
Pengembangan Hutan Jawab

Kemasyarakatan di NTB dan
NTT/Samanta

METODE
Presentasi

Kunjungan HARI III PENUTUP
Lapangan
1) Refleksi Hasil
Balai TN. Matalawa Kunjungan Lapangan

66 2) Perumasan RTL

METODE
Pemaparan dan

Presentasi

Jejak Selingkuh Matalawa

Pada pertemuan tersebut, diawali dengan pemaparan materi mengenai peran Akhirnya Hijau Lahanku
dan fungsi konservasi dalam pengelolaan sumber daya alam di Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru, dilanjutkan berbagi pengalaman pengembangan
ekowisata, penggalilan potensi unggulan desa dalam pengembangan hutan
keluarga sebagai penguatan perekonomian desa dan pelestarian alam desa serta
kunjungan ke lapangan di Desa Umamanu untuk melihat pengembangan hutan
keluarga.

Gambar 54. Pemantauan pengembangan hutan kabisu pada tahun 2009

Melanjutkan usaha dalam pengembangan hutan keluarga yang sudah
dilakukan melalui pelibatan stake holder tersebut, di tingkat lapangan
kami melanjutkan baik melalui penyuluhan dan penyadartahuan
mengenai pentingnya kawasan Taman Nasional sebagai benteng terakhir
kehidupan di Pulau Sumba, kegiatan ini kami lakukan di seluruh desa di sekitar
kawasan, dalam penyuluhan tersebut kami menekankan agar tidak melakukan
kegiatan baik pengambilan kayu, satwa, pembakaran hutan dan lahan,
perambahan, yang mana kegiatan tersebut dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan ekosistem yang ada di kawasan, salah satu upaya dalam
pemenuhan kebutuhan kayu untuk keperluan membangun rumah, kami
mengarahkan agar masyarakat melakukan penanaman di lahan milik yang
disebut pengembangan hutan keluarga.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 67

Akhirnya Hijau Lahanku Gambar 55. Pendampingan ke Desa di sekitar kawasan

Proses penyuluhan ini kami lakukan secara berkelanjutan dari tahun 2009
sampai dengan sekarang ke desa penyangga kawasan Taman Nasional
Matalawa. Proses panjang dalam pengembangan hutan keluarga di desa,
kami mulai lakukan dari tahapan identifikasi potensi dan kebutuhan masyarakat
dalam pengembangan jenis - jenis tanaman tersebut sehingga akan dilakukan
proses dan tindak lanjutnya. Pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat
tersebut melalui pembangunan hutan keluarga, sebagai langkah dalam
meningkatkan produktivitas lahan masyarakat sehingga kedepan kebutuhan akan
kayu dan tanaman lokal dapat terpenuhi secara turun temurun, hal ini kami
lakukan selama 8 (delapan) tahun terakhir sejak tahun 2009. Adapun
dokumentasi proses pengembangan hutan keluarga kami sajikan sebagai berikut :

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

68

Akhirnya Hijau Lahanku

Gambar 56. Bantuan tanaman kehutanan dan Mpts

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 69

Akhirnya Hijau Lahanku Dalam kelanjutannya, kami tidak hanya sekedar memberikan
pengembangan ekonomi produktif melalui pembuatan hutan keluarga,
namun kami bekali juga kelompok masyarakat melalui pelatihan
manajemen kelompok dan pelatihan PRA (Participatory Rural Apraisial) baik
secara teori maupun praktik di beberapa desa, hal ini kami lakukan dengan tujuan
adalah terwujudnya kelembagaan kelompok masyarakat yang mantab sebagai
dasar dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam mendukung
keberhasilan pembangunan desa melalui kemampuan melakukan identifikasi
potensi wilayah desa, pengenalan permasalahan dan mampu menyusun
perencanaan yang dilakukan partisipasif sehingga masyarakat dapat memiliki
kemandirian dalam pengembangan sumberdaya yang dimiliki.

Gambar 57. Penguatan kelembagaan yang dilakukan di Desa Umamanu

Seiring berjalannya waktu pengembangan hutan keluarga melalui bantuan
tanaman yang telah dilakukan sejak tahun 2009, telah membuahkan hasil yang
memuaskan, hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan tanaman yang cukup
bagus dan lahan - lahan yang sebelumnya belum terlalu produktif akhirnya
meningkat nilai dari lahan tersebut, pada akhirnya masyarakat kedepannya
memiliki tabungan, dengan meningkatnya ketersediaan kayu di lahan milik
mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup serta sebagai upaya dalam melakukan
konservasi lahan di luar kawasan konservasi (Taman Nasional Matalawa).

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

70

PERKEMBANGAN BANTUAN Akhirnya Hijau Lahanku
TANAMAN KEHUTANAN

Gambar 58. Perkembangan bantuan pengembangan hutan keluarga dari beberapa lokasi

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 71

Akhirnya Hijau Lahanku Singkat cerita, kami memimpikan seluruh desa yang berada di sekitar kawasan
Taman Nasional Matalawa memliki hutan keluarga dengan tujuan sebagai upaya
meningkatkan produktivitas lahan, terjaminnya kebutuhan ekonomi masyarakat
dari kayu, bentuk pelestarian alam dan tidak ada lagi gangguan / tekanan
terhadap kawasan kedepannya. Sepertinya yang telah dilakukan pertama kalinya
dalam pengembangan hutan keluarga di Desa Umamanu.

Gambar 59. Perkembangan hutan keluarga/kabisu di Desa Umamanu sebagai pilot project pertama

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

72

Mengawal Kemitraan Konservasi

" Mewujudkan perekonomian masyarakat
lebih sejahtera di sekitar kawasan melalui
Kemitraan Konservasi"

Proses Kemitraan Konservasi di Zona Bersama Forum Jamatada Mengawal
Tradisional Taman Nasional Matalawa Kemitraan Konservasi

Gambar 60. Peta zonasi kawasan Manupeu Tanah dan Laiwangi Wanggameti

Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti atau
seterusnya disingkat menjadi TN Matalawa terdiri dari dua kawasan Taman
Nasional yaitu Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti. Secara
geografis Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru berada pada
9°53'32,013'' - 9°29'43,809''LS, 119°26'5,64''- 119°53'21,172''BT, sedangkan Kawasan
Taman Nasional Laiwangi Wanggameti berada pada 120°03'-120°19? BT dan
9°57?- 10°11? LS. Pada saat penunjukan tahun 1998, dua kawasan yang bergabung
menjadi TN Matalawa memiliki luas masing-masing ± 87.984,09 ha untuk
Kawasan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan ±47.014,00 ha untuk Kawasan
Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti.
Hingga pada akhirnya sudah 2 (dua) dasarwasa ini umur Taman Nasional

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 73

Bersama Forum Jamatada Mengawal Matalawa. Dalam pengelolaannya Balai Taman Nasional Matalawa mengelola
Kemitraan Konservasi kawasan berdasarkan penataan ruang atau yang dikenal zonasi. Penataan zonasi
kawasan dilakukan dengan mempertimbangkan segala aspek yaitu biodiversitas
kawasan dan keberadaan masyarakat yang tingggal di sekitar kawasan yaitu
sebanyak 54 (lima puluh empat) desa di sekitar kawasan TN. Matalawa.

Keberadaan masyarakat terhadap kawasan tidak dapat dipungkiri memiliki
keterkaitan berupa akses masyarakat terhadap kawasan yang dilakukan secara
turun - temurun salah satunya adalah pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
(HHBK), untuk mengakomodir hal tersebut pihak pengelelola menempatkan
pemberian akses pada zona tradisional seperti yang diatur pada regulasi
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.76/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Kriteria Zona
Pengelolaan Taman Nasional dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka
Margasatwa, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, sesuai dengan regulasi
tersebut disebutkan bahwa Zona/Blok Tradisional adalah bagian dari KSA/KPA
yang ditetapkan sebagai areal untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh
masyarakat yang secara turun - temurun mempunyai ketergantungan dengan
sumber daya alam.

Tepatnya sudah lebih dari 2 (dua) tahun ini, 2 (dua) Balai Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru dan Balai Taman Nasional Laiwangi Wanggameti
mengalami penggabungan, sejalan dengan itu, perlu diketahui bahwa
masing-masing balai sebelumnya telah menyusun zonasi kawasan sebagai bentuk
pengelolaan ruang di kawasan taman nasional. Berdasarkan zonasi kawasan
diperoleh bahwa kawasanTaman Nasional Laiwangi Wanggameti disahkan melalui
surat keputusan Dirjen PHKA Nomor : SK.246/IV-SET/2014 tanggal 10 Desember
2014 tentang Zonasi Taman Nasional Laiwangi Wanggameti, Kabupaten Sumba
Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur sedangkan kawasan Taman Nasional
Manupeu Tanah Daru disahkan melalui surat keputusan Dirjen KSDAE Nomor :
SK.346/KSDAE-SET/2015 tanggal 31 Desember 2015

Balai TN. Matalawa

74 Jejak Selingkuh Matalawa

tentang Zonasi Taman Nasional Manupeu Tanah Daru, Kabupaten Sumba Barat, Bersama Forum Jamatada Mengawal
Sumba Tengah dan Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kemitraan Konservasi
Sejalan dengan itu pemberian ruang akses masyarakat terhadap kawasan
disediakan suatu wilayah dalam hal ini disebut dengan zona tradisional yang
tersebar pada beberapa titik di kawasan baik kawasan Manupeu Tanah Daru
maupun kawasan Laiwangi Wanggameti. Pemberian ruang akses masyarakat yang
dikelola nantinya diwujudkan dalam sebuah naskah kemitraan sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistem Nomor : P.6/KSDAE/SET/Kum.1/6/2018 tanggal 6 Juni 2018 tentang
petunjuk teknis kemitraan konservasi pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam.

Proses panjang dalam melakukan kemitraan, kami awali melalui beberapa
tahapan kegiatan diantaranya adalah identifikasi potensi di zona tradisional,
identifikasi calon penggarap dan pemetaan lokasi yang akan dilakukan kemitraan
konservasi. Oleh karena itu maka Balai Taman Nasional Matalawa menempatkan
zona tradisional sebagai areal yang diberikan akses kepada masyarakat dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor : P.43/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2017 tanggal 22 Juni 2017 tentang
Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam. Sedangkan akses kelompok masyarakat tersebut ditempatkan
zona tradisional, yang mana seluas 5.455,532 Ha yang terdiri atas 933,532 Ha
luas zona tradisional Manupeu Tanah Daru dan 4.522 Ha luas zona tradisional
Laiwangi Wanggameti. Pemberian akses kepada masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat di zona tradisional Taman Nasional Matalawa yang
dikenal melalui kemitraan konservasi yang diberikan seluas 240,44 Ha yang akan
dilakukan kemitraan konservasi dengan 5 (lima) kelompok masyarakat di 5 (lima)
desa yaitu Desa maradesa Selatan, Desa Kambatawundut, Desa Watumbelar, Desa
Umamanu dan Desa Lailunggi.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 75

Bersama Forum Jamatada Mengawal Kondisi Umum Zona Tradisional di Blok Hutan
Kemitraan Konservasi Maradesa Selatan Kelompok Masyarakat
Desa Maradesa Selatan

Gambar 61. Salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK)
di lokasi Yerara Blok Hutan Maradesa Selatan

Zona Tradisional di Blok Hutan Maradesa Selatan yang diberikan akses ke
kelompok masyarakat yaitu Kelompok Masyarakat Lendu Loru Desa
Maradesa Selatan seluas 62 Ha terletak pada batas areal antara 9036'1,94''
– 9036'33,75'' Lintang Selatan dan 119042'22,59'' – 119042'43,22'' Bujur Timur.Zona
tradisional di blok hutan Maradesa Selatan terdiri atas satu hamparan polygon
(berdasarkan peta lokasi pemberian akses kepada kelompok masyarakat). Lokasi
Yerara Blok hutan maradesa ini merupakan kawasan yang memiliki vegetasi
berupa hutan sekunder dan savana, dengan tutupan lahan berupa tanaman
perkebunan, hutan dan padang, lokasi ini memiliki tinggi tempat diantara 705 –
790 mdpl serta memiliki kelerengan berkisar 30 – 45 % dan berbukit.

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

76

Berdasarkan sebaran hasil hutan bukan kayu Bersama Forum Jamatada Mengawal
yang kami diketahui bahwa pada blok I, jenis – Kemitraan Konservasi
jenis HHBK meliputi : nangka, kemiri, sirih, kopi
dan manga. Sedangkan pada blok II diketahui Gambar 62. Sebaran hasil hutan
jenis – jenis HHBK meliputi : kapuk, pinang dan bukan kayu (HHBK) di Yerara Blok
bambu. Sehingga pada lokasi tersebut memiliki Hutan Maradesa Selatan
kesesuaian lahan untuk dilakukan kemitraan
konservasi. Gambar 63. Topografi di Yerara
Blok Hutan Maradesa Selatan
D SMesa aradesa elatan adalah desa
yang berada di Kecamatan Umbu Ratu Balai TN. Matalawa
Nggay, Kabupaten Sumba Tengah,
berdasarkan luas wilayahnya Desa Maradesa 77
Selatan yaitu 12 Km2 , desa ini merupakan desa
yang berada di sekitar Taman Nasional
Matalawa, Seksi Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah I Waibakul dan berada di bagian utara
berdasarkan peta desa di sekitar kawasan.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2012
diketahui bahwa jumlah penduduk Desa
Maradesa Selatan yaitu 434 jiwa dengan
kepadatan 36 jiwa/km2. Jumlah penduduk ini
terdiri atas 232 laki – laki dan 202 perempuan
dengan rata – rata 4 jiwa/kk. Desa ini dialiri
sungai yang mereka sebut Loku Dama Jiwu dan
Loku Tana Rara.

Identifikasi yang kami lakukan adalah melihat
langsung di lapangan mengenai akses terdekat
antara masyarakat dengan lokasi zona
tradisional ada di Hutan Maradesa Selatan dan

Jejak Selingkuh Matalawa

Bersama Forum Jamatada Mengawal sejarah keberadaan masyarakat di sekitar lokasi
Kemitraan Konservasi
tersebut, sehingga setelah bertemu dengan

kelompok masyarakat tersebut, kami

mengarahkan agar mereka menyampaikan

permohonan ke Balai Taman Nasional Matalawa

agar diperbolehkan melakukan akses

pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, dengan

Gambar 64. Tim pengambil data usulan permohonan tersebut nantinya akan
sebaran hasil hutan bukan kayu di
dibangun pola kolaborasi dalam bentuk

Yerara Blok Hutan Maradesa Selatan kemitraan konservasi, dengan demikian secara

legal mereka dapat melakukan pemanfaatan

hasil hutan bukan kayu di zona tradisional Taman

Nasional Matalawa.

1 Pengambilan data di lapangan diperoleh
informasi bahwa kelompok masyarakat tersebut
yaitu Kelompok Masyarakat Pelestari Hutan
(KMPH) Lendu Loru (Jembatan Kehidupan),
kelompok ini terdiri atas 34 orang dengan
sekretariat di Kambung Pahapa. Kelompok ini
ditetapkan pada tanggal 19 April 2017 di Desa

2 Maradesa Selatan.

Selanjutnya untuk menguatkan bahwa

masyarakat tersebut merupakan penduduk Desa

Maradesa Selatan, identitas baik KTP maupun

surat keterangan dari kepala desa setempat

3 dilakukan pendataan dan pengumpulan sebagai

Gambar 65. (1), (2) dan (3) adalah salah satu syarat dalam pengajuan kemitraan
beberapa jenis HHBK di Yerara Blok
bersama pengelola kawasan dalam hal ini Balai

H u t a n M a r a d e s a S e l a t a n Taman Nasional Matalawa.

Balai TN. Matalawa

78 Jejak Selingkuh Matalawa

Kondisi Umum Zona Tradisional di Blok Bersama Forum Jamatada Mengawal
Hutan Kambatawundut dan Kelompok Kemitraan Konservasi
Masyarakat Desa Kambatawundut

Gambar 66. Salah satu jenis HHBK
di Blok Hutan Kambatawundut

Zona Tradisional di Blok Hutan Kambatawundut yang diberikan akses ke
kelompok masyarakat yaitu Kelompok Masyarakat Pinggi Wangga Wundut
Desa Kambatawundut seluas 40,19 Ha yang terdiri atas 3 (tiga) polygon
meliputi : lokasi Laitera seluas 17,93 Ha, lokasi Mamandas seluas 3,39 Ha dan
lokasi Mamohung seluas 18,87 Ha.

Gambaran umum di blok hutan Kambatawundut diketahui bahwa jenis vegetasi
pada lokasi tersebut adalah hutan sekunder dan savanna, tutupan lahan pada
lokasi tersebut merupakan padang dan hutan dengan ketinggian 502 – 561 mdpl,
kelerengan pada `berkisar pada 30 – 45 % dengan topografi berbukit.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 79

Lokasi Mamandas Blok Hutan Kambatawundut

Bersama Forum Jamatada Mengawal Lokasi Mamandas merupakan salah satu
Kemitraan Konservasi polygon yang berada pada zona
tradisional yang diberikan akses kepada
kelompok masyarakat di Desa Kambatawundut.
Lokasi ini berada pada titik koordinat 119,857 BT
dan -9,674 LS, berdasarkan tutupan lahan
pada lokasi tersebut adalah berhutan dan
padang.

Sedangkan pemetaan sebaran hasil hutan

bukan kayu (HHBK) di lokasi Mamandas,

diketahui bahwa jenis – jenis HHBK pada blok I

meliputi : tali hutan, bambu, nangka, jambu biji,

kunyit dan porang. Sedangkan pada blok II

jenis – jenis hasil hutan bukan kayu meliputi :

kelapa, jambu biji, bambu, ubi hutan (lintang)

dan randu. Gambar 67. Sebaran HHBK di Mamandas
Blok Hutan Kambatawundut

Dengan demikian berdasarkan hasil
pengambilan data di lapangan dan pengolahan
dapat disimpulkan bahwa lokasi tersebut
memiliki kesesuaian lahan untuk dilakukan
kemitraan konservasi.

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

80

Lokasi Laitera Blok Hutan Kambatawundut

Lokasi laitera merupakan lokasi lainnya pada Bersama Forum Jamatada Mengawal
zona tradisional yang diberikan akses kepada Kemitraan Konservasi
kelompok masyarakat pinggi wangga
wundut, lokasi ini berada pada koordinat 119,
852 BT dan - 9,679 LS. Berdasarkan tutupan
lahan pada lokasi tersebut adalah berhutan
dan padang.

Sedangkanpemetaan sebaran hasil hutan Gambar 68. Sebaran HHBK di Laitera
bukan kayu (HHBK) di lokasi Laitera, Blok Hutan Kambatawundut
diketahui bahwa jenis – jenis HHBK pada blok
I meliputi : kelapa, pinang, bamboo dan
kemiri, pada blok II jenis – jenis hasil hutan
bukan kayu meliputi : kunyit, kemiri, ubi
hutan. Sedangkan pada blok III meliputi :
kunyit, kemiri, tali hutan, randu dan porang.

Dengan demikian berdasarkan hasil
pengambilan data di lapangan dan
pengolahan dapat disimpulkan bahwa lokasi
tersebut memiliki kesesuaian lahan untuk
dilakukan kemitraan konservasi.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 81

Lokasi Mamohung Blok Hutan Kambatawundut

Bersama Forum Jamatada Mengawal Lokasi Mamohung merupakan lokasi
Kemitraan Konservasi lainnya pada zona tradisional yang
diberikan akses kepada kelompok
masyarakat pinggi wangga wundut, lokasi
ini berada pada koordinat 119, 868 BT dan
- 9,675 LS. Berdasarkan tutupan lahan
pada lokasi tersebut adalah berhutan dan
padang.

Sedangkan pemetaan sebaran hasil hutan Gambar 69. Sebaran HHBK di Mamohung
bukan kayu (HHBK) di lokasi Mamohung, Blok Hutan Kambatawundut
diketahui bahwa jenis – jenis HHBK pada
blok I meliputi : bambu, kemiri, kunyit,
jambu biji dan ubi hutan, sedangkan pada
blok II jenis – jenis hasil hutan bukan kayu
meliputi : ubi hutan, porang, pakis,
gadung, tali hutan dan terong.

Dengan demikian berdasarkan hasil
pengambilan data di lapangan dan
pengolahan dapat disimpulkan bahwa
lokasi tersebut memiliki kesesuaian lahan
untuk dilakukan kemitraan konservasi.

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

82

D Kesa ambatawundut adalah desa yang berada di Kecamatan Lewa, Bersama Forum Jamatada Mengawal
Kabupaten Sumba Timur, berdasarkan data statistik luas desa ini adalah Kemitraan Konservasi
112,2 km2 dengan persentase 39,91% dari luas wilayah kecamatan. Desa
Kambata Wundut merupakan desa yang berada di sekitar kawasan Manupeu Tanah
Daru, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Lewa dengan tinggi tempat 543
(dpl), sungai yang mengalir di Desa Kambata Wundut dinamakan Lulu Paja Ngang.
Ibu kota Desa Kambata Wundut adalah Tanggamadita dengan jumlah dusun 4

(empat) dan terdiri atas 8 RW dan 16 RT dengan jumlah rumah tangga yaitu 547.
Berdasarkan data statistik tahun 2014 diketahui bahwa jumlah penduduk adalah
3.008 jiwa dengan kepadatan penduduk 27 jiwa/km2. Jumlah penduduk Desa
Kambata Wundut memiliki kontibusi kepadatan peringkat II yaitu 18,08 % dari jumlah
penduduk Kecamatan Lewa, jumlah anggota rumah tangga di desa ini memiliki rata-
rata 5 (lima) jiwa dalam rumah tangga. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk
terdiri atas 1.568 laki-laki dan 1.440 perempuan. Berdasarkan lapangan pekerjaan
diketahui bahwa 5 orang bekerja sebagai pengrajin rumah tangga, 40 orang sebagai
PNS/ABRI, 10 orang pensiunan dan yang paling besar adalah sebagai petani.

Kami kemudian melakukan penelusuran untuk mengetahui masyarakat yang
teridentifikasi berpotensi dalam mengakses hasil hutan bukan kayu (HHBK) di lokasi
tersebut, berdasarkan hasil identifikasi diketahui bahwa masyarakat yang berpotensi
dalam pemanfaatan HHBK tergabung dalam Kelompok Masyarakat Pelestari Hutan
(KMPH) Pinggu Wangga Wundut yang berdiri pada tahun 2006, selanjutnya kami
melakukan pendataan kepada masyarakat melalui pengumpulan identitas (KTP)
sebagai salah satu syarat dalam mengajukan kemitraan konservasi.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 83

Bersama Forum Jamatada Mengawal 12
Kemitraan Konservasi
34

Gambar 70. (1), (2), (3) dan (4) Adalah beberapa
HHBK di Blok Hutan Kambatawundut

12

Gambar 71.(1) dan (2) Petugas sedang melakukan
pendataan di Blok Hutan Kambatawundut

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

84

Kondisi Umum Zona Tradisional di Blok Bersama Forum Jamatada Mengawal
Hutan Watumbelar dan Kelompok Kemitraan Konservasi
Masyarakat Desa Watumbelar

Gambar 72. Salah satu hasil hutan
bukan kayu di Blok Hutan Watumbelar

Zona Tradisional di Blok Hutan Watumbelar yang diberikan akses ke
kelompok masyarakat yaitu Kelompok Masyarakat Watu Uma Desa
Watumbelar seluas 44,09 Ha yang terdiri atas 3 (tiga) lokasi diantaranya
adalah lokasi Ranggat, Takamara dan Rita, dengan luas 30,05 Ha, lokasi kedua
adalah Tanarara, dengan luas 3,36 Ha sedangkan lokasi ketiga adalah Laitairi
dengan luas 10,68 Ha. Hasil akumulasi zona tradisional di blok hutan Watumbelar
adalah 44,09 Ha
Gambaran umum di blok hutan Watumbelar diketahui bahwa jenis vegetasi pada
lokasi tersebut adalah hutan sekunder dan savana, tutupan lahan pada lokasi
tersebut merupakan padang dan hutan dengan ketinggian 724 – 796 mdpl,
kelerengan pada `berkisar pada 30 – 45 % dengan topografi berbukit.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 85

Lokasi Ranggat, Takamara dan Rita Blok Hutan Watumbelar

Bersama Forum Jamatada Mengawal Lokasi Ranggat, Takamara dan Rita
Kemitraan Konservasi merupakan lokasi lainnya pada zona
tradisional yang diberikan akses kepada
kelompok masyarakat Watu Uma, lokasi
ini berada pada koordinat 119, 754 BT
dan - 9,755 LS. Berdasarkan tutupan
lahan pada lokasi tersebut adalah
berhutan dan padang.

Sedangkan pemetaan sebaran hasil Gambar 73. Sebaran HHBK di lokasi Ranggat,
hutan bukan kayu (HHBK) di lokasi Takamara dan Rita Blok Hutan Watumbelar
Ranggat, Takamara dan Rita, diketahui
bahwa jenis – jenis HHBK pada blok I
meliputi : kemiri, bambu, tali hutan dan
daun pandan, pada blok II jenis – jenis
hasil hutan bukan kayu meliputi : kemiri,
kunyit, daun pandan, tali hutan dan
pinang sedangkan pada blok III
meliputi : bambu dan pinang.

Dengan demikian berdasarkan hasil
pengambilan data di lapangan dan
pengolahan dapat disimpulkan bahwa
lokasi tersebut memiliki kesesuaian
lahan untuk dilakukan kemitraan
konservasi.

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

86

Lokasi Laiteri Blok Hutan Watumbelar

Lokasi Laiteri merupakan lokasi lainnya Bersama Forum Jamatada Mengawal
pada zona tradisional yang diberikan Kemitraan Konservasi
akses kepada kelompok masyarakat Watu
Uma, lokasi ini berada pada koordinat
119, 763 BT dan - 9,766 LS. Berdasarkan
tutupan lahan pada lokasi tersebut
adalah berhutan dan padang.

Sedangkan pemetaan sebaran hasil
hutan bukan kayu (HHBK) di lokasi Laiteri,
diketahui bahwa jenis – jenis HHBK
meliputi : kemiri, bambu, tali hutan dan
daun pandan,

Dengan demikian berdasarkan hasil Gambar 74. Sebaran HHBK di lokasi
pengambilan data di lapangan dan Laiteri Blok Hutan Watumbelar
pengolahan dapat disimpulkan bahwa
lokasi tersebut memiliki kesesuaian lahan
untuk dilakukan kemitraan konservasi.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 87

Lokasi Tanarara Blok Hutan Watumbelar

Bersama Forum Jamatada Mengawal Lokasi Tanarara merupakan lokasi lainnya
Kemitraan Konservasi pada zona tradisional yang diberikan
akses kepada kelompok masyarakat Watu
Uma, lokasi ini berada pada koordinat 119,
765 BT dan - 9,761 LS. Berdasarkan
tutupan lahan pada lokasi tersebut adalah
berhutan dan padang.

Sedangkan pemetaan sebaran hasil hutan Gambar 75. Sebaran HHBK di lokasi
bukan kayu (HHBK) di lokasi Tanarara Tanarara Blok Hutan Watumbelar
diketahui bahwa jenis – jenis HHBK pada
blok I meliputi : kemiri, bambu, tali hutan
dan daun pandan, pada blok II jenis –
jenis hasil hutan bukan kayu meliputi :
kemiri, kunyit, daun pandan, tali hutan
dan pinang sedangkan pada blok III
meliputi : bambu dan pinang.

Dengan demikian berdasarkan hasil
pengambilan data di lapangan dan
pengolahan dapat disimpulkan bahwa
lokasi tersebut memiliki kesesuaian lahan
untuk dilakukan kemitraan konservasi

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

88

D Wesa atumbelar adalah desa yang berada di Kecamatan Lewa Tidahu, Bersama Forum Jamatada Mengawal
Kabupaten Sumba Timur dan berada di sekitar kawasan Taman Nasional Kemitraan Konservasi
Matalawa, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Lewa.
Berdasarkan data statistik tahun 2016, Desa Watumbelar memiliki luas wilayah
yaitu 43,4 km2 dengan jumlah penduduk 674 jiwa yang terdiri atas 351 laki-laki
dan 323 perempuan dan rumah tangga 188 dengan anggota rumah tangga yaitu
3 (tiga) orang, sedangkan kepadatan penduduknya adalah 16 jiwa/km2, jumlah
penduduk di Desa Watumbelar memiliki kontribusi 9,98 % dari jumlah penduduk
Kecamatan Lewa Tidahu dan memiliki peringkat terakhir dari 6 (enam) desa yang
berada di kecamatan tersebut. Berdasarkan data statistik diketahui banyaknya
penduduk menurut lapangan pekerjaan meliputi : 479 orang petani, 101 orang
peternak, 3 orang nelayan, 20 orang pedagang, 3 orang pengrajin, 4 orang
PNS/ABRI.

Kelompok yang teridentifikasi berpotensi dalam pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu adalah Kelompok Masyarakat Pelestari Hutan (KMPH) Watu Uma, kelompok
ini berdiri pada tahun 1998, selanjutnya kami melakukan pendataan kepada
masyarakat melalui pengumpulan identitas (KTP) sebagai salah satu syarat dalam
mengajukan kemitraan konservasi.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 89

Bersama Forum Jamatada Mengawal 12
Kemitraan Konservasi
3

Gambar 76. (1), (2) dan (3) Beberapa
HHBK di Blok Hutan Watumbelar

Gambar 77. Petugas dan kelompok masyarakat
melakukan pendataan di Blok Hutan Watumbelar

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

90

Kondisi Umum Zona Tradisional di Blok Bersama Forum Jamatada Mengawal
Hutan Umamanu dan Kelompok Kemitraan Konservasi
Masyarakat Desa Umamanu

Gambar 78. Salah satu HHBK di Blok Hutan Umamanu

Zona Tradisional di Blok Hutan Umamanu yang diberikan akses ke kelompok
masyarakat yaitu Kelompok Masyarakat Ngadu Praing Desa Umamanu
seluas 32,16 Ha yang terdiri atas 2 (dua) lokasi diantaranya adalah lokasi
Injung dan Injuwatu, dengan luas 12,24 Ha, lokasi kedua adalah Umamucung dan
Wailiang, dengan luas 19,92 Ha. Hasil akumulasi zona tradisional di blok hutan
Umamanu adalah 32,16 Ha

Gambaran umum di blok hutan Umamanu diketahui bahwa jenis vegetasi pada
lokasi tersebut adalah hutan sekunder dan savana, tutupan lahan pada lokasi
tersebut merupakan padang dan hutan dengan ketinggian 705 – 790 mdpl,
kelerengan pada berkisar pada 30 – 45 % dengan topografi berbukit.

Balai TN. Matalawa

Jejak Selingkuh Matalawa 91

Lokasi Umamucung dan Wailiang di Blok Hutan Umamanu

Bersama Forum Jamatada Mengawal Lokasi Umamucung dan Wailiang
Kemitraan Konservasi merupakan lokasi lainnya pada zona
tradisional yang diberikan akses kepada
kelompok masyarakat Ngadu Praing,
lokasi ini berada pada koordinat 119, 763
BT dan - 9,807 LS. Berdasarkan tutupan
lahan pada lokasi tersebut adalah
berhutan dan padang.

Sedangkan pemetaan sebaran hasil
hutan bukan kayu (HHBK) di lokasi
Umamucung dan Wailiang, diketahui
bahwa jenis – jenis HHBK pada blok I
meliputi : kemiri, bambu, tali hutan dan
rotan, sedangkan pada blok II jenis –
jenis hasil hutan bukan kayu meliputi :
pisang, asam, kemiri, nangka, rotan, tali
hutan dan bambu.

Dengan demikian berdasarkan hasil Gambar 79. Sebaran HHBK lokasi
pengambilan data di lapangan dan Umamucung dan Wailiang di Blok Hutan
pengolahan dapat disimpulkan bahwa
lokasi tersebut memiliki kesesuaian lahan
untuk dilakukan kemitraan konservasi.

Balai TN. Matalawa Jejak Selingkuh Matalawa

92


Click to View FlipBook Version