The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tioooajaa, 2022-11-06 05:01:26

garda harimau

harimau

GARDA HARIMAU

PELESTARIAN HARIMAU SUMATRA DI KERINCI SEBLAT

GARDA HARIMAU

PELESTARIAN HARIMAU SUMATRA DI KERINCI SEBLAT

DIREKTORAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM



GARDA HARIMAU

PELESTARIAN HARIMAU SUMATRA DI KERINCI SEBLAT

GARDA HARIMAU
PELESTARIAN HARIMAU SUMATRA DI KERINCI SEBLAT
2019
Hak cipta proyek “Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Priority
Sumatran Landscapes.”
Penulis
Agus Prijono
Penyunting
Rudijanta T Nugraha
FOTO dari Tim Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS).
FOTO dari pihak lain: Monitoring Harimau Sumatera Kerinci Seblat (MHSKS) - Fauna-
Flora International: WCCA USFWS, Panthera, Australia Zoo; Zoological Society of
London; Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat; Balai Taman Nasional Berbak-
Sembilang; dan Kepolisian Daerah Jambi. Foto-foto tersebut diberi kreditasi khusus.
FOTO sampul: Agus Prijono.
AKSARA teks: Minion Pro dan Avenir LT 45 Book.
Pustaka ini disusun atas inisiatif GEF UNDP dalam proyek “Transforming Effectiveness
of Biodiversity Conservation in Priority Sumatran Landscapes.”

MURAL HARIMAU Seorang seniman menorehkan hasil kreasinya di
dinding kota Jambi. Aksi mural ini digelar Zoological Society of
London saat Global Tiger Day.

PENGANTAR
DIREKTUR KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

Konservasi harimau sumatra adalah tentang pergulatan di batas
antara dua kutub: para pelestari dan para pengancam. Di tengah
ancaman untuk melestarikan harimau sumatra, memunculkan para
pelestari konservasi melalui pembentukan tim pelestarian konservasi
harimau sumatra.

Tim Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS)
merupakan salah satu tim yang berikhtiar untuk melindungi habitat
dan populasi satwa karismatik di Taman Nasional Kerinci Seblat dan
sekitarnya. Dalam upaya pelestarian, mempunyai misi untuk menekan
ancaman dan gangguan terhadap keberadaan harimau sumatera di
hutan. Kegiatan yang dilakukan merupakan bagian dari implementasi
Proyek Sumatran Tiger Transforming Effectiveness Biodiversity
Conservation in Priority Sumatran Landscapes dalam mendukung
upaya pelestarian di lanskap prioritas konservasi harimau.

Buku ini salah satu wujud dari implementasi upaya peningkatan
25 satwa terancam punah prioritas sebagaimana terdapat pada Surat
Keputusan Direktur Jenderal KSDAE Nomor SK.180/IV-KKH/2015,
terutama harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae). Upaya yang
dilakukan telah menunjukkan hasil yang menggembirakan, dengan
indikasi kenaikan kelimpahan harimau di beberapa wilayah penting.
Namun begitu, inisiatif dan inovasi dalam upaya perlindungan populasi
harimau sumatra dan habitatnya perlu terus ditingkatkan.

Upaya lain yang tengah dilakukan adalah Sumatra Wide Tiger
Survey (SWTS). Survei ini dilakukan untuk mengetahui status terkini
harimau sumatra di habitatnya. Selama 2018-2019, 73 tim survei telah
bekerja, dengan anggota 354 orang di 23 wilayah sebaran harimau
seluas 12,9 juta hektare. Nantinya, hasil survei dapat menjadi rujukan
untuk merumuskan strategi konservasi yang efektif dan tindakan
prioritas yang perlu diambil. Lebih jauh, hasil SWTS 2018-2019 dapat
digunakan para pihak yang terlibat dan terkait dalam membangun
sinergi dalam perencanaan pembangunan regional dan nasional.

Tak hanya pemerintah, LSM, akademisi, dan pihak swasta, upaya
konservasi harimau sumatra juga dilakukan bersama masyarakat
dalam patroli perlindungan hutan habitat harimau sumatra dan
penanggulangan konflik manusia dan satwa liar. Melalui Masyarakat
Desa Mandiri (MDM) diharapkan masyarakat memiliki kemampuan
untuk merespon konflik pada tahap awal sehingga dapat menghindari
kerugian baik bagi manusia maupun bagi satwa liar.

Jakarta, November 2019
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati

drh. Indra Exploitasia, M.Si

KORBAN JERAT Harimau pemilik telapak ini meloloskan diri dari
jerat sebelum sempat diselamatkan Tim Pelestarian Harimau Kerinci
Seblat (PHSKS). Meski berhasil, si harimau cacat seumur hidup.

ISI

PENGANTAR
Konservasi harimau adalah tentang pergulatan di
batas di antara dua kutub: para pelestari dan para
pengancam.

12 BAGIAN SATU
MEMBENTENGI MASA DEPAN
Narasi besar upaya perlindungan untuk menggulung
sindikat perburuan agar tak merampas masa depan
harimau.

26 BAGIAN DUA
PARA PEJUANG HARIMAU
Garda di garis depan perlindungan harimau: menjelajahi
rimba raya untuk menyapu jerat, mengendus jejak
pemburu.

54 BAGIAN TIGA
TELIK SANDI HARIMAU
Sayap investigasi garda harimau yang bekerja senyap.
Mengabaikan segala risiko, menyelinap ke jaringan
perdagangan gelap.

68 BAGIAN EMPAT
MEMBURU KOMPLOTAN SI ANAK BESAR
Tragedi itu menyentak: pejantan itu dikuliti, tulangnya
dilolosi. Garda harimau bekerja keras mengungkap
pembantaian di sarang harimau itu.

86 BAGIAN LIMA
BALADA DARA TEMBULUN
Aum amarahnya membungkam keriuhan hutan. Tim
pertama yang menemukan harimau korban jerat menjadi
saksi kebengisan pemburu.

102 BAGIAN ENAM
MENGUKUHKAN GARDA HARIMAU
Pertarungan belum bakal usai dalam waktu dekat.
Pemburu masih mengejar harimau hingga ke jantung
taman nasional.

DAFTAR PUSTAKA

CACAT SELAMANYA Harimau ini mungkin yang memiliki telapak
yang tertinggal di sling jerat (foto sebelumnya) yang ditemukan
Tim Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS). Kamera
pantau tim Monitoring Harimau Sumatera Kerinci Seblat (MHSKS -
FFI) merekam sang harimau di hutan taman nasional.

FOTO: BALAI BESAR TNKS - MHSKS FFI - PANTHERA



PENCABUT NYAWA Inilah sebagian kecil alat yang dipakai untuk
berburu yang berhasil disita tim Pelestarian Harimau Sumatera
Kerinci Seblat (PHSKS). Ada senapan angin, senapan api rakitan,
jerat hewan mangsa, jerat harimau dan jerat burung.

BAGIAN SATU

MEMBENTENGI
MASA DEPAN

NARASI BESAR UPAYA PERLINDUNGAN UNTUK MENGGULUNG
SINDIKAT PERBURUAN AGAR TAK MERAMPAS MASA DEPAN HARIMAU.
AGAR KELAK, GENERASI MUDA INDONESIA BERKESEMPATAN MELIHAT

KARISMA HARIMAU DI ALAM LIAR. BANGSA INI AKAN KUALAT BILA
PENGALAMAN PAHIT PUNAHNYA HARIMAU JAWA DAN HARIMAU BALI

TERULANG DI TANAH SUMATRA.

GARIS NASIB

Siempunya jejak ini Bila ditemukan tim patroli,
punya dua nasib. Bila ia akan hidup sepanjang
ditemukan pemburu, ia masa. Itulah pertarungan
hanya menunggu waktu di garis depan konservasi
harimau.
untuk dijagal.



Aroma tak sedap mengapung di udara pagi. Hari itu,
tim Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat
membongkar barang bukti selembar kulit harimau
sumatra. Setelah keluar dari rendaman spiritus,
kulit harimau itu menguarkan bau busuk yang
menusuk udara Kerinci, Jambi.

14

FOTO KIRI Barang bukti dari kasus perburuan harimau itu membuat bulu
kuduk bergidik. Betapa tidak. Andaikan bisa bertutur, ia dapat
Apalah artinya bila menjadi saksi kekejian para pemburu harimau. Ia adalah saksi bisu
harimau sumatra yang menyimpan kisah tentang nyawa yang dicabut paksa. Sebelum
tinggal tulang dijagal, harimau si pemilik kulit meraung-raung untuk melepaskan
dan kulit (dari diri dari senar (sling) baja yang menjerat kakinya. Perih tiada terperi.
pembantaian). Semakin bergerak, sling semakin mengunci kakinya.
Simaklah harimau
jawa dan harimau Untuk menuntaskan hidup harimau, pemburu bisa saja memakai
bali yang kini kecepek atau senjata api rakitan. Blar! Atau, pemburu memakai cara
yang lebih lama buat mati—siksaan lagi: menindih tubuh harimau
hanya dikenal lewat yang terjerat dengan tumpukan kayu. Setelah lumpuh tertindih, si
serpihan spesimen pemburu mengepruk kepalanya. Prok! Prok! Sampai mati.
di museum.
Usai maut menjemput, tak menunggu lama, pemburu mengoyak
perutnya: merogoh jerohan dan mencabuti tulang-belulangnya di
pedalaman hutan. Betapa tragis: sang raja hutan dibunuh dan dikuliti
justru di daerah kekuasaannya.

Agar awet dan tidak bau, pemburu menyiram lembaran kulit
dan tulang harimau dengan spiritus—pengawet murah yang bisa
dibeli bebas. Jadi, kemah pemburu di tengah hutan sekaligus kamp
pembantaian. Pemburu keluar hutan hanya dengan lipatan kulit dan
tulang harimau. Tak terendus polisi hutan, tak dilihat banyak orang.

Kekejian itu tidak merisaukan hati nurani sindikat perburuan
harimau: pemodal, pemburu, kurir, pengepul, penjual, dan pembeli.
Bagi pemodal, pemburu, dan penjual, yang ada nalar ekonomi: tubuh
harimau menjadi komoditas. Bagi pembeli, yang ada nalar prestise
untuk keberanian, jimat kedigdayaan, dan obat-obatan.

Pada akhirnya, kulit si raja rimba akan menjadi karpet atau
patung obsetan—yang tidak indah; tulangnya menjadi bahan ramuan
obat—yang tanpa bukti medis. Kekejian itu semata demi mitos yang
kosong. Semua itu, pada akhirnya, hanya permainan pasar gelap yang
melekatkan harga tinggi pada kulit dan organ harimau.

Bagi yang bernurani konservasi, itu permainan tak bermartabat.
Perburuan harimau sejatinya melukai sisi insaniyah manusia.
Matinya seekor harimau di tangan pemburu adalah musnahnya
masa depan. Saat pemburu menjagal seekor harimau, saat itu pula
sekeping masa depan sirna. Perburuan ibarat mencicil kepunahan:
membunuh satu demi satu, lalu tak terasa harimau sirna selamanya.
Itu ada buktinya: harimau jawa dan harimau bali punah pada paruh
kedua abad ke-20. Dua kerabat harimau sumatra itu punah lantaran
perburuan bertahun-tahun—harimau bali habis diburu hanya dalam
hitungan puluhan tahun.

Membentengi Masa Depan 15

Padahal, Jawa dan Bali adalah segelintir pulau di muka Bumi yang
didiami si kucing besar. Karena sudah punah, generasi di Jawa dan
Bali tak lagi punya kesempatan melihat harimau di alam liar. Kini,
Sumatra menjadi satu-satunya pulau terakhir bagi sang penguasa
rimba—satu-satunya pulau di planet ini yang didiami harimau.
PERBURUAN ADALAH PANGKAL dari mata rantai perdagangan
ilegal tubuh harimau. Perburuan harimau—dan juga satwa liar
lainnya—lantas berkelindan dengan teori ekonomi: ada barang,
ada permintaan, ada harga. Lalu berputarlah ekonomi pasar gelap.
Sifatnya tak lagi linear sekadar ada barang, ada permintaan. Kini
pasar gelap menuntut balik: ada permintaan yang mendorong
perburuan harimau. Bila ‘barang’ tidak ada, cukong menyokong
pemburu menyediakan 'barang' dengan menjerat harimau.

Nampaknya, perlu mengintip sejenak potret perdagangan ilegal
satwa liar di Indonesia. Perdagangan ilegal satwa liar langka dan
dilindungi telah menimbulkan kerugian, baik dari sisi ekonomi
maupun ekologi.

Dari nilai kerugian negara, kejahatan satwa liar menempati urutan
ketiga setelah perdagangan narkoba dan perdagangan manusia. Nilai
rupiah yang menggiurkan membuat perdagangan ilegal satwa liar
terus terjadi. Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
mencatat, perburuan mengakibatkan kerugian negara lebih dari 9
triliun rupiah per tahun.

Selain itu, Indonesia juga menderita kerugian ekologis dan
hilangnya peluang di masa depan. Keduanya tak ternilai. Lantaran
perburuan, perlahan tapi pasti beragam spesies, entah burung,
serangga, maupun mamalia, semakin langka di alam. Langka dan
punahnya berbagai spesies satwa liar itu juga kehilangan besar
bagi dunia.

Sementara itu, dari sisi kerja jaringan, perdagangan ilegal
satwa liar melibatkan sindikat terorganisir. Rapinya sindikat itu
menempatkan kejahatan terhadap satwa liar pada urutan keempat,
setelah perdagangan narkoba, senjata, dan perdagangan manusia.

Khusus untuk perdagangan tubuh harimau sumatra, jaringan
yang terlibat biasanya tertutup dengan mata rantai yang panjang,
kompleks, dan berlapis-lapis. Tertutup lantaran melibatkan para
pelaku dengan kewaspadaan tingkat tinggi. Informasi hanya berputar
di lingkar jaringan. Komplotan selalu menaruh curiga kepada orang
baru ataupun pembeli baru.

16 GARDA HARIMAU

KELEBAT MAUT? Seseorang yang mungkin pemburu, terdeteksi
kamera di area inti pemantauan harimau. Ini bukti: manusia telah
masuk ke jantung taman nasional. Tak jarang pemburu juga
menggondol kamera pantau. Pemburu datang, maut menjelang.

Kompleks dan berlapis-lapis lantaran perdagangan harimau
merentang dari lapangan hingga pembeli akhir: pemburu – penjual –
penampung – kurir. Mata rantainya kadang tak sepanjang itu, mungkin
juga sangat pendek dari pemburu langsung ke pembeli.

Satu hal yang pasti, jaringan kriminal beroperasi di dua wilayah,
yakni di hutan habitat harimau: kawasan konservasi, hutan lindung,
hutan produksi; dan di luar hutan: dari dusun, kecamatan, kabupaten,
lintasprovinsi, sampai antarnegara.

Di tingkat paling bawah, pemburu beraksi secara berkelompok
di hutan-hutan habitat. Mereka juga berjejaring dengan pemburu
lain, pengepul, makelar, cukong, dalam hubungan yang saling
menguntungkan. “Satu pemburu sudah pasti berhubungan dengan
pemburu lain. Mereka berjaringan meski kadang bersifat lepas,”
tutur Muhammad Subhcan, koordinator Pelestarian Harimau
Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS) wilayah Jambi. “Bisa jadi pemburu
juga penjual, tapi tak menutup kemungkinan penjualnya orang lain.”

Artinya, pemburu dan pelaku lain bisa berkomplot tanpa ikatan
ketat. Mereka bisa bermain secara bebas. Hanya ada satu kepentingan
yang mengikat: uang haram yang berlimpah. Komplotan tanpa ikatan
ini membuat sindikat kejahatan terhadap harimau begitu pelik.

FOTO: BALAI BESAR TNKS - MHSKS FFI - PANTHERA

Membentengi Masa Depan 17

Sebagai eksekutor di lapangan, para pemburu berperan penting RISIKO RIMBA
dalam jaringan perdagangan gelap. Merekalah pemasoknya. Dalam
aksinya, para pemburu menyelinap ke pedalaman hutan. Untuk Tim patroli
menentukan titik jerat, mereka punya jaringan informasi tentang menatap pohon
keberadaan harimau. Di mana ada jejak, di situ pemburu memasang besar yang roboh
jerat harimau. di taman nasional.
Salah satu risiko
Pemburu harimau mendapat informasi jejak harimau dari pemikat yang dihadapi tim:
burung, pemancing ikan, pencari gaharu, pembalak liar, ataupun tertimpa pohon
warga di dusun yang berkonflik dengan harimau. Dan, informasi yang roboh diterpa
jejak itu ada harganya. “Di Bengkulu, memberikan informasi jejak badai.
segar bisa dapat satu juta rupiah,” tutur Iswandi, administratur
Pelestarian Harimau Sumatera wilayah Bengkulu. Berbekal informasi
itu, pemburu tak perlu waktu lama untuk menjerat si pemilik jejak.

18 GARDA HARIMAU

SEMENTARA ITU, di luar kawasan hutan, pemburu berjejaring untuk
memasarkan harimau buruan. Bila ada pemodalnya, pemburu
tinggal setor kulit dan tulang harimau. Jangan salah, untuk berburu
harimau, pemburu butuh modal untuk membeli sling jerat dan
logistik di hutan. Dalam berkongsi ini, posisi tawar pemburu lemah
karena harga ditentukan pemodal.

Pemasaran tubuh harimau memerlukan makelar, penampung,
dan perantara. Di setiap mata rantai itu, harga tubuh harimau pasti
naik. Ini biasa dalam bisnis gelap—persis seperti sindikat narkoba,
setiap pelaku ingin meraup keuntungan.

Dengan mata rantai yang panjang, dan setiap jenjang pelaku
menaikkan harga, perdagangan tubuh harimau menjadi bernilai
tinggi. Semakin panjang mata rantainya, di ujung akhir perdagangan,
harga harimau semakin tinggi.

Pendek kata, perdagangan harimau sumatra merupakan bisnis
yang menjanjikan keuntungan besar di setiap tingkat pelaku.
Umumnya, harimau dijual dalam bentuk bagian organ tubuh: kulit,
tulang, tengkorak, kumis, penis, taring, dan kuku. “Bisa juga dijual
secara paket: kulit dan tulang,” ungkap Subchan.

Harga kulit dan tulang harimau bervariasi di tingkat pemburu.
“Harga tergantung pada grade atau panjang kulit, dari ujung hidung
sampai pangkal ekor,” timpal M Razali, anggota tim Pelestarian
Harimau. Kriteria ukuran dan kualitas kulit harimau ditentukan
para pemain di pasar gelap. “Semakin panjang dan besar, harganya
semakin mahal. Di tingkat pemburu, harga kulit berkualitas bagus
bisa mencapai puluhan juta rupiah.”

Panjang kulit di bawah 1,5 meter tidak masuk ukuran pasar gelap.
“Jadi, harganya tergantung pada tawar-menawar. Panjang 1,2 meter
mungkin seharga belasan juta rupiah. Kalau ukuran 1,6 meter ke
atas sudah sampai puluhan juta rupiah. Tapi, kalau sudah masuk ke
perantara lain, harga bisa naik lebih tinggi,” papar Rajali.

Pada saat ini, banyak juga pembeli yang hanya mencari tulang
dan taring. “Asal berkualitas bagus, taring dan tulang lengkap
sudah puluhan juta rupiah. Bahkan, satu taring sepanjang di atas
8 sentimeter, ada yang menghargai belasan juta rupiah. Itu harga
satu taring, kalau lengkap empat taring, tinggal hitung nilainya…,”
Subchan menuturkan.

Membentengi Masa Depan 19

Informasi jejak ada harganya. “Di Bengkulu, memberikan

informasi jejak bisa dapat satu juta rupiah.”

BUKTI KEJI Bagi sindikat perdagangan gelap, kulit, tulang, kumis,
dan organ lain harimau hanya semata komoditas: diburu, dijual, lalu
meraup uang haram.
20 GARDA HARIMAU

BERAPA PUN HARGANYA, tempat terakhir kulit, tulang, dan organ
tubuh harimau adalah di tangan pembeli. Pembeli memiliki latar
belakang dan level yang beragam. Satu pembeli dapat terhubung
dengan pembeli lain sehingga dalam satu kasus transaksi dapat
ditemukan dua sampai tiga pembeli untuk produk yang sama.

Senior Wildlife Crime Unit Specialist Wildlife Conservation
Society Indonesia Program, Giyanto, menuturkan bahwa untuk
harimau sumatra, pasar terbesar ada di Indonesia. “Kebanyakan
pembeli adalah kolektor yang menginginkan kulit harimau. Jadi
untuk kulit harimau, pasar terbesar sebenarnya di dalam negeri.
Sementara untuk taring dan tulang, pasarnya lebih banyak di luar
negeri, terutama Cina untuk obat-obatan.”

Kolektor, imbuh Giyanto, umumnya orang yang berduit dengan
latar belakang beragam. Ada pejabat, ada pengusaha, ada paranormal,
dan sebagainya. “Itu untuk prestise karena kulit harimau dipandang
punya tuah, entah nanti akhirnya berbentuk patung obsetan, karpet,
ataupun hiasan dinding,” Giyanto mengungkapkan.

Jadi, ada dua kelompok besar di tingkat pembeli. Kelompok
pertama: pembeli lokal Indonesia. Mereka terhubung dengan
berbagai kelompok yang saling membantu dan punya wilayah operasi
sendiri. Kelompok kedua: pembeli lintas-provinsi atau skala ekspor.
Mayoritas pelaku kelompok ini warga negara asing Cina ataupun
WNI etnis Tionghoa. Pelaku membatasi bisnisnya di kalangan etnis
tertentu, atau sebatas lingkar keluarga besar. Kelompok kedua ini
didominasi pembeli berlatar belakang etnis Tionghoa karena pasar
terakhirnya adalah Cina atau Vietnam.

Di dalam bisnis keluarga atau etnis tertentu, kepercayaan akan
mudah tercipta bila mitra bisnis juga dari kalangan yang sama. Karena
itu pula, tertangkapnya seorang pelaku tak serta-merta menghentikan
kejahatan, lantaran bisnis haramnya beralih ke anggota keluarga
yang lain. Fenomena ini hanya dijumpai di perdagangan gelap untuk
satwa tertentu: harimau, trenggiling, kepala rangkong gading.
TITIK KRUSIAL dalam perdagangan tubuh harimau tentu saja
transaksi antara penjual dan pembeli. Penjual yang berhadapan
dengan pembeli bisa saja si pemburu, rekan pemburu, penampung,
pemodal, ataupun makelar.

Transaksi bermula dari adanya penawaran melalui berbagai
cara: iklan di media sosial, toko online, toko barang antik, ataupun
informasi berantai dari mulut ke mulut. Atau sebaliknya, pembeli
yang sengaja mencari ke jaringan gelap perdagangan tubuh harimau.

Membentengi Masa Depan 21

Pada 2014, International Fund for Animal Welfare (IFAW) SENTUHAN MAUT
meneliti perdagangan satwa via Internet di 16 negara. Hasilnya,
perdagangan hidupan liar daring sebanyak 33.006 di 280 situs web Meski begitu
terbuka. Tak kurang 9.482 iklan daring menawarkan spesies hidupan telanjang terlihat,
liar Appendix I dan II konvensi internasional perdagangan spesies jerat satwa mangsa
terancam punah CITES—termasuk harimau sumatra. ini sangat mungkin
menyasar harimau.
Setelah ada kesepakatan antara penjual dan pembeli, terjadilah Sekali menyentuh,
transaksi. Caranya beragam. Yang paling sering, pembeli bertemu satwa akan
langsung dengan penjual. Si pembeli bawa uang tunai, penjual bawa terpelanting dan
tubuh harimau. Modus ini kerap dilakukan bila penjual dan pembeli terjerat.
masih di level kabupaten atau provinsi.

Namun, Giyanto menegaskan, modus transaksi kini semakin
canggih dan rumit. “Pelaku terus mengubah modus operandinya,”
tuturnya, “bahkan, hanya untuk melihat kulit atau bagian tubuh
harimau, penjual meminta uang muka. Setelah itu, baru transaksi
bisa dilanjutkan.”

Berkembangnya Internet dan media sosial turut mengubah
strategi perdagangan harimau dalam lima tahun terakhir. Yang semula
pertemuan langsung dan terbatas antara penjual dengan pembeli, kini
berubah ke transaksi daring atau online. Transaksi daring lebih praktis,
murah, aman, dan menjangkau pasar global.

Dalam perkembangannya, imbuh Giyanto, “Selama dua-tiga
tahun terakhir, transaksi memakai rekening bersama. Sebagian

22 GARDA HARIMAU

UNTUK SANTAPAN? penyedia jasa rekening bersama mengetahui uang yang masuk dari
penjualan ilegal satwa liar. Tapi dia tidak mau tahu, dan mengambil
Serpihan bulu keuntungan dari transaksi itu.”
yang ditinggalkan
Saat kesepakatan tercapai, bila pembeli berada di lain wilayah,
pemburu. Bisa pengiriman memakai jasa pihak ketiga, baik kurir, bis, kendaraan
jadi, bulu ini sisa- travel, maupun layanan pengiriman barang. Iswandi menuturkan,
sisa burung yang pengiriman kulit harimau dari Bengkulu biasa menggunakan jasa
dijadikan santapan pengiriman paket ataupun travel lewat darat. Tujuan akhir barang
sudah lintasprovinsi dan lintaspulau.
pemburu untuk
bertahan hidup di Dibandingkan dengan kejahatan lain, pengiriman tubuh harimau
relatif lebih mudah melintasi provinsi maupun pulau. Bahkan bisa
hutan. menembus batas negara. Titik-titik strategis jalur perdagangan harimau
ada di bandar udara dan pelabuhan. Penyelundupan antarprovinsi
atau antarpulau melalui pelabuhan kecil kerap luput dari pindaian
petugas. Apalagi petugas di bandara atau pelabuhan tak jarang kurang
jeli dalam pemeriksaan dokumen maupun isi paket.

Para pelaku umumnya memakai jalur darat dan laut karena aman
dan murah ketimbang jalur udara. Tubuh dan tulang harimau dapat
disamarkan dalam sebungkus paket selayaknya barang kiriman
biasa. Dan, tinggal menyelipkan di antara barang-barang lain, paket
haram itu dengan mudah sampai ke tangan penerima. “Alamat
penerima sering kali juga palsu dan yang mengambil orang lain,”
imbuh Iswandi.

Membentengi Masa Depan 23

PADA AKHIRNYA Nasib barang bukti tergantung pada keputusan
hakim: disimpan untuk negara atau dimusnahkan. Untuk yang
satu ini, pengadilan memutuskan untuk dimusnahkan. Vonis untuk
memberikan efek jera bagi pelaku, dan pemburu yang lain. Lantas,
bagaimana dengan nasib si harimau pemilik kulit?
24 GARDA HARIMAU

BETAPA RUMIT MATA RANTAI perdagangan gelap tubuh harimau
sumatra. Rentang tindak kejahatan mencakup wilayah yang luas dan
melibatkan banyak pelaku di berbagai level pasar gelap.

Jelaslah, perburuan yang menusuk ke jantung habitat mengancam
kelestarian harimau. Sebagai satwa langka yang dilindungi dan
terancam punah, populasi harimau di sekujur Sumatra tak lebih dari
600 ekor. Populasi ini tersebar di lanskap-lanskap konservasi harimau
dari ujung utara sampai selatan Pulau Sumatra. Sebagian populasi
berada di kawasan konservasi yang luas, sebagian lagi mendiami
kawasan hutan yang telah berkeping-keping.

Namun, tak ada tempat yang benar-benar aman bagi pemangsa
kelas atas ini. Permintaan pasar gelap dengan harga menggiurkan
memicu perburuan hampir di semua habitat harimau sumatra.
Demi menangkal perburuan, para pelestari dan pengelola kawasan
konservasi berupaya untuk melindungi populasi harimau di alam.
Perang terhadap perburuan dan perdagangan ilegal berkecamuk di
dua wilayah: di dalam dan di luar kawasan konservasi.

Di dalam kawasan konservasi, pegiat konservasi bersama
pengelola menggelar patroli untuk melindungi habitat dan populasi
harimau. Sedangkan di luar kawasan konservasi, pegiat konservasi
bersama jagawana dan polisi melakukan penegakan hukum.
Dua operasi di dua wilayah ini untuk melumpuhkan, dan bahkan
memusnahkan, jaringan perdagangan harimau. “Selain berpatroli
di taman nasional, tim juga melakukan penegakan hukum di luar
kawasan,” papar Nurhamidi, field manager Pelestarian Harimau
Sumatera Kerinci Seblat. “Jadi, ada tukar informasi antara tim patroli
di taman nasional dengan tim investigasi di luar kawasan,” lanjutnya.

Dari hasil patroli, tim investigasi di luar kawasan dapat melacak
siapa pemburu yang memasang jerat di dalam kawasan. Sebaliknya,
tim investigasi memberikan informasi kepada tim patroli tentang
masuknya pemburu ke dalam taman nasional. Berbekal informasi itu,
tim menentukan jalur patroli untuk menangkal perburuan harimau
di taman nasional. Dengan demikian, Nurhamidi menambahkan,
“Upaya investigasi dan patroli untuk memperluas cakupan penegakan
hukum. Jadi, tidak terbatas di kawasan taman nasional.”

Narasi besar upaya perlindungan itu untuk melestarikan harimau
di hutan Sumatra. Sebuah ikhtiar agar pemburu dan sindikatnya
tidak merampas masa depan harimau; dan kelak, generasi Indonesia
masih sempat melihat harimau. Bangsa ini akan kualat besar bila
pengalaman punahnya harimau jawa dan harimau bali terulang di
tanah Sumatra.***

Membentengi Masa Depan 25

BAGIAN DUA

PARA PEJUANG
HARIMAU

INILAH GARDA YANG BERGERAK DI GARIS DEPAN PERLINDUNGAN
HARIMAU SUMATRA. MENJELAJAHI RIMBA RAYA UNTUK MENYAPU

JERAT, MENGENDUS JEJAK PEMBURU, PEMBALAK, DAN PERAMBAH.
GARDA YANG BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN SIAPAPUN

YANG MENGANCAM KELESTARIAN HARIMAU. PARA PENGAWAL INI
MENJADI SAKSI: ANCAMAN UTAMA KONSERVASI HARIMAU ADALAH

MANUSIA.

TA N D A B ATA S

Rambu-rambu ini Bagi tim patroli, titik
ditujukan terutama pemasangan menandakan
kepada pemburu yang wilayah yang rawan:
(pasti) masuk Taman banyak orang menyelinap
Nasional Kerinci Seblat. dengan niat buruk.



Pukul 09.45: markas tim Pelestarian Harimau
Sumatera Kerinci Seblat. Pada pagi yang kering
itu, seluruh anggota tim memadati markas yang
terletak di pinggiran Sungai Penuh, Kerinci, Jambi.
Hari itu mereka balik kandang setelah berlibur

pulang kampung.

28

FOTO KIRI Jeda dari beban rutin telah memulihkan energi tim. Dan tugas
mulia kembali memanggil seluruh anggota untuk berkumpul.
Bentang alam Kendati berlibur, rupanya tim tetap menunaikan peran sebagai
taman nasional pelestari harimau. “Tim tetap memasang mata dan telinga untuk
didominasi ratusan mencari informasi di kampung maupun di kampung lain,” kata
Muhammad Subchan, koordinator Pelestarian Harimau Sumatera
bukit. Selain Kerinci Seblat (PHSKS) wilayah Jambi.
fisik yang tahan
banting, anggota Mereka menangkap kabar yang berhembus di masyarakat: adakah
pemburu yang masuk ke Taman Nasional Kerinci Seblat. Pengalaman
tim juga harus panjang membentuk DNA anggota bernaluri intelijen: mengendus
punya kemampuan kabar mencurigakan, menyatukan keping-keping informasi, merawat
sumber dan simpul informasi. “Jaringan telah terbentuk cukup lama
persuasif, peka sehingga tim mudah mendapatkan informasi,” tegas Subchan.
membaca situasi,
Berita sekecil apapun tentang perburuan dan perdagangan ilegal
tahan tanpa bernilai penting dalam ikhtiar konservasi harimau. Kadang informasi
komunikasi dengan masih mentah, kadang lumayan matang. Tapi, informasi yang benar-
benar matang teramat langka. “Karena itu sebelum berpatroli, tim
dunia luar. membahas informasi apapun dari hasil investigasi dan analisis data.”

Bila pun tak ada informasi yang masuk, untuk merencanakan
patroli rimba, tim menimbang sejumlah aspek: kerawanan wilayah,
tingkat aktivitas manusia, dan wilayah yang lama tak tersentuh patroli.
“Tim bisa saja menentukan jalur patroli di daerah-dareah yang rawan
perburuan,” sambung Subchan.

Pada hari itu, tim menggelar taklimat atau briefing untuk
menentukan jalur patroli. Setiap anggota mengabarkan perolehan
informasi selama liburan. Dari hasil investigasi, beberapa anggota
menerima kabar pemburu diduga masuk taman nasional melalui
beberapa lokasi. Ada dua jenis informasi yang menjadi dasar
perencanaan patroli: investigasi dan analisis data. “Informasi selama
liburan merupakan hasil investigasi; sementara dari sisi data, tim
memiliki informasi tentang wilayah yang perlu dipatroli.”

Akhirnya, tim menentukan empat trayek patroli: Bedeng Tujuh,
Renah Punti, Ulu lunang, dan Koto Ipuh. Empat unit akan turun ke
empat jalur patroli dari sisi wilayah Jambi.
TIM PELESTARIAN HARIMAU SUMATERA terbentuk pada 2000. Saat
itu, ada Program Pelestarian Harimau Sumatera di taman nasional
dari Fauna & Flora International. Program ini lantas membentuk
Tiger Protections and Conservations Unit (TPCU). Unit inilah cikal-
bakal tim Pelestarian Harimau Sumatera saat ini, dengan tugas
berpatroli rimba, investigasi, mitigasi konflik dan penegakan hukum.

Para Pejuang Harimau 29

MEDAN JELAJAH Ini gambaran umum medan patroli tim Pelestarian
Harimau Sumatera di taman nasional. Foto diambil di sekitar daerah
penyangga Desa Pasir Jaya, Kerinci, Jambi.
30 GARDA HARIMAU

Para Pejuang Harimau 31

Saat ini, tim terdiri dari enam unit: tiga bekerja di wilayah Jambi
dan tiga di wilayah Bengkulu. Seorang field manager membawahi
seluruh tim di dua wilayah tersebut. Agar operasi berjalan lancar,
dua orang koordinator mengendalikan unit-unit patroli di setiap
wilayah: Jambi dan Bengkulu.

Setiap unit yang berpatroli di lapangan dipimpin seorang kepala
dengan tiga anggota. Jumlah personel bisa bertambah sesuai situasi
dan tujuan patroli. Kepala unit dipegang polisi hutan taman nasional
dengan anggota dari masyarakat.

Bayangkan, dengan sepak terjang sejak 2000, tim ini telah
menghimpun segala informasi: jalur patroli, titik temuan jerat, lokasi
perambahan, titik pembalakan liar, dan merekam semua orang
yang masuk taman nasional tanpa izin. Timbunan data itulah yang
menjadi bekal perencanaan patroli.
HARI ITU, TIM YANG AKAN berpatroli baru dari sisi wilayah
Jambi, yang bekerja di Kerinci dan Bangko. Sementara itu, di
wilayah Bengkulu, ada juga tim yang bekerja di Bengkulu Utara dan
Mukomuko. “Ada tiga unit Pelestarian Harimau Sumatera di Jambi
maupun Bengkulu. Seluruhnya ada enam unit,” terang Nurhamidi,
field manager Pelestarian Harimau Sumatera.

Dengan demikian, pada saat yang bersamaan, tim patroli bergerak
dari dua arah: Jambi dan Bengkulu. Mereka berpatroli di wilayah
kerja masing-masing sesuai dengan situasi setempat.

Wilayah kerja tim berfokus di bagian tengah Taman Nasional
Kerinci Seblat. Tapi, dalam keadaan mendesak, tim bisa menjangkau
wilayah lain, baik sisi utara maupun selatan taman nasional—yang
berada diluar wilayah kerja tim.

“Saat darurat, tim bisa bekerja kapan saja, baik saat libur maupun
hari kerja. Bisa saja tim Bengkulu berpatroli sampai Jambi, atau tim
Jambi menembus sampai Bengkulu. Bila ada perkembangan penting
dari tim investigasi, patroli ditunda, dan tim melakukan penegakan
hukum [di luar taman nasional],“ Nurhamidi memaparkan.

Bayangkan, luas taman nasional yang melindungi habitat dan
populasi harimau ini membentang sekitar 1,4 juta hektare. Begitu
luasnya, tak heran kawasan taman nasional tercakup dalam empat
provinsi: Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatra Selatan.

Bila hanya mengacu luas daerah inti, atau core area, untuk
pemantauan dan perlindungan populasi harimau, cakupan kerja tim
patroli hanya meliputi 10 persen luas taman nasional.

32 GARDA HARIMAU

DI SELA RONDA Di daerah inti tersebut, tim Monitoring Harimau Sumatra Kerinci
Seblat – Fauna & Flora International Indonesia Programme (MHSKS
Menjelajahi nyaris – FFI-IP) rutin memantau dinamika populasi dan kondisi habitat
setiap pelosok harimau. Dengan demikian, tim Pelestarian Harimau Sumatera dan
tim Monitoring Harimau Sumatra bekerja saling melengkapi, yaitu
taman nasional, melindungi dan memantau harimau.
tim tahu titik-titik
menawan di tengah Tentu upaya tersebut demi kelestarian sang raja rimba di bentang
hutan. Jeda sejenak alam Kerinci Seblat. Kawasan taman nasional mencakup salah
satu lanskap utama dan terluas dalam konservasi harimau di tanah
di sela patroli, Sumatra. Dengan kata lain, kawasan ini penting dalam menentukan
membasuh tubuh masa depan si kucing besar.

dengan air yang Rupabumi taman nasional didominasi rangkaian Bukit Barisan
sejuk. yang memuncak di Gunung Kerinci—atap tertinggi Sumatra. Nyaris
tak ada tanah datar. Hampir seluruh bentang alam adalah pematang
bukit, puncak bukit, lembah, dan sungai.

Bila Anda ikut berpatroli, hanya ada dua pilihan medan: menanjak
dan menurun, entah curam atau landai. Bila menemukan jalur datar,
itu sedikit bonus selama penjelajahan patroli.

Topografi yang berbukit-bukit membuat lanskap Kerinci Seblat tak
tersentuh sinyal telekomunikasi. Seringkali, saat menghadapi situasi
mendesak, tim rimba harus mencari dan menemukan titik sinyal
untuk berkomunikasi dengan tim di luar. Tim perlu beberapa hari
untuk menemukan lokasi sinyal.

Itu baru tantangan di medan lapangan.

Para Pejuang Harimau 33

Informasi sekecil apapun

tentang perburuan dan perdagangan
ilegal bernilai penting dalam
upaya perlindungan harimau.

Tantangan yang lebih berat adalah menghadapi manusia.
Orang yang masuk ke taman nasional bisa saja pemburu harimau,
pemikat burung, pemancing ikan, pencari gaharu, pembalak liar,
atau perambah. Karena tanpa surat izin masuk kawasan konservasi,
mereka pasti punya niat dan tujuan ilegal. Itu berbeda dengan orang
yang bertujuan baik—seperti penelitian, yang berbekal izin.

Nurhamidi menyatakan, patroli rimba untuk melestarikan
harimau di hutan habitatnya. Artinya, selain menangkal perburuan,
tim juga melindungi keutuhan hutan habitat. Tentu mengejutkan
bila melestarikan sang raja rimba sementara hutan habitatnya rusak.
“Tim melindungi habitat harimau terutama melalui penegakan
hukum untuk perambahan dan pembalakan liar. Soalnya, dua hal itu
yang merusak habitat harimau.
PADA HARI TERANG TANAH itu, empat unit telah siap berpatroli.
Setiap personel membawa ransel berisi logistik minimal seberat 20
kilogram. “Hari pertama beban masih berat karena logistik masih
utuh,” kelakar M Razali, salah seorang kepala unit patroli.

Dalam ransel itu menumpuk berbagai macam kebutuhan tim:
terpal plastik untuk kemah, sayur-mayur, bumbu masakan, obat-
obatan, dan bejibun makanan kecil.

Yang terpenting: api, garam, cabe, beras.
Untuk air, tim dapat memperoleh di sungai-sungai. Tak lupa,
blanko untuk mencatat berbagai temuan dan surat peringatan
bermaterai bagi pelaku kriminal di taman nasional.
Dengan mobil gardan ganda, mereka berangkat dari markas tim
Pelestarian Harimau Sumatera. Untuk mencapai titik nol saja, titik
mulai berjalan kaki, tim perlu dua jam perjalanan—tergantung jalur
patroli. “Itu belum sampai pintu rimba,” papar Subchan, “tergantung
jalur patroli, kadang untuk sampai pintu rimba bisa tiga sampai
empat jam perjalanan kaki.”
Hari pertama biasanya untuk mencapai pintu rimba taman
nasional, lalu mendirikan kamp untuk bermalam. Kamp didirikan di
tepi sungai agar tim mudah mendapatkan air.

34 GARDA HARIMAU

KAMP SEMALAM Menjelang sore, tim menentukan titik untuk kemah
bermalam. Tim menentukan titik kamp di tepi sungai agar mudah
mendapatkan air. Bila terlambat menentukan lokasi kamp, dan hari
menjelang petang, tim akan kesulitan mencari air. Penentuan titik
kamp merupakan bagian penting dalam rencana jalur patroli.

Para Pejuang Harimau 35

JEDA RIMBA Usai mendirikan tenda pada sore hari, sebagian
anggota terlelap sambil menunggu malam (atas). Setiap personel
dituntut bisa memasak untuk kelangsungan hidup selama ronda
kawasan. Meski begitu, tetap saja hanya satu-dua orang yang jago
memasak. Logistik selama patroli dibagi rata ke seluruh anggota tim
patroli. Apapun keadaan, asalkan ada beras, cabe, garam (kanan).
36 GARDA HARIMAU

Para Pejuang Harimau 37

Misalnya saja, tim yang memulai berpatroli dari Ulu Lunang,
Tapan, Sumatra Barat. Tim ini harus menempuh perjalanan dua jam
ke titik nol. “Untuk ke Ulu Lunang, tim melewati dua provinsi: Jambi
dan Sumatra Barat,” ujar Subchan.

Perjalanan sebenarnya menyenangkan: melalui jalan beraspal
antara Sungai Penuh, Jambi, ke Tapan, Sumatra Barat. Jalan yang
membelah taman nasional ini berkelok-kelok dan dilewati truk-
truk besar. Tak ayal, sesampai di titik turun, tepat di tepi jalan yang
meliuk-liuk tajam, sebagian anggota patroli nampak rada lesu.

Tim memilih jalur Ulu Lunang lantaran ada kabar pemburu yang
memasang jerat dari sisi Tapan. Dua tahun lalu, kata Subchan, pernah
ada kabar pemburu masuk dari sisi Ulu Lunang. “Tim berpatroli,
dan memang benar ada jerat.” Tak ingin kecolongan, tim merespon
informasi itu dengan menggelar patroli.
EMPAT UNIT TELAH masuk ke belantara taman nasional. Selama
berpatroli, tim akan menelisik setiap tanda keberadaan harimau:
jejak, kaisan cakar, dan kotoran. Begitu juga, tim mencatat jejak-jejak
hewan mangsa harimau. Sebagai pemangsa, kelangsungan hidup
harimau sangat tergantung pada ketersediaan mangsa di habitatnya.
Melindungi harimau berarti melindungi satwa mangsanya pula.

Sekali menjelajahi jalur patroli, tim tidak pernah tahu apa yang
akan terjadi di dalam hutan. Tim tak pernah tahu kapan dan di mana

38 GARDA HARIMAU

NIKMAT PATROLI Bila hujan, air tak jarang menggenang di bawah
lantai terpal plastik. Gelap, dingin dan sendu dalam kesunyian rimba
raya. Yang penting, tiada badai yang merobohkan pepohonan.

akan bertemu dengan pemburu. Ini mengingat di kedua sisi wilayah
kerja tim, Bengkulu dan Jambi, banyak akses menuju kawasan taman
nasional.

“Dari sisi Jambi saja, banyak sekali jalan masuk ke taman
nasional,” ungkap Subchan. “Pemburu yang masuk taman nasional
sudah lintasprovinsi. Mereka bisa masuk dari Bengkulu keluar di
Jambi; atau, dari Jambi keluar di Bengkulu.”

Dari hasil patroli selama ini, para pemburu terbukti sudah
menusuk ke jantung taman nasional. “Artinya, banyak jalur masuk
dan pintu keluar, lintaskabupaten dan lintasprovinsi,” imbuhnya.

Informasi awal tentang dugaan pemburu memasang jerat
seringkali masih mentah. Tim tidak pernah tahu pasti di mana
jerat dipasang pemburu. Sehamparan wilayah patroli terdiri dari
puluhan pematang atau punggung bukit. Sehingga, tim tak mudah
menentukan di pematang mana pemburu menebar jerat.

Sekali menyusuri satu pematang, tim tidak bisa serta-merta
berpindah ke punggung bukit lain. Jika medan sulit: berlereng curam
dengan aliran sungai besar di dasar lembah, tim perlu waktu satu-
dua hari untuk pindah pematang.

Para Pejuang Harimau 39

MAUT TERSEMBUNYI Di antara lapisan serasah, tersamar jerat satwa
mangsa (atas) dan jerat burung yang dipasang pemburu. Tugas tim
melumpuhkan jerat-jerat ini.
40 GARDA HARIMAU

Jalurnya kira-kira begini. Tim menuruni lereng, menyeberangi
sungai, lalu mendaki lereng untuk sampai ke pematang sebelah.
Namun, saat sampai di kaki lembah pematang sebelah, tim akan
melihat waktu.

Kalau hari menjelang sore, tim akan menunda mendaki lereng—
untuk sampai ke puncak pematang. Tim akan bertahan di lembah,
lalu mendirikan kamp inap di tepi sungai. Bila memaksakan diri
mencapai pematang saat sore, tim pasti melewati malam sengsara
karena tidak ada sumber air.

“Air adanya di lembah, di sungai. Air sangat penting untuk
minum dan memasak,” ujar Subchan. Tidak lucu semalaman tanpa
air dan tidak makan.

(Bayangkan berjalan di pematang sawah. Anda tak bisa pindah
pematang dengan menerabas tanaman padi—kecuali ingin dihardik
oleh pemilik sawah. Anda harus tetap berjalan menyusuri pematang
menuju ke pematang tujuan.)
DALAM MENELISIK lokasi jerat, tim mengandalkan pengalaman
dan data. Jam terbang yang tinggi menempa kemampuan tim
dalam membaca pematang-pematang yang rawan. “Tim sudah
berpengalaman,” tutur M. Razali, salah satu anggota senior.

Ia menuturkan, pemburu harimau biasanya memasang jerat di
pematang, terutama di pematang yang sempit. “Mau tak mau harimau
pasti melewati pematang yang sempit itu,” sambung Razali. “Harimau
tidak melewati lereng maupun lembah. Dengan meletakkan jerat di
pematang, pemburu lebih mudah mendapatkan harimau. Selain itu,
pemburu juga mudah memeriksa jerat, apakah ada harimau yang
tertangkap.”

Kebiasaan harimau memang menjelajah di pematang bukit.
Perilaku ini mengikuti lintasan mangsa, seperti rusa sambar, napu,
kijang, yang juga biasa melewati pematang. Dengan mengikuti
mangsa, harimau mudah mencari pakan. (Sebagian warga Kerinci
memandang harimau sebagai penunggu pematang.) Perilaku
menjelajah harimau berbeda dengan gajah dan badak sumatra, yang
menerabas ke mana saja, mengikuti tumbuhan pakan.

Sayangnya, pengetahuan tentang perilaku harimau itu juga
dipakai pemburu. Otak kriminal menuntun pemburu untuk
memasang jerat di pematang-pematang bukit. Sekali menemukan
jejak di pematang tertentu, di situ pemburu menebar jerat. Subchan
menuturkan, pemburu biasanya memasang lima sampai tujuh jerat
di satu pematang.

Para Pejuang Harimau 41

Jerat harimau dipasang di beberapa titik, berderet mengikuti MEMATIKAN JERAT
jalur pematang. “Itu karena harimau berjalan soliter mengikuti
alur pematang. Ia jarang menuruni lereng atau berjalan di lembah,” Tim sedang
ungkap Jayendri, administratur Pelestarian Harimau Sumatera. mematikan jerat
aktif dengan
Sementara untuk menjerat hewan mangsa, pemburu menempatkan memotong tali yang
beberapa jebakan secara melintang di pematang. “Hewan mangsa terkait pada batang
biasa berjalan berombongan di pematang, lembah, dan tepi sungai,” kayu pelontar
lanjut Jayendri. “Karena itu, jerat disebar secara melintang.” (atas). Dengan
melumpuhkan jerat,
Dengan menebar banyak jebakan, pemburu punya peluang lebih tim telah mencegah
besar untuk menangkap harimau. Luput di satu jerat, masih ada perburuan harimau
peluang di jerat-jerat yang lain. di habitatnya. Jerat
sling baja sungguh
Kedua jenis jebakan itu, jerat harimau dan jerat satwa mangsa, fatal bagi harimau
sama-sama mematikan bagi harimau. Jerat harimau sudah pasti (kiri).
mematikan lantaran terbuat dari sling baja berukuran besar—
minimal seukuran jari kelingking orang dewasa. Sekali terjerat,
harimau mustahil bisa melepaskan diri.

Harimau yang terjerat akan mengamuk untuk meloloskan diri
selama berhari-hari—bila pemburu tak ada di lokasi jerat. Pepohonan
porak-poranda. Seandainya pemburu tak juga datang, ia akan lemas
kelaparan, kurus, lalu mati. Tapi pembunuh sebenarnya adalah kuman
dari infeksi luka jeratan.

Bila pemburu datang berarti datang pula si pencabut nyawa.
Sementara itu, jerat hewan mangsa mematikan dari dua sisi:
mengurangi sumber pakan dan juga menjerat harimau. Dampak
berkurangnya satwa mangsa bersifat jangka panjang.

42 GARDA HARIMAU

Dampak jangka pendeknya: bila sling jerat satwa mangsa
menyasar harimau. “Harimau mungkin bisa melepaskan diri karena
sling jerat satwa mangsa berukuran lebih kecil atau terbuat dari tali,”
jelas Jayendri. “Tali bisa saja putus.”

Bila pun bisa lepas, si harimau bakal cacat sumur hidup: telapaknya
putus. Seringkali bagian yang cacat permanen adalah salah satu kaki
depan. Padahal, sepasang kaki depan berfungsi layaknya tangan
untuk menyergap mangsa. Kaki depan yang kokoh dengan cakar
setajam pisau merupakan fitur penting dalam berburu—selain taring
dan mata yang awas. Kemampuan berburu harimau berkaki buntung
jelas berkurang. Ia lalu mencari mangsa mudah: hewan ternak. Bila
begitu, pecahlah konflik antara harimau dengan manusia.
PARA PEMBURU menyerang langsung di daerah jelajah harimau.
Mereka profesional oportunistik. Sebagai pemburu spesialis, mereka
memahami perilaku dan daerah jelajah harimau. Mereka trampil
merangkai jerat yang efektif: murah, ringan dibawa, gampang
disembunyikan, tersamar, dan mematikan. Itulah profil ringkas
pemburu harimau yang dihadapi tim Pelestarian Harimau.

Dan, tugas mencegah perburuan di Kerinci Seblat berada
di pundak tim ini. Nurhamidi mengingatkan, upaya mencegah
perburuan hanya dapat dilakukan di lapangan. Maksudnya, tim
mencegah jerat tidak mengenai harimau. Kalau sudah terjerat,
dibunuh, lalu harimau dibawa keluar hutan, berarti tak ada lagi
pencegahan. Yang ada penegakan hukum.

Para Pejuang Harimau 43

ROMBONGAN PENYELINAP Tim kerap memergoki orang-orang
memasuki taman nasional entah untuk mancing, memikat burung,
ataupun yang lainnya. Banyak dalih yang bisa digunakan oleh
penyelinap. Namun tim dituntut tegas: mengingatkan, dan dalam
kasusu tertentu mengusir. Misalnya, tim mengusir empat orang
pemancing ikan dengan setrum (kanan).
44 GARDA HARIMAU

Para Pejuang Harimau 45

MEMBAHAYAKAN MANUSIA Anggota tim Monitoring Harimau
Sumatera Kerinci Seblat - Fauna & Flora International Indonesia
Programme menjadi korban jerat harimau. Sling baja menjerat kaki
salah seorang anggota yang nampak meringis kesakitan.

FOTO: BALAI BESAR TNKS - MHSKS FFI

46 GARDA HARIMAU

Untuk itu, selama berpatroli, tim menelisik setiap jebakan yang
dipasang pemburu. Di lapangan, tim harus mampu membaca
tanda-tanda adanya jerat: kode di pohon di sekitar jerat, jejak-jejak
kaki, atau titik-titik tertentu di pematang sempit. “Pemburu sering
menandai lokasi jerat dengan kode tertentu di pohon,” tutur Muslim.

Kode itu sebenarnya untuk memberitahu pemburu lain bahwa jerat
itu ada pemiliknya. “Sandi itu sekaligus menandai wilayah perburuan,
dan biasanya pemburu lain juga sudah tahu.”

Liciknya, pemburu menyamarkan jerat dengan dedaunan dan
serasah. Tali sling yang terkait dengan pohon pelontar misalnya,
biasanya ditutupi dengan rangkaian dedaunan. “Kadang jerat tidak
terlihat dari jauh karena pemburu menyamarkan dengan dedaunan
dan serasah. Namun, tim patroli sudah terbiasa. Kadang dari jauh
tim sudah tahu, dan dari dekat semakin terlihat,” ungkap Jayendri.

Lantaran tersamar, jerat harimau bisa menyasar anggota tim.
“Berbahaya. Kalau tidak memakai sepatu boot, kaki bisa terkilir,” jelas
Muslim. Kayu pelanting jerat harimau umumnya lentur tapi kuat
melontarkan sling. Lontaran sling itulah yang berbahaya.

(Pada Maret 2019, di Pelalawan, Riau, seorang jagawana hutan
tanaman industri terkena jerat harimau. Sejarak beberapa meter,
ternyata seekor harimau sumatra juga terjerat. Meski sempat
menyerang, si harimau tak bisa menjangkau si jagawana. Harimau
dan jagawana sama-sama menjadi korban jerat.)

Sekali menemukan jerat aktif, tim segera mematikannya. Saat
melumpuhkan jerat, tim mesti waspada: lontaran sling bisa melukai
tubuh. Langkah awalnya, Jayendri menuturkan, tim terlebih dahulu
memastikan apakah jerat masih aktif dan lubang jebakan masih utuh
belum terinjak. “Kalau masih aktif, belum kena harimau, tangkai
pelontar sling bisa dipotong terlebih dahulu. Setelah dimatikan, jerat
disita.”

Dengan melumpuhkan jerat, tim telah mencegah perburuan
harimau di taman nasional.
HANYA SAJA, selama berpatroli, tim jarang bertemu langsung dengan
pemburu harimau. Yang kerap terjadi, tim memergoki pemburu
satwa mangsa, pemikat burung, ataupun pencari ikan.

Tapi, jangan lupa hampir semua pemburu adalah oportunis. Mereka
adalah penjelajah rimba yang mengetahui taman nasional seisinya—
terutama tanda-tanda harimau. Pemikat burung atau pembalak liar
misalnya, bisa memberikan informasi tentang jejak kepada pemburu
harimau. Ini namanya ‘jual jejak’ kepada pemburu harimau.

Para Pejuang Harimau 47

PEMBALAK KABUR Salah satu tantangan terberat: pembalak liar
seringkali telah kabur sebelum sempat ditangkap tim patroli.
Mereka meninggalkan barang bukti kayu, gergaji mesin, alat lainnya
di kamp pembalakan.
48 GARDA HARIMAU

Karena itu, orang yang masuk taman nasional tanpa izin itu tak
bisa dipandang sebelah mata. “Bila bertemu mereka, tim mengobrol
secara baik-baik. Tim menanyakan nama, alamat, dan keterangan
lain. Dari keterangannya, tim bisa mendapatkan informasi lain terkait
perburuan harimau,” papar Muslim.

Betapa tak mudah menegakkan hukum di belantara. “Ia pasti
membela diri. Kadang ditanya nama saja, ia mengaku lupa atau tidak
tahu,” ungkap M. Razali, juga anggota tim.

Bila pun berjumpa dengan pemburu yang membawa jerat, tim
tak bisa melakukan tindakan hukum. Proses hukum baru dapat
dilakukan bila ada bukti satwa yang terjerat—dan sudah mati. Yang
bisa dilakukan, ungkap Razali, “Tim menyita jerat dan alat lain
yang terindikasi untuk perburuan. Tim lantas memberikan surat
peringatan bermaterai agar pelaku tidak mengulangi tindakannya.”

Untuk menegakkan peraturan, tim memang harus pandai
membaca situasi. Ini mengingat tim berada di pedalaman hutan,
tak ada dukungan tim lain, dan tanpa sinyal komunikasi. Tak jarang
pula, jumlah pemburu lebih banyak ketimbang tim patroli.

Nurhamidi menambahkan, untuk pelaku yang membawa senjata
api rakitan dan pembalak liar pasti diproses secara hukum. Orang
yang membawa senjata rakitan dapat dijerat dengan undang-undang
darurat 1951, sedangkan pembalak liar dengan Undang-undang
Kehutanan Nomor 41. Ada pasal yang melarang kedua perbuatan
ilegal itu. “Kalau hanya membawa jerat, belum ada pasal yang bisa
untuk menjerat pelaku; kecuali, ada barang bukti satwa buruannya.”

Tapi, tunggu dulu. Sekalipun pelaku diproses secara hukum, tim
mesti menimbang situasi. Pada beberapa kasus, biasanya tim bertemu
pemburu di pedalaman hutan yang berjarak dua-tiga hari perjalanan
sampai batas hutan. “Untuk menggiring pelaku keluar hutan perlu
satu-dua hari,” papar Razali, “padahal, jangan sampai tim menginap
di hutan bersama pelaku. Jadi, harus keluar hutan secepatnya."

Itu penggiringan yang sulit. Selain harus mengontak tim
pendukung, tim patroli juga perlu persiapan fisik dan mental. “Fisik
pembalak liar dan pemburu sangat kuat dan tahu kondisi lapangan.
Sementara tim patroli harus berpikir panjang: kekuatan fisik, beban
logistik, jarak tempuh, dan mencari sinyal untuk berkomunikasi
dengan tim di luar hutan.”

Satu lagi. Saat menggiring, tim kerap harus melewati kampung
domisili si tersangka. Perkara bisa runyam: warga kampung mencegat
dan memprotes tim. Keadaan bisa berbalik arah, justru tim yang
disandera warga. Dampaknya, tim terancam, kasus menguap.

Para Pejuang Harimau 49

ANDELA EKA PRASETYA mencari-cari sinyal. Di tengah kebun karet
itu, tak satu pun sinyal yang berdetak. Hari itu, ia menjemput tim
patroli yang keluar dari taman nasional. Posisinya di seputaran
Penarik, Mukomuko, Bengkulu. Wilayah di perbatasan taman
nasional ini didominasi kebun sawit dan karet. Jalan bertanah dan
berkelok-kelok. Di beberapa titik, ruas jalan berada di bibir jurang.

Ia terpaksa berhenti dekat jembatan ringkih. “Jembatan itu tidak
bisa dilalui,” sergah Andela, pengemudi tim Pelestarian Harimau
Sumatera wilayah Bengkulu.

Ia mencoba lagi menghubungi tim untuk memastikan titik
penjemputan. Belum sempat tersambung, sejurus kemudian, nampak
tim patroli berjalan cepat-cepat. Dengan selembar karung, mereka
memikul siamang yang terluka. Mendekati titik jemput, siamang
justru meronta. Ia tak mau lagi dipikul. Lantaran tinggal berjarak
beberapa meter dari mobil penjemput, tim memapah siamang.

Siamang nahas itu kusut, dehidrasi, dan demam. Kedua tangannya
lumpuh. Sebutir peluru yang menembus ketiak melumpuhkan tangan
kirinya, sedangkan tangan kanannya terluka tepat di sendi siku.

Saat pertama kali ditemukan tim, siamang tergeletak di setapak
hutan. Tim menyangka ia telah mati. “Ternyata masih hidup. Ia diam
saja, hanya matanya yang aktif,” kata Agus Setiabudi, salah seorang
anggota tim.

50 GARDA HARIMAU


Click to View FlipBook Version