SAAT SUBUH, tim mulai bergerak. Dara kembali dibius. Dalam
keadaan tidur, ia ditandu. Turun dari kamp darurat, tim penandu
melewati medan yang cukup curam, lalu menanjak. Karena dosis
obat bius cukup ringan, sesekali Dara nampak mulai sadar.
Berkat alat berat dari perkebunan sawit, beban tim penandu agak
ringan. Pukul 3 sore, Dara memasuki kandang yang layak, dan dalam
pantauan tim medis. Dengan alat berat, Dara menuju titik jemput,
lalu berpindah kendaraan. Tim mulai merasa santai setelah melihat
Dara melanjutkan perjalanan ke Bengkulu.
Setelah menjalani perawatan beberapa bulan di Bengkulu,
Dara diboyong ke Taman Safari Bogor, Jawa Barat. Di sana, dalam
perkembangannya, Dara punya anak tiga ekor.
NASIB DARA cukup mujur. Berkat kerja keras tim evakuasi, yang
melibatkan banyak pihak, ia selamat dan beranak-pinak. Setelah
melewati empat hari penuh siksaan, Dara selamat. Andaikan pemburu
yang datang, hidup Dara pasti berakhir. Ia menjadi saksi betapa keji
pemburu yang menjebaknya. Jerat telah melumpuhkan kakinya: satu
fitur penting sebagai pemangsa.
Dara bukan pengalaman yang pertama dan terakhir bagi tim
Pelestarian Harimau Sumatera. Selain Dara, tim di wilayah Bengkulu
saja telah mengevakuasi tiga harimau korban jerat. “Tim tiga kali
menyelamatkan harimau terjerat. Dua berhasil dievakuasi: Dara dan
Putri; lalu satu lagi bisa melepaskan diri,” ungkap Geovril.
Evakuasi pertama pada 2007, untuk menyelamatkan harimau
betina Putri. Meski sempat dirawat, akhirnya ia tak tertolong. Ia mati
lantaran infeksi yang merembet dari luka jeratan. “Putri terkena jerat
babi di perkebunan cokelat. Tim melihat itu bukan jerat babi karena
tangkai kayu pelontar kuat dengan sling berukuran besar.”
Seekor lagi, bisa menyelamatkan diri. Pada September 2017, tim
patroli menemukan seekor harimau yang terjebak. Belum sempat
diselamatkan, ia berhasil meloloskan diri. Telapak kakinya putus dan
tertinggal di sling baja.
Tiga peristiwa tersebut menunjukkan jerat pemburu bagaikan
spiral kematian. Sekali dipasang di tengah hutan, spiral kematian
berputar, lalu menjebak harimau dalam pusaran kepunahan.
Untuk menghentikan spiral kepunahan itulah tim patroli
Pelestarian Harimau Sumatera menjelajahi kawasan Taman Nasional
Kerinci Seblat setiap bulan. Pada saat yang sama, tim investigasi
menyelinap dan menyamar untuk menyelidiki sindikat perburuan di
luar kawasan taman nasional. ***
Balada Dara Tembulun 101
BAGIAN ENAM
MENGUKUHKAN
GARDA HARIMAU
PERTARUNGAN DI GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU BELUM
BAKAL USAI DALAM WAKTU DEKAT. PEMBURU DAN SINDIKATNYA
MASIH SAJA MENGEJAR HARIMAU HINGGA KE JANTUNG TAMAN
NASIONAL. ENTAH SAMPAI KAPAN. PARA PENGAWAL HARIMAU MASIH
HARUS BERONDA RUTIN. INVESTIGATOR TERUS MENELUSURI MATA
RANTAI PERDAGANGAN ILEGAL HARIMAU. APARAT BERWENANG
BERSITEGUH MENANTI MOMEN PENEGAKAN HUKUM.
L I N TA S B ATA S
Seorang pemburu Meski fokusnya harimau,
tepergok membawa tim juga menangkal
hasil buruan landak perburuan itu.
sumatra dari kawasan Artinya, tim tak hanya
melindungi harimau.
taman nasional.
Di pedalaman Sumatra Selatan,
seorang pemburu kawakan telah berpuluh-puluh
tahun membantai harimau. Sejak 1970-an, saat
kulit harimau baru bernilai puluhan ribu rupiah,
pemburu bernama Dasuki itu telah malang-
melintang di dunia perburuan.
104
FOTO KIRI Sepak terjangnya bermula sebagai pemburu magang kepada
pemburu senior Rasyid di Bengkulu. Mereka berdua masih satu garis
Tim patroli keluarga besar. Dasuki menyerap ilmu Rasyid selama dua tahun.
menyelamatkan
Lantas, mereka berpisah pada 1974 dengan sebuah janji. Bila salah
siamang yang satu meninggal dunia, yang masih hidup mewariskan ilmu kepada
terluka tembak keturunan si mendiang. “Itu perjanjian mereka,” jelas Roziqin.
di tengah hutan.
Siamang ini dibawa Dasuki menguasai wilayah perburuan di hutan Bukit Balai Rejang.
ke pusat kesehatan Selama berburu, ia menginap di hutan selama berbulan-bulan. Untuk
hewan setempat. bertahan hidup, ia sesekali bekerja di kilang pembalakan liar tak jauh
Melindungi harimau dari pondok hutannya. Atau, ia menangguk emas di sungai-sungai.
juga berarti Tapi ia punya pantangan: pada hari Sabtu, ia tidak keluar dari
melindungi hutan kamp hutan. “Tidak boleh berburu. Saat memulai perburuan pun ia
melakukan ritual di rumah dan di lokasi jerat.” Ia memang pemburu
seisinya. kawakan, dan punya kamp induk di pedalaman hutan. Untuk sampai
di kamp induk, ia mengarungi sungai dengan rakit selama dua jam,
dilanjutkan jalan kaki selama empat jam. "Ia jalan bertelanjang kaki,
dan kamp induk itu permanen.”
Hari-hari ini, Dasuki menebar lusinan jerat di hutan perburuannya.
Selama belum menyasar harimau, ia akan merawat jerat itu. “Ia bilang,
‘Kalau dirawat, jerat bisa tahan sampai dua tahun.’ Cara merawatnya,
sling diberi pelumas agar tidak berkarat, dan tiang pelontarnya diganti,”
kisah Roziqin.
Dasuki juga berpantang memakai sling yang telah menyasar
binatang lain, entah babi, tapir, maupun rusa. “Ia percaya sling bekas
tidak bisa mengenai harimau lagi.”
Entah berapa banyak si raja hutan meregang nyawa sia-sia di
tangan pemburu ini. Dasuki bercerita kepada Roziqin, ia pernah
menjagal enam harimau dalam setahun. Namun pernah juga ia baru
mendapatkan seekor harimau selama dua tahun.
“Untuk membunuh, ia menembak harimau dengan kecepek.”
Meski tetap saja menyebar jerat, kata Roziqin, “Ia mengakui harimau
semakin jarang.”
Dasuki masuk dalam daftar merah target tim Pelestarian Harimau
Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS). Namanya terendus setelah tim
investigasi menindaklanjuti informasi dari target yang lain.
Wilayah perburuan lelaki 62 tahun itu memang bukan di Taman
Nasional Kerinci Seblat. Ia berburu di pedalaman belantara Bukit
Balai Rejang. Namun, kawasan Bukit Balai Rejang menyangga taman
nasional untuk memperluas habitat harimau. Lagipula, perburuan
di mana pun yang menyasar satwa dilindungi negara itu melanggar
hukum.
Mengukuhkan Garda Harimau 105
Selama 2019, jumlah temuan
jerat harimau menurun
dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya.
SELAGI TIM investigasi bekerja, anggota tim yang lain sedang
mendampingi Kepolisian Sektor Penarik, Mukomuko, menyidik
kasus perambahan. Para tersangkanya ditangkap berkat operasi
gabungan antara Kepolisian Sektor Penarik dengan Resor Taman
Nasional Bengkulu Utara – Mukomuko.
Bekerjasama dengan aparat kepolisian, polisi hutan lantas
mengambil tindakan hukum terhadap bapak dan anak: Saldin dan
Sahrul. Tim Pelestarian Harimau bersama aparat kepolisian dan
polisi hutan terjun langsung ke lapangan.
Dua tersangka perambah Saldin dan Sahrul merupakan bapak
dan anak. Mereka membuka lahan di Air Selagan Kecil yang tercakup
dalam Taman Nasional Kerinci Seblat.
“Berkasnya sudah masuk ke kejaksaan, tapi dikembalikan ke polisi.
Artinya, perlu beberapa informasi tambahan di berkas penyidikan,”
kata Geovril Seven Ex, koordinator Pelestarian Harimau Sumatera
wilayah Bengkulu. Untuk itu, tim membantu kepolisian melengkapi
berkas penyidikan, yang lantas ditindaklanjuti kejaksaan.
Di wilayah Resor Bengkulu Utara – Mukomuko, perambahan
telah merangsek ke taman nasional di sejumlah titik. Sebenarnya,
kawasan hutan (hutan produksi, hutan produksi terbatas) yang
dikelola kesatuan pengelolaan hutan membentengi kawasan taman
nasional. Sayangnya, kawasan hutan produksi telah banyak dibuka
perambah. “Artinya, lama-lama perambahan dikhawatirkan masuk
ke taman nasional,” jelas Geovril.
Perambahan punya efek berantai: mengubah habitat harimau
menjadi kebun serta membuka pintu masuk bagi pemburu dan
pembalak. Masuknya perambah ke taman nasional akan memicu
konflik dengan harimau. Konflik lantas memicu perburuan harimau.
Karena itu, tim bertindak tegas kepada pembuka lahan di taman
nasional. Saat berpatroli, bila perambah tidak ada di gubuknya, tim
memberikan peringatan bahwa kebunnya berada di taman nasional.
Tak jarang, tim bertindak tegas: memusnahkan tempat perambah
yang bercokol di taman nasional.
106 GARDA HARIMAU
KIRIMAN HARAM UPAYA PERLINDUNGAN pemangsa karismatik ini nampaknya tak
akan pernah usai. Hingga kini, Tim Pelestarian Harimau masih
Para pembalak liar berpatroli setiap bulan. Investigator tak bosan-bosan menelusuri
biasa menghilir kayu mata rantai perdagangan tubuh harimau. Aparat berwenang teguh
menanti momen penting bagi operasi penegakan hukum.
tebangan melalui
sungai. Karena Berbagai ancaman nampaknya terus bergerak: perburuan,
perambahan, pembalakan liar. Perburuan jelas mengincar langsung
itu, tim kesulitan populasi harimau, sementara perambahan dan pembalakan merusak
untuk menangkap tempat hidup harimau. Keduanya: memburu populasi dan merusak
habitat merupakan pukulan telak bagi kelestarian si kucing besar.
pembalak.
Penebangan ilegal Pendek kata, ancaman dahsyat itu perlu intervensi strategis.
ini merusak habitat Dalam konteks itu, Proyek Sumatran Tiger (Transforming Effectiveness
harimau dan hidupan of Biodiversity Conservation in Priority Sumatran Landscapes)
mendukung dengan tiga komponen intervensi. Intervensi pertama,
liar lainnya. Di meningkatkan efektivitas institusi pengelola kawasan konservasi yang
bagian hilir, teman menjadi tempat hidup harimau. Intervensi kedua, mengembangkan
koordinasi lintas-sektor di lanskap prioritas. Dan intervensi ketiga,
pembalak sudah mengembangkan sumber pendanaan berkelanjutan.
menunggu kiriman
Mengukuhkan Garda Harimau 107
kayu haram ini.
MELAWAN KRIMINAL DENGAN DATA
Proyek Sumatran Tiger mendorong penerapan SMART-RBM dan
pengelolaan kawasan konservasi berbasis resor (resort based
management). Perangkat SMART-RBM untuk memudahkan
pengelola dalam mengumpulkan dan menganalisis data
dari lapangan. Sementara pengelolaan berbasis resor untuk
menghadirkan personel di lapangan. Dari patroli rutin, tim
Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat menangguk ribuan
data, yang dikumpulkan dalam SMART-RBM. Himpunan data
lantas dianalisis untuk melihat situasi dan tren ancaman dari
waktu ke waktu. Data ini digunakan pengelola taman nasional
untuk mengambil tindakan pengelolaan. Bagi tim Pelestarian
Harimau Sumatera, data dan analisisnya menjadi pedoman dalam
manajemen patroli. Upaya perlindungan yang terus-menerus
mampu mengurangi ancaman konservasi harimau sumatra di
Kerinci Seblat.
DUA PUKULAN TELAK
Harimau sumatra mendapatkan serangan dari dua sisi telak:
perburuan dan perusakan habitat. Perburuan menyasar langsung ke
populasi; perusakan habitat mengurangi tempat hidupnya. Perusakan
habitat paling nyata adalah perambahan dan pembalakan liar.
PEMBURU 2012 21
Pemburu yang tepergok tim mungkin 2013
53 155
memburu harimau, satwa mangsa, 2014 TOTAL: 287 pemburu
ataupun burung. Pada 2014, begitu 2015 34
banyak pemburu yang masuk taman 2016
nasional. Biasanya, hal itu dipengaruhi 2017 15
2018 6
menurunnya harga komoditas 3
perkebunan.
PEMBALAKAN LIAR 2012 29
Penebangan liar membuat habitat 91
harimau semakin terbuka dan rawan 2013
perburuan. Dalam beberapa kasus, 2014 154
2015
pembalakan bisa memicu konflik 2016 186
antara pembalak dengan harimau. 43
Berkurangnya pepohonan hutan dalam 2017
jangka panjang berdampak buruk pada 2018 TOTAL: 1.573,5 kubik kayu
2019
populasi harimau.
PERAMBAHAN 2012 251
Lahan di taman nasional tetap saja 2013 205
2014
dianggap sebagai tanah bebas. 2015 202
Padahal, efek perambahan sungguh 211
2016
berantai: memutus hutan yang 200
kompak, pintu masuk pemburu dan 2017
pembalak liar. Masuknya perambah 2018
juga memicu konflik antara manusia
2019
dengan harimau.
TOTAL: 2.441 hektare
DATA TAHUN 2019 HANYA SAMPAI JULI.
JERAT HARIMAU 2012 5 50 65
Terus-menerus menyapu jerat 2013 45 73
harimau, tim mampu menurunkan 11
jumlah jebakan di taman nasional. 2014 6 TOTAL: 261 jerat.
Tim kini juga sedang berpikir untuk 2015 6
meresponteknik pemburu harimau
yang berubah. Di sejumlah tempat, 2016
tim investigasi melaporkan, pemburu
membawa pulang jerat bila belum 2017
2018
mengenai harimau. 2019
302 478
290
629
338
406
Untuk efektivitas pengelolaan Taman Nasional Kerinci Seblat, PEROMBAK HABITAT
proyek memperkuat patroli perlindungan dan penegakan hukum;
menerapkan sistem informasi SMART-RBM; dan, membangkitkan Di tengah hutan,
jaringan informan untuk penegakan hukum. tim menemukan
sejumlah perambah
Ringkasnya, proyek mendukung upaya konservasi melalui patroli kawasan taman
perlindungan, pengelolaan informasi, dan investigasi. Tiga upaya nasional. Pada
itu memperkokoh gerakan tim Pelestarian Harimau Sumatera. Hasil perjumpaan seperti
akhirnya: penegakan hukum untuk pelestarian harimau sumatra. ini tim patroli
mengutamakan
Field Manager Pelestarian Harimau Sumatera Nurhamidi langkah persuasif
menyatakan, patroli untuk melestarikan harimau di habitatnya. namun tegas. Tim
“Selain untuk mencegah perburuan, tim juga melindungi hutan. mencatat identitas
Untuk melindungi habitat harimau, tim melakukan penegakan dan merekam
hukum bagi pelaku perambahan dan pembalakan liar. Dua hal itulah fotonya.
yang merusak habitat harimau.”
Dari sudut pandang penegakan hukum, patroli merupakan upaya
mencegah perburuan sejak dari habitat. Sejak dari titik nol. Tim
Pelestarian yang menemukan pemburu di hutan bisa menyita jerat
atau melumpuhkan jerat sebelum menyasar harimau dan satwa lain.
Bila status A1: pelaku dan barang bukti ada, tim langsung menangkap
pemburu di hutan.
110 GARDA HARIMAU
Dengan patroli rutin selama 20 hari setiap bulan, efek gentarnya
tentu dirasakan pemburu, pembalak liar, maupun siapa saja yang
masuk taman nasional dengan niat buruk. “Patroli punya efek gentar
dan menimbulkan rasa takut kepada pemburu,” ungkap Muslim,
anggota tim Pelestarian Harimau.
Tapi, ia menambahkan, "Untuk kasus penebangan liar, umumnya
pelaku biasanya sudah kabur dan meninggalkan barang bukti: kayu
dan gergaji mesin." Tim lantas memusnahkan seluruh barang bukti.
Tim juga mencatat titik lokasi, jumlah kayu, dan barang bukti
lainnya di tempat kejadian perkara.
Selama berpatroli, tim memang mencatat dan merekam semua
temuan di lapangan: jalur patroli, temuan jerat, tanda kehadiran
harimau, satwa mangsa, titik perambahan, pertemuan dengan
pemburu, pembalak, perambah. Catatan ini lantas dikumpulkan,
dan menjadi data dasar untuk manajemen patroli.
Data-data itu meliputi jalur patroli, jumlah personel dan
waktu patroli. “Dan juga temuan ancaman, flora-fauna, tanda
kehadiran harimau, satwa mangsa, dan satwa lain. Tim membuat
laporan, apapun dilaporkan, dicatat, lalu dihimpun dalam sistem
SMART-RBM,” tutur Jayendri, petugas olah data. SMART-RBM
(spatial monitoring and reporting tool-resort based management)
merupakan kombinasi antara pengelolaan berbasis resor dengan
piranti penghimpun data lapangan.
Laporan menyeluruh dari SMART-RBM lantas dikirimkan
kepada Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat. “Laporan rutin ini
menjadi acuan pengelolaan kawasan,” imbuh Muhammad Subchan,
koordinator Pelestarian Harimau Sumatera wilayah Jambi.
Sementara bagi tim patroli, data dan informasi SMART menjadi
bahan untuk menganalisis tren ancaman, memindai lokasi rawan
perburuan, dan manajemen patroli. “SMART-RBM punya kelebihan
dengan adanya satu sistem pengumpulan data.”
Sebelum ada SMART, tim memakai perangkat lunak yang umum
beredar, yang perlu waktu dalam analisis data. “Tim terlebih dulu
harus menghitung tren dan perkembangan patroli.”
Berdasarkan data SMART-RBM dan informasi investigasi, tim
menentukan jalur patroli. Perencanaan patroli bulanan ini terkait
dengan titik berangkat-titik keluar patroli, jalur, dan jangka waktu
patroli yang mengacu pada data SMART-RBM.
“Tim mendiskusikan hasil analisis data dan investigasi untuk
menentukan trayek patroli,” jelas Subchan. Dengan demikian, patroli
bisa lebih efektif: menyasar langsung situasi di lapangan.
Mengukuhkan Garda Harimau 111
SEBAGAI SISTEM informasi, SMART memiliki beberapa manfaat TETAP TEGAS
untuk mengukur kinerja tim, menemukan daerah-daerah yang perlu
dipatroli, menentukan trayek dan manajemen patroli. “Tim juga bisa Selain mencatat
menginput foto pemburu atau orang yang pernah memasuki taman identitas, tim juga
nasional dalam sistem SMART,” imbuh Subchan. meminta orang
yang masuk taman
Ia mengingatkan, pengungkapan kasus komplotan Buyung Dang, nasional, dan
salah satunya, berkat analisis data dan informasi SMART. “Tim berbuat ilegal, untuk
pernah memotret Ujang saat bertemu di hutan taman nasional. Lalu menandatangani
dicocokkan dengan foto dari arsip telepon genggam yang tertinggal surat pernyataan
di kamp pemburu,” Geovril menimpali. SMART-RBM, dengan tidak mengulangi
demikian, bukan sekadar perangkat pengumpulan data. Tapi, juga perbuatannya (kedua
perangkat taktis untuk melawan akal bulus pemburu. foto).
Lantas bagaimana tren ancaman? Selama 2019, untuk temuan
jerat misalnya, lanjut Jayendri, jumlahnya menurun dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Dari analisis SMART-RBM, papar
Jayendri, “Jerat satwa mangsa dan jerat harimau turun, hanya jerat
burung yang naik.”
“Tim menemukan ancaman jerat selama satu tahun terakhir
turun. Di Bengkulu, informasi pedagangan ilegal harimau memang
112 GARDA HARIMAU
masih ada, namun bisa dikatakan turun. Sementara indikasi kehadiran
harimau berupa tapak, kaisan, dan lain-lain, lumayan naik dalam dua
tahun terakhir di Bengkulu – Mukomuko,” tambah Iswandi, anggota
Tim Pelestarian Harimau wilayah Bengkulu.
Ia mengimbuhkan, temuan jejak keberadaan harimau banyak yang
ditemukan di kawasan penyangga. Harimau rupanya memanfaatkan
hutan taman nasional rupanya sebagai tempat berlindung, sementara
kawasan penyangga untuk menjelajah mencari mangsa. Informasi ini
mengarahkan tim untuk berpatroli di wilayah taman nasional yang
bersinggungan dengan kawasan penyangga.
Di sisi lain, tim Pelestarian Harimau Sumatera melihat gejala lain:
taktik perburuan berubah. Di sejumlah titik, pemburu kini tak lagi
memasang dan meninggalkan jerat di hutan. “Setelah beberapa hari
berburu, dan belum mendapatkan harimau, pemburu membongkar
jerat, lalu dibawa pulang,” tutur Iswandi. Perubahan ini tentu
semakin mempersulit tim patroli dalam usaha mencegah perburuan.
Berkat analisis data dan informasi, tim dapat memindai perubahan
modus perburuan sejak dini. Kini, Tim Pelestarian Harimau mesti
berpikir keras untuk merespon perubahan modus itu secepatnya.
Mengukuhkan Garda Harimau 113
KIPRAH DI LANSKAP BERBAK-SEMBILANG
Si target operasi itu mengisahkan baru saja kehilangan salah satu
anggota kelompoknya. “Baru saja ada satu teman yang dimakan
harimau. Ada satu lagi yang terluka tapi tidak apa-apa,” tuturnya.
Suaranya timbul-tenggelam oleh riuhnya kedai kopi waralaba itu.
Lelaki berkulit sawo matang itu sedang bertemu dengan cepu atau
informan tim investigasi Wildlife Crime Investigation Unit - Zoological
Society of London. Lantaran telah lama mengincar pelaku perdagangan
tubuh harimau itu, tim merancang pertemuan investigatif di sebuah
kedai kopi. Si cepu yang berlogat Sunda itu terkejut mendengar kisah
si target operasi.
“Abang ikut [berburu]?” tanya si cepu kepada target operasi.
“Tidak ikut. Khan dia [pemburu] punya keluarga, anak dan istri.
Kalau bisa membayar untuk uang muka 20persen,” pinta si target
operasi.
“Berarti saya menjadi pemodal, ya?”
“Iya.”
“Duapuluh persen itu untuk apa?” Cepu coba mengulik informasi.
“Khan risikonya nyawa. Dia [pemburu] juga punya anak dan istri.
Ada juga teman saya yang mati tersetrum.”
“Kok banyak yang mati [pemburunya]. Ada yang diterkam, ada
yang tersetrum.”
“Ya, itulah Bang… risikonya tinggi. Nyawa taruhannya.”
“Jadi, saya membayar uang muka, lalu baru mencari korban
[harimau]?”
“Iya.”
Penegakan Investigasi itu membuka tabir: cukong perburuan harimau sumatra
hukum terhadap bukanlah isapan jempol. “Dia koordinator pemburu yang mencari
modal untuk mendanai perburuan harimau di taman nasional. Dana itu
perdagangan untuk logistik di hutan, dan menanggung keluarga pemburu. Dia tidak
tubuh harimau di punya ‘barang’, tapi mencari modal,” ungkap Aji Sora, koordinator
Berbak-Sembilang Wildlife Crime Investigation Unit (WCIU) Zoological Society of London
– Indonesia Programme.
melibatkan
Kepolisian Republik Cerita si target operasi itu benar adanya. Beberapa bulan sebelum
pertemuan itu memang ada seorang yang mati diterkam harimau.
Indonesia dan Tempat kejadian perkara: Prumpung Jaya, desa penyangga taman
Kementerian nasional di sisi Sumatra Selatan.
Lingkungan Hidup “Kata teman korban, ia diserang harimau,” ucap Aji Sora. Tapi, ia
dan Kehutanan. cepat-cepat menambahkan, korban mengalami luka hebat di sekujur
tubuh bagian depan. Padahal, harimau menyerang pada bagian
tengkuk. Sergapan harimau umumnya dari belakang, dan menyasar
urat leher—titik yang mematikan.
FOTO: ZSL - BALAI TNBS - POLDA JAMBI
Luka-luka itu menunjukkan adanya pertarungan antara pemburu Upaya-upaya
dengan si raja hutan. Lagipula, teman korban yang selamat juga investigasi di luar
enggan menerima pendampingan DARI tim mitigasi konflik Zoological taman nasional
Society of London dan Balai Taman Nasional. Sikap itu menimbulkan untuk membantu
kecurigaan. penegak hukum
dalam operasi
Pada mulanya, tim mitigasi menyangka ada konflik antara manusia penangkapan.
dengan harimau. Lazimnya, tim mitigasi memberikan pendampingan Investigasi
bagi korban. Tapi, korban yang satu ini justru menolak. melengkapi operasi
perlindungan di
Dari informasi masyarakat, kawanan empat pemburu itu memasuki taman nasional.
kawasan hutan pada malam hari. “Mereka mengaku mencari daun
nipah,” kata Aji Sora. Itu menimbulkan kecurigaan. “Mencari daun
nipah malam-malam.”
Dari hasil investigasi, korban luka parah di bagian tubuh depan.
“Tubuh bagian depan koyak hancur-lebur. Ini janggal. Harimau
biasa menerkam dari belakang dan menggigit bagian leher untuk
melumpuhkan mangsanya.”
Mereka nampaknya berburu harimau di kawasan hutan produksi
yang berbatasan dengan taman nasional. Belakangan, mencari nipah
hanya dalih belaka. Dan, terbukti salah seorang pemburu menemui ajal
secara tragis.
Aji Sora menuturkan, para pemburu menjebak harimau dengan
jerat setrum. Modus ini nampaknya khas di lanskap Berbak-Sembilang.
Dari lokasi yang di tengah antah-berantah itu, tim mitigasi konflik
menemukan generator listrik. “Itu sudah jelas modus berburunya
dengan jerat sengatan setrum. Bisa jadi, mereka sudah mendapatkan
FOTO: ZSL - BALAI TNBS - POLDA JAMBI
harimau, lantas mau mengeksekusinya. Tapi ada kecelakaan, harimau
sudah sadar kembali setelah tersengat listrik. Lalu menyerang semi
korban.”
Untuk menangkap harimau, tutur seorang pemikat burung, pemburu
membentangkan kawat di jalur jelajah harimau. Bentangan kawat
ini sangat panjang: dua sampai tiga kilometer—tergantung daerah
jelajah harimau. Melalui kawat itulah pemburu menyalurkan setrum dari
generator listrik.
Untuk mengetahui lintasan harimau, pemburu mencari informasi
kepada orang yang tinggal di sekitar hutan. “Mereka punya orang
yang memberikan informasi (lintasan harimau),” tutur pemikat burung
yang tinggal di Tanjung Jabung Barat ini.
Saat beraksi di lapangan, ungkap si pemikat burung, “Ada satu
orang yang mengawasi dari atas pohon.” Saat harimau melintas,
pengawas mengirim kode kepada temannya untuk menghidupkan
generator listrik. “Setelah menyala, generator ditarik ke atas pohon.
Pemburu juga ikut naik ke pohon. Itu buat jaga-jaga bila harimau
menyerang,” kata si pemikat burung yang berinteraksi dengan
pemburu ini. Jadi, lanjutnya, kawanan pemburu sedikitnya terdiri dari
tiga orang. “Satu mengawasi, dua menyalakan generator.”
Kawanan pemburu itu beraksi dengan sokongan modal dari
cukong. Atau, dalam kasus investigasi di atas, modal dari uang muka
pembeli. Modal untuk membiayai kawat, generator, informan, dan
logistik di hutan.
Belakangan, berkat kerja investigasi, si target operasi yang
bernama Arvin itu, akhirnya ditangkap aparat berwenang Kepolisian
Daerah Jambi. Ia tertangkap lantaran menyimpan dan menjual gading
gajah. Selain cukong perburuan harimau, nampaknya ia juga bermain
sebagai makelar perdagangan organ tubuh satwa liar lain yang
dilindungi.
Dari pengakuan Arvin—sebelum tertangkap, tim investigasi
mendapatkan serpihan informasi penting. Salah satunya, para pemburu
kerap berkeliaran di Taman Nasional Berbak-Sembilang dan kawasan
hutan sekitarnya.
Upaya penegakan hukum, Aji Sora menambahkan, berlangsung di
luar kawasan taman nasional. Sementara upaya perlindungan digelar
tim patroli di taman nasional. Penegakan hukum melibatkan kepolisian
Republik Indonesia, balai konservasi sumber daya alam dan balai
penegakan hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Upaya perlindungan harimau di Taman Nasional Berbak-
Sembilang dapat dilihat dari perangkat SMART-RBM,” papar Aji Sora.
Taman Nasional Berbak-Sembilang merupakan kawasan lahan basah
di pesisir timur Sumatra. Berbak-Sembilang salah satu lanskap
konservasi harimau, Tiger Conservation Landscape, kelas IV dengan
status ‘kurang data.’ Minimnya pengetahuan mengenai harimau
mendorong inisiatif konservasi harimau di Berbak-Sembilang.
Dengan demikian, taman nasional beserta kawasan hutan produksi
di sekitarnya, menjadi benteng terakhir bagi populasi di lanskap
Berbak-Sembilang. Dari catatan Zoological Society of London –
Indonesia Programme, daerah jelajah harimau sumatra mencakup
kawasan taman nasional sampai hutan produksi. Populasi harimau yang
cukup aman terpusat di jantung taman nasional yang disebut areal inti
harimau Berbak (Berbak Tiger Core Area).
Untuk menjaga populasi di lanskap penting ini, Balai Taman
Nasional dan Zoological Society of London membentuk unit patroli
harimau sumatra, Tiger Protection and Patrol Unit (TPPU) yang
dilengkapi dengan perangkat SMART-RBM (spatial monitoring and
reporting tool-resort based management).
Koordinator Tiger Research & Monitoring dari Zoological Society
of London Tomi Ariyanto menuturkan, Taman Nasional Berbak menjadi
percobaan pertama dalam penerapan teknologi SMART-RBM untuk
konservasi harimau pada 2013. “Kita sudah mengenalkan SMART-
RBM sejak 2013. Itu pertama kali di Sumatra, salah satunya di Taman
Nasional Berbak.”
Pada 2014, imbuhnya, bersama Balai Taman Nasional, membentuk
Tiger Protection and Patrol Unit. “Tim ini menggunakan SMART-
RBM sebagai perangkat untuk mengumpulkan dan menganalisis
data patroli.”Tim ini terdiri dari polisi hutan dan masyarakat mitra
polisi hutan. “Tim TPPU dibentuk di tingkat seksi pengelolaan taman
nasional. Lantas, kita mulai memperkenalkan SMART-RBM dan
pelatihan untuk penerapannya.”
Pada tahun berikutnya, diharapkan SMART-RBM digunakan untuk
seluruh patroli di tingkat Balai Taman Nasional. “Tapi nampaknya masih
ada kendala.” Pemakaian perangkat SMART-RBM rupanya mengubah
cara patroli yang telah berlangsung bertahun-tahun. Misalnya, ujar
Tomi, “Biasanya tim patroli tidak menggunakan GPS, dan tidak
mengolah data. Setiap tahun kita coba mendorong SMART-RBM untuk
dipakai di tingkat Balai Taman Nasional.”
Dan pada 2018, akhirnya SMART-RBM dikukuhkan sebagai
perangkat untuk seluruh patroli di Taman Nasional Berbak-Sembilang.
Dengan adanya proyek Sumatran Tiger, Tomi menegaskan, “Kita
memulai proses pelatihan dan punya cukup kapasitas untuk mendorong
pemakaian SMART-RBM bagi semua patroli di lingkup Balai. Dan, itu
didukung dengan kebijakan kepala Balai Taman Nasional.”
Selain patroli Perangkat SMART-RBM memudahkan dalam menghimpun
dan investigasi, dan menganalisi data hasil patroli. Dari kumpulan data ini, Tomi
Zoological Society memaparkan, bisa menentukan wilayah yang penting dan rawan
of London dan Balai kejahatan, seperti perburuan dan pembalakan liar. “Kita bisa membaca
Taman Nasional dan memetakan pola perburuan dan pembalakan liar. Sehingga,
Berbak-Sembilang jika ada patroli, kita dapat menentukan daerah mana saja yang akan
juga memantau diamankan.”
habitat dan populasi
harimau di alam liar. Berkat upaya perlindungan, selama tiga terakhir, dari sisi kondisi
habitat, mulai terasa manfaat adanya patroli. Pada 2018 misalnya,
pembalakan liar cukup marak di Sungai Cemara. “Berdasarkan analisis
data, lantas tim berpatroli yang cukup intens di sana. Setelah tiga
bulan patroli rutin, pembalakan berhenti. Itu dari sisi habitat sangat
berpengaruh bagi pelestarian harimau.”
SMART-RBM juga memberi kemudahan untuk melihat kinerja
patroli. “Dari data hasil temuan jerat di SMART terlihat: semakin jauh
jangkauan tim patroli, semakin banyak jerat yang bisa ditemukan.”
Sebelum memakai perangkat itu, terutama selama 2016 sampai
2017, nyaris tidak ada temuan jerat. Pertanyaannya: apakah kawasan
taman nasional memang aman atau upaya patroli yang kurang intens?
“Itu karena upaya patroli memang kurang intensif.”
Tomi menegaskan, penerapan SMART-RBM mendorong kehadiran
personel di lapangan agar pengelolaan taman nasional lebih efektif.
Dengan melumpuhkan jerat, tim patroli mencegah terjadinya
perburuan harimau dan satwa lain di lanskap Berbak-Sembilang. Upaya
pencegahan itu menggenapi ikhtiar penegakan hukum dan investigasi
di luar taman nasional. ***
FOTO: ZSL - BALAI TNBS
PUN, TIM investigasi dapat menentukan daerah operasi investigasi SINERGI HUKUM
berdasarkan data SMART-RBM. “Dari analisis, tim investigasi dapat
menentukan daerah operasinya. Dari titik-titik jerat yang ditemukan Tim mendampingi
di dalam hutan misalnya, tim investigasi dapat menyisir kampung kepolisian
terdekat dari lokasi temuan jerat,” ujar Subchan. Mukomuko untuk
mengecek tunggul
Tim investigasi berbekal informasi awal yang lantas dikembangkan pohon yang
di lapangan. Pengembangan informasi awal sangat tergantung pada ditebang tersangka
jaringan informan di tingkat lokal. Pada saat itulah tim mengandalkan pembalakan liar
jaringan sumber informasi yang tersebar di sekitar Taman Nasional di taman nasional
Kerinci Seblat. Seringkali, satu informan bisa berkaitan dengan satu (atas). Tim kemudian
atau lebih target operasi. Contohnya, Dasuki yang masuk daftar memusnahkan
merah target operasi. Tim mendapatkan nama Dasuki dari informan kamp pembalak liar
lain yang telah lama masuk dalam deteksi operasi. (kanan). Sebenarnya
pelaku lebih dari
Dengan merunut jaringan informan lokal, tim dapat mengendus seorang, namun
target operasi yang lain. Selain harus membentuk kepercayaan melarikan diri.
dengan informan, tim investigasi juga menghadapi tantangan dalam
membangkitkan simpul-simpul informan. Ini menjadi perhatian
Proyek Sumatran Tiger dalam penegakan hukum. Simpul-simpul
informan merupakan sumber kekuatan tim investigasi dalam
membongkar komplotan perdagangan harimau.
Dengan mengoperasikan setiap informan, tim investigasi lebih
gampang menentukan taktik dan strategi investigasi untuk memastikan
status A1. Pengalaman menunjukkan tim butuh waktu bertahun-tahun,
dan paling cepat dalam hitungan bulan, untuk memastikan status A1.
120 GARDA HARIMAU
SETELAH STATUS A1 PASTI upaya selanjutnya adalah operasi
penegakan hukum. Di ranah ini, tim Pelestarian Harimau bekerja
sama dengan kepolisian, polisi hutan balai taman nasional, balai
konservasi sumber daya alam, dan balai penegakan hukum
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Untuk memudahkan penegakan hukum, Balai Besar Taman
Nasional Kerinci Seblat bekerjasama dengan kepolisian daerah di
empat provinsi: Jambi, Sumatra Barat, Bengkulu, dan Sumatra Barat.
Ini mengingat kawasan taman nasional tercakup di empat provinsi.
Pada titik ini, Proyek Sumatran Tiger mengembangkan koordinasi
lintas-sektor di lanskap prioritas konservasi harimau sumatra.
“Untuk operasi penegakan hukum skala luas memang harus
melibatkan kepolisian daerah provinsi,” terang Geovril. Namun, untuk
penegakan hukum di tingkat kabupaten, tim melibatkan kepolisian
resor, dan kepolisian sektor di tingkat kecamatan.
Selama ini, Tim Pelestarian Harimau telah empat kali bekerja
sama dengan kepolisian resor Mukomuko dalam mengungkap
perdagangan tubuh harimau. Begitu juga dengan kepolisian resor
Bengkulu Utara juga sudah empat kali bekerjasama dalam operasi
penangkapan.
“Kerjasama yang baik dengan kepolisian akan memudahkan
penegakan hukum,” ujarnya, “karena, tim Pelestarian Harimau
Sumatera memerlukan penyidikan dan panahanan tersangka yang
menjadi wewenang kepolisian.”
Mengukuhkan Garda Harimau 121
PENGAYOM SATWA Tim Pelestarian Harimau tak hanya melindungi
harimau sumatra dari perburuan. Tim juga mengayomi dan merawat
satwa lain yang hidup di taman nasional. Sebagai spesies kunci
konservasi, melindungi harimau juga berarti melestarikan hutan
beserta seluruh isinya.
122 GARDA HARIMAU
Selain itu, operasi penegakan hukum juga memerlukan kekompakan
tim gabungan. Penindakan pada hari H operasi mensyaratkan rencana
yang matang, detail, dan rahasia. Rencana disusun dari A sampai Z. Tak
jarang, tim operasi mesti berbekal cadangan beberapa kemungkinan:
rencana A, rencana B, rencana C. Jadi, tanpa sinergi, mustahil bagi
aparat berwenang menggelar operasi penegakan hukum.
Sementara itu, dalam proses penyidikan, wewenang sepenuhnya
berada di tangan polisi. Tim Pelestarian Harimau hanya membantu
dari belakang dengan menyediakan informasi untuk kelengkapan
berkas perkara.
Untuk kasus-kasus pembalakan liar, Tim Pelestarian Harimau
memfasilitasi pihak kepolisian dalam mengecek tunggul pohon
sebagai bukti kayu yang ditebang pembalak memang dari taman
nasional. “Tim mendukung logistik dan pergerakan polisi untuk
mengecek tunggul bersama tersangka,” papar Geovril.
DUKUNGAN PROYEK BAGI PATROLI, sistem pengelolaan informasi,
membangkitkan jaringan informan, hingga berkolaborasi dengan
para pihak sejatinya menyentuh lini dari hulu sampai hilir penegakan
hukum. Dari lapangan, kepolisian, sampai kejaksaan. Sinergi itu
untuk mengimbangi licinnya komplotan perdagangan ilegal harimau.
Apalagi komplotan juga bekerja dari hulu sampai hilir, dari lapangan
hingga pembeli akhir.
Dari sisi penegakan hukum, konservasi harimau sumatra memang
menuntut intervensi di setiap lini. Tim Pelestarian Harimau Sumatera
baru menyentuh pencegahan di lapangan sampai memastikan status
A1—investigasi. Memasuki ranah penegakan hukum, kendali ada di
tangan kepolisian. Setelah itu, proses hukum berada di kejaksaan,
lalu masuk di pengadilan yang menjadi ranah kehakiman. Proyek
Sumatran Tiger juga mendorong peningkatan kapasitas jaksa dan
hakim. Beberapa di antaranya: pengetahuan tentang harimau sumatra,
sadisnya pemburu, kerugian konservasi dapat menjadi pertimbangan
bagi jaksa dalam menuntut tersangka. Sementara hakim juga
mendapatkan informasi yang layak dan benar dalam menentukan
vonis hukuman bagi terdakwa.
Meningkatnya pengungkapan kasus perdagangan harimau
menunjukkan semakin tajamnya deteksi aparat kepolisian. Itu bukan
berarti perburuan harimau terus meningkat. Memang masih ada
perburuan. Namun pengalaman menunjukkan, terbongkarnya satu
komplotan membuat pemburu lain tiarap. Efek jera inilah yang
diharapkan dapat meredam perburuan harimau sumatra.***
Mengukuhkan Garda Harimau 123
DAFTAR PUSTAKA
Albert, Wido R. 2019. Merawat Kerinci Seblat. Dalam: Forum
HarimauKita. Aum! Atlas Harimau Nusantara. Direktorat Konservasi
Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, GEF UNDP.
Jakarta.
Ariyanto, Tomi; & Yoan Dinata. 2019. Harimau Rawa Gambut.
Dalam: Forum HarimauKita. Aum! Atlas Harimau Nusantara.
Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, GEF UNDP. Jakarta.
Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in the Malay
World, 1600 - 1950. Yale University.
Giyanto. 2019. Memburu Pemburu Si Raja Rimba. Dalam: Forum
HarimauKita. Aum! Atlas Harimau Nusantara. Direktorat Konservasi
Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
Alam, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, GEF UNDP.
Jakarta.
NARASI BESAR UPAYA PERLINDUNGAN UNTUK MENGGULUNG SINDIKAT
PERBURUAN AGAR TAK MERAMPAS MASA DEPAN HARIMAU. DAN KELAK,
GENERASI MUDA INDONESIA BERKESEMPATAN MELIHAT KARISMA HARIMAU DI
ALAM LIAR. BANGSA INI AKAN KUALAT BILA PENGALAMAN PAHIT PUNAHNYA
HARIMAU JAWA DAN HARIMAU BALI TERULANG DI TANAH SUMATRA.
DI PEDALAMAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT, TIM YANG ULET INI
BERGERAK DI GARIS DEPAN PERLINDUNGAN HARIMAU. MENJELAJAHI RIMBA
RAYA UNTUK MENYAPU JERAT DAN MENGENDUS JEJAK PEMBURU. TIM
YANG BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN SIAPAPUN YANG MENGANCAM
KELESTARIAN HARIMAU. PARA PENGAWAL INI MENJADI SAKSI: ANCAMAN
UTAMA KONSERVASI HARIMAU ADALAH MANUSIA.
HINGGA KINI, PARA PENGAWAL HARIMAU MASIH BERONDA RUTIN.
INVESTIGATOR TIADA BOSAN MENELUSURI MATA RANTAI PERDAGANGAN GELAP
HARIMAU. APARAT BERWENANG TEGUH MENANTI MOMEN PENEGAKAN HUKUM.
TRANSFORMING EFFECTIVENESS OF BIODIVERSITY CONSERVATION
IN PRIORITY SUMATRAN LANDSCAPES