KEPEMIMPPRINAAKNTIPKEBMABIEKLAJARAN
KEPALA SEKOLAH
Oleh 13 Jurnalis Nasional
Mengulas pengalaman setahun kepala sekolah
dan madrasah dalam memimpin perubahan
pembelajaran, budaya baca, dan manajemen sekolah
Praktik Baik Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Penulis:
13 Jurnalis Nasional
Editor:
Prof. Dr. Muchlas Samani
Zita Meirina
ISBN:
978-602-17302-6-3
Diterbitkan oleh:
Jl. M.H. Thamrin No. 31
Jakarta 10230
Tel: +62 21 392 3189
Fax: +62 21 392 3324
email: [email protected]
Cetakan pertama, Januari 2020
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Buku ini dapat difotokopi atau diperbanyak sebagian atau seluruh isi buku
untuk kepentingan penyebaran praktik-praktik baik pendidikan yang bersifat
nonkomersial.
MWWiitliarlayaaPyhraoKhgerraKjmaerPjIaNTMAiRtrTaahPurno2g0r1a8m PINTAR "“
" “mPeenmdpidepTiekracraneuntpsabanbetgerkkmleausjeaaenlrtiy,taeabrrsaeaakhenrpjaekluearansg,
Sukanto Tanoto
Pendiri TSaunoktaonFotuondTaatnioonto
Pendiri Tanoto Foundation
KATA PENGANTAR
Kepala sekolah, selain juga guru, menjadi kunci penting dalam
memajukan sekolah. Pengalaman para kepala sekolah yang ditulis oleh
para Jurnalis Nasional ini memperlihatkan pentingnya kepemimpinan
kepala sekolah dalam mewujudnyatakan perubahan pembelajaran di
sekolah.
Beberapa contoh termuat dalam buku ini seperti guru-guru menerapkan
pembelajaran aktif dan mendorong budaya baca siswa. Siswa difasilitasi
untuk lebih banyak melakukan kegiatan percobaan, memecahkan
masalah, mempresentasikan hasil kerja, dan melakukan refleksi untuk
perbaikan belajar selanjutnya. Dukungan dari masyarakat terhadap
sekolah tampak nyata baik dalam perbaikan sarana prasarana maupun
pembelajaran. Pengelolaan sekolah yang transparan dan akuntabel
berhasil meyakinkan masyarakat untuk ikut membantu menyukseskan
program sekolah.
Saya mengapresiasi dukungan Tanoto Foundation, yang melalui
Program PINTAR, telah melatih dan mendampingi para kepala sekolah,
guru, dan komite sekolah untuk bersinergi meningkatkan kualitas
lingkungan belajar. Dukungan ini sangat membantu pemerintah dalam
mempercepat peningkatan kualitas pendidikan di tanah air.
Saya merekomendasikan buku Praktik Baik Kepemimpinan
Pembelajaran Kepala Sekolah ini menjadi referensi bagi para kepala
sekolah dalam mendorong terciptanya lebih banyak guru-guru
penggerak, lebih besarnya partisipasi masyarakat dan akhirnya lebih
memampukan sekolah untuk siswa belajar lebih baik.
Dr. Supriano, M.Ed
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
SEKAPUR SIRIH
Tanoto Foundation adalah yayasan filantropi yang didirikan oleh Sukanto
Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto yang percaya bahwa pendidikan
berkualitas mempercepat kesetaraan peluang. Beroperasi sejak 1981,
Tanoto Foundation berkomitmen menjadi mitra pemerintah dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan kualitas pemimpin
masa depan Indonesia.
Pada 2018, Tanoto Foundation bekerja sama dengan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama mengembang-
kan Program PINTAR atau Pengembangan Inovasi untuk Kualitas
Pembelajaran. Melalui program ini, Tanoto Foundation mendukung
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di SD dan
MI serta SMP dan MTs dalam hal pembelajaran, manajemen sekolah,
budaya baca, dan kepemimpinan kepala sekolah. Sampai dengan 30
November 2019, Tanoto Foundation telah mendukung pelatihan dan
pendampingan kepada lebih dari 6500 para kepala sekolah, guru,
komite sekolah, dan pengawas sekolah di 14 kabupaten di Provinsi Riau,
Jambi, Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur.
Pelatihan tersebut memfasilitasi para pemangku kepentingan sekolah
untuk lebih banyak berpraktik dalam (1) menerapkan pembelajaran
aktif dengan unsur MIKiR atau mengalami, interaksi, komunikasi,
dan refleksi; (2) menerapkan manajemen sekolah yang berfokus
pada pelibatan peran serta masyarakat, transparan, dan akuntabel,
serta (3) mengembangkan program budaya baca. Buku “Praktik
Baik Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah” ini berupaya
memberikan gambaran dampak yang terjadi di sekolah setelah para
kepala sekolah, guru, dan komite sekolah menerapkan hasil pelatihan
dan pendampingan Program PINTAR Tanoto Foundation.
Terima kasih kepada para jurnalis yang telah meliput dan menulis
praktik-praktik baik pengalaman kepala sekolah dalam melakukan
perubahan di sekolah. Semoga melalui buku ini, semakin banyak pihak
yang terinspirasi dan terlibat dalam mengembangkan praktik-praktik
baik di sekolah untuk mutu pendidikan di Indonesia yang lebih baik.
Dr. J. Satrijo Tanudjojo
CEO Global Tanoto Foundation
DAFTAR ISI
1-61
Kepemimpinan Pembelajaran
Kepala Sekolah dan Madrasah
Kepala SDN 2 Kalilumpang, Kendal,
Jawa Tengah, membuat program
pendampingan siswa belajar
membaca buku bacaan.
Pendampingan ini membuat
siswa lebih termotivasi belajar
membaca. Kepemimpinan kepala
sekolah sangat menentukan
perubahan pembelajaran yang terjadi
di kelas.
1 Sang Lentera Literasi dari 43 Komunikasi Apik, Madrasah Ciamik
Pelosok Perkebunan Karet MIN 1 Pekanbaru, Riau
SDN 2 Kalilumpang, Kendal, Jurnalis Harian Waspada
Jawa Tengah - Jurnalis Koran Sindo
53 Kreativitas dan Kolaborasi untuk
13 Menakhodai Sekolah Desa Majukan Sekolah
Menjadi Unggulan SDN 003 Tenggarong Seberang,
SDN 01 Benteng Hulu, Siak, Riau Kutai Kartanegara, Kalimantan
Jurnalis Harian Kompas Timur - Jurnalis Harian Media
Indonesia
23 Pernah Ditolak Jadi Kepala
Sekolah, Buktikan dengan Prestasi 61 Fokus pada Perubahan
Gemilang Pembelajaran dan Budaya Baca
SMPN 3 Batang Hari, Jambi SMPN 3 Pekanbaru, Riau
Jurnalis JPNN Jurnalis Suara Karya
33 Memecah Kesenjangan Pendidikan
dengan Inovasi Berkelanjutan
SMPN 1 Sei Suka, Batu Bara,
Sumatera Utara - Jurnalis Harian
Republika
69-121
Kepemimpinan Pembelajaran
Kepala Sekolah dan Madrasah
Kepala SMPN 1 Sei Suka, Batu Bara,
Sumatera Utara, mendukung penuh
kebutuhan pembelajaran aktif di
kelas. Dukungan tersebut membuat
para guru menjadi lebih mudah dalam
melaksanakan pembelajaran aktif.
69 Sempat Ragu, Kini Buat 97 Berbekal MIKiR Siswa SMPN I
Pembelajaran Lebih Maju Brangsong jadi Pintar
SMPN 4 Tenggarong, Kutai SMPN 1 Brangsong, Kendal, Jawa
Kartanegara, Kalimantan Timur, Tengah - Jurnalis Medcom.id
Jurnalis Tribunnews
109 Membentuk dan Memimpin "Super
77 Membangun Sekolah Bersama Team"
SDN 20/1 Jembatan Mas, Batang SDN 122375 Pematang Siantar,
Hari, Jambi - Jurnalis KBRN Sumatera Utara - Jurnalis Pikiran
ANTARA Rakyat
87 Ubah Sistem Pembelajaran 121 Buat Madrasah Swasta Jadi Favorit
Rutinitas Jadi Menyenangkan di Kota
SDN 2 Patukangan, Kendal, MI Nahdatul Ulama Balikpapan,
Jawa Tengah - Jurnalis Suara Kalimantan Timur - Jurnalis
Pembaruan Kompas.com
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Setelah membaca buku bacaan. siswa menuliskan resume buku yang dibaca dengan kata-katanya
sendiri pada Jurnal Membaca Buku.
SDN 2 Kalilumpang
SANG LENTERA
LITERASI DARI PELOSOK
PERKEBUNAN KARET
Oleh Neneng Zubaidah, Jurnalis Koran Sindo
Dalam buku Leadership Wisdom, Robin Sharma menunjukkan
8 tahap kepemimpinan yang bijak. Dimulai dari link paycheck
to purpose sampai dengan yang ke-8 link leadership to legacy.
Kepemimpinan Robingah, cocok sebagai contoh. Bagaimana Kepala
SDN 2 Kalilumpang itu mencanangkan target sekolahnya menjadi
penggerak literasi di perkampungan di tengah kebun karet. Robingah
ingin siswanya punya kebiasaan membaca, walaupun tidak punya
perpustakaan. Robingah ingin karya siswanya dibaca orang banyak,
walaupun berupa tulisan pendek. Itu semua akan menjadi legacy bagi
siapa yang mau belajar.
Kendal, Jawa Tengah - Ilmu itu Diperlukan waktu kurang lebih satu
ibarat cahaya yang menerangi jam dari pusat kota Kendal untuk
seseorang meraih cita-citanya dan mencapai sekolah tersebut. Sekolah
literasi adalah salah satu gerakan ini berada di perbukitan maka
memperluas terang cahaya bagi tidak heran pemandangan yang
anak-anak. Maka dari itu sudah disuguhkan sangat indah namun juga
seharusnya kemampuan literasi mendebarkan hati sebab jalan untuk
diajarkan kepada setiap anak. mobil hanya mampu dilalui oleh satu
kendaraan saja, sementara satu sisi
Dalam hal ini SDN 2 Kalilumpang bersebelahan dengan jurang.
patut menjadi contoh bagaimana
kemampuan literasi anak ditingkatkan Perjalanan pun semakin jauh ke dalam
melalui cara yang unik dan menarik. menuju perkebunan karet. Jalan
1
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Kepala SDN 2 Kalilumpang, Robingah (tengah) ikut mendampingi siswa membaca di gazebo
sekolah yang berada di bawah pohon mangga.
semakin berbatu-batu dan pohon Kepala Sekolah SDN 2 Kalilumpang,
karet pun semakin rimbun. Mata Ibu Robingah, S.Pd yang memimpin
pencaharian warga adalah penyadap perubahan dan penggerak literasi di
getah karet. Perkampungan warga sekolah. Wanita tangguh berjilbab
dan sekolah berada di tengah ini mengaku baru menjabat sebagai
perkebunan karet. kepala sekolah selama satu setengah
tahun. Dia tidak ingin masa transisi
Bangunan sekolahnya nampak jabatan dari guru ke kepala sekolah
sangat bersahaja; sekolah satu lantai digunakan dengan tidak berbuat
yang disapu warna merah putih. apa-apa. Malah dia ingin siswa dan
Sekolahnya rindang karena berdiri sekolahnya cepat menjadi penggerak
tegak di antara dua pohon, masing- literasi di pedalaman perkebunan
masing asam jawa dan mangga karet tersebut.
yang terlihat gagah perkasa. Tidak
terlihat adanya sampah plastik Robingah mengaku, apa yang telah
ataupun dedaunan yang jatuh dari dilakukan di sekolah merupakan
pohon. Bahkan sepanjang mata implementasi pelatihan Manajemen
memandang, pot-pot berisi tanaman Berbasis Sekolah (MBS) yang
yang diletakan di depan kelas. diberikan Tanoto Foundation.
Menyejukan. Pelatihan MBS itu diberikan
2
SDN 2 Kalilumpang
kepada para kepala sekolah untuk digalakkan di semua kelas. Dia
melibatkan paguyuban kelas untuk
mengembangkan pengetahuan membuat pojok baca. Bahannya
diambil dari meja, kursi, lemari bekas
manajemen dalam mendukung yang sudah rusak, dibentuk kembali
dan dicat dengan warna yang
pembelajaran aktif, peningkatan menarik perhatian.
partisipasi masyarakat, dan Setiap kelas memiliki pojok baca yang
berbeda-beda sesuai kreasi para wali
pengembangan budaya baca. murid dan guru kelas. Di halaman
sekolah juga disediakan kotak mini
SDN 2 Kalilumpang merupakan yang disebut perpustakaan mini.
mitra yang sudah bekerja sama Isinya berupa koleksi buku-buku
sejak September 2018 lalu. Robingah bacaan yang bisa diakses oleh
menjelaskan, informasi kemitraan siapapun yang berada di sekolah.
dengan organisasi filantropi yang
didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Di awal semester, kepala sekolah juga
Tinah Bingei Tanoto ini berdasarkan melakukan pendekatan kepada wali
informasi dari pengawas sekolah. murid agar para siswa bisa membawa
buku, setidaknya satu siswa satu
‘’Kemudian kami bersama kepala buku cerita. Permintaan ini terpaksa
sekolah dalam satu gugus dilakukan karena sekolah belum
dikumpulkan untuk berkomitmen memiliki koleksi buku yang cukup.
bermitra dengan Tanoto Foundation. Meskipun tidak ada perpustakaan
Setelah itu baru saya mendapat namun dengan buku-buku bacaan
pelatihan dan pendampingan untuk yang dibawa para siswa setiap awal
meningkatkan kualitas manajemen semester, kebutuhan buku bacaan
dan pembelajaran di sekolah,’’ pun bisa terpenuhi. Siswa juga bisa
katanya di ruang kerjanya yang saling bertukar koleksi buku bacaan
sederhana. dengan teman-temannya.
Tidak Memiliki Perpustakaan Selain itu Robingah juga membentuk
tim gerakan literasi sekolah (GLS).
Setelah mendapatkan pelatihan, Tim ini dibuat dengan struktur
Robingah pun bergerak cepat organisasi terdiri dari ketua,
menciptakan inovasi mendorong
sekolahnya semakin maju. Ia
mengatakan walaupun sekolahnya
tidak memiliki perpustakaan namun
pengembangan budaya baca tetap
3
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Buku pentigraf yang ditulis siswa dengan kata-katanya sendiri, isinya menceritakan sekolah mereka.
sekretaris, dan bendahara agar bisa Menerbitkan Buku Pentigraf Siswa
mengoordinasi kegiatan literasi.
Sekolah yang berdiri di kecamatan Para siswa sejak umur belia diasah
Patean ini tidak ingin anak didiknya untuk menulis. Mereka tidak dibebani
hanya bisa membaca melainkan menulis karangan panjang namun
paham apa yang dibacanya. hanya cerita pendek tiga paragraf
(pentigraf) tentang apa saja yang
Karena itu, setelah siswa membaca mereka sukai. Misalnya apa makanan
15 menit sebelum kegiatan belajar kesukaan mereka, olahraga favorit,
dimulai maka anak-anak dibiasakan hingga mengapa mereka senang
untuk mengisi buku jurnal, berisi bersekolah. Hasilnya sangat menarik.
tentang buku yang telah baca, Meski hanya tiga paragraf namun jika
siapa pengarangnya, isi cerita, dan dibaca terdapat kejujuran seorang
perasaan mereka setelah membaca bocah mengenai perasaannya yang
buku tersebut. terdalam.
‘’Mereka bisa menulis tokoh yang Misalnya saja apa yang ditulis oleh
dia suka atau bagaimana kesannya. siswa kelas V Aqila Elsa Salsabila
Saya mulai mengajak anak untuk tentang bagaimana dia sangat
membiasakan menulis sederhana isi bergairah sekali untuk berangkat ke
buku yang mereka baca,’’ jelasnya. sekolah. Di saat anak-anak seusianya
4
SDN 2 Kalilumpang
(kiri) Para siswa menunjukkan buku-buku yang mereka ambil di perpustakaan mini sekolah.
Walaupun tidak memiliki perpustakaan program, budaya baca di sekolah ini dapat berjalan baik.
(Kanan) Para siswa Kelas V menunjukkan buku pentigraf hasil karya mereka.
mungkin sangat sulit dibangunkan adalah ayam yang digeprek. Ayam
tidur untuk mandi pagi, dia malah geprek adalah ayam yang digoreng.
bersemangat sekali ke sekolah Menggigit kulitnya terasa renyah.
karena di sekolah banyak hiasan pot Ketika dikasih sambel ayamnya
bunga yang ditata berderet atau lebih enak. Ayam geprek selalu aku
digantung. Ia juga senang bertemu makan ketika berbuka puasa kalau
dengan teman-teman karena bisa aku sedang puasa. Kalau tidak ayam
belajar bersama, bermain hingga geprek aku selalu menangis kalau
siang menjelang bel pulang. Ini mau berbuka. Ketika ibu memasak
menunjukkan bahwa momok sekolah ayam geprek aku makan terus dan
yang menakutkan terhapuskan. enggan berhenti.”
Atau bagaimana Rahayuningsih Dari tulisan-tulisan kreatif anak
sangat menyukai ayam geprek. didiknya itulah tercetus ide dari sang
Saking sukanya dia selalu merengek kepala sekolah untuk menerbitkan.
ke bundanya agar disajikan ayam Robingah tidak ingin hasil kreativitas
geprek untuk berbuka puasa. Begini anak didiknya terbuang begitu
tulisannya; “Aku suka ayam geprek. saja namun menjadi satu jilid buku
Ayam geprek adalah makanan yang yang bisa dijual ke masyarakat.
lezat sekali. Ayam geprek termasuk Robingah pun mendatangi penerbit
makanan popular. Ayam geprek di Semarang untuk menawarkan
5
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
hasil karya siswa-siswinya itu. Sint di pasaran. Baginya, yang dilakukan
Publishing menerima tawaran untuk oleh para siswanya harus sudah
menerbitkan cerpen tiga paragraf itu dilakukan dulu oleh dirinya sehingga
menjadi sebuah buku dengan judul dia pun bisa menjadi teladan. ‘’Jadi
berjudul “Antologi Pentigraf: Aku prinsip saya itu pertama memberi
dan Sekolahku Dalam Narasi.” contoh, kemudian sosialisasi lalu
melaksanakan agar program itu
Buku itu adalah kumpulan seleksi terlaksana dengan tertata. Bukan
cerpen dari para siswa kelas IV, V, asal-asalan. Prinsip kami bekerja
dan VI. Ketika ada pameran praktik sederhana tapi nyata,’’ ungkapnya.
baik Tanoto Foundation di pendopo
Kabupaten Kendal, buku yang ditulis Membuat Hari Literasi
anak-anak itu pun diborong oleh
Bupati Kendal, dr. Mirna Annisa. Kepala sekolah ini nampaknya
tidak pernah kehabisan ide untuk
Robingah menuturkan, buku yang menyalakan literasi dari rimbunnya
sudah diterbitkan oleh anak didiknya pohon karet itu. Dia mewajibkan
itu akan terus ia promosikan ke setiap hari Selasa sebagai hari literasi.
pihak lain. Ingin sekolahnya terkenal Khusus satu hari itu, selama satu jam
bukanlah alasan utama, namun digunakan untuk kegiatan membaca
ia menginginkan agar orang lain bersama di halaman sekolah.
tahu bahwa anak mesti dibangun Seru sekali melihat bocah-bocah
kemampuan menulisnya melalui berseragam merah putih itu dengan
imajinasi-imajinasi yang sederhana gaya bebasnya membaca ‘’jendela
namun efek pada pembentukan dunia’’ itu. Meski mereka tenggelam
generasi emas Indonesia akan luar di perkebunan karet namun
biasa, itu yang utama. ‘ imajinasinya melanglang buana
melalui buku yang dipegangnya.
“Jadi meski mereka sekolah di tengah
perkebunan pohon karet tetapi Robingah membuat aturan siapapun
nama mereka sudah tercantum di yang hadir di lingkungan sekolah
satu buku. Ini sungguh luar biasa,’’ pada hari itu terkena kewajiban
katanya. membaca. ‘’Sekalipun itu yang
datang tamu, wali murid atau pejabat
Robingah sendiri telah menelurkan pun begitu ada kegiatan hari literasi
beberapa buku yang sudah terjual saya kenai kewajiban pokoknya baca
6
SDN 2 Kalilumpang
Pada hari literasi sekolah, semua membaca di halaman sekolah. Perwakilan kelas secara bergantian
menceritakan isi buku yang dibacanya.
buku bersama,’’ ujarnya. Bagi tamu beragam varian rasa es. Anak-anak
yang tidak membawa bukupun, mengambil buku sesuai seleranya
tetap bisa membaca. Sebab ada satu dan langsung menikmatinya di
kotak kayu di halaman berisi buku gazebo yang dibangun di bawah
yang dinamakan perpustakaan mini gagahnya pohon asam jawa.
yang bisa dipinjam bukunya oleh
para tamu tersebut. Gazebo ini dibangun secara swadaya
oleh para wali murid dan guru.
Sekolah juga bekerja sama dengan Mereka membangun atap dengan
perpustakaan daerah untuk genteng berkelir hijau mengelilingi
mendapatkan kunjungan rutin mobil dahan pohon. Ada bangku yang
perpustakaan keliling. Begitu mobil dibuat melingkari. Genteng
itu parkir dan membuka jendela para yang tidak terpakai disusun pula
siswa langsung menyerbu mobil mengelilingi tanah di bawah pohon.
tersebut seakan itu adalah mobil Melihat bocah-bocah berseragam
tukang es krim yang menawarkan merah putih membaca buku di
7
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
bawah pohon sengon itu sungguh mendampingi adik kelas yang kurang
meneduhkan mata. lancar membaca tersebut. Agar siswa
senang belajar membaca, kegiatan
Rindangnya pohon tidak hanya di Klinik Baca ini tidak hanya belajar
berfungsi sebagai pembersih udara, membaca melalui buku. Sekolah
mengendalikan suhu atau menjaga juga menyediakan beragam media
kelembaban udara namun juga pembelajaran seperti kartu huruf,
tempat mereka membuka jendela kartu bergambar, media pijak kata,
ilmu pengetahuan, tempat mereka dan pijak angka.
berfantasi dan melanglang buana
dari tulisan yang dibacanya. Mereka Media pijak kata dan pijak angka
menundukkan kepala bukan karena dibuat dengan mengecat aspal
bermain gawai namun membaca halaman sekolah dengan abjad-
buku-buku yang mereka pilih sendiri. abjad. Ini persis seperti permainan
tradisional engklek, yakni ketika guru
Robingah menuturkan, tujuan menyebut kalimat atau meminta
mereka menyebutkan namanya
satu hari literasi itu karena dia mereka bisa menginjak huruf atau
angka yang diukir indah di halaman
ingin menumbuhkembangkan sekolah sebagai ganti pelafalan
tugas yang dimaksud lewat mulut.
kebiasaan membaca pada anak
didiknya. Robingah pun ingin agar
anak-anaknya tidak hanya bisa
membaca namun juga memahami
yang dibaca. Setelah sesi membaca, Adanya Klinik Baca ini, menurut
perwakilan siswa ada yang maju Dennisa Ragar Denia, guru
untuk mempresentasikan yang telah kelas II, siswa yang masih belum
dibacanya kepada teman-temannya. lancar membaca menjadi lebih
cepat meningkat kemampuan
Menyediakan Klinik Baca membacanya. Siswa juga
merasa lebih nyaman mendapat
pendampingan membaca. Setelah
Sekolah juga membuka Klinik Baca siswa lancar membaca, mereka
yang digunakan untuk melayani
anak-anak yang masih lambat difasilitasi untuk membaca buku-
membaca. Mentor pada kegiatan
itu tidak hanya guru atau kepala buku bacaan.
sekolah namun juga ada kakak
kelas yang sudah lancar membaca Untuk memudahkan siswa
mendapatkan buku-buku bacaan
8
SDN 2 Kalilumpang
terbaru, sekolah setiap awal semester Ketua Paguyuban Kelas 1 SDN
juga mengundang penjual buku 2 Kalilumpang, Kitri Sulastri
bacaan untuk menggelar bazaar di menuturkan, dia senang dengan
sekolah. Buku-buku bacaan yang adanya program parenting literasi
dijual, harganya relatif terjangkau, untuk orangtua. Dia menjelaskan,
mulai Rp5.000 hingga Rp15.000. parenting literasi adalah program
dari sekolah untuk orangtua dan
Saat pertama kali digelar bazaar, wali murid agar mendampingi
menurut Robingah semua buku habis anak-anaknya membaca. Kenapa
terjual. Bahkan ada orangtua yang ini penting, wanita berjilbab ini
tidak kebagian buku. Para orangtua menjelaskan, karena orangtua bisa
senang ada bazaar buku di sekolah. mendampingi anaknya membuat
Selain harganya lebih murah, mereka jurnal membaca di rumah. Jurnal
bisa membeli buku tanpa harus ke ini pula yang menjadi kelanjutan
toko buku yang jaraknya cukup jauh. program satu anak satu buku.
Paling dekat harus ditempuh dalam
waktu satu setengah jam dengan Kitri menuturkan, orangtua bisa
kendaraan bermotor. Itupun harus sangat aktif mendampingi anak untuk
melewati hutan, jalan berjurang, dan menulis dan membaca. Dia menilai,
akses jalan yang belum beraspal. ternyata dengan program-program
literasi yang digagas kepala sekolah,
Mengadakan Parenting Literasi anak-anak malah bersemangat
membaca dan menulis. Hal ini terjadi
Untuk membuat kegiatan literasi karena literasi dikenalkan ke anak
yang dilaksanakan di sekolah tanpa ada paksaan.
berkelanjutan dengan kegiatan siswa
di rumah, tim GLS membuat program Lebih menariknya, kata Kitri, saat ini
Parenting Literasi. Program ini dibuat semua wali murid, guru kelas, dan
untuk melatih para orangtua dan kepala sekolah terhubung setiap hari
wali murid mendampingi anak- melalui WhatsApp group paguyuban
anaknya membaca di rumah. Untuk kelas. Orangtua bisa memantau
memastikan kegiatan pendampingan proses pembelajaran di kelas dari
membaca ini berjalan, orangtua foto atau informasi yang dikirimkan
juga diminta mendampingi anaknya guru kelas. Sedangkan guru kelas
menulis jurnal membaca buku yang juga bisa mendapatkan laporan dari
dibacanya di rumah. para orangtua kegiatan membaca
anaknya di rumah.
9
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
“Kami setiap hari bisa berkoordinasi sampai evaluasinya.
dengan guru kelas maupun kepala
sekolah, membahas program Robingah mengaku, pelatihan
peningkatan kualitas pembelajaran MBS yang diperolehnya dari
untuk anak. Padahal dulu pertemuan Tanoto Foundation, membuat
orangtua biasanya hanya setahun dirinya semakin transparan
sekali saat pengambilan rapor. dalam menggunakan anggaran di
Sekarang setiap saat bisa kami sekolahnya. Salah satunya dengan
lakukan,” tukas Kitri. memasang papan informasi
penggunaan anggaran sekolah
Dua tahun sebelumnya di sekolah ini sehingga wali murid bisa memantau.
dan di desa sekitar tempat tinggal
anak tidak ada jaringan internet. Dia juga menata lingkungan sekolah
Robingah berinisiatif mengajak para menjadi semakin tertata rapi, bersih,
wali murid membahas penyediaan dan ramah lingkungan. “Untuk
internet di sekolah. Gayung penataan lingkungan kelas, saya
bersambut, semua setuju. Mereka memberikan kebebasan pada wali
bersepakat menjual beberapa pohon murid untuk untuk bisa berkreasi dan
sengon besar yang ada di belakang bisa bersama-sama menciptakan
halaman sekolah. Sisa biayanya kelas yang lebih menyenangkan bagi
ditanggung bersama sekolah anak-anak,’’ katanya.
dan wali murid. Kini mereka bisa
menikmati jaringan internet. Robingah sendiri menjadi komandan
dalam penataan lingkungan
Menerapkan Manajemen yang sekolahnya. Misalnya saja untuk pot-
Terbuka dan Akuntabel pot bunga yang menjadi hiasan di
depan kelas. Dia memberi contoh
Keberhasilan Robingah membuat dulu dengan membawa tanaman
program literasi, termasuk dukungan sendiri ke sekolah sebagai upaya
dari para orangtua, tidak lepas dari membujuk orangtua agar mau juga
penerapan manajemen sekolah menyumbang pot bunga ke sekolah.
yang terbuka dan akuntabel. Dia Ternyata, orangtua menanggapi
mendorong dan memfasilitasi dengan baik. Mereka menyambut
partisipasi masyarakat untuk terlibat program itu dengan membawa
aktif mulai dari kegiatan perencanaan satu pot bunga untuk satu wali
program sekolah, pelaksanaan, murid. ‘’Kemudian dengan kegiatan
10
SDN 2 Kalilumpang
Orangtua siswa ikut mendampingi anaknya
membaca di rumah. Kegiatan pendampingan
membaca tersebut dibagikan para orangtua
melalui WA paguyuban kelas.
seperti itu mereka nampak seperti yang membantu pagi, siang, bahkan
berlomba-lomba tanpa terencana. ada dari malam sampai pagi ketika
Saya tidak menentukan besaran biaya libur semester,’’ ungkapnya.
dan jenis tenaga. Saya memberikan
kebebasan. Yang penting saya punya Ia menyatakan, partisipasi yang
program, kita tata kelas menjadi diwujudkan dalam kerja paguyuban
kelas yang bagus, menyenangkan, kelas membuat sarana prasarana;
dan menarik,’’ katanya. seperti meja, bangku ataupun papan
tulis diperbaiki secara swadaya.
Saat ini, semua ruang-ruang kelas Para bapak ada yang bertugas
telah berubah. Anak-anak menjadi menggergaji, memaku, dan para ibu
betah belajar di kelas karena bertugas mengecat.
tembok-temboknya dilukis dengan
bermacam-macam tema. Ada tema Robingah sebagai kepala sekolah
hijaunya hutan, kebun binatang, pun ikut memantau, bahkan sampai
kehidupan dunia laut, dan keindahan malam hari tetap terjaga, meski jarak
lingkungan lainnya. sekolah dan rumahnya terbilang
cukup jauh. “Sinergi antara orangtua,
Robingah menuturkan, lukisan dan wali murid, guru, dan kepala sekolah
hiasan ataupun penataan lingkungan ini mesti dilakukan,” katanya. Dia
di sekolahnya tidak terlepas dari hasil tidak ingin hanya menjadi pemimpin
kerja keras paguyuban kelas. ‘’Setiap yang hanya bisa memerintah saja
kelas ditata dengan kreasi masing- melainkan bisa mengedepankan
masing dengan gotong royong, ikhlas contoh baik untuk mewujudkan
memberikan tenaga, dan waktu. Ada sekolah yang maju.
11
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Dalam setiap pembelajaran, siswa SDN 01 Benteng Hulu dilatih mempresentasikan hasil karyanya.
12
SDN 01 Benteng Hulu
MENAKHODAI SEKOLAH DESA
MENJADI UNGGULAN
Oleh Nikolaus Harbowo, Jurnalis Harian Kompas
Dalam artikel berjudul The Shanghai Secret yang dimuat di New
York Times 22 Oktober 2013, Thomas Friedman menyebutkan salah
satu faktor yang menyebabkan mutu pendidikan di Shanghai melejit
adalah pelibatan orangtua dalam aktivitas pendidikan di sekolah.
Sinergi sekolah dan orangtua siswa ternyata menimbulkan resultan
yang sangat kuat untuk melejitkan mutu pendidikan. Sinergi itu, akan
mendorong guru untuk berinovasi untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di kelasnya. Cara serupa itu pula yang dilakukan oleh Sri
Safni, Kepala SDN 01 Benteng Hulu untuk meningkatkan mutu sekolah
yang dipimpinnya.
Siak, Riau - “Beberapa bulan yang lalu Filqis Az-Zahra. Di saat kegiatan
hingga sekarang, musim di daerah sekolah ditiadakan karena kabut
kita adalah musim kemarau. Maka asap yang semakin pekat, Filqis
terjadilah kebakaran di permukiman meluangkan waktu di rumah untuk
masyarakat dan di hutan. Kebakaran menciptakan karya tulisan singkat
juga disebabkan oleh kegiatan berjudul “Bencana Alam”.
manusia yang tidak bertanggung
jawab. Karena kebakaran yang “Saat itu sekolah libur beberapa hari
sangat dahsyat, terjadilah bencana karena kabut asap sampai masuk
alam, yaitu kabut asap.” kawasan sekolah. Siswa-siswi kelas VI
diminta membuat prakarya apapun
Sepenggal paragraf itu muncul dari terkait kabut asap,” ujar Kepala SDN
buah pemikiran siswi kelas VI SDN 01 01 Benteng Hulu, Sri Safni, sambil
Benteng Hulu, Kabupaten Siak, Riau, menunjukkan hasil karya siswa-
13
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Sri Safni, Kepala SDN 01 Benteng Hulu, Siak, membuat sekolahnya di pedesaan menjadi sekolah
yang pembelajarannya berkualitas.
siswinya, pada pertengahan Oktober Merangsang Kreativitas
2019 lalu. Karya yang dihasilkan pun
beragam sesuai kemampuan siswa, Konsep ‘MIKIR’ efektif sejatinya
seperti gambar hutan yang terbakar, bertujuan merangsang kreativitas
karya tulis singkat, prosa, dan puisi. siswa. Lebih dari itu, mereka semakin
berani mengungkapkan setiap
Kreativitas Filqis dan teman- gagasan dan ide di depan kelas.
temannya itu tentu tidak muncul
begitu saja. Mereka terbiasa dengan Itu terjadi ketika Harian Kompas
pendekatan pembelajaran aktif yang mengikuti kegiatan belajar-
telah diterapkan di sekolah, hampir mengajar di kelas III SDN 01
setahun belakangan ini. Pendekatan Benteng Hulu. Dalam mata pelajaran
pembelajaran aktif yang dimaksud bahasa Indonesia, misalnya, guru
adalah ‘MIKiR’ atau ‘Mengalami, menceritakan sebuah kisah tentang
Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi’. persahabatan antara keledai dan
Pendekatan ini identik dengan kuda, tanpa ada penyebutan latar
pendekatan saintifik yang digunakan tempat. Persahabatan kedua
dalam Kurikulum 2013. binatang itu mulai renggang ketika
14
SDN 01 Benteng Hulu
Pembelajaran aktif di kelas dapat berjalan efektif karena dukungan dari kepala sekolah dalam
menyediakan alat dan bahan kebutuhan pembelajaran. Tampak siswa Kelas IV sedang melakukan
percobaan menemukan kandungan listrik pada buah-buahan.
keledai enggan membantu beban dan ada pula yang menggambar
yang dibawa kuda. Hingga akhirnya, dengan latar hutan. Bahkan,
di tengah perjalanan, kuda tersebut mayoritas siswa berinisiatif untuk
mati karena kelelahan. mewarnai gambarnya.
Dari cerita itu, siswa diminta “Cara belajar seperti ini merangsang
memvisualisasikannya dalam bentuk kreativitas anak sesuai imajinasi
gambar di selembar kertas HVS mereka sendiri. Tak berhenti pada
dan menceritakan hasil karyanya di proses menggambar dan storytelling,
depan kelas. Kreativitas mereka pun saya juga selalu meminta mereka
diuji. untuk menyimpulkan sendiri, pesan
moral apa yang didapat dari cerita
Setelah lewat hampir 20 menit, itu,” tutur Haswinda, Wali Kelas III.
sejumlah siswa terlihat telah
menyelesaikan karyanya. Hasilnya Yunita, Wali Kelas VI, pun sependapat
ternyata sangat menarik, di antaranya dengan cara itu. Menurut dia,
ada siswa yang menggambar keledai penerapan ‘MIKIR’ telah mengubah
dan kuda dengan latar persawahan pola pembelajaran yang selama ini
15
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
masih terkesan satu arah sehingga “Saya lebih suka praktik. Jadi, lebih
menutup ruang kreativitas siswa. memahami pelajarannya daripada
hanya sekadar mendengarkan atau
“Selama ini, kami menjelaskan menulis yang diajarkan ibu bapak
(materi) saja, banyak ngomong guru,” kata Salsabila.
di depan (kelas), anak-anak
mendengarkan. Tak jarang para Jembatan Ilmu
siswa memandang ke depan,
mereka melamun atau tidur. Dengan Upaya memacu kreativitas siswa
pendekatan ‘MIKIR’, mereka lebih SDN 01 Benteng Hulu ternyata tak
paham dan lebih ceria,” ucap Yunita, berhenti di jam mata pelajaran,
yang menjadi guru sejak tahun 1989. tetapi juga di luar jam itu. Pihak
sekolah menyediakan rak buku di
Tak hanya diakui oleh guru; Salsabila, setiap sudut kelas agar menggugah
siswa kelas III, juga mengaku minat baca anak.
lebih menyukai diajarkan dengan
pendekatan ‘MIKIR’ karena ikut aktif Hasilnya, saat waktu istirahat, siswa-
dalam proses pembelajaran. Dengan siswa selalu mengerubungi sudut
begitu, kegiatan belajar-mengajar kelas, yang terdapat rak buku lengkap
tidak membosankan. dengan berbagai buku pengetahuan
bak perpustakaan kecil. Mereka
Para siswa tampak menikmati membaca buku bacaan di sudut baca kelas.
16
SDN 01 Benteng Hulu
Kegiatan pameran buku yang bekerja sama dengan perpustakaan daerah membuat siswa memiliki
banyak pilihan bahan bacaan.
bisa menghabiskan waktu istirahat Menjadi Kaya Karena Bersinergi
selama 15 menit di ‘Sudut Baca’ itu.
Kehadiran ‘Sudut Baca’ semakin Konsep penataan ruang kelas dengan
membuka kesempatan siswa untuk segala isinya, baik buku, maupun
menggali ilmunya secara mandiri sarana-prasarana kelas, akan sulit
lewat buku-buku di sana, yang terjadi jika tidak ada sinergi antara
mungkin tak diajarkan oleh guru pihak sekolah dan orangtua siswa
mereka. “Membaca adalah jembatan melalui komite sekolah.
ilmu,” demikian yang tertulis di salah
satu rak buku kelas. Orangtua siswa dan alumni ternyata
juga dilibatkan dalam proses itu.
Selain ada ‘Sudut Baca’, di setiap Yang terpenting adalah semua
kelas juga terdapat majalah dinding kembali kepada siswa dan demi
(mading). Di sana terpampang peningkatan mutu pendidikan.
seluruh hasil karya siswa. Cara-cara
ini diyakini mampu menumbuhkan Misalnya saja, di saat setiap siswa
budaya literasi anak. “Jadi betah di diminta untuk mengumpulkan satu
kelas,” ujar salah seorang siswa. buku untuk ‘Sudut Baca’, mayoritas
orangtua malah memberikan lebih
17
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Kegiatan kelompok kerja guru (KKG) sekolah yang rutin dilakukan di sekolah, membuat guru bisa
saling belajar dan mendukung dalam menerapkan pembelajaran aktif di kelas.
dari satu buku. Bahkan, alumni pun “Sekolah ini menjadi kaya karena
ikut menyumbang buku. sinergisitas antara pihak sekolah
dan orangtua. Kalau tujuannya baik,
Hal lain adalah pemenuhan kebutuhan orangtua pasti sangat mendukung,
sarana-prasarana kelas. Setiap bulan, apalagi menyangkut peningkatan
orangtua siswa berkumpul untuk mutu belajar anak,” ucap Ketua
membicarakan kebutuhan tersebut. Komite SDN 01 Benteng Hulu,
Secara sukarela, mereka dilibatkan Mahyudi Al Rasyidi.
dalam penataan lingkungan kelas.
Dari situ, muncullah beragam ide Menariknya, di setiap tahun,
unik, seperti penyediaan dispenser, SDN 01 Benteng Hulu mulai rutin
pemasangan gorden, hingga menyelenggarakan lomba menghias
pengecatan ruang kelas agar terlihat kelas. Namun, siapa sangka, alih-
lebih indah. alih lomba ditujukan kepada siswa,
justru para wali murid yang sibuk
Tak hanya di lingkup ruang kelas, berembuk agar kelas anaknya tidak
orangtua siswa juga memikirkan kalah dengan kelas lain.
penataan lingkungan sekolah, seperti
pembangunan gazebo di lapangan “Jadi, yang tak mau kalah itu
sekolah untuk ruang baca anak, serta sebenarnya orangtuanya. Tetapi,
penyediaan pot-pot bunga yang itulah yang membuat kami semangat
menjadi hiasan di depan kelas. memberikan yang terbaik untuk
sekolah juga,” kelakar Mahyudi.
18
SDN 01 Benteng Hulu
Komitmen Kepala Sekolah “Tanoto Foundation memperhatikan
Perubahan di SDN 01 Benteng Hulu pentingnya Rencana Tindak
terjadi ketika sekolah itu menjadi
mitra lembaga filantropi, Tanoto Lanjut (RTL) setelah pelatihan.
Foundation yang telah berlangsung
selama setahun belakangan ini. Kami juga didampingi untuk
Melalui Program ‘PINTAR’ atau mengimplementasikan hasil
‘Pengembangan Inovasi untuk
Kualitas Pembelajaran’, Tanoto pelatihan di sekolah, sejauh mana
Foundation terus menggaungkan
pentingnya penerapan Manajemen perkembangan-perkembangan yang
Berbasis Sekolah (MBS) dalam upaya
peningkatan mutu pembelajaran. terjadi. Kami pun termotivasi dan
Seluruh komponen sekolah harus
terlibat di sana, mulai dari kepala ingin menjadi lebih baik,” ujar Sri,
sekolah, para guru, siswa, hingga
komite sekolah. yang sudah hampir 10 tahun menjadi
Namun demikian, semua tentu tetap kepala sekolah di beberapa sekolah.
tergantung pada sang pemimpin,
kepala sekolah. Kepala sekolah Sri menjelaskan, dalam
menjadi ujung tombak dalam setiap
perubahan (yang ada) di sekolah pemberdayaan masyarakat,
bahkan sampai hal terkecil sekalipun.
misalnya, pihak sekolah dan
orangtua siswa telah berkomitmen
untuk melakukan apapun demi
menunjang pendidikan anak. Dengan
begitu, setiap pihak tidak akan
merasa sendirian untuk memberikan
sesuatu yang terbaik untuk anak.
Yang terpenting adalah transparansi
dan akuntabilitas anggaran. Sri pun
selalu mengedepankan keterbukaan
setiap penggunaan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
Sebagai Kepala SDN 01 Benteng Dalam peningkatan mutu
Hulu sejak April 2017, Sri Safni
mengaku, perubahan pesat terjadi pembelajaran, Sri bersama para
di sekolah yang dipimpinnya
setelah dia menerapkan program guru sepakat untuk menerapkan
MBS. Ada tiga hal yang dilakukan,
yakni memberdayakan peran serta metode pembelajaran aktif dengan
masyarakat, meningkatkan mutu
pembelajaran, dan meningkatkan pendekatan ‘MIKIR’ di setiap kegiatan
budaya baca.
belajar-mengajar. Dampaknya pun
sudah terasa. Anak-anak menjadi
lebih berani mengeluarkan ide, lebih
aktif, dan mampu berinteraksi di
kelas.
19
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Sementara itu, untuk meningkatkan sejumlah prestasi gemilang, salah
budaya baca, Sri telah menginisiasi satunya Juara 1 Lomba Olimpiade
pembuatan ‘Sudut Baca’ di setiap Sains di tingkat Kecamatan Mempura
kelas. Bahkan, dia berencana untuk dan 10 besar di tingkat kabupaten.
mengadakan lomba rutin setiap Kabar membanggakan lain adalah
tahun yang mampu mengasah SDN 01 Benteng Hulu meraih
literasi anak, seperti storytelling dan peringkat pertama kategori nilai
pembaca buku terbanyak. “Kami ujian nasional terbaik di tingkat
akan beri reward (penghargaan) Kecamatan Mempura. Sementara itu,
sehingga merangsang motivasi anak di tingkat Kabupaten Siak, SDN 01
agar gemar membaca,” tuturnya. Benteng Hulu meraih peringkat ke-4
dari 214 sekolah.“Sebelumnya, SD
Dalam perjalanan, Sri tak memungkiri kami urutan 20-an lebih,” ungkap Sri.
akan ada beragam tantangan di saat
memimpin para guru dan tenaga Sri menilai, keberhasilan ini
kependidikan yang berjumlah merupakan buah dari perubahan
29 orang di sekolahnya. Dia pun pola pikir seluruh komponen sekolah.
membentuk Kelompok Kerja Guru Dia tidak bisa bergerak sendiri tanpa
(KKG) mini sebagai wadah evaluasi, kerja sama seluruh pihak, terutama
yang dilaksanakan setelah jam para guru dan orangtua siswa.
pulang sekolah.
“Di abad teknologi ini, semua pihak
Di KKG mini tersebut, para guru harus mengubah pola pikir. Kalau
berkumpul menurut kelompoknya mindset enggak berubah, ya akan
masing-masing dan saling bertukar begitu-begitu saja terus. Sekolah
pikiran atas proses pembelajaran kami akan dianggap terbelakang,
yang terjadi di kelas. “Hasilnya apalagi (sekolah kami) ada di
dianalisis, lalu dipikirkan bersama tengah pemukiman penduduk desa.
apa tindaklanjutnya. Jika kami Padahal bukan begitu. Anak-anak
mengalami kesulitan, kami baru kami berhak mendapatkan yang
konsultasikan dengan fasilitator lebih sesuai dengan tuntutan zaman
daerah atau pengawas,” ucap Sri. sekarang,” tegas Sri.
Prestasi Melejit Sejak dari dalam diri pun, Sri selalu
berambisi untuk bisa membawa
Proses memang tak pernah perubahan bagi sekolah yang dia
mengkhianati hasil. Di tahun ini, nakhodai. Dia tak pernah malu
SDN 01 Benteng Hulu telah meraih belajar dan mengevaluasi diri demi
20
SDN 01 Benteng Hulu
mendapatkan hasil yang optimal. Tak menjadi hal krusial dalam setiap
heran, dia selalu memikirkan hal kecil, perubahan di sekolah. “Orangtua
mulai dari pintu gerbang sekolah membawa anak mengikuti.”
hingga sudut kelas. Lebih dari itu, Sri Demikian makna sebuah peribahasa.
tak melupakan peningkatan kualitas Nilai hidup ini mengajarkan bahwa
guru. Sebab, itu semua berujung orangtua -dalam hal ini kepala
pada kualitas sekolah. sekolah- harus menjadi penuntun
bagi anak-anaknya (guru-guru),
“Menjadi kepala sekolah itu bukan maupun masyarakatnya. Baik
sekadar melaksanakan tugas, dapat atau buruk sekolah itu tergantung
gaji. Enggak. Ini lebih semacam dari bagaimana pemimpinnya.
hati. Jadi, laksanakan sepenuh hati
karena apa yang saya lakukan akan Peribahasa lainnya, “Saling
dipertanggungjawabkan. Prinsip menasihati satu sama lain dalam
saya, sebagai kepala sekolah, saya menuju kebaikan.” Pesan terakhir
harus memajukan sekolah. Kalau ini tak kalah penting bahwa lagi-
saya kurang, ya saya harus belajar,” lagi, semua akan menjadi percuma
tutur Sri. jika tidak dibarengi dengan
komitmen yang kuat juga dari para
Dari perjalanan praktik baik SDN 01 guru dan masyarakat untuk saling
Benteng Hulu ini, dapat disimpulkan mengevaluasi diri dan mengisi demi
bahwa komitmen kepala sekolah peningkatan mutu pendidikan anak.
Di saat senggang atau istirahat, siswa memanfaatkan teras baca yang dibuat oleh komite sekolah.
21
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Pembelajaran di SMPN 3 Batang Hari, siswa sudah dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil untuk
mendorong siswa lebih banyak berdiskusi dan bekerja sama dalam kegiatan pembelajaran.
22
SMPN 3 Batang Hari
PERNAH DITOLAK JADI
KEPALA SEKOLAH, BUKTIKAN
DENGAN PRESTASI GEMILANG
Oleh Maria F. Natalia - Jurnalis JPNN.com
(Jaringan Pemberitaan Nusantara Negeriku)
Orang yang hanya mengeluh karena mendapat hambatan, disebut
hindsight dan tidak akan pernah maju. Orang yang menganalisis
mengapa hambatan itu terjadi, disebut insight, dengan demikian
orang itu akan mengetahui masalah sebenarnya yang dihadapi. Orang
yang memikirkan bagaimana hambatan itu dapat diubah menjadi
peluang, disebut foresight dan mereka inilah yang akan maju dalam
pekerjaannya. Prinsip foresight inilah yang diterapkan oleh Rahmini,
kepala SMPN 3 Batang Hari. Penolakan terhadap dirinya ketika
diangkat menjadi kepala sekolah, justru diubahnya menjadi peluang
untuk membuktikan dia mampu menjadi nahkoda sekolah yang hebat.
Batang Hari, Jambi - Keberhasilan Diakui Rahmini, saat pengangkatan
sebuah sekolah dalam mendidik dan ada sedikit gejolak yang terjadi
memajukan para siswa dan siswinya di internal sekolah; padahal
adalah bukti kepemimpinan seorang pengangkatan dirinya dilakukan
kepala sekolah yang cemerlang. berdasarkan penunjukan Dinas
Itulah yang ditunjukan Rahmini, Pendidikan. “Ini murni betul-betul
Kepala Sekolah SMPN 3 Batang Hari. desakan dari pemerintah, mungkin
dari formasi yang dicari, saya
Sebelumnya tak terbayangkan oleh ditunjuk. Dengan kemelut yang
Rahmini bahwa dia akan terpilih ada di sekolah, mereka akhirnya
menjadi kepala sekolah di SMPN 3 memilih saya meski ada penolakan-
Batang Hari; setelah belasan tahun penolakan,” tuturnya.
menjadi guru matematika, dia
mendadak dipilih sebagai kepala Rahmini tidak patah arang
sekolah. menghadapi sejumlah suara-suara
23
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
penolakan atas penunjukannya Rahmini pun mulai mencoba
mengikuti pelatihan bersama
sebagai kepala sekolah. Dia sejumlah guru sekolah lain di Tanoto
Foundation. Dia termasuk yang dipilih
justru merasa tertantang untuk ikut pelatihan menjadi fasilitator
daerah di Tanoto Foundation.
membuktikan kemampuannya
Perbedaan besar dirasakannya saat
memimpin SMPN 3 Batang Hari. mengikuti pelatihan itu dibanding
saat pelatihan lain yang diikutinya.
“Waktu itu saya hanya pikir, benarlah Dia merasakan perbedaan karena
sudah. Ketika kita sudah ada di tidak lagi dijejali dengan tumpukan
lapis paling bawah, tidak ada jalan teori tentang pembelajaran.
lagi untuk turun. Maka kita harus
berusaha untuk naik terus,” katanya. “Di Tanoto Foundation, para guru
yang terpilih diajarkan untuk
Manfaatkan Kemitraan dengan mengajak anak langsung melakukan
Tanoto Foundation praktik di kelas,” tegasnya
Gayung bersambut. Ketika Rahmini Sebanyak 80 persen anak harus
memiliki mimpi besar untuk berpraktik dan aktif dibanding guru.
memajukan sekolahnya, dia bertemu Tak ada lagi anak yang sibuk dengan
dengan perwakilan dari Tanoto teori tapi minim praktik. Guru
Foundation yang menawarkan diminta terus melakukan praktik-
kemitraan dalam pelaksanaan praktik selama pelatihan agar nanti
Program PINTAR. Rahmini merasa bisa diaplikasikan saat mengajar di
mendapat energi baru ketika itu. sekolah.
Betapa tidak, dia sangat ingin “Satu lagi yang saya dapat dari
mengubah kualitas pendidikan di Tanoto Foundation ini, yaitu soal
sekolah dan di saat itu pula ada Tanoto ketepatan waktu. Selalu on time.
Foundation yang menyodorkan Semua jadwal tepat waktu, tidak
sejumlah solusi. Rahmini ingin kurang tidak lebih,” ungkapnya.
mengubah gaya pembelajaran di
sekolahnya yang konvensional; guru
lebih banyak bicara dan siswa yang
terlalu sibuk mencatat.
“Tuhan membuka jalan saya dengan Tanoto Foundation mengajarkan
bertemu Tanoto Foundation. Tuhan pada para guru dalam pelatihan
membantu saya di awal menjadi agar berinteraksi dan berkomunikasi
kepala sekolah,” kata dia. dengan siswa. Antarsiswa juga harus
24
SMPN 3 Batang Hari
(Kiri) Siswa kelas VIII bekerja sama di kelompok membuat pertanyaan teka-teki silang dalam
pembelajaran IPS. (Kanan) Siswa Kelas IX mempresentasikan laporan hasil percobaan membuktikan
penerapan Hukum Newton 1 dalam kehidupan.
berinteraksi dalam praktik di kelas. agar anak lebih aktif.
Setelah mengikuti pelatihan di Rahmini juga tak hanya asal
Tanoto Foundation ini, Rahmini mengarahkan para guru di sekolah.
langsung menerapkannya di SMPN Sebagai seorang guru matematika,
3 Batang Hari. Diakuinya, tak mudah dia juga menerapkan praktik itu saat
mengubah kebiasaan para guru mengajar para siswa. Contohnya
yang sudah terbiasa mengajar pola saat dia mengajar tentang statistik
konvensional menjadi cara belajar kepada para siswa, untuk mencari
siswa aktif. mean, median, dan modus.
Di awal penerapan hasil dari Tanoto “Kalau guru kreatif, seharusnya bisa
Foundation itu masih ada guru yang mengajar siswa untuk berpraktik,”
sulit untuk mengubah kebiasaan katanya.
mengajar. Namun, dia tak patah
semangat dan terus mendorong Guru mengambil potongan 11 karton
para guru berusaha memberikan data, isi angka terserah kita. Guru
cara yang tepat dalam mengajar. kemudian panggil anak-anak maju
Akhirnya, perlahan tapi pasti, hampir ke depan kelas. Setiap anak diminta
semua guru mata pelajaran di SMPN memegang satu kertas data karton.
3 Batang Hari mulai meninggalkan Anak diminta berbaris mengurutkan
kebiasaan lama. Mencoba cara baru angka dari paling kecil hingga ke
25
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
paling besar. Mengurutkan data. untuk berbagi informasi,” kata Amir
Kemudian dari situ akan dicari Hamzah salah satu wali murid yang
median atau nilai tengah. menjadi Ketua Paguyuban kelas
VIII/3 di SMPN 3 Batang Hari.
“Cukup kita meminta anak yang
paling tengah untuk maju. Kan ada Amir yang juga alumnus sekolah itu
11 orang, anak yang tengah disuruh mengatakan, orangtua berdiskusi
maju. Itulah yang menunjukkan dalam forum paguyuban untuk
angka median. Jadi teman-temannya membahas semua perkembangan
yang lain jadi tahu, oh yang paling anak bersama pihak sekolah.
tengah itu berarti nilai median. Sebagian orangtua juga ikut diberi
Begitu praktiknya lebih gampang pelatihan lewat Program PINTAR
membuat anak memahami materi Tanoto Foundation, agar aktif
pembelajaran,” sambungnya. mendukung sistem pembelajaran
di sekolah. Tak jarang wali siswa
Bentuk Paguyuban Kelas dan 24 mengumpulkan dana untuk
Group WhatsApp Kelas memperbaiki fasilitas kelas anaknya.
Membangun komunikasi dengan “Kalau ada kursi meja rusak kami
orangtua siswa, merupakan cara jitu perbaiki. Bagi orangtua siswa
Rahmini untuk meningkatkan peran yang kurang mampu, mereka
serta masyarakat dalam mendukung menyumbangkan tenaga, dengan
program sekolah. Dia mendorong membuat kursi atau meja, yang lain
setiap kelas membentuk paguyuban yang membeli bahan-bahannya.
kelas dan memanfaatkan aplikasi Pokoknya kami kerja sama demi
WhatsApp untuk berkomunikasi anak-anak kami,” sambungnya.
secara intensif dengan orangtua
siswa. Lebih menarik lagi, sejak kelas
VII sampai kelas IX, siswa tidak
Rahmini turut tergabung di 24 grup berpindah ruang kelas sehingga
WhatsApp setiap kelas bersama wali investasi paguyuban kelas dalam
kelas dan orangtua siswa. Rahmini meningkatkan fasilitasi pembelajaran
juga bersedia mendengarkan semua di kelas bisa terus dimanfaatkan
keluh kesah para wali dan orangtua sampai anaknya lulus. Hal itu juga
siswa melalui grup di aplikasi diakui Masturah, wali murid yang
WhatsApp. Setiap orangtua wajib sudah dua kali menjadi bendahara
mengikuti grup Whatsapp sesuai paguyuban untuk kelas VIII/2. “Kami
kelas anaknya. “Forum grup itu semua mengumpulkan dana untuk
26
SMPN 3 Batang Hari
Siswa memanfaatkan saung literasi sekolah yang rimbun dengan pepohonan untuk menjadi tempat
membaca buku.
memperbaiki fasilitas dalam kelas cara agar anak-anak nyaman dan
anak. Bagi orangtua yang tidak senang membaca di tempat tersebut.
mampu mereka akan sumbang
tenaga,” kata Masturah. Para siswa yang menghias dan
membentuk sendiri pojok literasi
Sementara itu, Laila Muntaz, Ketua sesuai keinginan mereka, sedangkan
Paguyuban kelas VII/8 mengatakan guru hanya mengarahkan. Yang
lewat keaktifan orangtua di forum terpenting, pojok literasi itu bisa
itu, bisa memantau perkembangan terus menarik minat para siswa
anak-anak mereka. “Apabila ada untuk melahap habis semua isi buku
masalah kami bisa langsung bertanya yang dipajang. Sejumlah pojok baca
pada wali kelas maupun wakil kepala benar-benar membuat decak kagum.
sekolah,” kata Laila. Mulai di halaman sekolah, sudah
tersedia Saung Literasi Mutiara. Di
15 Menit Berharga di Pojok Baca sebuah lorong kecil yang ditumbuhi
tanaman merambat, ada tempat
Demi meningkatkan minat baca dan duduk dari tembok yang sengaja
kemampuan literasi siswanya, para dibuat di lorong itu. Tentunya khusus
guru bersama paguyuban kelas, dan untuk para siswa duduk santai sambil
siswa membuat pojok baca atau membaca buku.
pojok literasi di setiap sudut kelas.
Pojok baca dihias dengan berbagai Di semua kelas banyak pojok literasi
27
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Rahmini, Kepala SMPN 3 Batang Hari, sempat ditolak sebagian warga sekolah saat awal menjabat
kepala sekolah. Seiring waktu dengan prestasi yang diraih sekolah karena kepemimpinan inovatifnya,
semua warga kini mendukung penuh dan bekerja sama dalam meningkatkan kualitas sekolah.
unik yang dibuat agar menarik minat Sekolah ini menerapkan program
baca siswa. Mulai dengan desain membaca buku selama 15 menit di
mirip taman bunga, kota dengan pagi hari mengawali kegiatan belajar
gedung tinggi, dinding polkadot mengajar. Para siswa boleh membaca
dengan motif berbentuk bulat atau buku yang diambil dari pojok baca.
lingkaran dengan berbagai warna Buku apa saja yang disukai yang
dan ukuran, dan masih banyak lagi. penting bukan buku mata pelajaran.
Melainkan buku menarik baik fiksi
Hampir semua pojok literasi dihiasi maupun nonfiksi.
dengan tempelan kalimat-kalimat
bijak yang memotivasi para siswa Guru bahasa Indonesia, Sri Wahyuni
untuk mengejar cita-citanya. mengatakan sejak bermitra dengan
Tanoto Foundation, berbagai
Selain pojok literasi dalam kelas, langkah untuk kegiatan literasi terus
sekolah ini pun menyediakan dilakukan sekolahnya. Dulu, kata
berbagai sudut di halaman maupun dia, kegiatan literasi terbilang masih
bangunannya sebagai tempat jalan di tempat saat diaplikasikan ke
untuk para siswa membaca. Lorong sekolah tersebut. Sekarang program
kelas dan halaman tengah sekolah literasi dan pelajaran bahasa
disiapkan tempat duduk maupun Indonesia makin berwarna.
pondok literasi agar anak-anak bisa
bersantai sambil membaca buku “Anak akan membaca buku yang dia
ketika jam istirahat. suka. Tapi kami kontrol terus. Ada tiga
28
SMPN 3 Batang Hari
kunci yang selalu saya sampaikan Inilah yang menyalakan semangat
pada anak. Ada tiga buku yang para guru untuk mendorong minat
tidak boleh kamu baca. ‘Pertama baca dan kemampuan literasi para
buku yang melampaui usiamu, siswa.
yang mengandung pornografi, dan
mengajarkan kesyirikan.’ Tiga itu Pada Juli 2019, salah satu siswa
tidak boleh dibaca. Lain dari itu
silakan. Bacalah yang jauh ke depan,” yang berhasil meraih juara 1 di
tegas Sri yang juga wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan tersebut. tingkat provinsi, terpilih mengikuti
Setelah membaca buku selama 15 Festival Literasi Nasional (FLS) yang
menit, anak diminta menuliskannya
dalam sebuah jurnal. Masing- diselenggarakan Kemendikbud.
masing anak mendapatkan sebuah
jurnal setiap semester, yang dibuat Nafisa Hairani Ariepa ikut dalam
menggunakan dana BOS untuk
mengisi hasil membaca buku. Dalam lomba story telling berbahasa Inggris
satu semester, ditargetkan setiap
anak bisa membaca tujuh buku. mewakili Provinsi Jambi. Meski
Sri Wahyuni sangat bersyukur jika
ternyata ada anak yang membaca Nafisa belum berhasil meraih juara,
jumlah buku lebih dari tujuh.
rasa bangga itu tetap besar karena
Meningkatnya minat siswa membaca
buku berdampak pada prestasi yang berhasil sampai ke tingkat nasional.
mereka raih. Beberapa penghargaan
berhasil diraih siswa, di antaranya Sekolah ini pada tahun 2018/2019
juara festival dan lomba seni siswa juga berhasil meraih juara 1 lomba
tingkat kabupaten dan provinsi, perpustakaan terbaik se-kabupaten
juara 1 lomba menulis cerpen tingkat Batang Hari. Perpustakaan sekolah ini
kabupaten, juara 1 menulis sinopsis, dinilai berhasil membuat terobosan
juara 2 sayembara cerpen di Kantor dalam memberikan pelayanan dan
Bahasa Jambi, juara 1 debat di kenyamanan membaca pada warga
kabupaten, juara 1 pidato tentang sekolah.
antinarkoba di kejaksaan, juara 2
pidato hari anak, dan masih banyak Ajak Siswa Ke Toko Buku
lagi prestasi di tahun 2019.
Berbagai cara juga dilakukan sekolah
ini agar anak-anak tidak lepas dari
buku dan literasi. Sri Wahyuni,
mengaku sering mengajak anak
didiknya untuk mengunjungi bazar
yang digelar toko buku ternama.
Bazar buku murah paling disukai
para siswanya. Bermodal uang
29
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Rp10 ribu hingga Rp20 ribu, mereka dan cerpen. Hasil karya para siswa itu
bisa mendapatkan buku-buku dicetak dan dijilid manual oleh pihak
yang menarik. Selain itu, setiap sekolah berbentuk buku sebagai rasa
semester para orangtua siswa juga bangga atas keberhasilan program
berpartisipasi melakukan infaq buku literasi itu. Dia sempat menunjukkan
alias menyumbang buku bacaan. beberapa buku yang sudah dijilid,
Tak tentu jumlahnya. Terserah dari hasil karya literasi para siswa.
masing-masing orangtua yang ingin
menyumbang. “Insya Allah saya bersama Komunitas
Pijar, salah satu LSM di Jambi akan
Kemudian anak juga diajarkan untuk menerbitkan buku-buku dan karya
rajin berkunjung ke perpustakaan tulis anak yang sudah saya bina.
sekolah dan membaca buku. Apalagi, Kami akan terbitkan dalam semester
di perpustakaan sekolah selalu ini. Sudah bekerja sama dengan Pijar
disediakan buku-buku baru yang yang mau mendanai,” kata guru asal
sedang best seller di pasaran. Baik Palembang itu tersenyum bangga.
fiksi maupun nonfiksi.
Disukai Siswa
“Nanti akan dilihat dari catatan
Rasa cinta terhadap buku dan
perpustakaan dan jurnal, siapa program literasi ini juga diakui
sejumlah siswa di SMPN 3 Batang
anak yang paling banyak membaca Hari. Salah satunya Jihan Nurhaliza.
Dia mengaku menyukai Saung Literasi
buku. Nanti yang baca buku paling Mutiara yang dibuat sekolahnya.
Di saung itu Jihan bisa berinteraksi
banyak dapat reward dari kepala dengan teman-temannya sambil
membaca buku, bertukar pendapat
perpustakaan, walaupun dalam dan belajar bersama. Saung itu juga
menjadi tempatnya mencari suasana
bentuk makanan ringan saja,” baru jika bosan membaca di dalam
kelas.
sambung Sri Wahyuni. Sedangkan
siswa yang tidak mengembalikan
buku perpustakaan akan
mendapatkan sanksi denda. Hasil
dari denda itu akan dikumpulkan
perpustakaan untuk membeli buku
baru.
Perempuan yang sudah 23 tahun “Mendapat banyak hal positif saat
menjadi guru itu mengaku sangat berkumpul bersama teman-teman
bahagia karena siswanya yang rajin di saung ini. Menarik dan tidak
membaca juga mulai menghasilkan monoton karena tidak harus berada
karya-karya tulis seperti puisi, esai di kelas terus,” kata Jihan.
30
SMPN 3 Batang Hari
Sedangkan Galih Wicaksana, siswa mengakui kepemimpinan Rahmini
SMPN 3 Batang Hari lainnya juga membawa perubahan besar.
mengaku sangat senang dengan
pojok literasi di kelasnya XI-2. Dia Rahmini disebut sebagai seorang
merasakan banyak manfaat karena pemimpin yang mengutamakan
bisa mengisi waktu luang untuk prioritas kemajuan sekolah. Meski
membaca. begitu, Rahmini tidak memaksakan
kehendaknya terhadap para
“Di pojok literasi ini juga ada guru dalam menjalankan tugas
program menyumbang buku. Bukan dan kewajiban mengajar. Dia
hanya siswa tapi orangtua juga mendengarkan setiap masukan
menyumbang buku. Selain itu juga dan saran yang baik untuk
bertukar buku dengan kelas lain. pengembangan sekolah.
Minimal bertukar 10 buku, kami bisa
saling bertukar informasi. Pojok “Ketika beliau memerintahkan atau
literasi ini banyak manfaat. Kami bisa menugaskan sesuatu. Kami lakukan,
mendapat informasi baru di luar buku tapi jika ada kendala kami laporkan.
pelajaran,” kata Galih bersemangat. Dia memahami. Jadi kepala sekolah
kami ini sangat demokratis, tidak
Kepemimpinan yang Membawa otoriter. Dengan begitu, kami
Perubahan mengerjakan tugas kami juga rasa
tidak ada beban yang mengganjal
Kepemimpinan Rahmini dalam karena ini kan kami kerjakan untuk
menjalankan praktik baik juga kemajuan sekolah ini,” kata Ermawati
dirasakan para guru SMPN 3 yang juga wakil kepala sekolah.
Batang Hari. Guru agama, Ermawati bidang kurikulum tersebut.
Penataan dan perbaikan sarana kelas juga dibantu oleh paguyuban kelas. Investasi tersebut akan
dinikmati oleh anak-anaknya selama tiga tahun belajar karena siswa tidak berpindah kelas.
31
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Siswa SMPN 1 Sei Suka menunjukkan buku diary (catatan harian) yang ditulisnya dalam bahasa
Inggris untuk berpraktik membuat kalimat simple past dalam bahasa Inggris.
32
SMPN 1 Sei Suka
MEMECAH KESENJANGAN
PENDIDIKAN DENGAN
INOVASI BERKELANJUTAN
Oleh Gumanti Awaliyah, Jurnalis Republika
Studi Abu Duhuo menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa itu
merupakan hasil dari inovasi yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran di kelas. Sementara itu, guru akan melakukan inovasi
jika: (1) memiliki kompetensi yang cukup, (2) manajemen sekolah
memberikan ruang gerak yang cukup terhadap guru, (3) terjadi
kesepakatan antara warga sekolah, termasuk orangtua murid akan
pentingnya mutu pendidikan. Prinsip ini yang tampak diterapkan
oleh Sugito, Kepala SMPN 1 Sei Suka. Melalui pola itu, sekolah yang
berlokasi di kampung mampu melejitkan prestasi siswanya.
Sei Suka, Sumatera Utara – Semua Kepala sekolah yang menjalankan
perannya secara optimal, niscaya
anak Indonesia memiliki kesempatan bisa mengangkat mutu pendidikan di
sekolah menjadi lebih baik sehingga
mengenyam pendidikan dengan kesenjangan kualitas pendidikan
bisa dikurangi. Dalam hal ini kita
standard mutu yang sama. Namun bisa berkaca pada kepemimpinan
Kepala Sekolah SMPN 1 Sei Suka,
kesenjangan kualitas pendidikan di Kabupaten Batu Bara, Provinsi
Sumatera Utara, Sugito. Walaupun
daerah dengan di kota masih terjadi. sekolahnya terletak di kampung,
namun Sugito tetap memberikan
Masalah akses dan pemerataan kualitas pendidikan terbaik untuk
para siswanya.
pendidikan yang bermutu
“Sekolah kami ada di kampung,
nampaknya masih menjadi salah
satu pekerjaan rumah pendidikan di
Indonesia.
Sebagai pemimpin di sekolah,
kepala sekolah tentu berperan
strategis dalam meningkatkan
mutu pendidikan di sekolahnya.
33
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
meskipun begitu saya ingin pola pikir interaksi, komunikasi, dan refleksi)
siswa-siswa tidak kampungan. Kami serta meningkatkan kemampuan
berusaha memajukan pendidikan, literasi siswa yang difasilitasi oleh
karena kami juga memiliki tanggung Program PINTAR Tanoto Foundation.
jawab yang sama dengan sekolah Orangtua siswa juga dilibatkan dalam
di kota yaitu untuk mencerdaskan perencanaan, pelaksanaan, dan
anak bangsa ini,” kata Sugito saat evaluasi program sekolah dengan
diwawancarai beberapa waktu lalu. dibentuknya paguyuban kelas.
Sugito yang telah menjadi kepala Ubah Kelas menjadi “Istana”
sekolah di SMPN 1 Sei Suka selama
7 tahun itu menerapkan beberapa Setelah bermitra dengan Tanoto
kebijakan yang inovatif. Perubahan Foundation, langkah Sugito untuk
utama yang dilakukannya adalah mengubah SMPN 1 Sei Suka menjadi
membuat kelas sebagai istana sekolah yang bermutu kian terbuka
pembelajaran, kelas sebagai pusat lebar. Dibentuknya paguyuban kelas,
pembelajaran didesain sedemikian terbukti mampu memuluskan cita-
rupa agar siswa dan guru nyaman cita Sugito untuk mengubah kelas
belajar, dan mengembangkan menjadi istana bagi siswa dan guru.
kreativitas. Setiap kelas memiliki paguyuban dan
kepengurusannya masing-masing.
Selain itu semua guru juga Paguyuban kelas bersama wali
difasilitasi untuk mendapatkan kelas bekerja sama untuk membuat
pelatihan pembelajaran aktif dengan kelas menjadi istana yang nyaman
pendekatan MIKiR (mengalami, digunakan untuk belajar.
Sugito, Kepala SMPN 1 Sei
Suka, Batu Bara, berhasil
membuat para guru konsisten
menerapkan pembelajaran
aktif dan program budaya
baca. Orangtua siswa juga
dilibatkan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
program-program sekolah.
34
SMPN 1 Sei Suka
Pojok baca tersedia di semua kelas yang dibangun oleh paguyuban kelas bersama guru dan siswa.
Untuk mengubah kelas bak kemampuan mereka, sekarang ada
istana, fasilitas-fasilitas penunjang kelasnya yang masih biasa, ada yang
pembelajaran seperti mengubah sudah pakai kipas, pakai AC, seperti
warna cat dinding kelas, menyediakan itulah memang. Dan itu tidak kita
pojok baca, pendingin ruangan, dan (pihak sekolah) campuri, mereka
kebutuhan lain perlahan dipenuhi. (paguyuban) yang mengumpulkan
Sumber dananya berasal dari iuran dana, mereka yang mengelola dan
anggota paguyuban setiap kelas. seterusnya. Jadi tidak atas nama
Kepala sekolah membebaskan setiap sekolah, tapi atas nama paguyuban,”
paguyuban untuk bermusyawarah ungkap Sugito.
dan bermufakat dalam menenetukan
kebutuhan kelas. Membentuk paguyuban kelas, diakui
Sugito, bukanlah hal yang mudah.
“Alhamdulillah meski paguyuban Tantangan yang paling berat yang
baru dibentuk setahun, partisipasi harus ia hadapi, yaitu mengubah
dari paguyuban sudah cukup baik, mindset orangtua. Selama ini,
kira-kira 40 sampai 50 persen orangtua merasa pendidikan di
sudah berpartisipasi mewujudkan sekolah adalah tanggung jawab pihak
kelas yang nyaman bagi anak- sekolah karena pendidikan sudah
anak. Mereka memfasilitasi sesuai gratis dan tidak ada ketertarikan
35
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
orangtua untuk berkontribusi dalam Komunikasi ini tentu menjadi awal
proses pendidikan di sekolah. yang baik untuk menciptakan
pendidikan yang bermutu.
“Padahal kan kita semua tahu bahwa Ketua Paguyuban Kelas VII-7
apa-apa yang gratis itu ya hasilnya
juga seadanya. Mengubah mindset SMPN 1 Sei Suka, Parin Pandjaitan
orangtua itulah tantangan berat
yang harus kita hadapi. Tapi melalui mengapresiasi dibentuknya
rapat dan komunikasi yang baik,
akhirnya perlahan-lahan mindset paguyuban kelas. Ide pembentukan
orangtua berubah dan kini mereka
mau berkontribusi untuk anaknya. paguyuban kelas dinilai menjadi
Malah jadi semangat,” ungkapnya.
terobosan baru bagi keberlangsungan
proses belajar. Ia memahami bahwa
pendidikan merupakan investasi
masa depan dan jangka panjang,
karenanya Parin ingin memastikan
Sugito menilai, kontribusi orangtua anaknya mendapat pendidikan yang
untuk membantu mempercantik
kelas, sebanding dengan hasil yang berkualitas.
akan didapat oleh siswa. Terlebih
memang, sejak tahun 2012 Sugito “Sebagai orangtua tentu ingin
memberlakukan aturan bahwa memastikan pendidikan yang
selama tiga tahun proses ajar tidak terbaik untuk anak. Makanya
ada pergantian wali kelas, begitupun saat ide paguyuban disampaikan
dengan posisi kelas. Artinya, selama kepada orangtua siswa, saya sangat
tiga tahun siswa belajar, siswa akan menyambutnya dengan positif,” kata
menempati kelas yang sama dengan Parin.
wali kelas yang sama.
Untuk menentukan kebutuhan
Selain kontribusi tersebut, kelas, paguyuban kelas VII-7
menggelar musyawarah internal.
paguyuban kelas juga berfungsi Semua orangtua siswa berkumpul
untuk menyepakati fasilitas apa
untuk menjembatani komunikasi saja yang bisa mendukung proses
belajar mengajar di kelas. Setelah
antara guru dan orangtua siswa. musyawarah digelar, akhirnya forum
menyepakati untuk menyediakan
Melalui WhatsApp Group (WAG) dua unit AC, infocus, gorden, taplak
meja, dan kebutuhan lainnya dengan
paguyuban, semua orangtua perkiraan belanja mencapai Rp 20
juta.
siswa dan wali kelas bisa saling
bertukar informasi baik tentang
perkembangan maupun kendala-
kendala yang dialami siswa selama
proses belajar mengajar.
36
SMPN 1 Sei Suka
Siswa menunjukkan hasil kerja mereka dalam pembelajaran bahasa Indonesia membuat laporan
pengamatan teks eksplanasi.
Selain menyepakati kebutuhan Menerapkan Pembelajaran Aktif
proses ajar, semua anggota
paguyuban VII-7 juga menyepakati Awalnya para guru di SMPN 1 Sei
aturan dan teknis pembayaran dari Suka masih terbiasa mengajar
setiap orangtua. Hasilnya disepakati, secara konvensional, seperti banyak
setiap orangtua menyumbang berceramah, menulis di papan tulis,
minimal Rp 500 ribu, itupun bisa atau banyak melakukan latihan soal.
dicicil selama enam bulan. Namun setelah para guru mendapat
pelatihan pembelajaran aktif dengan
“Jadi sebenarnya ringan, karena pendekatan MIKIR dari Tanoto
dengan menyumbang minimal Rp500 Foundation, proses belajar mengajar
ribu, orangtua bisa mendukung berubah total dari pembelajaran
fasilitas yang memadai. Anak jadi konvensional menjadi lebih aktif.
nyaman belajar, tidak kepanasan, Saat ini, posisi meja dan kursi juga
ada infocus juga dan semua fasilitas diatur sedemikian rupa. Terkadang
itu untuk pembelajaran anak selama diatur menjadi berkelompok, kadang
3 tahun. Jadi sangat tidak rugi,” kata dibentuk letter U, dan posisi lainnya.
Parin.
37
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Pembelajaran aktif mampu dan kemandirian anak saat dewasa.
merangsang anak untuk berinteraksi, Sugito berharap, kelak semua anak
berani mengeluarkan pendapat, didiknya bisa berkembang menjadi
berani bertanya, dan berdiskusi. pelaku wirausaha yang kreatif dan
Dengan begitu diharapkan anak inovatif yang mampu menjawab
tumbuh menjadi pribadi yang kritis tantangan zaman.
sehingga tidak mudah termakan
berita bohong atau hoaks. “Semoga mereka bisa terjun di
dunia industri kreatif. Kalau anak-
“Kalau sekarang kan orang itu ada anak jadi pengusaha tidak akan
berita sedikit saja, disebarkan eh ada pengangguran di Indonesia,
taunya hoaks. Nah dengan dilatih setidak-tidaknya mereka mampu
sejak dini, anak itu bisa memfilter menciptakan lapangan kerja untuk
informasi. Karena seiring dengan dirinya sendiri,” katanya.
kemajuan teknologi informasi, segala
apa yang masuk tidak bisa kita telan Selain showcase, di dalam kelas
bulat-bulat,” kata Sugito. juga terdapat karya-karya siswa
dan portofolio anak yang dipajang
Siswa juga semakin memperlihatkan di dinding kelas. Hal itu terkesan
sebagai sesuatu yang kecil, namun
kemampuan kreativitas dengan memajangkan karya, siswa
akan terasa dihargai dan diapresiasi.
dan kepercayaan diri dalam Memberi apresiasi terhadap karya
anak didik merupakan hal krusial bagi
mengomunikasikan hasil karya dari seorang guru, karena dengan begitu
murid dapat lebih terpacu untuk
proses pembelajarannya. Karena mengeluarkan potensi terbaiknya.
itu, sebagai bentuk apresiasi, pihak Guru IPS SMPN 1 Sei Suka, Masliana
Sinaga mengaku sangat terbantu
sekolah menggelar showcase atau pelatihan dari Tanoto Foundation.
Pelatihan guru melalui pendekatan
pameran hasil karya siswa dengan MIKIR juga dinilai berbeda dari
pelatihan guru lainnya. Melalui
mengundang orangtua. Melihat pendekatan MIKIR, guru tidak hanya
diberikan materi-materi semata
perubahan yang terjadi pada anak- tetapi sekaligus mempraktikkannya
secara langsung.
anaknya, membuat kepercayaan
orangtua pada sekolah semakin
meningkat.
Kreativitas lahir bukan semata-
semata karena faktor keturunan,
tetapi lebih karena adanya faktor
stimulus dari sekolah dan orangtua.
Kreativitas yang terlatih sejak dini,
menjadi modal utama produktivitas
38
SMPN 1 Sei Suka
“Jadi kalau biasanya pelatihan itu Keempat menjadwalkan kunjungan
hanya sekadar mendengarkan materi, setiap kelas ke perpustakaan sekolah.
mengerjakan lembar kerja, model Menurut Sugito, penjadwalan
perlatihan di sini tidak begitu. Kami kunjungan ke perpustakaan ini
para guru mempraktikkan secara sekaligus memberikan pengalaman
langsung bagaimana agar siswa bisa baru karena belajar tidak melulu
mengalami, interaksi, komunikasi, dilakukan di kelas. SMPN 1 Sei Suka
dan refleksi,” kata Marliana. terdiri dari 24 kelas, artinya setiap
bulan setidaknya setiap kelas dapat
Penguatan Literasi kunjungan satu kali ke perpustakaan.
Budaya literasi di Indonesia dinilai Kelima membuat lomba-lomba
masih minim. Studi Most Literred literasi antar siswa. Perlombaan
NationintheWorld 2016mengungkap ini diselenggarakan sebagai upaya
bahwa minat baca di Indonesia untuk memacu minat baca sekaligus
menduduki peringkat 60 dari 61 mengapresiasi. Biasanya, pihak
negara. Minat baca bangsa masih sekolah akan memberikan hadiah
sangat mengkhawatirkan, padahal kepada murid yang dinilai rajin
dengan membaca, kemampuan membaca. Dan terakhir, sekolah
berbahasa seperti menulis dan membuat program satu kelas satu
berbicara akan meningkat. buku. Menurut Sugito, program
ini masih dalam proses namun
Bermitra dengan Tanoto Foundation, saat ini setidaknya ada dua orang
Sugito mengembangkan program murid yang sudah menyelesaikan
budaya baca sebagai upaya dan menerbitkan buku novel dan
menumbuhkan budaya literasi kumpulan puisi.
di SMPN 1 Sei Suka. Program itu
kemudian direalisasikan ke dalam “Alhamdulillah dari program literasi
enam hal. Pertama, membuat yang baru setahun ini anak didik kami
pojok baca di setiap kelas dengan sudah ada yang bisa menyelesaikan
diperkaya buku-buku bacaan yang buku. Ke depan sudah kami
menarik baik itu non-fiksi maupun programkan satu kelas satu buku.
fiksi. Kedua, menerapkan membaca Bagi saya yang penting guru dan
senyap setiap hari selama 15 menit murid mau berbuat dulu, masalah
sebelum istirahat. Ketiga, setiap kualitas nanti mengikuti seiring
selasa ada hari literasi yang difasilitasi proses mereka akan bisa menilai
oleh Pokja Literasi. kekurangan dari karya bukunya,”
kata Sugito.
39
Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah
Dwi Lestari Parode dan Uly Angel Konsistensinya dalam menulis dan
Mariachi Simanulang adalah dua membaca tak luput dari dukungan
siswa yang telah menulis dan maksimal dalam pengembangan
menerbitkan karyanya. Selain karena literasi anak di sekolah.
kecerdasannya, keberhasilan Uly
dan Dwi dalam menerbitkan buku Sementara Uly menulis antologi puisi
menjadi bukti bahwa program berjudul About Life. Terdiri dari 60
pengembangan literasi yang digagas puisi yang terinspirasi dari kehidupan
Sugito berhasil untuk merangsang di sekelilingnya; tentang proses
bakat murid. belajar di sekolah, persahabatan
juga kerinduannya terhadap kedua
Dwi yang kini duduk di kelas VIII orangtuanya. Uly yang juga tengah
ini, menulis novel dengan judul duduk di kelas VIII mengaku sangat
Berakhir di Januari. Judul unik bahagia bisa memiliki karya. Adanya
yang terinspirasi dari judul lagu pojok baca, membaca senyap,
Glen Fredly ini bercerita tentang dan kegiatan literasi lainnya diakui
perjalanan seorang gadis remaja Uly sangat membantu mengasah
yang baru mengenal cinta dan kasih sensitivitas dan kemampuannya
sayang kepada lawan jenis. Meski dalam menulis puisi.
bertemakan percintaan remaja,
namun di novel pertamanya ini Dwi “Menulis puisi ini cara aku
juga bercerita tentang persahabatan menuangkan semua perasaan saya.
dan kisah-kisah menggemaskan Bahagia, sedih semua dituangkan
yang terjadi di sekolah. dalam puisi, dan aku sangat senang
karya-karyaku dibukukan, aku harap
“Karena memang inspirasi aku dalam bisa menginspirasi anak-anak yang
menulis buku itu ya pengalaman lain,” harap Uly.
dan dari situasi sekeliling aku, baik
di sekolah, di rumah juga. Aku juga Teamwork
suka membaca karya Boy Chandra,
jadi terinspirasi juga dari dia,” kata Untuk meningkatkan mutu sekolah,
Dwi. tidak cukup hanya mengintervensi
kelas dan guru saja. Semua warga
Dwi yang sudah gemar menulis sejak sekolah, mulai dari tukang kebun,
duduk di sekolah dasar ini mengaku petugas kebersihan, hingga guru
senang karena akhirnya di SMPN 1 harus juga memiliki visi dan misi
Sei Suka hobinya dalam menulis bisa yang sejalan dengan sekolah. Karena
terasah dan tersalurkan dengan baik. itu, Sugito melakukan pendekatan
40