The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by fileskifileski, 2021-04-08 01:16:09

GORESAN MIMPI SANG PENA

KOMUNITAS NEGERI KERTAS

Nama saya Kamal Fahim.
Saya ialah seorang anak yang terlahir di Tangerang
dengan alamat Jalan Raya Mauk, kampung Pabuaran Jati

pada tanggal 15 Desember 1998.
Saya seorang pelajar yang masih duduk di bangku SMK.

Saya sekolah di SMK Abdi Negara Tangerang.
Sebuah kemauan keras yang membuat saya terpukul

senang dalam membuat syairan dan bahkan cerita
karangan layaknya seperti para pujangga. Namun saya

bukanlah seorang pujangga, melainkan saya sangat
senang melakukan hal seperti para pujangga.

Kritik dan saran bisa menghubungi nomor Handphone :
089634492019,

email facebook : [email protected],
Twitter : @kamal_fahim7

dan email gmail: [email protected].

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 41

Jiwa yang Pergi

Kawan seperjuanganku
Sudah jangan pertanyakan lagi
Karena aku telah letih
Mencari jalan yang tak pernah pasti
Dan aku tak ingin lagi
Menjawab semua pernyaan kalian
sebelum kutemukan jiwaku yang hilang
Terbang dan terbang kemana lagi engkau melayang?
Sudahlah, adakalanya aku pergi
Merenungkan diri
Mencari cara yang pasti
Tuk menemukan jiwaku yang pergi

Karya ini terinspirasi dari lagu Fileski yang berjudul
Jiwaku Melayang

42 | Goresan Mimpi Sang Pena

Negeriku

Terbanglah seperti elang
Dan lihat negeriku dari kejauhan
Kalian pasti akan terkejutkan
Dengan indah dan kayanya negeriku

Indonesia,
Negeri yang perwira
Memiliki cerita di tahun empat lima
Banyak pemuda yang berjiwa tiada tanya

Negeriku!
Aku terlahir di sini
Diruang, tempatnya negaraku, Indonesia
Dan aku besar di sini,
Melihat pulau yang indah
Dan keindahan menjadi bertahta
Hingga aku sangatlah bangga menjadi;
Seorang anak yang terlahir di Indonesia

Karya ini terinspirasi dari lagu Fileski yang berjudul
Menjadi Indonesia

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 43

Kawan Seperjuangan

Kawan seperjuanganku
Kita tercipta bukan untuk menyerah
Dan takut tuk menghadapi kasarnya dunia
Oleh karena itu, bangkitlah bersamaku
Seorang kawan seperjuangan
Yang diperintahkan oleh Tuhan
Tuk mengapai mimpi yang harus diwujudkan
Dihari ini,esok,lusa dan seterusnya
Bersama-sama kita buktikan
Lompati cakrawala diatas dunia
dan katakan, “Kita sang kawan”
Sang penggapai impian
Jangan menyerah,
Bangkitlah, dan keluarkan
Sang amarah keterpurukan
Yang membuat kita berhenti,
untuk dapat menaklukkan dunia Tuhan

Tak akan?
Dan tak akan ada kata tak mungkin
selagi Tuhan berkehendak
dan menjadikan kita kelak;
“Seorang penggapai impian.”

Karya ini terinspirasi dari lagu Fileski yang berjudul
Langkah Pertama

44 | Goresan Mimpi Sang Pena

Ruangan Sekolah

Adinda!
Seruan namamu selalu membuat aku rindu,
Masih ingatkah engkau padaku?
Ruangan sekolah ini
Dan di sinilah kita dipertemukan
Dan bahkan terpisahkan
Dan kini hanyalah sebuah cemar ceritaan
Yang diserukan sang kawan
Namun aku tak akan memperdulikan
Karena aku akan selalu merindukan
Engkau sebagai kasih yang kusayang
Adinda!
Mungkin cinta kita telah terhentikan
Oleh sombong sang ruang
Namun satu hal yang harus kau ketahui;
“Aku rindu kau sampai mati”
Adinda!
Aku menghampiri ruang sekolah ini
Walau engkau mustahil kembali
Tapi aku akan selalu cinta mati

Karya ini terinspirasi dari lagu Fileski yang berjudul Kota
Ini

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 45

Untuk Sang Kasih

Kasih, jumpalah ketika malam tengenang
Betapa kelam sayappun tengelam
Dimana bayang-bayang
Sedang tersenda mimpi terbuai angan
Sebuah senandung parasmu seorang
Menjelmakan pesona yang hilang
Dalam hati seraya terbilang
Sahaya terkenang akan gerangan
Kasih, semerbak rahayu diantara rupa
Biarkanlah seberkas kasih menepis cakrawala
Membiaskan ronamu nan paras belia
Melukiskan bersama cerita sri rama
Diatas pigura yang hampir punah warnanya
Kasih, kenangan indah slalu kurindu di malam ini
Kuharap kau sama denganku
“Yang sedang merindu dan bergemuruh”
Dan di hari ini harapan yang penuh
Yang kuserayakan pada Tuhan;
“Sampaikan salamku pada kasihku tersayang”

Karya ini terinspirasi dari lagu Fileski yang berjudul Hujan

46 | Goresan Mimpi Sang Pena

Penulis bernama lengkap Muhammad Ridwan Na’im.
Akrab disapa Ridwan.

Pria kelahiran Tangerang, 8 April 1996. Lulusan SMK
Negeri 1 Tangerang angkatan 2014 jurusan Teknik

Komputer dan Jaringan.
Mulai menulis puisi sejak kelas 3 SMP.
Beberapa karya sudah menjadi lagu.
Penulis dapat dihubungi di HP: 089650285675,
Facebook: [email protected], dan

BBM: 544873EA

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 47

Jangan Berhenti di Sini

Raihlah kembali sayapmu
Kepakkanlah, terbanglah jauh
Tinggi ke angkasa
Sibaklah awan kelam yang menutup malam
Jadilah teman sang rembulan
Berkeliplah kembali sebagai bintang
Terangilah malam dan jangan kau menghilang
Raihlah kembali semua mimpimu
Meski rintangan menghadangmu
Janganlah kau bersedih sedu
Karena aku di belakangmu
Hapuslah air mata itu
Simpanlah untuk esok hari
Ketika sang mentari
Menampakkan sinarnya kembali
Jadilah embun dipagiku
Sejukkanlah sekitarmu
Basahilah dunia
Dengan kesegaranmu

Karya ini terinspirasi dari lagu Fileski yang berjudul
Bangkitlah

48 | Goresan Mimpi Sang Pena

Namaku Narintan Ramadhanti.
Menulis puisi hal yang cukup menyenangkan bagiku.
Awal aku suka menulis puisi ini adalah ajaran dari ibuku
yang begitu suka dengan penyair terkenal yaitu W.S

Rendra. Puisinya yang begitu puitis yang dapat
menyentuh ke hati.

Kritik dan saran bisa menghubungi No. Handphone
(WA): 083893499129,

Akun Facebook : [email protected] dan
Akun twitter : @Narintan_R

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 49

Semangat untuk Bangkit

Bersamamu kita meniti hari
Dimana ada kau disitu ada aku jua
Indah nian persahabatan kita
Sekian lama kita lewati hari lewati tawa
Tapi kini kenapa kau berbeda
Kau tak ceria lagi
Seakan kau terhempas
Dalam keputusasaan yang menghantam jiwamu
Kau tampak tak berdaya
Sahabatku,
Bangunlah janganlah kau terpuruk
Hidup cuma satu kali
Janganlah kau menyiksa diri
Hanya karena sebuah kegagalan
Kegagalan bukan berarti hidup ini telah berakhir
Kalau kau tak bisa mendapatkan cinta yang kau damba
Ingatlah, dan sadarlah
Keluargamudan aku sahabatmu,
Sangat menyayangimu

Karya ini teinspirasi dari lagu Fileski yang berjudul
Bangkitlah

50 | Goresan Mimpi Sang Pena

Impian di Kala Hujan

Kosong,
Jiwaku kosong dan hampa
Aku ibarat berjalan di atas padang pasir
Yang gersang dan kering
Seakan aku hidup tanpa cinta
Andai hujan datang
Dan aku berharap bisa mengirim jiwaku
Yang kosong dan hampa ini
Apabila hujan turun
Berharap membasahi raga ini
Agar bisa menumbuhkan benih–benih asa dalam hatiku
Dan menumbuhkan cinta
Cinta yang bisa membawaku lari dalam kehampaan
Untuk meraih asa dalam cita–cita
Demi suatu tujuan hidup yang lebih baik
dan berarti

Karya ini terinpirasi dari lagu Fileski yang berjudul Hujan

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 51

52 | Goresan Mimpi Sang Pena

NamakuRagil Dealia Juniar.
Aku mengawali menciptakan karya-karya sederhana ini,
disetiap hal yang terpikir dalam pikiranku, yang selalu

berangan menjadi seorang penulis.
Kritik dan saran bisa menghubungi No. Handphone:

087871539109
Facebook : Ragilz.Baariz, Twitter : @Ragildealiaj dan

e-mail : [email protected]

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 53

Bumi

Entah akan berujung seperti apa
Bumi yang maha indah kedepannya
Tiada lagi yang merawatnya
Tiada lagi yang mempedulikannya
Bumi kropos seperti kayu usang
Pijakan kaki yang tak lagi kokoh
Oh bumiku yang malang
Maafkan manusiamu yang bodoh

Segala kekuranganmu
Sekarang tercaci maki
Tanpa mereka sadari
Merekalah yang menyakitimu
Sungai-sungai yang tak lagi bening
Tanah yang menjadi kering
Panas matahari yang terasa terik
Akibat para pengusaha yang tengik

Pohon-pohon sejuk ditebangi
Tiada lagi tempat yang menyejuki
Gedung-gedung yang semakin tinggi
Dengan kejamnya menggerogoti

54 | Goresan Mimpi Sang Pena

Ibu

Kesuksesanku karenamu
Perjalanan hidupku ada namamu
Doamu mengiringi langkahku
Semangat darimu menyelimuti usahaku

Kata-kata mutiara sudah sering digunakan
Bait dan rima puisi sudah sering didengarkan
Melalui banyak hal sudah dilakukan
Hanya ucapan terimakasih yang terlontarkan
Tak banyak yang dapat aku katakan
Bait yang mudah terlupakan
Harapanku hanyalah satu
Baitku selalu tersimpan dalam hatimu

Oh Ibu,
Tetaplah engkau disampingku
Tegur aku saat kekhilafanku
Marahi aku saat menyakitimu
Tiada kata yang indah seperti senyummu
Tiada bait secantik wajahmu
Hanya dalam bait puisiku
Kalimat-kalimat sederhana tertuju padamu

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 55

Kepada Ayah

Peluh didahimu
Sesak didadamu
Lelah ditubuhmu
Semua mengguncang hati kecilku

Kerja keras yang engkau lakukan
Pagi,siang, bahkan malam, kau menerima panggilan
Kerja yang tak banyak menghasilkan
Dengan tersenyum engkau kerjakan

Jari-jari hangatmu
Menghilangkan rasa lelah ditubuh mereka
Dengan seluruh kekuatan tubuh rentanmu
Kau melakukan yang mereka minta

Meski jauh engkau hampiri
Bayaran yang terkadang dibohongi
Lima puluh ribu yang dikurangi
Orang-orang yang tak tahu diri

Dengan ikhlas engkau menjalani
Menadahkan tangan berapapun yang mereka beri

56 | Goresan Mimpi Sang Pena

Tak seharga dengan kerja kerasmu
Tak sebanding dengan peluh dan lelahmu
Ayah,
Maafkan aku
Doakan anak-anakmu
Agar dapat menjadi sepertimu
Semangat yang tak pernah hilang
Lelah yang engkau lawan
Hujan yang tak menjadi penghalang
Untukku engkau relawan

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 57

Guruku Tersayang

Kugores sebuah kalimat
Ucapan terimakasih yang dapat engkau lihat
Meski tak terlihat seperti yang engkau harap
Namun hanya ini yang dapat aku garap

Sebuah ruang yang menjadi saksi bisu
Kertas putih yang menjadi tumpuanku
Selalu menemani disetiap hariku
Menemani setiap rasa suntukku

Rasa bosan saat aku bersamamu
Tak munafik aku katakan
Aku menyesal telah merasakan
Kerugian yang aku dapatkan

Maafkan aku yang sering membuatmu kecewa
Tingkah lakuku yang tak ada habisnya
Sikap nakalku yang mungkin ada
Ulahku yang membuatmu menderita

Rasa sesal yang aku rasakan
Tak menggantikan semua yang engkau berikan

58 | Goresan Mimpi Sang Pena

Ilmu yang telah engkau ajarkan
Tak kan pernah terlupakan
Kepadamu guruku tersayang
Hanya kalimat-kalimat ini yang dapat aku berikan
Disebuah kertas usang
Semoga menjadi kenangan yang tak terlupakan

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 59

Putih Abu-Abu

Kini semua telah berlalu
Redupnya tawa dikala hariku
Tiada senyum manis dihari-hariku
Tiada canda diluang waktuku

Kemana lagi aku harus mencari
Suara tawa yang selalu ada
Kemana lagi aku harus memandang
Senyuman manis kebahagiaan

Kosong, sangatlah kosong
Hari-hariku tanpa kalian yang menemani
Sepi, sangatlah sepi
Aku berharap kalian tak pergi

Meski waktu kini memisahkan
Semoga waktu akan mempertemukan
Tak banyak permintaanku, teman
Kebersamaan kita jangan engkau lupakan

Hari,bulan, bahkan tahun
Akan kita lewati meski tak bersama lagi

60 | Goresan Mimpi Sang Pena

Kita bersama-sama untuk berjuang
Meski telah memiliki jalan sendiri
Banyak alasan untuk tak berpisah
Namun waktu tak berpihak
Tangis kebahagiaan yang kini kita rasakan
Gambaran putih abu-abu yang akan menjadi kenangan
Puisi-puisi ini aku terinspirasi dari karya-karya Fileski
yang sudah terkenal. Menurut saya semua karya Fileski
menjadi inspirasi untuk saya yang baru mengawali usaha
untuk menjadi penulis

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 61

62 | Goresan Mimpi Sang Pena

Namaku Shofwatun Hasna.
Aku kelahiran Ponorogo, 11 Oktober 1984.
Saat ini aku tinggal di Curug, Tangerang dan bekerja
sebagai guru di yayasan perguruan Darussalam.
Menulis adalah hobiku. Kritik dan saran bisa
menghubungi nomor handphone: 081283819205,

akun Facebook : Shofwatun Hasna.

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 63

Kulit Padi Bangsaku

Kukupas kulit padiku
Di ladang sejarah yg tumbuh subur di era lama
Presiden Obama pernah mengenyam padiku
Memuja bibit bangsa ini
Katanya, “Padi unggul yang ramah, beretika, dan kaya
adat budaya,”
Tapi, kini kualitasnya anjlok
Padiku dikelola dengan sistem westernisasi
Menggunakan mesin penimbun moral
Hasilnya?
Dihinggapi wereng
Jadi bencana di era reformasi
Kata tunas bangsaku, "Aku lebih suka produksi luar,"
Kenapa?
"Padiku primitif, dicangkul dengan adat kolot. Bagiku
mesin modern adalah rok mini dan cat rambut.”
Bodoh!
Salah dalam membajak paham globalisasi
Andai saja,
Tunas bangsaku mau mempelajari budaya santun
Ditanam di lahan yang toleran terhadap perbedaan
Dipupuk dengan pondasi agama yang kuat
Disiram dengan hujan wacana berwawasan luas

64 | Goresan Mimpi Sang Pena

Bukan dibanjiri dengan ‘sinetron’ dan topan ‘gosip
selebriti’
Pasti ladangku tidak pernah dilanda pencabulan,
pembunuhan, perampokan, tawuran
Ladangku tidak akan diserang oleh hama koruptor
Tapi siapa yang mau peduli?
Siapa?
Karya ini terinspirasi dari lagu Fileski yang berjudul
Menjadi Indonesia

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 65

66 | Goresan Mimpi Sang Pena

Namaku Vera Wibawa.
Aku tinggal di Cadas Masjid At-Taqwa, Sepatan
Tangerang. Umurku sekarang 19 tahun, dan saat ini aku
menimba ilmu di Perguruan Tinggi Lepisi Tangerang.

Perjalanan menulisku berawal dari
keseharian menulis buku harian sejak SMP, dan
berkembang ke sebuah kata mutiara, kata bijak, puisi

dan cerita tentang kisah saya sendiri.
Kritik dan saran bisa menghubungi Email:

[email protected],
Facebook:Vee Verawibawa, Twitter:@vewi96

dan Instagram :@verawbw

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 67

Di Balik Hujan

Ketika malam tiba
Secercah rintik membasahi pipi
Sedekat nadi dengan hati
Bak, hadir di depan mata

Teringat oleh kalbu
Ingin rasa mengulangnya
Lembut di rasa hati
Ingin waktu berhenti sejenak
Kau bagai bintangdi derasnya hujan
Kukuatkan berdiri memandangimu
Meski harus melawan hujan
Namun dirimu penyemangatku

Kau genggam namun kau lepas
Kau lepas namun kau genggam
Terlintas kau bagai pemburu
Menarik ulur sebuah langkah

Bayangkanlah..
Jika ada yang menunggu di kerumunan hujan
Ingin hasrat kejam
Namun hati ingat pada Tuhan.

Karya ini terinspirasi dari lagu Fileski yang berjudul Hujan

68 | Goresan Mimpi Sang Pena

Kumpulan Cerpen
Negeri Kertas

Jejak rekam hati para pecandu cinta
sedang menemukan kisahnya

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 69

70 | Goresan Mimpi Sang Pena

Namaku Zianida Fira Noerma.
Nama penaku Zee. Karya-karyaku bisa dilihat di blogku,
zeenoerma.wordpress.com dan zeemktj.wordpress.com.

Kritik dan saran bisa menghubungi nomor ponsel,
085642854420 dan 085226726560.

Atau akun Facebook : Zianida Fira Noerma
(https://www.facebook.com/zee.noerma)

dan Twitter : @zeengkung.

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 71

Bait Doa, Alirku untuk Mereka

Balikpapan, akhir April 2015
“Awww, sssttt…”
“Ya Allah, Elly, kamu nggak apa-apa? Kinan, cepet

ambilin plester sama obat merah!” teriak Anit saat
melihat ujung jari telunjuk kiriku dibanjiri darah segar.

“Ish, kamu sih nggak hati-hati.Tadi pagi kepeleset
di kamar mandi.Sekarang masak, motong bawang aja
sampe jari keiris,” omel Anit.Dia memang temanku yang
paling cerewet dan selalu saja heboh di setiap
kesempatan.

“Iya, kamu kenapa sih, Ell? Bukan cuma kepeleset
aja, tapi tadi juga hampir keserempet motor pulang dari
pasar,” tambah si Kinan. Kalau Kinan adalah pribadi yang
tenang. Meskipun berbeda, tapi mereka berdua selalu
tanggap saat orang lain butuh bantuan, hanya responnya
saja yang berbeda.

Kami bertiga adalah sebagian dari enam orang
dalam satu tim yang melakukan praktek kerja lapangan
di akhir semester kuliah kami.Tiga lainnya adalah laki-
laki.Kami tinggal dalam satu rumah sewa.Tentu saja
dengan kamar yang berbeda untuk laki-laki dan
perempuan.Kami adalah satu-satunya kelompok yang
mendapat daerah di luar pulau Jawa.Meskipun jauh,
harus tetap kami jalani bukan?

“Entahlah, aku juga bingung.Emang pengaruh ya
kejadian-kejadian sampai siang ini dengan kondisiku?”

72 | Goresan Mimpi Sang Pena

jawabku yang memang tak tahu menahu dengan
kondisiku sekarang.

Menurutku tak ada yang aneh dengan kondisiku,
walaupun jujur sepertinya memang ada yang agak
mengganjal dalam hatiku. Namun, dipikir pun aku sama
sekali tidak tahu.

“Ya, mungkin aja ada yang kamu pikirin. Jadi
kamu ngelamun deh,” terka Kinan.

“Atau kamu nggakone hundredpersen kali.Kudu
minum yang kaya di iklan kali ya?” ceplos si Anit, sesuai
dengan gayanya.

“Iya sih, ada yang ngganjal nih, tapi nggak tahu
apa. Aku shalat dulu deh, udah jam setengah satu, baru
setelah itu gantian kalian.Makasih bantuan P3K-nya ya
ibu-ibu!”

“Oke,” jawab Anit dan Kinan serempak.
Segera kuberanjak dan berniat wudhu.Kubasuh
tiap bagian yang diwajibkan dalam wudhu.Perlahan
sambil meneguhkan hati, kubersihkan tiap hadas untuk
mensucikan diri.Setelah berada di kamar, baru kulepas
jilbab dan kurengkuh kain mukena yang terlipat di ujung
kasur.
Sesaat sebelum mulai membaca niat, ada sesuatu
yang menggangguku.Kulihat layar ponselku
menyala.Kuraih untuk tahu apakah ada pesan atau
mungkin panggilan tidak terjawab.Benar saja, sebuah
pesan masuk dari Salsa, kawan yang praktek di Kota
Tangerang.

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 73

Isi pesannya mengejutkan.Aku perlu beberapa
detik untuk mencerna rangkaian kata yang disingkat
dalam satu pesan tersebut.

Assalamualaikum, Elly
Lg apa? Kmrn aku plg ke Tgl & nyemptin
main ke rmhmu
Ell, doain Ibu ya,beliau skt.
Yg pntg jgn sdih.Uda yg pntg doain ibu.
Okey…

Seketika bibirku bergetar tanpa ada isak. Baru
setelah kuletakan ponsel di kasur dan mulai membaca
niat shalat dzuhur, tiba-tiba satu butir kristal bening
lolos dari salah satu mataku. Menangislah aku, tak tahan
dan terisaklah aku dalam beberapa menit.Kubaca niat
lagi dan mulai shalat dzuhur dengan mencoba tetap
khusyuk.

“Assalamu’alaikum
warohmatullahiwabarokatuh.”

“Assalamualaikum warohmatullahi

wabarokatuh,” salamku lirih mengakhiri rangkaian

gerakan shalatku. Dalam gerakan tiap jemariku,

kuberdzikir, bertasbih, bertahmid, takbir dan tahlil

mengingat Tuhan Penguasa Jagat Raya, Maha

Menentukan Takdir hamba-Nya. Setelah itu,

kutengadahkan kedua tanganku, terisak dalam doa

memohon kesembuhan ibu tersayang yang terpisah kota

dan lautan.

74 | Goresan Mimpi Sang Pena

Ya Allah, Tuhan Semesta Alam, Maha
Pengampun.Mohon ampunilah setiap dosa hamba-Mu ini
yang dalam kepayahan terus meminta kepada-Mu. Karena
hanya kepada-Mulah hamba meminta dan berharap. Serta
ampunkanlah dosa kedua orang tua hamba.Sayangilah
dan cintailah mereka.

Ya Allah, mudahkan setiap urusannya dan berilah
mereka petunjuk.Jadikan mereka inspirasi bagi kami,
anak-anaknya.Limpahilah mereka kesehatan, terkhusus
untuk Ibu hamba, Umi hamba, Ya Allah.Jauhkanlah dari
segala macam penyakit dan rasa sakit pada diri mereka.

Sesungguhnya, hamba berlindung kepada-Mu dari
kekufuran dan rasa tinggi hati.Jauhkanlah dan
selamatkan hamba, keluarga hamba, dan orang-orang
yang saling mencintai karena-Mu dari siksa api neraka.

Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Rasulullah
dan keluarganya.Ya Allah, terima kasih dan mohon
kabulkan doa hamba. Amin Ya Rabbal Alamin

Kutangkupkan kedua telapak tangan ke wajah,
mengakhiri doaku.Namun, isakan tangis masih terus
berlanjut dengan telapak tangan yang masih tertangkup
di wajah. Sungguh, aku benar-benar tak kuasa bila
mengingat Ibu yang sedang sakit. Kekhawatiran melanda
karena tidak tahu yang beliau derita.

Rindu yang membuncah dalam hati karena sudah
lima belas hari jauh dari kampungku di Tegal, ditambah
dengan berita yang membuat hati lebih miris. Tuhan,
tenangkanlah hamba dan semoga Ibu tak sakit parah
seperti yang aku khawatirkan, batinku.

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 75

“Ell, Elly, kamu kenapa? Ell, buka dong! Elly!”
teriak Anit sambil menggedor pintu
kamar.Berisik.Mungkin mereka mendengar isakan
tangisku.

“Ayo dong, Elly buka!”Kinan ikut bersuara
dengan suaranya yang tetap tenang, meskipun aku tahu
dia juga panik.

“Nggakapa-apa kok, aku cuma lagi doa tadi. Boleh
kan doa sambil nangis,” jawabku setelah kukabulkan
permintaan mereka untuk membuka pintu.

“Nggak mungkin. Biasanya kalau aku lihat di
sinetron, doa sambil nangis itu karena ada masalah.
Berarti kamu pasti punya masalah, makanya kamu
ngelamun sepanjang hari.Iya kan?”

“Ck, Anit… Anit. Selalu saja mengaitkan dengan
apa yang dilihat di TV. Udah deh, kami shalat dulu ya Ell.
Terus habis itu kamu cerita ke kita ada apa, oke?”

Setelah membujuk mereka untuk makan siang
dulu, barulah kami makan dan setelah selesai mencuci
piringnya, aku memberi tahu mereka bahwa ibuku
sakit.Mereka cukup kaget mendengarnya.

“Yang bikin aku sedih, setiap aku telepon ke
rumah, Bapak yang angkat dan bilang Ibu lagi
tidur.Bapak pun bilang kalau semua sehat, jadi aku
tenang-tenang aja.”

“Kalau gitu, sekarang kamu nelepon Bapak aja,
Ell!”

76 | Goresan Mimpi Sang Pena

“Iya, sekarang aku mau telepon Bapak.” Namun,
sebelum sempat men-dial nomor Bapak, ada panggilan
masuk dari Salsa.

“Halo, assalamualaikum Salsa!”
“Waalaikumsalam! Elly tenang ya, jangan panik!
Aku tahu karaktermu, pasti kamu nangis pas tahu Ibu
sakit.Bapak cuma nggak pengin kamu nggak fokus
dengan praktekmu, kok.Jadi biar seimbang tetap fokus
dan lebih rajin ibadahnya, jangan lupa juga doain Ibu
sama Bapak!”
“Iya Salsa, makasih. Tapi gimana keadaan Ibu?”
“Ibu memang dirawat di rumah sakit, tapi udah
pulang kok.Agak kurusan sih, tapi kata Bapak lebih
mending dari sebelumnya.”
“Tuh kan sampai dirawat segala.Parah ya?”
“Ell, nggak kok.Harusnya bersyukur dong, Ibu
udah pulang dari rumah sakit dan kondisinya juga lebih
baik.Kalau Elly mau nelepon ke rumah tetep tunjukin
kalau Elly seneng di tempat PKL ya?”
“Iya deh, Salsa.Makasih ya. Kamu juga sehat kan
disana?”
“Alhamdulillah sehat kok. Kalian baik-baik ya.
Salam buat teman-teman, khususnya si Anit sama Kinan.
Oke, duluan ya Elly sayang. Wassalamu’alaikum.”
“Oke, Sa. Wa’alaikumsalam.”

***

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 77

Setelah telepon dari Salsa pada siang itu,
malamnya selepas shalat isya, aku menelepon Bapak di
Tegal.Seperti yang Salsa bilang, aku meyakinkan Bapak
bahwa aku sudah tahu tentang sakitnya Ibu dan aku
masih bisa fokus melaksanakan praktek.

Pada akhirnya aku bisa bicara dengan Ibu,
walaupun hanya sebentar sekali. Karena nampaknya
buliran air mataku tak mau bekerja sama. Dengan sangat
terpaksa, harus aku akhiri perbincanganku via telepon
dengan Ibu yang sangat aku rindukan.

Pada akhirnya pula, aku tahu pencernaan beliau
terganggu dan tekanan darahnya naik.Aku menangis
sejadinya hingga larut malam.

Dalam setiap shalatku, aku panjatkan doa untuk
mereka, kedua orang tuaku. Kedua orang tua yang selalu
mengasihani dan menyayangiku.Mendoakan putra-
putrinya untuk kesehatan dan kesuksesan.Rela
memendam sakit dan rindu demi kelancaran urusan
putra-putrinya.

Mereka yang kucinta.Aku berjanji pada diriku,
bahwa aku haruslah menjadi seorang anak yang
sholehah. Aku ingin terus bisa mengalirkan doa-doa
untuk mereka, karena sesungguhnya salah satu amalan
yang tak pernah putus adalah doa anak sholeh dan
sholehah. Setidaknya itulah yang aku yakini.

***

Balikpapan, akhir Mei 2015
“Elly, Elly……”

78 | Goresan Mimpi Sang Pena

“Ada apa sih, Nit?Kebiasaan sukanya teriak-teriak
nggak jelas.”

“Ih, nggak jelas, nggak jelas. Ini ada telepon dari
Bapak kamu!”

“Oh ya? Hehehe, maaf maaf, makasih ya…”
“Halo, assalamu’alaikum…”
“Waalaikumsalam, Elly?”
“Ibuuuuu…”
Hari itu, aku bisa mendengar tawa Ibu kembali
lagi.Kencang, bak penonton lawakan.Beliau kembali
sehat dan berharap anak-anaknya pun sehat. Aku
percaya bahwa kekuatan doa dapat menguatkan siapa
pun dalam hal apa pun. Baktiku pada orang tuaku
semata-mata karena perintah Tuhan, maka aku yakin
bahwa Tuhan pun akan mengahasihaniku. Dia akan terus
menyertaiku apabila aku pun selalu mengingat-Nya. Tak
banyak hal bisa kulakukan untuk mengganti peluh Ibu
dan Bapak. Seperti lagu Fileski yang berjudul Doa, hanya
barisan kalimat-kalimat doa yang bisa kupanjatkan
untuk mereka.

Balikpapan, awal April 2015

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 79

80 | Goresan Mimpi Sang Pena

Nama aslinya adalah Agustini.
Penulis merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi Lepisi, Tangerang.

Menulis merupakan ekspresi dari ungkapan hati
dan pikirannya.

Karya-karyanya telah dimuat dalam buku-buku antologi
cerpen dan puisi. Menjadi Penanggung Jawab di Negeri

Kertas wilayah Tangerang adalah pengalaman
pertamanya dalam dunia literasi.

Untuk kritik dan saran, sahabat bisa menghubunginya
melalui email: agustinazzahra@gmail,com, Facebook :

Tini Dwi Agustin, Twitter @tiniDwiAgustin1,
atau via sms 087771265091.

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 81

Embun dan Kado Istimewa Untukku

Dinginnya pagi ini terasa sekali. Embun terlihat
di permukaan dedaunan. Kabut tipis menyelimuti
seluruh daerah tempatku tinggal. Ya, beginilah suasana
pagi hari di desaku. Aku tinggal di daerah pegunungan,
tepatnya di desa Saguling, kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Aku sangat menikmati suasana pagi hari. Bagiku,
pemandangan di pagi hari adalah laksana lukisan alam
yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Di suasana
yang hening dan sejuk seperti inilah waktu yang tepat
bagiku untuk menuliskan ungkapan hati dan pikiranku
ke dalam sebuah karya. Dan, kewajibanku setiap hari
adalah duduk di rerumputan di depan rumahku yang
dinaungi pepohonan rindang.

Seperti pagi hari ini, aku menyepi, menikmati
lukisan alam ciptaan Tuhan. Aku senang mengamati
embun-embun di sela-sela dedaunan. Kadang aku
berpikir mengapa daun-daun itu mengeluarkan embun?
Apakah mereka menangis? Ah, itu hanyalah imajinasiku
ketika masih kecil. Kini aku tahu bahwa embun
terbentuk pada malam hari ketika cuaca cerah dan
kelembaban udaranya tinggi, sehingga terbentuk uap air
yang mengembun di atas benda-benda yang dekat
dengan tanah, contohnya dedaunan. Kata Kak Fileski
dalam lagunya yang berjudul “Kerajaan Embun”, dia
bilang bahwa embun adalah jejak dingin malam, hadiah
dari dunia yang ajaib.

82 | Goresan Mimpi Sang Pena

Menikmati embun-embun di sela-sela dedaunan,
membuatku menguraikan untaian kata-kata indah
tentang embun.

Embun…
Kehadiranmu adalah suatu kado istimewa,
Kau buat sang daun terlihat segar dan indah,
Kau buat kupu-kupu menghirup tubuhmu untuk
melepaskan dahaganya,
Dan kau buat aku ingin memegangmu yang terasa dingin

Embun…
Karenamu, dunia terasa sejuk dan segar,
Karenamu, sang kabut pun ikut menampakkan dirinya,
Karenamu, suasana di pagi hari ini begitu indah tak
terperi,
Dan karenamulah aku dapat mengeluarkan imajinasi.

Pagi ini hujan turun dengan lebatnya. Aku tak
bisa keluar untuk melihat embun dan kabut tipis yang
menyelimuti pepohonan. Suasana hujan yang deras
seperti ini mengingatkanku akan peristiwa bertahun-
tahun silam. Dulu ketika aku masih kecil. Tentang
kisahku dan teman masa kecilku ketika usiaku 9 tahun.

“Uti sedang apa?” tanya Ica, sahabatku.
“Aku sedang duduk, Ca.”

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 83

“Kenapa kamu duduk di rumput, Ti? Nanti kotor
loh bajumu,” katanya lagi.

“Sini kamu juga duduk. Aku punya cerita
buatmu.”

“Baiklah,” Ica pun duduk di sampingku.
“Kau lihat tidak embun-embun yang melekat di
daun-daun itu?” tanyaku.
“Iya. Kenapa memang Ti?”
“Indah ya? Kamu pernah berpikir tidak, kok bisa
ya embun-embun itu menempel di dedaunan? Tidak
jatuh?”
“Aku tak tahu Ti.”
“Makanya aku sedang berpikir, Ca. Lalu,
darimana datangnya embun-embun ini ya? Padahal
semalam kan tidak hujan?”
“Aku juga tak tahu. Nanti tanya Bu Guru saja, Ti.”
“Hmm, kalau apa-apa kita tanyakan kepada Bu
Guru, kapan kita pintarnya, Ca?”
“Terus, kamu tahu jawabannya?”
Aku tampak berpikir keras. “Aku juga tak tahu,
Ca. Nanti aku tanya Ibuku saja. Hehe…” aku tertawa.
“Sama aja atuh. Intinya juga nanya-nanya juga.”
Ica tersenyum geli.
“Aku terus bertanya-tanya Ca, tentang embun ini.
Kau tahu kan, aku suka menulis. Imajinasiku keluar jika
aku duduk di sini, menatap pemandangan pagi hari ini.
Suasananya kan sangat mendukung. Hening dan sejuk.”

84 | Goresan Mimpi Sang Pena

“Iya, aku selalu mendukungmu menjadi penulis,
Ti. Aku doakan kau kelak menjadi seorang penulis
hebat.”

“Aamiin. Terima kasih ya atas doa tulusmu.”
“Iya. Sebenarnya aku ke sini ada sesuatu hal yang
ingin kukatakan padamu, Ti.”

“Apa itu?”
Belum sempat Ica mengutarakan kata-katanya,
pelan-pelan rintik hujan mulai turun membasahi
tubuhku dan tubuhnya.

“Hujan, Ti,” katanya.
“Masih gerimis, belum deras hujannya. Ayo
katakan tadi kamu mau bilang apa?” tanyaku penasaran.
Raut muka Ica berubah sedih. Pelan-pelan bulir-
bulir air mata keluar dari pelupuk matanya. Dia lalu
memelukku erat. “Maafkan aku ya Ti, jika selama aku
berteman denganmu aku banyak melakukan kesalahan.
Aku suka menyakiti hatimu.” Ica malah menangis.

“Aku tak mengerti apa yang kau ucapkan?
Kenapa kau meminta maaf?”

Ica melepaskan pelukannya. Ditatapnya mataku
dengan penuh kesedihan. “Hari ini aku akan pindah ke
Tangerang, Ti. Ayahku dipindahtugaskan ke daerah sana.
Mulai besok Senin aku sekolah di sana.”

Aku tak bisa berkata apa-apa. Lidahku terasa
kelu. Hujan mulai turun dengan derasnya. Namun kami
tak mampu berdiri. Air mataku sudah menyatu dengan
aliran hujan yang membasahi wajahku.

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 85

“Secepat itukah persahabatan kita akan berpisah,
Ca?” Hanya itu yang keluar dari mulutku.

“Aku juga tak mengira. Namun Allah punya
rencana lain kan, Ti? Kita hanya bisa pasrah dengan
keadaan. Namun aku janji setiap liburan sekolah aku
pasti pulang ke sini.” Ica sedikit menghiburku.

“Lihat dedaunan itu! Tadi embun melekat di sana.
Namun ketika hujan mulai turun, embun pun mulai
terbawa oleh aliran derasnya hujan. Kau tahu apa artinya
itu?”

“Tidak, Ca. Aku tidak pintar memaknai sebuah
ungkapan seperti itu.”

Aku tersenyum. “Daun dan embun itu laksana
aku dan kamu. Embun kini terbawa oleh hujan, sama
sepertimu yang akan pergi meninggalkanku di sini.
Hujan yang memisahkan antara embun dengan daun
sama seperti takdir yang memisahkan antara aku
denganmu.”

Ica kembali memelukku. “Tenang Ti. Perpisahan
kita bukan selamanya. Embun pun akan kembali melekat
di dedaunan.”

“Iya. Aku tahu kok.” Aku tersenyum. “Tubuh kita
sudah basah kuyup, Ca. Ayo, kita masuk ke dalam. Jangan
sampai kamu sakit.”

“Iya.” Kami pun berlari masuk ke dalam rumahku.
***

86 | Goresan Mimpi Sang Pena

Sudah delapan tahun semenjak peristiwa
perpisahan itu. Ica menepati janjinya. Setiap liburan
sekolah, dia pulang ke sini. Kami menghabiskan waktu
duduk di rerumputan di depan rumahku. Namun
semenjak setahun yang lalu, Ica jarang pulang. Hanya
ketika lebaran, dia dan keluarganya pulang ke sini. Aku
tahu dia pasti sibuk menjelang ujian nasional. Sama
sepertiku yang sibuk dengan belajar dan belajar. Aku pun
ingin meneruskan jejak mimpiku untuk terus menimba
ilmu. Namun bukan di sini. Karena di sini hanyalah
daerah pedesaan kecil yang masih kurang fasilitas untuk
kuliah. Aku berharap aku bisa melanjutkan studiku di
Universitas Indonesia, tempat yang aku impikan bersama
Ica dulu.

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk
mimpi-mimpimu.” Begitulah kata Andrea Hirata. Allah
pun mendengarkan doa kecilku. Aku bisa kuliah di UI!
Aku sangat bersyukur kepada-Nya. Satu pintaku juga
mudah-mudahan aku bisa bertemu Ica di sana.

Perpisahan memang membuatku menangis. Aku
harus berpisah dengan kedua orangtuaku untuk
meneruskan pendidikanku. Mereka begitu bersedih
namun bahagia melihatku bisa kuliah di salah satu
universitas terbaik di Indonesia.

“Jaga diri baik-baik ya,Nak. Sehat selalu. Dan
jangan lupa untuk tetap menunaikan sholat lima waktu,”
pesan Bapak padaku.

“Ibu akan sangat merindukanmu, Ti. Sering-
sering telepon Ibu ya,” Ibu merangkulku erat.

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 87

“Iya Pak, Bu. Uti akan selalu mengingat nasihat
kalian. Doakan Uti juga agar bisa menjadi anak yang
membanggakan untuk Ibu dan Bapak.”

Adikku yang duduk di bangku SMA pun turut
menangis. “Zahra akan kangen terus sama Teteh. Teteh
adalah sosok yang mampu menginspirasi dan
memotivasi buat Zahra.”

“Kalau kamu ada perlu apapun telepon aja Teteh
ya.” Aku memeluk adikku satu-satunya.

Keluargaku hanya mengantarku sampai terminal.
Aku cukup naik bus sekali untuk sampai ke Depok.
Dalam perjalanan, tak henti-hentinya aku berdoa mudah-
mudahan Allah senantisa melindungi dan meridhoi
setiap langkah yang aku ambil.

***

UI. Aku benar-benar takjub melihat kampusnya.
Luar biasa besar. Aku sempat bingung harus lewat ke
sebelah mana untuk sampai ke fakultas yang aku ambil
yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia. Untungnya Pak
Satpam yang baik hati mengantarkanku untuk sampai ke
tempat tujuanku.

Suasana UI pagi-pagi sungguh indah. Pepohonan
yang rindang dan jajaran bunga-bunga yang tertata rapi
membuatku serasa di kampung halamanku. Aku lihat jam
tanganku. Masih setengah tujuh. Setengah jam lagi
pendaftaran ulang dan sosialisasi kampus dimulai. Lebih
baik aku gunakan waktuku untuk melihat bunga-bunga
di sekitar fakultasku.

88 | Goresan Mimpi Sang Pena

Embun tampak melekat di bunga mawar.
Kuhampiri, lalu kupegang embun itu. Dingin. Aku jadi
teringat Ica. Tiba-tiba mataku ditutup oleh kedua tangan
seseorang. Aku kaget.

“Hei, ini siapa?” kataku sambil menarik tangan
orang itu. Ketika aku membalikkan badan, aku
terperangah sejenak laku langsung tersenyum bahagia.

“Ica?” Dia pun tersenyum dan memelukku erat.
“Selamat datang sahabat kecilku. Benar kan apa
yang aku katakan bertahun-tahun silam? Perpisahan di
masa kecil itu bukanlah selamanya. Buktinya Allah
menakdirkan kita untuk kembali bersama-sama
menimba ilmu di UI.”
“Iya. Aku sudah menduganya. Bukankah ini
adalah mimpi kita bersama? Dan ternyata Allah
mengabulkannya.”
“Kenapa tidak bilang kalau sudah berangkat ke
Depok? Kan bisa aku jemput.” Ica sedikit cemberut.
“Aku sengaja. Aku tak ingin merepotkanmu.
Karena aku yakin, kita pasti bertemu di sini.”
“Kau sudah mencari kos-kosan?”
“Sudah kemarin,” kataku.
“Bawa semua barang-barangmu. Biar kita tinggal
bersama.”
“Baiklah.” Aku tersenyum. “Ica, kau sudah lihat
apa yang sedang aku lakukan?”
“Tentu. Pasti embun kan?” katanya.

Komunitas Negeri Kertas Tangerang | 89

“Benar. Embun melekat dengan bunga mawar.
Sama seperti persahabatan kita yang kembali erat.”

“Mudah-mudahan Allah tidak memisahkan kita
kembali ya.”

“Aamiin.”
Kami pun bersama-sama melangkahkan kaki
menuju tempat kami menimba ilmu. Walaupun beda
jurusan karena Ica mengambil jurusan sastra Inggris,
yang penting kami masih satu tempat kuliah dan tempat
tinggal. Rasanya sudah tak sabar menikmati indahnya
perjalanan mimpi kami di sini. Dan menikmati indahnya
suasana pagi hari di kampus, melihat embun sebagai
kado terindah sang malam, seperti Ica yang menjadi kado
istimewa yang Allah berikan untukku.

Karya ini terinspirasi dari lagu Fileski yang
berjudul“Kerajaan Embun”

90 | Goresan Mimpi Sang Pena


Click to View FlipBook Version