The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Antologi puisi karya penyair ASEAN (serumpun) yang diterbitkan atas kerjasama negerikertas.com dan raditeens

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by fileskifileski, 2021-06-21 00:04:25

Antologi Puisi Serumpun (ASEAN)

Antologi puisi karya penyair ASEAN (serumpun) yang diterbitkan atas kerjasama negerikertas.com dan raditeens

Keywords: fileski,negerikertas

Di Atas Kapal

Edrida Pulungan

Pada saat masa muda
Darah masih bergejolak
Kuseberangi lautan
Menikmati pemandangan sungai Mekong
Di atas kapal
Dengan kerlap kerlip lampu

Bersama
Kita berkumpul karena kita generasi pejuang
Sepenanggungan menuju masa depan gemilang

Bercerita tentang leluhur yang perantau
Melayu yang serumpun
Negeri-negeri sejahtera
Menghasilkan emas, minyak, batu bara
Juga hamparan sawit serta padi yang menguning
Namun masih banyak potret kemiskinan
Anak-anak yang kelaparan
Para Ibu yang jadi tulang punggung
Mencari sesuap nasi

40

Memikul padi
Memikul mimpi
Di atas kapal
Menikmati sungai Mekong
Airnya yang tenang
Serta kerlip lampu yang indah
Setelah sepuluh tahun kini
Kita pernah berjanji
Bahwa senyum bahagia akan hadir
Tat kala kitalah sang generasi pemikir
Serta pujangga merdeka yang terakhir
yang inginkan negerinya sejahtera
dengan tersematnya karya kita

Kamboja, Sungai Mekong, 2011

41

Semalam di Kelantan

Edrida Pulungan

Penat di badan tiada terasa
Hitungan jarak tidak seberapa
Demi pertemuan
Menyaksikan sahabat pujangga
Bersama mengukir cerita

Telah terhidang makanan santap malam
Jamuan nasi hangat dan kuah kari
Serta gelak tawa yang renyah
Seperti hembusan nyiur di pantai Bachok
Kita bersua setelah dua purnama
Semalam di Kelantan

Gemuruh sang waktu
Gendang ditabuh
Kubacakan sebait puisi mengungkapkan rindu

Bilakah lagi kita bertemu
Mengabadikan kenangan di antara sahabat serumpun
Dengan aneka bendera serta rasa bahagia

42

Bersua pada malam dalam majelis sastera
Di antara kibaran bendera-bendera

Kelantan, Malaysia 2017

43

Selembar Surat di Orchard Road

Edrida Pulungan

Aku mencari jawaban
Pada setiap perjalanan kesendirian
Sepanjang Orchard Road saat hujan turun
Ku berteduh di sebuah stasiun
Jalan besar di Orchard Road
Maka kutuliskan selembar surat kerinduan
Pada ibu yang tersayang
Anakmu akan segera pulang
Mengumpulkan tabungan
Bekerja di rantau
Di negeri orang
Merajut impian
Pulang membawa dollar
Membeli tanah, sawah, rumah
Tapi tidak membeli cinta

Orchard Road, Singapura, 2019

44

Profil Penulis

Edrida Pulungan Lahir di Padang Sidimpuan 25 April 1982,
Pendidikan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
dan S1 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
(2000-2006), S2 Hubungan Internasional Universitas
Paramadina dan S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP)
Jurusan S2 Sosiologi UI (2014- 2017), S3 Ilmu Pemerintahan
Universitas Satyagama (2019-sekarang), Pendiri Lentera
Pustaka Indonesia, Penulis Annual Book Darwin High School,
Australia 2006, Juara 1 Cipta Puisi Nafiri Nusantara oleh Watch
Forest Indonesia, Juara II Puisi Aksara Internasional dengan
judul “Aku Tersesat di matamu ” yang diadakan Fakultas Adab
UIN Jakarta, Telah menulis 88 buku tunggal dan antologi
diantaranya “Antologi Pelangi Jiwa” (2012) “Ayat-ayat
Ramadhan” (2013 101 Perempuan Berkisah” (2013). Sayap-
sayap tumbuh (Peniti Media,2014), “25 Wanita Kompasianer
Merawat Indonesia” (Peniti Media, 2014), Cinta Merah Jambu
(Puspa Swara, 2014), Pemenang 10 Tahun Poetry Slam Edisi
Jerman Goethe Institute dengan Judul “Diatas Langit Eropa,
Melamarmu” Juara 1 Cipta Puisi Nafiri Nusantara dan Watch
Forest Indonesia, Trilogi buku Titik Noil Peradaban di tanah
Barus, Jejak damai di tanah Barus, dan rahasia dalam kedipan
Mata di negeri Hamzah Fansyuri, Puisinya diterjemahkan ke

45

dalam bahasa Inggris, Spanyol dan Turki, Aktif menulis opini di
majalah SENATOR, Harian Analisa, Tabloid Inspirasi, SINDO
seputar pendidikan, ekonomi, kepemudaan, hubungan
internasional, lingkungan dan perempuan. Menghadiri Ubud
Readers and Writers Festival 2014, Penulis “Celebrating
Peacemaking Odyssey Jusuf Kalla yang di launching di istana
Wapres tahun 2019, Penulis diundang dalam kemah sastra
nusantara di Pematang Siantar, Binjai, Pekanbaru, Jakarta,
Tegal, Banyuwangi, Meulaboh, Bengkulu, dan aktif menulis di
blog pribadinya edpulungan.blogspot., serta Tabloid Inspirasi
ASEAN dan story teller online magazine Singapura “Our Better
World”Penulis juga menjadi Kurator Kumpulan Puisi berbahasa
daerah “ Menuai Rindu di tanah Angkola Mandailing “ dan aktif
membacakan karyanya dalam undangan Dubes moroko, FAO,
ICWA Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pemuda dan
Olahraga, Pusat Budaya America, MPR RI,Universitas Trisakti,
Univ. Bung Karno, STIE Tazkia, Universitas Negeri Medan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Penulis Menghadiri
Musyawarah Nasional Sastrawan 2016 dan 2017 serta Kongres
Bahasa Indonesia Tahun 2018 dan diundang pada Borobudurs
Writers and Readers Festival 2018 dan 2019 serta diundang ke
Paris Peace Forum sebagai Delegasi Buku Penulis Puisi berjudul
“Pesan Damai Bumi” menjadi koleksi Peace Library, Grand Halle
Vilatte, Paris. Beliau juga menerima “ Melayu Award” dari Pusat

46

Kajian Peradaban Melayu pada 30 Desember 2019 di Jakarta
sebagai Tokoh Perempuan Berprestasi dalam Penulisan Puisi
Melayu dan aktivis Perdamaian Dunia, Sekarang penulis bekerja
sebagai Humas parlemen di Sekretariat Jenderal Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia (Setjen DPD RI),
Senayan, Jakarta.

47

Dalam Samudera Keabadian

Fileski

apa yang menjadikan matahari enggan tersenyum
sementara hari ini kalian tertawa euforia di dunia maya.
terlena fana,
bermalas-malasan, masih bermain dengan bunga tidur
yang meluapkan tsunami.
menghantam pulau-pulau harapan
yang telah disusun dengan cetakan nampan doa
dan gundukan pasir intan yang diwariskan nenek
moyang kita.

di kedalaman samudera,
tekanan semakin meninggi. seribu ton menjerat tubuh besi.
di antara harapan dan ingatan keluarga yang menanti. kami
belum mati!!!

wahai para pemuda,
bukankah pagi adalah berkah kehidupan yang mestinya
disyukuri, karena nafas masih ada.
Tuhan masih memberi kesempatan, jangan sia-siakan!

48

langit mendung hari ini, hujan tangis negeri, esok ‘kan menjadi
lengkung pelangi,
yang mewarnai langit pagi, seperti usainya badai sepanjang
malam ini.
bangkit dari kesedihanmu,
yang pergi tak benar-benar pergi.
ingatlah kami, abadi dalam sanubari.
jagalah, jagalah, jagalah bahari ibu pertiwi.

(pesan dari -838 meter)

49

Masih Ada Harapan

Fileski

api dalam jiwa meredup,
ada ketakutan untuk memulai mengayuh gayung.
ketika air bergerak maka angin pun ikut bergerak,
kemudian tanah juga bergerak hingga menemukan api.
namun air tetap tak bergerak,
ada dosa yang masih tertinggal di masa depan,
dosa tentang pikiran
yang belum menemukan harapan.

ayolah, kamu pasti bisa.
pasti bisa melampaui pagi ini.
esok hari tak perlu dihitung-hitung lagi,
sebab kematian adalah keniscayaan.
sedangkan kehidupan adalah anugerah.

yang tak semestinya kau pikirkan
sesuatu yang belum dianugerahkan kepadamu.
sebelum jam-jam di dinding itu meleleh,
menjadi karet yang sangat lengket dan menjerat langkahmu.
maka bergegaslah angkat gayung itu,

50

alirkan air hingga tergeraklah udara,
tanah, dan api dalam jiwamu.

Untuk seorang kawan
yang sedang mengadu nasibnya di Jakarta

51

Dialektika

Fileski

burung itu terbang dan menghilang
ditelan silaunya pagi.
menjemput takdirnya sebagai pemangsa serangga.
tak pernah ragu akan jatah rezeki yang diberikan Tuhannya.
berbeda dengan manusia yang selalu ketakutan
pada esok hari.
ketakutan akan rencana-rencana yang ia buat sendiri.
bukankah Tuhan telah mengatur jalan hidup kita
dengan membisikkan kata-kata
dalam otak bawah sadar kita?
setiap jiwa adalah semesta,
ia memiliki warna,
yang terpengaruh dari apa yang dipikirkan
dan apa yang dibicarakan.
ketika manusia yang bernyawa tak lagi bicara,
maka itu sudah bahaya.
tak ada lagi dialektika.

52

Profil Penulis
W. Tanjung Files (Fileski) adalah seorang yang awalnya
dikenal melalui kiprah karya-karya puisi yang dipublikasikan di
berbagai media massa dan pertunjukan musik-puisi. Kerap
tampil di berbagai perhelatan sastra negara-negara Asia
Tenggara. Sebagian pencapaian yang pernah diraih seperti;
Anugerah HESCOM Musikalisasi Puisi Terbaik dari e-Sastera
Malaysia (tiga tahun berturut-turut). Komposer Lagu Puisi
terbaik di Anugerah PESTAB dari Brunei Darussalam. Dua kali
menjadi wakil Jawa Timur dalam pertemuan Sastrawan
Nasional MPU XI dan XI. Meraih Rekor Musikalisasi Puisi 11 jam
Non Stop di Festival Lanfang. Menulis banyak karya antologi
puisi dan cerpen dalam ruang kreatif Negeri Kertas. Kini
rutinitasnya sebagai ASN guru di SMA Negeri 2 Madiun.

53

Negeri Sebatangkara

Firmansyah Evangelia

Di negeriku, laut-laut menangis
Resah suara-suara menggerutu di perbukitan tunggal
Mengabadikan kekam harap, di sepanjang khayal mimpi kekal

Di negeriku, tembakau-tembakau berdoa, zikir-zikir rumput
menggelora di ruang sunyi
Menghunus jantung hening, pada kedalaman tahajud daun-
daun yang bersujud

Di negeriku, matahari memancar begitu buram, lembab tanah-
tanah gersang
Diiris-iris derita dadaku, keniscayaan menghabiskan rentang
musim di penghujung mata
Hingga nyalang cemas pun runtuh, habis dikuras ruas-ruas
pandangku saban hari

Di negeriku, sungai-sungai berhenti mengalir, bangunan-
bangunan pongan tinggal debu
Hingga tabah yang dihentak, tetap senantiasa kusucikan dalam
diri

54

Di negeriku, cahaya-cahaya ranggas lepas silau, pupus
segalanya sirna pada diam getirku
Tanpa ada sisa-sisa bangkit yang ingin kujulangkan pada
langit-langit harap sepanjang jalan

Mts. Putri, 2020

55

Panggilan Subuh

Firmansyah Evangelia

Suara-suara ayat suci mulai menggema di penjuru rumah
Tuhan
Deras merdunya mendarat di batinku
Menyucikan sesak dada dari debu-debu suudzan yang kupiara
di kedalaman sunyi
Hingga perlahan nyalang jiwaku, kembali merdeka pada sungai
nil keyakinan

Barangkali, panjang Subuh adalah harapku
Memuliakan rentang tahajud dengan zikir-zikir cukup larut
Sebab, pejam khusyu’ bagiku
Ialah jalan sabar paling tunggal menjumpai Tuhan

Maka, dengan hati lapang dada
Aku pasrah pada segenap kegelisahan yang kerap meronta
pada setiap detak jantungku.

Annuqayah, 2020

56

Gerutu Orang-Orang Kampung

Firmansyah Evangelia

Orang-orang kampung menggerutu
Memahami resah dari kesaksian tangis ladang-ladang dan
tumbuhan
Mengiris kematian serak tulang-tulang mimpi
Hingga dengan pasrah, ia kembali menerobos gigil pagi di
pangkuan matahari

Sejenak, tajam pacul-pacul menghantam tanah
Letih mengubur harap perih pada panjang musim yang makin
renta
Mendiami susup khayal bangkit di jurang otak
Menenggelamkan getar dada
Pada saban kantuk bayang-bayang yang kian rentang

Maka, adalah tunas sengsara
Kerap kali kupiara di punggung waktu
Sebab, mozaik takdir di kelam diri
Tak kuasa kutangkas di ruas-ruas hari

Annuqayah, 2020

57

Profil Penulis

Firmansyah Evangelia nama pena dari Andre Yansyah , lahir di
pulau giliyang, yang terkenal kadar Oksigennya setelah
Yordania, 12 September 2002 ,tepatnya di dusun baru desa
banra’as RT:03 RW:06, alumni MI,MTS pondok pesantren Nurul
Iman, menyukai puisi dan tater sejak aktif di beberapa
komunitas, di antaranya:PERSI (penyisir sastra iksabad ), LSA
(lesehan sastra annuqayah) , Ngaji puisi, Mangsen puisi ,
Sanggar kotemang, poar ikstida. Beberapa karyanya pernah di
muat di : Radar Madura, Nusantara News, Majalah Sastra
Simalaba, Buletin Leluhur,Buletin Bindhara, Majalah Pentas,
Potrey Prairey, Harian pringadi,dll. Buku puisinya : Duri-duri
bunga mawar(FAM publising 2019),Rubaiyat Rindu(Jendela
Sastra Indonesia 2019),Entah Apa Yang Merasukimu?(JSI jilid I
2019), Kekasih (Sanggar Sastra Indonesia 2019). pernah
dinobatkan sebagai juara 1 Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional
di jendela Sastra Indonesia (JSI) 2019, juara 1 Lomba Cipta Puisi
Spontan Class Meething yang di selenggarakan MA 1 Annuqayah
(2019). Juara 1 Lomba Baca Puisi Se-kabupaten Sumenep pada
Acara Festival Seni dan Budaya di Auditorium MA 1 Annuqayah,
menjadi penulis terbaik dalam Lomba Cipta Puisi Tingkat
Nasional yang di selenggarakan Sanggar Sastra Indonesia (SSI)
2019.

58

Lelaki Pembunuh Sepi

Gabriel Kimjuan

Ketika aku mengetuk cermin pintu kerinduan yang lama
menyepi
ada sebuah tangga kamar cinta saling kita rasai
jiwa dan raga pelukan nyawa di atas nama Ilahi
terus tumbuh membentuk jantung dalam pohon keabadian di
hati
menyelinap ke akar rumput menunggu kabus antara mimpi

Masih ubun-ubun segar dalam ingatan seorang manusiawi
yang berjuang meredah ikatan tali membela titian sejati
melafaz gunung setia mencari warna-warni sang pelangi
membuka aroma luar jendela melihat bauan bulan permaisuri
biar kenangan ini kekal beraksi di kertas bersaksi

Ketika adanya fajar yang kini menyuluh ke lembah dasar hati
ingin meraut wajah di sebalik selendang hawa secantik
bidadari
keasyikan renungan mata ditatap tajam menjolok ke sanubari
ada sejuta ubat ketenangan yang terasa ingin memberi segala
sakti

59

walaupun diri ini masih berkelana bersendiri lagi

Malam berteman dengan jutaan bintang aku menulis prosa
dalam puisi
melahirkan keakraban sang pena untuk dihapuskan lelaki
pembunuh sepi
alam yang terus melakar setiap bait saling berteka-teki
berlari mengarungi samudra untuk menjadi kupu-kupu ke
pelosok negeri
biar mereka mengali siapakah tinta yang mahu merdeka di
kalung misteri

Ketika aku jejaki sebuah pulau yang sungguh damai
memakai sehelai baju putih yang penuh dengan kata-kata suci
di kota pantai aku melabuhkan sebuah sampan untuk
dihanyutkan bersama surat janji
lalu pergilah dengan nadi yang tenang tanpa ada batin tersakiti

Labuan, Malaysia, 26 Januari 2020

60

Profil Penulis

Gabriel Kimjuan penulis kelahiran tahun 1988. Seorang
penulis muda Persatuan Penulis Wilayah Persekutuan Labuan
(PERWILA). Karya beliau pernah tersiar di Utusan Borneo, New
Sabah Times, Harian Ekspres, Sinar Harian, Mingguan Malaysia,
Utusan Malaysia, Berita Harian dan Selangor Kini. Malah, karya
beliau juga pernah tersiar di majalah Wanita, Wadah, Tunas
Cipta, Dewan Budaya dan di corong radio Malaysia, Labuan FM.
Aktif berkarya di laman sosial facebook. Mempunyai 65 buah
buku antologi bersama. Pernah menerima Anugerah Penulis
Muda PERWILA tahun 2015. Pemenang ASEAN E-WRITER
AWARD oleh E-Sastera Malaysia tahun 2016. Mempunyai dua
buah kumpulan puisi antaranya Benang Merah (2015) dan Bilik
Istimewa (2017). Tahun 2019 sudah terbitkan sebuah buku
baharu kumpulan puisi ketiga iaitu Sajak Bekerja.

61

Dhawuh Sang Guru pada Telinga
Theleng Hati

Gambuh R Basedo

Sekar kakidung dhandhang gula kanjeng sunan

Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
Luputa bilahi kabeh
Jin setan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Niwah panggawe ala
Gunaning wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
Guna duduk pan sirna

Anakku wong bagus!

Jika aku ombak
Ketahuilah, sungguh hanya ingin kutunjukkan padamu tentang
: Hingar gelegar kehidupan
: Meresak rasuk dalam jiwa

62

Jika aku gaduh di telingamu
Tidak! Di theleng hatimu bila
: Nyata hidup
: Nyala kegelapan
: Cahaya putih biru hitam

Maka kutanyakan padamu
Pernahkah kau tahu tentang hakikat
: Rohani
: Sukma
: Ruhmu

Anakku wong bagus!
Aja gumunan, lan kagetan
Aja dumeh, sirri harus tertiti
Kuwasiatkan padamu Zikir talijiwa

Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Temu

63

Melarung angin air api dan tanah
Berjalan melalui tujuh panggilan arah
Mendawai lambai
Dalam dentang denting
Keriuhan sunyi

Memutar alur ulur waktu
Dalam detik detak ingatan
Yang sesekali timbul dan terkubur

Kemarilah malam
Beningkanlah ning hatiku
Kan kupeluk dirimu bersama setangkup sendu
Saat ada mewujud
Mengalir dalam luruh zikir
Yang sesekali kualun tersengal bengal
Sesekali terisak kulagukan

Temu
Telah menentramkan hatiku
Menetes lembut air mata di peluk-Mu
Syahdu

Rembang, 17.06.2020

64

Menjamas Nafas Puisi

Gambuh R Basedo

Endapkan sejenak usah meronce kata
Bila engkau memungutinya dari serpihan kecewa
Buang amarah, diamlah dari melarik puisi
Agar birahimu tak ternodai dengan aksara api

Bila engkau memanennya dari ladang pikir angkuh rusuh puasi
Tak akan pernah ada ejakulasi
Dan janin puisimu hanya menjadi sebilah belati
Sebab hanya akan kaulahir hadirkan orasi raseksi
Dan hanya akan tumbuh menjadi janin ilusi

Mesrai hasrat
Mamlakat tujuan
Bukan puisi sesaat
Seperti terik tersesap rintik hujan
Habis tak tersisa
Tak membekas

Lalu semangat
Bukan dimaki

65

Dikebiri
Dan menancapkan kesimpulan berduri
Sadari!
Hatimu baru sanggup merasai
Dan kau merasa telah suci adalah syahwat khofi
Lembut memang hingga kau pun nyaris tak sanggup
memahami

Rembang, 28.06.2020

66

Aroma Rindu di Secangkir Kopi

Gambuh R Basedo

Kucium wajah molekmu dalam kopi hitam
Beraroma wangi vanila
Kucecap kata rindu hingga ceruk dada
Beriring musik hujan
Meski angin tak sedang harmonis mencumbui alun rintiknya
Sesap aromamu hingga nikmatku sekarat

Kasih mari mendekatlah
Ada sisa bibirmu di cangkir kopiku
Tak akan pernah kuhapus
Biar saja bibirku menyentuhnya, syahdu

Bila saja engkau selalu di sini menemani dengan renyah
senyum
Bila saja engkau menuangkan dengan gemulai lembut
Bila saja engkau terus mengajak wicara mesra dalam merdu
suara
Tak ‘kan kutemukan rasa pahit lagi tentu

Rembang, 11.06.2020

67

Profil Penulis

Gambuh R. Basedo (Lahir di Rembang, 1 Oktober 1971), adalah
salah satu "Penyair Jingga" puisinya termuat dalam buku Ruang
Jingga ( Q Publisher, 2010), yakni "Lintang Ayu Tangkaplah
Rinduku", "Mandi Lumpur Subuh Petani", "Ruwat", "Pikir dan
Hati", "Pernyataan Laut", "Tarian Sunyi Jemari", dan "Kekasih,
Kuingin Kau Berkabar" Lahir di Tuban, tinggal dan menetap di
Rembang, Jawa Tengah.
Kegiatan sehari-hari sebagai pekerja seni dan perawat
kebudayaan Jawa. Juga menjadi penulis lepas, pelukis dan lain
sebagainya.
Media sosial:
FB: Gambuh R Basedo
Email : [email protected]
Wa. +6285226161789

68

Pulau Pinang

Annur Halimah Hakim

Pulau Pinang negeriku
Komtar lambang kepesatan ekonomi
membangun menerajui era globalisasi
sektor pelancongan menjuarai dunia
pulau indah bermandi sinar
luhur budi indah nurani
kemilau laba emas
bangunan pencakar langit
kondominium mewah
rumah-rumah teres ratusan ribu ringgit
menjadi kebanggaan warga pulau
warga asing mencari jejak di Batu Feringghi
di situ warga Asia, Eropa mengubah peta harafiah dunia
dalam segelas cognag

Di Padang Kota menjamu mata
makanan di serata pelusuk dunia ada
rojak, pasembur, mee, kuetiaw, nasi kandar
pelancong asing terjerat selera
berhati-hati mengisi perut

69

yang halal menjadi keutamaan
waspada makan dan minum
wabak pandemik COVID-19 mengganas
kita jaga kita.

Pulau Pinang, 29 November 2020

70

Profil Penulis
Halimah Hakim. Asal dari Perlis lndera Kayangan, Malaysia.
Pernah bertugas sebagai wartawan, editor, guru agama,
penasihat dan perunding kekekargaan lslam. Kini berkhidmat
dengan NGO, PERKIM.
Mula menulis di tingkatan 4, 1987 karya pernah tersiar di
akhbar tempatan.

71

Syair Putera Melayu Raya

Hazwan Ariff Hakimi

Dengan nama Dhu’l-Jalali wa’l-Ikrami
Fakir karangkan syair yang ilmi
Melayu Raya darinya bersemi
Ialah dia Burhanu’d-Din al-Hilmi.

Di atas runtuhan kota Melaka
Kita bangunkan jiwa merdeka
Lafaz azimat dirakam Hamka
Rangkum semangat di umum muka.

Nin anak Perak, Changkat Tualang
Khatam Alquran dekad menjelang
Tinta kencana Kamus Cemerlang
Tabib yang gharib khusus-terbilang.

Sesantun nama pekerti budi
Jujur Pak Doktor fi‘li-fuadi
Zikir dan pikir air berkendi
Dijinak jinan jalan Naqshbandi.

72

Di Singapura mula upaya
Takah pertama langkah kesatria
Melawan rawan di Taman Bahagia
Yang tunggal tegal marabahaya.

Penasihat Adat Melayu Budaya
Laluan teroka ke Melayu Raya
Selia merdeka seberapa daya
Ada petualang, tiada berjaya.

Bentuk PEKEMBAR bubar Gelora
Kepada proksi kerasi PUTERA
Gunung bahaya darinya bicara
Hijau purnama akhirnya jendera.

Dialah Bapa Kebangsaan Melayu
Membuka mata bangsa yang luyu
Mengangkat darjat bangsa yang payu
Menentu rupa bangsa yang ayu.

Ialah dia singa yang galat
Diam-diam menghambat dalalat
Sayangkan watan iman yang bulat
Melayu sepakat Islam berdaulat.

73

Puji dan syukur tiada terkira
Sejumlah cetera telah ketara
Sampai bercerai bahtera-samudera
Melayu kan gagah di Nusantara.

Tavistock Square Gardens, London

74

Profil Penulis
Hazwan Ariff Hakimi lahir di Petaling Jaya, Malaysia pada 24
November 1987. Pernah menjadi penasihat kepada Grup
Karyawan Luar Negara (GKLN) United Kingdom dari 2009
hingga 2013. Puisi-puisinya dimuat di Mingguan Malaysia,
Berita Minggu, Dewan Sastera, Dewan Budaya, Tunas Cipta,
Dewan Siswa, Legasi, Solusi, Jom, Sastera.Net dan Buletin Bicara
selain dibukukan dalam antologi bersama Flora dan Fauna,
Badar Metropolitan, Juzuk, Meditasi Dampak 70 Kemala, Gema
Membelah Gema 16, Dandelion, Menyirat Cinta Haqiqi, Takah
Lima Puluh, Lebuh Kehidupan, Kota Tulip, Segugus Pasrah
Buatmu: Tragedi MH370, Lentera Sastra II, dan Dandani Luka-
luka Tanah Air. Menjadi delegasi Temu Penyair Asia Tenggara
mewakili Malaysia di Banten, Indonesia pada 2014.

75

Tanah Melayu

Hermawan

Rajutlah mantra dan syair
Ilirkan siak dan Kampar dengan lancang
Kuningmu berkibar membumikan Melayu

Dengan jalur senandungkan semangat Tuah dan Jebat
Didiklah anakmu dengan gurindam kembali
Layarkan bahtera dengan akar budaya
Geliat zapin dan senandung orkes
Bangunkan pantun bermakna dalam

Dari Siak ke Kampar
Dari Marpoyan ke Rumbai
Dari Bangkinang ke Kulim

Jejerkan bibit patin yang bergizi ‘tuk masa depan generasi
Tata lahan menjadi situs-situs yang dikenang mendatang
Damaikan warga sedamai sultan-sultan terdahulu
Serampang dua belas menyatukan gerak ragam langkah
Syair, pantun, mantra dan gurindam penyejuk warga

76

Catur Melayu strategimu
Gendang dan rebana riangmu
Damailah hatimu memimpin lancang kuning

Langkitin Rohul Riau, 10062020

77

Bencana Wabah

Hermawan

Azabkah dari fitnah dan hina menghina
Saat wabah itu datang dari utara
Semua merasakan sakit, prihatin, dan pilu serta
Melihat dan membaca berita berseliweran dari media
Hanya saha dan doa membuat sempurna

Seorang anak kecil yang berharap akan rezeki
Menunggu kedatangan para pemberi
Semua jadi sepi dan mimpi
Hanya awan-awan putih di langit biru yang tak bertepi
Saksi dan perwujudan keberadaan Ilahi

Seorang ibu mengajak anak itu pulang
Entah ke mana menelusuri jalanan lengang
Berjalan ke luar masuk dari gang ke gang
Dari rumah orang-orang melihat tercegang
Ibu dan anak berjalan pulang

Sampai di kampung ibu dan anak merasa lega
Kehidupan berjalan seperti biasa

78

Tak sepi seperti di kota
Oh corona
Datang dan pergi tak ada berita
Semua aktivitas terpenjara
“Ibu, semoga orang-orang itu tak berdosa menghadap Yang
Kuasa”
Pelajaran alam untuk hidup sederhana
Alam ini terjaga bersama
Rahasia alam adalah obat dari semua wabah yang bahaya

Batangkabuang, 10 Mei 2020

79

Asam Pedas

Hermawan

Ikan belanak asam pedas
Di muara aku mengenangmu
Hatiku pilin tak nak memelas
Kelat lidahku ingat pedasmu

Kuikuti anginmu mengabarkan perasaan
Yang entah juga engkau
Sesayup kujangkau rasa pedas
Yang menyimpan kerinduan
Kita saling menjangkau
Sesayup-sayup suka dan duka

Oh, Melayu
Engkaulah pohon bercabang banyak berdaun rimbun
Yang dulu kubawa dari seberang
Kini aku lupa jalan pulang

Langkitin Rohul Riau, 10062020

80

Profil Penulis

Hermawan, Staf Pengajar STKIP Rokania Rokanhulu Riau di
Jakarta 14 Desember Alamat Jl. Bakti ABRI No36 RT 01 RW 1
Kelurahan Batangkabung-Ganting Kecamatan Kototangah,
Padang, 25172, telepon 081363260719, WA 081261177458
email: [email protected]. Antologi puisi
bersamanya antara lain, Tegal Mas Island Poetry
International Festival, Jakarta dan Betawi Doeloe, kini dan
Nanti, Mahligai Penyair Titi Payung, Prigsewu Kita, Bebisik
Pada Dunia, (2020). Editor dan prolog antologi puisi
Perempuan Bajak Laut karya Rahmanidar (2018), dan prolog
Menghilir Sungai Tak Berkuala Himpunan Sajak Cinta Rakyat
karya Yassinsalleh terbitan Pena Padu Malaysia prolog
kumpulan puisi Air Mata Laut dan Zikir Hati karya Laksamana
Selat Lalang (2019).

81

Kau, Aku, Kalian

Isbedy Stiawan ZS

Kau. bergegas setelah menitip
senyum di meja kafe teko. ke mana?
malam yang pasti tanpa menunggu
turut pergi. tapi sebelumnya kau
menulis puisi di meja itu. di bawah
lampu-lampu mungil ke pala; seperti
gemintang berkelip di rambutmu.
Aku. sendiri menuntun mata kepada
wajahmu. kunikmati bintang-bintang
semayam di rambutmu. menaburkan
mewangi, memenjaraku di dalam
merah bibirmu. dan aku tak ingin
keluar, sebagai orang yang bebas. jika
mati kembali juga padamu.
Kalian. menujah mata ke aku dan kau
di meja, berseberangan!

2020

82

Pada Waktunya Sunyi

Isbedy Stiawan ZS

pada waktunya
kota-kota sunyi
ingin sesuatu
cukup pesan
dan sampai rumah

kalanya pabrik-pabrik
tanpa buruh
mesin mengolah
tanpa kendali tangan

saat itu kantor-kantor
kosong, tiada pegawai
kertas-kertas dan data
bekerja sendiri
di mesin tanpa mati-mati
kecuali petang dimatikan
dari rumah dengan mesin pula

jalan-jalan sunyi

83

tiada kendaraan
langit cerah
udara bersih
masuk ke paru-paru
kafe, mal, hotel sepi
bioskop gulung layar
polisi menganggur
tentara di barak
saatnya segala
jadi sunyi
pendingin ruang mati!

84

Pulang

Isbedy Stiawan ZS

kusemat kata pulang
di dinding mobil, kapal,
pesawat maupun motor
pintu kota-kota kubuka
dari kunci yang kupunya
sejak pamit pada ibu
dan kampung kelahiran
yang tak pernah riuh

kubawa wajah kota
dan segala luka -- darah
dan patah -- di antara
bekal lain di dalam tas

ibu tak pernah tanya
ihwal bawaanku, kecuali
"kamu sehat + selamat
ya, Is?"

lalu ia berbisik, "tak ada

85

milik orang kau bawa,
haram hukumnya!"
aku akan mengangguk,
dan kuserahkan amplop
dari presiden, lalu ibu
terbata membaca:
"anak ibu pulang
di kota ia malang."
di kampung
aku belum beruntung
ingin jadi kusni
takut pulang
diantar nama

86

Profil Penulis

Isbedy Stiawan ZS, lahir di Tanjungkarang, Lampung, dan
sampai kini masih menetap di kota kelahirannya. Ia menulis
puisi, cerpen, dan esai juga karya jurnalistik. Dipublikasikan di
berbagai media massa terbitan Jakarta dan daerah, seperti
Kompas, Republika, Jawa Pos, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat,
Lampung Post, Media Indonesia, Tanjungpinang Pos, dan lain-
lain.
Buku puisinya, Kini Aku Sudah Jadi Batu! masuk 5 besar Badan
Pengembangan Bahasa Kemendikbud RI (2020), Tausiyah Ibu
masuk 25 nomine Sayembara Buku Puisi 2020 Yayasan Hari
Puisi Indonesia, dan Belok Kiri Jalan Terus ke Kota Tua
dinobatkan sebagai 5 besar buku puisi pilihan Tempo (2020)
Buku-buku puisi Isbedy lainnya, ialah Menampar Angin, Aku
Tandai Tahilalatmu, Kota Cahaya, Menuju Kota Lama
(memenangi Buku Puisi Pilihan Hari Puisi Indonesia, tahun
2014): Di Alun Alun Itu Ada Kalian, Kupu Kupu, dan Pelangi, dan
Kau Kekasih Aku Kelasi (2021).
Kemudian sejumlah buku cerpennya, yakni Perempuan Sunyi,
Dawai Kembali Berdenting, Seandainya Kau Jadi Ikan,
Perempuan di Rumah Panggung, Kau Mau Mengajakku keMana
Malam ini? (Basabasi, 2018), dan Aku Betina Kau Perempuan
(basabasi, 2020).

87

Isbedy pernah sebulan di Belanda pada 2015 yang melahirkan
kumpulan puisi November Musim Dingin, dan sejumlah negara
di ASEAN baik membaca puisi maupun sebagai pembicara.
Beberapa kali juara lomba cipta puisi dan cerpen tingkat
Nasional.

88

Instalasi Puisi

J. Akid Lampacak

biarkan hujan membasahi puisiku yang ini
menumbuhkan segala biji-biji imajinasi
walau dengan siuran angin muda
yang tak sempat menggugurkan makna

tanah garam yang dikepal
berisi asin khayal
lahir dari rahim mimpi
di sepanjang jalan menuju sunyi.

tak peduli walau pagi meratap
tegar dan tegap
setiap kaubaca selalu memekarkan harap
peduli pada waktu yang sekejap.

segera kulemparkan pisang emas
agar kesepian selalu mengganti rasa cemas
ketika kau menikmati separuh kalimat saja
segala senyum mulai bercahaya
menghapus bekas jeritan di lembah mata.

89


Click to View FlipBook Version