HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
i
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
ii
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar .................................................................................................................................. v
Prakata I
Memaknai “Hidup Bahagia”.............................................................................................................. ix
Prakata II
Cara Leluhur Tionghoa Mendidik Keturunannya Sejak 4500 Tahun lalu ........................................ xiii
BAB I
Dalam hidup yang tersulit bukan perjuangan hidup tapi pilihan-pilihan hidup ............................. 1
BAB II
Tegakkan Akal Sehat & Kebijakan, baru mampu menjatuhkan pilihan tepat dalam hidup ........... 9
BAB III
Bakti kepada Orangtua, dasar integritas moral : pendidikan harus mulai dengan
pendidikan “Bakti”............................................................................................................................. 17
BAB IV
Genggam erat dasar ajaran, mari wujudkan ajaran kaum bijak pada hubungan
suami - isteri ...................................................................................................................................... 27
BAB V
Pendidikan Keluarga & Ekonomi Keluarga ...................................................................................... 39
BAB VI
Legenda tentang keluarga yang penuh dengan bakti & kerukunan : Kekeliruan
yang sering dialami dalam pendidikan keluarga ............................................................................. 53
BAB VII
Hati penuh bakti kepada orangtua tumbuh dari rasa berhutang budi kepada Orangtua ............. 65
BAB VIII
Dengan rasa hormat berbakti kepada cita-cita hati dan tubuh Orangtua....................................... 75
BAB IX
Tunaikan tugas belajarmu, bina karir dan rumah tanggamu dengan baik agar hati
orangtuamu tenteram dan bahagia ................................................................................................. 85
BAB X
Sejak kecil, telah dipupuk karakter “ Bersih dan Jujur” .................................................................. 97
iii
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
KATA PENGANTAR
Kisah penerbitan buku ini bermula dari sebuah pertemuan tiga Alumni PAHOA pada awal
Nopember 2007. Mereka adalah Soeseno Boenarso (Angkatan 1965) dan Soetjipto Nagaria dan
Penyadur buku ini (Angkatan 1958). Kami bertiga dengan serius membahas VISI dan MISI Sekolah
Terpadu PAHOA. Sebelumnya kami sudah bersepakat akan membangun kembali Sekolah Terpadu
PAHOA.
Pembahasan kami tentang VISI dan MISI tersebut berlangsung menjelang Rapat Pengurus
Perkumpulan Pancaran Hidup (PPH), Wadah Tunggal Alumni Sekolah PAHOA, JPP dan SMAN 19
yang dijadwalkan akan diadakan pada tanggal 24 Nopember 2007. Rapat Pengurus Perkumpulan
itu mempunyai dua tujuan yaitu: mempersiapkan peringatan HUT ke-23 Perkumpulan Pancaran
Hidup, dan menyampaikan kepada semua Alumni wacana membangun/mendirikan kembali
Alma Mater PAHOA. Sekolah itu akan tetap menyandang nama “Sekolah PAHOA” dan tetap
mempertahankan status Sekolah Nasional Plus, lengkap dengan VISI dan MISI-nya.
Kami bertiga mencapai kesepakatan bulat tentang isi dari VISI & MISI PAHOA, dan Penyadur
pun langsung diminta menyusun Draft VISI & MISI Sekolah Terpadu PAHOA. Draft itu akan dibahas
oleh kami bertiga sebelum dipaparkan untuk disepakati para peserta Rapat Badan Pengurus PPH
pada tanggal 24 Nopember 2007 di Hotel Alila. VISI PAHOA yang akhirnya dipaparkan kepada
Rapat Pengurus PPH itu berbunyi sebagai berikut:
VISI
Sekolah Terpadu PAHOA bertekad menjadi Sekolah Nasional Plus Trilingual Unggulan dan
terkemuka yang memiliki:
• Standar Pendidikan dan Standar Kompetensi Guru yang tinggi
• Pengajaran Trilingual - Indonesia, Mandarin dan Inggris yang intensip
• Pendidikan Moral Etika dengan mengacu kepada Ajaran Konfucius yang universal
Sehingga mampu mendidik siswa-siswa yang Cerdas, Sehat dan Berakhlak Mulia, yang
melestarikan Tata Nilai Budaya dan Falsafah PAHOA pada khususnya, dan mencerdaskan bangsa
pada umumnya.
v
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
VISI PAHOA ini dengan suara bulat diterima seluruh Alumni peserta rapat. Selanjutnya, dalam
persiapan memulai pendidikan Moral & Etika di Sekolah PAHOA yang akhirnya didirikan kembali di
Gading Serpong, Tangerang, Pengurus Sekolah mengalami kendala. Yaitu tidak tersedia di negeri
kita Buku Pegangan Siswa dan Buku Penuntun Guru tentang Pendidikan BUDI PEKERTI yang bisa
menjadi rujukan bagi Sekolah PAHOA. Karena itu kami menyusun materi Pendidikan BUDI PEKERTI
yang berisi 10 butir Prinsip Moral Konfucius. Materi kami kutip dari buku “ANALECT”, karya Maha
Guru Konfucius, dan dalam penyusunannya kami dibantu oleh pakar pendidikan Ibu Dra Endang
Setiawati. Materi disusun dalam bentuk Kertas Kerja (Work Sheet), yang mencoba menguraikan
satu persatu kesepuluh butir Prinsip Moral Konfucius. Uraian masing-masing Prinsip Moral itu
diperkaya dengan kisah-kisah nyata yang terjadi di dalam masyarakat. Kisah-kisah itu relevan
dengan butir-butir Prinsip Moral yang dibahas. Namun, Kertas Kerja Pendidikan Budi Pekerti karya
Tim Penyusun PAHOA bersama dengan Ibu Endang tersebut masih jauh dari sempurna. Kertas
Kerja tersebut tidak dilengkapi dengan “Penuntun Perilaku” bagi kasus-kasus nyata di dalam
kehidupan sehari-hari.
Di suatu hari tahun 2008 kami menerima dari Yayasan Yabumi sebuah Buku Saku berjudul
“DI ZI GUI” yang secara harfiah berarti “STANDAR BUDI PEKERTI SEORANG ANAK & PELAJAR”,
karya LI YUE XIU, seorang pujangga yang hidup di zaman Dinasti Qing pada abad ke-16. Buku
ini ditulis dalam bentuk puisi, dan berisi hanya 1080 karakter Huruf Mandarin. Namun buku
ini mengandung 6 (enam) Prinsip Moral dan Kebajikan yang patut dimiliki seorang anak atau
pelajar:
1. Berbakti kepada orangtua
2. Saling menyayangi dan menghormati antara kakak dan adik
3. Senantiasa mawas diri, berhati-hati dalam tutur kata dan perilaku
4. Senantiasa menepati janji dan terpercaya
5. Sayangilah sesama manusia
6. Dekatilah orang-orang bijak dan penuh kebajikan, dan pelajarilah kearifan mereka
7. Setelah keenam kebajikan di atas telah dimiliki, belajarlah dan tuntutlah ilmu setinggi-
tingginya.
Timbul sekilas kesan bahwa Buku Saku DI ZI GUI mengandung hanya 6 butir Prinsip Moral &
Kebajikan Ajaran Konfucius ! Sedangkan kita sama maklum bahwa Ajaran Konfucius mengandung
10 butir Prinsip Moral & Kebajikan. Karena itu kami memutuskan Sekolah PAHOA akan tetap
vi
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
memakai 2 (dua) jenis Buku Pegangan Siswa yakni: Kertas Kerja Pendidikan Budi Pekerti oleh Tim
Penyusun PAHOA, dan Buku Saku DI ZI GUI, Dua Bahasa, yang diterbitkan oleh Yayasan Yabumi.
Khusus untuk jenjang Sekolah Dasar masih ada tambahan sebuah buku yakni Buku “CIVIC AND
MORAL STUDIES” terbitan Singapura.
Tanggal 09 Juni 2011 kami para pengurus Yayasan Pendidikan dan Pengajaran PAHOA
diundang berkunjung ke Penang Chung Ling High School di Malaysia. Pada kesempatan itu setiap
anggota rombongan kami dihadiahi sebuah buku berjudul “Pembahasan Rinci DI ZI GUI”, karangan
Guru Cai Li XU, salah seorang pemimpin World Amitabha Buddhist Society. Guru Cai adalah juga
seorang pakar, peneliti dan pendidik senior DI ZI GUI. Setelah sempat menyimak beberapa bab
dalam buku “Pembahasan Rinci DI ZI GUI”, pandangan dan pemahaman kami tentang ajaran DI
ZI GUI langsung berubah total! Ternyata DI ZI GUI tidak mengandung 6 (enam) butir saja Prinsip
Moral & Kebajikan Konfucius, melainkan mencakup keseluruhan 10 butir Prinsip Moral Konfucius,
yakni: REN – Welas Asih/Kasih Sayang; YI – Kebenaran & Keadilan; LI – Tata Krama/Sopan Santun;
ZHI – Kebijaksanaan; XIN – Terpercaya; XIAO – Berbakti kepada orangtua; TI – Saling menghormati
& menyayangi antar saudara; ZHONG – Kesetiaan & Ketulusan; LIAN – Jujur Bersih; CHI – Perasaan
Malu/Harga Diri.
Dalam Buku “Pembahasan Rinci DI ZI GUI”, Guru Cai mengupas isi Ajaran DI ZI GUI tidak
sebatas yang secara harfiah tercantum dalam buku asli DI ZI GUI. Ia “memperluas” kupasannya
hingga mencakup juga Aturan/Pedoman Perilaku Bajik bagi: Hubungan antara atasan dan bawahan;
Hubungan antara suami dan isteri; Hubungan antar teman; dan Hubungan antara yang diperintah
(rakyat) dan yang memerintah (Pemerintah/Pejabat Negara). Bahkan Guru Cai memperkaya
pembahasannya dengan menyisipkan cerita-cerita klasik Tiongkok dan berbagai kisah nyata yang
terjadi akhir-akhir ini. Kisah-kisah itu relevan dengan Topik Pembahasan sehingga uraian Guru Cai
menjadi makin menarik dan hidup.
Karena Buku “Pembahasan Rinci DI ZI GUI” ini penting bagi para orangtua murid dan para
guru Sekolah Terpadu PAHOA – baik Guru Pendidikan Budi Pekerti maupun Guru-guru bidang
studi lain – maka buku ini perlu dijadikan Buku Penuntun bagi mereka dalam pendidikan keluarga
dan Pendidikan Budi Pekerti bagi para siswa. Juga, karena sebagian orangtua siswa, Guru-guru
Pendidikan Budi Pekerti, dan Guru-guru bidang studi lain di Sekolah PAHOA tidak menguasai
bahasa Mandarin, maka kami memutuskan menyadur isi Buku “Pembahasan Rinci DI ZI GUI”
kedalam bahasa Indonesia. Penulisan Guru Cai yang bergaya “berwicara” di seminar agak dirubah
vii
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
menjadi bergaya bertutur dan bercerita, dengan tidak mengurangi sedikitpun esensi buku ini.
Dalam proses penyaduran buku ini, kami sangat terbantu oleh hasil terjemahan awal buku
ini oleh Ibu Susi dari Yayasan Yabumi sebanyak 20 bab. Bapak Eddy Mulianto, Ketua Yayasan
Yabumi menyerahkan naskah terjemahan kepada kami supaya kami mengoreksi dan sekaligus
mengeditnya. Atas segala kebaikan dan bantuan Bapak Eddy Mulianto kami sampaikan terimakasih
sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya.
Pekerjaan menyadur buku ini telah memperoleh RESTU dari Master Chin Kung, pendiri
Yayasan Amitabha Dunia; dan juga Guru Cai Li Xu, pengarang buku ini. Kedua tokoh ini dengan tulus
hati berharap bahwa terbitnya saduran “Pembahasan Rinci DI ZI GUI” dalam Bahasa Indonesia
akan membawa kemaslahatan sebesar-besarnya bagi anak-anak dan para pelajar Indonesia pada
khususnya, dan Masyarakat dan Rakyat Indonesia pada umumnya.
Tidak lupa, kami menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada rekan-rekan pembina, pengawas dan pengurus Yayasan Pendidikan dan
Pengajaran PAHOA, seluruh jajaran Guru dan Karyawan, dan khususnya kepada adik ipar kami Sdri
Santirini beserta keluarganya yang bergotong royong membantu mengetik ulang dan melakukan
edit final naskah-naskah saduran kami.
Kami menyadari keterbatasan pengetahuan kami tentang Ajaran DI ZI GUI, dan juga
keterbatasan penguasaan Bahasa Mandarin kami. Tidak terelakkan terjadi kesalahan dan
kekurangan di sana-sini, untuk mana kami mohon para pembaca yang budiman dapat membukakan
pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Harapan kami dan kita semua, semoga semua anak dan pelajar Indonesia menjadi manusia-
manusia berbudi luhur dan berakhlak mulia. Semoga Bangsa dan Negara kita RUKUN, DAMAI dan
SEJAHTERA.
Jakarta, 10 September 2014
Penyadur:
(Ir. Suryono Limputra)
viii
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
PRAKATA I
MEMAKNAI “HIDUP BAHAGIA”
Para pembaca yang budiman. Apakah Anda hidup bahagia? Apakah kedua orangtua Anda
masih lengkap dan hidup bahagia? Apakah Anda pasangan suami-isteri yang hidup harmonis dan
bahagia? Bagaimana dengan karir Anda, apakah berjalan mulus? Dan akhirnya, apakah putera-
puteri Anda bertumbuh sehat dan penurut?
Hal-hal di atas merupakan alasan yang membuat hidup Anda bahagia. Sungguh beralasan
untuk mengatakan bahwa BAHAGIA memang ada dan bermukim di HATI Anda.
Kita sadar bahwa begitu banyak manusia yang hidup di dunia fana ini bergumul, berkutat dan
berjuang untuk menggapai cita-cita hidupnya, yaitu Hidup Bahagia ! Namun, adalah kenyataan
bahwa manusia senantiasa terombang-ambing diantara apa yang telah diperolehnya dan apa yang
tidak berhasil didapatnya. Banyak orang beranggapan bahwa mereka sedang berjuang mencari
Zona Tulus dan Nyaman, yaitu hidup serba berkecukupan. Bagi mereka, Hidup Bahagia adalah
“Hidup serba sempurna dan berkecukupan”.
Melihat kilas balik perjalanan hidup kita selama ini, kita menemukan diri kita yang penuh
dengan kesibukan dan langkah-langkah yang membabi buta, dan bahkan kehilangan arah.
Separoh hidup Anda dijejali dengan kesibukan. Anda begitu sibuk sampai-sampai Anda buta
terhadap kebutuhan-kebutuhan orang-orang-orang yang Anda kasihi ! Anda tersesat dan tidak
lagi mampu mengendalikan Hati dan Pikiran Anda. Rasa Aman menguap lenyap dari dalam diri,
dan orang-orang terkasih kehilangan rasa aman. Tidak hanya itu. Orang-orang sekeliling Anda juga
ikut gelisah.
Mengapa manusia yang awalnya bercita-cita menggapai Kebahagiaan pada akhirnya
menemukan kehidupannya demikian pahit? Anda perlu menoleh ke belakangan. Pada titik awal
perjalanan hidup Anda rupa-rupanya Anda bercita-cita menemukan KETULUSAN. Lalu apa yang
ix
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
terjadi? Ternyata Anda akhirnya tidak pernah memberi Ketulusan kepada dunia ini. Sebaliknya,
Anda hanya berharap orang lain akan memberikan Ketulusan kepada Anda. Anda mengejar
Hidup Sempurna dan berkecukupan; Anda ingin orang terkasih selalu ada di sisi Anda, dan Anda
menginginkan semua urusan dan semua benda dalam kondisi sempurna ! Nafsu dan keinginan
Anda demikian besar ! Anda terus menerus menuntut ke sekeliling Anda. Sampai akhirnya anda
melupakan fakta ini: Justru DIRI ANDA SENDIRI adalah yang paling tidak sempurna ! Maka, yang
paling dulu disempurnakan adalah HATI dan PIKIRAN Anda sendiri.
Di dunia yang kita huni bersama ini terdapat AJARAN-AJARAN yang berisikan begitu banyak
petunjuk mencapai Ketulusan, Kesempurnaan dan Kebajikan. Para nabi agama-agama besar dan
para filsuf dunia meninggalkan dan mempersembahkan ajaran-ajaran itu kepada Umat Manusia.
Para Nabi Agung dan Bijak itu telah tiada, namun Ajaran-Ajaran mereka tetap lestari. Adalah
kewajiban dan tugas manusia di masa kini mewujudkan ajaran-ajaran itu.
Akhir-akhir ini banyak orang berbicara tentang “DAMAI & HARMONIS”. Dari mana datangnya
“Damai dan Harmonis”? Dan harus dimulai dari manakah “Damai dan Harmonis” itu?
Hidup “Damai dan Harmonis” dimulai dari Diri Kita Sendiri ! Kita memulainya dengan Peduli
pada Orang Lain; menghormati dan menghargai Orang Lain; banyak MEMBANTU tanpa diminta;
banyak MEMBERI. Apabila kita melakukan hal-hal ini kita akan merasa bahwa perubahan besar
telah terjadi dalam hidup ini. Jelas, BAHAGIA timbul bukan karena kepemilikanmu yang makin
menumpuk melainkan karena makin berkurangnya KEGALAUAN-mu.
BAHAGIA juga terletak pada Ketekunan dan Loyalitas dalam menjalankan profesi Anda;
Ketulusan dalam menunaikan Kewajiban; Ayah mengayomi anak-anaknya dengan Kasih; Anak
berbakti kepada Orangtua; Suami bersikap Adil & Bijak terhadap isteri; isteri setia dan berbakti
kepada suami; Kakak mengasihi adik dan adik menghormati kakak; Kepala Negara penuh Welas
Asih dan para pejabat setia, jujur dan bersih; dan Kepercayaan antar teman terjaga. Ini semua
adalah perwujudan Bahagia.
Sesungguhnya, betapa mudah kita bisa memperoleh Kebahagiaan. Tangis pertama bayi
membawa Kebahagiaan; saling menghargai antara mertua dan menantu demi kelangsungan
Kebahagiaan Keluarga adalah juga Kebahagiaan. Senyum seorang teman membawa kebahagiaan !
x
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Sapaan seorang anak kepada orangtuanya adalah Kebahagiaan. Tubuh sehat yang kita miliki adalah
Kebahagiaan …
Asalkan kita jeli dan paham untuk menjaganya, Kebahagiaan yang mengalir dari berbagai
peristiwa sehari-hari seperti disebut di atas berada di pelupuk mata kita. Maka, tidak ada alasan
untuk tidak Bahagia !
Namun, walaupun kita telah lama menjalani hidup kita, toh kita belum merasakan
Kebahagiaan yang sepenuhnya. Padahal Kebahagiaan sesungguhnya dapat diraih hanya dengan
seuluran tangan. Mengapa hal ini terjadi? Tidak lain karena Jalan Hidup yang kita lalui adalah
jalan yang penuh dengan PERSAINGAN, KEAKUAN, SIKAP EGOSENTRIS dan PERGULATAN, yang
semuanya mengakibatkan Kegalauan Hati, Kebencian & Ketidakpuasan, Konflik dan Benturan.
Pada gilirannya, didalam Keluarga, Masyarakat dan Negara semakin tercipta Ketidak-damaian dan
Ketidak-harmonisan ! Tanpa Kedamaian dan Keharmonisan, bagaimana mungkin manusia bisa
merasakan Kebahagiaan?
Anda mungkin berdalih: Biarkan aku kini berjuang, bergulat, menyibukkan diri untuk
beberapa tahun lagi ! Nanti, setelah beberapa tahun atau beberpa puluh tahun lagi baru aku
santai menikmati Kebahagiaan. Itu tidak betul. Kerena dengan bersikap demikian, saat ini juga
Anda kehilangan kesempatan menikmati Kebahagiaan. Apakah ada jaminan di suatu hari kelak
Anda akan mendapatkan Kebahagiaan yang Anda impikan? Tidak ! Pada saat Anda merasa telah
mencapai sukses materi, saat itu juga Penyakit Degeneratif telah mulai menyerang. Hubungan
Anda dengan keluarga Anda telah menjadi demikian dingin dan sangat renggang. Mungkin Anda
tidak sempat lagi berbakti kepada orangtua Anda. Maka, Kebahagiaan di masa depan dipupuk
dengan kebahagiaan yang dihayati hari demi hari !
Ingatlah. Hari kemarin telah lewat; esok hari adalah hari yang belum diketahui. Sahabat-
sahabatku sekalian, kita semua memiliki SAAT INI. Manfaatkanlah saat ini sebaik-baiknya demi
Kebahagiaan, Kedamaian dan Keharmonisan Keluarga, Masyarakat dan Diri sendiri.
“Damai dan Harmonis” merupakan kebutuhan setiap Manusia Berjiwa. Hanya dengan HATI
penuh Damai dan Harmonis manusia dapat meraih Kebahagiaan sejati. Sedangkan “damai dan
Harmonis” hanya dapat diraih dengan “Menanggalkan Sikap Egosentris; banyak melakukan amal
xi
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
dan derma; banyak Peduli pada sesama; sebanyak mungkin memahami orang lain; Toleran dan
berlapang dada; Penuh Kesabaran dalam menghadapi masalah; Menolong orang lain mencapai
tujuannya; Mengemban Misi dan Tanggung jawab sosial.
Kita sama-sama maklum bahwa tidak satupun di Bumi ini yang tidak dinaungi Langit; tidak
satupun di Bumi ini yang tidak dijunjung Bumi. Umat manusia yang hidup ditengah-tengah, yaitu
diantara Bumi dan Langit, wajib meniru Kebajikan Tanpa Ego, seperti yang diperlihatkan oleh Bumi
dan Langit.
Kebahagiaan hanya terdapat dalam Hati dan Pikiran kita. Bila Hati dipenuhi Welas Asih, maka
kebahagiaan hadir pada diri kita. Pepatah mengatakan: “Bila semua orangtua di dunia engkau
anggap sebagai orangtuamu sendiri; bila semua anak di dunia engkau anggap sebagai anakmu
sendiri; maka akan tercipta Dunia yang SATU, dengan Masyarakat yang DAMAI dan HARMONIS”.
Semoga pesan pepatah ini dapat terwujud ! (*)
xii
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
PRAKATA II
CARA LELUHUR TIONGHOA MENDIDIK KETURUNANNYA
SEJAK 4500 TAHUN LALU
Tiongkok mempunyai sejarah lebih dari 5000 tahun. Ribuan tahun lamanya bangsa Tionghoa
dapat bertahan hidup dan tidak terhapus dari muka bumi. Tidak diragukan lagi, hal ini bisa terjadi
karena sebuah kekuatan raksasa yang dibangkitkan oleh Pendidikan Kultur Tradisional Bangsa.
Confusius dalam Kitab (LI JI) yang ditulisnya, berkata dengan jitu: “Membangun Negara dan
Bangsa; Pendidikan adalah Ujung Tombak”.
Namun, sangat disayangkan. Kita menyaksikan bahwa seabad terakhir, karena berbagai
alasan, Pendidikan Kultur Tradisional Tiongkok mengalami perusakan luar biasa. Adalah tugas
suci Bangsa Tionghoa di Negara Tiongkok menyelamatkan dan melestarikan pendidikan kultur
tradisionalnya. Sejarah ribuan tahun telah membuktikan bahwa melalui penerapan Sosial-nya,
Kultur Tradisional Tiongkok menjadi Kekuatan Raksasa yang secara nyata menjaga Kelangsungan
Kedamaian dan Ketenteraman masyarakat. Juga telah terbukti nyata bahwa Kultur Tradisional
Tiongkok sudah menjadi Pondasi bagi Kemakmuran dan Kejayaan Bangsa dan Negara.
Kini kita hidup di tengah Peradaban Materi Modern. Namun ini tidak berarti bahwa sesuatu
yang kuno pasti kadaluwarsa, karena WISDOM (Kebijaksanaan) dan KEBENARAN adalah KEKAL
dan senantiasa TERBARUKAN. Ibarat matahari, walau Matahari adalah benda Kuno, setiap pagi
ia terbarukan. Matahari tidak hanya memberi Kehidupan, tetapi juga membawa PENERANGAN
dan HARAPAN. Ajaran-ajaran para Bijak dan Suci adalah bagaikan Sinar Matahari yang hangat,
menghangatkan seluruh jagad dan membawa Kebahagiaan bagi Umat Manusia!
Pendidikan dan Ajaran para Bijak di Tiongkok Kuno dapat ditelusuri hinga 4500 tahun lalu, yang
diwariskan dari generasi ke generasi sampai ke zaman kita. Pada masa Dinasti HAN, dengan Kaisar
HAN WU DI, Ajaran Confusius resmi ditetapkan menjadi Kebijakan Pendidikan Negara/Kerajaaan.
Kebijakan Pendidikan yang berlandaskan Ajaran dan Falsafah Confusius tetap dipertahankan
xiii
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
hingga paruh pertama Abad ke-20, ketika ajaran ini mulai pelan-pelan ditinggalkan. (Kita sadar
bahwa setelah memasuki Era Reformasi yang dipelopori Deng Xiao Ping, Kebijakan Pendidikan
Kultur Tradisional mulai dipulihkan pelan-pelan).
Sebenarnya, PENDIDIKAN dan AJARAN apa yang telah disampaikan oleh Pendidikan Kultur
Tradisional Tiongkok kepada kita? Jawabannya adalah sebagai berikut :
- Mengenal dan Memahami HUKUM PERGERAKAN ALAM yang menembus WAKTU dan
RUANG. Inilah yang disebut DAO (PATH).
- Mendidik dan membimbing Umat Manusia agar PATUH kepada HUKUM ALAM; atau:
Jadilah Manusia yang tidak melanggar HUKUM ALAM. Inilah yang disebut DE (MORAL
KEBAJIKAN).
Dalam pergaulan antar manusia, tidak peduli kaya atau miskin, bangsawan atau rakyat jelata,
secara alamiah akan terbentuk 5 (lima) macam HUBUNGAN sebagai berikut:
* Hubungan antara AYAH dan ANAK: Ayah mengasihi Anak, Anak berbakti kepada Ayah-
Bunda.
* Hubungan antara PENGUASA dan PEJABAT BAWAHAN-nya: Antara Pemimpin dan yang
dipimpin; Pengusaha memperlakukan Bawahannya dengan SOPAN dan ADIL, dan
Bawahan melayani Penguasa dengan LOYAL (SETIA).
* Hubungan Suami-Isteri: Antara laki-laki (Suami) dan Perempuan (Isteri) terdapat
perbedaan TUGAS, yaitu Suami bertugas keluar dan Isteri mengurus Rumah Tangga.
Suami dan Isteri menunaikan Tanggung Jawab masing-masing.
* Hubungan Kakak-Adik: Antara yang TUA (Kakak) dan yang Muda (Adik) terdapat URUTAN
jelas. Kakak Beradik senantiasa HIDUP RUKUN dan SALING MENGASIHI.
* Hubungan antar Sahabat: Pergaulan antar sahabat, saling menjaga KEPERCAYAAN;
mengutamakan KEBENARAN dan KEADILAN.
xiv
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Inilah Aturan yang patut tentang Hubungan Antar Manusia. Sepanjang hidupnya manusia
tidak akan dapat menghindar dari kelima HUBUNGAN tersebut di atas. Camkanlah! Mematuhi
kelima Aturan Hubungan Antar Manusia adalah PONDASI untuk tumbuh menjadi MANUSIA UTUH!
Melanggar kelima Aturan Hubungan Antar Manusia ini akan membuat Manusia sulit “eksis” dan
menempatkan diri dalam masyarakat. Maka akan terjadi ketidak-harmonisan dalam keluarga;
kekacauan norma-norma masyarakat; krisis moral; dan terancamnya kestabilan dan ketenteraman
dalam Negara.
Hukum Alam yang mengatur kelima Aturan Hubungan Antar Manusia ini adalah KEKAL, tidak
akan pernah berubah. Hukum ini merupakan Pemahaman yang perlu ditanamkan pada setiap
Umat Manusia agar dapat Hidup Tenteram dan Bahagia. Ajaran ini adalah juga Ilmu Pengetahuan
Alam Semesta yang dapat menjamin kelangsungan masyarakat yang AMAN DAN TENTERAM.(*)
xv
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
BAB I
DALAM HIDUP YANG TERSULIT BUKAN PERJUANGAN HIDUP
TAPI PILIHAN-PILIHAN HIDUP
Kebahagiaan dicari setiap manusia selama ini. Pernahkah anda bertanya kepada diri sendiri,
“Apakah aku bahagia?” Apa yang kita lakukan ketika merasa bahagia? Tertawa. Tertawa merupakan
sebuah ekspresi rasa bahagia. Karena suasana hati kita sedang gembira maka kita akan sering
tertawa. Pernahkah kita berpikir, apa yang dapat membuat hati kita gembira sehingga bisa sering
tertawa? Seandainya kehidupan kita dapat kita jalankan sedemikian rupa, sehingga semakin banyak
kegembiraan dalam kehidupan kita, maka kita akan semakin bahagia.
Guru Cài, dalam ceramahnya tentang “Hidup bahagia”, mengingatkan kita bahwa “Memberi
itu lebih membahagiakan daripada menerima.” Banyak yang sesudah mendengarkan ceramah itu,
datang kembali membawa teman baik mereka, berharap teman baik mereka juga bisa mendapatkan
pemahaman tentang kehidupan yang bahagia. Setelah mempraktekan pemahaman tersebut, apa
yang kita rasakan di lubuk hati yang paling dalam? Merasa sangat gembira, bukan? Jika teman baik
anda juga mendapatkan pemahaman yang sama seperti yang anda dapatkan, serta mendidik anak-
anaknya dengan pemahaman ini sehingga mereka menjadi anak yang berbakti, maka anda tidak
hanya menikmati kebahagiaan ini sendirian tetapi juga telah membahagiakan orang lain.
Mari kita renungkan bersama semua yang pernah terjadi dalam kehidupan kita. Sebenarnya
yang membuat kita merasa bahagia adalah akibat dari sebuah pilihan hidup. Adalah benar bahwa hal
tersulit dalam hidup manusia bukanlah perjuangan tetapi bagaimana menentukan sebuah pilihan.
Apakah Anda pernah menentukan sebuah pilihan? Sebagai contoh, mereka yang ingin mendengarkan
ceramah Guru Cài mungkin akan dihadapkan dengan dua pilihan yaitu memilih menghadiri ceramah
itu atau memilih tidur siang di rumah. Jika pilihan anda adalah tidur siang daripada mendengarkan
ceramah Guru Cài, maka pilihan anda itu akan membuahkan hasil yang jauh berbeda.
Ada peribahasa Tiongkok yang berbunyi, “Pria takut memilih profesi yang salah, sedangkan
wanita takut menikah dengan suami yang salah.” Memilih profesi bagi seorang pria itu gampang-
1
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
gampang susah. Walaupun telah benar dalam memilih profesi, masih harus memilih atasan yang
tepat, yang bisa mempromosi anda dan yang mau menghargai prestasi anda. Bila anda mengikuti
atasan yang baik, maka karir anda akan terus berkembang. Begitu juga keluarga anda akan tenteram.
Dapatkah seorang wanita berbahagia jika menikah dengan pria yang salah dipilihnya? Tentunya tidak
bahagia! Karena itu, kita harus menentukan pilihan yang tepat, agar kehidupan kita dapat menjadi
bahagia.
Dalam kehidupan, setiap manusia menghadapi banyak pilihan. Sadar atau tidak sadar, setiap
pagi kita dihadapkan dengan pilihan untuk sarapan atau tidak sarapan. Bagi anda yang telah memilih
untuk sarapan, Anda telah memilih jalan untuk menjaga kesehatan. Sebaliknya, yang memilih untuk
tidak sarapan telah memilih jalan yang merusak kesehatan. Kesehatan merupakan hal terpenting
dalam kehidupan manusia, maka tanpa kesehatan kita tidak bisa meraih kebahagiaan dalam hidup.
Oleh karena itu kita harus menjatuhkan pilihan yang benar atas berbagai pilihan dalam kehidupan
menuju jalan kebahagiaan.
Memilih antara sarapan atau tidak sarapan mungkin bukan sebuah pilihan sulit. Bagaimana
dengan memilih teman? Memilih teman yang baik sangat penting. Mungkin ada yang pernah
mendengar sebuah peribahasa Tiongkok yang berbunyi “Jika sedang berada di luar rumah, kita
bergantung pada teman”. Makna peribahasa tersebut adalah teman pergaulan membawa pengaruh
sangat besar terhadap hidup kita. Bisa mempengaruhi hubungan antara orangtua dan anak ataupun
hubungan antara suami dan istri. Jika suami salah memilih teman, sang istri akan selalu merasa
khawatir, tidak bisa makan dan minum dengan tenang. Penting bagi orangtua untuk mendidik
anaknya agar mereka bisa memilih teman dengan baik, sehingga kelak dalam kehidupan berkeluarga
menjadi aman tenteram dan pada akhirnya bisa mendapatkan kebahagiaan.
Dalam hidup ini, kita selalu dihadapkan pada kondisi dimana kita harus memilih, dari hal yang
ringan, hal yang berat, hal yang bisa di tangguhkan dan hal yang mendesak. Urutan-urutan mana
harus diprioritaskan?
Hal terpenting dalam hidup tidak lain dari mendidik anak. Dengan kata lain, prioritas dalam
kehidupan adalah mendidik anak dengan baik. Apabila anak tidak dididik dengan baik, mungkinkah
kehidupan anda akan bahagia?
2
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Hidup seseorang, apakah akan penuh berkah dan bahagia tergantung pada apakah pada masa
tuanya ia mempunyai anak yang berkarakter mulia dan berbakti. Apa yang terjadi pada sisa-sisa
kehidupan anda, jika memiliki anak yang tidak dewasa? Tentunya sangat menyiksa, karena anda
senantiasa was was, ulah apa lagi yang diperbuat si anak?
Oleh karenanya, jika anda menempatkan Pendidikan Anak diurutan prioritas, anda telah
menjatuhkan pilihan tepat dalam hidup anda. Selanjutnya adalah, bagaimana mendidik anak?
Bagaimana cara mendidik seorang anak agar menjadi anak yang baik?
Ketika pertanyaan ini dilontarkan dalam suatu forum seminar “DIZIGUI” oleh guru Cai, seorang
peserta menjawab: “Mendidik Anak dengan keteladanan diri!” lebih dari segalanya, dan keteladanan
orangtua adalah unsur Pendidikan Anak dalam keluarga yang terpenting !
Ketika Guru Cài memberikan ceramah di Malaysia, beliau bertanya kepada salah satu orangtua
murid, ”Apakah itu mendidik?” Orangtua murid ini sangat jujur, beliau menjawab “Lulus ujian
dengan nilai seratus.” Hampir semua orangtua murid membuat suatu korelasi, yaitu bahwa
mendidik anak itu identik dengan sang anak mendapatkan nilai ujian yang tinggi. Percakapan yang
paling sering kita dengar antara orangtua dan anak mungkin adalah “Berapa nilai ujian kali ini ?
Coba perlihatkan!” Yang menjadi prioritas para orangtua pada umumnya adalah nilai ujian. Tetapi
sadarkah para orangtua bahwa dengan pilihan itu mereka telah mengarahkan hidup anak-anaknya
kepada ketenaran dan kekayaan materi semata?
Sebelum memulai suatu bimbingan belajar, Guru Cài selalu menyempatkan diri untuk
berkomunikasi dengan para orangtua murid. Beliau akan duduk berbincang dengan orangtua murid
dan bertanya apa yang menurut mereka paling penting dalam mendidik seorang anak? Apakah
lebih penting mendidik anak untuk berkarakter baik serta sikap yang positif dalam menjalankan
hidup, atau anak yang hanya memikirkan bagaimana meningkatkan nilai ujian dari sembilan puluh
delapan menjadi seratus?
Banyak orangtua murid berpandangan bahwa karakter dan sikap perilaku anak lebih penting
dari pada sekedar nilai ujian, tetapi pada prakteknya mereka tetap memprioritaskan pendidikan
anak pada nilai ujian. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena mereka kurang dapat menghayati
betapa besar pengaruh jangka panjang pendidikan karakter dan perilaku ini terhadap kehidupan
3
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
anak. Sebaliknya, nilai ujian adalah sesuatu yang lebih mudah diperlihatkan. Misalnya, dengan nilai
ujian yang tinggi para orangtua murid dapat membanggakannya kepada teman-teman mereka. Kita
mungkin sering mendengar teman kita yang berkata, ”Anak saya mendapat nilai seratus untuk tiga
mata pelajarannya.”
Guru Cài bercerita bagaimana dirinya bisa menjadi contoh nyata hasil didikan dimana nilai ujian
itu dianggap sangat penting bagi seorang anak. Ketika duduk di bangku SMP, pernah dalam ujian satu
mata pelajaran, beliau mendapatkan nilai sembilan puluh delapan. Sebagai akibatnya ia menangis
seharian, karena khawatir tidak diikut sertakan ke dalam kelas anak-anak berprestasi. Beliau
merasa ini adalah hal yang sangat serius, padahal saat itu beliau hanya duduk di SMP. Mengapa bisa
mempunyai rasa tidak mau kalah yang begitu besar? Apakah seseorang yang mempunyai kepribadian
seperti ini akan merasa bahagia? Ia senantiasa akan risau akan hal-hal yang sangat sepele. Yang ada
di dalam pikirannya hanya bagaimana bisa menang dan mengalahkan orang lain. Guru Cài terkenang
pada saat di SMA, ia suka diam-diam mengintip hasil ujian teman-teman sekelasnya, jika ada yang
mendapat nilai ujian yang lebih baik, maka Guru Cài akan merasa sangat tidak nyaman. Apakah sikap
sirik seperti ini apa dapat membuat seseorang bahagia?
Suatu ketika Guru Cài bertemu dengan seorang teman sekelas di SMA, juara di kelas unggulan.
Ketika Guru Cài menanyakan kabarnya sekarang dan bagaimana dengan karirnya, teman tersebut
gemetaran dan mejawab,” Mengapa manusia begitu menakutkan? Saya takut berhubungan dengan
mereka.” Mungkin karena teman tersebut seorang kutu buku yang hanya berkutat dengan buku-
buku dan jarang bergaul dengan teman-teman yang lain, maka ia memiliki keterbatasan dalam
membina hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Disini terlihat bagaimana nilai ujian tidak
menjamin seseorang bisa sukses dalam dunia kerja.
Saat ini tingkat pengangguran paling tinggi ada pada kelompok lulusan perguruan tinggi dengan
gelar doktor dan master. Para lulusan SMA tidak akan mengangur. Mengapa bisa demikian? Karena
mereka bersedia untuk bekerja sebagai buruh, mencuci piring dan menyapu. Selain itu, bagi lulusan
perguruan tinggi, mereka minta gaji tinggi, jika tidak, mereka tidak akan bekerja. Saat ini banyak
pengusaha merasa sangat susah mencari orang-orang berpotensi dan berdedikasi. Lulusan perguruan
tinggi banyak, tetapi sangat sedikit yang mempunyai potensi dan dedikasi dalam pekerjaan.
4
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Apakah ada orangtua yang suka memberi nasihat kepada anak untuk fokus saja pada nilai ujian,
tidak perlu mengerjakan pekerjaan rumah, hanya perlu mengikuti ujian dan lulus dari universitas?
Setelah lulus akan mudah cari kerja dan kehidupan akan menjadi lebih baik? Apakah ada hal yang
seperti ini? Apakah ada suatu jaminan bahwa dengan gelar pendidikan yang tinggi akan mendapat
kebahagiaan hidup? Jawabannya adalah tidak. Hal buruk yang akan terjadi adalah dengan pendidikan
seperti itu, anak akan kehilangan rasa tanggung jawab. Jika tidak memiliki rasa tanggung jawab, maka
anak tidak akan merasa mempunyai kewajiban lain selain belajar untuk mendapat nilai tinggi. Jika
kita tidak bisa mendidik anak untuk menyadari pentingnya membina hubungan dengan masyarakat
di sekitarnya, walaupun ada kesempatan baik di depan mata tetap akan terlewatkan.
Kita hendaknya mengambil hikmat dari peribahasa, ”Ilmu padi, makin berisi makin merunduk.”
Makna peribahasa ini adalah ”Semakin tinggi ilmu seseorang, hendaknya semakin ia rendah hati.”
Mari kita pelajari bersama, pekerja dengan karakter seperti apa yang dicari oleh para pengusaha
untuk menjadi bagian dari perusahaan mereka? Tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Tetapi jika
kita menenangkan hati kita maka jawaban akan muncul dengan sendirinya. Selain pekerja yang
ulet dan handal, yang di cari oleh para pengusaha adalah yang memiliki kejujuran, bertanggung
jawab, rendah hati, bisa dipercaya, sabar dan gigih. Apakah para orangtua telah mendidik anak
untuk menjadi orang yang berkepribadian jujur, bertanggung jawab, rendah hati, bisa dipercaya
serta sabar? Kita semua paham bahwa kejujuran itu sangat penting, tetapi mungkin ada orangtua
yang khawatir bahwa kalau terlalu jujur, anak mereka mungkin akan menjadi bulan-bulanan teman-
temannya. Kekhawatiran lain adalah masalah rendah hati. Banyak orangtua takut jika anak terlalu
rendah hati maka anak itu akan ditekan oleh orang-orang di sekitarnya. Orangtua harus terlebih
dahulu yakin bahwa semua karakter ini adalah yang terbaik untuk anak. Dengan demikian, mendidik
anak menjadi orang berkepribadian baik kelak akan membuat hidup si anak penuh dengan sukses di
kemudian hari.
Guru Cài memberikan satu contoh betapa penting menjadi pekerja dengan kepribadian
baik: Pada tahun 1995, di Inggris ada sebuah bank berumur dua ratusan tahun bernama “Barings
Bank”. Bank ini jatuh bangkrut akibat penyalahgunaan dana publik oleh seorang staf bank yang
berkedudukan di Singapura. Penyelesaian masalah tidak bisa bertumpu hanya pada gejala penyakit
saja. Contohnya jika ada penderita kanker, apakah dengan mengangkat sel kanker tersebut
penderita kanker itu akan sembuh? Mungkin untuk beberapa tahun penderita ini akan merasa
5
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
lebih baik tetapi suatu saat ada kemungkinan penyakit ini kambuh lagi. Mengapa demikian? Karena
tindakan yang dilakukan terhadap penyakit ini hanya pada gejala penyakit saja, seumpama jika kita
mengambil sekantong sampah dan menaruh di lantai, tidak lama kemudian datang banyak lalat.
Kita menyemprot lalat tersebut dengan pestisida, dan masalahnya sepertinya terselesaikan. Akan
tetapi tidak lama kemudian lalat kembali datang. Sama seperti orang yang berpacaran jika pacarnya
tidak baik, segera ganti pacar. Apakah ini menyelesaikan masalah? Jika kita tidak pernah berusaha
memahami pokok masalah, masalah tidak akan teratasi. Hal sama berlaku untuk pasangan yang
sedang berpacaran. Kedua belah pihak harus belajar saling mencintai, belajar saling mengalah, dan
lebih banyak mementingkan pasangannya daripada diri sendiri.
Di tahun 2001, Enron Group berada pada peringkat ke-7 perusahaan terbesar di dunia, dengan
omset penghasilan tahunan ratusan miliar dolar. Perusahaan ini bangkrut karena dua petinggi
perusahaan itu menyalahgunakan dana publik. Kasus-kasus besar ini telah membuat perusahaan-
perusahaan di Amerika sadar bahwa ada hal lain yang lebih penting yang harus dimiliki oleh para
pekerja mereka selain keterampilan dan latar belakangan pendidikan. Hal penting tersebut adalah
kebajikan dari para pekerja. Selain sistem manajemen yang komprehensif, diperlukan juga kualitas
moral dari para pekerja. Untuk memperbaiki keadaan tersebut, di tahun 2002 Amerika memberikan
dana tambahan untuk mempromosi pendidikan moral. Pada saat program baru ini dijalankan,
sebuah survei psikotes dilakukan terhadap delapan ribu lebih murid SMA. Hasil tes menunjukkan
bahwa 71% dari anak-anak itu pernah menyontek; 68% pernah terlibat perkelahian; dan 35%
pernah mencuri barang di pasar. Pertanyaan terakhir pada tes psikologis itu berbunyi: “Apakah anda
merasa memiliki moralitas yang tinggi?” Yang menjawab bahwa mereka memiliki moral yang tinggi
ada sekitar 96%. Ini berarti apa? Bahwa program pendidikan moral masih sangat perlu di lanjutkan
dan dipertahankan.
Guru Cài kemudian membahas makna pendidikan. Pendidikan bukan tentang berapa besar
manfaat uang. Manfaat dari membaca bisa didapatkan jika isi bacaan dianalisa secara mendalam,
mengerti dengan baik arti yang tersirat pada kalimat-kalimat bacaan. Merupakan kebajikan
mengajarkan hal-hal yang baik kepada semua orang terutama generasi berikutnya. Ketika anak dididik
memiliki hati yang baik, dia akan mempunyai perilaku yang baik pula. Maka dengan sendirinya juga
akan memiliki teman-teman yang baik hati, dan dengan demikian akan mencapai kehidupan yang
bahagia. Bagaimana cara mengajarkan anak untuk berperilaku baik? Bukan dengan mewajibkannya
membaca banyak buku, tetapi mewajibkan diri kita sendiri mengimplementasikan ajaran tentang
6
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
kebaikan. Menjadi teladan bagi anak. Bila kita memperlihatkan perilaku yang baik, tanpa sadar
anak akan tersentuh hatinya. Seperti yang kita sering dengar dari peribahasa, “Guru kencing berdiri,
murid kencing berlari.” Perilaku guru akan ditiru oleh murid-muridnya.
Pada tanggal 15 Maret 2004 Guru Cài diundang memberi ceramah di Shēn zhèn. Salah seorang
guru di sana kemudian bertanya tentang materi apa yang akan dibawakan oleh Guru Cài dalam
ceramahnya. Ketika tahu bahwa Guru Cài akan membawakan ceramah membahas buku Dì Zi
Guī 《弟子规》, guru dari Shēn zhèn itu bertanya apa yang istimewa dari buku Dì Zi Guī 《弟
子规》? Mengapa tidak membahas buku Lún yi《论语》? Karena menurut hematnya, Di Zi Gui
adalah untuk anak-anak. Walaupun berkomentar demikian, guru itu tetap menghadiri ceramah
Guru Cài. Setelah mengikuti pelajaran pertama, guru tersebut jadi sadar bahwa masih banyak
prinsip dasar dalam kehidupan yang belum diterapkannya. Maka ia memutuskan untuk belajar Dì
Zi Guī《弟子规》. Pada bulan Mei guru ini pulang ke kampung halaman untuk merayakan hari
ibu. Ia ingin mempraktekan ajaran Dì Zi Guī 《弟子规》, berterima kasih atas jasa orangtua yang
membesarkannya. Kebetulan hari itu hari ulang tahunnya. Jika seseorang sedang berulang tahun,
apa yang pertama kali diingat oleh orang tersebut? Biasanya yang pertama kali teringat adalah kue
tart. Pernahkah anda menyadari hari kelahiran anda sebagai hari ibu anda menderita dan bersusah
payah melahirkan anda? Dari saat ibu anda hamil sampai melahirkan dan membesarkan anda,
apakah pernah terbesit di benak anda utuk membalas budi? Setelah mempelajari Dì Zi Guī 《弟子
规》, guru ini mengerti apa yang harus dilakukan dihari ulang tahunnya. Karena itu, menggunakan
kesempatan pulang kampung, ia bermaksud mengucapkan terima kasih kepada orangtuanya.
Setibanya dirumah, ia menarik tiga kursi, kebetulan sang nenek sedang berada di sana, maka ia
mempersilahkan sang nenek, ayah dan ibunya untuk duduk. Kemudian guru ini berkata,” Dalam
hidup saya selama tiga puluh tahun ini, saya tidak kurang-kurangnya membuat nenek, ayah dan ibu
risau dan khawatir. Saya berterima kasih atas jasa kalian dalam membesarkan saya. Ijinkanlah saya
untuk berlutut dan bersujud dihadapan kalian.” Sang guru kemudian berlutut tiga kali dan bersujud
sembilan kali. Ketika guru ini bersujud sang ibu menetaskan air mata. Sang ibu merasa tersentuh
karena tidak pernah sekalipun mengharapkan anaknya membalas jasanya. Anak perempuan dari
guru ini kemudian menghampiri ayah dan memijat kakinya. Secara tidak langsung anak perempuan
ini telah mempraktekkan apa yang di contohkan oleh ibundanya. Ketika mereka tiba dirumah
mereka sendiri, sang anak membuka pintu dan berkata dengan suara lantang,” Ayah, ibu, tahun
depan ketika saya ulang tahun saya juga mau bersujud di depan kalian.” Hikmat yang dapat kita
ambil dari sini adalah : sebagai anak kita harus senantiasa berterima kasih atas jasa orangtua kita
7
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
yang melahirkan dan membesarkan kita. Dan anak-anak kita akan senantiasa bercermin kepada kita
sebagai orangtua. Karena itu hendaklah senantiasa menjadi teladan yang baik bagi anak-anak kita.
Kapan benih-benih kebajikan ini harus ditanam? Jawabannya adalah sedini mungkin. Jika akar
kebajikan tidak ditanam sejak kecil, kelak sudah besar akan susah untuk mengembalikannya ke
jalan yang benar. Guru Cài memberikan contoh, seorang anak yang bersekolah di Shēn zhèn dan
mempelajari ajaran para bijak kembali ke kampung halamannya. Anak ini memberi salam kepada
orang yang lebih tua dengan memberi hormat lebih dari 90 derajat. Ketika diajak makan bersama,
anggota keluarga yang lebih tua kagum melihat anak ini sebelum makan terlebih dahulu berdoa.
Ketika ditanya apa yang didoakan anak ini, anak ini menjawab,” Saya berterima kasih atas jasa
orangtua, berterima kasih atas ajaran para guru, berterima kasih terhadap jerih payah para petani
dan kepada semua yang telah memberikan sumbangsihnya.” Semua orang di meja makan serasa
telah diberi pelajaran. Yang ada di pikiran mereka saat itu adalah makanan. Tetapi anak ini masih
bisa berpikir untuk berterima kasih. Apakah anak ini bahagia? Manusia yang hidup dengan rasa
syukur adalah orang yang paling bahagia.
Bila anak telah dibekali dengan mata pelajaran moral di sekolahnya, apakah orangtua masih
akan khawatir? Tidak. Karena didalam diri anak telah ditanam akar kebajikan yang mempersiapkan
anak untuk meraih sukses di dalam kehidupan bermasyarakat. Kepada para orangtua, Guru Cài
mengingatkan, jika membuat suatu keputusan hendaknya kita berpikir matang-matang karena
akan berpengaruh tidak hanya pada anak akan tetapi juga pada cucu dan keturunannya. Jika ingin
melangkah 100 langkah, kita harus sudah memikirkan 200 langkah berikutnya.
Sebagai penutup ceramah bab satu ini, Guru Cài memberi contoh bagaimana dalam keluarga
kakeknya yang tidak pernah bersekolah dan buta aksara bisa menentukan pilihan yang tepat. Sang
kakek dan saudara-saudaranya semua adalah nelayan. Ketika saudara-saudara dari kakek memilih
agar anak-anak mereka juga menjadi nelayan untuk meringankan pekerjaan mereka, sang kakek
memilih yang lain. Ia memilih agar anak cucunya disekolahkan supaya bisa belajar dari para bijak.
Karena pilihan ini, kakeknya telah memiliki seorang anak yang bergelar Doktor, tiga orang anak
lulusan perguruan tinggi, satu orang lulusan SMA , disamping itu semua cucunya lulusan perguruan
tinggi bahkan telah memiliki dua cucu yang bergelar Doktor. Dalam hal ini kakekku telah menentukan
pilihan yang tepat. (*)
8
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
BAB II
TEGAKKAN AKAL SEHAT & KEBIJAKAN, BARU MAMPU MENJATUHKAN
PILIHAN TEPAT DALAM HIDUP
Apakah manusia dilahirkan dengan kemampuan mengambil keputusan? Atau manusia dapat
belajar mengambil keputusan dengan tepat? Untuk menentukan pilihan yang tepat, kemampuan
mengambil keputusan ditentukan oleh akal sehat dan kebijakan. Kapan seseorang harus mulai
membina akal sehatnya, dan berapa lama ia harus belajar untuk mendapatkan kebijakan?
Jawabannya adalah membina diri sedini mungkin dan belajar sepanjang hidup. Dengan demikian
Anda dapat menentukan pilihan hidup yang tepat.
Zaman sekarang banyak sekali orang yang mengidap penyakit depresi. Para pengidap depresi
kebanyakan suka membaca buku. “Bahkan ketika memilih buku untuk kita dan anak kita, kita juga
harus membuat suatu keputusan. Persis saat ini dunia penuh dengan ledakan ilmu pengetahuan.
Tetapi jika tidak menelaah mana buku yang baik dan buruk, pencemaran akan terjadi pada mental
kita dan anak-anak kita. Guru Cài bercerita tentang seorang anak berusia lima tahun yang berbicara
kepada ibunya, ”Mama, saya mau seorang adik.” Anak itu gemar membaca dan salah satu buku
yang dibacanya adalah buku “ilmu jiwa”. Selesai membaca buku itu, si anak kembali menghampiri
ibunya dan berkata, ”Mama, saya tidak mau adik lagi. Kalau nanti ada adik, mama pasti tidak
akan sayang lagi sama saya.” Memilih dan membaca buku yang isinya tidak sesuai dengan usia
pembaca, akan berakibat pada pencemaran mental.
Hanya dalam waktu satu detik, segelas air putih dapat melarutkan setetes tinta hitam. Tetapi
perlu berapa lama untuk mengembalikan pemikiran anak yang tercemar? Pencemaran tidak hanya
datang dari buku. Bagaimana dengan TV yang setiap hari menayangkan begitu banyak acara?
Suatu ketika teman Guru Cài menonton acara talkshow di TV yang menurut para pemirsa begitu
lucu sehingga membuat mereka tertawa sampai hampir jatuh telentang di lantai. Pemandu acara
TV itu membuat penonton terhibur dengan mengorek rahasia dari bintang TV tersebut. Apakah
ini benar untuk dilakukan? Banyak hadirin yang mendengar ceramah Guru Cai menjawab, “Tidak
9
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
benar.” Para orangtua yang sedang menonton pada jam keluarga dimana anak-anak sedang
bermain-main di ruang TV harus lebih peka pada acara TV yang ditayangkan saat itu. Jika tidak
cocok dengan usia anak, lebih baik orangtua menonton acara itu pada saat anak-anak tidak berada
di samping mereka. Karena anak-anak ibarat kertas putih yang akan mencatat semua yang mereka
lihat, dan kemudian mempraktekannya. Jika anak-anak melihat kita para orangtua tertawa ketika
pembawa acara menggunakan kata-kata mencemooh, mereka akan berpikir bahwa mereka juga
boleh memakai kata-kata cemooh itu. Acara TV sama dengan isi buku bacaan. Jika tidak sesuai
dengan tingkat usia anak maka bacaan itu akan menyebabkan pencemaran pada anak-anak.
Jika anak-anak sudah terbiasa dengan kata-kata cemooh dan berbicara cenderung mengambil
keuntungan dari orang lain, dan bercanda sembarangan, maka sesunguhnya hal tersebut sama
sekali tidak bisa dibenarkan. Ketika perilaku anak tersebut sudah menjadi kebiasaan akan sangat
sulit merubahnya kembali.
Guru Cài memberi contoh lain tentang betapa penting anak-anak mempunyai pemahaman
yang benar tentang isi bacaan. Cerita ini dimulai dengan seorang ibu pada suatu hari menghampiri
Guru Cài dan bercerita dengan begitu antusias, bahwa dia baru saja selesai membaca sebuah
buku. Ibu itu merasa apa yang diajarkan dalam buku tersebut sangat manjur. Setelah membaca
buku itu, si ibu mempraktekkan isi bacaannya. Dan terbukti, anak dari sang ibu yang tadinya
seorang pemalas menjadi sangat rajin. Sang ibu berkata kepada anaknya, ”Kamu membantu
ibu mengepel, ibu akan berikan kamu Rp. 5.000; jika membantu ibu menjemur pakaian, ibu
akan berikan kamu Rp. 7.500; dan jika membantu ibu cucing piring, kamu akan mendapat Rp.
10.000.” Mendapat tawaran dari ibunya, anak ini menjadi sangat rajin, dan sang ibu merasa sudah
menemukan obat mujarab instan. Tetapi suatu hari sang ibu merasa capek sekali, lalu berkata
kepada anaknya, ”Anakku, hari ini ibu capek sekali. Tolong jemur pakaian, ibu akan memberi kamu
Rp. 7.500.“ Tetapi apa yang terjadi? Anak itu menjawab, ”Hari ini saya juga capek sekali dan saya
tidak mau bekerja, saya tidak tertarik dengan hadiah ibu.” Tiba-tiba apa yang diajarkan dalam
buku bacaan sepertinya tidak manjur lagi. Mengapa? Karena pemahaman yang salah terhadap
buku bacaan tersebut, sang ibu telah mendidik anaknya dengan konsep “Utilitarianism” yakni
sang ibu memotivasi anaknya agar membantu dengan pekerjaan rumah tangga dengan iming-
iming hadiah materi. Padahal “Keluarga” adalah tempat dimana anak dididik untuk MEMBERI,
dididik untuk BERTERIMAKASIH, dididik untuk mengenal akan “Kewajiban seorang anak” sehingga
anak mengerti tempatnya berbakti kepada orangtua.
10
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Pernahkah kita berpikir dengan logika, mengapa jika sedang pilek hidung akan mengeluarkan
ingus? Ketika hal ini terjadi, mungkin yang pertama muncul pada pikiran kita adalah segera minum obat
pilek agar ingus dapat berhenti. Tetapi apakah kita tahu cara menangani penyakit pilek yang benar?
Ingus adalah cairan yang tersisa dari pertarungan antara kekebalan tubuh dengan virus flu. Bila sedang
pilek, kita langsung minum obat pilek yang mengandung antibiotik, maka yang akan terjadi adalah obat
tersebut akan membunuh virus dan pada saat bersamaan membunuh kekebalan tubuh kita. Tidak
hanya kekebalan tubuh yang dibunuh, tetapi juga kuman baik yang ada di dalam perut kita. Awalnya
minum obat akan terasa sangat manjur, tetapi dengan penanganan secara instan, penyakit akan cepat
kambuh. Cara penanganan yang salah mengakibatkan kita harus selalu ke dokter jika terserang pilek.
Kedua contoh diatas memberi kita pelajaran berharga yakni jangan kita tergiur dan terpikat kepada
sesuatu “OBAT INSTAN” yang sekejab terkesan efektif, tapi dalam jangka panjang efek sampingnya
merugikan kita.
Dalam ceramahnya Guru Cài bertanya kepada para peserta, “Ada seorang psikolog, pada umur 40
tahun ia menerbitkan sebuah buku hasil karyanya. Kemudian pada umur 60 tahun psikolog ini kembali
menerbitkan sebuah buku. ”Buku mana yang akan anda pilih untuk dibaca? Ada peserta ceramah yang
menjawab, ”Buku yang ditulis pada saat berumur 60 tahun.” Guru Cài kembali bertanya alasan dari
pilihannya. Ia menjawab,” Karena akan lebih banyak pengalaman.”. Namun pengalaman dapat berupa
pengalaman baik dan buruk, ada lagi peserta yang berkata: bahwa usia yang lebih tua, mungkin akan
membuat seseorang manjadi lebih bijaksana, padahal inipun belum pasti. Bisa saja makin tinggi usia
seseorang, maka makin dalam ia tercemar dalam pengaruh buruk dan negatip dalam masyarakat!.
Inti yang ingin disampaikan Guru Cai adalah semua buku bacaan tidak se-mata mata hanya melihat
nama dan usia si Penulis buku, melainkan isi nyalah yang perlu dicermati, diteliti jelas betul, sebelum
kita menaruh kepercayaan penuh pada buku tersebut. Adalah sangat berbahaya bagi masa depan anda
bahkan keluarga anda, bila anda sampai memilih buku bacaan yang isinya belum lagi terbukti kebenaran
dan kebijakannya.
Bagaimana kita dan anak anak kita dapat mangasah kebijakan dan akal sehat kita? Guru Cai
mengajak kita menyimak peradaban dan budaya Tiongkok yang telah memperoleh konfirmasi dan
verifikasi umat manusia di dunia, selama ribuan tahun lamanya dan nyata-nyata merupakan “Kebenaran
dan Kebijaksanaan-kebijaksanaan para nabi bijak Tiongkok kuno, yang secara nyata telah terbukti
menembus ruang dan waktu.
11
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Dalam ceramah “Di Zi Gui” yang diselenggarakan di Australia, dan sebagai ungkapan dari
nilai “etiket/sopan santun” yang terdapat dalam ajaran Di Zi Gui, guru Cai mempersilahkan tamu-
tamu orang Australia duduk di baris-baris depan, sedangkan tuan rumah/penyelenggara duduk di
baris-baris belakang. Dalam ceramahnya guru Cai mengutip bahwa nilai moral Di Zi Gui terpenting
adalah Sikap dan Perilaku “berbakti kepada orangtua”. Sikap ini telah dicetuskan para bijak China,
empat-lima ribu tahun lalu di Tiongkok. Empat-lima ribu tahun kemudian, atau dewasa ini, apakah
sikap dan perilaku “berbakti kepada orangtua” masih relevan? Masih dibutuhkan masyarakat?
Jawabnya jelas positip. Jadi ajaran para bijak Tiongkok empat, lima-ribu tahun yang lalu telah
terbukti menembus waktu dan ruang.
Guru Cai bahkan mengutip berbagai ilustrasi didalam Di Zi Gui, bagaimana sikap berbakti
terhadap orangtua itu diwujudkan? Dalam sesi Tanya-Jawab dengan para tamu Australia usai
ceramah, mereka semua menyatakan dapat memahami dan menerima ajaran moral Di Zi Gui
seperti yang diceramahkan oleh guru Cai. Jadi “Kebenaran” yang terbukti telah mampu menembus
ruang dan waktu layak dan patut kita raih dan yakini.
Pernahkah kita sadar bahwa nasib kita ditentukan oleh pikiran, pandangan hidup dan
konsep kita sendiri? Pikiran Anda menentukan perilaku anda. Perilaku menentukan kebiasaan,
dan kebiasaan membentuk karakter seseorang. Karakter menentukkan nasib orang tersebut.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk memiliki akal sehat & kebijaksanaan sehingga mampu
menjatuhkan pilihan hidup yang tepat, antara lain yang terpenting dalam hidup adalah
menjatuhkan pilihan tepat terhadap pikiran (mind), pandangan hidup dan konsep hidup.
Saat ini banyak konflik timbul di antara individu. Dari berita koran, terlihat banyak kasus
konflik antara ayah dan anak, konflik antar saudara, dan pengadilan semakin bertambah
banyak jumlahnya. Mengapa? Karena pertikaian semakin banyak sehingga jumlah pengadilan
harus ditambah untuk menyelesaikan semua pertikaian itu. Tidak hanya konflik antar individu,
kita juga dapat melihat konflik antar negara yang sampai mengakibatkan peperangan antar
negara. Semua konflik tersebut hanyalah akibat. Mereka yang bijak akan mencoba mencari akar
penyebabnya. Untuk menyelesaikan sebuah masalah kita harus terlebih dahulu mencari tahu
akar permasalahannya. Khawatir atas apa yang sudah terjadi tidak akan menyelesaikan masalah
Pertama, kita harus mulai dengan mengidentifikasi akar penyebab dari semua konflik yang terjadi.
Akar masalahnya ada pada pikiran. Pikiran seperti apa penyebab terjadinya konflik? Pikiran
12
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
yang dikendalikan oleh Egoisme! Kepentingan siapa yang pertama dipikirkan seorang egois?
Kepentingan diri sendiri, dengan mengabaikan bahkan merugikan orang lain. Karena itu antara
manusia yang bersikap egois akan timbul persaingan demi kepentingan masing-masing pihak. Dari
persaingan akan timbul perjuangan membela kepentingan masing-masing, dan perjuangan ini
akan berujung pada perkelahian serta peperangan.
Jadi suatu peperangan antar negara tidak lain berasal dari pikiran-pikiran egois yang akhirnya
berwujud pada tindakan perang. Egoisme dan individualisme adalah produk dari Kapitalisme dan
Utilitarianisme. Semakin banyak manusia di dunia ini terpengaruh oleh paham Utilitarianisme.
Maka, hanya dengan mengubah pikiran ego inilah kita dapat mengatasi masalah utilitarianisme.
Guru Cài berbagi cerita tentang egoisme yang nyata terjadi yakni di kota Sì chuān di daratan
Cina. Ada seorang anak berumur tiga belas tahun memasak untuk ayahnya. Setelah makan sang
ayah tiba-tiba meninggal. Keluarga mereka sangat miskin, tidak ada uang untuk melakukan otopsi,
maka jenazah sang ayah dikubur begitu saja. Waktu berlalu, anak ini kembali memasak untuk
ibunya. Sesudah makan sang ibu juga meninggal. Ia dikubur bersama sang ayah. Kemudian anak
itu beserta keluarga besarnya berziarah ke kuburan kedua orangtuanya. Anak itu kelihatan sangat
tidak sabar pada prosesi itu, sepertinya ingin cepat-cepat selesai. Sang bibi yang melihat hal ini
merasa sedikit curiga, mengapa anak itu terlihat begitu tidak hormat kepada orangtuanya. Usai
prosesi, anak ini menghampiri bibinya dan bertanya apakah benar kedua orangtuanya pernah
membeli asuransi? Sang bibi terkejut mendengar pertanyan anak itu. Maka ia melaporkan hal
itu kepada polisi. Setelah diinvestigasi, ditemukan bukti-bukti anak itu telah membunuh kedua
oranguanya. Demi apa? Demi uang asuransi yang hanya 10.000 RMB. Jumlah yang tidak seberapa
namun telah menghilangkan nyawa kedua orangtuanya yang begitu berharga. Sang anak
menginginkan uang asuransi tersebut hanya untuk membeli sebuah telepon genggam.
Kisah anak ini menunjukkan nafsu yang begitu kuat terhadap sesuatu sehingga mengarahkan
anak ini untuk berjalan di atas jalan yang sesat. Karena itu, dalam mendidik anak, janganlah
menumbuhkan hasrat nafsu mereka tetapi tumbuhkanlah integritas moral agar berbakti kepada
orangtua, paham akan kewajiban dan tanggung jawabnya kepada orangtua, dan bahwa bersekolah
adalah kewajiban yang harus dipenuhi seorang anak terhadap orangtua untuk membuat gembira
hati mereka dan tidak pernah menuntut hadiah materi apapun atas prestasi sekolah yang
diraihnya.
13
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Dalam mendidik anak, jangan memberi anak iming-iming hadiah agar mereka belajar dan
mendapat hasil ujian yang bagus. Sering terjadi pada banyak keluarga anak selalu diimingi hadiah,
mulai dari diajak makan di restoran kesukaannya, kamera digital, laptop, mobil dan masih banyak
lagi. Jika kita senantiasa menjanjikan hadiah kepada anak kita, apa yang kita tanam dalam diri
mereka? Hasrat/nafsu. Anak tidak akan tahu apa yang sebenarnya menjadi kewajiban mereka,
tidak mengerti bahwa belajar merupakan kewajiban mereka. Tanpa rasa tanggung jawab pada diri
anak, dan jika anak tidak merasa mempunyai kewajiban, apakah anak bisa berbakti?
Ada cerita tentang seorang anak yang baru lulus ujian dan naik kelas. Anak ini bergegas
kembali ke rumah dan mencari kedua orangtuanya dan berkata, ”Ayah dan ibu harus membelikan
saya beberapa pakaian bermerk.” Kedua orangtuanya heran dan bertanya, ”Mengapa?” Anak itu
menjawab dengan santai bahwa dia sudah lulus ujian, dan dengan demikian orangtuanya telah
menghemat uang untuk membeli ijazah palsu. Ia merasa telah berjasa kepada orangtuanya karena
telah lulus ujian sehingga orangtuanya harus memberinya sesuatu sebagai imbalan. Setelah
mendengar cerita ini apa yang kita rasakan? Apa yang dirasakan oleh kedua orangtua ini ketika
mendengar pernyataan langsung dari anaknya? Sudah tentu akan sangat sedih. Ini adalah akibat
dari sering memberi hadiah materi kepada anak agar mereka mau belajar dengan giat. Didikan
yang salah ini dapat membentuk mereka menjadi individu yang egois.
Jika kita tidak ingin lingkungan sosial kita memiliki mental bobrok maka kita harus memulai
dari diri kita sendiri. Banyak yang bertanya, bagaimana masyarakat dan dunia ini bisa berubah
hanya karena diri kita telah berubah? Banyak yang merasa hal ini tidak masuk akal. Guru Cài
mengingatkan kita untuk tidak menganggap remeh kemampuan kita. Kesungguhan hati seseorang
dapat merubah orang-orang disekitarnya. Guru Cài bercerita tentang Raja Shùn (Shùn wáng舜王/
dà shùn大舜), seorang raja di zaman Cina kuno yang begitu berbakti kepada orangtuanya dan
berbudi pekerti baik. Ia telah mempengaruhi perilaku anggota keluarganya karena rasa baktinya
kepada orangtuanya. Karena budi pekerti dari Raja Shùn, para tetangga dan lingkungan sekitarnya
tersentuh untuk membantunya membangun bangsanya dan menjadi bagian dari bangsanya.
Cerita ini mengingatkan kita bahwa budi pekerti dapat senantiasa menjaga perilaku dan hati kita
dan memberikan kekuatan yang luar biasa terhadap keluarga dan masyarakat.
Di Singapura hidup seorang wanita bernama Xu zhé, berusia 106 tahun. Wanita ini baik hati,
sangat menarik perhatian dimata banyak orang lain, serta sangat berbakti kepada orangtua. Xu zhe
14
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
sendirian merawat dua puluh sampai tiga puluh orang lanjut usia. Orang-orang tua yang dirawatnya
semuanya lebih muda dari dirinya, berkisar di usia 60-70 tahun. Rasa cintanya yang begitu besar
telah membuat banyak orang terharu, tidak hanya orang Singapura tetapi juga masyarakat dunia.
Cerita ini dapat memberi kita inspirasi untuk berkontribusi terhadap masyarakat dan terhadap
dunia. Hal ini tidak sulit dilakukan, kita hanya perlu meningkatkan moral budi pekerti kita.
Seorang filsuf berkebangsaan Inggris, Profesor Tornby pernah berkata, untuk menyelesaikan
permasalahan abad ke 21 hanya ada 2 cara yaitu: ajaran maha guru Konfusius dan Mensius
dan ajaran sang Budha. Mengapa Profesor Tornby berkata demikian? Pada tahun 2008, tujuh
puluh lima pemenang hadiah novel berkumpul di Paris dan mengeluarkan deklarasi bersama. Isi
deklarasi: Jika seseorang yang hidup di abad ke 21 ingin bertahan hidup dan ingin melanjutkan
hidup, ia harus kembali kepada kehidupan 2000 tahun lalu, atau dengan kata lain mengikuti ajaran
orang bijak Konfusius. Para peraih hadiah nobel dari berbagai bidang itu juga berseru agar di masa
datang masalah-masalah masyarakat diselesaikan dengan ajaran Konfusius. Mari kita analisa
bersama, apa inti ajaran konfusius? Kasih sayang. Apa inti ajaran Buddha Mahayana? Cinta kasih,
kebaikan dan kasih sayang.
Bila kita memiliki cinta kasih, saling membantu, kemudian ditingkatkan lagi menjadi saling
mencintai, maka hal itu dapat menciptakan dunia yang homogen dan damai. Bila seseorang memiliki
hati yang berbakti, apakah kita hanya berbakti terhadap orangtua kita sendiri? Bagaimana ketika
kita melihat orangtua yang lain? Kita juga akan berbakti bukan? Sama seperti yang disampaikan
oleh kitab Xiào jīng 《孝经》, “Jika Anda bisa membuat seseorang mempunyai rasa berbakti
kepada orangtuanya sendiri, maka dia juga akan berbakti kepada orangtua dari semua orang.”
Jika suatu hari Anda sedang duduk di bus dan melihat seorang nenek naik ke dalam bus
dan mencari tempat duduk, apa yang akan Anda lakukan? Jika Anda melihat seorang kakek,
menyeberangi jalan sendirian, apa yang akan Anda lakukan? Sebagai pribadi yang berbakti pasti
Anda akan segera berdiri dan mempersilahkan sang nenek untuk duduk, begitu juga anda pasti
akan membantu sang kakek menyeberangi jalan. Seseorang dengan keinginan yang begitu kuat
untuk berbakti dan berbuat kebajikan, dengan sendirinya akan senantiasa membantu orang lain
serta menyayanginya. Mulailah berubah dari diri kita sendiri, maka dunia secara perlahan juga
akan berubah.
15
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Di ujung pembahasan bab kedua ini Guru Cài kembali mengingatkan para orangtua untuk tidak
memanjakan anaknya. Semua orangtua pasti sayang kepada anak. Tetapi rasa sayang tidak berarti
harus menuruti semua permintaan dari anak. Apa saja yang dimaui anak diberikan, mau makan
apa saja pasti dibelikan, dari kecil sudah berfoya-foya, kepribadian apa yang akan terbentuk pada
diri anak? Egois dan malas. Ajaran orang bijak dahulu, “Sifat yang baik bila tidak diajarkan sejak
kecil maka akan sangat sulit diarahkan dikemudian hari.” Bila sifat buruk sudah tidak bisa dirubah,
apakah hidup anak ini akan sukses? Tentu tidak.
Anak muda zaman sekarang dari umur belasan tahun sudah memiliki beberapa kartu kredit,
sehingga belanja dengan cara berhutang menjadi sebuah tren. Sebaliknya, bagi leluhur orang
Tiongkok zaman dahulu, prinsip berhutang merupakan hal yang sangat memalukan. Zaman
sekarang anak-anak muda telah terbiasa hidup boros dan menjadi budak materi. Kebutuhan
mendasar setiap manusia seperti makan dan membeli pakaian sebenarnya tidak terlalu besar.
Tetapi terkadang akibat pengaruh iklan di TV, anak-anak muda kita tidak tahan godaan sehingga
berbelanja menggunakan kartu kredit. Karena harus membayar tagihan kartu kredit, maka
mereka harus bekerja keras dan secara tidak langsung selalu ingin mengalahkan orang lain dalam
lingkungan kerja. Lama kelamaan akan terbentuk karakter “tidak mau kalah”, melihat orang lain
seperti melihat musuh.
Sebagai orangtua kita harus mendidik anak kita agar memiliki hati yang mencintai sesama
manusia serta menjalankan hidup penuh kebajikan. Bila sejak muda seseorang sudah menerapkan
ilmu orang bijak maka di masa tua ia akan menuai berkat. (*)
16
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
BAB III
“BAKTI KEPADA ORANGTUA’ DASAR INTEGRITAS MORAL; PENDIDIKAN
HARUS MULAI DENGAN PENDIDIKAN “BAKTI”
Seperti telah dibahas pada bab sebelumnya, sesungguhnya, mungkin saja dunia, masyarakat
dan keluarga mendapatkan kedamaian. Yang terpenting adalah kemauan setiap individu untuk
mewujudkannya. Jika kita egois maka konflik dan pertikaian akan muncul, dan sebaliknya bila kita
senantiasa memahami persoalan dari sudut pandang orang lain maka keluarga dan masyarakat
akan rukun dan bersatu. Bila anak dididik dari kecil untuk memiliki sifat bakti, mengabdi masyarakat,
maka ia akan menuai berkat di hari tuanya.
Menurut Guru Cài, orang Tionghoa mengenal 5 macam berkat. Salah satu berkat adalah
meninggal dengan tenang 「Shàn zhōng; 善终」. Di masa kecilnya Guru Cài sering mendengar
orang yang lebih tua meninggal dalam tidurnya. Tetapi sekarang ini jarang sekali kita mendengar ada
orang meninggal dalam tidurnya. Ini terjadi mungkin karena di zaman dahulu orang hidup saling
mengasihi satu sama lain, senantiasa berpikir demi kebaikan orang lain sehingga bisa meninggal
dengan tenang. Kehidupan di zaman modern membuat orang lebih egois, keterikatannya dengan
keduniawian sangat kuat sehingga tidak rela melepaskannya. Karena itu orang zaman kita sekarang
tidak bisa meninggal dengan tenang.
Pernahkah kita mendengar orangtua berkata bahwa mereka berniat melakukan banyak hal
tetapi tenaga sudah tidak memadai lagi? Pada umumnya, umur produktif manusia diantara 20
– 60 tahun. Guru Cài bercerita tentang seorang anak kecil berumur dua tahun lebih yang telah
mengikuti kelasnya. Setibanya di rumah dari sekolah, kedua orangtuanya bertanya, ”Apa yang
telah kamu pelajari hari ini?” Sang anak menjawab, ”Berbakti kepada orangtua.” Mereka terkejut
mendengar jawaban anak itu. Anak yang baru berumur dua tahun bisa menjawab dengan tegas
apa yang telah dipelajarinya.
Beberapa waktu kemudian anak ini mengikuti kelas yang sama untuk kedua kalinya. Di kelas
sebelumnya guru mengajarkan bahwa anak-anak harus mempraktekkan teori yang telah dipelajari.
17
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Karena itu sesudah menerima ilmu di kelas, anak-anak diingatkan untuk mempraktekkan ajaran
itu di rumah. Pada hari itu guru mempersilahkan murid-muridnya berbagi cerita di depan kelas
tentang bakti apa yang telah mereka lakukan kepada orangtua mereka. Ada murid yang bercerita
tentang bagaimana mereka mengambil air lalu membasuh kaki orangtuanya. Ada yang bercerita
tentang bagaimana mereka mengupas buah-buahan dan memberikannya kepada orangtua mereka.
Anak kecil ini mendengar cerita-cerita dari kakak-kakak kelasnya dengan seksama. Sesampainya
di rumah, sang anak langsung menuang segelas air untuk dipersembahkan kepada ayah dan
ibunya. Hal ini membuat kedua orangtuanya begitu tersentuh. Mereka baru sadar bahwa didikan
berbakti ini tidak harus langsung dari mereka sebagai orangtua tetapi bisa juga dengan cara
belajar dari sesama anak kecil. Ketika di kelas, sesama anak kecil saling mengamati satu sama lain.
Dan ini adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk belajar. Cerita tentang anak kecil ini telah
disebarluaskan oleh Guru Cài agar menjadi inspirasi bagi banyak orang di Malaysia, Singapura dan
Indonesia.
Ada baiknya ibu-ibu hamil mulai membiarkan kandungannya mendengarkan ajaran DI ZI
GUI《弟子规》, sehingga setelah lahir anak mereka sudah terbiasa mengikuti ajaran orang bijak.
Semakin besar mereka tumbuh, semakin mereka menjadi bijaksana, dan kebijaksanaan yang
mereka miliki itu akan terus bersemi hingga mereka tua kelak.
Profesor Shì jìng kōng (释净空教授) tahun ini genap berusia 79 tahun. Ia telah berkelana ke
banyak tempat dan banyak murid yang mendapat pelajaran darinya. Apakah pelajaran ini akan
berakhir dengan berakhirnya hidup sang profesor? Tentu tidak, karena ajaran yang keluar dari
hatinya yang tulus itu melampaui waktu dan ruang. Seperti ajaran maha guru Konfusius yang tidak
berakhir hanya karena maha guru tersebut telah meninggal dunia. Seorang bijak bernama Fàn
zhòng yān (范仲淹) yang meninggal 800 tahun lalu telah berhasil memberikan inspirasi lewat hasil
karyanya. Keturunannya setelah 800 tahun kemudian, juga masih begitu sukses. Pada tahun 2002,
Tiongkok mengelar acara pembacaan kitab di Propinsi Shān dōng kota Qū fù, yang diikuti oleh
seluruh keturunan Tiongkok yang dari Malaysia, Singapura, Hongkong dan Indonesia. Keturunan
Fàn zhòng yān (范仲淹) diundang hadir pada pertemuan tersebut. Mereka naik panggung dan
menyanyikan sebuah lagu yang mereka karang, dengan lirik yang diambil dari karya Fàn zhòng
yān (范仲淹) berjudul Yuè yang lóu jì《岳阳楼记》. Kesuksesan Fàn zhòng yān (范仲淹) tidak
hanya berhenti pada dirinya sendiri, namun terus diwariskan kepada keturunannya. Pernahkah
kita berpikir, kita ingin menjadi orangtua yang seperti apa? Apakah kita ingin menjadi idola bagi
18
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
keturunan kita? Cara berpikir dan cara pandang kita secara langsung akan mempengaruhi anak
cucu kita.
Dalam buku Dà Xué 《大学》, ada satu ajaran penting yang berbunyi, ”Tidak peduli apapun
latar belakang seseorang, jika ingin membina keluarganya dengan baik harus dimulai dengan
pendidikan dan moral. Ketika anda memiliki moral dan pendidikan, akan bisa membina keluarga,
mengatur negara, mendamaikan dunia.”
Kita semua maklum, bila setiap umat manusia memiliki hati yang penuh welas asih, maka
masyarakat akan berkembang menuju dunia yang homogen dan satu. Dan bila direnungkan lebih
jauh, darimana dan bagaimana seseorang dapat mulai menumbuhkan welas asihnya? Darimana
orang dapat memulai menumbuhkan welas asih dalam hatinya?
Langkah pertama jalan menuju hati penuh welas asih, tidak lain adalah “BERBAKTI KEPADA
ORANGTUA” . Percayakah Anda bahwa seseorang yang tidak berbakti terhadap orangtua sendiri
akan berbakti terhadap orang lain? Dalam kitab Xiào jīng 《孝经》dikatakan hal itu tidak mungkin
terjadi, karena hal itu bertentangan dengan moral. Guru Cài bertanya kepada seorang wanita yang
hadir: Bila seorang pria yang mengejar Anda selama tiga tahun dengan gigih, meluangkan waktu
mengajak anda minum kopi atau menemani Anda mendaki bukit, namun pria ini tidak pernah
mengajak orangtuanya minum kopi ataupun mendaki bukit. Lalu suatu hari pria ini melamar anda,
mengajak anda menikah. Apakah anda akan menerima lamarannya? Wanita itu merasa ragu dan
tidak berani menjawab.
Mengapa berbakti itu sangat penting bagi manusia? Karena jika seseorang tidak belajar
berbakti, maka orang tersebut tidak memiliki rasa berterima kasih, tidak memiliki kepatuhan dan
moralitas. Bila terhadap orangtua yang bersusah payah melahirkan dan membesarkan kita saja
kita tidak berbakti, apa mungkin ia dapat berbakti kepada orang lain? Bila kepada orangtua sendiri
tidak berterima kasih, apa mungkin kita dapat berterimakasih kepada orang lain? Banyak orangtua
berkata, “Anak saya tidak belajar hal yang baik, tetapi juga tidak belajar hal yang tidak baik.”
Apakah pernyataan ini benar? Tidak benar. Karena pada saat kita tidak belajar hal yang baik, pada
saat yang sama kita telah belajar sesuatu yang tidak baik. Kita berada di dalam masyarakat yang
bagaikan wadah pencemaran yang besar. Bila Anda tidak cepat-cepat memberikan pendidikan
moral dan etika kepada anak anda, maka mental anak anda akan segera tercemar. Apakah anak
19
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
yang hidup di pedalaman akan lebih tidak tercemar dibandingkan dengan anak yang tinggal di
kota? Tidak benar, karena di daerah pedalaman juga ada pencemaran. Pencemaran ini dilakukan
oleh siapa? TV. Karena itu tontonan TV bagi anak harus diseleksi. Tidak semua acara TV itu boleh
ditonton oleh anak-anak. Hanya acara yang berisi pesan moral yang baik yang boleh mereka
tonton.
Ketika anak tidak memiliki rasa terima kasih dan rasa kasih sayang, anak itu akan memiliki
apa? Akan memiliki sifat egosentris yang besar. Anak dengan sifat egosentris yang besar hanya
akan mengejar apa yang diinginkannya. Sifat egosentris itu beragam bentuknya. Contoh: Gara gara
pembagian harta orangtua, saudara-saudara kandung yang semula hidup rukun dan harmonis
bertikai satu dengan yang lain.
Guru Cài memberi contoh betapa pentingnya sebuah perkawinan yang sehat bagi
perkembangan anak. Cerita dimulai dari seorang wanita yang telah menikah, tiga tahun
kemudian wanita itu melahirkan seorang anak laki-laki yang putih dan montok. Melewati proses
bersalin, bertambahlah pada wajah wanita beberapa garis keriput. Auranya tidak secantik dulu
lagi. Sementara sang suami bertemu dengan wanita yang lebih muda dan cantik di tempat
kerja. Akhirnya sang suami menceraikan dia. Hubungan suami istri yang tidak harmonis yang
mengakibatkan perceraian akan meninggalkan luka batin pada anak seumur hidup.
Angka perceraian yang tinggi juga akan menyebabkan masalah lain dalam masyarakat, yaitu
meningkatnya angka kejahatan. Guru Cài pernah bertanya kepada pimpinan penjara tentang
latar belakang keluarga narapidana. Kepala penjara itu menjawab menjawab, ”Hampir 60%-70%
narapidana berasal dari keluarga broken home, dimana ayah dan ibu mereka sudah bercerai.”
Karena tidak mendapat pendidikan keluarga yang sehat, setelah lulus sekolah dan terjun kedalam
masyarakat mereka mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif dari lingkungan sekitarnya dan
terjerumus kedalam tindakan kriminal. Dan bila angka tindakan kriminal di masyarakat meningkat,
maka RASA AMAN warga akan terganggu!
Saat ini kita menyadari begitu kurangnya pendidikan moral bagi anak dengan akibat timbulnya
masalah besar bagi masyarakat. Maka, daripada kita senantiasa mengeluhkan masalah keamanan
masyarakat, lebih baik kita mulai dari diri kita sendiri, memberikan pendidikan moral kepada anak
kita.
20
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Ajaran Konfusius dalam kitab Xiào jīng 《孝经》, ”Berbakti adalah modal dasar untuk
pendidikan moral. Pendidikan moral lahir dari Rasa Bakti. Pendidikan moral harus dimulai dari
Bakti, karena jika tidak demikian budi pekerti seseorang akan sulit ditumbuhkan.
Buku DI ZI GUI《弟子规》berakar pada “berbakti”; berbakti terhadap orangtua, dan diluar
itu mementingkan persaudaraan dan persahabatan. Menentukan cara bersikap dan sikap yang
benar akan mudah membawa kita pada keberhasilan. Seperti yang diungkapkan oleh peribahasa
Tiongkok, ”Awal yang baik sudah merupakan setengah dari kesuksesan.” Hal lain yang tidak kalah
penting adalah ”membangun tekad belajar yang kuat. Tekad untuk belajar dengan sungguh-
sungguh. Belajar apa yang diajarkan para bijak, untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan
dunia.
Kita sering mendambakan dunia yang damai, dan kita perlu sadar bahwa “dunia yang damai”
adalah suatu akibat. Apa yang harus kita lakukan untuk menciptakan dunia yang damai ? Kita
harus menanamkan benih cinta kasih dan menjalani proses belajar dari para orang bijak. Guru
Cài bercerita tentang seorang guru yang mengajar anak- anak di kelas 5. Guru ini memiliki tekad
yang kuat, setiap hari mengajar anak-anak ajaran bijak selama tiga jam. Setiap pagi ia datang
lebih awal ke sekolah. Ia melakukan satu hal rutin setiap pagi, yaitu melantunkan DI ZI GUI《弟
子规》dan kitab Xiào jīng 《孝经》 . Suatu hari seorang murid juga datang pagi , ia bermaksud
sarapan pagi di kelas, namun ketika masuk ke dalam kelas murid itu melihat sang guru sedang
melantunkan DI ZI GUI dengan begitu serius, maka murid itu juga mengeluarkan kitab suci dan
ikut membacanya. Cerita di atas memperlihatkan unsur terpenting dari pendidikan adalah teladan
dan ketekunan guru yang menjadi inspirasi bagi orang-orang/murid-muridnya. Ketika kepala
sekolah bertanya kepada sang guru, ”Bagaimana cara kamu mengajar kelasmu sehingga mereka
mendapat hasil yang begitu baik?” Sang guru menjawab, karena saya mengundang ratusan orang
bijak untuk mengajari mereka. Ternyata di Tiongkok sebuah buku “Kumpulan cerita moral”, dan
di dalam buku itu ratusan orang bijak berbagi ilmu. Buku tersebut terdiri atas 8 bab, dengan
urutan sebagai berikut: Berbakti, Persaudaraan, Kesetiaan, Kepercayaan, Kesopanan, Keadilan,
Bersih & Jujur dan Rasa Malu. Sang guru setiap hari membacakan 2-3 cerita kebijakan ini kepada
murid-muridnya. Sang guru juga menerapkan ajaran DI ZI GUI《弟子规》 di dalam kelas. Jika
murid berbuat salah di kelas, mereka tidak menunggu guru untuk mengingatkan kesalahan
mereka. Mereka sudah paham dimana letak kesalahan mereka karena anak-anak sendiri merujuk
pada ayat Di Zi Gui. Contoh: Ketika anak-anak berlari didalam kelas lalu menabrak kursi, mereka
21
akan berkata, “Beloklah dalam ruang yang luas, janganlah sampai membentur kaki kursi dan
meja.「Kuān zhuǎn wān宽转弯,wù chù léng勿触棱」, “Tenang saat menghadapi masalah,
kepanikan hanya menambah kesalahan”「Shì wù máng事勿忙,máng duō cuò忙多错」. Ketika
anak-anak berperilaku tidak baik, anak-anak akan ingat sebuah bait yang berbunyi “Berbuat
salah tanpa disengaja adalah kelalaian; Berbuat salah dengan sengaja adalah kejahatan; Bila
kesalahan bisa diperbaiki, masalah terselesaikan ; Bila sengaja menutupi kesalahan, kelak akan
menambah masalah”「Wú xīn fēi无心非,Míng wèi cuò名为错, Yǒu xīn fēi有心非,Míng wéi
è 名为恶;Guo Neng Gai 过能改,Guī yú wú 归于无, Tǎng yǎn shì 倘揜饰,Zēng yī gū增一
辜」. Jadi, anak-anak yang bersalah, harus berani mengakui kesalahan bertekad untuk berubah,
tidak mengelak dan menutupi kesalahan. Ini terjadi karena mereka senantiasa ingat ajaran orang
bijak bahwa, “Bila seseorang moralnya tercela, maka orangtuanya yang menangung malu”Dé yǒu
shāng 德有伤,Yí qīn xiū 贻亲羞 」.
Guru ini mendapat perhatian dari kepala sekolah yang mengundangnya dua kali untuk
berbagi pengalaman dengan guru-guru lain di seluruh sekolah. Setelah bergabung dengan Guru
Cài selama setengah tahun, guru teladan ini mulai ikut bersama Guru Cài ke Tiongkok untuk
memberikan ceramah dan berbagi pengalamannya kepada guru dan orangtua murid. Meneruskan
& melestarikan ajaran orang bijak bukanlah hal yang tidak mungkin. Yang paling penting adalah
keyakinan diri kita, apakah kita bertekad untuk memulainya dan menjadikannya contoh bagi
orang-orang di sekitar kita. Karena itu, dalam keluarga, berusahalah menjadi orangtua yang
baik; di kantor, berusahalah menjadi atasan dan teman kerja yang baik; dan di dalam masyarakat
berusahalah menjadi warga yang baik. Bermula dari diri sendiri dalam bersikap dan berbuat baik
akan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap orang disekitar kita. Pernah seorang guru
yang duduk di dalam bus melihat seorang yang lebih tua naik kedalam bus yang sama. Guru ini
langsung berdiri dan mempersilahkan tempat duduk bagi orang tua itu. Tidak lama kemudian,
ada lagi orang yang lebih tua naik, selanjutnya empat orang yang tadinya duduk langsung
berdiri menawarkan tempat duduk bagi orang yang lebih tua. Menyimak kejadian ini, kita dapat
menyimpulkan bahwa sebenarnya manusia itu dilahirkan dengan hati yang baik. Karena itu, jika
kita bertekad untuk memperbaiki masyarakat, mulailah dari diri sendiri dengan mempraktekkan
sikap hati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan kita. Kita juga dapat menahan diri dan
menjaga moral kita sehingga kita dapat menjadi contoh yang baik bagi lingkungan sekitar kita.
Dengan tekad kuat, Budi Pekerti dan Pengetahuan kita akan terus meningkat !
22
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Anak-anak didik Guru Cài di kota Shēn zhèn, yang berumur 5-6 tahun, ketika ditanya ”Untuk
apa bersekolah?” menjawab dengan singkat dan tegas, ”Menjadi orang bijak”. Jawaban yang luar
biasa, bukan? Pulang dari sekolah, di sepanjang jalan mereka berebut mengumpulkan sampah
yang tercecer. Kebetulan di jalan itu mereka bertemu dengan kakak-kakak kelas yang juga baru
pulang sekolah. Kakak-kakak ini, yang sambil berjalan menikmati jajanan kue, semula ingin
membuang bekas bungkusan kuenya ke jalan. Tetapi mereka urung melakukannya karena melihat
adik kelasnya giat mengumpulkan sampah-sampah di jalanan. Ketika mereka berpapasan, salah
seorang anak kecil tadi mendengar pembicaraan kakak-kakak kelas mereka, “Jangan buang sampah
sembarangan, lihat anak kecil saja bisa mengerti memunguti sampah.” Setelah mendengar
percakapan itu, anak kecil ini kemudian bercerita kepada teman-temannya. Ternyata kita bisa
memberi contoh yang baik kepada orang lain.
Anak-anak itu benar-benar menghayati suatu tujuan hidup: “Belajarlah agar kelak engkau
dapat menjadi pendidik, berperilaku mulia agar menjadi Teladan Dunia”. Tekad baja saja tidak
cukup karena yang paling penting adalah “Belajar untuk diamalkan”.
Pada zaman Dinasti Tang ada seorang pejabat tinggi bernama Master Niao kē (鸟窠禅师) dan
seorang pujangga Bái jū yì (白居易). Dimasa tuanya Bái jū yì (白居易) ingin belajar Budhaisme
dengan harapan bisa mempelajari moral ke-Budha-an dan meningkatkan pengetahuannya. Ketika
bertemu dengan Master Niao kē (鸟窠禅师), ia langsung bertanya kepadanya, “Apa itu Budha?”
Master Niao kē (鸟窠禅师) menjelaskan bahwa Fó「佛」adalah bahasa India, dan kata itu arti
sebenarnya dalam bahasa aslinya adalah Buddhaya「佛陀耶」. Fó「佛」dalam penjelasan
bahasa Cina berarti seseorang yang tercerahkan dan bijaksana, dengan kata lain seseorang yang
mengerti peraturan. Karena itu itu jika ingin belajar Budha harus belajar menjadi orang yang
mempunyai pengertian.
Master Niao kē (鸟窠禅师) berkata kepada Bái jū yì (白居易) bahwa belajar ke—Budha-an
cukup dengan taat pada prinsip tidak melakukan kejahatan dan menjalankan segala kebaikan.
Setelah mendengar wejangan Master Niao kē (鸟窠禅师) , Bái jū yì (白居易) tertawa keras dan
berkata, ”Anak kecil berumur tiga tahun pun mengerti akan hal itu.” Tidak salah kata pujangga
Bai itu, sejak kecil di rumah kita telah diajarkan tentang baik dan buruk, dan tentang bagaimana
menjadi manusia. Master Niǎo kē (鸟窠禅师) menambahkan bahwa orang tua berusia delapan
puluh tahun saja belum tentu dapat melakukan hal itu. Karena kunci dari ajaran moral bukan
23
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
pada berapa banyak yang telah Anda pelajari, tetapi berapa banyak dari yang dipelajari itu telah
Anda wujudkan dalam kehidupan. Dalam mengajari anak belajar menjadi bijak dan saleh, sang
pendidik harus menegakkan sikap yang tepat.
Pada 15 Maret 2004 Guru Cài tiba di Shēn zhèn untuk memberikan ceramah kepada guru dan
orangtua murid. Keesokan harinya, Guru Cài diundang memberikan pelajaran kepada anak-anak
di kelas TK. Anak-anak itu bertanya kepada Guru Cài, hari ini mereka akan mendapat pengajaran
apa. Guru Cài menjawab, ”DI ZI GUI《弟子规》.“ Anak-anak terlihat kecewa. Mereka secara
bersamaan menjawab, “Kami sudah pernah belajar dan bahkan sudah menghafalnya.” Apa kesan
yang diberikan oleh anak-anak ini ketika mereka menjawab Guru Cài? Kesan sombong, bukan
rendah hati. Tanpa berdebat lebih lanjut Guru Cài menulis di papan tulis huruf Dào「道」. Guru
Cài menjelaskan bahwa huruf Cina adalah huruf asosiasif, artinya dengan melihat huruf itu kita bisa
mengerti makna yang terkandung didalam huruf itu. Secara harafiah huruf Dào「道 bermakna
JALAN. Budi Pekerti dalam Mandarin dinyatakan dalam 2 karakter yakni DAO DE (道德), dimana
Dao adalah jalan dan De adalah budi atau moral. Singkat kata: Orang bijak yang berbudi-pekerti
adalah orang yang berjalan pada jalan moral (moral path). Dengan kata lain, seorang baru dapat
dikatakan berbudi pekerti, bila ia telah benar-benar mempraktekan kebijakannya. Belajar DI ZI
GUIbertujuan menjadi manusia berakhlak mulia !
Setelah mendengar penjelasan Guru Cài,anak-anak ini diam dan merenungi kesalahan mereka.
Kemudian Guru Cài melanjutkan pengajarannya dengan menjelaskan bagaimana menerapkan
DI ZI GUI《弟子规》kedalam hidup sehari-hari. Murid-muridnya kemudian pulang ke rumah
masing-masing. Setibanya mereka di rumah, beberapa dari mereka mencatat di buku hariannya
bahwa hari ini mereka belajar DI ZI GUIdari Guru Cài, dan bahwa Guru Cai menyatakan belajar DI
ZI GUI《弟子规》itu adalah untuk di praktekkan, bukan hanya untuk dihafal.
Ada murid yang setelah belajar ajaran bijak DI ZI GUI《弟子规》, keesokan harinya berdiri di
depan pintu kamar orangtuanya dan mengucapkan salam selamat pagi kepada mereka. Orangtua
anak itu terkejut lalu menelepon ke sekolah untuk bertanya mengapa anaknya bisa tiba-tiba
berubah? Pelajaran apa yang telah diberikan di sekolah pada hari sebelumnya? Guru menjelaskan
bahwa kemarin anak-anak mendapat pelajaran tentang ”Berikan salam di pagi hari, berikan
ketenangan di malam hari 「Chen zé shěng 晨则省,hūn zé ding昏则定」. Anak-anak diajarkan
untuk senantiasa memberi salam kepada orangtua di pagi hari sebelum melakukan aktivitas dan
24
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
juga di malam hari setelah selesai beraktivitas. Sebelum beristirahat di malam hari anak-anak
harus memberi memberi salam kepada orangtua. Antara guru sekolah dan orangtua murid harus
ada kerjasama yang baik. Orangtua murid yang memberi perhatian kepada perkembangan anak
akan mendukung proses pengajaran guru di sekolah. Bila orangtua murid memahami benar
apa yang sedang dipelajari oleh anaknya di sekolah, mereka akan dapat membantu anak untuk
menerapkannya di rumah. Misalnya jika anak diajarkan untuk berbakti. Sampai di rumah mereka
mengambilkan air minum untuk orangtua mereka. Apabila orangtua mereka tidak memahami
bahwa ini adalah sebuah proses belajar, maka apa yang akan terjadi? Kemungkinan orangtua
murid akan memarahi anaknya, ”Mengapa kamu menuang air minum untuk mama, jangan repot
deh! Nanti kalau airnya tumpah bagaimana?” Jika sampai ini yang terjadi, anak akan kecewa
dan keinginan untuk mempraktekkan bakti akan pudar. Sebaliknya jika orangtua murid mengerti
bahwa anaknya sedang mempraktekkan bakti yang diajarkan oleh gurunya di sekolah, kemudian
orangtua dapat memberikan pujian serta memberi dorongan kepada anaknya, anak akan merasa
senang dan semakin bersemangat untuk mempraktekkan apa yang diajarkan oleh gurunya di
sekolah.
Di Shàn tóu, seorang anak yang baru berumur tujuh tahun mendapat pelajaran DI ZI GUI《
弟子规》dari guru sekolahnya. Setelah diajar satu dua bulan, guru mereka menggelar sebuah
acara, yang sudah di komunikasikan dengan para orangtua murid. Setiap anak akan naik ke atas
panggung untuk berbagi pengalaman. Tujuan acara tersebut adalah untuk melihat perubahan
anak-anak setelah mengikuti pelajaran Di zi gui. Akhirnya seorang anak berumur tujuh tahun
naik ke atas panggung dan yang pertama ia ucapkan adalah “Setelah saya belajar DI ZI GUI《弟
子规》saya baru mengerti bahwa kita wajib berbakti. Saya baru paham bahwa kewajiban anak
untuk berbakti kepada orangtua.” Kalimat ini sangat menarik dan menunjukkan bahwa orang baru
paham jika dididik.
Banyak orangtua memarahi anaknya yang tidak dewasa. Tetapi orangtua itu lupa bahwa
adalah kewajibannya untuk mendidik anaknya. Bila orangtua tidak mendidik, maka anak tidak
akan paham.
Sebagai penutup bab ini Guru Cài bercerita tentang seorang ibu yang merasa bahagia karena
anaknya menumpahkan air minum ke lantai sehingga mengotori lantai rumah. Guru Cài bertanya
kepada ibu itu, mengapa sang ibu sama sekali tidak marah kepada anaknya? Sang ibu menjawab
25
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
bahwa ia malah merasa terharu dengan tindakan anaknya yang ingin menunjukkan rasa berbaktinya
dengan menyuguhkan air minum untuk sang ibu. Walaupun dalam mempraktekkan hal tersebut
anaknya menumpahkan air ke lantai dan membuat lantai menjadi kotor, justru dengan kesalahan
tersebut sang ibu bisa memberi pelajaran kepada anaknya, bahwa lain kali memegang gelas harus
dengan kedua tangan dan memegang lebih kuat agar tidak terjatuh. Kemudian sang ibu mengajak
anaknya untuk bersama-sama membersihkan lantai yang kotor. Ibu itu berkata bila anak tidak
berbuat salah maka tidak akan ada kesempatan bagi ibu untuk mengajari anak. Pesan yang ingin
disampaikan kepada kita sebagai orangtua, janganlah terlalu protektif terhadap anak. Orangtua
memberi kebebasan kepada anak untuk belajar dan mempraktekkan apa yang dipelajari. Untuk
memastikan sang anak tidak salah mempraktekkan apa yang dipelajarinya, orangtua dapat
mengamati dari jauh. Pengalaman yang didapatkan oleh anak diharapkan dapat membuat anak
tumbuh dan berkembang secara positif. (*)
26
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
BAB IV
GENGGAM ERAT DASAR AJARAN, MARI WUJUDKAN AJARAN KAUM BIJAK
PADA HUBUNGAN SUAMI- ISTRI
Penentuan sikap dalam sebuah proses belajar sangatlah penting. Tegakkan dulu tekad
yang tepat, maka akan timbul motivasi luar biasa, yang mendorong kita untuk tidak berhenti
megembangkan diri. Ketika kita berniat belajar ajaran para bijak, kita tidak perlu kuatir apakah kita
telah terlambat untuk mulai belajar. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, karena yang penting
adalah belajar untuk diamalkan.
Banyak orang berkata, saya belajar dulu, nanti baru mengajari anak saya. Atau, setelah saya
belajar baru saya bantu orang lain. Menunggu sampai kita selesai belajar, apakah masih keburu?
Sudah tidak keburu! Belajar satu hal dan langsung mempraktekkannya, dengan semangat seperti
itu, akan menggerakkan hati anak-anak. Belajar bersama anak didik akan memotivasi mereka,
karena kita telah memberi contoh sikap gemar belajar.
Guru Cài bercerita tentang sebuah taman kanak-kanak yang mengajari anak-anak sopan
santun. Anak-anak diajarkan, bila telah selesai makan dan hendak beranjak dari meja makan,
mereka harus berdiri dan memberi salam kepada orang-orang yang masih makan di meja yang
sama, sambil mengucapkan ”Selamat makan.” Setelah itu baru membereskan peralatan makan
dan membawanya ke dapur untuk dicuci. Guru-guru di taman kanak-kanak itu melakukan hal yang
sama. Setelah selesai makan mereka juga berkata,”Selamat makan.” Guru-guru itu tersenyum
kepada semua yang ada di meja makan. Murid-murid juga tersenyum tulus. Karena hal ini dilakukan
oleh semua orang, baik guru maupun murid, maka hasilnya pasti baik, karena guru memberi
contoh bahwa mereka juga sama dengan anak murid. Mereka semua harus memperlihatkan sikap
sopan santun. Suatu hari ada anak sedang makan sementara teman- teman dan guru yang duduk
di meja yang sama dengannya sudah selesai makan. Karena itu mereka berdiri meninggalkan anak
itu sendirian melanjutkan makannya. Selesai makan, anak itu berdiri lalu berkata kepada meja
kosong, ”Selamat makan semuanya.” Dari jauh teman-teman dan guru yang melihatnya tertawa.
Apa yang dapat kita lihat dari kejadian ini? Semua orang dapat merasakan kejujuran anak ini,
27
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
belajar satu hal dan langsung mempraktekkannya. Menurut ajaran orang bijak, ”Seseorang harus
terlebih dahulu belajar jujur, kemudian belajar luwes.” Bila anak terlebih dahulu belajar luwes,
dikhawatirkan kepintaran anaknya itu akan merusak hasil akhirnya. Contoh: Guru mengajarkannya
5 hal, dan dengan kepintarannya, anak akan memilih 3 hal saja untuk direalisasikan. Sikap ini tentu
tidak baik bagi anak, karena anak belum bijak untuk memilih 3 terbaik dari 5 hal yang diajarkan
guru.
Dalam proses belajar, urut-urutan belajar sangat penting. Di dalam Kitab Sān zì jīng《三字
经》diajarkan bahwa “belajar harus mengikuti jenjangnya” 「Wéi xué zhě, bì yǒu chū ; 为学者,
必有初」 , yaitu selesai mempelajari Buku Xiao xué 《小学》dengan baik, baru kemudian belajar
Kitab Sì shū wu jīng《四书五经 》. Buku Xiao xué《小学》ditulis oleh Guru Zhū xī zhū (朱熹朱夫
子), dan merupakan kumpulan buku-buku yang mengajarkan hal-hal positif bagi anak-anak. Buku
ini mengajarkan bagaimana anak berbakti kepada orangtua, bagaimana menghormati orang yang
lebih tua, dan semua sopan santun yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa penting untuk belajar buku Xiao xué《小学》? Karena dalam diri anak-anak semasa
kecil harus sudah ditanamkan fondasi kokoh, yaitu bagaimana menjadi manusia seutuhnya. Jika
fondasi ini telah ditanamkan dengan baik, maka ketika tiba waktunya anak belajar buku kitab suci,
ia tidak hanya sekedar membaca, namun sudah paham bagaimana mengaplikasikannya kedalam
hubungannya dengan sesama manusia, mengaplikasikan ke dalam realita hidup. Buku Xiao xué《
小学》sangat sulit dipelajari karena bahasa yang dipakai adalah bahasa China kuno, sedangkan
Buku Dì zi guī《弟子规》 ditulis pada zaman Dinasti Qing, sehingga berusia hanya ratusan tahun.
Guru Li yù xiù (李毓秀夫子) menulis buku Dì zi guī《弟子规》berpedoman pada buku
Xiao xué《小学》dan Lunyu《论语》yang ditulis oleh maha guru Konfusius, dimana salah
satu ajaranNya mengatakan bahwa ”Pedoman menjadi murid dan anak yang baik adalah yang
berdasarkan ajaran para bijak; yakni berbakti dan patuh kepada orangtua; rukun harmonis dengan
saudara kandung; kasih sayang terhadap sesamanya; dan mendekatkan diri pada orang bijak”.
Setelah menjalani pendidikan moral sebagai dasar, barulah anak-anak dapat mempelajari ilmu dan
keterampilan lainnya berdasarkan bakat dan kemampuan masing-masing, yaitu Shou xiào dì首孝
弟,Cì jǐn xìn 次谨信, Fàn ài zhòng泛爱众,Ér qīn rén而亲仁,Xíng yǒu yú lì行有余力,Zé yǐ
xué wén则以学文」. Berdasarkan ajaran konfusius inilah, disusunlah tujuh bab dalam buku Dì zi
guī《弟子规》.
28
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Bersamaan dengan pendidikan anak di sekolah, orangtua juga harus memberikan pendidikan
Moral dan Etika yang bersumber pada ajaran para bijak agar budi pekerti anak dapat tumbuh
bersama dengan ilmu pengetahuan lain yang ditimba dari sekolah. Jika hanya ilmu pengetahuan
yang terus bertambah, dan si anak tidak pernah dididik menjadi manusia seutuhnya, anak akan
menjadi sombong. Banyak contoh sering kita lihat, dimana anak mencela orangtua, memarahi
orangtua di depan umum, bahkan ada anak yang memukuli orangtuanya. Ajaran orang bijak
dahulu dalam buku Li jì,Qū li 《礼记,曲礼》mengatakan, “Janganlah memiliki hati yang sombong
dalam proses belajar, karena hati yang sombong adalah penyebab utama kegagalan dalam proses
belajar.”
Ajaran para bijak dahulu menyebut 10 kesalahan yang harus dihindari dalam menjalani
hidup. Jika 10 butir kesalahan itu dilakukan, maka hidup kita menjadi tidak bermanfaat. Singkat
kata, terdapat 10 pantangan hidup. Pantangan pertama adalah pantang tidak berbakti kepada
orangtua. Bila kepada Orangtua tidak berbakti, memuja Sang Dewa tiada artinya. Bila kita tidak
hidup harmonis dengan saudara kandung di rumah, apakah mungkin kita bisa berteman dengan
orang lain?” Jangan karena memiliki gelar tinggi kita menjadi sombong. “Sikap sombong dan
tinggi hati karena kepakaran yang dimiliki tidak ada manfaatnya”. Sering terjadi semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin orang itu sombong dan memandang rendah orang lain, sehingga
semakin mudah dan sering ia melukai orang.
“Dengan perilaku yang tidak patut, buku yang dibaca dan ilmu yang dikejar menjadi tidak
bermanfaat”. Orang dengan perilaku bicara dan perbuatan yang berlawanan dengan Moral Etika
dan ajaran dari para bijak, bagi orang seperti ini banyaknya buku yang dibaca dan ilmu yang dituntut
menjadi tidak relevan dan tidak bermanfaat sama sekali.
Jadi untuk mempelajari ajaran-ajaran bijak yang diwariskan para bijak Tiongkok yang hidup
ribuan tahun lampau, orang perlu mematuhi aturan belajar seperti yang telah diuraikan diatas
yakni :
1. Belajar dimulai dengan tekad
2. Belajar sambil diamalkan
3. Belajar secara berjenjang, dimulai dengan menanamkan fondasi kokoh dengan jalan
mengajarkan DI ZI GUI kepada sang anak!
29
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Kini kita memasuki “Metode dan Langkah-langkah belajar”. Kita mulai dengan mengutip kata-
kata bijak yang berbunyi, “Mendalami ajaran para bijak dan selama-lamanya, dan terus menerus
melakukan penyegaran”. Yang dimaksud dengan ajaran para bijak dapat disingkat dengan 2 (dua)
kata: “MORAL ETIKA”. Seluruh prinsip penuntun (guiding principle) dari ajaran para bijak adalah
“MORAL ETIKA”.
Yang dimaksud dengan ETIKA (dalam bahasa Mandandarin DAO yang harfiah berarti JALAN)
adalah “HUKUM ALAM SEMESTA, hukum Universal yang menembus ruang dan waktu. Sedangkan
MORAL adalah “Mendidik manusia agar mematuhi hukum alam semesta, dan tidak melanggar
hukum dan menjadi manusia seutuhnya.”
Semua benda di alam semesta memiliki orbit gerak masing-masing yang tepat dan kekal,
sehingga tidak saling tabrak. Seperti benda-benda di alam semesta yang memiliki orbit gerak
sendiri-sendiri, manusiapun demikian. Maka “Panca hubungan manusia” yang dikotbahkan oleh
guru Confusisus adalah bagian dari hukum alam semesta yang kekal.
Panca hubungan antara manusia, tidak peduli kaya miskin, kaum bangsawan atau rakyat
jelata, secara alamiah mencakup 5 jenis hubungan sebagai berikut:
. Orangtua dengan putra/putrinya
. Penguasa dengan rakyat jelata
. Suami dengan istri
. Saudara kandung, kakak dengan adik
. Pertemanan
Jika kita tidak saling menghargai seperti diatur didalam lima hubungan tadi, yang akan terjadi
adalah ketidakharmonisan dan konflik.
Dari kelima hubungan yang tersebut diatas, mana yang paling penting? Semua sama penting,
tetapi salah satu ayat dalam kitab suci “Zhong Yong” berbunyi: “Hubungan antar penguasa dan
rakyatnya (masyarakat) sangat ditentukan oleh keluarga-keluarga anggota masyarakat tersebut.”
Yang dimaksud dengan keluarga tidak lain dari suami, istri, anak dan orangtua.
30
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Hubungan suami-istri paling berpengaruh pada perkembangan anak. Mengapa demikian?
Suami dan istri menggunakan ruangan dan kamar yang sama. Jika hubungan suami-istri harmonis,
dengan sendirinya hubungan baik dan harmonis juga akan tumbuh antara anak dan kedua
orangtuanya dalam keluarga itu. Begitu juga hubungan anak dengan kakak atau adiknya.
Guru Cài bercerita tentang hubungan ayah dan ibunya. Guru Cài dibesarkan dalam keluarga
dimana ayah dan ibunya mempunyai hubungan yang sangat baik.Dari kecil sampai dewasa Guru Cài
tidak pernah melihat kedua orangtuanya bertengkar di depan anak-anak mereka. Dalam keluarga
Guru Cài, tidak pernah ada adu mulut, keluarga senantiasa rukun dan akrab. Kali ini, ketika Guru
Cài memberikan ceramah, kakak perempuannya datang mewakili keluarga besar untuk memberi
dukungan moril. Terlihat bahwa ayah dan ibu Guru Cài yang membina hubungan harmonis
berpengaruh terhadap pertumbuhan anak-anak. Demikian pula, anak-anak juga membina
hubungan rukun antara kakak dan adik.
Ketika anak mengerti dan memiliki rasa terima kasih kepada orangtua, maka dengan
sendirinya ia juga akan memiliki rasa terima kasih kepada orang lain. Dan bila kelak ia terjun ke
tengah masyarakat dan bertemu dengan atasan yang selalu memberinya dukungan dan arahan,
dengan sendirinya ia akan loyal dan berdedikasi penuh kepada atasannya yang bijak itu. Sebuah
pepatah kuno menyatakan: “Pada umumnya para birokrat yang setia dan berdedikasi sebelumnya
adalah anak yang berbakti kepada orangtuanya.”
Bila hubungan suami dan istri harmonis, kelima hubungan lain yang disebutkan di atas juga
akan menjadi harmonis. Apakah ada pelajaran tentang bagaimana membina hubungan suami dan
istri? Jawabannya, tidak ada. Mengapa pelajaran yang begitu penting tidak diajarkan di sekolah?
Mari kita belajar sekarang tentang hubungan suami-istri. Hubungan suami-istri harus dimulai
dari kata ‘Tulus’. Berawal dari suatu hubungan sebelum menikah, pria dan wanita harus sama-sama
membuka mata lebar-lebar untuk memilih pasangan yang cocok. Ketika Anda memilih orang lain,
pada saat yang sama orang lain juga memilih Anda. Cara yang terbaik adalah mempersiapkan diri
Anda dengan sebaik-baiknya sehingga orang-orang di sekitar Anda yang melihat dan menilai anda
merasa terpikat untuk mendekati Anda. Maka Anda tinggal memilih yang terbaik dari mereka.
Inilah metode mencari pasangan hidup yang paling canggih.
31
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Membangun hubungan suami-istri bukan hal mudah. Harus benar-benar di pertimbangkan
dengan hati hati apakah hubungan ini bisa dijalani seumur hidup? Ketika suatu saat mengajar
didepan siswa-siswi SMP, Guru Cai berhati-hati sekali dalam menanamkan pemahaman yang
benar atas hubungan pria-wanita. Ia tidak ingin para muridnya salah melangkah dan tersesat.
Guru Cai berkata: “Untuk sampai pada hidup berdampingan antara pria dan wanita, mereka
harus menjalani sebuah proses yang dimulai dengan proses perkenalan. Setelah melewati ‘tahap
perkenalan’, baru mereka bisa naik ke “tahap saling memahami’, dan kemudian meningkat ke
‘tahap saling mengasihi’. Baru setelah saling mengasihi, pasangan ini akan tiba pada tahap ‘saling
mencintai’, dan pada akhirnya ‘menikah’.
Ada sebuah ungkapan yang berbunyi, ”Pernikahan adalah kuburan bagi cinta.” Pernyataan
ini menyesatkan. Pernikahan itu seperti arak, semakin diendapi semakin harum, tergantung
bagaimana kita mengelola arak tesebut.
Guru Cài memberi contoh, bila suatu hari seorang pria berkenalan dengan Anda dan langsung
berkata, ”Saya cinta kamu.” Apa-apaan ini? Ini rayuan gombal. Bila pria itu berkata, ”Jika bukan
bersamamu, saya tidak akan menikah.” Untuk seseorang yang belum betul-betul mengenal Anda
dan berkata demikian, itu pasti rayuan gombal. Pengaruh rayuan gombal ini sangat besar. Jika kita
tergoda kita akan jatuh terseret rayuan seperti ini. Karena itu kita harus mempersiapkan anak kita
dengan pengetahuan tentang hubungan pria dan wanita yang tepat. Tahap perkenalan sampai
dengan tahap saling memahami harus dijalani dengan hati tenang. Walaupun kita merasa pria
ini lumayan, kita tetap harus melakukan observasi, amati bagaimana hubungannya dengan teman
kerja dan teman kuliahnya. Mengamati secara objektif terus menerus akan dapat mengetahui
perilaku sesungguhnya pria tersebut.
Bila Anda belum mengenalnya dengan seksama, Anda langsung nonton bersama, hiking
bersama, minum kopi bersama, apa yang akan terjadi? Anda hanya akan melihat sisi terbaik yang
ditunjukkannya. Pasti ada sisi buruk yang disembunyikan olehnya, sehingga pemahaman Anda
tentang dia bukanlah dia yang sebenarnya. Bila dalam pengamatan anda ia menunjukkan welas
asih terhadap teman-temannya, sangat peduli terhadap teman-temannya, dijamin ia juga rela
berkorban untuk Anda. Bila kita menyukai seseorang, janganlah memakai emosi dan perasaan
belaka. Kita juga harus menggunakan akal sehat. Jangan memandang bagian luar saja.
32
HIDUP BAHAGIA | Pembahasan buku Di Zi Gui
Kalau sudah saling mengasihi, saling menghargai, dan kemudian saling mencintai, barulah
Anda dan pasangan anda berjalan diatas karpet pelaminan. Yang penting untuk diperhatikan pada
tahap saling memahami satu sama lain adalah adanya persamaan persepsi sebelum memutuskan
untuk menikah. Banyak anak muda yang berbeda persepsi tetapi sangat berambisi dan berkata,
beda pendapat dengan pasangan tidak masalah karena suatu hari saya pasti dapat merubahnya.
Tidak sedikit anak muda mempunyai cara pikir demikian. Bila karakter telah terbentuk, orang lain
akan susah merubahnya. Karena itu kita harus percaya pada jodoh, jangan terlalu memaksakan
suatu keadaan. Hanya bila kita menemukan pasangan yang cocok barulah kita menikah.
Bagaimana kita belajar tentang cinta yang sebenarnya? Bagaimana kita menilai apakah sebuah
hubungan didasari cinta murni? Banyak yang menggunakan “cinta” untuk mengancam orang lain,
yang menimbulkan rasa sakit. Cinta itu harus dirasakan dengan hati. Apa yang harus dirasakan?
Merasakan kebutuhan orang lain. Pasangan anda setiap saat bisa merasakan apa yang anda
butuhkan, mengerti bagaimana menjaga anda dan hati Anda, dan karena itu Anda merasakan
kehangatan. Cinta itu tulus, bukan rayuan gombal. Bila seorang pria hari ini bisa merayu Anda,
pada kesempatan lain ia juga bisa merayu orang lain. Pria yang tidak pandai merayu adalah pria
yang bisa diandalkan. Karena jiwa dan keseriusan hatinya tidak dipakai untuk merayu.
Guru Cài bercerita tentang seorang wanita yang pertama kali bertemu dengan pria yang
bakal menikahinya. Lelaki itu tidak banyak berbicara. Kalimat pertama yang diucapkannya adalah
gigi kamu tidak bagus, karena itu maag kamu juga tidak baik. Gigi yang tidak baik tidak bisa
mengunyah dengan baik, maka maag akan terbebani. Wanita itu pun berpikir, “Pria ini cukup
jujur, tidak merayu.” Ia berpikir, pria ini baru pertama kali bertemu dengan saya tetapi berani
mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Wanita ini merasa lelaki ini bisa diandalkan,
maka kemudian ia menikah dengan pria itu. Wanita ini cukup bijaksana, mengerti bahwa pria
yang berterus terang adalah orang yang bisa diandalkan.
Cinta itu tidak egois. Seseorang yang peduli terhadap orang lain, sudah pasti ia juga peduli
terhadap orangtuanya, istri dan teman-temannya, dan bahkan terhadap orang-orang yang tidak
dikenalnya. Saat ini banyak pria dan wanita yang berpacaran, setelah putus mereka tidak bisa lagi
menjadi teman. Yang awalnya dimulai dari cinta, diakhiri dengan kemarahan dan kebencian. Cinta
itu tanpa pamrih. Cinta tidak posesif. Kita harus bisa membedakan antara cinta dan hasrat. Hasrat
dipenuhi dengan keinginan untuk posesif, samasekali bukan cinta.
33