The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Antologi 1001 Puisi berisikan dari halaman 1 s.d. 325

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan Pahoa, 2022-07-18 03:33:38

Antologi 1001 Puisi Part 1

Antologi 1001 Puisi berisikan dari halaman 1 s.d. 325

Keywords: Puisi

SEUTAS DAMAI TERSELIP SENJA

Nur Hamidah (SMPN 1 Piyungan, Bantul, DIY)
Senja menukik kala rinduku memelukmu,
Walau aku merasa letih dan tertatih-tatih,
Aku merindukanmu, pepohonan dahulu,
Meneduhkan melindungi penghuninya.
Aku merindukan pepohonan rindang,
Akar-akarnya kokoh dan menguatkan,
Fondasi bumi yang tidak terkalahkan, 
Kini bumiku meratap dalam tangis.
Tetes airmatanya deras kemurkaan,
Menenggelamkan unsur kehidupan,
Wahai alamku, kuingin kau Kembali, 
Menyelami arti kehidupan pepohonan.
Kuingin rasakan kembali segarnya alam,
Rumah-rumah dikelilingi banyak pohon,
Teduh dan tenteram para penghuninya,
Aku ingin semua menyayangi bumi.

26

TANGISAN ALAM

Sri Windaryati (SMPN 1 Piyungan, Bantul, DIY)

Dahulu aku kecil,
Kicauan burung bersahutan menyerukan suara alam rindang
menyejukkan;
Dahulu waktu aku kecil,
Nyiur hijau daun kelapa melambaikan senyum kedamaian;
Dahulu aku kecil gemericik air sungai mengalunkan irama,
Lagu kebahagiaan masyarakat di banyak pedesaan.
Kini duapuluh lima tahun waktu yang berjalan,
Susuri hiruk pikuk kehidupan, bumi makin panas,
Duka dan tangisan menusuk pilu relung kehidupan,
Bencana tak dapat ditahan, menelan ribuan korban.
Berbagai rona dan geliatnya alam,
Tak lagi tunjukkan keceriaan bagai lalu,
Sejuta pohon tumbang dijadikan tumbal,
Ditebang tanpa ingat tahun yang mendatang.
Manusia laknat bekerja tanpa kepedulian,
Turuti nafsu dan mengumbar keserakahan,
Tanamkanlah dulu cinta di dalam diri sendiri,
Tanamlah pohon, bukti kehidupan dan peradaban.

27

ASRI YANG KUPELUK KEMBALI

Sujirah (SMPN 2 Pandak, Bantul, DIY)
Pedihnya dalam berjalan,
Riuhnya tak lagi bersahutan, 
Teduhnya tak lagi kurasakan,
Seperti lorong tanpa kenangan.
Kenanganku termakan usia,
Seakan ingatanku tak lagi sama,
Kampung yang dulu pernah ceria,
Rimbunnya alami di luas semesta.
Kini ia panas bagai kumpulan api,
Penuhi jalan yang tak lagi bertepi,
Bersama suara mesin tak berhenti,
Ingin menyudahi dan mengakhiri.
Hijaumu kutanam kini, 
Rindangmu kutunggu lagi,
Alam rusak akan kuperbaiki,
Kicau burung kembali bernyanyi.

28

POHON GAYAMKU

Sumiyati (SMPN 2 Pandak, Bantul, DIY)
Akarmu masuk dalam perut bumi,
Inilah kuasa Tuhan, biori alami,
Mata air tak akan pernah habis,
Kesuburan terjaga olehmu.
Duduk di bawahmu, sejuk merayu,
Kicauan burung terdengan merdu,
Belaian angin meninabobokanku,
Merangkai mimpi indah alamku.
Tapi itu dulu, dulu sekali,
Ke manakah engkau kini?
Siapa yang mampu beritahu,
Mata hati menangisi hilangmu.
Jika kemarau dating,
Kekeringan tak terelakkan,
Dahaga mereka yang kehausan,
Gedung menjulang dengan pongah.

29

BUMI LESTARI

Fitriardi Wibowo (SMPN 5 Banguntapan, Bantul, DIY)
Kita hidup berdampingan dengan alam,
Saling membutuhkan, jaga keseimbangan,
Janganlah tak acuh pada amanah para leluhur,
Jika semua makhluk tak ingin terkena imbas.
Bumi dengan keaneka-ragamannya,
Memberi warna di setiap sanubari,
Lahirkan suasana alam yang asri,
Bukan hanya sekadar mimpi.
Nikmatnya bumi yang kita tempati,
Bila hutan dan rimba dijaga lestari,
Tak hanya diam dan tak mau peduli,
Melangkah, merawat dan membenahi.

30

TUMBUH, TUMBUHLAH

Sri Wuryanti (SMPN 5 Banguntapan, Bantul, DIY)
Di atas bumi pertiwiku yang mulia,
Kusemai benih aneka ragam flora,
Untuk tumbuh subur di alam raya,
Mewarnai bumi yang mendamba.
Pohon-pohon akan berjajar semarak,
Datangmu ditunggu dengan seluruh rindu,
Bumi mendamba penawar gersang nan pilu,
Tetesan embun menyiram dahaga bagai salju.
Tangan lembut pencintamu menyapa ramah, 
Geliat tumbuhmu merekah menjadi gagah,
Engkau berkembang seiring laju zaman,
Penuhi sisi jalan dan tiap penjuru alam.
Tak semua rela dan peduli nuansa hijaumu,
Selalu ada makhluk penganggu menggusarkanmu,
Cengkeramannya meranggasi tubuhmu jadi pucat layu,
Aku akan menjagamu selalu dengan segenap jiwa ragaku.

31

TERKIKIS ZAMAN

Citra Dewi Ratnaningsih (SMP Islam Ar-Risalah, Bantul, DIY)

Hijau bumiku, terkikis zaman,
Globalisasi penuh teknologi,
Memekatkan warna-warni, 
Gersang, tiada kesejukan.
Kala zaman nenek moyang,
Rimbun selaraskan keasrian,
Permadani hijau terbentang,
Pepohonan bagai kekuatan.
Surya pancarkan cahaya,
Sambut senyum girang,
Hijau keemasan berbaur,
Songsong kreasi cipta-Nya.
Kicauan burung bernyanyi,
Saksi keindahan duniawi, 
Alam hijau sejuk bersih,
Subur penyejuk hati.
Semua bagai kenangan,
Jauh dari penghijauan,
Dunia tak lagi lestari,
Ulah tangan berobsesi.

32

KAMU

Tri Atminingsih (SMP Islam Ar-Risalah, Bantul, DIY)
 
Bumi ini telah banyak yang kering,
Bagai menyimpan api kemarahan, 
Keserakahan menjadi penyebab,
Di banyak belahan bumi ini.
Di bagian lain, panas menerjang,
Di tempat berbeda, dingin menusuk,
Bencana datang karena tak peduli,
Malah kamu anggap musibah.
Tanamlah kebaikan pada bumi ini,
Pulihkan hutan rimba, seluruh isinya,
Agar kita pun dapat hidup layak dan baik,
Kamu, aku, kita semua bersama-sama lagi.

33

KETIKA HATI HARUS BICARA

Ag. Budi Susanto (SMP Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, DIY)
Setiap kali aku harus terdiam,
Saat kicau burung tak iringi pagi,
Tak ada tempat ‘tuk bertengger lagi,
Tinggal puing-puing yang berserakan.
Mungkinkah hati tetap terdiam,
Panas meranggas sepanjang masa,
Tidak terasa kesejukan udara lagi,
Pepohonan terkulai layu tak berdaya.
Mungkinkah hati harus bicara,
Sejengkal tanah biar menghijau,
Berikan hidup kepada tumbuhan,
Agar terjadi satu kehidupan baru.

34

SECANGKIR RASA DI BAWAH
POHON RANDU

Laurensia Dian Anggraini (SMP Pangudi Luhur Sedayu, Bantul,
DIY)

Menikmati sepoi rindu di antara syahdu nirwana,
Lamunanku dibuai seberkas keindahan bumi ini,
Sejuta pohon kini tak berdiri setegak dulu lagi,
Direnggut tangan, ditebas getas para gergasi.
Kini bumiku seolah berputar melamban,
Terik mentari menambah panas cuaca,
Ranggas kemarau meruntuhkan daun,
Kicau senda gurau burung tiada lagi.
Ingin kembali seperti saat itu,
Secangkir rasa bawah pohon randu,
Nikmati gemericik air di balik bukit,
Hijaukanlah bumi pertiwi permaiku.

35

HILANGNYA BIDADARI

RR. Suwasiati (SMPN 1 Bambanglipuro, Bantul, DIY)
Kubuka jendela kehidupan pagi,
Kicauan burung tak terdengar lagi,
Tiupan lembut bayu bagai terhenti,
Dihadang garangnya sinar matahari.
Kuayun kaki menapaki selasar pagi,
Terhirup aroma bagai tak wangi lagi,
Menggugah hati pada rindu suasana,
Kesejukan beraroma segar setiap hari.
Di mana bidadari yang selalu menari,
Di pucuk daun yang hijaunya telah pergi,
Apakah kini hinggap di atas gedung tinggi,
Pohon hijau disapu alat berat, rata dengan bumi.

36

RINTIK PILU

Andhika Dyah Puspitasari (SMPN 3 Jetis, Bantul, DIY)
Gerimis datang, menangis sampaikan luka,
Aku rebahkan sejenak waktu dan jiwaku,
Menatap ke dalam jiwa penuhi makna,
Tiada sempurna di dunia yang fana.
Aku teringat perihal paru-paru dunia,
Kini terjangkit kanker di tubuhnya,
Langit terbelah karena sakitnnya,
Tanah retak tnggalkan duka.
Bisikanku bernada sendu,
Menyapa kayu terbaring kaku,
Kudengar pepohonan mengadu,
Manusia tak peduli pada rumahnya.
Batin kian meronta tak terbendung lagi,
Menyaksikan nestapa alam kian menjadi,
Udara segar tidak lagi menyelimuti bumi,
Hanya bertebaran sisa kubangan tak berarti.

37

NYANYIAN DARI GUNUNG

Budi Sih Rumanti (SMPN 3 Jetis, Bantul, DIY)
Gerimis belum juga lelah teteskan rintik,
Bersama kabut menyapa lembut dedaunan,
Mengajak angin melambaikan rantingnya,
Melantunkan senandung rindu dari kalbu.

Inilah kami wahai semesta alam,
Ilalang, flora teman berdendang,
Diiringi rinai air, tiupan serunai,
Damaikan hati sejukkan jiwa.
Syukur kami untuk kehidupan,
Karunia alam moga terus berseri,
Selamatkan bumi yang hanya satu,
Pelangi menjemput ke hidup abadi.

38

BANTARAN

Sri Yantini (SMPN 3 Jetis, Bantul, DIY)
Julurkan lidah susuri kota tua,
Gontainya kaki dimakan usia,
Menyusupi hutan belantara,
Langkah lunglai tanpa daya.
Kerasnya padas lawas,
Winong yang penuh belas,
Dipenuhi limbah dan ampas,
Hilang harapan cintanya kandas.
Merapi sambangi kekasih hati,
Meniti jalan terjal tak henti,
Engkau saksi yang selalu abadi,
Cium kasih hati bumi bahari.

39

AKHIR KISAH

Yusri (SMP Nurul Hikmah, Tangerang)
Kata berukir nada nan duka,
Mengalir deras menerpa lara,
Merunduk, meleburk aksara,
Berderai genangan air mata.
Awan hitam bergumam sesal, 
Langit malam menentang tinggal,
Menyeru hampa dan berkata-kata,
Menyadarkan, engkau bukan bintang.
Bukan engkau, pancaran sinar cahaya, 
Menapak kaki di bawah purnama,
Menghirup harum tenangkan jiwa,
Sesal, meluruh indah intan permata.
Tertampar harap menghapus kisah, 
Melepas genggam narasi yang semu,
Menghujam haru, hingga waktu membiru.

40

AKU MENYAYANGIMU

Ahmad Yunan Ridho (SMP Nurul Hikmah, Tangerang)
Ketegaran ada padamu,
Kesabaran ada di hatimu,
Keteguhan pada tekadmu,
Kehangatan dalam sikapmu.
Engkaulah guruku,
Perantara bagi yang miskin ilmu,
Sumber pengetahuan setelah ibuku, 
Penasihat hebat yang kedua bagiku.
Apa dayaku,
Berbilang salah padamu,
Melawan, tak hargaimu,
Aku harus mengubahnya.
Kini Tuhan telah menyadarkanku,
Kusangat mengharapkan maafmu,
Keridhoanmu atas ilmu bagiku,
Aku sangat menyayangimu.

41

DARI U UNTUK U

Ade Noor (SMPN 4 Pengkalan Banteng, Kalimantan Tengah)
Dengarlah kisahku,
Bagian hidupku yang tak pernah pilu,
Terus terisi dengan berjuta pelangi ilmu,
Tak pernah ragu membagikan kasih nan rindu.
Waktu itu aku masih ragu,
Tak percaya dan tidak mau tahu,
Tapi engkau tak pernah menyerah mengujiku,
Apa pun tingkahku tak pernah mengubah cintamu.
Engkau bukan ibu, ayah, atau pun saudaraku,
Namun perhatianmu bisa lebih menggebu,
Meski setitik waktu bumi kita meramu,
Jiwamu telah membentuk hidupku.
Pernah kita bertemu,
Tak acuh aku bagai angin lalu,
Tatapanmu berucap tak perlu terima kasihku,
Karena sukses dan bahagianku adalah surgamu.

42

GALIAN CINTA

Ade Noor (SMPN 4 Pengkalan Banteng, Kalimantan Tengah)
Tiada musim gugur atau pun semi,
Menghijau terbentang bak permadani,
Bertemu biru laut, menyegarkan mata,
Itu bumiku yang terlihat dari angkasa.
Warna bumi telah hangit, 
Pantulannya menyilaukan mata,
Hijaunya hutan tertutup pencakar langit,
Pancaran rumah kaca menembus angkasa.
Cintaku pada alam menembus kalbu bangsa,
Kutitip beberapa galian mesra kepada alam,
Menanam helai demi helai benih rindu,
Berharap tumbuh sejukkan kalbu.
Kukumandangkan ikrar akan kelestarian semesta,
Agar seluruh nusantara bergerak menanam,
Membangun alam yang telah hampir sirna,
Jadikai bumiku sebagai paru-paru dunia.

43

KISAH MUNGGUR3

Endah Dwi Pratiwi (SMPN 2 Banguntapan, Bantul, DIY)
Munggur,
Engkau kokoh berdiri di tengah kota,
Memberi nyawa para penghuninya,
Menebar kesejukan yang kian nyata.
Munggur,
Akarmu kuat menancap bumi,
Menahan curah hujan, lindungi kami,
Dari bencana yang mengancam negeri.
Munggur, 
Deru polusi mampu kauatasi,
Teriknya mentari mampu dihadapi,
Engkau simpan energi tuk generasi negeri.
Terimakasih munggur,
Kaujaga kota dan warga kami,
Munggur tetaplah tegak berdiri,
Munggur pesonamu akan abadi.
3 trembesi

44

PESAN LANGIT

Winarti (SMPN 2 Banguntapan, Bantul, DIY)

Hari ini langit mengabarkan pilunya,
Legam wajah terbalut racun oksida,
Tubuh biru telah menjadi kelabu,
Dalam sakit merindu kekasih,
Bumi yang tak lagi hijau.
Tersengal, ia bisikkan pesan teduh, 
Pada anak cucu bumi kekasihnya,
Bangkitlah, wahai anak cucuku, 
Jagalah bumi leluhurmu ini.
Legakan bumi dengan hamparan hijau,
Tanam pohonan rindang di tanah gersang,
Taburkan benih kacang-kacangan di ladang,
Semaikan kembang rupawan di halamanmu.
Semuanya demi paru-paru mungilmu,
Demi napas kelegaan ibu bapakmu,
Demi bumi, tanah para leluhurmu, 
Sumber kehidupan masa depanmu.

45

POHON CANGKRING4

Subarkanti (SMPN 2 Banguntapan, Bantul, DIY)
Pohon Cangkringku,
Rimbun daunmu naungiku dari terik bagaskara,
Hijau, lambaian daunmu menyejukkan setiap mata,
Tiupan angin melagukan gemerisik indah mendayu.
Pohon Cangkringku,
Dahanmu kokoh, menjulang tinggi menopang langit,
Rantingmu kuat, terajut dengan indah dan berseni, 
Persinggahan burung kecil yang menghiburku. 
Pohon Cangkringku,
Oksigenmu melegakan nafas hidupku,
Mereka akan mengambil daunmu,
Sebagai obat untuk cacar air.
Pohon Cangkringku,
Engkau diciptakan bukan tanpa alas an, 
Tuhan Maha Pencipta dan Permberi,
Terimakasih, dihadirkan bagi semesta.

4 Pohon Dadap

46

POHON KEHIDUPAN

Supri Atmaja (SMPN 1 Pandak, Bantul, DIY)
Aku tanamkan pohon ini,
Agar bisa menitip napasku,
Selama ini aku merasa sesak,
Udara panas, dan penuh debu.
Aku tanamkan pohon ini,
Agar jiwa kembali segar,
Selama ini merasa dahaga,
Disirami air keruh tercemar.
Aku tanamkan pohon ini,
Moga bisa terwujudkan,
Alam akan berseri lagi,
Udara akan sejuk lagi.
Aku tanamkan pohon ini,
Dengan keyakinan dalam hati,
Langkahku ada yang mengikuti,
Supaya bumi hidup, akan lestari.

47

MEANDER SEBILAH KAYU

Kartika (SMPN 1 Pandak, Bantul, DIY)
Aku tergugu melihat wajahmu,
Sayu, memeluk bola api berpijar,
Membakar hati hingga bermakar,
Paru-paru dunia banyak terbakar. 
Janji suci memagar pertiwi pudar,
Tangan mencakar demi seutas gelar,
Bisingnya anak negeri tawar-menawar,
Memar, tiada lagi cahaya yang berpendar.
 
Anak cucu, moga sebilah kayu,
Dapat sampai nanti kepadamu,
Dengan langkah terjal berliku,
Ukiran rindu, cinta bumi selalu.

48

EPISODE POHON MAHONI

Mega Mentari (SMPN 1 Pandak, Bantul, DIY)
Sebatang pohon mahoni di ujung jalan,
Ranting kering, patah satu demi satu,
Pohon yang tak lagi serimbun dulu,
Karena engkau tak diberi perhatian lagi.
Singgahlah bila engkau sempat,
Indahnya menyambung napasmu,
Bila engkau datang menjenguknya,
Sejuknya masih menerpa wajahmu.
Pohon itu akan tetap merayu,
Mengundangmu duduk di situ,
Ia menaungimu sejak masa dulu,
Akan ia ceritakan kisah kecilmu.

49

MUNGKIN

Clemens Panji Nada Suryabinta (SMPN 2 Jetis, Bantul, DIY)
Mungkinkah darah mengalir di nadi?
Ketika yang tumbuh subur dilebur.
Bentang hutan kini berganti,
hancur.
Mungkinkah jantung masih berdetak?
Ketika yang tumbuh menjulang ditebang.
Bentang hutan kini rusak,
gersang.
Yang seharusnya dijaga, disia-sia.
Bumi kehilangan napas,
alas menuntut balas.
Mungkinkah kita berubah?
Mungkin.

50

RIMBUN DAN RANUM

Sri Yamtiningsih (SMP Muhammadiyah, Bantul, DIY)

Pekaranganku,
Hijau, rimbun, teduh.
Sayang, tak menarik, tak dilirik
Tak mengundang, tak dipandang. 
Bahkan tak nyaman, meski benderang.
Malam bertambah sunyi. 
Pohon berselimut misteri.
Bayangan ngeri pun hadir
Hujan dan angin kencang.
Hantui rungkat, tumbang.
Hijau yang rupa mistis
Ubah jadi hijau manis.
Rimbun tak produktif.
Ganti rimbun kolektif.
Lengkeng, jambu, mangga,
Panen datang dan mengundang
Rimbun, ranum, penuh senyum.
Berbagi dan tingkatkan ekonomi.

51

KE MANA HIJAUMU

Andayani (SMPN 3 Bantul, DIY)
Udara panas, pohon-pohon meranggas,
Bumi gersang, pohon-pohon tumbang,
Ke mana rimbun daun tempat bernaung,
Tempat menginjak tanah, langit kujunjung.
Menjadi bentuk bakti pada pertiwi,
Menjaga hijaumu menyelimuti bumi,
Menyemaikan cinta untuk anak cucu kita,
Keberlangsungan generasi umat manusia.
Mari hijaukan tanah tempat berpijak,
Setiap pucuk melambung memohon,
Pada-Nya, pengabul segala doa kita,
Menjaga kehidupan di bumi tercinta.

52

SEBUAH PENCARIAN

Yuliyanti (SMPN 3 Bantul, DIY)
Tatkala kuketik ‘paru-paru dunia’ di dunia maya,
Muncul beragam wajah, di menu untuk gambar,
Tampilan teratas, padang hijau, sejuk di mata,
Indah, dan megah, menyejukkan rasa di hati.
Kulanjutkan berselancar di situ,
Semakin kucari, semakin jelas,
Bumiku pedih, merintih sendiri,
Membuatku sedih dan tak habis pikir.
Hamparan hijau banyak yang telah tiada,
Hutan bagai mati, dijadikan lahan eksploitasi,
Ada manusia yang semena-mena merusaknya, 
Bila paru-paru dunia tiada, bencana akan melanda.

53

TETAP RINDANG

Maya Indrawati (SMPN 3 Bantul, DIY)
Kubuka mata untuk sekejap,
Menghela pilu yang mendera,
Kutatap sekeliling alam gersang,
Yang pernah rindang dan sejuk.
Teduhnya pohon rimbun ditiup angin,
Tak dapat lagi kunikmati saat kini,
Daun hijau yang meneduhkan,
Kini telah hilang tak bersisa.
Pohon rindang berdendang,
Ingin lagi kurasakan hadirmu,
Aku menanam bibit pohon kecilmu,
Menanti tumbuhmu menjadi sahabatku.
Pohon rindang menyediakan harapan,
Bekal yang cukup untuk waktu ke depan,
Mari tanam pohon, kerindangan naungan,
Satu pohon sejuta kegunaan bagi semuanya.

54

KELANA

Ziya Syifa Ulya (MTsN 4 Jakarta)

Beberapa bait dalam sajakku mengutip nadamu,
Bisik lirih pada setiap untai kata membayang diri,
Satu-satu mengembang tertiup doa yang membahana,
Perlahan ia turun, menjadi air yang meleleh pada pipi.
Kebas rasa di dada, menguap rupa di kepala,
Sayup-sayup doamu pun melambung tinggi,
Ke angkasa raya, kepada Sang Maha Kuasa,
Tentang bebanmu, membentangkan harapan.
Malam itu angin memburu,
Hujan mengintip bicaramu dengan Tuhan,
Bagaimana jika mereka tak sampai pada pijaknya,
Doamu makin mengeras, dan Tuhan pun tersenyum.
Ia tahu bebanmu, ingin menghadirkan harap,
Kami larut, ikut berlutut menguatkan doamu,
Duhai guru, masa memang berkembang,
Melawan rasa, juga membentur logika.
Namun satu, peluh ragamu menguak,
Menghantar kami kepada pijakan pasti,
Lega hati dan rasamu melihat kami semua,
Engkau kembali seperti di awal mulaku lagi.

55

BUNGA AMARILIS

Michael Purwantoro (SMPN 1 Sedayu, Bantul, DIY)
Patuk Wonosari terkenal tanah tandus, 
Kini muncul bunga amarilis nan elok ,
Mengembang dan membawa berkah, 
Mereka datang memburu pesona.
Mekar hanya di musim hujan, 
Menjadi tempat orang berfoto,
Merah kuning warna status, 
Musim kemarau ia rehat.
Bunga amarilis pembawa berkah,
Tetap tegar walau dalam bebatuan,
Tumbuh dengan warna yang indah,
 Mewarnai keindahan sekelilingnya.

56

HARMONI ALAM

Ani Pujiastuti (SMPN 1 Bambanglipuro, Bantul, DIY)

Di balik tirai bilik kamarku,
Menyembul dedaunan hijau,
Bangkitkan lensa mata hatiku,
Untuk bersyukur atas nikmat-Mu.
Guyuran air hujan,
Basahi tanah kering kehausan,
Curahkan berlimpah harapan,
Bagi berjuta tumbuh-tumbuhan.
Indah warna warni bunga,
Berdampingan, saling menyapa,
Tampak memesona di depan mata,
Mampu menawarkan jiwa yang lara.
Mata tertuju pada sebatang pohon jati,
Kokoh, tegak berdiri menjulang tinggi,
Bercanda ria dengan anggrek merpati,
Menikmati hidupnya dalam harmoni.

57

PESAN DARI HUJAN

Fitri Kurnia Pangestuti (SMPN 1 Bambanglipuro, Bantul, DIY)

Hujan menyentuh kulit, menembus tanah jadi berpori,
Wajahnya tersenyum, sejukkan hati menyapu mendung,
Bayu menerpa pepohonan rimbun, menyeka basah airnya,
Yang menggenang di dedaunan, dan ranting yang bercabang.
Selepas hujan burung liar beterbangan riang,
Menikmati sejuk udara yang lebar terbuka,
Semua makhluk menghirup aroma segar,
Bagai dibuai serenada alam yang merdu.
Tuhan akan mengulurkan tangan-Nya,
Lewat keelokan yang tersedia di bumi,
Seperti sajak pohon yang menari-nari,
Terbangkan harapan setinggi mimpi.

58

PUISI SISWA SMP PAHOA,
TANGERANG, BANTEN

59

GURUKU

Adhitthana Mulia Tjhin
Guruku,
Terimah kasih sudah memberi aku ilmu,
Engkau pelita yang berterang bagiku,
Engkau cahayaku,
Bagi masa depan aku.
Terima kasih kuucapkan,
Sudah membanting tulang mengajari kami,
Engkau adalah jingga sosok inspiratif dalam senja,
Yang nanti akan terharu bangga,
menyaksikan kami sukses .

60

BAGIMU GURU

Alicia Madeline Pranoto
Wahai Bapak dan Ibu Guruku,
Tanpamu, pendidikan bangsa tidak ada ,
Karena itu jasamu sungguh berharga,
Saya tahu, Kalian adalah pahlawanku
Tanpa tanda jasa.
Saya sangat bersyukur bersamamu,
Perhatian dan kerja kerasmu,
Upaya dan kesabaranmu,
Semua untuk masa depanku,
Semua kau lakukan untukku.

61

TAK TERGANTIKAN

Allegra Affandi
Guruku,
Banyak jasamu,
Engkau sudah memberikan ilmu kepadaku,
Engkau telah mengajar aku dengan penuh kasih saying.
Pergi pagi hari,
Pulang sore har,i
Demi generasi kami, pewaris negeri,
Terima kasih guruku.
Atas ilmu yang sudah kauajarkan,
Atas segala yang telah kaukorbankan demi kami,
Jasamu tidak akan ada yang bisa menggantikan.

62

GURUKU

Alvaro Henmar
Aku tak maksud membencimu,
Ego kami masih bangkitkan ragu,
Kesal dan bosan terus belajar,
Maafkan kami guruku.
Engkau adalah penerang di jalanku ,
Mengajar siswa tanpa pilih,
Terima kasih untuk seluruh kerja kerasmu.
Guruku engkau adalah sosok inspiratif,
Engkau seperti surya untuk generasi bangsa,
Engkau ibarat sebuah lampu di kegelapan,
Jadi penerang pikiranku.

63

KEPADA SANG PELITA

Amberline Catherine Gunawan
Guruku,
Duniaku kosong tanpamu,
Jika aku tak mengenalmu,
Maka hanya hampa akal budiku.
Guruku,
Kini duniaku berwarna sebab engkau,
Engkaulah yang membimbingku hingga aku di titik ini,
Sungguh bersyukur aku dapat mengenalmu.
Guruku,
Dengan pendidikanmu cita-citaku akan tercapai,
Tanpamu aku tidak akan mencapai mimpiku,
Engkaulah harapan sempurna bagiku.

64

GURUKU

Angela Christabell Antonia
Guruku,
Kami tidak tahu jika dunia tanpamu,
Engkau memberi ilmu,
Untuk anak-anak bangsa.
Guruku,
Engkau tak mengharap tanda jasa,
Pelita yang memberi terang,
Dalam gelap kami.
Engkaulah yang membuatku pandai,
Engkaulah yang membuatku bercita-cita,
Engkaulah pembuka suksesnya, 
Calon generasi selanjutnya.

65

GURUKU MERCUSUARKU

Anika Chanda
Guruku, bukan hal mudah engkau mengajar kami,
Betapa sabarnya engkau menghadapi kejahilan siswa,
Ragamu menyembunyikan tanda gulana,
Meski hatimu telah menggelar rasa sabar.
Tekadmu membuat hormat kami bertumbuh,
Perjuanganmu telah membuat hati kami luluh,
Bagaimanakah caranya untuk membalas jasamu?
Puisi inilah yang dapat kuberi untukmu.
Aku sangat berterimakasih kepadamu, para guru kami,
Tuntunan kalian terapkan dalam menjalani hidup,
Dalam menghadapi terang dan gelap,
Karena engkau bagai mercusuar yang menyinari jalanku.

66

MENJADI GENERASI
BERPRESTASI

Annabelle Victoria Hendrian
Betapa sibuk engkau sebenarnya,
Engkau selalu meluangkan waktu untuk kami,
Terima kasih Guruku,
Telah membimbing kami sepanjang masa.
Terima kasih Guru,
Telah mengajarku cara membaca,
Cara menghitung,
Cara menulis,
Sudah mendidik kami agar mampu berprestasi,
Menjadi tempat kami bertanya dan menimba ilmu.

67

TERANG DAN KOKOH

Audrey Novita Injo
Para guru, engkau membekali kami ilmu,
Membimbing kami tanpa mengenal Lelah,
Mengajari kami untuk bermoral baik,
Mengajari kami untuk menjadi kreatif.
Bagaikan cahaya terang yang takkan padam,
Untuk menjadi penerang pada bangsa dan negara,
Bagaikan batu yang terhantam ombak kuat,
Tetapi tetap kokoh untuk memandu murid.

68

GURUKU YANG BERPAHLAWAN

Benedicta Gwennelyn Danuarta
Penaku pun bergoyang,
Dengan waktu yang melayang,
Dapatlah ilmu tidak terbayang,
Dari sosok guruku tersayang.
Guruku mendidik kami semua,
Betapa besar baktinya,
Aku kagum atas kesabarannya,
Maka aku harus taat padanya.
Ia memiliki banyak kewajiban,
Tetapi tetap memberi kami catatan,
Ibarat menemani kami dalam kegelapan,
Guruku memang berjiwa pahlawan.

69

GURU TERCINTA

Benedictus Felix Tanaya
Aku hanya seorang anak,
Berlari bebas, pergi ke mana-mana,
Memperhatikan keindahan dunia,
Tidak mengerti apa yang benar, dan apa yang salah.
Tidak tahu harus ke mana,
Namun engkau datang dan menuntunku,
Mengajariku banyak hal, menuju masa depan,
Engkau seperti orang tua keduaku.
Aku sangat berterima kasih,
Akan kuingat jasamu,
Semoga engkau bahagia dalam hidupmu,
Guru Tercinta!

70

PADAMU LAOSHI

Bertrand
Laoshi…,
Waktumu habis untuk mendidik kami,
Darimu kami mengenal banyak hal,
Tentang mana warna yang indah,
Tentang mana yang benar dan salah,
Tentang mana yang terba.
Laoshi…,
Maafkan kami yang kadang terlambat,
Maafkan kami yang kadang membuat kecewa,
Tiada kata yang pantas kami ucapkan,
Selain terima kasih atas semua jasa-jasamu.

71

PENGHARGAAN UNTUK GURU

Carlson Reynard Sunardi
Para Guru,
Kerja keras kalian kami hargai,
Ilmu dari kalian membuat kami cerdas,
Bekal masa depan.
Guru,
Kalian tidak pernah beristirahat,
Bekerja sepanjang hari,
Demi kemajuan pikir Anak Negeri,
Terimakasih,
Semoga Tuhan memberkati.

72

SENYUMAN GURU

Dylan Yuhandi Rusli
Bapak Ibu Guruku,
Engkau pantutanku,
Engkau membimbingku,
Engkau mengajariku ilmu.
Guru engkau membuat kami sukses,
Berkat tulus didikanmu,
Jasamu mengalir sepanjang waktu,
Senyumanmu membuat bahagia.

73

GURU BERJIWA LEMBUT

Fellysa Loeis
Guruku, engkau orangtua kedua bagiku,
Engkau membimbingku dan mendidiku menjadi pelajar sejati,
Aku bisa membaca dan menulis juga berhitung,
Berkat kesabaranmu mendampingiku.
Guruku, engkau berjiwa lembut,
Di saat kami tak mendengarkanmu,
Engkau tak pernah mengeluh dan menyerah,
Untuk mengingatkan kami fokus belajar.
Guru, kebaikanmu akan kukenang selalu,
Karena tanpamu aku tidak akan bisa menjadi cendekia,
Terima kasih guruku, tetaplah sehat selalu.

74

CAHAYA DALAM ILMU

Isabelle Natasha Tanamas
Guruku,
Engkaulah cahayaku dalam ilmu,
Tanpamu hidupku bagaikan langit tanpa bintang,
Engkau bagaikan pelita dalam kegelapan.
Engkau telah membuka jendela wawasan,
Membuka dunia yang baru untukku,
Engkau bagaikan kunci edukasiku,
Engkau segalanya bagiku.
Jasamu akan selalu kukenang,
Karena harganya yang tak ternilai,
Aku tak akan pernah melupakan jasamu,
Terima kasih oh Guruku.

75


Click to View FlipBook Version