Pengembangan Bahasa. Juara pertama sayembara menulis puisi AN-
Teve dalam rangka hari ulang tahun kemerdekaan RI ke-50, 1995.
Beberapa sajaknya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris,
Belanda dan Bulgaria.
Debra H. Yatim adalah wartawan yang gemar menulis puisi. Ia
penerjemah karya-karya penyair Indonesia untuk beberapa antologi
dwibahasa Indonesia dan Inggris. Ia juga fasilitator pada program
pelatihan menulis yang diselenggarakan The Jakarta Post dan Tempo
Institute. Saat ini ia menekuni perfilman pada Institut Kesenian Jakarta.
Edrida Pulungan, lahir di Padang Sidimpuan 1982, Pendidikan S1
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan S1
Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
2000, S2 Diplomasi, Hubungan Internasional Universitas Paramadina
2011, S2 Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI 2014, S3 Ilmu
Pemerintahan Universitas Satyagama 2019, Pendiri Lentera Pustaka
Indonesia, Penulis Annual Book Darwin High School, Australia 2006,
Juara 1 Cipta Puisi Nafiri Nusantara oleh Watch Forest Indonesia,
Puisinya diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Spanyol dan Turki.
Menghadiri UWF 2014, BCF 2018/2019, Penulis “Celebrating
Peacemaking Odyssey Jusuf Kalla yang di launching di Istana Wapres
2019. Antologi puisi tunggal, Di atas Langit Eropa Melamarmu,
Perempuan yang dikeningnya kutanam mawar dan kamboja, rindu yang
teduh, Jejak damai di tanah barus, serta 125 antologi bersama.
Emi Suy, lahir 2 Februari, di Magetan, Jawa Timur. Sejak 1998
menetap di Jakarta. Menulis sekaligus sebagai pembaca puisi. Karyanya
dimuat di berbagai media massa: Kompas, Media Indonesia,
Banjarmasin Post, dan lain-lain. Buku tunggalnya: Tirakat Padam Api
(2011), Alarm Sunyi (2017), Ayat Sunyi (2018), dan Api Sunyi Trilogi Sunyi
Emi Suy (2020). Puisinya juga ada di puluhan antologi puisi nasional.
Bergiat di Dapur Sastra Jakarta, Jejak Langkah, dan Komunitas
Kemanusiaan.
Fakhrunnas MA Jabbar, lahir di Airtiris, Riau 1959. Dikenal sebagai
sastrawan, wartawan dan dosen Universitas Islam Riau dan menjadi
Salman Yoga, dkk. | 127
Direktur Penerbit UIR Press dan Pemred Portal Tirastimes.com.
Menulis dan mempublikasikan tulisannya berupa puisi, cerpen, esai dan
artikel di hampir seratus media yang terbit di Indonesia sejak 1975-
sekarang. Buku-buku tersebut di antaranya puisi Airmata Barzanji
(2003), Tanah Airku Melayu (2006), Airmata Musim Gugur (2015) dan
Airmata Batu (2017) dan 4 buku cerpen Jazirah Layeela (2004), Sebatang
Ceri Ds Serambi (2006), Ongkak (2010), Lembayung Pagi, 30 Tahun
Kemudian (2017), 2 biografi (a.l Buya Zaini Kunin: Sebutir Mutiara dari
Lubkuk Bendahara, H. Soeman Hs: Bukan Pencuri Anak, RZ: Apa
Adanya dan 5 buku cerita anak.
Fikar W. Eda, lahir di Aceh 1966. Mengikuti event sastra, antara lain
Forum Puisi Indonesia ‘97 di TIM Jakarta, Refleksi Setengah Abad
Indonesia di Solo (peringatan 50 Thn Indonesia Merdeka), dll.
Karyanya terhimpun di sejumlah buku ku mpulan puisi; Antologi Puisi
Indonesia (1987), Antologi Sastra Aceh Seulawah (1996), Antologi Puisi
Penyair Sumatera “Dari Bumi Lada” (1997), Antologi Puisi Indonesia jilid 1
(1997) dll.
Gen's Gonzaga, adalah nama pena Genoveva Dian Uning. Ia lahir di
Surakarta 1979. Kecintaannya pada dunia literasi sudah dimulai sejak
remaja, dan beberapa karyanya sudah pernah masuk dalam antologi.
Hasan Aspahani, lahir di Sei Raden, Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur 1971. Buku kumpulan puisinya antara lain Mahna Hauri (2012),
Duka Manis (2018), Ya, Aku Lari! (2019), Aviarium (2019), Laut Semua
Suara (2019), Menyentuh Jantung Bahasa, Meraih Hati Puisi (2019) dll.
Hasbi Burman, adalah Presiden Rex, julukan yang diberikan Harian
Kompas bertahun-tahun lalu kepada penyair ini. Kelahiran Lhok
Buya, Aceh Barat, 1955. Diundang baca puisi di Malaysia, Bangkok,
dan beberapa kota di Pulau Jawa.
Herman RN, lahir di Aceh Selatan. Pernah menjadi dosen di Fakultas
Sastra dan Sain Kemasyarakatan, Fatoni University, Selatan Thailand.
Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, esai, dan naskah radio terkumpul
dalam sejumlah antologi bersama. Saat ini, selain aktif mengajar pada
128 |Seperti Belanda
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
Universitas Syiah Kuala, juga menulis lepas di beberapa media lokal
dan nasional. Menerima “Anugerah Sastra” kategori prosa dari Balai
Bahasa Aceh tahun 2009.
Husnu Abadi, adalah salah seorang deklarator HPI yang diputuskan
di Pekanbaru 2012. Penerima Anugerah Sagang Kategori Sastrawan
Budayawan Pilihan, 2005. Penerima Anugerah Z. Asikin
Kusumaatmadja dari Perhimpunan Penulis Buku Indonesia 2014,
penerima Anugerah Sastrawan Pilihan LDT Dua Terbilang Uir 2008.
Menulis kumpulan puisi Lautan Kabut (1998), Lautan Malaka (2002),
Lautan Zikir (2004) dan Lautan Rindu (2020).
Ihan Sunrise, Perempuan penulis yang berkhidmat sebagai jurnalis.
Mencintai kata-kata seperti ia mencintai diri sendiri. Pencinta kopi dan
selalu merindui Pagi. Menjadi penulis dan editor lepas untuk mengisi
waktu luang. Berasal dari Idi Rayek dan berdomisili di Banda Aceh.
Pengampu www.ihansunrise.com. Penerima fellowship Citradaya Nita
2019-2020 Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara.
Irawan Sandhya Wiraatmaja, lahir di Jakarta 21 Juni. Buku Puisinya,
Giang Menulis Sungai, Kata-kata Jadi Batu 2017, memenangkan
Anugerah Puisi Utama HPI Tahun 2017. Karya-karyanya dimuat dalam
beberapa media cetak di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Banjarmasin,
Semarang, Riau, Tanjung Pinang, Lampung, Padang dan Makassar
serta beberapa antologi puisi bersama. Kumpulan puisi tunggalnya
Anggur, Apel dan Pisau Itu (2016), Dan Kota-Kota Pun (2016), Giang
Menulis Sungai, Kata-kata Jadi Batu (2017), Air Mata Topeng (2017),
serpihan Esei Sastra dan Sosial Politik, Teror Di Antara Dua Ideologi
(2016), Ideologi Ibu dan Baju Yang Koyak (2018), Vu, Berbilang Akar-Akar
Kecubung (2019) dan Tafsir Sunyi 99 Puisi (2019). Email:
[email protected].
Isbedy Stiawan ZS, lahir di Tanjungkarang, Lampung 1958, dan
sampai kini masih menetap di Lampung. Ia menulis puisi, cerpen, esai,
dan karya jurnalistik. Karya-karyanya dipublikasikan di berbagai medi
Jakarta dan daerah, di antaranya Kompas, Media Indonesia, Koran
Salman Yoga, dkk. | 129
Tempo, Jawa Pos, Suara Merdeka, Bali Pos, Riau Pos, Batam Pos,
Tanjungpinang Pos, Lampung Pos, dan lain-lain.
Iwan Kurniawan, saat ini bekerja sebagai wartawan Tempo. Dia turut
mendirikan Yayasan Mutimedia Sastra dan menulis sejumlah puisi yang
tersebar antara lain di Graffiti Gratitude, Antologi Puisi Cyber;
Fasisme; Kepada Tuan Dekker: Antologi Puisi Festival Seni Multatuli
2019; dan Ziarah Sunyi: Antologi Puisi Religi. Dia juga menulis buku
telaah filsafat Semiologi Roland Barthes.
J. Kamal Farza, adalah salah seorang penyair dari Aceh, Buku puisi
tunggalnya adalah Kumpulan Surat Cinta (2020). Sedangkan antologi
bersamanya antara lain: Nafas Tanah Rencong (1993), Banda Aceh (1993),
Lambaian (1993), Kumpulan Puisi Bersama Mustafa Ismail, Dua Warna
(1993), Kebangkitan Nusantara (1994), 6,5 SR Luka Pidie Jaya (2017),
Ziarah Sunyi (2017), Buiten Zorg (2017), Jejak Kata (2017), Soekarno, Cinta
dan Sastra (2018), Jembatan Rindu dan lain-lain. Menetap dan bekerja di
Jakarta. Surel: [email protected].
Jumari HS, lahir di Kudus 1965. Tahun 2011 di undang University
Hangkuk Seoul Karea Selatan dan membacakan puisinya di Kota
Ansan. Sekarang sebagai ketua Teater Djarum. Buku puisinya yang
telah terbit Tembang Tembakau (2008) dan Tentang Jejak Yang Hilang
(2016), dan Panorama Senja (2018).
Kurnia Effendi, lahir di Tegal 1960. Mengamalkan puisi dan cerpen
melalui media massa sejak 1978, dilanjutkan dengan kegemaran
mengikuti kompetisi fiksi yang memberikan sekitar 30 penghargaan
dengan 8 di antaranya juara pertama. Telah menerbitkan 26 buku,
dengan 7 kumpulan puisi, dan Mencari Raden Saleh adalah yang mutakhir
(Diva Pres, 2019). Setelah pensiun dari pekerjaan formal 2015, bergiat
dalam bidang seni budaya, terutama sastra. Email:
[email protected].
Larasati Sahara, lahir di Aceh. Beberapa antologinya antara lain:
Hujan di Atas Kertas (2016). Antologi Puisi Qurani 2016, Antologi
Negeri Poci 6, 7, 8, & 10. The First Drop of Rain, Antologi Puisi
130 |Seperti Belanda
Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2017. Mengunyah Geram,
Seratus Puisi Melawan Korupsi (2017). Antologi Sketsa Wajah Ibu, Asean
Women Writer’s Association 2017. Kemah Sastra Nasional
Banyuwangi, Senyum Lembah Ijen 2018. Perempuan Bahari 2018.
Forum Penyair Asia Tenggara, Sesapa Cinta Selinting Mesra 2019,
MAJAS Edisi #3 2019. Event menulis Sebuku Bersama Eyang Sapardi
2019.
Lesik Keti Ara, atau lebih dikenal dengan L.K. Ara. Lahir di
Takengon, Aceh Tengah 1937. Ia adalah penyair asal Aceh lahir dari
pasangan H. Harun Rasyid dan Haj. Siti Maryam asal Takengon, Aceh
Tengah. Setelah menamatkan Sekolah Dasar dan menengah di kota
Takengon, Aceh Tengah, dia kemudian menetap di Medan dan bekerja
di beberapa media cetak. Penyair yang telah melahirkan lebih 35 judul
buku dan diterbitkan oleh berbagai penerbit di Indonesia ini, sekarang
bermukim di Jakarta.
Mahdi Idris, lahir di Aceh Utara 1979. Karyanya pernah dimuat
beberapa media lokal dan nasional, baik cetak maupun online, seperti
Serambi Indonesia, Medan Bisnis, Waspada, Rakyat Sumbar, Suara
Pembaruan, Koran Tempo, Jurnal Nasional, Majalah Sastra Horison,
Riau Pos, Amanah, Basabasi.co, Radarpagi.com, Utusan Malaysia, dan
media lainnya. Kumpulan puisi tunggalnya antara lain Kidung Setangkai
Sunyi (2016), Kutukan Rencong (2018), Doa dalam Tidur (2018), Membaca
Tanda (2019) dan Nyanyian Rimba (2019). Juga terhimpun dalam
antologi bersama penyair lokal dan nasional. Saat ini bermukim di
Gampong Hueng, Kecamatan Tanah Luas, Kabupaten Aceh Utara,
Propinsi Aceh.
May Yusra Soelaiman, lahir di Paya Rabo, Aceh Utara 1990. Menulis
puisi dan cerita pendek di media lokal. Saat ini mengajar di salah satu
SMP di Aceh Timur sebagai guru Bahasa Indonesia. Surelnya:
[email protected].
Muhammad Nasir Djamil, lahir di Medan, Sumatra Utara 1971. Ia
adalah anggota DPR RI saat ini bertanggung jawab sebagai anggota
Komisi III yang membidangi Hukum, HAM, dan Keamanan. Sebelum
Salman Yoga, dkk. | 131
berkecimpung ke dunia politik, masa remaja Nasir sebenarnya sudah
banyak menekuni sejumlah aktivitas. Bahkan dia pernah menjadi
vokalis group band aliran slow rock Nyetanus (Nyentrik tetapi Minus)
dan sempat mengisi beberapa panggung hiburan di sekolahnya saat
SMA.
Mukti Sutarman Espe, lahir di Semarang. Puisi-puisinya tersiar di
Kompas, Suara Pembaruan, Suara Karya, Republika, Suara Merdeka,
Solo Pos, Bernas, Kedaulatan Rakyat, Koran Merapi, Koran Amanah,
Radar Banyuwangi, dll. Belasan buku antologi puisi bersama juga
memuat puisi-puisinya. Antara lain, Negeri Bahari (2018), Senyuman
Lembah Ijen (2018), Epitaf Kota Hujan (2018), Jejak Cinta di Bumi Raflesia
(2018), Antologi Puisi Kembang Wangi (2018), Jazirah, Jejak Hang Tuah
dalam Puisi (2018), Cincin Api (2019), Negeri Pesisir (2019). Buku puisi
tunggalnya; Bersiap Menjadi Dongeng (2013), dan Menjadi Dongeng (2019).
Tinggal di Kudus, Jawa Tengah.
Mustiar Ar, penyair kelahiran Meulaboh 1967 ini menamatkan sekolah
di Aliyah Negeri 1 Meulaboh, Aceh Barat. Karya pertamanya termuat
pada media SKM Taruna Baru, Medan, Sumatera Utara, dengan judul
Kutambat Kapal di Dermaga mu tahun 1987, dan berturut-turut karya
puisinya dimuat pada Buletin Geunta Meulaboh, juga Geunta
Yogyakarta, Majalah Nova dan Majalah Dharma Wanita Medan.
Nanang Farid Syam, lahir di Padang, Sumatera Barat. Hobinya naik
gunung dan berkumpul dengan beragam komunitas. Nama kecil orang
Agam bersuku Koto ini: Nanang. Kata Tidak Sekedar Melawan adalah
buku kumpulan esai PMK yang diterbitkannya bersama Sosiawan Leak
dan Gol A Gong pada 2017.
Nasrullah Thaleb, lahir desa Blang Cut, Kota Lhokseumawe. Menulis
puisi dan prosa. Novelnya Rahmat dan Kambingnya memenangkan juara
II Lomba Menulis Novel Anak Balai Bahasa Banda Aceh (2017), Arian
dan Naya terpilih sebagai Novel Anak Terbaik Badan dan
Pengembangan Bahasa Kemendikbud (2018), Sebatang Anggur di
Halaman memenangkan juara II Lomba Menulis Novel Anak Balai
Bahasa Banda Aceh (2018). Beberapa karyanya terhimpun dalam
132 |Seperti Belanda
antologi bersama sastrawan nasional, Melukis Kasih (2018), Bulu Waktu
(2018), dan antologi Banjar Baru Reiny Day Literary Festival 2019.
Buku puisi terbarunya Requim Luka (2019).
Nezar Patria, lahir di Sigli 1970 adalah wartawan, aktivis, dan juga
penyair. Dia kini menjadi pemimpin redaksi The Jakarta Post.
Sejumlah puisinya pernah dimuat di Harian Kompas dan Koran
Tempo. Buku kumpulan puisinya Di Kedai Teh Ah Mei (2018).
Ni Wayan Idayati, menulis puisi, esai dan berita jurnalistik. Puisi-
puisinya terhimpun dalam antologi bersama; Dendang Denpasar, Nyiur
Sanur (2012), PPN VI, Sauk Seloko (2012), Cipta Puisi Komunitas Kopi
Andalas 2013, Dari Negeri Poci 6, Negeri Laut (2015), Dari Gentar
Menjadi Tegar (2015), Klungkung (2016), Matahari Cinta Samudera Kata
(2006), Kavaleri Malam Hari (2017), Dari Negeri Poci 8, Negeri Bahari
(2018), Senyum Lembah Ijen (2018), Epitaf Kota Hujan, Pertemuan Penyair
Asia Tenggara Padangpanjang (2018) dll. Buku puisi tunggalnya Doa
Ikan Kecil (2019). Kini mengelola program di Bentara Budaya Bali
(ruang kebudayaan Kompas Gramedia).
Pringadi Abdi Surya, lahir di Palembang 1988. Pernah terpilih
menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Juga mengikuti Makassar
International Writers Festival 2014 dan menjadi salah satu penulis
terpilih dalam Asean-Japan Residency Program di Asean Literary
Festival 2016. Sekarang, bertugas di Ditjen Perbendaharaan Negara.
Hobinya jalan-jalan. Catatan pribadinya bisa dilihat di
http://catatanpringadi.com.
Putra Gara, adalah sastrawan dan budayawan Aceh yang telah
melahirkan banyak buku seputar Aceh. Seperti novel Trilogi Samudra
Pasai, Cinta Dan Penghianatan, Nahrisyah (Kilau Dari Negeri Pasai), Putri
Jeumpa (Senja Di Djawa Dwipa), dan banyak lagi yang lainnya. Kumpulan
puisinya terangkum dalam buku; Saat Aku Katakan "YA" (1998), Kasih-
Mu (2015), Tanah Air Daun (2017), Kutulis Namamu Dibatu (2018), dan
beberapa buku antalogi puisi lainnya. Gara juga seorang jurnalis,
pelukis dan pelaku film.
Salman Yoga, dkk. | 133
Rahmad Sanjaya, lahir di Takengon Aceh Tengah 1972. Pendidikan
terakhirnya S1 dan S2 Teknik Sipil, S1 Ekonomi jurusan Management
dan Sekolah Musik di Jakarta. Puisi-puisinya terhimpun dalam Antologi
Sosok (1992), Nafas Tanah Rencong (1992), Antologi Batu Malang (1993),
Seulawah Antologi Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995), Mimbar Penyair
Abad 21, Antologi Puisi Indonesia (1997), Dalam Beku Waktu (2002),
Antologi Putroe Phang (2002), Antologi Tanah Pilih (2008), dan
Ensiklopedi Aceh (2008), serta Ensiklopedi Penyair, Penari Pelukis dan Teater
Aceh (2009).
Raudah Jambak, lahir, Medan 1972. Banyak event, kegiatan, festival,
lomba, dsb, yang digeluti. Kegiatan terakhir di Pertemuan Penyair
Nusantara (PPN) di Kudus, Bengkulu dan Pasaman, dll.
Rida K. Liamsi. lahir di Dabo, Singkep, Lingga, Kepulauan Riau 1943.
Ia adalah sastrawan dan budayawan Melayu berkebangsaan Indonesia.
Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi yang
dipublikasikan di berbagai surat kabar. Rida merupakan pemrakarsa
diselenggarakan Festival Hari Puisi Indonesia (HPI) yang dimulai sejak
tahun 2014, bertempat di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM).
Rosni Idham, lahir di desa Sawang Manee, Kabupaten Nagan Raya
1953. Mulai menulis puisi, cerpen, cerita anak, dan esai tahun 1978.
Karyanya dimuat media Aceh, Medan, Jakarta, dan Malaysia. Antologi
Puisi tunggalnya Sawang Manee Erat Sekejab, lainnya terangkum dalam
Kandee (1982), Nafas Tanah Rencong (1990), Titian Laut II (1991), Antologi
Penyair Aceh (1992), Nuansa dari Pantai Barat (1993), Deru Pesisir Pantai
Barat (2015), dan lain-lain.
Sanya Savira Aboebakar, seorang putri berdarah Aceh. Kini sedang
menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Unsyiah. Darah
seninya mengalir dari sang ibunda dr. Arika Husnayanti Aboebakar
SpOG (K). Gadis yang dikenal pendiam ini memulai menorehkan
puisinya dalam salah satu buku yang berjudul Pupus. Buat Nia
(panggilan kecilnya) menulis puisi itu hal yang bisa membuatnya
bercerita dengan bebas dalam bait-bait. Bentuk dari apa yang ia rasa, ia
lihat dan ia dengar dalam sebuah bingkai masa yang tercurah dalam asa.
134 |Seperti Belanda
Sulaiman Juned, lahir di Gampong kecil Usi Dayah, Kecamatan
Mutiara Kab Pidie, Provinsi Aceh 1965. Menetap di Padangpanjang,
menekuni pekerjaan sebagai Seniman. Dosen Penyutradaraan di Prodi
Seni Teater, Pascasarjana Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni
Indonesia Padangpanjang. Mulai menulis sejak tahun 80-an, Mantan
Ketua Pelaksana Pendirian kampus Institut Seni dan Budaya Indonesia
(ISBI) Aceh. Penyair, Esais, Kolomnis, Dramawan dan Sutradara yang
Doktor Penciptaan Seni Teater ini pendiri/penasihat Komunitas Seni
Kuflet Padangpanjang, telah keliling Nusantara, Asia, Eropa dan
Amerika baik sebagai penyair maupun sebagai teaterawan.
Sulaiman Tripa, lahir di Pante Raja 1976. Mengajar mata kuliah
hukum dan masyarakat pada Fakultas Hukum Unsyiah. Pernah
mengelola divisi sastra Dewan Kesenian Banda Aceh dan terlibat
dalam lembaga kebudayaan Lapena. Menulis dan menyunting sejumlah
buku puisi bersama. Buku puisi terbaru yang diluncurkan bersama 44
buku pada 2 April 2019 lalu, Surat untuk Malam (2019) dan Cerita Cinta
(2019). Buku ceritanya berjudul Peracik Kopi dari Tepi Bukit (2019).
Sosonjan A. Khan, nama pena Sutera Kalbu lahir 1964. Menulis sejak
30 tahun terutama cerpen, puisi, novel dan berita ringkas/rencana
umum untuk akhbar. Menghasilkan lebih 485 tajuk sajak, 575 tajuk
cerpen, beberapa buah manuskrip novel, sebuah buku puisi bahasa
melayu dan sebuah bahasa Inggeris/Telugu, buku cerita bergambar
kanak-kanak, skrip/sketsa pentas, skrip filem dan lirik lagu nasyid,
berpuluh buah antologi puisi termasuk cerpen berkumpulan
antarabangsa. Puisi tersiar di 57 negara, termasuk diterjemah ke dalam
bahasa China, English, Telugu, Arab, Pakistan dan Spain.
Soeryadarma Isman, lahir di Beureunuen, Pidie 2002. Puisinya
terkumpul dalam antologi Puisi Negeri di Atas Langit (2012), juga
terkumpul dalam antologi puisi penyair Enam Negara Secangkir Kopi The
Gayo Institute, (2013). Penyair Indonesia Eksiklopegila Koruptor (2015),
Antologi Penyair Indonesia Memo Untuk Wakil Rakyat (2015), Antologi
Penyair Indonesia Kalimantan Rinduku yang Abadi (2015), Antologi Puisi
Ayah, dibahumu Aku Bersandar, (2016) dll.
Salman Yoga, dkk. | 135
Syarifuddin Aliza, lahir di Cot Seumeureng, Aceh Barat 1967.
Bersama Mustiar AR dan Siti Aisyah membentuk sanggar Sebaya di
Meulaboh pada tahun 1996. Kiprahnya pernah “Mati Suri” sekitar 1999
sampai dengan 2004. Bergabung di Dewan Kesenian Aceh Barat sejak
tahun 1996. Puisinya dimuat di harian Serambi Indonesia dan Majalah
Santunan Kanwil Depag Aceh, pada dekade 1990an dan di Harian
Medan Bisnis pada tahun 2006. Sajaknya terkumpul dalam sejumlah
antologi bersama. Selain menulis puisi, dia juga aktif dalam seni
pertunjukan teater. Tercatat ikut mendirikan Teater Sua (1992), dan
Sanggar Sebaya, bersama dengan penyair Aceh Barat lainnya (1994).
Syarifuddin Arifin, lahir di Jakarta 1956 adalah Peraih Anugerah
Utama Puisi Dunia 2014 dari Numera Malaysia. Sajak-sajaknya dimuat
di beberapa media cetak dan online serta 120 lebih antologi bersama
terbitan Indonesia, Malaysia, Singapura. Diantaranya telah
diterjemahkan ke bahasa Perancis, Rusia dan Inggris. Kumpulan
Cerpennya Gamang, (1989). Buku puisi tunggalnya; Ngarai (1980),
Maling Kondang (2012), GALODO: Antara Dua Sungai (2015) dan
Gonjong Patah (2019). Novelnya Menguak Atmosfir, memenangkan
Sayembara Penulisan Novel Majalah Kartini, 2003/04. Sejak 2016
didapuk sebagai Presiden Ziarah Kesenian Nusantara untuk Indonesia.
Sutardji Calzoum Bachri, lahir 1941. Memperoleh berbagai anugerah
sastra dan seni, antara lain Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden
Republik Indonesia (2008), South East Asia Writer Award dari Ratu
Sirikit Bangkok-Thailand (1979), Anugrah Seni Pemerintah RI dari
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sastra Chairil Anwar dari Dewan
Kesenian Jakarta (1998), Sastra Dewan Kesenian Riau (2000),
Anugerah dari Majelis Sastra Asia Tenggara, Bandar Seri Begawan
Brunei Darussalam (2006), Seni Akademi Jakarta (2008) dan Anugrah
Maiyah Kenduri Cinta (2019). Mengikuti kegiatan sastra International Poetry
Reading Rotterdam (1974), International Writing Program, Iowa City
Amerika Serikat (1974-1975), International Poetry Reading Kuala Lumpur
Medellin International Poetry Festival (Colombia, Amerika Selatan), 8th
Poetry Africa Festival Durban, Afrika Selatan, (2004), Tradewinds Literature
Festival Capetown, Africa Selatan (2004), Winternachten Poetry Reading Den
136 |Seperti Belanda
Haag, Negeri Belanda (2005). Karyanya: kumpulan puisi O (stensilan,
1973), Amuk (1976), O Amuk Kapak (1981), Atau Ngit Cari Agar (2008),
Petiklah Aku dalam proses penerbitan 2020. Hujan Menulis Ayam
(kumpulan cerpen, 2001), Isyarat, (kumpulan esai, 2007), Sutardji
Calzoum Bachri dianugrahi gelar Datuk Seri Pujangga Utama dari
Lembaga Adat Melayu Riau (2018).
Teuku Dadek, bernama lengkap HT. Ahmad Dadek. Lahir di
Meulaboh 1968. Alumnus Fakultas Hukum UGM, berkecimpung di
Harian Serambi Indonesia 1992-1994 jabatan terakhir redaktur opini.
Tulisannya termuat di Kompas Sore, The Djakarta Post. Memiliki
minat terhadap sejarah dan budaya Aceh. Menerbitkan buku Asal Usul
Aceh Barat 2014, Kemana, Siapa dan Apa di Aceh Barat 2015. Mantan
Ketua Dewan Kesenian Aceh Barat ini pasca rehab rekon gempa-
Tsunami Aceh menyampaikan pidato di depan Presiden dan
Masyarakat Singapura dalam peluncuran Buku The Lion Heart 2007 di
Singapura, kunjungan ke Negara Bagian Arizona dan Kentucky USA
dalam promosi Tsunami dan Sister City 2006, kunjungan ke Jepang
sebagai pemateri dalam kegiatan Rehab dan Rekon di Jepang, 2012.
Beberapa buku Antologi puisi bersamanya adalah Deru Pesisir Pantai
Barat (2015), Antologi sastra Bulir Mutiara Pantai Barat (2014). Dadek
juga penulis lagu dengan Grup Band Putroe Ijoe dengan beberapa
album. Email: [email protected]
Teuku Rifnu Wikana, aktor kelahiran Pematang Siantar, 3 agustus
1980 berdarah Aceh ini adalah aktor memulai karier keaktoran di
panggung teater yang kini sudah memerankan lebih dari 50 judul Film
Indonesia. Beberapa penghargaan juga ia dapat sebagai produser,
penulis serta aktor Piala Citra FFI 2017 dari Film Night Bus yang
diadaptasi dari cerpen beliau sendiri berjudul Selamat. Aktor terbaik
Indonesia Movie Actor Award serta Aktor terbaik Film Telivisi FFB.
Ulfatin CH, lahir di Pati 1966. Sejak SMA ia menulis puisi dan cerpen
yang dimuat dibeberapa media cetak & Online: Suara Merdeka,
Kedaulatan Rakyat, Jawa Post, Suara Karya, Kompas, Koran Tempo,
Horison, dll. Juga dalam antologi bersama; Sembilu (1991), Kafilah
Angin, (1991), Risang Pawestri (1990), 32 Penyair Pengadilan Puisi Yogya
Salman Yoga, dkk. | 137
(1990), Kemilau Musim (2003), Antologi puisi Indonesia, Portugal dan
Malaysia dalam dwibahasa (2008), Narasi Tembuni, Antologi Puisi
Indonesia (Melacak Sejarah Bangsa Abad ke-20 Melalui Puisi (2017),
Antologi Festival Puisi dan Syair Asean di Malaysia (2017) dll.
Bukunya; Konser Sunyi (1993), Selembar Daun Jati (1996), Nyanyian
Alamanda (2001), Kata Hujan (2013). Ulfatin mendapat penghargaan
lima besar buku pilihan oleh Yayasan Panggung Melayu dan Indopos
di Hari Puisi Indonesia 2013, Balai Bahasa 2015, SIH Award 1991 dll.
Tinggal di Yogyakarta. Email: [email protected].
Vera Hastuti, lahir di Aceh Tengah 1985. Ia adalah seorang Guru di
SMAN 1 Takengon. Beberapa karya puisinya pernah dimuat di
berbagai media massa. Beberapa karyanya juga teramkum dalam
beberapa antologi seperti Antologi Puisi Dari Gayo Untuk Dunia yang
di terbitkan oleh The Gayo Institute (2016). Kumpulan puisi Kopi 1.550
mdpl, Antologi puisi Menembus Arus Menyelami Aceh, kumpulan puisi
Perdamaian. Antologi puisi Mengenang Ane Matahari. Antologi Puisi
Penitis Jiwa.
Wannofri Samry, lahir di Luhak Limopuluah Koto Sumatera Barat
1967. Mengajar di Fakutas Ilmu Budaya Universtas Andalas Padang.
Menyelesaikan program Doktor di Pusat Kajian Sejarah, Politik dan
Strategi Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) pada 2013. Sajak-
sajak dimuat media lokal dan nasional. Buku tunggalnya adalah
Memahami bangsa dari Kolong Negara, (2018), Refleksi Historis Tentang Masa
Depan (2020), dan kumpulan puisi Menunggu Matahari (2010).
Wayan Jengki Sunarta, lahir di Denpasar 1975. Lulusan Antropologi
Budaya, Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Puisi-puisinya dimuat di
banyak media massa, antara lain: Kompas, Koran Tempo, Media
Indonesia. Buku puisinya yang telah terbit adalah Amor Fati (2019),
Petualang Sabang (2018), Montase (2016), Pekarangan Tubuhku (2010),
Impian Usai (2007), Malam Cinta (2007), Pada Lingkar Putingmu (2005).
Willy Ana, lahir di Bengkulu 1981. Buku kumpulan puisi: Aku Berhak
Bahagia 2016, Tabot Aku Bengkulu 2016 dan Petuah Kampung 2017.
Puisi Willy dimuat di sejumlah media, antara lain Amanah, Riau Pos,
138 |Seperti Belanda
Koran Tempo, Basa-basi.co, dan Harian Indopos. Pemenang
Anugerah Sastra Litera 2018 katagori puisi terbaik. Pemuda Inspirasi
2019 Bidang sastra (Bengkulu Youth Forum). Penggagas dan sekaligus
ketua Festival Sastra Bengkulu (FSB). Puisinya terhimpun dalam
antologi Puisi Kopi 1.550 Mdpl (2016), 6,5 SR Luka Pidie Jaya (2017),
Nyanyian Puisi untuk Ane Matahari (2017), Ziarah Sunyi (2017), dan lain-
lain.
Wina SW1, adalah nama pena dari Syafwina Sanusi Wahab. Puisinya
tentang Aceh ditulis di Kyoto, saat ia melanjutkan pendidikan S2 dan
S3 di Universitas Kyoto. Ketika itu, Aceh masih dilanda konflik. Ia
ingin dunia tahu baha yang terjadi di Aceh adalah pelanggaran Hak
Azasi Manusia (HAM). Sejak kecil sudah menulis puisi dan cerita
pendek, berteater bersama Teater Mata, menjadi MC, dan mengurusi
panggung pertunjukan Budaya.
Zaim Rofiqi, menulis puisi, cerpen, esai, dan menerjemahkan
buku. Kumpulan puisinya adalah Lagu Cinta Para Pendosa (2009) dan
Seperti Mencintaimu (2014).
Zulfaisal Putera, lahir di Banjarmasin 1968. Alumnus Pendidikan
Bahasa dan Seni pada Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Tahun 1991. Karya-karyanya dimuat di berbagai media dan antologi
bersama dan lebih banyak menjadi editor dan mentor beberapa buku
sastra juga menjadi penulis tetap kolom esai sekaligus Redaktur Tamu
halaman Sastra dan Budaya, di harian Banjarmasin Post sejak 2003.
Zulfikar Kirbi, bernama lahir Zulfikar. Kelahiran Tapaktuan 1971.
Karyanya pernah terbit di Rakyat Aceh, Serambi Indonesia, Lintas
Gayo.co, Rakyat Sumbar, Jurnal Seni Kuflet, Harian Mimbar Umum
Medan. Antologi Puisi bersama Penyair Enam Negara (Taiwan, Russia,
Indonesia, Thailand, Malaysia, Denmark), Puisi Secangkir Kopi
diterbitkan oleh The Gayo Institute (2013). Antologi Puisi Kopi 2
Penyair Dunia (2016). Antologi Puisi Pasie Karam (2016) dan Puisi
Penyair Nusantara 6:30 6,4 SR (2016-2017).
Salman Yoga, dkk. | 139
Tentang Kurator
Salman Yoga S, lahir di Takengon, Aceh Tengah. Aktif dibeberapa
komunitas seni dan gerakan kebudayaan. Alumnus Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta dan Pascasarjana UIN Sumatera Utara.
Karyanya terhimpun dalam sejumlah antologi terbitan dalam dan luar
negeri sebahagiannya telah diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris,
Jerman, Spanyol, Rusia, dan puluhan bahasa etnik nusantara. Novelnya
Tungku juara pertama penulisan novel Perdamaian Aceh (2006).
Penerima Anugrah Budaya Sarakata dari Gubernur Aceh (2007),
Penulis Sastra-Budaya dari Bupati Aceh Tengah 2020. Buku tunggalnya
Sajak-Sajak Rindu (1995), Cicempala Putih (2004), White Orchids Gayo Soil
(2016), Satu Cerita Burung Cicempala Dalam 14 Bahasa (2019), serta dalam
bentuk kaset baca puisi kampanye HAM Aceh, Langitpun Mulai Merapat
(1997), Mencintai Aceh dengan Asap Ganja (1999). Dalam bentuk visual
baca puisi terangkum dalam BELBES Dewan Kesenian Takengon
(2003) dan Vcd Ceh Kucak Gajah Putih (2004). Mengomandoi lembaga
The Gayo Institute, Komunitas Teater Reje Linge Takengon, dan
Komunitas Sastra Bukit Barisan. Mengajar di Universitas Islam Ar-
Raniry (UIN) Banda Aceh dan beberapa perguruan tinggi lainnya juga
berkebun kopi di tanah Gayo. Email; [email protected].
Tentang Penyusun & Inisiator
Pilo Poly adalah nama pena dari Saifullah S, lahir di Bandar Baru,
Pidie Jaya, Aceh 1987. Beberapa karya puisi dan cerpennya telah
dimuat di sejumlah media massa seperti Majalah Story, Tabloid
Gaul, Serambi Indonesia, Harian Aceh, Batak Pos, Waspada
Medan, Harian Fajar Makassar, Harian Cakrawala Makassar,
Majalah Online Radar Seni, Majalah Best Tangsel, Atjehpost,
Atjehtime, Majalah KISS, Buletin Mantra, Koran Tempo, dan
lain-lain. Buku puisi tunggalnya adalah Yusin dan Tenggelamnya
Keadilan (2014), Sehelai Daun yang Merindukan Ranting (2016), dan
Arakundoe (2018). Pada 2017, ia mendapatkan beasiswa dari
140 |Seperti Belanda
Tempo Instistute Angkatan V. Tulisan lain miliknya bisa diakses
di pilopoly.com
Murizal Hamzah menamatkan kuliah di Jurusan Sosial Ekonomi
Fakultas Pertanian Unsyiah Banda Aceh. Editor Buku Biografi
Wakapolri Jusuf Manggabarani, Cahaya Bhayangkara (2011), Singkil
dalam Konstelasi Sejarah Aceh (2015), Umat Bertanya, Waled Menjawab;
Pemikiran Teungku H. Nuruzzahri (2016). Sang Manajer Guru Sejati –
Razali Cut Lani (2018). Ia juga menulis laporan Local Political Parties
in Aceh: Engines of democratisation in Indonesia untuk buku Aceh The
Role of Democracy for Peace and Reconstruction (2008). Menulis buku
biografi deklarator Gerakan Aceh Merdeka, Hasan Tiro; Jalan Panjang
menuju Damai Aceh (2014), dan lain-lain.
Tentang Prolog
Fachry Ali adalah pakar politik dan ekonomi yang antara lain menulis
buku Refleksi Paham Kekuasaan Jawa dalam Indonesia Modern (1985), Beras,
Koperasi, dan Politik Orde Baru: Bustanil Arifin 70 tahun (1995), Kalla dan
perdamaian Aceh (2008), Esai politik Habibie: Dari Teknokrasi ke Demokrasi
(2013), Antara Pasar dan Politik: BUMN di Bawah Dahlan Iskan (2013),
dan Ekonomi Politik Indonesia: Sketsa Historis dan Masa depan (2018).
Tentang Epilog
Christine Hakim. Herlina Christine Natalia Hakim atau lebih dikenal
dengan nama Christine Hakim adalah aktris, produser film dan aktivis
Indonesia. Meski dilahirkan di Jambi, namun orang tuanya merupakan
campuran Minangkabau dan Aceh.
Salman Yoga, dkk. | 141